modul gangguan tumbuh kembang.docx

64
LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING MODUL 1 GANGGUAN TUMBUH KEMBANG Kelompok 3 Andi Rizky Fatir 2010730122 Hanna Anggitya 2010730138 Indra Permana Sugina 2010730140 Mimi Azmiyati 2010730144 Ika Febriyani 2008730104 Amelia Azzahra D 2010730121 Dewi Sri Juliana 2010730128 Moh. Himowo Karnan 2010730143 Rivanti Asmara Wijaya 2010730157 M. Fatony Hadikusuma 2010730142 Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Upload: fina-ina-hamidah

Post on 23-Nov-2015

295 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ugolkjf

TRANSCRIPT

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNINGMODUL 1 GANGGUAN TUMBUH KEMBANG

Kelompok 3

Andi Rizky Fatir 2010730122Hanna Anggitya 2010730138Indra Permana Sugina 2010730140Mimi Azmiyati 2010730144Ika Febriyani2008730104Amelia Azzahra D 2010730121Dewi Sri Juliana 2010730128Moh. Himowo Karnan 2010730143Rivanti Asmara Wijaya 2010730157M. Fatony Hadikusuma 2010730142

Tutor : dr. Yusnam Syarief, PAK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2012SKENARIOGANGGUAN TUMBUH KEMBANG BAYI

Seorang anak perempuan B umur 12 bulan BB 7300 gram, PB 65 cm, Lingkar kepala 41 cm, dibawa oleh ibunya karena tidak mau makan. Riwayat kelahiran ditolong oleh bidan dengan BB 2500 gram, PB 48 cm, LK 33 cm, tidak langsung menangis, setelah 3 menit bayi menangis lemah. Pasien dirawat di Perinatalogi selama 5 hari. Penimbangan 3 bulan terakhir berturut-turut beratnya naik 100 gram tiap bulan (usia 10 bulan 7100 gram, usia 11 bulan 7200 gram, usia 12 bulan 7300 gram). Saat usia 7 bulan pasien pernah dirawat karena kejang lama sampai tidak sadar. Pada saat ini sehari-hari anak makan bubur dengan sayur, lauk pauk berupa tahu, temped dan kadang telur. Usia 3 bulan pasien sudah diberi susu formula, pisang, dan bubur bayi karena sering menangis. Imunisasi BCG diperoleh saat umur 2 bulan, polio 5 kali terakhir waktu PIN, hepatitis B umur 40 hari dan 3 bulan, DPT umur 4 bulan dan 6 bulan. Pasien bias tengkurap bolak-balik usia 5 bulan, belum bias duduk sendiri dan berdiri sendiri. Kadang-kadang pasien mengoceh, tangan belum bisa memegang kerincingan dengan kuat. Belum bisa makan biskuit sendiri, tak tahu main cilukbaa. Lingkungan rumah jendela kamar selalu ditutup karena takut pasien masuk angin, lubang angin ditutup kertas karena nyamuk sering masuk. Mainan yang ada di rumah : kerincingan, boneka, dan sepeda roda tiga. Pasien anak pertama, tinggal hanya dengan kedua orang tuanya dan ibu pasien tak banyak bicara.

BAB IHASIL DISKUSI

1.1 Istilah/kata sulitBCG (Bacillus Calmette-Guerrin) adalah imunisasi untuk kekebalan bakteri TB

1.2 Kata/kalimat kunci1. Anak perempuan 12 bulan 2. BB 7300 gr, PB 65 cm, LK 41 cm3. KU: tidak mau makan4. Lahir : BB 2500 gr, PB 48 cm, LK 33 cm, tak langsung menangis, menangis setelah 5 menit 5. 3 bulan berturut2 BB naik 100 gr (usia 10 bulan 7100 gram, usia 11 bulan 7200 gram, usia 12 bulan 7300 gram)6. Usia 7 bulan kejang lama sampai tak sadar7. Sehari-hari bubur, sayur, lauk pauk,tahu, tempe, kadang telur 8. Sejak usia 3 bulan, konsumsi susu formula, pisang, bubur bayi, sering menangis 9. Riwayat imunisasi : BCG 2 bulan, Polio 5x terakhir waktu PIN, hepatitis B umur 40 hari & 3 bulan, DPT umur 4 bulan dan 6 bulan 10. Usia 5 bulan bisa tengkurap bolak-balik, belum bisa duduk dan berdiri sendiri11. Bayi mengoceh kadang-kadang, tangan belum bisa memegang kerincingan 12. Bayi tidak bisa bermain cilukbaaaa..!!13. Jendela kamar selalu ditutup, takut bayi masuk angin.14. Lubang angin pintu ditutup dengan kertas karena nyamuk sering masuk 15. Mainan bayi : kerincingan, boneka, sepeda roda tiga 16. Pasien tinggal dengan kedua orangtuanya17. Ibu tak banyak bicara

1.3 Analisa Masalah

1.4 Pertanyaan-pertanyaan1. Faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?2. Bagaimana tahap-tahap normal tumbuh kembang anak 0-12 bulan?3. a. Sebutkan jenis imunisasi yang diberikan pada anak usia 0-12 bulan?b. Apakah pemberian imunisasi pada skenario sesuai dengan standar jadwal imunisasi nasional? Jelaskan!4. Bagaimana mengaplikasikan PB, BB, LK pada scenario ke kurva/table tumbuh kembang anak?5. a. Apa perkembangan tumbang anak dalam scenario dengan nilai anak sesuai dengan standar normal?b. Bagaimana status gizi anak dalam scenario? 6. a. Bagaimana peran ibu dan lingkungan terhadap tumbuh kembang anak ? b. Jelaskan pola asah,asih,dan asuh pada anak usia 0-12 bulan? c. Permainan yang cocok diberikan anak usia 0-12 bulan?7. Jelaskan penilaian riwayat partus pasien pada skenario!8. Bagaimana hubungan ASI terhadap tumbuh kembang anak?9. Jelaskan dampak riwayat kejang terhadap tumbuh kembang anak!10. Jelaskan penatalaksaan kasus pada skenario!

BAB IIPEMBAHASAN

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?Secara umum terdapat dua faktor utama yg berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu:a. Faktor genetikMelalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yg telah dibuahi, dapat di tentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Yang termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yg normal dan patologik, jenis kelamin, suku atau bangsa. Potensi genetik yg bermutu diharapkan dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yg optimal.b. Faktor lingkunganLingkungan yg cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yg kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :a) Faktor lingkungan prenatalb) Faktor lingkungan postnatala) Faktor lingkungan prenatal1. GiziGizi ibu yg jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu hamil lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Di samping itu pula meyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya.2. Mekanisfaktor mekanis seperti posisi fetus yg abnormal dan oligohidroamnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok.3. Toksin kimiaMasa organogenesis adalah masa yg sangat rentan terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, metahdion, obat-obat anti kanker dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan.4. EndokrinHormon-hormon yg mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah somatotropin, hormon placenta, hormon tiroid, insulin dan peptide-peptide lain dengan aktivitas mirip insulin.5. RadiasiPemakaian radium dan sinar rontgen yg tidak mengikuti aturan dapat menyebabkan kelainan pada fetus.6. Anoksia embrioKeadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhan terganggub) Faktor post natal1. Lingkungan biologisMeliputi ras, suku, jenis kelamin, umur yg paling rawan adalah balita, fungsi metabolism, gizi, perawatan kesehatan dan hormone yg aktif membantu tumbuh kembang.2. Faktor fisikMeliputi cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi (akibat sanitasi yg kurang maka anak akan sering sakit), keadaan rumah.3. Faktor psikososialBanyak faktor-faktor psikososial yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih saying.4. Faktor keluarga dan adat istiadatFaktor keluarga dan adat istiadat juga tidak terlepas peranannya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, faktor tersebut antara lain : pekerjaan/ pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu.

2. Bagaimana tahap-tahap normal tumbuh kembang anak 0-12 bulan?Tahap-tahap tumbuh kembang anak :0 - 3 BULAN Belajar angkat kepala & mengikuti objek Tersenyum Bereaksi dengan suara Mengenal pengasuhnya Mengoceh spontan 3-6 BULAN Mengangkat kepala 90 derajat & mengangkat dada dengan bertopang dagu Belajar meraih benda disekitarnya Menaruh benda di mulutnya Memperluas lapangan pandang Tertawa 6-9 BULAN Dapat duduk tanpa dibantu Dapat tengkurap bolak balik Merangkak meraih benda, mendekati seseorang Memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan yang lain Memegang benda kecil dengan ibu jari & telunjuk Bergembira melempar suatu benda Mengenal wajah keluarga, takut dengan orang asing Berpartisipasi dalam gerak tepuk tangan 9-12 BULAN Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dituntun Menirukan suara Mengulang bunyi yang didengar Belajar satu atau dua kata Mengerti perintah/larangan yang sederhana Berpartisipasi dalam permainan

BERAT BADANPenambahan berat badan bayi pada tahun pertama berkisar antara: 700 1000 gr/bln pd triwulan I 500 600 gr/bln pd triwulan II 350 450 gr/bln pd triwulan III 250 350 gr/bln pd triwulan IV

PANJANG BADANPenambahan panjang badan bayi pada tahun pertama berkisar antara: Trimester I : 2,8 4,4 cm / bulan Trimester II : 1,9 2,6 cm / bulan Trimester III: 1,3 1,6 cm / bulan Trimester IV: 1,2 1,3 cm / bulan

LINGKAR KEPALAPenambahan ukuran lingkar kepala bayi pada tahun pertama berkisar antara: 0 - 3 bln = 2 cm/bln 4 - 6 bln = 1 cm/bln 6 12 bln = 0,5 cm/bln

3. a. Sebutkan jenis imunisasi yang diberikan pada anak usia 0-12 bulan?b. Apakah pemberian imunisasi pada skenario sesuai dengan standar jadwal imunisasi nasional? Jelaskan!Sumber : Sari Pediatri Vol.11 No.6, April 2010Supported as an educational grant of PT.Pfizer Indonesia

5 jenis imunisasi yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun. 1. IMUNISASI BCGKetahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan Bakteri tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis TB (penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu.Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang tidur. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.* Jumlah Pemberian:Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.* Usia Pemberian:Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG* Lokasi Penyuntikan:Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha.* Efek Samping:Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.* Tanda Keberhasilan:Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.* KontraIndikasi:Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.2. Imunisasi Hepatitis BLebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.Banyak jalan masuknya VHB ke tubuh si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa sejak dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat proses kelahiran. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antaranggota keluarga.Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Tidak cuma itu. Anak juga terlihat sehat, nafsu makannya baik, berat tubuhnya pun naik dengan bagus pula. Penyakitnya baru ketahuan setelah dilakukan pemeriksaan darah. Gejala baru tampak begitu hati si penderita tak mampu lagi mempertahankan metabolisme tubuhnya.Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena VHB, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala sakit apa pun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB.* Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.* Usia Pemberian:Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.* Lokasi Penyuntikan:Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.* Efek Samping:Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.* Tanda Keberhasilan:Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.* Tingkat Kekebalan:Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.* Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.3. Imunisasi PolioBelum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat.Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio.* Jumlah Pemberian: Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah overdosis dalam imunisasi!* Usia Pemberian: Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.* Cara Pemberian: Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.* Efek Samping: Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.* Tingkat Kekebalan: Dapat mencekal hingga 90%.* Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 38C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.4. Imunisasi DTPDengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusai diimunisasi.* Usia & Jumlah Pemberian: Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT* Efek Samping: Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang. Jikapun orangtua tetap khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat ringan, hanya sekadar sumeng.* Indikasi Kontra: Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.Penyakit DTP yang BERBAHAYA1. DifteriPenyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya mirip radang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun, difteri tak disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan. Gejala lain difteri adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napas berbunyi), sehingga wajah dan tubuh membiru, serta adanya lapisan putih pada lidah dan bibir.Bakteri penyebab difteri ditularkan saat batuk, bersin, atau kala berbicara. Masa inkubasinya 1-6 hari. Penderita harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dalam waktu cukup lama, sekitar 2-3 minggu, dan baru boleh pulang setelah penyakitnya benar-benar hilang 100%. Soalnya, difteri bisa kambuh lagi kalau belum betul-betul sembuh.2. TetanusDisebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkan kematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu. Tetanus rawan menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atau perawatan yang tidak steril.Gejala-gejala yang tampak antara lain kejang otot rahang, rasa sakit dan kaku di leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mematikan kuman, antikejang untuk merilekskan otot-otot, dan antitetanus untuk menetralisir toksinnya.3. PertusisDisebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya 6-20 hari.Gejala awalnya seperti flu biasa, yaitu demam ringan, batuk, dan pilek, yang berlangsung selama 1-2 minggu. Kemudian, gejala batuknya mulai nyata dan kuat, batuk panjang secara terus-menerus yang berbeda dengan batuk biasa. Tak jarang, karena kuatnya batuk ini, anak bisa sampai menungging-nungging, muntah-muntah, mata merah, berair, dan napasnya susah. Gejalanya sangat berat. Bahkan beberapa penderita bisa mengalami perdarahan. Setelah 2-4 minggu berlalu, batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai pulih.Penderita akan diberi obat antibiotik untuk mematikan kuman, dan obat untuk mengurangi/menghentikan batuknya. Istirahat yang cukup, banyak minum, dan konsumsi makanan bergizi akan membantu mempercepat kesembuhan.5. Imunisasi CampakSebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5C. Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil. Awalnya hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila daya tahan tubuhnya baik, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tubuh saja dan tidak banyak.Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah jadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini, tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.Usia & Jumlah Pemberian:Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).Efek Samping:Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.

4. Bagaimana mengaplikasikan PB, BB, LK pada scenario ke kurva/table tumbuh kembang anak?Perempuan, 12 bulan BB 7300 gram, PB 65 cm, LP 41 cm.

TB

TB/U

BB

BB/U

AAnak perempuanUsia = 12 bulanBB =7300 gramPB = 65 cmSTATUS GIZI NCHS (PENILAIAN STATUS GIZI ANAK)

Penilaian Status Gizi AnakAda beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat.Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut.

UmurUmur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

Berat BadanBerat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

Tinggi BadanTinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHSNoIndeks yang dipakaiBatas PengelompokanSebutan Status Gizi

1BB/U< -3 SDGizi buruk

- 3 s/d +2 SDGizi lebih

2TB/U< -3 SDSangat Pendek

- 3 s/d +2 SDTinggi

3BB/TB< -3 SDSangat Kurus

- 3 s/d +2 SDGemuk

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan presentil, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)NoIndeks yang digunakanInterpretasi

BB/UTB/UBB/TB

1RendahRendahNormalNormal, dulu kurang gizi

RendahTinggiRendahSekarang kurang ++

RendahNormalRendahSekarang kurang +

2NormalNormalNormalNormal

NormalTinggiRendahSekarang kurang

NormalRendahTinggiSekarang lebih, dulu kurang

3TinggiTinggiNormalTinggi, normal

TinggiRendahTinggiObese

TinggiNormalTinggiSekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHSNormal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHSTinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2.Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut:Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahunJadi untuk indeks BB/U adalah = Z Score = ( 60 kg 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD= status gizi baikUntuk IndeksTB/U adalah = Z Score = ( 145 kg 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD= status gizi pendekUntuk Indeks BB/TB adalah= Z Score = ( 60 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD= status gizi gemuk

Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSAgeStandard Deviations

Yrmth-3sd-2sd-1sdMedian+1sd+2sd+3sd

15031.639.948.356.769.281.694.1

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHSStatureStandard Deviations

cm-3sd-2sd-1sdMedian+1sd+2sd+3sd

145024.828.832.836.943.049.255.4

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHSStatureStandard Deviations

Yr mth-3sd-2sd-1sdMedian+1sd+2sd+3sd

150144.8152.9160.9169.0177.1185.1193.2

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Interpretasi Berdasarkan % Berat Badan Ideal Menurut Umur BB saat ini/BB ideal < 70% Gizi buruk BB saat ini/BB idea70% 80% Gizi kurang BB saat ini/BB idea80% 100% Gizi baik BB saat ini/BB idea100% 110 % Gizi lebih BB saat ini/BB idea> 110% Obesitas/Obesity (harus dihitung BMI)Pada scenario:PB 100/menit

GrimaceTidakadaLambatMenangiskuat

ActivityLemas/lumpuhGerakan sedikit/fleksi tungkaiAktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan

RespiratoryTidak adaLambat, tidak teraturBaik, menangis kuat

PenilaianSetiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2Nilai tertinggi adalah 10 Nilai 710 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik Nilai 46 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan resusitasi (asfiksia sedang) Nilai 03 menunjukkan bayi mengalami depress iserius dan membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi (asfiksia berat)Jika melihat pada scenario, saat lahir bayi tidak langsung menangis dan pada setelah 5 menit kemudian baru bayi menangis lemah. Maka, bayi dapat dikatakan mengalami asfiksia. Dimana keadaannya adanya bayi yang baru lahir tidak segera bernafas secara teratur secara spontan dan teratur setelah dilahirkan ditandai tidak adanya respon menangis.

8. Bagaimana hubungan ASI terhadap tumbuh kembang anak?Manfaat ASI untuk bayi1. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya2. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)3. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat4. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi5. Komposisi ASI ideal untuk bayi6. Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resikoinfeksilambung-usus,sembelit, danalergi7. Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan sepertigastroentretisataupolio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI8. Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.9. ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan suhu susu yang pas10. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan.11. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh.12. Bayiprematurlebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.13. Beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya:kolik,SIDS(kematian mendadak pada bayi), eksim, Chrons disease, dan Ulcerative Colitis.14. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula.15. Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain.Untuk IbuManfaat ASI untuk ibu menyusui1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih rendah terhadapkanker rahimdan kanker payudara.4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkanbotol susu, dot, dsb5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus membawa banyak perlengkapan seperti botol, kalengsusu formula, air panas, dsb6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan perlengkapannya7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuransusu formulabelum tentu steril8. Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional9. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui

9. Jelaskan dampak riwayat kejang terhadap tumbuh kembang anak!Dampak Riwayat Kejang Terhadap Tumbuh Kembang BayiKejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara. Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Sering terjadi pada anakk, terutama golongan umur 6 bulan 4 tahun. Terjainya bangkitan kejang demam bergantung pada umur tinggi serta cepatnya suhu meningkat.Terjadinya kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsillitis,otitis media akuta, bronchitis dll. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu ddemam berlangsung singkat, umumnya kejang berhenti sendiri, begitu berhenti anak tidak member reaksi apapun sejenak, beberpa detik atau menit kemudian anak terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf.Klasifikasi kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu :a. Kejang Tonik: biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasib. Kejang Klonik : Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik.c. Kejang Mioklonik : gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat.untuk ini Livingstone(1954,1963) membuat criteria dan membagi kejang dengan 2 macam golongan:1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)2. Epilepsy yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever)Kriteria livingstone tersebut kemudian dimodifikasi oleh Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI-RSCM Jakarta sebagai pedoman untuk membuat diagnosis demam sederhana ialah:1. Umur anak ketika kejang anatar 6 bulan dan 4 tahun2. Kejang berlangsung sebentar tidak lebih dari 15 menit3. Kejang bersifat umum4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam5. Pemeriksaan saraf sesudah dan sebelum normal6. Pemeriksaan EEG setelah 1 minggu suhu normal menunjukan tidak ada kelainan7. Frekuensi bangkitnya kejang tidak lebih 4 kali dalam setahunKejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh criteria modifikasi livingstone digolongkan pada epilepsy yang diprovokasi oleh demam.Hemiparesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari stenga jam) baik bersifat umum atau fokal. Dari suatu penelitian terhadap 431 penderita dengan kejang demam sederhana, tidak terdapat kelainan dengan IQ, tetapi pada kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologis akan didapat IQ yang lebih rendah.

10. Jelaskan penatalaksaan kasus pada skenario!Keluhan Utama : tidak mau makanNon medikamentosa: Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna Memberikan berbagai suplemen tambahan (multivitamin) Istirahat yang cukup

Gangguan tumbuh kembang pada pasien 1. Kebutuhan fisik biomedik (ASUH) Memperbaiki nutrisi anak dengan memberikan makanan yang memenuhi zat gizi anak. Dan bentuk makanannya disesuaikan dengan umur anak. Melengkapi imunisasi anak Memperbaiki tingkat kebersihan anak. Mendeteksi dini adanya penyakit (kecurigaan orang tua penting)2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH) Ibu/ pun penggantinya yang dekat dengan anak, mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya kepada anak.3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH) Ibu harus lebih banyak bicara kepada anak, mengajak bermain, melatih anak duduk, berdiri sesuai dengan umur anak, memberikan permainan yang sesuai dengan umurnya. Yang terpenting pula adalah memberikan penyuluhan dan edukasi kepada Ibu mengenai tumbuh kembang anak dan kebutuhan anak.Pada Skenario : Tingkatkan rasa kepedulian sang Ibu Sang ibu tidak banyak bicara Sibuk kepedulian menurun Tidak sibuk, pengetahuan rendah kepedulian menurun Teruskan pemberian ASI Mulai usia 3 bulan sudah diberikan makanan pendamping Ibu merasa tidak percaya diri ASI tidak memuaskan Cara pemberian ASI yang salah ASI tidak memuaskan Perencanaan pemberian gizi Tentukan kebutuhan cairan harian Tentukan kebutuhan kalori sang bayi Pemberian makanan gizi seimbang Monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak Perhatikan faktor imunitas anak (imunisasi) Pertumbuhan dengan melihat ada tidaknya peningkatan pada BB, TB, dan LK sesuai dengan Growth Chart. Perkembangan dengan memberikan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan), dan menyesuaikan dengan DENVER II Chart Seorang anak membutuhkan pemukiman yang layak dan sehat (terdapat ventilasi dan sinar matahari yang cukup, serta kebersihan yang terjaga).

BAB IIISIMPULAN

Berdasarkan hasil diskusi dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :a. Anak perempuan dalam scenario mengalami gizi buruk disebabkan karena malnutrisi, kesalahan/ketidaktepatan dalam pemberian asupan gizi ke anakb. Pertumbuhan dan perkembangan anak perempuan dalam scenario mengalami keterlambatan kemungkinan disebabkan keadaan anak tersebut saat prenatal dan postnatal terlihat dalam riwayat kelahiran dan hasil apgar skor serta grafik pertumbuhan dan perkembangan anak yang berada di bawah nilai normalc. Kurangnya pengetahuan/pendidikan orang tua khususnya ibu dalam pola mengasuh/mendidik anakd. Kesalahan dalam mengikuti program imunisasi hingga dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi anak tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Ranuh,I.G.N.2008.Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ketiga.Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia 2011. Modul Materi Dasar 1 KebijakanProgramImunisasi.Jakarta: Ditjen PP & PL Depkes RIBuku ajar tumbuh kembang anak dan remaja edisi tahun 2002 (IDAI)Buku Tumbuh kembang anak, dr. Soetjiningsih SpAK bagian kesehatan anak fakultas kedokteran Universitas Udayana, Bali.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan anak: 1985 :Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Hull, David & Derek I. Johnston. 2008. Dasar-Dasar Pediatri Ed. 3. Jakarta: EGChttp://sobatsehat.com/2009/10/19/7-gangguan-tumbuh-kembang-anak-yang-perlu-kita-ketahui/http://www.childcare-center.com/masalah.htmlhttp://melysaniki.wordpress.com/2012/04/18/askep-kejang-pada-anak/http://asuh.wikia.com/wiki/Manfaat_ASIhttp://aufalactababy.com/tag/cdc/http://posyandu.org/jenis-imunisasi.htmlwww.infobunda.com/pages/imunisasi/index.php

44