modul 2-dasar genetika
TRANSCRIPT
MODUL 2. DASAR GENETIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN
DASAR GENETIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN
DASAR GENETIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN
1. IDENTITAS MODUL
Judul Unit : Dasar Genetika dalam Pemuliaan Tanaman
Kode Unit : 2
Kompetensi Utama : Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni di bidang
pertanian
Kompetensi Pendukung : - Mampu menjelaskan dasar genetik dan
kegiatan pre-breeding
- Mampu mengungkapkan pendapat secara
argumentatif
Kompetensi Lainnya : • Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti
prinsip-prinsip dasar dalam pemuliaan
tanaman
• Mengetahui tahapan evolusi sebagai awal dari
perubahan susunan genetik tanaman
Deskripsi modul : Modul ini berisi penjelasan singkat mengenai
dasar-dasar dalam ilmu pemuliaan tanaman.
Didalamnya berisi materi-materi seperti variasi
genetik dan seleksi, pewarisan dan rekombinasi
gen, proses mutasi, reproduksi tanaman,
pewarisan sifat kualitatif dan kuantitatif,
genetika populasi dan pemahaman materi
genetik: variasi, heritabilitas, daya gabung,
respon seleksi dan kemajuan genetik.
Mekanisme dan Metode
Pembelajaran
: -Discovery learning
Kriteria Penilaian Capaian
Pembelajaran
: - Penilaian Essay: Rubrik Essay (inovasi dan
kualitas ide, Kekritisan berpikir, kejelasan dan kosnsitensi isi, keterkaitan antar komponen,
kehandalan kesimpulan dan kemutakhiran pustaka (Lampiran 1)
- Kelengkapan data database: ukuran, warna dan bentuk bunga dan foto.
- Kriteria:
80-100: Sangat lengkap.
60-79: Lengkap
< 59: Tidak lengkap
Bobot penilaian : Essay (7,5%)
Role play (10%)
Laporan database (7,5%)
Tempat : Kelas dan perpustakaan
Peralatan yang diperlukan : Laptop, infocus, screen (layar), papan tulis, dan
spidol.
2. PETA KONSEP
Dasar Genetika
dalam Pemuliaan
Tanaman
Variasi genetik dan
Seleksi
Seleksi AlamSeleksi
Buatan
Rekombinasi gene
Proses mutasi
Reproduksi tanaman
SeksualAseksual
Pewarisan
karakter
kualitatif
karakter
kuantitatif
Genetika populasi
Kuantitatif genetik
Variasi
Heritabilitas
Daya
gabung
Respon
seleksi
Kemajuan
genetik
3. GLOSARIUM
4. PENDAHULUAN
Genetika berasal dari bahasa Yunani genno yang berarti "melahirkan". Merupakan
cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang
menyangkut pewarisan karakter dan variasi karakter pada organisme maupun
suborganisme (seperti virus dan prion). Ada pula yang dengan singkat mengatakan,
genetika adalah ilmu tentang gen. Nama "genetika" diperkenalkan oleh William
Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya
pada Konferensi Internasional tentang genetika ke-3 pada tahun 1906. Bidang kajian
genetika dimulai dari wilayah molekular hingga populasi. Secara lebih rinci, genetika
berusaha menjelaskan mengenai:
• Material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),
• Bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
• Bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain
(pewarisan/transmisi genetik).
Alel : Bentuk lain (varian) dari gen.
Genetika : Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion).
Gen : Sekuens DNA fungsional (ditranskripsikan menjadi RNA dan atau ditranslasikan menjadi polipeptida/protein hingga menghasilkan fenotipe yang kita amati
Pewarisan genetik ( genetic inheritance)
: Penurunan karakter dari satu generasi ke generasi berikutnya yang dikendalikan oleh gen-gen yang dimiliki
oleh organisme yang terdapat di dalam kromosom (inti)
dan luar inti.
Aspek pertama yang dipelajari orang dalam genetika karena berkaitan langsung dengan fenotipe.
Seleksi : suatu proses dimana individu-individu tertentu dalam suatu populasi dipilih dan dibudidayakan untuk tujuan
produksi yang lebih baik (segi kuantitas dan kualitas) pada generasi selanjutnya
Tujuan utama program pemuliaan tanaman adalah untuk mennghasilkan
kultivar tanaman baru yang unggul untuk semua karakter biologi atau karakter-
karakter tertentu dikaitkan dengan segi ekonomi dan estetika. Karakter-karakter
khusus yang diinginkan tentu saja beragam. Sesuai dengan spesies tanaman, iklim
dimana tanaman ini tumbuh, budidaya yang digunakan untuk memproduksi,
penggunaan produknya dan faktor lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman dasar-
dasar genetik dalam pemuliaan tanaman seperti: variasi genetik, pewarisan sifat,
rekombinasi gen, aspek genetika kuantitatif seperti heritabilitas, daya gabung,
respon seleksi dan intensitas seleksi sangat penting dalam pemuliaan tanaman.
5. MATERI PEMBELAJARAN
1. Variasi Genetik dan Seleksi
Keanekaragaman merupakan faktor utama dari evolusi. Meskipun prosesnya
diketahui dan telah dikemukan oleh Lamarck danDarwin, tanpa ada variasi
(keanekaragaman), evolusi tiadak akan terjadi. Variasi genetik dalam populasi yang
merupakan gambar dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap
lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan adaptif.Suatu populasi terdiri dari
sejumlah individu.Seperti kita ketahui bahwa tidak ada dua individu yang serupa,
pada populasi manusia dapat kita lihat dengan mudah adanya perbedaan- perbedaan
individu : misalnya ciri-ciri anatomi, fisiologi dan perilaku yang khusus.
Fenotipe suatu individu organisme dihasilkan dari genotipe dan pengaruh
lingkungan organisme tersebut.Variasi fenotipe yang substansial pada sebuah
populasi diakibatkan oleh perbedaan genotipenya. Sintesis evolusioner
modern mendefinisikan evolusi sebagai perubahan dari waktu ke waktu pada variasi
genetika ini.Variasi berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran
gen), dan perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang
dari tukar ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen
horizontal pada bakteria dan hibridisasi pada tanaman.Walaupun terdapat variasi
yang terjadi secara terus menerus melalui proses-proses ini,
kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies tersebut.
Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan
yang dramatis pada fenotipenya.Misalnya simpanse dan manusia hanya berbeda
pada 5% genomnya.Secara umum variasi genetik dapat dibedakan menjadi 5
penyebab (agensia evolutif), yakni mutasi rekombinasi gen,genetic drift, gen flow
dan seleksi alam.
Seleksi merupakan suatu proses dimana individu-individu tertentu dalam suatu
populasi dipilih dan dibudidayakan untuk tujuan produksi yang lebih baik (segi
kuantitas dan kualitas) pada generasi selanjutnya.Seleksi merupakan dasar utama
dalam pemuliaan tanaman. Akibat seleksi dalam populasi adalah meningkatnya
rataan dalam suatu sifat ke arah yang lebih baik dan diikuti oleh peningkatan
keseragaman atau dengan perkataan lain penurunan keragaman atau simpangan
baku.Fungsi dari seleksi dalam suatu populasi adalah mengubah frekuensi gen yang
ada dalam populasi tersebut. Secara umum seleksi dapat dibagi atas dua macam,
yaitu :
1. Seleksi alam (natural selection) dimana seleksi terjadi secara spontan
akibat pengaruh alam.
2. Seleksi buatan (artificial selection) seleksi terhadap tanaman yang
dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Seleksi secara alami merupakan proses dari evolusi, individu yang kuat akan
terus hidup sedangkan yang lemah akan hilang. Seleksi buatan, yaitu seleksi yang
sengaja dilakukan dan terarah.Terdapat dua bentuk seleksi buatan untuk
meningkatkan karakter suatu tanaman, yaitu seleksi diantara populasi yang sudah
ada dengan tujuan meningkatkan karakter yang diinginkan dan seleksi dari sustu
populasi keturunan hasil persilangan yang biasanya hasil populasi yang
bersegregasi.Sebelum pemulia melakukan seleksi, dia harus mengidentifikasi dengan
jelas tujuan program pemuliaannya. Seleksi yang dilakukan oleh pemulia tanaman,
yaitu akan mengubah komposisi genetik dari suatu populasi tanaman dan
perubahannya akan tampil melauli fenotipenya, pemulia akan mengukur fenotipenya
untuk menduga keadaan genotipenya. Dengan demikian harus bisa dibedakan antara
genotipe suatu tanaman dengan penampilan fenotipenya.
2. Pewarisan dan Rekombinasi Gen
Pengetahuan ilmiah kita tentang pewarisan sifat telah sangat maju
dibandingkan pada zaman Mendel, namun sebagian formulasi genetika saat ini masih
didasarkan pada prinsip-prinsip Mendel. Mendel, seorang rahib Australia sangat
berpengalaman dalam bidang penelitian ilmiah. Karyanya dilaporkan pada tahun
1865.Mendel merupakan orang yang pertama kali dapat menerangkan bahwa
persamaan dan perbedaan antara anak dengan tetuanya dapat diterangkan dengan
teori pewarisan gen. Mendel adalah seorang biarawan dari Brno, Austria.
Teori pertama mengenai sistem pewarisan dikemukakan oleh Gregor
Mendel pada tahun 1865. Teori ini didasarkan pada hasil
penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam
percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah
diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a)
Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki
mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh
serbuk sari dari bunga yang lain sehingga setiap bunga menyerbuk sendiri secara
alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih
mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan
benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkan dan mengamati
karakter (sifat) keturunannya.
Meiosis dan Segregasi Mendel
Hukum Segregasi Mendel menyatakan bahwa suatu pasangan gen bersegregasi atau
berpisah satu dengan yang lainnya menjadi gamet-gamet, sehingga separuh gamet
akan membawa salah satu gen dan separuh gamet lainnya membawa satu gen
lainnya dari pasangan gen tersebut. Mendel juga menyatakan bahwa setiap sifat
organisme ditentukan oleh suatu faktor, yang disebut gen. Faktor tersebut kemudian
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.Dalam setiap tanaman terdapat
dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang dikenal dengan istilah alel;
satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina.Dalam
penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan
identitasnya.
Meiosis adalah proses seluler terbentuknya gamet, dimana sel sperma dan sel
telur sebagai pembawa informasi genetik pada keturunannya. Peranan meiosis
terhadap dihibrid terdapat dalam Hukum I Mendel dan Hukum Mendel 2 yang juga
disebut “Law of Segregation” dan “The Law of Independent Assortment”. Bukti-bukti
Mendel untuk menjelaskan teori partikulat mengenai pewarisan: (a) Persilangan
tanaman tinggi dan pendek; (b) Pada generasi F1 semua keturunan (zuriat)
berbatang tinggi; (c) Pada generasi F2 26% berbatang pendek dan 74% berbatang
tinggi.
Hukum segregasi Mendel mengikuti proses miosis, sebagai berikut :
1. Individu heterozigot yang memiliki dua alel, yaitu alel tinggi (T) dan alel
pendek (t).
2. Setelah kromosom mengganda, melalui miosis I dan II dihasilkan sel-sel
haploid. Tiap-tiap sel memiliki alel tunggal untuk gen tinggi tanaman , baik T
atau t, maka alel T dan t bersegregasi bebas satu sama lain.
3. Selama fertilisasi alel bergabung secara acak.
Keturunan memiliki rasio genotipe: 1 TT : 2 Tt : 1 tt dan rasio fenotipe : 3 tinggi
: 1 pendek.
Hukum Mendel dapat terjadi penyimpangan rasio dari yang diharapkan, jika
terjadi keadaan sebagai berikut :
• Alel-alel secara fisik terpaut pada kromosom yang sama.
• satu tetua tidak mempunyai gen serupa, misalnya pada manusia (pria)
mempunyai satu kromosom X dari ibunya, sehingga alel maternal mempunyai
pengaruh terhadap organisme (lihat pautan seks.
• Ketahanan genotipe yang tidak sama, misalnya satu kombinasi dari alel-alel
mungkin akan mati sehingga dapat mempengaruhi perkawinan, mati dalam
uterus.
• Alel-alel mungkin menunjukkan dominan tidak lengkap atau ko-dominan (lihat
hubungan dominance).
• terjadi interaksi genetik (epistasi) antara alel-alel dari gen yang berbeda.
• Penurunan sifat genetik yang berasal hanya dari satu tetua, misalnya DNA
mitokondria hanya dapat diturunkan dari induk (Lihat efek maternal) alel-alel
yang ada sebelumnya.
Hibridisasi Tanaman
Catatan Gregor Mendel pada tahun 1865 yang terdapat dalam “Experiments
on Plant Hybridization” berisi studi genetik yang dilakukannya selama beberapa
tahun pada tanaman kapri. Dalam catatannya, Mendel membandingkan tujuh
karakter yang berlainan.
• Warna dan bentuk biji (hijau dan bulat atau putih dan kisut)
• Warna kotiledon (kuning atau hijau)
• Warna bunga (putih atau ungu)
• Bentuk polong (penuh atau mengerut)
• Warna polong mentah (kuning atau hijau)
• Posisi bunga dan polong pada batang
• Tinggi tanaman (pendek atau tinggi)
Melalui percobaannya, Mendel menemukan bahwa satu sifat yang diturunkan
dapat bersifat dominan atau resesif.Model ini, selanjutnya dikenal dengan Pewarisan
Mendelian atau Genetika Mendelian.Hasil pekerjaan Mendel masih sedikit para
ilmuwan yang mengakui, dan sebagian besar telah melupakannya.Pada abad ke-20,
ternyata hasil pekerjaan Mendel ditemukan kembali dan idenya digunakan untuk
mendukung perpaduan yang lebih modern.
Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan karakter tunggal.
Perbedaan karakter bentuk biasanya dikendalikan dengan alel berbeda yang terletak
pada gen yang sama. Sebagai contoh, persilangan monohibrid antara dua tanaman
galur murni (homozigot untuk masing-masing sifat), biji-biji berwarna kuning (sifat
dominan) dan biji-biji berwarna hijau (sifat resesif), telah menghasilkan generasi F1
dengan warna biji kuning sebab alel-alel biji kuning lebih dominan daripada hijau.
Persilangan monohibrid hanya membandingkan satusi fat, sebagai contoh dapat
dilihat pada bagan berikut ini
Persilangan monohibrid dalam Punnett Square, pada umumnya, karakter
dominan ditunjukkan dengan huruf kapital, misalnya B sedangkan resesif nya dengan
huruf kecil misalnya b. Persilangan monohibrid, genotipe tetua adalah homozigot,
dan turunannya, maka generasi F1, semuanya memiliki genotipe yang heterozigot.
Pada tabel,Punnet Square, menggambarkan bahwa hasil persilangan antar individu
F1 yang heterozigot akan menghasilkan rasio genotipe 1 : 2 : 1, dan rasio fenotipe 3
: 1.
Persilangan monohibrid banyak digunakan untuk menentukan generasi F2 dari
pasangan tetua asal yang homozigot (satu tetua asal dominan dan yang lainnya
resesif) dimana hasil yang diperoleh pada F1 semuanya heterozigot. Hasil
perkawinan ini, melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan generasi F2,
dengan kemungkinan diperoleh fenotipe dominan sebanyak 75% dan 25% fenotipe
resesifnya.
Bagan persilangan dapat digambarkan sebagai berikut :
B B
B BB Bb
B Bb bb
Variasi Hukum Mendel I
Salah satu contoh variasi hukum mendel I adalah hubungan antara dua alel
yang tidak mengekspresikan hubungan dominan resesif . Dimana pada F1 tidak ada
dominasi gen dari tetua sehingga fenotip pada F1 tidak sama dengan sifat tetua
dengan gen dominan. Hubungan alel ini disebut sebagai kodominan.Kodominan
adalah hubungan antar alel dimana kedua alel mempunyai kontribusi pada fenotip
gen heterozigot. Contoh : warna bungan tanaman bunga pukul 4
Tetua : Merah(MM) dan Putih (mm)
MM x mm
(merah) (putih)
Mm
(pink)
Rasio fenotip F2 : ¼ Merah (MM) : ½ Pink (Mm) : ¼ putih (mm)
Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu yang identik
heterozigot pada dua lokus, sebagai contoh : RrYy/RrYy. Persilangan hibrida
seringkali digunakan untuk menguji gen dominan dan resesif dalam dua karakter
yang berbeda. Seperti halnya persilangan yang dilakukan dalam Genetika
Mendel. Gen yang terjadi pada saat pemisahan kromosom masing-masing sepasang
alel menunjukkan segregasi bebas. Keturunan pertama (generasi F1) menghasilkaan
empat keturunan, generasi kedua dimana terjadi persilangan sendiri dari generasi F1
menunjukkan rasio fenotipe 9:3:3:1.
Pada Tanaman kapri, dua karakter yang terdiri dari bentuk dan warna akan
digunakan sebagai contoh persilangan dihibrid dalam punnet square. R adalah gen
dominan untuk bentuk bulat, sedangkan r sebagai gen resesif pembawa bentuk
kisut. Y gen dominan pembawa warna kuning, sedangkan y sebagai gen resesif
pembawa warna hijau. Dengan menggunakan Punnet Square, maka gamet nya
terdiri dari : RY, Ry, rY, dan ry.
RY Ry rY Ry
RY RRYY RRYy RrYY RrYy
Ry RRYy RRyy RrYy Rryy
rY RrYY RrYy rrYY rrYy
Ry RrYy Rryy rrYy Rryy
Persilangan ini menghasilkan rasio fenotipe 9:3:3:1, ditunjukkan dengan warna,
kuning berarti fenotipe bentuk bulat warna kuning (kedua-duanya gen dominan),
hijau menunjukkan fenotipe bentuk bulat warna hijau, merah menunjukkan fenotipe
bentuk kisut warna kuning, dan biru menunjukkan fenotipe bentuk kisut warna hijau
(kedua-duanya merupakan gen resesif).
Rekombinasi Gen
Rekombinasi gen bisa diartikan sebagai perubahan susunan gen, sehingga
terdapat pertukaran, penambahan, atau pengurangan sifat dari genom suatu
makhluk hidup. Rekombinasi gen ini sama halnya bila dikatakan rekombinasi dna
yang mana peristiwa ini dapat terjadi melalui beberapa cara yang biasa dikatakan (i)
transformasi (masuknya DNA dari lingkungan luar kedalam sel sehingga terbentuk
rekombinasi), (ii) konjugasi (penyatuan DNA dalam hal ini makro nukleid dan mikro
nukleid dari cell itu sehingga didapatkan dna rekombinan), (iii) dengan cara
transduksi (peristiwa rekombinanini melalui peran virus (bakteriofage) yang
membawa sifat tertentu dan memasukkannya kedalam sel lain).
Secara alami, rekombinasi gen terjadi saat pembelahan meiosis terjadi, (jd
bukan saat fertilisasi), yaitu ketika fase yang disebut sebagai "pindah silang" atau
crossing over, pada profase I. Pada fase itu, gen-gen dari pasangan kromosom
homolog saling bertukaran. Seperti kita ketahui, manusia memiliki 2 set kromosom
yang saling berpasangan, satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ayah, dan
satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ibu. Pada pembelahan mitosis
(perbanyakan sel), kedua set kromosom tersebut akan diperbanyak apa adanya, jadi
tidak ada perubahan susunan gen. Namun, pada saat pembelahan meiosis, yaitu
pada pembentukan sel gamet (yang notabene hanya punya satu set kromosom),
terjadi pindah silang, sehingga satu set kromosom hasil dari pembelahan meiosis
akan membawa kombinasi sifat ayah da sifat ibu.
Secara buatan, rekombinasi gen merupakan salah satu alat bioteknologi untuk
membuat GMO ( Genetically Modified Organism), yaitu organisme yang telah
dimodifikasi genetik nya. Para ahli telah berhasil menghilangkan, menambahkan,
atau menukar gen-gen tertentu sehingga didapat sifat-sifat baru yang
disukai.Umumnya organisme yang dimodifikasi adalah bakteri, karena struktur
genetisnya lebih sederhana dibandingkan organisme yang lebih tinggi. Salah satu
contoh yang paling populer adalah penyisipan gen pembuat insulin ke dalam genom
bakteri Escherichia coli, sehingga bakteri tersebut dapat memproduksi hormon insulin
untuk para penderita diabetes.
Fungsi dari rekombinasi genetik bervariasi tergantung mekanismenya.
Beberapa fungsi rekombinasi genetik adalah memelihara perbedaan genetik, sistem
perbaikan DNA khusus, regulasi ekspresi gen tertentu, dan penyusunan kembali
genetik yang diprogram selama perkembangan.Secara garis besar ada tiga tipe
rekombinasi genetik yang sudah banyak diketahui, yaitu (1) rekombinasi homolo
umum, (2) rekombinasi khusus (site
transposisi/ replikatif.
Gambar. Skema
Rekombinasi dimulai dengan
DNA homolog (langkah 3) yang
(langkah 4-6), sampai akhirnya
3. Mutasi
Mutasi adalah perubahan bahan genetik pada organisme sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan ekspresinya.Mutan adalah organisme baru hasil
mutasi.Dalam bidang pemuliaan tanaman teknik mutasi dapat meningkatkan
keragaman genetik tanaman sehingga memungki
perbaikan DNA khusus, regulasi ekspresi gen tertentu, dan penyusunan kembali
genetik yang diprogram selama perkembangan.Secara garis besar ada tiga tipe
rekombinasi genetik yang sudah banyak diketahui, yaitu (1) rekombinasi homolo
umum, (2) rekombinasi khusus (site-specific rekombination), dan (3) rekombinasi
Skema rekombinasi menurut Holliday.
adanya pemotongan pada salah satu dari
yang diikuti oleh invasi pada untaian DNA
akhirnya terbentuk persimpangan Holliday
Mutasi adalah perubahan bahan genetik pada organisme sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan ekspresinya.Mutan adalah organisme baru hasil
mutasi.Dalam bidang pemuliaan tanaman teknik mutasi dapat meningkatkan
keragaman genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi
perbaikan DNA khusus, regulasi ekspresi gen tertentu, dan penyusunan kembali
genetik yang diprogram selama perkembangan.Secara garis besar ada tiga tipe
rekombinasi genetik yang sudah banyak diketahui, yaitu (1) rekombinasi homolog/
specific rekombination), dan (3) rekombinasi
dua untaian
DNA homolog
Mutasi adalah perubahan bahan genetik pada organisme sehingga
memungkinkan terjadinya perubahan ekspresinya.Mutan adalah organisme baru hasil
mutasi.Dalam bidang pemuliaan tanaman teknik mutasi dapat meningkatkan
nkan pemulia melakukan seleksi
genotip tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi dapat
terjadi secara spontan (spontaneous mutation) dan dapat juga terjadi melalui induksi
(induced mutation).
Mutasi spontan terjadi karena adanya kesalahan dalam replikasi DNA.
Kesalahan yang terjadi selama proses replikasi DNA dapat menyebabkan terjadinya
mutasi transisi atau mutasi tranversi. Mutasi transisi terjadi jika basa nukleotida purin
digantikan oleh basa nukleotida purin yang lain atau basa nukleotida pirimidin
digantikan oleh basa pirimidin yang lain. Sebagai contoh yaitu pasangan AT menjadi
GC atau TA menjadi CG. Mutasi transversi adalah mutasi yang terjadi jika basa
nukleotida purin digantikan oleh basa pirimidin begitupun sebaliknya.Sebagai contoh
yaitu pasangan AT menjadi CG atau GC menjadi TA.Mutasi dapat juga terjadi karena
buatan (diinduksi).Induksi mutasi dapat dilakukan dengan beberapa agen mutasi
(mutagen) yaitu mutagen kimia (chemical mutagen) dan mutagen fisika (physical
mutagen). Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa alkyl (alkylating
agents) misalnya seperti ethyl methane sulphonate (EMS), diethyl sulphate (dES),
methyl methane sulphonate (MMS), hydroxylamine, nitrous acids, acridines dan
sebagainya. Mutagen fisika bersifat sebagai radiasi pengion (ionizing radiation) dan
termasuk diantaranya adalah sinar-X, sinar gamma, sinar beta, dan neutron.
Pengelompokan Mutasi
1. Mutasi Genom
Mutasi genom adalah perubahan yang terjadi pada jumlah kromosom normal.
Pada mutasi genom terjadi penambahan atau pengurangan set kromosom
contohnya perubahan dari diploid menjadi haploid, triploid dan seterusnya.
2. Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan jumlah
kromosom.Perubahan yang terjadi pada struktur kromosom disebut dengan
istilah aberasimengakibatkan terjadinya delesi, duplikasi, inversi, translokasi,
isokromosom, dan katenasi.Sedangkan perubahan jumlah kromosom
mengakibatkan terjadinya euploidi dan aneuploidi.
Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom
disebut ploidi. Mutasi yang melibatkan penguranganatau penambahan perangkat
kromosom (genom) disebuteuploid, sedangkan pengurangan atau penambahan
pada salah satu kromosom dari genom disebut aneuploid.
a) Euploid (eu= benar, ploid= unit)
Telah dipelajari bahwa makhluk hidup yang terjadi dari perkembangbiakan
secara kawin, umumnya bersifat diploid, yaitu memiliki dua perangkat
kromosom atau dua genom pada sel somatisnya (2n kromosom).
Organisme yang kehilangan 1 set kromosomnya disebut monoploid.
Organisme monoploid memiliki satu genom atau satu perangkat kromosom (n
kromosom) dalam sel somatisnya. Sel kelamin atau (gamet), yaitu sel telur
(ovum) dan spermatozoa, masing-masing memiliki satu perangkat kromosom =
satu genom (n Kromosom) disebuthaploid. Sedangkan organisme yang memiliki
lebih dai dua genom disebut poliploid, misalnya triploid (3n kromosom),
tetraploid (4n Kromosom) dan heksaploid (6n Kromosom).
Poliploid dapat terjadi pada tumbuhan, misalnya apel dan tebu, serta pada
hewan misalnya Daphnia, katak Rana esculenta, dan cacing Ascaris.Macam
poliploid ada dua, yaitu autopoliploid, yang terjadi pada kromosom homolog,
misalnya semangka tak berbiji; alopoliploid, terjadi pada kromosom nonhomolog,
misalnya Rhaphanobrassica (tumbuhan berakar seperti kol, berdaun mirip lobak.
b) Aneuploid (an = tidak, eu=benar, Ploid= unit)
Mutasi kromosom ini tidak melibatkan perubahan pada seluruh genom,
melainkan hanya terjadi pada salah satu kromosom dari genom.Disebut juga
dengan istilah aneusomik.Contohnya adalah sindrom down.
Macam-macam aneuploid antara lain sebagai berikut:
1) Monosomik (2n-1); yaitu mutasi karena kekurangan satu kromosom
2) Nulisomik (2n-2); yaitu mutasi karena kekurangan dua kromosom
3) Trisomik (2n+1); yaitu mutasi karena kelebihan satu kromosom
4) Tetrasomik (2n+2); yaitu mutasi karena kelebihan dua kromosom
3. Mutasi gen
Mutasi gen adalah perubahan yang terjadi pada satu basa nukleotida. Pada
mutasi gen, terjadi substitusi pasangan basa, penambahan pasangan basa,
delesi satu atau beberapa basa dan penyusunan kembali pasangan basa
nukleotida.
4. Mutasi di luar inti sel (extranuclear mutation)
Mutasi di luar inti sel adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik yang
terdapat pada organel di luar inti sel misalnya kloroplas dan mitokondria.
Macam mutasi
Berdasarkan tempat terjadinya:
• Mutasi kecil( point mutation)
Mutasi kecil adalah perubahan yang terjadi pada susunan molekul (AND )gen.
Lokus gen sendiri tetap. Mutasi jenis ini yang menimbulkan perubahan alel.
Mutasi gen diartikan sebagai suatu perubahan fisiokimiawi gen. Perubahan
fisiokimiawi gen yang terjadi antara lain dapat berupa perubahan atau
pergantian pasangan basa. Misalnya pasangan A-T diganti menjadi G-C:
peristiwa semacam ini antara lain disebabkan karena terjadi satu basa purin
ataupun pirimidin oleh senyawa lain yang analog semacam zaguanin atau
bromouracil C-G. Sebagai akibat peristiwa lain.
• Mutasi besar (gross mutation)
Mutasi besar adalah perubahan yang terjadi pada stuktur dari kromosom.
Istilah khusus mutasi kromosom yakni aberasi. Sehingga untuk selanjutnya
istilah aberasi dipakai untuk mutasi kromosom , sedangkan istilah mutasi
khusus untuk mutasi gen saja.
- Berdasarkan macam sel yang mengalami mutasi
• Mutasi somatis (mutasi vegetatif)
Mutasi somatis adalah mutasi yang terjadi pada sel soma .bila
perubahan sel somatis demikian besar , sel-sel dapat mati . dan kalau dapat
bertahan hidup memiliki kelainan atau tak berfungsi secara normal. Bila sel
somatis tidak tidak meliputi daerah yang luas, yang kurang penting, tidak
membahayakan . tetapi bila meliputi daerah yang luas atau alat yang amat
penting dapat membahayakan bahkan dapat mematikan.
Bila perubahan sel itu terjadi ketiak sel somatis sedang giat membelah
seperti dalam embrio dapat mengakibatkan karakter abnormal waktu lahir ,
tetapi tidak diturunkan kepada generasi berikutnya . makin muda jaringan
yang mengalami perubahan genetis makin luas akibat abnormalan yang
ditimbulkannya sebliknya makin dewasa jaringan itu ketika mengalami
keabnormalan dan dapt ditolerir.
Dalam bidang pertanian mutasi vegetatif banyak dipakai untuk
meninggikan produksi dan mutu, seperti terhadap apel .anggur dan jeruk.
Dibuat perubahan induksi pada suatu cabang pohon dewasa (misalnya dengan
colchicine). Lalu cabang distek atau dicangkok , dan dibiakkan secara vegetatif
pula. Sedangkan secara alamiah perubahan vegetatif pada tumbuhan dapat
menimbulkan beraneka warna (belang) pada endosperm (biji), daun dan
mahkota bunga.Misalnya pada ercis dan bunga pukul 4.
• Mutasi germinal (mutasi gametis/ generatif)
Mutasi germinal adalah mutasi yang terjadi sel germinal (terdapat didalam
gonad). Hal ini terjadi terdapat pada mahkluk hidup bersel banyak dan bukan
yang bersel satu.Atau strukturnya yang lebih sederhana.Bila perubahan
berlangsung pada gamet.maka akibat yang ditimbulkan begitu hebat dan
gametpun segera mati. Kadang menyebabkan gamet tidak mampu melakukan
pembuahan dengan wajar.Oleh karena itu tak diteruskan pada
keturunananya.Tetapi bila perubahan tidak begitu hebat dan gamet dapat
melakukan pembuahan, terjadi generasi baru yang menerima peruahan bahan
genetik tersebut.
Penyebab mutasi
Faktor- faktor yang menjadi penyebab terjadinya mutasi adalah demikian
banyak aspek variabel faktor lingkungan.Faktor- faktor tersebut dikenal sebagai
mutagen. Pada umumnya faktor- faktor lingkungan penyebab mutasi (mutasi) dibagi
menjadi:
a). Faktor fisika (radiasi)
Agen mutagenik dari faktor fisika brupa radiasi. Radiasi yang bersifat
mutagenik antara lain berasal dari sinar kosmis, sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar
–X, partikel beta, pancaran netron ion- ion berat, dan sina- sinar lain yang
mempunyai daya ionisasi.Radiasi dipancarkan oleh bahan yang bersifat radioaktif.
Suatu zat radioaktif dapat berubah secara spontan menjadi zat lain yang
mengeluarkan radiasi. Ada radiasi yang menimbulkan ionisasi ada yang tidak.Radiasi
yang menimbulkan ionisasi dapat menembus bahan, termasuk jaringan hidup, lewat
sel-sel dan membuat ionisasi molekul zat dalam sel, sehingga zat- zat itu tidak
berfungsi normal atau bahkan menjadi rusak. Sinar tampak gelombang radio dan
panas dari matahari atau api, juga mem,bentuk radiasi, tetapi tidak merusak.
b). Faktor kimia
Banyak zat kimia bersifat mutagenik. Zat- zat tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
• Pestisida
- DDT, insektisida dipertanian dan rumah tangga.
- DDVP, insektisida, fumigam, helminteik ternak
- Aziridine, dipakai pada industri tekstil, kayu dan kertas untuk membasmi lalat
rumah, mutagen pada tawon, mencit, neurospora, E, coli dan bakteriofage T4.
- TEM, dipakai dalam teskstil dan medis (agen antineoplastik). Membasmi lalat
rumah.mutagen pada mencit dan serangga, jamur, aberasi pada memcit, allium e
coli dan lekosit.
• Industri
- Formadehid. Zat ini digunakan dalam pabrik resin, tekstil, kertas dan pupuk,
disenfektan benih, dan fungisida, anti pai , anti kusut pada tekstil . banyak
dijumpai pada asap tembakau, asap mobil, mesin serta buangan pabrik tekstil.
Mutagen pada drosophila, neuspora dan E, coli.
- Glycidol. Zat yang digunakan untuk membuat zat kimia yang lain seperti, eter,
ester, amin untuk farmasi, dan tekstil bersifat antibakteri dan antijamur pada
makanan, mutagen pada drosophila, neuspora, aberasi dan jaringan mencit.
- DEB (butadiene deipoxide), mencegah mikroba, untuk tekstil dan farmasi,
mutagen pada drosophila, neuspora dan E, coli .salmonella, penicillium, lalat
rumah ragi, jagung, tomat dan mamalia. Aberasi pada allium, drosophila dan
mamalia.
4. Reproduksi Tanaman
Terdapat dua macam reproduksi, yaitu reproduksi vegetatif (aseksual atau
tidak kawin) dan reproduksi generatif (seksual atau kawin). Reproduksi aseksual
akan menghasilkan tanaman baru yang berasal dari organ-organ khusus dari bagian
vegetatif tanaman. Reproduksi seksual melibatkan fusi gamet jantan dan gamet
betina dari tetua yang sama atau tetua yang berbeda. Konsekuensi dari reproduksi
seksual adalah diperolehnya keturunan hasil penggabungan gamet jantan dan gamet
betina. Dapat pula dikatakan, satu set kromosom (genom inti) dan genom luar inti
masing-masing dari tetua betina dan tetua jantan. Hal inilah yang menyebabkan
konstitusi genetik keturunan (progeny) berbeda dengan tetuanya. Pada reproduksi
aseksual, tidak adanya proses penggabungan gamet jantan dan gamet betina,
sehingga menghasilkan konstitusi genetik keturunan yang sama dengan salah satu
tetua asalnya (origin).
Reproduksi seksual
Pada perkembangbiakan seksual diperlukan dua sel kelamin (gamet) yang
berbeda jenisnya dimana terdapat perbedaan morfologi seperti sel telur (ovum) dan
sel kelamin jantan (sperma).Gamet jantan di hasilkan dalam arthera (kotak sari),
sedangkan gamet betina di hasilkan dalam ovarium. Perbedaan morfologi ini juga
mencakup perbedaan jumlah dan ukuran, seperti pada spermatozoa, jumlah lebih
banyak dan ukurannya lebih kecil di bandingkan dengan sel telur (ovum).Apabila
bunga sudah menghasilkan gamet jantan dan betina, maka penyerbukan dapat
terjadi yang selanjutnya menghasilkan zigot.
Pada tumbuhan biji (spermatophyta), perkembangbiakan seksual dilakukan
dengan biji sebagai hasil pembuahan sel telur oleh sperma. Peristiwa pembuahan ini
sebelumnya didahului oleh peristiwa penyerbukan dimana jatuhnya melekatnya
serbuk sari pada kepala putik.
Terminologinya akan lebih jelas bila berbicara mengenai penampilan seks
pada individu bunga, pada individu tanaman atau pada kelompok tanaman.
1. Penampilan seks pada individu bunga
Hermaprodit, yaitu bunga yang mempunyai stamen dan pistil.
Staminet (androsius), yaitu bunga yang hanya mempunyai benang sari saja.
Pistilet (giniesis), yaitu bunga yang hanya mempunyai pistil saja.
2. Penampilan seks pada individu tanaman
Hermaprodit, yaitu tanaman yang hanya mempunyai bunga hermaprodit saja.
Monoesis, yaitu tanaman yang hanya mempunyai bunga staminet dan pistilet.
Androesis, yaitu tanaman yang hanya berbunga staminet saja.
Ginoesis, yaitu tanaman yang hanya berbunga pistilet saja.
Andromonoesis, yaitu tanaman yang memiliki bunga hermaprodit dan
staminet.
Ginomonoesis, yaitu tanaman yang mempunyai bunga hermaprodit dan
pistilet.
Trimonoesis, yaitu tanaman yang mempunyai ketiga tipe bunga, hermaprodit,
staminet dan pistilet.
3. Penampilan seks pada kelompok tanaman
Hermaprodit, yaitu kelompok tanaman yang hanya terdiri dari tanaman
hermaprodit.
Monoesis, yaitu kelompok tanaman yang hanya terdiri dari tanaman berumah
satu (monoesis).
Dioesis, yaitu kelompok tanaman yang terdiri dari tanaman androesis dan
ginoesis.
Androesis, yaitu kelompok tanaman yang terdiri dari tanaman hermaprodit
dan ginoesis.
Reproduksi aseksual
Beberapa spesies tanaman diperbanyak dengan menggunakan organ vegetatifnya.
Hal ini dikarenakan karena biji yang dihasilkan sangat sedikit atau akan menampilkan
variabilitas genetik yang tidak dikehendaki bila diperbanyak melalui biji. Pada
beberapa spesies, biji yang dihasilkan tidak melalui rangkaian yang lengkap dari fase
meiosis dan fertilisasi, proses ini disebut apomiksis. Apomiksis adalah reproduksi
tanpa fertilisasi (pembuahan) atau meiosis dan fertilisasi tidak terjadi. Kelompok
tanaman yang diproduksi melalui bagian vegetatifnya disebut klon.
Reproduksi aseksual pada tanaman pertanian dilandasi oleh reproduksi alami
dan buatan. Metode reproduksi aseksual secara alami meliputi: rhizom, tuber (ubi),
bulb (umbi), stolon dan bulbis. Sedangkan metode reproduksi aseksual buatan
meliputi: stek ( stek akar, stek batang dan stek pucuk), layering (perundukan batang
atau ranting), cangkok, grafting (tempel) dan teknik kultur jaringan.
Apomiksis adalah reproduksi aseksual abnormal, embrio berkembang dari sel
telur tanpa fertilisasi dan dengan atau tanpa meiosis. Macam-macam tipe apomiksis,
sebagai berikut:
a. Partenogenesis : Partenogenesis merupakan perkembangan embrio langsung
dari sel telur atau gamet jantan.
b. Apogami : Suatu embrio kadang-kadang dihasilkan dari sel lain bukan sel telur,
yakni sel-sel sinergid dan antipodal mungkin haploid atau diploid. Jika embrio
berkembang dari sel-sel sinergid atau antipodal yang haploid, disebut apogami
haplod dan jika berkemang dari diploid disebut apogami diploid.
c. Apospori: Pembentukan embrio dari sel lain bukan sel-sel kantung embrio,
yakni intergumen dan nukleus. Embrio-embrio itu selalu diploid dan
menghasilkan embrio cadangan.
4. Pewarisan Karakter Kualitatif dan Kuantitatif
Penampilan suatu tanaman atau fenotipe ditentukan oleh interaksi genotipe
dengan faktor lingkungan. Untuk meningkatkan kemampuan tanaman, sangat
tergantung bagaimana memanipulasi gen agar menjadi genotipe yang diharapkan
baik sebagai individu tanaman maupun sebagai anggota suatu populasi. Karakter
yang terlihat dapat dibedakan menjadi karakter kualitatif dan kuantitatif. Karakter
kualitatif dapat dibedakan secara tegas atau diskrit, karena dikendalikan oleh gen
sederhana, sedangkan karakter kuantitatif tidak dapat dibedakan secara tegas
karena dikendalikan oleh banyak gen sehingga kalau dibuat distribusinya akan
menunjukkan distribusi kontinyu.
Karakter kualitatif adalah karakter yang dikontrol oleh sedikit gen yang aksi
gennya memiliki efek yang kuat atau biasa disebut efek fenotipik mayor. Karakter
kualitatif mudah dikelompokan dan biasanyadinyatakan dalam kelas diskrit. Prediksi
segregasinya masih dapat diikuti dengan hukum Mendel. Karakter kuantitatif
merupakan karakter yang dikontrol oleh banyak gen dan sifat penurunanya sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Efek gen tunggal dalam sumbangannya dalam
penampilan fenotipik karakter kuantitatif adalah kecil.
Karakter hasil merupakan salah satu karakter kuantitatif yang sangat penting
dalam program pemuliaan tanaman. Karakter hasil dievaluasi dengan cara menanam
suatu kultivar atau genotip dan menghitung produksi hasilnya (gr/tanaman,
kg/hektar, dll), lalu kemudian membandingkan produksi hasilnya dengan kultivar
standar (kultivar yang sudah dilepas). Ciri khas karakter kuantitatif sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan daripada karakter kualitatif, karakter hasil sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, seperti oleh lingkungan pemupukan, kelembaban
tanah, cahaya, temperature, dan factor-faktor lingkungan lainnya.
Hasil suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan
interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi lokasi,
musim atau tehnik budidaya.Kesesuaian faktor genetik dan faktor lingkungan
merupakan faktor utama dalam peningkatan produktivitas tanaman.
Pewarisan kuantitatif menyangkut pewarisan sifat multigenetik. Poligen atau
gen multipel adalah gen-gen yang terletak pada losi yang berbeda yang berpengaruh
pada fenotipe yang sama. Pewarisan gen multpel pada masing-masing lokus
prinsipnya sama dengan pewarisan gen untuk karakter kualitatif, yang berbeda
adalah jumlah dan penampilannya, yaitu:
• Penampilan masing-masing gen multipel pengaruhnya relatif kecil pada total
variasi fenotipnya, maka tidak mungkin mengidentifikasi pengaruh individu
gen.
• Banyak gen, ciri khas dari 10 atau lebih losi-losi yang berbeda menyumbang
untuk menampilkan karakter kuantitatif, rasio segregasinya tidak jelas.
Rekombinasi dan segregasinya dipelajari yang didasarkan pada efek gen
kuantitatif pada penampilan fenotipenya.
• Efek individu gennya kumulatif, efeknya diukur dari nilai fenotipiknya. Pada
populasi kawin acak, nilai fenotipiknya tamapak dengan variasi yang kontinyu
dari yang rendah sampai yang tinggi.
• Nilai fenotipik dari karakter kuantitatif meliputi komponen genetik dan
lingkungan dan interaksi genotipe x lingkungan yang menghasilkan kelas
genotipe yang tumpang tindih (overlapping), lebih lanjut menampilkan variasi
yang kontinyu.
• Efek gen multipel ditampilkan melalui tipe-tipe dari aksi gen yang berbeda,
seperti aditif, dominan, epistasis dan over dominan.
• Pewarisan gen multipel, segregasinya transgresif yang akan menampilkan
ukuran yang melebihi tetuanya. Fenomena ini digunakan tetua untuk
membentuk kultivar unggul.
Penampilan karakter kuantitatif seperti hasil, tinggi, kekuatan batang pada
gandum tidak mudah diklasifikasikan seperti pada karakter kualitatif.Klasifikasi
pengukuran tergantung pada sejumlah besar tanaman yang diseleksi secara
acak.Nilai numerik membentuk seri yang kontinyu dan mempelajarinya dengan
menggunakan statistik.Umumnya statistik yang digunaka meliputi parameter kisaran,
nilai tengah (mean), varians, standar deviasi, dan koevisien variasi.
5. Genetika Populasi
Gene pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki
oleh semua individu. Kalau kita katakan bahwa evolusi adalah perubahan di dalam
komposisi genetis dari populasi, yang kita artikan adalah suatu perubahan dari
frekuensi genetis di dalam suatu gen pool. Itulah sebabnya faktor penyebab evolusi
dapat kita tentukan dengan menentukan faktor apa yang dapat menghasilkan suatu
pergeseran dari frekuensi genetis.
Hukum Hardy – Weinberg
Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya
kawin acak di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki
peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan genotipe yang
sama maupun berbeda. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan
senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy,
ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter dari Jerman, sehingga
selanjutnya dikenal sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.
Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi
berlakunya hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi,
mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta
sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel.
Deduksi terhadap hukum keseimbangan Hardy-Weinberg meliputi tiga
langkah, yaitu :
(1) Dari tetua kepada gamet-gamet yang dihasilkannya
(2) Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk
(3) Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada generasi keturunan.
Secara lebih rinci ketiga langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Misal,
pada generasi tetua terdapat genotipe AA, Aa, dan aa, masing-masing dengan
frekuensi P, H, dan Q. Sementara itu, frekuensi alel A adalah p, sedang frekuensi
alel a adalah q. Dari populasi generasi tetua ini akan dihasilkan dua macam gamet,
yaitu A dan a. Frekuensi gamet A sama dengan frekuensi alel A (p). Begitu juga,
frekuensi gamet a sama dengan frekuensi alel a (q).Dengan berlangsungnya kawin
acak, maka terjadi penggabungan gamet A dan a secara acak pula. Oleh karena itu,
zigot-zigot yang terbentuk akan memilki frekuensi genotipe sebagai hasil kali
frekuensi gamet yang bergabung. Pada Tabel 1 terlihat bahwa tiga macam genotipe
zigot akan terbentuk, yakni AA, Aa, dan aa, masing-masing dengan frekuensi
p2, 2pq, dan q2.
Tabel 1. Pembentukan zigot pada kawin acak
Gamet-gamet E dan
frekuensinya
A(p) a(q)
Gamet-gamet G
dan frekuensinya
A (p) AA(p2) Aa(pq)
a (q) Aa(pq) aa(q2)
Oleh karena frekuensi genotipe zigot telah didapatkan, maka frekuensi alel
pada populasi zigot atau populasi generasi keturunan dapat dihitung. Fekuensi alel A
= p2 + ½ (2pq) = p2 + pq = p (p + q) = p. Frekuensi alel a = q2 + ½ (2pq) = q2 +
pq = q (p + q) = q. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa frekuensi alel pada
generasi keturunan sama dengan frekuensi alel pada generasi tetua.
Kita ketahui bahwa frekuensi gene pool dari generasi ke generasi pada waktu
ini (populasi hipotesis) adalah 0,9 dan 0,1; dan perbandingan genotip adalah 0,81;
0,81; dan 0,01. Dengan angka – angka ini kita akan mendapatkan harga yang sama
pada generasi berikutnya. Hasil yang sama ini akan kita jumpai pada generasi
seterusnya, frekuensi genetis dan perbandingan genotip tidak berubah. Dapat kita
simpulkan bahwa perubahan evolusi tidak terjadi.Hal ini dapat diketahui
oleh Hardy (1908) dari Cambrige University dan Weinberg dari jerman yang
bekerja secara terpisah. Secara singkat dikatakan di dalam rumus Hardy-Weinberg
“Di bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun perbandingan
genotip akan tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak
secara seksual”
Kondisi yang Diperlukan untuk Keseimbangan Genetis
Perlu diteliti apakah yang dimaksud dengan kondisi pada hukum Hardy –
Weinberg menyebabkan gene pool dari suatu populasi berada di dalam
keseimbangan genetis. Kondisi tersebut digambarkan sebagai berikut:
• Populasi harus cukup besar, sehingga suatu faktor kebetulan saja tidak
mungkin mengubah frekuensi genetis secara berarti.
• Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus terjadi keseimbangan secara mutasi.
• Harus tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.
• Reproduksi harus sama sekali sembarang (random).
Secara teoritis, suatu populasi harus begitu besar sehingga dapat dianggap
bukan merupakan faktor penyebab dari perubahan frekuensi genetis.Dalam
kenyataan, tidaklah ada populasi yang besarnya tidak terbatas, tetapi beberapa
populasi alami dapat cukup besar sehingga perubahan sedikit saja tidak cukup
menjadi penyebab dari perubahan yang berarti pada frekuensi genetis gene
poolmereka.
Sehingga jika kita simpulkan, empat kondisi yang diperlukan untuk
keseimbangan genetis yang diusulkan oleh hukum Hardy-Weinberg adalah:
• Ditemukan pada populasi besar.
• Tidak pernah dijumpai mutasi.
• Tanpa migrasi.
• Reproduksi random tidak pernah dijumpai.
Jadi suatu keseimbangan yang lengkap di dalam gene pool tidak pernah dijumpai,
perubahan secara evolusi adalah sifat – sifat fundamental dari kehidupan suatu
populasi.
6. Kuantitatif Genetik : Variabilitas, Heritabilitas, Daya Gabung, Respon
Seleksi dan Kemajuan Genetik
Variabilitas
Secara genetis, dua tanaman tidak akan sama walaupun sampai batas
tertentu kita dapat menggolongkan ke dalam kultivar, varietas, spesies, genera,
famili, ordo, dan seterusnya. Seleksi akan berhasil atau akan efektif apabila populasi
tanaman yang akan diseleksi memiliki variabilitas yang luas. Tanpa adanya
variabilitas diantara individu-individu tanaman dalam populasi, maka akan sulit
memperoleh karakter yang diinginkan. Variabilitas dari suatu populasi dapat ditinjau
dari variabilitas fenotipik dan variabilitas genotipiknya.
Variabilitas fenotipik adalah variabilitas yang dapat diukur atau dilihat
langsung untuk karakter-karakter tertentu.Variabilitas genotipik, tidak dapat diukur
secara langsung untuk karakter-karakter tertentu.Pengamatannya dapat diduga
melalui analisis data-data secara statistik.Suatu genotip yang memiliki variabilitas
fenotipik yang luas belum tentu memiliki variabilitas genotipik yang luas, karena
penampilan genotipik melalui fenotipiknya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Bila variabilitas diantara tanaman mudah dibedakan ke dalam beberapa kelas
disebut variabilitas kualitatif, seperti karakter warna, bentuk, tekstur, resistenssi
terhadap patogen dan lainnya. Karakter kualitatif dikendalikan oleh sedikit gen yang
aksi gennya memiliki efek yang kuat yang biasa disebut efek fenotipik mayor (gen
mayor). Pewarisannya disebut pewarisan kualitatif.Karakter kualitatif yang mudah
dikelompokan dan biasanya dinyatakan dalam kelas diskrit.Prediksi segregasinya
masih dapat diikuti dengan hukum Mendel.Variabilitas kuantitatif, dikelompokan dari
suatu ekstrim ke ekstrim lainnya, tidak bisa diklasifikasikan kedalam kelas
diskrit.Banyak karakter ekonomi penting termasuk karakter kuantitatif, misal hasil,
tinggi, vigor, jumlah anakan dan lain-lain.
Penampilan tanaman merupakan hasil interaksi antara genotip dan
lingkungan.Penampilan fenotipik dipengaruhi keadaan susunan genetik.Penampilan
fenotipik tergantung pada genetik, lingkungan dan interaksi gen dengan
lingkungannya.Suatu genotip yang ditanam pada lingkungan yang berbeda
akanmemperlihatkan penampilan yang relatif berbeda, demikian juga genotip yang
berbeda apabila ditanam pada lingkungan yang sama akan menghasilkan penampilan
fenotipik yang berbeda pula.
Variabilitas genetik yang luas akan memberikan variabilitas fenotipik yang luas
pula, bila interaksi antara lingkungan dengan genotip cukup tinggi. Keadaan
variabilitas genetik mempengaruhi variabilitas fenotipik karena variabilitas fenotipik
merupakan hasil pengaruh variabilitas genetik, variabilitas lingkungan, dan variasi
hasil interaksi antara genetik dan lingkungan, atau dengan kata lain penampilan
fenotip suatu tanaman adalah hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya.
Variasi genetik yang luas akan memberikan variasi fenotipik yang lebih luas pula bila
interaksi genetik dengan lingkungan cukup tinggi. Dalam usaha untuk memperluas
variabilitas bisa dilakukan dengan cara :
1. Hibridisasi
2. Introduksi
3. Plasma nutfah tanaman liar
4. Mutasi
5. Transfer gen (transformasi genetik/ transgenik)
Lingkungan yang optimum memungkinkan genotip untuk menampilkan
potensi genetiknya secara optimal sedangkan lingkungan yang tidak optimal dapat
menghilangkan penampilan karakter yang dimiliki genotip tersebut. Kombinasi antara
genotip dengan lingkungan dan penampilan dari tiap karakter yang dikendalikan oleh
faktor genetik atau faktor lingkungan akan menghasilkan fenotip.Penyebaran hasil
pengamatan populasi digambarkan oleh varians. Varians pendugaan untuk populasi,
s2 dan σ2 untuk sampel adalah rata-rata dari akar deviasi dari nilai tengah :
V = ∑[(x-x)2]/(n-1) atau bila data dikelompokan V = ∑[ f(x-x)2]/(n-1)
Varians digunakan untuk menghitung standar deviasi (pendugaan σ untuk populasi, s
untuk sampel) adalah akar dari variasi: s = √� , σ = √��
Kadang-kadang membandingkan variabilitas dari dua populasi atau lebih
dengan menggunakan nilai tengah yang penyebarannya berbeda. Dengan
membandingkan standar deviasi tidak akan tepat, karena dengan nilai tengah yang
besar cenderung mempunyai standar deviasi yang besar daripada populasi yang
mempunyai nilai tengah yang kecil. Untuk memperoleh perbandingan variabilitas dari
kelompok data yang benar digunakan koevisien variasi (C.V). c.v = X
s x 100 %
Heritabilitas
Seleksi tanaman untuk karakter hasil yang tinggi tidak efektif bila variasi
lingkungannya besar karena akan menghambat variasi genetiknya. Potensi suatu
individu untuk mewariskan karakter tertentu pada keturunannya disebut heritabilitas
(h2).Heritabilitas adalah rasio proporsi varians genotipik terhadap varians fenotipik.
Konsep heritabilitas mengacu kepada peranan faktor genetik dan lingkungan
terhadap pewarisan suatu karakter tanaman. Faktor genetik tidak akan
mengekspresikan karakter yang diwariskan apabila factor lingkungan yang diperlukan
tidak mendukung ekspresi gen karakter tersebut. Sebaliknya, sebesar apapun
manipulasi terhadap factor lingkungan tidak akan mampu menjelaskan pewarisan
suatu karakter apabila gen pengendali karakter tersebut tidak terdapat pada populasi
tersebut.
Keefektifan seleksi untuk karakter hasil yang tinggi pada populasi campuran
tergantung pada:
• Variabilitas yang luas dari karakter hasil pada individu-individu tanaman dalam
populasi merupakan penampilan dari factor genetic dan dapat diwariskan ke
keturunan dari tanaman yang diseleksinya.
• Seberapa luas variabilitas hasil diantara tanaman-tanaman, dihubungkan
dengan lingkungan dimana tanaman-tanaman yang berbeda ditanam.
Heritabilitas dibagi menjadi dua, yaitu heritabilitas arti luas (broad sense
heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense heritability).Jika suatu
genotip dipandang sebagai suatu unit dalam hubungannya dengan lingkungan,
sehingga varians genetiknya merupakan varians genetic total, maka pendugaannya
mengacu kepada pengertian dalam arti luas. Heritabilitas arti luas adalah rasio dari
varians total genotipik terhadap varians fenotipik
H = (VG / VP) x 100
Namun jika varians genetiknya hanya merupakan pengaruh aditif dari suatu varians
genetic, maka pendugaannya mengacu kepada pengertian dalam arti sempit.
Heritabilitas arti sempit adalah rasio varians genetic aditif terhadap varians fenotipik
h2 = (VA / VP) x 100
Heritabilitas arti sempit banyak digunakan karena pengukurannya relative
penting dan bagian varians genetik aditif yang dipindahkan dari tetua ke
keturunannya. Heritabilitas dalam arti sempit biasanya banyak digunakan pada
tanaman yang bereproduksi secara seksual. Sedangkan heritabilitas dalam arti luas
biasanya digunakan pada tanaman klonal atau tanaman yang bereproduksi secara
aseksual. Heritabilitas suatu karakter nilainya tidak konstan, banyak factor yang
mempengaruhi nilai heritabilitas, antara lain :
1. Karakteristik populasi
2. Sampel genotip yang dievaluasi
3. Metode perhitungan
4. Keluasan evaluasi genotip
5. Ketidakseimbangan pautan
6. Pelaksanaan percobaan
Heritabilitas merupakan parameter genetik yang digunakan pemulia untuk
mengukur nilai seleksinya untuk karakter-karakter tertentu pada beberapa keturunan
dan pewarisannya. Kemajuan seleksi harus diketahui dan kemajuan akibat seleksi ini
antara lain tergantung pada variabilitas genetik populasi tanaman yang akan
diselidiki, juga apakah karakter-karakter yang diseleksi mudah diwariskan pada
generasi berikutnya, untuk mengetahuinya dilakukan dengan nilai duga heritabilitas.
Karakter dengan nilai duga heritabilitas rendah(biasanya pada karakter kuantitatif),
seleksinya harus pada generasi lanjut, sedang karakter yang mempunyai nilai
heritabilitas yang tinggi (karakter kualitatif), seleksinya dilakukan pada generasi
awal. Seleksi karakter-karakter yang dikendalikan oleh gen aditif akan diperoleh
kemajuan yang lebih besar dan lebih cepat dalam proses seleksinya.
Pada tanaman menyerbuk sendiri, konstitusi gen tanaman pada suatu
populasi, yang terbentuk akibat pengaruh segregasi gen sangat menentukan
pengambilan keputusan kapan penerapan seleksi dapat dilakukan. Segregasi gen
terjadi pada regenerasi genotip-genotip tanaman dengan konstitusi genetic yang
heterosigot. Proporsi genotip dengan konstitusi yang heterosigot akan semakin kecil
sejalan dengan tahap regenerasi penyerbukan sendiri.
Heritabilitas suatu karakter tanaman yang tinggi mengandung makna sampai
sejauh mana variabilitias yang ditimbulkan akan dapat diwariskan pada generasi
berikutnya. Itulah sebabnya, dalam suatu program pemuliaan tanaman, seleksi suatu
karakter dilakukan bila genotip atau karakter dalam popuasi tersebut telah memiliki
nilai heritabilitas yang cukup besar. Hal tersebut merupakan jaminan bahwa sejalan
dengan besarnya nilai hertabilitas karakter, penampilan karakter yang telah
diperbaiki tersebut akan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Prisip heritabilitas banyak digunakan untuk:
• Untuk mengetahui hubungan penting dari efek genotip yang diturunkan dari
tetua kepada turunanya.
• Untuk mengetahui metode seleksi yang paling efektif dalam mengembangkan
suatu karakter.
• Untuk memprediksi peningkatan genetic melalui seleksi.
Ada sejumlah kesalah pahaman mengenai makna yang tepat dan interpretasi
heritabilitas Heritabilitas bukan proporsi fenotip yang genetic, melainkan proporsi
varians fenotip yang disebabkan oleh factor genetic. Heritabilitas merupakan
parameter populasi, dan oleh karena itu tergantung pada factor populasi tertentu
seperti frekuensi alel, efek dari varian gen, dan variasi karena factor lingkungan.
Daya Gabung
Konsep daya gabung sangat penting dalam pemuliaan, berkaitan dengan
prosedur pengujian galur-galur berdasarkan penampilan kombinasi keturunannya.
Nilai masing-masing galur terletak pada kemampuannya untuk
menghasilkanketurunan unggul bila dikombinasikan dengan galur - galur lain.
Daya gabung terbagi menjadi dua jenis, yaitu daya gabung umum ( general
combining abilty ) dan daya gabung khusus ( spesific combining ability ). Daya
gabung umum (DGU) adalah kemampuan individu tetua untuk menghasilkan
keturunan yangunggul untuk suatu karakter tertentu yang disilangkan dengan
sejumlah tetua lainnya atau rata - rata penampilan keturunan dari persilangan satu
tetua dengansejumleh tetua lainnya. Daya gabung umum yang baik adalah nilai rata
– ratakombinasi mendekati nilai rata – rata keseluruhan persilangan. Daya
gabungkhusus (DGK) adalah kemampuan individu tetua untuk menghasilkan
keturunanyang unggul jika disilangkan dengan kombinasi yang spesifik dengan
tetualainnya atau penampilan keturunan dari persilangan satu tetua dengan
tetualainnya yang lebih baik dari daya gabung umum untuk tetua tersebut.Daya
gabung umum relatif lebih penting dari daya gabung khusus untuk galur-galur murni
yang belum diseleksi. Sebaliknya, daya gabung khusus lebih penting dari daya
gabung umum untuk galur-galur murni yang telah diseleksisebelumnya terhadap
peningkatan hasil.
Pengujian daya gabung dapat dilakukan dengan metode diallel cross,yakni
evaluasi terhadap seluruh kombinasi hibrida silang tunggal dari sejumlahgalur murni.
Dayagabung khusus digunakan untuk menduga suatu persilangan dengan
beberapakombinasi yang ada relatif lebih baik atau lebih buruk dari yang
diharapkandengan dasar rata – rata penampilan dari galur yang dilibatkan. Secara
umum,daya gabung khusus merupakan konsekuensi dari interaksi gen intra alel
(dominan) dan interaksi gen inter alel (epistasis). Daya gabung umum (DGU) yang
tinggi menunjukkan bahwa tetuatersebut memiliki daya gabung yang baik.
Sedangkan nilai DGU yang rendah, berarti tetua yang bersangkutan mempunyai daya
gabung rata-rata yang lebihrendah dibandingkan dengan tetua - tetua yang lain.
Nilai positif atau negatif dari DGU tergantung pada karakter yang diamati dan
bagaimana cara menilainya. Daya gabung khusus (DGK) yang tinggi menunjukkan
bahwa tetua tersebutmemiliki kombinasi persilangan yang tinggi dengan salah satu
dari tetua – tetua yang digunakan.
Informasi yang diperoleh dari pendugaan nilai DGU dan DGK sangat penting
dalam suatu program pemuliaan. Informasi genetik yang diperoleh dari pengujian
DGU dan DGK dan resiprokalnya akan berguna untuk menentukan tetua dan metode
pemuliaanyang sesuai dalam rangka perbaikan sifat - sifat tanaman. Daya gabung
yangdidapat dari persilangan antar seluruh tetua dapat memberikan informasi
tentangkombinasi - kombinasi yang dapat memberikan turunan yang berpotensi
hasiltinggi. Hasil yang tinggi dapat diperoleh pada kombinasi yang memiliki efek
heterosis dan daya gabung khusus yang besar. Galur yang memiliki nilai dayagabung
umum yang tinggi tidak selalu memberikan nilai daya gabung khususyang tinggi
pula.
Respon Seleksi dan Intensitas Seleksi
Respon seleksi (Selection response, Genetic advance, atau Genetic gain)
merupakan suatu parameter yang menduga sampa sejauh mana penerapan seleksi
suatu karakter memberikan pengaruh terhadap perbaikan suatu genotype tanaman
pada intensitas seleksi tertentu. Seleksi terhadap suatu karakter pada umumnya
diterapkan kepada karakter tanaman dengan genotype yang memiliki konstitusi gen
yang telah mantap atau stabil; tidak lagi bersegregasi. Dengan demikian, apabila
genotip-genotip terseleksi tersebut digenerasikan, maka penampilan karakter atau
genotype dalam populasi tersebut akan berubah kearah pembentukan yang lebih
baik.
Pemulia tanaman secara kontinyu mengevaluasi populasi campuran dan
bahan pemuliaanya untuk mengidentifikasikan individu-individu tanaman atau galur
pemuliaan yang mempunyai potensi genetic yang unggul. Dari hasil diskusi tentang
heritabilitas (h2), akan jelas bahwa tanaman atau galur yang unggul pada populasi,
juga unggul potensi genetiknya ; (interaksi genotype x lingkungan positif).
Secara sederhana, respon seleksi (R) merupakan perbedaan antara rata-rata
penampilan karakter dari suatu populasi pada generasi keturunannya dengan rata-
rata penampilan karakter pada generasi tetua atau sebelumnya. Sedangkan
perbedaan antara rata-rata penampilan suatu karakter dengan rata-rata penampilan
karakter yang terseleksi dikenal sebagai diferensia seleksi (S). Sejauh ini diketahui
bahwa diferensia seleksi merupakan akar kuadrat dari varians fenotipe dan besarnya
intensitas seleksi. Sedangkan proporsi genotype-genotipe terseleksi yang diwariskan
kepada generasi selanjutnya terkait dengan pendugaan heritabilitas. Oleh karena itu,
respon seleksi suatu karakter dapat diformulasikan sebagai berikut :
R = h2 S
= h2 σp
Apabila ditelusuri lebih jauh, pendekatan varians fenotipe diperoleh dari
proporsi akar kuadrat varians aditif dengan akar kuadrat nilai duga heritabilitas
dalam arti sempit atau σp. Oleh karena itu, formulasi respon seleksi dapat juga ditulis
sebagai berikut :
R = I h σp
Berdasarkan pengertian tersebut, seleksi suatu karater dalam populasi
tanaman akan memperlihatkan kemajuan genetic seperti yang diharapkan
tergantung kepada intensitas seleksi, heritabilitas karakter yang diseleksi, dan
varians aditif karakter yang diseleksi. Untuk menduga respon seleksi, nilai fenotipik
akan lebih baik bila sebarannya membentuk kurva sebaran normal atau mendekati.
Semakin besar tekanan seleksi yang dilakukan terhadap suatu populasi akan
menyebabkan meningkatnya nilai intensitas seleksi, yang selanjutnya akan
membawa kepada kemajuan geneik hasil seleksi yang besar. Dalam kaitan ini,
tekanan seleksi adalah besarnya tingkat penerapan seleksi pada suatu populasi;
semakin ketat seleksi dilakukan, semakin tinggi tekanan seleksinya. Seleksi bisa
dilakukan pada beberapa karakter, seperti hasil, kandungan nutrisi, dll. Diferensial
seleksi bisa ditampilkan sebagai fungsi dari standar deviasi, persamaanya:
i = S / σ
S = diverensial seleksi σ = standar deviasi
6. RANGKUMAN
• Variasi genetik dalam populasi yang merupakan gambar dari adanya perbedaan
respon individu-individu terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan
adaptif. Suatu populasi terdiri dari suatu sejumlah individu. Dengan suatu
kekecualian , maka, tidak ada dua individu yang serupa, pada populasi manusia
dapat kita lihat dengan muda adanya perbedaan- perbedaan individu.
• Mutasi terjadi secara acak, yang beradaptasi hanya sebagian kecil. Bila suatu
mutasi mempunyai nilai ketahanan dan bentuk baru yang diturunkan telah
nampak, maka ketahanan, kedewasaan dan reproduksi dari bentuk baru itu tidak
bersifat acak lagi.
• Rekombinasi genetika merupakan proses pemutusan seunting bahan genetika
(biasanya DNA, namun juga bisa RNA) yang kemudian diikuti oleh
penggabungan dengan molekul DNA lainnya.
• Gene pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki
oleh semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu
maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen.
• Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya
kawin acak (panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap
individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik
dengan genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya
sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke
generasi. Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris,
dan W.Weinberg, dokter dari Jerman,. sehingga selanjutnya dikenal
sebagai hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.
• Variabilitas dari suatu populasi dapat ditinjau dari variabilitas fenotipik dan
variabilitas genotipiknya. Variabilitas fenotipik adalah variabilitas yang dapat
diukur atau dilihat langsung untuk karakter-karakter tertentu. Variabilitas
genotipik, tidak dapat diukur secara langsung untuk karakter-karakter tertentu.
Pengamatannya dapat diduga melalui analisis data-data secara statistik.
• Heritabilitas dibagi menjadi dua, yaitu heritabilitas arti luas (broad sense
heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense
heritability).Heritabilitas suatu karakter tanaman yang tinggi mengandung makna
sampai sejauh mana variabilitias yang ditimbulkan akan dapat diwariskan pada
generasi berikutnya.
• Daya gabung terbagi menjadi dua jenis, yaitu daya gabung umum ( general
combining abilty ) dan daya gabung khusus ( spesific combining ability ).
Informasi genetik yang diperoleh dari pengujian DGU dan DGK dan resiprokalnya
akan berguna untuk menentukan tetua dan metode pemuliaan yang sesuai
dalam rangka perbaikan sifat - sifat tanaman, selain itu dapat memberikan
informasi tentang kombinasi - kombinasi yang dapat memberikan turunan yang
berpotensi hasil tinggi.
• Seleksi suatu karakter dalam populasi tanaman akan memperlihatkan kemajuan
genetik seperti yang diharapkan tergantung kepada intensitas seleksi,
heritabilitas karakter yang diseleksi, dan varians aditif karakter yang diseleksi.
Untuk menduga respon seleksi, nilai fenotipik akan lebih baik bila sebarannya
membentuk kurva sebaran normal atau mendekati.
7. UJI CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Apa yang dimaksud dengan variasi genetik dan seleksi?
2. Sebutkan macam-macam mutasi dan berikan contohnya!
3. Sebutkan perbedaan pewarisan karakter kualitatif dan kuantitatif!
4. Sebutkan pengertian variasi, heritabilitas, daya gabung, respon seleksi dan
kemajuan genetik secara singkat!
8. DESKRIPSI TUGAS
Buatlah resume dari buku Poehlman & Sleper (2006) Breeding Field Crops
Fifth Edition bab 4. Kemudian mahasiswa setiap kelas dibagi ke dalam 8-9 kelompok,
dengan masing-masing anggota berjumlah 5 orang (atau kurang, tetapi tidak boleh
lebih dari 5 orang). Setiap kelompok akan diberikan tugas untuk mencari jurnal
mengenai parameter genetik kemudian mendiskusikannya di kelas.
9. PUSTAKA ACUAN DAN SUMBER-SUMBER PEMBELAJARAN LAIN
Allard, R.W. 1960. Pemuliaan Tanaman I (Terjemahan). Manna. PT. Bina Aksara.
Jakarta
Crowder, L.V. 1990. Genetika Tumbuhan. Terjemahan Lilik Kusdarwati dan Sutarso.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Fehr W.R. 1987. Principles Of Cultivar Development. Macmillian Publishing Company.
New York.
Gomez, K.A., dan A.A Gomez. 1995. Prosedur statistik Untuk Penelitian Pertanian.
Terjemahan T. Sjamsudin dan J.S Baharsyah. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Kearsey, M.J. and H.S. Pooni. 1996. The Genetical Analysis of Quantitative Traits.
Chapman & Hall. London.
Poehlman, J. M. and D. A. Sleper. 1995. Breeding Field Crops Fourth Edition. Iowa
State University Press. Ames, Iowa.
Stansfield, W.D. 1991. Genetika Kuantitatif dan Prinsip-prinsip Pemuliaan. Edisi
Kedua. Erlangga. Jakarta.
Van Harten. A. M. 1998. Mutation Breeding. Theory and Practical Application.
Cambridge University Press. 1998.