merangkai suara perempuan untuk leuser - lestari … · gali masalah lingkungan di kawasan...

4
MERANGKAI SUARA PEREMPUAN UNTUK LEUSER USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN Oleh: Cut Meurah Intan & Maria Serenade “Nama Lia Kamaliah. Umur 28 tahun, tinggal di Lawe Melang. Pekerjaan saya ibu rumah tangga. Tapi, ada kerja sampingan juga, seperti membantu suami dengan berjualan. Sudah itu, jaga-jaga anak. Kalau paginya, saya mengantar anak ke sekolah. Saya jualan miso. Suami pergi ke gunung mencari emas. Tapi, dia belum ada penghasilan. Jadi, (saya-RED) bantu-bantulah. Awalnya kami tidak memiliki uang. Ketika tidak ada uang kami berpikir, bagaimana ini, beraspun tinggal dua batok lagi di rumah.” 1 Saat mengatakan kalimat terakhir, mata kamera menang- kap raut wajahnya yang gusar, kontras dengan se- nyumnya yang lebar. Adegan di atas direkam menggunakan kamera te- lepon genggam milik para peserta Pelatihan Pe- rempuan Peduli Leuser, program pelatihan menu- lis dan lingkungan yang dihelat USAID LESTARI sejak Oktober 2017 hingga Maret 2018. Para pe- rempuan itu baru saja pulang dari Desa Lawe Me- lang, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan. Kegiatan tinggal di desa (live-in) adalah ba- gian penting dari pelatihan agar peserta belajar mengenali masalah lingkungan di lapangan dan me- lihat dampak masalah itu bagi masyarakat, teruta- ma kelompok rentan seperti perempuan. “Saya menyadari selama ini saya lebih banyak diam, tetapi sebenarnya saya ingin sekali belajar tentang Leuser dan semoga bisa lebih aktif pada kegiatan selanjutnya,” ujar Siska Aidarahmi, peserta dari Kabupaten Aceh Tenggara. USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1 1 Teks ini disalin dari adegan dalam video yang direkam oleh peserta Serial Pelatihan Perempuan Peduli Leuser dalam kegiatan live-in di Desa Lawe Melang, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan. Kelompok live-in Lawe Melang terdiri dari lima peserta, yaitu Ayu, Riffa, Dian, Evi dan Lia.

Upload: phamdung

Post on 19-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MERANGKAI SUARA PEREMPUAN UNTUK LEUSER - lestari … · gali masalah lingkungan di Kawasan Ekosistem Leuser, analisis gender, pelatihan jurnalisme dan menulis, pelatihan pembuatan

MERANGKAI SUARA PEREMPUAN UNTUK LEUSER

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

Oleh: Cut Meurah Intan & Maria Serenade

“Nama Lia Kamaliah. Umur 28 tahun, tinggal di Lawe Melang. Pekerjaan saya ibu rumah tangga. Tapi, ada kerja sampingan juga, seperti membantu suami dengan berjualan. Sudah itu, jaga-jaga anak. Kalau paginya, saya mengantar anak ke sekolah. Saya jualan miso. Suami pergi ke gunung mencari emas. Tapi, dia belum ada penghasilan. Jadi, (saya-RED) bantu-bantulah. Awalnya kami tidak memiliki uang. Ketika tidak ada uang kami berpikir, bagaimana ini, beraspun tinggal dua batok lagi di rumah.”1 Saat mengatakan kalimat terakhir, mata kamera menang-kap raut wajahnya yang gusar, kontras dengan se- nyumnya yang lebar.

Adegan di atas direkam menggunakan kamera te- lepon genggam milik para peserta Pelatihan Pe- rempuan Peduli Leuser, program pelatihan menu- lis dan lingkungan yang dihelat USAID LESTARI sejak Oktober 2017 hingga Maret 2018. Para pe- rempuan itu baru saja pulang dari Desa Lawe Me-lang, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan. Kegiatan tinggal di desa (live-in) adalah ba- gian penting dari pelatihan agar peserta belajar mengenali masalah lingkungan di lapangan dan me-lihat dampak masalah itu bagi masyarakat, teruta- ma kelompok rentan seperti perempuan.

“Saya menyadari selama ini saya lebih banyak diam, tetapi sebenarnya saya ingin sekali belajar tentang Leuser dan semoga bisa lebih aktif pada kegiatan selanjutnya,” ujar Siska Aidarahmi, peserta dari Kabupaten Aceh Tenggara.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

1Teks ini disalin dari adegan dalam video yang direkam oleh peserta Serial Pelatihan Perempuan Peduli Leuser dalam kegiatan live-in di Desa Lawe Melang, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan. Kelompok live-in Lawe Melang terdiri dari lima peserta, yaitu Ayu, Riffa, Dian, Evi dan Lia.

Page 2: MERANGKAI SUARA PEREMPUAN UNTUK LEUSER - lestari … · gali masalah lingkungan di Kawasan Ekosistem Leuser, analisis gender, pelatihan jurnalisme dan menulis, pelatihan pembuatan

Kisah Lia bukanlah kisah fiktif. Dari pemaparan pe- serta terungkap bahwa, setelah kecelakaan di ka-wasan tambang emas rakyat yang menimpa sua- mi Lia, ia berjuang keras mencari nafkah untuk keluarganya. Selain berjualan miso, ia juga membu- ka usaha jahitan. Siapa yang menyangka, bahwa di balik penambangan emas, tersimpan kisah-kisah pahit. Kisah Lia adalah satu dari banyak kisah pe- rempuan dalam pusaran persoalan lingkungan. Sayangnya, cerita ini kerap tidak muncul di lemba- ran media arus utama, tenggelam di tengah isu po- litik dan kriminal. Bagaimana agar suara Lia-Lia yang lain didengar?

Serial Pelatihan Perempuan Peduli Leuser dibuat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hingga pe- laksanaan pelatihan ke-2 di Tapaktuan, Aceh Sela- tan, 12-18 November 2017, 21 peserta berparti- sipasi. Pelatihan pertama telah digelar di Gayo Lues

pada bulan Oktober. Selama dua kali pelatihan, peserta telah mendapatkan pelatihan untuk meng-gali masalah lingkungan di Kawasan Ekosistem Leuser, analisis gender, pelatihan jurnalisme dan menulis, pelatihan pembuatan video sederhana dan publikasi pesan di media sosial. Dari pelati- han ini, peserta didorong untuk berjejaring dan mampu menggunakan media sosial sebagai salah satu alat advokasi lingkungan. Melalui mereka, di-harapkan suara-suara warga, termasuk suara Lia, diperkuat dan digaungkan agar terdengar hingga ke tingkat pemangku kebijakan.

Suara perempuan sama pentingnya dengan suara laki-laki dalam upaya mengawal kebijakan peme- rintah, termasuk yang menyangkut pengelolaan sumber daya alam hutan dan lingkungan. Hak ini dijamin oleh negara melalui Undang-Undang Da- sar tahun 1945, pasal 28D ayat 1. Indonesia juga sudah menandatangani Konvensi mengenai Peng-hapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Pe- rempuan (The Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination Against Women/ CEDAW) tahun 1979. Dalam dokumen tersebut, tersurat bahwa mengawal kebijakan pembangunan juga merupakan hak asasi perempuan yang terkait dengan hak dalam kehidupan publik dan politik.

Begitu banyak pekerjaan rumah yang harus diker- jakan untuk mendorong perempuan bersuara ter-masuk dalam isu lingkungan. Hambatan eksternal seperti kultural dan struktural kerap membatasi akses perempuan terhadap pengetahuan dan sum-ber daya yang membuat mereka tidak bisa meng- gunakan kapasitas mereka secara penuh. Hal ini kerap berimbas pada bagaimana perempuan me-mandang dirinya sendiri. Dalam sesi pelatihan, mi- salnya, masih banyak peserta yang masih ragu- ragu untuk berargumen. “Saya menyadari selama ini saya lebih banyak diam, tetapi sebenarnya saya ingin sekali belajar tentang Leuser dan semoga bisa lebih aktif pada kegiatan selanjutnya,” ujar Siska Aidarahmi, peserta dari Kabupaten Aceh Tenggara.

Pengalaman Siska kerap dialami banyak perempuan lain ketika ingin menyampaikan pendapatnya. Hara-pannya, serial pelatihan ini akan menjadi pengala- man yang transformatif baginya dan peserta lain- nya, bahwa dengan solidaritas dan dukungan dari sesama peserta lain, perempuan berani bersuara.

Dihubungkan oleh Leuser

Kendati belum semua peserta berani bersuara, sebenarnya mereka dihubungkan oleh dua hal yang sama. Pertama, adalah ikatan mereka den-gan Leuser. Kedua, harapan mereka untuk bisa ikut membantu menyelamatkan Leuser.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN2

Foto: Para peserta mengikuti serangakaian pelatihan seperti: pelatihan pembuatan video sederhana (foto1) dan publikasi pesan di media sosial (foto2)

1

2

Page 3: MERANGKAI SUARA PEREMPUAN UNTUK LEUSER - lestari … · gali masalah lingkungan di Kawasan Ekosistem Leuser, analisis gender, pelatihan jurnalisme dan menulis, pelatihan pembuatan

Salah satu peserta Dian Guci dari Aceh Barat Daya, misalnya, dididik secara formal sebagai de- sainer grafis. Namun, sejak kecil ia kerap diajak ayahnya yang ahli teknik lingkungan untuk meng- habiskan waktu di alam. Ibunya pun sering mem-berinya bacaan tentang lingkungan. Ketertarikan-nya pada Leuser semakin kental setelah memba-ca novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis yang berlatarbelakang hutan rimba Sumatera. Dian juga aktif sebagai penulis dan penerjemah. Dalam salah satu sesi pelatihan, ia mengatakan bahwa ia tertarik menuangkan pesan-pesan lingkungan me- lalui karya sastra. Ia mengacu pada buku Silent Spring karya Rachel Carson yang memantik lahir- nya gerakan penyelamatan lingkungan di Amerika Serikat. “Saya merasa nyaman untuk menggunakan novel sebagai sarana untuk mengangkat isu-isu ling- kungan di Leuser,” ujarnya.

Ada juga peserta yang merasa lebih senang untuk mempromosikan isu-isu lingkungan melalui blog. Salah satunya Irma Hafni dari Banda Aceh. Ihan - demikian ia dipanggil - aktif sebagai blogger dan jur- nalis di sebuah media di Banda Aceh. Ia tertarik menggeluti isu lingkungan karena masa kecilnya dihabiskan di Aceh Timur, salah satu kabupaten yang juga berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser. Dari kecil ia senang menyusuri sungai dan men-jelajahi hutan. Dengan pelatihan yang diberikan, ia berharap bisa semakin dalam ketika menuliskan isu lingkungan di Aceh. Ia juga mendorong sesama peserta untuk mengirimkan tulisan kepadanya agar

bisa diterbitkan di portal berita tempatnya beker- |ja. “Jika teman-teman punya tulisan tentang lingkun-gan yang ingin dibagi, jangan takut untuk mengirim- kannya pada saya,” ungkapnya di depan kelas.

Tidak semua peserta memiliki latar belakang dun-ia kepenulisan. Lia Fenida dari Gayo Lues bekerja sebagai pegawai swasta. Ia tertarik belajar isu ling- kungan dan kehutanan karena pengalaman pribadi- nya. Ia pernah harus membeli air bersih selama seminggu karena kualitas air yang disalurkan ke ru-mah warga berlumpur akibat hujan. “Ini ironis, di Gayo Lues yang dikenal sebagai lumbung air, kami harus membeli air,” ujarnya. Karena itu, meski relatif ma- sih belum percaya diri menyatakan pendapatnya, Lia berkomitmen untuk belajar dan mau menerima ma-sukan selama pelatihan.

Ada juga peserta yang telah bekerja sebagai pe- gawai di Taman Nasional Gunung Leuser, seperti Marini Siregar dari Aceh Barat Daya. Marini me- ngatakan bahwa ia sudah sering ikut patroli di da-lam kawasan TNGL bersama rekan sejawatnya.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 3

Foto: 1. Para peserta yang melakukan live-in in desa Kayee Aceh menginterview Bapak Keuchik Kayee Aceh. 2. Membuat blog sebagai salah satu alat yang digunakan untuk menyuarakan isu lingkungan di Aceh.

1

2

Page 4: MERANGKAI SUARA PEREMPUAN UNTUK LEUSER - lestari … · gali masalah lingkungan di Kawasan Ekosistem Leuser, analisis gender, pelatihan jurnalisme dan menulis, pelatihan pembuatan

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN4

Dengan pelatihan yang dia ikuti, ia berharap bisa semakin memahami isu kehutanan, kebijakan ter-kait dan bisa menuliskannya secara jernih agar isu lingkungan mendapatkan perhatian dari masyarakat.

Ke-21 perempuan yang bertahan sebagai peserta ini memang berasal dari latar-belakang yang ber- beda. Beberapa aktif dalam organisasi kemasyara- katan di daerahnya, ada yang aktif sebagai blogger, ada yang bekerja di instansi pemerintahan, ada pula yang masih duduk di bangku kuliah. Keragaman ini sengaja dibuat agar terjalin kolaborasi antar ber- bagai unsur, baik dari lembaga swadaya masyarakat, media, pemerintah, pegiat organisasi kaum muda hingga kader dan pendamping desa. Jaringan Pe- rempuan Peduli Leuser yang ingin diperkuat ada- lah wadah bagi perempuan dari berbagai latar be-lakang yang bersuara untuk penyelamatan Leuser.

Keinginan untuk berkolaborasi dan berjejaring ini pelan-pelan mulai terlihat. Peserta dari Banda Aceh, Ayu, misalnya berinisiatif untuk merancang kampa- nye sederhana pengurangan sampah plastik mela- lui media sosial. Usul ini disambut positif juga oleh semua peserta yang langsung melontarkan berba- gai ide kampanye. Inisiatif dan semangat inilah yang semoga dapat terus dijaga hingga ke depan. Salah satu upaya untuk menjaganya adalah kegiatan pen-dampingan dan pertemuan jaringan yang akan mu- lai dihelat bulan Desember 2017.

Dari sesi pelatihan yang telah berlalu terlihat bah-wa para peserta Perempuan Peduli Leuser memi- liki semangat yang menyala untuk berkontribusi un-tuk menyelamatkan Leuser. Dengan kapasitas diri yang meningkat, akses yang tepat dan jaringan yang kuat, semoga perempuan bisa berjuang di depan, juga tepat sasaran.