menjebak waktu dalam secangkir kopi

68
MENJEBAK WAKTU DALAM SECANGKIR KOPI ( Kumpulan Puisi ) Oleh : Cesar Emilio M. De Araujo

Upload: caesar-dahsyat

Post on 04-Jul-2015

579 views

Category:

Art & Photos


12 download

DESCRIPTION

Kumpulan Puisi

TRANSCRIPT

Page 1: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

MENJEBAK WAKTU DALAM SECANGKIR KOPI

( Kumpulan Puisi )

Oleh : Cesar Emilio M. De Araujo

Page 2: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

1

MENJEBAK WAKTU DALAM SECANGKIR KOPI

Page 3: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

2

MENJEBAK WAKTU DALAM SECANGKIR KOPI

Cesar Emilio Mateus De Araujo

Page 4: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

3

Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

Cesar Emilio M. De Araujo

Desain Sampul : Cesar E. M. D. Araujo

Cetakan Pertama, November 2014

Oriens

Jl. Kenangan Gg. V/ Condong Catur

Yogyakarta 55281

Page 5: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

4

ANGGAP SAJA SEBUAH PERSEMBAHAN

“ Buku kumpulan puisi ala kadarnya ini saya

persembahkan untuk keluarga saya, saudara –

saudara saya ( Anjar, Bobby, Gibbe, Jundan, Sigit, &

Danang ), & tentunya dipersembahkan juga buat

Gadis Penari yang menjadi inspirasi dari sebagian

besar puisi dalam Buku Kumpulan puisi ini “

----- skip--------

“ oya, satu persembahan lagi, untuk orang yang

paling kusayang dalam hidup saya, yakni Cesar E.

M. De Araujo “

Page 6: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

5

ABSEN HALAMAN

Bungkus…………………………………………………………………………………………

Persembahan………………………………………………………………………… 4

Absen Halaman…………………………………………………………………… 5

Ceramah Dari Penulis………………………………………………. 7

Aku Mati………………………………………………………………………………. 9

Rumput Kering Di Meja Pak Presiden………… 10

Gemuruh Tak Bertajih……………………………………………… 11

Wanita Berbalut Sunyi…………………………………………… 12

Titip Salam Buat Sophia……………………………………. 14

Sophie…………………………………………………………………………………. 17

Suci………………………………………………………………………………………. 18

Dalam Sesal……………………………………………………………………. 19

Mencari Istriku…………………………………………………………. 20

Sangkaku Kau Telah Mati……………………………………. 21

Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi……. 22

Dua Dua………………………………………………………………………………. 23

Sesal……………………………………………………………………………………. 24

Gadis Berbalut Gaun Berwarna Daun…………. 25

Desember……………………………………………………………………………. 27

Penari Kedamaian………………………………………………………. 28

Page 7: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

6

Mendesah……………………………………………………………………………. 30

Waktu……………………………………………………………………………………. 32

Perempuan Venus……………………………………………………….. 35

Bolehkah Kini Kuminta Lagi Hatimu……….. 37

Hingga Lelah……………………………………………………………….. 39

Penari Awan……………………………………………………………………. 41

Puisi Si Kafir……………………………………………………………. 43

Puisi Cinta Buat Rahmi; Ibu

Guru Fisika……………………………………………………………………… 45

Gadis Penari…………………………………………………………………. 48

Puisi Paling Tolol…………………………………………………. 51

Pengakuan Sang Seminaris…………………………………. 54

Cerita Dari A – Z……………………………………………………. 56

Aku Tak Tahu…………………………………………………………………. 58

Mama, Saya Lagi Sibuk…………………………………………. 60

Going Back To The “ Kontrakan “

Where I First Saw You…………………………………………. 64

Hikayat Sang Penyair……………………………………………. 66

Page 8: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

7

CERAMAH DARI SANG PENULIS

“ Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi “ini

merupakan buku kumpulan puisi pertama yang

saya buat. Puisi – puisi dalam buku

merupakan kumpulan dari beberapa puisi saya

yang pernah saya posting di halaman blog

pribadi saya dan juga di akun facebook.

Jadi, anda yang sering melakukan blog

walking ke blog saya pasti pernah membaca

sebagian dari puisi – puisi tersebut.

Saya sudah sering menulis puisi, cerpen,

dan opini sejak duduk di bangku SMA. Akan

tetapi tulisan – tulisan saya di masa SMA

tak sempat terkumpulkan sehingga sekarang

semuanya sudah hilang tak tau ke mana

rimbanya. Menyadari bahwa pentingnya

mengumpulkan coretan – coretan kecil saya,

akhirnya pada masa kuliah di jogja, saya

kembali menulis dan mengumpulkan semua itu

di sebuah blog pribadi.

Puisi pertama yang ( kembali ) saya tulis

pada masa kuliah berjudul “ Pengakuan Sang

Seminaris “, sebuah puisi yang saya sendiri

tidak mengerti terinspirasi dari

kesedihan,kegaulaun ataukah malah

kegembiraan. Puisi itu ingin mengisahkan

kegagalan saya menlanjutkan pendidikan di

jalur Seminari, sehingga akhirnya harus

berhenti dan melanjutkan kuliah di jogja.

Selain terinspirasi dari diri sendiri,

puisi – puisi dalam buku kumpulan puisiini

Page 9: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

8

juga ada yang terinspirasi dari keluarga –

keluarga saya di jurusan HI UPN. Ada yang

terinspirasi dari organisasi menwa. Ada

juga ( mungkin ini paling penting )

terinspirasi dari seorang gadis manis adik

angkatan saya di jurusan HI UPN. Jika

dipresentasekan, maka kira – kira seperti

ini; 7% terinspirasi dari diri sendiri, 3%

terinspirasi dari menwa, 20% terinspirasi

dari keluarga – keluarga saya di HI UPN,

dan sisanya terinspirasi dari si gadis yang

kesebutkan di atas ( Emoticon senyum ).

Saya menyadari bahwa tulisan saya ini

mungkin masih sangat jauh dari sempurna.

Saya tidak berasal dari jurusan atau

semacamnya. Saya hanya seorang yang hobby

nulis sejak SMP. Semua puisiyang saya tulis

ini bertolak dari apa yang pernah say

abaca, saya lihat dan saya dengar. Jadi

mohon maaf apabila tidak sesuai dengan

kaidah menulis puisi yang seharusnya.

Akhir kata, untuk menutup ceramah

membosankan ini, saya ucapkan selamat

membaca.

Penulis

Page 10: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

9

AKU MATI

Aku ingin mengaduk cemasku dalam

secangkir kopi

Biarkan ia terjebak dalam pekat,

lalu menguap. Hilang.

Hilang bersama halimun tipis yang

tergesah diusir mentari

Pagi tadi aku terbangun di tepian kaki

merapi.

Sepanjang malam aku terhimpit dan

menjerit,

ditatap mata - mata penuh sangsi

mencabik - cabik tiap rongga dada

menerobos dinding - dinding sabarku.

Sepanjang malam aku terpaku menatap

kosong.

Beri aku roh kebebasan.

Bia ia menghuni raga ini,

karena aku mati. Tak ada yang hidup dalam

raga.

kaliurang, 9 November 2014

Page 11: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

10

RUMPUT KERING DI MEJA PAK PRESIDEN

Yoris mengais di tepian sabana

kering kerontang tanah merontah

Terik matahari angkuh membakar

memeras peluh tumpahi tanah

Kayu dan batu tak lagi jadi tanaman

lenyap termakan bara alam

Nyanyian malapetaka nyaring memekik

telinga

bibir gemetar

riuh suara kertak gigi

merinding

gemetar takut terhimpit tiang - tiang

besi

Yoris meringis di tepian sabana

menitip rindu pada batang - batang

ilalang kering

Yogyakarta, 29 Oktober 2014

Mako Menwa UPN 22.45 WIB

Page 12: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

11

GEMURUH TAK BERTAJIH

Aku melihat samudera memuntahkan ombak

bergulung,

menggagahi bibir - bibir pantai

lalu kembali pergi

dikawal ribuan tulang belulang nenek

moyang

Kenapa gemuruhmu tak lagi bertajih?

sedang di dasarmu bersemayam ribuan jasad

pengawal

Buihmu menyisahkan sejarah di setiap

butir pasir pantai

hingga kelak hari, kepada siapa kan kau

sisakan asinmu?

( Selamat bekerja kepada para Menteri

kabinet Kerja. Semoga kita berjaya di

laut )

Kedai Aurock

26/10/2014

20.17 WIB

Page 13: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

12

WANITA BERBALUT SUNYI

Ribuan pucuk surat telah tertulis

dari beribu keinginan dalam hati

mengisyaratkan rindu dalam jiwa

ada tanya mengganjal langkah

berpasrah dalam sabar atau pergi berbalut

sunyi

Ia wanita berbalut sunyi

dalam kesenyapan menyimpan sayatan rindu

berpasrah diri dalam sujud tahajud

harapan hilang terkikis sunyi

seiring senyum yang memudar

sesekali tabah dan sesekali merintih

Ia wanita berbalut sunyi

perih dan nyeri mengikat jiwa

menunggu bayang dalam hidup

tangis buah hati kian menambah piluh

sampaikapan ia harus menunggu?

( Puisi ini dibuat untuk seorang ibu di

Ngemplak - sleman. Selama 4,5 tahun ia

ditinggal suaminya ke luar pulau jawa tanpa

ada kabar sama sekali. Semoga ia tabah

Page 14: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

13

dalam doa. Tuhan pasti akan memberi ia

akhir kisah yang bahagia. Amin )

Yogyakarta, 14 oktober 2014

Page 15: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

14

TITIP SALAM BUAT SOPHIA

Kutulis ini

00.30 jumat

Udara di luar dingin menusuk hingga ke

tulang

Suara jangkrik riuh beradu dengan deru

motor pembalap jalanan di ring road utara

:Sophia

Malam mulai menepi

Tiada suara kudengar

Petugas Piket nyenyak dalam tidurnya

Aku masih di ruangan ini

menatap bola matamu berbinar

dengan senyum yang seakan menyiratkan

yang tak tersurat

Engkau tak terlahir dari bintang

gemintang

bukan juga titisan dewi - dewi

tapi engkau pernah di sini

dengan semangat Kartini dan kekuatan

Srikandi

bermandi peluh di kawah chandradimuka

memetik ilmu ilahi di kampus kejuangan

Page 16: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

15

ya, engkau pernah di sini dengan semangat

mengabdi pada pertiwi

Menyebarkan ilmu tuk semua anak bangsa

:Sophia

ajari aku mengeja semangatmu

walau kita tak sempat bersua di alam

mayapada

Tidak apalah karena ini memang kehendak

Ilahi

Saatnya kami sekarang berbakti

lantang bernyanyi dengan derap langkah

dan tepukan tangan yang seirama

" Semerah darah, sebening air mata "

:UntukMu Tuhan

yang berdaulat atas alam Nirwana

Kutitipkan salamku buat Sophia

untuk Sophia dengan bayang wajah lembut

dibingkai figura berwarna coklat

:UntukMu Tuhan

pemegang kendali mayapada

sampaikan juga salam untuk Arief Ahmad,

Sarwo Edi dan Tri Nugroho

dari kami yang masih berjuang dengan

tangan saling tergenggam

Page 17: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

16

saling berkelindang dan mengayun

dalam satu pikir

Mandalam Vira Sastryacevate

Yogyakarta

Penghujung September 2014

Page 18: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

17

SOPHIE

untuk sofi, yang digilas roda industri

terima kasih atas kisah yang dibagi.

Sophie

menari dalam kelam,

hingar bingar semarakkan malam.

senyum dan rayu,

genit memikat.

mari!

mari!

sebelum fajar membentang,

bergandengan dalam remang.

suara jangkrik melembut jadi melodi,

jangan padami

ini birahi.

Yogyakarta

awal januari 2013

Page 19: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

18

SUCI

untuk yang kisahnya sudah mati

Suci

Mari kita jalani ini jalan

menembus helai - helai hujan.

Mari suci kita kembali bersepeda riang

membawa mawar merah kembang.

Berlomba menjaring kabut di kaki gunung

Merbabu

Mengusir duka beribu.

Mari suci kita berbagi elegi

bersandar pada pelangi.

Ada tangaku tak berhenti membelai

suci

kucintai

Mari suci biar kugenggam dingin tanganmu

meraih pucat bibirmu.

Jangan menutup mata dalam diam

suci

Yogyakarta

awal januari 2013

Page 20: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

19

DALAM SESAL

Kembali kucoba mencari cinta dalam sebuah

cerita tua. Aku sendiri. Berjalan menyisir

tiap penggalan kisah. Lorongnya pengap dan

berdebu. Sepi. Gelap. Gemetar kuberjalan

berpeluk dengan cintaku. Harap lekas

menemukanmu sebelum tiba diujung tamat. Tak

bersua tiap aku melangkah. Samar tiap aku

memandang. Menghempas aku dalam salah.

Menghukum dalam sesal. Tiap kujur tubuhku

ada luka sekarang. Aku benar tolol. Mebakar

diri dalam unggun api yang kubuat kala

itu.

Yogyakarta

awal januari 2013

Page 21: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

20

MENCARI ISTRIKU

Aku sedang mencari istriku dalam tumpukan

kertas di atas meja kerja. Menyusuri

koridor kantor untuk menemukannya.

Sedangkan yang dicari belum juga kutemukan.

Janganlah kau menghilang disaat aku

terhimpit Tanya. Kenapa kau tuliskan

“cinta” pada cek kosong yang kuberikan

kemarin?

Page 22: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

21

SANGKAKU KAU TELAH MATI

Sankaku kau telah mati. Disemayamkan di

atas ranjang berdupa. Dikelilingi hati

terduduk merenung. Wajah – wajah yang

dibaluti duka. Sangkaku kau telah mati.

Dimakamkan. Roh bertekuk lutut mengharap

surga. Sangkaku kau telah mati. Terkubur

dalam gelap. Bersama tanah beradu menyatu

lalu berabu. Kembali menjadi tanah.

Aku belum mati!

Mati telah mendukai hidupmu.

Sangkaku kau telah mati!

Jogja

Desember 2012

Page 23: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

22

MENJEBAK WAKTU DALAM SECANGKIR KOPI

Kedai yang kita singgahi kemarin masih

menagih bingkisan cerita.

Apa kisah telah hilang bersama uap aroma

kopi yang pernah kita racik di meja merah

ini?

Hari telah pergi tergesa.

Rasanya seperti baru kemarin.

Kita menjebak waktu dalam secangkir kopi.

Jogja

Desember 2012

Page 24: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

23

DUA DUA

*22 desember 24 tahun silam*

Apa kau punya sepotong cinta?

Ya!

*22 desember tahun ini*

Apakah masih ada?

Masih!

*aku lari tergesa*

Kemana nak?

Mengumpulkan kembali potongan yang telah

kubiarkan berserakan di jalanan!

*Dia masih duduk*

Tak perlu!

Kenapa?

Aku akan terus memberimu potongan lain

dan menganggap kamu tak pernah

menerimanya!

Jogja

22 Desember 2012

Page 25: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

24

SESAL

Kenapa malam lekas lahirkan pagi?

Sedang Batang api ini,

Masih di himpitan jari jemari.

Temani diri

Merajut sesal sesekali.

Kenapa hidup tak tepati,

Apa yang angan sepakati?

Jogja

Desember 2012

Page 26: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

25

GADIS BERBALUT GAUN BERWARNA DAUN

Di ujung lorong itu.

menunggu.

senja menanti.

anak - anak jalanan masih bermain di

kubangan air sisa hujan siang tadi.

senjaku pergi.

sang malam mendekat dengan congkaknya.

lampu taman menyala bagai manik - manik

anak perawan.

Di ujung lorong itu.

Masih menunggu.

yang dinanti masih juga belum datang.

Di ujung lorong itu.

Terus menunggu.

ini sudah larut.

sabarku belum terhenti.

Yang kunanti masih tersembunyi.

Page 27: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

26

Di ujung lorong itu.

Pagi hampir memeluk bumi.

tak mau lari.

Keletihan menderah.

merana di bibir fajar.

yang dinanti masih juga belum datang.

Gadis berbalut gaun berwarna daun.

Jogja

Desember 2012

Page 28: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

27

DESEMBER

Aroma daun cemara bercinta bersama irama

bau tanah.

Jingle bell menyeruak dari balik puing –

puing senja

Riang menggertak semangat.

Dari beranda surgawi

Terdengar sulaman melodi dari dawai sang

bidadari.

Biarkan aku menari bersama desember

Untuk menyambut natal tak sabar

bergejolak.

Jogja

Medio Desember 2012

Page 29: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

28

PENARI KEDAMAIAN

jika engkau menari dengan selendang merah

itu,

tolong tarikanlah kedamaian.

liukan alur damai

dan rasuki diriku

kau bagai rerumputan

diselimuti embun pagi

menari - nari menyambut mentari

adalah kedamaian

kau penari venus

dengan aroma kayu pinus

di matamu ada pantulan sinar matahari

senja

menyirami kubah - kubah istana

adalah kedamaian

bunga wiajaya kusuma terselip di ikat

rambutmu

gincu merah bercahaya

hiasan istimewah dari surga

untuk bidadarinya di bumi

ketika kutatap matamu dalam kelam malam

Page 30: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

29

rembulan menuliskan kisah damai dalam

sejilid papirus

lalu kupetik butir - butir cahayanya

kujadikan cahaya damai

aku jatuh cinta pada damai yang kau semat

dalam tarimu

bagai bunga elok memikat.

aku jatuh cinta pada kisah yang kau kulum

di bibirmu

bagai secarik puisi hati.

aku jatuh cinta pada pelangi yang

mengerling di matamu

bagai sebuah rayu menggema dalam hidupku

kau penari kedamaian

biarkan kudekap damai di sampingmu.

ku tak inginkan bidadari, ku tak inginkan

surga

kurasakan damai denganmu

biarkan kujadikan dikau pengantinku

dan hanya untukmu akadku.

Page 31: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

30

MENDESAH

Desah

Mendesah

Bergairah

terus berpacu dengan birahi yang memuncak

terkulai

lemas

tersenyum

puas

Desah

Mendesah

kesakitan

terus bergumul dengan derita

terkulai

lemas

terbelalak

mati

desah

mendesah

nikmat

desah

mendesah

sakit

desah

Page 32: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

31

mendesah

surga dunia

desah

mendesah

mati

desah

mendesah

berpacuh dalam kenikmatan

desah

mendesah

terus mendesah

tak peduli sakit

tak peduli mati

mati

mati

mati

tak ada desah

tak ada nikmat

Yogyakarta, 12 Januari 2012

Page 33: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

32

WAKTU

tlah tiba waktunya kisah ini menepi

seperti senja yang semakin merah merona

kita mungkin akan merapat ke dermaga

lalu merindukan sejuknya angin laut

dan mengabaikan kerasnya ombak

rasanya seperti baru saja kita berkumpul

di urip sumaharjo selepas subuh tadi

dan menikmati ramainya sekaten menjelang

maghrib sore ini

kita pernah bersama di sini

dengan asa yang kembar

yah

Ganesha pun tau

untuk sepotong pengentahuan kita di sini

seribu hari lebih telah dijajaki

kita telah menaburinya dengan mimpi

menyandarkan asa

dan bersama mengumbar kemesraan

di sini

tempat berkumpul para pejuang dan pemikir

kita telah berjuang dengan tangan saling

tergenggam

saling berkelindan dan mengayun

Page 34: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

33

dalam satu pikir

muda yang gagah

dan jelita dengan pesona

merajut mimpi

merenda hari - hari

menyulam setiap waktu dengan kesetian

seperti Muhammad yang setia akan sholat 5

waktu

waktu berlalu

benar - benar berlalu

berlayar jauh meninggalkan kenangan

menyobek kemesraan

kita tak boleh lagi menyalahkan sang

waktu

ia hanya bisa menengok, tak bisa kembali

meski berontak

meski melawan

meski kering kerontang samudera.

ini adalah gurat - gurat takdir

selalu ada yang berpasangan dalam

kefanaan bumi

pertemuan dan perpisahan.

jangan lagi sesali senja yang hilang,

esok pasti masih ada senja

Page 35: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

34

mari kita catat ini sebagai kenangan

dalam buku harian

jika hanya perubahan itu yang abadi,

maka mari kita tantang dia dengan

persahabatan yang abadi.

biarkan ia tetap utuh

tak terkoyak seperti kenisah yang koyak

saat Isa tak lagi di salib.

Carolus 623, Panti Rapih - Yogyakarta

23. 45 WIB

9 Januari 2012

Page 36: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

35

PEREMPUAN VENUS

ia sang perempuan venus

hadir dengan aroma kayu pinus

wangi semerbak, wangi udara..

bunga violet tersematkan di telinga kanan

menyihir setiap insan dengan matanya yang

seindah batu pirus coklat

kau perempuan venus

lahir diantara perawan dan kalajengking

bersinar dengan Zubeneschamali yang

terang

ia perempuan venus

hadir dengan gaun merah anggur bersulam

bunga kenanga kuning emas.

ia perempuan venus

sang bunga wijaya kusuma

dinaungi Dewa Batara Yamadipati

bulan yang tersaput awan

ia perempuan venus

sang perempuan langit selatan

Page 37: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

36

hadir dikala burung manyar membuat

sangkar di pohon - pohon rendah

perempuan musim labuh.

Yogyakarta

oktober 2011

Page 38: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

37

BOLEHKAH KINI KUMINTA LAGI HATIMU

wahai betinaku

malam ini kutulis surat untukmu

ketika suara jangkrik terus menyebut

namamu sepanjang malam.

ingin kutuliskan kata yang tak sempat

terucap 2 tahun lalu

kepada hatimu yang kutinggalkan

tak semestinya aku diam termangu

seperti syair melankolis tak bermakna

ini membunuh diri berteriak tanpa suara

wahai betina dengan mata bak kaca

bertubuh kurus dengan rambut terurai

manusia bodoh yang terus mengikat deretan

domba putih di balik bibir merah merona

datangkan prahara besar

menghantam keras hingga ke lubuk hati

yang beku

biarkan hancur lebur

biarkan kebisuan yang terus bertahan

musim demi musim

menjadi butir - butir

cair

dan mengalir

betinaku

Page 39: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

38

kau tak pernah tau selaksa ragu di

jalanku yang berliku

bergemetaran seperti si pengecut

ditantang sang juara

kalah sebelum memulai

wahai betinaku

malam ini kutulis surat untukmu

ketika bibir tak cukup berani untuk

berujar

Bolehkah kini kuminta lagi hatimu??

Page 40: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

39

HINGGA LELAH

aku ingin berkisah

tentang rindu di hati yang mewabah

namun hilang pergi digusur resah

seperti waktu yang diam - diam

pergi menguburkan kisah - kisah

pudar seperti tinta di halaman buku yang

basah

ah..

aku kalah

tak berani lagi melankah

mencoba berhenti menapaki lembaran -

lembaran kisah

mengeluh dan mendesah

ah...

sudahlah

biarkan rindu ini terus mengaduh berlomba

dengan udara yang makin gerah,

biarkan wajahmu terus mejajah,

dan memaksaku menulis sajak - sajak

renyah.

ini adalah sebaris puisi yang kugubah

dengan menerjemahkan mata dan segaris

senyum di bibirmu yang merah.

Page 41: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

40

biarkan matahari tersenyum pongah

melihatku yang lemah.

dalam kelam malam ku menengadah

menatap bulan yang hanya setengah.

bila langit bisa merubah, biarkanlah

berubah

kan kupeluk bayang hingga lelah.

...yah

Page 42: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

41

PENARI AWAN

aku menatap langit, menaungi dinding - dinding bumi

yang pernah memoleskan warna - warni pada wajah

anak perawan

wajahnya suci

berputar menari menari dengan ceria

di tengah galau pada siang dan bimbangku pada

malam

kucoba nikmati tarianmu pada lantai tak bermarmer

ini

dan kau masih menari dengan liuk gemulaimu

aku melihat sihir yang lahir dari setiap liukan tubuhmu

mantra yang terucap dari tabuhan gendang

sajak yang tertulis pada setiap ukiran indah di

tubuhmu

aku mencium wangi seruni yang merasuk bathin

ketika kipas - kipas terbangun dari selendang yang

terikat di pinggangmu

kipas di tangan kanan menutupi wajah yang merah

merona

tangan kirimu berkepakan di udara,

tiba - tiba aku jatuh cinta pada sepasang tangan yang

menjelma kupu kupu

Page 43: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

42

sebenarnya, segalanya itu bergetar dalam diri

dalam rangkulan setengah terkatup yang abadi

antar;

yang kuinginkan dan yang kutakuti

yang memuakkan dan yang kusanjung puji

yang kukejar - kejar dan yang hendak kutinggalkan

semuanya itu hadir dalam dirimu selalu,

bagai sinar dan bayangan

dalam pasangan - pasangan yang lestari berpelukan.

dan pabila sang penari terhenti, melenyap hilang

maka sinar yang tinggal, biar tetap bersamaku

tertidur dengan siluet wajahmu yang menghantui

mimpi.

Page 44: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

43

PUISI SI KAFIR

Tuhan

aku tak kenal Engkau

aku tak tau dimana diriMu berada

aku bahkan tak percaya akan adanya diriMu

Tuhan

benarkah Engkau sungguh ada?

apa wujudmu?

pernahkah kita bertemu dalam satu dekade

waktu perputaran bumi?

Tuhan

aku banyak mendengar cerita tentang

Engkau

pengikutmu banyak bercerita tentang

Engkau

yah, mereka mengagumi Engkau..

Tuhan

mereka berkata

Engkau adalah sang pengasih

Engkau adalah sang pengampun

Engkau adalah sang pelindung

Engkau adalah pencipta bumi ini

Page 45: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

44

Tuhan

jika Engkau sang pengasih, kenapa

pengikutmu tak saling menyayangi?

jika Engkau sang pengampun, kenapa

pengikutmu sulit untuk memaafkan?

jika Engkau sang pelindung, kenapa masih

ada pengikutmu yang tersiksa?

benarkah Engkau pencipta bumi?

hmmmm... aku masih percaya teori kabut

Tuhan

jika Engkau benar ada, pastinya Engkau

akan bersedih

lihatlah apa yang terjadi Tuhan...

Page 46: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

45

PUISI CINTA BUAT RAHMI; IBU GURU FISIKA

Rahmi

abang ini orang terpelajar

abang mampu menjelaskan fenemona nyalanya

lampu minyak dengan teori kapilaritas

abang mampu menjelaskan jatuhnya benda

dari atas ke bawah dengan teori gravitasi

abang juga mampu menjelaskan terjadinya

siang dan malam dengan teori rotasi bumi,

tapi abang tak mampu menjelaskan kenapa

abang jatuh cinta sama kamu.

Rahmi

sayang dalam hati abang terevaporasi

rindu dalam otak abang tertranspirasi

dengan bantuan sinar matahari dari

wajahmu dan matamu

sayang dan rindu itu terkondensasi

menjadi butir - butir cinta.

Rahmi

matamu layaknya benda magnet

nilai permeabilitas relatifnya lebih

kecil dari satu

menarik diriku ke dalam medan magnetmu.

tatapan mata itu memunculkan hukum Newton

2

Page 47: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

46

sebuah aksi yang kemudian menimbulkan

rekasi jatuh cintaku.

Rahmi

hati ini mengalami resonansi saat ada

getaran di bibirmu yang membentuk senyum

raga ini tersentak bagai terkena listrik

statis dalam medan listrik

jantung berdetak kencang

tubuh seakan mengalami termodinamika yang

hebat.

Rahmi

Ibu guru fisika

sudah pernah kamu dengar korelasi antar

puisi cinta dan fisika?

sudahkah kamu pelajari tentang hukum

fisika dalam cinta?

Rahmi

Ibu guru fisika

Gravitasi tak boleh diminta pertanggung

jawaban atas dua orang yang jatuh cinta.

banyak " jatuh " yang dipengaruhi oleh

gravitasi

tapi tidak dengan " jatuh " cinta.

Rahmi

ibu guru fisika

Page 48: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

47

Tiap unsur kimia tersusun oleh partikel-

partikel kecil yang tidak bisa

dihancurkan

dan dibagi, yang disebut atom.

yah, ini atom cintaku untukmu

tak bisa dihancurkan

tak bisa dibagi

hanya untukmu Rahmi, ibu guru fisika

Page 49: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

48

GADIS PENARI

Kamu cantik dengan kacamata itu

Kamu pintar dengan segala nasehatmu

Kamu ceria dengan kegilaanmu

Kamu Idiot dengan kebodohanmu

Kamu manis dengan senyummu

Kamu Indah dengan kawat di gigimu

Kamu kuat dengan segala tuntutan

keluargamu

Kamu optimis dengan mengejar priamu

Kamu aktif dengan segala kesibukanmu

Kamu energik dengan liukan tubuhmu

Hey, kamu gadis penari

Aku cinta kecantikanmu

Aku cinta kepintaranmu

Aku cinta ceriamu

Aku cinta idiotmu

Aku cinta manismu

Aku cinta indahmu

Aku cinta kekuatanmu

Aku cinta optimismu

Aku cinta aktifmu

Aku cinta energikmu

Aku cinta setiap yang ada pada dirimu

Page 50: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

49

Hey, gadis penari

Aku rindu jadi sandaranmu

Aku rindu jadi pendengarmu

Aku rindu jadi penasehatmu

Aku rindu jadu orang yang mengeluh padamu

dan yang pasti, aku rindu jadi priamu

Hey, gadis penari

Aku tau kamu tak mengerti maksudku

Aku tau kamu bahkan begitu bodoh

menafsirkan tulisanku

Aku tau kamu bahkan tak peduli

Aku tau kamu bahkan begitu lugu untuk

berbicara

dan yang pasti aku tau bahwa pria di

gedung itu adalah pria impianmu

Hey, gadis penari

Bisakah kamu sejenak hentikan liukan

tubuhmu

dan bisakah kamu lihat bahwa ada yang

terus memperhatikanmu

Hey, gadis penari

Aku tahu kamu tak bisa.

Hey, gadis penari

Page 51: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

50

Hey, gadis penari

Hey, gadis penari

Gadis penari

Diam, lihat, dengar dan rasakan

ada yang selalu memperhatikanmu..

Page 52: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

51

PUISI PALING TOLOL

From : [email protected]

to : [email protected]

subject : PUISI PALING TOLOL

Dear Riri

Otakku nggak secemerlang Einstein. Daya

nalarku masih berada dalam satu arena balap

dengan amoeba. aku bahkan masih terbata

dalam merangkai kata menjadi

kalimat, merangkai kalimat menjadi

paragraf, dan merangkai paragraf menjadi

sebuah cerita tentang indah dirimu.

Riri, saat mataku bertemu matamu, retinaku

membesar, jantung berdegup kencang, dan

napas terhenti. dunia seakan berjalan

dengan slow motion. layaknya adegan dalam

film India dimana sang jagoan berlari di

taman bunga menyambut sang kekasih hati.

Jika teknologi mengizinkan adanya

transplantasi otak, maka bagian otakku yg

menyimpan dirimu tak akan pernah kuizinkan

untuk dipotong.

kamu pasti bakal heran membaca email ini.

kamu akan mual dan setelah itu berpikir

Page 53: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

52

sejenak kalo ini email paling tolol yang

pernah seorang pria kirimkan padamu. yah,

aku sudah membayangkan itu. sampai saat ini

akupun belum menemukan korelasi antara

cerita otakku, merangkai kata, dengan dunia

yang bergerak slow motion.

eitz.... sebelum kamu makin mual dan

memvonis email ini dengan satu klik pada

kata DELETE, aku ingin kamu baca puisi ini.

puisi yang kubuat khusus untukmu. Puisi

yang tercipta dari hasil penyiksaan

terhadap yunior untuk ikut menyumbangkan

kata - kata. puisi yang proses pembuatannya

menghabiskan 20 bungkus kopi, 15 bungkus

gula, 23 bungkus cemilan, komputer nyala 24

jam dan menghabiskan 235 volt listrik. yah,

ini puisi termahal yang pernah kutulis. dan

mungkin puisi ini akan berakhir di kotak

sampahmu dengan tulisan PUISI TOLOL pada

nisannya..

****

otakku masih dipermalukan siput akibat

kalah cepat

otakmu begitu brilian hampir menyamain

Einstein

Page 54: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

53

IPK yang kudapat begitu tragis

IPK yang kamu punya terancam 4 karena sudah

mendekati angka 3,95

aku tau itu

aku tak sesempruna dirimu

Kamu pasti akan melayangkan surat protes

kepada Tuhan

karena telah ditakdirkan mengenalku

akupun begitu, akan melayangkan surat

permohonan perpanjangan izin pada Tuhan

ketika tau harus mengenalmu

karena kamu begitu indah untuk dikenal

kamu indah

kamu bahkan menjadi putri dalam tiap

detikku

menjadi permaisuri dalam tiap menitku

dan menjadi ratu dalam tiap jamku

kamu begitu cantik untuk dipandang

begitu indah untuk diimpikan

begitu sulit untuk dipelajari dan

begitu hangat untuk dipeluk

Tak pernah kutemui makhluk seindah dirimu

Page 55: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

54

PENGAKUAN SANG SEMINARIS

Suatu celah ruang masa depan dibukakan

untukku.

Dengan ketekadan hati aku melangkah ke

dalam lembaga itu, tembok - tembok tinggi

bagai sebuah penjara................ "

Penjara Suci"

Sebuah kisah kumulai

Kumenjajaki kehadiran Tuhan

di dalam pandangan mata sahabatku

di dalam derita yang terbagi

di dalam cinta dan hiburan yang diucapkan

sahabatku....

di dalam semuanya itu kubaca, surat yang

ditulis Tuhan Untukku

Sebuah pergolakkan kutemui

antara kebebasan dan keindahan masa

remajaku atau,,,,

kebebasan yang terikat di balik tembok -

tembok seminari

Kisah dan pergolakkan itu telah kusulam

dalam tawa, bahagia, duka, dan semua rasa

yang terbagi.

Kisah itu bagai cakrawala

sejauh apapun tetap indah cakrawala itu

hanya untuk dipandang

aku ditolak untuk melanjutkannya.

di balik malam kelam masih ada fajar

Page 56: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

55

pagi,

aku gagal di jalan ini.

kan kubentuk ulang frame kisahku

Yogyakarta ; sebuah langkah awal......

jogja, ketika ultah ke – 19

Page 57: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

56

CERITA DARI A – Z

A : aku tulis kisah kecil ini pukul 23.40

wib di markas menwa

B : baru saja aku melewati hari ini...

C : capek... iya, capek fisik dan capek

otak. banyak kegiatan hari ini di

kampus..

D : Dimulai dengan bangun pagi pukul

07.00 wib

E : entah apa yang kupikirkan, hari ini

aq sarapan dengan asap. tidak spt

biasanya.

F : Frustasi atau stress melanda diriku

mungkin???

G : gejalah sakit hati mungkin??

H : Hidup kesepian...???

I : ingat masa lalu...???

J : jadi, sebenarnya apa yang terjadi

pada diriku??

K : Ku melangkah keluar dari kontrakan

dengan semua tanda tanya itu..

L : langkah demi langkah kuayunkan,

hingga sampai di pinggiran ring road

utara, lalu

M : menunggu bisa RAS sambil duduk

bengong otak kosong.

N : naik bis RAS, duduk, diem dan tetap

dengan pikiran kosong..

Page 58: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

57

O : orang - orang dismapingku tak

kuhiraukan sedikitpun.

P : perempuan tua di sampingku itu

menyapaku

R : ramah

S : senyum hangat

T : tampak anggun dalam ketuaannya

U : ujarnya; " kelihatan bimbang di raut

wajahmu. apa yg kau pikirkan nak,??"

V : " visi itu sma spt 'keinginan merubah

dunia'. tapi ubahlah dirimu dulu!

lanjutnya

W : wajahnya bak bersinar saat

mengucapkan kalimat itu.. seperti ada

sinar

X : x - ray keluar tepat dari keningnya,

meneropong seluruh diriku. aku tersadar

dari kekosongan pikiranku..

Z : Zirah kan kukenakan... " mari,

berjuang melawan kelemahan diri

sendiri.."

Yogyakarta, 27 Maret 2010

Page 59: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

58

AKU TAK TAHU

aku cinta tanah kelahiranku

aku cinta kotaku, aku cinta rumahku

aku cinta lautku yang biru, aku cinta

pasirnya yang putih

aku cinta patung Tuhan kami yang begitu

megah, ikon kota kotaku

ikon sebuah kedamaian, benar..??

aku tak tahu...

aku benci tanah itu karena kesombongannya

aku benci kota itu karena kemunafikannya

aku ragu dengan patung Tuhan kami itu,

ragu sebagai ikon damai

sudah berapa damai yang dihasilkan, sudah

berapa cinta yang ditumbuhkan...??

aku tak tahu

kotaku nyala dan panas seperti neraka

ketika itu

kotaku berceceran darah orang - orang

yang sebenarnya saudara - saudara kami

sendiri

kotaku dijarah orang - orang munafik yang

katanya berjuang buat sebuah kedamaian,

kedamaian versinya yang penuh

benci.........

Page 60: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

59

ibu - ibu dan anak - anak menangis

ketakutan

kota itu seperti sodom dan gomora yang

dikutuk Tuhan

iya,, mungkin kota itu dikutuk ikonnya

sendiri...hmmmmm,,,

aku tak tahu

seperti kenisah yang terkoyak, kota itu

pun terkoyak

terbelah menjadi dua anak - anaknya.

cinta pada tanahnya, cinta pada negara

ibunya...

itu pun aku tak tahu

Yogyakarta, medio September 2009

Page 61: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

60

MAMA, SAYA LAGI SIBUK

hey...

lihat diriku

bukan lagi si kecilmu yang dekil dan

terus bertelanjang dada

bukan lagi si kecilmu yang selalu nangis

saat suaramu meninggi

bukan lagi si kecilmu yang selalu

merengek minta uang jajan

bukan lagi si kecilmu yang selalu berkata

bohong jika sedang salah...

hey

lihat diriku

aku lalui sekolah dasar dengan masih

merengek padamu

aku lalui sekolah lanjutan pertama dengan

jauh darimu

aku lalui sekolah menengah atas

dengan sebuah impian darimu

yah, aku tau kamu menginginkan aku

berdiri di depan altar, berjubah putih

dan menyanyikan lagu " Tuhan Sertamu "

aku tau, itu yang kamu inginkan untuk si

sulungmu ini...

hey

Page 62: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

61

lihat diriku

yang jauh darimu beratus kilometer

menyeberangi lautan

yang sering membantah kata - katamu lewat

pesawat telpon

" Mama tenang aja. saya bukan anak kecil

lagi "

yang sering membalas pesanmu dengan

kalimat singkat " saya lagi sibuk Ma "

hey

lihat diriku

aku ingin terus membuatmu menangis

menangis seperti saat kamu temani aku di

atas panggung SMP

menangis seperti saat kamu dengar " anak

ibu hebat "

menangis seperti saat kamu antarkan aku

ke gerbang asrama itu

yah, aku ingin melihat air mata dan

senyuman berebutan menguasai wajahmu.

hey

apa kabarmu?

lama aku tak melihat senyummu

lama aku tak mendengar suaramu yg selalu

meninggi jika sedang marah

lama aku tak melihat dirimu yang selalu

menjulurkan lidah saat mengejekku

Page 63: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

62

lama aku tak melihat dirimu yang selalu

mengelus - elus dada saat melihat tingkah

nakalku dan si nomor 4

hmmmm....

aku juga merindukan si cowok kurus dan

ingusan itu

apa kabarnya??

pasti dia sudah menginjak usia remaja..

sampaikan salamku untuk dia " jangan

terus godain anak tetangga "

hey

lihat dirimu

kulitmu kian keriput

langkahmu kian gontai

rambutmu kian menguban

aku yakin kamu tak se - energik dulu

ketika kamu tumbuh sebagai seorang gadis

Dili.

lihat dirimu sayang,

jangan terus memaksakan diri memakai

seragam krem yang ada lambang

pemerintahnya itu.

hey

aku yakin kamu kaget membaca kata "

sayang " itu

aku yakin kamu kaget jika aku tau setiap

detail perubahan fisikmu.

Page 64: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

63

yah, aku memang tak pernah memanggilmu

sayang

aku bahkan tak pernah berbincang denganmu

lebih dari 10 menit

aku jarang duduk semeja denganmu dan

menikmati masakanmu.

hey

aku berdoa

semoga Tuhan memberiku kesempatan

aku ingin kembali merawatmu seperti kamu

merawatku.

Yogyakarta

Medio Januari 2011

Page 65: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

64

GOING BACK TO THE “KONTRAKAN” WHERE I FIRST SAW YOU

bahagia melihatmu

ya sebuah mimpi indah ketika harus

mengenalmu

tahu tentang kamu

dan ketika kita harus berjalan bersama

dalam sebuah rule

aku tau, tak sedikitpun bayangku

terlintas dalam benakmu

aku tau bukan nama ini yang terucap

bibirmu saat kamu bilang " i want to get

my self close to you "

apa dengan demikian aku harus sedih? atau

tersenyum bahagia??

tidak. aku tidak sedih. sedikitpun tidak.

ya tak sedih sedikitpun ketika harus

mendengar ucapmu " hey, i love him "

namun bukan juga bahagia. ya sedikitpun

tidak. aku tidak bahagia sedikitpun.

tolol?

goblok?

lugu?

atau cuma pecundang kah aku???

Page 66: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

65

pria yang cuma bisa berucap " i care

about you "

dan tak pernah bertanya " are you care

about me? "

Back to the " kontrakan " where i first

saw you.

Back to my first statement " i can help

as far as possible "

Page 67: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

66

HIKAYAT SANG PENYAIR

Cesar E. M. De

Araujo, lahir di

Dili, Timor –

Timur. Sejak SMA

sudah aktif menulis

untuk majalah

sekolah.

Menyelesaikan

Sekolah lanjutan

tingkat pertama di

sekolah asrama SMP

“ Disamakan “ Hati

Tersuci Maria. Ia

kemudia melanjutkan studi ke sekolah calon

pastor, Seminari SMA St. Maria Immaculata

– Lalian.

Di masa SMA ia aktif menulis untuk majalah

sekolah yang bernama. Beberapa karyanya

sering dimuat di majalah sekoah. Ada opini,

cerpen, dan juga puisi – puisi.

Selain hobby menulis, ia juga aktif di

organisasi sejak masih duduk di bangku SMA.

Semasa di SMA ia pernah menjadi Ketua MPK,

Page 68: Menjebak Waktu Dalam Secangkir Kopi

67

Ketua Osis dan juga Sekretaris Koperasi

Siswa. Minat berorganisasi ini kemudian ia

lanjut saat mulai kuliah di UPN “ Veteran

“ Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan

keikutsertaannya di organisasi Resimen

Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa Jurusan HI

UPN. Di Resimen Mahasiswa ia bahkan pernah

mencapai posisi paling top yakni Komandan

Satuan.

Saat ini ia masih terus aktif menulis

puisi. Puisi – puisi yang ia tulis selalu

ia posting di halaman blog pribadinya,

tjaezar.blogspot.com.

Contact

Email : [email protected]

FB : facebook.com/tjaezar.dahsyat

Twitter : @Caesar_Delta29

Path : C. E. M. D. Araujo