menggali nilai pengorbanan diri dari paulus …repository.usd.ac.id/32937/2/141124026_full.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
MENGGALI NILAI PENGORBANAN DIRI DARI PAULUS
BERDASARKAN 2 KORINTUS 9:6-15 SEBAGAI SUMBER INSPIRASI
BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Juli Sunarti
NIM: 141124026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
MENGGALI NILAI PENGORBANAN DIRI DARt PAULUSBERDASARKAN 2 KORINTUS 9:6-15 SEBAGAI SUMBER INSPIRASI
BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG
Oleh:
Tanggal 17 Desember 2018
•
\[:IK
!i),.
Juli Sunarti-~.....
,.........NIM:1.41124026
0,r
~~.
Pembimbing·
St Eko Riyadi, Ph. D.
, 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
MENGGALI NILAI PENGORBANAN DIRI DAR! PAULUSBERDASARKAN 2 KORINTUS 9:6-15 SEBAGAI SUMBER INSPIRASI
BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Juli Sunarti
NIM: 141124026
\ [i.! ,':Z:' -r.!.LJ II --;::. : Ij[~\\ :L) ( , Tanda tangan
\ Dr..~ Agus ~ftkt.!r!l1\to!Sf'r.~ ;U J' . @+:: y, Kri~tiantoSFK.,M'rd. - ~1/ ....CJi7... '. '.: 1. St. Eko Riyadi, Ph. 1'. .DIf .;:jf;~~ ~. Banyu D.ewa H~, S.Ag., M:Si. ,. l/fmjlj/1!43. Y. H. Bmtang Nusant~a,SFK, M.Hun:f ./~el1..
Anggota
Nama
Ketua
Sekretaris
Yogyal{arta, 4 Jinuari 2019
Fakultas Keguruan dan lImu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
111
/'1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada almarhum tercinta bapakku Matius Jumat
yang setengah perjalanan skripsiku meninggalkan kupergi untuk selamanya
dan sekarang menjadi pendoa bagi keluarga.
Kepada yang tercinta ibuku Terina, kakak Petrus, kakak Yanti, kakak Mantio,
adik Pelipus, adik Yosafat dan adik Romero, yang telah mendukung dan
mendoakan selama menempuh pendidikan hingga selesai. Tidak lupa juga skripsi
ini kupersembahkan kepada pihak bidikmisi yang telah membiaya perkuliahan
hingga selesai, serta semua sahabat yang selalu memperhatikan melalui kasih, doa
dan perhatian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru:
mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka
berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”.
(Yes 40:31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka sebagaimana layaknya karya tulis ilmah.
Yogyakarta, 4 Januari 2019
Penulis,
9tiJu1i Sunarti
VI -)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : Juli Sunarti
NIM : 141124026
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang
bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul
MENGGALI NILAI PENGORBANAN DIRI DARI PAULUS BERDASARKAN
2 KORINTUS 9:6-15 SEBAGAI SUMBER INSPlRASI BAG! PELAYANAN
KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG
Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 4 Januari 2019
Yang menyatakan,
g..Juli Sunarti
VB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “MENGGALI NILAI PENGORBANAN DIRI
DARI PAULUS BERDASARKAN 2 KORINTUS 9:6-15 SEBAGAI
SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN
SEKARANG”. Aneka keprihatinan dan tantangan yang dialami oleh katekis
dalam melaksanakan tugas dan pelayanan, sehingga semangat melayani semakin
menurun. Dalam sebuah kemajuan Gereja katekis memiliki peran dan tanggung
jawab yang sangat besar, maka tidak mungkin Gereja dapat hidup dan
berkembang tanpa peran katekis di dalamnya. Oleh karena itu, dalam tugas
pewartaan, katekis perlu menemukan sosok yang dapat memberi inspirasi dalam
melaksanakan tugas pelayanan mereka. Bertolak dari keprihatinan tersebut,
skripsi ini bermaksud untuk memberi inspirasi bagi katekis dalam melaksanakan
tugas dan panggilan sebagai pewarta agar tetap semangat dalam melayani.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah inspirasi macam apa yang dapat
digali dari pengorbanan diri dari Rasul Paulus berdasarkan 2 Korintus 9:6-15
untuk meningkatkan pelayanan katekis di zaman sekarang. Persoalan ini dikaji
dengan menggunakan studi pustaka terhadap kisah pelayanan Rasul Paulus guna
memperoleh inspirasi-inspirasi pelayanan terutama pelayanan dalam 2 Korintus
9:6-15 yang kiranya dapat berguna bagi para katekis untuk meningkatkan
semangat pelayanan dalam melaksanakan tugas pewartaan mereka.
Rasul Paulus merupakan sosok yang menginspirasi bagi pelayanan katekis
zaman sekarang, keseluruhan hidupnya diserahkan untuk mewartakan Kristus.
Dalam mewartakan Kristus, Paulus juga mengalami berbagai macam kesulitan
sama halnya juga dengan katekis. Paulus banyak melakukan pengorbanan diri.
Aniaya dan penjara pernah ia alami bahkan dalam pelayanannya seringkali ia
ditolak. Meski mengalami berbagai macam tantangan dan kesulitan tidak
membuat Paulus putus asa bahkan menyerah begitu saja. Paulus merupakan sosok
yang pantang menyerah, semangat Paulus dalam mewartakan Kristus tak pernah
padam. Paulus juga merupakan sosok yang berani dan rela menderita sebagai
seorang pewarta. Rasul Paulus dapat menjadi contoh pewarta atau pelayan yang
setia. Oleh karena itu, katekis sebagai seorang pewarta diharapkan mampu
memiliki semangat yang sama seperti Rasul Paulus demi meningkatkan semangat
pelayanan mereka. Dengan demikian, sosok katekis yang diharapkan zaman
sekarang adalah sosok yang mampu memberi dengan rela, melayani dengan tulus,
meningkatkan hidup doa, berani berkorban, dan mampu bersyukur dalam segala
hal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This undergraduate thesis is titled "DIGGING THE SELF-SACRIFICE
VALUE OF PAUL BASED ON 2 CORINTHIANS 9: 6-15 AS THE SOURCE OF
INSPIRATION FOR CATECHIST SERVICE TODAY". Many concerns and
challenges are catechistically natural in carrying out their duties and services, so
that the spirit of service decreases. In a progress the Catechist Church has very
large roles and responsibilities, so it is impossible for the Church to live and
develop without the role of catechists in it. Therefore, in the preaching of
catechists, it is necessary to find a figure who can inspire them to carry out their
ministry duties. Starting from these concerns, this thesis intends to inspire
catechists in carrying out their duties and calls as evangelists to keep their spirit
in service.
The main problem in this undergraduate thesis is what kind of inspiration
can be extracted from the self sacrifice of the Apostle Paul based on 2 Corinthians
9: 6-15 to improve catechistical services today. This issue is examined by using a
literature study of the ministry of the Apostle Paul to obtain ministry inspirations,
especially ministry in 2 Corinthians 9: 6-15 which may be useful for catechists to
increase the spirit of service in carrying out their proclamation.
The Apostle Paul was a figure who inspired the catechist ministry of
today, his whole life was given up to proclaim Christ. In proclaiming Christ, Paul
also experienced various difficulties as well as catechists. Paul made many self-
sacrifices. He had experienced persecution and prison even in his ministry he was
often refused. Although experiencing various kinds of challenges and difficulties
did not make Paul desperate and even gave up. Paul is an unyielding figure,
Paul's enthusiasm in proclaiming Christ never goes out. Paul is also a person
who is brave and willing to suffer as an evangelist. The Apostle Paul can be an
example of a faithful steward or servant. Therefore, catechists as evangelists are
expected to be able to have the same enthusiasm as the Apostle Paul in order to
increase their spirit of service. Thus, the figure of the catechist who is expected
today is a person who is able to give willingly, serve sincerely, improve the life of
prayer, dare to sacrifice, and be able to be grateful in all things.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang berlimpah penulis haturkan kepada Tuhan Yesus dan
Bunda Maria atas segala berkat, cinta, dan kasih setia yang selalu menyertai dan
mendampingi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“MENGGALI NILAI PENGORBANAN DIRI DARI PAULUS
BERDASARKAN 2 KORINTUS 9:6-15 SEBAGAI SUMBER INSPIRASI
BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”.
Skripsi ini ditulis berdasarkan pengalaman keprihatinan pelayanan katekis
yang banyak dihadapkan dengan berbagai tantangan zaman. Dengan berbagai
tantangan tersebut banyak katekis tidak mau berkorban diri, mereka melaksanakan
tugas hanya sebatas kewajiban, tidak memandang bahwa tugas tersebut
merupakan tugas yang mulia. Dalam Evangelii Gaudium penulis mengambil
beberapa tantangan zaman yakni: konsumerisme, globalisasi ketidakpedulian,
klerikalisme dan relativisme. Penulis juga mengambil tantangan zaman dalam
Direktorium Formatio Iman yakni: sekularisasi dan sekularisme, pendangkalan
hidup dan budaya instan, krisis iman dan moral: ateisme dan relativisme dan
merebaknya kemiskinan. Dari berbagai tantangan zaman tersebut katekis
diharapkan mampu meyikapinya secara bijaksana dan tetap semangat dalam
melayani meskipun mengalami banyak tantangan pelayanan. Oleh karena itu,
penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mencari dan menemukan inspirasi
pelayanan dari Rasul Paulus sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan katekis di
zaman sekarang. Selain itu, skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bernadus. Agus Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi Pendidikan Agama Katolik
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan perhatian dan dukungan
selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. St. Eko Riyadi, Ph.D. selaku dosen pembimbing utama yang selalu
memberikan perhatian, meluangkan waktu untuk mendampingi dan
membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan,
memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si selaku dosen penguji kedua dan dosen
pembimbing akademik yang telah mendukung dan memberikan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Y. H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum selaku dosen penguji ketiga yang
telah bersedia membaca, memberikan masukan serta mendampingi penulis
dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.
5. Y. Kristianto SFK, M.Pd selaku Wakaprodi Pendidikan Agama Katolik, yang
telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
6. Seluruh staf dosen dan karyawan, Program Studi Pendidikan Agama Katolik
yang telah mendidik dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
studi di Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma dengan baik.
7. Ibu, kakak, adik dan semua keluarga yang memberikan semangat, motivasi,
dukungan moral dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan
sampai pada menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh staf perpustakaan Kolese St. Ignatius Kotabaru dan perpustakaan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang murah hati dalam
meminjamkan buku dan melayani dengan baik selama ini.
9. Teman-teman angkatan 2014 (teristimewa Sr. Maxima PI, Sr. Elisa PPYK,
Sr. Theodora ADM, dan Sr. Helmi FMM) yang selalu memberikan semangat,
motivasi, dorongan serta bantuan kepada penulis selama perkuliahan hingga
skripsi ini selesai.
10. Ibu kost Retno Wulan yang telah menerima dengan baik untuk tinggal di
kostnya selama awal perkuliahan hingga selesai dan teman-teman kost (Sesi,
Cika, Nita, Riana Nana, Arni, Agnes, Niken, Lusi, Maria, Ivon, Ayu, Elis,
Wiwit, Silvia, Fika, Santi, Lestari, Vera dan Nova) yang dengan caranya
sendiri telah membantu penulis selama hidup bersama dalam satu kost
11. Seluruh warga kampus Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah
menemani, memberikan semangat, serta dukungan doa dari awal perkuliahan
hingga penyelesaian skripsi ini.
12. Kepada pihak bidikmisi yang telah memberikan beasiswa kepada penulis dari
awal perkuliahan hingga selasai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
telah memberikan motivasi serta' bantuan, kepada penulis dari awal
perkuliahan hingga selesai.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki keterbatasan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka akan segala kritik, saran dan
masukan yang membangun demi perkembangan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca.
Yogyakarta, 4 Januari 2019
Penulis,
f)Juli Sunarti
X111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACK ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan ....................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 6
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 6
E. Metode Penulisan ................................................................................ 7
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 7
BAB II. TANTANGAN ZAMAN MODERN DAN SOSOK KATEKIS
YANG DIBUTUHKAN .................................................................... 9
A. Tantangan Zaman Menurut Paus Fransiskus dalam Evangelii
Gaudium ................................................................................................ 10
1. Konsumerisme .................................................................................. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Globalisasi Ketidakpedulian ............................................................. 13
3. Klerikalisme ...................................................................................... 15
4. Relativisme ....................................................................................... 17
B. Tantangan Zaman dalam Direktorium Formatio Iman ......................... 19
1. Sekularisasi dan Sekularisme ............................................................ 19
2. Pendangkalan Hidup dan Budaya Instan .......................................... 20
3. Krisis Iman dan Moral: Ateisme dan Relativisme ............................ 22
4. Merebaknya Kemiskinan .................................................................. 23
C. Sosok Katekis di Zaman Sekarang ........................................................ 24
1. Sosok Katekis .................................................................................... 24
2. Kepribadian Seorang Katekis ........................................................... 32
3. Spiritualitas Katekis .......................................................................... 34
D. Rangkuman ............................................................................................ 40
BAB III. KEUTAMAAN HIDUP DAN KARYA KERASULAN PAULUS 42
A. Identitas Paulus ...................................................................................... 43
1. Paulus dari Tarsus ............................................................................ 43
2. Orang Farisi ..................................................................................... 45
3. Penganiaya Orang Kristen ............................................................... 46
4. Paulus Menuju Damsyik .................................................................. 47
5. Pemberitaan Injil Paulus .................................................................. 49
B. Karya Kerasulan Paulus ......................................................................... 52
C. Tafsiran Atas 2 Korintus 9:6-15 ............................................................ 56
1. Konteks ............................................................................................. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
2. Struktur Teks ..................................................................................... 57
3. Penjelasan Teks ................................................................................. 59
D. Keutamaan Kerasulan Paulus ................................................................ 66
1. Menabur Banyak ............................................................................... 66
2. Memberi dengan Rela ....................................................................... 67
3. Tahan Uji ......................................................................................... 68
BAB IV. INSPIRASI RASUL PAULUS BAGI PELAYANAN KATEKIS
ZAMAN SEKARANG ................................................................... 69
A. Menggali Inspirasi dari Rasul Paulus Berdasarkan 2 Kor 9:6-15 .......... 70
1. Memberi dengan Rela ........................................................................ 70
2. Melayani dengan Tulus ..................................................................... 72
3. Hidup dalam Doa .............................................................................. 75
4. Berani Berkorban .............................................................................. 76
5. Bersyukur dalam Segala Hal ............................................................. 78
B. Refleksi Kateketis .................................................................................. 80
C. Usulan Program Retret untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan Katekis
Paroki St. Alfonsus Nandan Yogyakarta ............................................... 83
1. Latar Belakang Program .................................................................... 83
2. Matriks Usulan Program Retret ........................................................ 85
3. Contoh Persiapan Program Retret ...................................................... 90
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 104
A. Kesimpulan ........................................................................................... 104
B. Saran ...................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Ams : Amsal
Ef : Efesus
Flp : Filipi
Gal : Galatia
Kis : Kisah Para Rasul
1Kor : 1Korintus
2Kor : 2Korintus
Mat : Matius
Mrk : Markus
Rm : Roma
Ul : Ulangan
Yoh : Yohanes
B. Singkatan Dokumen
AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner
Gereja, 7 Desember 1965
CEP : Congregation for Evangelization of Peoples, (Kongregasi
Evangelisasi Bangsa-bangsa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes
Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman
tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
EG : Evangelii Gaudium, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang
Sukacita Injil, 24 November 2013.
GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II
mengenai Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.
KHK : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan
kanonik dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.
RM : Redemptoris Missio, Ensiklik Bapa Suci Yohanes Paulus II
tentang Amanat Misioner Gereja, 7 Desember 1990.
C. Singkatan Lain
APP : Aksi Puasa Pembangunan
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional
Hal : Halaman
LAI : Lembaga Alkitab Indonesia
LBI : Lembaga Biblika Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Lih : Lihat
Kan : Kanon
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
M : Masehi
SM : Sebelum Masehi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pewartaan Injil oleh Gereja tidak terlepas dari sosok tokoh yang
menginspirasi setiap pewarta saat ini. Salah satu tokoh yang menjadi inspirasi
pewarta Injil sampai saat ini adalah Rasul Paulus. Paulus dikenal sebagai seorang
yang mewartakan Injil kepada segala bangsa. Paulus dipandang sebagai inspirator dan
teladan dalam menyebarkan Injil. Ia adalah orang Yahudi dari suku Benyamin yang
lahir di Kota Tarsus dan dibesarkan di Yerusalem. Lukas mengatakan bahwa Paulus
berkebangsaan Roma (Kis 22). Masa muda dilaluinya sebagai seorang Farisi yang
sangat taat pada Hukum Taurat sehingga hidup rohaninya dibentuk dengan
latarbelakang demikian. Tentunya, lingkungan Yunani dimana ia tinggal pun turut
memberi adil dalam pembentukan hidupnya sehingga walaupun berlatar belakang
Yahudi, ia tetap hidup dalam kebudayaan Yunani. Dengan kata lain, ia tidak berasal
dari Palestina, melainkan wilayah “diaspora”, yaitu jemaat Yahudi yang tinggal di
antara kaum kafir (Jacobs, 1983: 9). Paulus mengikuti jalur pendidikan seorang rabbi
dan untuk itu ia dikirim ke Yerusalem. Di kota itu ia belajar pada Gamaliel, seorang
rabbi dari golongan Farisi yang terkenal pada zamannya (Kis 22:3). Gamaliel adalah
cucu sekaligus penerus ajaran Rabbi Hillel (60 SM-20 M). Berkat pendidikan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
diperolehnya, Paulus menjadi “jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya
dengan aku diantara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat
istiadat nenek moyangku” (Gal 1:14). Bahkan, ia berani menyatakan bahwa “tentang
kebenaran dalam menaati hukum Taurat aku tidak bercacat” (Flp 3:6).
Paulus merupakan sosok yang menginspirasi bagi seorang pewarta. Dalam
mewartakan Injil Paulus rela dipenjara dan dianiaya, rela melakukan perjalanan yang
berbahaya demi mewartakan Injil kepada segala bangsa. Semangat Paulus tak pernah
padam bahkan setelah beberapa kali didera dan diterpa bahaya maut (lih. 2 Kor.
11:23-30; Kis 27:27). Sesungguhnya ia dapat mengasihi Kristus sedemikian rupa
karena Yesus terlebih dahulu mengasihi dia. Perjumpaan dengan Kristus di perjalanan
menuju Damsyik mengubah seluruh hidupnya, dan melalui sentuhan kasih Kristus ia
menjadi manusia baru (lih Kis 9:1-19, 22:1-16, 26:9-18). Paulus tidak lagi hidup
menurut pengertian dan kehendaknya sendiri, namun menurut ajaran dan kehendak
Kristus. Keseluruhan jiwa dan kehendaknya begitu terarah kepada Kristus. Semangat
Paulus dalam mewartakan Injil dapat menjadi inspirasi bagi para katekis untuk
melakukan tugas dan perwartaannya di tengah-tengah arus zaman yang terus
berkembang.
Perubahan zaman nampaknya berlangsung semakin cepat. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern senantiasa menjadi bagian dari kehidupan
setiap orang. Teknologi dapat membawa bentuk perubahan di segala bidang
kehidupan termasuk dalam bidang pewartaan. Tatanan ekonomi dan gaya hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
manusia berubah, khususnya di era sekarang perubahan itu semakin cepat. Semua
kemajuan dan perubahan ini bukan tidak membawa masalah. Masalah yang
cenderung dihadapkan pada manusia dalam tantangan zaman ini adalah hidup
materialisme dan hedonisme. Inovasi produk-produk untuk kebutuhan hidup manusia
terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Orang muda maupun dewasa
diperkenalkan dengan barang-barang yang berteknologi.
Ditempat tertentu masih ada katekis yang belum mampu berkorban demi
pelayanannya. Misalnya saja ketika diminta untuk memimpin ibadat lingkungan
masih memikirkan banyak hal, memperhitungkan untung dan ruginya. Berkorban
dalam hal ini bisa saja katekis memberikan waktu dan tenaganya demi pelayanan.
Ketika ditelusuri, ada beberapa faktor penyebab yang membuat para katekis kurang
berkorban. Adapun penyebabnya yaitu, pengorbanan diri dianggap hanya membuang
waktu dan tenaga yang sia -sia. Mereka lebih baik bekerja keras meluangkan waktu
untuk diri dan keluarga mereka daripada untuk Gereja. Kemudian ada alasan lain
bahwa faktor ekonomi tidaklah menjamin kehidupan mereka. Mereka bekerja keras,
meluangkan waktu dan tenaga tetapi mendapatkan upah yang amat minim. Mereka
harus menghidupi keluarga mereka. Jika mereka bekerja lebih banyak untuk Gereja,
bagaimana dengan ekonomi keluarga mereka? Inilah tantangan yang dihadapi zaman
sekarang. Ketekis yang bekerja di Gereja amatlah kecil jumlahnya jika dibandingkan
dengan dunia pekerjaan lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa katekis, penulis menemukan
tantangan-tantangan yang para katekis alami saat ini. Tantangan tersebut antara lain
gaji yang rendah sedangkan kebutuhan ekonomi terus meningkat, sebagian orang
tidak tertarik berkumpul untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci, enggan untuk
mengikuti pertemuan lingkungan misalnya ketika ada pendalaman adven,
pendalaman APP, dan ketika pendalaman BKSN, begitu juga jika lingkungan
menanggung tugas koor di gereja sedikit yang ikut mengambil bagian di dalamnya.
Berbagai tantangan tersebut membuat mereka terkadang merasa putus asa bahkan
ingin menyerah. Dalam tantangan tersebut para katekis perlu menyadari tugas dan
tanggungjawab mereka sebagai pewarta. Memang sulit memilih bila dihadapkan
dengan situasi yang sulit, namun karena mereka adalah seorang pewarta
bagaimanapun keadaan dan kondisi bahkan ditolak sekalipun mereka tetap
mewartakan. Ketika mewawancarai katekis penulis mendengar kisah satu ibu yang
membuat penulis merasa sedih sekaligus terharu, yakni ibu ini mengatakan bahwa
dalam pelayanan yang ia berikan seringkali ia tidak mendapatkan upah yang layak
sedangkan ia harus memenuhi kebutuhan keluarga dan kebutuhan keluarga semakin
hari terus meningkat. Namun, meskipun demikian ibu ini terus melayani dan
mewartakan.
Melihat realitas yang ada saat ini, penulis ingin menggali nilai pengorbanan
diri yang ada dalam diri katekis berinspirasi pada nilai-nilai yang dapat ditemukan
dalam surat 2 Kor 9:6-15. Di dalam teks ini, dapat dibaca bagaimana pengorbanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Paulus dalam melayani jemaat, terutama dalam hal pemberitaan Injil. Dari teladan
Paulus ini, para katekis belajar untuk melayani Gereja zaman ini.
Penulis meyakini bahwa nilai pengorbanan diri Paulus sangat menginspirasi
dalam pewartaan Injil. Berdasarkan latar belakang dan fakta-fakta di lapangan yang
penulis temui, penulis ingin mengangkat masalah itu menjadi judul skripsi yaitu:
“MENGGALI NILAI PENGORBANAN DIRI DARI PAULUS BERDASARKAN 2
KOR 9:6-15 SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI
ZAMAN SEKARANG.”
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan
yang akan dibahas dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Bagaimana riwayat kerasulan Paulus? Apa nilai-nilai utama yang dihayatinya
dalam kerasulannya?
2. Apakah tantangan-tantangan katekis dalam pelayanan pemberitaan Injil di zaman
sekarang?
3. Inspirasi apakah yang bisa ditimba dari Paulus oleh para katekis dalam hal
pengorbanan diri dalam kerasulan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penulisan ini sebagai berikut:
1. Menguraikan riwayat kerasulan Paulus, nilai-nilai yang dihayati terutama nilai
pengorbanan diri.
2. Menjelaskan sosok katekis dan tantangan-tantangan pelayananya di zaman
sekarang.
3. Memaparkan pengorbanan diri sebagai nilai yang perlu diperjuangkan oleh
seorang katekis dengan mengambil inspirasi dari kerasulan Paulus.
D. Manfaat Penulisan
Adapun beberapa manfaat penulisan sebagai berikut:
1. Menambah wawasaan dan pengetahuan baru bagi para katekis tentang sosok yang
memberikan inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang lewat sosok diri
Paulus.
2. Memberi pengetahuan dan pemahaman baru kepada umat akan siapa itu katekis
dan bagaimana pelayanannya di zaman sekarang, sehingga para katekis juga dapat
menyadari tugas dan tanggungjawab mereka dalam pelayanan yang mereka
berikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Memberi inspirasi kepada para katekis dalam usaha menghayati dan mencintai
tugas dan panggilannya sebagai pewarta sehingga bersemangat dalam melayani
dan mewartakan di tengah-tengah umat.
E. Metode Penulisan
Untuk mengembangkan kerangka pemikiran dalam tulisan ini, penulis
mengadakan riset kepustakaan. Dalam artian, metode yang digunakan oleh penulis
dalam mengembangkan tulisan ini adalah metode analisis deskriptif, yakni penulis
memaparkan hasil yang diperoleh dari studi pustaka.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran lebih jelas, penulis menyampaikan pokok-pokok
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I: Dalam bab I ini, penulis akan menjabarkan pendahuluan berupa latar
belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, kajian
pustaka, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II: Dalam bab II ini, penulis akan menguraikan situasi zaman sekarang
yang berkaitan dengan tantangan katekis dan katekis yang seperti apa yang
dibutuhkan di zaman sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB III: Dalam bab III ini, penulis akan membahas tentang riwayat Rasul
Paulus, karya kerasulan Paulus dan tafsiran atas 2 Kor 9:6-15
BAB IV: Pada bab IV ini, penulis akan menemukan inspirasi dari karya
kerasulan Paulus bagi pelayanan katekis di zaman sekarang berdasarkan teks 2 Kor
9:6-15.
BAB V: Pada bab V ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TANTANGAN ZAMAN MODERN DAN SOSOK KATEKIS YANG
DIBUTUHKAN
Kemajuan sebuah Gereja tergantung dari orang yang berperan di dalamnya.
Gereja tidak bisa berkembang sendiri tanpa bantuan dari pihak-pihak yang
berkepentingan di dalamnya; antara lain katekis. Dalam perkembangan Gereja,
kehadiran para katekis telah memberi dampak positif bagi terwujudnya visi dan misi
Gereja. Melihat kontribusi begitu penting dari para katekis, Gereja dengan tegas
mengakui dan mengapresiasi keberhasilan pelayanan mereka. Terutama pada waktu
awal evangelisasi, kehadiran para katekis mempercepat perkembangan Gereja baik
dari segi teritorial maupun dari segi jumlah umat. Karena pelayanan sangat vital bagi
Gereja, para katekis perlu dipersiapkan dengan baik melalui berbagai usaha terus-
menerus agar mampu melaksanakan tugas dan pelayanan dalam situasi zaman yang
dihadapi. Oleh karena itu dalam bab ini penulis akan menguraikan tantangan-
tantangan zaman, sosok katekis, kepribadian, dan spritualitas katekis di zaman
sekarang sehingga katekis dapat semakin menyadari peranan mereka dalam sebuah
kemajuan Gereja.
Pembahasan bab II ini dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu bagian pertama
membahas tantangan zaman menurut Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Bagian kedua membahas tentang tantangan arus zaman dalam Direktorium Formatio
Iman. Bagian ketiga membahas sosok katekis di zaman sekarang, yang meliputi
pembahasan tentang sosok katekis, kepribadian seorang katekis, dan spiritualitas
katekis.
A. Tantangan Zaman Menurut Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium
Dewasa ini banyak orang beralih dari gaya hidup tradisional menjadi modern.
Bahkan banyak dari antara mereka mulai meninggalkan nilai-nlai kebudayaan
Indonesia. Norma dan adat istiadat mulai terkikis. Banyak juga gaya hidup yang
bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani. Zaman yang terus berkembang ini membuat
manusia semakin dihadapkan pada berbagai tantangan. Tantangan-tantangan tersebut
dapat menghambat perkembangan iman dan spiritualitas di zaman sekarang. Manusia
perlu mengenali berbagai tantangan tersebut agar mampu menghadapinya. Terutama
untuk para pemberita Injil. Mereka harus peka dan tanggap terhadap situasi zaman.
Dalam pembahasan tantangan zaman ini, penulis mengambil beberapa
tantangan zaman dalam dokumen Evangelii Gaudium. Mengapa penulis mengambil
tantangan zaman dalam Evangelii Gaudium? Karena dokumen ini merupakan
dokumen yang ditulis oleh bapa suci tentang pemberitaan Injil di dunia modern dan
ketekis merupakan salah satu pemberita Injil di dunia modern. Kemudian ditunjukan
oleh bapa suci tantangan-tantangan Gereja di dunia modern, yang tentunya juga
menjadi tantangan-tantangan pemberita Injil di zaman sekarang. Beberapa tantangan
zaman dalam EG dapat penulis uraikan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1. Konsumerisme
Konsumerisme merupakan sebuah “cara hidup (a way of life), dengan kata
lain sebuah gaya hidup yang terpenuhi dengan mengomsumsi secara berlebihan”
(Soedjatmiko Haryanto, 2008: 29). Ada orang dengan tingkat konsumsi yang
melampaui batas. Manusia terkadang dipandang sebagai barang yang dapat
diperjualbelikan dan dapat ditukar, sehingga lahir dalam diri manusia sifat dan
tindakan manipulasi sesama. Manusia tidak lagi dianggap sebagai makhluk yang
berharga, manusia dipandang tidak mempunyai kehendak bebas. Ia diterima oleh
orang sekitar karena ia berguna, setelah tidak lagi berguna maka ia akan dibuang.
Dalam Evangelii Gaudium, Paus Fransiskus menyebutkan gaya hidup seperti ini
sebagai “budaya sekali pakai lalu dibuang” (EG, art. 53).
Paus Fransiskus mengatakan tentang bahaya besar dalam dunia sekarang ini
dalam artikel berikut;
Bahaya besar dalam dunia sekarang ini, yang diliputi oleh konsumerisme,
adalah kesedihan dan kecemasan yang lahir dari hati yang puas diri namun
tamak, pengejaran akan kesenangan sembrono dan hati nurani yang tumpul.
Ketika kehidupan batin kita terbelenggu dalam kepentingan dan
kepeduliannya sendiri, tak ada lagi ruang bagi sesama, tak ada tempat bagi si
miskin papa. Suara Allah tak lagi didengar, sukacita kasih-Nya tak lagi
dirasakan, dan keinginan untuk berbuat baik pun menghilang. Ini merupakan
bahaya yang sangat nyata bagi kaum beriman. Banyak orang menjadi korban,
dan berakhir dengan rasa benci, marah, dan lesu. (EG, art. 2).
Tantangan zaman seperti yang diungkapkan Paus Fransiskus dalam artikel di
atas membuat manusia tidak lagi peduli terhadap sesamanya. Manusia lebih memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
untuk mencari kebahagiaan masing-masing tanpa mempedulikan kebutuhan sesama
di sekitar. Gaya konsumtif seperti ini mengabaikan orang miskin dan terlantar. Semua
yang dia miliki adalah untuk dirinya sendiri, untuk kepuasan jasmaninya semata.
Gaya hidup seperti ini bukanlah gaya hidup yang terpuji, banyak orang menjadi
korban bahkan berakhir dengan rasa benci. Hal seperti ini membuat hidup manusia
berada dalam ruangnya masing-masing.
Artikel dalam Evangelii Gaudium oleh Puas Fransiskus berikut mengatakan:
Mekanisme ekonomi dewasa ini meningkatkan konsumsi berlebihan, namun
jelas bahwa konsumerisme tak terkendali yang bergandengan dengan
ketidaksetaraan terbukti dua kali lipat merusak struktur sosial. Kesenjangan
sosial akhirnya menimbulkan kekerasan, yang tidak pernah dan tidak akan
mampu dipecahkan oleh perlombaan senjata. Perlombaan senjata hanya
memberikan harapan palsu kepada mereka yang menuntut peningkatan
keamanan, meskipun sekarang ini kita tahu bahwa persenjataan dan
kekerasan, alih-alih memberikan solusi, justru menciptakan konflik-konflik
baru yang lebih serius. (EG, art. 60).
Dalam artikel di atas jelas dikatakan bahwa konsumerisme yang berlebihan
dapat merusak struktur sosial yang memunculkan kesenjangan sosial. Kesenjangan
sosial dapat membuat hubungan antar sesama manusia semakin jauh. Kesenjangan
sosial juga dapat menimbulkan kekerasan, sehingga terjadi ketidakseimbangan, maka
timbullah sikap kurang perhatian dan kasih kepada sesama. Hal seperti ini membuat
manusia tidak lagi menghargai hidup yang lebih berharga dari pada barang-barang
duniawi yang hanya bersifat sementara. Dengan egoisme masing-masing, manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
semakin bersaing dalam berbagai hal, maka tidak jarang timbul konflik yang
berlebihan dan orang bermusuhan satu sama lain.
2. Globalisasi Ketidakpedulian
Kata “Globalisasi” berasal bahasa Inggris globalizatio yang berarti suatu
proses pelebaran pada elemen-elemen baru baik gaya hidup, pemikiran teknologi
maupun informasi tanpa ada batasan negara atau mendunia. Globalisasi bisa diartikan
sebagai suatu proses di mana batas-batas di dalam suatu negara akan bertambah
sempit karena terdapat kemudahan di dalam melakukan interaksi antar negara di
bidang perdagangan, informasi, gaya hidup dan dalam bentuk interaksi yang lainnya.
Globalisasi juga bisa diartikan menjadi suatu proses di mana di dalam
kehidupan sehari-hari, ide-ide dan informasi akan menjadi tolak ukur standar pada
seluruh dunia. Proses tersebut itu diakibatkan karena berkembang pesatnya teknologi
komunikasi, informasi dan transportasi dan aktivitas ekonomi yang telah memasuki
pasar dunia, (http://pengertian.website/pengertian-globalisasi-pengaruh-dan-
dampaknya/ diunggah pada 21 Juni 2018).
Paus Fransiskus dalam artikel EG berikut ini mengatakan:
Dalam budaya yang dominan dewasa ini, prioritas diberikan kepada hal yang
lahiriah, langsung, terlihat, cepat, dangkal, dan sementara. Yang nyata
memberi tempat kepada yang kelihatan. Di banyak negara globalisasi berarti
kemerosotan yang berlangsung begitu cepat dari akar budaya mereka sendiri
dan invasi cara berpikir dan bertindak yang dimiliki budaya lain secara maju,
tetapi secara etis lemah (EG, art. 62). Individualisme zaman pasca-modern
dan globalisasi menyukai cara hidup yang melemahkan pengembangan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
stabilitas hubungan antar-pribadi dan merintangi ikatan-ikatan keluarga (EG,
art. 67).
Dalam artikel di atas, Paus Fransiskus menegaskan bahwa globalisasi tidak
selalu membawa dampak yang baik bagi perkembangan pribadi manusia. Globalisasi
dapat membawa dampak kemerosotan. Oleh karena itu, orang lebih menyukai hal-hal
yang lahiriah semata, langsung, terlihat, dan cepat, sehingga timbul kedangkalan
hidup dan hanya bersifat sementara. Hal tersebutlah yang membuat globalisasi
berdampak tidak baik. Selain itu, globalisasi juga membuat hubungan antar pribadi
melemah, ikatan-ikatan keluarga pun tidak lagi dipandang sebagai hal yang sangat
berharga dan dibangun terus-menerus. Globalisasi cenderung dapat mendekatkan
yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Orang tidak lagi saling bertukar pikiran atau
pendapat karena orang sibuk dengan dunianya masing-masing. Gaya hidup seperti ini
membuat orang tidak lagi menganggap relasi dan komunikasi yang sudah lama
terjalin sebagai hal yang berharga yang perlu dipertahankan. Karena sibuk dengan
dunianya masing-masing mereka tidak lagi peka terhadap kebutuhan sesama di
sekitar.
Paus Fransiskus dalam EG mengutarakan bahwa “untuk mempertahankan
antusiasme demi cita-cita egois itu, telah mengembangkan globalisasi
ketidakpedulian” (EG, art. 54). Dari artikel tersebut mau menjelaskan bahwa tanpa
disadari pada akhirnya kita tidak mampu merasakan belas kasihan kepada sesama
yang miskin dan tidak merasa perlu membantu mereka. Budaya seperti ini telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mematikan perasaan kita dan kita bergairah ketika pasar menawarkan sesuatu untuk
dibeli. Budaya ketidakpedulian seperti inilah yang membuat manusia semakin egois,
kasih kepada sesama yang membutuhkan diabaikan sehingga hanya mementingkan
kesenangannya belaka.
3. Klerikalisme
Pada hakikatnya, klerikalisme merupakan sikap yang memisahkan klerus
(para pelayan tertahbis) dari umat, memandang umat sebagai bawahan yang harus
siap mendengar keputusan yang telah diambil, serta cenderung otoriter. Dari sudut
kaum awam, klerikalisme adalah “sikap menempatkan para pelayan tertahbis sebagai
tuan yang selalu harus diikuti kehendak dan keinginannya”
(http://daiwithin16.blogspot.com/2015/10/klerikalisme.html, diunggah pada 21 Juni
2018). Dalam tulisan berikut Prakosa Heru (2015: 33) mengatakan bahwa:
klerikalisme tidak lebih daripada keyakinan dan prilaku yang dominan di
antara kaum klerus sedemikian rupa sehingga mereka melihat diri sebagai
pihak yang berbeda, terpisah dan tak tersentuh oleh norma-norma, aturan-
aturan dan konsekuensi-konsekuensi yang berlaku bagi setiap orang di dalam
masyarakat Gerejani.
Dalam kalimat di atas jelas dikatakan klerikalisme merupakan sikap melihat
bahwa diri mereka itu berbeda dari yang lain, mereka juga terpisah dari aturan-aturan
yang berlaku dalam Gereja. Dari hal tersebut dapat dikatakan adanya pengkotakan
dalam diri klerus dengan umat. Suharyo Ignatius (2017: 4) dalam tulisannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mengatakan bahwa klerikalisme dapat menimbulkan “sikap merasa diri lebih
daripada yang lain dan paling paham tentang sabda dan kehendak Allah”.
Paus Fransiskus dalam artikel EG mengatakan hal sebagai berikut:
Kesadaran kaum awam akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai
anggota Gereja yang telah menerima rahmat baptis dan penguatan membuat
mereka siap untuk terlibat dalam melayani sesama umat dalam dunia
pewarta. Namun dalam beberapa kasus, kaum awam tidak diberi pembinaan
yang perlu untuk mengemban tanggung jawab-tanggung jawab yang penting,
hal ini terjadi karena dalam Gereja partikular mereka tidak mendapatkan
ruang untuk berbicara dan bertindak karena klerikalisme berlebihan yang
menjauhkan mereka dari pengambilan keputusan (EG, art. 102).
Dalam artikel di atas dijelaskan bahwa kaum awam tidak diberikan
pembinaan yang memadai sesuai dengan peran mereka. Tidak hanya itu, dijelaskan
juga bahwa kaum awam tidak mendapatkan ruang dalam pengambilan keputusan
karena masih ada anggapan bahwa kaum tertahbislah yang memegang peranan
penting dalam Gereja sehingga kaum awam (termasuk para katekis) tidak diberi
ruang untuk mendapatkan pembinaan yang layak dan pengambilan keputusan yang
bebas, sehingga pengetahuan mereka pun tidak berkembang dengan begitu baik. Hal
seperti ini dapat menyebabkan orang tidak mau terlibat aktif dalam membangun
Gereja.
Dalam Konsili Vatikan II, kaum awam dibicarakan terkait dengan martabat
Kristiani berkat sakramen pembaptisan, peristiwa iman secara personal ketika setiap
orang yang dibaptis bersatu dengan Kristus. Martabat demikian menunjukkan
panggilan ke hidup suci sebagai kesempurnaan hidup Kristiani. Kedudukan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
martabat paling luas dan mendasar disebut dalam Lumen Gentium art 30 “Segala
sesuatu yang telah dikatakan tentang Umat Allah sama-sama dimaksudkan bagi kaum
awam pria maupun wanita, mengingat kedudukan dan perutusan mereka”. Dalam
penjelasan tersebut dikatakan bahwa kaum awam juga memiliki kedudukan dan
perutusan yang juga sama melayani sebagai umat Allah. Kaum awam juga memberi
sumbangan untuk kesejahteraan seluruh Gereja. Konsekuensi bagi peran kaum awam
merupakan tugas kerasulan yang sungguh amat dibutuhkan Gereja demi tugas
perutusan Gereja dunia. Di banyak daerah jumlah imamnya sedikit sehingga tanpa
para awam, Gereja tidak bisa hadir dan aktif.
4. Relativisme
Relativisme secara umum dapat didefinisikan sebagai penolakan terhadap
bentuk kebenaran universal tertentu. Kesamaan yang dimiliki oleh semua bentuk dan
sub bentuk. Relativisme adalah keyakinan bahwa sesuatu bersifat relatif terhadap
prinsip tertentu dan penolakan bahwa prinsip itu mutlak benar atau paling salah
(Shomali, Mohammad, 2005: 31). Dalam Evangelii Gaudium Paus Fransiskus
menjelaskan bahwa “sikap hidup relativisme melakukan tindakan seakan-akan Allah
tidak ada, membuat keputusan seolah-olah kaum papa tidak ada, menentukan tujuan
hidup seolah-olah orang lain tidak ada, dan bekerja seakan-akan orang belum
menerima Injil (EG, art. 80). Manusia memikirkan pandangannya sendiri tanpa
melihat dari sudut padang orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pengaruh relativisme saat ini sedang melanda umat manusia seluruh dunia,
bahkan telah menyusup ke dalam Gereja. Paham relativisme yang telah menyusup ke
dalam Gereja tanpa disadari adalah orang Kristiani zaman sekarang semakin malas
membaca Kitab Suci. Orang Kristiani sekarang lebih suka mendengarkan khotbah
dari pada membaca Kitab Suci sendiri. Dampak tersebut membuat orang Kristiani
tidak dapat membedakan manakah ajaran dari sinkritisme (mencampur aduk ajaran
Kristiani dengan ajaran lainnya, misalnya ilmu kebatinan, perdukunan, dan lain
sebagainya). Orang Kristiani malas menelaah Kitab Suci secara langsung, maka
hanya menelan secara langsung setiap ajaran, tanpa peduli apakah suatu ajaran
berdasarkan ajaran Kitab Suci atau perkataan manusia. Dari contoh ini dapat dilihat
bahwa adanya relativisme: para pemimpin Kristiani menyerukan bahwa membawa
Kitab Suci penting, sedangkan orang Kristiani sendiri menganggap tidak penting.
Paus Fransiskus dalam EG mengatakan:
Kadangkala tantangan berbentuk serangan-serangan nyata terhadap kebebasan
beragama atau penganiayaan baru yang ditujukan pada umat Kristiani; di
beberapa negara serangan-serangan tersebut sudah mencapai tingkat
kebencian dan kekerasan yang mengkhawatirkan. Di banyak tempat,
masalahnya terutama adalah meluasnya ketidakpedulian dan relativisme, yang
terkait dengan kekecewaan dan krisis ideologi yang telah muncul sebagai
reaksi atas segala sesuatu yang terlihat totaliter. Hal ini tidak hanya
membahayakan Gereja, tetapi juga struktur masyarakat secara keseluruhan
(EG, art. 61). Relativisme juga terus-menerus berkembang sehingga
menyuburkan disorientasi hidup baik secara umum maupun secara khusus di
kalangan remaja dan kalangan dewasa muda, yang sangat rentan terhadap
berbagai perubahan (EG, art. 64).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Kemajuan zaman yang terus berubah membuat kehidupan manusia juga
berubah. Setiap pribadi manusia ingin membangun kebenarannya sendiri-sendiri
tanpa bekerjasama dengan orang lain, sehingga apa yang dicita-citakan secara
bersama-sama tidak tercapai. Dalam artikel di atas dijelaskan bahwa kehidupan orang
Kristiani terancam mengarah pada kekhawatiran-kekhawatiran yang berlebihan.
Orang tidak bebas dalam beragama sehingga timbul rasa benci bahkan juga tindakkan
kekerasan. Ancaman ini mengarah pada kaum muda yang menjadi masa depan
Gereja.
B. Tantangan Zaman dalam Direktorum Formatio Iman
Menimbang zaman adalah melihat secara kritis segala keadaan dan perkembangan
zaman yang menjadi konteks hidup umat dan masyarakat dalam menghayati dan
menghidupi imannya. Direktorium Formatio Iman secara khusus membahas
tantangan arus zaman yang tidak mudah untuk disikapi. Pada bagian ini penulis akan
memaparkan beberapa tantangan arus zaman menurut Direktorium Formatio Iman.
1. Sekularisasi dan Sekularisme
Sekularisasi adalah arus zaman yang secara mendasar mempengaruhi
kehidupan manusia dari berbagai bidang, baik secara rohani maupun duniawi
(Direktorium Formatio Iman, 2014: 11). Sekularisasi adalah proses penemuan jati
diri dunia yang otonom. Otonom berarti manusia memiliki hukum dan nilainya
sendiri yang sedikit demi sedikit harus dikenal, dimanfaatkan dan makin diatur oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
manusia yang selaras dengan kehendak Sang Pencipta. Sekularisasi tidak selalu
berdampak baik bagi kehidupan rohani manusia. Pada akhirnya sekularisasi
melahirkan suatu pandangan dan prilaku bahwa karena otonom segala ciptaan tidak
tergantung dari Allah dan manusia bisa menggunakan sedemikian rupa tanpa relasi
dengan Allah. Paham ini merupakan suatu ideologi tertutup yang memutlakkan
otonomi duniawi tanpa keterbukaan dengan yang Ilahi (Direktorium Formatio Iman,
2014: 11). Inilah yang disebut dengan sekularisme yang berarti manusia bertindak
sekehendak dirinya sendiri tanpa menghiraukan Allah. Ia hidup dan bertindak sesuai
keinginan dan kepentingannya sendiri. Manusia berperilaku seolah-olah Allah tidak
ada. Dari hal tersebut manusia melihat bahwa semua bisa dilakukan oleh dirinya
sendiri tanpa campur tangan Allah, hal ini bersifat negatif. Manusia hidup dan
bertindak sesuai keinginan dan kepentingan sendiri. Allah Sang Pencipta tidak
diperhitungkan dalam menentukan keputusan-keputusan hidupnya.
2. Pendangkalan Hidup dan Budaya Instan
Dampak negatif sekularisme diperparah lagi dengan munculnya budaya
instan. Budaya instan adalah budaya hidup manusia yang tidak lagi menghargai
proses. Hidup berorientasi hanya pada hasil dengan menghalalkan segala cara.
Manusia dipadang dan dihargai sebatas sebagai sumber daya dan bukan sebagai citra
Allah (Direktorium Formatio Iman, 2014: 12). Akibatnya manusia tidak berdaya. Hal
itulah yang membuat hidup manusia menjadi dangkal, tidak berakar. Sekularisme
berdampak secara mendalam dan meluas pada segala dimensi hidup manusia zaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
ini. Akibatnya manusia tidak menghargai hidup sebagai anugerah; hidup mudah
sekali dikurbankan demi kepentingan-kepentingan duniawi.
Kedangkalan yang dimunculkan oleh budaya instan melahirkan pula manusia
atau masyarakat tanpa nilai dan akar sehingga muncullah budaya kematian. Dengan
munculnya budaya kematian, kultur dan sistem tidak menghargai nilai sehingga
solidaritas dan penghargaan kepentingan umum diabaikan dan orang yang lemah
cenderung disingkirkan dan bahkan diabaikan (Direktorium Formatio Iman, 2014:
12). Budaya seperti ini cenderung mementingkan kepentingan sendiri dan
kepentingan bersama diabaikan. Dengan sikap egosentris seperti ini yang
mengandalkan kekuatan sendiri maka Allah tidak mendapat tempat dalam segi
kehidupan.
Budaya instan melahirkan budaya konsumerisme di mana setiap individu
memiliki kebutuhan atau keinginannya sendiri. Konsumerisme adalah paham atau
ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan proses
konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebih atau tidak
sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan (Direktorium Formatio Iman Edisi Revisi,
2018: 15).. Cara hidup seperti ini melihat bahwa apa yang sediakan oleh dunia dibeli
untuk dimiliki. Dasar pembelian tersebut tidak berdasarkan kebutuhan semata-mata
akan tetapi karena gaya hidup dan trend. Apa yang dibeli dan dimiliki
menggambarkan jati dirinya. Maka tepatlah ‘Emo ergo sum’. Saya belanja maka saya
ada (Direktorium Formatio Iman Edisi Revisi, 2018: 15). Hal ini membuat manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tidak lagi peduli terhadap sesamanya, semua hanya demi kepentingannya sendiri
demi egonya semata. Tidak lagi ada tempat bagi orang lain, apalagi bagi kaum kecil,
lemah, miskin dan tersingkir. Masalah ini menimbulkan krisis iman dan moral.
3. Krisis Iman dan Moral: Ateisme dan Relativisme
Modernitas dan sekularisme yang mengagungkan otonomi manusia dan dunia
melahirkan ateisme yang berarti pengabaian atau penolakan akan Allah (Direktorium
Formatio Iman, 2014: 12). Istilah “ateisme” menunjuk kepada gejala-gejala yang
sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Sebab ada kelompk orang yang jelas-jelas
mengingkari Allah. Ada juga yang menggambarkan Allah sedemikian rupa sehingga
hasil khayalan yang mereka tolak itu memang sama sekali bukan Allah menurut Injil
(GS. Art. 19). Dalam hal pengabaian akan Allah dapat berwujud ritualisme, yakni
pelaksanaan agama yang tidak seimbang karena mengutamakan upacara-upacara
keagamaan atau ritual saja, tanpa memperhatikan penghayatan dan perwujudan iman
dalam hidup sehari-hari. Manusia kehilangan hidup mistiknya, yaitu suatu relasi
pribadi yang akrab dengan Allah (Direktorium Formatio Iman Edisi Revisi, 2018:
19). Hilangnya keakraban itu mengakibatkan tumpulnya hati nurani, yakni runtuhnya
getar religiositas batin manusia sehingga menimbulkan sikap relativisme yakni sikap
merelatifkan segala cara (Direktorium Formatio Iman Edisi Revisi, 2018: 19).
Moralitas disingkirkan, sehingga tidak ada lagi yang absolut, tiada kebenaran yang
pasti dan hakiki. Orang bertindak semaunya sendiri karena setiap orang berpegang
pada kebenarannya masing-masing. Dari sinilah manusia menghadapi krisis iman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
moral di mana manusia bertindak semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan
berbagai hal.
4. Merebaknya Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar persoalan jumlah angka dan
prosentasenya. Lebih dari itu, persoalan kemiskinan menyangkut tingkat kedalaman
dan keparahan kemiskinan itu sendiri (Direktorium Formatio Iman, 2014: 17).
Tingkat kemiskinan semakin dalam karena akses pendidikan semakin sulit. Banyak
sistem dan struktur dinilai tidak adil karena meningkatkan dan malah memperparah
kemiskinan itu sendiri. Begitu juga dengan tingkat ketidakadilan sosial semakin
tinggi. Yang berkuasa semakin berkuasa dan yang lemah semakin disingkirkan.
Materialisme dan konsumerisme semakin memperparah kemiskinan dan
meminggirkan rakyat kecil (Direktorium Formatio Iman, 2014: 17). Budaya ini
membuat semakin merebaknya ketidakadilan sosial yang mengakibatkan rakyat kecil
semakin disingkirkan. Kecenderungan konsumerisme dan materialisme turut masuk
dalam kehidupan rakyat kecil sehingga mempengaruhi kehidupan mereka. Dari sebab
itu konsumsi mereka pun meningkat, sementara situasi ekonomi tidak mendukung
sehingga mereka melakukan berbagai cara agar dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka. Hal tersebut mengakibatkan orang kecil, lemah dan miskin
semakin dipermiskin dan disingkirkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
C. Sosok Katekis di Zaman Sekarang
Katekis memiliki tugas dan peranan penting dalam kemajuan Gereja. Katekis
adalah seorang yang diutus dengan cara khusus untuk melaksanakan/memberikan
pelayanan kepada umat. Oleh karena itu pada bagian ini penulis akan memaparkan
sosok katekis, kepribadian seorang katekis, dan spiritualitas katekis. Dengan
demikian diharapkan bahwa para katekis dapat menyadari dan menghayati tugas dan
panggilan mereka sebagai pelayan umat.
1. Sosok Katekis
Berbicara mengenai sosok berarti menjelaskan identitas seseorang. Seseorang
dapat dikenal dari identitas dirinya. Pemaparan berikut mau menjelaskan sosok
(pribadi) seorang katekis dan spiritualitas katekis. Tulisan berikut berhubungan
dengan usaha menggambarkan sosok katekis yang diharapkan oleh umat beriman
pada zaman sekarang. Gambaran ini dimaksudkan untuk menyemangati pelayanan
para katekis dan sekaligus meningkatkan keyakinan mereka sebagai orang-orang
yang dipanggil untuk mencintai dan melayani umat beriman. Berikut akan dijelaskan
dua bagian pokok mengenai sosok katekis:
a. Siapa Katekis
Tidak bisa dipungkiri bahwa pemahaman tentang siapakah katekis masih
sangat kurang digali. Di desa-desa terpencil, banyak orang tidak mengetahui siapa itu
katekis. Jangankan orang lain, ketika para katekis itu sendiri ditanya tentang peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dan tugasnya, banyak di antara mereka yang merasa kebingungan. Ada yang
memahami secara umum bahwa katekis itu guru Agama Katolik yang mengajar di
sekolah. Pada dasarnya katekis bukan hanya sekedar mengajar di sekolah, tetapi lebih
dari itu. Dalam dokumen Konsili Vatikan II, Ad Gentes 17 memaparkan bahwa
katekis adalah orang-orang yang berani memberikan sumbangan istimewa bagi
perkembangan Gereja. Hal tersebut ditegaskan sebagai berikut:
Demikian pula pantas dipuji barisan, yang berjasa begitu besar dalam karya
misioner di antara para bangsa, yakni barisan para katekis baik pria maupun
wanita, yang dijiwai semangat merasul, dengan banyak jerih payah memberi
bantuan yang istimewa dan sungguh-sungguh perlu demi penyebarluasan
iman dan Gereja (Ad, art. 17)
Pernyataan di atas jelas mengatakan bahwa katekis adalah pria dan wanita
yang sungguh-sungguh memiliki semangat misioner demi pelayanan iman. Para
katekis dengan memberikan bantuan istimewa berupaya dengan sungguh
menyebarluaskan iman dan Gereja. Pada zaman sekarang, tugas para katekis
sangatlah penting mengingat jumlah imam yang sedikit sedangkan penyebarluasan
Injil begitu besar. Oleh karena itu, pendidikan bagi katekis juga dilaksanakan dan
disesuaikan dengan kemajuan yang sedemikian rupa, sehingga para katekis mampu
menjadi rekan kerja yang tangguh bagi para imam dan mampu menunaikan sebaik
mungkin tugas dan tanggung jawab yang semakin sulit karena beban-beban baru yang
lebih berat. Maka dianjurkan bahwa katekis dipersiapkan dengan sebaik mungkin dan
dibina secara terus-menerus (KHK, Kan 780).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Berbicara mengenai katekis “di tanah-tanah misi”, Magisterium Gereja
menganggapnya sebagai hal yang penting dan memberinya tempat khusus. Ensiklik
Redemptoris Missio, misalnya, melukiskan para katekis sebagai “pekerja-pekerja
khusus, saksi-saksi langsung, para pewarta yang mewakili kekuatan utama
komunitas-komunitas Kristiani, khususnya dalam Gereja-gereja muda” (RM, 73).
Jelas dikatakan bahwa katekis adalah mereka yang memiliki pekerjaan khusus,
pelayan, menjadi saksi secara langsung, menjadi sumber kekuatan kolompok-
kelompok tertentu, menjadi penginjil dan tulang punggung komunitas Kristiani
terutama bagi Gereja-gereja yang masih muda.
Dalam Kitab Hukum Kanonik, (KHK, Kan 785) katekis disebutkan sebagai
“kaum awam pengikut Kristus yang mendapat pendidikan khusus dan menonjol
dalam menjalani kehidupan Kristianinya.” Di bawah bimbingan para misionaris,
mereka harus menghadirkan ajaran Injil dan terlibat dalam pelayanan liturgis dan
dalam karya karitatif atau karya amal kasih (CEP, 1997: 16). Berdasarkan kutipan
tersebut, katekis adalah pengikut Kristus yang secara khusus mendapat pendidikan
dan berkarya secara aktif dalam berbagai bidang, baik itu dalam bidang pelayanan
liturgi maupun dalam kegiatan amal kasih lainnya. Dalam karya pelayanan tersebut,
katekis membangun kerjasama yang baik dengan para pewarta lainnya sehingga
mereka dapat sungguh-sungguh menghadirkan kabar gembira di tengah-tengah
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
CEP (1997: 17) menjelaskan bahwa katekis adalah “seorang awam yang
ditunjuk secara khusus oleh Gereja, sesuai dengan kebutuhan setempat, untuk
memperkenalkan Kristus, dicintai dan diikuti oleh mereka yang belum mengenal-Nya
dan oleh kaum beriman itu sendiri”. Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa
katekis adalah mereka yang memperkenalkan Kristus, dengan ditunjuk secara khusus
oleh Gereja sesuai dengan kebutuhan. Mereka inilah yang memperkenal Kristus
kepada mereka yang belum mengenal sampai orang tersebut sungguh-sungguh
mencintai sampai pada mengimani-Nya.
Suhardo (1972: 10) dalam bukunya mengatakan bahwa katekis adalah “orang
beriman yang secara khusus mendapat tugas untuk memberikan kesaksiannya atas
imannya sendiri dalam masyarakat ke arah apa yang diimaninya, yaitu Kristus yang
telah menderita sengsara, wafat dan bangkit”. Dalam penjelasan tersebut jelas
dikatakan bahwa katekis adalah mereka yang mendapatkan tugas untuk memberikan
kesaksian iman mereka di tengah-tengah masyarakat. Kesaksian iman tersebut
mengenai keseluruhan hidup dan karya pelayanan Kristus sampai wafat-Nya di kayu
salib. Dengan memberi kesaksian iman, seorang katekis diharapkan dengan sungguh-
sungguh mengimani Dia yang telah menderita sengsara dan wafat di kayu salib demi
manusia. St. Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae (CT,
66) menyatakan bahwa:
Katekis adalah mereka yang lahir dalam keluarga yang sudah Kristen, atau
suatu ketika masuk agama Kristen, menerima pendidikan dari para misionaris
atau dari seorang katekis, kemudian membaktikan hidup mereka tahun demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tahun kepada katekese bagi anak-anak dan orang-orang dewasa di negeri
mereka sendiri (CT, 66).
Artikel di atas menjelaskan bahwa katekis adalah mereka yang beragama
Kristen atau dalam perjalanan waktu masuk agama Kristen. Para ketekis
mendapatkan pendidikan yang memadai yang menjadi bekal mereka. Pewartaan para
katekis ditujukan kepada anak-anak maupun orang dewasa. Pendidikan yang katekis
dapatkan bisa langsung dari para misionaris maupun langsung dari katekis itu sendiri.
Mereka diberi tugas sesuai dengan peran mereka dan mereka bertanggungjawab atas
tugas yang dipercayakan kepada mereka. Dengan kata lain katekis adalah seorang
pendidik yang memberikan atau melaksanakan “pendidikan keagamaan dan latihan
bagi kehidupan seturut Injil” (CT 62).
Dengan panggilan yang khas, seorang katekis wajib mencari kerajaan Allah,
menjalankan segala macam tugas dan pekerjaan duniawi, dan berada di tengah
kenyataan hidup keluarga dan sosial. Di situ katekis dipanggil oleh Allah untuk
menunaikan tugas mereka sendiri dengan dijiwai semangat Injil. Begitu katekis
memancarkan iman, harapan, dan cintakasih terutama dengan kesaksian hidup
mereka yang istimewa yakni menyinari dan mengatur semua hal-hal yang fana, yang
erat melibatkan mereka sedemikian rupa, sehingga itu semua selalu terlaksana dan
berkembang menurut kehendak Kristus, demi kemuliaan Sang Pencipta dan Penebus.
Dengan kata lain, katekis memiliki kepekaan khusus untuk mengutamakan Injil
dalam kehidupan konkret mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Syarat Menjadi Katekis
Syarat menjadi seorang katekis pada dasarnya adalah memiliki orientasi
menjadi seorang pewarta iman apa pun latar belakang keahliannya. (Prasetya, 2007:
40-42) memaparkan bahwa keberadaan dan jati diri katekis tidak dapat dilepaskan
dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sudah sepantasnya para katekis berupaya
untuk mengembangkan aneka keutamaan yang mendukung tugasnya sebagai katekis,
khususnya dalam sikap dan semangat keteladananan. Keberadaan katekis dalam umat
Katolik memiliki tujuan untuk menjamin kualitas hidup dan memerankan tugas
perutusan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Dalam artian, katekis yang
bermutu baik dalam hidup rohani maupun kepribadiannya akan membawa umat
beriman membangun intimitas dengan Kristus sendiri.
Prasetya (2007: 41) dalam bukunya memaparkan beberapa kriteria atau syarat
demi menjamin kualitas hidup dan tugas perutusan sebagai katekis. Syarat-syarat
tersebut dapat dilihat sebagai berikut: pertama, memiliki hidup rohani yang
mendalam, maksud di sini ialah seorang katekis harus memiliki hidup rohani yang
dalam dan terbuka akan Sabda Allah, baik melalui doa, membaca dan merenungkan
Kitab Suci, menghidupi devosi-devosi maupun dengan cara-cara yang lain. Kedua,
memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarganya, maksudnya seorang katekis
harus memiliki nama baik, entah berkaitan dengan perilakunya, hidup imannya, dan
hidup moralnya. Nama baik di sini bukan hanya pribadinya sendiri melainkan setiap
anggota keluarganya. Ketiga, diterima oleh umat, maksudnya seorang katekis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
diharapkan menjadi pribadi yang sungguh diterima oleh umat, baik di lingkungan
tempat ia tinggal dan di manapun ia berada. Keempat, mempunyai pengetahuan yang
memadai, maksudnya ialah seorang katekis dalam mewartakan tidak hanya sekedar
mau melainkan harus sungguh-sungguh memiliki pengetahuan yang memadai,
misalnya mengetahui tentang Kitab Suci, teologi moral, liturgi, dan sebagainya.
Kelima, mempunyai ketrampilan yang cukup, maksudnya ialah dalam mewartakan
seorang katekis diharapkan memiliki berbagai ketrampilan dalam menggunakan
sarana-sarana yang diperlukan yang dapat mendukung tugas perutusannya.
CEP (1997: 45) menjelaskan bahwa seorang katekis dituntut untuk memenuhi
tuntutan tugasnya, bertanggung jawab dan dinamis, bekerja dengan penuh semangat
dan sukacita di dalam tugas dan pelayanan yang diberikan kepadanya. Dengan
demikian untuk menjamin kualitas hidup sosok seorang katekis dan perannya sebagai
pewarta, CEP juga mengolongkan ke dalam beberapa kemampuan yang hendak
dimiliki oleh seorang katekis adalah sebagai berikut:
1) Memiliki Kedewasaan Manusiawi
Seorang katekis diharapkan memiliki kemampuan dasar sebagai manusia yang
dapat dikembangkan. Yang diharapkan adalah seorang pribadi dengan
kematangan sebagai manusia yang sesuai dengan perannya yang penuh
tanggung jawab dalam komunitas Gerejawi.
2) Memiliki Kehidupan Rohani yang Mendalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Para katekis harus memiliki hidup rohani yang mendalam agar bisa mendidik
orang lain dalam iman. Aspek ini merupakan hal yang sangat penting dari
sosok katekis. Kehidupan rohani mereka didasarkan pada persekutuan dalam
iman dan cinta dengan pribadi Yesus yang memanggil dan mengutus mereka
dalam tugas perutusannya. Cara terbaik untuk memiliki kedewasaan rohani
adalah melalui kehidupan sakramen dan kehidupan doa yang tekun.
3) Memiliki Semangat Pastoral
Dalam semangat tanggung jawab pastoral yang unggul, para katekis dituntut
untuk mampu mewartakan pesan Kristiani dan mengajarkannya, memimpin
orang lain dalam komunitas dan doa liturgis, dan menjalani berbagai
pelayanan pastoral lainnya. Kualitas yang perlu dikembangkan dalam tugas ini
adalah semangat tanggung jawab pastoral dan kepemimpinan; sikap murah
hati, dinamis dan kreatif (CEP, 1997: 52). Dengan demikian para katekis
dapat menyadari tugas dan perannya sebagai pewarta sehingga dapat
menjalankan penuh dengan kesadaran dan kesungguhan.
4) Memiliki Semangat Misioner
Dimensi misioner merupakan bagian hakiki dari identitas dan karya seorang
katekis. Oleh karena itu, para katekis perlu mendapat pembinaan yang cukup.
Para katekis harus diberi pengajaran secara teoritis dan praktis, bagaimana
mencurahkan seluruh hidupnya bagi karya kerasulan misi yang diembannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
5) Sikap terhadap Gereja
Pada hakikatnya Gereja bersifat misoner dan diutus untuk mewartakan Injil ke
seluruh dunia. Dalam arti, kegiatan kerasulan bukan sesuatu yang bersifat
pribadi atau terpisah, melainkan selalu dilaksanakan dalam persekutuan
dengan Gereja lokal dan universal. Karya para katekis merupakan bagian dari
Gereja dan mengambil bagian dalam rahmat-Nya.
2. Kepribadian Seorang Katekis
Lalu Yosep (2009: 19) mengatakan “kepribadian (identity) berarti keseluruhan
sikap, sifat, dan watak, meliputi seluruh pembawaan dan mutu diri seseorang,
termasuk keseluruhan kekuatan dan kelemahan, kecenderungan dan cita-cita serta
cara bagaimana semua unsur itu diintegrasikan dan diselaraskan dalam diri
seseorang.” Kepribadian yang dimaksud tersebut terus berkembang ke arah yang
seimbang (kepribadian yang baik) atau merosot ke arah yang buruk. Manusia
berpribadi matang (dewasa) kalau ia mampu berdiri sendiri sesuai dengan sikap yang
dapat dipertanggungjawabkan bukan hanya terhadap hati nuraninya, tetapi juga
terhadap masyarakat.
Bertolak dari arti dan makna kepribadian di atas, maka seorang katekis secara
konkret diharapkan dapat menghayati sikap, sifat, watak serta pembawaan yang
disebut itu. Secara konkret dan sederhana, hal terebut dapat diwujudkan dalam relasi-
relasinya baik dengan dirinya sendiri, sesama/masyarakat sekitar dan relasinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dengan Tuhan. Penjelasan berikut ini dapat memberi pengertian lebih jelas mengenai
kepribadian seorang katekis:
a. Terhadap dirinya sendiri, seorang katekis hendaknya: bersikap jujur, menerima
diri apa adanya, tidak angkuh, tetapi juga tidak rendah diri. Ia perlu tahu menahan
diri, misalnya tidak terlalu banyak bicara, dan sabar mendengarkan. Katekis
berusaha juga menjadi seorang yang kreatif, inovatif dan mandiri.
b. Terbuka terhadap sesama dan masyarakat. Terbuka dalam hal ini yakni terbuka
terhadap sesama, jujur dan rendah hati, memiliki kepekaan dan komitmen, suka
mendengarkan dan penuh pengertian, ramah, serta komunikatif.
c. Terhadap situasi, konteks dan lingkungan hidup. Dalam hal ini katekis harus
bersikap kritis, tidak terbawa arus, tetapi terbuka, bisa menyesuaikan diri, cekatan
membaca tanda zaman serta mencintai lingkungan hidup.
d. Terhadap tugas, seorang katekis hendaknya: mencintai ethos kerja dan tugas serta
terpanggil untuk itu. Seorang katekis juga berusaha untuk menjadi profesional
dalam menjalankan tugas.
e. Terhadap Tuhan, seorang katekis hendaknya: percaya pada Tuhan dalam situasi
apa saja, senantiasa bersyukur pada Tuhan dalam untung dan malang, senantiasa
berharap pada Tuhan dan penuh semangat optimis.
Suhardo (1972: 11) mengungkapkan kepribadian yang paling penting untuk
dimiliki oleh seorang katekis adalah “mempunyai penghayatan iman yang nyata dan
hidup, terlebih dahulu menjadi manusia yang beriman, yang masak dan dewasa.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Dengan kata lain, hidup katekis harus mendekati hidup Kristus. Hal tersebut harus
sungguh-sungguh dipahami oleh setiap katekis, karena walaupun ia pandai mengajar
tetapi hidupnya sendiri belum beres, tidak menyerupai hidup Kristus, maka ia tidak
akan sukses dalam membina masyarakat ke arah kemajuan seperti yang dikehendaki
oleh Kristus.
3. Spiritualitas Katekis
Heuken (2002: 11) mengatakan bahwa spiritualitas adalah “istilah yang
menandakan ‘kerohanian’ atau ‘hidup rohani’. Kata ini menekankan segi
kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua, yaitu ‘kesalehan’, yang
menandakan hubungan perorangan dengan Allah.” Spiritualitas dapat disebut cara
mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang beriman yang berusaha merancang
dan menjalankan hidup ini semata-mata seperti Tuhan menghendakinya.
Dalam hal ini Lalu Yosep (2009: 21) mendefinisikan spiritualitas sebagai berikut:
Spiritualitas dapat diartikan sebagai hubungan pribadi seorang beriman
dengan Allahnya dan aneka perwujudan dalam sikap dan perbuatan, hidup
berdasarkan kekuatan Roh Kudus dengan mengembangkan iman, harapan dan
cinta kasih, usaha mengintegrasikan segala segi kehidupan ke dalam cara
hidup yang secara sadar bertumpu pada iman akan Yesus Kristus. Dan
spritualitas juga diartikan sebagai pengalaman iman Kristiani secara konkret
(Lalu Yosep, 2009: 21).
Definisi spiritualitas di atas mau menekankan bahwa sumber dan ukuran
spiritualitas manapun adalah kehidupan Kristus itu sendiri. Kalimat pertama di atas
jelas mengatakan bahwa spiritualitas adalah hubungan antara orang beriman dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Allah. Seorang yang memiliki spirit melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan
Roh Kudus. Dalam dirinya ia menyadari bahwa satu-satunya yang ia imani ialah
Yesus Kristus. Ia mengungkapkan imannya lewat sikap dan pebuatannya dalam hidup
sehari-hari. Katekis adalah misionaris. Paus Yohanes Paulus II berkata, “Misionaris
sejati adalah santo” (RM, art. 90). Sama seperti para kudus yang mewartakan hidup
Yesus Kristus di dalam hidup mereka, katekis juga mewartakan hidup Yesus Kristus
di dalam hidupnya. Itu berarti bahwa pewartaan katekis bukan hanya ucapan kata
saja, melainkan juga melalui seluruh aspek kehidupannya. Spiritualitas katekis tidak
jauh berbeda dari setiap orang Kristen lainnya. Sebagai kelompok fungsionaris
Gereja, katekis mempunyai perilaku khusus yang menandai martabat dan fungsinya.
Spiritualitasnya menyangkut hubungan pribadi antara katekis itu sendiri dengan Allah
yang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Berikut akan dijelaskan beberapa bagian
spiritualitas katekis dalam majalah Rohani tahun XXIX No 2 Februari. h.33
(Sarjumanarsa, 1982: 33):
a. Sedia Diutus
Sebagai fungsionaris Gereja, katekis memiliki spiritualitas sedia diutus oleh
Gereja. Pengutusan katekis oleh Gereja bukan hanya dibentuk oleh konsekuensi
baptis yang menjadi wajib bagi setiap orang Kristen. Pengutusan katekis sejati
ditumbuhkan oleh Tuhan sendiri yang memanggil dia secara khusus. Menjadi katekis
adalah suatu panggilan (Sarjumunarsa, 1982: 33). Sikap sedia diutus oleh Gereja
yang hidup dalam diri para katekis pada dasarnya mengalir dari panggilan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dikehendaki oleh Tuhan Yesus sendiri. Semua orang yang dipertemukan dengan
Tuhan Yesus disatukan dengan diri-Nya. Maka apa yang ada dalam diri Tuhan Yesus
juga akan melimpah kepadanya. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Oleh
karenanya, seorang katekis yang dipersatukan dengan-Nya digerakkan untuk menjadi
manusia yang layak seperti Yesus. Tidak hanya dalam cita-cita saja melainkan
menjadi nyata dalam kepribadiannya, keluarganya maupun dalam sepak terjangnya.
Demikian pula seorang katekis sebagai fungsionaris Gereja dipanggil untuk
berkembang dalam kehidupan rohani yang khusus. Katekis akan mengusahakan diri
membawa dan menampilkan hal-hal kerohanian dalam hidupnya yang terbatas dan
duniawi. Khususnya kehidupan doa, latihan rohani, membaca Kitab Suci dan devosi
nampak menonjol. Katekis sedia diutus oleh Gereja karena ia merasa terpanggil untuk
mengikuti cara hidup Tuhan Yesus yang juga sedia diutus oleh Bapa-Nya yang ada di
surga. Seorang katekis yang mengaku dirinya sebagai utusan Gereja tentu saja
menghayati pesan dan perintah Yesus ini dengan seksama. Sebagaimana Allah
nampak dalam diri Yesus, Yoh 14:9 demikian Tuhan Yesus nampak dalam Gereja
yang berkumpul. Mat 18:20. Oleh karena itu, keterlibatan katekis dengan pesan dan
perintah Yesus yang mengutusnya terungkap dalam keterlibatannya yang formal
dengan pengutusan Gereja.
b. Semangat Menggereja
Sarjumunarsa (1982: 34) dalam tulisannya mengata bahwa “katekis yang baik
mempunyai semangat menggereja yang dalam. Gereja di sini dimaksudkan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
persekutuan hidup masyarakat yang percaya akan Yesus Kristus.” Gereja sebagai
persekutuan hanya mungkin tumbuh dan berkembang dalam kegiatan komunitas antar
sesama anggota Jemaat. Dilatarbelakangi oleh pandangan tentang Gereja sebagai
persekutuan dan komunikasi inilah spiritualitas katekis mendapatkan identitasnya.
Selain itu, spiritualitas katekis tidak dapat dipisahkan dari tugasnya sehari-hari
sebagai aktivis dalam kegiatan katekese. Katekis sebagai fungsionaris yang bergerak
dalam peristiwa komunikasi iman tentu saja memiliki dalam dirinya sendiri sikap dan
sifat komunikatif. Sikap dan sifat ini dimulai dalam dirinya yang bersifat terbuka,
khususnya kesediaan untuk mendengar. Kesediaan mendengar Sabda Tuhan
merupakan ciri khusus dari seluruh Gereja yang berhadapan dengan Tuhan yang
selalu menyapa manusia. Kekhususan tugas katekis dalam rangka menggereja yaitu
bergerak dalam komunikasi iman umat. Karena semua orang membutuhkan katekese
atau komunikasi iman sebagai tindakan melihat, mengimani dan mengikuti Yesus
Kristus sebagai jalan kebenaran dan hidup, agar hidup umat mencontohi dan
meneladani hidup Yesus yang diwujudkan dalam keseharian hidup umat. Tugas
katekis dalam komunikasi iman yakni memberikan katekese sesuai dengan kebutuhan
umat, baik dari segi bahasa maupun latar belakang kehidupan umat sehingga katekese
yang diberikan sungguh dapat dirasakan oleh umat sampai pada mendewasakan iman
umat akan Yesus Kristus, dimana pembinaan tersebut berlaku seumur hidup/sampai
akhir hayat. Katekese begitu pentingnya dalam kehidupan umat maupun Gereja dan
katekis salah satu yang memegang peranan penting dalam komunikasi iman umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
tersebut. Maka dari itu katekis memiliki dalam dirinya suatu semangat dan cita-cita
untuk menggerakkan seluruh kegiatan Gereja dalam mengkomunikasikan imannya.
c. Menjadi Murid
Berkaitan dengan spiritualitas katekis, pesan dan tugas dari Yesus ada dua
pokok yang penting yaitu menjadi murid dan mengajar. “Menjadi murid dan
mengajar adalah dua kegiatan yang berlawanan tetapi saling melengkapi. Tidak
pernah ada murid tanpa pengajaran dan tidak ada pengajaran tanpa murid”
(Sarjumunarsa, 1982: 35). Berkaitan dengan tugas sehari-hari, katekis lebih banyak
dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Jadi ia lebih menyatakan dirinya sebagai guru
yang harus mengajar banyak orang yang ikut dalam kegiatan katekese. Semua orang
Kristen pada dasarnya adalah murid di depan Tuhan Yesus. Maka dari itu seorang
katekis betapapun dalam dan luas pengetahuannya, betapapun lama ia telah mengajar,
namun sebagai murid Yesus ia turut belajar pada-Nya.
Semangat belajar dan menjadi murid bukan disebabkan oleh karena
kebodohan atau kurang pengalamannya melainkan karena panggilannya. Setiap
katekis sepantasnya mendengar baik-baik akan segala Sabda Tuhan: “Belajarlah
pada-Ku karena Aku lemah lembut dan rendah hati” (Mat 11:29). Dalam rangka
menjadi seorang pelayan umat, setiap katekis harus belajar banyak. Oleh karena itu,
katekis sepantasnya sedia dikritik, terbuka pada berbagai pengalaman dan pendapat
serta tidak malu bertanya. Sekalipun katekis menghadapi keterbatasan dan
kekurangan, ia tetap mengemban amanat dan pesan yang diterimanya dari Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Yesus melalui Gereja. Maka dari itu sebagai fungsionaris yang diutus oleh Gereja ia
mengambil bagian dalam kegembalaan dan magisterium Gereja. “Kewibaaan katekis
tidak datang dari kuasa dan kemampuannya sendiri melainkan dari Tuhan Yesus
sendiri” (Sarjumunarsa, 1982: 36).
d. Berakar dan Berbuah
Dalam hal ini, Tuhan Yesus memberikan patokan yang sederhana, “Dari
buahnya kamu akan mengenal mereka” (Mat 7:16). Patokan menekankan hasil
terakhir dari seluruh spiritualitas dalam bentuk karya yang nyata. “Katekis akan
berhasil mengembangkan spiritualitasnya dalam dua segi kehidupan Gereja, yaitu
semakin berakarnya dan semakin berkembangnya Gereja” (Sarjumunarsa, 1982: 36).
Bagi katekis sendiri berakarnya iman umat diwujudkannya dalam hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, katekis yang tinggal bersama-sama dengan umat setempat
merupakan ukuran apakah spiritualitasnya sudah dalam. Hanya mereka yang sanggup
menyatakan hidup yang layak dapat menjadi katekis yang baik. Katekis semacam itu
sanggup menjalankan spiritualitas yang ditulis oleh Paulus “bersukacitalah dengan
orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis” (Rm 12:15).
Semangat ini diwujudkannya dengan hidup bersama umat dalam suka dan dukanya.
Kehidupan Gereja yang makin berakar umumnya juga makin berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
D. Rangkuman
Dari berbagai tantangan zaman yang telah penulis uraikan di atas, diharapkan
katekis dapat mengambil sikap yang benar dan tepat terhadap pelayanan mereka di
zaman sekarang ini. Tantangan-tantangan zaman yang ada tidak membuat para
katekis mundur dari pelayanannya, melainkan tetap maju dan semangat dalam
pelayanan yang mereka berikan. Tantangan-tantangan tersebut harus disikapi secara
bijaksana dan kritis oleh katekis agar dalam pelayanan yang mereka lakukan kasih
Allah dapat tersalurkan kepada banyak orang.
Selain itu, di atas juga sudah dipaparkan siapa itu katekis, kepribadian seorang
katekis dan spiritualitas katekis. Spiritualitas di sini dijelaskan dalam empat bagian.
Pertama sedia diutus. Kedua semangat menggereja. Ketiga menjadi murid. Keempat
berakar dan berbuah. Dalam uraian di atas diharapkan para katekis semakin
menyadari dan menghayati siapa itu diri mereka, spiritualitas yang mereka miliki,
sehingga mereka selalu siap melayani, memiliki spiritualitas mendalam, teguh
pendiriannya, selalu bersemangat dalam melayani, tangguh serta tanggap terhadap
situasi zaman.
Oleh karena itu perlu adanya pembinaan dan pendampingan yang rutin
terhadap para katekis, agar para katekis memiliki cukup bekal dalam melaksanakan
tugas dan pelayanan mereka di tengah dunia yang penuh dengan tantangan zaman ini.
Dengan bekal yang cukup para katekis pun semakin mantap dalam melaksanakan
tugas mereka. Maka pembahasan bab selanjutnya merupakan upaya memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
inspirasi kepada para katekis melalui tokoh Rasul Paulus dalam melaksanakan tugas
dan pelayanannya supaya para katekis dapat menghayati dan semangat dalam
melaksanakan tugas dan panggilan mereka sebagai pelayan umat meskipun banyak
tantangan dan kesulitan yang harus mereka hadapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
KEUTAMAAN HIDUP DAN KARYA KERASULAN RASUL PAULUS
Paulus merupakan sosok yang sangat menginspirasi bagi pewarta.
Keseluruhan hidup dan karyanya merupakan cerminan pelayanan katekis di zaman
sekarang. Paulus banyak melakukan pengorbanan diri, antara lain: ia yang dahulu
merupakan seorang penganiaya sekarang menjadi pelayan (pewarta). Dulu dia
seorang yang keras dan sekarang lemah lembut. Dia yang dulu mapan dan orang yang
terkemuka di Tarsus tapi sekarang dia mau menjadi orang terkecil. Dengan terbuka
ketika menuju jalan Damsyik dan tersungkur di tanah, dia terbuka akan Kristus yang
pernah ia aniaya. Keseluruhan hidup dan karya Paulus ini menarik untuk dipelajari
dan didalami oleh para katekis agar katekis dapat melihat bagaimana Paulus dapat
menjadi sumber inspirasi bagi karya dan pewartaan mereka di zaman sekarang.
Dalam bab III ini, penulis akan menjelaskan kehidupan Paulus sebagai
landasan untuk menggali keutamaan-keutamaan rasuli dan pokok-pokok
pewartaannya. Bab ini akan dibagi dalam empat bagian besar. Bagian pertama
menjelaskan identitas Paulus. Bagian kedua mengenai karya kerasulan Paulus. Bagian
ketiga tafsir atas 2 Korintus 9:6-15 yang terdiri dari tiga topik utama yakni konteks,
struktur teks, dan penjelasan teks. Dan yang keempat yakni menggali keutamaan-
keutamaan kerasulan Paulus dalam surat kedua kepada jemaat di Korintus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
A. Identitas Paulus
1. Paulus dari Tarsus
Kisah Para Rasul mengatakan bahwa Paulus berasal dari Tarsus, “Aku adalah
orang Yahudi, dari Tarsus, warga dari kota yang terkenal di Kilikia…” (Kis 21:39;
22:3). Paulus lahir di Tarsus, provinsi Kilikia, di luar wilayah Palestina, wilayah Asia
Kecil sebelah selatan yang sekarang termasuk negara Turki. Tarsus bukanlah suatu
wilayah pedesaan, melainkan suatu kota, bahkan kota besar dan maju dalam
perdagangan dan kebudayaan Yunani (Seto Marsunu, 2008: 14). Purwa Hadiwardaya
mengatakan bahwa Tarsus merupakan sebuah kota perdagangan yang ramai dan kota
tempat studi filsafat dan budaya (Purwa Hadiwardoyo, 2008: 12). Selain itu, Tarsus
juga terkenal sebagai kota yang amat memajukan pendidikan dan budaya Yunani
(Hari Kustono, 2008: 10). Dari beberapa sumber di atas, jelas dikatakan bahwa
Paulus berasal dari Tarsus. Tarsus bukanlah sembarang kota, melainkan kota yang
besar pengaruhnya bagi perkembangan Paulus terutama dalam bidang pendidikan.
Ayah Paulus berasal dari suku Benyamin. Karena itu, ia memberikan kepada
anaknya nama Saulus, sama dengan nama raja pertama Israel yaitu Saul, yang juga
berasal dari suku Benyamin. Paulus diperkirakan lahir sekitar tahun 5-15 Masehi.
Sejak kecil Paulus sudah disunat, sebagai tanda bahwa ia masuk ke dalam lingkungan
iman Abraham (Purwa Hardiwardoyo, 2008: 12). Kisah Para Rasul juga mengatakan
bahwa nama Paulus dulunya adalah Saulus. Ia muncul pertama kali sebagai seorang
Yahudi fanatik yang mengejar-ngejar jemaat Kristen untuk menangkap dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
menyerahkan mereka kepada pengadilan Mahkamah Agama Yahudi (Kis 8:3) (Hari
Kustono, 2008: 9).
Orang tua Paulus adalah seorang Yahudi perantau. Dari orang tuanya Paulus
mewarisi kewarganegaraan Roma. Kewarganegaraan ini memainkan peran penting
dalam konflik yang dialaminya dengan para penguasa lokal tempat ia mewartakan
Injil (Kis. 16:37; 22:28; 25:10). Karena statusnya itu, Paulus mempunyai kemudahan
untuk memasuki kota dan wilayah kekaisaran Romawi yang mengitari Laut Tengah
ketika dia menjalani karya misinya.
Di kota Yunani itu memang banyak orang-orang Yahudi perantau.
Sekalipun perantau dan tinggal di kota berkebudayaan Yunani, mereka tetap taat pada
iman leluhur mereka tanpa harus tinggal sebagai kelompok tertutup. Dalam
keluarganya, tentu saja ia dididik dalam agama Yahudi sehingga ia menjadi seorang
Yahudi yang taat. Dalam hal ini Hari Kustono (2008: 12) mengatakan:
Pada masa kecilnya, Paulus dididik di lingkungan budaya Yunani (helenis),
apalagi Tarsus terkenal sebagai kota yang amat memajukan pendidikan dan
budaya Yunani. Meskipun begitu Paulus tetap berpegang kuat pada imannya
sebagai orang Yahudi. Jelas bahwa pendidikan Paulus cukup memadai
sebagai pewarta Kristus, apalagi dia menguasai bahasa Aram, bahasa Ibrani,
dan bahasa Yunani dengan baik.
Dalam tulisan di atas jelas dikatakan bahwa Paulus dididik dalam budaya
Yunani. Karena kota Tarsus merupakan kota yang sangat maju dalam hal pendidikan,
tidak mengherankan jika Paulus menguasai banyak bahasa dari banyak hal yang telah
dia pelajari tersebut sehingga ketika ia mewartakan Kristus, bahasa tidak menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
persoalan baginya karena bahasa yang ia kuasai cukup memadai. Paulus juga
merupakan seorang Yahudi yang taat pada imannya.
2. Orang Farisi
Paulus dikirim untuk belajar ke Yerusalem oleh orang tuanya. Ia belajar pada
Gamaliel (Kis 22:30) yang merupakan ahli waris pemikiran Rabi Hillel dan menjadi
wakil utama dari aliran kaum Farisi yang lebih lunak dan manusiawi dalam
menerapkan Hukum Taurat. Bea (1975: 10) mengatakan bahwa dalam Kisah Para
Rasul, Rabi Gamaliel dikenal sebagai seorang tokoh yang bijaksana, saleh, dan sangat
dihormati oleh rakyat (Kis 5:34). Bagi orang Yahudi, hukum Taurat adalah hukum
yang dianugerahkan oleh Allah kepada umat pilihan-Nya (Seto Marsunu, 2008: 15).
Hukum inilah yang menjadi dasar hidup bagi orang Yahudi. Orang-orang Farisi
berusaha untuk sepenuhnya menaati Hukum Taurat. Dalam tulisan berikut Eko
Riyadi (2017: 11) mengatakan bahwa:
Paulus bukanlah orang Yahudi sembarangan. Ia adalah seorang Yahudi muda
yang berwibawa. Hal ini didukung oleh pengakuan Paulus tentang siapa
dirinya. Ia adalah orang Yahudi yang lahir di Tarsus, tetapi dibesarkan di
Yerusalem dan dididik di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek
moyang sehingga ia menjadi orang yang giat bekerja bagi Allah (Kis 22:3),
bahkan ia hidup sebagai seorang Farisi menurut aliran yang paling keras
dalam agama Yahudi (Kis 26:5). Seperti halnya orang-orang Farisi yang lain,
Paulus berpengang pada hukum Taurat dan hukum nenek moyang.
Dalam tulisan di atas sangat jelas dikatakan bahwa Paulus seorang Yahudi
muda yang mendapatkan pendidikan sangat memadai di bawah pimimpinan gurunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yang bernama Gamaliel. Berkat pendidikan yang diperolehnya, Paulus menjadi jauh
lebih maju, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat. Bahkan ia
berani menyatakan bahwa “tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat aku tidak
bercacat” (Flp 3:6). Karena itu, Paulus yang telah menjadi pengikut Kristus dengan
tegas menyatakan diri sebagai orang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam
agama Yahudi (Kis. 26:5; Flp. 3:4-6). Sebagai seorang Farisi, Paulus dengan tegas
dan keras mempertahankan nilai-nilai keagamaan Yahudi (Seto Marsunu, 2016: 14).
Ia dididik untuk menerapkan hukum keagamaan Yahudi dalam situasi konkret dan
untuk setia pada hukum itu. Kepada Jemaat Galatia, ia menyatakan diri sebagai orang
fanatik dalam agama Yahudi (Gal. 1:14).
3. Penganiaya Orang Kristen
Sebagai orang yang berlatar belakang seorang Farisi, Paulus beraksi sangat
keras terhadap para pengikut Kristus yang dianggapnya sebagai orang Yahudi yang
sesat. Paulus tidak dapat menerima ajaran bahwa mereka yang mengimani Kristus
menyatakan Dia yang telah dijatuhi hukuman mati dan disalib telah dibangkitkan
oleh Allah. Bagi Paulus tidak mungkin Yesus itu Mesias, Anak Allah karena Ia mati
di kayu salib. Kematian Yesus di kayu salib merupakan bukti bahwa Dia adalah
orang dikutuk oleh Allah (bdk. Ul 21:23). Dengan amarah dan penuh keyakinan,
Paulus dengan sekuat tenaga mau menghentikan ajaran tersebut. Dengan izin para
pemimpin Yahudi, Paulus mengejar-ngejar para pengikut Kristus dan memasukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
mereka ke dalam penjara. Paulus sendiri menggambarkan tindakannya itu dengan
berkata:
Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan
banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari
imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam
rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk
menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar
mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing (Kis 26:10-11).
Dari ayat Kitab Suci yang diambil dari Kisah Para Rasul di atas jelas
dikatakan bahwa Paulus mengatakan kejahatan-kejahatannya terhadap para pengikut
Kristus. Begitu berkobar-kobar kebencian Paulus terhadap pengikut Kristus, sampai-
sampai ia ingin memusnahkan mereka, dengan penuh semangat ia menyiksa mereka
bahkan dia juga setuju kalau para pengikut Kristus itu dihukum mati. Paulus adalah
seorang yang taat pada agama Yahudi dan ia merasa apa yang dilakukannya itu benar,
walaupun kemudian hal ini membuatnya paling hina di antara semua rasul dan tidak
pantas disebut rasul (1Kor 15:9).
4. Paulus Menuju Damsyik
Paulus yang telah memiliki kuasa penuh dan membawa surat izin untuk
memasuki kota dan menangkap semua orang Kristen di kota itu, dengan penuh
semangat bersama teman-temannya berjalan menuju ke Damsyik. Ia memutuskan
untuk pergi ke sana guna melanjutkan penganiayaannya terhadap para pengikut
Kristus yang percaya (Kis 26:12), akan tetapi dalam perjalanan menuju Damsyik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sebelum ia bisa menangkap dan memenjarakan para pengikut Kristus, Yesus terlebih
dahulu menampakkan diri kepadanya. Dalam Kisah Para Rasul berikut dapat dilihat
bagaimana perjumpaannya dengan Yesus yang bangkit:
Dalam perjalannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba
cahaya memancar dari langit dan mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan
kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: Saulus, Saulus,
mengapa engkau menganiaya Aku? Jawab Saulus: “Siapakah Engkau,
Tuhan?” Katanya: Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan
pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus
kauperbuat” (Kis 9:3-6).
Dalam peristiwa tersebut di atas jelaslah bahwa Yesus menampakkan diri
secara langsung kepada Saulus. Saulus seketika itu juga rebah karena pancaran
cahaya yang menyinarinya. Cahaya yang memancar itu sangat menyilaukan (Kis
22:6). Cahaya tersebut menyebabkan Saulus rebah ke tanah dan kemudian ia
mendengar satu suara. Tampaknya ada dua unsur peristiwa di sini: cahaya dan suara.
“Cahaya yang memancar dari langit barangkali memang dimengerti sebagai tanda
kehadiran yang Ilahi. Orang menyebutnya sebagai kemuliaan Allah yang terpancar
dan dikenali oleh manusia” (Eko Riyadi, 2012: 46).
Bea (1975: 16) mengatakan “berkat kejadian di Damsyik itulah Paulus
menjadi pelayan Kristus yang tak kenal lelah.” “Aku lebih banyak berjerih lelah;
lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut”…
(2 Kor 11:23, 26-27). Semuanya itu dilakukan oleh Saulus sebab cinta Kristus terus
mendorongnya (2 Kor 5:14). Pengalaman Damsyik menjadikan Paulus berbalik dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pemahaman dan anggapannya tentang Yesus. Hari Kustono (2008: 19) menambahkan
bahwa perubahan dari Paulus sebagai penganiaya umat Kristen menjadi pengikut
Kristus tidak dapat disamakan dengan perubahan dari orang kafir menjadi orang
beriman, atau dari tak bermoral menjadi bermoral, atau dari agama tertentu ke agama
lain. Paulus menggambarkannya sebagai karya Allah yang tanpa dapat dijelaskan
persisnya, yang ternyata telah masuk ke dalam dirinya dan mengubah hidupnya dari
dalam sebagai bagian dari anak-anak Allah yang merdeka.
5. Pemberitaan Injil Paulus
Setelah peristiwa Damsyik Paulus mengalami perubahan total. Dari
perjumpaan dengan Tuhan dalam peristiwa Damsyik tersebut ia menjadi pribadi yang
amat berbeda. Sebelumnya ia ingin menangkap pengikut Yesus, sekarang ia sendiri
yang ditangkap oleh Yesus (Suharyo, 2003: 65). Pengenalan Tuhan dalam peristiwa
Damsyik mendorong Paulus untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira
keselamatan. Dengan penuh keberanian Paulus mulai memberitakan Injil, mulai dari
bangsanya sendiri di rumah-rumah ibadat orang Yahudi (Kis 9:20; 13:5) hingga
bangsa bukan Yahudi. Baik kepada orang terpelajar maupun tidak terpelajar (Rm
1:14). Baik kepada perorangan (Kis 16:14-15, 30-32) maupun orang banyak (Kis
17:22-34). Kepada narapidana di penjara hingga penghuni istana (Flp 1:12-13).
Bahkan Paulus dengan penuh keberanian memberitakan Injil dan meyakinkan Raja
Herodes Agripa II (Kis 26). Dalam diri Paulus, dia sadar bahwa memberitakan Injil
adalah tugas yang ditanggungkan kepadanya (1 Kor 9:17), bahkan dia sendiri terus-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menerus merasa “berhutang Injil” kepada berbagai lapisan manusia (Rm 1:14).
Dalam surat pertama Paulus kepada jemaat di Korintus dicatat: “Karena jika aku
memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu
adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor
9:16).
Dalam memberitakan Injil Paulus tidak sendirian. Suharyo (2003: 59)
mencatat bahwa ada teman sejawat dan kawan seperjuangan bersama-sama dengan
Paulus memberitakan Injil. Dalam perjalanan penginjilannya Paulus berkenalan
dengan begitu banyak pribadi yang berperan besar dalam hidup dan karyanya.
Suharyo (2003: 59) menerangkan bahwa masing-masing kelompok mempunyai corak
dan kadar hubungan yang berbeda. Ada yang disebut dengan teman sejawat atau
rekan, misalnya Barnabas (Kis 11:25), Silas (Kis 15:40), Apolos (Kis 18:24). Ada
juga yang disebut dengan orang-orang kepercayaan yang tidak hanya menemani
dalam perjalanan dan karya-karyanya. Mereka ini diberi tugas khusus oleh Paulus
bahkan diutus menjadi wakil dirinya, kalau ia sendiri tidak sempat hadir. Kelompok
tersebut antara lain Timotius (Ki 17:14-15; 18:5; Flp 2:19), Titus (2 Kor 2:13; 12:18),
Tikhikus (Kis 20:4), Epafras (Kol 1:7; Flm 23). Ada juga kelompok yang disebut
kalangan sahabat. Mereka ini tidak berperan sebagai pembantu atau utusan,
melainkan memberikan dukungan rohani maupun jasmani kepada Paulus dalam
menunaikan tugas kerasulannya (Suharyo, 2003: 60). Kelompok ini antara lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Akwila dan Priska yang disebut tukang kemah (Kis 18:2; Rm 16:4), Aristarkhus (Kis
19:29), dan Trofimus (Kis 20:4).
Eko Riyadi (2017: 15) menuliskan pola pemberitaan Injil yang dilakukan oleh
Paulus yang dicermati dalam Kisah Para Rasul, yakni setiap memasuki sebuah kota,
Paulus masuk ke dalam rumah ibadat orang Yahudi (Sinagoga) dan memberitakan
kabar sukacita tentang Yesus yang wafat di salib dan bangkit dari kematian. Dalam
pemberitaan Injil tersebut tidak semua orang mau menerimanya, banyak orang
menolak bahkan menyerang Paulus. Paulus mencatat peristiwa berat yang dialaminya
yakni: dipenjara, didera, disesah, dilempari batu, mengalami kapal karam, terkantung-
kantung di tengah laut (2 Kor 11:24-25). Meskipun mengalami berbagai rintangan
dan hambatan dalam pewartaan, Paulus banyak menumbahkan benih-benih iman
dalam diri orang-orang yang takut akan Allah.
Purwa Hardiwadoyo (2012: 20) menuliskan buah pewartaan Paulus dalam
surat-suratnya yang disebut warisan Paulus. Paulus menulis surat untuk para
jemaatnya di berbagai kota, masing-masing surat memiliki kekhasannya sendiri.
Beberapa surat tersebut adalah surat kepada jemaat di Tesalonika 1dan 2, surat
kepada jemaat di Galatia, surat kepada jemaat di Korintus 1 dan 2, surat kepada
jemaat di Filipi, surat kepada jemaat di Roma, surat kepada jemaat di Efesus, surat
kepada jemaat di Kolese. Di dalam surat-surat tersebut terdapat ajaran iman, nasehat-
nasehat pastoral dan nasehat-nasehat moral bagi jemaat yang dituju. Ketika Paulus
dipenjara selama dua tahun di Romo, ia meluangkan waktu untuk menulis surat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
menyapa jemaatnya. Surat-surat tersebut antara lain: surat kepada jemaat di Filipi,
surat kepada jemaat di Efesus, surat kepada jemaat di Kolese, dan surat kepada
jemaat di Filemon. Masing-masing isi pokok dari surat tersebut berbeda-beda
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi jemaat yang dituju.
B. Karya Kerasulan Paulus
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karya diartikan sebagai suatu
pekerjaan atau hasil perbuatan. Sedangkan kerasulan sendiri diambil dari kata rasul
yang artinya orang yang menerima wahyu Tuhan untuk disampaikan kepada manusia.
Dari pengertian tersebut karya kerasulan yang dilakukan oleh Paulus berarti segala
pekerjaan dan perbuatan Paulus sebagai bentuk perutusan yang disampaikan kepada
manusia. “Bagi Paulus mewartakan berarti membawa orang ke hadapan peristiwa
keselamatan Allah sendiri” (Jacobs Tom, 1985: 38). Dalam suratnya kepada jemaat di
Korintus, Paulus mengatakan “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1
Kor 9:16). Dari pernyataannya tersebut jelaslah bahwa memberitakan Injil merupakan
sebuah keharusan bagi Paulus. Oleh karena itu pada bagian ini penulis akan
memaparkan beberapa karya kerasulan yang dilakukan oleh Paulus.
Karya kerasulan Paulus pasti berkaitan dengan karya misinya. Pada masa
karyanya, Paulus dihadapkan dengan berbagai tantangan dan kesulitan. Dia sendiri
juga mengatakan demi pemberitaan Injil Kristus ia “banyak berjerih lelah; sering di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut, dilempari dengan
batu, tiga kali mengalami karam kapal,” … (2 Kor 11:23-28). Akan tetapi Paulus
tidak pernah menyerah dalam keadaan sesulit apapun. Paulus menyadari tugas
perutusan yang diberikan oleh Yesus untuk memberitakan Injil. Bahkan Paulus
sendiri tahu sejak awal bahwa banyak penderitaan yang akan ia alami oleh karena
nama Yesus. Dalam tulisannya, Bea (1975: 13) mengajak untuk melihat karya
missioner Paulus dari dekat, misalnya: kegiatan yang total demi kebenaran, kejujuran
radikal untuk membela keyakinannya, daya kerja yang tidak kenal letih dalam usaha
melaksanakan rencana-rencananya serta pandangan luas yang mendorong dia
melintasi batas-batas kota atau wilayah. Sifat-sifat manusiawi dari Paulus tersebut
memang sudah ada dalam kepribadiannya. Allah sendiri yang telah memberikan sifat
dan bakat tersebut sejak Paulus diciptakan (Bea, 1975: 13).
Dalam Kisah Para Rasul, karya Paulus dijabarkan dengan sangat lengkap,
dapat dilihat pada Kis 13-21:26. Dalam pembahasan perjalanan misi Paulus ini,
penulis menggunakan buku Mgr. Suharyo sebagai sumber utama, tetapi juga
menggunakan sumber-sumber yang lain. Pada perjalanan misi yang pertama, Paulus
berkeliling bersama Barnabas untuk memulai memberitakan Injil di sekitar Asia
Kecil (Eko Riyadi, 2017: 14). Perjalanan misi yang pertama ini dimulai dengan
kotbah Paulus di Antiokhia dan di Pisidia (Kis 13:16-41). Suharyo (2003: 25) dalam
tulisannya mengatakan bahwa kotbah pertama Paulus mendapatkan kesan bagus,
bahkan dapat menarik perhatian. Kotbah Paulus menarik dapat dilihat bahwa Paulus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
diminta lagi untuk berkotbah pada hari Sabat berikutnya. Ketika berkotbah pada hari
Sabat berikutnya, banyak orang datang bahkan hampir seluruh kota berkumpul untuk
mendengarkan firman Allah (Kis 13:42-44). Melihat orang banyak tersebut timbullah
rasa iri hati dalam diri orang Yahudi. Mereka membantah ajaran Paulus dan
menghasut perempuan-perempuan terkemuka di tempat itu, sehingga Paulus dan
Barnabas diusir dari tempat tersebut (Kis 13:45.50). Setelah itu Paulus dan Barnabas
melanjutkan perjalanan ke Ikonium. Akan tetapi di tempat tersebut lagi-lagi orang
Yahudi menolak mereka. Bukan hanya menolak, mereka juga membuat suatu gerakan
bersama dengan para pemimpin untuk menyiksa mereka dan melempari mereka
dengan batu (Kis 14:2.5). Peristiwa tersebut membawa mereka ke Listra dan Derbe
(Kis 14:6), tetapi musuh-musuh yang membenci mereka dari Antiokhia dan Ikonium
terus mengejar mereka (Suharyo, 2003: 26).
Setelah beberapa lama tinggal di Antiokhia, Paulus mengajak Barnabas
mengunjungi jemaat-jemaat yang telah mereka dirikan untuk melihat keadaan mereka
(Kis 15:36). Barnabas menerima ajakan Paulus tetapi kemudian terjadi konflik di
antara keduanya (Kis 15:37-40) yang berujung pada perpisahan. Pada perjalanan misi
yang kedua ini, terjadi perbedaan di antara Paulus dan Barnabas (Eko Riyadi, 2017:
15). Mereka berseberangan jalan. Barnabas memilih pergi melalui laut ke Siprus
bersama Yohanes Markus, sedangkan Paulus memilih jalur darat ke Asia kecil
bersama teman perjalanan yang lain yakni Silas. Dalam perjalanan di Derbe, ia
menemukan seorang murid dan pengikut setia yakni Timotius. Pada perjalanan misi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yang kedua ini, Paulus dan Silas ditangkap. Mereka diseret ke pasar untuk
menghadap penguasa dan mereka didera serta dilemparkan ke dalam penjara (Kis
16:19-23). Suharyo (2003: 27) mengatakan bahwa setelah dibebaskan dari penjara,
Paulus dan Silas tiba di Tesalonika. Di kota itu pun Paulus dan Silas dicari untuk
dihadapkan kepada sidang rakyat (Kis 17:5-9), sehingga mereka terpaksa lari ke
Berea. Di kota itu Paulus terus diganggu (Kis 17:13). Setelah itu ia berangkat ke
Atena (Kis 17:15), di kota itu Paulus diejek (Kis 17:32). Kemudian ia melanjutkan
perjalanan ke Korintus dan di Korintus pun ia dimusuhi dan dihujat (Kis 18:1-6).
Setelah itu ia kembali ke Antiokhia (Kis 18:22).
Perjalanan misi selanjutnya tidak berbeda jauh. Dalam tulisannya, Suharyo
(2003: 28) menuliskan bahwa perjalanan misi ketiga ini dimulai tidak lama setelah
Paulus sampai di Antiokhia. “Setelah beberapa hari ia tinggal di situ, ia berangkat
pula lalu menjelajahi seluruh tanah Galatia dan Frigia untuk meneguhkan hati semua
murid” (Kis 18:23). Tidak semua orang mau mendengarkan Paulus, bahkan banyak
orang yang mengumpat dia (Kis 19:9). Di Makedonia “orang Yahudi bermaksud
membunuh dia. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk kembali melalui Makedonia”
(Kis 20:3-4). Dari Makedonia ia melanjutkan perjalanan ke Troas (Kis 20:6),
kemudian ke Miletus (Kis 20:15), ke Tirus (Kis 21:3), dan akhirnya tiba di Kaisarea
(Kis 21:8), kemudian bersama dengan kawan seperjalanan ke Yerusalem. Perjalanan
misi ketiga ini berakhir dengan penangkapan Paulus (Suharyo, 2003: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
C. Tafsir Atas 2 Korintus 9:6-15
1. Konteks
Dalam perikop 2 Kor 9:6-15 ini, Paulus berbicara tentang pengumpulan uang
untuk orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem yang belum selesai. Perlu
diketahui bahwa orang-orang yang percaya di Yerusalem sangat miskin pada waktu
itu. Mereka sangat dibenci oleh orang Yahudi yang tidak percaya. Kebanyakan
mereka telah kehilangan mata pencaharian atau usaha mereka. Setahun sebelumnya,
orang-orang Korintus sudah mulai mengumpulkan uang dan hal dilakukan dengan
sungguh-sungguh, akan tetapi pengumpulan uang tersebut belum selesai. Oleh karena
itu, Paulus mengajak mereka untuk menyelesaikannya. Pengumpulan uang dari orang
Korintus itu sudah ditunjukkan di 2 Kor 8:10. Dalam suratnya yang pertama, Paulus
juga sudah mengajak jemaat bahwa “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu
hendaklah kamu masing-masing sesuai dengan apa yang kamu peroleh” … (1 Kor
16:2). Paulus juga berjanji bahwa ia akan mengirimkan pengumpulan uang itu untuk
Yerusalem melalui delegasi yang sudah dipilih (bdk 2 Kor 8:19). Pengumpulan uang
disini bukan hanya untuk menolong orang miskin saja, tetapi juga untuk membiayai
gembala sidang dan segala keperluan jemaat dalam pemberitaan Injil Yesus Kristus,
(Brill Wesley t.thn: 135).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2. Struktur Teks
Dalam perikop 2 Korintus 9:6-15 ini penulis membagi ke dalam beberapa
bagian, yakni sebagai berikut:
Bagian I: (Ayat 6-7)
a. Menabur banyak
b. Memberi dengan Kerelaan Hati
Bagian II: (Ayat 8-9)
a. Berkecukupan dan berkelebihan dalam kebajikan
b. Membagi-bagikan
Bagian III: (Ayat 10-11)
a. Penyedia dan pengganda benih
b. Diperkaya dalam segala hal, dan murah hati
Bagian IV: (Ayat 12-15)
a. Pelayanan kasih dan ucapan syukur
b. Tahan uji dalam pelayanan
c. Bersyukur atas kasih karunia Allah yang melimpah
Pembagian struktur dari perikop 2 Kor 9:6-15 yang telah penulis sebutkan di
atas berdasarkan pada struktur yang telah dijelaskan oleh Brill Wesley (t.thn: 129),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
namun penulis memiliki alasan sendiri dalam pembagian struktur tersebut yaitu
sebagai berikut:
Bagian I (ayat 6-7)
Paulus mengawali ajarannya kepada jemaat di Korintus dengan menekankan
pada prinsip “menabur banyak” yang berarti umat Korintus sebagai jemaat yang
percaya kepada Kristus hendaknya menyadari panggilan dan tugas mereka untuk
bersikap “murah hati” (dengan kerelaan hati) dengan memberi apa yang telah
diterima dari Tuhan. Karena apa yang diberikan tidak akan hilang melainkan
bagaikan benih yang ditabur akan bertambah banyak. Dengan kata lain, orang yang
menabur banyak (memberi banyak) akan menuai banyak juga dan begitu juga
sebaliknya.
Bagian II (ayat 8-9)
Dalam ayat ini, Paulus ingin menegaskan bahwa orang yang menabur banyak
dengan kerelaan dan murah hati adalah gambaran dari umat yang sudah
“berkecukupan dan berkelebihan dalam kebajikan rohani” dan sadar bahwa dengan
memberi maka akan malah berkecukupan dan berkelebihan, seperti ditegaskan juga
dalam Ams 11:24 “Ada yang menyebar harta tetapi bertambah kaya” dan sebaliknya.
Hal ini akan hanya dimengerti oleh orang-orang yang beriman dan menghidupi ajaran
Kristus.
Bagian III (ayat 10-11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Dalam ayat ini, lebih lanjut Paulus menegaskan kepada jemaat Korintus
bahwa umat beriman kepada Kristus dalam menjalankan panggilan kerasulan harus
selalu berpusat kepada sang “penyedia dan pengganda benih” dan yang selalu
memperkaya setiap umat-Nya dengan segala macam kemurahan hati. Karena apabila
seseorang memberi tidak akan membuatnya menjadi miskin malahan akan terberkati
dan tercukupi dalam segala keperluannya, sebab nilai dari memberi memiliki banyak
makna.
Bagian IV (ayat 12-15)
Di ayat selanjutnya, Paulus menegaskan bahwa di tengah-tengah umat
beriman kepada Kristus “pelayanan kasih” perlu diwujudnyatakan kepada semua
saudara-saudara seiman (dan bukan hanya diantara mereka saja) supaya pelayanan
kasih itu dinikmati oleh semua umat dan menumbuhkan sikap syukur kepada Allah
dan menjadi tahan uji dalam pelayanan berkat kasih karunia yang melimpah dari
Allah.
3. Penjelasan Teks
a. Ayat 6-7
9:6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan
orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan
dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang
memberi dengan sukacita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Di ayat 6, makna “menabur banyak” dalam ayat ini bisa dipahami sebagai
praktek melakukan suatu pekerjaan yang telah Allah tugaskan kepada kita dengan
sepenuh hati, baik dalam bentuk materi maupun juga dalam bentuk dukungan moral.
Kedua pekerjaan ini adalah panggilan mulia sebagai umat Kristen yang harus
memberitakan kabar baik. Memberitakan kabar baik sama dengan menabur benih.
Selain tokoh Rasul Paulus, dalam Injil Yohanes bisa dilihat bahwa Yohanes
Pembaptis juga bekerja sebagai penabur. Yesus sendiri menyamakan pekerjaan
pengabaran Injil dengan pekerjaan penabur. Maka tidak bisa dipungkiri bahwa kita
pun harus menjadikan pekerjaan ini menjadi hal penting dalam hidup, yaitu
menaburkan sebanyak-banyaknya kebaikan kapan dan dimana saja, sebab untuk
dapat menuai banyak buah yang baik dalam hidup, perlu orang menaburkan benih-
benih kebaikan sebanyak-banyaknya pula.
Di ayat 7, arti dari “memberi dengan kerelaan hati” dalam ayat ini yaitu orang-
orang yang memberi dengan kondisi hati yang damai, bukan memberi dengan
paksaan. Orang memberi dengan kerelaan hati tanpa pilih-pilih, sekalipun mungkin
bantuan yang diberi sebagian akan jatuh di tempat (orang) dimana bantuan yang
diberi tidak akan tumbuh atau memberi hasil seperti yang diinginkan si pemberi.
Biarlah hal itu menjadi urusan orang yang diberi bantuan dengan Allah. Biar Allah
saja yang mengatur dimana benih (bantuan) yang diberi akan jatuh, tumbuh dan
menghasilkan. Yang penting adalah kita tidak memberi karena terpaksa, tidak dengan
sedih hati dan tidak memberi benih/bantuan yang membinasakan orang lain, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kita memberi dengan kerelaan hati. Sehingga apa yang diberikan dengan kerelaan hati
akan menghasilkan buah kebenaran.
Memberikan yang mau diajarkan Paulus di sini bukan hanya soal harta tetapi
bagaimana memberi dengan sukacita dan ikhlas demi iman akan Kristus. Maka
bentuk pengorbanan di sini bukan hanya mengorbankan harta yang dimiliki semata
melainkan pemberian diri yang penuh, sebagaimana Paulus berkorban demi iman,
sehingga ia mampu mengalami segala penderitaan semata-mata karena karunia Allah
menyertainya. Tokoh lain dalam Injil yaitu kisah seorang janda miskin yang
mempersembahkan dua peser ke dalam peti persembahan. Di mana jumlah dua peser
tersebut merupakan segala yang dia miliki pada saat itu, namun ia rela memberikan
semuanya (Mrk 12:43).
b. Ayat 8-9
9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya
kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di
dalam pelbagai kebajikan.
9:9 Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang
miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya."
Di ayat 8, “berkecukupan” berarti tidak kekurangan dalam hal apapun, segala
yang diperlukan cukup. Dan “berkelebihan” berarti teramat banyak, melampaui atau
melebihi apa yang diperlukan. Dalam hal ini orang yang bijaksana akan selalu merasa
berkecukupan dalam segala hal meskipun sebenarnya dia tidak memiliki kekayaan
atau materi yang berlebih. Iman yang dimiliki membuat orang-orang percaya merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
cukup akan harta duniawi. Dalam LBI (1991: 139) dijelaskan bahwa “Allah akan
memberi kepada yang bermurah hati bukan hanya apa yang dibutuhkan orang itu
sendiri, melainkan juga supaya mereka dapat memberi atau berbagi pada yang lain.
Perbuatan baik tersebut Allah akan selalu mengingatnya.” Lebih lanjut orang-orang
percaya yang murah hatinya akan selalu mengalami kebenaran janji Allah bahwa “Ia
akan memenuhi segala keperluannya menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam
Yesus Kristus” (Flp 4:19).
“Ia membagi-bagikan” di ayat 9 berarti Allah melimpahkan berkat karunia bagi
orang-orang percaya terpisah dari tindakan atau jasa orang (manusia) itu sendiri.
Dengan kata lain, Allah memberi berkat karunia-Nya bagi setiap orang percaya
dengan cuma-cuma. Brill Wesley (t.thn: 132) dalam tulisannya mengatakan bahwa
“orang yang percaya kepada Yesus Kristus telah menerima kasih karunia Allah yang
menyelamatkan dan karena itu ia wajib menyatakan kemurahan hatinya.” Hal tersebut
ditegaskan lagi dalam Matius 10:8 “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma,
karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”
c. Ayat 10-11
9:10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga
yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan
menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;
9:11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang
membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Di ayat 10, “penyedia dan pengganda benih” di sini menjelaskan kepemilikan dan
penyediaan dari Tuhan atas segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Dalam
bahasa Yunani kepemilikan Allah berarti “penyediaan” (yaitu, chorēgeō atau
chorus). Istilah lain dalam bahasa Yunani “Koine” yaitu dermawan yang secara
melimpah memasok suatu kebutuhan. Orang percaya modern menghubungkannya
dengan kemakmuran mereka akan kreativitas, etos kerja, akumulasi pengetahuan,
atau usaha diri mereka sendiri. Namun, dalam pandangan Alkitabiah makna
“penyedia” berhubungan dengan semua sumber daya dari Allah. Kepemilikan dan
penyediaan Tuhan atas segala sesuatu tersebut memampukan orang percaya dalam
melakukan pelayanan yang dipercayakan oleh Allah.
Ayat 11, makna dari “diperkaya dalam segala hal” ini menerangkan bahwa
orang tidak diperkaya dalam hal materi saja, namun juga dalam hal kebutuhan rohani
yang membuat orang yang diperkaya dalam hal materi dan rohani tersebut menjadi
orang yang murah hati (tulus, murni) otentik (asli) dalam berbagi. Perbuatan
kemurahatian itu akan dilihat orang dan memuliakan Allah. Tujuan Allah
memperkaya orang percaya adalah supaya suasana kasih dan penghargaan di tengah
umat-Nya tumbuh berkembang (Utley, 2011: 283).
d. Ayat 12-15
9:12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan
keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur
kepada Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
9:13 Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka
memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan
karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan
dengan semua orang,
9:14 sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena
kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu.
9:15 Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!
Ayat 12, dalam bahasa Yunani “pelayanan kasih” merupakan kata lain dari
leitourgia (liturgi) yang dipakai untuk menyebut kebaktian-kebaktian umum.
Pelayanan kasih dapat diwujudnyatakan dalam tindakan pelayanan, atau pelayanan
yang didasari oleh kasih. Pelayanan kasih juga dapat disebut dengan pelayanan kasih
karena tidak ada imbalan atau gaji, itu dilakukan berkat ketulusan dari hati yang
memberi. Pelayanan kasih yang diberikan oleh jemaat Korintus dalam pemberian
tersebut membawa hasil yang memuaskan bahkan membawa hasil dua kali lipat.
Hasil tersebut “mencukupkan keperluan orang kudus dan melipatgandakan ucapan
syukur kepada Allah” (Brill Wesley, t.thn: 133). Dalam hal ini, Paulus memberi
pengertian kepada jemaat Korintus bahwa pelayanan kasih atau kemurahan hati yang
telah mereka berikan tidak membuat mereka miskin, melainkan suatu kemurahan
yang membuat jiwa mereka kaya sehingga memuji Allah. Dalam ayat 13 dikatakan
“tahan uji dalam pelayanan” dalam arti bahwa jemaat di Korintus sudah terbukti
kebaikannya terhadapan pemberian yang mereka berikan untuk orang-orang yang ada
di Yerusalem. Berkat kesabaran dan ketekunan jemaat Korintus dalam
mengumpulkan dana untuk orang Yerusalem maka dana tersebut pun terkumpul
sesuai dengan apa yang diharapkan. Begitu juga dengan Paulus, dia telah tahan uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dalam pelayanan, dia ingin menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan tidaklah
mudah selalu menghadapi rintangan dan kesulitan, tidak jarang apa yang terjadi tidak
sesuai dengan apa yang diinginkan.
Berkat kemurahan hati jemaat Korintus dalam memberikan bantuan kepada
orang-orang miskin yang ada di Yerusalem, orang-orang Yahudi merindukan mereka.
Orang Kristen yang tinggal di Yerusalem mendoakan orang-orang Korintus (ayat 14).
Di sini Paulus menyadari bahwa pemberian orang Korintus tersebut mendatangkan
berkat sehingga orang Yahudi dan Yunani yang dahulu tidak saling bergaul, sekarang
dipersatukan berkat kemurahan hati orang Korintus tersebut. “Orang Kristen di
Yerusalem menyadari bahwa kasih Allah melimpah atas orang Kristen yang ada di
Korintus” (Brill Wesley, t.thn: 133). LBI (1991: 140) dalam tulisannya mengatakan
bahwa “demikian hal itu mempersatukan dua kelompok dalam suatu kesatuan yang
erat dengan kemurahan hati dan doa.” Hal tersebut ditegaskan lagi dalam Ef 2:14
“Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan
yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan.”
Di ayat 15, arti dari “karunia” adalah Yesus Kristus sendiri. Ialah karunia
terbesar bagi umat manusia. “Allah telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal
kepada manusia, dan sebenarnya karunia itu adalah dasar dari segala pemberian
manusia” (Brill Wesley, t.thn: 134). “Suatu karunia yang demikian luhur sehingga
tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, tetapi harus selalu menjadi ungkapan
syukur” (LBI, 1991: 141). Oleh karena itu, Paulus pada akhir suratnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menyampaikan rasa syukurnya yang tidak dapat diekspresikan lagi. Karena Allah
telah memberikan Putra-Nya yang tunggal bagi manusia merupakan wujud pemberian
tertinggi tak terbatas atas manusia. Menurut Paulus pemberian Allah ini adalah hal
yang tidak dapat dikatakan dengan bahasa manusia dan sama sekali tidak cukup
diekspresikan atau dijelaskan.
D. Keutamaan Kerasulan Paulus
Setelah menganalisa ayat-ayat Kitab Suci di atas, penulis melihat banyak
keutamaan yang dapat dipelajari dari rasul Paulus. Di sini penulis hanya mengambil
beberapa keutamaan dari pelayanan Paulus yang bisa menjadi inspirasi bagi para
katekis. Keutamaan-keutamaan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Menabur Banyak
Seperti yang yang telah dijelaskan di atas bahwa menabur berarti sama dengan
memberitakan kabar baik. Di sini penulis melihat bahwa memberitakan kabar baik
kepada semua orang dengan sebanyak-banyaknya sama juga dengan kita menabur
banyak maka akan menghasilkan banyak juga. Dalam ayat tersebut dikatakan “Orang
yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak,
akan menuai banyak juga” (2 Kor 9: 6), maksudnya di sini ialah kita memberitakan
kabar baik sebanyak kita mampu. Bagaikan benih yang ditabur, maka akan bertambah
juga kabar baik yang kita wartakan. Sebab untuk dapat menuai banyak buah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
baik dalam hidup, perlu menaburkan benih-benih kebaikan sebanyak-banyaknya pula.
Seperti halnya seorang pewarta, ia harus mampu menabur banyak kebaikan kepada
semua orang sehingga apa yang ia wartakan sungguh menjadi kabar baik bagi banyak
orang.
2. Memberi dengan Kerelaan Hati
Penulis mengambil keutamaan memberi dengan kerelaan hati, karena penulis
merasa bahwa setiap pelayanan yang dilakukan harus didasari oleh kerelaan hati dari
si pemberi. Maksudnya ialah bahwa memberi itu harus dengan rela, tidak dengan
terpaksa dan tidak dengan sedih hati. Pemberian yang hendak diberikan pun harus
pemberian yang dengan sukacita, bukan karena paksaan, bukan karena sebuah
keharusan atau karena peraturan belaka. Setiap orang harus memberikan dengan
senang hati dan sebanyak ia mampu, bukan semata-mata karena diharuskan. Sumber
pemberian bukanlah kantong, melainkan hati. Memberi dengan kerelaan hati di sini,
sama juga dengan seorang pewarta. Seorang pewarta dalam mewartakan harus juga
dengan sepenuh hati tidak dengan setengah-setengah atau karena terpaksa dan tidak
menuntut imbalan (gaji) melainkan ia harus mewartakan secara sukarela. Maka
bentuk pengorbanan dari si pewarta itu di sini adalah pewartaan yang ia berikan tanpa
menuntut balas. Seorang pewarta harus berani berkorban. Baik itu berkorban dari segi
waktu, keuangan, bahkan mengorbankan dirinya sendiri apabila perlu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
3. Tahan Uji
Tahan uji dalam hal ini penulis melihat bahwa sebenarnya Paulus ingin
memperlihatkan pengorbanan yang telah ia lakukan dalam pelayanannya; bukan
hanya sekedar ungkapan untuk jemaat Korintus yang telah berhasil dalam memberi
bantuan tersebut, melainkan lebih pada pelayanan yang Paulus sendiri telah lakukan.
Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, Paulus mengatakan “Aku lebih banyak
berjerih lelah; lebih sering dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam
bahaya maut”… (2 Kor 11:23-29). Dalam ayat Kitab Suci tersebut, Paulus
menunjukkan bahwa kesulitan dan tantangan dalam pelayanan telah Paulus alami
akan tetapi Paulus telah tahan uji dalam berbagai situasi tersebut. Paulus telah
mengorbankan banyak masanya dan tenaganya dalam melayani Tuhan.
Dalam hal ini, penulis melihat bahwa sebagai seorang pewarta Paulus merupakan
tokoh yang dapat menjadi panutan dalam melakukan pelayanan. Ketaatan dalam
pelayanan yang telah Paulus lakukan membuat ia tahan uji dari berbagai macam
kesulitan yang ia alami. Oleh karena itu seperti yang dilakukan oleh Paulus,
pengorbanan seorang pewarta di sini dengan maksud sesuatu yang kita serahkan
untuk suatu perkara tanpa mengharapkan kembali apa yang telah kita serahkan.
Pelayanan kita kepada Tuhan menuntut pengorbanan. Tanpa pengorbanan mustahil
untuk seseorang membuktikan pegangan dan kepercayaannya. Karena setiap
pelayanan menuntut adanya pengorbanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
BAB IV
INSPIRASI RASUL PAULUS BAGI PELAYANAN KATEKIS ZAMAN
SEKARANG
Katekis merupakan seorang pelayan yang memiliki panggilan dan tanggung
jawab mulia untuk melayani dengan sepenuh hati. Supaya panggilan dan tanggung
jawab yang luhur tersebut bisa dihayati, seorang katekis membutuhkan komitmen.
Panggilan dan tanggungjawab tersebut tidak dilaksanakan karena keterpaksaan,
melainkan karena komitmen diri, yakni pilihan pribadi untuk memberikan yang
terbaik. Mengingat betapa besar peranan katekis dalam karya dan pelayanan Gereja,
katekis perlu memperoleh perhatian yang mendukung dan menginspirasi agar katekis
tetap setia pada tugas dan panggilan mereka sebagai pelayan.
Oleh karena itu, pada bab IV ini penulis memaparkan inspirasi bagi katekis
untuk lebih menghayati dan mencintai tugas dan panggilan sebagai pewarta (pelayan)
Kristus. Secara khusus dalam bab IV ini penulis akan menyampaikan inspirasi-
inspirasi dari Rasul Paulus berdasarkan suratnya yang kedua kepada jemaat Korintus.
Pembahasan bab IV ini dibagi dalam tiga bagian utama, yakni bagian pertama
membahas tentang inspirasi dari Rasul Paulus berdasarkan 2 Korintus 9:6-15, bagian
kedua tentang refleksi kateketis, bagian ketiga usulan program.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
A. Menggali Inspirasi dari Rasul Paulus Berdasarkan 2 Kor 9:6-15
Seorang katekis di zaman sekarang perlu menilik kembali nilai-nilai hidup
Rasul Paulus dalam menjalankan tugas pelayanannya di Korintus karena ia adalah
pemberita Injil dan penggema iman (katekis) pionir dalam tradisi Kristen. Nilai-nilai
itu perlu dihidupkan kembali dalam diri para katekis di zaman sekarang. Jika seorang
katekis menginginkan agar mereka yang dilayani mengalami perubahan dan
perkembangan yang lebih baik, maka dia sendiri harus bekerja lebih keras untuk itu.
Keutamaan-keutamaan kerasulan Paulus seperti pengorbanan diri dalam melayani
umat di Korintus bisa menjadi salah satu inspirasi. Penulis akan memaparkan lima
inspirasi dari Rasul Paulus berdasarkan 2 Korintus 9:6-15 yang membantu katekis
dalam menghayati tugas dan panggilan mereka sebagai perwarta (pelayan) Kristus.
1. Memberi dengan Rela
Tindakan memberi merupakan sebuah pelajaran hidup yang paling penting.
Banyak orang mengatakan bahwa ia bisa memberi ketika ia memiliki. Pada
prinsipnya hal tersebut benar adanya. Nemo dat quod non habet, tidak seorang pun
bisa memberikan apa yang tidak ia miliki. Seseorang tidak bisa memberikan kasih
jika ia sendiri tidak memiliki kasih. Seorang tidak bisa memberikan semangat jika ia
sendiri tidak memiliki semangat. Memberi berarti melepaskan apa yang dimiliki.
Syarat utama bisa memberi adalah jika memiliki. Maka dibutuhkan terlebih dahulu
memiliki sesuatu hal jika seseorang ingin memberikan sesuatu kepada orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Apabila dengan penuh kasih seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain, ia
menunjukkan kasihnya yang besar kepada Allah. “Memberi menurut kehendak Allah
berarti memberi kepada Allah itu sendiri. Memberi secara benar merupakan suatu
pembaktian diri” (Lembaga Pendidikan Kader, 1971: 17).
Rasul Paulus dalam ajarannya kepada umat di Korintus menegaskan bahwa
jika ingin menuai banyak, maka menaburlah yang banyak, karena orang yang
menabur sedikit, akan menuai sedikit juga (2 Kor 9:6). Melayani berarti memberi,
memberi berarti berkorban. Nilai pengorbanan yang diajarkan oleh Paulus diteladani
dari Yesus dan para katekis perlu kembali menghidupkan nilai itu dalam dirinya
dalam melayani orang-orang yang dipercayakan padanya. Paulus menjelaskan
hendaklah masing-masing (katekis) memberikan dengan rela, tidak dengan sedih hati
atau karena paksaan, karena Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita
dan sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu. “Ia membagi-bagikan,
Ia memberikan kepada orang miskin, Ia menyediakan benih bagi penabur dan
melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu (2 Kor 9:7-10).
Perikop di atas menegaskan bahwa nilai pengorbanan diri dalam melayani
tidak akan pernah sia-sia. Sebaliknya, pelayanan yang dilakukan dengan terpaksa,
tidak sepenuh hati dan tidak dengan hati yang gembira akan sia-sia dan dengan
sendirinya akan menghambat kasih karunia yang hendak dilimpahkan Allah. Hal
memberi juga dijelaskan dalam Injil, yakni dalam kisah persembahan janda miskin
(bdk Mrk 12:43). Dalam persembahan janda miskin tersebut Yesus tidak melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
berapa banyak yang janda miskin berikan, tetapi apa yang ia berikan. Janda miskin
tersebut memberikan seluruh hidupnya, bukan uangnya. Ia memberikan segala-
galanya. Dengan cara memberi tersebut, janda miskin itu menunjukkan bagaimana
seharusnya mengasihi Tuhan melebihi apapun.
Katekis sebagai pelayan Tuhan diharapkan mampu meneladani sikap-sikap
dalam hal memberi tersebut. Dalam konteks katekis memberi bisa saja memberikan
diri, tenaga, waktu, pengalaman melalui setiap bentuk pelayanan yang diberikan.
Misalnya memberikan pendampingan katekumen, mendampingi komuni pertama,
memberikan materi untuk pertemuan lingkungan, memberikan pendalaman iman
lingkungan dan masih banyak yang lain. Dengan memberikan berbagai pelayanan
tersebut, sebenarnya para katekis sudah menunjukkan pengorbanan demi pelayanan
tersebut. Memberi bukan hanya berbicara soal berapa banyak yang diberikan,
melainkan lebih kepada apa yang diberikan. Seorang katekis tidak mampu melakukan
apapun jika pemberian diri hanya dilakukan setengah-setengah. Oleh karena itu,
seorang katekis membutuhkan suatu pengorbanan diri yang utuh. Pemberian terbesar
katekis adalah pemberian diri yang penuh demi karya dan pelayanannya.
2. Melayani dengan Tulus
Melayani dengan tulus berarti melayani tidak hanya setengah-setengah.
Pelayanan yang hanya dituntut oleh tugas dan kewajiban tidak mempunyai makna.
Semuanya menjadi bermakna dengan menjadikan pelayanan tersebut sebagai bagian
hidup yang membahagiakan sesama. Melayani dengan tulus berarti melayani tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
memandang kepada siapa pelayanan tersebut ditujukan. Melayani dengan tulus
berarti tidak menuntut balas atas pelayanan yang diberikan.
Seorang katekis adalah seorang saksi. Dia terutama adalah saksi kabar
gembira keselamatan Allah. Karena kesaksian tersebut adalah tentang pribadi Yesus
Kristus, maka hubungan pribadi dengan-Nya adalah kunci utama dari pembentukan
diri sebagai seorang saksi Kristus. Yang hendak dibangun dengan itu semua tidak lain
merupakan pelayanan yang lebih didasarkan pada sikap melayani secara tulus.
Melayani dengan hati yang tulus nampak dalam kegembiraan kasih serta kesediaan
untuk menyediakan diri dan waktu, keberanian untuk mengakui kerapuhan serta
keterbatasan dirinya. Pengakuan ini tidak membuat katekis patah semangat dan putus
harapan, tetapi senantiasa mau belajar dan mendengarkan, tidak berhenti pada dirinya
sendiri, apalagi pada pemenuhan rasa cukup diri.
Dalam surat 2 Korintus 9:6-15 nampak jelas adanya pelayanan yang tulus
dalam diri jemaat Korintus. Tanpa ketulusan hati mereka, mustahil jemaat Korintus
dapat mengumpulkan dana sesuai dengan jumlah yang diharapkan sehingga jemaat
Korintus dapat membantu orang miskin yang ada di Yerusalem. Selain itu, ketulusan
Rasul Paulus sendiri dalam pelayanan yang dapat dilihat dalam suratnya yang
pertama kepada jemaat di Tesalonika 2:1-6 juga dapat dijadikan contoh ketulusan
Rasul Paulus dalam melayani jemaat. Ketulusan pewartaan Rasul Paulus dilihat dari
pewartaannya itu tidak menjadi sia-sia, tidak dengan tipu daya, tidak mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
keuntungan dan kekayaan sendiri, bukan untuk menyukakan hati manusia melainkan
semata-mata untuk kemuliaan Allah.
Di sinilah letak pengorbanan diri dari Rasul Paulus dalam pelayanannya yang
dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi para katekis zaman ini dalam pelayanannya,
yaitu melayani dengan tulus, sungguh-sungguh, dalam segala situasi. Dalam segala
situasi maksudnya, baik saat senang, sedih, saat mempunyai dan tidak mempunyai,
baik saat digaji rendah maupun digaji tinggi, dan sebagainya. Dengan kata lain,
seorang katekis zaman sekarang diharapkan mau melayani bukan karena saat butuh
imbalan. Pelayanan yang dilakukan bukanlah untuk berlomba-lomba mengejar
keuntungan pribadi, melainkan demi kemuliaan Tuhan dan kebutuhan mereka yang
dilayani.
Atas segala macam pelayanan yang dilakukan oleh katekis secara tulus hati,
Allah sendiri yang akan mencukupkan segala sesuatu yang diperlukannya, seperti
dikatakan dalam 2 Korintus 9:8, “Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia
kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu...” Oleh
karena itu, katekis melakukan pelayanan tidak dengan sedih hati melainkan dengan
hati yang gembira, tulus, ikhlas, dan Allah akan melimpahkan kepadanya apa yang
menjadi keperluannya. Jika ia mengandalkan dan berserah diri kepada Tuhan dalam
setiap pelayanan, katekis akan selalu dicukupkan bahkan berkelimpahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
3. Hidup dalam Doa
Doa berarti “mengarahkan hati kepada Allah. Ketika seseorang berdoa, ia
masuk dalam hubungan yang hidup dengan Allah.” Darminta (1997: 7) menuliskan
bahwa doa merupakan “kontak dan perjumpaan dengan Allah. Perjumpaan yang
benar sering diwujudkan dengan kata-kata dan saling berbicara.” Doa sebagai
perjumpaan memiliki daya untuk mengubah hidup manusia. Berdoa berarti orang
berbicara dengan Allah. Oleh karena itu, doa sebagai peristiwa berjumpa dan
berdialog dengan Allah merupakan saat membangun diri dalam relasi yang semakin
penuh dengan Allah. Lewat perjalanan pengolahan hidup, yang berarti membuka diri
kepada Allah, maka manusia akan semakin menjadi sempurna, yakni hidup dalam
kesederhanaan (Darminta, 1997: 8).
Seorang katekis (pewarta/pelayan) Kristus idealnya ialah orang yang dewasa,
baik dalam sikap maupun dalam tingkat kerohaniannya. Pewarta/pelayan Tuhan yang
sejati memiliki semangat melayani yang ditunjang dengan doa, iman, dan kasih
karena tanpa ketiga hal tersebut pelayanan yang dilakukan seakan-akan tidak
memiliki jiwa. Tanpa jiwa pelayanan, seorang pelayan akan mudah lelah dan tidak
memiliki sukacita ketika melakukan pekerjaan pelayanan. Oleh karena itu, penting
bagi seorang pelayan yakni katekis untuk memiliki saat teduh, waktu hening, dan
doa.
Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat Korintus (2 Kor 9:13-14), Paulus
melihat bahwa berkat pengumpulan dana yang dilakukan jemaat Korintus, banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
orang mengucap syukur kepada Allah dan mendoakan jemaat Korintus atas kebaikan
hati yang telah mereka lakukan. Paulus menyadari bahwa bantuan tersebut
mendatangkan berkat yang melimpah sehingga orang tidak lupa mengucap syukur
kepada Allah. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa dalam melakukan setiap pekerjaan
ataupun di saat mendapatkan sesuatu, orang tidak lupa untuk mengucap syukur dan
berdoa kepada Allah. Paulus dalam pelayanannya selalu berserah diri kepada
kehendak Allah. Layaknya juga seorang katekis dalam melakukan pelayanan, hidup
doa merupakan pegangan yang harus selalu katekis hidupi karena tanpa doa, apapun
yang dilakukan terasa hampa dan tidak bermakna.
Dalam melakukan tugas dan pelayanan, katekis harus selalu melibatkan Roh
Kudus karena mustahil seorang katekis mampu melaksanakan tugas dan pelayanan
mereka tanpa melibatkan karya Allah di dalamnya. Dalam situasi zaman yang penuh
tantangan, katekis perlu selalu berpegang teguh dalam iman dan serah diri, serta
selalu melibatkan Tuhan dalam setiap karya dan pelayanan sehingga apa yang ia
lakukan menghadirkan secara nyata Allah yang berkarya di dalam dirinya.
4. Berani Berkorban
Sikap rela berkorban merupakan suatu sikap yang mencerminkan adanya
kesediaan dan keikhlasan dalam memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain.
Atau lebih sederhananya, rela berkorban bisa diartikan sebagai suatu sikap dan
perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas serta mendahulukan kepentingan
orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Rela berkorban berarti bersedia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
bertindak dengan ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan dari orang lain. Oleh
karena itu, seorang yang berani berkorban berarti berani mengorbankan apapun yang
dimilikinya demi kepentingan orang lain ketimbang kepentingannya sendiri.
Melayani Tuhan berarti merelakan diri untuk siap berkorban. Berkorban di sini dapat
berwujud mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, perasaan, uang, dan tidak jarang
seluruh hidup dapat juga menjadi sebuah pengorbanan. Yesus sendiri sudah
menunjukkan pengorbanan-Nya demi cinta-Nya kepada manusia sampai ia rela wafat
di kayu salib.
Sebagai seorang pewarta (pelayan) Kristus, katekis diharapkan mampu
berkorban demi pelayananya, meskipun hal tersebut tidak mudah dilakukan. Seperti
halnya Paulus, dia banyak berkorban untuk melayani Tuhan dalam kehidupannya,
tetapi semua itu dia lakukan hanya untuk kemuliaan Tuhan. Salah satu contoh
pengorbanan Rasul Paulus dalam mewartakan Kristus ialah ia rela dipenjara dan
dianiya, rela melakukan perjalanan yang berbahaya, demi mewartakan Kristus kepada
segala bangsa. Semangat Rasul Paulus dalam mewartakan tak pernah padam bahkan
beberapa kali ia didera dan diterpa bahaya maut (lih. 2 Kor 11:23-25). Semangat
Rasul Paulus dalam mewartakan ini sangat tepat untuk dihidupi oleh para katekis
dalam melaksanakan tugas pewartaan yang telah Kristus percayakan.
Pengorbanan yang diwujudkan oleh katekis dapat berupa mengorbankan
waktu, tenaga, uang, pikiran, perasaan, bahkan bisa mengorbankan dirinya sendiri
demi tugas dan pelayanannya. Itulah bentuk pengorbanan yang paling nyata dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
pelayanan katekis. Tanpa adanya pengorbanan yang tulus dari katekis, pelayanan
tersebut tidak memiliki makna apapun juga. Setiap pelayanan menuntut pengorbanan.
Dalam 2 Korintus 9:6-15, nampak pengorbanan yang dilakukan oleh jemaat Korintus
dari pengumpulan dana untuk orang Yerusalem tersebut. Jemaat Korintus dapat
memberikan dana tersebut berkat usaha jerih payah mereka. Itu semua berkat adanya
pengorbanan dalam diri jemaat Korintus sehingga mereka dapat membantu orang
Yerusalem sesuai dengan apa yang diharapkan. Pelayanan yang tidak mengorbankan
apapun tidak akan mencapai apapun juga. Pengorbanan dalam sebuah pelayanan
adalah sebuah hal yang sangat istimewa. Dalam zaman yang banyak menghadapi
tantangan ini, perlu adanya pewarta yang berani berkorban demi melaksanakan tugas
dan pelayanannya.
5. Bersyukur dalam Segala Hal
Ungkapan syukur merupakan hal yang dasariah bagi setiap orang. Orang akan
mengucap syukur karena bisa sekolah di tempat yang diinginkan, lulus tepat waktu,
mendapatkan pekerjaan, dan masih banyak lagi hal yang lainnya. Mengapa orang
mengucap syukur atas apa yang diinginkan terwujud? Karena tanpa campur tangan
Allah di dalamnya manusia tidak bisa melakukannya sendirian. Namun hal tersebut
tidak bisa disalahartikan bahwa orang mengucap syukur karena hal yang diinginkan
terwujud, melainkan orang harus selalu mengucap syukur dalam setiap peristiwa
hidup yang dialami sehari-hari, entah itu menyenangkan atau juga menyakitkan.
Orang dituntut untuk selalu mampu bersyukur dalam setiap keadaan. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
mengucap syukur manusia sadar bahwa apa yang ada dalam dirinya merupakan
pemberian Allah. Dan selalu memohon pertolongan rahmat-Nya agar mampu
mengucap syukur dalam segala hal.
Dalam 2 Korintus 9:12 dikatakan bahwa “mencukupkan keperluan-keperluan
orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.” Hal ini
dapat dilihat bahwa selain mencukupkan kebutuhan orang kudus, pengorbanan jemaat
tersebut juga melimpahkan ungkapan syukur atas keberhasilan jemaat Korintus dalam
pelayanan kasih yang mereka berikan, terutama untuk keberhasilan jemaat Korintus
dalam mengumpulkan dana untuk membantu orang Yerusalem dan orang-orang
kudus di sana, sehingga ucapan syukur tersebut berlipatganda. Ketika seseorang
mendapatkan sesuatu, hendaknya ia selalu bersyukur dan menyadari bahwa semua itu
karena Allah campur tangan di dalamnya. Hal tersebut dapat diteladani oleh katekis
dalam melaksanakan tugas dan pelayanan di zaman sekarang.
Pekerjaan seberat-berat apapun jika katekis mampu bersyukur maka akan
terasa lebih ringan. Selalu mengucap syukur dan memohon rahmat penyertaan Tuhan
dalam setiap pelayanan adalah hal yang patut katekis lakukan. Karena tanpa-Nya
katekis tidak mampu melaksanakan tugas itu sendirian. Katekis akan merasa cepat
kelelahan, cemas, cepat bosan, dan bahkan jenuh dengan pelayanan tersebut, jika
kaketis itu tidak mampu bersyukur dalam segala hal, maka pelayanan tersebut akan
terasa sulit dilakukan. Akan tetapi sebaliknya, jika katekis mampu bersyukur dalam
setiap tugas dan pelayanan yang dilakukan maka semuanya terasa menyenangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Seberat-berat apapun pelayanyannya akan terasa ringan. Pelayanan yang dilakukan
dengan sukacita maka akan mendatangkan sukacita juga bagi mereka yang dilayani.
B. Refleksi Kateketis
Setelah menemukan inspirasi-inspirasi dari pengorbanan pelayanan Paulus
berdasarkan suratnya yang kedua kepada jemaat Korintus 9:6-15, penulis menyadari
bahwa banyak inspirasi yang dapat digali sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan
katekis di zaman sekarang. Penulis memiliki alasan tersendiri untuk memaparkan
lima inspirasi tersebut di atas. Dengan kelima inspirasi tersebut, penulis berharap
dapat sungguh membantu katekis dalam melaksanakan tugas dan pelayanan katekis di
zaman sekarang. Setelah menganalisa teks perikop 2 Korintus 9:6-15, dan
menemukan inspirasi-inspirasi bagi katekis, penulis memiliki refleksi tersendiri.
Penulis melihat bahwa perikop 2 Korintus 9:6-15 ini sangat cocok untuk
dijadikan acuan dalam pelayanan terutama untuk pelayanan katekis di zaman
sekarang. Di zaman yang banyak tantangan ini, hal memberi sangat memprihatinkan.
Ada orang yang mau memberi berharap akan dibalas atas pemberiannya tersebut.
Orang memberi masih memperhitungkan untung dan ruginya. Jika memberi itu
menguntungkan dan akan mendapat balas, maka orang memberi dengan secepat
mungkin. Sebaliknya, jika memberi tidak menguntungkan, orang masih berpikir
panjang jika ingin memberi. Rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Korintus ini mengajak jemaat Korintus untuk dapat memberi dengan sukarela, tidak
dengan sedih hati atau karena terpaksa, melainkan pemberian tersebut harus dengan
sukacita. “Allah megasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor 9:7). Hal ini
merupakan tuntutan yang tegas. Rasul Paulus menegaskan bahwa Allah berkenan
kepada orang-orang yang memberi dengan sukacita, aktif, dan gembira. Pemberian
yang dimaksud adalah pemberian yang sungguh-sungguh dan bebas. Rasul Paulus
mengingatkan jemaat Korintus bahwa hendaklah memberi dengan sukacita.
Prinsip yang harus dikembangkan katekis sebagai pewarta adalah sikap murah
hati karena semua kekayaan, bakat, kemampuan, kepandaian, dan seluruh hidup
katekis merupakan pemberian cuma-cuma dari Allah. Oleh karena itu, selayaknya
katekis juga memberikan secara cuma-cuma kepada orang yang dilayani. Dalam Injil
Matius dikatakan “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu
berikanlah pula dengan cuma-cuma”… (Mat 10;8). Hal tersebut ingin menunjukkan
kemurahan hati Allah. Prinsip kemurahan hati tersebut tentu merupakan prinsip yang
diinginkan Rasul Paulus terhadap jemaat Korintus dalam pemberian mereka. Rasul
Paulus dalam pelayanannya selalu mengutamakan kepentingan jemaat yang ia layani.
Dia ingin bahwa orang yang dia layani semakin diperkaya dalam segala hal oleh
karena pewartaan yang ia berikan.
Katekis zaman sekarang perlu memiliki prinsip seperti yang dimiliki oleh
Paulus, yakni melayani dengan tujuan untuk memperkaya orang lain dan bukan
memperkaya diri sendiri. Dalam hal ini, para katekis diharapkan tidak mementingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dirinya sendiri, melainkan selalu melihat kebutuhan umat yang ia layani sehingga
pelayanan yang diberikan sungguh-sungguh sesuai dengan apa yang diinginkan dan
sesuai dengan kebutuhan umat. Pelayanan ini juga dilakukan agar umat semakin
diperkaya oleh karena apa yang diwartakan. Sehingga dari pelayanan yang katekis
berikan tersebut umat dapat menyadari bahwa wajah Kristus sendirilah yang katekis
tampakkan dalam setiap karya dan pelayanannya. Dalam melaksanakan karya dan
pelayanan tersebut, katekis tidak melaksanakan hanya dengan kata-kata belaka,
melainkan harus dengan tindakkan nyata. Apa yang katekis katakan itu yang katekis
lakukan. “Iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak 2:26). Hal tersebut mau
menegaskan bahwa iman yang dimiliki oleh seorang katekis harus sungguh
dilaksanakan, baik dalam kata maupun dalam tindakkan.
Dalam menghadapi berbagai tantangan zaman seperti yang telah penulis
uraikan dalam bab II, misalnya konsumerisme, globalisasi ketidakpedulian,
klerikalisme dan relativisme, katekis dituntut untuk lebih bijaksana dalam
menghadapi situasi zaman tersebut. Oleh karena itu, hal yang diperlukan oleh seorang
katekis adalah menjadi pribadi yang utuh. Utuh berarti bahwa pelayanan yang
dilakukan secara penuh. Seluruh hidupnya diarahkan kepada pelayanan atau bisa
dikatakan melayani dengan sepenuh hati, tanpa memperhitungkan untung ruginya.
Dalam pelayanan yang katekis lakukan juga memerlukan adanya kasih di dalamnya.
Karena pelayanan tanpa kasih ibaratkan makan tanpa garam. Jika tanpa kasih dalam
melaksanakan tugas dan pelayanan maka orang mudah sekali untuk marah, mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
terpengaruh, pilih kasih, bahkan mengharapkan imbalan. Kasih yang mau
ditunjukkan di sini ialah kasih kepada Allah dan kasih kepada mereka yang katekis
layani.
C. Usulan Program Retret untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan Katekis di
Paroki St. Alfonsus Nandan Yogyakarta
1. Latar Belakang Program
Desawa ini, semangat pelayanan diberbagai tempat mulai menurun. Banyak
pewarta hanya melakukan tugas mereka sebatas kewajiban bukan melaksanakan
sebagai panggilan yang mulia yang dilaksanakan dengan hati yang tulus. Terutama
lagi dihadapkan dengan berbagai arus zaman yang semakin hari semakin mengerogoti
setiap aspek kehidupan. Tantangan arus zaman tersebut perlu disikapi secara kritis
dan bijaksana oleh pewarta. Oleh karena itu, perlu diadakan pendampingan khusus
yang dapat meningkatkan semangat pelayanan terutama bisa semakin menghayati
tugas dan panggilan mereka sebagai pewarta.
Dalam hal ini, fokus pendampingan penulis kepada para katekis. Katekis yang
hendak diberikan pendampingan oleh penulis adalah para katekis Paroki St. Alfonsus
Nandan Yogyakarta. Mereka merupakan para pewarta paroki yang sangat perlu
diberikan penyegaran kembali akan tugas dan tanggungjawab mereka, agar mereka
semakin menyadari sampai pada menghayati tugas dan panggilan mereka sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
pewarta (pelayan) Tuhan. Oleh karena itu, penulis mengadakan program retret untuk
para katekis demi pengembangan dan peningkatan semangat pelayanan sebagai
pewarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
2. Matriks Usulan Program Retret
USULAN PROGRAM RETRET
Tema : Rasul Paulus sumber inspirasi pelayanan katekis di zaman sekarang
Tujuan : Membantu katekis agar semakin menghayati panggilannya sebagai pelayan dengan menimba inspirasi
dari Rasul Paulus berdasarkan 2 Korintus 9:6-15 sehingga semakin semangat dalam melaksanakan tugas dan
pelayanan sebagai pewarta
No Waktu
(Menit) Judul Pertemuan
Tujuan
Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
HARI PERTAMA
1 60 SESI I
Pengantar dan
perkenalan
singkat antara
pendamping dan
peserta
Agar peserta
mengenal
pendamping dan
para peserta
retret lainnya.
Membantu
peserta
memahami
tujuan diadakan
Perkenalan
antar peserta
dan
pendamping
Tujuan retret
Aturan selama
retret
Dialog
Informasi
Laptop
LCD
Mic
Sound
system
Materi persiapan
retret
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
retret dan aturan
selama
mengikuti retret.
2 90 SESI II
Tantangan
katekis zaman
sekarang
Membantu
katekis
memahami dan
menyadari
tantangan
pelayanan zaman
sekarang.
Tantangan
zaman dalam
Evangelii
Gaudium
Tantangan
zaman dalam
Direktorium
Formatio Iman
Membaca
Pengayaan
informasi
Dialog
Tanya
jawab
Refleksi
LCD
Laptop
Sound
system
PPT
Fransiskus. (2015).
Evangelii Gaudium,
Seri Dokumen
Gerejawi No. 94
(F.X. Adisusanto &
Bernadeta Harini Tri
Pasasti, Penerjemah).
Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan
Penerangan
Waligereja
Indonesia. (Dokumen
asli diterbitkan tahun
2013).
Nur Widipranoto,
Markus, Fransiscus
Xaverius Sugiyana,
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dan Thomas Aquino
Purwono. (2018).
Diroktorium
Formatio Iman
Keuskupan Agung
Semarang.
Yogyakarta:
Kanisius.
HARI KEDUA
3 60 SESI III
Identitas Paulus
Mengenal sosok
Rasul Paulus
sebagai sumber
inspirasi dan
teladan katekis
dalam melayani
agar semakin
menyadari
identitas dan
tugasnya sebagai
seorang pewarta.
Paulus dari
Tarsus
Orang Farisi
Penganiaya
orang Kristen
Paulus
tertangkap oleh
Kristus (Paulus
menuju
Damsyik)
Membaca
Refleksi
Sharing
Informasi
Tanya
jawab
Meditasi
LCD
Laptop
Sound
system
PPT
Lembara
n materi
Buku
tulis
Bea, Agustinus.
(1975). Paulus yang
Tertangkap Oleh
Kristus. Flores: Nusa
Indah.
Hari Kustono,
Antonius. (2012).
Paulus dari Tarsus.
Yogyakarta:
Kanisius.
Jakobs, Tom. (1983).
Paulus: Hidup,
Karya, dan
Teologinya.
Yogyakarta:
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Kanisius.
4 90 SESI IV
Karya kerasulan
Paulus
Membantu
peserta semakin
memahami karya
pewartaan yang
dilakukan oleh
Paulus dalam
melaksanakan
tugas dan
panggilan sebagai
pewarta.
Perjalanan misi
pertama
Perjalanan misi
kedua
Perjalanan misi
ketiga
Membaca
Refleksi
Tanya
jawab
Informasi
Sharing
LCD
Laptop
Sound
system
PPT
Lembara
n materi
Buku
tulis
Suharyo, Ignatius.
(2003). Menjadi
Manusia Dewasa.
Yogyakarta:
Kanisius.
Purwa
Hadirwardoyo, Al.
(2012). Warisan
Paulus bagi Umat.
Yogyakarta:
Kanisius.
5 120 SESI V
Inspirasi Rasul
Paulus
berdasarkan 2
Korintus 9:6-15
Membantu
peserta menggali
dan menemukan
inspirasi yang
dapat diperoleh
dari Rasul Paulus
berdasarkan 2
Korintus 9:6-15
Memberi
dengan rela
Melayani
dengan tulus
Hidup dalam
doa
Berani
berkorban
Membaca
Refleksi
Sharing
Informasi
Tanya
jawab
LCD
Laptop
Sound
system
PPT
Lembara
n materi
Buku
tulis
Brill, J. Wesley.
(t.thn). Tafsiran
Surat Korintus
Kedua. Bandung:
Kalam Hidup.
Darminta, J. (1997).
Doa dan Pengolahan
Hidup. Yogyakarta:
Kanisius
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
sebagai teladan
dalam pelayanan
katekis.
Bersyukur
dalam segala
hal
6 90 SESI VI
Sosok dan
spiritualitas
katekis
Membantu
katekis semakin
menyadari dan
memahami siapa
diri mereka, apa
tugas dan
tanggung jawab
mereka, sehingga
semakin
meningkatnya
semangat
pelayanan katekis
di zaman
sekarang.
Sosok katekis
Pengertian
spiritualitas
Spritualitas
katekis
Membaca
Diskusi
Tanya
jawab
Refleksi
bersama
Sharing
Informasi
LCD
Laptop
PPT
Sound
system
Buku
tulis
Kongregasi
Evangelisasi untuk
Bangsa-bangsa. CEP.
(2001). Pedoman
untuk Katekis
(Komisi Kateketik
KWI, Penerjemah).
Yogyakarta:
Kanisius.
Heuken, A. (2002).
Spiritualitas
Kristiani-Pemekaran
Hidup Rohani
Selama Dua Puluh
Abad. Jakarta: Cipta
Loka Caraka.
Sarjumunarsa, Th.
(1982). “Spiritualitas
Katekis” Rohani,
Tahun XXIX,
Februari. h.33.
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3. Contoh Persiapan Program Retret
RETTRET KATEKIS
Rumah Retret: Rumah Retret Sangkalputung Klaten
Tanggal/Bulan/Tahun: 25-17/1/2019
a. Konsep Dasar
Tema : Rasul Paulus sumber inspirasi pelayanan katekis di zaman
sekarang
Tujuan : Membantu katekis agar semakin menghayati panggilannya
sebagai pelayan dengan menimba inspirasi dari Rasul Paulus
berdasarkan 2 Korintus 9:6-15 sehingga semakin semangat dalam
melaksanakan tugas dan pelayanan sebagai pewarta
b. Dinamika (Jadwal kegiatan)
Hari Pertama (25 Januari 2019)
14.00-14.15 : Peserta tiba di rumah retret
14.15-15.00 : Pembagian kamar oleh petugas retret
15.00-16.00 : Persiapan pribadi
16.00-16.30 : Snack
16.30-17.30 : Sesi I: Pengantar dan perkenalan
17.30-18.30 : Ibadat pembukaan retret
18.30-19.30 : Makan malam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
19.30-21.00 : Sesi II : Tantangan katekis zaman sekarang
21.00-21.30 : Refleksi pribadi
21.30-22.00 : Ibadat malam
22.00 : Istirahat
Hari Kedua (26 Januari 2019)
06.00-06.30 : Ibadat pagi
06.30-07.00 : Persiapan pribadi
07.00-08.00 : Makan pagi
08.00-09.00 : Sesi III : Identitas Paulus
09.00-10.00 : Meditasi pribadi
10.00-10.30 : Snack
10.30-12.00 : Sesi IV : Karya kerasulan Paulus
12.00-13.00 : Makan siang
13.00-15.30 : Istirahat siang
15.30-16.00 : Snack
16.00-18.00 : Sesi V : Inspirasi Rasul Paulus berdasarkan 2 Korintus
9:6-15
18.00-19.00 : Refleksi pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
19.00-20.00 : Makan malam
20.00-21.00 : Sharing
21.00-22.00 : Ibadat malam
22.00 : Istirahat malam
Hari Ketiga (27 Januari 2019)
06.00-07.00 : Meditasi alam dan doa pagi
07.00-08.00 : Makan pagi
08.00-09.30 : Sesi VI : Sosok dan spiritualitas katekis
09.30-10.00 : Snack
10.00-11.00 : Evaluasi dan refleksi bersama
11.00-11.15 : Persiapan misa penutupan retret
11.15-13.00 : Misa penutup
13.00-13.30 : Makan siang
13.30-14.00 : Sayonara
c. Langkah-langkah dinamika retret
Hari pertama (25 Januari 2019)
14.00-14.15 : Peserta tiba di rumah retret
Pendamping menyambut kedatangan peserta retret
14.15-15.00 : Pembagian kamar oleh petugas retret
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Petugas rumah retret mengarahkan peserta menuju kamar masing-
masing
15.00-16.00 : Persiapan pribadi
Peserta mempersiapkan diri
16.00-16.30 : Snack
Peserta dan pendamping menuju ruang makan dan bersama-sama
menikmati snack yang sudah disediakan
Salah satu peserta memimpin doa snack
16.30-17.30 : Sesi I: Pengantar dan perkenalan
1. Tujuan:
Peserta mengerti tema, maksud, tujuan dan tata tertib retret
Peserta menjadi akrab satu sama lain
Peserta membentuk kelompok terdiri dari 4 orang untuk diskusi dan
sharing
Peserta mampu membuka diri terhadap diri sendiri, sesama dan
Tuhan
2. Langkah I:
Pendamping menyapa peserta dan memperkenalkan diri kemudian
peserta masing-masing memperkenalkan diri
3. Langkah II:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Pendamping dan peserta membuat kesepakatan bersama untuk
beberapa hal praktis sesuai dengan situasi dan kebutuhan peserta
4. Langkah III:
Pendamping mengarahkan peserta untuk membuat kelompok kecil
untuk diskusi, refleksi dan sharing, dan kelompok ini akan dipakai
selama kegiatan retret berlangsung
Pendamping dan petugas ibadat yang sudah dipilih menyiapkan
ibadat pembuka retret
17.30-18.30 : Ibadat pembukaan retret
Semua peserta dan pendamping mengikuti ibadat pembuka
18.30-19.30 : Makan malam
Peserta diarahkan untuk menuju ke ruang makan sesuai aturan dan
kesepakatan dalam suasana hening
Salah satu dari peserta memimpin doa makan
19.30-21.00 : Sesi II : Tantangan katekis zaman sekarang
1. Tujuan:
Peserta semakin mengenal dan mengetahui situasi zaman sebagai tantangan
pelayanan katekis zaman sekarang
2. Langkah I:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Pendamping memberikan pegantar singkat mengenai materi yang
akan di dalami
Pendamping membagikan lembar fotokopy materi mengenai
tantangan zaman dan memberikan waktu singkat untuk peserta
membaca masing-masing secara pribadi
3. Langkah II:
Pendamping mempersilahkan kepada peserta yang mau bertanya
Pendamping menanggapi pertanyaan peserta dan memberikan
penjelasan secara rinci
4. Langkah III:
Pendamping membagikan lembar refleksi kepada peserta dan peserta
diberi waktu untuk berefleksi secara pribadi
21.00-21.30 : Refleksi pribadi
Dalam suasana hening peserta melakukan refleksi pribadi secara bebas
memilih tempat yang nyaman
Setelah dirasa cukup pendamping meminta kepada peserta untuk
sharing dari hasil refleksi tersebut
21.30-22.00 : Ibadat malam
Pendamping dan semua peserta mengikuti ibadat malam sesuai
dengan apa yang sudah dipersiapkan
22.0 : Istirahat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Semua peserta beristirahat dalam suasana hening
Hari Kedua (26 Januari 2019)
06.00-06.30 : Ibadat pagi
Pendamping dan semua peserta mengikuti ibadat pagi sesuai dengan
apa yang sudah disiapkan
06.30-07.00 : Persiapan pribadi
Pendamping dan peserta masing-masing mempersiapkan diri
07.00-08.00 : Makan pagi
Peserta dan pendamping menikmati makan pagi bersama
Salah satu peserta memimpin doa makan
08.00-09.00 : Sesi III : Identitas Paulus
1. Tujuan:
Membantu peserta mengenal sosok Rasul Paulus sebagai sumber inspirasi
dan teladan katekis dalam melayani agar semakin menyadari identitas dan
tugasnya sebagai seorang pewarta
2. Langkah I:
Pendamping membagikan lembar materi kepada peserta untuk dibaca
secara pribadi
3. Langkah II:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Pendamping meminta beberapa peserta untuk sharing dari apa yang
didapatkan selama membaca secara pribadi tersebut
4. Langkah III:
Pendamping menjelaskan secara rinci baik dari hasil sharing beberapa
peserta maupun dari keseluruhan materi yang dibahas
09.00-10.00 : Meditasi pribadi
Peserta melakukan meditasi secara pribadi untuk melihat kembali dan
memperdalam arti dan makna panggilannya sebagai pewarta
10.00-10.30 : Snack
Peserta dan pendamping bersama-sama menikmati snack yang sudah
disediakan dalam suasana hening
Salah satu peserta memimpin doa snack
10.30-12.00 : Sesi IV : Karya kerasulan Paulus
1. Tujuan:
Membantu peserta semakin memahami karya pewartaan yang dilakukan
oleh Paulus dalam melaksanakan tugas dan panggilan sebagai pewarta
2. Langkah I:
Pendamping membagikan lembaran perenungan kepada peserta
Pendamping memberikan pengantar singkat berkaitan dengan bahan
perenungan yang sudah ada pada peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
3. Langkah II:
Berdasarkan bahan perenugan yang sudah dibagikan peserta masing-
masing membaca, merenungkan dan merefleksikan pengalaman
berdasarkan pertanyaan yang sudah disiapkan
4. Langkah III:
Setelah merenungkan dan merefleksikan pengalaman tersebut peserta
diminta berkumpul dalam kelompok kecil untuk mensharingkan hasil
refleksinya tersebut
Salah satu perserta dalam masing-masing kelompok mencatat buah-buah
hasil refleksi
5. Langkah IV:
Setelah dirasa cukup pendamping meminta setiap kelompok menyiapkan
satu peserta untuk perwakilan kelompok membacakan hasil sharing
dalam kelompok besar
Pendamping mempersilahkan kepada perwakilan dari setiap kelompok
untuk membacakan buah-buah yang didapatkan dalam sharing untuk
saling memperkaya satu sama lain
Pendamping merangkum dari keseluruhan hasil sharing dan memberikan
peneguhan
12.00-13.00 : Makan siang
Pendamping dan peserta menikmati makan siang bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Salah satu dari peserta memimpin doa makan
13.00-15.30 : Istirahat siang
Peserta diberi waktu istirahat siang dalam suasana hening
15.30-16.00 : Snack
Pendamping dan peserta menikmati snack bersama-sama
Salah satu peserta memimpin doa snack
16.00-18.00 : Sesi V : Inspirasi Rasul Paulus berdasarkan 2
Korintus 9:6-15
1. Tujuan:
Membantu peserta menggali dan menemukan inspirasi yang dapat
diperoleh dari Rasul Paulus berdasarkan 2 Korintus 9:6-15 sebagai
teladan dalam pelayanan katekis
2. Langkah I:
Pendamping memberikan lembaran materi kepada peserta untuk peserta
membaca secara pribadi
3. Langkah II:
Pendamping meminta beberapa dari peserta untuk membagikan hasil dari
membaca tersebut
Peserta yang lain mendengarkan dan mencatat buah-buah yang berharga
4. Langkah III:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Pendamping merangkum dari hasil sharing secara keseluruhan dan
memberikan peneguhan berkaitan dengan materi yang bersangkutan
18.00-19.00 : Refleksi pribadi
Pendamping memberikan beberapa pertanyaan sebagai bahan refleksi
Peserta secara pribadi merefleksikan sesuai dengan pertanyaan yang
sudah pendamping berikan
19.00-20.00 : Makan malam
Pendamping dan peserta menikmati makan malam bersama
Salah satu dari peserta memimpin doa makan
20.00-21.00 : Sharing
Pendamping meminta peserta berkumpul dalam kelompok kecil untuk
mensharingkan hasil refleksinya
Masing-masing kelompok mencatat buah-buah penting yang ditemukan
dalam sharing
Setelah dirasa cukup pendamping meminta peserta memplenokan
dalam kelompok besar
Pendamping merangkum hasil sharing secara keseluruhan dan
memberikan peneguhan
21.00-22.00 : Ibadat malam
Pendamping dan semua peserta mengikuti ibadat malam sesuai dengan
apa yang sudah disiapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
22.00 : Istirahat malam
Pendamping dan peserta istirahat malam tetap menciptakan suasana
hening
Hari Ketiga (27 Januari 2019)
06.00-07.00 : Meditasi alam dan doa pagi
Pendamping dan peserta melakukan meditasi alam dan doa pagi sesuai
dengan apa yang sudah dipersiapkan
07.00-08.00 : Makan pagi
Pendamping dan peserta bersama-sama menikmati makan pagi
Salah satu dari peserta memimpin doa makan
08.00-09.30 : Sesi VI : Sosok dan spiritualitas katekis
1. Tujuan:
Membantu katekis semakin menyadari dan memahami siapa diri mereka,
apa tugas dan tanggung jawab mereka, sehingga semakin meningkatnya
semangat pelayanan katekis di zaman sekarang
2. Langkah I:
Pendamping meminta peserta berkumpul dalam kelompok kecil untuk
berdiskusi dan berrefleksi secara bersama sambil membagikan
lembaran diskusi kepada peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Pendamping meminta peserta dalam setiap kelompok mendiskusikan
dan merefleksikan sesuai dengan pertanyaan yang sudah dibagikan
3. Langkah II:
Pendamping meminta salah satu perwakilan dari peserta untuk
membagikan hasil diskusi dalam kelompok besar dan peserta yang lain
diminta untuk menanggapi
Setiap kelompok secara bergantian membagikan hasil diskusi dan
refleksi bersama tersebut dalam kelompok besar
4. Langkah III:
Pendamping merangkum keseluruhan sharing peserta dan memberikan
peneguhan dari hasil sharing dan juga materi yang bersangkutan
09.30-10.00 : Snack
Pendamping dan peserta menikmati snack bersama
Salah satu memimpin doa snack
10.00-11.00 : Evaluasi dan refleksi bersama
Pendamping memberikan pengantar singkat untuk evaluasi dan refleksi
bersama tentang keseluruhan kegiatan retret selama 3 hari berlangsung
Pendamping meminta peserta untuk terbuka hati memberikan hal-hal
yang menarik dan kurang menarik selama proses retret berlangsung
Pendamping meminta peserta untuk memberikan masukan dan saran
untuk perbaikan retret yang akan datang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
11.00-11.15 : Persiapan misa penutupan retret
Pendamping dan peserta mempersiapkan misa penutup
Pendamping memilih dari peserta yang bertugas dalam perayaan
Ekaristi
Pendamping memastikan semua peserta siap mengikuti perayaan
Ekaristi
11.15-13.00 : Misa penutup
Pendamping dan peserta bersama-sama mengikuti Misa penutupan
retret
13.00-13.30 : Makan siang
Pendamping dan peserta bersama-sama menikmati makan siang yang
sudah disediakan
Salah satu peserta memimpin doa makan
13.30-14.00 : Sayonara
Perwakilan dari salah satu dari peserta memberikan sepatah dua patah
kata ungkapan terima kasih kepada pendamping
Pendamping juga memberikan ucapan terima ksih kepada semua
peserta karena semua dapat mengikuti retret dengan baik sehingga
semua dapat berjalan dengan lancar
Peserta dan pendamping bersiap-siap untuk pulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
BAB V
PENUTUP
Bab-bab dalam skripsi ini telah memaparkan tantangan pelayanan katekis,
siapa katekis, dan karya pewartaan Rasul Paulus. Inspirasi-insirasi tentang
pengorbanan diri yang diambil dalam 2 Korintus 9:6-15 yang meliputi memberi
dengan rela, melayani dengan tulus, hidup dalam doa, berani berkorban dan
bersyukur dalam segala hal sudah penulis paparkan dengan sederhana, agar lebih
mudah dimengerti dan dipahami oleh katekis. Maka pada bab V ini penulis
menarik kesimpulan atas pembahasan dalam bab-bab sebelumnya. Bagian ini juga
memaparkan beberapa saran yang dapat membantu katekis dalam meningkatkan
semangat dalam melaksanakan tugas dan pelayanan sebagai pewarta di zaman
sekarang.
A. Kesimpulan
Perubahan zaman yang terus-menerus memunculkan pelbagai tantangan
zaman yang semakin kompleks. Katekis zaman sekarang menghadapi banyak
tantangan dalam pelayanan mereka. Tantangan-tantangan tersebut dapat
mempengaruhi karya pewartaan katekis di mana umat yang mereka layani
merupakan umat yang hidup di zaman ini. Katekis memiliki peran dan tanggung
jawab yang sangat besar dalam sebuah kemajuan Gereja. Secara khusus Gereja
Indonesia tidak mungkin hidup dan berkembang tanpa kehadiran dan peran para
katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Katekis adalah seorang yang telah diutus oleh Gereja untuk membantu
menyebarkan kasih Allah kepada semua orang. Katekis juga dapat diartikan
sebagai kaum awam yang mendapatkan pendidikan khusus dan menonjol dalam
menjalankan tugas misioner Gereja. Katekis disebut juga sebagai pelayan, saksi,
penginjil, dan tulang punggung komunitas Kristiani terutama bagi Gereja yang
masih muda. Tugas katekis pertama-tama adalah memperkenalkan Kristus kepada
semua orang sehingga semakin dicintai dan diikuti oleh mereka yang belum
mengenal-Nya dan oleh kaum beriman itu sendiri. Dalam melaksanakan tugas dan
pelayanan, katekis banyak dihadapkan dengan berbagai tantangan zaman.
Tantangan-tantangan tersebut dalam Evangelii Gaudium meliputi: konsumerisme,
globalisasi ketikpedulian, klerikalisme dan relativime. Selain itu dalam
Direktorium Formatio Iman juga disebutkan beberapa tantangan arus zaman
yakni: sekularisasi dan sekularisme, pendangkalan hidup dan budaya instan, krisis
iman dan moral: ateisme dan relativisme dan merebaknya kemiskinan. Dalam
menghadapi tantangan zaman tersebut katekis diharapkan dapat menyikapi
berbagai tantangan zaman tersebut secara kritis dan bijaksana.
Rasul Paulus merupakan tokoh yang dapat menjadi panutan katekis dalam
melaksanakan tugas pewartaan dan pelayanan di zaman sekarang. Rasul Paulus
dapat menjadi cotoh pewarta atau pelayan yang setia. Keseluruhan hidup dan
karyanya diserahkan hanya untuk melayani Kristus. Paulus dalam suratnya yang
pertama kepada jemaat Korintus mengatakan bahwa “Celakalah aku, jika aku
tidak memberitakan Injil” (1 Kor 9:16). Hal tersebut menunjukkan bahwa
memberitakan Injil merupakan suatu keharusan bagi Paulus. Dalam suratnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
kepada jemaat Filipi Rasul Paulus juga berkata “Karena bagiku hidup adalah
Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp 1:21). Hal ini mau menunjukkan bahwa
hidup Rasul Paulus sepenuhnya hanya untuk pewartaan. Baginya hidup adalah
Kristus berarti sepenuhnya hidup Rasul Paulus diserahkan untuk karya dan
pewartaannya dan bukti cintanya kepada Allah.
Paulus merupakan seorang Yahudi termasuk golongan Farisi. Ia
memelihara hukum nenek moyong dan taat pada hukum Taurat, bahkan dalam
memelihara hukum Taurat ia tidak bercacat. Ayah Paulus berasal dari suku
Benyamin. Dari ayahnya ia mewarisi kewarganegaraan Romawi dan dididik
dalam budaya Yunani. Paulus pertama kali muncul sebagai orang Yahudi fanatik
yang mengejar-ngejar jemaat Kristen. Pada saat Paulus begitu semangat ingin
memusnahkan jemaat Kristen disitulah ia tertangkap oleh Kristus. Pada perjalanan
menuju Damsyik ada cahaya menyinarinya. Paulus rebah ke tanah kemudian ia
mendengar ada satu suara. Berkat kejadian di Damsyik itulah Paulus menjadi
pelayan Kristus yang tak kenal lelah.
Paulus melakukan perjalanan sebanyak tiga kali dalam pelayanannya.
Dalam mewartakan Kristus banyak pengorbanan yang dilakukan oleh Paulus.
Tidak jarang Paulus dan rekannya ditolak bahkan diusir oleh karena nama Kristus.
Aniaya dan penjara merupakan hal yang seringkali Paulus dan rekannya lalui.
Paulus meski mengalami berbagai macam tantangan dan kesulitan dalam karya
dan pewartaannya pada saat itu, tidak membuat dia goyah dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pewarta Kristus. Rintangan dan hambatan tersebut tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
membuat Paulus menyerah. Semangatnya tak pernah padam dalam mewartakan
Kristus.
Inspirasi yang dapat dipelajari oleh katekis dari Rasul Paulus terutama
dalam 2 Korintus 9:6-15 adalah memberi dengan rela, melayani dengan tulus,
hidup dalam doa, berani berkorban, dan bersyukur dalam segala hal. Sebagai
pewarta kelima inspirasi tersebut merupakan hal yang perlu katekis dalami.
Karena tanpa memberikan diri dengan rela katekis tidak bisa melayani dengan
tulus, tanpa doa katekis tidak bisa berjalan sendiri, tanpa berkorban pelayanan
katekis tidak memiliki makna, dan tanpa bersyukur dalam segala hal tugas
pewartaan yang dilakukan oleh katekis terasa berat dan melelahkan. Oleh karena
itu, kelima inspirasi tersebut diharapkan dapat memberi manfaat bagi katekis
dalam meningkatkan semangat pelayanan katekis di zaman sekarang.
B. Saran
Karya tulis ini tentu bukan merupakan hasil yang sudah sempurna, masih
memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan. Akan tetapi
meskipun begitu berikut penulis menyampaikan beberapa saran yang kiranya
dapat berguna bagi pelayanan katekis. Saran tersebut disampaikan kepada:
1. Para katekis terutama bagi katekis yang sedang berkarya dapat menggali
inspirasi dari Rasul Paulus antara lain memberi dengan rela, melayani dengan
tulus, hidup dalam doa, berani berkorban dan bersyukur dalam segala hal.
Akan tetapi tidak terbatas pada pemaparan penulis saja masih banyak inspirasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
yang dapat digali dari sumber-sumber yang lain sesuai dengan yang
dibutuhkan.
2. Untuk meningkatkan semangat pelayanan katekis, paroki-paroki perlu
mengadakan program retret atau rekoleksi khusus bagi katekis, yang dapat
memberi motivasi dan inspirasi bagi katekis dalam melaksanakan tugas
pelayanan mereka. Retret dan rekoleksi perlu diadakan agar dalam
melaksanakan tugas pelayanan para katekis selalu sadar akan tugas dan
tanggung jawab mereka sebagai pewarta sehingga selalu semangat dalam
melayani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
DAFTAR PUSTAKA
Bea, Agustinus. (1975). Paulus yang Tertangkap Oleh Kristus. Flores: Nusa
Indah.
Bright, Laurence. (1971). Paul II. London: Beccles and Colchester.
Brill, J. Wesley. (t.thn). Tafsiran Surat Korintus Kedua. Bandung: Kalam
Hidup.
Darminta, J. (1997). Doa dan Pengolahan Hidup. Yogyakarta: Kanisius.
Dewan Karya Pastoral KAS. (2014). Direktorium Formatio Iman, Menjadi
Katolik Cerdas Tangguh dan Misioner Sejak Dini Sampai Mati.
Semarang: Keuskupan Agung Semarang.
Eko Riyadi, St. (2012). Hidup dalam Kristus. Yogyakarta: Kanisius.
____________. (2017). Surat-surat Proto Paulino. Yogyakarta.
Fransiskus. (2015). Evangelii Gaudium, Seri Dokumen Gerejawi No. 94
(F.X. Adisusanto & Bernadeta Harini Tri Pasasti, Penerjemah). Jakarta:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan Waligereja Indonesia.
(Dokumen asli diterbitkan tahun 2013).
Hari Kustanto, Antonius. (2008). Paulus dari Tarsus: 21 tanya jawab.
Yogyakarta: Kanisius.
Haryanto Soedjatmiko. (2008). Saya Berbelanja, Maka Saya Ada.
Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.
Heru Prakosa, J. B. (2015). “Tantangan Zaman dan Ancaman Klerikalisme”
Rohani, Tahun ke-62, Agustus. h.33
Heuken, A. (2002). Spiritualitas Kristiani-Pemekaran Hidup Rohani Selama
Dua Puluh Abad. Jakarta: Cipta Loka Caraka.
http://daiwithin16.blogspot.com/2015/10/klerikalisme.html, diunggah pada
21 Juni 2018
http://pengertian.website/pengertian-globalisasi-pengaruh-dan-dampaknya/
diunggah pada 21 Juni 2018
Jakobs, Tom. (1983). Paulus: Hidup, Karya, dan Teologinya. Yogyakarta:
Kanisius.
____________. (1985). Paulus Rasul. Yogyakarta: Kanisius.
Kitab Hukum Kanonik. (2016). Edisi Resmi Bahasa Indonesia (Revisi II).
Bogor: Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1983).
Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-bangsa. CEP. (2001). Pedoman untuk
Katekis (Komisi Kateketik KWI, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Lalu, Yosep. (2009). “Kepribadian dan Spiritualitas Katekis dalam Tantangan
Zaman” dalam Predicamus, Vol VIII, Edisi Januari-Maret. h.l2
Lembaga Alkitab Indonesia. (2012). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: LAI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lembaga Biblika Indonesia. (1991). Tafsir Perjanjian Baru 7 Surat-surat
Paulus 2. Yogyakarta: Kanisius.
Lembaga Pendidikan Kader. (1971). Memberi Berarti Melimpahkan.
Yogyakarta. Kanisius.
Nur Widipranoto, Markus, Fransiscus Xaverius Sugiyana, dan Thomas
Aquino Purwono. (2018). Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung
Semarang. Yogyakarta: Kanisius.
Prasetya, L. (2007). Menjadi Katekis, Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius.
Purwa Hadirwardoyo, Al. (2008). Warisan Paulus bagi Umat. Yogyakarta:
Kanisius.
Sarjumunarsa, Th. (1982). “Spiritualitas Katekis” Rohani, Tahun XXIX,
Februari. h.33.
Seto Marsunu, Y. M. (2008). Paulus Sukacita Rasul Kristus. Yogyakarta:
Kanisius
____________. (2016). Pengantar Surat-surat Paulus. Yogyakarta: Kanisius
Shomai, Mohammad A. (2005). Relativisme Etika, Analisis Prinsip-prinsip
Moralitas. Jakarta: Serambi.
Suhardo, E. (1972). Sukses Katekis dalam Kepemimpinan. Yogyakrat: Bagian
Publikasi Puskat.
Suharyo, Ignatius. (2003). Menjadi Manusia Dewasa. Yogyakarta: Kanisius.
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae, Seri Dokumen Gerejawi No
28, Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan
Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1979).
____________. (2015). Redemptoris Missio, Seri Dokumen Gerejawi No 14,
Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan
Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI