menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di asean · pertumbuhan asean dalam perbandingan...

27
Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah December 2015 JustJobs Network, Perkumpulan Prakarsa dan Akatiga Pusat Analisis Sosial Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN

Upload: ngotram

Post on 08-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah

December 2015

JustJobs Network, Perkumpulan Prakarsa dan Akatiga Pusat Analisis Sosial

Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN

Page 2: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah

December 2015

JustJobs Network, Perkumpulan Prakarsa dan Akatiga Pusat Analisis Sosial

Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN

Page 3: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

Diterbitkan oleh JustJobs Network Inc pada Desember 2015

For more information visit www.justjobsnetwork.org or write to us at [email protected]

JustJobs Network merupakan organisasi nonpartisan swasta yang mencari solusi berbasis bukti untuk salah satu tantangan yang paling mendesak saat ini: bagaimana menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dan pekerjaan yang lebih baik di seluruh dunia. Kami menghasilkan penelitian empiris dalam penciptaan lapangan kerja berkualitas, focus pada kesenjangan pengetahuan kritis dalam lanskap kerja secara global. JustJobs Network mengumpulkan jejaring dengan berbagai stakeholder dunia, termasuk pembuat kebijakan, akademisi, dan pemimpin di akar rumput, untuk memperdalam implikasi praktis dari penelitian mereka dan memperkuat dampaknya. Melalui berbagai kombinasi penelitian mutakhir dan saling berbagi pengetahuan secara global, kami memiliki tujuan untuk memimpin jejaring yang segar, dinamis, dalam dialog kebijakan tentang kesempatan kerja secara nasional, regional, dan internasional. Anggota tim JustJobs Network berlokasi di New Delhi dan Washington DC.

Foto sampul: ‘Wanita pekerja rumahan dan keluarganya, Asahan, Sumatera Utara, Indonesia’. Oleh International Labour Organization di Asia dan Pasifik. © ILO/Ferry Latief 2012.

Laporan ini disusun oleh JustJobs Network dan mitranya yang berbasis di Indonesia, Perkumpulan Prakarsa dan AKATIGA-pusat analisis sosial. Secara khusus, Gregory Randolph dari JustJobs Network, Setyo Budiantoro dan Victoria Fanggidae dari Prakarsa dan Indrasari Tjandraningsih dan Viesda Pithaloka dari AKATIGA memberikan wawasan berharga dan dukungan hasil penelitian.

Page 4: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

dAftAr iSi

1

5

8

10

12

14

17

18

Pendahuluan

Rekomendasi 1: Menurunkan suku bunga pinjaman di sektor manufaktur untuk menaikkan daya saing regional dan meningkatkan pertumbuhan usaha padat karya

Rekomendasi 2: Meningkatkan dan memperbaiki keterampilan tenaga kerja indonesia dengan peluang pertumbuhan ASEAN

Rekomendasi 3: Memfokuskan kebijakan kewirausahaan pada peningkatan nilai tambah dalam industri pengolahan hasil tani

Rekomendasi 4: Mendorong uMKM untuk berpartisipasi dalam rantai nilai regional

Rekomendasi 5: Memastikan portabilitas manfaat bagi pekerja migran yang tinggal di luar negeri, termasuk yang terlibat di sektor informal

Kesimpulan

Daftar Rujukan

Page 5: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

Negara Anggota ASEAN

ASEAN didirikan pada tahun 1967 dan terdiri dari sepuluh Negara di Asia dengan berbagai tahapan pembangunan.

MyANMAr

cAMbodiA

lAoS

PhiliPPiNES

bruNEi dAruSSAlAMMAlAySiA

SiNgAPorE

iNdoNESiA

thAilANd

viEtNAM

Page 6: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 1

Akhir 2015 menandai integrasi salah satu dari

pasar yang paling dinamis di dunia – Association

of Southeast Nations (ASEAN). Di saat sebagian

besar negara lain terguncang akibat Depresi Besar

pada 2009 hingga 2013, blok regional ini berhasil

mencatat angka pertumbuhan Produk Domestik

Bruto (PDB) yang membanggakan – rata-rata 5.1

persen per tahun.1

Di ASEAN, Investasi Langsung

Luar Negeri tumbuh hingga

18 persen di dua tahun

terakhir, mencapai US$ 136

miliar pada 2014.2 Karena itu

para pembuat kebijakan dan

investor dari seluruh dunia

melihat ASEAN sebagai pasar

yang terus berkembang

dan memiliki kekuatan

untuk mengangkat perekonomian global serta

meningkatkan jumlah kelas menengah global.

Namun jika ASEAN ingin merealisasikan ambisi

tersebut, para pemimpin Negara di ASEAN harus

memiliki cita-cita untuk tidak hanya mencapai

pertumbuhan PDB yang lebih tinggi, namun

juga menciptakan dan meningkatkan lapangan

pekerjaan yang lebih baik bagi kaum muda. Hal

ini terutama berlaku di Indonesia – Negara yang

mewakili 40 persen keluaran ekonomi ASEAN dan

juga 40 persen dari populasi penduduknya.3,4

Di saat indikator makro

ekonomi Indonesia tetap stabil

dan bertahan selama dekade

terakhir, tren di pasar tenaga

kerja masih bervariasi. Di

satu sisi, Indonesia membuat

kemajuan yang besar dengan

menggeser pekerja sektor

informal ke ekonomi formal –

dengan hanya 52 persen tenaga

kerja Indonesia yang bekerja

di sektor formal pada 2015,

dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai

66 persen.5 Upah bagi tenaga kerja formal juga

telah meningkat secara signifikan – dengan rata-

rata kenaikan upah minimum mencapai 61.8

persen secara riil pada 2007 hingga 2013.

Pendahuluan

Para pembuat kebijakan dan investor dari seluruh dunia melihat ASEAN sebagai pasar yang terus berkembang dan memiliki kekuatan untuk mengangkat perekonomian global.

i Estimates of climate migration (by 2050) range from 25 million to 1 billion migrants. The 200 million figure is accepted widely and has been cited by publications such as the IPCC report.

Page 7: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

2 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.

Namun di sisi lain, upah untuk tenaga kerja yang

bekerja di sektor usaha kecili informal hampir

tidak mengalami kenaikan – tercatat hanya

meningkat 9.5 persen secara riil dalam kurun

waktu 2007 dan 2013.6

Dengan kata lain, kisah pertumbuhan ekonomi

Indonesia tampaknya lebih menguntungkan bagi

mereka yang memiliki akses terhadap pekerjaan

formal. Mayoritas tenaga kerja tidak merasakan

kenaikan yang berarti dalam tingkat daya beli

mereka.

Selain itu, penurunan dalam sektor manufaktur

di Indonesia mengancam laju kenaikan jumlah

tenaga kerja yang masuk ke sektor ekonomi

formal. Pada 2013, hanya 38 persen dari ekspor

Indonesia yang merupakan barang manufaktur,

dibandingkan 45 persen pada 2006 dan 56 persen

di 2001. Di Thailand dan Filipina – rekan Indonesia

Tabel 1

Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional

Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook, McKinsey Global Institute analysis

i Pemerintah Indonesia mendefinisikan “industri kecil” sebagai usaha yang memiliki 5 sampai 19 karyawan.

GDP 2013, current prices ($ trillion) Real GDP Growth, 2000-13

United States 16.8 China 10.0

China 9.3 India 7.0

Japan 4.9 ASEAN 5.1

Germany 3.6 Russia 4.4

France 2.7 Brazil 3.2

United Kingdom 2.5 Canada 1.9

ASEAN 2.4 United States 1.8

Brazil 2.2 United Kingdom 1.5

Russia 2.1 Germany 1.1

Italy 2.1 France 1.0

India 1.9 Japan 0.8

Canada 1.8 Italy 0.0

Page 8: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 3

di ASEAN – angkanya jauh lebih tinggi, masing-

masing 76 dan 79 persen.7 Kecenderungan saat

ini mengkhawatirkan karena sektor manufaktur

secara historis menciptakan landasan yang stabil

bagi pekerjaan formal di pasar tenaga kerja

Indonesia.

Hal mendesak yang paling

membutuhkan perhatian

di Indonesia adalah

pengangguran kaum

muda, yang mendekati

22 persen pada 2013.8

Diantara Negara ASEAN

lainnya, Indonesia merupakan yang terburuk

dalam penyediaan pekerjaan produktif bagi kaum

muda. Dibandingkan dengan Negara-negara

emerging secara global, hanya Afrika Selatan

yang memiliki tingkat pengangguran muda lebih

tinggi dari Indonesia. Mengingat bahwa lebih dari

43 juta dari 111.6 juta penduduk ASEAN usia 15

hingga 24 yang tinggal di Indonesia, terbatasnya

pekerjaan bagi orang muda mengancam prospek

pertumbuhan ekonomi bagi seluruh wilayah.9

Jadi, bagaimana

perdagangan regional

dan ASEAN dapat sesuai

dengan masa depan

ketenagakerjaan di

Indonesia?

Integrasi ekonomi

memperlihatkan tantangan dan kesempatan bagi

Indonesia untuk mempertahankan kemajuan

yang sudah dicapai bersamaan dengan upaya

mengatasi banyak hambatan yang dihadapi

dalam pencapaian tujuan kemakmuran bersama.

Kisah pertumbuhan ekonomi Indonesia tampaknya lebih menguntungkan bagi mereka yang memiliki akses terhadap pekerjaan formal.

Gambar 1

Kontribusi sektor manufaktur dalam total ekspor (2013)

Sumber: World Bank. 2015. World Development Indicators.

37+63+L38% 77+23+L78% 74+26+L75%

iNdoNESiA PhiliPPiNES thAilANd

Page 9: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

4 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.

Sisi positifnya, perkembangan kelas menengah

yang pesat di wilayah dapat menciptakan pasar

baru bagi produk dan jasa Indonesia. Sebagai

contoh, pada Tahun 2020, kelas “menengah

dan makmur” dari

Vietnam diproyeksikan

tumbuh hingga dua

pertiga dari ukuran

kelas menengah dan

makmur di Thailand.10

Pertumbuhan ini

akan mengakibatkan

peningkatan konsumsi dan perdagangan

regional, menguntungkan sektor pencipta

lapangan pekerjaan di Indonesia, seperti misalkan

industri logistik.

Pada saat yang sama, peningkatan integrasi akan

mengarah pada persaingan yang lebih kuat di

wilayah tersebut. Indonesia harus memastikan

bahwa industri dan tenaga kerja – termasuk tenaga

kerja yang bermigrasi – menuai keuntungan dari

pertumbuhan ekonomi regional. Dalam konteks

persaingan regional, Indonesia tidak mungkin

mempertahankan kemajuan yang mengesankan

dalam formalisasi

tenaga kerja, kecuali

Indonesia mengikis

kompetisi di sektor

manufaktur – termasuk

industri penting seperti

pengolahan makanan

– dimana Negara lain di

ASEAN merupakan pemain yang kuat.

Laporan ini mempresentasikan lima langkah

yang harus segera dilakukan oleh Pemerintah

Indonesia untuk memanfaatkan integrasi ASEAN

dalam upaya penciptaan lebih banyak lapangan

pekerjaan yang bermutu bagi rakyatnya.

Diantara Negara ASEAN lainnya, Indonesia merupakan yang terburuk dalam penyediaan pekerjaan produktif bagi kaum muda.

Page 10: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 5

rekomendasi 1: Menurunkan suku bunga pinjaman di sektor manufaktur untuk menaikkan daya saing regional dan meningkatkan pertumbuhan usaha padat karya

Indonesia bisa menikmati keuntungan integrasi

ASEAN secara menyeluruh jika melakukan

perubahan yang memungkinkan sektor

manufaktur dapat tumbuh lebih kompetitif. Dua

tantangan utama yang dihadapi oleh sektor ini

adalah (i) keterbatasan akses ke pinjaman dan

(ii) tingginya suku bunga pinjaman. Dengan

potensi penyerapan tenaga kerja besar yang

belum terealisasikan dari sektor manufaktur,

dan fakta bahwa tingkat pengangguran terbuka

untuk lulusan sekolah menengah kejuruan yang

tinggi – mencapai 18 persen pada tahun 201411

– Indonesia harus menjadikan sektor manufaktur

sebagai prioritas sebagai strategi untuk

mengelola dan memanfaatkan integrasi ASEAN.

Saat ini, perbankan di Indonesia lebih memilih

membiayai sektor jasa dan perdagangan

dibandingkan sektor manufaktur. Walaupun

sektor manufaktur saat ini mengejar

ketertinggalan, menurut Bank Indonesia,12 bagian

terbesar dari keseluruhan total kredit perbankan

masih dipegang oleh sektor perdagangan, hotel,

dan restoran – sebesar 30 persen – diikuti oleh

sektor manufaktur (25 persen).

Pertumbuhan sektor manufaktur masih tertinggal

dari sektor jasa. Kontribusi dari sektor manufaktur

dalam PDB dan ekspor menurun. Pada 2004,

7.5% 4.9% 3.5%

iNdoNESiA SiNgAPorE MAlAySiA

Gambar 2

Referensi suku bunga bank sentral

Sumber: Neraca Info Bank. May 7, 2015. Bunga Kredit Perbankan Dinilai Tidak Kompetitif.

Page 11: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

6 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.

kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB

mencapai 28 persen, namun pada 2013 menurun

hingga 24 persen. Sementara itu, produk

manufaktur menyumbang 57.1 persen dari total

ekspor pada tahun 2000 dan menurun hingga

37.5 persen pada 2010.13

Mengacu pada Kamar Dagang dan Industri

Indonesia (KADIN), suku bunga yang tinggi

merupakan penyebab rendahnya performa di

sektor manufaktur. Referensi Suku Bunga Bank

Indonesia adalah 7.5 persen, sementara suku

bunga di Malaysia 3.5 persen; Suku bunga di

Singapura 4.9 persen; dan suku bunga di Thailand

1.8 persen. Disaat Net Interest Margin di Indonesia

merupakan yang tertinggi, suku bunga pinjaman

yang efektif untuk bank-bank di Indonesia

berkisar di antara 12 persen.14 Bank di Indonesia

mungkin berkembang, tetapi suku bunga yang

dikeluarkan membatasi daya saing bagi sektor

25%

20%

15%

10%

5%

0%cambodia indonesia lao Pdr Malaysia Philippines Singapore thailand vietnam ASEAN

Grafik 1

Tingkat pengangguran, total dan pemuda, tahun-tahun terakhir (persen)

Sumber: International Labour Organization(ILO) and Asian Development Bank(ADB). 2014. ASEAN community 2015: Managing integration for better jobs and shared prosperity Bangkok. Thailand: ILO and ADB.

Page 12: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 7

ekonomi lain di dalam negeri, khususnya sektor

manufaktur.

Tren ini menjadi salah satu kekhawatiran bagi

sisi ketenagakerjaan karena sektor manufaktur

yang padat karya

sangat penting bagi

penciptaan lapangan

pekerjaan di sektor

formal. Di saat tingkat

pengangguran secara

keseluruhan hanya

6.3 persen, tingkat

pengangguran muda

mendekati 22 persen –

sebuah indikasi memburuknya prospek kerja di

sektor ekonomi formal.15 Sektor manufaktur dapat

menciptakan lapangan kerja yang dibutuhkan

bagi kaum muda Indonesia, tetapi penurunannya

justru akan semakin cepat jika tidak bisa bersaing

dengan Negara ASEAN lainnya.

Dua solusi potensial dapat menghilangkan

hambatan bagi perusahaan manufaktur dan

membantu mereka mengakses kredit, tumbuh,

dan menciptakan lapangan pekerjaan.

Pertama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat

mengerangkai kebijakan yang serupa dengan

kebijakan untuk meningkatkan akses kredit bagi

usaha mikro, kecil, dan menengah. Peraturan

ini mengarahkan bank yang beroperasi di

Indonesia untuk

mengalokasikan bagian

tertentu dari porto folio

pinjaman mereka bagi

usaha kecil. Kebijakan

yang serupa bagi

perusahaan manufaktur

dapat membantu

meningkatkan akses

mereka terhadap kredit.

Kedua, pemerintah perlu membuat institusi

keuangan yang bertujuan untuk memfasilitasi

akses kredit bagi sektor manufaktur dengan

mengurangi tingkat suku bunga. Rekomendasi

untuk mengatur bentuk institusi keuangan

seperti ini tertuang dalam Undang-Undang No. 3

Tahun 2014 tentang industri16 dan dapat menjadi

terobosan untuk pembiayaan pembangunan

industri.

Di saat tingkat pengangguran secara keseluruhan hanya 6.3 persen, tingkat pengangguran muda mendekati 22 persen – sebuah indikasi memburuknya prospek kerja di sektor ekonomi formal.

Page 13: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

8 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.

rekomendasi 2: Meningkatkan dan memperbaiki keterampilan tenaga kerja indonesia dengan peluang pertumbuhan ASEAN

Penguatan integrasi antar negara-negara ASEAN

tidak terelakkan akan menstimulasi pembentukan

struktur baru di pasar tenaga kerja, proses yang

sudah dimulai di kawasan. Pada saat proyeksi

dari International Labour Organization dan

Asian Development Bank menunjukkan bahwa

– di setiap Negara anggota – semakin banyak

pekerjaan yang tercipta dibandingkan yang

hilang pada saat integrasi ASEAN, pemerintah

harus turut pula memperhitungkan peningkatan

gelombang pasar tenaga kerja sebagai hasil dari

kompetisi yang lebih ketat dan bebasnya arus

barang dan jasa.

Kesempatan dan

tantangan sangat

jelas. Indonesia harus

memanfaatkan Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA)

untuk meningkatkan

keterampilan angkatan

kerjanya sehingga bisa

masuk ke sektor formal

yang memberikan upah

yang lebih baik dan

bermanfaat bagi perputaran ekonomi.

Tapi jika kecenderungan saat ini terus berlanjut,

lebih dari 60 persen tenaga kerja Indonesia

dengan pekerjaan berkeahlian tinggi akan

menjadi dibawah-kualifikasi pada 2025.17 Hal

ini akan membuat daya saing Indonesia berada

dalam posisi rawan, dengan sektor-sektor

krusial dihadapkan pada ancaman kehilangan

pangsa pasar dibandingkan Negara-negara yang

memiliki angkatan kerja yang lebih terlatih.

Program-program peningkatan keterampilan

yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan

pasar amat dibutuhkan dengan tujuan untuk

mengelola peningkatan gelombang pasar

tenaga kerja dan meningkatkan juga kesempatan

yang akan muncul seiring dengan integrasi

ASEAN. Ketika ekonomi

Indonesia bergerak

ke arah sektor-sektor

dengan pertumbuhan

tinggi, tenaga kerja

yang lebih tua harus

dilatih dan ditingkatkan

keterampilannya untuk

membantu mereka

melakukan lompatan

dari pekerjaan saat ini ke

pekerjaan lain dengan kualitas sama atau bahkan

yang lebih baik lagi. Di sisi lain, tenaga kerja muda

harus dilatih dengan keahlian yang terintegrasi

dengan kebutuhan perekonomian Indonesia di

abad ke-21.

Jika kecenderungan saat ini terus berlanjut, lebih dari 60 persen tenaga kerja Indonesia dengan pekerjaan berkeahlian tinggi akan menjadi dibawah-kualifikasi pada 2025.

Page 14: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 9

Permintaan untuk tenaga kerja terampil –

sekaligus potensi kelangkaannya – akan semakin

besar di Indonesia dibandingkan dengan Negara

lain di ASEAN. Di Indonesia sendiri, hampir 7

juta pekerjaan dengan keahlian khusus tercipta

diantara tahun 2010 dan 2025. Lebih besar lagi

adalah kenaikan permintaan untuk tenaga kerja

berkeahlian sedang, dengan hampir 21 juta

pekerjaan berkeahlian sedang tercipta pada

periode waktu yang sama.18 Berbeda dengan

Filipina, Thailand, dan Vietnam, Indonesia

akan benar-benar menyaksikan pengurangan

permintaan untuk tenaga

kerja berkeahlian rendah.19

Integrasi ASEAN akan

memberikan dampak

netral atau bahkan positif

pada sebagian besar sektor

dalam perekonomian

Indonesia. Namun,

beberapa industri diproyeksikan tumbuh lebih

lambat atau bahkan menyusut sebagai akibat dari

kesepakatan regional tentang lapangan pekerjaan

ini. Menempatkan keahlian yang potensial selaras

antar sektor yang diproyeksikan melemah dan

sektor yang diproyeksikan menyerap tenaga kerja

akan membantu pemerintah untuk membentuk

strategi peningkatan keterampilan yang efektif.

Semisal, pada sektor biji-bijian selain padi – salah

satu bagian dari pertanian sudah diarahkan

untuk menyerap tenaga kerja dalam dekade

mendatang- akan menyusut sedikit lebih banyak

dibandingkan tanpa adanya kesepakatan

regional. Sementara itu, dengan semakin

meningkatnya kelas menengah di seluruh

wilayah, permintaan untuk daging dan produk

holtikultura akan meningkat pesat (Penduduk

perkotaan di Indonesia saat ini mengkonsumsi

banyak buah dan sayuran sama besar dengan

nasi).20,21 Pemerintah harus focus pada

peningkatan keahlian tenaga kerja pertanian –

khususnya pada subsektor kedelai, gandum, dan

biji-bijian lainnya – sehingga mereka dilengkapi

keahlian untuk memelihara

ternak dan memproduksi

buah dan sayur yang saat

ini diimpor oleh Indonesia.

Industri logistik dan

transportasi akan menjadi

sektor yang paling pesat

pertumbuhannya dalam

kurun waktu dekade terakhir. Perusahaan logistik

global DHL mengumumkan bahwa pada awal

2013, perusahaan akan menambah 70 persen

jumlah pegawai di Indonesia. Lebih banyak

Investasi Langsung Luar Negeri yang mengalir

di sektor transportasi dan logistik dibandingkan

sektor lainnya, kecuali pertambangan, mencapai

US$ 2.8 juta pada 2012.22 Berdasarkan perkiraan,

sektor perdagangan dan transportasi akan

menambah hampir 18 juta pekerjaan dalam

kurun waktu 2010 dan 2025.23 Kebijakan

Permintaan untuk tenaga kerja terampil – sekaligus potensi kelangkaannya – akan semakin besar di Indonesia dibandingkan dengan Negara lain di ASEAN.

Page 15: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

10 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.

peningkatan keterampilan harus mendorong

keahlian manajemen yang diperlukan oleh

bagian perekonomian yang sedang berkembang,

dimana integrasi ASEAN hanya akan semakin

mendorong untuk maju lebih jauh lagi.

Dengan pemain dari Negara lain berada

di posisi yang lebih baik, Indonesia akan

menambah 400.000 lebih sedikit peluang

pekerjaan di pengolahan makanan antara tahun

2010 dan 2025 dibandingkan tanpa adanya

kesepakatan regional. Sebagai upaya untuk

memperkuat industri pengolahan makanan

untuk berkompetisi lebih baik – misalnya dengan

mengaitkan pekerja pertanian sesuai keahlian

dan modal untuk memasuki pengolahan hasil tani

(lihat Rekomendasi 3) – pemerintah juga harus

memberikan upaya lebih untuk melatih tenaga

kerja industri dari sektor manufaktur yang akan

memperoleh manfaat dengan adanya integrasi

ASEAN, yaitu logam, bahan kimia, dan mesin.

rekomendasi 3: Memfokuskan kebijakan kewirausahaan pada peningkatan nilai tambah dalam industri pengolahan hasil tani

Pada saat integrasi ASEAN akan menyediakan

pasar hampir “tanpa batas” dengan 600 juta

konsumen, pertanian Indonesia akan menerima

dampak negatif. Tidak hanya karena komoditas

pertanian Indonesia memiliki daya saing lebih

rendah dibandingkan Negara anggota lainnya,

pertumbuhan dari nilai tambah per-pekerja di

Indonesia juga lebih lambat dibandingkan rekan

Negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Vietnam,

dan Thailand.24 Persoalan ini, seperti juga

hambatan structural lainnya, sudah diidentifikasi

oleh Kementrian Pertanian Indonesia 25 dan harus

diselesaikan secara efektif.

Meskipun pertanian tetap penting dalam

pasar tenaga kerja Indonesia, banyak tenaga

kerja rumah tangga pertanian tidak terlibat

dalam pengolahan bahan baku atau aktivitas

penambahan nilai lainnya. Saat ini, lebih dari

26 juta rumah tangga – 35 juta tenaga kerja –

bergantung pada pekerjaan di sektor pertanian

Indonesia,26 namun kurang dari 10 persen dari

keseluruhan rumah tangga ini (kurang lebih 2.4

juta) yang mengolah hasil pertanian mereka

sendiri. 27

Page 16: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 11

Sensus Pertanian Tahun 2013 menunjukkan

bahwa antara tahun 2003 dan 2013, hanya 155

usaha pertanian yang terdaftar – tidak lebih dari

3.9 persen kenaikan selama kurun waktu 10 tahun

terakhir – mengindikasikan level rendahnya

kewirausahaan di sektor ini. 28

Sementara itu, impor olahan makanan dan

minuman mengalami kenaikan 13 persen

dalam kurun waktu 4 tahun terakhir saja – dari

US$2.4 juta pada 2010 menjadi US$2.76 juta

pada 2014.,29 Proyeksi saat ini menunjukkan

bahwa jumlah pekerjaan di sektor pengolahan

makanan mengalami

penurunan (-0.3 persen)

dengan adanya integrasi

ekonomi ASEAN.ii,30 Untuk

mengubah skenario

ini, Indonesia harus

mengaitkan kebijakan

kewirausahaan dengan

sektor pengolahan

pertanian yang masih

kurang maju.

Kebijakan tersebut harus

mengizinkan petani kecil untuk bida terlibat

dalam kegiatan penting untuk menambah

nilai produk pertanian mereka: 1) penanganan

komoditas pasca panen; 2) pengolahan (termal,

biologis, kimiawi); 3) kualitas makanan dan kontrol

keamanan; 4) pengemasan; 5) pemasaran; 6)

inovasi baru.31 Selain itu, standarisasi produk akan

memainkan peranan penting dalam memasuki

MEA. 32

Upaya mengatasi kesenjangan diantara calon

pengusaha di bidang pertanian tidak memerlukan

skema baru. Program pemerintah yang sudah

ada, seperti TKS (Tenaga Kerja Sarjana), TKM

(Tenaga Kerja Mandiri), atau TKMT (Tenaga

Kerja Mandiri Terdidik) dapat disesuaikan untuk

lebih focus untuk membangun keahlian yang

diperlukan dalam pengolahan hasil pertanian di

rumah tangga pertanian

melalui pelatihan

intensif, pembinaan, dan

pendampingan.

Kedua, pendekatan kluster

harus memastikan bahwa

koperasi serta usaha mikro

dan kecil memiliki akses

yang lebih baik ke pasar

dan dihadapkan pada

persaingan yang adil.

Sejumlah kebijakan pemerintah untuk penguatan

koperasi petani dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah) sudah diimplementasikan dan

terbukti efektif.33 Program yang sudah ada,

seperti OVOP (One Village One Product), dapat

Lebih dari 26 juta rumah tangga bergantung pada pekerjaan di sektor pertanian Indonesia, namun kurang dari 10 persen dari keseluruhan rumah tangga ini yang mengolah hasil pertanian mereka sendiri.

ii Neraca perdagangan pertanian di Indonesia secara keseluruhan (bahan baku dan pengolahan) mengalami surplus sejak 2008. Namun besaran impor melampaui ekspor antara 2008 dan 2013 (3.2 persen vs 13.2 persen). Pada 2014, Indonesia mengalami surplus pertanian mencapai US$15.2 miliar, tetapi 95 persen dari surplus tersebut merupakan sektor perkebunan (dengan kontribusi dari kelapa sawit mencapai 70 persen). Sub sektor lainnya (holtikultura, perikanan, tanaman pangan, dan peternakan) menderita defisit perdagangan.

Page 17: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

12 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.

diperluas dan diperkuat melalui titik berat pada

aktivitas peningkatan nilai tambah di pengolahan

pertanian – dengan peringatan bahwa program

tersebut harus menghindari agar seluruh desa

tidak bergantung pada satu jenis pekerjaan

yang akan membuat seluruh komunitas

rentan terhadap goncangan ekonomi. 34

Ketiga, petani kecil harus difasilitasi dengan

jejaring dan dukungan hukum (misalnya untuk

mendirikan perusahaan, baik secara individu

maupun kolektif ) yang dapat membantu mereka

memiliki akses yang terlindungi ke fasilitas

pendukung dan bahan-bahan utama dalam

aktivitas pengolahan makanan. Hal ini meliputi

juga bahan kimia dan perlengkapan mekanikal

serta modal.

rekomendasi 4: Mendorong uMKM untuk berpartisipasi dalam rantai nilai regional

Seperti di banyak Negara berkembang lainnya,

usaha kecil memainkan peran penting dalam

penciptaan lapangan pekerjaan di Indonesia.

UMKM menciptakan 57 persen dari keseluruhan

nilai tambah dalam ekonomi Indonesia, dan

terhitung 97 persen dari keseluruhan lapangan

pekerjaan.35

Namun, UMKM hanya terhitung berjumlah 20

persen dari keseluruhan ekspor non-migas

Indonesia – dan angka ini terus menurun.36

Kurang dari 1 persen usaha kecil di Indonesia

merupakan eksportir – terutama karena sebagian

besar UMKM bekerja di sektor informal.37

Upaya untuk memungkinkan usaha kecil agar

dapat memanfaatkan integrasi ASEAN dengan

tujuan untuk menumbuhkan dan menciptakan

lapangan kerja, memerlukan penanganan

terhadap beberapa keterbatasan dan kendala

yang saat ini mereka hadapi.

Pemerintah sudah mengalokasikan dana

untuk mendorong pertumbuhan UMKM

melalui penyediaan pinjaman lunak, pelatihan,

dan manajemen teknis untuk produksi dan

pengembangan usaha. Pada 2014, anggaran

meliputi alokasi 1,4 triliun rupiah (US$ 105

juta) untuk membantu perkembangan dan

pertumbuhan UKM.

Meskipun demikian, dalam konteks integrasi

ASEAN, program pemerintah harus meningkatkan

Page 18: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 13

kapasitas usaha kecil, menengah untuk

mengekspor produk mereka dan berpartisipasi

dalam rantai nilai regional. Rekomendasi

selanjutnya merupakan langkah penting yang

harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia

untuk meningkatkan daya saing UMKM di tingkat

regional.

Pertama, pemerintah harus meningkatkan

akses terhadap modal. Besaran dan tingkat

suku bunga pinjaman yang diterima oleh sektor

bisnis merupakan penentu kuat kapasitas

untuk ekspor.38 UMKM di

Indonesia membutuhkan

investasi modal yang lebih

besar. Program Kredit

Usaha Rakyat (KUR) saat

ini terbatas di tiga bank

dan maksimum pinjaman

adalah US$ 1.000 – modal

yang tidak mencukupi bagi

UMKM untuk melakukan eksport. KUR juga harus

memiliki saluran khusus bagi pembiayaan ekspor,

strategi yang Negara lain telah upayakan melalui

bank ekspor-impor mereka.

Kedua, UMKM memerlukan bantuan khusus untuk

meningkatkan kualitas produk mereka. Service

Center UKM Indonesia merupakan langkah

maju dalam pembimbingan usaha kecil untuk

mendapatkan akses pada pembiayaan, sumber

daya manusia, pemasaran, dan hak kekayaan

intelektual, namun salah satu dari tantangan

terbesar yang dihadapi oleh UMKM untuk ekspor

adalah memenuhi persyaratan kualitas produk

dari pembeli dan Negara pengimpor. UMKM

akan diuntungkan dengan program training

yang ditargetkan bertujuan untuk meningkatkan

teknik produksi, memastikan kualitas yang

terstandarisasi, dan pemahaman mengenai

sertifikasi produk.

Ketiga, pemerintah harus memiliki tujuan untuk

mengembangkan dan memperluas pasar tenaga

kerja yang sesuai dengan

kebutuhan UKM. Saat ini,

kesenjangan informasi

membatasi usaha kecil

untuk mencari tenaga kerja

berkeahlian, dan kandidat

yang berkualitas berjuang

untuk mendapatkan

pekerjaan yang sesuai

dengan keahlian mereka.39 Pemerintah dapat

bekerjasama dengan sektor swasta untuk

membuat teknologi tepat guna – alat yang

membantu menyesuaikan antara pekerjaan

dan keahlian yang dapat mengurangi biaya

perekrutan bagi usaha kecil. Terlebih lagi, Balai

Latihan Kerja dapat memainkan peran untuk

lebih proaktif dengan menawarkan penempatan

kerja bagi siswa yang berkualitas di UKM yang

membutuhkan tenaga kerja terampil untuk

tumbuh.

UMKM menciptakan 57 persen dari keseluruhan nilai tambah dalam ekonomi Indonesia, dan terhitung 97 persen dari keseluruhan lapangan pekerjaan.

Page 19: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

14 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.

Terakhir, upaya perlu dilakukan untuk

menyesuaikan kebijakan pemerintah pusat

dan daerah dalam mendukung UMKM. Pada

saat pemerintah pusat memformulasikan

kebijakan untuk mendukung usaha kecil,

mandat bagi pemerintah daerah adalah

mengimplementasikannya. Kesenjangan

yang tinggi terjadi antara visi program untuk

usaha kecil dan kenyataan pada saat eksekusi.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa program

pemerintah untuk mendukung usaha kecil tidak

sesuai dengan kebutuhan mereka.40 Sebuah

umpan balik diperlukan – dimana pemerintah

daerah dapat meningkatkan relevansi dan daya

tanggap kerangka kebijakan nasional dengan

cara melakukan komunikasi dari level pemerintah

di daerah hingga pusat di Jakarta.

Potensi usaha kecil untuk tumbuh, membuka

lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing

regional Indonesia saat ini belum terealisasikan.

Tantangannya berada pada dukungan untuk

UMKM dan menghilangkan hambatan untuk

tumbuh dalam jangka waktu singkat, sekaligus

memastikan bahwa UMKM tetap kompetitif

untuk jangka waktu yang panjang.

rekomendasi 5: Memastikan portabilitas manfaat bagi pekerja migran yang tinggal di luar negeri, termasuk yang terlibat di sektor informal

Tenaga kerja migran yang tinggal di Negara

lain di ASEAN saat ini menghadapi kesulitan

untuk dapat mengakses skema jaminan sosial.

Tenaga kerja yang memiliki akses juga terkadang

tidak bisa memindahkan manfaat dari jaminan

sosial pada saat mereka pensiun atau ketika

kembali ke Indonesia. Seiring dengan kemajuan

globalisasi tenaga kerja, sangat penting untuk

mempertimbangkan jaminan sosial dalam

konteks integrasi ASEAN, yang akan meningkatkan

arus tenaga kerja terampil maupun tidak terampil.

Indonesia merupakan eksportir bagi tenaga

kerja migran, dan jumlah yang cukup besar

meninggalkan Indonesia dengan tujuan Negara-

negara ASEAN. Mengacu pada Kementrian

Dalam Negeri Malaysia, terhitung 1.3 juta warga

Indonesia yang memiliki dokumen ditambah

700.000 yang tidak memiliki dokumen, tinggal di

Malaysia pada 2006.41

Page 20: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 15

Pada saat Indonesia menawarkan skema

Tunjangan Hari Tua dan perlindungan bagi

warga Negara asing, Indonesia tidak memiliki

kesepakatan mengenai jaminan sosial dengan

Negara-negara lain di ASEAN.42 Pada situasi

ini, tenaga kerja asing di Indonesia dapat

berkontribusi dan mengirimkan tunjangan hari

tua mereka ke Negara

asalnya, namun tenaga

kerja Indonesia yang

bekerja di Negara

ASEAN lain tidak

memiliki akses terhadap

skema jaminan sosial

ataupun mengirimkan

tabungan mereka

kembali ke Indonesia.

Sebagai contoh,

di Malaysia, skema

asuransi sosial hanya

melingkupi penduduk

yang bermukim

atau warga Negara asli, bukan tenaga kerja

migran. Di Singapura, tidak ada skema

jaminan sosial bagi tenaga kerja migran.

Saat ini, kenyataan bahwa tidak adanya

kesepakatan untuk memastikan bahwa pekerja

migran Indonesia dapat mengakses manfaat

mereka menunjukkan bahwa tidak adanya

“totalisasi” bagi jaminan sosial di Negara asal dan

tuan rumah. Totalisasi berarti bahwa tenaga kerja

yang membagi kehidupan mereka di dua Negara

memiliki periode kontribusi dan keanggotaan

yang terhitung penuh dan mendapatkan hak

manfaatnya secara keseluruhan.43

Di semua bidang, hal tersebut merupakan

kepentingan utama bagi Indonesia untuk

memiliki kesepakatan

Portabilitas Jaminan

Sosial dengan Negara-

negara yang menjadi

tujuan migrasi warganya,

khususnya Negara

tetangga di ASEAN.

Indonesia perlu

mendorong kerangka

Pembayaran Tambahan

Negara – state

supplementary payment

– di wilayah ASEAN

yang membahas isu-isu

sebagai berikut:

• Perlindungan bagi tenaga kerja migran

• Skema ekspor manfaat

• Totalisasi manfaat- termasuk, sebagai

contoh, penyesuaian inflasi

Dengan sistem pengelolaan seperti itu, ekonomi

Indonesia akan mendapatkan keuntungan

Tenaga kerja asing di Indonesia dapat berkontribusi dan mengirimkan tunjangan hari tua mereka ke Negara asalnya, namun tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Negara ASEAN lain tidak memiliki akses terhadap skema jaminan sosial ataupun mengirimkan tabungan mereka kembali ke Indonesia.

Page 21: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

16 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.

dengan memperoleh manfaat jaminan sosial

dari tenaga kerja migran. Kesepakatan antara

Indonesia dengan Negara ASEAN lainnya akan

membuat tenag akerja Indonesia terlindungi

dengan kebijakan jaminan sosial. Dengan adanya

insentif dari jaminan sosial, maka akan ada juga

peningkatan formalisasi pekerjaan dan migrasi

legal.

Page 22: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 17

Kerjasama ekonomi yang Indonesia bangun

dengan Negara-negara di kawasan ASEAN

dalam kurun waktu satu dekade mendatang

akan menentukan bagaimana tingkat

kesuksesan Negara dalam menangani

tantangan ketenagakerjaan muda, memperluas

ekonomi formal, dan mempertahankan tingkat

pertumbuhan PDB yang mengesankan.

 

Integrasi ASEAN merupakan peluang besar

bagi Negara yang meliputi 40 persen dari total

populasi masyarakat ASEAN serta menghasilkan

40 persen dari keseluruhan output ekonomi di

ASEAN. Integrasi ASEAN juga memperkenalkan

tantangan baru, seperti pergulatan Indonesia

untuk bersaing dengan Negara lain di ASEAN

yang sudah memiliki posisi lebih baik di sektor-

sektor tertentu- sebagai contoh, pengolahan –

pertanian- dan dalam hal kondisi makroekonomi

tertentu, misalnya suku bunga pinjaman di sektor

manufaktur.

 

Prospek bagi kaum muda Indonesia dalam

memasuki pasar tenaga kerja bergantung pada

apakah Negara membahas tantangan dan

memanfaatkan kesempatan yang disajikan

ASEAN melalui kebijakan yang menghasilkan

lebih banyak pekerjaan dan kualitas pekerjaan

yang lebih baik. Sebagai contoh, integrasi yang

dikelola dengan baik dapat meningkatkan

ekspor dan menolong sektor manufaktur yang

terus menurun di Indonesia – tulang punggung

bagi pasar tenaga kerja formal di Indonesia.

Namun jika tidak dikelola dengan baik, integrasi

dapat mempercepat penurunan nilai tambah

manufaktur, mengancam penurunan di lapangan

kerja formal.

 

Bagi Indonesia, integrasi regional menuntut

intervensi tepat untuk meningkatkan

keterampilan dan memperbaiki keterampilan

tenaga kerja, meningkatkan daya saing sektor

manufaktur- khususnya usaha kecil dan unit

pengolahan pertanian- dan melindungi tenaga

kerja migran yang mencari peluang di luar negeri

dalam kawasan ASEAN yang berkembang pesat.

Kesimpulan

Page 23: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

18 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.

1 ASEAN. 2014. ASEAN Finance and Macro-economic Surveillance Unit Database.

2 ASEAN. 2015. ASEAN Foreign Direct Investment Sta-tistics Database 3 Vinayak HV, Fraser Thompson, and Oliver Tonby. 2014. Understanding ASEAN: Seven things you need to know. McKinsey & Company. http://www.mckinsey.com/insights/public_sector/understanding_asean_seven_things_you_need_to_know

4 World Bank. 2012. World Development Indicators.

5 2015 Data from Badan Pusat Statistik. 2015.

2011 Data from Tim Nasional Perceptan Penanggulan-gan Kemiskinan (TNP2K). 2012. Available at: http://data.tnp2k.go.id/?q=content/keadaan-ketenagakerjaan-feb-ruari-2012-bag2

6 Calculated using numbers sourced from: Badan Pusat Statistik.2015. Wage Statistics (BPS) dan Kemenakertrans. Available at: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1428. Deflator is CPI.

7 World Bank. 2015. World Development Indicators. Available at: http://data.worldbank.org/indicator/TX-.VAL.MANF.ZS.UN

8 World Bank. 2015, ibid.

9 IndexMundi. 2015. Indonesia Age structure.

10 Aparna Bharadwaj, Douglas Jackson, Vaishali Rastogi and Tuomas Rinne. 2013. Vietnam and Myanmar: South-east Asia’s New Growth Frontiers. BCG Perspectives, The Boston Consulting Group. https://www.bcgperspec-tives.com/content/articles/consumer_insight_growth_vietnam_myanmar_southeast_asia_new_growth_fron-tier/?chapter=2

11 Badan Pusat Statistik. 2015. National Labour Force Survey, 2014 Available at: http://www.bps.go.id/linkTa-belStatis/view/id/972

12 Bank Indonesia. 2015. Indonesian Financial Statistics

- January 2015 . Available at: http://www.bi.go.id/en/statistik/seki/bulanan/Pages/SEKI-JANUARI-2015.aspx

13 Peter McCawley. 2014. “The Sum Is Greater Than the Parts: Doubling Shared Prosperity in Indonesia through Local and Global Integration”. Bulletin of Indonesian Economic Studies, Taylor & Francis Journals, vol. 50(2), pages 300-302, August.http://ash.harvard.edu/files/ash/files/thesumisgreatert-hantheparts.pdf?m=1428495420

14 Neraca Info Bank. May 7, 2015. Bunga Kredit Per-bankan Dinilai Tidak Kompetitif. http://www.neraca.co.id/article/53468/bunga-kredit-perbankan-dinilai-ti-dak-kompetitif

15 World Bank. 2013. World Development Indicators, ibid.

16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian. http://www.kemenper-in.go.id/download/5181/Undang-Undang-No-3-Ta-hun-2014-Perindustrian

17 International Labour Organization(ILO) and Asian Development Bank(ADB). 2014. ASEAN community 2015: Managing integration for better jobs and shared prosperity Bangkok. Thailand: ILO and ADB.http://www.adb.org/sites/default/files/publica-tion/42818/asean-community-2015-managing-integra-tion.pdf

18 ibid

19 ibid

20 ibid

21 Souleima El Achkar Hilal. 2014. The impact of ASE-AN economic integration on occupational outlooks and skills demand. Bangkok: ILO.

http://apskills.ilo.org/resources/the-impact-of-ase-an-economic-integration-on-occupational-out-looks-and-skills-demand/at_download/file122 Global Business Guide Indonesia. 2013. Overview of Indonesia’s Horticulture Sector - Fruit & Vegetables.

daftar rujukan

Page 24: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 19

Global Business Guide Indonesia. http://www.gbgindo-nesia.com/en/agriculture/article/2012/overview_of_in-donesia_s_horticulture_sector_fruit_vegetables.php

23 Global Business Guide Indonesia. 2013. Indone-sia’s Logistics Sector. Global Business Guide Indone-sia. http://www.gbgindonesia.com/en/services/arti-cle/2013/indonesia_s_logistics_sector.php

24 El Achkar Hilal. 2014, ibid.

25 ILO and ADB. 2014, ibid.

26 Indonesian Ministry of Agriculture. 2015. “Strategic Planning 2015-2019”

27 Ibid.

28 Badan Pusat Statistik. 2014. Agricultural Census 2013. Available at: http://st2013.bps.go.id/dev2/index.php/site/tabel?tid=30&wid=0

29 Ibid

30 Badan Pusan Statistik. 2014. 2014 Statistical Year-book of Indonesia, p.533.

31 ILO and ADB. 2014, ibid.

32 These areas for development are also in line with Ar-ticle 17 of Law No. 20/2008 on MSMEs

33 ASEAN Food & Beverage Association. 2012. Harmo-nization of food standard in ASEAN- A Shared vision for regulatory convergence. AFBA.

34 Najib, Mukhamad, Akira Kiminami, and Hironori Yagi. 2011. Competitiveness of Indonesian small and medi-um food processing industry: does the location matter? International Journal of Business and Management 6, no. 9: p57.

35 Pyysiäinen, Jarkko, Darren Halpin, and Kari Mikko Vesala. 2011. “Entrepreneurial skills among farmers: approaching a policy discourse.” The Handbook of Re-search on Entrepreneurship in Agriculture and Rural De-velopment. Edward Elgar :109-128.

36 Paige McClanahan, Alexander Chandra, Ruben Hat-tari and Damon Vis-Dunbar. 2014. Taking Advantage of ASEAN’s Free Trade Agreements – A Guide for Small and Medium-Sized Enterprises. The International Institute for Sustainable Development.http://www.iisd.org/pdf/2014/ASEAN_guidebook.pdf

37 Tulus Tambunan. 2015. Trade Facilitation and En-abling Trade: A Study on SMEs in Indonesia. Forum for Research in Empirical International Trade – Working Pa-per. http://www.freit.org/WorkingPapers/Papers/Firm-LevelTrade/FREIT809.pdf, McClanahan. 2014, ibid.

38 Tambunan. 2015, ibid.

39 Harvie, Charles, Dionisius Narjoko, and Sothea Oum. 2013. Small and Medium Enterprises’ Access to Finance: Evidence from Selected Asian Economies. ERIA Discus-sion Paper Series, ERIA-DP-2013-23. http://www.eria.org/ERIA-DP-2013-23.pdf

40 Burger, N., C. Chazali, A. Gaduh, A.D. Rothenberg, I. Tjandraningsih and S. Weilant. 2015. Reforming Policies for Small and Medium Enterprises in Indonesia, Jakarta, Indonesia. RAND Corporation in collaboration with Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TN-P2K), Jakarta, Indonesia.

41 Ibid.

42 Raul Hernandez-Coss, Gillian Brown, Chitrawati Bu-chori, Isaku Endo, Emiko Todoroki, Tita Naovalitha, Wa-meek Noor and Cynthia Mar. 2008. The Malaysia-Indo-nesia Remittance Corridor. World Bank Working Papers. World Bank. http://dx.doi.org/10.1596/978-0-8213-7577-8

43 Gloria O. Pasadilla. 2011. Social Security and Labor Migration in ASEAN. ADB Institute Research Policy Brief 34. Asian Development Bank Institute. http://www.adb.org/sites/default/files/publication/157275/adbi-rpb34.pdf

44 Cruz, Armando. 2004. Portability of benefit rights in response to external and Internal labor mobility: The Philippine experience. http://www.issa.int/html/pdf/kuwait04/2cruz.pdf

Page 25: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

catatan

Page 26: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

catatan

Page 27: Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN · Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook,

www.justjobsnetwork.org

JustJobs Network merupakan organisasi nonpartisan swasta yang mencari solusi berbasis bukti untuk salah satu tantangan yang paling mendesak saat ini: bagaimana menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dan pekerjaan yang lebih baik di seluruh dunia. Kami menghasilkan penelitian empiris dalam penciptaan lapangan kerja berkualitas, focus pada kesenjangan pengetahuan kritis dalam lanskap kerja secara global. JustJobs Network mengumpulkan jejaring dengan berbagai stakeholder dunia, termasuk pembuat kebijakan, akademisi, dan pemimpin di akar rumput, untuk memperdalam implikasi praktis dari penelitian mereka dan memperkuat dampaknya. Melalui berbagai kombinasi penelitian mutakhir dan saling berbagi pengetahuan secara global, kami memiliki tujuan untuk memimpin jejaring yang segar, dinamis, dalam dialog kebijakan tentang kesempatan kerja secara nasional, regional, dan internasional.

Perkumpulan Prakarsa: Merupakan think tank yang didirikan pada bulan Agustus tahun 2004 dan berlokasi di Jakarta. Perkumpulan Prkarasa bekerja untuk mengeksplorasi dan menggali ide-ide inovatif mengenai kebijakan peningkatan kesejahteraan melalui penelitian independen dan keterlibatan aktif dengan pemangku kepentingan dengan tujuan untuk keadilan sosial dan masyarakat yang sejahtera. Prakarsa memiliki focus penelitian dalam 4 bidang, yaitu: kebijakan kesejahteraan, kemiskinan dan kesenjangan, kebijakan fiscal, dan pembangunan berkelanjutan. Prakarsa menggabungkan penelitian dengan analisis kebijakan, serta keterlibatan dan komunikasi untuk mengubah ide menjadi tindakan nyata.

www.theprakarsa.org

AKATIGA merupakan lembaga penelitian non-profit yang berdiri sejak 1991. Melalui kegiatan penelitian, advokasi, dan kegiatan pertukaran pengetahuan, AKATIGa membantu kaum marjinal dalam memperluas akses mereka terhadap sumber daya dan proses pembuatan kebijakan, terutama di area-area perburuhan, usaha kecil, pertanian, pembangunan berbasis masyarakat, kebijakan penganggaran, dan pelayanan publik. Penelitian AKATIGA pada umumnya dilakukan dengan metode kualitatif dengan tetap memperhatikan data kuantitatif yang terkait. Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam, observasi langsung, diskusi kelompok terfokus, dan survey.

www.akatiga.org

Report design by

Whitespace35

[email protected]+91 97414 51309