menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di asean · pertumbuhan asean dalam perbandingan...
TRANSCRIPT
Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah
December 2015
JustJobs Network, Perkumpulan Prakarsa dan Akatiga Pusat Analisis Sosial
Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN
Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah
December 2015
JustJobs Network, Perkumpulan Prakarsa dan Akatiga Pusat Analisis Sosial
Menciptakan lebih banyak lapangan kerja bermutu di ASEAN
Diterbitkan oleh JustJobs Network Inc pada Desember 2015
For more information visit www.justjobsnetwork.org or write to us at [email protected]
JustJobs Network merupakan organisasi nonpartisan swasta yang mencari solusi berbasis bukti untuk salah satu tantangan yang paling mendesak saat ini: bagaimana menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dan pekerjaan yang lebih baik di seluruh dunia. Kami menghasilkan penelitian empiris dalam penciptaan lapangan kerja berkualitas, focus pada kesenjangan pengetahuan kritis dalam lanskap kerja secara global. JustJobs Network mengumpulkan jejaring dengan berbagai stakeholder dunia, termasuk pembuat kebijakan, akademisi, dan pemimpin di akar rumput, untuk memperdalam implikasi praktis dari penelitian mereka dan memperkuat dampaknya. Melalui berbagai kombinasi penelitian mutakhir dan saling berbagi pengetahuan secara global, kami memiliki tujuan untuk memimpin jejaring yang segar, dinamis, dalam dialog kebijakan tentang kesempatan kerja secara nasional, regional, dan internasional. Anggota tim JustJobs Network berlokasi di New Delhi dan Washington DC.
Foto sampul: ‘Wanita pekerja rumahan dan keluarganya, Asahan, Sumatera Utara, Indonesia’. Oleh International Labour Organization di Asia dan Pasifik. © ILO/Ferry Latief 2012.
Laporan ini disusun oleh JustJobs Network dan mitranya yang berbasis di Indonesia, Perkumpulan Prakarsa dan AKATIGA-pusat analisis sosial. Secara khusus, Gregory Randolph dari JustJobs Network, Setyo Budiantoro dan Victoria Fanggidae dari Prakarsa dan Indrasari Tjandraningsih dan Viesda Pithaloka dari AKATIGA memberikan wawasan berharga dan dukungan hasil penelitian.
dAftAr iSi
1
5
8
10
12
14
17
18
Pendahuluan
Rekomendasi 1: Menurunkan suku bunga pinjaman di sektor manufaktur untuk menaikkan daya saing regional dan meningkatkan pertumbuhan usaha padat karya
Rekomendasi 2: Meningkatkan dan memperbaiki keterampilan tenaga kerja indonesia dengan peluang pertumbuhan ASEAN
Rekomendasi 3: Memfokuskan kebijakan kewirausahaan pada peningkatan nilai tambah dalam industri pengolahan hasil tani
Rekomendasi 4: Mendorong uMKM untuk berpartisipasi dalam rantai nilai regional
Rekomendasi 5: Memastikan portabilitas manfaat bagi pekerja migran yang tinggal di luar negeri, termasuk yang terlibat di sektor informal
Kesimpulan
Daftar Rujukan
Negara Anggota ASEAN
ASEAN didirikan pada tahun 1967 dan terdiri dari sepuluh Negara di Asia dengan berbagai tahapan pembangunan.
MyANMAr
cAMbodiA
lAoS
PhiliPPiNES
bruNEi dAruSSAlAMMAlAySiA
SiNgAPorE
iNdoNESiA
thAilANd
viEtNAM
JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 1
Akhir 2015 menandai integrasi salah satu dari
pasar yang paling dinamis di dunia – Association
of Southeast Nations (ASEAN). Di saat sebagian
besar negara lain terguncang akibat Depresi Besar
pada 2009 hingga 2013, blok regional ini berhasil
mencatat angka pertumbuhan Produk Domestik
Bruto (PDB) yang membanggakan – rata-rata 5.1
persen per tahun.1
Di ASEAN, Investasi Langsung
Luar Negeri tumbuh hingga
18 persen di dua tahun
terakhir, mencapai US$ 136
miliar pada 2014.2 Karena itu
para pembuat kebijakan dan
investor dari seluruh dunia
melihat ASEAN sebagai pasar
yang terus berkembang
dan memiliki kekuatan
untuk mengangkat perekonomian global serta
meningkatkan jumlah kelas menengah global.
Namun jika ASEAN ingin merealisasikan ambisi
tersebut, para pemimpin Negara di ASEAN harus
memiliki cita-cita untuk tidak hanya mencapai
pertumbuhan PDB yang lebih tinggi, namun
juga menciptakan dan meningkatkan lapangan
pekerjaan yang lebih baik bagi kaum muda. Hal
ini terutama berlaku di Indonesia – Negara yang
mewakili 40 persen keluaran ekonomi ASEAN dan
juga 40 persen dari populasi penduduknya.3,4
Di saat indikator makro
ekonomi Indonesia tetap stabil
dan bertahan selama dekade
terakhir, tren di pasar tenaga
kerja masih bervariasi. Di
satu sisi, Indonesia membuat
kemajuan yang besar dengan
menggeser pekerja sektor
informal ke ekonomi formal –
dengan hanya 52 persen tenaga
kerja Indonesia yang bekerja
di sektor formal pada 2015,
dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai
66 persen.5 Upah bagi tenaga kerja formal juga
telah meningkat secara signifikan – dengan rata-
rata kenaikan upah minimum mencapai 61.8
persen secara riil pada 2007 hingga 2013.
Pendahuluan
Para pembuat kebijakan dan investor dari seluruh dunia melihat ASEAN sebagai pasar yang terus berkembang dan memiliki kekuatan untuk mengangkat perekonomian global.
i Estimates of climate migration (by 2050) range from 25 million to 1 billion migrants. The 200 million figure is accepted widely and has been cited by publications such as the IPCC report.
2 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.
Namun di sisi lain, upah untuk tenaga kerja yang
bekerja di sektor usaha kecili informal hampir
tidak mengalami kenaikan – tercatat hanya
meningkat 9.5 persen secara riil dalam kurun
waktu 2007 dan 2013.6
Dengan kata lain, kisah pertumbuhan ekonomi
Indonesia tampaknya lebih menguntungkan bagi
mereka yang memiliki akses terhadap pekerjaan
formal. Mayoritas tenaga kerja tidak merasakan
kenaikan yang berarti dalam tingkat daya beli
mereka.
Selain itu, penurunan dalam sektor manufaktur
di Indonesia mengancam laju kenaikan jumlah
tenaga kerja yang masuk ke sektor ekonomi
formal. Pada 2013, hanya 38 persen dari ekspor
Indonesia yang merupakan barang manufaktur,
dibandingkan 45 persen pada 2006 dan 56 persen
di 2001. Di Thailand dan Filipina – rekan Indonesia
Tabel 1
Pertumbuhan ASEAN dalam perbandingan secara internasional
Sumber: IHS; International Monetary Fund, World Economic Outlook, McKinsey Global Institute analysis
i Pemerintah Indonesia mendefinisikan “industri kecil” sebagai usaha yang memiliki 5 sampai 19 karyawan.
GDP 2013, current prices ($ trillion) Real GDP Growth, 2000-13
United States 16.8 China 10.0
China 9.3 India 7.0
Japan 4.9 ASEAN 5.1
Germany 3.6 Russia 4.4
France 2.7 Brazil 3.2
United Kingdom 2.5 Canada 1.9
ASEAN 2.4 United States 1.8
Brazil 2.2 United Kingdom 1.5
Russia 2.1 Germany 1.1
Italy 2.1 France 1.0
India 1.9 Japan 0.8
Canada 1.8 Italy 0.0
JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 3
di ASEAN – angkanya jauh lebih tinggi, masing-
masing 76 dan 79 persen.7 Kecenderungan saat
ini mengkhawatirkan karena sektor manufaktur
secara historis menciptakan landasan yang stabil
bagi pekerjaan formal di pasar tenaga kerja
Indonesia.
Hal mendesak yang paling
membutuhkan perhatian
di Indonesia adalah
pengangguran kaum
muda, yang mendekati
22 persen pada 2013.8
Diantara Negara ASEAN
lainnya, Indonesia merupakan yang terburuk
dalam penyediaan pekerjaan produktif bagi kaum
muda. Dibandingkan dengan Negara-negara
emerging secara global, hanya Afrika Selatan
yang memiliki tingkat pengangguran muda lebih
tinggi dari Indonesia. Mengingat bahwa lebih dari
43 juta dari 111.6 juta penduduk ASEAN usia 15
hingga 24 yang tinggal di Indonesia, terbatasnya
pekerjaan bagi orang muda mengancam prospek
pertumbuhan ekonomi bagi seluruh wilayah.9
Jadi, bagaimana
perdagangan regional
dan ASEAN dapat sesuai
dengan masa depan
ketenagakerjaan di
Indonesia?
Integrasi ekonomi
memperlihatkan tantangan dan kesempatan bagi
Indonesia untuk mempertahankan kemajuan
yang sudah dicapai bersamaan dengan upaya
mengatasi banyak hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian tujuan kemakmuran bersama.
Kisah pertumbuhan ekonomi Indonesia tampaknya lebih menguntungkan bagi mereka yang memiliki akses terhadap pekerjaan formal.
Gambar 1
Kontribusi sektor manufaktur dalam total ekspor (2013)
Sumber: World Bank. 2015. World Development Indicators.
37+63+L38% 77+23+L78% 74+26+L75%
iNdoNESiA PhiliPPiNES thAilANd
4 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.
Sisi positifnya, perkembangan kelas menengah
yang pesat di wilayah dapat menciptakan pasar
baru bagi produk dan jasa Indonesia. Sebagai
contoh, pada Tahun 2020, kelas “menengah
dan makmur” dari
Vietnam diproyeksikan
tumbuh hingga dua
pertiga dari ukuran
kelas menengah dan
makmur di Thailand.10
Pertumbuhan ini
akan mengakibatkan
peningkatan konsumsi dan perdagangan
regional, menguntungkan sektor pencipta
lapangan pekerjaan di Indonesia, seperti misalkan
industri logistik.
Pada saat yang sama, peningkatan integrasi akan
mengarah pada persaingan yang lebih kuat di
wilayah tersebut. Indonesia harus memastikan
bahwa industri dan tenaga kerja – termasuk tenaga
kerja yang bermigrasi – menuai keuntungan dari
pertumbuhan ekonomi regional. Dalam konteks
persaingan regional, Indonesia tidak mungkin
mempertahankan kemajuan yang mengesankan
dalam formalisasi
tenaga kerja, kecuali
Indonesia mengikis
kompetisi di sektor
manufaktur – termasuk
industri penting seperti
pengolahan makanan
– dimana Negara lain di
ASEAN merupakan pemain yang kuat.
Laporan ini mempresentasikan lima langkah
yang harus segera dilakukan oleh Pemerintah
Indonesia untuk memanfaatkan integrasi ASEAN
dalam upaya penciptaan lebih banyak lapangan
pekerjaan yang bermutu bagi rakyatnya.
Diantara Negara ASEAN lainnya, Indonesia merupakan yang terburuk dalam penyediaan pekerjaan produktif bagi kaum muda.
JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 5
rekomendasi 1: Menurunkan suku bunga pinjaman di sektor manufaktur untuk menaikkan daya saing regional dan meningkatkan pertumbuhan usaha padat karya
Indonesia bisa menikmati keuntungan integrasi
ASEAN secara menyeluruh jika melakukan
perubahan yang memungkinkan sektor
manufaktur dapat tumbuh lebih kompetitif. Dua
tantangan utama yang dihadapi oleh sektor ini
adalah (i) keterbatasan akses ke pinjaman dan
(ii) tingginya suku bunga pinjaman. Dengan
potensi penyerapan tenaga kerja besar yang
belum terealisasikan dari sektor manufaktur,
dan fakta bahwa tingkat pengangguran terbuka
untuk lulusan sekolah menengah kejuruan yang
tinggi – mencapai 18 persen pada tahun 201411
– Indonesia harus menjadikan sektor manufaktur
sebagai prioritas sebagai strategi untuk
mengelola dan memanfaatkan integrasi ASEAN.
Saat ini, perbankan di Indonesia lebih memilih
membiayai sektor jasa dan perdagangan
dibandingkan sektor manufaktur. Walaupun
sektor manufaktur saat ini mengejar
ketertinggalan, menurut Bank Indonesia,12 bagian
terbesar dari keseluruhan total kredit perbankan
masih dipegang oleh sektor perdagangan, hotel,
dan restoran – sebesar 30 persen – diikuti oleh
sektor manufaktur (25 persen).
Pertumbuhan sektor manufaktur masih tertinggal
dari sektor jasa. Kontribusi dari sektor manufaktur
dalam PDB dan ekspor menurun. Pada 2004,
7.5% 4.9% 3.5%
iNdoNESiA SiNgAPorE MAlAySiA
Gambar 2
Referensi suku bunga bank sentral
Sumber: Neraca Info Bank. May 7, 2015. Bunga Kredit Perbankan Dinilai Tidak Kompetitif.
6 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.
kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB
mencapai 28 persen, namun pada 2013 menurun
hingga 24 persen. Sementara itu, produk
manufaktur menyumbang 57.1 persen dari total
ekspor pada tahun 2000 dan menurun hingga
37.5 persen pada 2010.13
Mengacu pada Kamar Dagang dan Industri
Indonesia (KADIN), suku bunga yang tinggi
merupakan penyebab rendahnya performa di
sektor manufaktur. Referensi Suku Bunga Bank
Indonesia adalah 7.5 persen, sementara suku
bunga di Malaysia 3.5 persen; Suku bunga di
Singapura 4.9 persen; dan suku bunga di Thailand
1.8 persen. Disaat Net Interest Margin di Indonesia
merupakan yang tertinggi, suku bunga pinjaman
yang efektif untuk bank-bank di Indonesia
berkisar di antara 12 persen.14 Bank di Indonesia
mungkin berkembang, tetapi suku bunga yang
dikeluarkan membatasi daya saing bagi sektor
25%
20%
15%
10%
5%
0%cambodia indonesia lao Pdr Malaysia Philippines Singapore thailand vietnam ASEAN
Grafik 1
Tingkat pengangguran, total dan pemuda, tahun-tahun terakhir (persen)
Sumber: International Labour Organization(ILO) and Asian Development Bank(ADB). 2014. ASEAN community 2015: Managing integration for better jobs and shared prosperity Bangkok. Thailand: ILO and ADB.
JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 7
ekonomi lain di dalam negeri, khususnya sektor
manufaktur.
Tren ini menjadi salah satu kekhawatiran bagi
sisi ketenagakerjaan karena sektor manufaktur
yang padat karya
sangat penting bagi
penciptaan lapangan
pekerjaan di sektor
formal. Di saat tingkat
pengangguran secara
keseluruhan hanya
6.3 persen, tingkat
pengangguran muda
mendekati 22 persen –
sebuah indikasi memburuknya prospek kerja di
sektor ekonomi formal.15 Sektor manufaktur dapat
menciptakan lapangan kerja yang dibutuhkan
bagi kaum muda Indonesia, tetapi penurunannya
justru akan semakin cepat jika tidak bisa bersaing
dengan Negara ASEAN lainnya.
Dua solusi potensial dapat menghilangkan
hambatan bagi perusahaan manufaktur dan
membantu mereka mengakses kredit, tumbuh,
dan menciptakan lapangan pekerjaan.
Pertama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat
mengerangkai kebijakan yang serupa dengan
kebijakan untuk meningkatkan akses kredit bagi
usaha mikro, kecil, dan menengah. Peraturan
ini mengarahkan bank yang beroperasi di
Indonesia untuk
mengalokasikan bagian
tertentu dari porto folio
pinjaman mereka bagi
usaha kecil. Kebijakan
yang serupa bagi
perusahaan manufaktur
dapat membantu
meningkatkan akses
mereka terhadap kredit.
Kedua, pemerintah perlu membuat institusi
keuangan yang bertujuan untuk memfasilitasi
akses kredit bagi sektor manufaktur dengan
mengurangi tingkat suku bunga. Rekomendasi
untuk mengatur bentuk institusi keuangan
seperti ini tertuang dalam Undang-Undang No. 3
Tahun 2014 tentang industri16 dan dapat menjadi
terobosan untuk pembiayaan pembangunan
industri.
Di saat tingkat pengangguran secara keseluruhan hanya 6.3 persen, tingkat pengangguran muda mendekati 22 persen – sebuah indikasi memburuknya prospek kerja di sektor ekonomi formal.
8 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.
rekomendasi 2: Meningkatkan dan memperbaiki keterampilan tenaga kerja indonesia dengan peluang pertumbuhan ASEAN
Penguatan integrasi antar negara-negara ASEAN
tidak terelakkan akan menstimulasi pembentukan
struktur baru di pasar tenaga kerja, proses yang
sudah dimulai di kawasan. Pada saat proyeksi
dari International Labour Organization dan
Asian Development Bank menunjukkan bahwa
– di setiap Negara anggota – semakin banyak
pekerjaan yang tercipta dibandingkan yang
hilang pada saat integrasi ASEAN, pemerintah
harus turut pula memperhitungkan peningkatan
gelombang pasar tenaga kerja sebagai hasil dari
kompetisi yang lebih ketat dan bebasnya arus
barang dan jasa.
Kesempatan dan
tantangan sangat
jelas. Indonesia harus
memanfaatkan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA)
untuk meningkatkan
keterampilan angkatan
kerjanya sehingga bisa
masuk ke sektor formal
yang memberikan upah
yang lebih baik dan
bermanfaat bagi perputaran ekonomi.
Tapi jika kecenderungan saat ini terus berlanjut,
lebih dari 60 persen tenaga kerja Indonesia
dengan pekerjaan berkeahlian tinggi akan
menjadi dibawah-kualifikasi pada 2025.17 Hal
ini akan membuat daya saing Indonesia berada
dalam posisi rawan, dengan sektor-sektor
krusial dihadapkan pada ancaman kehilangan
pangsa pasar dibandingkan Negara-negara yang
memiliki angkatan kerja yang lebih terlatih.
Program-program peningkatan keterampilan
yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan
pasar amat dibutuhkan dengan tujuan untuk
mengelola peningkatan gelombang pasar
tenaga kerja dan meningkatkan juga kesempatan
yang akan muncul seiring dengan integrasi
ASEAN. Ketika ekonomi
Indonesia bergerak
ke arah sektor-sektor
dengan pertumbuhan
tinggi, tenaga kerja
yang lebih tua harus
dilatih dan ditingkatkan
keterampilannya untuk
membantu mereka
melakukan lompatan
dari pekerjaan saat ini ke
pekerjaan lain dengan kualitas sama atau bahkan
yang lebih baik lagi. Di sisi lain, tenaga kerja muda
harus dilatih dengan keahlian yang terintegrasi
dengan kebutuhan perekonomian Indonesia di
abad ke-21.
Jika kecenderungan saat ini terus berlanjut, lebih dari 60 persen tenaga kerja Indonesia dengan pekerjaan berkeahlian tinggi akan menjadi dibawah-kualifikasi pada 2025.
JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 9
Permintaan untuk tenaga kerja terampil –
sekaligus potensi kelangkaannya – akan semakin
besar di Indonesia dibandingkan dengan Negara
lain di ASEAN. Di Indonesia sendiri, hampir 7
juta pekerjaan dengan keahlian khusus tercipta
diantara tahun 2010 dan 2025. Lebih besar lagi
adalah kenaikan permintaan untuk tenaga kerja
berkeahlian sedang, dengan hampir 21 juta
pekerjaan berkeahlian sedang tercipta pada
periode waktu yang sama.18 Berbeda dengan
Filipina, Thailand, dan Vietnam, Indonesia
akan benar-benar menyaksikan pengurangan
permintaan untuk tenaga
kerja berkeahlian rendah.19
Integrasi ASEAN akan
memberikan dampak
netral atau bahkan positif
pada sebagian besar sektor
dalam perekonomian
Indonesia. Namun,
beberapa industri diproyeksikan tumbuh lebih
lambat atau bahkan menyusut sebagai akibat dari
kesepakatan regional tentang lapangan pekerjaan
ini. Menempatkan keahlian yang potensial selaras
antar sektor yang diproyeksikan melemah dan
sektor yang diproyeksikan menyerap tenaga kerja
akan membantu pemerintah untuk membentuk
strategi peningkatan keterampilan yang efektif.
Semisal, pada sektor biji-bijian selain padi – salah
satu bagian dari pertanian sudah diarahkan
untuk menyerap tenaga kerja dalam dekade
mendatang- akan menyusut sedikit lebih banyak
dibandingkan tanpa adanya kesepakatan
regional. Sementara itu, dengan semakin
meningkatnya kelas menengah di seluruh
wilayah, permintaan untuk daging dan produk
holtikultura akan meningkat pesat (Penduduk
perkotaan di Indonesia saat ini mengkonsumsi
banyak buah dan sayuran sama besar dengan
nasi).20,21 Pemerintah harus focus pada
peningkatan keahlian tenaga kerja pertanian –
khususnya pada subsektor kedelai, gandum, dan
biji-bijian lainnya – sehingga mereka dilengkapi
keahlian untuk memelihara
ternak dan memproduksi
buah dan sayur yang saat
ini diimpor oleh Indonesia.
Industri logistik dan
transportasi akan menjadi
sektor yang paling pesat
pertumbuhannya dalam
kurun waktu dekade terakhir. Perusahaan logistik
global DHL mengumumkan bahwa pada awal
2013, perusahaan akan menambah 70 persen
jumlah pegawai di Indonesia. Lebih banyak
Investasi Langsung Luar Negeri yang mengalir
di sektor transportasi dan logistik dibandingkan
sektor lainnya, kecuali pertambangan, mencapai
US$ 2.8 juta pada 2012.22 Berdasarkan perkiraan,
sektor perdagangan dan transportasi akan
menambah hampir 18 juta pekerjaan dalam
kurun waktu 2010 dan 2025.23 Kebijakan
Permintaan untuk tenaga kerja terampil – sekaligus potensi kelangkaannya – akan semakin besar di Indonesia dibandingkan dengan Negara lain di ASEAN.
10 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.
peningkatan keterampilan harus mendorong
keahlian manajemen yang diperlukan oleh
bagian perekonomian yang sedang berkembang,
dimana integrasi ASEAN hanya akan semakin
mendorong untuk maju lebih jauh lagi.
Dengan pemain dari Negara lain berada
di posisi yang lebih baik, Indonesia akan
menambah 400.000 lebih sedikit peluang
pekerjaan di pengolahan makanan antara tahun
2010 dan 2025 dibandingkan tanpa adanya
kesepakatan regional. Sebagai upaya untuk
memperkuat industri pengolahan makanan
untuk berkompetisi lebih baik – misalnya dengan
mengaitkan pekerja pertanian sesuai keahlian
dan modal untuk memasuki pengolahan hasil tani
(lihat Rekomendasi 3) – pemerintah juga harus
memberikan upaya lebih untuk melatih tenaga
kerja industri dari sektor manufaktur yang akan
memperoleh manfaat dengan adanya integrasi
ASEAN, yaitu logam, bahan kimia, dan mesin.
rekomendasi 3: Memfokuskan kebijakan kewirausahaan pada peningkatan nilai tambah dalam industri pengolahan hasil tani
Pada saat integrasi ASEAN akan menyediakan
pasar hampir “tanpa batas” dengan 600 juta
konsumen, pertanian Indonesia akan menerima
dampak negatif. Tidak hanya karena komoditas
pertanian Indonesia memiliki daya saing lebih
rendah dibandingkan Negara anggota lainnya,
pertumbuhan dari nilai tambah per-pekerja di
Indonesia juga lebih lambat dibandingkan rekan
Negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Vietnam,
dan Thailand.24 Persoalan ini, seperti juga
hambatan structural lainnya, sudah diidentifikasi
oleh Kementrian Pertanian Indonesia 25 dan harus
diselesaikan secara efektif.
Meskipun pertanian tetap penting dalam
pasar tenaga kerja Indonesia, banyak tenaga
kerja rumah tangga pertanian tidak terlibat
dalam pengolahan bahan baku atau aktivitas
penambahan nilai lainnya. Saat ini, lebih dari
26 juta rumah tangga – 35 juta tenaga kerja –
bergantung pada pekerjaan di sektor pertanian
Indonesia,26 namun kurang dari 10 persen dari
keseluruhan rumah tangga ini (kurang lebih 2.4
juta) yang mengolah hasil pertanian mereka
sendiri. 27
JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 11
Sensus Pertanian Tahun 2013 menunjukkan
bahwa antara tahun 2003 dan 2013, hanya 155
usaha pertanian yang terdaftar – tidak lebih dari
3.9 persen kenaikan selama kurun waktu 10 tahun
terakhir – mengindikasikan level rendahnya
kewirausahaan di sektor ini. 28
Sementara itu, impor olahan makanan dan
minuman mengalami kenaikan 13 persen
dalam kurun waktu 4 tahun terakhir saja – dari
US$2.4 juta pada 2010 menjadi US$2.76 juta
pada 2014.,29 Proyeksi saat ini menunjukkan
bahwa jumlah pekerjaan di sektor pengolahan
makanan mengalami
penurunan (-0.3 persen)
dengan adanya integrasi
ekonomi ASEAN.ii,30 Untuk
mengubah skenario
ini, Indonesia harus
mengaitkan kebijakan
kewirausahaan dengan
sektor pengolahan
pertanian yang masih
kurang maju.
Kebijakan tersebut harus
mengizinkan petani kecil untuk bida terlibat
dalam kegiatan penting untuk menambah
nilai produk pertanian mereka: 1) penanganan
komoditas pasca panen; 2) pengolahan (termal,
biologis, kimiawi); 3) kualitas makanan dan kontrol
keamanan; 4) pengemasan; 5) pemasaran; 6)
inovasi baru.31 Selain itu, standarisasi produk akan
memainkan peranan penting dalam memasuki
MEA. 32
Upaya mengatasi kesenjangan diantara calon
pengusaha di bidang pertanian tidak memerlukan
skema baru. Program pemerintah yang sudah
ada, seperti TKS (Tenaga Kerja Sarjana), TKM
(Tenaga Kerja Mandiri), atau TKMT (Tenaga
Kerja Mandiri Terdidik) dapat disesuaikan untuk
lebih focus untuk membangun keahlian yang
diperlukan dalam pengolahan hasil pertanian di
rumah tangga pertanian
melalui pelatihan
intensif, pembinaan, dan
pendampingan.
Kedua, pendekatan kluster
harus memastikan bahwa
koperasi serta usaha mikro
dan kecil memiliki akses
yang lebih baik ke pasar
dan dihadapkan pada
persaingan yang adil.
Sejumlah kebijakan pemerintah untuk penguatan
koperasi petani dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah) sudah diimplementasikan dan
terbukti efektif.33 Program yang sudah ada,
seperti OVOP (One Village One Product), dapat
Lebih dari 26 juta rumah tangga bergantung pada pekerjaan di sektor pertanian Indonesia, namun kurang dari 10 persen dari keseluruhan rumah tangga ini yang mengolah hasil pertanian mereka sendiri.
ii Neraca perdagangan pertanian di Indonesia secara keseluruhan (bahan baku dan pengolahan) mengalami surplus sejak 2008. Namun besaran impor melampaui ekspor antara 2008 dan 2013 (3.2 persen vs 13.2 persen). Pada 2014, Indonesia mengalami surplus pertanian mencapai US$15.2 miliar, tetapi 95 persen dari surplus tersebut merupakan sektor perkebunan (dengan kontribusi dari kelapa sawit mencapai 70 persen). Sub sektor lainnya (holtikultura, perikanan, tanaman pangan, dan peternakan) menderita defisit perdagangan.
12 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.
diperluas dan diperkuat melalui titik berat pada
aktivitas peningkatan nilai tambah di pengolahan
pertanian – dengan peringatan bahwa program
tersebut harus menghindari agar seluruh desa
tidak bergantung pada satu jenis pekerjaan
yang akan membuat seluruh komunitas
rentan terhadap goncangan ekonomi. 34
Ketiga, petani kecil harus difasilitasi dengan
jejaring dan dukungan hukum (misalnya untuk
mendirikan perusahaan, baik secara individu
maupun kolektif ) yang dapat membantu mereka
memiliki akses yang terlindungi ke fasilitas
pendukung dan bahan-bahan utama dalam
aktivitas pengolahan makanan. Hal ini meliputi
juga bahan kimia dan perlengkapan mekanikal
serta modal.
rekomendasi 4: Mendorong uMKM untuk berpartisipasi dalam rantai nilai regional
Seperti di banyak Negara berkembang lainnya,
usaha kecil memainkan peran penting dalam
penciptaan lapangan pekerjaan di Indonesia.
UMKM menciptakan 57 persen dari keseluruhan
nilai tambah dalam ekonomi Indonesia, dan
terhitung 97 persen dari keseluruhan lapangan
pekerjaan.35
Namun, UMKM hanya terhitung berjumlah 20
persen dari keseluruhan ekspor non-migas
Indonesia – dan angka ini terus menurun.36
Kurang dari 1 persen usaha kecil di Indonesia
merupakan eksportir – terutama karena sebagian
besar UMKM bekerja di sektor informal.37
Upaya untuk memungkinkan usaha kecil agar
dapat memanfaatkan integrasi ASEAN dengan
tujuan untuk menumbuhkan dan menciptakan
lapangan kerja, memerlukan penanganan
terhadap beberapa keterbatasan dan kendala
yang saat ini mereka hadapi.
Pemerintah sudah mengalokasikan dana
untuk mendorong pertumbuhan UMKM
melalui penyediaan pinjaman lunak, pelatihan,
dan manajemen teknis untuk produksi dan
pengembangan usaha. Pada 2014, anggaran
meliputi alokasi 1,4 triliun rupiah (US$ 105
juta) untuk membantu perkembangan dan
pertumbuhan UKM.
Meskipun demikian, dalam konteks integrasi
ASEAN, program pemerintah harus meningkatkan
JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 13
kapasitas usaha kecil, menengah untuk
mengekspor produk mereka dan berpartisipasi
dalam rantai nilai regional. Rekomendasi
selanjutnya merupakan langkah penting yang
harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia
untuk meningkatkan daya saing UMKM di tingkat
regional.
Pertama, pemerintah harus meningkatkan
akses terhadap modal. Besaran dan tingkat
suku bunga pinjaman yang diterima oleh sektor
bisnis merupakan penentu kuat kapasitas
untuk ekspor.38 UMKM di
Indonesia membutuhkan
investasi modal yang lebih
besar. Program Kredit
Usaha Rakyat (KUR) saat
ini terbatas di tiga bank
dan maksimum pinjaman
adalah US$ 1.000 – modal
yang tidak mencukupi bagi
UMKM untuk melakukan eksport. KUR juga harus
memiliki saluran khusus bagi pembiayaan ekspor,
strategi yang Negara lain telah upayakan melalui
bank ekspor-impor mereka.
Kedua, UMKM memerlukan bantuan khusus untuk
meningkatkan kualitas produk mereka. Service
Center UKM Indonesia merupakan langkah
maju dalam pembimbingan usaha kecil untuk
mendapatkan akses pada pembiayaan, sumber
daya manusia, pemasaran, dan hak kekayaan
intelektual, namun salah satu dari tantangan
terbesar yang dihadapi oleh UMKM untuk ekspor
adalah memenuhi persyaratan kualitas produk
dari pembeli dan Negara pengimpor. UMKM
akan diuntungkan dengan program training
yang ditargetkan bertujuan untuk meningkatkan
teknik produksi, memastikan kualitas yang
terstandarisasi, dan pemahaman mengenai
sertifikasi produk.
Ketiga, pemerintah harus memiliki tujuan untuk
mengembangkan dan memperluas pasar tenaga
kerja yang sesuai dengan
kebutuhan UKM. Saat ini,
kesenjangan informasi
membatasi usaha kecil
untuk mencari tenaga kerja
berkeahlian, dan kandidat
yang berkualitas berjuang
untuk mendapatkan
pekerjaan yang sesuai
dengan keahlian mereka.39 Pemerintah dapat
bekerjasama dengan sektor swasta untuk
membuat teknologi tepat guna – alat yang
membantu menyesuaikan antara pekerjaan
dan keahlian yang dapat mengurangi biaya
perekrutan bagi usaha kecil. Terlebih lagi, Balai
Latihan Kerja dapat memainkan peran untuk
lebih proaktif dengan menawarkan penempatan
kerja bagi siswa yang berkualitas di UKM yang
membutuhkan tenaga kerja terampil untuk
tumbuh.
UMKM menciptakan 57 persen dari keseluruhan nilai tambah dalam ekonomi Indonesia, dan terhitung 97 persen dari keseluruhan lapangan pekerjaan.
14 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.
Terakhir, upaya perlu dilakukan untuk
menyesuaikan kebijakan pemerintah pusat
dan daerah dalam mendukung UMKM. Pada
saat pemerintah pusat memformulasikan
kebijakan untuk mendukung usaha kecil,
mandat bagi pemerintah daerah adalah
mengimplementasikannya. Kesenjangan
yang tinggi terjadi antara visi program untuk
usaha kecil dan kenyataan pada saat eksekusi.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa program
pemerintah untuk mendukung usaha kecil tidak
sesuai dengan kebutuhan mereka.40 Sebuah
umpan balik diperlukan – dimana pemerintah
daerah dapat meningkatkan relevansi dan daya
tanggap kerangka kebijakan nasional dengan
cara melakukan komunikasi dari level pemerintah
di daerah hingga pusat di Jakarta.
Potensi usaha kecil untuk tumbuh, membuka
lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing
regional Indonesia saat ini belum terealisasikan.
Tantangannya berada pada dukungan untuk
UMKM dan menghilangkan hambatan untuk
tumbuh dalam jangka waktu singkat, sekaligus
memastikan bahwa UMKM tetap kompetitif
untuk jangka waktu yang panjang.
rekomendasi 5: Memastikan portabilitas manfaat bagi pekerja migran yang tinggal di luar negeri, termasuk yang terlibat di sektor informal
Tenaga kerja migran yang tinggal di Negara
lain di ASEAN saat ini menghadapi kesulitan
untuk dapat mengakses skema jaminan sosial.
Tenaga kerja yang memiliki akses juga terkadang
tidak bisa memindahkan manfaat dari jaminan
sosial pada saat mereka pensiun atau ketika
kembali ke Indonesia. Seiring dengan kemajuan
globalisasi tenaga kerja, sangat penting untuk
mempertimbangkan jaminan sosial dalam
konteks integrasi ASEAN, yang akan meningkatkan
arus tenaga kerja terampil maupun tidak terampil.
Indonesia merupakan eksportir bagi tenaga
kerja migran, dan jumlah yang cukup besar
meninggalkan Indonesia dengan tujuan Negara-
negara ASEAN. Mengacu pada Kementrian
Dalam Negeri Malaysia, terhitung 1.3 juta warga
Indonesia yang memiliki dokumen ditambah
700.000 yang tidak memiliki dokumen, tinggal di
Malaysia pada 2006.41
JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 15
Pada saat Indonesia menawarkan skema
Tunjangan Hari Tua dan perlindungan bagi
warga Negara asing, Indonesia tidak memiliki
kesepakatan mengenai jaminan sosial dengan
Negara-negara lain di ASEAN.42 Pada situasi
ini, tenaga kerja asing di Indonesia dapat
berkontribusi dan mengirimkan tunjangan hari
tua mereka ke Negara
asalnya, namun tenaga
kerja Indonesia yang
bekerja di Negara
ASEAN lain tidak
memiliki akses terhadap
skema jaminan sosial
ataupun mengirimkan
tabungan mereka
kembali ke Indonesia.
Sebagai contoh,
di Malaysia, skema
asuransi sosial hanya
melingkupi penduduk
yang bermukim
atau warga Negara asli, bukan tenaga kerja
migran. Di Singapura, tidak ada skema
jaminan sosial bagi tenaga kerja migran.
Saat ini, kenyataan bahwa tidak adanya
kesepakatan untuk memastikan bahwa pekerja
migran Indonesia dapat mengakses manfaat
mereka menunjukkan bahwa tidak adanya
“totalisasi” bagi jaminan sosial di Negara asal dan
tuan rumah. Totalisasi berarti bahwa tenaga kerja
yang membagi kehidupan mereka di dua Negara
memiliki periode kontribusi dan keanggotaan
yang terhitung penuh dan mendapatkan hak
manfaatnya secara keseluruhan.43
Di semua bidang, hal tersebut merupakan
kepentingan utama bagi Indonesia untuk
memiliki kesepakatan
Portabilitas Jaminan
Sosial dengan Negara-
negara yang menjadi
tujuan migrasi warganya,
khususnya Negara
tetangga di ASEAN.
Indonesia perlu
mendorong kerangka
Pembayaran Tambahan
Negara – state
supplementary payment
– di wilayah ASEAN
yang membahas isu-isu
sebagai berikut:
• Perlindungan bagi tenaga kerja migran
• Skema ekspor manfaat
• Totalisasi manfaat- termasuk, sebagai
contoh, penyesuaian inflasi
Dengan sistem pengelolaan seperti itu, ekonomi
Indonesia akan mendapatkan keuntungan
Tenaga kerja asing di Indonesia dapat berkontribusi dan mengirimkan tunjangan hari tua mereka ke Negara asalnya, namun tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Negara ASEAN lain tidak memiliki akses terhadap skema jaminan sosial ataupun mengirimkan tabungan mereka kembali ke Indonesia.
16 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.
dengan memperoleh manfaat jaminan sosial
dari tenaga kerja migran. Kesepakatan antara
Indonesia dengan Negara ASEAN lainnya akan
membuat tenag akerja Indonesia terlindungi
dengan kebijakan jaminan sosial. Dengan adanya
insentif dari jaminan sosial, maka akan ada juga
peningkatan formalisasi pekerjaan dan migrasi
legal.
JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 17
Kerjasama ekonomi yang Indonesia bangun
dengan Negara-negara di kawasan ASEAN
dalam kurun waktu satu dekade mendatang
akan menentukan bagaimana tingkat
kesuksesan Negara dalam menangani
tantangan ketenagakerjaan muda, memperluas
ekonomi formal, dan mempertahankan tingkat
pertumbuhan PDB yang mengesankan.
Integrasi ASEAN merupakan peluang besar
bagi Negara yang meliputi 40 persen dari total
populasi masyarakat ASEAN serta menghasilkan
40 persen dari keseluruhan output ekonomi di
ASEAN. Integrasi ASEAN juga memperkenalkan
tantangan baru, seperti pergulatan Indonesia
untuk bersaing dengan Negara lain di ASEAN
yang sudah memiliki posisi lebih baik di sektor-
sektor tertentu- sebagai contoh, pengolahan –
pertanian- dan dalam hal kondisi makroekonomi
tertentu, misalnya suku bunga pinjaman di sektor
manufaktur.
Prospek bagi kaum muda Indonesia dalam
memasuki pasar tenaga kerja bergantung pada
apakah Negara membahas tantangan dan
memanfaatkan kesempatan yang disajikan
ASEAN melalui kebijakan yang menghasilkan
lebih banyak pekerjaan dan kualitas pekerjaan
yang lebih baik. Sebagai contoh, integrasi yang
dikelola dengan baik dapat meningkatkan
ekspor dan menolong sektor manufaktur yang
terus menurun di Indonesia – tulang punggung
bagi pasar tenaga kerja formal di Indonesia.
Namun jika tidak dikelola dengan baik, integrasi
dapat mempercepat penurunan nilai tambah
manufaktur, mengancam penurunan di lapangan
kerja formal.
Bagi Indonesia, integrasi regional menuntut
intervensi tepat untuk meningkatkan
keterampilan dan memperbaiki keterampilan
tenaga kerja, meningkatkan daya saing sektor
manufaktur- khususnya usaha kecil dan unit
pengolahan pertanian- dan melindungi tenaga
kerja migran yang mencari peluang di luar negeri
dalam kawasan ASEAN yang berkembang pesat.
Kesimpulan
18 Menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pekerjaan yang lebih baik di ASEAN: Strategi Indonesia dalam memanfaatkan integrasi wilayah.
1 ASEAN. 2014. ASEAN Finance and Macro-economic Surveillance Unit Database.
2 ASEAN. 2015. ASEAN Foreign Direct Investment Sta-tistics Database 3 Vinayak HV, Fraser Thompson, and Oliver Tonby. 2014. Understanding ASEAN: Seven things you need to know. McKinsey & Company. http://www.mckinsey.com/insights/public_sector/understanding_asean_seven_things_you_need_to_know
4 World Bank. 2012. World Development Indicators.
5 2015 Data from Badan Pusat Statistik. 2015.
2011 Data from Tim Nasional Perceptan Penanggulan-gan Kemiskinan (TNP2K). 2012. Available at: http://data.tnp2k.go.id/?q=content/keadaan-ketenagakerjaan-feb-ruari-2012-bag2
6 Calculated using numbers sourced from: Badan Pusat Statistik.2015. Wage Statistics (BPS) dan Kemenakertrans. Available at: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1428. Deflator is CPI.
7 World Bank. 2015. World Development Indicators. Available at: http://data.worldbank.org/indicator/TX-.VAL.MANF.ZS.UN
8 World Bank. 2015, ibid.
9 IndexMundi. 2015. Indonesia Age structure.
10 Aparna Bharadwaj, Douglas Jackson, Vaishali Rastogi and Tuomas Rinne. 2013. Vietnam and Myanmar: South-east Asia’s New Growth Frontiers. BCG Perspectives, The Boston Consulting Group. https://www.bcgperspec-tives.com/content/articles/consumer_insight_growth_vietnam_myanmar_southeast_asia_new_growth_fron-tier/?chapter=2
11 Badan Pusat Statistik. 2015. National Labour Force Survey, 2014 Available at: http://www.bps.go.id/linkTa-belStatis/view/id/972
12 Bank Indonesia. 2015. Indonesian Financial Statistics
- January 2015 . Available at: http://www.bi.go.id/en/statistik/seki/bulanan/Pages/SEKI-JANUARI-2015.aspx
13 Peter McCawley. 2014. “The Sum Is Greater Than the Parts: Doubling Shared Prosperity in Indonesia through Local and Global Integration”. Bulletin of Indonesian Economic Studies, Taylor & Francis Journals, vol. 50(2), pages 300-302, August.http://ash.harvard.edu/files/ash/files/thesumisgreatert-hantheparts.pdf?m=1428495420
14 Neraca Info Bank. May 7, 2015. Bunga Kredit Per-bankan Dinilai Tidak Kompetitif. http://www.neraca.co.id/article/53468/bunga-kredit-perbankan-dinilai-ti-dak-kompetitif
15 World Bank. 2013. World Development Indicators, ibid.
16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian. http://www.kemenper-in.go.id/download/5181/Undang-Undang-No-3-Ta-hun-2014-Perindustrian
17 International Labour Organization(ILO) and Asian Development Bank(ADB). 2014. ASEAN community 2015: Managing integration for better jobs and shared prosperity Bangkok. Thailand: ILO and ADB.http://www.adb.org/sites/default/files/publica-tion/42818/asean-community-2015-managing-integra-tion.pdf
18 ibid
19 ibid
20 ibid
21 Souleima El Achkar Hilal. 2014. The impact of ASE-AN economic integration on occupational outlooks and skills demand. Bangkok: ILO.
http://apskills.ilo.org/resources/the-impact-of-ase-an-economic-integration-on-occupational-out-looks-and-skills-demand/at_download/file122 Global Business Guide Indonesia. 2013. Overview of Indonesia’s Horticulture Sector - Fruit & Vegetables.
daftar rujukan
JustJobs Network www.justjobsnetwork.org 19
Global Business Guide Indonesia. http://www.gbgindo-nesia.com/en/agriculture/article/2012/overview_of_in-donesia_s_horticulture_sector_fruit_vegetables.php
23 Global Business Guide Indonesia. 2013. Indone-sia’s Logistics Sector. Global Business Guide Indone-sia. http://www.gbgindonesia.com/en/services/arti-cle/2013/indonesia_s_logistics_sector.php
24 El Achkar Hilal. 2014, ibid.
25 ILO and ADB. 2014, ibid.
26 Indonesian Ministry of Agriculture. 2015. “Strategic Planning 2015-2019”
27 Ibid.
28 Badan Pusat Statistik. 2014. Agricultural Census 2013. Available at: http://st2013.bps.go.id/dev2/index.php/site/tabel?tid=30&wid=0
29 Ibid
30 Badan Pusan Statistik. 2014. 2014 Statistical Year-book of Indonesia, p.533.
31 ILO and ADB. 2014, ibid.
32 These areas for development are also in line with Ar-ticle 17 of Law No. 20/2008 on MSMEs
33 ASEAN Food & Beverage Association. 2012. Harmo-nization of food standard in ASEAN- A Shared vision for regulatory convergence. AFBA.
34 Najib, Mukhamad, Akira Kiminami, and Hironori Yagi. 2011. Competitiveness of Indonesian small and medi-um food processing industry: does the location matter? International Journal of Business and Management 6, no. 9: p57.
35 Pyysiäinen, Jarkko, Darren Halpin, and Kari Mikko Vesala. 2011. “Entrepreneurial skills among farmers: approaching a policy discourse.” The Handbook of Re-search on Entrepreneurship in Agriculture and Rural De-velopment. Edward Elgar :109-128.
36 Paige McClanahan, Alexander Chandra, Ruben Hat-tari and Damon Vis-Dunbar. 2014. Taking Advantage of ASEAN’s Free Trade Agreements – A Guide for Small and Medium-Sized Enterprises. The International Institute for Sustainable Development.http://www.iisd.org/pdf/2014/ASEAN_guidebook.pdf
37 Tulus Tambunan. 2015. Trade Facilitation and En-abling Trade: A Study on SMEs in Indonesia. Forum for Research in Empirical International Trade – Working Pa-per. http://www.freit.org/WorkingPapers/Papers/Firm-LevelTrade/FREIT809.pdf, McClanahan. 2014, ibid.
38 Tambunan. 2015, ibid.
39 Harvie, Charles, Dionisius Narjoko, and Sothea Oum. 2013. Small and Medium Enterprises’ Access to Finance: Evidence from Selected Asian Economies. ERIA Discus-sion Paper Series, ERIA-DP-2013-23. http://www.eria.org/ERIA-DP-2013-23.pdf
40 Burger, N., C. Chazali, A. Gaduh, A.D. Rothenberg, I. Tjandraningsih and S. Weilant. 2015. Reforming Policies for Small and Medium Enterprises in Indonesia, Jakarta, Indonesia. RAND Corporation in collaboration with Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TN-P2K), Jakarta, Indonesia.
41 Ibid.
42 Raul Hernandez-Coss, Gillian Brown, Chitrawati Bu-chori, Isaku Endo, Emiko Todoroki, Tita Naovalitha, Wa-meek Noor and Cynthia Mar. 2008. The Malaysia-Indo-nesia Remittance Corridor. World Bank Working Papers. World Bank. http://dx.doi.org/10.1596/978-0-8213-7577-8
43 Gloria O. Pasadilla. 2011. Social Security and Labor Migration in ASEAN. ADB Institute Research Policy Brief 34. Asian Development Bank Institute. http://www.adb.org/sites/default/files/publication/157275/adbi-rpb34.pdf
44 Cruz, Armando. 2004. Portability of benefit rights in response to external and Internal labor mobility: The Philippine experience. http://www.issa.int/html/pdf/kuwait04/2cruz.pdf
catatan
catatan
www.justjobsnetwork.org
JustJobs Network merupakan organisasi nonpartisan swasta yang mencari solusi berbasis bukti untuk salah satu tantangan yang paling mendesak saat ini: bagaimana menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dan pekerjaan yang lebih baik di seluruh dunia. Kami menghasilkan penelitian empiris dalam penciptaan lapangan kerja berkualitas, focus pada kesenjangan pengetahuan kritis dalam lanskap kerja secara global. JustJobs Network mengumpulkan jejaring dengan berbagai stakeholder dunia, termasuk pembuat kebijakan, akademisi, dan pemimpin di akar rumput, untuk memperdalam implikasi praktis dari penelitian mereka dan memperkuat dampaknya. Melalui berbagai kombinasi penelitian mutakhir dan saling berbagi pengetahuan secara global, kami memiliki tujuan untuk memimpin jejaring yang segar, dinamis, dalam dialog kebijakan tentang kesempatan kerja secara nasional, regional, dan internasional.
Perkumpulan Prakarsa: Merupakan think tank yang didirikan pada bulan Agustus tahun 2004 dan berlokasi di Jakarta. Perkumpulan Prkarasa bekerja untuk mengeksplorasi dan menggali ide-ide inovatif mengenai kebijakan peningkatan kesejahteraan melalui penelitian independen dan keterlibatan aktif dengan pemangku kepentingan dengan tujuan untuk keadilan sosial dan masyarakat yang sejahtera. Prakarsa memiliki focus penelitian dalam 4 bidang, yaitu: kebijakan kesejahteraan, kemiskinan dan kesenjangan, kebijakan fiscal, dan pembangunan berkelanjutan. Prakarsa menggabungkan penelitian dengan analisis kebijakan, serta keterlibatan dan komunikasi untuk mengubah ide menjadi tindakan nyata.
www.theprakarsa.org
AKATIGA merupakan lembaga penelitian non-profit yang berdiri sejak 1991. Melalui kegiatan penelitian, advokasi, dan kegiatan pertukaran pengetahuan, AKATIGa membantu kaum marjinal dalam memperluas akses mereka terhadap sumber daya dan proses pembuatan kebijakan, terutama di area-area perburuhan, usaha kecil, pertanian, pembangunan berbasis masyarakat, kebijakan penganggaran, dan pelayanan publik. Penelitian AKATIGA pada umumnya dilakukan dengan metode kualitatif dengan tetap memperhatikan data kuantitatif yang terkait. Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam, observasi langsung, diskusi kelompok terfokus, dan survey.
www.akatiga.org
Report design by
Whitespace35
[email protected]+91 97414 51309