meiofauna
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 MEIOFAUNA
1/8
LAPORAN PRAKTIKUM ECOLOGY PROJECT 2014 1
Struktur Komunitas Meiofauna Interstisialdi Pantai Taman Nasional Baluran dan
Pasir PutihArzulinda M. Rahmasyitha, Bahruddin Salam, Dwi Y. R. Sari, Indah S. Novitasari, Tania Pratiwi M.
P, dan Farid K. Muzaki M.SiJurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
Abstrak Meiofauna merupakankelompok hewan bentik berukuran 32-1000m, hidup di antara rongga-rongga butiranpasir (interstisial) sampai dengan lumpurterhalus, baik di habitat air tawar maupun diair laut. Penelitian struktur (komposisi dankelimpahan) komunitas meiofauna interstisialbertujuan untuk memahami dan melaksanakanmetode standard sampling meiofauna,mengidentifikasi meiofauna, memahami faktorfisikokimia, biogenik, dan hidro-oseanografiyang mempengaruhi kelangsungan hidupmeiofauna, serta melakukan dan memahamipreparasi dan perhitungan granulometri untukmenetukan tipe sedimen. Pengambilan samplemeiofauna dilakukan di Pantai Bama TamanNasional Baluran dan Pasir Putih saat air lautsedang surut namun keadaan pasir pantai masihbasah. Sample meiofauna diambil denganmenggunakan Piston-style corer atau Syringe yang diletakkan di atas permukaan pasirkemudian didorong perlahan masuk ke dalamsedimen sampai 5 cm sambil plunger ditarikagar pasir ikut terangkat dan tertahan.
Pengambilan dilakukan dilakukan 2 kalisebagai sample meiofauna dan sedimen. Untuksample meiofauna ditambahkan 1 ml lugol danformalin 100% secukupnya. Di Laboratoriumkedua sample di saring dengan saringanbertingkat dengan mesh size 0,5 dan 0,063.Sample meiofauna diamati dengan mikroskop,dan sample sedimen dilakukan perhitungangranulometri. Hasil penelitian menunjukkanbahwa terdapat perbedaan jumlah taksa yangsignifikan pada stasiun sampling 6 yang terletak
didaerah supralittoral pantai Bama. Taksa yangmelimpah adalah Foraminifera, Nematoda dan
Polycheta. Perbedaan kelimpahan tertinggimeiofauna bentik terdapat pada stasiun 3, 5, 6dan 8 pada area intertidal. Kelimpahanterendah terdapat pada stasiun 1, 2, 4 dan 7area bervegetasi lamun .
Kata Kunci Granulometri, Interstisial,Meiofauna, Syringe.
I. PENDAHULUANenelitian struktur komunitas meiofauna dilakukan di Pantai Taman Nasional Balurandan Pasir Putih yang dikhususkan pada
meiofauna interstisial atau hidup diantara bituran pasir, dimana di kedua tempat ini masih terbilangterjaga kealamiannya atau belum terlalu terjamahtangan manusia, dengan kata lain pasir atausedimennya masih memiliki kualitas tinggi bagikelangsungan hidup meiofauna intersitial.Berdasarkan hal itu, penelitian melakukan samplingmeiofauna di kedua tempat tersebut untukmngetahui komposisi dan kelimpahan meiofaunainterstisial, dimana sampling diambil di beberapazonasi, yaitu area tengah mangrove, area transisi
antara lamun dan mangrove, tegakan Enhalus,tegakanCymodocea, unvegetated area in seagressbed (area padang lamun yang tidak ditumbuhilamun), area supralitoral, dan area middlitoral.
Istilah interstisial secara umum adalah ruangdi antara partikel sedimen dan juga digunakansebagai sinonim dari organisme yang hidup didalamnya. Meiofauna merupakan istilah yangsering dipakai sebagai padanan kata interstisial atau psammon. Meiofauna adalah organisme yang hidupsecara interstisial. Sinonimnya adalah meiobentos.
Meiofauna dapat pula diartikan sebagai kelompokmetazoa kecil yang berada di antara mikrofauna
P
-
8/10/2019 MEIOFAUNA
2/8
2 LAPORAN PRAKTIKUM ECOLOGY PROJECT 2014
dan makrofauna [1]. Meiofauna adalah kelompokhewan berukuran antara 63 1000 m atau hewan-hewan multiseluler yang lolos pada saringan0.063 1 mm [2], dan merupakan organisme yangmelimpah pada komunitas dasar yang bersubstrat
lunak atau pada sedimen laut mulai dari zona litoralatas sampai pada zona abisal [3].Meiofauna yang terdapat pada sedimen laut
memiliki peranan ekologis yang sangat penting,yaitu sebagai penyedia makanan bagi berbagaitingkat trofik yang lebih tinggi, berperan dalam biodegradasi bahan organik, memudahkan biomineralisasi bahan organik, dan meningkatkanregenerasi nutrien, serta sebagai bioindikator dalammenilai kondisi lingkungan laut [4]. Kelangsunganhidup meiofauna intrstisial pada habitatnyadipengaruhi oleh faktor abiotik maupun faktor biotik. Faktor abiotik yang mempengaruhi antaralain letak goeografis, geologi habitat, fisiologihabitat (ukuran partikel sedimen), kecerahan dasar perairan, temperatur, salinitas, derajat keasama(pH), kadar oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO), serta polutan[5].
Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana cara melaksanakan metode standardsampling meiofauna, bagaimana caramengidentifikasi meiofauna, bagaimanamengetahui memahami faktor fisikokimia, biogenik, dan hidro-oseanografi yangmempengaruhi kelangsungan hidup meiofauna,serta bagaimana metode melakukan dan memahami preparasi dan perhitungan granulometri untukmenentukan tipe sedimen.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, karena peneliti mampu melaksanakan metode standardsampling meiofauna, mengidentifikasi meiofauna,mengetahui dan memahami faktor fisikokimia, biogenik, dan hidro-oseanografi yang
mempengaruhi kelangsungan hidup meiofauna,serta melakukan dan memahami preparasi dan perhitungan granulometri untuk menentukan tipesedimen.
II. METODOLOGI
A. Lokasi dan Waktu StudiPenelitian mengenai struktur komunitas
meiofauna interstisial di Pantai Taman NasionalBaluran dan Pasir Putih dilaksanakan pada hari
Jumat tanggal 4 April 2014 pukul 15.00 di PantaiBama, Taman Nasional Baluran dan pada hari
Minggu, 6 April 2014 pukul 09.00 di Pantai PasirPutih, Situbondo. Di Pantai Bama, diambil 6stasiun atau 6 titik pengambilan, sedangkan diPantai Pasir Putih, Situbondo diambil 2 stasiun atau2 titik pengambilan. Pengambilan di setiap stasiun
pada kedua lokasi, dilakukan pada waktu pagihingga siang hari. Preparasi dan pengamatansampel dilakukan di Laboratorium Ekologi JurusanBiologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS), Surabaya pada hari Kamis, 17 April 2014.
Berikut adalah tabel posisi geografis dan peta lokasi penelitian komunitas meiofauna bentik :
Tabel 1 . Posisi Geografis Pengambilan Sampel
No Tipe HabitatKoordinat
Latitude(S)
Longitude(E)
Sta.1
Area TengahMangrove
Pantai Bama7o5043.91
114o2736.38
Sta.2
Transisilamun-karang
Pantai Bama
750'41.20"
11427'39.31"
Sta.3
Area LamunPantai Bama
75038.79
1142741.47
Sta.4
Zona lamunCymodocea serrulata
750'68.5" 11427'.670"
Sta.5
Area TepiMangrovePantai Bama
750'40.79"
11427'39.38"
Sta.6
Zona Supra-littoral
Pantai Bama750'39.91
"11427'39.08
"
Sta.7
Zona Sub-littoral Pasir
Putih741' 40.7" 11349'38.5"
Zona Mid-littoral Pasir
Putih741'40.0" 11349'37.7"
-
8/10/2019 MEIOFAUNA
3/8
LAPORAN PENELITIAN ECOLOGY PROJECT 2014 3
Gambar 2 . Stasiun Sampling Meiofauna Pantai PasirPutih
B. Prosedur KerjaProsedur kerja untuk penelitian ini dibedakanatas tahapan-tahapan berikut :
1.
Pengukuran parameter fisik lingkunganData parameter lingkungan yang di ukur pada penelitian ini adalah suhu dan salinitas perairan,serta tipe dan persentase kandungan sedimen.Pengukuran diambil di masing-masing titik pengambilan sampel. Data parameterlingkungan akan digunakan sebagai data penunjang untuk mengetahui kondisi ekologi perairan secara keseluruhan.Analisis butiran sedimen dilakukan denganmenggunakan metode Analisis granulometri , partikel sedimen sampel yang telah didapatkandikeringkan dibawah sinar matahari hinggasampel kering. Kemudian dibungkus dengan
koran dan dioven pada suhu 80C selama 2 - 3hari hingga benar-benar kering. Setelah ituditimbang berat kering sampel yang telahdioven. Selanjutnya sedimen dibasahi denganair dan disaring menggunakan saringan
bertingkat dengan mesh-size 0.50 dan 0.063mm. Pada saat proses penyaringan, sedimenditampung dalam wadah (ember). Sedimenhasil penyaringan dipisahkan pada wadah yang berbeda lalu dikeringkan. Sisa sedimen yang berada dalam wadah diendapkan dalam wadahselama 5 menit. Kemudian dipisahkan partikelyang melayang (clay) dengan sedimen yangmengendap (silt). Masing-masing sedimendibungkus dengan kertas Koran, lalu dioven pada suhu 80 C selama 3 4 hari hinggasedimen benar-benar kering. Ditimbang beratkering masing-masing tipe sedimen laludihitung persentasenya. Kemudiandiklasifikasikan tipe sedimen berdasarkan skalaUdden-Wentwont dan segitiga shepard.
2. Sampling MeiofaunaSampel meiofauna di ambil denganmenggunakan piston-style corer (siring)dengan diameter 3,57 cm dan panjang 10 cmyang ujungnya telah dipotong. Suntikan/ siringdibenamkan ke sedimen. Ketika menekansuntikan ke sedimen karet pistonnya ditarik perlahan-lahan agar sedimen ikut tersedot kedalam suntikan hingga piston menunjukkanangka 50 mL. Sampling di lakukan saat air lautsurut tetapi pantai masih dalam keadaan basah.Sampel yang diperoleh di masukkan kedalam plastik zip-lock, diberi label dengan kertastahan air, dan diberi zat pengawet berupalarutan formalin 5% serta diwarnai denganlugol.
3. Preparasi sampelPreparasi sampel meiofauna di gunakan hasildekantasi dari sedimen yaitu bagian partikelyang melayang-layang di air. Sampel kemudiandi amati dengan bantuan mikroskop stereo.Semua spesimen meiofauna yang telah ditemukan di foto, di gambar, di identifikasi dandi kelompokkan ke dalam taksa-taksa utama berdasarkan [1].
Gambar 1 . Stasiun Sampling Meiofauna PantaiBama
-
8/10/2019 MEIOFAUNA
4/8
2 LAPORAN PRAKTIKUM ECOLOGY PROJECT 2014
4. Analisis DataData kelimpahan meiofauna dianalisis secaradeskiptif untuk menentukan kelimpahan dankomposisi meiofauna.
Tabel 2 . Kelimpahan dan Jumlah Taksa Meiofauna
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Parameter LingkunganHasil pengukuran variabel fisik lingkungan
pada lokasi penelitian disajikan pada tabel berikut;
Tabel 3 . Variabel lingkungan meiofauna
Hasil pengukuran suhu air di semuastasiun selama penelitian berkisar antara 30-35 C.Kisaran nilai tersebut memperlihatkan bahwa suhuair di semua lokasi pengamatan berada dalamkisaran suhu normal untuk daerah tropis. Dari tabeldiatas menunjukkan bahwa stasiun2, 5, dan 8
mempunyai kisaran suhu yang sama yaitu 330C.Sedangkan suhu pada stasiun 1, 3, 4, 6, dan 7
memiliki variasi yang berbeda-beda. Kisaran nilaisuhu di atas menunjukkan bahwa sebaran nilai suhu perairan antar stasiun selama penelitian cukup bervariasi. Namun, berdasarkan pada hasil analisisvarians ternyata secara spasial nilai rata-rata suhu
perairan tidak berbeda signifikan, hal ini berarti bahwa setiap stasiun memiliki nilai rata-rata suhu perairan yang hampir sama. Suhu yang optimumuntuk perkembangan meiofauna adalah 20 30C.Pada kisaran suhu yang tinggi sekitar 33 50C,menyebabkan terjadinya gangguanperkembangan daur hidup , dan penurunan suhumenyebabkan perpanjangan waktu pergantiangenerasi [ 6 ]. Hal ini menunjukkan lokasi penelitian tersebut belum mempunyai suhu yangoptimum untuk perkembangan meiofauna. Daridata di atas dapat kita lihat lihat bahwa hanya padastasiun 1 saja mempunyai suhu optimum untuk berkembangnya meiofauna yaitu stasiun 1. Jadihanya pada stasiun 1 saja organisme meiofaunadapat berkembang secara baik. Tetapi menurutOlafsson (1997) menyatakan bahwa hubunganantara kepadatan meiofauna dengan suhu tidak berbeda nyata. Akan tetapi, untuk beberapa taksa,suhu mempengaruhi kepadatan meiofaunacontohnya seperti Copepode yang pekembangannya sangat ditentukan oleh suhu danketersediaan makanan. Dari pernyataan ini berarti bahwa spesies-spesies meiofauna lain masih dapattumbuh pada stasiun 2 hingga 8 sesuai batastoleransi tertentu [ 7 ].
Parameter linkungan yang sangatmempengaruhi yang kedua adalah salinitas. Hasil pengukuran salinitas air di semua stasiun berkisaranatara 29-350C. Salinitas perairan ini selalu berubah dari waktu ke waktu yang disebabkan olehadanya penguapan, curah hujan dan masukan airtawar dari sungai yang bermuara ke Pantai Bamaatau Pair Putih. Tabel diatas menunjukkan bahwa
stasiun 3, 5, dan 8 mempunyai kadar salinitas yangsama yaitu 35 ppm. Sedangkan stasiun 1, 2, 4, 6,dan 7 memiliki variasi salinitas yang tidak sama.Tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan. Salinitas
pada air laut pada umumnya berkisar antara 30 sampai 40 [ 3 ]. Jika dibandingkan dengan data penelitian pada tabel diatas dapat dikatakan bahwasalinitas perairan lokasi penelitian di Pantai Bamadan Pantai Pasir Putih dapat dikatakan cocok untuk berkembangnya organisme meiofauna, karenakadar salinitasnya tidak melebihi 40 ppm.
Jadi berdasarkan variabel lingkungan suhudan salinitas kondisi lingkungan Pantai Bama dan
-
8/10/2019 MEIOFAUNA
5/8
LAPORAN PENELITIAN ECOLOGY PROJECT 2014 3
Pantai Pasir Putih masih cukup baik. Nilai parameter lingkungan yang tercatat di dua tempat pengambilan sampel tersebut tidak memilikikisaran perbedaan yang cukup signifikan, sehinggadapat dikatakan tempat tersebut cukup mendukung
kehidupan Meiofauna.
B. Tipe Sedimen
Tabel 4 . Tipe Sedimen
Menurut tabel sedimen yang mendominasisemua stasiun penelitian adalah sand . Kisaran nilai persentase kandungan sand dasar perairan di PantaiBama dan Pasir Putih ialah 62,2% hingga 99,8%.Persentase paling tinngi berada pada stasiun 2.Sedangkan kisaran nilai persentase kandungan siltdi dasar perairan Pantai Bama dan Pasir putih ialah0% hingga 33,6%. Persentase paling besar berada
di stasiun 1. Dan kandungan clay di lokasi pengambilan sampel berkisar antara 0% hingga12,1%. Berdasarkan data diatas maka dapat kitaketahui bahwa tipe sedimen yang mendominasi disemua stasiun penelitian yaitu di Pantai Bama danPantai Pasir Putih adalah tipe sedimen sand dan
silty sand . Dari kedelapan stasiun pengambilansampel, stasiun 1, 4, 5, dan 7 tipe sedimennyaadalah silty sand . Sedangkan stasiun 2, 3, 6, dan 8tipe sedimennya adalah sand .
Organisme yang mampu beradaptasi pada
kondisi substrat pasir adalah organisme infaunamakro (berukuran 1 10 cm) yang mampumenggali liang di dalam pasir, dan organismemeiofauna mikro (berukuran 0,1 1 mm) yanghidup di antara butiran pasir dalam ruang interaksi.Jenis substrat dan jenis partikel merupakan faktorlingkungan yang berpengaruh terhadap distribusihewan bentos karena masing masing jenis bentosmempunyai cara hidup yang berbeda yangdisesuaikan dengan jenis substrat dasar habitatnya[9 ]. Pada tekstur substrat dasar lumpur berpasirmemiliki kandungan bahan organik yang tinggidibandingkan tekstur substrat dasar pasir karenasemakin halus tekstur substrat dasar maka
kemampuan dalam menahan bahan organik akansemakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran butir sedimen turut mempengaruhi kandungan bahan organik dalam sedimen atau dapat dikatakansemakin kecil ukuran partikel sedimen semakin
besar kandungan bahan organiknya[ 10 ].
Berdasarkan keterangan literatur diatas berarti tipe sedimen yang cocok untuk tempathidup meiofauna adalah sedimen tipe sand dan tipe
silty sand . Dari data hasil penelitian didapatkanhasil bahwa dari kedelapan stasiun tempat penelitian menunjukkan tipe sedimen yang beradadi Pantai Bama dan Pantai Pasir Putih adalah bertipe sedimen sand dan silty sand . Jadi dapatdikatakan bahwa Pantai Bama dan Pantai Pasir putih tergolong pantai yang cocok dan sesuai untuk pertumbuhan meiofauna.
C. Komposisi dan Kelimpahan Jenis
Secara keseluruhan, terdapat 18 taksameiofauna bentik dengan nilai kelimpahan yang bervariasi untuk masing masing taksa. Jumlahtaksa dan kelimpahan meiofauna per stasiunsampling yang ditunjukkan pada tabel 5 dangambar 3.
Tabel 5 . Kelimpahan dan Jumlah Taksa Meiofauna
-
8/10/2019 MEIOFAUNA
6/8
2 LAPORAN PRAKTIKUM ECOLOGY PROJECT 2014
Bentik per Stasiun Sampling
Keterangan : N = kelimpahan meiofauna
Gambar 3 . Kelimpahan dan jumlah taksa meiofauna bentik per stasiun sampling
Berdasarkan tabel 5 dan gambar 3,menunjukkan bahwa pada jumlah taksa terbanyakterdapat pada sta.6 (9 taksa) sedangkan jumlahtaksa terendah terdapat pada sta.1 dan sta.4(masing-masing dengan 2 taksa).
Taksa taksa yang ditemukan pada penelitian ini bervariasi dengan ditunjukkan jumlahtaksa yang berbeda pada setiap stasiun sampling.Hal tersebut disebabkan kondisi substrat padasemua stasiun sampling yaitu silty sand dan sandsehingga substrat yang dominan yaitu sand (pasir).Komunitas meiofauna banyak ditemukan padasemua tipe sedimen (Clay Gravel), dan semua jenis meiofauna dapat ditemukan pada kedalaman0-2 cm karena pada kedalaman tersebut kondisisedimen relatif stabil dan teraerasi dengan baik, dan jenis meiofauna banyak ditemukan pada tipesedimen sand (pasir) karena memiliki substrat yang berpasir kasar sehingga dapat digunakan untukruang interstisial diantara butiran butiran sedimenmelalui penekanan sebagian sedimen untukmembuat lubang atau ruang dalam proses perpindahan meiofauna [11] [12].
Pada tabel 4 dan gambar 2 menunjukkankelimpahan meiofauna pada Pantai Bama danPantai Pasir Putih. Terlihat bahwa kelimpahanmeiofauna bentik yang memiliki nilai kelimpahantertinggi terdapat pada sta.6 yang terletak padadaerah supra-littoral Pantai Bama dan kelimpahanterendah pada sta.4 yang terletak di Padang lamunCymodocea serrulata . Setiap stasiun memilikinilai kelimpahan yang berbeda, hal ini dapat terjadikarena pada setiap stasiun memiliki perbedaan area
titik sampling (Tabel 1).Pada penelitian ini, nilai kelimpahanmeiofauna yang tinggi terdapat pada sta.3, sta.5,sta.6, sta.7,dan sta.8 yang merupakan area intertidal.Dan kelimpahan terendah ada sta.1, sta.2, dansta.4 merupakan area bervegetasi lamun. Secarateoritis menurut [13] karakteristik dari habitatlamun memilki meiofauna yang cukup melimpahdan beragam karena daun, rhizoma, akar lamundapat menyediakan sejumlah habitat dan tempat perlindungan yang penting bagi meiofauna. Daun
lamun yang memanjang seperti pita dan terjuntaikebawah dapat berperan sebagai jalan bagi
meiofauna dalam upayanya bermigrasi darisedimen ke lamun. Habitat lamun mengandungsejumlah besar detritus yang tinggi dimana detritustersebut merupakan sumber makanan bagimeiofauna.
Akan tetapi pada penelitian ini nilaikelimpahan tertinggi terletak pada sta.6 yang berada di supra-littoral dimana daerah tersebuttidak bervegetasi seharusnya memiliki nilaikelimpahan yang lebih rendah. Daerah yang tidak bervegetasi memiliki karakteristik habitat yangterbuka. Meiofauna yang hidup di daerah terbukaatau tidak bervegatasi akan mengalami kondisiterkekspos atau terdedah dan terendam, padakondisi terekspos disaat panas sangat terik suhusedimen meningkat, pengaliran air ke dalam ruang
ruang interstisial menjadi terhenti. Hal inimenyebabkan meiofauna terancam kekeringansehingga dapat menekan kehidupan meiofaunayang sifat mobilitasnya lamban[11].
D. Hasil dan Pembahasan
Gambar 4 . Presentase kelimpahan meiofauna bentik di lokasi studi berdasarkan kelompok taksa
Berdasarkan presentase kelimpahan diatasdapat menunjukkan bahwa Nematoda,Foraminifera, dan Polychaeta merupakan taksa-taksa yang paling dominan dengan nilai diatas 10%(Gambar 4). Menurut [15] banyak faktor yangmempengaruhi kehidupan foraminifera, terutamaforaminifera bentik yang hidup didasar laut.Menurut [6] bahwa tipe sedimen menentukan populasi foraminifera, foraminifera banyak
-
8/10/2019 MEIOFAUNA
7/8
LAPORAN PENELITIAN ECOLOGY PROJECT 2014 3
dijumpai pada sedimen pasir dan lumpur pasirankarena kebanyakan foraminifera dapat hidup dantumbuh secara optimal pada daerah sedimen berpasir dan lumpr pasiran. Oleh karena itu taksameiofauna tersebut dapat dijumpai pada daerah
supra-littoral karena termasuk area dengan substrat berpasir seperti pada studi ini.Polychaeta merupakan taksa meiofauna yang
lebih menyukai habitat dengan salinitas yangrendah dan cenderung ke air tawar. Kondisisalinitas sangat dipengaruhi oleh pasang surut dancurah hujan pada lokasi penelitian [16]. Polychaeta juga memiliki bentuk tubuh memanjang yangsesuai untuk lingkungan ruang ruang interstisialyang sempit dan tubuhnya memiliki tingkatflesksibilitas yang tinggi untuk bentuk adaptasi penting untuk mendiami sistem interstisial substrat berpasir lumpur [12] seperti pada penelitian iniyang banyak ditemukan di zona mid-littoral PantaiPasir Putih .
Nematoda merupakan taksa meiofauna yangdapat hidup pada kedalaman beberapa sentimeter di pantai berpasir, dan pada hamparan pasir yanghalus, beberapa taksa meiofauna dapat hidupmenetap pada permukaan sedimen yangmengandung sulfat dan satu diantaranyamerupakan organisme yang hidup pada kondisitidak beroksigen, yaitu nematoda [11]. Sesuaidengan penelitian, nematode banyak ditemukan didaerah unvegetated padang lamun yang substratnya berpasir karena menurut [17] dominansi taksa Nematoda disebabkan oleh beberapa keunggulan,secara morfologi Nematoda memiliki bentuk tubuhlurus memanjang yang sesuai dengan hidupnyasebagai organisme penggali maupun interstisialdiantara butiran sedimen berlumpur maupun berpasir dan memiliki kutikula yang tebl dan licinsebagai pelindung agar terhindar dari goresanketika menggali sedimen.
Secara umum menurut [18] untuk ketahananhabitat suhu meiofauna berada pada range suhu28C - 31C, sedangakan pada penelitian ini, suhurata-rata pada semua stasiun sampling diatas suhuoptimal sebesar 33C, menurut [6] meiofaunamasih dapat bertahan hidup di suhu yang tinggi pada suhu 35C - 50C , tetapi mengalamigangguan daur hidupnya. Untuk salinitas menurut[11] meiofauna dapat bertahan hidup pada range22 - 27 , pada penelitian ini rata rata salinitas pada semua stasiun sampling yaitu34 yang
berarti ditas nilai optimum salinitas, dan secaraumum meiofauna dapat hidup dengan keragaman
yang tinggi pada berbagai tipe salinitas di perairanyang berbeda mulai dari perairan tawar ,payau,hingga perairan laut [11].
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan rangkaian hasil penelitian dapatdiambil kesimpulan bahwa :
1) Terdapat perbedaan jumlah taksa yangsignifikan pada stasiun sampling 6 didaerah supra-littoral Pantai Bamadibandingkan dengan jumlah taksa distasiun sampling lainnya.
2) Terdapat perbedaan kelimpahanmeiofauna bentik antar stasiun sampling,dimana kelimpahan tertinggi pada sta.3,sta.5, sta.6, sta.7,dan sta.8 yangmerupakan area intertidal . Dankelimpahan terendah pada sta.1, sta.2,dan sta.4 yang merupakan area bervegetasi lamun.
3) Komposisi jenis meiofauna bentik dilokasi penelitian disusun oleh 18 taksadengan taksa yang melimpah yaituForaminifera, Nematoda, dan Polychaeta.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Higgins, R.P. and Thiel, H. Introduction toThe Study of Meiofauna . SmithsonianInstitution Press. Washington D.C. London.(1998).
[2] Linhart, J. et al. Moss-dwelling Meiobenthosand Flow Velocity in Low-order Streams .Biologica. 39-40. (2002) : 111-122.
[3] Funch, P. And Kristensen, R.M.Coda : The Micronagthoz A New Class or Phylum of Freshwater Meiofauna?. Freshwater Meiofauna : Biology and Ecology , (2002) :337-348.
[4] Mirto, S. et al. Microbial and Meiofaunal Response to Intensive Mussel-farm Biodeposition in Coastal Sediments of theWestern Mediterranean . Mar. Pollut. Bull.40(3). (2000) : 244-252.
[5] Giere, O. Meiobenthology, The Microscopic Fauna in Aquatic Sediment. UniversityHamburg. Zoologisdies Institute. Springer-Verbg. Germany. (1993).
[6] Heip C,The Ecology of Marine Nematodes ,Oceanography Marine Biology Rev 23 (1985): 399-489.
-
8/10/2019 MEIOFAUNA
8/8
2 LAPORAN PRAKTIKUM ECOLOGY PROJECT 2014
[7] lafsson E, Meiobenthos in mangrove areasin eastern Africa with emphasis onassemblage structure of free-living marinenematodes . Hydrobiologia 312 (1995) :47-57.
[8] Noortiningsih, dkk, Jurnal Keanekaragaman Makrozoobentos, Meiofauna dan
Foraminifera di Pantai Pasir Putih Barat dan Muara Sungai Cikamal Pangandara, Jawa Barat . Vol. 1 No. 1(2008).
[9] Chusing DH & Walsh R, Field Biology and Ecology . McGrew Hill Publishing CompanyLtd. New Delhi. (1976) : 53 .
[10] Allen, S.E., Grimshaw,H.M, Parkinson, J.A.,Qurnel C, Analysis of Soil in Chemical
Analysis of Ecological Materials . Oxford,Blackwell Scientific Pub (1976).
[11] Vincx, Magda, Meiofauna in Marine And
Freshwater Sediments . University Gent,Department Of Morphology, Systematics AndEcology, Marine Biology Section, Belgium.(1996) : 187-194.
[12] Nybakken, J.W and M.D.Bartness, Marine Biology And Ecological Approach Sixth Edition . San Fransisco : Pearson Education,Inc (2005).
[13] O.Giere,Meiobenthology :The MicroscopicFauna In Aquatic Sediment. Berlin :Springer
verlag (1993).
[14] Higgins,et al, Introduction to The Study of Meiofauna . Washington DC: SmithsonianInstitution Press (1988).
[15] Natsir., Kelimpahan Foraminifera Resen PadaSedimen Permukaan Di Telak Ambon . E- jurnal ilmu dan teknologi kelautan tropis.Jakarta: Lembaga ilmu pengetahuanIndonesia, Vol.2, pp.9-18 (2010).
[16] Uchio T, Ecology of Living Benthonic Foraminifera from The Sand Diego California Area . Chusman Foundation For ForaminiferaResearch, Special Publication, No.5 (1966).
[17] Junardi, Karakteristik Morfologi dan HabitatCacing Nipah (Namalicatis Rhodochorde(POLYCHAETA: NEREDIDAE:
NAMANEREDIDAE) di Kawasan Hutan
Mangrove Estuaria Sei Kakap Kalimantan Barat . Jurnal sains MIPA , Vol.14, No.2,hal.85-89 (2008).
[18] Long SM, Karim R, Kajian Awal Kepadatan Meiofauna dalam Paya Bakau Teluk
Mengkabung , Sabah: Pertanika 13 (1990):(3): 349-355.