mediakom 27

60
No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom

Upload: ppidkemenkes

Post on 25-Jun-2015

810 views

Category:

Health & Medicine


10 download

DESCRIPTION

Mediakom Kementerian Kesehatan RI Edisi 28

TRANSCRIPT

Page 1: Mediakom 27

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom �

Page 2: Mediakom 27

� Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Page 3: Mediakom 27

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom �

Sehat itu Investasi

EtalaseSuSunan REDaKSI

Penanggung Jawabdrg. Tritarayati,SH

RedakturDyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS

Drs. Sumardi

Editor/Penyunting Dra. Hikmandari A., M.Ed

drg. Anitasari SM.Prawito, SKM, MM

Busroni S.IPMety Setyowati, SKMAji Muhawarman, ST

Desain Grafis dan FotograferResty Kiantini, SKM, M.KesDewi Indah Sari, SE, MMSri Wahyuni, S.Sos, MM

Giri Inayah, S.Sos.R. Yanti Ruchiati

Wayang Mas Jendra, S.Sn

SekretariatAgus Tarsono

Waspodo PurwantoHambali

Yan Zefrial

Alamat RedaksiPusat Komunikasi Publik

Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 107

Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9Jakarta 12950

Telepon

021-5201590; 021-52907416-9

Fax 021- 5223002; 021-52960661

[email protected]

[email protected]

Call Center021-500567, 021-30413700

Mediakom

Sehat itu segalanya. Tanpa kesehatan tak dapat berbuat apa-apa. Karena itu kesehatan merupakan investasi yang tak ternilai harganya. Wajar, bila Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 46 tahun 2010 ini mengangkat tema “ Kesehatan Keluarga Investasi Bangsa”. Tema yang memberi pesan mendalam betapa pentingnya

kesehatan bagi keluarga dan bangsa. Ia memaknai tanpa kesehatan, keluarga dan bangsa tak akan mampu berkarya nyata atau sebagai sinyal akan segera sirna. Itu sebabnya “Sehat itu Investasi”

Lebih jauh dari pesan tema itu, semua pihak berkewajiban memperjuangan dan memelihara kesehatan masyarakat. Berkontribusi sesuai dengan tugas dan kewenangan. Berpartisipasi aktif, kreatif dan produktif. Sehingga tidak terjadi keterlambatan dan kesalahan dalam memelihara kesehatan masyarakat. Apalagi masyarakat miskin yang sangat memerlukan pertolongan. HKN sebagai momentum menggalang berbagai kekuatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Peringatan HKN kali ini juga bertepatan dengan capaian kinerja satu tahun Kementerian Kesehatan. Banyak keberhasilan yang sudah dicapai dalam bidang kesehatan. Meningkatnya umur harapan hidup (UHH), menurunnya angka kematian bayi (AKB) dan menurunnya angka kematian ibu (AKI). Secera rinci capaian tersebut diangkat pada media utama.

Selain itu, mediakom edisi 27, juga mengetengahkan berita ringan dan menarik dari daerah papua, eradikasi rabies di Bali, info kesehatan dan profil tenaga kesehatan, tetap mengabdi dengan berbagai keterbatasan. Tak ketinggalan rubrik lentera yang mengangkat kesederhanaan dan jangan mudah kecewa. Selamat menikmati. n

Redaksi

drg. Tritarayati, SH

Redaksi menerima naskah dari pembaca:

dapat dikirim ke alamat email redaksi

Page 4: Mediakom 27

� Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Cover: Menkes sedang memeriksa ibu hamil

Foto: Rifany Sastradipradja S.Sos

Daftar Isi

3 Etalase

4 Daftar Isi

6 Surat Pembaca

7 Info Sehat Menjaga Tulang Kuat dengan Jus Tomat nutrisi Tepat untuk Gigi Kuat Rumus Baru agar Badan Selalu Langsing Tips Mudah agar Tekanan Darah Tidak Tinggi

10 Ragam Lomba usaha Kesehatan Sekolah upaya

Strategis akibat Buruk Kurang Tidur

Keluarga Sehat Investasi Bangsa Rabies mematikan, namun dapat dicegah Janice Girardi Prof. I Gusti ngurah Mahardika

22 Kolom Banyak Mendengar

23 Media utama Terus Perbaiki Kesehatan Masyarakat HKn Ke 46 Galang Komitmen Tingkatkan

Derajat Kesehatan Masyarakat Revitalisasi Pelayanan Kesehatan

7

28

1318

14

23

33

Page 5: Mediakom 27

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom �

35 Peristiwa Penghargaan Menkes Bagi Individu dan Institusi yang Berjasa di Bidang Kesehatan Menkes ajak Masyarakat Sebarkan Pesan

Kesehatan Tanamkan PHBS Dalam Keluarga

39 Stop Press Jangan Berikan Susu Formula Pada anak-

anak Korban Bencana Silaturahmi Gali Informasi

44 Potret dr. Rivaldi Dominggus Liligoly Suwitno

46 nasional antara Merapi, Mentawai dan Wasior

51 Daerah Rencana aksi Daerah untuk MDGs Diatur

Dalam Perda MDG’s Masuk Desa

56 Siapa Dia SHaHnaZ HaQuE GIRInG aDDIE MS SHELOMITa

58 Lentera Ladang amal Bidang Kesehatan Sederhana itu luar biasa

35

39

42

44

46

51

56

Page 6: Mediakom 27

� Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Surat Pembaca

Dimana bisa mengadu ?

Saya ingin menanyakan ketika mendaftarkan produk “wet wipes” menggunakan merk A dengan komposisi yang telah dicantumkan saat mendaftar lalu telah keluar nomor registrasi namun ketika produk tersebut diproduksi dan dijual massal di pasar menggunakan merk B dengan ada perubahan komposisi sedangkan nomer registrasi yang dipakai di kemasan tetap menggunakan nomer registrasi lama dengan merk A.

Apakah hal seperti ini diijinkan untuk dilakukan? Apalagi wet wipes ini untuk bayi sehingga rentan sekali terjadi masalah. Apakah ini merupakan pelanggaran atau tidak? Dimanakah bisa mengadukan masalah ini ?

Terima kasih. Fulan

Jawab:Untuk pengaduan masalah produk

yang teregistrasi dan memerlukan informasi untuk keamanan produk pangan dan obat bisa menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM RI melalui telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau email [email protected] dan [email protected].

Informasi beasiswa spesialis

Dengan hormat, mohon kiranya dapat diberikan informasi mengenai program beasiswa dokter spesialis bagi PNS daerah.

Terimakasih.

Ludy Achmad Fauzi

Jawab :Terima kasih atas email yang Saudara kirimkan. Mengenai informasi dan persyaratan untuk mengikuti program

beasiswa dan dokter plus, cara pendaftarannya, Saudara bisa datang langsung ke Dinas Kesehatan setempat, untuk minta diikutsertakan dalam program tersebut. Untuk persyaratan, sama dengan pendaftaran pegawai negeri sipil.

Program beasiswa saat ini berlaku untuk dokter umum, anestesi dan kebidanan yang sudah PNS adalah Beasiswa Dokter Plus, sedangkan bagi yang berprofesi sebagai dokter gigi bisa mengikuti program dokter gigi spesialis bedah mulut.

Page 7: Mediakom 27

Info Sehat

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom �

Selain perawatan yang tepat, gigi juga memerlukan beberapa nutrisi berupa vitamin penting agar membuatnya tetap sehat dan kuat. Nutrisi penting ini bisa diperoleh dari makanan dan suplemen. Apa saja?

Kebersihan gigi merupakan hal yang terpenting untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi. Tapi tak hanya itu, nutrisi yang tepat juga diperlukan untuk mencegah timbulnya penyakit pada gigi dan gusi.

Makanan buah-buahan dan sayuran serta menghindari konsumsi karbohidrat olahan, kafein dan gula berlebih merupakan cara tepat untuk mencegah kerusakan gigi dan gusi.

Berikut beberapa nutrisi tepat untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi: Vitamin D

Tubuh memerlukan vitamin D untuk memelihara gigi tetap kuat, serta tahan terhadap penyakit gigi dan tulang. Vitamin D banyak terdapat pada ikan sarden, salmon dan susu. Kulit manusia juga dapat menyerap vitamin D dari sinar matahari.

Ini adalah cara enak untuk membuat tulang makin kuat sehingga kita akan terhindar dari risiko penyakit osteoporosis, yakni minum jus

tomat setiap hari.Likopen, kandungan antioksidan

dalam buah tomat, diyakini para ahli sebagai penyebab tulang bertambah kuat. Sebelumnya likopen sudah diketahui bermanfaat untuk mencegah kanker prostat pada pria dan juga mencegah penyakit jantung.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Kanada, para ahli meminta 60 orang wanita pasca menopause atau sekitar usia 50-

60 tahun untuk menghentikan konsumsi produk tomat dari menu hariannya selama satu bulan.

Ternyata hal ini meningkatkan kadar N-telopeptide dalam darah, yakni zat kimia yang dilepaskan tubuh dalam darah ketika ada tulang yang patah.

Kemudian, selama empat bulan para responden penelitian diberikan jus tomat yang mengandung 15 mg likopen setiap hari, selain juga ditambah dengan 35 mg kapsul likopen. Sebagai kelompok kontrol ada responden yang mendapatkan kapsul plasebo.

Hasilnya kadar N-telopeptide pada wanita yang minum jus tomat

MenjagaTulang Kuat dengan Jus Tomat

Nutrisi Tepatuntuk Gigi Kuat

atau kapsul likopen menurun drastis. Namun manfaat itu tidak didapatkan oleh wanita yang mengonsumsi kapsul plasebo.

Sebagai tindakan pencegahan, para ahli menyarankan konsumsi dua gelas jus tomat setiap hari. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Osteoporosis International.n

yl- dari berbagai sumber

Page 8: Mediakom 27

Info Sehat

� Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Orang usia lanjut biasanya memerlukan vitamin D lebih banyak, terutama yang berusia 50 tahun ke atas. Selain mencegah kehilangan gigi, vitamin D juga dibutuhkan untuk mencegah pengeroposan tulang. Vitamin C

Vitamin C penting untuk menjaga kesehatan jaringan ikat atau kolagen dalam gusi. Orang yang kekurangan vitamin C biasanya sering mengalami gusi bengkak dan berdarah, serta gigi mudah tanggal.

Vitamin C sangat penting dan merupakan salah satu bentuk yang paling dapat diandalkan untuk mencegah peradangan gusi. Bioflavonoid yang merupakan pigmen alami dalam buah-buahan dan sayuran, juga membantu mencegah pembentukan plak di sekitar gigi yang dapat menyebabkan noda dan gigi berlubang.

Vitamin C banyak pada buah-buahan segar dan sayuran terutama sayuran hijau, seperti brokoli, kiwi, buah jeruk, paprika, kentang dan tomat. Beta-karoten

Tubuh mengubah beta-karoten menjadi vitamin A, dan vitamin A penting untuk pertumbuhan tulang. Vitamin A juga diperlukan untuk perkembangan gigi dan enamel gigi sehat. Anda dapat dengan mudah mengenali makanan yang kaya akan beta-karoten dari warnanya yang kebanyakan oranye.

Makanan tinggi beta-karoten misalnya ubi, wortel, labu dan melon kuning (cantaloupe). Sayuran berdaun hijau seperti bayam juga tinggi beta-karoten. n

yn- dari berbagai sumber

Rumus BaruAgar BadanSelalu Langsing

Ada banyak cara mudah untuk menurunkan berat badan, tapi yang sering menjadi masalah sebenarnya

adalah menjaga berat badan agar selalu dalam kondisi ideal. Hasil studi terbesar dunia telah menemukan formula baru untuk membuat tubuh selalu langsing. Apakah itu?

Formula baru yang paling efektif untuk dapat menurunkan berat badan dan membuat tubuh selalu langsing, yaitu dengan makan makanan tinggi protein atau diet rendah indeks glikemik (GI). Dengan formula ini artinya orang bisa makan banyak daging tanpa lemak (lean meat), kacang-kacangan, produk susu rendah lemak dan sedikit makanan pati olahan, seperti roti dan nasi putih.

Indeks glikemik (GI) berlaku

untuk karbohidrat dan merupakan ukuran seberapa cepat karbohidrat tersebut diubah menjadi glukosa. Semakin rendah GI, semakin lambat proses pencernaan dan semakin besar rasa kenyang yang diperoleh. Diet rendah GI memungkinkan orang untuk makan sampai kenyang tanpa memperhitungkan kalori dan tanpa menaikkan berat badan.

Diet tinggi protein telah dikenal sebagai cara untuk menurunkan berat badan, karena protein menunda pengosongan perut dan meningkatkan produksi insulin. Dan dengan menambahkan karbohidrat dengan indeks glikemik rendah yang dicerna secara perlahan, maka orang akan merasa kenyang untuk jangka waktu yang lama.

Motivasi adalah kunci utama

Page 9: Mediakom 27

Info Sehat

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom �

dalam menjaga berat badan dan diet protein tinggi dan rendah GI memudahkannya untuk menurunkan berat badan dan menbuat tubuh tetap langsing.

Contoh makanan yang rendah GI adalah sebagai berikut:1. Roti dan sereal gandum2. Hampir semua sayuran3. Buah-buahan seperti apel,

pir dan jeruk rendah GI. Tapi anggur, buah kiwi dan melon tinggi GI karena mengandung banyak gula.

4. Dark chocolate rendah GI, karena memperlambat penyerapan gula.

5. Kentang panggang yang panas sebenarnya tinggi GI, tetapi ketika kentang panggang didinginkan maka akan membuat pati dicerna lebih lama sehingga rendah GI.

Dan contoh menu harian yang sesuai dengan diet rendah GI dan tinggi protein adalah sebagai berikut: Menu sarapan Susu rendah lemak, roti gandum dengan keju rendah lemak dan buah jeruk. Menu makan siang Roti gandum dengan daging tanpa lemak (lean meat) atau ayam, steak tuna dengan saus tomat dan sayuran. Menu makan malam Kalkun tumis, sayuran, pasta gandum, salad alpukat dengan keju feta (keju Yunani yang biasanya dibuat dari susu kambing atau domba). n

yn- dari berbagai sumber

Tips Mudah Agar Tekanan Darah Tidak Tinggi

Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) sebaiknya tidak dianggap remeh karena bisa menimbulkan komplikasi terutama untuk jantung. Ada

5 cara mudah menjaga tekanan darah tetap normal.

Tekanan darah yang tidak normal bisa membuat seseorang berisiko mengalami serangan jantung, stroke dan bahkan disfungsi ereksi. Hal ini kadang tidak diketahui oleh orang tersebut, kecuali jika tekanan darahnya sangat tinggi.

Ada cara-cara yang menyenangkan dan sempurna untuk menjaga tekanan darah agar tetap normal, yaitu:

Mengonsumsi dark chocolate (coklat hitam)Studi di Italia tahun 2008 mendapatkan

orang yang mengonsumsi dark chocolate setiap hari selama 15 hari bisa membantu menurunkan tekanan darah sistolik (angka atas) sebesar 4,5 poin dan diastoliknya sebesar 4,2 poin. Tapi pilihlah cokelat yang tepat dan mengandung antioksidan, pilihlah yang mengandung 65 persen kakao.

Melakukan hubungan seks Laki-laki yang melakukan hubungan seks dua kali seminggu memiliki risiko 65

persen lebih rendah terkena serangan jantung, dibandingkan yang hanya sekali sebulan. Hasil ini berdasarkan studi New England Research Institute. Hal ini menunjukkan tekanan darah yang lebih rendah dan pembuluh

darah akan merespons lebih baik dalam keadaan stres.

Mendengarkan musik Musik adalah alat yang sempurna untuk melebarkan arteri. Mendengarkan musik yang berirama

homogen (beatnya stabil) 30 menit sehari dan dikombinasikan dengan latihan pernapasan dapat menurunkan tekanan darah sistolik. Musik yang tepat dapat menghilangkan cemas dan menghindari penyempitan pembuluh darah.

Tertawa Menertawakan film yang lucu akan membuat pembuluh darah membesar sebesar 22 persen dan tindakan fisik

dari tertawa akan membuat pembuluh darah meluas yang meningkatkan aliran darah serta mengurangi tekanan darah. Sebaiknya seseorang tertawa 15 menit sehari, bisa dengan membaca cerita atau menonton film lucu.

Mengukur tekanan darah di rumah Mengukur tekanan darah secara teratur di rumah akan lebih baik dalam memprediksi risiko

kardiovaskuler dibandingkan dengan di rumah sakit. Seseorang bisa memilih alat pengukur tekanan darah digital yang akurat, sehingga dapat mengetahui tekanan darahnya setiap kali ia butuhkan. n yn- dari berbagai sumber

Page 10: Mediakom 27

Ragam

10 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat 2 menyatakan bahwa: setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak (UUPA) menegaskan bahwa: setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4) dan bahwa setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial (Pasal 8).

Anak usia sekolah (6-18 tahun) merupakan generasi penerus, dan sebagai kader pembangunan di masa mendatang. Untuk itu diperlukan pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatannya.

Upaya pembinaan kesehatan juga dilakukan di dalam lingkungan sekolah, karena merupakan tempat dimana anak berinteraksi dengan lingkungannya; sehingga penting pengaruhnya dalam upaya peningkatan kesehatan fisik, psikis maupun sosial anak.

Sekolah juga merupakan lembaga yang mudah dijangkau oleh pelayanan kesehatan, yang dikenal dengan nama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Tujuan UKS adalah meningkatkan kemampuan hidup sehat dan membentuk perilaku hidup sehat bagi peserta didik di sekolah, serta meningkatkan prestasi belajar sehingga dapat menghasilkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai modal dasar peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Langkah StrategisUKS dilaksanakan dengan titik berat kegiatan pada

upaya promotif dan preventif, didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas. Langkah ini menjadi sangat penting dan strategis dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar pada khususnya, dan kesehatan peserta didik pada umumnya. Oleh karena itu pelaksanaan UKS perlu dilaksanakan di semua sekolah, termasuk perguruan agama dan pondok pesantren.

Pentingnya kesehatan sekolah juga telah tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 79 yang berbunyi ”Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Usaha Kesehatan Sekolah merupakan wahana untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik, melalui Trias Program UKS yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat.

Pendidikan dan kesehatan merupakan dua sisi mata uang yang satu sama lain saling berkaitan, tak terpisahkan serta merupakan dua indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menentukan kualitas sumber daya manusia.

Untuk MemotivasiUntuk memotivasi pembinaan dan pelaksanaan UKS

di Indonesia, sejak tahun 1991 diselenggarakan Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional setiap tahun, yang tidak saja menilai bagaimana sekolah melaksanakan progaram UKS, namun juga mengevaluasi bagaimana pembinaan yang dilakukan Tim Pembina UKS di tingkat provinsi, kabupaten /kota dan kecamatan.

Melalui Lomba Sekolah Sehat ini diharapkan tumbuh ”sekolah-sekolah sehat” di seluruh Indonesia; yaitu sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang, peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat.

Peserta lomba tingkat nasional adalah Taman Kanak-Kanak/ Raudhatul Athfal sampai dengan Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah

LombaUsaha Kesehatan Sekolah

Upaya Strategis

Page 11: Mediakom 27

Ragam

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 11

Aliyah/Madrasah Aliyah Kejuruan yang menjadi Juara I Lomba Sekolah Sehat Provinsi.

Adapun materi penilaian secara umum adalah: 1) kebersihan, pencahayaan dan ventilasi seluruh ruangan sekolah, 2) standar ruang UKS, 3) kantin sekolah, 4) sarana air bersih, 5) kamar mandi/WC, 6) pengelolaan sampah dan air bersih, 7) kebersihan, keindahan dan kerindangan halaman/pekarangan, 8) penerapan kawasan tanpa rokok, 9) perlengkapan ruang UKS, 10) manajemen dan peran serta masyarakat, termasuk organisasi tim pelaksana UKS, 11) peserta didik, meliputi: kebersihan diri, kader kesehatan remaja, tingkat pengetahuan, dan aktivitas siswa.

Dalam lomba sekolah sehat ini peranan puskesmas sangat

penting, terutama dalam hal pelayanan kesehatan seperti pemberian imunisasi, melaksanakan penjaringan, pemeriksaan kesehatan berkala, memberikan penyuluhan, melatih dokter kecil, dan lain-lain.

Sehubungan dengan itu Kementerian Kesehatan tahun ini mengundang para petugas puskesmas yang sekolah binaannya menjadi pemenang lomba sekolah sehat untuk beraudiensi (bertatap muka) dengan Menteri Kesehatan . Petugas kesehatan yang diundang adalah petugas yang benar-benar aktif melakukan pembinaan di sekolah. Hal ini dilaksanakan sebagai penghargaan kepada mereka dan juga dimaksudkan untuk motivasi mereka agar lebih meningkatkan pembinaan di sekolah-sekolah di wilayah binaannya.

Harapan ke DepanKementerian Kesehatan

mengharapkan kepada Tim Pembina UKS, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota maupun provinsi serta pusat hendaknya selalu berkoordinasi dan bersinergi dalam pelaksanaan program UKS, agar dapat meningkatkan pelaksanaannya menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Termasuk di antaranya memasukkan secara lebih seksama program PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dalam program UKS.

Diharapkan di masa mendatang penilaian lomba tidak hanya pada aspek fisik saja, tetapi juga aspek perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) karena aspek perilaku tidak dapat diubah dalam waktu beberapa hari berbeda halnya dengan aspek fisik.n Smd/GHS

Menkes berdialog

dengan dokter kecil.

Page 12: Mediakom 27

Ragam

12 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Pernah merasa uring-uringan, nguap dan pusing? Mungkin saja hal itu akibat kurang tidur. Jangan pernah anggap

remeh keadaan ini! Kurang tidur dapat memengaruhi kehidupan seksual, daya ingat, kesehatan, penampilan, kurang konsentrasi, kecelakaan dan bahkan membuat tubuh ‘melar’.

Kecelakaan, akibat kurang tidur adalah salah satu faktor penyebab bencana sehari-hari dalam kehidupan kita, selain ledakan tabung gas dan kebakaran.

Terdengar berlebihan, tapi harus disadari kurang tidur juga berdampak pada keselamatan setiap hari di jalan. Mengantuk dapat memperlambat waktu anda mengemudi setara ketika anda mabuk saat menyetir. Kondisi seperti ini, walau mata terjaga, tapi kesadaran menurun. Sehingga tidak sanggup menguasai kemudi secara penuh. Besar kemungkinan menabrak dan salah jalur saat melintas di jalan raya.

Sebuah penelitian yang dilakukan Lembaga Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional Amerika

memperkirakan bahwa kelelahan merupakan penyebab 100.000 kecelakaan mobil dan 1.500 kematian terjadi selama setahun di AS. Di mana korbannya orang di bawah umur 25 tahun.

Studi yang sama menunjukkan, jika kurang tidur atau memiliki kualitas tidur yang rendah dapat menyebabkan kecelakaan dan cedera saat bekerja. Dalam sebuah penelitian, pekerja yang mengeluh mengantuk berlebihan di siang hari rentan terluka saat bekerja dan secara terus menerus mengalami kecelakaan yang sama saat berkerja.

Konsentrasi menurun, tidur yang baik mempengaruhi suasana belajar dan berpikir. Jika kurang tidur dapat mempengaruhi banyak hal. Pertama, mengganggu kewaspadaan, konsentrasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Hal ini membuat belajar menjadi sulit dan tidak efisien. Kedua, siklus tidur pada malam hari berperan dalam “menguatkan” memori dalam pikiran. Jika tidak cukup tidur, tak mampu mengingat apa yang dipelajari dan alami selama seharian.

Masalah kesehatan serius

gangguan tidur dan kurang tidur tahap kronis dapat membawa pada risiko penyakit jantung, serangan jantung, gagal jantung, detak jantung tidak teratur, tekanan darah tinggi, stroke dan diabetes.

Menurut beberapa penelitian, 90 persen penderita insomnia- gangguan tidur yang ditandai dengan sulit tidur dan tetap terjaga sepanjang malam - juga mengalami risiko kesehatan serupa.

Gairah seks menurun. Para ahli melaporkan, kurang tidur pada pria dan wanita menurunkan tingkat libido dan dorongan melakukan hubungan seksual. Hal ini dikarenakan energi terkuras, mengantuk, dan tensi yang meningkat.

Bagi pria yang mengidap sleep apnea, masalah pernapasan yang mengganggu saat tidur, menyebabkan gairah seksual melempem. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2002 menunjukkan, hampir semua orang yang menderita sleep apnea memiliki kadar testosteron yang rendah. Dan hampir setengah dari orang

Akibat Buruk Kurang Tidur

WW

W.S

LEEP

AN

DD

REA

MS.

CO

M

Page 13: Mediakom 27

Ragam

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 13

yang menderita sleep apnea parah memiliki tingkat testosteron yang rendah pada malam hari.

Peneliti dari Universitas Pensylvania melaporkan orang-orang yang tidur kurang dari 5 jam per hari selama tujuh hari menyebabkan stres, marah, sedih, dan kelelahan mental. Selain itu, kurang tidur dan gangguan tidur dapat menyebabkan gejala depresi.

Gangguan tidur yang paling umum, yaitu insomnia yang memiliki kaitan kuat dengan depresi. Dalam studi tahun 2007 melibatkan 10.000 orang, terungkap bahwa pengidap insomnia 5 kali lebih rentan depresi. Bahkan, insomnia sering menjadi salah satu gejala pertama depresi.

Insomnia dan tidak nafsu makan akibat depresi saling berhubungan. Kurang tidur memperparah gejala depresi dan depresi membuat anda lebih sulit tidur. Sisi positifnya, pola tidur yang baik dapat membantu mengobati depresi.

Mempengaruhi kesehatan kulit. Kebanyakan orang mengalami kulit pucat dan mata bengkak setelah beberapa malam kurang tidur. Keadaan tersebut benar karena kurang tidur yang kronis dapat mengakibatkan kulit kusam, garis-garis halus pada wajah dan lingkaran hitam di bawah mata.

Bila anda tidak mendapatkan cukup tidur, tubuh anda melepaskan lebih banyak hormon stres atau kortisol. Dalam jumlah yang berlebihan, kortisol dapat memecah kolagen kulit, atau protein yang membuat kulit tetap halus dan elastis.

Kurang tidur juga dapat menyebabkan tubuh lebih sedikit mengeluarkan hormon pertumbuhan. Ketika kita masih muda, hormon pertumbuhan manusia mendorong pertumbuhan. Dalam hal ini membantu meningkatkan massa otot, menebalkan kulit, dan memperkuat tulang.

Pelupa tidak ingin lupa dengan kenangan terbaik dalam hidup? Cobalah perbanyak tidur. Pada

tahun 2009, peneliti dari Amerika dan Perancis menemukan bahwa peristiwa otak yang disebut “sharp wave ripples” bertanggung jawab menguatkan memori pada otak. Peristiwa ini juga mentransfer informasi dari hipokampus ke neokorteks di otak, dimana kenangan jangka panjang disimpan. Sharp wave ripples kebanyakan terjadi pada saat tidur.

Tubuh jadi melar, jika mengabaikan efek kurang tidur, bersiaplah dengan ancaman kelebihan berat badan. Kurang tidur berhubungan dengan peningkatan rasa lapar dan nafsu makan, dan kemungkinan bisa menjadi obesitas. Menurut sebuah studi tahun 2004, orang-orang yang tidur kurang dari enam jam sehari, hampir 30 persen cenderung menjadi lebih gemuk daripada mereka yang tidur tujuh sampai sembilan jam sehari.

Penelitian terakhir terfokus pada hubungan antara tidur dan peptida yang mengatur nafsu makan. Ghrelin merangsang rasa lapar dan leptin memberi sinyal kenyang ke otak dan merangsang nafsu makan. Waktu tidur singkat dikaitkan dengan penurunan leptin dan peningkatan dalam ghrelin.

Kurang tidur tak hanya merangsang nafsu makan. Hal ini juga merangsang hasrat menyantap makanan berlemak dan makanan tinggi karbohidrat. Riset yang tengah

berlangsung meneliti apakah tidur yang layak harus menjadi bagian standar dari program penurunan berat badan.

Meningkatkan risiko kematian, dalam penelitian Whitehall ke-2, peneliti Inggris menemukkan bagaimana pola tidur mempengaruhi angka kematian lebih dari 10.000 pegawai sipil Inggris selama dua dekade. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2007, mereka yang telah tidur kurang dari 5-7 jam sehari mengalami kenaikan risiko kematian akibat berbagai faktor. Bahkan kurang tidur meningkatkan dua kali lipat risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Merusak penilaian terutama tentang tidur kurang dapat memengaruhi penafsiran tentang peristiwa. Keadaan tubuh yang lemas membuat tidak bisa menilai situasi secara akurat dan bijaksana. Kurang tidur sangat rentan terhadap penilaian buruk ketika sampai pada saat menilai apa yang kurang terhadap sesuatu.

Dalam dunia yang serba cepat saat ini, kebiasaan tidur menjadi semacam lencana kehormatan. Spesialis mengenai tidur mengatakan, salah jika berpikir baik-baik saja meski kurang tidur karena di mana pun bekerja pada profesi apa pun, akan menjadi masalah besar bila tidak dapat menilai sesuatu dengan baik.n

pra, dari berbagai sumber

Page 14: Mediakom 27

Ragam

14 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Keluarga Sehat Investasi Bangsa

Peranan keluarga dalam meningkatkan kualitas kesehatan di masyarakat, bangsa dan negara sangat penting. Keluarga

merupakan unit terkecil dari suatu bangsa. Di dalam keluarga terjadi interaksi dan komunikasi antara ayah, ibu, dan anak yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan. Ditanamkannya perilaku hidup yang bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat. Selanjutnya, keluarga yang sehat akan membentuk masyarakat, desa dan kelurahan sehat, kecamatan sehat, kabupaten

dan kota sehat, provinsi sehat dan bangsa sehat. Bangsa yang sehat, yang memiliki derajat kesehatan masyarakat yang tinggi, akan meningkatkan produktivitas bangsa tersebut. Oleh karena itu, keluarga yang sehat adalah investasi suatu bangsa bagi pembangunan sumber daya manusianya yang produktif.

Indeks Pembangunan Manusia atau IPM adalah indikator komposit dari pembangunan manusia atau kualitas suatu bangsa yang diukur dari tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan tingkat perekonomian bangsa. Tercapainya keluarga sehat akan meningkatkan IPM bangsa

Indonesia secara bermakna.Undang-Undang nomor 36

tahun 2009 tentang Kesehatan, mengamanatkan bahwa Pembangunan Kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Untuk melaksanakan amanat Undang-Undang tersebut, komitmen pemerintah diwujudkan dengan diterbitkannya Rencana

Page 15: Mediakom 27

Ragam

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 15

Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang antara lain dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan (RPJM-K) 2010-2014 dan dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010. RPJMN mengamanatkan pencapaian Umur Harapan Hidup Manusia Indonesia menjadi 72 tahun, penurunan Angka Kematian Bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, penurunan Angka Kematian Ibu menjadi 118 per 100.000 kelahiran, serta penurunan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi kurang dari 15%. Upaya pencapaian sasaran-sasaran ini diperkuat lagi dengan komitmen Pemerintah untuk mencapai sasaran-sasarannya.

Untuk mempercepat target

Millenium Development Goals atau MDGs, perlu pemantapan pemberdayaan masyarakat melalui penguatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) seperti : 1) Program Desa Siaga, 2) Revitalisasi Posyandu dan 3) Reformasi Puskesmas dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.

Banyak permasalahan kesehatan yang dapat diatasi bila aspek perilaku diperhatikan. Keluarga sehat berkaitan erat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS di Rumah Tangga. Beberapa permasalahan kesehatan seperti Diare dapat dicegah bila masyarakatnya dapat menerapkan perilaku sehat, dengan cuci tangan pakai sabun, minum air yang dimasak dan memanfaakan sarana kesehatan lingkungan dengan baik.

Demam Berdarah dapat dicegah bila masyarakat melakukan 3 M plus, yaitu menguras, menutup, mengubur, plus membasmi sarang nyamuk, menghindari gigitan nyamuk dan menciptakan lingkungan sehat yang bebas dari jentik nyamuk. Malaria dapat dicegah jika seluruh anggota keluarga di daerah endemis malaria menggunakan kelambu pada saat tidur.

Gizi Buruk dapat dideteksi secara dini dan dicegah bila bayi dan balita selalu dibawa ke Posyandu setiap bulan. Kematian bayi dapat dicegah bila ibu melahirkan ditolong oleh petugas kesehatan di fasilitas kesehatan. Penyakit jantung dan hipertensi dapat dicegah bila masyarakat menerapkan gaya hidup sehat yaitu berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan makan makanan yang tinggi serat.

Hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2010, menunjukkan bahwa secara nasional persentase penduduk yang merokok setiap hari sebesar 28,2%, dan rumah tangga yang memiliki jamban sehat adalah sebesar 55,4%. Sementara itu, ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan 6-8 jenis

pemeriksaan hanya 56,8%, dan persentase balita yang ditimbang selama enam bulan terakhir adalah 67,1%.

Peringatan HKN ke-46 tahun 2010 sebagai momentum Gubernur, Bupati dan Walikota beserta segenap masyarakat di seluruh Indonesia untuk terus menerus berupaya meningkatkan perilaku sehat keluarga sejak dini, agar pada tahun 2014 PHBS di rumah tangga Indonesia dapat mencapai 70%. Melalui upaya peningkatan PHBS di rumah tangga secara terus menerus diharapkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia akan meningkat.

Permasalahan kesehatan perlu didukung berbagai pihak, baik lintas sektor, organisasi masyarakat, LSM, maupun dunia usaha. Oleh sebab itu peningkatan upaya kemitraan dan peran serta dalam pembangunan kesehatan perlu terus didorong, ditingkatkan, dan dikembangkan. Sejalan dengan itu, seluruh komponen bangsa dapat berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan melalui upaya pemberdayaan masyarakat, meningkatkan perilaku bersih dan sehat dalam keluarga.

Pada peringatan Hari Kesehatan Nasional atau HKN ke-46 tahun 2010 ini, perlu menyebarluaskan pesan pesan penting kepada masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga sebagai investasi bangsa, yaitu : Kesehatan harus dimulai dari rumah; Gizi baik, anak tumbuh sehat dan cerdas; Jadilah Keluarga Sadar Gizi; Ibu sehat, mampu memenuhi tugas dalam keluarga dan masyarakat; Lindungi keluarga dari Narkoba dan HIV-AIDS; Berperilaku sehat, cegah penyakit; Bersama kita jaga kesehatan diri, rumah dan lingkungan; Tetaplah sehat, jika sakit segera berobat; Jadilah keluarga sehat, lebih produktif dan berprestasi; Kutanam, kupelihara pohon, lestari alamku; Gunakan kelambu saat tidur agar terhindar dari gigitan nyamuk malaria di daerah endemis malaria. npra

Senam bersama pada peringatan HKN ke-46 2010

Page 16: Mediakom 27

Ragam

16 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Rabiesmematikan, namun dapat dicegah

Rabies ini penyakit mematikan namun bisa dicegah, yaitu dengan menghindari gigitan Hewan Penular Rabies

(HPR). Bila sampai tergigit atau tercakar maka segeralah mencuci luka gigitan tersebut dengan air mengalir dan sabun selama 10-15 menit. Langkah kedua, kunjungi tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan medis selanjutnya. Petugas kesehatan biasanya akan memberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan bila sesuai indikasi dikombinasikan dengan Serum Anti Rabies (SAR) bila luka gigitan dalam atau luka dalam. Langkah selanjutnya, melakukan pemeliharaan anjing dengan mengunjungi dokter hewan dan melakukan vaksinasi.

Rabies ditularkan melalui gigitan HPR terutama anjing, kucing dan kera. Di Indonesia, penularan sebagian besar dari anjing (98%), sisanya dari kucing dan kera (2%). Gejala rabies pada manusia biasanya diawali dengan demam, nyeri kepala, sulit menelan, hipersalivasi, takut air, peka terhadap rangsangan angin dan suara, kemudian diakhiri dengan kematian. Masa inkubasi berkisar antara 2-8 minggu.

Masa inkubasi rabies pada hewan kurang lebih 2 minggu. Gejala awal rabies pada hewan biasanya ditandai dengan perubahan temperamen. Pada fase selanjutnya hewan akan menjadi tidak tenang, agresif,

Petugas vaksinasi anti rabies pada anjing.

Page 17: Mediakom 27

Ragam

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 17

nervous, kehilangan rasa takut pada manusia, menggigit benda apa saja, air liur berlebihan, tidak bisa menelan dan ekor menggantung.

Rabies bermula dari Kab. BadungBermula dari ditemukannya kasus positif pada anjing

di daerah Kedonganan-Jimbaran, Kabupaten Badung, rabies menyebar ke semua kabupaten di Bali yang secara historis tidak pernah ada. Tidak hanya pada hewan, manusia pun menjadi korban rabies ini.

Sejak Nopember 2009 - sampai dengan bulan September 2010, tercatat kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) di Bali sebanyak 64.362 kasus, yang diberi vaksin anti rabies (VAR) sebanyak 56.974 kasus (88,81%) dan jumlah yang meninggal adalah 101 orang. Dari jumlah tersebut 56.974 kasus (88,81%) di antaranya telah dilakukan VAR sedangkan sisanya sesuai prosedur tetap pelayanan kasus, tidak memerlukan VAR. Jika dirata-rata terdapat 153 kasus gigitan per hari.

Berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian Provinsi Bali hingga Oktober 2010, terjadi kasus gigitan di 260 desa yang tersebar di 50 kecamatan di 9 kabupaten. Pengiriman sampel ke Balai Besar Veteriner Denpasar juga terus dilakukan sejak Desember 2008 hingga

Oktober 2010 dan telah diperiksa sebanyak 3.517 sampel dengan hasil 419 positif.

Kebijakan dan upayaKebijakan telah dilakukan untuk mencegah kasus

positif rabies yaitu dengan menetapkan Peraturan Gubernur No.88 Tahun 2008 tentang Penutupan Sementara Pemasukan dan atau Pengeluaran Hewan Penular Rabies (HPR) dari dan atau ke Provinsi Bali, menerbitkan Surat Edaran Gubernur kepada bupati/walikota tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Rabies, menerbitkan Instruksi Gubernur No.1 tahun 2009 tentang Pencegahan, Pengendalian, dan Pemberantasan Penyakit Rabies, serta bersama DPRD menetapkan Peraturan Daerah no.15 tahun 2009 tentang Penanggulangan Rabies.

Upaya yang telah dilakukan di Bali yaitu pelatihan bagi petugas kesehatan (Puskesmas & Rumah Sakit) di seluruh Kab/Kota di Bali (9 Kab/Kota), penyediaan VAR manusia yaitu Pusat dan WHO sebanyak 6.861 kuur (27.484 vials), provinsi sebanyak 19.469 kuur (77.876 vials), kab/kota sebanyak 11.627,5 kuur (46.510 vials). Selain itu, workshop dan pertemuan Tim Koordinasi Pengendalian Rabies (TIKOR), meningkatkan capacity building petugas dengan mengikuti pelatihan-pelatihan di luar negeri, serta pembuatan buku pedoman dan media penyuluhan rabies.

Selain itu upaya pencegahan juga telah dilaksanakan meliputi vaksinasi dan eliminasi anjing di mana telah divaksinasi 261.972 ekor anjing, dan tereliminasi 120.419 dari estimasi 421.525 populasi anjing di Bali. Selain itu untuk mempercepat pelayanan korban gigitan HPR, didirikanlah Rabies Center di tiap-tiap kabupaten/kota dengan dukungan bupati/walikota se-Bali.

Sudah lama adaKasus rabies pada hewan di Indonesia ditemukan

pertama kali tahun 1884 dan sedangkan kasus pada manusia pertama kali tahun 1894 di Jawa Barat.

Sebelum Bali, kejadian luar biasa (KLB) rabies pernah terjadi pada tahun 2005 di Prov. Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Barat dan Prov Banten pada akhir tahun 2007 dan terakhir Bali pada November 2008.

Sampai saat ini rabies sudah tersebar di 24 provinsi. Sembilan provinsi yang masih bebas yaitu Babel, Kalbar, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, NTB, Papua Barat & Papua. Di Indonesia gigitan hewan penular rabies (GHPR) meningkat sejak tahun 2006-2010. Dari semua kasus GHPR yang diberi Post Exposure Treatment (PET) atau diberi VAR berkisar hanya 60-70% nya. Sampai dengan bulan September 2010 tercatat 51.078 kasus GHPR dan kasus meninggal (lyssa) berjumlah 154 orang. Kasus tahun 2009 dan 2010 meningkat tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya karena adanya KLB di provinsi Bali. npra, iwan

Prof. Tjandra Yoga Aditama lakukan vaksinasi anti rabies pada petugas.

Page 18: Mediakom 27

Ragam

18 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Janice GirardiEradikasi Rabies bukan Binatangnya

Dua program dicanangkan sekaligus untuk eradikasi rabies di Bali yaitu melakukan vaksinasi 70% total anjing di Bali dan

eradikasi manusiawi dengan metode eutanasi terhadap hewan yang suspek rabies atau hewan lain yang tidak dapat disembuhkan. Demikian inti perjanjian yang ditandatangi Gubernur Bali dan seluruh Bupati untuk mengeradikasi rabies di Bali. Bagaimana implementasi program tersebut dilapangan, berikut petikan wawancara dengan Janice Girardi pendiri BAWA (Bali Animal Welfare Association)

Pada dasarnya program ini dimulai pada Desember 2009. Pilot Project pertama di Kab. Gianyar, kemudian dilanjutkan ke Kab. Bangli. Berdasarkan hasil proyek itu bekerjasama dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan persetujuan Gubernur Bali, telah menyetujui perjanjian kerjasama mengeradikasi rabies di Bali, harapannya selesai tahun 2012.

Apa hambatan memusnahkan rabies?

Satu-satunya cara yang direkomendasikan dunia untuk megeradikasi rabies adalah dengan memvaksinasi minimal 70% dari total populasi. Itulah yang dihadapi

Bali sekarang. Dengan eliminasi, harus selalu menjelaskan bahwa eliminasi sembarangan justru tidak akan mengurangi isu rabies, bahkan eliminasi yang membabi buta akan mengakibatkan populasi yang lebih besar sehingga memberikan jangkauan yang lebih luas daripada virus. Dari setiap rapat dan pemberitaan, selalu membawa rekomendasi dari WHO. Tidak bergerak secara individual, tapi bekerja bersama para pakar dunia, baik local maupun internasional.

Salah satu kegiatan yang sudah dimulai adalah jika ada laporan dari masyarakat maka segera menuju ke area tersebut dan memberikan pemahaman yang jelas kepada masyarakat. Ini penting karena sering eliminasi merupakan suatu tuntutan dari masyarakat yang berdasarkan panik akan membahayakan program dan manusia. Kami ingin menjelaskan kepada masyarakat bahwa jika ada kasus maka tindakan dalam eradikasi rabies sebagai tindakan obyektif, yaitu untuk mengeradikasi rabies atau virusnya bukan binatangnya.

Penyakit rabies ini tertuju pada manusia dan hewan. Kami juga memberikan edukasi masyarakat paska gigitan karena itu sering terlupakan yaitu dengan mencuci luka. Yang

kedua dengan menggunakan vaksin. Kadin Peternakan Bali, Pak Suteja,

sudah melakukan hal yang maksimal dalam penyediaan vaksin untuk manusia. Tentu, kami yakin jika terus dilakukan maka akan dapat membantu membebaskan kembali Bali dari rabies.

Ada catatan perkembangan populasi anjing di Bali?

Dasar teori perkembangan populasi sangat sederhana. Pertama,

Page 19: Mediakom 27

Ragam

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 19

semakin sehat seekor anjing, maka semakin banyak anjing yang dapat dilahirkan. Bali adalah tempat industri di mana banyak restoran dan hotel sehingga banyak tersedia sumber makanan. Yang ditakutkan bila dilakukan eliminasi secara sembarangan maka keseimbangan populasi akan terganggu. Dan ini akan berakibat pada ketidakseimbangan alam. Belum ada studi tentang ini karena kami fokus pada eradikasi rabies. Rabies dan besarnya populasi anjing adalah 2 hal yang berbeda.

Ada pemahaman yang mengatakan bahwa rabies berasal dari anjing liar. Anjing liar dan anjing yang diliarkan adalah berbeda. Diliarkan berarti ada pemilik. Berbeda

dengan anjing yang benar-benar liar. Di Bali tidak ada anjing ini. Selain pembasmian rabies, kami juga lakukan program edukasi. Untuk mengubah konsep pemahaman masyarakat tentang merawat binatang peliharaan membutuhkan waktu dengan harapan generasi mendatang dapat memelihara hewan peliharaan.

Ada 3 area di Bali yang meningkat populasi anjingnya yaitu di pasar, pura dan pantai. Di tempat ini anjing sering dibuang. Setiap hari ada tim yang mengunjungi tempat ini dengan harapan dapat ditemukan anjing tanpa pemilik kemudian kami obati, vaksinasi dan sterilisasi. Kami melakukan vaksinasi dari Desember 2009.

Ada kegagalan vaksinasi?Tidak ada kegagalan vaksinasi

di 2 kabupaten sebelumnya, yakni Gianyar dan Bangli. Masalahnya tidak ada perbatasan yang jelas sehingga adanya pergerakan anjing yang berasal dari area positif ke negatif. Kami juga ingin mengajak banyak pihak untuk membahas masalah perpindahan hewan ini.

Rabies ini bukan penyakit yang menunjukkan gejalanya secara cepat, namun perlahan-lahan. Banyak yang beranggapan ketika anjing sudah divaksinasi sudah bebas rabies, padahal anjing yang sudah terinkubasi rabies walau sudah divaksin, dia akan menunjukkan gejala rabies.n

pra,iwan

Update tentang kasus rabies?Virus ini bermula dari kawasan Kuta Selatan,

Kab. Badung. Ini sudah menyebar di semua kab/kota di Bali. Kemudian jumlah desa yang tertular sekarang ini sudah lebih dari 220 atau sepertiga

desa di Bali sudah tertular rabies. Tetapi fokus kasus terbanyak

Prof. I Gusti Ngurah MahardikaGuru Besar Bidang Virologi, Fak. Kedokteran Hewan UNUD

Tentang Pengendalian Rabies di Bali

(hot spot) teridentifikasi ada di 4 kabupaten yaitu Karangasem, Badung, Tabanan, dan Buleleng. Di daerah itu jumlah kasus pada hewan dan manusia paling tinggi. Daerah lain seperti Jembrana, Klungkung, Bangli, dan GIanyar, belum merah dan masih sedikit. Mustinya dengan dana terbatas, perhatian ke sana.

Selalu terkendala dana? Berapa dana yang dimiliki Pemerintah Provinsi Bali atau Pusat?

Dana itu sumber daya nomor sekian. Sumber daya itu tersedia, dokter hewan cukup banyak sampai ribuan dokter hewan ada di Bali. Mahasiswa kedokteran hewan juga ribuan yang bisa dimobilisasi. Kita pernah memobilisasi mahasiswa 200-300 orang dalam satu hari. Dana pemda tidak boleh untuk operasional. Vaksin sudah lengkap bahkan berlebihan. Vaksin diproduksi dalam negeri ada juga impor. Kita tahu vaksin tidak bisa terbang sendiri, perlu mobilisasi sumber daya manusia yang besar dan pada

Page 20: Mediakom 27

Ragam

20 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

akhirnya dana menjadi kunci. Jumlah besar dan saya tidak tahu, yang saya tahu dari APBN sampai 80 miliar. Belakangan dari luar negeri melalui NGO (LSM), mereka sudah bisa menyediakan dana sampai 700 ribu dollar, sekitar 6 miliar. Kalau di Bali ada political will, saya kira tidak butuh dana besar. Bukan dana yang utama yang penting leadership di mana di Bali ini belum cukup kuat. Saya kira sektor swasta juga punya kepentingan dalam pariwisata. Kalau memang ada program yang akuntabel saya kira bisa dimobilisasi. Yang penting adalah political will dan leadership.

Political will dan leadership yang seperti apa?

Pertama, jika memang kuat, pasti sense of crisis juga kuat, di mana mereka bisa berpikir bahwa krisis ini bisa berdampak besar bagi masyarakat Bali dan internasional. Seharusnya sudah diambil alih bahwa ini harus ditindaklanjuti segera. Boleh flash back kembali ke 2008, saya pernah memfasilitasi pelaksanaan penanganan rabies yang sistematik bersama dengan beberapa teman, pada waktu itu kita kalkulasi tidak sampai 2 M. Kita akan selesai dengan rabies dengan melokalisir Badung Selatan yaitu di Bandara. Kalau secara geografis kita sudah Prof. I Gusti Ngurah Mahardika

Page 21: Mediakom 27

Ragam

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 21

diberikan alam batasan yang kuat sekali di mana sangat kecil anjing bisa melintas asalkan diawasi. Diawasi saja jalan ke bandara, anjing tidak mungkin lewat. Itu yang sama sekali tidak dilakukan. Sekarang sudah melebar dan perlu kesungguhan yang lebih besar lagi.

Dari 9 kabupaten mana yang harus diwaspadai?

Target untuk Bali bebas rabies 2012 itu tidak bisa atau tidak realistis. Rabies Under Control atau dapat dikendalikan itu bisa dicapai. Target kedua, jangan lagi ada manusia yang meninggal karena rabies di Bali. Itu sangat realistik. Kalau saya diminta untuk mengatasinya, saya akan bekerja di hot spot tadi. Kita melokalisir dulu lokasi dengan risiko tinggi. Berkaitan dengan sumber daya, di Bali ada desa adat, di sana ada pecalang, ini bisa dimobilisasi. Setiap orang yang keluar masuk harus dicatat. Kalau perlu dilarang keluar masuk. Pendekatan ini yang sebaiknya dilakukan untuk menangani rabies. Suara saya agak tenggelam dalam 1-2 tahun terakhir. Saya agak mengundurkan diri dari aktifitas pemberantasan rabies ini sambil menunggu respon.

Mana yang lebih efektif? Vaksinasi?

Yang kita hadapi, ada seratus orang yang meninggal karena rabies, hanya 4 atau 5 yang digigit anjing rumahan. Artinya sisanya digigit anjing liar, yaitu anjing yang ada pemiliknya namun dibiarkan bebas. Intinya kalau vaksinasi memang perlu asal kuncinya serentak dan masal. Bayangkan sekarang ada 270 sekian desa, dilakukan desa per desa vaksinasi dan dalam 6 bulan selesai. Begitu 6 bulan kemudian, di desa pertama sudah muncul anjing yang baru lagi. Vaksinasi saja juga tidak cukup. Secara medis, saya melihat seekor anjing yang bebas berkeliaran

yang positif rabies, itu pasti dia sudah mengigit anjing lain. Idealnya, hewan itu ditangkap dan dikarantina namun itu tidak mungkin dilakukan. Itu bisa disebut eliminasi terbatas atau pengurangan populasi anjing terbatas yang memang berisiko tertular rabies. Dalam hal tertentu eliminasi harus dilakukan. Hanya saja bahan yang digunakan tidak disukai. Di Indonesia menggunakan stripnin. Sedangkan bahan yang diminta adalah barbiturate itu terbatas di Indonesia. Saya dengar untuk mengimpor dari luar negeri, mereka masih bermasalah karena belum mendapat ijin Kementerian Pertanian untuk mengimpor. Yang diakui internasional dan cukup humanis, itu tidak tersedia banyak di Indonesia. Kalau mengeliminasi dengan memberikan makanan, akan lama sekali matinya dan penuh siksaan. Jadi itu tadi, vaksinasi bisa tapi harus serentak dan masal dan eliminasi harus dilakukan untuk daerah yang berisiko tinggi. Contohnya anjing terinfeksi rabies tadi. Reproductive number untuk rabies sekitar 1,6 -2 yang artinya 1 anjing menggigit 2 ekor anjing lain. Itu angka untuk luar negeri, untuk Indonesia belum tahu.

Idealnya berapa kali vaksinasi pada hewan?

Untuk dalam negeri itu harus divaksinasi 2 kali, yaitu dalam 3 bulan harus dibooster dan setahun kemudian divaksin ulang. Ada produk sumbangan dari luar negeri yang hanya perlu single injection dan diulang setahun lagi. Yang perlu mendapat perhatian itu peran serta masyarakat. Ini masih minim misalnya pada saat vaksinasi mereka kerja. Capaian vaksinasi kita rata-rata sampai 40%. Artinya mereka tidak bisa membawa ke tempat vaksinasi. Yang ketiga, kalau memberhentikan mobil dari Jembrana ke Tabanan, pasti ada banyak mobil yang

membawa anjing. Jadi peran serta masyarakat harus menjadi perhatian juga. Ada hubungannya dengan adat kepercayaan sini?

Ya dan tidak. Artinya memang anjing bagian dari kultur masyarakat. Jika mereka memiliki anjing dan beranak biasanya mereka hanya memelihara yang jantan saja. Yang betina dibuang ke tempat sampah. Jadi ada sumber makan. Dalam hal kepercayaan, bukan hambatan besar dalam penanganan rabies. Seperti kita tahu, begitu ada orang yang tergigit, maka permintaan eliminasi dan vaksinasi tinggi.

Vaksinasi harus di atas 70% menurut WHO?

Daerah yang endemik tinggi harus lebih dari 70%. Target utama dalam vaksinasi harusnya anjing yang liar. Ada pemiliknya dan ada survey bahwa hanya 5-10% anjing di Bali tidak ada pemilik. Hanya saja 30% -nya yang memeliharanya di dalam rumah. Target utama penanggulangan rabies harusnya anjing yang mempunyai pemilik tetapi diliarkan dan anjing liar. Kalau yang hanya di rumah tidak akan menyelesaikan masalah. Hasil sensus terakhir penduduk Bali ada 3,8 juta. Jika diasumsikan 1:7, maka setiap tujuh orang ada 1 anjing, jika ditotal ada 500 ribuan anjing. Juga harus dihitung produktivitas anjing itu sendiri. Dalam 6 bulan populasinya akan meningkat 20-30%. Jika vaksinasi dilakukan dalam interval 6 bulan, maka pada desa pertama akan ada anjing baru lagi yang lahir yang belum kebal terhadap rabies. Anjing juga bisa survive karena ekologinya mendukung. Semakin makmur penduduk dan sumber makanan yang dibuang, semakin subur juga anjingnya. Karena untuk hidup binatang perlu sumber makan. Anjing itu bisa dapat makanan dari sampah. Itu hambatannya. n

Page 22: Mediakom 27

22 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Kolom

BanyakMendengarOleh: Prawito

Tersumbat. Jalan buntu yang belum menemukan solusi, ibarat bisul yang belum pecah. Timbul rasa sakit luar biasa. Tidak menutup kemungkinan disertai demam. Situasi tak nyaman, dapat menimbulkan keresahan, bahkan dapat mengganggu aktivitas harian. Kondisi

ini tak boleh tersumbat berkepanjangan, harus segera ada cara jitu, mengeluarkan nanah dan kotoran dalam bisul, hingga sembuh.

Dalam kontek komunikasi di era Keterbukaan Informasi Publik (KIP), tak boleh ada sumbatan komunikasi. Masyarakat berhak untuk mendapat informasi yang dibutuhkan. Untuk itu, harus tersedia saluran yang dapat mengalirkan informasi secara rutin. Saluran juga berfungsi menyampaikan keluhan dan pengaduan kepada pihak berwenang. Sehingga masyarakat mendapat informasi dan solusi atas masalah yang dihadapi secara pasti.

Bila saluran tersumbat, pasti akan menimbulkan gejolak di tengah masyarakat, berupa keresahan, kekhawatiran dan kecemasan. Bila tak mendapat informasi yang jelas, apalagi muncul desas-desus yang merugikan, tak menutup kemungkinan akan terjadi pengaduan massal dalam bentuk demontrasi.

Sebab itu, pihak berwenang harus menjadi pendengar yang baik, dengan menerima seluruh pengaduan masyarakat. Caranya dengan menyediakan saluran informasi dan pengaduan masyarakat. Saluran itu harus mudah diakses dan sederhana. Sehingga semua lapisan masyarakat dapat melakukan, termasuk yang paling awam sekalipun.

Kemenkes, sebagai pihak berwenang menindaklanjuti keluhan masyarakat bidang kesehatan. Sejak 2010 menyediakan PTRC (Pusat Tanggap dan Reaksi Cepat) dan Unit Pelayanan Terpadu (UPT). Melalui kedua sarana ini Kemenkes siap mendengar keluhan dan pengaduan masyarakat, secara langsung maupun melalui sambungan telepon, sms dan email.

Menjadi pendengar yang baik, selalu siap menerima saran dan kritik yang membanguan atau sekedar menumpahkan kekecewaan. Sebab, sarana pengaduan tidak mungkin mengeliminir dan menolak pengaduan yang tak dikehendaki. Misal, hanya menerima masukan yang baik dan menyampaikan secara santun saja dan menolak yang lain.

Untuk menghadapi kemungkinan yang tak diinginkan,

petugas harus menyiapkan diri bermental baja, belajar berlapang dada, bersabar dan tetap tersenyum saat berinteraksi dengan berbagai macam gaya masyarakat yang tak menyenangkan. Yakinlah, senyum itu akan mengurangi beban mereka. Jika senyum yang dikedepankan, Insya Allah Ia datang dengan wajah kusam dan pulang berwajah terang.

Pendengar yang baik, juga tidak mengecam lawan bicara, karena kritikan pedas yang menyakitkan. Ia pun akan dengan tenang mendengar setiap keluhan. Memberi penjelasan secara tuntas. Memberi solusi sederhana dan aplikatif. Tapi, tidak merasa berjasa, ketika mendapat pujian atas karya nyata. Ia menerima semua masukan, baik pujian maupun kritikan, guna meningkatkan kreatifitas pelayanan dan upaya perbaikan.

Harus disadari, adakalanya masyarakat akan mengadu dengan nada emosional dan kasar. Menumpahkan seluruh kekesalan yang selama ini terpendam. Apalagi mereka datang dari daerah ke Jakarta dengan mengeluarkan biaya, mengorbankan waktu, tenaga dan perasaan. Bahkan, ada yang merasa paling benar, kurang menerima masukan, termasuk dari petugas di Unit Pelayanan kesehatan.

Kini, PTRC dan UPT setiap hari melayani lebih dari 170 orang dengan berbagai keperluan. Mulai dari permintaan informasi, mengurus kepegawaian, perinzinan dan berbagai pengaduan yang berkaitan dengan kesehatan. Diperkirakan, jumlah masyarakat yang mengunjungi PTRC dan UPT akan terus bertambah, seiring dengan makin luasnya sosialisasi unit pelayanan tersebut.

Besarnya kunjungan masyarakat mengadukan keluhan tentang pelayanan kesehatan di rumah sakit, puskesmas, ketersediaan obat, jaminan kesehatan, tenaga kesehatan, dugaan mall praktek dan keluhan kesehatan lain, mengindikasikan pentingnya keberadaan unit pelayanan tersebut. Berbagai masalah itu kemudian ditindaklanjuti unit teknis terkait dan menjadi masukan perencanaan berikutnya.

Kementerian Kesehatan belum merasa puas dengan kualitas pelayanan saat ini. Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan menambah sarana dan peningkatan kualitas sumber daya manusia tetap menjadi prioritas. Makin sensitif mendengar, makin baik melayani masyarakat, cepat, tepat, murah, ramah dan menyenangkan. n

Page 23: Mediakom 27

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 23

Tidak terasa, pada bulan Oktober ini genap satu tahun Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Dalam rentang waktu satu tahun itu, Kementerian Kesehatan sebagai bagian dari KIB II, telah berupaya semaksimal mungkin menjalankan berbagai program pembangunan yang telah diagendakan.

Memang tak mudah, tetapi kerja keras terus dilakukan Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH beserta jajarannya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, utamanya di bidang kesehatan.

Patut disyukuri, hingga kini, pembangunan kesehatan

telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Namun, bukan serta merta kemudian membusungkan dada, puas dengan apa yang telah diraih. Menuju 4 tahun ke depan sesuai dengan periode waktu KIB II, pembangunan kesehatan perlu terus ditingkatkan dan dilaksanakan secara sinergis antara berbagai pemangku kepentingan baik di Pusat maupun di Daerah secara terpadu dan berkesinambungan dengan melakukan berbagai terobosan terhadap upaya yang akan dilaksanakan.

Sejalan dengan hal tersebut, Kemenkes telah menerbitkan rencana strategis (Renstra) tahun 2010-2014 dengan visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan

Terus PerbaikiKesehatan Masyarakat

Media Utama

Page 24: Mediakom 27

Media Utama

24 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Berkeadilan”.Salah satu prasyarat mencapai visi

tersebut adalah Reformasi Birokrasi. Hal ini dilakukan untuk membangun kepercayaan masyarakat terutama berkaitan dengan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Untuk itu telah ditetapkan empat program percepatan yaitu pembentukan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) sebagai pelayanan satu atap pelayanan publik meliputi11 jenis pelayanan yaitu termasuk perijinan. Penerapan layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik (LPSE) untuk menjamin pengadaan barang dan jasa secara transparan dan akuntabel dengan alamat : www.lpse.depkes.go.id. Pembentukan Pusat Tanggap dan Respon Cepat (PTRC) untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam mendapatkan informasi bidang kesehatan melalui telp.(021) 500567, faksimili (021) 52921669, HP: 081281562620 dan email : [email protected]. Rekruitmen secara elektronik untuk pengadaan calon pegawai negeri sipil (CPNS), pengangkatan dokter/dokter gigi dan bidan sebagai pegawai tidak

tetap (PTT), tenaga kesehatan haji Indonesia secara transparan, akuntabel, efektif dan mudah diakses masyarakat.

Untuk mencapai visi tersebut ditempuh melalui beberapa misi. Pertama, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. Kedua, melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan. Ketiga, menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, dan keempat, menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Sedangkan strategi yang ditempuh adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta, dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global; meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif; meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama

untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional; meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan yang merata dan bermutu; meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan; serta meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.

Menurut Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, untuk menjamin terlaksananya berbagai upaya kesehatan yang dianggap prioritas dan mempunyai daya ungkit besar dalam pencapaian pembangunan kesehatan, dilakukan upaya yang bersifat reformatif dan akseleratif dalam bentuk fokus pembangunan kesehatan, jelas Menkes.

Oleh karenanya Kemenkes telah menetapkan 7 fokus pembangunan kesehatan yang diharapkan dapat langsung menyentuh kepada rakyat. Tujuh fokus prioritas tersebut adalah

Page 25: Mediakom 27

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 25

revitalisasi pelayanan kesehatan termasuk peningkatan cakupan KIA, gizi dan penanggulangan penyakit menular; ketersediaan, distribusi, retensi dan mutu sumber daya manusia kesehatan; serta ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu, efektivitas, keterjangkauan obat, vaksin, alat kesehatan.

’’Juga pengembangan jaminan kesehatan masyarakat; fokus pada pelayanan kesehatan di daerah tertinggal/terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan penanganan daerah bermasalah kesehatan (PDBK), pelaksanaan reformasi birokrasi; dan world class health care,’’ ujar dr. Endang Rahayu Sedyaningsih.

Dijelaskan dr. Endang Sedyaningsih, pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan

Pencapaian Kepesertaan Jaminan Kesehatans/d Juni 2010

Distribusi Penduduk yang memiliki Jaminan Kesehatan (asuransi kesehatan)

menurut Jenis Jaminan Proporsi Penduduk yang memiliki Jaminan Kesehatan (asuransi kesehatan)

JAMKESDA telah ada di 250 Kab/Kota, dilaksanakan secara bervariasi, oleh:

PT Askes : 185 Kab/Kota Kelola Sendiri : 65 Kab/Kota

4 Propinsi Universal Coverage:Prov. Sumatra Selatan, Prov. Sulawesi Selatan, Prov. Bali, NAD

JAMKESMAS57,78%

JAMKESDA20,83%

Asuransi swasta dan lain5,61%

Askes PNS dan TNI Polri12,45% JAMSOSTEK

3,33%

Tidak memiliki Jamkes43,98%Memiliki

Jamkes56,02%

Pencapaian Penyediaan Fasilitas PelayananRujukan Jamkesmas, 2008 sd 2010

855

582

573

594

650

304

1002

665

337

2008 2009 2010

Faskes Jamkesmas

RS Pemerintah

RS Swasta

Proporsi Pelayanan Antenatal K1 & K4 tahun 2007-2010

93,3

65,2

92,8

61,3

SDKI 2007 Riskesdas 2010

K1 K4 K1 K4

Kecenderungan Proporsi Pertolongan oleh Nakes, 1990-2010

40,7

66,975,4

82,3

1990 2000 2007 2010

Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir

57,6

72,6

2007 2010

KN 1 : 6 – 48 jam setelah lahir

Bidan melakukan kunjungan rumah memberikan pelayanan kesehatan &

konseling

Page 26: Mediakom 27

Media Utama

26 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin, guna mendukung pencapaian sasaran-sasaran MDG’s pada tahun 2015, imbuhnya.

Pemberdayaan SDM KesehatanSalah satu input dalam

mendukung fokus prioritas pembangunan kesehatan tahun 2010 – 2014 adalah pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang diwujudkan dengan meningkatnya ketersediaan dan mutu SDM kesehatan sesuai standar. Jumlah SDM kesehatan tahun 2010 adalah 509.082 orang. Dengan perincian, dokter spesialis 10.696 orang, dokter umum 24.206 orang, bidan 93.709 orang, dan SDM kesehatan lainnya 380.469 orang.

Menurut Menkes dr. Endang Rahayu Sedayaningsih, MPH, Dr. PH pemberdayaan SDM kesehatan diarahkan untuk mengatasi permasalahan pemerataan, efisiensi, kualitas, dan migrasi SDM kesehatan.

Pemerataan SDM kesehatan dilakukan berdasarkan kebutuhan pelayanan, mekanisme pasar dengan memaksimalkan potensi dan pemanfaatan SDM Kesehatan, meningkatkan motivasi SDM Kesehatan untuk penempatan dan pengembangan SDM kesehatan yang kurang diminati (daerah terpencil, rawan bencana), dan terbukanya peluang untuk pengembangan diri.

Walaupun jumlah fakultas kedokteran telah demikian banyak, lanjutnya, pemenuhan tenaga dokter di seluruh tanah air belum juga terpenuhi, terutama di daerah terpencil, perbatasan, daerah tertinggal dan daerah kurang atau tidak diminati. Keadaan ini diperberat dengan dicabutnya UU Wajib Kerja Sarjana.

’’Untuk mengatasinya Kementerian Kesehatan telah melaksanakan kebijakan pengangkatan tenaga kesehatan utamanya dokter, dokter gigi, dan bidan sebagai pegawai tidak tetap (PTT), pengangkatan dengan cara lain atau penugasan khusus. Selain itu, Kemenkes juga mendorong pelaksanaan percepatan peningkatan akses dan mutu pelayananan medik spesialis melalui pemberian bantuan beasiswa tugas belajar (Tubel)

Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), yang merupakan program jangka panjang dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis di daerah,’’ terang Menkes.

Lebih lanjut Menkes menerangkan, untuk menarik minat bagi tenaga dokter, dokter gigi dan bidan PTT agar mau bertugas di daerah sangat terpencil, Kementerian Kesehatan telah juga memberikan insentif bagi tenaga kesehatan tersebut selain penghasilan/gaji.

Sampai dengan September 2010 telah didayagunakan 1.018 orang yang terdiri atas 627 orang (dokter, dokter gigi, dan bidan) melalui PTT di DTPK, 293 orang (perawat, gizi, sanitarian dan tenaga kesehatan lainnya) melalui penugasan khusus di DTPK dan pendayagunaan 98 senior residen di DTPK.

Sedangkan dalam rangka percepatan pengadaan dokter spesialis, pemerintah memberikan kesempatan tugas belajar bagi 2.816 dokter yang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) pada 13 fakultas kedokteran. Untuk tenaga pendamping dokter spesialis telah dididik 363 orang D4 mitra dokter spesialis keperawatan anestesi, teknisi radiodiagnostik,

Page 27: Mediakom 27

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 27

keperawatan gawat darurat, teknik radiologi radioterapi, bedah medis, cardiovaskuler, fisioterapi, dan analis kesehatan.

’’Untuk memberikan kesempatan kepada dokter baru lulus dengan program studi profesi dokter berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) untuk menerapkan serta mempraktikkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan dalam rangka menyelaraskan antara pendidikan dan praktik di lapangan, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan pemangku kepentingan menyelenggarakan program internsip dokter. Dengan adanya program internsip dokter diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi kesenjangan pelayanan kesehatan oleh tenaga spesialis. Kegiatan tersebut sudah direalisasikan di Sumatera Barat dan diikuti oleh 252 dokter,’’ terangnya.

Jamkesmas ditingkatkan dan diperluas

Tanpa terasa program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu telah bergulir selama 6 tahun. Program ini semula bernama asuransi kesehatan masyarakat miskin (Askeskin) yang dikelola oleh PT Askes Indonesia. Namun karena pelaksanaan program Askeskin banyak mengalami berbagai kendala antara lain lambatnya pembayaran klaim rumah sakit sebagai pelaksana pelayanan kesehatan (PPK). Sejak tahun 2008 namanya diubah menjadi jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) karena yang dicakup tidak hanya orang miskin tetapi juga orang tidak mampu dan hampir miskin. Pengelolaannyanya pun dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkesmas dan PT Askes khusus untuk manajemen kepesertaannya. Adapun penyaluran dana langsung dikirim dari Kas Negara ke PPK melalui rekening bank PPK yang bersangkutan.

Kendati banyak kemajuan yang dicapai, antara lain tidak ada lagi

Urut- Jenis Tindakan pada Jumlah % thdan Rawat Jalan Lanjut, Jan-Juli 2009 Kasus Total RITL

1 Tindakan Dialisis (cuci darah) 183,948 7.03

2 Tindakan USG Vascular 45,266 1.73

3 Tindakan Pemeriksaan Foto Kotrast Saluran Kencing 35,040 1.34

4 Tindakan pada penyakit Kulit 31,243 1.19

5 Tindakan Foto Kontrast Imaging lainnya 27,623 1.06

6 Tindakan pada penyakit Mata lainnya 25,844 0.99

7 Tindakan Therapi Fisik dan Tindakan Minor Otot 22,613 0.86

8 Tindakan pada Lymph Node & Thymus tidak kompleks 20,245 0.77

9 Tindakan Terapi Shock 17,530 0.67

10 Tindakan pada penyakit gigi 15,774 0.60

Jumlah 425,126 16

Gambaran 10 Besar Tindakan Rawat Jalan& Inap Tingkat Lanjut dalam Program Jamkesmas

berdasarkan pengelompokan INA-DRGJan-Juli 2009,

Urut- Jenis Tindakan pada Rawat Inap Lanjut Jumlah % thdan Jan-Juli 2009 Kasus total RITL

1 Rawat Inap Persalinan dg Operasi Caesar 27,355 9.81 Rawat Inap Tindakan Dilatasi Cervix dan Kuretase Kandungan 5.02

2 Rawat Inap Tindakan Dilatasi Cervix dan Kuretase Kandungan 13,993 4.41

3 Rawat Inap Tindakan Intraokular dan Lensa mata 12,296 3.55

4 Rawat Inap dg Hernia Inguinalis / Femoralis 9,908 3.54

5 Rawat Inap Persalinan normal 9,866 3.08

6 Rawat Inap Tindakan Operasi Usus Buntu (Appendictomy) 8,591 3.07

7 Rawat Inap dg Tindakan pada Kulit Jaringan Sub-kutan/Payudara 8,573 2.50

8 Rawat Inap dg Tindakan pada Kulit Jaringan Lunak 6,978 2.42

9 Rawat Inap Persalinan dg Operasi Caesar dengan Komplikasi 6,749 2.23

10 Rawat Inap dg Tindakan pada Gangguan Kandungan dan Adnexa 6,227 2.15 Rawat Inap dg Tindakan pada Gangguan Payudara 5,997 41.80

Kecenderungan Prevalensi Gizi Kurang dan Gizi Buruk, 1989 - 2010

Page 28: Mediakom 27

Media Utama

28 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Upaya Terobosan Melalui PMT Pemulihan Pada Balita GakinUmur 24-59 Bulan Gizi Buruk Tahun 2011

Sasaran : anak 24-59 bulan gizi buruk tanpa gejala komplikasi dari keluarga miskin.Jumlah sasaran : 600.000 anakJumlah dana : 600.000 x 90 hari x Rp. 4000. = Rp. 216 MSumber dana : BOK

KEGIATAN:lSkrining gizi buruk oleh tenaga kesehatan.lPemberian PMT Pemulihan, 90 hari oleh kader dengan pengawasan

tenaga kesehatanlPemantauan status gizi setiap bulan. lRujukan bila ditemukan penyakit/komplikasi

Sebaran Prevalensi Gizi Kurang dan Gizi Buruk Menurut Provinsi Tahun 2010

Penggunaan Obat Generik Di Rumah Sakit Dan Puskesmas

Tahun 2009-2010

50,06 57,18

95,08 96,06

RS PKM

2009

2010

Pencapaian Pembangunan Sarana Yankesdas Tahun 2010

No. Jenis Sarana Yankesdas Jumlah tahun 2009 Tambahan 2010

1. Puskesmas 8.737 194

- Perawatan 2.704 177

- Non Perawatan 6.033 17

2. Pustu 22.273 377

3. Desa Siaga/ Poskesdes 51.996 283

4. Posyandu 266.827 2.828

Peningkatan Akses PelayananKesehatan di DTPK

No. Jenis Sarana & Tenaga Keadaan Penambahan 2009 2010

1. Puskesmas perawatan 68 5

2. Jumlah Tenaga Kesehatan 997 1.018 didayagunakan dan diberi insentif di DTPK

3 Pelatihan tenaga kesehatan 420 orang 300 orang Puskesmas di DTPK

Dukungan Anggaran untuk peningkatan akses Bansos yandas di DTPK dan Bansos P2KTP tahun 2010I. Bansos DTPK untuk 25 Provinsi total 18 Milyar

sudah dikirim Rp. 16.872.175.000 atau 92 %

II. Bansos P2KTP (Papua dan Papua Barat) total Rp 74 Milyar sudah dikirim Rp 50.383.765.200 (68%), sudah digunakan di 39 Kab/kota (100%)

Page 29: Mediakom 27

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 29

Percepatan Pembangunan

Kesehatan Tanah Papua (P2KTP)

P2KTP : dukungan Kemkes dalam rangka percepatan yang dapat memacu daerah untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatan di Papua, utamanya dalam menjangkau daerah yg sulit dilayani dengan : TMC(Team Mobile Clinic),

Tahun 2008Prop. Papua : di 20 Kab/Kota

& 50 Distrik, (157 Kampung)

Prop. Papua Barat : di 9 Kab/Kota & 18 Distrik, ( 82 Kampung)

Tahun 2009Prop. Papua : di 27 Kab/Kota &

108 Distrik, (858 Kampung)

Prop. Papua Barat : di 9 Kab/Kota & 51 Distrik, (493 Kampung )

Tahun 2010 (putaran I telah dilaksanakan, di seluruh Kab dan kota)

Jumlah RS semakin meningkatNo. Kepemilikan RS Jumlah RS Keterangan

2005 2006 2007 2008-2009 2010

1 Pemerintah Terdapat Penambahan RS 2009- 2010 :

Depkes 31 31 31 31 31

Prop/Kab/kota 421 433 446 477 521 44

Tni/polri 112 112 112 112 125 13

BUMN/Dept lain 78 78 78 78 78

2 Swasta 626 638 652 673 768 95

Jumlah 1.268 1.292 1.319 1.371 1.523 152

Jumlah RS kab/kota yang melaksanakan

PONEK semakin meningkat

317358

2009 2010

Peningkatan Jumlah RS

yang terakreditasi

2009 2010

534582

Data PTT yang Aktif Tahun 2010

Pengangkatan Dokter/dokter Gigi/dokter Spesialis/bidan PTT Tahun 2010

No. Profesi Kriteria Jumlah

Biasa Terpencil Sangat Terpencil

1. Dokter 19 799 2.436 3.254

2. Dokter Gigi - 132 772 904

3. Dr./Drg. Spesialis 2 16 2 20

4. Bidan 5.608 4.567 - 10.175

Total 5.629 5.514 3.210 14.353

klaim PPK yang terlambat, juga terjadi penghematan dana yang pada tahun-tahun sebelumnya justru mengalami defisit.

Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH mengatakan program Jamkesmas tidak hanya dipertahankan akan tetapi terus diperbaiki dan dikembangkan. “ Tidak hanya kita pertahankan, tetapi juga terus disempurnakan. Kita akan terus perluas cakupan kepesertaannya “, ujarnya.

Sebagai bukti komitmen itu, kata Menkes, Jamkesmas dimasukkan sebagai salah satu program 100 hari kementerian yang dipimpinnya. Pada tahun 2009, kepesertaan Jamkesmas diperluas pada tiga kelompok sasaran baru yaitu orang miskin di daerah bencana pada masa tanggap darurat, penghuni lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan (Lapas/Rutan), dan orang miskin dan terlantar yang tinggal di panti-panti sosial.

Jaminan bagi ketiga kelompok Sumber: Badan PPSDM Kesehatan

Page 30: Mediakom 27

Media Utama

30 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

sasaran tersebut ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 1185/SK-Menkes/XII/2009 tentang penetapan orang miskin di LP/Rutan, orang miskin dan terlantar di panti-panti sosial dan orang miskin akibat bencana.

Menurut Menkes, pelaksanaan Jamkesmas sesungguhnya telah sesuai dengan amanat UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yaitu iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang tidak mampu dibayar oleh pemerintah.

Program KIA dan Gizi.Program ini telah menunjukkan

kemajuan, walaupun diakui untuk mencapai target sebagaimana yang ditetapkan dalam target Millenium Development Goal (MDGs) pada tahun 2015 masih memerlukan kerja keras.

Kebijakan Meningkatkan Penggunaan Obat generik.

Obat merupakan komponen terbesar dalam pembiayaan kesehatan yang mencapai 70 persen. Namun, selama ini pasien selalu dalam posisi menerima saja apa yang diresepkan dokter. Pasien terpaksa tidak mempunyai pilihan karena memang sebagian besar masyarakat tidak mengerti jenis obat generik atau bermerek.

Untuk meningkatkan penggunaan obat generik, Menteri Kesehatan dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.02.02/Menkes/068/I/2010 tanggal 14 Januari 2010 menginstruksikan semua fasilitas kesehatan pemerintah wajib menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik.

Dokter yang mencakup dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah wajib menulis resep obat generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis. Dokter dapat menulis resep untuk diambil

Perubahan Kenaikan Gaji & Insentif PTT

Jumlah Peserta Tubel PPDS/PPDGS BERDASARKAN KATEGORI SPESIALISASI TAHUN 2008 S/D OKT 2010

Kategori Spesialis 2008 2009 2010 Total

4 Dasar 323 527 400 1.250

4 Penunjang 189 247 264 700

Lainnya 188 405 376 969

Total 700 1.179 1.040 2.919

D IV MITRA SPESIALISTAHUN 2008 S/D OKT 2010

2008 2009 2010 Total

161 263 647 1.071

Penurunan Urutan TB IndonesiaGlobal Tuberculosis Control

(WHO Report) Thn 2007 Global Tuberculosis Control, A Short Update

to The 2009 Report* (Data Th 2008)

No Negara Total number of incident cases

1 India 1.962.000

2 China 1.306.000

3 Indonesia 528.000

4 South Africa 461.000

5 Nigeria 460.000

No Negara Total number of incident cases

1 India 1.982.628

2 China 1.301.322

3 South Africa 476.732

4 Nigeria 457.675

5 Indonesia 429.730

Capaian TB dalam MDGsINDIKATOR BASELINE PENCAPAIAN TARGET (Data Tahun) (2009) MDGs (2015)

Prevalensi TB semua kasus 443* 244* 221(100.000/pddk)

Angka kematian TB 92* 39* 46(100.000/pddk)

Angka Penemuan Kasus TB 19,7%** 73,1%** 70%(CDR) (2000)

Angka Keberhasilan Pengobatan TB 87%** 91%** 85%(SR) (2000)

Keterangan :* Sumber data laporan WHO Global Report ** Sumber laporan P2TB Depkes/Kemenkes RI

Page 31: Mediakom 27

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 31

di apotek atau di luar fasilitas pelayanan kesehatan jika obat generik tidak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan.

Apoteker, diperbolehkan mengganti obat merek dagang atau obat paten dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan atau pasien.

Sedangkan untuk pembinaannya, melalui Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.03.01/MENKES/ 159/I/2010. Pembinaan dan pengawasan, dilakukan secara berjenjang mulai pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dengan sanksi peringatan lisan atau tertulis kepada dokter, tenaga kefarmasian dan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

“Sebagai bagian dari pembinaan, maka pelanggaran terhadap kewajiban peresepan dapat dikenakan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku,” jelas Menkes.

Tak hanya sampai disitu, guna memastikan obat generik tersedia, pemerintah juga terus memantau dan mengendalikan harga obat generik melalui Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI yang telah beberapa kali direvisi. Terakhir diatur dalam Kepmenkes Nomor HK.03.01/Menkes/146/I/2010, yang berisi penetapan harga dari 453 item obat generik.

Dalam regulasi ini, Pabrik Obat dan/atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) dalam menyalurkan Obat Generik kepada Pemerintah, Rumah Sakit, Apotek dan Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya harus menggunakan Harga Netto Apotek (HNA) plus Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai harga patokan tertinggi. Tetapi dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan obat generik dapat menambahkan biaya distribusi maksimum 5 persen untuk Regional II, 10 persen untuk Regional III dan 20 persen untuk Regional IV. Selain itu juga disusun formularium obat Jamkesmas berbasis obat generik.n

smd

INDIKATOR BASELINE PENCAPAIAN TARGET (Data Tahun) (2009) MDGs (2015)

Prevalensi TB semua kasus 443* 244* 221(100.000/pddk)

Angka kematian TB 92* 39* 46(100.000/pddk)

Angka Penemuan Kasus TB 19,7%** 73,1%** 70%(CDR) (2000)

Angka Keberhasilan Pengobatan TB 87%** 91%** 85%(SR) (2000)

HIV/AIDSSITUASI KASUS AIDS S/D SEPTEMBER 2010

Kumulatif Kasus AIDS 10 Th Terakhir

Kumulatif Kasus AIDS yang DilaporkanKasus AIDS per Tahun

Cara Penularan AIDS

IDU39,6HETEROSEKS

51,3

LSL3,1

PERINATAL2,6

TRANSFUSI0,2

TAK DIKETAHUI3,2

HIV/AIDS (lanjutan)Layanan VCT - s/d 2010: 357 layanan - Okt 2009 s.d Sept 2010: 222 layanan ODHA 2005 s.d Sept 2010 : Memenuhi syarat terapi ARV = 44.712 orang Menerima ARV = 32.169 orang (71.9%) Okt 2009 s.d Sept 2010Menenuhi syarat terapi ARV = 14.502 orang Menerima ARV = 8.911 orang (61,45%)

Penggunaan ARV menurunkan kematian ODHA ( 2006 = 40% ; 2009 = 18%)

RS Pemerintah yg menyelenggarakan layanan rujukan u/

ODHA

237266

20092010

RS Pemerintah yg menyelenggarakan layanan rujukan u/

ODHA

10

25,4

50,45Triwulan 1Triwulan 2Triwulan 3

Sumber : Dit. Bina Yanmed Spesialistik

Penyakit Tidak Menular

Screening IVA & CBE di 33 provinsi.

Telah memulai pembahasan :

- RPP Rokok

- Batas kadar garam di makanan

- Aturan berolah raga untuk

menghindari obesitas

Penyehatan Lingkungan

Sarana Tahun

dibangun 2006 - 2009 2010

Air bersih 8.075 778

Jamban 126.192 153.900

Page 32: Mediakom 27

Media Utama

32 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

HKN Ke 46 Galang KomitmenTingkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat

Menggalang komitmen dari para pengambil keputusan, kelompok profesi kesehatan, organisasi kemasyarakatan, praktisi dan akademisi bidang kesehatan masyarakat untuk saling mendukung dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya peningkatan mutu dan kapasitas keluarga Indonesia yang merupakan makna dari tema Hari Kesehatan Nasional (HKN) tahun ini.

Peringatan HKN ke 46 yang jatuh setiap tanggal 12 November tahun ini merupakan yang ke 46 mengangkat tema “Keluarga Sehat Investasi Bangsa”. Tema tersebut disesuaikan dengan target pencapaian MDGs dan program kerja Kementerian Kesehatan antara lain : Kesehatan Ibu dan Anak, Penanggulangan HIV/AIDS, TB dan Malaria serta kemitraan global dalam pembangunan.

Keluarga merupakan elemen organisasi terkecil dalam membentuk bangsa. Dalam keluarga, interaksi komunikasi antara ibu, ayah dan anak menjadi pendidik pertama yang penting. Sehingga keluarga menjadi investasi bangsa bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Rangkaian acara peringatan HKN ke-46 Tahun 2010 diselenggarakan di pusat, provinsi dan kabupaten/kota serta sebuah acara puncak.

RANGKAIAN ACARA DI PUSAT• Pada bulan Oktober sudah diadakan kegiatan lomba-

lomba yang bertujuan untuk meningkatkan jiwa karsa, semangat kebersamaan dan kebugaran. Jenis lomba berupa kebersihan tempat kerja, futsal, tenis, voli, tenis meja, paduan suara dan menyanyi. Lomba diikuti oleh unit utama dan UPT Kemenkes.

• Bulan November : ziarah ke makam pahlawan bidang kesehatan (5/11), upacara bendera, pemberian penghargaan, ramah tamah, aksi simpati HKN, donor darah, pameran foto dan malam penghargaan (12/11),

olahraga bersama Menkes, pameran kesehatan, pelayanan kesehatan gratis, pasar murah, lomba membaca puisi, lomba menulis surat kepada Menkes, serta pagelaran musik (13-14/11), peluncuran komik “Cita“, penanaman pohon dikomplek perumahan Kemenkes (26/11), sedangkan kegiatan lainnya antara lain peresmian gedung baru, peluncuran buku “Penuntun Hidup Sehat” (Promkes-UNICEF), peluncuran pedoman pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif, workshop sosial determinan yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat (Promkes-WHO), penayangan feature Kesehatan Ibu dan Anak, AIDS, Tuberkulosis dan Malaria di TVRI dan TV swasta nasional.

Rangkaian acara di provinsi, kabupaten/kota : upacara peringatan HKN 12 November 2010, menggaungkan HKN melalui radio, televisi dan media cetak, lomba kebersihan lingkungan, lomba balita sehat, olahraga, hiburan, bazar, pelayanan kesehatan gratis, donor darah, bermitra dengan berbagai pihak, kegiatan rekreatif dan edukatif yang disesuaikan dengan kemampuan setempat, ziarah ke makam pahlawan bidang kesehatan, serta gerakan penghijauan di seluruh provinsi, penanaman pohon di rumah tangga, sekolah, sarana pelayanan kesehatan, tempat kerja dan tempat-tempat umum.

Sedangkan acara puncak HKN ke-46 menurut rencana akan dilaksanakan di Istana Merdeka bersama Presiden, acara dijadwalkan tanggal 30 November 2010. Rangkaian acara puncak HKN ke-46 berupa amanat dari presiden, pemberian penghargaan oleh Presiden kepada individu dan institusi yang berjasa di bidang kesehatan, serta kolaborasi pentas seni musik, tari dan lagu.

Jadikan momentum Hari Kesehatan Nasional untuk meningkatkan semangat, kepedulian, komitmen dan gerakan nyata pembangunan kesehatan yang harus terus diperjuangkan oleh seluruh komponen bangsa.n Pra, Juni

Page 33: Mediakom 27

Media Utama

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom 33

Revitalisasi Pelayanan Kesehatan

Untuk mendukung revitalisasi pelayanan kesehatan, salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu

reformasi puskesmas yang meliputi kebijakan dasar puskesmas, sumber daya manusia dan pembiayaannya. Hal ini sesuai dengan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) 2010-2014.

Terdapat 3 level prevention pelayanan kesehatan di puskesmas yaitu; health promotion dan specitic protection, early diagnosis dan prompt treatment serta disability limitation dan rehabilitation, dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif sesuai kewenangannya.

Revitalisasi kebijakan dasar puskesmas, merupakan perubahan konsep puskesmas yang meliputi fungsi, kelembagaan, ketenagaan dan pembiayaan. Revitalisasi ini, sebagai upaya penyempurnaan kebijakan dasar puskesmas yang ditetapkan melalui Kepmenkes nomor 128 tahun

2004.Dalam revitalisasi kebijakan dasar

puskemas yang bekerja di suatu wilayah kecamatan mempunyai empat fungsi yaitu; sebagai pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.

Sedang aspek kelembagaan, puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota. Struktur dan ketenagaan puskesmas disesuaikan dengan fungsi, serta dilaksanakan secara profesional dan bermutu. Kelembagaan disusun dan diusulkan oleh dinas kesehatan Kab / Kota dan ditetapkan melalui peraturan daerah yang terdiri dari kepala puskesmas, kepala subbag tata usaha dan jabatan fungsional sebagai koordinator. Sedangkan koordinator dipisahkan menjadi koordinator pemberdayaan masyarakat, koordinator pelayanan kesehatan masyarakat dan koordinator pelayanan kesehatan

perorangan. Kriteria personalia struktur

organisasi Puskesmas disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit. Kepala Puskesmas adalah harus seorang dokter atau Sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. Kasubbag Tata Usaha adalah seorang sarjana di bidang administrasi kesehatan atau sarjana di bidang manajemen yang kurikulum pendidikannya mencakup administrasi kesehatan. Koordinator pemberdayaan masyarakat, pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan dipilih dari jabatan fungsional dengan persyaratan mempunyai jiwa kepemimpinan dan menguasai program, ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas usulan Kepala Puskesmas.

Eselonisasi Kepala Puskesmas adalah Eselon IV A dan Kasubag Tata Usaha Eselon IV B dan Koordinator Fungsional adalah jabatan fungsional

Page 34: Mediakom 27

Media Utama

34 Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

(non eselon). Dimana koordinator tersebut selain melaksanakan jabatan fungsionalnya dapat juga melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan sesuai dengan profesinya.

Upaya kesehatan Puskesmas dikelompokkan menjadi Upaya Kesehatan Wajib (basic six) dan Upaya Kesehatan pilihan/pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib (basic six) meliputi 1) Promosi Kesehatan, 2) Kesehatan Lingkungan, 3) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana, 4) Perbaikan Gizi Masyarakat, 5) Penanggulangan Penyakit, 6) Pengobatan dan Penanganan Kegawatdaruratan. Dalam menyelenggarakan kegiatannya, Puskesmas wajib menerapkan prinsip koordinasi dan sinkronisasi baik antar institusi dalam lingkungan kesehatan maupun di luar kesehatan, termasuk masyarakat.

Sampai dengan saat ini jumlah Puskesmas mencapai 8.737, dimana 2.704 Puskesmas diantaranya merupakan Puskesmas Perawatan (data Pusdasure, akhir Desember 2009). Keberadaan Puskesmas telah merata di hampir seluruh kecamatan di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, di setiap kecamatan terdapat minimal 1 (satu) Puskesmas.

Indikator pelaksanaan Reformasi Puskesmas dalam RPJMN 2010-2014 ada 2 (dua) yaitu 1) Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan dasar, 2) Puskesmas berfungsi baik. Yang dimaksud dengan Puskesmas yang melaksanakan Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) adalah Puskesmas yang melaksanakan Upaya Kesehatan Wajib (basic six). Adapun Puskesmas yang berfungsi baik dapat dilihat dari indikator: a) Kondisi gedung, b) Ada tenaga dokter, c) Melaksanakan lokakarya mini minimal 4x dalam setahun.

Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya wajib Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang

mencukupi baik jumlah, jenis maupun mutunya. Pola ketenagaan minimal yang harus dimiliki oleh Puskesmas, sebaiknya untuk Puskesmas non Perawatan tenaga minimal 21 orang, untuk Puskesmas dengan tempat perawatan (Puskesmas TT) sebaiknya memiliki 30 tenaga, dan Puskesmas di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (Puskesmas DTPK) memiliki 25 tenaga kesehatan.

Penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas perlu didukung dengan tersedianya pembiayaan/anggaran yang cukup. Anggaran yang dimaksud baik untuk penyelenggaraan pelayanan maupun pengelolaan Puskesmas termasuk pemeliharaan sarana.

Sumber pembiayaan Puskesmas berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota APBD (DAU, DAK, Dana bagi hasil, PAD), Pemerintah Daerah Propinsi melalui APBD Propinsi, Pemerintah Pusat (Dana Dekonsentrasi, Dana Tugas Perbantuan, Jamkesmas, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bansos lainnya). Sumber lain adalah pendapatan Puskesmas dan sumber lainnya (PT Askes, PT Jamsostek, CSR/NGO, dll).

Direktorat Bina Kesehatan Komunitas telah menyusun Revitalisasi Kebijakan Dasar Puskesmas, yang saat ini sedang dalam proses penetapan Permenkesnya. Selanjutnya dalam upaya penerapannya di lapangan agar Puskesmas dapat melaksanakan fungsinya dengan baik maka telah disusun pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan Primer di Puskesmas. Juknis (pedoman pelaksanaan) tersebut lebih diutamakan diperuntukkan bagi Kepala Puskesmas, agar dapat memimpin dan mengelola Puskesmas secara optimal.

8.737 Puskesmas Dapat BOKSebanyak 8.737 puskesmas pada

tahun 2010, mendapat bantuan operasional kesehatan (BOK) dari Kementerian Kesehatan dengan perincian 582 puskesmas sebagai ujicoba awal di Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Puskesmas peserta program uji coba mendapatkan dana operasional sebesar 10 juta rupiah per bulan atau 100 juta rupiah per tahun.

Sedang 8.115 puskesmas lain bukan peserta uji coba program memperoleh dana operasional dengan perincian 5587 puskesmas mendapat bantuan 18 juta rupiah per tahun dan 2568 puskesmas mendapat bantuan 22 juta rupiah per tahun.

Bantuan tersebut sesuai dengan Kemenkes 551/Menkes/SK/V/2010, tanggal 5 Mei 2010 tentang penerima dana bantuan operasional kesehatan (BOK) di Puskesmas dan jaringannya untuk tiap Kabupaten / Kota tahun 2010.

Sesuai rumusan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), BOK adalah bantuan biaya operasional kesehatan non-gaji untuk puskesmas dan jaringannya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif kesehatan ibu-anak dan keluarga berencana (KIA-KB), gizi, imunisasi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, dan pengendalian penyakit untuk mempercepat pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs).

Bantuan operasional kesehatan merupakan kebijakan baru yang telah tertuang dalam Rencana Panjang Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode tahun 2010-2014. Adapun jenis pelayanan kesehatan yang dapat didanai adalah pelayanan: cakupan pelayanan ibu, bayi dan anak cakupan imunisasi., cakupan angka gizi-kurang/buruk, cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dan cakupan berbagai penyakit MDGs. nPra

Page 35: Mediakom 27

Peristiwa

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 35

Sebagai wujud apresiasi dan ucapan terima kasih atas pengabdian dan dedikasi, Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, memberikan penghargaan kepada Individu maupun Institusi yang secara nyata telah berhasil memberikan

komitmen, jasa dan dukungan terhadap berbagai upaya di bidang kesehatan.

Penghargaan disampaikan dalam rangkaian peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-46 di gedung Kementerian Kesehatan tanggal 12 November 2010.

Penghargaan ini diberikan secara berkala setiap tahun pada peringatan HKN. Peringatan HKN tahun ini mengangkat tema “Keluarga Sehat, Investasi Bangsa”. Tema ini dipilih dalam rangka menggalang komitmen para pengambil keputusan baik dari sektor kesehatan maupun diluar sektor kesehatan untuk saling mendukung dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya peningkatan mutu dan kapasitas keluarga Indonesia.

Menkes dalam sambutannya, mengatakan sesuai komitmen Millenium Development Goal (MDGs) yang terkait langsung dengan masalah kesehatan adalah perbaikan gizi, penurunan angka kematian anak, peningkatan kesehatan ibu, penanggulangan HIV/AIDS, penanggulangan TB dan Malaria serta penyakit menular lainnya.

Menurut Menkes, pembangunan kesehatan

merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus menerus. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan saja tetapi juga diperlukan kontribusi dari sektor lain diluar kesehatan.

Menkes menambahkan dukungan dan peran serta masyarakat juga sangat berpengaruh besar pada keberhasilan pembangunan kesehatan. Dengan semakin kondusifnya proses pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, akan dapat memudahkan peranan petugas kesehatan dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan, salah satunya adalah mengembangkan desa siaga aktif sebagai wahana pemberdayaan masyarakat.

Penghargaan yang diberikan berupa, Ksatria Bakti Husada, diberikan kepada individu yang dengan sukarela telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan pengetahuannya didalam mengembangkan program kesehatan. Darma baktinya telah dapat dirasakan dan sangat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Penerima penghargaan Ksatria Bakti Husada tahun 2010 berjumlah 19 orang, diantaranya yaitu Drs. H. Thaib Armaiyn (Gubernur Prov. Maluku Utara), Lukman Hakim, SH (Walikota Metro), drh. Irwandi Yusuf, M.Sc (Gubernur Prov. NAD), Ahmad Heryawan (Gubernur Prov. Jawa Barat), Ir. H. Amran Nur (Walikota Sawahlunto), dr. H. Suir Syam, M.Kes, MMR (Walikota Padang Panjang), Drs. H. Riduan Effendi, SH, M.Si (Walikota Lubuk Linggau), H. Wahidin Halim

Penghargaan Menkes

Bagi Individu dan Institusi yang

Berjasa di Bidang Kesehatan

Page 36: Mediakom 27

Peristiwa

36 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

(Walikota Tangerang), Dr. Drs. Martin Billal, MM (Bupati Kab. Malinau), H. Udin Hianggio, B. Sc (Walikota Tarakan), H. Rusdy Mastura (Walikota Palu), Cokorda Gde Putra Nindia, SH, MH (Sekretaris Daerah Kab. Gianyar), Dra. Dewi Kumalasari Ansar, M.Pd (Ketua TP-PKK Kab. Bintan), Dra. Hj. Ita Triwibawati, Ak., M.Si (Ketua TP-PKK Kab. Nganjuk), Gusti Kanjeng Ratu Pembayun (Ketua DPW Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia D.I. Yogyakarta), Drs. Johanes Sembiring, M.Pd (Ketua Yayasan Medistra, Lubuk Pakam), Drs. H. Budiman Arifin, M.Si (Bupati Kab. Bulungan), H. M. Kamaludiin Lubis, SH, DFM (Ketua Yayasan Sibolangit Centre, Deli Serdang), dan George Rumi (Direktur Eksekutif YPPKA)

Tanda Penghargaan Manggala Karya Bakti Husada diberikan kepada 20 institusi baik Pemerintah maupun swasta, diantaranya yaitu Pemerintah Kab. Sleman, Pemerintah Kab. Lumajang, Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Prov. Sulawesi Utara, Pemerintah Kab. Malinau, Pemerintah Kota Probolinggo, Pemerintah Kota Denpasar, Pemerintah Kab. Deli Serdang, Pemerintah Kab. Serdang Bedagai, Pemerintah Kab. Dairi, Pemerintah Kota Palangkaraya, TP-PKK Kota Malang, TP-PKK Kota Padang Panjang, Lembaga Swadaya Masyarakat HIPPAMS Kab. Lamongan, PT. Biofarma, Tbk, PT. Dexa Medica, PT. Sidomuncul, PT. Unilever Indonesia, Tbk, PT. KMK Global Sport, dan PT. Panasonic Shikoku.

Sebagai upaya meningkatkan kualitas dan jangkauan informasi kesehatan, Menkes memberikan penghargaan untuk kompetisi jurnalistik kepada Ahmad Taufik, M. Syaifullah, Anwar Siswadi wartawan dari Majalah Tempo dengan judul tulisan “Menangkal Rayuan Susu Formula” sebagai juara I; Adek Media, Nur Rochmi wartawan dari Majalah Tempo dengan judul tulisan “Jangan Takut Jorok” sebagai juara II; dan Dina Sasti Damayanti, wartawan Surat kabar Sinar Harapan, dengan judul tulisan “Kampung Gali itu Menjelma Jadi Kampung Mandiri” sebagai juara III.

Penghargaan juga diberikan kepada pemenang lomba poster Obat Generik, diterima oleh Ridwan Sakke, juara I, Agustan, juara II, Faisal UA, juara III, Muhammad Yusran H, juara harapan I, Rusli, juara harapan II, dan Wirmansyah S, juara harapan III. Semua pemenang berasal dari Sulawesi Selatan.

Menciptakan Sumberdaya Kesehatan yang bermutu tinggi dan profesional membutuhkan motivasi, dedikasi dan loyalitas Widyaiswara. Untuk itulah Menkes memberikan penghargaan kepada Widyaiswara berprestasi nasional, yaitu Alih Germas Kodyat, SKM, juara I; dr. H. Anang Rivai, MSQH, juara II; Noor Kinteki, SKM, MPH, juara III.

Untuk Dosen Politeknik Kesehatan Berprestasi Kementerian Kesehatan tahun 2010 diberikan kepada M. Primiaji Rialihanto, S.ST, M.Kes, juara I; Sumiati, S.Kp., M.Si, juara II; dan Pipin Farida Yosefina, S.Kp., M.Kes, juara III.

Sedangkan pemenang lomba foto untuk kategori

Jurnalis diberikan kepada Moh. Safir Makki dengan judul Still Best for Babies, Juara I; Septiawan dengan judul Hari Tanpa Tembakau, juara II; Rossa Panggabean dengan judul Demi Si Kecil, juara III. Kategori Masyarakat Umum diberikan kepada Andi Syahrial dengan judul Tenang Sobat, Ga Sakit, Juara I; Boy T Haryanto dengan judul Antrian Puskesmas, juara II; Ade Bayu dengan judul Bermain Sambil Belajar, juara III.

Menkes juga memberikan penghargaan kepada Perpustakaan terbaik di sektor Kesehatan. Untuk kategori Perpustakaan Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dimenangkan oleh Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes, Palangkaraya. Untuk kategori Perpustakaan RS Vertikal Kemenkes dimenangkan Perpustakaan RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Sedangkan kategori perpustakaan Badan Litbang/Diklat/BTKL/UPT Teknis dimenangkan Perpustakaan Balai Besar Pelatihan Kesehatan, Jakarta.nPra, Yuli

Page 37: Mediakom 27

Peristiwa

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 37

Menkes Ajak Masyarakat Sebarkan Pesan Kesehatan

Menkes mengajak berbagai kelompok masyarakat, guru, remaja, wanita, selebriti, swasta,

media massa cetak dan elektronik, organisasi kemasyarakatan dan organisasi profesi untuk menyebarluaskan pesan kesehatan dan menjadikan diri sendiri sebagai teladan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan peran dan profesi masing-masing.

“Semoga pesan kesehatan yang ada dalam buku ini dapat diterapkan sebagai kebiasaan hidup masyarakat Indonesia”, ujar Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH dalam sambutannya yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal, dr. Ratna Rosita, MPHM saat peluncuran buku ”Penuntun Hidup Sehat” di Jakarta, Rabu 3 November 2010.

Menurut laporan UNICEF, pada tahun 2008, ada sekitar sembilan juta anak usia di bawah lima tahun

yang meninggal akibat penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah. Dua per tiga lebih dari jumlah tersebut meninggal pada usia kurang dari satu tahun. Jutaan anak yang kemudian berhasil selamat, ternyata harus hidup dalam serba kekurangan, sehingga mereka tidak mampu mengembangkan potensinya secara optimal.

Menkes berharap melalui peluncuran buku ini akan memperkuat komitmen berbagai pihak untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Hasil yang dicapai dapat terlihat dari indikator kesehatan anak dan bayi yang menunjukkan kecenderungan membaik sejak tahun 1990an dan diharapkan tahun 2015 target dapat tercapai. Saat ini di Indonesia, angka kematian bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian ibu (AKI) mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Namun upaya penurunan AKB dan AKI terkait target MDGs tahun 2015 ini tidak cukup hanya dikawal oleh pemerintah saja. Partisipasi kelompok profesional, dunia usaha, dan masyarakat luas sangat menentukan keberhasilan pencapaian target tersebut.

Buku ini ditulis dengan bahasa populer dan sejauh mungkin menghindari penggunaan istilah yang hanya dimengerti oleh tenaga kesehatan saja. Peluncuran buku Penuntun Hidup Sehat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengubah kebiasaan serta perilaku masyarakat untuk meningkatkan dan menyelamatkan kehidupan anak. Dampak yang diharapkan adalah perubahan positif pada tata nilai dan keyakinan sosial tentang kehidupan, pertumbuhan, pembelajaran, perkembangan, perlindungan, perawatan dan dukungan kesehatan bagi anak. n

Pra, Juni

Page 38: Mediakom 27

Peristiwa

38 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Keluarga mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan di masyarakat, bangsa dan negara. Keluarga

merupakan unit terkecil dari suatu bangsa. Di dalam keluarga terjadi interaksi dan komunikasi antara anggota keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan. Ditanamkannya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat. Keluarga yang sehat akan membentuk masyarakat, desa dan kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi dan bangsa sehat.

Demikian sambutan Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat memimpin upacara peringatan Hari Kesehatan Nasional Ke-46 tahun 2010 dengan tema ”Keluarga Sehat, Investasi Bangsa”, yang diperingati setiap tanggal 12 November, di Jakarta.

Menkes mengatakan, bangsa yang sehat memiliki derajat kesehatan yang tinggi, sehingga meningkatkan produktivitas bangsa tersebut. Oleh karena itu, keluarga yang sehat adalah investasi suatu bangsa bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Keluarga sehat berkaitan dengan PHBS di rumah tangga.

Menurut Menkes beberapa

permasalahan kesehatan seperti Diare dapat dicegah bila masyarakatnya dapat menerapkan perilaku sehat dengan cuci tangan pakai sabun, minum air yang dimasak, dan memanfaatkan sarana kesehatan lingkungan dengan baik. Demam Berdarah dapat dicegah dengan melakukan 3M Plus yaitu menguras, menutup, mengubur, plus membasmi sarang nyamuk, menghindari gigitan

nyamuk, dan menciptakan lingkungan sehat bebas dari jentik nyamuk. Penyakit lainnya seperti Malaria dapat dicegah jika anggota keluarga di daerah endemis menggunakan kelambu saat tidur. Begitu juga Gizi Buruk dapat dideteksi dan dicegah sejak dini dengan membawa bayi dan balita ke Posyandu setiap bulan. Kematian bayi dapat dicegah bila ibu melahirkan ditolong petugas kesehatan di fasilitas kesehatan. Penyakit Jantung dan Hipertensi dapat dicegah bila masyarakat menerapkan

gaya hidup sehat yaitu dengan berolahraga teratur, tidak merokok, dan makan makanan tinggi serat.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan secara nasional persentase penduduk yang merokok setiap hari 28,2%, rumah tangga yang memiliki jamban sehat 55,4%, ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan 6-8 jenis pemeriksaan

hanya 56,8% dan balita yang ditimbang selama 6 bulan terakhir sebesar 67,1%.

Menkes mengimbau kepada Gubernur, Bupati, Walikota, dan segenap masyarakat di seluruh Indonesia untuk terus berupaya meningkatkan perilaku sehat keluarga sejak dini, agar pada tahun 2014 PHBS di rumah tangga mencapai 70%. Melalui upaya peningkatan PHBS di rumah tangga secara terus menerus diharapkan derajat kesehatan masyarakat

Indonesia akan meningkat.Permasalahan kesehatan tidak

dapat diselesaikan oleh Kementerian Kesehatan sendiri, perlu dukungan dari berbagai pihak baik dari lintas sektor, organisasi masyarakat, LSM, maupun dunia usaha. Menkes berpesan agar seluruh komponen dapat berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan melalui upaya pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan PHBS dalam keluarga.n

Pra, Echi

Tanamkan PhBS Dalam Keluarga

Page 39: Mediakom 27

Stop Press

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 39

JanganBerikan Susu Formula

Pada Anak-anakKorban Bencana

Jangan memberikan susu formula kepada bayi yang berada dalam keadaan darurat di pengungsian akibat letusan gunung Merapi dan tsunami Mentawai karena dapat membahayakan kesehatan mereka. Demikian imbauan Menkes,

dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH. di Jakarta melalui siaran pers. Pemerintah menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada para donatur yang telah memberikan bantuan kepada para korban bencana baik dalam bentuk bahan pangan, obat-obatan dan sebagainya.

Pemerintah juga akan memperketat pengawasan terhadap sumbangan dan distribusi susu formula kepada keluarga-keluarga yang terkena dampak bencana alam di dua tempat tersebut.

“Kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi, berikanlah air susu ibu (ASI) saja sampai bayi berusia 6 bulan. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun dan sejak usia 7 bulan dapat diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang telah disediakan pemerintah”, ujar Menkes.

Untuk korban letusan Gunung Merapi, Kementerian Kesehatan telah menyalurkan berbagai bantuan antara lain MP-ASI sebanyak 6 ton, masing-masing untuk Kab. Magelang 2 ton, Prov. DI Yogyakarta 2 ton, Kab. Boyolali 1 ton dan Kab. Klaten 1 ton. Sedangkan untuk korban Tsunami Mentawai sebanyak 10 ton masing-masing 5 ton untuk Dinkes Prov. Sumatera Barat dan 5 ton untuk Dinkes Kab. Mentawai.

Menurut Menkes, mengkonsumsi ASI dapat memenuhi seluruh kebutuhan bayi dan keunggulannya tidak bisa digantikan dengan susu lain karena ASI aman, bersih dan mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit.

Memicu diare

Pemberian susu formula mengakibatkan semakin

tingginya kejadian diare. Padahal diare yang diderita bayi secara terus menerus atau berulang-ulang dapat menyebabkan anak kekurangan gizi.

Disamping itu, untuk membuat susu formula dibutuhkan air bersih yang sudah dimasak (direbus) terlebih dulu dan botol steril. Sedangkan di tempat pengungsian, memasak air bersih sulit dilakukan. Selain itu, bayi yang semula mendapatkan ASI kemudian diberi susu formula berisiko tidak toleran susu sapi sehingga menyebabkan diare atau alergi, imbuh Menkes.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh UNICEF satu bulan setelah gempa Yogyakarta tahun 2006, menunjukkan bahwa tiga dari empat keluarga dengan anak-anak di bawah usia enam bulan menerima bantuan susu formula.

Akibatnya kasus diare di kalangan bayi di bawah usia enam bulan yang mendapatkan susu formula menjadi dua kali lipat (25.4 persen) dibandingkan dengan bayi-bayi yang tidak mendapat susu formula (11.5 persen). Kasus diare di kalangan anak usia antara enam bulan sampai 23 bulan juga meningkat sebanyak lima kali lipat dibandingkan dengan sebelum bencana.

Survei ini juga menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pemberian susu formula dari 32 persen pada saat sebelum bencana menjadi 43 persen setelah bencana.

Susu formula dan susu bubuk merupakan sumbangan yang banyak diberikan dalam keadaan darurat. Sayangnya pembagian produk ini seringkali tidak terkontrol dan dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang masih perlu mendapat ASI. Dalam keadaaan bencana, kondisi lingkungan biasanya memburuk dan persediaan air terbatas, sehingga sangat penting bagi para Ibu untuk tetap memberikan ASI kepada anak mereka.

Bantuan Merapi Di sela-sela kunjungan ke Prov. DI Yogyakarta

Page 40: Mediakom 27

Stop Press

40 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

mendampingi Wakil Presiden Boediono Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH., bersama Menko Kesra, H.R Agung Laksono tanggal 26 Oktober berkesempatan meninjau kesiapan tim penanggulangan bencana Gunung Merapi termasuk tim kesehatan di Kecamatan Pakem, Kaliurang, Yogyakarta sekaligus menyerahkan bantuan.

Saat itu Merapi dinyatakan berstatus “Awas”, status tertinggi dalam bencana. Untuk kesiapsiagaan menghadapi masalah kesehatan, Menkes menyerahkan bantuan berupa masker sebanyak 50.000 lembar, obat-obatan sebanyak 4 ton untuk warga di 4 kabupaten sekitar Gunung Merapi yaitu Kab. Magelang, Kab. Sleman, Kab. Boyolali dan Kab. Klaten masing-masing 1 ton.

Selain itu Kemenkes juga mengirim 6 ton Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) : masing-masing untuk Kab. Magelang 2 ton, Kab. Sleman 2 ton,

Kab. Boyolali 1 ton, dan Kab Klaten 1 ton. Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih juga menyerahkan bantuan biaya operasional Rp 200 juta masing-masing 150 juta untuk Prov. Jateng dan 50 juta untuk Prov. D.I Yogyakarta

Wakil Presiden Boediono didampingi Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) mewakili Menteri Kesehatan mengunjungi korban Merapi di lokasi pengungsian Kecamatan Kemalang Klaten. Di lokasi pengungsian yang bertempat gedung SMP 1 Kemalang sudah didirikan pos kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Selain itu juga terdapat RS Lapangan dari RSUD Dr. Moewardi Solo.

Pada kesempatan tersebut, Prof Tjandra Yoga Aditama menyerahkan bantuan perlengkapan sanitasi, obat dll kepada Gubernur Jawa Tengah dengan disaksikan Wapres.

Selain itu rombongan Wapres juga mengunjungi korban yang dirawat di

RS Muntilan dan RS Tidar Magelang dan RS Suradji Klaten. Sebelumnya (27/10) juga mengunjungi RS Sardjito DIY yang merawat korban yang sebagian besar menderita luka bakar dan ISPA.

Selanjutnya rombongan mengunjungi RS Suradji Tirtonegoro Klaten,yang merawat 3 orang pasien. Kemudian rombongan meninjau lokasi pengungsian di Cangkringan dan Pakem Sleman Yogyakarta.

Kemenkes juga mengirim Tim beranggotakan 13 orang untuk penanggulangan krisis kesehatan (4 orang dari Ditjen Bina Yanmed, 5 orang dari PPK, 2 orang dari Ditjen Binkesmas, 1 orang dari Ditjen P2PL dan 1 orang dari Ditjen Binfar & Alkes).

Tanggal 27 Oktober 2010: Kaporit 8 ember, masker kain 10 box, insektisida 10 liter, 1 unit ventilator, Polibag 3.000 buah, masker 10.000 buah, air rahmat 500 botol, tawas 250 kg, lisol 100 liter, slap jamban 20 buah dan insektisida lalat 50 liter.

Page 41: Mediakom 27

Stop Press

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 41

Tanggal 28 Oktober 2010: Obat luka bakar Burnazine Cream 250 tube, 10 unit CVC set, Kantong mayat sebanyak 50 buah, 1 unit bedside monitor, 1 unit suction pump, 2 unit nebulizer, masker 10.000, Polibag 2.500, PAC 10.000 tablet, Aquatab 10.000 tab dan insektisida 50 liter.

Bantuan Mentawai 27 Oktober yang lalu Wapres

Boediono didampingi Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, dan Menko Kesra H.R. Agung Laksono meninjau lokasi bencana tsunami di Mentawai, Provinsi Sumatera Barat akibat gempa berkekuatan 7,2 SR yang terjadi 25 Oktober 2010 jam 17.02.

Pada kesempatan tersebut Menkes menyerahkan bantuan operasional Rp 100 juta, 3 ton obat-obatan, 10 ton makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) untuk Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan Dinas Kesehatan Kab. Mentawai.

Selain itu, Kemenkes juga mengirimkan 12 orang tim kesehatan dari PPK Sub Regional Sumatera Barat terdiri dari 1 dokter bedah, 2 residen bedah, 1 dokter anestesi, 1 perawat anestesi, 2 perawat gawat darurat, 1 dokter umum, 1 petugas gizi, 1 petugas surveilnas dan 2 petugas logistik. Bantuan lainnya berupa 3 box NaCl, 5 paket bidan kit, 2 kotak masker, 3 kotak handscoen, 500 kantong mayat, 50 dus MP ASI, serta obat-obatan terdiri dari obat anestesi, analgetik, antipiretik, vitamin, infus, baby kit, bahan habis pakai dan lain-lain.

Tanggal 28/10 dikirimkan lagi tambahan tim kesehatan dengan menggunakan kapal laut.

Tanggal 28/10 pukul 9.00 pagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menuju Mentawai didampingi Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DrPH, Menko Kesra, H.R Agung Laksono, dan beberapa Menteri lainnya meninjau lokasi bencana dan bertemu dengan masyarakat Korban bencana tsunami di Mentawai.

Sebelum mengunjungi lokasi bencana, Presiden melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah pejabat daerah di Sumatera Barat berkaitan dengan penanganan bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai. Presiden berangkat dengan menggunakan helikopter jenis MI buatan Rusia dari Bandara Minangkabau. Ada 3 helikopter lain yang mengiringi perjalanan Presiden, yang berisi sejumlah pejabat pusat dan wartawan.

Perjalanan menuju Mentawai ditempuh dalam waktu 1 jam. Presiden akan meninjau lokasi bencana tsunami dan mengunjungi desa-desa yang terkena imbas tsunami. Selain itu Presiden melakukan dialog dengan korban bencana tsunami.

Hingga (28/10) Kementerian kesehatan telah memberi bantuan kepada korban bencana Tsunami Mentawai, berupa dana operasional Rp 100 juta, 3 ton obat-obatan, 10 ton makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) untuk Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan Dinas Kesehatan Kab. Mentawai. Selain itu, Kemenkes juga mengirimkan 12 orang tim kesehatan dari PPK Sub

Regional Sumatera Barat terdiri dari 1 dokter bedah, 2 residen bedah, 1 dokter anestesi, 1 perawat anestesi, 2 perawat gawat darurat, 1 dokter umum, 1 petugas gizi, 1 petugas surveilnas dan 2 petugas logistik. Bantuan lainnya berupa 3 box NaCl, 5 paket bidan kit, 2 kotak masker, 3 kotak handscoen, 500 kantong mayat, serta obat-obatan terdiri dari obat anestesi, analgetik, antipiretik, vitamin, infus, baby kit, bahan habis pakai dan lain-lain.

Sementara itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit di Sumatera Barat juga mengirimkan 22 orang tenaga kesehatan dengan rincian: 5 orang dokter umum, 1 orang dokter ahli Orthopedi, 11 orang perawat, 2 orang surveilans, 1 orang logistik dan 1 orang sanitarian.

Tanggal 29/10) dikirim lagi bantuan, antara lain 5 unit Alat Penyemprot, 5 set Baju Fogging, 3 unit Fogging Fog, 50 buah Kelambu, 40 liter Solar. Selain itu, Dinkes Prov. Sumatera Barat dan KKP Padang akan mengirim 12 orang tenaga kesehatan untuk kegiatan pelaksanaan surveilans dan peyehatan lingkungann

Smd/wito

Menkes: Sayang anak, beri ASI

saja sejak usia 0 - 6 bulan.

Page 42: Mediakom 27

Stop Press

42 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

SilaturahmiGali Informasi

Kunjungan media ke daerah dilakukan secara bersama antara tim Pusat Komunikasi Publik Kemenkes dan para insan media merupakan agenda tahunan Kementerian Kesehatan, untuk mengenal lebih dekat situasi

kesehatan di lapangan, mulai dari program pemerintah, inisiatif masyarakat maupun permasalahan dan hal-hal lain yang dapat dijadikan pengalaman dan informasi bagi daerah lain. Sebagai insan media dan petugas komunikasi yang bekerja di Jakarta, mengenal dan memahami kearifan lokal daerah merupakan keharusan

agar tidak terjebak dalam menterjemahkan Jakarta sebagai Indonesia.

Kesempatan liputan ke daerah tentunya bukan hanya melalui kunjungan media ini, namun suasana yang lebih informal, lebih banyak pesertanya dan diselingi wisata alam maupun kuliner, bagian dari kegiatan. Para jurnalis yang biasanya bertemu di ruangan Kementerian Kesehatan, khususnya setiap Jum’at siang pada temu media rutin mingguan, kali ini bisa lebih rileks menyandarkan punggung dan bertukar-tawa dengan rekan-rekan. Mudah-mudahan menyehatkan jiwa dan

Rombongan wartawan media di Makasar.

Page 43: Mediakom 27

Stop Press

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 43

raga.Kunjungan media ke Makasar

diikuti 26 wartawan media nasional terdiri dari media cetak 11 org, radio 6 orang, online termasuk kantor berita 3 orang dan TV. Ditambah 14 awak media Kemenkes.

Kunjungan media sudah dilaksanakan sejak Puskom Publik berdiri tahun 2006. Pada itu kunjungan ke Lumajang, berkaitan dengan awal pengembangan Desa Siaga, dengan kunjungan wisata ke Gunung Bromo. Tahun 2007, mempelajari desa sayang ibu dan permasalahan gizi di NTB, dengan wisata ke Senggigi dan Gili Air. Tahun 2008, giliran Jawa Tengah, yaitu Kab Purbalingga dengan JPKMnya dan kab Banjarnegara untuk melakukan pemantauan malaria, diselingi wisata ke pegunungan Dieng.

Tahun lalu, 2009, bertepatan dengan kunjungan kerja Menteri Kesehatan yang baru, dilaksanakan kunjungan ke NTT dengan topik utama sanitasi khususnya penyediaan air bersih, dan melancong ke danau kawah yang indah di Kelimutu. Tour tahun ke-lima ini tentunya tidak akan kalah menarik. Makassar, gerbang timur Indonesia. Apalagi perkembangan pembangunan yang pesat, termasuk

pembangunan kesehatan, di provinsi Sulsel, sangat inovatif dan tertata. Terdapat Perda ASI misalnya, juga RS Sayang Rakyat yang ‘tanpa kelas’ merupakan contoh inisiatif yang ingin dipelajari.

Kunjungan media biasa dilakukan bulan November, bersamaan dengan tanggal 12 November sebagai Hari Kesehatan Nasional. Sehingga bulan November diharapkan menjadi bulan mengingatkan dan menggerakkan kembali semua masyarakat untuk hidup lebih sehat. Media-pun harus lebih sehat, baik

wartawannya maupun tulisannya. Tema Hari Kesehatan Nasional tahun ini adalah “Keluarga Sehat, Investasi Bangsa”.

Makasar menjadi kenangan tersendiri, sebab tanggal 13 November, peringatan HKN dilakukan di Monas pada jam 7 pagi dengan senam pagi massal bersama Menteri Kesehatan. Lima kota lain yakni; Makasar, Jayapura, Lampung, Samarinda dan Jakarta terhubung bersama untuk berbagi informasi dan aktivitas on-the-spot melalui video conference bersama Menkesnpra

Kadinkes Sulsel dr.H.Rachmat Latief (kanan)dan Kapuskom Publik drg. Tritarayati SH beraudiensi dengan wartawan

Page 44: Mediakom 27

Potret

44 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

dr. Rivaldi Dominggus Liligoly mengabdi untuk masyarakat Papua memberikan pelayanan kesehatan menjadi pilihannya. Dengan keterbatasan fasilitas

dan kondisi geografi yang belum terjangkau infrastruktur, dr. Rivaldi berusaha bertahan selama 4 tahun sebagai dokter PTT di Puskesmas di Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat, demi meningkatkan derajat kesehatan di tanah Papua menjadi lebih baik lagi.

Pengabdiannya didaerah sangat terpencil itulah faktor terpilihnya menjadi tenaga kesehatan (nakes) teladan. “Dengan kondisi yang terbatas, kita harus survive dan memberikan pelayanan kesehatan”, ujarnya saat ditanyakan apa yang mengantarkannya menjadi nakes teladan.

Selain kondisi alam dan fasilitas terbatas, masalah budaya juga menjadi tantangan dalam bekerja, karena masyarakat pedalaman belum percaya dokter dan lebih percaya obat-obatan tradisional. Salah satu contoh tantangan atau kendala menjadi dokter di daerah pedalaman saat menolong persalinan adalah kepercayaan atau adat budaya. Ibu hamil di Papua menjelang melahirkan ditempatkan di suatu pondok dan melakukan persalinan sendiri tanpa bantuan siapapun karena seorang suami pantang terkena darah ibu hamil. Sehingga saat terjadi komplikasi, sering terlambat ditolong tenaga kesehatan.

Hal tersebut mendorong dokter muda ini untuk melakukan pendekatan tentang kesehatan terhadap masyarakat Papua seperti tokoh-tokoh masyarakat dan kepala suku, khususnya daerah sangat terpencil. Sebagai putera daerah, pendekatan pun tidak sulit dilakukan.

Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada tahun 2005 ini berniat mengambil spesialis bedah melalui program pendidikan dokter spesialis (PPDS) atau Dokter Plus, karena dianggap spesialis bedah masih sangat kurang di Papua. Melakukan pertolongan darurat adalah hal yang disukainya. n

dr. Rivaldi Dominggus Liligoly

Tetap Beri Layanan Kesehatan Walau Terbatas

Page 45: Mediakom 27

Potret

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 45

Bekerja apa adanya, menikmati pekerjaan tanpa mengeluh, membawanya menjadi Tenaga Kesehatan

Teladan tahun 2010. Suwitno, putera keturunan Jawa ini sudah mengabdi di Puskesmas Pembantu (Pustu) Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara selama 15 tahun. Saat ini menjadi Kepala di Puskesmas tempat dia bekerja.

Menurut Suwitno, malaria klinis (pemeriksaan secara fisik) penyakit paling banyak ditemui di Maluku Utara karena belum memiliki laboratorium pemeriksaan. Namun dia mengakui tidak pernah merasa kesulitan mengatasinya dengan tenaga perawat yang mencukupi dan persediaan obat yang memadai.

Kendala yang dia hadapi selama bekerja salah satunya jarak kampung ke kampung yang ditempuh menggunakan ketinting semacam perahu, bahkan membutuhkan

Suwitno

Tidak Pernah Mengeluh Selama Bekerja

waktu 2 sampai 3 jam dari satu pulau ke pulau yang lain.

Bapak satu anak ini selalu suka cita dan tidak pernah merasa kekurangan selama bekerja, meskipun pernah mengalami gaji terlambat. “Alhamdulillah aku kerja selama 15 tahun selalu suka, boten enten istilahnya”, akunya.

Perjalanannya yang cukup panjang ke Jakarta merupakan pertama kali dalam hidupnya. Membutuhkan satu hari satu malam menuju Ternate dari Puskesmas tempatnya bekerja dengan menggunakan kapal intim teratai.n

Page 46: Mediakom 27

Nasional

46 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Duka lara, tangis dan air mata, terus mengaliri bumi Pertiwi, seperti tak ada habisnya,

silih berganti. Mulai dari banjir bandang di Wasior, Irian Jaya, gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai. Belum hilang rasa prihatin, sudah menyusul letusan gunung merapi. Sungguh memilukan, sekaligus menyadarkan, betapa lemahnya manusia dihadapan musibah bencana alam. Semua sedih dan berduka, apalagi yang menjadi korban. Mereka kehilangan harta, anggota keluarga, sanak saudara, tempat tinggal dan mata pencaharian. Kini, sebagian mereka merasa lelah dan tak bergairah, meratapi nasibnya. Mereka memerlukan bantuan, untuk bangkit menjalani hidup seperti sediakala.

Ketika sanak saudara tak ada lagi yang menampung, maka suka tidak suka, tenda pengungsian satu-satunya tempat terakhir sebagai perlindungan dan

peristirahatan. Mereka hidup, berteduh, tidur berdesak-desakan dengan pengungsi lain. Tentu, banyak kebiasaan hidup yang tersandra setelah tinggal di tenda pengungsian, seperti, bercengkerama dengan pasanganya.

Setelah bencana, kini mejadi hari-hari yang membosankan hidup dipengungsian. Gejala stres sudah mulai menerpa mereka. Tampak sudah tanda-tandanya, seperti menjadi pendiam, murung dan putus asa. Kondisi seperti ini membutuhkan bantuan psikiater dan bantuan lain yang diperlukan dari semua pihak untuk dapat memulai kembali

hidup seperti sebelum bencana terjadi.Dari ketiga tempat bencana, merapi merupakan

daerah bencana yang paling lama membutuhkan kewaspadaan. Sebab tidak dapat meramalkan, kapan erupsi dan letusan gunung berapi akan berhenti beraksi, sehingga pemerintah selalu mengingatkan kepada

Antara Merapi,

Mentawai dan

Wasior

Page 47: Mediakom 27

Nasional

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 47

masyarakat untuk tetap waspada.

Merapi meletus lagi, derita bertambah lagi

Letusan merapi telah membelokkan arah penerbangan Menteri Kesehatan, semula menuju ke NTB, setelah mengetahui merapi meletus lagi, Menkes membatalkan dan terbang menuju Yogyakarta untuk meninjau masalah kesehatan korban bencana letusan merapi. Tak ketinggalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ibu Negara, Ny. Hj. Ani Bambang Yudhoyono bersama rombongan mengunjungi Taman Pendidikan Anak (TPA) Tanjung Muntilan, di Kab. Magelang, 2 November 2010. Bahkan berkantor di Yogyakarta untuk memantau langsung penanganan korban bencana merapi.

Sementara korban terus bertambah, seiring dengan berulangnya letusan dan erupsi gunung merapi. Mbah Marijan,

legendaris kuncen gunung merapi menjadi korban angkatan pertama. Rupanya gulungan asap wedhus gembel mentakdirkan kembali keharibaanNya, bersama beberapa orang yang turut bertahan di rumahnya, sebelum niat untuk mengungsi terlaksana.

Memang, mengungsi bukan perkara mudah bagi masyarakat yang menetap di wilayah bencana. Banyak pertimbangan yang menjadi penyebab sebagian mereka lebih memilih bertahan, diantaranya hewan ternak peliharaan, seperti sapi. Termasuk banyangan ketidak nyamanan tinggal di tenda pengungsian. Bahkan ketika relawan berusaha mengajak mengungsi ketempat yang lebih aman, mereka tetap bertahan dan siap menerima segala risiko. Ternyata benar, tak seberapa lama gulungan wedhul gembel yang lebih besar menerjang, menyapu wilayah yang lebih luas, dan deritapun bertambah lagi.

Akibatnya, ribuan hektar kebun salak, pekarangan rumah, ternak dan aneka habitat kehidupan hancur, tertutup debu vulkanik. Tampak seperti gurun pasir yang luas tanpa tumbuhan dan kehidupan. Terlihat suasana yang amat kontras sebelum dan sesudah bencana. Penduduk yang sebelumnya melakukan kegiatan harian dengan suka-cita dan ceria. Kini, rasa sedih dan duka masih menggelayut dalam benaknya, demikian pula dengan rasa cemas di tenda pengungsian. Walau secara berangsur sudah mulai berkurang.

Sigab melayani korbanInstitusi kesehatan pusat dan

daerah mulai dari Kementerian Kesehatan, rumah sakit, puskemas dan pos kesehatan sangat sibuk melayani korban. Dengan sekuat tenaga, daya dan segala keterbatasan berusaha menyelematkan para korban.

Menkes menyerahkan bantuan untuk korban bencana Mentawai, disaksikan Wapres dan Mensos.

Page 48: Mediakom 27

Nasional

48 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Bekerja siang malam untuk membantu sesama. Pejabat Kemenkes, digilir waktunya untuk memantau langsung di lapangan. Untuk memastikan setiap kendala pelayanan kesehatan mendapat solusi secara cepat dan akurat. Bahkan untuk mendapatkan informasi yang cepat dan akurat, Kemenkes membuka media center di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.

Pasca bencana Gunung Merapi di Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, jumlah pasien kesehatan jiwa hingga 5 November 2010 sebanyak 17 orang dengan rincian 6 orang rawat inap dengan diagnosis Psikosis Eksaserbasi, 1 orang dirujuk ke RSJ Magelang, dan 10 orang belum ada diagnosisnya. Selain itu, 6 November 2010 terdapat 14 pasien diketahui 13 orang gangguan cemas dan 1 orang gangguan depresi, semuanya menjalani rawat jalan.

Untuk mendukung penanganan korban, Kemenkes telah berkoordinasi dengan RSJ di Prov. Jateng dan DIY, Ikatan Psikolog Klinis (IPK), Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), dan Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) melakukan pemetaan pengungsi di Magelang sebanyak 52 kasus, Solo dan Klaten ada 3 kasus dan Yogyakarta 7 kasus. Pemetaan sistem ditempat pengungsian maupun jalur komunikasi dan informasi, yang diorganisir oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi, Jawa Tengah.

Selain itu, mengadakan Training Of Trainer (TOT) bagi 2 angkatan petugas kesehatan setempat bekerjasama dengan institusi pendidikan yang berasal dari Semarang, Yogyakarta, Solo, Klaten dan Magelang. Materi berisi tentang gunung berapi, penanganan bencana untuk masalah kesehatan jiwa dan psikososial, role play, penjelasan asesemen menggunakan Self Rating Questionaire (SRQ)

(Riskesdas) dan materi ansietas. Kemudian dilakukan praktek lapangan di daerah Mungkid dan membagi Penanggung Jawab di setiap tempat pengungsian dan siap bekerja di lapangan.

Hasil pemantauan Kementerian Kesehatan dan RSJ Magelang pada umumnya pengungsi dewasa terlihat kelelahan, tampak tidak ada gairah serta merasa jenuh karena tidak bisa melakukan pekerjaannya sebagaimana biasanya. Begitu pula dengan pengungsi anak-anak, terlihat jenuh, merasa tak sebebas dengan biasanya, merasa tak nyaman. Dari hasil rapid diagnostik di 15 TPS pada tanggal 1 – 10 November 2010, dari 7.223 orang terdapat kasus jiwa sebanyak 278 orang (3,85%). Kasus tertinggi yaitu Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) sebesar 1,02% dan Mix Ansietas Depresi sebesar 0,18%.

Telah dilakukan upaya penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial diantaranya melakukan assessment awal dengan symptom checklist, mendeteksi dini adanya gangguan jiwa melalui individual approach dan melalui pemeriksaan fisik, case finding melalui kegiatan massal seperti pertemuan kelompok atau latihan relaksasi bersama, play therapy oleh psikolog, merujuk pengungsi ke psikiater bila ada indikasi psikopatologi, mensupervisi dan mengkoordinasi relawan psikososial.

Melalui kegiatan tersebut, kondisi kejiwaan pengungsi nampak semakin normal dan sehat.

Dir. Bina Gizi Masyarakat Kemenkes melakukan upaya pelayanan gizi dengan memantau distribusi makanan pendamping ASI (MP-ASI) serta memobilisasi 82,5 ton MP-ASI ke Prov. DI Yogyakarta, Kab. Sleman, Kab. Bantul, Kab. Gunung Kidul, Kab. Magelang, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, Posko Utama Pakem di Sleman, Posko GOR Maguwoharjo dan Posko Youth Center. Selain itu juga mengirimkan konselor ASI sebanyak 8 orang ke 4 titik pengungsian (Lembugrejo, Sumber Rejo, Catur Harjo, Rusmanda)

Dir. Bina Yanmedik Spesialistik Kemenkes berkoordinasi dengan RSUP Sardjito menyepakati penanganan korban luka bakar serta sistem pengambilan data korban yang dirawat dirumah sakit, kemudian melapor ke RSUP Sardjito untuk kemudian diteruskan ke Dinkes Provinsi.

Pembiayaan terhadap pasien yang dirawat di RS baik Rawat Jalan dan Rawat Inap dapat diklaim ke Kemenkes. Klaim untuk penanganan korban bencana Merapi pada Kemenkes dimasukkan mulai tanggal 12 November untuk diverifikasi. Biaya yang diklaim adalah korban/pasien yang tidak tercakup Jamkesmas/Jamkesda/Jamkesos sedangkan obat-obatan yang sifatnya bantuan tidak dimasukkan dalam klaim.

Lambaian dari Mentawai Gempa bumi yang disusul

dengan tsunami, 25 Oktober 2010 pk. 21.52 WIB di Kab. Kep. Mentawai Provinsi Sumatera Barat berkekuatan 7,2 SR, kedalaman 10 km dengan pusat gempa 78 km Barat Daya Pagai Selatan Kepulauan Mentawai Sumatera Barat telah meluluh lantakkan kehidupan di Kepulauan Mentawai. Medan yang berat, karena gelombang laut yang tinggi (5 menter) menyulitkan pemerintah pusat maupun daerah dan relawan

Dari ketiga tempat bencana, merapi

merupakan daerah bencana yang paling lama membutuhkan

kewaspadaan.

Page 49: Mediakom 27

Nasional

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 49

memberi pertolongan. Salah satu yang digunakan untuk mensuplai makanan dengan menggunakan helikopter.

Bencana telah mengakibatkan rusaknya fasilitas kesehatan yaitu 1 Puskesmas Malakopak, 1 Pustu Malakopak, 3 Polindes (Muntei Kecil, Lima Sua, dan Surat Kaban), dan 1 Kantor Desa (dijadikan Yankes) di Kec. Malakopak.

Trauma fisik, seperti luka-luka, trauma tumpul dan fraktur mendominasi korban bencana Tsunami Mentawai. Perlu diwaspadai adanya infeksi yang diakibatkan penanganan luka yang tidak tepat. Oleh sebab itu tetap dilakukan penanganan Traumatic Healing dibawah koordinasi RSJ HB Seanin Padang.

Untuk mengatasi masalah kesehatan pasca tsunami telah dilakukan pemantauan kesehatan lingkungan dan air bersih, kegiatan surveilans penyakit berpotensi wabah (diare, malaria, campak) dan kegiatan surveilans lingkungan pada

penduduk risiko tinggi di 7 ( tujuh ) desa dan 4 (empat) dusun.

Melakukan penyemprotan dan pencegahan penularan malaria di 4 (empat) desa, memberi pengobatan (rawat jalan) di Desa Surataban dan Desa Linok Sua oleh Petugas kesehatan. Menempatkan tenaga medis dan paramedis untuk tinggal selama 3 (tiga) hari di 6 (enam) desa. Mengimunisasi TT terhadap petugas relawan sebanyak 124 orang. Mendirikan 4 Pos Kesehatan di Kec. Sikakap, pelayanan kesehatan di Pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit.

Mengirim tenaga kesehatan total 480 orang, terdiri dari 17 orang fasilitator, 25 orang spesialis, 3 psikiater, 68 dokter umum, 4 dokter gigi, 3 apoteker, 234 perawat, 1 bidan, dan 112 tenaga surveilans, 6 tenaga logistik dan 3 tenaga gizi.

Kementerian Kesehatan dan berbagai instansi lain telah mengirim bantuan, antara lain: dana operasional sebesar 100 juta rupiah, 3 ton obat-obatan, 10 ton MP-ASI, 2 unit oksigen konsentrat,

2 unit swing fog, 1 unit mist blower, 5 kg tawas, 2 kotak air rahmat, 10 liter lysol, 5 stel wear pack, 5 liter verosid, 1 lusin sarung tangan kain, 3 kotak masker, 10 pasang sepatu bot, 5 stel jas hujan, 100 liter solar, 20 liter bensin, bahan habis pakai dan alat perlengkapan diri/APD (masker, handscoen, kapas, kassa, infus set, pembalut gis dan sebagainya) sebanyak 228 item, 700 ampul vaksin ATS, 100 vial vaksin TT, 520 buah kantong jenazah, 20 kotak susu, 1 unit mesin fogging, 1 unit mist blower, 20 liter malation, 24 liter K-Otthrine, 350 buah kelambu, 630 strip aquatab, 10 set warepack, 5 set oksigen + regulator, dan 6000 lembar kelambu.

Untukmu WasiorBanjir bandang yang terjadi, 4

Oktober 2010 pukul 08.30 WIT di Distrik Wassior telah mengagetkan banyak pihak. Banjir Bandang yang terjadi secara tiba-tiba menyebabkan sarana jalan dan listrik terputus. Menurut laporan Ditjen P2PL

Presiden berdialog dengan korban bencana Wasior.

Page 50: Mediakom 27

Nasional

50 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

bencana telah menghanyutkan staf KKP di kantor wilayah kerja (wilker) KKP Wondama sampai ke laut. Saat ini korban selamat, sementara kantor dan peralatan hanyut terbawa air.

Banjir juga mengakibatkan kerusakan fasilitas kesehatan antara lain 42 unit, yaitu 9 fasilitas rusak total, diantaranya 2 Puskesmas (Puskesmas Distrik Wasior dan Puskesmas Wondiboi). Fasilitas rusak berat sebanyak 32 unit, berupa 1 rumah sakit, 1 Pustu di Rado, 2 Puskeskam di Wulu dan Wasior, 8 rumah dinas dokter dan 18 rumah dinas paramedis di perumahan Puskesmas Wasior, Puskesmas Wondiboi serta komplek perkantoran Dinkes Kab. Teluk Wondama, 1 kantor Dinkes Kabupaten, serta 1 mess dokter dan perawat. Fasilitas kesehatan yang rusak ringan adalah 1 Pustu Dotir.

Untuk membantu penanganan masalah kesehatan, Kementerian Kesehatan RI telah memobilisasi bantuan berturut-turut sebagai berikut : • Tanggal 4 Oktober 2010: Pusat

Penanggulangan Krisis (PPK) Sub Regional Papua memobilisasi 11 orang tim kesehatan terdiri dari 3 orang (2 dokter dan 1 perawat) berasal dari RSUD Manokwari. Sedangkan 8 orang lainnya dari RSUD Kab. Nabire untuk menyiapkan dukungan logistik. Sedangkan Dinkes Prov. Papua Barat menugaskan 7 orang tim kesehatan, terdiri dari 2 dokter umum, 1 dokter gigi, dan 4 orang paramedis.

• Tanggal 5 Oktober 2010: Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Manokwari yang merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Ditjen PP dan PL Kemenkes mengirim tenda, obat-obatan dan perlengkapan kesehatan, juga menugaskan 5 tim kesehatan (1 dokter, 2 perawat, 1 sanitarian, dan 1 orang logistik); PPK Kemenkes mengirimkan 100 buah kantong mayat, 1 ton obat paket banjir

dan 1 ton MP-ASI. Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Nabire juga telah menugaskan 4 dokter dan 4 perawat. Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari mengirimkan 3 dokter dan 7 perawat.

• Tanggal 6 Oktober 2010: PPK Kemenkes mengirimkan 12 orang tim kesehatan, terdiri 5 orang PPK, 5 orang Binkesmas, dan 2 orang P2PL. Sedangkan Dinkes Prov. Papua Barat mengirimkan sebanyak 11 petugas kesehatan (5 dokter umum dan 6 paramedis).

• Tanggal 7 Oktober 2010: bantuan operasional sebesar 50 juta rupiah dari PPK untuk Dinkes Kab. Teluk Wondama. KKP Manokwari mengirim obat-oabatan, handscoon, sepatu boot, sarung tangan panjang, kacamata pelindung 5 petugas kesehatan (1 dokter, 2 perawat, 1 sanitarian, dan 1 orang logistik). Sementara itu PPK regional Makassar mengirim 1 buah orthopedic set. Dinkes Prov. Papua Barat mengirim alat pengendali vektor (mist blower). PPK regional Jawa Timur memberikan 1 ton obat-obatan, 1 ton MP-ASI, 100 kantong mayat untuk KRI Dr. Suharso. PPK mengirim ATS sebanyak 55 vial dan antibiotik injeksi sebanyak 240 vial. Sedangkan P2PL mengirim bantuan air rahmat 200 botol, aqua tab 500 table dan P. A. C (Penjernih Air Cepat) 500 sachet,

kantong sampah 1.000 buah• Tanggal 8 Oktober 2010:

Ditjen P2PL Kemenkes akan mengirimkan bantuan lagi untuk keperluan sanitasi berupa PAC 1.000 sachet, aquatab 1.000 tablet, air rahmat 500 botol, insect lalat 100 liter, insect nyamuk 50 liter, masker 5.000 buah, kelambu 1.000 buah, larvasida untuk malaria 50 kg, larvasida untuk DBD 50 kg, hygiene kit 120 set, polibag 5.000 kantong, dan kaporit.

• Tanggal 9 Oktober 2010: PPK Reg. Sub Papua mengirimkan desinfektan 10 liter, lisol 20 liter, detol 6 karton, kaporit 15 kl. Jajaran kesehatan melakukan penyemprotan desinfektan untuk pengendalian vektor penyakit potensi wabah ke daerah lokasi bencana.

• Tanggal 10 Oktober 2010: Kemenkes mengirimkan 20 buah spanduk Pos Kesehatan dan 30 buah rompi.

• Tanggal 11 Oktober 2010: Kemenkes mengirimkan tim kesehatan yaitu 1 dokter dari PPK dan 3 Psikiater dari Dit. Kesehatan Jiwa Masyarakat. Melakukan pertemuan llintas program untuk membahas kegiatan pasca bencana.

Tindak lanjut pasca bencana yaitu mengantisipasi potensi KLB penyakit menular, memulihkan kondisi kejiwaan korban pasca bencana dengan mengirim psikiater bekerja sama dengan UI dan Puskes TNI. Memperbaiki fasilitas kesehatan di lokasi bencana, menambah obat-obatan untuk RSUD Nabire. Menambah pos kesehatan di Distrik Wasior, mengirimkan tim kesehatan pasca bencana yang berasal dari Dit. Kesehatan Ibu, Kesehatan Komunitas, Ditjen Yanmedik, Kesehatan Jiwa, WHO dan UNFPA. Serta akan mengirimkan bantuan 20 unit jamban darurat, 5 ton MP ASI dan 50 food poisoning kit. n

Pra

Pembiayaan terhadap pasien yang dirawat di RS baik Rawat

Jalan dan Rawat Inap ditanggung

Kemenkes.

Page 51: Mediakom 27

Daerah

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 51

Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, mengharapkan rencana Aksi Daerah

untuk mempercepat pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) dapat dikukuhkan Pemerintah Daerah dalam bentuk Peraturan Daerah atau dokumen resmi yang ditandatangani Gubernur, Bupati atau Walikota sebagai pencerminan komitmen pemerintah kepada rakyat.

Hal itu disampaikan Menkes dalam sambutan yang dibacakan dr. Ratna Rosita, MPHM, Sekretaris Jenderal Kemenkes pada pertemuan penyusunan rencana aksi daerah mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) di Jayapura, Papua tanggal 29

September 2010. Pertemuan diikuti para Kepala Bappeda, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Direktur RSUD dan para Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Papua dan Papua Barat.

Menurut Menkes, MDG’s bukan hanya komitmen global, tetapi sudah menjadi tanggung jawab pemerintah kepada rakyat. Dalam mencapai sasaran MDGs, diperlukan berbagai kegiatan yang baru dan inovatif. Salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan adalah menciptakan ‘new iniciative’ yaitu memberikan pelayanan persalinan dengan biaya ditanggung pemerintah. “New iniciative ini juga telah dilaksanakan oleh beberapa Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, dihimbau agar daerah yang

belum melaksanakannya dapat mulai menyusun rencana untuk melaksanakannya”, ujar Menkes.

Program ini masih dalam persiapan dan akan dimulai pada tahun anggaran 2011. Pelayanan persalinan yang dibiayai program ini meliputi pemeriksaan persalinan hingga nifas dan penggunaan kontrasepsi. Hal ini juga dimaksudkan untuk mendukung program Keluarga Berencana (KB). Dengan keberhasilan program KB diharapkan akan memberikan efek berantai yang positif terhadap keberhasilan upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), kata Menkes.

“Peran Pemerintah Daerah adalah menyiapkan tenaga dan fasilitas kesehatan yang memadai untuk melakukan persalinan dengan

Rencana Aksi Daerah Untuk MDgs Diatur Dalam Perda

Kunjungan kerja Menkes bersama Menko Perekonomian dan Menko Kesra di Papua.

Page 52: Mediakom 27

Daerah

52 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

aman. Karena itu jumlah Puskesmas perawatan yang mempunyai pelayanan obstetri neonatal dasar (PONED) dan Rumah Sakit yang mempunyai pelayanan obstetri neonatal komprehensif (PONEK) perlu ditingkatkan. Kemampuan para bidan untuk menentukan kapan harus merujuk guna menghindari komplikasi persalinan juga harus ditingkatkan. Selanjutnya, sistem rujukan yang menjamin dilakukannya persalinan aman, termasuk penyediaan darah juga harus diperkuat”, ujar Menkes.

Di samping menciptakan terobosan, Menkes minta berbagai program yang bermanfaat seperti Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dilanjutkan. “Kita perlu mengawalnya agar program ini dapat berkesinambungan. Saya menghimbau agar jaminan kesehatan untuk orang miskin diluar kuota Jamkesmas atau Jamkesda dapat dikembangkan di seluruh daerah. Bila seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem jaminan kesehatan, saya yakin tujuan pembangunan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya akan tercapai”,

tambah Menkes.Program lainnya yang perlu

dikawal kesinambungannya adalah ASI Eksklusif, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk pengembangan budaya tidak merokok serta menggaungkan kembali Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi.

“Kembangkanlah pojok ASI di perkantoran dan Industri, agar pemberian ASI eksklusif dapat dilaksanakan dengan baik. Kembangkanlah juga daerah bebas rokok di Kantor Dinas, Kantor Bappeda, sehingga menjadi contoh bagi kantor-kantor lain di wilayah Saudara”, kata Menkes.

Menkes menegaskan, sasaran strategis pembangunan kesehatan tahun 2010 – 2014 sejalan dengan komitmen untuk mempercepat pencapaian MDGs, yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat; 2) menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, 3) menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi, 4) meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan, 5) meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; 6) terpenuhinya kebutuhan

tenaga kesehatan strategis, 7) pengendalian penyakit tidak menular di seluruh provinsi, dan 8) pelaksanaan SPM di seluruh kabupaten/kota.

Di era desentralisasi sekarang, tanggung jawab pembangunan kesehatan adalah tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. “Sangat tidak relevan apabila mendikotomikan pembangunan kesehatan menjadi dua fragmen Pusat dan Daerah. Sebab, pada dasarnya kita berada dalam satu ruang yang sama dan oleh karenanya kita harus bersinergi dan membangun kekuatan bersama untuk melaksanakan upaya pencapaian MDGs sesuai proporsi, potensi dan kemampuan daerah, imbuh Menkes.

Untuk keberhasilan pelaksanaan Desentralisasi, proses pembangunan harus dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan arah pembangunan kesehatan yang sinkron antara Pusat dan Daerah, walaupun dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan keadaan lokal dan kearifan lokal, ujar Menkes.

Menkes menambahkan, bidang kesehatan sudah menindak lanjuti Inpres No 3 dengan menyusun Rencana Aksi untuk mempercepat pencapaian target MDGs. “Kita memang harus berbagi peran baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai di tingkatan pelaksananya. Saya yakin dengan pembahasan intensif dalam pertemuan ini disertai dengan komitmen yang tinggi, solusi berbagai masalah dan hambatan dalam pembangunan kesehatan khususnya yang terkait dengan Rencana Aksi pencapaian MDGs dapat dirumuskan dengan baik.”, ujar Menkes.

Menkes mengharapkan, dalam pertemuan ini dapat mewujudkan sinkronisasi bagi pelaksanaan pembangunan kesehatan antara Pusat dan Daerah, sehingga tujuan Pembangunan Nasional dapat tercapai.nSmd

Menko Kesra menyerahkan bantuan mobil ambulance secara simbolis kepada Gubernur Papua Barat.

Page 53: Mediakom 27

Daerah

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 53

MDg’s Masuk Desa

Komis, salah satu desa yang berada di Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang

Jawa Timur, siap dukung program “Millenium Development Goals” (MDG’s). Araty Indrawati, S.ST seorang bidan desa bersama yang lain dengan gigih menyiapkan desa Komis mendukung program MDG’s. Untuk mempopulerkan programnya, Wati begitu biasa dipanggil menggunakan slogan “ SIMAKOM” Desa Siaga Mandiri

Komis. Sebagai desa yang mandiri, kegiatan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM). Kini, Desa Komis memiliki Polindes, Poskesdes, Posyandu KIA, Posyandu Lansia, BKB dan Dukun bayi.

Untuk mendukung program “Millenium Development Goals” (MDG’s), telah dilakukan langkah-langkah dalam pengembangan Desa Simakom, diantaranya: Sosialisasi Desa “Simakom”, Pelatihan Bagas, Survey Mawas Diri (SMD), Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), dan Intervensi.

Untuk melayani kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Desa Komis mempunyai visi SIMAKOM yang ASRI (Agamis, Santun, Ramah, dan Indah)”. Untuk mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan Misi yaitu; meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan lintas sektor , meningkatkan peran serta masyarakat dalam program KIS dan mewujudkan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) yang terpadu dan paripurna di wilayah Desa Komis.

Menurut Araty, saat ini terdapat masalah kesehatan, antara lain

Page 54: Mediakom 27

Daerah

54 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

masih adanya persalinan oleh dukun bayi (7,9%), pemanfaatan ASI eksklusif selama 6 bulan masih rendah (12,1%), masih adanya masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tidak mengandung yodium (35,3%), dan mayoritas masyarakat masih mengkonsumsi air mentah (68,7%).

Araty juga melakukan analisis pada lingkungan internal dan eksternal, sehingga ditemukan adanya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di Desa Komis. Secara rinci hasil analisnya sebagai berikut:

Kekuatannya, Desa Komis memiliki jumlah bidan desa sesuai dengan proporsi penduduk, seluruh kader kesehatan sudah terlatih, komitmen dan tanggung jawab petugas kesehatan sangat besar, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sangat memadai, dan dukungan anggaran program kesehatan cukup besar.

Kelemahannya, Desa Komis tingkat pendidikan kader kesehatan mayoritas masih rendah (SD=6 orang, sarana polindes atau poskesdes masih melekat dengan tempat tinggal bidan. Sedang Peluang, Desa Komis mendapat dukungan kepala Puskesmas sangat kuat, dukungan lintas sektor juga sangat kuat, koordinasi dan kerjasama lintas program dan lintas sektor sangat baik, tingkat kepercayaan dan kepatuhan masyarakat terhadap tokoh agama dan tokoh masyarakat sangat tinggi, serta peran masyarakat juga sangat tinggi.

Selain itu ada pula ancaman bagi Desa Komis, diantaranya: kondisi geografis Desa Komis sangat buruk, jarak tempuh ke Puskesmas Induk sangat jauh (kurang lebih 10 km) dengan kondisi jalan rusak parah dan bergelombang, tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, mayoritas penduduk adalah masyarakat miskin (72,23%), tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dukun masih tinggi, masih adanya pertolongan persalinan oleh dukun bayi (7,9%), Pemanfaatan ASI eksklusif selama 6 bulan masih

rendah (12,1%), masih adanya masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tidak mengandung yodium (35,3%), mayoritas masyarakat masih mengkonsumsi air mentah (68,7%), dan mayoritas penduduk masih sering migrasi keluar daerah.

Melihat permasalahan kesehatan penduduk yang ada di atas, Desa “Simakom melakukan beberapa upaya yaitu menurunkan angka kematian bayi dan balita (AKB), angka kematian ibu (AKI), prevalensi gizi buruk dan penanggulangan penyakit menular. Secara rinci upaya tersebut sebagai berikut,

Capaian Desa KomisDesa Komis berhasil menurunkan

angka kematian bayi dan anak balita (AKB). Kematian bayi Desa Komis tahun 2007 menunjukkan dengan range paling tinggi di angka 4. Tahun 2010 jumlah kematian bayi telah menurun di angka 1.

Sedangkan, data untuk cakupan kunjungan neonatus (KN2) Desa Komis tahun 2007 menunjukkan tingginya neonatus atau kunjungan rumah (KN2) dengan cakupan 96,5%. Tahun 2010 menurun dengan cakupan 36%. Berikutnya, pelayanan kesehatan mewajibkan setiap kunjungan untuk membawa buku KIA, melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan neonatal atau bayi setiap bulan, pemantauan tumbuh kembang balita secara berkala di Paud dan TK.

Untuk menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) telah dilakukan pelayanan pada masa kehamilan dengan tindakan penyuluhan kesehatan, pemetaan bumil dan bayi, pembentukan kelompok binaan kader, pemasangan stiker P4K dan bendera bumil, bufas dan bayi, mengaktifkan tabulin dan dasolin (Tabulin: Rp 2.131.000; Dasolin: Rp 2.072.600,-), sweeping atau kunjungan rumah, kunjungan sasaran bumil drop out, pemantauan bumil risti, pemantauan kantong persalinan, skrining bumil KEK & penyakit kronis (Malaria, TB, dll), ambulance desa dan donor darah.

Selain itu, Komis juga melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan kunjungan rumah ibu nifas, kunjungan sasaran ibu nifas yang drop out, pelayanan ibu nifas di posyandu, pelayanan KB, deteksi dini penyakit reproduksi dengan memberikan penyuluhan tentang pelayanan alat kontrapsepsi KB,

Pelayanan kesehatan mewajibkan setiap kunjungan untuk membawa buku KIA, melaksanakan kunjungan rumah dan

perawatan neonatal atau bayi setiap bulan, pemantauan tumbuh kembang balita secara berkala di Paud dan TK.

Page 55: Mediakom 27

Daerah

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 55

konseling KB dan pemeriksaan pap smear.

Untuk menurunkan jumlah gizi kurang & BGM, tahun 2007 jumlah balita gizi kurang & BGM dengan angka 82 . Tahun 2010 mengalami penurunan (sampai dengan bulan mei) tercatat dengan angka 51.

Hal itu terjadi setelah mendirikan pos gizi, penimbangan balita di posyandu, pemberian makanan tambahan balita gizi buruk, pemberian vitamin A pada balita, pemberian tablet FE pada ibu hamil, pemberian garam beryodium pada

masyarakat dan pemberian asi eksklusif 6 bulan.

Penggunaan jamban Desa Komis, tahun 2009 mayoritas masih menggunakan jamban cemplung (67%) dan jamban lantrin dengan hanya 33%. Untuk itu, dilakukan pencengahan dengan melakukan imunisasi, pemeriksaan jentik berkalam pemberantasan sarang nyamuk, penyuluhan tentang PHBS, Penggunaan jamban sehat, dan penggunaan air bersih masak.

Pembinaan kader Desa Komis Kecamatan Kedungdung tahun 2010, untuk melayani masa kehamilan dengan jumlah kk yang dibina sebanyak 12 orang, ibu Latifah menempati urutan pertama sebagai kader terlatih dan di urutan kedua ibu Nur Hasanah.

Sementara, persalinan dengan tenaga kesehatan untuk mencapai target 94,3% dan menurunkan persalinan oleh dukun hingga mencapai 39% pada tahun

2010, diperlukan advokasi pada stakeholder terkait. Membangun kemitraan bidan dan dukun (penandatanganan kesepakatan kemitraan dan program magang bagi dukun bayi. Pemberian dana bergulir, bantuan beras dan uang transpor bagi masyarakat yang bersalin di polindes), kunjungan rumah dan penyuluhan.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak, telah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut diantaranya:

Pertama, pelaksanaan P4K

untuk ibu hamil dengan tujuan mengetahui sasaran ibu hamil dan perencanaan persalinan, kegiatan dilaksanakan di rumah bumil dengan anggaran Rp 960.000 periode bulan Juli sampai Desember 2010 oleh Kader.

Kedua, kelas ibu hamil untuk ibu hamil UK 20-32 mg dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap dan perilaku bumil. Kegiatan dilaksanakan di Polindes dengan anggaran Rp 1.200.000 periode bulan Juli sampai Desember 2010 oleh Bidan Desa dan Kader.

Ketiga, diadakannya sweeping ibu hamil untuk ibu hamil yang DO, dengan tujuan meningkatkan cakupan K4 bertempat di rumah bumil dengan anggaran Rp 720.000 periode bulan Juli sampai Desember 2010 oleh Bidan Desa dan Kader.

Keempat, dilakukannya kegiatan sweeping imunisasi untuk bayi yang DO dengan tujuan meningkatkan cakupan imunisasi. Kegiatan

dilaksanakan di rumah bayi dengan anggaran Rp 780.000 peride bulan Juli sampai Desember 2010 oleh Bidan Desa dan Kader.

Kelima, diadakan pelaksanaan BIAS untuk murid kelas 1 dan 6 SD atau MI dengan tujuan meningkatkan cakupan imunisasi anak sekolah. Kegiatan dilaksanakan di Sekolah SD atau MI dengan anggaran Rp 90.000 periode bukan Agustus 2010 oleh Bidan Desa.

Keenam, diadakan kegiatan pembinaan Posyandu untuk Kader Posyandu, tujuannya meningkatkan

pelaksanaan posyandu yang bertempat di Posyandu dengan anggaran Rp 1.440.000 periode bulan Juli sampai Desember oleh Bidan Desa dan Koordinator Promkes.

Ketujuh, dilaksanakan kegiatan kunjungan petak kerja untuk masyarakat, tujuannya meningkatkan cakupan KIA yang dilaksanakan di 8 petak kerja dengan dengan anggaran Rp 960.000 periode bulan Juli sampai Desember oleh Kader dan Bidan.

Hal ini dilakukan untuk mencapai Desa Komis yang mandiri, cakupan Millenium Development Goals (MDG’s) untuk pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, menjadi Desa UCI tahun 2010 dan seluruh posyandu menjadi posyandu mandiri tahun 2010. Saat ini Posyandu Totongan Kecamatan Kedungdung juara satu evaluasi posyandu dan juara umum jambore kader tingkat Kabupaten.n

pra

Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) telah dilakukan pelayanan pada masa kehamilan dengan tindakan penyuluhan kesehatan, pemetaan bumil dan bayi, pembentukan kelompok

binaan kader, pemasangan stiker P4K dan bendera ibu hamil (bumil).

Page 56: Mediakom 27

Siapa Dia

56 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Keluarga artis Shahnaz Haque mengaku selalu perhatian soal makanan, demi menjaga kesehatan

ketiga buah hatinya. Karena dari makanan, menurutnya, dapat berakibat fatal pada mereka di kemudian hari.

”Saya selalu mengajarkan pada mereka membedakan makanan bersih dan makanan jorok. Kalau makanan jorok, seperti jajan di sembarang tempat. Yang bersih itu ya makan di rumah,” tegas Shahnaz yang pernah menderita kanker ovarium itu.

Shahnaz mengaku telah membuat kesepakatan-kesepakatan dengan anak-anaknya. Kesepakatan itu melatih mereka untuk memilih yang terbaik buat dirinya. Mereka dapat memutuskan sendiri makanan yang baik dan makanan yang kurang layak dikonsumsi.

”Jadi saya ajarkan biar mereka bisa jadi polisi bagi dirinya sendiri.

Mereka bisa tahu kapan aku kasih izin, boleh enggaknya memilih makanan itu,” terangnya.

Shahnaz mencontohkan, dalam keluarganya tidak diperbolehkan terlalu sering makan mie instan, karena keluarga dari suaminya, Gilang Ramadhan ada keturunan penyakit kanker. Apalagi Shahnaz sendiri pernah menderita kanker ovarium sebelum menikah.

Ibu tiga anak itu juga mengaku tidak sepenuh dapat menghindarkan anak-anaknya dari polusi makanan, namun usaha pencegahan secara dini diharapkan mengurangi resiko buruk akibat dampak makanan tidak sehat tersebut.

”Makanya, salah satu caranya adalah memilih makanan sehat. Nggak memperkenalkan pada anak makanan kaleng. Pokoknya semua bukan zat kimia. Itu yang penting,” tegas Shahnaz berpesan.n

gi-berbagai sumber

SHAHNAZ HAQUECermati Makanan Anak

GIRINGIngin Sehat TiruGaya Hidup Nabi

Tidak seperti biasanya, Giring “Nidji” terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Pasalnya, Vokalis Nidji ini

ternyata meniru pola hidup Nabi Muhammad SAW. Apa itu?

“Triknya ikuti saja apa yang Nabi Muhammad bilang, kalau makan berhenti sebelum kenyang. Nabi Muhammad setiap pagi, siang dan malam selalu minum madu,” kata Giring.

Tak hanya itu, Giring pun mengikuti kebiasaan Rasul Allah

itu untuk mengonsumsi kurma.“Saya pagi selalu makan kurma.

Ya ikuti saja. Memang bener terbukti kok,” imbuhnya.

Vokalis berambut kribo ini mengikuti pola hidup Nabi Muhammad demi kesehatan. Selain sehat, Giring juga lebih mudah dalam menurunkan berat badan.

“Saya sengaja ngurusin badan untuk film Ahmad Dahlan. Sengaja gue turunin berat badan gue 5 kilogram,” ucapnya. n

gi-istanaartis.com

KA

PAN

lAG

I.co

M

Page 57: Mediakom 27

Siapa Dia

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 57

SHELOMITADiet Golongan Darah

Demi menyehatkan fisik, Shelomita yang akrab disapa Mita ini mengadopsi diet golongan darah meski

tidak menjalaninya dengan ekstrem. “Aku tetap makan semua makanan yang ada di dunia ini. Hanya saja, dari beberapa pilihan, cari yang paling cocok dengan golongan darahku, yaitu 0,” ujar sarjana psikologi lulusan UI ini sebagaimana dikutip dari Tabloid GHS.

Dengan diet golongan darah Mita mengaku tidak terlalu suka makanan yang bisa menimbulkan gangguan pencernaan, misalnya susu dan cokelat.

Namun, pola makan itu tak berlaku buat ke empat anaknya. Beruntung, baik Mita maupun suaminya, sudah menerapkan pola makan yang baik. Komposisi makanan harus mencakup karbohidrat, lemak, protein, serat dari sayur dan buah.

Sesekali mengonsumsi junk food, menurut Mita, tidak masalah asal tidak menjadi kebiasaan. Pola makan yang

diterapkan tetap yang sehat.”Pemberian makan sehat itu harus

konsisten. Kalau tidak, bisa kebobolan, dan anak jadi tidak ingat dengan rasa makanan itu,” tuturnya.

Untuk itu, sayur dan buah selalu ada di rumah setiap hari, dengan favoritnya masing-masing. Ada anak yang suka wortel, brokoli, atau bayam. Pilihan buah setiap anak juga bisa berlainan. Ada yang suka pisang, jeruk, markisa, atau apel. ”Intinya, makanan sehat harus masuk ke tubuh mereka,” ujarnya..

Selain mengenalkan beragam makanan, keempat anak Mita juga mendapat ASI eksklusif. Putri aktris Marini Soerjosoemarno ini sangat percaya bahwa ASI memberi manfaat yang baik bagi anak-anaknya.

”ASI eksklusif itu wajib. Aku sudah merasakan manfaatnya. Alhamdulillah, keempat anakku daya tahan tubuhnya kuat,” ujar Mita.

Pola hidup sehat lain yang juga diterapkan di keluarga ini adalah olahraga. Baik Mita maupun suaminya

yang tidak merokok ini suka olahraga sejak masih duduk di bangku sekolah.

Arya pernah menjadi kapten rugby di sekolahnya. Sementara Mita sempat bermain sofbol, juga latihan wushu serta taekwondo. Ketika sudah memiliki anak, Mita rutin fitness.

Setelah melahirkan anak keempat, pilates menjadi pilihan karena dirasa paling nyaman, sedangkan Arya lebih memilih sepakbola dan kickboxing. Putra pertama mereka sangat gemar sepakbola. Sementara putrinya, selain berlatih renang, juga ikuti les balet. n

gi-senior

ADDIE MSKurangi Kebiasaan Merokok

Musisi kenamaan Addie Muljadi Sumaatmadja atau Addie MS berusaha keras mengurangi kegiatan merokok. Bahkan saat

ini musisi kelahiran Jakarta, 7 oktober 1959 tersebut melakukan terapi untuk menghilangkan kebiasaannya merokok.

”Sekarang aku berusaha mengurangi rokok dulu. Saya kuat banget kalau merokok.” ujar Addie MS. Addie mengaku ingin hidup sehat dan tidak mau terjangkit penyakit yang disebabkan asap rokok. Apalagi, kegiatan tersebut sangat didukung keluarganya. ”Biasanya kalau ditanya masalah itu aku paling nggak bisa jawab. Aku mati gaya. Apalagi kalo anak sudah nanya masalah itu. Karena dari sekeluarga yang berasap cuma saya,” terang suami penyanyi Memes tersebut

lantaran sering mendapat komentar

dari kedua anaknya. Addie berusaha keras mengurangi kegiatan tersebut. Sebab dirinya tidak ingin asap rokok mempengaruhi kesehatan orang yang ada di sekitarnya, apalagi kedua anaknya. Kevin Aprilio dan Tristan Juliano. ”Biasanya yang paling banyak komentar masalah itu Kevin. Sebab, Kevin memiliki penyakit asma. Bahkan, ketika Kevin berusaha mengikuti merokok. Saya sempat kaget. Kan dulu Kevin sempat berasap. Tapi setelah saya ajak bareng, saya berikan penjelasan, dia mau berhenti.” ucapnya. Karenanya jika Kevin melihat dirinya merokok ia pasti sedikit malu. ”Sekarang gantian dia respek banget sama saya. Dia ingetin saya pelan-pelan. Dia bilang, kalau papa terus-terusan begitu, papa pendek hidupnya, papa mau ?,” kata Addie MS menirukan perkataan anaknya. n

gi-kapanlagi.com

KA

PAN

lAG

I.co

M

KA

PAN

lAG

I.co

M

Page 58: Mediakom 27

58 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010

Lentera

Ladang AmalBidang KesehatanPrawito

Ketika Anto (28th) bukan nama sebenarnya, sakit secara tiba-tiba. Ia jungkir balik, meronta, menahan sakit disekitar perut. Walau

sudah berobat ke bidan tetangganya, rasa sakit tak kunjung hilang. Bahkan semakin parah sejak tengah malam menjelang pagi. Ibunya tak tega melihat anaknya kesakitan. Ia dengan berat hati minta tolong tetangga yang mempunyai mobil untuk membawa ke rumah sakit.

Anto, anak pertama dari 3 bersaudara. Mengontrak rumah sangat sederhana bersama kedua orang tua dan dua adiknya. Ia tulang punggung keluarga, satu-satunya anggota keluarga yang bekerja sebagai buruh bubut di Bilangan Bekasi Utara, Jawa Barat. Berpenghasilan kurang dari 1 juta/ bulan. Uang tersebut harus cukup untuk membiayai kontrak rumah dan kebutuhan harian keluarga.

Bagi Anto, Sabtu pagi, 16 Oktober 2010 merupakan hari penuh kenangan. Ia harus masuk rumah sakit swasta terdekat untuk mendapat pertolongan pertama. Untuk memenuhi kebutuhan sehari –hari saja berat, apalagi membiayai berobat di rumah sakit.

Disaat petugas meminta uang muka minimal Rp 1 juta, orang tua mengatakan tidak punya. Akhirnya, tetangganya yang membayari uang muka tersebut. Sampai siang hari, Anto terindikasi usus buntu

kronis, segera mendapat tindakan operasi. Sayang, eksekusi operasi gagal dilakukan karena keluarga tak sanggup menanggung biayanya. Saat itu juga Anto dipindahkan ke RSUD Bekasi. Selesaikah persoalan ?

Pindah ke RSUD dengan sejumlah persoalan yang perlu penyelesaian. Anto, tak mendapat kartu jamkesmas, alasan petugas RT, karena yang bersangkutan bekerja, berbeda dengan anggota keluarga lainnya, semua mendapat kartu Jamkesmas. Disamping itu, rawat inap RSUD penuh. Satu-satunya tempat yang dapat menampung ruang IGD. Dua hari berikutnya, sudah mendapat tindakan operasi, ternyata usus buntunya sudah pecah.

Berhubung Anton tak punya kartu Jamkesmas, maka banyak mengeluarkan biaya untuk beli cairan infus dan obat-obatan. Karena tak punya uang, adik perempuan Ita (25 tahun) bukan nama sebenarnya merelakan uang sebanyak Rp 2 juta untuk membiayai berobat kakaknya. Padahal uang tersebut pemberian calon suami untuk biaya pernikahan yang dilaksanakan 2 minggu lagi. Ia belum terfikir bagaimana biaya nikahnya nanti.

Merujuk kisah nyata ini, betapa repot dan susahnya keluarga miskin bila sakit, kemudian terpaksa masuk rumah sakit. Sudah terbayang biaya yang menjadi persoalan. Wajar bila Anto lebih suka berulang kali berobat ke bidan karena murah. Hanya saja

setelah kronis terpaksa berobat ke rumah sakit, karena tak ada pilihan lagi. Bagaimana episode berikutnya?. Ada rumah sakit yang menahan pasien karena belum melunasi biaya perawatan, ada pula pasien yang kabur dan berbagai macam respon yang menyedihkan, akibat pasien tak mampu membayar karena kemiskinannya.

Mujur, bagi Anto. Ia mendapat banyak akses informasi, sehingga dapat mengurus surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kota Bekasi. Melalui Surat tersebut Anto mendapat keringanan biaya perawatan dan pengobatan. Bagaimana dengan masyarakat miskin yang tidak mempunyai akses informasi dan kesehatan?, betapa repotnya....!

Begitu repot dan menderitanya orang miskin, kalau boleh jangan sakit. Tapi fakta justru sebaliknya, maka perlu berprasangka baik saja. Mungkin, ketika ada keluarga miskin yang sakit, tak mampu bayar dan juga tak punya jaminan kesehatan, berarti peluang bagi dermawan, baik individu, CSR perusahaan dan LSM untuk membantu. Siapa tahu, peluang tak berulang, karena keterbatasan umur. Sebelum pemerintah mampu memberi jaminan kesehatan kepada seluruh rakyat miskin dan setengah miskin, berarti kesempatan beramal masih terbuka. Mari segera sambut peluang beramal itu.n

Page 59: Mediakom 27

No.XXVII/DESEMBER/2010 Mediakom 59

Lentera

Sederhana, perilaku tepat d i s e m u a t e m p a t d a n bermartabat. Langsung pada pokok persoalan, tak banyak basa-basi dan birokrasi.

Mengutamakan isi dan fungsi dari pada gengsi. Mudah, merakyat, sehat dan tentu hemat. Siapa saja yang dapat melaksanakan akan mendapat tempat di hati saudara, teman dan pimpinan. Sebab sederhana merupakan salah satu nilai universal yang memikat.

Sebagai contoh, rumah makan padang “sederhana”. Rumah makan cepat saji, tidak banyak birokrasi. Namanya sederhana, mudah mengingatnya. Setelah pengunjung dipersilahkan duduk, dalam hitungan menit segala macam jenis lauk, sayur dan nasi “ bree..k ” semua sudah tersaji. Karena dorongan rasa lapar, pengunjung langsung menyantab, bayar dan kenyang. Di Indonesia rumah makan sederhana menjadi rujukan para pencari makan.

Demikian pula berbicara yang sederhana. Ia akan menghasilkan ungkapan yang mudah dipahami, menyenangkan dan terekam dihati lawan bicara secara mendalam. Berinteraksi tampa jarak, mengalir alamiah dengan raut muka yang bersahabat. Satunya kata dan perbuatan. Apa yang terucap, itu pula yang tersimpan dalam dada dan pikirannya, tak ada dusta diantara kata dan hatinya. Mampu memilih kata yang tepat, untuk orang dan situasi yang tepat pula. Sesuai dengan kebutuhan, tidak pelit dan tak berlebihan dalam menggunakan kata.

Sederhana dalam berfikir, senantiasa memberi kemudahan, tidak menimbulkan banyak kerumitan dalam persepsi dan pelaksanaan, baik kerumitan pada diri sendiri mapun orang lain. Cara berfikir sederhana fokus pada pokok. Tidak pada faktor pengganggu yang mengitari, sehingga lebih fokus pokok masalah, terhindar dari kemungkinan melebar pada persoalan lain. Apa yang difikirkan, itu pula yang dipahami orang lain. Tidak ada kesenjangan antara yang difikirkan dengan yang dipersepsikan orang lain. Berfikir yang sederhana, sangat mudah dipahami oleh orang yang paling bodoh sekalipun.

Sederhana dalam berpakaian, fokus pada fungsi, bukan pada pernak-pernik yang terkadang tidak mendukung fungsi. Fungsi berpakaian yaitu menutup anggota tubuh. Berpakaian yang sederhana tidak menimbulkan pergunjingan yang negatif dan kontraversi karena berlebihan atau sebaliknya. Berpakaian yang sederhana enak dilihat orang lain dan enak pula ditubuh bagi pemakainya.

Sederhana dalam evaluasi, mudah dalam menenukan kekurangan dan kesalahan, tak perlu waktu panjang dan biaya mahal. Sebab masing-masing bagian yang terlibat akan segera dengan mudah mengakui kesalahan dan kekurangan. Dengan demikian, upaya perbaikan akan mudah dilakukan, langsung intervensi pada pokok masalah secara tepat. Kecil kemungkinan salah

diagnosa masalah dan keliru resep perbaikannya.

Sedangkan sederhana dalam pelayanan, terukur dari tingkat kemudahan proses dan kecepatan pelayanan. Hal ini dapat terjadi dengan adanya pelayan yang menyenangkan, tidak berbelit dan birokratis. Mereka sibuk memberi pelayanan untuk kepuasan pelanggan, sampai tumbuh dalam diri pelayannya moto “kepuasan Anda kebahagian kami”. Disamping itu, aturan yang diberlakukan mudah dan sederhana, tidak ada persyaratan rumit yang susah dipenuhi.

Sederhana, berangkat dari ketulusan yang mendalam dari para pelakunya. Bebas dari berbagai bentuk keinginan untuk mendapat penghargaan, baik berupa pujian maupun piagam. Kesederhanaan hadir bukan untuk itu semua. Tapi Ia hadir untuk memberi kemudahan bertutur kata, bersikap dan bertindak. Sebab kesederhanaan akan meningkatkan produktifitas, efektifitas dan efisiensi.

Untuk menjadi sederhana kucinya hanya satu “ketulusan”. Dengan ketulusan, kerumitan mudah diurai menjadi sederhana. Semula sibuk membangun citra, berubah meningkatkan pada kinerja, berorientasi pada produktifitas, sehingga masyarakat merasakan manfaatnya. Bila manfaat sudah dirasakan, sesungguhnya telah merubah citra menjadi dunia nyata. Nyata sehat dan nyata sejahtera. Jadi sederhana itu luar biasa. n

Sederhana itu luar biasa

Page 60: Mediakom 27

60 Mediakom No.XXVII/DESEMBER/2010