materi hipotermi

68
1 PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM TENTANG HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR OLEH : NURIDA SUSANTI NIM : BT 10 145 KELAS : III D

Upload: slamet-riadi

Post on 29-Nov-2015

540 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: materi hipotermi

1

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM

TENTANG HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR

OLEH :

NURIDA SUSANTI

NIM : BT 10 145

KELAS : III D

AKADEMI KEBIDANAN BATARI TOJA

W A T A M P O N E

2013

Page 2: materi hipotermi

2

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah

SWT, atas berkat limpahan rahmat-Nya, yang telah memberikan kesehatan dan

kekuatan kepada penulis dari awal penyusunan sampai selesainya Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum

tentang Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir”

Dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak

menemui hambatan dan kesulitan yang terasa berat, namun berkat bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak sehingga Proposal ini dapat terselesaikan.

Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam pelaksanaan sampai penyusunan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini:

1. Seluruh Dosen dan Staf Program D III Akademi Kebidanan Batari Toja

Watampone yang telah banyak bekerjasama mendidik penulis.

2. Rasa hormat penuh cinta dan sayang kepada kedua orang tua serta keluarga dan

sahabat tercinta yang berkenan melimpahkan kasih sayang, do’a restu, biaya,

serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan pendidikan dengan baik.

3. Rekan-rekan mahasiswa program D III Akademi Kebidanan Batari Toja

Watampone, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

Page 3: materi hipotermi

3

memberikan bantuan dan kerja samanya selama penulis butuhkan. Terima kasih

atas dorongan semangat dan kerjasamanya selama ini. Semoga kesuksesan

selalu menyertai perjalanan hidup kita semua.

Akhirnya semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan bahan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Kiranya Tuhan Yang

Maha Kuasa memberikan berkat, hikmah, dan petunjuk dalam pemanfaatan

penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Watampone, 16 Februari 2013

Penulis

Page 4: materi hipotermi

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di negara berkembang termasuk Indonesia, tinggi

morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir masih menjadi masalah.

Penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara

berkembang adalah aspiksia, sindrom gangguan napas, infeksi

serta komplikasi hipotermi. Dalam rangka meningkatkan kualitas

kesehatan bayi menuju Indonesia Sehat 2010 dituntut pelayanan

kesehatan yang berkualitas untuk memperoleh generasi penerus

bangsa yang sehat jasmani dan siap pakai serta mampu

mengantisipasi perubahan yang cepat (Saifuddin, 2002).

Morbiditas bayi kurang dari satu tahun di Amerika Serikat

tahun 1997 yakni 7,1% atau kematian bayi per 1000 kelahiran

hidup. Angka ini paling rendah yang tercatat dan menunjukan

penurunan sebesar 6,14%, sedangkan angka kematian perinatal

terdapat dalam kepustakaan Indonesia yang diperkirakan ada

sejumlah 4.608.000 bayi dilahirkan dan 100.454 bayi diantaranya

meninggal dunia pada masa neonatal atau sebelum menginjak

usia satu bulan, dengan kata lain setiap satu menit bayi neonatus

meninggal di Indonesia (Kosim, 2003).

Kematian bayi baru lahir memberikan kontribusi, bahwa

setengah dari kematian neonatus terjadi pada minggu pertama

Page 5: materi hipotermi

5

kehidupannya yang disebabkan oleh beberapa sebab seperti

halnya dengan hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat

menimbulkan cold stress yang selanjutnya dapat terjadi hipoksia

atau hipoglikemia, kerusakan otak dan syok (Saifuddin, 2002).

Hipotermi pada neonatus adalah suatu keadaan dimana

terjadi penurunan suhu tubuh dibawah 360 C atau kehilangan

suhu tubuh (Saifuddin, 2006). Hipotermi pada bayi baru lahir

dapat disebabkan oleh terpapar pada lingkungan yang dingin,

suhu lingkungan yang rendah, permukaan dingin atau aliran

udara. Suhu tubuh normal bagi bayi baru lahir (neonatus) adalah

36,50 C – 370 tanpa disertai adanya tanda-tanda kedinginan pada

bayi baru lahir. Kebanyakan bayi baru lahir membutuhkan

ruangan yang hangat bersih dan observasi ketat, segera

diberikan pada ibunya untuk dihangatkan tubuhnya untuk

mendapakan ASI (Ngastiah,1998).

Menurut Menkes/SK/III/2007 hanya sebagian kecil bayi baru

lahir membutuhkan bantuan melewati masa transisi ke

kehidupan di luar rahim. Dalam hal ini penemuan secara dini

tindak lanjut sangat dibutuhkan khususnya oleh penolong

persalinan yaitu seorang bidan yang profesional. Penanganan

bayi baru lahir sangat penting karena banyak bayi baru lahir

mengalami kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuhnya oleh

karena itu semua bayi baru lahir harus segera tubuhnya

dikeringkan dan dibungkus dengan kain bersih yang hangat

Page 6: materi hipotermi

6

(Departemen Kesehatan RI, 1998). Hipotermia dapat terjadi secara cepat

pada bayi sangat kecil atau bayi yang diresusitasi atau dipisahkan dari

ibu.dalam kasus-kasus ini, suhu dapat cepat turun <35oC. (Sarwono, 2006:288).

Menurut hadi, berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia

(WHO), pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal

terjadi dinegara berkambang. Lebih dari 2/3 kematian itu terjadi pada periode

neonatal dini. Umumnya karna berat badan lahir <2500 gram. Menurut WHO

17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah BBLR dan hampir semua terjadi

dinegara berkembang. (www.omzikzik.com/2009)

Sekelompok peneliti dari inggris yang tergabung dalam department for

international development pernah melakukan penelitian terhadap 10.946 bayi

pada tahun 2004. Sekitar bulan ketiga tahun 2006 lalu, ditemukan bahwa bayi

normal yang langsung diletakkan di dada ibunya minimal 30 menit, pada usia

20 menit akan merangkak sendiri kepayudara ibu. Sementara itu, pada usia 50

menit, dengan susah payah dia akan merangkak dan menemukan putting

ibunya untuk menyusu. Sejalan dengan penelitian tersebut, para dokter eropa

dan amerika serikat kini giat mengkampanyekan pemberian asi pada bayi baru

lahir, proses tersebut dinamakan inisiasi dini. Bahkan Dr. utami roesli, SPA,

MBA, CIMI, IBLCC, dokter spesialis anak dan aktivis ASI berpendapat

apabila inisiasi dini didukung oleh semua pihak terkait, termasuk tenaga

kesehatan, kemungkinan akan mampu mencegah kematian bayi sebelum usia

28 hari, pada dasarnya hipotermia pada bayi disebabkan belum sempurnanya

pengaturan suhu tubuh bayi, dan pengetahuan yang kurang tentang pengolahan

Page 7: materi hipotermi

7

bayi baru lahir yang benar. Di Indonesia sendiri kasus bayi meninggal akibat

hipotermia masih relative tinggi. Diperkirakan kejadian BBLR di Indonesia

sebesar 14%. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia memang makin

menurun, tetapi masih cukup tinggi, yaitu 52 per 1000 kelahiran hidup (data

survey demografi tahun 1997) angka itu lebih tinggi dibandingkan AKB

sesama Negara ASEAN (singapura 4 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 12

per 1000, dan Thailand 32 per 1000). (www.darsana.com/2010)

Kematian bayi baru lahir pada umumnya di sebabkan oleh asfiksia,

infeksi dan hipotermi. Dia mengatakan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu

dan bayi baru lahir sangat dipengaruhi oleh pelbagai faktor sosial budaya,

diantaranya kebiasaan jenis makanan tertentu selama nifas dan masa laktasi,

pemberian makanan bayi sebelum air susu ibu keluar serta anggapan bahwa

komplikasi selama masa kenifasan merupakan kejadian normal. Azrul juga

menambahkan secara umum, pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi

baru lahir yang tidak merata, sangat erat hubungannya dengan kemiskinan,

pendidikan wanita, faktor geografis dan pembangunan sosial.

(www.deborah.com/2011).

Komalasari (2007) mengemukakan bahwa di Indonesia pada periode

2005–2007 penurunan angka kematian neonatal yakni kematian bayi umur <1

bulan masih rendah yaitu dari 28,8 per 1000 kelahiran hidup menjadi 15 per

1000 kelahiran hidup, sedangkan di Propinsi Bali merupakan daerah yang

memiliki angka kematian bayi yang rendah di bandingkan dengan propinsi lain

di Indonesia.

Page 8: materi hipotermi

8

Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik

(BPS) yang bekerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) provinsi Sulawesi Selatan angka kematian bayi pada

tahun 2007 tercatat 39,5 per 1000 kelahiran hidup menjadi 14 per 1000

kelahiran hidup tahun 2008. Sedangkan untuk balita juga menurun menjadi 19

pada tahun 2007-2008 dari 44 pada tahun 2006.

Berdasarkan data tahun 2008, angka kematian bayi di propinsi

Sulawesi Selatan sebesar 7,8 per 1.000 kelahiran hidup atau lebih rendah dari

angka nasional sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup dimana sekitar 0,5%

kematian bayi disebabkan karena hipotermia (Abadi,2009).

Kurangnya penanganan yang baik dan akurat pada bayi baru lahir sehat

akan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau cacat seumur hidup atau

bahkan menyebabkan kematian. Maka berdasarkan hal itu peneliti ingin

meneliti Bagaimana Pengetahuan Ibu Postpartum tentang Hipotermia Pada

Bayi Baru Lahir di RSUD Tenriawaru Bone Periode Mei-Juni 2012.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan

permasalahan Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang

Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di RSUD Tenriawaru Bone Periode Mei-Juni

2012.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Page 9: materi hipotermi

9

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang hipotermi

pada bayi baru lahir di RSUD Tenriawaru Bone Periode Mei-Juni 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang

hipotermi pada bayi baru lahir di RSUD Tenriawaru Bone

berdasarkan umur.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang

hipotermi pada bayi baru lahir di RSUD Tenriawaru Bone

berdasarkan pendidikan.

c. Untuk mengetahui tingkat pengatahuan ibu postpartum tentang

hipotermi pada bayi baru lahir RSUD Tenriawaru Bone berdasarkan

pekerjaan.

d. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang

hipotermi pada bayi baru lahir di RSUD Tenriawaru Bone

berdasarkan paritas.

e. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang

hipotermi pada bayi baru lahir di RSUD Tenriawaru Bone

berdasarkan sumber informasi.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai salah satu syarat kelulusan bagi penulis pada program D-

III Kebidanan Akbid Batari Toja Watampone serta untuk melatih dan

menambah pengetahuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah.

Page 10: materi hipotermi

10

2. Bagi Institusi Pendidikan Kebidanan

Menambah ilmu pengetahuan mahasiswi kebidanan tentang

hipotermi pada bayi baru lahir sehingga dapat mengurangi angka

kematian pada bayi baru lahir.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat menjadi masukan dan informasi mengenai hipotermi pada

bayi terutama cara pencegahan dan penanganan hipotermi sehingga dapat

mengurangi angka kematian pada bayi baru lahir.

4. Bagi Pasien Rumah Sakit

Dapat menambah informasi kepada ibu postpartum tentang

hipotermi, sehingga ibu postpartum dapat melakukan pencegahan dan

penanganan hipotermi pada bayi baru lahir sehingaga dapat mengurangi

angka kejadian hipotermi pada bayi baru lahir.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi dan bandingan bagi para peneliti yang relevan

dikemudian hari dengan melibatkan variable yang lebih kompleks lagi.

Page 11: materi hipotermi

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Berdasatkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. (Notoadmodjo, 2007:70)

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara yang dapat digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan:

a. Cara tradisional

Cara kuno sebelum dikemukakan metode ilmiah. Cara ini meliputi:

1) Cara coba salah

Page 12: materi hipotermi

12

2) Cara kekuasaan atau otoritas

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

4) Melalui jalan pikiran

b. Cara modern

Cara memperoleh pengetahuan yang sistematis, logis, dan ilmiah.

(Notoadmodjo, 2005:67)

3. Tingkat Pengetahuan Di dalam Domain Kognitif

Menurut (Notoatmodjo, 2007:74), pengetahuan yang tercakup di dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu ( know ).

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Karena itu, tahu

ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah di

pelajarinya atara lain menyebutukan, menguraikan, mendefenisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

mnejelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

Page 13: materi hipotermi

13

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya, terhadap objek

yang di pelajarinya.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari nya pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

pengguna hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain misalnya dapat menggunakan

rumus statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen–komponen tetapi masih di

dalam suatu stuktur organisasi dan masih ada kaitannya dengan satu

sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemapuan untuk menyusun formulasi baru, dapat meringkas, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan –

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian–

Page 14: materi hipotermi

14

penilaian itu di dasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan criteria yang telah ada, misalnya dapat

membandingkan antara anak criteria yang telah ada, misalnya dapat

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan yang

kekurangan gizi dan sebagainya.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Notoadmojo, 2007:79) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang adalah:

a. Umur

Adalah  variable  yang  selalu  diperhatikan  dalam

mempertimbangkan lamanya hidup dalam tahun dihitung sejak

dilahirkan.dengan kategori < 25 tahun, 25-35 tahun, dan > 35 tahun.

b. Pendidikan

Adalah pengetahuan yang diperoleh seseorang yang telah

menyelesaikan sekolahnya secara formal. Dengan kategori SD, SMP,

SMA, dan Perguruan Tinggi.

c. Pekerjaan

Adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan seseorang untuk

memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas

dari ibu maka kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerjaan yang

berpenghasilan cukup sehingga kebanyakan ibu menganggap sosial

ekonomi keluarga akan mengganggu dalam pemenuhan nutrisi

Page 15: materi hipotermi

15

anaknya. Pekerjaan merupakan sumber penghasilan dengan kategori

ibu yang bekerja dan ibu tidak bekerja (IRT).

d. Paritas

Adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup di luar rahim. Paritas bisa mempengaruhi

pengetahuan seseorang dimana pengetahuan diperoleh dari

pengalaman sendiri maupun orang lain.

e. Sumber informasi

Adalah alat untuk menyampaikan suatu pesan dan berita

penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan baik dari media

maupun orang lain kepada ibu postpartum dengan kategori

keluarga/teman, media massa/media elektonik, dan petugas

kesehatan.

5. Sumber Pengetahuan Manusia

Menurut (Notoadmodjo, 2005:83) sumber pengetahuan manusia diperoleh

dari:

a. Tradisi

Dengan adat istiadat kita dan profesi keperawatan beberapa pendapat

diterima sebagai sesuatu yang benar. Banyak pertanyaan terjawab dan

banyak permasalahan dapat dipecahkan berdasarkan suatu tradisi.

Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan di mana setiap orang tidak

dianjurkan untuk memulai mencoba memecahkan masalah. Akan

tetapi tradisi mungkin terdapat kendala untuk kebutuhan manusia

Page 16: materi hipotermi

16

karena beberapa  tradisi begitu  melekat 

sehingga validitas, manfaat, dan  kebenarannya tidak pernah dicoba/

diteliti.

b. Autoritas

Dalam masyarakat yang semakin majemuk adanya suatu

autoritas seseorang dengan keahlian tertentu, pasien memerlukan

perawat atau dokter dalam lingkup medik. Akan tetapi seperti halnya

tradisi jika keahliannya tergantung dari pengalaman pribadi sering

pengetahuannya tidak teruji secara ilmiah.

c. Pengalaman Seseorang

Kita semua memecahkan suatu permasalahan berdasarkan

obsesi dan pengalaman sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan

yang penting dan bermanfaat. Kemampuan untuk menyimpulkan,

mengetahui aturan dan membuat prediksi berdasarkan observasi

adalah penting bagi pola penalaran manusia.

Akan tetapi pengalaman individu tetap mempunyai

keterbatasan pemahaman, yaitu :

1) Setiap pengalaman seseorang mungkin terbatas untuk membuat

kesimpulan yang valid tentang situasi.

2) Pengalaman seseorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat

subyektif.

d. Trial dan Error

Page 17: materi hipotermi

17

Kadang-kadang kita menyelesaikan suatu permasalahan

keberhasilan kita dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui

coba dan salah. Meskipun pendekatan ini untuk beberapa masalah

lebih praktis sering tidak efisien. Metode ini  cenderung  mengandung

resiko yang tinggi, penyelesaiannya untuk beberapa hal mungkin “idi

osyentric”.

e. Alasan yang Logis

 Kita sering memecahkan suatu masalah berdasarkan proses

pemikiran yang logis. Pemikiran ini merupakan komponen yang

penting dalam pendekatan ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional

sangat terbatas karena validitas alasan deduktif tergantung dari

informasi dimana seseorang memulai, dan alasan tersebut mungkin

tidak efisien untuk mengevaluasi akurasi  permasalahan.

f. Metode Ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk

mencari suatu kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang

terstruktur dan sistematis serta dalam mengumpulkan dan

menganalisa datanya didasarkan pada prinsip validitas dan

reliabilitas.

2.2 Ibu Postpartum

1. Defenisi

Ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik melalui

hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, ibu memiliki peranan yang

Page 18: materi hipotermi

18

sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat

diberikan untuk perempuan yang bukan orang tua kandung (biologis) dari

seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah pada orang tua

angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak). Selain itu,

dalam bahasa Indonesia panggilan "ibu" juga dapat ditujukan kepada

perempuan asing yang relatif lebih tua dari pada si pemanggil atau

panggilan hormat kepada seorang wanita, tanpa memedulikan perbedaan

usia. (www.wikipedia.com)

Postpartum (nifas) ialah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu 

(www.wayan.com/2010).

Selain itu, post partum bisa diartikan sebagai masa atau waktu

sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6

minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang

berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti

perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.

(Suherni dkk, 2009:1)

2. Periode postpartum

Periode postpartum (nifas/puerperium) adalah masa setelah

keluarnya plasenta sampai alat–alat reproduksi pulih seperti sebelum

hamil dan secara normal berlangsung selama enam minggu atau 42 hari.

Page 19: materi hipotermi

19

Periode postpartum terdiri dari tiga periode, immediate postpartum

yaitu masa 24 jam pertama setelah persalinan, early postpartum yaitu satu

minggu pertama setelah persalinan dan late postpartum yaitu setelah satu

minggu pertama persalinan sampai periode postpartum selesai.

(www.wayan.com/2010)

3. Tahapan Masa Nifas

Adapun tahapan masa nifas (postpartum) menurut Rahmawati (2009:2) yaitu:

a. Puerperium dini: masa kepulihan yakni saat-saat ibu dibolehkan

berdiri dan berjalan.

b. Puerperium intermedial:  masa kepulihan menyeluruh dari organ-

organ genital, kira -kira antara 6-8 minggu.

c. Remot puerperium:  waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat 

sempurna  terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan 

mempunyai komplikasi.

4. Perubahan Fisiologis Pada Masa Postpartum

a. Perubahan Uterus

Perubahan uterus terjadi segera setelah melahirkan dan

berlangsung cepat. Dalam 12 jam pertama setelah melahirkan fundus

uteri teraba 1 cm dibawah pusat, 5-6 minggu kemudian kembali ke

dalam ukuran tidak hamil. Dinding endometrium pada bekas

implantasi plasenta pada lapisan superfisial akan mengalami nekrotik

dan akan keluar cairan berupa sekret sebagai lochea. Luka bekas

Page 20: materi hipotermi

20

implantasi plasenta akan sembuh sempurna sekitar enam minggu

setelah kelahiran. Kegagalan penyembuhan tempat menempelnya

plasenta dapat menyebabkan pengeluaran lochea terus menerus,

perdarahan pervaginam tanpa nyeri. Menyusui dan mobilisasi

menyebabkan ekskresi lochea sedikit lebih banyak dibandingkan

posisi tidur saja, karena itu menyusui dan mobilisasi dini yang disertai

asupan nutrisi yang adekuat mempercepat proses involusi uteri.

(www.wayan.com/2010)

b. Serviks, Vagina dan Perineum

Serviks dan segmen bawah uterus menjadi lebih tipis selama

immediate postpartum. Pada beberapa persalinan terjadi laserasi pada

serviks. Vagina dan perineum dapat mengalami robekan, edema dan

memar.

c. Payudara

Perkembangan kelenjar mamae secara fungsional lengkap

pada pertengahan masa kehamilan, tetapi laktasi terhambat sampai

kadar estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir.

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara

selama hamil menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang

dibutuhkan hormon kembali ke kadar sebelum hamil sebagian

ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. Pada ibu yang tidak

menyusui kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Pada hari ketiga

dan keempat postpartum bisa terjadi pembengkakan (engorgement),

Page 21: materi hipotermi

21

payudara teregang, keras, nyeri bila ditekan dan hangat jika diraba.

Distensi payudara terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena

dan pembuluh limfatik bukan akibat penimbunan air susu.

Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman

biasanya berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Pada ibu yang

menyusui, sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu

cairan kekuningan yakni kolostrum dikeluarkan dari payudara.

Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika

disentuh.

d. Sistem Urinaria Uretra

Kandung kemih dan jaringan sekitar meatus urinarius dapat

mengalami trauma mekanik akibat desakan oleh bagian yang

berpresentasi selama persalinan kala II, Hal ini dapat menyebabkan

kehilangan sensasi untuk buang air kecil.

e. Sistem sirkulasi dan Vital Sign

Adanya hipervolemi, dimana terjadi peningkatan plasma darah

saat persalinan menyebabkan ibu toleran terhadap kehilangan darah

saat persalinan. Segera setelah kelahiran terjadi peningkatan cardiac

output yang dapat tetap ada selama 28 jam setelah kelahiran dan akan

turun secara perlahan pada keadaan normal sekitar 12 minggu setelah

persalinan.

f. Sistem Muskuloskeletal

Page 22: materi hipotermi

22

Selama beberapa hari hormon relaxin menurun, dan ligamen

kartilago pelvis mulai kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada

sebagian ibu, otot abdomen dapat melemah dan kendur. Hal ini

mempengaruhi resiko konstipasi selama postpartum karena

penurunan tonus dinding abdomen mempengaruhi motilitas usus.

Stasis vena yang dapat terjadi selama hamil tua, berkontribusi

terhadap terbentuknya bekuan darah (trombosis) pada ekstremitas

bawah. Hal ini dapat dicegah dengan mobilisasi dini setelah

persalinan.

g. Sistem Gastrointestinal

Ibu akan sering haus dan lapar setelah melahirkan, akibat

kehabisan tenaga dan restriksi cairan selama persalinan. Pembatasan

asupan nutrisi dan cairan dapat menyebabkan gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit serta keterlambatan pemulihan

fungsi tubuh.

h. Sistem Endokrin

Level estrogen dan progesteron menurun setelah ekspulsi

plasenta. Jika ibu tidak menyusui, level estrogen akan kembali

meningkat sekitar tiga minggu setelah kelahiran yang diikuti dengan

kembalinya menstruasi. Pada ibu menyusui level estrogen dan

progesteron lebih lambat kembali pada level sebelum hamil.

5. Perubahan Psikologis pada Masa Postpartum

Page 23: materi hipotermi

23

Menurut (Suherni dkk, 2009:77) perubahan peran seorang ibu

memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Dalam menjalani adaptasi

setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :

a. Fase Taking In (periode ketergantungan)

Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan

dimana ibu berfokus pada diri sendiri, bersikap pasif dan

tergantungan secara emosional ibu berusaha untuk mengintegrasikan

pengalaman persalinan dalam kehidupannya.

b. Fase Taking Hold (fase transisi antara ketergantungan dan

kemandirian)

Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah persalinan

dalam fasi ini secara bertahap tenaga ibu pulih kembali, ibu merasa

lebih nyaman, focus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat

antusias dalam merawat bayinya, mulai mandiri dalam perawatan diri,

terbuka pada pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi

informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri.

c. Fase Letting Go (Fase mampu sendiri)

Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan

dimana ibu mulai menerima peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi

yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan

yang tidak  terpenuhi  serta  mampu menerima kenyataan.

2.3. Hipotermi pada Bayi baru Lahir Normal

1. Defenisi

Page 24: materi hipotermi

24

Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk

pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia

juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C.

Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu

antara 36,5-37,5 °C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur

suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas

dalam tubuh. (Rukiyah dkk, 2010:283 )

Bayi Hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal.

Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 ºC (Suhu ketiak). Gejala awal

hipotermi apabila suhu awal <36 ºC atau kedua kaki dan tangan teraba

dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami

hipotermi sedang (suhu 32-36ºC). Disebut hipotermi berat bila suhu <32

ºC, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang

dapat mengukur sampai 25 ºC. (www.hipotermia.com)

Hipotermi pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ºC, yang terbagi

atas : hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC, hipotermi

sedang yaitu antara 32- 36ºC, dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32

ºC. (Yunanto, 2008:40)

2. Klasifikasi Hipotermi pada Bayi Baru Lahir

Menurut (Yunanto, 2008:42) penurunan suhu tubuh dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi

Bayi terpapar

suhu

Suhu tubuh 32°C-

36,4°C

Hipotermia sedang

Page 25: materi hipotermi

25

lingkungan yang

rendah

Waktu timbulnya

kurang dari 2 hari

Gangguan napas

Denyut jantung

<100 x/i

Malas minum

letargi

Bayi terpapar

suhu lingkungan

yang rendah

Waktu timnbulnya

kurang dari 2 hari

Suhu tubuh <32°C

Tanda hipotermia

sedang

Kulit teraba keras

Napas pelan dan

dalam

Hipotermia berat

3. Diagnosis

Menurut (Yunanto, 2008:41) diagnosis hipotermi dapat ditegakkan

dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit bayi. Pengukuran

suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk

deteksi awal adanya suatu penyakit, dan pengukuranya dapat dilakukan

melalui aksila, rektal atau kulit.

Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang

dianjurkan, oleh karena mudah, sederhana dan aman. Tetapi pengukuran

melalui rektal sangat dianjurkan untuk dilakukan pertama kali pada semua

BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining untuk kemungkinan

adanya anus imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan

sebagai prosedur pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.

4. Etiologi

Page 26: materi hipotermi

26

Perinatal adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan

harus menyesuaikan diri dari kehidupan interauterin ke kehidupan

ekstrauterin selama 28 hari. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir

dimasa perinatal yang cepat berlangsung adalah sistem pernapasan,

sirkulasi, dan kemampuan menghasilkan sumber glukosa. (Rukiyah dkk,

2010:2)

Penyebab terjadinya hipotermi pada BBL dimasa perinatal yaitu :

Jaringan lemak subkutan tipis, perbandingan luas permukaan tubuh

dengan berat badan besar, BBL (Bayi Baru lahir) tidak mempunyai respon

shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan, asfiksia yang hebat,

resusitasi yang ekstensive, lambat sewaktu mengeringkan bayi, distress

pernapasan, sepsis, pada bayi prematur atau bayi kecil memiliki cadangan

glukosa yang sedikit. Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa

dalam jumlah tertentu. Pada BBL jumlah glukosa akan turun dalam waktu

cepat. BBL yang tidak dapat mencerna glukosa dari glikogen dalam hal

ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan

dalam hati. Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3

cara : (1) melalui penggunaan ASI, (2) melalui penggunaan cadanan

glikogen, (3) melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

(Rukiyah dkk, 2010:283)

5. Mekanisme Hilangnya Panas pada Bayi Baru Lahir

Menurut (Yunanto, 2008:44) BBL dapat mengalami hipotermi

melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan tubuh

Page 27: materi hipotermi

27

untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas

yaitu:

a. Penurunan produksi panas

Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan

terjadi penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses

penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar

tiroid, adrenal ataupun pituitari.

b. Peningkatan panas yang hilang

Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar,

dan tubuh kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan

panas dapat terjadi secara:

1) Konduksi :

Yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat

perbedan suhu antara kedua obyek. Kehilangan panas terjadi saat

terjadi kontak langsung antara kulit BBL dengan permukaan

yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada BBL

yang berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti pada

waktu proses penimbangan.

2) Konveksi :

Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu

antara permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di

permukaan tubuh bayi. Sumber kehilangan panas disini dapat

Page 28: materi hipotermi

28

berupa: inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada waktu

proses transportasi BBL ke rumah sakit.

3) Radiasi :

Yaitu perpindahan suhu dari suatu objek yang dingin,

misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi

lingkungan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas dapat

berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator yang

dingin.

4) Evaporasi :

Panas terbuang akibat penguapan, melalui permukaan

kulit dan traktus repiratoris. Sumber kehilangan panas dapat

berupa BBL yang basah setelah lahir, atau pada waktu

dimandikan.

c. Kegagalan termoregulasi

Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan

hipotalamus dalam menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai

penyebab.Keadaan hipoksia intrauterin/saat persalinan/post partum,

defek neurologik dan paparan obat prenatal ( analgesik / anestesi )

dapat menekan respons neurologik bayi dalam mempertahankan suhu

tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam pengaturan

suhu dapat menjadi hipotermi atau hipertermi.

6. Akibat Yang Dapat Ditimbulkan Hipotermi

a. Hipoglikemia-sidosis metabolik

Page 29: materi hipotermi

29

b. Karena vasokontriksi perifer dengan metabolisme anaerob

c. Kebutuhan oksigen yang meningkat

d. Metabolisme meningkat sehingga metabolisme terganggu

e. Gangguan pembekuan sehingga meningkatkan perdarahan pulmonal

yang menyertai hipotermi berat

f. Shock

g. Apnea

h. Perdarahan Intra Ventrikular

i. Hipoksemia, dan berlanjut dengan kematian

7. Ciri-ciri Hipotermi pada Bayi Baru Lahir Normal

Menurut (Rukiyah dkk, 2010:287) beberapa ciri jika seorang bayi terkena

hipotermi antara lain :

a. Bayi menggigil (walau biasanya ciri ini tidak mudah terlihat pada

bayi kecil)

b. Kulit anak terlihat belang-belang, merah campur putih atau timbul

bercak-bercak

c. Anak terlihat apatis atau diam saja

d. Gerakan bayi kurang dari normal

e. Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir

dan ujung-ujung jarinya.

8. Penanganan Hipotermi Bayi Baru Lahir Normal

Menurut (Yunanto, 2008:45) kesempatan untuk bertahan hidup

pada BBL ditandai dengan keberhasilan usahanya dalam mencegah

Page 30: materi hipotermi

30

hilangnya panas dari tubuh. Untuk itu, BBL haruslah dirawat dalam

lingkungan suhu netral.

Menurut (Rukiyah dkk, 2010:290) bayi yang mengalami

hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus

dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam incubator atau

melalui penyinaran lampu. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah

dilakukan oleh setiap ibu adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh

ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit

langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu

dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat

guna baru) disebut sebagai Metoda Kangguru. Sebaiknya ibu

menggunakan pakaian longgar berkancing depan. Bila tubuh bayi masih

dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu,

yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang

kali sampai tubuh bayi hangat. Biasanya bayi hipotermia menderita

hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering

mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak

60-80 ml / kg per hari.

9. Metode Kanguru Untuk Merawat Bayi Hipotermi

Menurut (www.agustinayanto.com/2008) Metode kanguru atau

perawatan bayi lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat

untuk merawat bayi yang lahir dengan hipotermi baik selama perawatan di

rumah sakit ataupun di rumah. Perawatan bayi dengan metode kanguru

Page 31: materi hipotermi

31

bisa digunakan sebagai pengganti perawatan dengan inkubator. Caranya,

dengan mengenakan popok dan tutup kepala pada bayi yang baru lahir.

Kemudian, bayi diletakkan di antara payudara ibu dan ditutupi baju ibu

yang berfungsi sebagai kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu

berdiri atau duduk, dan tengkurap atau miring ketika ibu berbaring. Hal

ini dilakukan sepanjang hari oleh ibu atau pengganti ibu (ayah atau

anggota keluarga lain). Suhu optimal didapat lewat kontak langsung kulit

ibu dengan kulit bayi (skin to skin contact). Suhu ibu merupakan sumber

panas yang efisien dan murah. Kontak erat dan interaksi ibu-bayi akan

membuat bayi merasa nyaman dan aman, serta meningkatkan

perkembangan psikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan sensoris dari

ibu ke bayi.

Keuntungan Yang Di Dapat Dari Metode Kanguru Bagi Perawatan Bayi:

a. Meningkatkan hubungan emosi ibu– anak

b. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan pernafasan bayi

c. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik

d. Mengurangi strea pada ibu dan bayi

e. Mengurangi lama menangis pada bayi

f. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi

g. Meningkatkan produksi ASI

h. Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit

i. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit

Apa saja kriteria bayi untuk metode kanguru:

Page 32: materi hipotermi

32

a. Bayi dengan berat badan ≤ 2000 gr

b. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai

c. Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik

d. Perkembangan selama di inkubator baik

e. Kesiapan dan keikut sertaan orang tua, sangat mendukung dalam

keberhasilan.

Cara Melakukan Metode Kanguru:

a. Beri bayi pakaian, topi, popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan

lebih dahulu

b. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu

dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan

bayi    dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi

terletak didada  ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.

c. Dapat pula memeakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu,

dan bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan,

kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar

bayi tidak   terjatuh.

d. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi , dapat digunakan handuk

atau kain lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian

untuk menjaga tubuh bayi.

e. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau

berdiri, duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur, posisi

Page 33: materi hipotermi

33

ibu setengah duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa bantal

dibelakang punggung ibu.

f. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.

g. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi,

posisi bayi, pemantauan bayi, cara pamberian asi, dan kebersihan ibu

dan bayi.

10. Pencegahan Hipotermi Dirumah

Hipotermia bisa saja terjadi pada bayi baru lahir di rumah bersalin

(bidan), atau di rumah sakit. Tetapi, tidak menutup kemungkinan

hipotermia pun muncul disebabkan perawatan yang kurang tepat di

rumah. Berikut ini sejumlah cara untuk mencegahnya :

a. Asuhan kontak kulit dengan kulit. Menggendong bayi sambil

memeluknya dengan cara yang tepat dapat membantu memberikan

kehangatan yang dibutuhkan bayi. Meski awalnya dilakukan oleh ibu,

selanjutnya para ayah pun dapat turut mempraktikannya.

b. Gunakan air hangat setiap kali memandikan bayi. Setelah selesai,

segeralah angkat dan keringkan tubuh bayi, lalu pastikan dia dalam

keadaan hangat. Jauhkan si kecil dari handuk basah bekas pakai.

c. Jangan biarkan buah hati Anda menggunakan popok basah. Untuk itu,

rajinlah memeriksa dan mengganti popoknya.

d. Perhatikan posisi tempat tidur bayi, sebaiknya jangan dekat jendela,

di depan AC, atau kipas angin.

Page 34: materi hipotermi

34

Jauhkan bayi dari kemungkinan kondisi kedinginan. Pastikan buah

hati Anda senantiasa berada pada lingkungan bersuhu hangat/normal.

Demikian pula pakaian yang dikenakannya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka antara hubungan konsep-konsep

yang diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.

(Notoatmodjo,2005:69)

Variabel Independent     Variabel Devendent

3.Sumber Informasi

c.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari 2 macam, yaitu :

1. Variabel Independent

Karakteristk ibu postpartum

1. Umur

2. Pendidikan

3. Pekerjaan

4. Paritas

5. Sumber informasi

Pengetahuan Ibu

Postpartum tentang

Hipotermi pada Bayi

Baru Lahir Normal

Page 35: materi hipotermi

35

Variabel independent adalah variabel bebas, sebab, dan

mempengaruhi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent

adalah umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, dan sumber informasi.

2. Variabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel tergantung, akibat terpengaruh.

Dalam penelitian dependent adalahpengetahuan ibu tentang hipoteermia

pada bayi baru lahir.

c.3 Defenisi Operasional

1. Pengatahuan

Pengetahuan adalah kemampuan respon dalam menjawab

kuesioner yang akan diberikan untuk mengetahui tentang hipotermia pada

Bayi Baru Lahir Normal dengan kategori baik, cukup, kurang yang terdiri

dari :

a. Defenisi hipotermia pada bayi baru lahir

b. Penyebab hipoteremia pada bayi baru lahir

c. Pencegahan hipotermia pada bayi baru lahir

d. Penanganan hipotermia pada bayi baru lahir

2. Umur

Umur adalah waktu hidup atau sejak dilahirkan sampai sekarang,

karena semakin bertambahnya umur seseorang dan pendewasaan sendiri

Page 36: materi hipotermi

36

dan dengan penambahan maka pengetahuan semakin bertambah dengan

kategori :

a. < 25 tahun

b. 25-35 tahun

c. > 35 tahun

3. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang terakhir dengan

kategori :

a. Tidak Sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh ibu

postpartum baik di dalam rumah maupun di luar rumah, di kategorikan

atas :

a. Bekerja : berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tepat/ tidak

dibayar, buruh/karyawan/pegawai. Pekerjaan bebas di pertanian, dan

pekerja bebas non pertanian.

b. Tidak bekerja : Ibu Rumah Tangga (IRT)

5. Paritas

Page 37: materi hipotermi

37

Paritas adalah merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan

janin yang mampu hidup di luar rahim yang dilakukan dengan kategori :

a. Primigravida (wanita yang pertama kali hamil)

b. Secundygravida (seorang wanita yang hamil 2 kali)

c. Multigravida (seorang wanita yang hamil 3-5 kali)

d. Grandemultigravida (wanita yang telah hamil lebih dari 5 kali)

6. Sumber Informasi

Adapun pesan atau sumber informasi yang di peroleh ibu

postpartum tentang hipotermia adalah :

a. Keluarga / teman

b. Media Cetak / Media elektronik

c. Petugas Kesehatan

c.4 Desain Penelitian

Desain penelitian dengan cara deskriptif yaitu untuk mengetahui

tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang hipotermia pada bayi baru lahir

dengan mengumpulkan data primer dari ibu postpartum yang melahirkan di

RSUD Tenriawaru Bone periode Mei-Juni 2013.

c.5 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau objek yang

diteliti yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu

Page 38: materi hipotermi

38

postpartum yang telah melahirkan di RSUD Tenriawaru Bone Periode

Mei-Juni 2013 dengan jumlah populasi sebanyak 30 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel yang digunakan

peneliti adalah cara total sampling dimana sample adalah seluruh ibu

postpartum yang melahirkan di RSUD Tenriawaru Bone dimulai pada

bulan Mei-Juni 2013 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Hal ini

sesuai dengan perkataan Machfoedz (2009:43) bahwa apabila populasi

lebih kecil dari 100 lebih baik diambil seluruhnya.

c.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di RSUD Tenriawaru Bone:

a. Di RSUD Tenriawaru Bone adalah merupakan salah satu tempat

praktek belajar lapangan peneliti.

b. Di RSUD Tenriawaru Bone mudah dijangkau oleh peneliti dan

jumlah responden yang lebih relatif.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan April -juli 2013.

KegiatanWaktu Penelitian

April Mei Juni Juli1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan judulPenyiapan izin lokasiPenyusunan proposal

Page 39: materi hipotermi

39

Persiapan ujianUjian proposalPengumpulan dataAnalisa dataKonsultasi laporan penelitianSeminar hasil penelitianPenggandaan hasil penelitian

c.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah dengan

menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu postpartum

yang disusun sendiri oleh penulis dengan jumlah soal 20 buah.

c.8 Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer

yang diperoleh melalui kuesioner tertutup yang disusun oleh penulis

berdasarkan konsep teoritis yang terdiri dari 20 pertanyaan yang diisi oleh

responden dan setelah diisi kemudian dikumpulkan kembali kepada peneliti.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Peneliti menjelaskan kepada responden untuk mengenaitujuan meneliti,

kemudian meminta persetujuan responden untuk menandatangani surat

persetujuan responden untuk menjadi responden.

2. Peneliti mengingatkan kembali tentang pengisian kuesioner kepada

responden secara teliti dan cermat. Apabila ada yang kurang mengerti,

responden dapat menanyakan kembali kepada peneliti.

Page 40: materi hipotermi

40

3. Setelah responden dapat menjawab kuesioner yang diajukan, kemudian

peneliti mengumpulkan kembali dan memeriksa jawaban responden dan

memberi nilai terhadap jawaban tersebut.

3.9. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh para pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah

selesai dilakukan terhadap kelengkapan jawaban, keterbatasan tulisan

dan relevansi jawaban.

b. Tabuling

Yaitu data yang diberi tanda sesuai dengan variabelnya

kemudian dihitung dan data yang telah diolah disajikan kedalam

table-tabel distribusi.

c. Coding

Yaitu mengklarifikasi jawaban-jawaban dari para responden

kedalam kategori, biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara member

tanda aau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

d. Sorting

Adalah menyortir dengan memilih atau mengelompokkan data

menurut yang dikehendaki.

e. Entery Data

Page 41: materi hipotermi

41

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian

dimasukkan kedalam bentuk tabel dengan cara menghitung frekuensi

data, memasukkan data boleh dengan cara manual atau melalui

pengolahan computer.

f. Cleaning

Cleaning adalah pembersihan data, lihat variabel apakah data

sudah benar atau belum (Setiadi, 2007.Hal:32).

2. Analisis Data

Analisi data dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat

persentase data yang telah terkumpul disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi dan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teoridari

kepustakaan yang ada.

3.10. Aspek Pengukuran Data

Aspek pengukuran ini dilakukan terhadap Pengetahudilakukan

terhadap tingkat pengetahuan Ibu Postpartum tentang Hipotermia pada Bayi

Baru Lahir di RSUD Tenriawaru Bone Periode Mei-Juni 2013. Jawaban

responden dari semua pertanyaan yang diberikan dengan jumlah 20

pertanyaan. Sebelum menentukan kategori baik, cukup, kurang terlebih dahulu

menentukan kriteria atau tolak ukur yang disajikan.

Aspek pengukuran dilakukan terhadap tingkat pengetahuan ibu

berdasarkan jawaban responden pada semua pertanyaan yang diberikan,

dimana :

Page 42: materi hipotermi

42

1. Skor maksimal adalah 1, dalam arti untuk skor jawaban terhaddap satu

pertanyaan yang benar adalah 1, jadi 20 x 1 = 20

2. Skor minimal adalah 0, dalam arti untuk skor jawaban terhadap satu

pertanyaan yang salah adalah 0, jadi 20 x 0 = 0.

Dengan rumus :

S ¿xr

X 100 %

Keterangan :

S   = skor

x   = jumlah jawaban yang benar

r    = jumlah pertanyaan

Maka kategori pengetahuan sebagai berikut :

1. Kategori baik   : Bila responden mendapat skor >75-100% dengan

jawaban yang benar 15-20 pertanyaan.

2. Kategori cukup : Bila responden mendapat skor 56-74% dengan jawaban

yang benar 11-14 pertanyaan.

3. Kategori kurang : Bila responden mendapat skor < 55% dengan jawaban

yang benar 0-10 pertanyaan.

Page 43: materi hipotermi

43

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, 2007, Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. EGC : Jakarta

Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,

Jakarta

Asna, N, dkk, 2008, Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Program D-IV Bidan

Pendidik, Medan.

Departemen Kesehatan RI, 1998, Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar, Jakarta.

Hidayat, AA, 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Edisi

I,Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Kosim, MS, 2003, Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat,

Bidan, Penerbit Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Lubis B, 2007, Pencegahan Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir.

Machfoedz, 2005, Metode Penelitian Untuk Mahasiswa Institusi Kesehatan

Keperawatan dan Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta.

Page 44: materi hipotermi

44

Maimunah, S, 2004, Kamus Istilah Kebidanan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Manuaba, IBG, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana, Penerbit EGC, Jakarta.

Ngastiyah, 1998, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit PT Rineka Cipta,

Jakarta.

Saifuddin, AB, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit

Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Surasmi, A. Handayani, S. Kusuma, HN. 2003, Perawatan Bayi Resiko Tinggi,

Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

Samin, A, 2008, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Sarwono, P, 2001, Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta.

Subekti, 2008, Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Penerbit EGC, Jakarta.

Zaluchu, F, 2005, Penelitian Kesehatan, Cita Pusaka Media, Bandung.

Getty.2011.Bila Bayi Alami Hipotermia. Jakarta : http://lifestyle.okezone.com

(diakses tanggal 15 Oktober 20011 jam 17.00 WIB)

Page 45: materi hipotermi

45

Ronaldo.2009.”Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak “ (terjemahan). Jakarta

(halaman 90-91)

Saifudin,Abdul Bari,George Adriaansz,Gulardi Hanifa Wiknjosastro,Djoko

Waspodo.2009.”Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal.Jakarta (halaman372-374).

Wiknjosastro,Gulardi H,George Adriaansz,Omo Abdul Madjid,R.Soerjo

Hardjono,J.M.Seno Adjie.2008.”Asuhan Persalinan

Normal”.Jakarta( Halaman 123-126)