materi aik

Upload: dian-dw-spoofer

Post on 09-Jan-2016

103 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

OK

TRANSCRIPT

KUMPULAN MATERI AIK I(antie bee)KELOMPOK 1 DINUL ISLAMDIEN agama

ISLAM kesejahteraan / keselamatan / penyerahan diriDINUL ISLAM agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar selamat dan sejahtera dunia dan akhirat

DASAR DITEGAKKAN DINUL ISLAM :Dari Abi Abdurrohman bin Umar bin al-Khottob ra, dia berkata, aku mendengar rasul bersabda :

Islam didirikan di atas lima perkara :

1. bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan Muhammad adalah utusan Allah SWT.

2. mendirikan shalat

3. memberikan zakat

4. haji ke Baitullah

5. puasa di bulan Ramadhan

(HR. BUKHARI DAN MUSLIM)

ISI POKOK AJARAN ISLAM : IMAN, ISLAM, IKHSANAllah menurunkan dinul islam bagi umat manusia sebagai pedoman hidup. Jika manusia tidak mengikuti petunjuk yang ada pada agama maka manusia tersebut akan sesat dalam hidupnya dan akan mendapatkan kehidupan yang sengsara dan menderita.PRINSIP DASAR ISLAM :

a. KeadilanADIL Bahasa Arab tidak berat sebelah, jujur, atau tidak berpihak.

Menurut istilah :

1. ADIL adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya 2. ADIL adalah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurangb. MusyawarahBerunding antara seorang dengan orang lain mengenai suatu masalah atau berbagai masalah serta dengan maksud untuk mengambil keputusan dan kesepakatan bersama.

c. KejujuranJUJUR Mengakui, berkata, atau memberikan suatu informasi sesuai dengan kenyataan dan kebenaran.

d. KebenaranSesuatu yang tidak ada keraguan di dalamnya dan berasal dari sumber yang akurat.KESIMPULAN :Dinul islam merupakan agama yang fitrah, penyempurna agama terdahulu, pendorong kemajuan, memberikan pedoman hidup bagi manusia dan merupakan agama yang tauhid.

KELOMPOK 2 AL-QURAN DAN AS-SUNNAH Al-Quran dan As-Sunnah adalah 2 sumber hukum dalam islam. Keduanya merupakan segala sesuatu yang menjadi dasar, acuan atau pedoman syariat islam. Al-Quran dan As-Sunnah melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi tegas dan nyata.

AL-QURAN

Menurut bahasa (etimologi), Al-Quran berasal dari kata Quranan dan merupakan masdar dari kata kerja dari kata kerja Qoro-a () yang bermakna Talaa () [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jamaa (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-a Qoran Wa Quraanan ( ) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan ( ). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Mafuul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jamaa) maka ia adalah mashdar dari Ism Faail, artinya Jaami (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.

Firman Allah SWT :

Artinya :

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiymah: 17-18).

Adapun Al-Quran menurut istilah ialah wahyu atau kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.Al-Quran diturunkan untuk menjadi pedoman hidup sekalian manusia, agar manusia tidak tersesat hidupnya. Al-Quran sebagai pemberi kabar gembira bagi orang yang beriman dan peringatan bagi orang yang ingkar.

a. NAMA-NAMAAl-Qur'an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya yang tinggi dan luhur, dan secara mutlak Al-Qur'an adalah kitab samawy yang paling mulia.

Nama-nama lain dari Al-Quran, sebagai berikut :

a. Al-Kitab, artinya Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian tersusun dalam sebuah buku.

b. Al-Furqon, artinya yang membedakan antara yang haq dan batal, serta baik dan buruk.

c. Adz-Dzikru, artinya pemberi peringatan bagi manusia yang suka lupa dan khilaf.

d. Al-Mauidoh, artinya sebuah anjuran, nasehat dan tuntunan.

e. Al-Huda, artinya petunjuk dan bimbingan.

f. Al-Burhan, artinya sebuah bukti yang meyakinkan.

g. Al-Haq, artinya suatu kebenaran mutlak.

h. An-Nur, artinya cahaya yang menerangi.

i. Al-Hikmah, artinya suatu kebijaksanaan.

b. SEJARAHPendapat yang terkenal mengenai sejarah turunnya Al-Quran ialah riwayat At-Tabari dari Ibnu Abbas, dikatakan bahwa Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus. Kemudian diturunkan ke dunia sedikit demi sedikit atau secara berangsur-angsur. Wahyu yang pertama diturunkan adalah Q.S Al-Alaq : 1-5 di Gua Hira melalui Malaikat Jibril. Wahyu terakhir adalah Q.S Al-Maidah : 3.

Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur yaitu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, yakni mulai tanggal 17 Ramadhan tahun 40 dari kelahiran nabi atau tahun 610 Masehi sampai 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah atau tahun 633 Masehi.

Hikmah Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur agar mudah dihapal dan dapat diresapi dalam hati.

Al-Quran terdiri atas 6666 ayat, 114 surat, dan 30 juz. Al-Quran diturunkan terdiri dua tahapan, yaitu :

1. Saat Nabi tinggal di Mekah, ayatnya disebut ayat-ayat makkiyah, terdiri dari 91 surat atau kurang lebih 19/30 juz. Ciri-cirinya : pada umumnya surat pendek-pendek, isinya mengenai tauhid, keimanan, menerangkan surga dan neraka serta kebanyakan ayatnya dimulai dengan kalimat, Yaa ayyuhannaas .

2. Setelah nabi hijrah ke Madinah, ayatnya disebut ayat-ayat madaniyah, terdiri dari 23 surat atau kurang lebih 11/30 juz dari keseluruhan. Ciri-ciri : pada umumnya surat panjang-panjang, isinya mengenai hukum dan muamalah, kebanyakan ayatnya dimulai dengan kalimat, Yaa ayyuhalladziina aamanuu .

Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan al-Qur'an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Al-Qur'an ditulis sejak nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada nabi, nabi langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan.Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar ash-shiddiq, al-Qur'an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang ketiga, 'Utsman bin Affan, al-Qur'an telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah al-Qur'an yang asli itu sampai saat ini masih ada.

Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan maupun tulisan. Karena penulisan al-Qur'an pada masa pertama tidak memakai tanda baca (tanda titik dan harakat) maka al-Khalil mengambil inisiatif untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu huruf waw yang kecil di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil di atas untuk tanda fat-hah, huruf alif yang kecil di bawah untuk tanda kasrah, kepala huruf syin untuk tanda shiddah, kepala ha untuk syukun, dan kepala 'ain untuk hamzah. Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan ditambah sehingga menjadi bentuk yang sekarang ada.

Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa macam tafsir al-Qur'an yang ditulis oleh ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam tafsir al-Qur'an. Juga telah tumbuh pula berbagai macam disiplin ilmu untuk membaca dan membahas al-Qur'an.c. FUNGSI DAN KANDUNGANAl-Qur'an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw, sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim, dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya serta bernilai abadi.

Sebagai mu'jizat, al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.

Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi yang hidup pada awal abad ke-enam Masehi (571-632M). Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba', Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa, dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah swt. Bahasa al-Qur'an adalah mu'jizat terbesar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapian susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikianlah 'Umar bin Khathab masuk Islam setelah mendengar awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Wahd, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca nabi.

Tepat yang dinyatakan al-Qur'an bahwa sebab seorang tidak menerima kebenaran al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi adalah salah satu diantara dua sebab, yaitu:

a) tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh.

b) tidak sempat mendengar dan mengetahui al-Qur'an secara baik.

Oleh al-Qur'an disebut al-maghdhub (dimurkai Allah) karena tahu kebenaran tetapi tidak mau menerima kebenaran itu dan disebut adh-Dhalim (orang sesat) karena tidak menemukan kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa al-Qur'an itu adalah wahyu Allah, maka al-Qur'an sendiri menantang setiap manusia untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan al-Qur'an.

Sebagai pedoman hidup, al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan makhluk lainnya. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti:

- beribadah langsung kepada Allah

- berkeluarga

- bermasyarakat

- berdagang

- utang-piutang

- kewarisan

- pendidikan dan pengajaran

- pidana, dan

- aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu.

Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan tata nilai tersebut dalam kehidupannya. Dan sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa. Melaksanakannya dinilai ibadah, memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci, mati karenanya dinilai sebagai mati syahid, hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir.

Sebagian korektor al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai al-Qur'an tidak sesuai dengan ajaran Allah yang sebenarnya (karena pemalsuan-pemalsuan). Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu, hukum-hukum, prinsip-prinsip ketuhanan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh koreksi-koreksi yang dikemukakan al-Qur'an antara lain sebagai berikut:

a) tentang ajaran Trinitas

b) tentang Isa

c) tentang penyaliban Nabi Isa

d) tentang Nabi Luth

e) tentang Harun

f) tentang Sulaiman, dan lain-lain.

Adapun isi yang terkandung dalam Al-Quran secara garis besar, sebagai berikut :1. masalah tauhid;

2. masalah ibadah;

3. masalah muamalah;

4. masalah janji dan ancaman;

5. sejarah manusia masa lalu;

6. kepercayaan terhadap yang gaib seperti malaikat, hari akhir, dan takdir;

7. percaya adanya wahyu yang diturunkan;

8. beriman kepada para nabi;

9. mengucapkan dua kalimat syahadat;

10. menegakkan sholat, melaksanakan puasa dan haji

AS-SUNNAHAs-Sunnah secara bahasa (etimologi) berasal dari kata: "sanna yasinnu", dan "yasunnu sannan", dan "masnuun" yaitu yang disunnahkan. Sedang "sanna amr" artinya menerangkan (menjelaskan) perkara. As-Sunnah juga mempunyai arti "at-Thariqah" (jalan/metode/pandangan hidup) dan "as-Sirah" (perilaku) yang terpuji dan tercela.

As-Sunnah menurut istilah syari'at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi'il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi ummat Islam.

Adapun As-Sunnah menurut bahasa ialah sesuatu yang baru. Secara istilah sama dengan As-Sunnah menurut Jumhur Ulama. Ada ulama yang menerangkan makna asal secara bahasa bahwa : Sunnah itu untuk perbuatan dan taqrir, adapun hadits untuk ucapan. Akan tetapi ulama sudah banyak melupakan makna asal bahasa dan memakai istilah yang sudah lazim digunakan, yaitu bahwa As-Sunnah muradif (sinonim) dengan hadits. As-Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam selain dari Al-Qur'an, baik perbuatan, perkataan, taqrir (penetapan) yang baik untuk menjadi dalil bagi hukum syar'i.

As-Sunnah menurut istilah ahli fiqih (fuqaha) ialah segala sesuatu yang sudah tetap dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan hukumnya tidak fardhu dan tidak wajib, yakni hukumnya sunnah.

a. MACAM-MACAMAs-Sunnah terbagi atas 3 macam, yaitu:

[a]. Hadits qauli (Sunnah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ada hubungannya dengan tasyri, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya".

[b]. Hadits fi'li (Sunnah yang berupa perbuatan) ialah segala perbuatan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para Shahabatnya tentang wudhu, shalat, haji, dan selainnya.

[c]. Hadits taqriri ialah segala perbuatan Shahabat yang diketahui oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau membiarkannya (sebagai tanda setuju) dan tidak mengingkarinya.

b. SANADSanad atau isnad secara bahasa artinya sandaran, maksudnya adalah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya. Sanad dimulai dari rawi yang awal (sebelum pencatat hadits) dan berakhir pada orang sebelum Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yakni Sahabat. Misalnya al-Bukhari meriwayatkan satu hadits, maka al-Bukhari dikatakan mukharrij atau mudawwin (yang mengeluarkan hadits atau yang mencatat hadits), rawi yang sebelum al-Bukhari dikatakan awal sanad sedangkan Shahabat yang meriwayatkan hadits itu dikatakan akhir sanad.

Para ulama hadits tidak mau menerima hadits yang datang kepada mereka melainkan jika mempunyai sanad, mereka melakukan demikian sejak tersebarnya dusta atas nama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang dipelopori oleh orang-orang Syiah.

c. RAWI Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan hadis dari Nabi sampai ke penghimpun hadits.

d. MATANMatan secara bahasa artinya kuat, kokoh, keras, maksudnya adalah isi, ucapan atau lafazh-lafazh hadits yang terletak sesudah rawi dari sanad yang akhir.

e. FUNGSI DAN KEDUDUKANAs-Sunnah merupakan sumber hukum ke-2 setelah Al-Quran. Adapun fungsi As-Sunnah, yaitu :

a. Memperkuat dan mempertegas hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Quran

b. Menjelaskan, menafsirkan dan memberi rincian terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih global

c. Menetapkan hukum baru yang belum ditetapkan oleh Al-Quran

Kedudukan As-Sunnah terhadap Al-Qur'an, yakni yang pertama, memiliki kedudukan yang sama sebagai sumber agama setelah Al-Qur'an dan yang kedua, memiliki kedudukan yang sama sebagai hujjah (argumen) yang wajib diikuti.

Dan oleh karena itu pula lah gugur pendapat sebagian orang yang mengatakan hanya cukup dengan Al-Qur'an saja. Dan tidaklah mereka (para pengingkar Sunnah/Qur'aniyyun) mengatakan hal itu melainkan karena hawa nafsu belaka, karena bagi mereka As-Sunnah hanyalah alat untuk menguatkan pendapat mereka, apabila sesuai dengan hawa nafsu, mereka akan berpegang kepadanya, dan yang tidak sesuai dengan nafsu, mereka akan buang ke belakang punggung mereka.

Dan hal ini telah diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang shahih: "Salah seorang dari kalian benar-benar akan menjumpai seseorang yang sedang duduk di singgasananya, kemudian datang urusanku kepadanya dari apa yang aku perintahkan dan apa yang aku larang, lalu ia berkata: Saya tidak tahu itu! Semua yang kami dapatkan di dalam Kitab Allah itulah yang kami ikuti. Apa yang diharamkan oleh Rasulullah sama dengan yang diharamkan oleh Allah" (HR. Tirmidzi).

KELOMPOK 3- IJTIHAD

a. Menurut Bahasa

IJTIHAD ( Al-jahd atau Al-juhd ( lamasyakat (kesulitan dan kesusahan) dan akth-thaqat (kesanggupan dan kemampuan)

IJTIHAD berarti Pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit

b. Menurut istilah yang telah digunakan para sahabat nabi IJTIHAD adalah penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada Kitab-u 'l-Lah dan Sunnah Rasul, baik yang terdekat itu diperoleh dari nash -yang terkenal dengan qiyas (ma'qul nash), atau yang terdekat itu diperoleh dari maksud dan tujuan umum dari hikmah syari'ah yang terkenal dengan "mashlahat."c. Menurut rumusan Ushuliyyin dari kelompok mayoritas IJTIHAD adalah pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fiqih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dhanny terhadap sesuatu hukum syari (hukum Islam).

d. Syarat-syarat Ijtihad

Syarat-syarat terpenting bagi seseorang yang ingin mendudukan dirinya sebagai mujtahid :

1. Memiliki ilmu pengetahuan yang luas tentang ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan masalah hukum, dengan pengertian ia mapu membahas ayat-ayat tersebut untuk menggali hukum.

2. Berilmu pengetahuan yang luas tentang hadits-hadits rasul yang berhubungan dengan masalah hukum, dengan arti ia sanggup untuk membahas hadits-hadits tersebut untuk menggali hukum.

3. Menguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma agar ia tidak berijtihad yang hasilnya bertentangan dengan ijma

4. Mengetahui secara mendalam tentang masalah qiyas dan dapat mempergunakannya untuk menggali hukum

5. Menguasai bahasa Arab secara mendalam.

6. Mengetahui secara mendalam tentang nasikh-mansukh dalam Al-quran dan hadits.

7. Mengetahui latar belakang turunnya ayat (asbab-ul-nuzul) dan latar belakang suatu hadits (asbab-ul-wurud), agar ia mampu melakukan istinbath hukum secara tepat.

8. Mengetahui sejarah para periwayat hadits, supaya ia dapat menilai sesuatu Hadist, apakah Hadits itu dapat diterima ataukah tidak. Sebab untuk menentukan derajad/nilai suatu Hadits sangat tergantung dengan ihwal perawi yang lazim disebut dengan istilah sanad Hadits.

9. Mengetahui ilmu logika/mantiq agar ia dapat menghasilkan deduksi yang benar dalam menyatakan suatu pertimbangan hukum dan sanggup mempertahankannya.

10. Menguasai kaidah-kaidah istinbath hukum/ushul fiqh, agar dengan kaidah-kaidah ini ia mampu mengolah dan menganalisa dalil-dalil hukum untuk menghasilkan hukum suatu permasalahan yang akan diketahuinya

e. RUANG LINGKUP

Lingkup ijtihad hanya terbatas pada penggalian hukum syariat dari dalil-dalil Dzanni. Ijtihad tidak boleh memasuki wilayah yang sudah pasti (qathi), maupun masalah-masalah yang bisa diindera atau dipahami secara langsung oleh akal.

Ijtihad hanya terjadi dan berlaku pada wilayah faru dan zhanni.

f. KEDUDUKAN IJTIHAD

Berbeda dengan Al-Quran dan as-Sunnah, Ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relatif maka keputusan daripada suatu ijtihad pun adalah relatif

Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang tapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat tapi tidak berlaku pada masa/ tempat yang lain.

Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Sebab urusan ibadah mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah.

Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran dan as-Sunnah.

Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi, akibat, kemaslahatan

g. METODE IJTIHAD

1. QIYAS

Qiyas ialah memberlakukan hukum yang sudah berlaku sebelumnya pada kejadian baru yang belum jelas hukumnya.

Qiyas ini dapat diterapkan apabila antara kejadian yang lama dan yang baru terdapat persamaan dari segi illat (sebab timbul hukumnya).

Artinya, qiyas hanya dapat diterapkan pada sesuatu yang mempunyai illat.

Contohnya mengqiyaskan padi kepada kurma dari segi wajib mengeluarkan zakatnya, karena persamaan illatnya yaitu sebagai bahan makanan pokok. Illat seperti itu terdapat pada beras. Sebab itu mereka menetapkan bahwa beras wajib dikeluarkan zakatnya, karena persamaan illat dengan kurma.

2. Maslahah Mursalah

maslahah mursalah ialah manfaat-manfaat yang seirama dengan tujuan Allah Taala (Pembuat hukum), akan tetapi tidak terdapat dalil (argumen) khusus yang menjelaskan bahwa manfaat tersebut diakui atau tidak diakui oleh Allah Taala (Pembuat hukum).

Landasasn hukum penerapan maslahah mursalah:

Penelitian membuktikan bahwa Allah Taala dalam menetapkan hukum-hukum memperhatikan kemaslahatan manusia. Di antara buktinya ialah firman Allah Taala :

( : 107)

Tiadalah Kami (Allah) mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al -Anbiyaa : 107)

Ijtihad para sahabat dan para fuqaha sesudahnya tentang banyak kejadian tidak hanya perpegang pada asas qiyas, tetapi juga memperhatikan asas kemaslahatan. Di antara contohnya ialah :

Abu Bakar Ash Shiddiq menghimpun Al Quran dalam sebuah Mushhaf sesuai dengan saran Umar bin Khaththab. Umar bin Khaththab mengatakan : Menhimpun Al Quran dalam satu Mushhaf adalah paling baik dan sesuai dengan kemaslahatan Islam.

Umar bin Khaththab menjatuhkan hukuman mati atas sejumlah orang yang membunuh satu orang (pembunuhan masal), dengan alasan jika tidak dijatuhi sanksi qishash maka pembunuhan masal akan dijadikan alasan untuk menghindar dari qishash.

Para sahabat sepakat tentang mewajibkan tukang agar menjamin barang orang lain yang rusak ditangannya, demi mencegah timbulnya sikap memandang enteng hak milik orang lain yang sedang berada di tangan mereka.

Contoh maslahah mursalah

Munasib (kemaslahatan) ( yang diakui

Munasib (kemaslahatan) ( yang tidak diakui

Munasib (kemaslahatan) ( yang tidak diakui dan tidak ditolak

3. Urf (Adat)

Urf ialah kebiasaan masyarakat, baik perbuatan maupun ucapan (bahasa). Contoh urf perbuatan ialah kebiasaan masyarakat melakukan jual beli muathah yaitu kontrak jual beli tanpa ijab qabul dengan lisan, tetapi langsung saling memberi. Artinya, penjual memberikan barang yang dijual kepada pembeli dan pembeli menyerahkan uang kepada penjual. Ini disebut muathah (saling memberi).

Contoh urf ucapan (bahasa) dalam masyarakat Arab ialah tidak menggunakan kata lahm (daging) pada ikan.

Macam-Macam Urf (Adat)

Urf (adat) umum ialah yang berlaku pada kebanyakan penduduk suatu negeri dalam suatu waktu, seperti urf (adat) melakukan (akad istishna), menyewa kamar mandi tanpa memperhitungkan lama waktunya.

Sedangkan urf (adat) khusus (terbatas) ialah yang berlaku pada kelompok tertentu dari penduduk suatu negeri. Dari segi lain urf (adat) terbagi kepada urf (adat) yang sohih (benar) dan urf (adat) tidak sohih (tidak benar).

urf (adat) yang sohih ialah kebiasaan masyarakat yang tidak mengharamkan apa yang menurut Islam adalah halal atau menghalalkan apa yang menurut Islam adalah haram. Contohnya urf (adat) masyarakat memberikan urbun (uang muka) dalam akad istishna.

urf (adat) yang tidak sohih ialah kebiasaan yang menghalalkan apa yang menurut Islam adalah haram atau mengharamkan apa yang menurut Islam adalah halal, seperti kebiasaan makan riba, menyajikan minuman memabukkan dalam jamuan tertentu, dan lain-lain.

Para fuqaha sepakat memandang urf (adat) yang sahih, berlaku umum dan secara terus menerus sejak masa Sahabat dan sesudah mereka, tidak menyalahi nash (teks) Al Quran dan Sunnah serta prinsip asasi Syariat Islam asalah berlaku sebagai sumber hukum. Contohnya seperti akad istishna, ijarah (sewa menyewa), salam, jual beli dengan muathah, dan lain-lain.

Dari segi lain, para fuqaha sepakat memandang urf (adat) yang tidak sahih tidak dapat dijadikan sumber hukum, seperti riba, minum khamar, judi, dan lain sebagainya.

Penerapan urf (adat) dalam Islam mempunyai landasan yang kuat dari Islam itu sendiri. Ada dua dasar yang disebut-sebut fuqaha.

1. Firman Allah Taala :

( : 199)

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Al Araaf : 199)

2. Penjelasan seorang sahabat bernama Abdullah bin Masud r.a.

,

Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam, maka baik juga di sisi Allah, dan apa yang dipandang buruk oleh orang-orang Islam, maka buruk juga di sisi Allah.

Sesuai dengan dasar di atas maka para fuqaha, terutama pendukung mazhab Maliki dan Hambali, memandang urf (adat) sebagai salah satu sumber penetapan hukum. Pandangan ini mereka simpulkan dalam sebuah asas yang berbunyi :

Adat kebiasaan menjadi dasar penetapan hukum.

Pandangan ini mereka ungkapkan pula dalam asas bahwa apa yang sudah berlaku sebagai adat kebiasaan adalah sama dengan yang ditetapkan oleh dalil (argumen) dari Syariat Islam.

Asas-asas tersebut mengungkapkan betapa kuatnya pengaruh urf (adat) dalam hukum Islam.

4. ISTISHHAB

Pengertian

Menetapkan bahwa sesuatu masih tetap seperti semula pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Penetapan tersebut berpijak pada kenyataan sesuatu tersebut benar-benar ada pada masa sebelumnya.

Atau menetapkan bahwa sesuatu masih tetap seperti semula pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Penetapan tersebut berpijak pada kenyataan sesuatu tersebut benar-benar tidak ada pada masa sebelumnya.

Ringkasnya, istishhab ialah melanjutkan kenyataan sebelumnya, baik ada atau tidak ada. Macam-macam istishhab

Asas : Apa yang terdapat di bumi halal dimanfaatkan. Asas ini tetap berlaku sampai terdapat bukti yang menunjukkan ia haram. Dasarnya ialah firman Allah Taala :

( : 29)

Dialah Allah, yang menciptakan segala yang adadi bumi untuk kamu.

Asas : Apa yang ada dipandang tetap ada. Asas ini tetap berlaku sampai ada bukti yang menunjukkan ia telah tiada. Jadi apa yang ada harus dipandang seperti semula.

Asas : Setiap orang tidak bertanggung jawab. Asas ini tetap berlaku pada setiap orang, kecuali ada bukti yang menunjukkan ia bertanggung jawab.

Ketiga macam istishhab tersebut memberikan solusi yang mudah diterapkan bagi penyelesaian banyak persoalan muamalat.

5. Adz Dzariah

Arti adz dzariah ialah jalan (wasilah) menuju sesuatu. Jalan yang dimaksud di sini ialah jalan menuju hukum syariat Islam.

Ringkasnya, dalam Syariat Islam terdapat dua segi, yaitu tujuan dan wasilah menuju tujuan. Hukum wasilah mengikut hukum tujuan. Apabila tujuan wajib, maka hukum wasilah menujunya wajib pula. Apabila hukum tujuan haram, maka hukum wasilah menujunya haram pula. Demikian juga hukum-hukum yang lain, baik makruh, sunnat dan mubah.KELOMPOK 4 - SUMBER AQIDAH ISLAM

Al-Quran

Nabi s.a.w. bersabda:

: Aku telah tinggalkan untuk kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Dan Allah s.w.t. telah menjamin bagi siapa saja yang berpegang kepada keduanya tidak akan sesat di dunia dan tidak akan binasa di akhirat.

"(Dan) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu " (Adz Dzariyaat: 56) Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya kehidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keaadaan buta. (surah Thaha: 123-124)

(Ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap-gelita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (iaitu) menuju jalan Rabb yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (surah Ibrahim: 1)

Akidah adalah setiap perkara yang dibenarkan oleh jiwa, yang dengannya hati menjadi tenteram serta menjadi keyakinan bagi para pemeluknya, tidak ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya.

Perkataan akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu "aqada yang berarti ikatan atau simpulan.

Secara etimologis (bahasa) AQIDAH berarti ; simpul atau ikatan, sumpah atau perjanjian dan kehendak yang kuat.

Secara terminologis (istilah) : AQIDAH adalah hal-hal yang diyakini kebenarannya oleh jiwa, mendatangkan ketentraman hati, menjadi keyakinan yang kokoh yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.

a. Landasan Akidah Islamiah

Landasan akidah Islamiah adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada qadar (takdir), yang baik maupun yang buruk.b. Pentingnya akidah islamiah

1. Bahwasanya kebutuhan kita terhadap akidah adalah di atas segala kebutuhan, dan kepentingan kita terhadap akidah adalah di atas segala kepentingan. Sebab, tidak ada kebahagiaan, kenikmatan, dan kegembiraan bagi hati, kecuali dengan beribadah kepada Allah, Rab dan Pencipta segala sesuatu.2. Bahwasanya akidah Islamiah adalah kewajiban yang paling besar dan yang paling ditekankan. Karena itu, ia adalah sesuatu yang pertama kali diwajibkan kepada manusia. Rasulullah saw bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak, kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah." (HR Bukhari dan Muslim).3. Bahwa akidah Islamiah adalah satu-satunya akidah yang bisa mewujudkan keamanan dan kedamaian, kebahagiaan dan kegembiraan. "(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hati (Al-Baqarah: 112).

4. Sesungguhnya akidah Islamiah adalah sebab sehingga bisa berkuasa di muka bumi dan sebab bagi berdirinya daulah Islamiah. "Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang shaleh." (Al-Anbiya': 105)

Al-Quran yaitu wahyu Allah yang merupakan mukjizat dan diturunkan kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat JibriL untuk diajarkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup hingga akhir zaman,

agar manusia tidak tersesat hidupnya karena Al-Quran sebagai pemberi kabar gembira bagi orang yang beriman dan peringatan bagi orang yang ingkar.

c. Hikmah beriman pada Al-Quran

Menjadikan manusia tidak kesulitan, atau agar kehidupan manusia menjadi aman, tenteram, damai, sejahtera, selamat dunia dan akhirat serta mendapat ridha Allah dalam menjalani kehidupan.

Untuk mencegah dan mengatasi perselisihan diantara sesama manusia yang disebabkan perselisihan pendapat dan merasa bangga terhadap apa yang dimilkinya masing-masing, meskipun berbeda pendapat tetap diperbolehkan.

Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa

Untuk membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya

Untuk menginformasikan kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu mempunyai syariat (aturan) dan jalannya masing-masing dalam menyembah Allah SWT.

Untuk menginformasikan bahwa Al Quran berisi perintah-perintah Allah, larangan-larangan Allah, hukum-hukum Allah, kisah-kisah teladan dan juga kumpulan informasi tentang takdir serta sunatullah untuk seluruh manusia dan pelajaran bagi orang yang bertakwa.

Al Quran adalah kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah bagi seluruh umat manusia sejak nabi Adam a.s sampai nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia yang takwa kepada Allah untuk mencapai islam selama ada langit dan bumi

As-Sunnah

Menurut bahasa, kata As-Sunnah berarti jalan atau tuntunan sesuai dengan sabda Nabi Muhammad.Menurut terminologi (istilah) ialah Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Saw dalam bentuk Qauli (ucapan), Fiil, Taqrir, dan sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai Tasyri bagi ummat Islam.

Contoh-contoh dari defenisi As-Sunnah yang dibawakan oleh Ahli hadits :

1. Hadits Qauli (As-Sunnah dalam bentuk ucapan). Ialah segala ucapan Nabi Saw yang ada hubungannya dengan tasyri, contohnya : Raulullah Saw bersabda : Dari kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya. (Hadits Riwayat Tirmidzi).2. Hadits Fili (As-Sunnah yang berupa perbuatan). Ialah segala perbuatan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para sahabatnya. Tentang wudhu, shalat, haji dan yang lainnya, contohnya : Dari Utsman bin Affan : Bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam (apabila berwudhu) beliau menyelai-nyelai jenggotnya. (Hadits Riwayat Tirmidzi : 31, Ibnu Majah : 430, Ibnu Jarud : 43, Hakim 1/149 dan Hakim berkata sanadnya Shahih, Tirmidzi berkata : Hasan Shahih).

3. Hadits Taqrir. Ialah segala perbuatan sahabat yang diketahui oleh Nabi saw dan beliau membiarkannya (sebagai pertanda setuju) dan tidak mengingkarinya, contoh : Telah berkata Nabi saw kepada Bilal setelah selesai shalat shubuh : Wahai Bilal kabarkanlah kepadaku sebaik-baik amalan yang engkau telah kerjakan di dalam Islam, karena aku telah mendengar suara terompahmu dekatku di syurga?.

Jawabnya : Sebaik-baik amal yang saya kerjakan ialah, bahwa tiap-tiap kali saya berwudhu siang atau malam maka dengan wudhu itu saya shalat (sunnat) beberapa rakaat yang dapat saya lakukan. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Percaya pada kitab-kitab Allah SWT hukumnya adalah wajib 'ain atau wajib bagi seluruh warga muslimin di seluruh dunia. Dilihat dari pengertian atau arti definisi, kitab Allah SWT adalah kitab suci yang merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui rasul-rasulnya untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia sepanjang masa. Orang yang mengingkari serta tidak percaya kepada Alquran disebut orang-orang yang murtad.

Al-Kitab dan al-Sunnah cukup sebagai pegangan sehingga tidak memerlukan kepada selainnya. Allah berfirman:

Artinya : Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran daripadanya. (surah al-Araf:3).

KELOMPOK 5 TAUHID DALAM ISLAM

Tawhid Tauhid Meyakini bahwa ALLAH SWT itu esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya

Kalimat tauhid Laa ilaaha illallah

Sambungan KALIMAT TAUHID (Tiada)

(Tuhan)

(Kecuali)

(Allah)

Laa ilaaha illallah Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah

RUKUN KALIMAT TAUHID

An-Nafyu (peniadaan)

Yaitu menafikan, menolak dan meniadakan seluruh sembahan yang berhak untuk disembah apapun jenis dan bentuknya dari kalangan makhluk, baik yang hidup dan yang mati

Al-Itsbat (penetapan)

Menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya

SYARAT KALIMAT TAUHID ILMU (MENGETAHUI)

YAQIN (MEYAKINI)

QABUL (MENERIMA)

INQIYAD (PATUH)

IKHLAS

SHIDDIQ (JUJUR)

MAHABBAH (KECINTAAN)

KELOMPOK 6 LANDASAN AQIDAH AKHLAK

a. Macam - Macam Tauhid

Tauhid. KAJIAN ILMU TAUHID. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ( QS : 005 : Al Maa-idah Ayat 003 )1. Tauhid Rububiyah

Tauhid Rububiyah. Tauhid Rububiyah melihat dari asal katanya ar-rabb yang berarti mengmbangkan sesuatu dari suatu keadaan pada keadaan yang lain sampai mencapai kedaan yang sempurna. Dan tidak disebut sendirian kecuali untuk Allah dan apabila ditambahkan kepada kalimatyang lain,maka hal itu bisa untuk Allah. Jadi tauhid Rububiyah berarti tauhid yang menyakini bahwa Allah adalah tuhan. Tuhan Yang Maha Pencipta dan segala perbuatan perbuatanNya. Pengakuan ini harus tertanam dari dalam diri. Allah telah menciptakan bumi dan langit dan apa apa yang berada diantara keduanya. memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara serta menjaga seluruh Alam Semesta. Pengakuan ini harus tertanam dalam hati secara sadar. Baik pengakuan yang terlahir melalui kajian kajian yang berdasarkan akal budi ataupun pengakuan yang tumbuh sebagai akibat ketaatan dan ketekunan ibadah yang ikhlas karena Allah2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah. Tauhid Uluhiyah yaitu tauhid yang mengesakan Allah dengan perbuatan perbuatan hambaNya atau mengesakan Allah melalui niat dan ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata. Pendekatan diri dengan tauhid uluhiyah ini adalah dengan melakukan amal ibadah yang diyariatkan seperti shalat, puasa, berdoa thawaf, Qurban, pengharapan, takut, senang, tawakal dan lain sebagainya yang kesemuanya itu berasal dari Allah dan untuk Allah semata.Tauhid Uluhiyah ini mensyaratkan adanya tauhid rububiyah. Tanpa tauhid rububiyah, maka tauhid huluhiyah akan batal karena pengesaan Allah melalui perbuatan perbutan hamba adalah setelah hamba tersebut menghayati dan memahami seluruh perbutan perbutan Allah yang telah menciptakan hambaNya tersebut. Atau merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya. Tauhid Huluhiyah inilah yang selama ini menjadi pertentangan antara orang orang kafir dengan seluruh nabi dan rasul yang diutus Allah. Pertentangan itu disebabkan tauhid huluhiyah inilah inti dari dakwah para nabi dan rasul terdahulu.3. Tauhid Asma wa Sifat

Tauhid Asma wa Sifat. Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengesakan Allah melalui pengakuan dan penghayatan tentang nama nama dan sifat Allah yang didasarkan kepada Al-Quran dan Hadist Rasulullah

Tauhid ini merupakan penafsiran dari pensifatan Allah ataupun penafsiran atas Zat Allah melalui pensifatan rasulullah. Pensifatan ini harus tidak keluar dari prinsip dasar kajian ilmu tauhid bahwa, Allah tidak memberikan pengetahuan kepada manusia tentang ZatNya, tetapi manusia bisa mengenal Allah melalui sifta- sifat dan perbuatanNya. Pensifatan Allah harus bebas dari penafsiran penafsiran yang mengandung penyimpangan seperti pemahaman penafsiran serba tuhan atau penyatuan diri manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan Allah sebagai tuhan yang menciptakan manusia dan pensifatan Allah juga harus bebas dari tamsil atau pengibaratan atau menyerupakan Allah dengan makhluknya. Bebas dari Visualisasi atau penggambaran tentang Allah.Tiga macam tauhid ini bukan merupakan bagian yang berdiri sendiri, tetapi ketiga macam tauhid tersebut ( tauhid rubbubuiiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat ) merupakan satu kesatuan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Sehingga tiga macam tauhid ini merupakan rangkaian segitiga tauhid yang saling melengkapi dan saling menguatkan. Apabila satu dari sisi segitiga tauhid tersebut runtuh,maka segitiga tersebut juga akan hancur. Tauhid akan hancur. Apabila salah satu sisi dari segitiga tersebut rusak,maka segitigatersebut akan rusak, Tauhid yang dipahami dan diyakini menjadiakan rusak pula. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita bersama dan melindungi kita selalu dalam hidayah dan pengampunanNya Amin ...KELOMPOK 7 HAL-HAL MERUSAK KEIMANAN

a. KUFUR

Kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya. Kufur ada dua jenis : Kufur Besar dan Kufur Kecil1. Kufur BesarKufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam[1]. Kufur Karena Mendustakan Dalilnya adalah firman Allah Artinya : Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ? [Al-Ankabut : 68][2]. Kufur karena enggan dan sombong padahal membenarkan.Dalilnya firman Allah Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, Tunduklah kamu kepada Adam. Lalu mereka tunduk kecuali iblis, ia enggan dan congkak dan adalah ia termasuk orang-orang kafir [Al-Baqarah : 34][3]. Kufur karena raguDalilnya adalah firman Allah. Artinya : Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia aniaya terhadap dirinya sendiri ; ia berkata, Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, niscaya akan kudapati tempat kembali yang baik Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya, Apakah engkau kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki ? Tapi aku (percaya bahwa) Dialah Allah Rabbku dan aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun [Al-Kahfi : 35-38][4]. Kufur karena berpalingDalilnya adalah firman Allah. Artinya : Dan orang-orang itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada mereka [Al-Ahqaf : 3][5]. Kufur karena nifaqDalilnya adalah firman Allah Artinya : Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara) lahirnya lalu kafir (secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti [Al-Munafiqun : 3]2. Kufur KecilKufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat, sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya. Artinya : Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir [An-Nahl : 83]Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Artinya : Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Dan sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Artinya : Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggel leher sebagian yang lain [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin. Allah berfirman. Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan dengan orang-orang yang dibunuh [Al-Baqarah : 178] Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang (berhak melakukan) qishash[1].

Allah berfirman Artinya : Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang baik (pula) Al-Baqarah : 178]Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas tanpa diargukan lagi- adalah saudara seagama, berdasarkan firman Allah. Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat [Al-Hujurat : 9-10] [2]Kesimpulan Perbedaan Antara Kufur Besar Dan Kufur Kecil

[1]. Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala) amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, juga tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya tetap dihadapkan dengan ancaman.

[2]. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedangkan kufur kecil, jika pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan bisa saja Allah memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tiada masuk neraka sama sekali.

[3]. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur kecil tidak demikian.[4]. Kufur besar mengharuskan adanya permusuhan yang sesungguhnya, antara pelakunya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak boleh mencintai dan setia kepadanya, betapun ia adalah keluarga terdekat. Adapun kufur kecil, maka ia tidak melarang secara mutlak adanya kesetiaan, tetapi pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan sesuai dengan kadar keimananny, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kemaksiatannya. Hal yang sama juga dikatakan dalam perbedaan antara pelaku syirik besar dan syirik kecil.

___________________________________________________________[1]. Qishash ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishash itu tidak dilakukan bila yang membunuh mendapat pemaafan dari ahlis waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, umpanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaknya membayar dengan baik, umpanya dengan tidak menangguh-nagguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Allah menjelaskan hukum-hukum ini membunuh yang bukan si pembunuh atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat maka terhadapnya di dunia di ambil qishah dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih.

b. SYIRIK

Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang merupakan hak istimewa-Nya. Hak istimewa Allah seperti: Ibadah, mencipta, mengatur, memberi manfaat dan mudharat, membuat hukum dan syariat dan lain-lainnya.

1) JENIS-JENIS SYIRIK 1. Syirik Akbar Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan orang yang bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di dalam neraka. Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain Allah! Seperti memohon dan taat kepada selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, takut kepada mayat, kuburan, jin, setan disertai keyakinan bahwa hal-hal tersebut dapat memberi bahaya dan mudharat kepadanya, memohon perlindungan kepada selain Allah, seperti meminta perlindungan kepada jin dan orang yang sudah mati, mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan kecuali oleh Allah, seperti meminta hujan kepada pawang, meminta penyembuhan kepada dukun dengan keyakinan bahwa dukun itulah yang menyembuhkannya, mengaku mengetahui perkara ghaib, menyembelih hewan kurban yang ditujukan untuk selain Allah.

Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda (yang terjemahannya): Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula. Para shahabat bertanya: Bagaimana hal itu, ya Rasulul-lah? Beliau menjawab: Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorang pun melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban.

Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut: Persembahkanlah kurban kepadanya! Dia menjawab: Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat kupersem-bahkan kepadanya. Mereka pun berkata kepadanya lagi: Persembahkan sekalipun seekor lalat. Lalu orang itu mempersembahkan seekor lalat, mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanan.

Maka dia masuk neraka karenanya. Kemudian berkatalah mereka kepada seorang yang lain: Persembahkanlah kurban kepadanya. Dia menjawab: Aku tidak patut mempersembahkan sesuatu kurban kepada selain Allah 'Azza wa Jalla. Kemudian mereka memenggal lehernya, karenanya orang ini masuk surga. (HR. Imam Ahmad).

Dan termasuk penyembelihan jahiliyah yang terkenal di zaman kita sekarang ini- adalah menyembelih untuk jin. Yaitu manakala mereka membeli rumah atau membangunnya, atau ketika menggali sumur mereka menyembelih di tempat tersebut atau di depan pintu gerbangnya sebagai sembelihan (sesajen) karena takut dari gangguan jin. (Lihat Taisirul Azizil Hamid, hal. 158).

Macam-macam Syirik Besar a. Syirik dalam berdoaYaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):

"Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)

b. Syirik dalam sifat Allah Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib. Allah Ta'ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang terjemahannya):

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri." (QS. Al-An'am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.

Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah, menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.

c. Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta'ala. Mengenai hal ini Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya):

"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).

Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta yang mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.

d. Syirik dalam ketaatan Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya, dalam mendurhakai Allah Ta'ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalal-kan apa yang diharamkan Allah Ta'ala, atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.

Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang terjemahannya) : Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah: 31).

Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).

e. Syirik khauf (takut)Jenis-jenis takut :1. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, berupa berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang sudah mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat kepada makhluk. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): Janganlah kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-benar orang beriman.(QS. Ali Imran: 175).

2. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti: Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil). Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya):

"Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!" Shahabat bertanya: Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah bersabda: "Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?".

Ia menjawab: "Karena takut kepada manusia!". Allah berkata: "Seharusnya hanya kepadaKu saja engkau takut". (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry, Shahih).

3. Takut secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut kepada binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk syirik, hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga dapat dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya.

f. Syirik hululPercaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi (bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan sebagian kaum Sufi yang ekstrem.

g. Syirik Tasharruf Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta.

h. Syirik Hakimiyah Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang betentangan dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman. Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.

i. Syirik tawakkal Tawakkal ada tiga jenis: a. Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh Allah saja. Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika seseorang menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka ia termasuk Musyrik.

b. Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk. Tawakkal jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab menyerahkannya kepada makhluk termasuk syrik ashghar.

c. Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain dalam perkara yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah seseorang tetap bersandar kepada Allah Subhanahu wa Taala, meskipun urusan itu diwakilkan kepada makhluk.

j. Syirik niat dan maksudYaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):

"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan". (QS. Hud: 15-16).

Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal karena riya.

k. Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet terhadap Berbagai Kejadian dan Kehidupan Manusia. Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): Allah berfirman: "Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami diberi hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang". (HR, Bukhari).

Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi (ramalan bintang) seperti yang banyak kita temui di koran dan majalah. Jika ia mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet terse-but maka dia telah musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan maka ia telah melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Sebab tidak dibolehkan mencari hiburan dengan membaca hal-hal syirik. Disamping setan terkadang berhasil menggoda jiwa manusia sehingga ia percaya kepada hal-hal syirik tersebut. Maka, membacanya termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.

2. Syirik AshgharYaitu setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh syara tetapi tidak mengeluarkan dari agama. Ia merupakan dosa besar yang dapat mengantarkan kepada syirik akbar.Macam-macam syirik asghar: a. Zhahir (nyata)

Berupa ucapan: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): "Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat syirik". (HR. Ahmad, Shahih).

Dan sabda Nabi SAW yang lain (yang terjemahannya): "Janganlah kamu berkata: Atas kehendak Allah dan kehendak Fulan. Tapi katakanlah: Atas kehendak Allah , kemudian kehendak Fulan". (HR. Ahmad, Shahih).

Berupa amalan, seperti: Memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, jika ia meyakini bahwa benda-benda tersebut hanya sebagai sarana tertolak atau tertangkalnya bala. Namun bila dia meyakini bahwa benda-benda itulah yang menolak dan menangkal bala, hal itu termasuk syirik akbar. Imran bin Hushain radiallahu anhu menuturkan, bahwa Nabi SAW melihat seorang laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka beliau bertanya (yang terjemahannya): "Apakah ini?".

Orang itu menjawab: Penangkal sakit. Nabi pun bersabda: "Lepaskan itu karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-lamanya". (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang bisa diterima).

Dan riwayat Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir dalam hadits marfu (yang terjemahannya): Barang siapa menggantungkan tamimah, semoga Allah tidak mengabul-kan keinginannya; dan barang siapa menggantungkan wadaah, semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya. Disebutkan dalam riwayat lain: Barang siapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat syirik.(Tamimah adalah sesuatu yang dikalungan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang dan lain sebagainya. Wadaah adalah sejenis jimat).

b. Khafi (tersembunyi); syirik yang bersumber dari amalan hati, berupa riya, sumiah dan lain-lainnya.

2) BAHAYA SYIRIK1. Syirik Ashghar (tidak mengeluarkan dari agama). a. Merusak amal yang tercampur dengan syirik ashghar.

Dari Abu Hurairah radiallahu anhu marfu (yang terjemahannya): Allah berfirman: "Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari kalian, barang siapa yang melakukan suatu amalan yang dia menyekutukan-Ku padanya selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan persekutuannya". (Riwayat Muslim, kitab az-Zuhud 2985, 46).

b. Terkena ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena salaf menggunakan setiap dalil yang berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik ashghar. (Lihat al-Madkhal, hal 124).

c. Termasuk dosa besar yang terbesar.

2. Syirik Akbara. Kezhaliman terbesar.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya syirik itu kezhaliman yang besar". (QS. Luqman: 13).

b. Menghancurkan seluruh amal.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya jika engkau berbuat syirik, niscaya hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk orang yang rugi". (QS. Az-Zumar: 65).

c. Jika meninggal dalam keadaan syirik, maka tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya):Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni selain itu (syirik) bagi siapa yang (Dia) kehendaki. (QS. An-Nisa: 48, 116).

d. Pelakunya diharamkan masuk surga.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya barang siapa menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya dan tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun". (QS. Al-Maidah: 72).

e. Kekal di dalam neraka.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk". (QS. Al-Bayyinah: 6).

f. Syirik adalah dosa paling besar.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu. Bagi siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya". (QS. An-Nisa: 116).

g. Perkara pertama yang diharamkan oleh Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): "Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun ter-sembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menu-runkan hujjah untuk itu dan (meng-haram-kan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Araaf: 33).

h. Dosa pertama yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lihat Quran surah Al-Anaam: 151.

i. Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya.

Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis". (QS. At-Taubah: 28).

c. NIFAQ

Nifaq ialah sifat yang berbeda antara lahir dan batin atau tidak sesuai antara ucapan dengan perbuatan. Lain di hati lain di mulut, lain di mulut lain di perbuatan, tidak sesuai antara kata dengan perbuatan. Orang yang mepunyai sifat nifaq disebut munafiq.

1. Sifat dan perbuatan orang munafiqOrang munafiq itu pebuatannya selalu berpura-pura, apa yang diucapkannya berbeda dengan perbuatannya. Misalnya dia menyatakan iman kepada Allah Subahanahu Wa taala dan rasul-Nya, tetapi dalam hatinya dia tidak beriman, ia mengingkari apa yang telah di ucapkannya. Bila dia berkumpul dengan orang beriman, dia mengatakan berimana akan tetapi bila ia berkumpul dengan orang kafir, diapun menyatakan kekafirannya pula. Dia bermuka dua dan selalu berpura-pura.

Wa idzaa laqulladziina amanuu qaaluww aamannaa wa idzaa kholau ilaa syayaathii nihim qaaluu innaa maakum innamaa nahnu mustagziuun. Yang terjemahnya : Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan : Kami telah beriman . Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan : Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok (Al baqarah : 14)Diantara sifat munafiq ialah pendusta, pembohong, dan kihanat. Apabila dia berbicara dia berbohong, apabila dia berjanji dengan orang lain dia tidak menepati dengan sengaja. Begitu pula apabila dia mendapat kepercayaan dari orang lain untuk memegang dan melaksanakan pekerjaan dia tidak melaksanakannya dengan baik, dia khianat. Firman Allah Subhanahu Wa taala dalam Al Quran surat Al Munafiqun ayat 1 dan 2.

Idzaa jaa akal munaafiquuna qaalu nasyhadu innaka larasuulullahi wallahu yualamu innaka larasuuluhuu wallahu yasyhadu innalmunaafiqiina lakadzibuun (1) Ittakhodzuu aimaanahum junnatan fashodduu an sabiilillahi innahum saa a maakaanuu yagmaluun. (2)Yang terjemahnya : (1) Apabila orang-orang munafiq datang kepadamu, mereka berkata Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar orang pendusta. (2) Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (Al Munafiqun:1-2)Sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam

Aayatulmunaafiqi tsalatsun : indza haddatsa kadzaba wa idzaa wa ada akh lafa wa idzaa tuminakhoona.Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga : Apabila berkata ia bohong, apabila berjanji ia melanggar dan apabila dipercaya ia berkhianat.Juga dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Semoga Allah Meridhoi dan memuliakan beliau, yang terjemahnya :

Empat macam (sifat) siapa terdapat padanya empat sifat itu, adalah ia munafiq tulen. Barang siapa terdapat padanya suatu dari sifat yang empat itu, terdapatlah padanya suatu bahagian nifaq. Sampai meniggalkannya. Sifat yang empat itu ialah : Apabila dipercaya ia berkhianat, apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia menyalahi, tidak ditepati dan apabila berdebat dengan seseorang, ia berlaku curang. (Hadist Riwayat Bukhari)2. Bahaya nifaqOrang munafiq yang perbuatannya berpura-pura, dusta, bohong dan khianat, hatinya akan selalu ragu, was-was dan tidak tenteram. Terhadap perbuatannya yang tidak benar itu, ia takut akan ketahuhan orang lain dan sifat dusta dan khianatnya akan menghantui perasaannya, sehingga terjadi konflik batin, menimbulkan ketidak tenangan pada kehidupannya. Ia juga akan selalu menghadapi kesulitan, karena harus membuat kebohongan baru untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Dia menjadi sakit batin, sehingga pada akhirnya juga akan berpengaruh pada kondisi fisiknya. Akibat sifat nifaq orang tersebut akan mendapat kesengsaraan dan kehinaan di dunia dan di akhirat.

Firman Allah Subhanahu Wa taala :

Fii quluu bihim maradzun fazaa dallahu maradhon wa lahum adzaabun aliimun bimaa kaanuq yadzi bun. Yang terjemahnya : Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa pedih, di sebabkan mereka berdusta (Al Baqarah : 10)Allah berfirman :

Wa adallahul munaafiqiina walmunaafiqaati wal kuffaara naara jahannama kholidiina fiihaa, hiya hasbuhum, wa laalahumillahu wa lahum adzabunmmuqiim.Yang terjemahnya : Allah mengancam orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (At taubah : 68)Firman Allah Subhanahuu Wa Taala

Basysyiril munaafiqiina bianna lahum adzaa ban aliimaaYang terjemahnya : Kabarkanlah kepada orang-orang muinafiq bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (An Nisa : 138)Allah berfirman :

Innalmunaafiqiina fiiddarkil asfali minannaari wa laan tajidalahuum nashiira.Yang terjemahnya : Sesungguhnya orang-orang munafiq itu(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seseorang penolongpun bagi mereka. (An nisa 145)Orang munafiq ketika berhubungan dengan orang lain, biasanya mulutnya manis, sikapnya ramah dan menarik, tetapi di balik itu hatinya selalu berniat buruk dan fikirannya seslalu berangan-angan mencari kesempatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya untuk dirinya tanpa memperhatikan norma kebenaran yang berlaku. Orang lain ditipu, dibohongi dan dilaknati, sehingga betapa banyak kerugian orang lain akibat perbuatannya, baik kerugian moril maupun materiil. Bujuk rayu orang munafiq itu seringkali enak dan meyakinkan, kata-katanya sangat menarik dan memikat hati, padahal sebenarnya dia hanya melakukan tipu daya.

Firman Allah Subhanahu Wa Taala :

Wa minannasi man yyugjibuka qauluhu fiil hayaatiddunyaa wayusyhidullaha alaa maa fii qabihii wa huwa aladdul khishaam.Yang terjemahnya : Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras. (Al Baqarah : 204)Yukhadiuunallaha wa lladziina amaanuw wa maa yakh da uuna illa anfusahuum wa maa yasyuruun.Yang terjemahnya : Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar. (Al Baqarah : 9)d. RIDDAH, MACAM-MACAM dan HUKUMNYASecara bahasa: Arraddatu (riddah) artinya Ar-rujuu (kembali) Menurut istilah: kufur setelah Islam (QS Al-Baqarah (2): 217) Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi dari jalan Allah, kafir kepada Allah, Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka mengembalikan kamu dari agamamu , seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Riddah ada 4 macam:1. Riddah dengan ucapan Seperti mencaci Allah atau rasulNya shallallahu alaihi wassallam, atau malaikat-malaikatNya atau salah seorang dari rasulNya

Mengaku mengetahui ilmu ghaib atau mengaku nabi atau membenarkan orang yang mengaku sebagai nabi

Berdoa kepada selain Allah atau memohon pertolongan kepadaNya

2. Riddah dengan perbuatan Seperti sujud kepada patung, pohon, batu, kuburan dan memberikan sembelihan untuknya

Membuang mushaf Al-Quran ditempat-tempat yang kotor

Melakukan sihir, mempelajari dan mengajarkannya

Memutuskan hukum dengan selain apa yang diturunkan Allah dan meyakini kebolehannya

3. Riddah dengan Itiqad (kepercayaan)Seperti kepercayaan adanya sekutu bagi Allah atau kepercayaan bahwa zina, khamr dan riba adalah halal atau hal semisalnya yang telah disepakati kehalalan, keharaman atau wajibnya secara ijma (konsensus) yang pasti, yang tidak seorangpun tidak mengetahuinya.

4. Riddah dengan keraguan Tentang sesuatu sebagaimana yang disebutkan diatas

Konsekuensi Hukum setelah terjadinya Riddah1. Yang bersangkutan diminta untuk bertaubat.

2. Jika ia bertaubat dan kembali kepada Islam dalam masa tiga hari, maka taubatnya diterima kemudian ia dibiarkan (tidak dibunuh).

3. Jika ia tidak mau bertaubat maka ia wajib dibunuh, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alahi wassallam, Barangsiapa mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah dia (HR Al-Bukhari dan Abu Daud).

4. Dilarang membelanjakan hartanya saat ia dalam masa diminta untuk bertaubat, jika ia masuk Islam kembali maka harta itu miliknya. Jika tidak maka harta itu menjadi fai (rampasan) Baitul Mal sejak ia dibunuh atau mati karena riddah. Pendapat lain mengatakan, begitu ia jelas-jelas murtad maka hartanya dibelanjakan untuk kemaslahatan umat Islam.

5. Terputusnya hak waris mewarisi antara dirinya dengan keluarga dekatnya, ia tidak mewarisi antara dirinya dengan keluarga dekatnya, ia tidak mewarisi harta mereka dan mereka tidak mewarisi hartanya.

6. Jika ia mati atau dibunuh dalam keadaan riddah, maka ia tidak dimandikan, tidak dishalatkan, dan tidak dikubur dikuburan umat Islam.

e. BIDAH

Bidah menurut bahasa, diambil dari bida yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh. Sebelumnya Allah berfirman.

Badiiu as-samaawaati wal ardli Artinya : Allah pencipta langit dan bumi [Al-Baqarah : 117]

Artinya adalah Allah yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya.

Juga firman Allah. Qul maa kuntu bidan min ar-rusuli Artinya : Katakanlah : Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul. [Al-Ahqaf : 9].

Maksudnya adalah : Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah ini dari Allah Taala kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari para rasul yang telah mendahuluiku.

Dan dikatakan juga : Fulan mengada-adakan bidah, maksudnya : memulai satu cara yang belum ada sebelumnya.

Dan perbuatan bidah itu ada dua bagian :

[1] Perbuatan bidah dalam adat istiadat (kebiasaan) ; seperti adanya penemuan-penemuan baru dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya penyingkapan-penyingkapan ilmu dengan berbagai macam-macamnya). Ini adalah mubah (diperbolehkan) ; karena asal dari semua adat istiadat (kebiasaan) adalah mubah.

[2] Perbuatan bidah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada dalam dien itu adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah) ; Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Artinya : Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima). Dan di dalam riwayat lain disebutkan : Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak.

MACAM-MACAM BIDAH

Bidah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :

[1] Bidah qauliyah itiqadiyah : Bidah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mutazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.

[2] Bidah fil ibadah : Bidah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak disyariatkan oleh Allah : dan bidah dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu :

[a]. Bidah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syariat Allah Taala, seperti mengerjakan shalat yang tidak disyariatkan, shiyam yang tidak disyariatkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya.

[b]. Bidah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan, seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.

[c]. Bidah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan ibadah yang sifatnya tidak disyariatkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjamaah dan suara yang keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam

[d]. Bidah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disariatkan, tapi tidak dikhususkan oleh syariat yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Syaban (tanggal 15 bulan Syaban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syariatkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.

HUKUM BIDAH DALAM AD-DIEN

Segala bentuk bidah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

Artinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat. [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].

Dan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam

Artinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka perbuatannya tertolak.

Dan dalam riwayat lain disebutkan :

Artinya : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami maka amalannya tertolak.

Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien (Islam) adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat dan tertolak.

Artinya bahwa bidah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.

f. SIHIR

Sihir adalah kekuatan ghaib yang diciptakan ALLAH untuk makhluk-Nya, dimana kekuatan ghaibnya berupa kekuatan pengaruh ruh-ruh jahat (jin atau syetan), dan dapat berpengaruh pada unsur alam. Seperti diceritakan dalam Asbabun Nuzul surat Al Falaq dan An Nas iaitu ketika Nabi SAW sakit seolah mendatangi istri-istrinya ternyata tidak, dan ternyata setelah diberitahu oleh Malaikat, sihirnya ada pada sebuah sumur dan berupa tali yang disimpul-simpulkan. 'Aisyah ra. berkata, "Rasulullah SAW pernah disihir sehingga beliau sungguh berkhayal bahawa dirinya mendatangi isteri-isterinya padahal beliau tidak mendatangi isteri-isteri beliau." (HR. Bukhori dan Muslim, Abu Daud dan Ahmad). Lihat kitab Ath Thibbun Nabawi Halaman 100)

CONTOH SIHIRSihir boleh diperoleh oleh siapa saja yang bekerja sama dengan jin atau setan. Banyak macamnya sihir tersebut antara lain :

Dengan Mantera, yaitu dengan bacaan-bacaan tertentu yang mengandung arti meminta pertolongan kepada jin atau setan untuk melakukan sesuatu hal yang dikehendaki. Atau dengan bacaan-bacaan yang tidak dimengerti tapi sangat diyakini oleh yang membacanya apalagi di dalamnya ternyata mengandung kesyirikan dan kekufuran. Ini termasuk manjur kerana setan dan bala tenteranya sangat menyukai sihir seperti ini yang menyesatkan iman pelakunya

Dengan Benda, iaitu menggunakan benda-benda tertentu untuk niat tertentu, seperti hadis Nabi di atas atau misalnya menggunakan pasir yang dilempar ke rumah orang tertentu agar rumah tersebut seperti dilempari batu terus menerus. Atau menggunakan tanah kuburan yang ditanam di suatu tempat agar tempat tersebut terasa gersang, panas dan menakutkan. Atau dengan boneka yang ditusuk-tusuk agar orang yang dituju merasa seperti ditusuk-tusuk. Dan banyak macam lainnya

Dengan Istikhdam, iaitu meminta bantuan langsung kepada jin atau setan untuk melakukan sesuatu pekerjaan jahat

Dengan Perbuatan Haram, misalnya dengan menduduki Al Qur'an di dalam WC (bilik mandi)

Sihir adalah salah satu dosa besar dan boleh menyebabkan pelakunya mati dalam suu-ul khotimah (jelek matinya), Na'u-dzu billaah min dzaalik

g. RIYA

Riya artinya memperlihatkan (menampakan) diri kepada orang lain, supaya diketahuui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap dan perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah. Riya itu dapat terjadi di dalam niat, yaitu ketika akan melakukan pekerjaan dan bisa juga terjadi setelah melakukan pekerjaan.

1. Riya dalam niat

Riya dalam niat yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginam dari orang lain, bukan karena Allah. Padahal niat itu sangat menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan yang baik dilakukan deengan niat karena Allah, maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika perbuatan itu dilakukan karena ingin mendapat sanjungan, penghargaan dari orang lain, maka perbuatan itu tidak memperoleh pahala dari Allah. Hanya sanjungan itulah yang akan ia peroleh.

Amirul Mukminin Abi Hafash Umar bin Khatab Radhiyallahu Anhu, aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :

Innamal amaalu biinniyyaati wa innamaa likullimriyin manawa fa man kaanat hijratuhu ilallahi wa rasuulihi fahijratuhu ilallahi wa rasuulihi wa mankaanat hijratuhu lidunyaa yushiibuhaa awimra atin yankihuhaa fahijratuhu ilaa maa haajara ilaihiYang terjemahnya: Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan.2. Riya dalam perbuatan Riya dalam perbuatan ini misalnya saat mengerjakan shalat dan bersedekah. Orang riya dalam mengerjakan shalat biasanya dia memperlihatkan kesungguhan, kerajinan , dan kekhusyuannya jika dia berada di tengah-tengah orang atau jamaah sehingga orang lain melihat dia berdiri , ruku dan sebagainya. Dia shalat dengan tekun itu mengharapkan perhatian sanjungan dan pujian dari orang lain agar dia dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yang riya dalam shalatnya ini dia akan celaka di akhirat nanti, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, surat Al Maun ayat 4 sampai dengan 7 dan An Nisa 142.

Fawailun llil mushalliin(4) Alladziina hum an shalaatihim saahuun(5) Alladziina hum yuraaa uuna(7) Wa yamnaunal maauun(8)Yang terjemahnya : (4) Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat. (5) (Yaitu) orang-orang yang berbuat riya. (7) Dan engan (menolong dengan) barang berguna. (Al Maun : 4-7)Innal manaafiqiina yakhdi ;uunallaha wa huwa khaadiuhum , wa idzaa qaa mauuu ilal shshalaati qaamuu kasaalaa, yaraaa uunanna sawalaa yadz kuruunallaha illaa qaliilaa.Yang terjemahnya: Sesunguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali. (An Nisa : 142).Riya dalam bersedekah seperti memberikan sesuatu kepada orang lain dengan harapan mendapat pujian dan sanjungan dari orang yang telah diberinya atau orang lainnya, agar dia dianggap sebagai orang yang dermawan, pemurah dan sebagainya. Dia akan mengungkapkan pemberiannya jika orang yang telah di bantu itu tidak menyanjung atau memujinya.

Bahaya Riya Riya berbahaya terhadap diri sendiri dan orang lain. Terhadap diri sendiri bahaya riya itu akan dirasakan oleh dirinya berupa ketidakpuasan, rasa hampa, sakit hati dan penyesalan ketika orang lain tidak menghargainya, menyanjungnya, dan tidak berterimakasih kepadanya, padahal ia telah menolong orang lain, bersedekah, dan sebagainya. Akhirnya jiwanya akan sakit dan keluh kesah, yang tiada hentinya. Bahaya riya terhadap orang lain akan terlihat ketika orang yang pernah dibantunya diumpat, diolok-olok dan dicaci oleh orang yang telah membantu atau memberinya dengan riya itu. Dia mengumpat dan mencaci itu karena keinginannya untuk disanjung dan dipuji tidak terpenuhi sesuai dengan kehendaknya. Orang yang telah diumpat dan dicaci itu pasti akan tersinggung dan akhirnya terjadilah perselisihan antara keduanya.

Perbuatan riya itu sangat merugikan, karena Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatannya, hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang artinya sebagai berikut :

Dari Abi Hurairah Semoga Allah meridhoinya, ia berkata saya mendengar Rasulullah bersabda : Sesungguhnya manusia yang pertama kali diadili di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid kemudian dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya dan dan iapun mengakuinya lantas ditanya : dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab aku berperang karena-Mu (ya Allah) sehingga aku mati syahid. Allah menjawab : Dusta engkau sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai pahlawan; kemudia malaikat diperintahkan untuk meyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka. Kedua, seorang yang yang dilapangkan rizkiya dan dikaruniai berbagai macam kekayaan, kemudian ia dihadapkan dan diperlihatkan kepada nikmat yang telah diterimanya itu, dan iapun mengakuinya, lantas ditanya : Dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab : Aku tidak pernah meninggalkan infak pada jalan yang engkau ridhoi (ya Allah), melainkan aku berinfak (hanya) kepada-Mu. Lalu Allah menjawab : Dusta engkau, sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai orang yang dermawan; kemudian (malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka. Ketiga seorang yang belajar dan mengajar dan suka membaca Al Quran, maka dia dihadapkan dan diperlihatkan nikmat yang telah diterimanya itu dan iapun mengakuinya, antas ditanya : dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab : Aku menunntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Quran (hanya) untuk-Mu (ya Allah). Kemudian Allah menjawab : Dusta engkau, sesungguhnya engkau menuntut ilmu itu supaya dikatakan sebagai orang pandai dan engkau membaca Al Quran itu supaya dikatakan sebagai qari; lalu (malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka. (Haidst Riwayat Muslim).Begitulah bahayanya riya. Bahkan riya itu juga dikatakan sebagai syirik khafi, artinya syirik kecil atau syirik ringan, karena mengaitkan niat melakukan suatu perbuatan kepada sesuatu selain Allah.

KELOMPOK 8 MANFAAT DAN HIKMAH IMAN BAGI KEHIDUPAN Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa

Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan

berartikepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.

Pada setiap agama, keimanan merupakan unsure pokok yang harus dimiliki oleh setiap penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun demikian, keimanan saja tidak cukup. Ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan dalam segala perilaku kehidupan sehari hari.

Melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda

Allah adalah Rabb kita, Dialah yang mencipta dan memberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, memuliakan dan menghinakan, yang mengangkat dan merendahkan kita semua, manusia dan hanya kepadaNYalah kita meminta dan percayaIman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Bahwa dengan iman yang sempurna, dan mati dijalan Allah adalah hal yang diinginkan para muslimin sejati.

Iman menanamkan sikap self help

Pengertian sikap self-help", yang didefinisikan sebagai berusaha mengenali diri sendiri dengan perspektif yang lebih baik, lebih jujur, dan lebih tepat; berusaha mengembangkan sifat mandiri dan rasa percaya diri berdasarkan iman yang kita memiliki iman.

Iman memberikan ketentraman jiwa

Sebagian dari dampak keimanan pada seorang adalah timbulnya ketenangan dan ketentraman jiwa baik lahir ataupun bathin. Dengan keterangan itu manusia mumin akan merasakan kebahaagiaan dan kenikmatan dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya. Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mumin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang telah ada. (Q.S. al-Fath:4).

Iman mewujudkan kehidupan yang baik

Tak diragukan lagi, bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini mendambakan ketenangan, kedamaian, kerukunan, dan kesejahteraan. Namun, di manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?

Sesungguhnya, menurut ajaran Islam, hanya iman yang disertai dengan amal shaleh yang dapat menghantarkan kita, baik sebagai individu maupun masyarakat, ke arah itu.

"Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki-laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl : 97).

Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Segala pengakuan ada konsekwensinya dan mempunyai ciri-ciri yang

menunjukkan kebenarannya. Demikian pula iman. Adapun konsekwensi dan

ciri-cirinya, antara lain:

Mempercayai segala yang datang dari Allah SWT, dengan yakin, tanpa ragu-ragu. (Al-Hujurat: 15).

Mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya melebihi dari yang lain. (Al-Baqarah : 165, At-Taubah : 24).

Patuh dan tunduk kepada Allah SWT dan Rasul. (An-Nisa' : 69, 90, An-Nur : 51 - 52, Al-Ahzab : 36).

Senantiasa berhukum kepada syariat-Nya. (An-Nisa' : 65).

Amar Ma'ruf - Nahi Munkar. (At-Taubah : 71, Al-Ashr).

Berda'wah dan Jihad di jalan Allah SWT. (Fushshilat : 33, Yusuf : 108, Ash-Shaf : 10 - 13).

Walaa' kepada kaum Mu'minin dan Baraa' terhadap orang-orang kafir. (Al-Maidah : 55, At-Taubah : 71, Al-Mumtahanah : 4).

Ridha kepada segala takdir-Nya. (Al-Baqarah : 155 - 157). Iman memberikan keberutungan

Hal ini tergambar pada :

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 6: 82) orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.(QS. AT TAUBAH : 20) Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihat