mata puisi...panjang puisi indonesia. hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media...

28
Mata Puisi EDISI KHUSUS 10 Puisi Terpilih Menafsir Mata Penyair www.matapuisi.com

Upload: others

Post on 28-Sep-2020

12 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Mata PuisiE D I S I K H U S U S

10 Puisi TerpilihMenafsir Mata Penyair

www.matapuisi.com

Page 2: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Mata PuisiArif Fitra Kurniawan

Kesaksian Seorang Ahli Tata Bahasa

Muhammad Malikul AlamLubang Mata Subagio

Shiny Ane El'poesyaBayangkan

Gilang PerdanaBertemu Midas di Pagi Buta

Muhammad DaffaSepasang Mata Penyair Tua

Arfian Rizky PratamaHilangnya Penyair Tanpa Mata

Ahmad Maghroby RahmanEksepsi

Nandya Alifya RahmahUsulan Aneh dari Orang Buta untuk Orang Mati

Aditya PrasadhaRengkuhan Tafsir

Galeh PramudiantoTafsir dari Lain Galaksi

Dedy Try RiyadiMenafsir Penafsiran

Penerbit/Pendiri: Hasan AspahaniMitra Pendiri: Dedy Tri Riyadi Editor: Hasan Aspahani, Dedy Tri Riyadi, Khalish AbniswarinAlamat: Permata Mediterania, Kluster Safir Raya No. 6, Jl. Pospengumben, Jakarta Barat DKI Jakarta, 11630Email/Telepon: [email protected] / 0819 02601010Rekening Bank: 8210278045 (BCA) a/n Dhiana Daharimanoza

Donasi Berlangganan Rp25.000 per edisi.

M a t a P u i s i | 2

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Edisi Khusus Menafsir Mata Penyair

Sampul didesain oleh @pabrikolase

Page 3: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

       Ketika terbuka jendela, terdengar hirukpikukkota. “Apa saja yang sudah kuberikan padamu,” katapenyair, “kecuali nyawaku ini yang teraniaya.”       Rakyat yang miskin merangsak kemuka. “Kami inginmatamu!” teriak mereka. “Kami ingin matamu, yang bisamerobah butir pasir yang tercecer dari karung menjadiemas di jalan. Beri matamu, matamu!”       Ada yang masih mau membela penyair itu. “Ingat,tanpa mata penyair menjadi buta!”       Tetapi rakyat yang putus asa tidak peduli. Merekarenggut mata penyair dari lubang matanya, dan lewatkedua bola matanya mereka melihat dunia sekelilingnya.Tetapi pasir yang tercecer tidak menjadi emas. Merekamenjadi kecewa dan merebus dan melahap kedua bolamata itu. Dan tidak terjadi apa-apa.       Penyair yang buta itu duduk di jendela dan tertawamenghadap ke kota. Tanpa mata dilihatnya semua begituindahnya. Begitu indahnya!

Sumber: Horison, No. 7, Thn. XXVII, Juli 1993

Mata Penyair

M a t a P u i s i | 3

Subagio Sastrowardoyo (1924-1995)

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 4: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Anotasi

PADA banyak kamus literasi diartikansebagai kemampuan membaca danmenulis. Sesederhana dan sepenting itu.Membaca dan menulis. Dalampengertian yang lebih lengkap, literasi merujuk kepada seperangkatkemampuan dan keterampilan individudalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah yang diperlukan dalam kehidupansehari-hari.

Apabila hanya berfokus padakemampuan membaca dan menulismaka para penulis puisi adalah merekayang mempunyai kemampuan literasiyang istimewa. Puisi bukanlah teks yanglempang dan terang - benderang. Tekspuisi menuntut kemamuan membacayang lebih rumit demikian juga ketikamenuliskannya.

Penulis puisi adalah penafsir kehidupan.Berangkat dari titik pikiran itu kamimenggelar lomba "Menafsir MataPenyair", lomba menulis puisi yangditulis sebagai hasil menafsirkan

Perihal Menafsir

KAMI menerbitkan Majalah Mata Puisi sebagai usaha untuk ikut dalam perayaan dan perjalananpanjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuhberebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang berharga dari yangterserak itu, menyimpannya di sini, menjadikan majalah ini semacam lumbung. Ada puisi yangdipilih dengan hati-hati, dan kami berharap itu menjadi semacam benih yang baik - bahkan unggul- yang tersimpan di sini yang kelak menjadi bahan sumber bagi siapa saja yang ingin membuathibrida baru yang memperkaya cara ucap dan penggarapan tema dalam puisi Indonesia.

Oleh Hasan Aspahani

M a t a P u i s i | 4

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

puisi karya Subagio Sastrowardoyo.Sejak semula kami tak membayangkanakan banyak peserta yang ikut. Jumlah40 lebih puisi yang masuk bagi kamisangat menggembirakan. Angka itumembuktikan bahwa para penulis puisikita hari ini memang membaca puisikarya penyair terdahulu.

Bagaimana hasil bacaannya? Jugamenggembirakan. Meskipun tak ada puisi yang bagi kami sedemikian kuatuntuk untuk dijadikan satu yangterbaik. Mungkin di lomba berikutnya.

Kami memilih sepuluh puisi danmenerbitkannya dalam edisi khususMata Puisi kali ini. Masing-masingmendapat imbalan hadiah yang samasehingga total hadiah yang kamiumumkan tak berubah.

Terima kasih untuk semua peserta yangberpartisipasi. Selamat untuk yangterpilih. Jangan berhenti dan teruslahmerayakan puisi. Menafsirkankehidupan dan dunia yang rumit ini.

Page 5: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Kesaksian SeorangAhli Tata Bahasa

Sudah kububuhkan juga beberapa umpamaDi antara kantung mata dan jantung berdegupmuDi antara ujung kaki dan pikiran buntumu

Agar mereka para pengikut tarekat bintang suciAtau kaum penyembah empedu bisa Dengan saksama membacanya sebagai marka Dan lekas-lekas memboyong tafsir terang itu Kembali

Ke arah bukit dan jurang hampa yang Hulunya pernah kau kira tumbuh dari Pori-pori kering perut ibundamu

Ibundamu yang kaubiarkan begitu sendirian Membenci bekas mentega di ujung celemekKenapa tak bisa noda itu rekah menjadi selat saja Bagi Barus atau Sunda KelapaBagi Bangka atau Madura

Kau tahu melulu ibundamu akan jatuh sedih Tak bisa membebaskan kata berpisah itu Dari cengkeraman berbilah-bilah tanda kurung

Semenjak jiwanya pada sebuah petang Disusupi ribuan hantu bangkit dari kota busuk Yang mendesaknya ikut mengarak dan memangguli Peti mati berisi rasa sakit yang pernah menggerogotiSeparuh bagian sajak-sajak Dina Oktaviani

M a t a P u i s i | 5

Arif Fitra Kurniawan

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 6: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Betismu senantiasa terasa kram, Mendapati setiap tempat baru Yang kau singgahi ternyata selalu saja Lebih mengenaskan dari bekas tapakPinggiran kota Tanjung Karang

O,Selain mata badik, adakah lagi yang bisa kuharapkanGuna beradu-aduan dengan tajam mata kerani Milikmu yang berabad-abad kaulatih sudah--tak cuma menyanyat, tapi juga menggempurMasa lalu buruk di selembar kertas kosong

Manalah mungkin aku menyodorkan luka Ke hadapan kelopakmu yang kadung berkabut ituBiarlah ia menjadi warisan sejati milik keluarga AspahaniAgar darah keluarga mereka yang kuning semuTetap bisa merembes dan melabur danMenyembunyikan dadu permainan ular tangga,Nama pengarang kitab puisi, juga empat lembarPakaian tertinggal di binatu

Tentu dari bayangan si gipsi tua yang selalu bisa Menyilaukanmu hingga kau salah ketika mengiraApakah ia sedang berkalang atau justru berkalungMaut

Tapi, seberapa penting persamaan kata atau lawan kataDi dalam kegelapan merajalela yang kukisahkanJika pandanganmu terlanjur tak percaya pada semuaYang kausaksikan (?)

Semarang, 2020

M a t a P u i s i | 6

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 7: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Lubang Mata SubagioMalam ini kami dengar suatu kabarDari kaum penghuni rawa-rawaMatamu pecah di mulut kemarau merekaHanyalah hujan menyembur asin Dan sepah kecewa tersisa di lidah kelojotan.

Menjelmakah mereka jadi pemburuMenyusuri rawa tempat rahasia para dewaYang kau tanam duluSaat lumpur membaluri sekujur tubuhmu?

Kini mereka menunjukkanmu lambungDi mana bahkan angin tak sudi singgah Usai penglihatanmu tenggelam di sana

Mereka mengasingkan gua lubang hitamBekas matamu merekam dan berkaca:

Setiap memancar sajak-sajak sedihYang menawarkan pil pengantar tidurAgar menelungkupkan sepasang kelopakMatamu yang gagal menolak cinta.

Di gua masih ada sisa darah menetes Sulur koyak dinding daging menjuntaiJadi persembunyian bagi kami penyairSemedi seperti seorang utusan bermalamHingga menerima turunnya wahyu pertamaUntuk diwasiatkan sebagai mata angin.

Tapi matamu hanya lubang di tengah mimpiAnak yatim kepada seorang perempuanYang merebus batu di dapur jarang terciumAroma rempah-rempah.

M a t a P u i s i | 7

Muhammad Malikul Alam

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 8: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Dan sabdamu tentang indah kota usai butaMakin tampak terang serupa surgaHanya kebohongan yang kau sembunyikanDi balik dinding bekas matamu tersimpan.

Maafkanlah ketidaksopanan kami, Penyair.Bahwa dalih itu kesakitanmu yang rembesUsai khianat lantang menggemaMemantul dari gua hati kecil kaummuKaum penghuni rawa-rawa itu.

Semarang, 14 Juni 2020

M a t a P u i s i | 8

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 9: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Bayangkan(Atas Mata Penyair, Abad 20 dan Simfoni-nya Subagio)

Bayangkan… Jika semua orang di awal abad 21 ini sudah sama seperti mereka yang terlahir sebagai generasi bunga--dan Hippie dan tak ada satu pun jiwa seorang yang lagi kukuh berebut pada tujuan suci: perang-perang agama, perang kebudayaan, perang ideologi, hegemoni, perang filsafat, high politics? tetapi, toh nyatanya justru yang muncul apa yang paling menakutkan, yaitu perang demi kerakusan yang terbuka, juga sekaligus perang-perang yang dibalut oleh iman kepada semua itu

Bayangkan… Jika semua orang di zaman ini mendengar dan menghayati kisah Bapa McKenzie yang setiap akhir pekan berkhutbah di atas mimbar gereja tentang kesepian hidup Eleanor Rigby yang kaleng berasnya selalu kosong hingga ia mati dan seusai prosesi penguburannya Bapa McKenzie hanya pulang murung, tetapi, toh nyatanya memang sulit sekali menemukan kasih yang terpancar luas dari cahaya khutbah di luar tempat ibadah kecuali, sebagai momen perayaan keagamaan atau charity

Bayangkan… Jika semua orang di awal abad ini telah beralih kepada rasa kemanusiaan yang tak terhalang oleh sekat dan pintu-pintu untuk mendirikan ketentraman, kebahagiaan bersama di bumi, tetapi, toh ternyata Manusia Terakhir Fukuyama tak sama dengan Manusia Terakhir yang dibayangkan oleh John Lennon misalnya; meskipun nafas -nafas murni itu selalu hadir di sana mengatasi dingin tubuh manusia dan dengan tabah sebenarnya telah selalu sanggup menyapa ghetto-ghetto yang terkucil

M a t a P u i s i | 9

Shiny El Poesya

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 10: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

(Tembok Berlin runtuh. Sebuah negara pelopor penjelajahan ke luar angkasa bubar dan menjadi penanda akhir perang dingin, tetapi, toh semuanya tetap di sana: orang-orang yang kesepian yang tetap kesepian dalam menjalani hidupnya dan dalam waktu, mereka sendiri pada akhirnya sungguh tak peduli lagi asal-usulnya dari mana, dan hendak pergi ke mana, bahkan tak ke luar dunia seperti kepada megah istana langit, sungai-sungai susu bertelaga jika hanya, untuk kembali bertemu orang-orang kaku yang sama

Bayangkan… Jika mereka pada akhirnya sama seperti Huntington berbisik, bahwa setelah perang dingin adalah memang hanya sebentuk perang dingin lain, dan setelah negara-negara merdeka, toh manusia justru makin terbelenggu oleh benturan kepentingan yang dibalut atas nama identitas dan ternyata, kebangkitan lain semacam agama hanya menyeruak sebagai gaduh yang serupa di atas kertas kerja para peneliti dan sarjana; wave yang tak kalah membingungkan sebagaimana silang konflik masa silamnya

Ledakan-ledakan bom yang menggetarkan dada yang tak dapat dihentikan dan perang di Timur Tengah yang terus meletusyang menjadi menu sarapan mewah sehari-hari, layar televisi mengulang-ulang berita perebutan sumber daya alam yang tiada kunjung reda dari pekan-pekan pada 1991 hingga munculnya berbagai proxy dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang giat berlomba menampung dana ventura, merumuskan program urbannya di tengah kemiskinan yang masih merajalela

Bayangkan… Jika mereka pada akhirnya ikut berbisik, “Jika benar di luar sana memang ada surga--namun tak ada cukup cinta, dan di dunia yang penuh drama ini tetap begitu gersang bagai halaman depan neraka: kemiskinan yang memakan daging jiwa, kesepian yang menyesap tubuh hingga kering keronta, rasa keasingan di depan segala kesibukan bisnis dan kerja, pada wacana perpolitikan, maka di antara isu: HAM, Gender, Global Warming, After Walfare State, etc. di manakah kesempatanan kita bertinggal-bahagia sesungguhnya?”

M a t a P u i s i | 1 0

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 11: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Bayangkan… Ya… sudah semestinya kita meluangkan waktu, paling tidak di sini, pada detik ini, pada menit ini, pada khidmat (Mata) Puisi sekali lagi, turut membayangkan bahwa di sana, selain ketidakpastian hidup yang ditemukan seberes abad filsafat dan bentang metafisika, atau sekadar diskursus estetika, tepat persis di batas antara bayang-bayang dan kaki-kaki mungil kita sebagai warga dunia yang konon jatuh dari peluk pohon paling suci dan paling purba, ada pintu lain menuju ke masa hidup yang benar-benar baru dan berbeda

Ya, bayangkan meskipun itu toh ternyata terbukti kembali--nanti sekadar permainan lambang dan omong-kosong yang tak berarti di luar dari karya-karya tangan manusia yang sudah ada, dan kembaliambur di dalam segala yang pernah terlupakan oleh bahagia sementara, di dalam segala sunyi dan jeda, dari batas tipis abadi antara dua Apa. Seperti ketika aku kini jatuh kembali pada kebimbangan kata-kata di depan Waltz pada A Minor milik Chopin yang pernah terlupakan dari dada, setelah pernah pula terlupakan dari sejarah penciptaannya--

5 September 2014--2020

M a t a P u i s i | 1 1

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 12: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Bertemu Midasdi Pagi Buta

1sebab ia buta, maka dirabanyaselembar dunia sebagai tanda tanyaseperti ada bahasa yang berdiamdi ujung jemarinya; menyimpan katayang kini tinggal bisu semata

2sudah ia lupakan catatan-catatantentang alkimia; reaksi sulfidayang dulu melepuhkan wajahnyaatau nitrat yang menguji kerassebongkah logam mulia

3tetapi matanya memang tak pernahdisentuh jemari midas. tak adatangis yang berderai menjadi emastinggal subuh yang beranjak panasmembakar sekujur pertanyaannya

Solo, 2020

M a t a P u i s i | 1 2

Gilang Perdana

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 13: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Sepasang MataPenyair Tua

di ceruk mata, dunia berubah bakamenyimpan cericit sorgawi

orang-orang datangmelagukan kabungdan isyaratsebelum badai penghabisanmengirim bisik rahasia

penyair! tubuh yang dipanggang bunga-bunga bahasaluruh sebagai biang katamenggambar matahari yang lain

(seonggok puisitanpa dagingdan tangisan pura-pura)

ke ceruk tatapanmu, sungai-sungaimemilih singgahmencicip bayang mukjizatdinubuatkan jerit kitab

angin yang lingsirmenembangkan bising musimberkirim geletar ke telingamutelinga yang sabar menampung amuk limbubu, ngiau silam kenangan, dan derap imaji takbermata

banjarbaru, juni 2020

M a t a P u i s i | 1 3

Muhammad Daffa

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 14: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Hilangnya PenyairTanpa Mata

Penghubung mulut dan hatiadalah matabatas tipis kebaikan dan keburukandan keraguan untuk melakukan keduanyarakyat yang merangsak ke mukamudan meminjam matamu dulu itusekarang telah pandai berkata-kata,memilih warna jas dan benderadan mampu merias desa serupa kota

M a t a P u i s i | 1 4

Arfian Rizky Pratama

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Di balik kaca jendela keretamalam membuat penumpang tak tahu arahtak jelasmenghadap kemanakah kepala kereta?Apakah ke kota atau ke desa?Tapi tunggu sebentar, bungini bukanlah dua puluh tujuh tahun lalusekarang kau tak bisa memilih pergi ke kota atau ke desapenguasa telah merias desa serupa kotadan kota ?Kota yang ada di puisi lamamu itu sudah tidak adasudah jadi sarang hewan pengerat,sarang anjing atau sarang sejenis keduanya

Page 15: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

M a t a P u i s i | 1 5

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Hari ini masih malamkereta ekonomi ini terus berjalandan penumpang yang masih tak tahu arahadalah rakyat yang tak mampu bersuaradi balik kaca jendela keretaaku tertawa tanpa mengeluarkan suara

Kediri, Juni 2020

PNegara tak pernah mengakui tanda pengenalkeberadaan hanya diakui dalam bentuk suarasekarang rakyat yang benar-benar miskinadalah mereka yang tak mampu bersuarapenguasa dari tahun ke tahun tetap samaberjas dan berbendera warnacelakanya,penyair selalu bermata dan mengenali warnarakyat telah kehilangan penyair tanpa mataseperti negara kehilangan satu per satu desanya

Page 16: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

EksepsiMata penyair itu menatap.Aku terbawa ke sebuah ruangseperti ruang sidang. Namun, karpet hijaunya melapisi semua dinding,jendelanya terbuat dari kaca riben dan di sebuah kursi zaman duduk seperti hakim.“Ini persidangan?”

“di dalam peradaban pasti,perbuatan tidak efektif dan tidak jelas, seperti yang dilakukan sisyphus,harus dibrantas, karena tidak sesuaidengan peripembangunan dan perikemajuan.dan perbuatan saudara penyair ialah semacam itu!”Ternyata kota baru saja mendakwaku.

Akhirnya, aku mengetahui kemana arah perkaranya.Aku tertawa dan kubacakan puisi setengah eksepsi ini:

“di ruang kedap ini, kita membunuh bahasaKarena suara parau asal kata yang kita perdebatkan sekarang, kita acuhkan.Maka, menurut hemat saya,ruang kedap ini adalah nerakadan kita semua adalah sisyphus”

Lalu, sedikit kulubangi leher yang sejak tadi gatal dan sumbat.

“Tuan sekalian, inilahsejumput udara yang saya selundupkan tadi”

M a t a P u i s i | 1 6

Ahmad Maghroby Rahman

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 17: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Huruf-hurufku yang biasa dan mungilterbang lugu seperti renikmembelah diri memenuhi ruanganmerenggut kematianmengakali pori-porimemberi jalan bagi suara-suara parau itu.

M a t a P u i s i | 1 7

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 18: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Usulan Aneh dari OrangButa untuk Orang Mati

: subagio sastrowardoyo

seperti puisi, kegelapan adalah apartemen seribu lantaidari tiap bilik seluruh dunia hadir berebuttapi aku cuma bayangan bersandar di tanggahidup dalam malam yang panjang!

penyairku, kepada seribu kekasih aku bisikkan: pinjami aku matamupinjami aku bibirmu, tapi dunia bagai bayi berontaktangisnya tetaskan kupu-kupu terbang canggung di taman angkasa – adakah kau tengah berlarian di sana?

sementara orang-orang menyaru dirimumenyaring puisi dari embun dan air lautmasa depan berlayar di atas kapal plastik menuju kerajaan imitasimanekin rakyat seperti tiang patah menyangga badai dan protesmeski sejak awal pandanganku diisi kekosongandi dalam kegelapan kudengar pikiran mereka berpesta rayakan kebutaan massal ini dengan api, arak-arakan mayat ke pasar pagianak-anak menyeret mimpi semalamke jalanan asing

M a t a P u i s i | 1 8

Nandya Alifya Rahmah

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 19: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

tak kutemui kegelapanmu – tak terjangkau

seolah bisikan menuntutku menembusnya: keasingan itusegala pedang dan keberanian dalam cerita tua kusulut aku baca buku-buku asin tapi jiwaku menjelma kristal rapuhbulan yang hidup dalam ingatan adalah wajah kekasih terampasseribu kenangan berpintu kususur, hingga seluruh kepedihanmengubah kulitku jadi makam

ke sanalah sejarah istirahat dalam selimut debu museum dan monumen runtuh – puisimu, puisi siapapun: sudah saatnya dipajang dalam etalase!

sebab cahaya tak tercipta, penyairkuselama berjalan dalam labirin huruf dan spasiaku tak bisa bernafas seperti orang-orang bernafasaku adalah angin ganjil yang lenyap di tiga perempat lorongataukah aku harus berharap pada telapak tangan kosong seperti kekosongan awal bumiagar peta tergelar di tengah mahsyar sunyi ini

lalu garis-garis gaib menandai jalan-jalan gaib menuju angkasa luarmudan kebutaanmu menerjemahkan diri dalam kebutaankuaku pun naik menemanimu mengejari kupu-kupubersaksi atas warna-warni kegelapan

2020

M a t a P u i s i | 1 9

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 20: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Rengkuhan Tafsir                        Penyair buta itu duduk di jendela dan tertawa                        Menghadap kekota. Tanpa mata dilihatnya semua begitu indahnya.                         Begitu indahnya!.                       - Subagio Sastrowardoyo  berhadapan dengan gosipbersenggolan dengan berita palsuterselip dibalik fotogeniksyair abad ke dua puluh satuberdampingan dengan gedung-gedung tinggi moderenisasi

namun,ketika butir-butir kristal dari sudut mata itu bergulir jatuhsyair mengambil tempatnya kembalimerasuk pada hati yang kelu

entah kapan remaja itu bercerita dengan penyairbeberapa kutipan lewat pada layar persegi panjang bersinarditangkapnya dijadikanya kisah berikutnya luka itu sembuh,karena waktu dan juga sajak-sajak penyair itu

bahagia datang,kembali remaja itu pada otak penyair dijelajahinya kata-kata indahbait-bait puitisditulisnya lagi pada potret hitamremaja yang dipeluk penyair

M a t a P u i s i | 2 0

Aditya Prasadha

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 21: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Tafsir dari Lain GalaksiApakah mata di Bumi sama dengan mata di MarsApakah mata di Bimasakti sama dengan mata di AndromedaApakah mata penyair sama dengan mata alien di planet entah

Apakah ada orang miskin di planet entah bagaimana kalau di sana semuanya berkecukupanmaka tak ada adegan menjarah dan merenggut mata penyairku

Apakah ada pasir yang tercecer dari karungkalau ternyata di planet entah, di galaksi kesekianpasir tak akan tercecer karena ia begitu dijagalewat tangan makhluk menyerupai Midaspasir disentuh menjadi gedung-gedung peremuk Bumibukan mencakar langit semua telah melayang segala di udara

Bagaimana kalau ternyataemas yang diagungkan di planet penyairku ituhanya seperiuk tahi kalau berada di planet entah

Atau kemungkinan lainnya adalahbagaimana kalau bola mata penyairku yang telah direbus itudan masuk ke lambung orang-orang miskintelah tumbuh menjadi benih makhluk barubelum terdeteksi itu di berbagai kitab dan ensiklopedimenjadi entitas lalu membawakuke planet entah dan memusnahkan planet penyairkukarena begitu banyak bahasa harus dimengerti

M a t a P u i s i | 2 1

Galeh Pramudianto

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 22: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Di planet entah, di galaksi kesekian:

tak ada perang atas nama agamakarena semua telah menjadi Tuhan diri sendiri penuh firman dan kebajikan

tak ada mati kelaparan karena semua bibit pangantelah menanam dirinya masing-masing dan mudah tumbuh di mana sajatak ada orang kaya dengan kebodohan dan ketergesaansemua telah filantropi dan gemar menebar cuan

tak ada epigon menyamar menjadi hipogramkarena semua makhluk adalah nubuat pesan

tak ada lagu sumbang dan peristiwa berkabungtelah dihaturkan ode indah dan kekekalanlah berkubang

Tapi, penyairkuandai saja kubisa kembali ke masa silamdan membawamu ke sanake ruang Milkomeda hasil hempasankau tak akan kesepian lagiseperti saat kau berada di tepi karena di sini kau akan kembali

Apakah dunia saat ini membutuhkan Penyair dan puisi, penyairku?tentu aku tak mengharap jawabaku bertanya hanya agar dianggap masih seperti manusiabekas nenek moyangku dulu

Tapi, penyairkukini kita seolah-olah memandangdari luar lingkar tak terjangkauPadahal mata telah menjadi debu di zaman baru: mulut banal berkicau, jari limbung menari, telinga telah keledaiAdalah tafsir lain yang telahlesap ke hari-hari.

Juni, 2020

M a t a P u i s i | 2 2

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Page 23: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

M a t a P u i s i | 2 3

Me nafsir

Penaf

siran

Page 24: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

BUKU kumpulan puisi "The Gardener"Rabindranath Tagore terbit dalambahasa Inggris pada 1913. Sebelas tahunkemudian di Chile pada 1924, PabloNeruda menerbitkan buku puisinya yangkedua "Veinte Poemas de Amor y Unacanción Desesperada"yang sangat terkenal dan membuatnyamulai dikenal luas sebagai penyair. Salahsatu puisi dalam buku Neruda ia bericatatan:  Sajak ini adalah parafrase darisajak ke-30 dalam "The Gardener" karyaTagore itu.

Pada tahun 1913 itu pula, Tagoremendapat hadiah Nobel Sastra. Neruda,penyair muda yang agaknya merasa gagaldengan buku ertamanya, setahunsebelumnya, tentu penasaran denganTagore. Ia lalu mempelajari sajaknya, danmenuliskan apa yang ia sebuat sebagaiparafrase atas Tagore.

Membaca kedua sajak itu, saya hendakmenyimpulkan bahwa yang dilakukanoleh Neruda adalah menafsir sajakTagore. Ia membaca, menangkapesensinya, lalu menulis ulang dengan caradia. Bisa jelas di sini persoalan dasarmenulis puisi: mau omong apa danbagaimana cara enyampaikannya,Neruda menyampaikan pokok perasaaanyang sama dengan caranya sendiri.

M a t a P u i s i | 2 4

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Menafsir PenafsiranCatatan Penjurian

Itulah menafsir. Tapi tentu tak cumabegitu cara menafsir. Saya membayangkan penafsiran itu jugapekerjaan kreatif yang tak terbatas sekalikemungkinannya. Itulah yang terpikirKetika kami pertama merancang lomba"Menafsir Mata Penyair" ini. SajakSubagio Sastrowardoyo itu menggugatperan penyair, atau seniman umumnya,juga menggugat sikap dan anggapanmasyarakat pada senimanumumnya.

Hidup di negeri dengan penguasa yangsedang kuat-kuatnya, yang bolehdikatakan sedang berada di puncakkekuasaan, pada 1993, lima tahunmenjelang kekuasaan itu runtuh, menjadipenyair adalah pekerjaan yang gelisah.Menulis puisi seperti sebuah kemewahanyang tak berguna. Korban ketidakadilanpembangunan menuntut hal nyata, uang,beras, atau  emas seperti metafora yangdipakai dalam sajak Subagio untuk perutyang lapar.

Tapi benarkah begitu? Bagaimana jika adabanyak Neruda beramai-ramaimenafsirkan satu sajak Tagore? Ketikamembicarakan tema lomba menulis puisipertama majalah Mata Puisi - ya, pertamakarena akan ada lomba berikutnya,dengan tema dan ketentuan lain - saya

Dedy Tri RiyadiEditor Mata Pusi

Page 25: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

katakan ini pesertanya tak akan banyak.Hasan Aspahani bilang ya biar saja, justruitu yang ingin kita ketahui, seberapamampu para penyair kita membaca sajak-sajak bagus para penyair terdahulu.Apapun hasilnya, atau berapapunpesertanya akan jadi masukan buatmajalah Mata Puisi. "Kita tidak memburuuang pendaftaran juga tak hendakmelayani para pemburu e-sertifikat,"katanya.

Hasilnya ternyata menggembirakan.Kecuali beberapa sajak yang melencengjauh dari tema dan ketentuan, sajak-sajakyang masuk daftar penilaian menunjukkanbahwa para penyairnya telah benar-benarbekerja. Menafsir bukan sekadar menulisulang. Bukan pula menulis puisi yanglepas begitu saja dari sajak yangditafsirkan. Di antara dua hal itulahpenilaian kami bekerja. Di antara dua halitu pula kami mencoba melihat eksperimen membaca danmenulis para peserta.

Ada satu dua puisi yang sematamenuliskan tentang bagaimana seorangpenyair bekerja. Memang ada benarnya,bahwa itu salah satu cara menafsir sajakSubagio tersebut. Meski, hal semacam itubaru menyentuh pada kulit luar sajabahwa dalam sajak Subagio itu adaseorang penyair yang dengan karyanyabisa seperti Raja Midas yang menyentuhapapun menjadi emas. Cara lainnya,memperlakukan penyair dalam sajakSubagio itu sebagai seseorang yang dekatdengan aku lirik dalam puisi mereka,seperti seorang kekasih. Sehingga yangtimbul adalah puisi atau sajak yang seolahturut merasakan duka seorang yangdicopot matanya atau dibutakan.

Beberapa penyair yang mengirimkankarya yang isinya seperti membuat suatu

M a t a P u i s i | 2 5

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

respon setelah mata penyair itudihilangkan, bagaimana ia bisamemandang isi dunia dan permasalahannya. Ada juga yangmengambil sisi masyarakat yangberseberangan dengan penyair dalamsajak Subagio itu. Ada juga yangmenganggap peristiwa dalam sajakSubagio itu jelas suatu pengandaianbelaka, sehingga ia menulis sajak tentangpermainan menutup mata seperti ketikakita sedang berpetak-umpet. Bahkan, adajuga yang menepikan sajak itu, danmempertanyakan bagaimana jika tidakseperti itu?

Beberapa dari para penyair melakukantafsir yang cukup modern, tidak hanyasoal diksi, atau simbol, tetapi jugaperistiwa faktual yang diangkat sepertikasus Novel Baswedan, seorang penegakhukum yang cacat matanya karena tindakkejahatan yang terorganisir dan belumbisa diusut sampai akarnya. Mengandaikan pada peristiwalain, mempertanyakan beberapakemungkinan lain, dan menawarkanjawaban atas suatu pertanyaan yangdiambil dari peristiwa dalam sajak Subagioitu agaknya menjadi arus utama dalammenafsir sajak tersebut. Sehingga bisadidapatkan beberapa puisi baru yangjustru begitu luas pertautannya, tidaksemata pada peristiwa dalam sajak itutetapi sampai pada sajak-sajak Subagioyang lain, bahkan sajak-sajak para penyairlainnya.

Selain itu, ada pula upaya menyegarkansajak itu dengan istilah percakapan masakini. Meski sayangnya belum sanggupmenjadikan sesuatu yang baru. Ada jugayang meringkas dan meringkus sajak itudalam puisi-puisi pendek penuhpermenungan.

Page 26: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Tiga kali sesi penjurian, kami salingmengajukan argumentasi untuk setiapjudul puisi yang ada tanpa melihat siapayang menuliskannya, digelar untuk; a.menelaah konteks tafsiran terhadap sajakSubagio, b. menimbang kekuatan dankeberhasilan puisi tersebut sebagai satupuisi yang berdiri sendiri dan bisadilepaskan dari sajak Subagio tersebut,dan c. berusaha melakukan pemeringkatansesuai dengan kualitas masing-masingsajak agar ada juara satu dan lima puisiterpilih seperti dalam pengumumanlomba.

Telaah konteks tafsiran yang menjadisyarat utama sukses menggugurkanbanyak sajak kiriman peserta. Sepertitelah disebutkan di atas, ada kelemahan-kelemahan dari puisi-puisi itu yangmembuat kami terpaksa menganggapnyabelum sampai upaya menafsir. Persoalandalam sesi dua dan tiga penjurian justrulebih kepada kualitas masing-masing puisiyang pada akhirnya membuat kamiterpaksa harus bersepakat bahwa belumada yang layak untuk menjadi juarautama.

Puisi Shiny Ane El’poesya “Bayangkan”misalnya, mempunyai cakupan yangsangat luas dari sajak-sajak Subagio. Tidaksemata sajak Mata Penyair tetapi ada sajakSubagio yang lain. Namun masuk ke dalamkonteks menafsir pada sajak itu karenaada kata “bayangkan…” yang berulang,yang seolah memberitahu kepadapembaca mata penyair itu sudah tidak adasehingga ia harus membayangkankejadian-kejadian selanjutnya. Tetapi,sajak ini punya penghabisan yangmenurut kami berdua menurunintensitasnya dari bait-bait sebelumnya.

Begitu pula dengan puisi Arif FitraKurniawan “Kesaksian Seorang Ahli Tata

M a t a P u i s i | 2 6

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Bahasa” yang jelas selain berkonteks kuatterhadap sajak Subagio yang pada bagianakhir ditautkan dengan “Di dalamkegelapan merajalela yang kukisahkan,”dan mampu menjadi puisi yang terpisahkarena tidak hanya Subagio yang ia tarikke dalam puisinya itu tetapi juga puisi-puisi Dina Oktaviani, pun memilikipenurunan kekuatan pada larik akhir,terlebih dengan pembubuhan tanda tanyadi dalam kurung.

Juktaposisi aku lirik yang mendengar laluberubah seolah turut menghakimi di akhirsajak “Lubang Mata Subagio” karyaMuhammad Malikul Alam adalahkelemahan utama pada puisi itu, meskipuisi itu memang berhasil menafsir danmenjadi puisi tersendiri dari sajak yangditafsirnya itu. Selain kesepakatan bahwatidak ada pemenang utama, kamimemutuskan untuk memilih 10 puisiterbaik dalam ajang lomba menafsir sajak“Mata Penyair”  karya SubagioSastrowardoyo ini.

Jakarta, 15 Juli 2020

Page 27: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Galeh Pramudianto, kelahiran 1993. Bekerjasebagai pendidik dan salah satu pendiri platformPenakota.id. Buku puisinya Asteroid dari Namamu(2019) diterjemahkan ke bahasa Inggris lewatbeasiswa Komite Buku Nasional. Ia menerimapenghargaan Acarya Sastra 2019 dari BadanPengembangan Bahasa dan Perbukuan,Kemendikbud. Puisinya “Barus, Suatu Pertanyaan”melaju di Majelis Sastra Asia Tenggara 2020.

M a t a P u i s i | 2 7

Don

asi l

angg

anan

Rp2

5.00

0 (R

ek. 8

2102

7804

5 B

CA

a.n

Dhi

ana)

Ahmad Maghroby Rahman lahir di Situbondo, 31Mei 1999. Saat ini sedang menempuh pendidikanS1 Antropologi Sosial FISIP UI. Menulis puisi,bergiat di Komunitas Puisi Aksara Jingga danKomunitas Literasi Situbondo.

Arfian Rizky Pratama, lahir 4 Maret 1998, asalKediri, bersekolah di SDN Grogol 2, SMPN 1 Grogol, dan SMAN 2 Nganjuk. Sekarang menjadimahasiswa Universitas Negeri Malang tepatnya diprodi S1 MATEMATIKA angkatan tahun 2017.instagram @arfiancop.rp

Muhammad Daffa, lahir di Banjarbaru,Kalimantan Selatan, 25 Februari 1999. Puisi-puisinya dipublikasikan di Radar Banjarmasin,Banjarmasin Post, Harian Analisa, Lokomoteks,Majalah Santarang, Buletin JEJAK, Radar Selatan,Harian Rakyat Sultra, Koran Merapi, RadarTasikmalaya, Majalah Santarang, Biem.co,Magrib.id, dan Asyikasyik.com. Buku puisitunggalnya Talkin (2017) dan Suara Tanah Asal(2018). Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia,Universitas Airlangga, Surabaya. Bergiat di grupdaring “Kelas Puisi Bekasi”.

Gilang Perdana, lahir di Solo, 12 November 1987.Lulusan Ilmu Sejarah, Universitas Sebelas MaretSurakarta. Sekarang bekerja sebagai laborat dipabrik mainan.

Arif Fitra Kurniawan, lahir di Semarang, pada 22Juni 1985. Menulis sejak sekolah dasar, puisi,cerpen, esai, dan cerita anak. Sejumlah tulisandimuat di Suara Merdeka, Jawa Pos, Koran Tempo,Buletin Sastra Pawon, Majalah Basis, JurnalTanggomo, dan Buletin Hysteria. Mengikuti TSI-4Ternate pada tahun 2011. Lolos kurasi untukmengikuti Ubud Writers and Readers Festival 2012dan di Pertemuan Penyair Nusantara (PPN Ke VI)tahun 2012, di Jambi. Buku puisinya Eskapis, terbittahun 2014. Lulusan Magister Ilmu KomunikasiUniversitas Diponegoro ini masih aktifmenggiatkan komunitas Lacikata dan Kelab BukuSemarang. Sehari-hari bekerja di ruang komunalBaca Buku Dulu, sebuah ruang berbasis literasidengan konsep toko buku—perpustakaan—wadahkomunitas di Semarang. Akun media sosialinstagram: @bacabukudulu, @pelantang_bacaan.

Mokhamad Malikul Alam, singgah di Pesantren Al-Manshuriyah Semarang dan pengajar di SMP IslamTerpadu PAPB Semarang. Karya terbaru bukupuisi “Sajak dan Perih Satu Fragmen” (2019). Puisipernah terpublikasikan di Kibul.in, Suara Merdeka,Solopos, dan Republika. Bisa disapa di [email protected], facebook/instagram: Malikul Alam atau nomor 085943031904.

Nanda Alifya Rahmah, lahir di Surabaya, 1994.Menulis puisi, esai dan cerpen. Menyelesaikanstudi Sastra Indonesia di Universitas Airlangga,berkesenian di Teater Gapus Surabaya, FS3LP,Komunitas Timur Lawu, dan No-Exit Theatre.Berbagai karyanya termuat di koran TEMPO, PanjiBalai, Majalah Suluk (Dk Jatim), Buletin Literati,Harian Bangsa, buruan.co, dan lain-lain. Jugatermuat dalam antologi bersama: Kartograf (DKJT2016), Tenung Tujulayar (Gerilya Sastra JawaTimur; DKJT 2014), Mutasi Genetik (SastraIndonesia UA 2012), Ladang Jembalang (SastraIndonesia UA 2013), Darah Dari Bumi Syuhada(Forum Aktif Menulis 2013) dan sejumlah antologibersama lainnya. Ikut serta dalam Temu SastraMPU XI di Lembang pada tahun 2017. Antologitunggal pertamanya Sungai Hayat terbit 2015.Manuskrip kumpulan puisinya Kapalaranmemenangkan Sayembara Buku Sastra DK-Jatim2017. Pada tahun berikutnya, esai kritik sastranyaPuitika Kematian terpilih sebagai karya terbaikSayembara Kritik DK-Jatim. Bisa disapa melaluiInstagram @nandaarah.

Shiny Ane El'poesya, lelaki yang amat mencintaiibu, kekasih dan adik perempuannya. Lahir pada 11Juni 1991. Pernah melihat Bulan Kembar pada usiataman kanak-kanak. Menerbitkan secara resmiantologi puisi pertamanya pada tahun 2017 denganjudul “Kotak Cinta”, antologi keduanya pada tahun2019 berjudul “Sains Puisi”, dan pada akhir bulanJuni 2020 diperkirakan terbit bukunya yang ketiga:Bidadari Masehi. Puisi, baginya bukanlah sebatasdunia tulis-menulis.

Aditya Prasadha, lengkapnya I Made AdityaPrasadha, kelahiran Bali tepatnya di desaSangkaragung, 24 Desember 1995. Kecintaanmenulis sejak kecil, suka mengikuti lomba tulismenulis sejak kelas empat sekolah dasar. Sekarangsuka menulis di story instagram, yang lebihdikenal istilahnya dengan "instapoet".

Page 28: Mata Puisi...panjang puisi Indonesia. Hari ini puisi ditulis banyak orang, disebarkan di media sosial yang riuh berebut perhatian dengan teks-teks lain. Kami ingin menampung apa yang

Mata Puisi Donasi Langganan: Rp25.000 / edisiRek. 8210278045 BCA Cab. Batam (a.n. Dhiana D.)OVO dan GOPAY di 081902601010DANA di 081218114482PAYPAL di email [email protected]

Emailkan bukti transfer ke [email protected]

Majalah puisidalam format PDF,

didistribusikanlewat emailpelanggan.

www.matapuisi.com