master plan - pertanian.go.id sumatera... · master plan pengembangan kawasan tanaman hortikultura...

222
MASTER PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN HORTIKULTURA PROVINSI SUMATERA SELATAN Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan 2016

Upload: hoangdang

Post on 03-Mar-2019

279 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

MASTER PLANPENGEMBANGAN KAWASAN HORTIKULTURA

PROVINSI SUMATERA SELATAN

Dinas PertanianTanaman Pangan Dan Hortikultura

Provinsi Sumatera Selatan2016

Page 2: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

ii

KATA PENGANTAR

Tim Penyusun Master Plan Pengembangan Kawasan TanamanHortikultura di Provinsi Sumatera Selatan memanjatkan puji syukur kehadhirat Allah SWT atas karunia, rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkankepada Tim dengan telah diselesaikannya Dokumen Master PlanPengembangan Kawasan Hortikultura di Provinsi Sumatera Selatan tahun2016. Dokumen Master Plan ini disusun melalui proses identifikasi dananalisis terhadap komoditi tanaman hortikultura (cabai, bawang merah danjeruk) yang menjadi unggulan di Sumatera Selatan, pada 6 wilayah kawasanyang telah ditetapkan secara nasional meliputi Kabupaten OKI, OKU, OganIlir, Banyuasin, Musi Rawas dan Kota Palembang.

Dokumen ini dalam pemanfaatannya dapat digunakan oleh PemerintahProvinsi Sumatera Selatan khususnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan danHortikultura Provinsi Sumatera Selatan sebagai pedoman arahan (direction)bagi pengembangan tanaman hortikultura dengan pola pengembangankawasan di Sumatera Selatan yang tepat dan terarah, bersifat strategis,berskala besar, dan berdurasi panjang dengan memperhatikan berbagaifaktor yang melekat pada konteks, situasi, dan lingkungan pengembangan,sehingga dapat mengantarkan pada pencapaian tujuan dengan tingkatefektivitas dan efisiensi yang tinggi. Bagi masyarakat/investor danstakeholders lainnya, dokumen ini bermanfaat sebagai dokumen yang dapatmemberikan informasi tentang komoditi unggulan tanaman hortikultura diProvinsi Sumatera Selatan yang memiliki potensi untuk berswasembada,sekaligus menjadi referensi bagi instansi serta sektor terkait untuk menyusunprogram pengembangan industri/komoditi unggulan khususnya pada wilayah-wilayah kawasan di Provinsi Sumatera Selatan yang bersinergi.

Tim mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi kepada semuapihak yang telah berkontribusi bagi tersusunnya dokumen ini, terutamakepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi SumateraSelatan yang telah memfasilitasi pelaksanaan penyusunan Master PlanPengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura di Provinsi Sumatera Selatan.

Palembang, Desember 2016

Tim Penyusun

Page 3: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

iii

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN…………………………………………………………...... I-11.1. Latar Belakang……………………………………………………… I-11.2. Tujuan…………………………………………………………………. I-41.3. Hasil Yang Diharapkan…………………………………………… I-41.4. Sasaran……………………………………………………………….. I-4

II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PENGEMBANGANKAWASAN TANAMAN HORTIKULTURA……………………………… II-12.1. Komoditas dan Calon Lokasi………………………………….. II-12.2. Misi Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten Kota.. II-72.3. Tujuan Pengembangan Komoditas dan Kawasan

Tanaman Hortikultura……………………………………………. II-132.4. Sasaran Pengembangan Komoditas dan Kawasan

Tanaman Hortikultura……………………………………………. II-14

III. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR…………………….. III-13.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan Kawasan dan

Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura…………….. III-13.2. Tinjauan Pustaka dan Hasil-Hasil Kegiatan Terdahulu III-53.3. Tantangan dan Permasalahan Pembangunan

Pertanian (Spesifik Komoditas dan Kawasan)…………… III-103.4. Landasan Teori Pengembangan Kawasan dan

Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura…………….. III-133.5. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Studi…………………… III-243.6. Kerangka Pemikiran Penyusunan Masterplan dan

Rencana Aksi………………………………………………………… III-25

IV. METODOLOGI………………………………………………………………... IV-14.1. Jenis data dan Sumbernya…………………………………….. IV-14.2. Metode Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data.. IV-14.3. Metode Pendekatan dan Pelaksanaan Studi……………… IV-24.4. Metode Penyusunan dan Rencana Aksi……………………. IV-3

V. POTENSI WILAYAH KOMODITAS UNGGULAN DANKAWASAN TANAMAN HORTIKULTURA……….... V-15.1. Aspek Kondisi Umum Wilayah………………………………… V-15.2. Aspek Agroekologis dan Lingkungan………………………. V-45.3. Aspek Ekonomi dan Perekonomian…………………………. V-125.4. Aspek Sarana dan Prasarana Penunjang…………………. V-23

Page 4: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

iv

Halaman

5.5. Aspek Kelembagaan……………………….…………………….. V-315.6. Aspek Sumber Daya Manusia…………………………………. V-335.7. Aspek Teknis dan Gangguan Produksi…………………….. V-375.8. Aspek Kebijakan……………………….…………………………… V-385.9. Aspek Pertanian……………………….…………………………… V-42

VI. ANALISIS PERENCANAAN……………………….………………………. VI-16.1. Analisis Biofisik Sumberdaya Lahan………………………… VI-16.1.1. Analisis Kesesuaian Lahan dan Agroklimat untuk

Pengembangan Kawasan Cabai………………………………. VI-36.1.2. Analisis Kesesuaian Lahan dan Agroklimat untuk

Pengembangan Kawasan Bawang Merah………………… VI-66.1.3. Analisis Kesesuaian Lahan dan Agroklimat untuk

Pengembangan Kawasan Jeruk………………………………. VI-86.1.4. Perencanaan Pengembangan Kawasan Berdasarkan

Aspek Biofisik Sumberdaya Lahan…………………………… VI-116.2. Analisis Ekonomi dan Perekonomian………………………. VI-426.3. Analisis Sarana dan Prasarana Penunjang……………….. VI-536.4. Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya………………. VI-626.5. Analisis Kelembagaan……………………….…………………… VI-646.6. Analisis Sumber Daya Manusia……………………………….. VI-666.7. Analisis Teknis Tanaman Hortikultura……………………… VI-686.8 Analisis Pengolahan, Perdagangan dan Konsumsi

Perdagangan Hasil Pertanian…………………………………. VI-756.9. Analisis Kebijakan dan Pembiayaan…………………………. VI-776.10. Analisis Pelaku dan Pemangku Kepentingan

(Keterkaitan antar Program dan Antar Sentra danAntar Kawasan atau Antar Klaster) ………………………… VI-78

6.11. Analisis Model dan Desain Pengembangan KomoditasUnggulan dan Kawasan Hortikultura……………………….. VI-81

VII. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN……………………… VII-17.1. Strategi Pengembangan………………………..………………. VIII-17.2. Program Pengembangan………………………..……………… VII-3

VIII KESIMPULAN DAN SARAN………………………..…………………….. VIII-18.1. Kesimpulan………………………..………………………………… VIII-18.2. Saran………………………..…………………………………………. VIII-2

Page 5: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman Hortikultura Berdasarkan ProduksiKomoditas per Kabupaten di Provinsi SumateraSelatan Tahun 2014………………………..…………………… III-6

Tabel 5.1. Kondisi Umum Wilayah-Wilayah Kawasan TanamanPangan dan hortikultura di Provinsi SumateraSelatan, 2015………………………..……………………………. V-4

Tabel 5.2. Luas Lahan per Kabupaten/Kota Dirinci MenurutPenggunaannya di Sumatera Selatan Tahun 2013-2015………………………..…………………………………………. V-8

Tabel 5.3. Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara MenurutBulan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015……… V-9

Tabel 5.4. Rerata Tekanan Udara, Kecepatan Angin danPenyinaran Matahari Menurut Bulan di ProvinsiSumatera Selatan, 2015………………………..……………… V-10

Tabel 5.5. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulandi Provinsi Sumatera Selatan, 2015……………………….. V-11

Tabel 5.6. Rerata Kondisi Aspek Agroekologis dan LingkunganPada Wilayah yang Telah Ditetapkan SebagaiKawasan di Provinsi Sumatera Selatan…………………..

V-12

Tabel 5.7. PDRB atas Dasar Harga Berlaku Komoditi Pertaniandi Provinsi Sumatera Selatan (Juta Rupiah) ……………. V-13

Tabel 5.8. Kontribusi Sektor dan Sub Sektor Pertanian Provinsiterhadap PDRB Sumatera Selatan, 2015………………… V-15

Tabel 5.9. Perkembangan Rerata Harga Produsen TanamanCabai pada Wilayah Kawasan Tahun 2009-2015……… V-16

Tabel 5.10. Perkembangan rerata harga produsen tanamanBawang Merah pada wilayah kawasan tahun 2009-2015…………………..………………………………………………. V-17

Tabel 5.11. Perkembangan Rerata Harga Produsen TanamanJeruk pada Wilayah Kawasan Tahun 2009-2015……… V-18

Tabel 5.12. Hasil Analisis Usahatani Cabai pada Wilayah Kawasanper Musim Tanam…………………………………………..……. V-19

Tabel 5.13. Hasil Analisis Usahatani Bawang Merah pada WilayahKawasan per Musim Tanam………………………………….. V-20

Tabel 5.14. Hasil Analisis Usahatani Jeruk pada Wilayah Kawasanper Musim Tanam…………………..…………………………… V-21

Tabel 5.15. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Pendudukdi Sumatera Selatan dan pada Wilayah Kawasanyang Ditetapkan………………………………………………….. V-22

Page 6: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

vi

Halaman

Tabel 5.16. Bantuan Alsintan Melalui Program Upsus Tahun 2015pada Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan…………….. V-25

Tabel 5.17. Panjang Jalan Menurut Kabupaten/Kota dan JenisPermukaan Jalan di Wilayah-Wilayah KawasanTanaman Pangan dan Hortikultura Di ProvinsiSumatera Selatan, 2015……………………………………….. V-26

Tabel 5.18. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan MenurutKabupaten/Kota di Wilayah-Wilayah KawasanTanaman Pangan dan Hortikultura di ProvinsiSumatera Selatan, 2015………………………………………. V-26

Tabel 5.19. Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jenis KendaraamMenurut Kabupaten/Kota di Wilayah-WilayahKawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura diProvinsi Sumatera Selatan, 2015…………………………… V-27

Tabel 5.20. Jumlah Bank Pemerintah, Bank PembangunanDaerah, Bank Swasta, dan Bank BPR di ProvinsiSumatera Selatan (unit), Tahun 2014…………………… V-30

Tabel 5.21. Jumlah Koperasi dan Anggota Koperasi MenurutKabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, 2014.. V-31

Tabel 5.22. Jumlah kelompok tani dan Gapoktan di ProvinsiSumatera Selatan, 2013-2014……………………………… V-32

Tabel 5.23. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian danPertumbuhannya pada Wilayah-Wilayah Kawasan diProvinsi Sumatera Selatan……………………………………. V-33

Tabel 5.24. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian di ProvinsiSumatera Selatan Menurut Golongan Luas Lahanyang Dikuasai……………………………………………………… V-34

Tabel 5.25. Jumlah Petani Sektor Pertanian dan Sub SektorTanaman Pangan dan Hortikultura di ProvinsiSumatera Selatan tahun 2013……………………………… V-35

Tabel 5.26. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian dan RumahTangga Usahatani Tanaman Pangan dan Hortikulturayang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian PadaWilayah-Wilayah Kawasan di Provinsi SumateraSelatan Tahun 2013…………………………………………….. V-36

Tabel 5.27. Jumlah SDM yang Menangani Pelayanan Pertanianpada Wilayah-Wilayah Kawasan di Sumatera SelatanTahun 2015………………………………………………………… V-37

Tabel 5.28. Luas Masing-Masing Kabupaten dan Kota Di ProvinsiSumatera Selatan………………………………………………… V-43

Tabel 5.29. Penampilan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitasdan Produksi Tanaman Hortikultura di SumateraSelatan………………………………………………………………… V-44

Page 7: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

vii

Halaman

Tabel 6.1. Kesesuaian Lahan dan Agroklimat Wilayah KawasanCabai dengan Syarat Lahan dan Agroklimat yangDiinginkan Tanaman Cabai……………………………………. VI-5

Tabel 6.2. Kesesuaian Lahan dan Agroklimat Wilayah KawasanBawang Merah dengan Syarat Lahan dan Agroklimatyang Diinginkan Tanaman Bawang Merah……………… VI-8

Tabel 6.3. Kesesuaian Lahan dan Agroklimat Wilayah KawasanJeruk dengan Syarat Lahan dan Agroklimat yangDiinginkan Tanaman Jeruk……………………………………. VI-11

Tabel 6.4. Kondisi dan Potensi Komoditi Cabai di SumateraSelatan dan Wilayah Kawasan, Tahun 2015……………. VI-17

Tabel 6.5. Kondisi dan Potensi Komoditi Bawang Merah diSumatera Selatan dan Wilayah Kawasan, Tahun 2015 VI-28

Tabel 6.6. Kondisi dan Potensi Komoditi Jeruk di SumateraSelatan dan Wilayah Kawasan, Tahun 2015…………… VI-37

Tabel 6.7. Kebutuhan Sarana dan Prasarana di Tingkat PetaniUntuk Pengembangan Kawasan Tanaman Pangandan Hortikultura……………………………………………………

VI-54

Tabel 6.8. Penyediaan Jalan Berdasarkan Kecepatan Kendaraan,Lebar dan GSJ……………………………………………………… VI-55

Tabel 6.9. Standar Perencanaan Prasarana Drainase VI-57Tabel 6.10. Standar Kebutuhan Air Bersih………………………………… VI-58Tabel 6.11. Kebutuhan Jaringan Listrik……………………………………. VI-60Tabel 6.12. Kebutuhan Jaringan Telepon…………………………………. VI-61Tabel 6.13. Jumlah kawasan Tanaman Hortikultura Dari Berbagai

Kabupaten dan Kota di Sumatera Selatan………………. VI-69Tabel 6.14. Luas Total Kawasan Tanaman Hortikultura Untuk

Setiap Kabupaten dan Kota di Sumatera Selatan……… VI-70Tabel 6.15. Kawasan Berbagai Komoditi Tanaman Hortikultura di

Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)……………………… VI-70Tabel 6.16. Kawasan Berbagai Komoditi Tanaman Hortikultura di

Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKU)…………………….. VI-71Tabel 6.17. Kawasan berbagai komoditi tanaman hortikultura di

Kabupaten Ogan Ilir……………………………………………… VI-72Tabel 6.18 Kawasan Berbagai Komoditi Tanaman Hortikultura di

Kabupaten Banyuasin. …………………………………………. VI-73Tabel 6.19 Kawasan Komoditi Bawang Merah di Kabupaten Musi

Rawas…………………………………………………………………. VI-73Tabel 6.20. Kawasan komoditi Cabai di Kota Palembang………….. VI-74Tabel 7.1. Matriks Rencana Aksi Pengembangan Kawasan

Tanaman Cabai Di Sumatera Selatan……………………… VII-4

Page 8: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

viii

Halaman

Tabel 7.2. Matriks Rencana Aksi Pengembangan KawasanTanaman Bawang Merah Di Sumatera Selatan………… VII-6

Tabel 7.3. Matriks Rencana Aksi Pengembangan KawasanTanaman Jeruk Di Sumatera Selatan……………………… VII-8

Page 9: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 6.1. Peta Rencana Pengembangan Kawasan BudidayaPertanian………………………………………………………….. VI-15

Gambar 6.2. Peta Existing Kawasan Cabai di KabupatenBanyuasin………………………………………………………….. VI-18

Gambar 6.3. Peta Pengembangan Kawasan Cabai di KabupatenBanyuasin VI-19

Gambar 6.4. Peta Existing Kawasan Cabai di Kabupaten OganIlir…………………………………………………………………….. VI-20

Gambar 6.5. Peta Pengembangan Kawasan Cabai di KabupatenOgan Ilir……………………………………………………………. VI-21

Gambar 6.6. Peta Existing Kawasan Cabai di Kabupaten OganKomering Ilir……………………………………………………… VI-22

Gambar 6.7. Peta Pengembangan Kawasan Cabai di KabupatenOgan Komering Ilir………………………………………………

VI-23

Gambar 6.8. Peta Existing Kawasan Cabai di Kota Palembang VI-24Gambar 6.9. Peta Pengembangan Kawasan Cabai di Kota

Palembang………………………………………………………….VI-25

Gambar 6.10. Peta Eksisting Kawasan Cabai di Kabupaten OKU…. VI-26Gambar 6.11. Peta Pengembangan Kawasan Cabai di Kabupaten

OKU…………………………………………………………………… VI-27Gambar 6.12. Peta Existing Kawasan Bawang Merah di Kabupaten

OKU…………………………………………………………………... VI-29Gambar 6.13. Peta Pengembangan Kawasan Bawang Merah di

Kabupaten OKU………………………………………………….. VI-30Gambar 6.14. Peta Existing Kawasan Bawang Merah di Kabupaten

OKI……………………………………………………………………. VI-31Gambar 6.15. Peta Existing Kawasan Bawang Merah di Kabupaten

OKI……………………………………………………………………. VI-32Gambar 6.16. Peta Existing Kawasan Bawang Merah di Kabupaten

Musi Rawas………………………………………………………… VI-33Gambar 6.17. Peta Pengembangan Kawasan Bawang Merah di

Kabupaten Musi Rawas………………………………………… VI-34Gambar 6.18. Peta Existing Kawasan Bawang Merah di Kabupaten

Banyuasin…………………………………………………………… VI-35Gambar 6.19. Peta Pengembangan Kawasan Bawang Merah di

Kabupaten Banyuasin………………………………………….. VI-36Gambar 6.20. Peta Eksisting Kawasan Jeruk di Kabupaten OKU…… VI-38Gambar 6.21. Peta Pengembangan Kawasan Bawang Merah di

Kabupaten OKU………………………………………………….. VI-67

Page 10: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

x

Halaman

Gambar 6.22. Peta Eksisting Kawasan Bawang Merah di KabupatenOI……………………………………………………… VI-68

Gambar 6.23. Peta Pengembangan Kawasan Bawang Merah diKabupaten OI……………………………………………………… VI-69

Gambar.6.24. Sistem Lembaga Otoritas Produksi TanamanHortikultura…………………………………………………………. VI-80

Gambar 6.25. Model Klaster Tanaman Komoditi Unggulan…………… VI-83Gambar 6.26. Pohon Industri Komoditas Cabai Besar………………….. VI-85Gambar 6.27. Pohon Industri Komoditas Bawang Merah……………… VI-87Gambar 6.28. Pohon Industri Jeruk…………………………………………… VI-89

Page 11: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

I-1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan pertanian ke depan harus dilandasi

optimalisasi sumberdaya yang dicirikan dengan keterpaduan kegiatan, lokasi,

pembiayaan maupun fokus komoditas. Pendekatan pengembangan kawasan

dirancang untuk meningkatkan efektifitas kegiatan, efisiensi anggaran dan

mendorong keberlanjutan kawasan komoditas unggulan.

Kawasan pertanian menurut administrasi pengelolaannya terdiri dari :

1. Kawasan Pertanian Nasional, merupakan kawasan yang ditetapkan oleh

Menteri Pertanian dengan kriteria :

1) Memiliki kontribusi produksi yang signifikan atau berpotensi tinggi

terhadap pencapaian produksi nasional;

2) Difasilitasi oleh APBN dan didukung APBD provinsi/kabupaten/kota;

3) Mengembangkan 40 komoditas unggulan nasional sesuai dengan Renstra

Kementan.

2. Kawasan Pertanian Provinsi adalah kawasan yang ditetapkan oleh Gubernur

dengan kriteria :

1) Memiliki kontribusi produksi yang signifikan atau berpotensi tinggi

terhadap pencapaian produksi provinsi;

2) Difasilitasi oleh APBD provinsi dan dapat didukung APBN sebagai

pendamping (untuk provinsi yang mengembangkan 40 komoditas

unggulan nasional);

3) Mengembangkan komoditas unggulan provinsi dan/atau 40 komoditas

unggulan nasional.

1

Page 12: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

I-2

3. Kawasan Pertanian Kabupaten/Kota adalah kawasan yang ditetapkan oleh

Bupati/Walikota dengan kriteria :

1) Memiliki kontribusi produksi yang signifikan atau berpotensi tinggi

terhadap pencapaian produksi kabupaten/kota;

2) Difasilitasi oleh APBD kabupaten/kota dan dapat didukung APBN sebagai

pendamping (untuk kabupaten/kota yang mengembangkan 40

komoditas unggulan nasional) serta dapat didukung oleh APBD provinsi

(untuk kabupaten/kota yang mengembangkan komoditas unggulan

provinsi);

3) Mengembangkan komoditas unggulan provinsi dan/atau 40 komoditas

unggulan nasional.

Sehubungan dengan hal di atas, perlu disusun rancang bangun

pengembangan komoditas strategis yang mampu mendorong terciptanya

kerjasama antar daerah dalam suatu kawasan guna menjamin terpenuhinya

ketersediaan pasokan produksi komoditas pangan dengan tetap memberikan

keuntungan yang memadai bagi petani dan produsen melalui pemberian

berbagai insentif produksi dan jaminan harga pasar hasil panen yang layak.

Rancang bangun perencanaan kawasan pertanian yang disusun harus sejalan

dengan pendekatan sistem perencanaan dan pembangunan nasional, yaitu

bersifat politis (mendukung tercapainya visi-misi kepala negara/kepala daerah),

top-down policy (sejalan dengan arah kebijakan nasional), bottom-up planning

(sesuai dengan aspirasi/kebutuhan masyarakat) dan teknokratis (didasarkan

pada kelayakan teknis, sosial ekonomis dan lingkungan). Dengan demikian,

penyusunan rancang bangun pengembangan komoditas merupakan bentuk

pendekatan yang terpadu dan menyeluruh dalam perencanaan yang didasarkan

atas kelayakan dan kesesuaian terhadap prasyarat dan potensi dampaknya

terhadap pengaruh timbal balik dari teknis budidaya, agroekosistem dan faktor

sosial-ekonomi.

Upaya untuk mewujudkan pengembangan komoditas strategis secara

berkelanjutan membutuhkan perencanaan pengembangan komoditas yang

Page 13: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

I-3

dapat mengakselerasi potensi daya saing komoditas dan wilayah melalui

optimalisasi sinergitas pengembangan komoditas (integrasi komoditas dengan

ternak), keterpaduan lokasi kegiatan dan keterpaduan sumber pembiayaan.

Keterpaduan pengembangan komoditas yang didukung secara horisontal dan

vertikal oleh segenap pelaku dan pemangku kepentingan dalam suatu kawasan

pertanian yang berskala ekonomis, mensyaratkan pendekatan yang menyeluruh

mulai dari hulu hingga hilir.

Secara garis besar implementasi pengembangan kawasan dapat dibagi

ke dalam tahap : perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dengan urutan

tahapan sebagai berikut :

1. Pembentukan organisasi pelaksana;

2. Penentuan komoditas;

3. Penentuan lokasi kawasan kabupaten/kota;

4. Penyusunan masterplan pengembangan kawasan;

5. Penyusunan rencana aksi pengembangan kawasan;

6. Sinkronisasi rencana pengembangan kawasan lingkup provinsi;

7. Sinkronisasi rencana pengembangan kawasan lingkup esselon I

Kementerian Pertanian;

8. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan;

9. Monitoring, evaluasi dan pelaporan;

10. Penyusunan data base pengembangan kawasan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia

Nomor : 45/Kpts/PD.200/1/2015 tentang Penetapan Kawasan Tanaman

Hortikultura dengan jenis komoditi yang ditetapkan untuk dikembangkan adalah

Cabai, Bawang Merah dan Jeruk Nasional maka di Provinsi Sumatera Selatan

terdapat beberapa kabupaten yang ditetapkan sebagai kawasan tersebut.

Sesuai dengan tahapan implementasi pengembangan kawasan maka disusunlah

Masterplan untuk kabupaten–kabupaten yang telah ditetapkan sebagai kawasan

tanaman hortikultura.

Page 14: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

I-4

1.2. Tujuan

Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura

bertujuan untuk:

1. Mendukung kebijakan Kementerian Pertanian dalam mengimplementasikan

kebijakan pengembangan kawasan tanaman hortikultura;

2. Mengarahkan perencanaan kawasan tanaman hortikultura selaras dengan

kebijakan nasional;

3. Menyediakan dokumen bagi para perencana dan pengambil keputusan di

provinsi, kabupaten dan pemangku kepentingan dalam menyusun rencana

aksi pengembangan kawasan tanaman hortikultura yang disusun oleh

Kabupaten;

4. Meningkatkan kinerja pengembangan kawasan tanaman hortikultura secara

terukur.

1.3. Hasil Yang Diharapkan

1. Tersusunnya Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura di

Provinsi Sumatera Selatan dan diteruskan dengan Penyusunan Rencana

Aksi Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura oleh Kabupaten/Kota.

2. Terbangunnya sentra-sentra produksi tanaman hortikultura di Kawasan

Berbasis Komoditas Cabe Merah, Bawang Merah dan Jeruk di Provinsi

Sumatera Selatan.

1.4. Sasaran

Sasaran dari penyusunan master plan pengembangan kawasan tanaman

hortikultura di Sumatera Selatan ini adalah:

1. Tersusunnya master plan dan rencana aksi pengembangan kawasan

tanaman hortikultura secara komprehensif di daerah.

2. Adanya kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan kawasan tanaman

hortikultura di Sumatera Selatan.

Page 15: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

I-5

3. Tersedianya alokasi anggaran non APBN yang mendukung pengembangan

kawasan tanaman hortikultura secara berkelanjutan (multy years).

4. Meningkatnya produksi, produktivitas, dan mutu komoditas unggulan yang

dikembangkan.

5. Meningkatnya aktivitas pasca panen dan kualitas produk.

6. Meningkatnya aktivitas pengolahan dan nilai tambah produk.

7. Meningkatnya jaringan pemasaran komoditas.

8. Meningkatnya pendapatan pelaku usaha komoditas.

9. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha;

10. Meningkatnya aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan, pasar input dan

output, teknologi dan informasi.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyusunan master plan ini dibatasi pada wilayah Provinsi

Sumatera Selatan. dengan fokus wilayah pada kabupaten-kabupaten yang telah

ditetapkan secara nasional. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No :

45/Kpts/PD.200/1/2015 telah menetapkan kawasan tanaman hortikultura di

Sumatera Selatan meliputi:

1. Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) untuk kawasan tanaman bawang

merah.

2. Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) untuk kawasan tanaman cabai,

bawang merah dan jeruk.

3. Kabupaten Ogan Ilir (OI) untuk kawasan tanaman cabai dan jeruk

4. Kabupaten Banyuasin untuk kawasan tanaman cabai dan bawang merah.

5. Kabupaten Musi Rawas untuk kawasan tanaman bawang merah

6. Kota Palembang untuk kawasan tanaman cabai.

Penyusunan master plan pengembangan kawasan hortikultura di

Sumatera Selatan ini dilaksanakan selama 6 bulan selama tahun 2016. Dari

hasil penyusunan master plan ini, didapat dokumen yang bermuatan:

Page 16: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

I-6

- Potensi wilayah komoditas unggulan dan kawasan tanaman hortikultura

yang ditinjau dari berbagai aspek.

- Hasil analisis perencanaan terhadap biofisik sumberdaya lahan, ekonomi

dan perekonomian, sarana dan prasarana penunjang, kependudukan dan

sosial budaya, kelembagaan, sumberdaya manusia, teknis tanaman

hortikultura, pengolahan, perdagangan dan konsumsi perdagangan hasil

tanaman hortikultura, kebijakan dan pembiayaan, pelaku dan pemangku

kepentingan, serta model dan desain pengembangan komoditas unggulan

dan kawasan hortikultura

- Rencana aksi pengembangan kawasan.

Secara keseluruhan muatan master plan ini dirangkum dan disajikan secara

lengkap dalam dokumen yang terstruktur sesuai format penulisan, yang terdiri

dari :

RINGKASAN EKSEKUTIF

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Hasil Yang Diharapkan

D. Sasaran

E. Ruang Lingkup

II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN

HORTIKULTURA

A. Komoditas dan Calon Lokasi

B. Visi Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten Kota

C. Misi Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten Kota

Page 17: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

I-7

D.Tujuan Pengembangan Komoditas dan Kawasan Tanaman Hortikultura

E. Sasaran Pengembangan Komoditas dan Kawasan Tanaman Hortikultura

III. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka dan Hasil-Hasil Kegiatan Terdahulu

B. Tantangan dan Permasalahan Pembangunan Pertanian (Spesifik

Komoditas dan Kawasan)

C. Landasan Teori Pengembangan Kawasan dan Komoditas Unggulan

Tanaman Hortikultura

D.Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Studi

E. Kerangka Pemikiran Penyusunan Masterplan dan Rencana Aksi

IV. METODOLOGI

A. Jenis data dan Sumbernya

B. Metode Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

C. Metode Pendekatan dan Pelaksanaan Studi

D.Metode Penyusunan dan Rencana Aksi

V. POTENSI WILAYAH KOMODITAS UNGGULAN DAN KAWASAN TANAMAN

HORTIKULTURA

A. Aspek Kondisi Umum Wilayah

B. Aspek Agroekologis dan Lingkungan

C. Aspek Ekonomi dan Perekonomian

D.Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya

E. Aspek Sarana dan Prasarana Penunjang

F. Aspek Pengolahan, Perdagangan dan Konsumsi Hasil Pertanian

G.Aspek Kelembagaan

H.Aspek Sumber Daya Manusia

I. Aspek Teknis

J. Aspek Gangguan Produksi

K. Aspek Kebijakan

L. Aspek Pertanian

Page 18: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

I-8

VI. ANALISIS PERENCANAAN

A. Analisis Biofisik Sumberdaya Lahan

B. Analisis Ekonomi dan Perekonomian

C. Analisis Sarana dan Prasarana Penunjang

D.Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya

E. Analisis Kelembagaan

F. Analisis Sumber Daya Manusia

G.Analisis Teknis Tanaman Hortikultura

H.Analisis Pengolahan, Perdagangan dan Konsumsi Perdagangan Hasil

Pertanian

I. Analisis Kebijakan dan Pembiayaan

J. Analisis Pelaku dan Pemangku Kepentingan (Keterkaitan antar Program

dan Antar Sentra dan Antar Kawasan atau Antar Klaster)

K. Analisis Model dan Desain Pengembangan Komoditas Unggulan dan

Kawasan Hortikultura

VII. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN

A. Strategi Pengembangan

B. Program Pengembangan

C. Rencana Aksi Pengembangan

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 19: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-1

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARANPENGEMBANGAN KAWASANTANAMAN HORTIKULTURA

2.1. Komoditas dan Calon Lokasi

Penetapan komoditi unggulan tanaman hortikultura dilakukan

berdasarkan peran dan fungsi primer komoditi tersebut bagi masyarakat, serta

kondisi dan potensi sumberdaya yang tersedia. Secara umum kriteria

penentuan komoditas unggulan terdiri dari :

1. Lima Komoditas Pangan Utama (Padi, Jagung, Kedelai, Sapi dan Tebu), dan

40 Komoditass Unggulan Nasional berdasarkan Permentan Nomor: 50 tahun

2012 (Dibuat Pemeringkatan untuk 37 komoditas unggulan)

2. Komoditas yang sejalan dengan Koridor Ekonomi: Sawit dan Karet

(Sumatera-Kalimantan), Industri Pangan (Jawa), Jagung dan Sapi (Bali-

Nustra), Pangan (Sulawesi), Pangan dan Ternak (Papua-Maluku).

Untuk kriteria umum calon lokasi terdiri dari :

1. Berpotensi sumberdaya pertanian (selama ini sentra), sehingga memiliki

potensi pasar

2. Memanfaatkan kawasan yang sudah ada, namun dimungkinkan jika ingin

membangun kawasan baru.

3. Bisa di dalam satu kabupaten, lintas kabupaten, maupun lintas provinsi

4. Mempertimbangkan skala ekonomi kewilayahan (bukan skala ekonomi unit

usaha) dan keterkaitan ke belakang dan ke depan.

5. Mengacu pada peraturan Undang-undang, misal Undang-Undang 12/1992,

18/2004, 18/2009, 41/2009, Undang-Undang 13/2010, Undang-Undang

18/2012, dan Undang-Undang 19/2013.

2

Page 20: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-2

6. Sejalan dengan Renstra Kementan, Kebijakan daerah (Renstrada Provinsi

dan Renstrada Kabupaten) dan mengacu ketentuan RTRW.

7. Adanya komitmen Kepala Daerah untuk membangun kawasan dimaksud.

Pada Provinsi Sumatera Selatan jenis komoditas unggulan telah

diusulkan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan secara nasional.

Berdasarkan hasil penilaian nasional yang berbasis pada kondisi dan potensi

sumberdaya serta peluang keberlanjutan ke depan dan dukungan dari

pemerintah setempat, maka ditetapkan komoditas hortikultura, ditetapkan jenis

komoditi :

1. Cabai

2. Bawang merah

3. Jeruk

Untuk calon lokasi kawasan ditentukan berdasarkan usulan dari

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, yang selanjutnya ditindaklanjuti melalui

evaluasi di tingkat nasional. Hasil evaluasi dan penilaian di tingkat nasional

tentu saja tidak dapat mengakomodir keseluruhan usulan dikarenakan terdapat

keterbatasan dari aspek anggaran dan ketersediaan sumberdaya, sehingga

harus dilakukan seleksi dan penilaian terhadap keberlanjutannya ke depan. Dari

hasil evaluasi dan penilaian di tingkat nasional, maka ditentukan calon lokasi

kawasan berikut jenis komoditi yang dikembangkan pada kawasan, yang

ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian RI No : 45/Kpts/PD.200/1/2015

yang telah menetapkan kawasan tanaman di Sumatera Selatan meliputi:

1. Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) untuk kawasan tanaman cabai, dan

bawang merah.

2. Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) untuk kawasan tanaman cabai,

bawang merah dan jeruk.

3. Kabupaten Ogan Ilir (OI) untuk kawasan tanaman cabai dan jeruk

4. Kabupaten Banyuasin untuk kawasan tanaman cabai dan bawang merah.

5. Kabupaten Musi Rawas untuk kawasan tanaman bawang merah

6. Kota Palembang untuk kawasan tanaman cabai.

Page 21: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-3

2.1.1. Visi Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

Visi Pemerintah Pusat

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan

pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka

visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian

berlandaskan gotong-royong”.

Visi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan

Dengan mempertimbangkan kemajuan yang telah dicapai pada periode

2008-2013; memperhatikan hasil analisis isu strategis; mengacu visi dan misi

Gubernur dan Wakil Gubernur yang terpilih untuk masa bakti 2013-2018;

mengikuti prioritas pembangunan RPJPD Provinsi Sumatera Selatan 2005-2025;

memperhatikan prioritas pembangunan nasional; merujuk pada tujuan nasional

yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945; serta

memperhatikan tujuan pembangunan millenium, maka visi pembangunan

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2018 adalah :

“Sumatera Selatan sejahtera, lebih maju dan berdaya saing internasional”

Penjelasan dari visi pembangunan Sumatera Selatan 2013-2018 adalah

sebagai berikut :

- Sejahtera mengarah kepada kondisi kehidupan masyarakat Sumatera

Selatan pada semua lapisan yang mampu memenuhi hak dasarnya lebih dari

hanya memenuhi kebutuhan dasar, dan sekaligus merasakan suasana yang

aman dan nyaman dalam berkehidupan dan berusaha. Hidup sejahtera

adalah hidup dalam kelimpahan yang tidak hanya keduniawian, tetapi

mampu menempatkan, memanfaatkan dan mengarahkan ke duniawian

tersebut menjadi sarana hidup masyarakat yang damai, penuh toleransi,

saling mendukung, tertib, disiplin dan profesional yang didukung dengan

sumberdaya manusia yang bermutu, handal dan profesional dalam setiap

aspek.

Page 22: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-4

- Lebih maju adalah keadaan Sumatera Selatan yang semakin maju dan

berkembang dalam berbagai dimensi pembangunan meliputi sarana dan

prasarana fisik, ekonomi dan sosial. Kemajuan daerah ditandai oleh tingkat

kenyamanan, kelancaran dan kemudahan mobilitas orang, barang dan jasa

baik untuk kepentingan material maupun spiritual. Sumatera Selatan yang

lebih maju juga berarti kondisi daerah yang memiliki infrastruktur ekonomi

yang baik, lengkap dan terpadu.

- Berdaya saing internasional menggambarkan kapasitas dan kapabilitas

daerah Sumatera Selatan yang berperan serta secara aktif dalam pergaulan,

kerjasama dan hubungan internasional. Penetrasi yang dilakukan dalam

berbagai kesempatan kegiatan skala internasional akan menghadirkan

daerah Sumatera Selatan yang menarik untuk menjadi tujuan investasi di

berbagai bidang. Terkandung di dalamnya kekayaan sumberdaya manusia

dan sumberdaya alam daerah Sumatera Selatan yang berlimpah, yang

masih harus dimanfaatkan secara profesional, inovatif, dan berkelanjutan

demi kemakmuran daerah dan kemaslatan masyarakat.

Secara keseluruhan visi tersebut menunjukkan bahwa Sumatera Selatan

dalam lima tahun ke depan akan mencapai : kemakmuran daerah,

kesejahteraan rakyat dan eksistensi Sumatera Selatan di lingkup nasional,

regional dan internasional.

Visi Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)

Visi Pembangunan Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2014-2019

adalah : "Terwujudnya masyarakat OKI yang maju, mandiri dan sejahtera

berlandaskan iman dan taqwa"

Visi pembangunan Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2014-2019 ini

menjadi cita-cita bagi pembangunan yang secara sistematis bagi

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan segenap pemangku kepentingan

pembangunan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Penjelasan dari visi tersebut

adalah sebagai berikut:

Page 23: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-5

- OKI Maju berlandaskan Iman dan Taqwa

Kondisi wilayah dan masyarakat yang memiliki infrastruktur perekonomian,

pendidikan, kesehatan air bersih, dan ketenagalistrikan, sehingga

berkemampuan mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan global

namun tetap mempertahankan ciri identitas masyarakat Ogan Komering Ilir

yang majemuk, saling menghargai dan menghormati dalam bingkai

keluarga besar masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir yang serasi dan

harmonis berlandaskan Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

- OKI Mandiri berlandaskan Iman dan Taqwa

Kemampuan pemerintah daerah untuk menyelenggaranakan pemerintahan

dan pembangunan serta kemampuan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan dasarnya (sandang, pangan dan papan), serta dapat

berpatisipasi dalam pembangunan daerah dengan mengandalkan potensi

dan sumberdaya yang dimiliki, sehingga masyarakat lebih beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak bergantung sepenuhnya

kepada pemerintah daerah.

- OKI sejahtera berlandaskan iman dan taqwa;

Berkurangnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran, sekolah, usia

harapan hidup dan meningkatnya daya beli masyarakat, sehingga memiliki

penghidupan yang layak/seimbang jasmani dan rohani, berdaya saing,

memiliki rasa aman dan kepercayaan yang tinggi kepada pemerintah, serta

memilliki integritas dan moralitas sehingga dapat menikmati kehidupan yang

lebih mandiri dan maju, yang berlandaskan Iman dan Taqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Visi Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)

Visi dari Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu yang dirangkum

dari RPJMD OKU 2016-2021 ini adalah "Terwujudnya Ogan Komering Ulu (OKU)

yang lebih maju, sejahtera dan berbudaya".

Page 24: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-6

Visi Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir (OI)

Visi daerah Kabupaten Ogan Ilir tahun 2005 – 2025 sebagai tertuang

dalam Rencana pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Ogan Ilir tahun 2005 – 2025 adalah :

“ Terwujudnya Ogan Ilir yang santri menuju masyarakat sejahtera “

Kata Santri mempunyai 2 pengertian pokok, yaitu :

1. Santri, dalam arti harfiah adalah aktifitas kehidupan sehari-hari dalam

masyarakat Ogan Ilir yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai agama Islam,

2. Santri, sebagai singkatan dari subur, aman, nyaman, tertib, relegius dan

indah.

Sejahtera mengandung pengertian: kondisi yang dimiliki, dirasakan, dan

dinikmati oleh penduduk/masyarakat terhadap kebutuhan hak dasar hidupnya

untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat

sudah tercukupi atau melebihi. Kebutuhan dasar tersebut antara lain

kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, air bersih,

pertanahan, sumberdaya alam, lingkungan hidup, rasa aman, dan hak untuk

berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-

laki.

Visi Pemerintah Kabupaten Banyuasin

Visi Pemerintah Kabupaten Banyuasin tahun 2013-2018 adalah : “Banyuasin

sebagai kawasan mandiri dan berdaya saing”.

Visi Pemerintah Kabupaten Musi Rawas

Visi Pemerintah Kabupaten Musi Rawas tahun adalah “MURA SEMPURNA

2021 Sejahtera, Mandiri, Produktif, Unggul, Religius, Nyaman, dan Aman”.

Visi Pemerintah Kota Palembang

Visi pembangunan Kota Palembang sampai dengan tahun 2018, adalah :

“Palembang Emas 2018”

Page 25: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-7

Palembang Emas 2018 yang mengandung makna Palembang

Pemerintahan yang Amanah, Pemberdayaan Lembaga Masyarakat, Ekonomi

Kerakyatan, Mandiri, Bersih, Aman, Berkembang Pemerintahan Bersih,

Ekonomi, Kerakyatan, Religius dan Adil serta mewujudkan Kota Palembang

yang Elok, Madani, Aman dan Sejahtera.

2.2. Misi Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten Kota

Misi Pemerintah Pusat

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan

wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan

sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai

negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis

berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri

sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan

sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat

dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Misi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan visi pembangunan yang telah ditetapkan, maka misi

pembangunan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013-2018 adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Misi kesatu menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan

perlu ditopang oleh pertumbuhan dari sisi pengeluaran dan sisi produksi

Page 26: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-8

yang seimbang agar peningkatan jumlah permintaan tidak diikuti oleh

tekanan inflasi yang tinggi. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi

diharapkan akan mendorong (1) peningkatan daya beli masyarakat, (2)

peningkatan iklim investasi, (3) peningkatan penyerapan anggaran dan

perbaikan kualitas belanja, serta (4) peningkatan daya saing ekspor. Dari

sisi produksi, pertumbuhan ekonomi diarahkan untuk mendorong (1)

peningkatan nilai tambah industri, (2) peningkatan perdagangan antar

wilayah, dan (3) peningkatan infrastruktur

2. Memantapkan stabilitas daerah

Misi kedua menekankan peningkatan stabilitas daerah melalui 3 (tiga)

aspek, yaitu: (1) stabilitas ekonomi dengan menjaga stabilitas harga dan

nilai tukar, (2) stabilitas sosial dengan mencegah konflik sosial, melalui (a)

pelaksanaan pembangunan dengan mempertimbangkan aspek pemerataan

dan keadilan; (b) pelaksanaan mekanisme perencanaan pembangunan

partisipatif; dan (c) pelaksanaan program dan kegiatan yang bernuansa

membangun harmoni sosial; serta (3) stabilitas politik melalui: (a)

pemantapan pertahanan dan keamanan dengan membangun kerjasama

keamanan dengan berbagai instansi maupun lembaga baik secara formal

maupun informal untuk mempermudah penanganan berbagai

permasalahan yang semakin komplek; serta meningkatkan peran dan

partisipatif aktif masyarakat dalam mengkritisi, menangani Kamtibmas,

meningkatkan kewaspadaan lingkungan atas berbagai kemungkinan

terjadinya aksi kejahatan, terutama kemungkinan terjadinya aksi terorisme;

(b) pemantapan pelaksanaan Pemilu dan Pemilukada dengan mendukung

penyelenggaraan Pemilu 2014 dan Pemilukada; memelihara kebebasan sipil

dan hak-hak politik warga dengan memperhatikan dan menindaklanjuti

secara seksama Inpres No.2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan

Keamanan Dalam Negeri; serta memfasilitasi peningkatan peran dan

kapasitas forum-forum komunikasi seperti FKDPM dan FKUB.

Page 27: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-9

3. Meningkatkan pemerataan yang berkeadilan

Misi ketiga mengutamakan pemerataan yang berkeadilan dengan

memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh masyarakat untuk

berperan serta dalam pembangunan dan menikmati hasil pembangunan.

Misi meningkatkan pemerataan yang berkeadilan diharapkan akan

mendorong (1) pemberdayaan melalui peningkatan partisipasi dan

perluasan pemanfaat; (2) peningkatan SDM yang berkualitas berbasis

kompetensi, dan (3) penanggulangan kemiskinan difokuskan kepada

pengembangan penghidupan yang berkelanjutan dan melakukan sinergi

dari seluruh pihak, termasuk kerjasama dan kemitraan pemerintah pusat,

pemerintah daerah, BUMN, swasta dan masyarakat.

4. Meningkatkan pengelolaan lingkungan yang lestari dan penanggulangan

bencana

Misi keempat menegaskan pelaksanaan konservasi dan pemanfaatan

lingkungan hidup dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan yang berkelanjutan yang disertai dengan penguasaan dan

pengelolaan resiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim. Misi ini

diharapkan akan (1) meningkatkan pengelolaan hutan dan lahan gambut

secara lestari untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

yang berkelanjutan; (2) mengendalikan kerusakan lingkungan, dengan

menurunkan pencemaran lingkungan melalui pengawasan ketaatan

pengendalian sumber-sumber pencemaran; (3) meningkatkan pengelolaan

Daerah Aliran Sungai secara terpadu; serta (4) meningkatkan kemampuan

penanggulangan bencana melalui: penguatan kapasitas aparatur

pemerintah, menjamin berlangsungnya fungsi sistem peringatan dini dan

menyediakan infrastruktur kesiapsiagaan.

Misi Kabupaten OKI

Dalam mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Ogan Komering Ilir

tahun 2014-2019 tersebut ditempuh melalui 6 (enam) misi pembangunan

Page 28: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-10

beserta pokok-pokok penjelasannya sebagai berikut:

1. Mewujudkan pembangunan dari desa

2. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme aparatur pemerintah daerah

dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

masyarakat.

3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat

4. Peningkatan pertumbuhan ekonomi

5. Mewujudkan penataan pemanfaatan dan peruntukan ruang yang ramah

lingkungan

6. Menciptakan kehidupan keagamaan, keamanan dan sosial-budaya.

Misi Kabupaten OKU

Untuk mencapai segala apa yang dicita-citakan sebagaimana terkandung

dalam visi diatas, maka rumusan misi Kabupaten Ogan Komering Ulu dalam

rangka pencapaian visi Kabupaten Ogan Komering Ulu ditetapkan dalam 4 misi:

1. Meningkatkan pembangunan masyarakat yang berkualitas, melalui

peningkatan peran sektor pendidikan, kesehatan, agama dan sektor

pembangunan lainnya.

2. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata, adalah dengan

upaya mendorong pengembangan sektor utama perekonomian Kabupaten

Ogan Komering Ulu yaitu sektor pertambangan dan penggalian, pertanian,

perdagangan dan jasa, industri sebagai penggerak ekonomi utama (prime

mover) dan menjadi tulang punggung tercapainya kesejahteraan

penduduk.

3. Mengembangkan prasarana dan sarana wilayah yang berkelanjutan,

dengan melalui peningkatan peran sektor infrastruktur, sehingga mampu

meningkatkan aktivitas perekonomian wilayah.

4. Mengembangkan tata pemerintahan yang baik, melalui peningkatan kinerja

aparatur, sehingga mampu memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat yang didukung oleh perangkat daerah yang efektif, efisien,

Page 29: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-11

aparatur yang profesional, infrastruktur yang memadai dalam suasana

politik, hukum dan Kamtibmas yang kondusif.

Misi Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir

Misi daerah Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2005 – 2025 sebagai tertuang

dalam Rencana pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Ogan Ilir Tahun 2005 – 2025 adalah :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang berakhlak

mulia, sehat, berpendidikan, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Meningkatkan stabilitas keamanan, ketentraman dan ketertiban

masyarakat, dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia (HAM) dan

demokrasi.

3. Meningkatkan kinerja Aparatur Pemerintah yang berakhlak mulia, jujur,

adil, sejahtera, profesional, dan akomodatif terhadap aspirasi masyarakat

serta mempermudah pelayanan terhadap masyarakat.

4. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka otonomi desa

dengan pengelolaan pembangunan dan perekonomian masyarakat desa.

5. Menjadikan Ogan Ilir sebagai kawasan pertumbuhan baru bidang

perdagangan, perindustrian dan pendidikan di selatan Kota Palembang.

6. Mengembangkan aksesibilitas, pemeliharaan sarana dan prasarana

perhubungan.

7. Mengembangkan zona agribisnis, agroindustri, industri kecil dan

menengah, penguatan kelembagaan dan pemasaran produk.

8. Mengelola Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang lestari dan

berkelanjutan.

9. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat sipil dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.

10. Meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan dalam

pembangunan sehingga terdapat kesetaraan dengan kaum laki-laki sesuai

dengan kaidah pengarus-utamaan gender.

Page 30: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-12

Misi Pemerintah Kabupaten Banyuasin

Misi pemerintah Kabupaten Banyuasin terdiri dari :

1. Meningkatkan Kualitas sumberdaya manusia.

2. Meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam yang berwawasan

lingkungan.

3. Mewujudkan tata kelola pemerintah yang akuntabel

4. Meningkatkan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

daerah

Misi Pemerintah Kabupaten Musi Rawas

Misi pemerintah Kabupaten Musi Rawas, meliputi :

1. Memperbaiki kualitas sumberdaya manusia dan infrastruktur

2. Menumbuhkembangkan sistem dan usaha agribsnis dan agroindustri

komoditi unggulan.

3. Mengembangkan usaha ekonomi produktif masyarakat non petani.

4. Meningkatkan kemandirian dan keberdayaan masyarakat dalam

pembangunan daerah dan pengelolaan sumberdaya alam yang ramah

lingkungan

5. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang bersih, berwibawa dan

pelayanan prima.

6. Memantapkan pembangunan masyarakat yang religius menuju MURA

Darussalam.

7. Memastikan kondisi Kabupaten Mura yang lebih aman dan nyaman untuk

berinvestasi, menarik, dan berkesan untuk dikunjungi.

Misi Pemerintah Kota Palembang

Misi pemerintah Kota Palembang dalam mewujudkan visi

pembangunannya adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan Kota Palembang lebih aman untuk berinvestasi dan mandiri

dalam pembangunan.

Page 31: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-13

2. Menciptakan tata kelola pemerintahan bersih dan berwibawa serta

peningkatan pelayanan masyarakat.

3. Meningkatkan ekonomi kerakyatan dengan pemberdayaan masyarakat

kelurahan.

4. Meningkatkan pembangunan bidang keagamaan sehingga terciptanya

masyarakat yang religius.

5. Meningkatkan pembangunan yang adil dan berwawasan lingkungan di

setiap sektor.

6. Melanjutkan pembangunan Kota Palembang sebagai kota metropolitan

bertaraf internasional, beradat dan sejahtera.

2.3. Tujuan Pengembangan Komoditas dan Kawasan TanamanHortikultura

Secara nasional, tujuan pengembangan komoditas dan kawasan

hortikultura adalah mendukung tercapainya empat target sukses Kementerian

Pertanian, yaitu :

1. Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan;

2. Peningkatan diversifikasi pangan,

3. Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta

4. Peningkatan kesejahteraan petani.

Adapun maksud dari pengembangan kawasan pertanian tanaman

hortikultura adalah :

1. Merencanakan dan menetapkan sasaran dan lokasi kegiatan untuk

mendukung pencapaian target produksi/populasi dan produktivitas 3 (tiga)

komoditas hortikultura unggulan nasional (cabai merah, bawang merah dan

jeruk);

2. Terfokusnya pengembangan komoditas pertanian strategis dan unggulan

nasional secara komprehensif dan terpadu dari aspek hulu, hilir maupun

aspek penunjangnya dalam rangka mewujudkan sinergitas dan pengutuhan

pembangunan pertanian yang berbasis kawasan;

Page 32: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-14

3. Mendorong sinergitas perumusan dan implementasi kebijakan nasional dan

daerah dalam pengembangan 3 komoditas hortikultura unggulan

Kementerian Pertanian RI sesuai dengan kondisi agroekosistem di setiap

wilayah guna mendukung tercapainya 4 target sukses Kementerian

Pertanian; dan

4. Meningkatkan kapasitas perencana dan perencanaan dalam pengembangan

komoditas strategis dan unggulan nasional yang berbasis kinerja,

berorientasi hasil dan berkerangka pengeluaran jangka menengah guna

mendukung tercapainya tujuan pembangunan yang berdimensi

kewilayahan.

Selaras dengan tujuan nasional, maka untuk Provinsi Sumatera Selatan,

tujuan pengembangan komoditas dan kawasan tanaman hortikultura tersebut

adalah :

1. Mendukung kebijakan Kementerian Pertanian dalam mengimplementasikan

kebijakan pengembangan kawasan tanaman hortikultura;

2. Mengarahkan perencanaan kawasan tanaman hortikultura selaras dengan

kebijakan nasional;

3. Meningkatkan kinerja pengembangan kawasan tanaman hortikultura secara

terukur.

4. Membangun sentra-sentra produksi tanaman hortikultura di kawasan

berbasis komoditas cabai merah, bawang merah dan jeruk di Provinsi

Sumatera Selatan.

2.4. Sasaran Pengembangan Komoditas dan Kawasan TanamanHortikultura

Sasaran yang diharapkan dari pengembangan komoditas dan kawasan

tanaman hortikultura adalah:

1. Terjaminnya dukungan perencanaan wilayah dalam penyelenggaraan

program dan kegiatan pembangunan pertanian yang terkait dengan

pencapaian target dan perlindungan lahan berkelanjutan bagi komoditas

strategis nasional guna mewujudkan ketahanan pangan,

Page 33: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

II-15

peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor serta peningkatan

kesejahteraan petani;

2. Terumuskannya instrumen untuk mendukung perencanaan wilayah bagi

Kepala Daerah dalam menetapkan kebijakan operasional dalam

merencanakan dan mengimplementasikan Rencana Umum Tata Ruang

Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan

3. Terumuskannya bahan koordinasi lintas sektoral dan lintas jenjang

pemerintahan dalam meningkatkan daya saing wilayah dan komoditas

unggulan pertanian nasional.

Indikator outcome dari pengembangan komoditas dan kawasan tanaman

hortikultura adalah:

Aspek Manajemen :

1) Tersusunnya master plan dan rencana aksi pengembangan kawasan

pertanian secara komprehensif di daerah;

2) Adanya kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan kawasan

pertanian di daerah;

3) Tersedianya alokasi anggaran non APBN Kementan yang mendukung

pengembangan kawasan pertanian secara berkelanjutan (multy years).

Aspek Teknis :

1) Meningkatnya produksi, produktivitas, dan mutu komoditas unggulan yang

dikembangkan;

2) Meningkatnya aktivitas pasca panen dan kualitas produk;

3) Meningkatnya aktivitas pengolahan dan nilai tambah produk;

4) Meningkatnya jaringan pemasaran komoditas;

5) Meningkatnya pendapatan pelaku usaha komoditas;

6) Meningkatnya penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha;

7) Meningkatnya aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan, pasar input dan

output, teknologi dan informasi.

Page 34: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-1

TINJAUAN PUSTAKA DANKERANGKA PIKIR

3.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan Kawasan dan KomoditasUnggulan Tanaman Hortikultura

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah mencanangkan empat

target utama pembangunan pertanian yaitu: (1) mewujudkan pencapaian

swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) mewujudkan peningkatan

diversifikasi pangan, (3) mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing,

dan ekspor, serta (4) mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani (Ditjen

Tanaman Pangan, 2012). Khusus pada pembangunan sub sektor tanaman

hortikultura, pencapaian keempat sasaran utama tersebut diharapkan dapat

memberikan dampak kinerja yang signifikan bagi pemenuhan kebutuhan cabai

dan bawang merah yang produksi dan harga jualnya selalu berfluktuasi

sehingga menjadi pemacu inflasi nasional. Selain itu, dampak kinerja

pembangunan tanaman hortikultura juga diharapkan dapat mengurangi jumlah

kemiskinan dan meningkatkan pendapatan negara. Dalam hal ini,

pembangunan tanaman hortikultura dikelompokkan pada pengembangan

komoditas utama seperti cabai, bawang merah dan jeruk.

Adapun strategi pencapaian produksi tanaman hortikultura melalui

empat strategi yaitu: (1) peningkatan produktivitas, (2) perluasan areal dan

optimasi lahan, (3) pengembangan diversifikasi pangan, dan (4) peningkatan

manajemen. Arah dan kebijakan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas,

dan Mutu Tanaman Hortikultura untuk Mencapai Swasembada dan

Swasembada Berkelanjutan diprioritaskan pada komoditi cabai, bawang merah

dan jeruk.

3

Page 35: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-2

Oleh karena itu, dengan kerangka percepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi maka pembangunan pertanian khususnya tanaman

hortikultura memiliki urgensi sangat penting untuk terus ditingkatkan. Berbagai

informasi hasil kajian termasuk kondisi produksi (penawaran) dan permintaan

pangan utama serta kebijakan pengembangan eksisting, permasalahan yang

dihadapi dan kebijakan pengembangan kedepan menjadi informasi penting

dalam upaya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional.

Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai tujuan agar suatu

wilayah berkembangan menuju tingkat perkembangan yang diinginkan. Salah

satu pendekatan yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan wilayah

adalah pengembangan sektor. Suatu wilayah dapat berkembang melalui

berkembangnya sektor unggulan pada wilayah tersebut yang dapat mendorong

perkembangan sektor lain.

Salah satu sektor yang kerap kali mendapatkan perhatian cukup besar

dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam

pembangunan ekonomi adalah sektor pertanian. Sektor pertanian dapat

menjadi basis dalam menggambarkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui

usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis. Usaha yang berbasis agribisnis

merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi

pertanian dalam arti luas meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai

produksi. Pengolahan masukan dan keluaran produksi, atau lazim disebut

dengan sektor agroindustri, bidang pemasaran dan kelembagaan sebagai

penunjang kegiatan dalam agribisnis.

Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah dimana hampir

seluruh kabupatennya memiliki potensi di sektor pertanian. Hingga saat ini

sektor pertanian masih menjadi sektor utama pendukung perekonomian di

Sumatera Selatan. Potensi sektor pertanian yang cukup besar juga dapat

terlihat dari mata pencaharian penduduk di wilayah ini yang sebagian besar

bekerja sebagai petani, yaitu sebesar 58%.

Peran penting sektor pertanian di Sumatera Selatan tersebut juga

Page 36: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-3

tercermin dari kontribusi sektor ini terhadap pendapatan Pemerintah Provinsi

Sumatera Selatan. Dari data sebaran kontribusi pendapatan dari berbagai

sektor di Sumatera Selatan tahun 2015 terdata bahwa sektor ini menjadi tiga

sektor andalan penyumbang pendapatan Provinsi Sumatera Selatan. Dari data

BPS Provinsi Sumatera Selatan (2015), berdasarkan harga berlaku, terdapat

tiga lapangan usaha yang memberikan peranan cukup besar terhadap PDRB,

yaitu pertambangan diikuti oleh industri pengolahan, serta pertanian,

perkebunan, dan perikanan. Pada tahun 2015 peranan masing-masing

lapangan usaha di atas secara berurutan adalah 21,9 persen, 18,3 persen,

dan 16,6 persen. Dibanding kondisi tahun sebelumnya, peran industri

pengolahan meningkat sebesar 5,2 persen. Sedangkan pertambangan dan

penggalian dan pertanian menurun masing-masing sebesar 8,4 persen dan 6,7

persen.

Pada sub sektor pertanian yang merupakan bagian dari sektor pertanian,

perkebunan dan perikanan, kontribusi tersebut berasal dari bidang pertanian

tanaman pangan dan hortikultura, yang didominasi dari sub sektor tanaman

pangan. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun subsektor tanaman

hortikultura belu memberikan kontribusi yang besar dibandingkan dengan

subsektor tanaman pangan, namun posisinya tergolong penting mengingat

tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhahap komoditi cabai, bawang

merah termasuk besar dari continue. Besarnya peranan sektor pertanian

terhadap Provinsi Sumatera Selatan ini tidak terlepas dari upaya wilayah ini

untuk mempertahankan penggunaan lahan khususnya pada usaha pertanian,

serta program-program kerja pemerintah daerah yang konsisten terhadap

pengembangan bidang pertanian.

Namun, dalam perkembangannya, subsektor tanaman hortikultura di

Provinsi Sumatera Selatan sebagian besar hanya bergerak pada usaha budidaya

(on farm) saja tanpa diikuti pembangunan agribisnis yang dapat meningkatkan

nilai tambah pada komoditas unggulan tanaman hortikultura. Teknologi pasca

panen yang seharusnya mampu meningkatkan nilai tambah produk belum bisa

Page 37: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-4

dilakukan dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena masih rendahnya

penguasaan teknologi pengolahan produk pertanian yang berakibat rendahnya

nilai tambah produk karena sebagian besar produk dijual dalam bentuk bahan

baku, sehingga penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian belum

menikmati hasil yang maksimal, khususnya melalui usaha pada jenis komoditas

unggulannya.

Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi

strategis, berdasarkan baik pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim)

maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan

sumber daya manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat),

untuk dikembangkan di suatu wilayah. Alkadri (2001) mengemukakan

beberapa kriteria dalam penentuan suatu komoditas unggulan, antara lain :

a. Komoditas unggulan tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan

pada peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran.

b. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional

dan internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi dan kualitas

pelayanan.

c. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain, baik dalam hal pasar (konsumen)

maupun pemasokan bahan baku.

d. Memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi

teknologi.

e. Mampu menyerap tenaga kerja yang berkualitas secara optimal sesuai

dengan skala produksinya.

f. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase kelahiran,

pertumbuhan, hingga fase kejenuhan atau penurunan.

g. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

h. Pengembangan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya

keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan,

fasilitas insentif / disinsentif dan lain-lain.

i. Pengembangan berorientasi pada kelestarian sumberdaya dan lingkungan.

Page 38: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-5

Saragih (2001) mengatakan bahwa komoditas unggulan diartikan

sebagai komoditas basis yaitu komoditas yang dihasilkan secara berlebihan

dalam pengertian lebih untuk digunakan masyarakat dalam suatu wilayah

tertentu sehingga kelebihan tersebut dapat dijual keluar wilayah tersebut.

Sebagai akibat upaya transfer keluar wilayah tersebut maka terciptalah

kegiatan-kegiatan pendukung yang dapat meningkatkan nilai tambah serta

memperluas kesempatan kerja.

3.2. Tinjauan Pustaka dan Hasil-Hasil Kegiatan Terdahulu

Pada tahun 2015, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi Sumatera Selatan bekerjasama dengan Universitas Sriwijaya telah

melaksanakan Kajian Komoditi Unggulan Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura di Provinsi Sumatera Selatan. Kajian tersebut dilakukan di seluruh

wilayah-wilayah sentra tanaman pangan dan hortikultura di Provinsi Sumatera

Selatan. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa pada komoditi tanaman

hortikultura, tanaman buah-buahan yang juga menjadi sektor basis dan

memiliki keunggulan komparatif yang dihitung dari potensi kumulatif produksi

buah-buahan dilakukan perhitungan nilai LQ di tingkat kabupaten. Hasil dari

perhitungan LQ untuk masing-masing jenis buahan disajikan pada Tabel 3.1

Dari hasil perhitungan LQ di tingkat kabupaten yang disajikan pada Tabel

3.1 terlihat bahwa dari 8 jenis komoditi buahan yang memiliki kontribusi

produksi buahan yang mendominasi di Sumatera Selatan, hanya dua jenis

komoditi buahan yang memiliki nilai LQ > 1. Jenis komoditi tersebut adalah :

1. Pisang, yang menjadi sektor basis dan memiliki keunggulan komparatif di

Kabupaten OKU Selatan dan OKU Timur

2. Nenas, yang menjadi sektor basis dan memiliki keunggulan komparatif di

Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Prabumulih.

Hasil perhitungan nilai LQ pada jenis komoditi hortikultura lainnya untuk

keunggulan komparatif per kabupaten/kota yang ada di Sumatera Selatan

disajikan pada Tabel 3.1.

Page 39: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-6

Tabel 3.1Nilai LQ Tanaman Hortikultura Berdasarkan Produksi Komoditas per Kabupaten

di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014

Kabupaten/Kota Pisang Nanas Durian Duku JerukSiam

Rambutan Mangga Nangka

OKU 0,36 0,02 0,47 0,75 0,22 0,28 0,07 0,12

OKI 0,48 0,01 0,08 0,17 0,12 0,31 0,24 0,53

Muara Enim 0,36 0,90 0,37 0,25 0,02 0,10 0,12 0,07

Lahat 0,18 0,00 0,35 0,07 0,05 0,11 0,29 0,15

MURA 0,65 0,17 0,22 0,07 0,52 0,19 0,15 0,16

MUBA 0,52 0,01 0,05 0,02 0,06 0,06 0,09 0,11

Banyuasin 0,28 0,18 0,01 0,00 0,17 0,31 0,10 0,18

OKU Selatan 1,92 0,00 0,45 0,26 0,20 0,08 0,06 0,00

OKU Timur 45,44 0,01 0,02 0,00 0,04 0,02 0,19 0,01

Ogan Ilir 0,38 2,21 0,00 0,00 0,07 0,01 0,06 0,08

Palembang 0,28 0,00 0,02 0,01 0,02 0,12 0,12 0,13

Prabumulih 0,06 1,24 0,02 0,02 0,00 0,02 0,01 0,01

Pagar Alam 0,03 0,00 0,05 0,00 0,00 0,01 0,08 0,04

Lubuk Linggau 0,09 0,00 0,02 0,00 0,00 0,01 0,02 0,00

Empat Lawang 0,02 0,00 0,04 0,01 0,06 0,01 0,05 0,02

Dari hasil kajian yang telah dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perikanan

dan Kehutanan Kota Palembang di tahun 2015 tentang Model Industri Hilir

Berbasis Bahan Baku Produksi Komoditi yang Diusahakan di Kawasan

Agrowisata Gandus menunjukkan bahwa Kota Palembang meskipun bukanlah

wilayah produsen pertanian di Provinsi Sumatera Selatan, namun memiliki

kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan agropolitan, yang menjadikan

sektor pertanian sebagai basis pembangunan wilayah. Kawasan Agropolitan

Gandus merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi pertanian dengan

variasi yang cukup beragam meskipun tidak terlalu besar jika dibandingkan

wilayah-wilayah produsen lainnya di Sumatera Selatan. Di setiap sub sektor

pertanian yang terdiri dari kelompok tanaman pangan dan hortikultura,

Page 40: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-7

perkebunan, peternakan dan perikanan masing-masing memiliki potensi yang

tinggi untuk dikembangkan pada sektor hilirnya. Pada komoditi hortikultura,

meskipun tidak banyak, Kota Palembang juga memiliki berbagai potensi

sayuran dataran rendah, dan berbagai jenis buah tropis yang memiliki ciri khas

lokal.

Keanekaragaman bahan baku pertanian yang dapat diolah menjadi

produk industri agro di Kota Palembang sangat mendukung perkembangan

industri agro yang memang memiliki keterkaitan yang erat dikarenakan bahan

baku industri agro bertumpu pada produksi dari hasil-hasil komoditi pertanian.

Saat ini perkembangan industri agro di Kota Palembang sudah berjalan dengan

baik, namun masih memiliki keterbatasan pada jenis produk yang masih

didominasi barang setengah jadi. Diversifikasi produk industri agro sudah

dilakukan, namun sampai saat ini perkembangannya belum berjalan dengan

baik.

Beberapa komoditi pertanian yang sekarang dikembangkan menuju

produk industri agro melalui penerapan teknologi, sehingga produk mentah

menjadi produk industri agro telah dilakukan di Kota Palembang, meskipun

ketersediaan bahan baku masih banyak dipasok dari wilayah lain. Produksi

bidang pertanian yang sekarang mulai dikembangan di Kota Palembang hingga

menjadi produk industri agro tersebut terdiri dari:

- Produksi padi melalui teknologi pengeringan dan penggilingan menjadi

produk industri agro dalam bentuk beras.

- Ubi kayu melalui teknologi sortasi, pemarutan, ekstraksi, pengayakan, dan

pengeringan menjadi produk industri agro dalam bentuk tepung tapioka.

- Getah karet melalui teknologi penggumpalan (koagulan), pengepresan,

pembentukan, pengasapan menjadi karet sheet asap (RSS).

- Kopi melalui teknologi pengeringan, penggorengan, dan penggilingan

menjadi produk industri agro dalam bentuk kopi bubuk.

- Ikan melalui teknologi penggilingan, perebusan dan penggorengan menjadi

produk industri agro seperti pempek, kerupuk, dan nugget ikan.

Page 41: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-8

Disamping produk-produk tersebut, masih terdapat jenis komoditi lain

yang telah diolah melalui teknologi pengolahan hingga menjadi produk industri

yang siap dipasarkan. Produk-produk industri unggulan yang telah

dikembangkan di Kota Palembang tersebut diolah dalam skala rumah tangga

maupun industri besar. .

Untuk penyusunan master plan kawasan yang selaras juga sebelumnya

telah dilakukan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Sumatera Selatan, diantaranya di tahun 2014 telah disusun Rencana Induk

(Master Plan) Pengembangan Agrowisata di Kabupaten Lahat Sumatera

Selatan. Hasil kajian tersebut yang seyogyanya juga merekomendasikan

pengembangan suatu wilayah dengan pola kawasan. Dari hasil penyusunan

master plan tersebut dapat dijelaskan bahwa Pengembangan Agrowisata

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja pembangunan

pertanian daerah yang dipadukan dengan pengembangan potensi wisata yang

berbasis pada kekayaan sumberdaya alam setempat. Setiap daerah yang

berbasis pertanian memiliki potensi untuk mengembangkan pola agrowisata ini,

namun perlu didahului dengan penyusunan rencana induknya yang kemudian

dilanjutkan dengan rencana rekayasa rincinya. Selain itu dalam pelaksanaan

programnya mesti didukung dengan dana pembangunan fisik dan infrastruktur

yang relevan dan dibutuhkan serta adanya komitmen semua pihak yang terkait,

bukan hanya menjadi tanggung jawab instansi yang langsung bergerak di

bidang pertanian saja.

Begitu pula dengan upaya pengembangan agrowisata di Wilayah

Kelurahan Pagar Agung, Kecamatan Lahat, Kabupaten Lahat dengan potensi

pertanian, terutama hortikulturanya yang sangat bagus untuk dikembangkan

sebagai objek pariwisata pedesaan. Kondisi pemandangan alam yang bagus

dan udara yang cukup sejuk menjadi pelengkap dari potensi yang dimiliki

sebagai sebagai modal pengembangan agrowisata. Wilayah Pagar Agung yang

direncanakan menjadi wilayah sentra agrowisata sebagai bagian dari

Kecamatan Lahat merupakan wilayah pertanian yang meskipun bukan sentra

Page 42: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-9

produksi komoditi pertanian di Kabupaten Lahat, namun dapat penjadi

pajangan (display) yang representatif karena memiliki hampir semua jenis

komoditi pertanian dan perkebunan yang termasuk kategori tanaman pangan

(padi), buah-buahan (durian, duku, lengkeng, alpukat, belimbing, jeruk, jambu,

mangga, manggis, dsb), sayur-sayuran (kentang, bawang merah. bayam,

kangkung, kacang panjang, dsb) serta dari jenis komoditi perkebunan (karet,

kelapa sawit, lada, kakao, kemiri, pinang, dan lain-lain). Selain itu, dukungan

potensi perikanan dan peternakan serta keindahan alam yang berasal dari air

(air terjun dan sungai) dan ditambah kekayaan budaya peninggalan sejarah

yang lokasinya saling berdekatan membuat daerah ini menjadi potensi yang

strategis untuk dikembangkan sebagai pusat agrowisata yang terintegrasi.

Keberadaan berbagai potensi tersebut saat ini belum diberdayakan

secara optimal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan

sekaligus pendapatan daerah melalui pengembangan agrowisata, untuk itu

sudah saatnya wilayah ini menjadi pusat perhatian untuk dibentuk menjadi

wilayah agrowisata yang potensial melalui berbagai kegiatan pertanian dan

produk budaya serta penonjolan nuansa pedesaan yang alami yang dapat

menjadi alternatif untuk mendiversifikasikan produk wisata, memberikan

pengalaman baru kepada wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Lahat dan

mendiversifikasikan kegiatan ekonomi masyarakat desa setempat. Program-

program pengembangan yang bersifat fisik maupun non fisik tentu saja

dibutuhkan guna mewujudkan rencana tersebut. Koordinasi yang baik antar

instansi pemerintah dan kerjasama dengan pihak swasta menjadi hal yang

wajib untuk dilaksanakan, begitu juga dengan partisipasi masyarakat setempat

serta berbagai kearifan lokal harus diberdayakan dalam mendukung

perwujudan wilayah agrowisata ini.

Untuk mengembangkan Kelurahan Pagar Agung Kecamatan Lahat

menjadi kawasan agrowisata, maka Pemerintah Kabupaten Lahat harus

menyiapkan komoditi unggulan pertanian daerah, sarana dan prasarana yang

memadai serta sumberdaya manusia yang berkualitas di bidang pariwisata.

Page 43: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-10

Guna memenuhinya, tentu saja dibutuhkan peran aktif sektor pendidikan

pariwisata dalam upaya menyiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas di

bidang pariwisata. Selain itu peran Pemerintah Daerah di provinsi dan

kabupaten/kota (Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas

Pekerjaan Umum, Dinas Perikanan dan Dinas Pendidikan dan lain-lain) dalam

pengembangan agrowisata perlu ditingkatkan khususnya dalam sinergitas,

kerjasama dengan dunia pendidikan dan bisnis dengan melibatkan masyarakat.

Salah satu titik krusial yang perlu dicermati adalah pengenalan lokasi dan

pemasaran komoditi yang dikembangkan di kawasan agrowisata ini. Pada tahap

awal diperlukan kerjasama dengan SKPD terkait, terutama Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Dinas Perdagangan. Kerjasama dengan

Dinas Pendidikan dapat dibangun dengan cara membuat kegiatan kunjungan

agrowisata bagi sekolah-sekolah di Kabupaten Lahat secara bergiliran setiap

minggu ke lokasi agrowisata tersebut, mulai dari taman kanak-kanak hingga

SLTA. Kegiatan seperti ini juga dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan

minat dan kecintaan terhadap duna pertanian. Peran Dinas Perdagangan dan

Dinas Pariwisata terkait dengan promosi perdagangan dan wisata ke

masyarakat di luar daerah dalam lingkup nasional maupun internasional yang

dapat dilakukan secara langsung maupun bekerjasama dengan pemerintahan

provinsi dan pemerintah pusat dalam jangka menengah maupun jangka

panjang. Selanjutnya, peran swasta nasional nampaknya juga perlu digalakkan

dengan memberikan fasilitasi untuk mendukung pengembangan kawasan

agrowisatanya sendiri, menjadi mitra usaha pemasaran komoditi yang

dikembangangkan di wilayah Kabupaten Lahat dalam koordinasi agrowisata,

maupun dalam promosi wisata di lokasi tersebut dan pembangunan lokasi

agrowisata lainnya di masa mendatang.

3.3. Tantangan dan Permasalahan Pembangunan TanamanHortikultura

Tantangan dan permasalahan pembangunan pertanian khususnya

pembangunan untuk komoditi tanaman hortikultura (cabai, bawang

Page 44: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-11

merah dan jeruk) diidentifikasi melalui informasi langsung dari petani pelaksana

itu sendiri, serta analisis kondisi di lapangan. Dari hasil FGD di setiap lokasi

kajian menunjukkan bahwa yang menjadi tantangan dan permasalahan utama

pada pembangunan komoditi hortikultura (cabai, bawang merah dan jeruk),

teridentifikasi adalah rendahnya modal usaha. Ketidakberdayaan petani

terhadap penguasaan modal usaha serta lemahnya petani terhadap aksesibilitas

ke lembaga modal menjadikan mereka cenderung memanfaatkan peluang

untuk mendapatkan modal dari lembaga finansial non formal baik pedagang

pengumpul maupun fihak lainnya. Hal ini lebih disebabkan karena urusan yang

praktis dalam upaya mendapatkan bantuan modal serta urusan yang praktis

juga dalam hal memasarkan produk. Disamping itu karena tidak adanya

peluang lain untuk mendapatkan bantuan modal yang lebih mudah selain

dengan lembaga finansial non formal tersebut walau harus membayar dengan

bunga yang tinggi. Akan tetapi dengan adanya hubungan antara keduanya

melalui pinjaman tersebut berarti bahwa kesempatan untuk memasarkan

produk ketempat lain telah tertutup.

Rendahnya modal menyebabkan petani tidak mampu menjangkau

sarana produksi yang ada seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan yang

sebenarnya tersedia di kios-kios setempat. Harga benih bawang merah dan

cabai di pasaran cenderung sangat tinggi bagi petani.

Salah satu program yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan

ketahanan pangan adalah program SLPTT dan BLBU. Program SLPTT dan

program BLBU merupakan program yang telah dilaksanakan di tingkat/wilayah

kelompok tani. Memang dengan adanya program tersebut petani merasa

terbantu terutama dengan adanya bantuan bibit seperti bibit jagung unggul

BISI-2, Nusantara, Kuda terbang dan merk lainnya. Akan tetapi program

tersebut belum semua anggota kelompok mendapatkannya. Pada tahun 2010

semua anggota pernah mendapatkan bantuan berupa bibit jagung sebanyak 15

kg/ha, pupuk Urea 100 kg/ha dan Ponskha 100 kg/ha. Sedangkan tahun

berikutnya bantuan tersebut sudah tidak ada lagi. Bantuan tersebut sebenarnya

Page 45: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-12

merupakan stimulan agar petani mau menerapkan teknologi yang ada,

sehingga produksinya diharapkan dapat meningkat. Akan tetapi upaya tersebut

belum mencapai sasaran yang diinginkan dan petani masih tetap menggunakan

varitas lokal yang produksinya lebih rendah. Permasalahan utama adalah modal

usahatani yang masih lemah. Program seperti ini diharapkan dapat juga

dilakukan untuk tanaman hortikultura khususnya untuk tanaman cabai dan

bawang merah yang memang masih terkendala dengan harga benih yang

mahal dana ketersediaannya terbatas.

Sarana produksi merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan

budidaya tanaman hortikultura. Akan tetapi permasalahan utama yang dihadapi

kelompok tani adalah ketersediaan benih unggul. Sebenarnya ketersediaan

benih unggul tersebut tidak masalah, mengingat hampir semua kios Saprodi

senantiasa menyediakan benih unggul untuk komoditi pangan dan hortikultura..

Akan tetapi sehubungan dengan adanya ketergantungan petani terhadap

bantuan pemerintah, maka kesadaran petani untuk membeli benih sendiri

masih rendah. Adanya bantuan benih di satu sisi menguntungkan petani, akan

tetapi disisi lain menjadikan ketergantungan. Permasalahan lainnya adalah

adanya keterlambatan pengiriman/droping bantuan benih, menjadikan petani

beralih ke penggunaan benih lokal yang biasa mereka gunakan.

Dari hasil beberapa kajian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas

Sriwijaya pada kurun waktu 5 tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan bahwa

secara umum permasalahan yang masih menjadikan kendala dalam kegiatan

berusaha tani tanaman hortikultura diantaranya adalah :

Perluasan areal untuk lahan baru bagi pengusahaan tanaman hortikultura

cenderung sudah sulit untuk dilakukan lagi mengingat hampir sebagian

besar lahan yang ada sudah diusahakan untuk komoditi lainnya, misalnya

komoditi pangan dan perkebunan, terbatasnya lahan tidur yang bisa

dijadikan areal perluasan lahan hortikultura menyebabkan kegiatan

perluasan areal tanaman hortikultura sudah sulit untuk dilakukan lagi.

Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan fisik baik pembangunan

Page 46: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-13

fasilitas perumahan maupun sarana prasarana lainnya yang banyak

memanfaatkan lahan pertanian yang semakin meningkat dan semakin sulit

dikendalikan menyebabkan semakin mempercepat terjadinya konversi lahan

pertanian.

Peningkatan produksi hortikultura selain terancam oleh adanya konversi

lahan pertanian juga sangat ditentukan oleh keseriusan pelaksanaan di

lapangan terutama oleh petani sendiri. Kegiatan usahatani yang tidak

diimbangi oleh adanya pendampingan terutama oleh kehadirannya tenaga

penyuluh sangat sulit untuk mempertahankan produktivitas yang tinggi.

Kehadiran penyuluh dalam mengatasi setiap permasalahan yang ada di

lapangan sangat diharapkan oleh petani.

Masalah ketersediaan sarana pengairan yang belum merata. Secara umum

irigasi merupakan salah satu infrastruktur yang saat ini masih dirasakan

masih sangat kurang. Sehingga pada saat musim kemarau petani praktis

tidak dapat berusahatani karena terbatasnya ketersediaan air. Disamping itu

pembangunan sarana jalan usaha tani juga belum merata.

3.4. Landasan Teori Pengembangan Kawasan dan KomoditasUnggulan Tanaman Hortikultura

Sebagai bentuk penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional 2010-2014, pemerintah menetapkan tiga strategi utama dalam rangka

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, yaitu: (1) mengembangkan

Koridor Ekonomi Indonesia; (2) memperkuat konektivitas nasional; dan (3)

mempercepat kemampuan SDM dan IPTEK nasional. Dalam rangka

pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia, terdapat enam koridor ekonomi

yang telah ditetapkan beserta tema pembangunannya masing-masing, yaitu:

(1) Koridor Sumatera sebagai produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung

energi nasional; (2) Koridor Kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan

hasil tambang dan lumbung energi nasional; (3) Koridor Jawa sebagai

pendorong industri dan jasa nasional; (4) Koridor Sulawesi sebagai pusat

Page 47: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-14

produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan nasional;

(5) Koridor Bali-NTT-NTB sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung

pangan nasional; dan (6) Koridor Papua-Maluku-Maluku Utara sebagai

pengolahan sumber daya alam yang melimpah dan SDM yang sejahtera. Secara

umum strategi pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia tersebut dapat

diartikan sebagai upaya untuk mengembangkan wilayah dalam rangka memacu

perkembangan ekonomi yang mengakar pada potensi dan kondisi sosial-

ekonomi daerah dan masyarakatnya.

Di masa lalu, pemerintah pernah melakukan upaya-upaya dalam bentuk

kebijakan, program dan kegiatan untuk mengembangkan wilayah melalui

strategi mempertahankan daya dukung sumberdaya lokal yang tersedia dan

memanfaatkan peluang yang ada secara sinergis dan terintegrasi, baik tingkat

regional, nasional dan sektoral. Di tingkat regional, upaya untuk

mengembangkan wilayah telah dilakukan melalui berbagai strategi dan

pendekatan kerja sama antar kawasan lintas negara seperti: Indonesia-

Malaysia-Thailand-Growth-Triangle(IMT-GT), Brunei Darussalam-Indonesia–

Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area(BIMP-EAGA), dan Indonesia-

Malaysia-Singapore Growth Triangle(IMS-GT). Namun demikian, upaya

pengembangan ekonomi antar wilayah-antar negara ini belum dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan, karena kurangnya dukungan instrumen

kerjasama operasional dan komitmen dari segenap pemangku kepentingan

yang terlibat.

Selanjutnya, dalam skala lintas provinsi telah dikembangkan rancang

bangun kerja sama dalam bentuk Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

(KAPET) di wilayah yang memiliki potensi untuk cepat tumbuh dan mempunyai

sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan

sekitarnya (trickle-down effect). Terdapat 13 KAPET yang pembentukannya

masing-masing dikukuhkan dengan Keputusan Presiden, yaitu: Biak, Batulicin,

Sasamba, Sanggau, Manado-Bitung, Mbay, Parepare, Seram, Bima, Batui,

Bukari, DAS Kakap, dan Sabang. Namun dalam pelaksanaannya, KAPET belum

Page 48: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-15

dapat berjalan sesuai yang diharapkan, karena pengembangannya memerlukan

investasi yang besar serta kurangnya dukungan instrumen kerjasama

operasional lintas instansi dan komitmen dari segenap pemangku kepentingan

yang terlibat.

Dalam skala sektoral di lingkup nasional, telah banyak Kementerian/

Lembaga yang menerbitkan kebijakan pengembangan ekonomi wilayah baik

yang dilaksanakan oleh internal Kementerian/Lembaga maupun yang

dilaksanakan melalui kerja sama lintas Kementerian/Lembaga, diantaranya

adalah: Kawasan Sentra Produksi (KSP), Kawasan Cepat Tumbuh, dan Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK) yang dibina oleh Kementerian Dalam Negeri; Kawasan

Agropolitan (Kementerian Dalam Negeri & Kementerian Pertanian); Kawasan

Minapolitan (Kementerian Kelautan dan Perikanan); Kota Terpadu Mandiri

(KTM) yang dibina oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Kawasan

Industri Berbasis Komoditas yang dibina oleh Kementerian Perindustrian serta

kawasan-kawasan lainnya. Namun dalam pelaksanaannya kawasan-kawasan

tersebut juga belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan, karena kerja sama

antar instansi dan lintas sektoral belum dapat berjalan dengan baik.

Di lingkup Kementerian Pertanian juga telah diselenggarakan berbagai

pola pengembangan komoditas dengan pendekatan yang berbasis kawasan

pada era sebelum pelaksanaan otonomi daerah, maupun di periode awal masa

transisi pelaksanaannya. Diantara berbagai konsep kawasan yang telah

dilaksanakan Kementerian Pertanian yaitu Sentra Pengembangan Agribisnis

Komoditas Unggulan (SPAKU), Kawasan Agribisnis Hortikultura, Kawasan

Industri Peternakan (KINAK), Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK), Perkebunan

Inti Rakyat (PIR), Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN),

Agropolitan, PRIMA TANI serta berbagai koordinasi perencanaan

pengembangan kawasan lainnya seperti kawasan produksi padi di pantai utara

dan selatan Jawa, jagung di Gorontalo, kakao di Sulawesi dan kawasan lainnya.

Secara manajerial, penyelenggaraan pengembangan kawasan oleh

Kementerian Pertanian yang berbasis komoditas di atas masih dilaksanakan

Page 49: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-16

dengan pola “proyek”, baik dalam pengertian dual budgeting system maupun

dalam pengertian masih bersifat output oriented. Dengan mulai diterapkannya

prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah secara otonomi penuh serta

disiplin penyelenggaraan program dan pembiayaan, maka penyelenggaraan

pengembangan kawasan yang berbasis komoditas ke depan dituntut sejalan

dengan prinsip-prinsip good governance, yaitu sesuai dengan rambu-rambu

penyelenggaraan tata pemerintahan (terutama disiplin kewenangan, urusan

dan pembiayaan) serta tata kelola dan tata penyelenggaraan yang baik. Di

samping itu, reformasi perencanaan dan penganggaran serta reorientasi arah

pembangunan nasional mensyaratkan untuk mulai dilaksanakannya program

yang memiliki kerangka pembiayaan berkerangka jangka menengah,

berorientasi outcome, berbasis kinerja dan berdimensi kewilayahan.

Guna menyusun rancang bangun pengembangan komoditas

sebagaimana dimaksud di atas yang sesuai dengan era otonomi daerah, harus

diawali dengan proses pembelajaran (lesson learned) dari keberhasilan maupun

kegagalan penyelenggaraan program dan kegiatan pengembangan kawasan

yang pernah dilaksanakan atau difasilitasi oleh Kementerian Pertanian. Belajar

dari pengalaman sebelumnya, diperlukan suatu instrumen perencanaan

pengembangan komoditas pertanian yang didasarkan atas analisis isu strategis,

identifikasi potensi yang disusun ke dalam skenario strategi, arah kebijakan

jangka menengah, serta langkah-langkah operasional pelaksanaannya dalam

suatu bentuk rancang bangun.

Arah dan kebijakan pembangunan pertanian nasional yang menjadi

landasan dalam penyusunan master plan ini adalah sebagaimana yang tertuang

dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 serta dinamika

perubahannya yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian. Kebijakan dan

strategi nasional mengacu pada sasaran RPJMN 2010-2014 yang difokuskan

pada kesejahteraan rakyat dalam aspek ekonomi dan pangan. Sasaran aspek

pembangunan ekonomi difokuskan pada kontribusi sektor pertanian dalam

mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,3 – 6,8 persen per

Page 50: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-17

tahun dan sebelum tahun 2014 mencapai 7,0 persen; inflasi rata-rata 4-6

persen; tingkat pengangguran terbuka 5-6 persen pada akhir tahun 2014; dan

tingkat kemiskinan 8 – 10 persen pada akhir tahun 2014. Sasaran aspek

pembangunan pangan adalah pertumbuhan komoditas pangan utama, yaitu

produksi padi 3,22 persen per tahun; produksi jagung 10,02 persen per tahun;

produksi kedelai 20,05 persen per tahun; dan produksi daging sapi 7,40 persen

per tahun.

Keterkaitan antara strategi RPJMN 2010-2014 dengan Rencana Strategis

Kementerian Pertanian 2010-2014 dijabarkan ke dalam strategi pembangunan

pertanian yang berfokus pada tujuh aspek dasar yang disebut dengan TUJUH

GEMA REVITALISASI, yaitu : (1) Revitalisasi Lahan; (2) Revitalisasi Perbenihan

dan Perbibitan; (3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; (4) Revitalisasi

Sumber Daya Manusia; (5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; (6) Revitalisasi

Kelembagaan Petani; dan (7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir.

Implementasi dari TUJUH GEMA REVITALISASI ini merupakan kelanjutan,

perluasan dan pendalaman dari segenap usaha yang telah dilaksanakan

sebelumnya melalui perencanaan kebijakan, program, penganggaran,

pelaksanaan dan evaluasinya secara terpadu yang disesuaikan dengan

sumberdaya alam, sosial budaya daerah, perubahan dinamika lingkungan

strategis internal dan eksternal serta memperhatikan potensi, permasalahan

dan tantangan yang dihadapi saat ini dan kemudian. Implementasi strategi

pembangunan pertanian diarahkan guna mendukung tercapainya EMPAT

TARGET SUKSES Kementerian Pertanian.

Sasaran swasembada yang akan dicapai pada akhir tahun 2014 adalah

produksi kedelai sebesar 2,7 juta ton, produksi gula sebesar produksi 3,45 juta

ton dan produksi daging sapi 0,66 juta ton. Adapun sasaran swasembada

berkelanjutan yang hendak dicapai pada akhir tahun 2014 adalah produksi padi

sebesar 76,57 juta ton dan produksi jagung 29 juta ton. Disamping itu

peningkatan produksi 35 komoditas unggul nasional lainnya. Sasaran

pencapaian peningkatan diversifikasi pangan yang hendak dicapai adalah: (1)

Page 51: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-18

konsumsi beras menurun sekurang-kurangnya 1,5 persen per tahun,

bersamaan dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, buah-

buahan, dan sayuran; (2) skor Pola Pangan Harapan (PPH) naik dari 86,4

(tahun 2010) menjadi 93,3 (tahun 2014); dan (3) peningkatan keamanan

pangan. Sasaran pencapaian peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor

yang akan dicapai adalah: (1) tersertifikasinya semua produk pertanian organik,

kakao fermentasi, dan bahan olahan karet pada 2014 (pemberlakuan wajib

bersertifikat); (2) meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan dari 20

persen (tahun 2010) menjadi 50 persen (tahun 2014); (3) berkembangnya

produksi tepung-tepungan untuk mensubstitusi 20 persen gandum/terigu impor

pada tahun 2014; (3) terpenuhinya semua sarana pengolahan kakao fermentasi

bermutu untuk industri coklat dalam negeri (tahun 2014); dan (4)

meningkatnya surplus neraca perdagangan dari US$ 24,3 miliar (tahun 2010)

menjadi US$ 54,5 miliar (tahun 2014). Sasaran peningkatan kesejahteraan

petani yang hendak dicapai adalah: (1) tingkat pendapatan per kapita pertanian

Rp 7,93 juta di tahun 2014; dan (2) rata-rata laju peningkatan pendapatan per

kapita 11,10 persen per tahun.

Secara umum, berbagai program dan kegiatan pembangunan pertanian

diarahkan untuk menjamin ketahanan pangan nasional, meningkatkan ekspor

dan mensubtitusi produk impor dengan produk lokal yang pada gilirannya akan

mendorong peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat. Konsep

Pengembangan Kawasan Pertanian Untuk membangun dan mengembangkan

kawasan pertanian dibutuhkan peran serta dan tanggung jawab para

pemangku kepentingan. Untuk itu diperlukan persamaan pemahaman tentang

pengertian dan batasan kawasan pertanian.

Sentra Pertanian dan Kawasan Pertanian

Sentra pertanian merupakan bagian dari kawasan yang memiliki ciri

tertentu dimana di dalamnya terdapat kegiatan produksi suatu jenis produk

pertanian unggulan. Disamping itu, sentra merupakan area yang lebih khusus

Page 52: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-19

untuk suatu komoditas dalam kegiatan ekonomi yang telah membudaya yang

ditunjang oleh prasarana dan sarana produksi untuk berkembangnya produk

tersebut. Pada area sentra terdapat suatu kesatuan fungsional secara fisik

lahan, geografis, agroklimat, infrastruktur dan kelembagaan serta SDM, yang

berpotensi untuk berkembangnya suatu komoditas unggulan.

Kawasan pertanian adalah gabungan dari sentra-sentra pertanian yang

terkait secara fungsional baik dalam faktor sumber daya alam, sosial budaya,

maupun infrastruktur, sedemikian rupa sehingga memenuhi batasan luasan

minimal skala ekonomi dan efektivitas manajemen pembangunan wilayah.

Kawasan pertanian menurut administrasi pengelolaan terdiri dari: (1) Kawasan

Pertanian Nasional; (2) Kawasan Pertanian Provinsi; dan (3) Kawasan Pertanian

Kabupaten/Kota dengan kriteria untuk masing-masing kawasan sebagai berikut:

Kawasan Pertanian Nasional merupakan kawasan yang ditetapkan oleh

Menteri Pertanian dengan kriteria:

1. memiliki kontribusi produksi yang signifikan atau berpotensi tinggi

terhadap pembentukan produksi nasional;

2. mendapat fasilitas dukungan pendanaan dari APBN serta APBD

provinsi/kabupaten/kota;

3. mengembangkan 40 (empat puluh) komoditas unggulan nasional yang

telah ditetapkan.

Kawasan Pertanian Provinsi adalah kawasan yang ditetapkan oleh

Gubernur dengan kriteria:

1. memiliki kontribusi produksi yang signifikan atau berpotensi tinggi

terhadap pembentukan produksi provinsi;

2. difasilitasi oleh APBD provinsi dan atau dapat didukung APBN sebagai

pendamping (untuk provinsi yang mengembangkan 40 komoditas

unggulan nasional);

3. mengembangkan komoditas unggulan provinsi dan/atau 40 komoditas

unggulan nasional.

Page 53: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-20

Kawasan Pertanian Kabupaten/Kota adalah kawasan yang ditetapkan oleh

Bupati/Walikota dengan kriteria:

1. memiliki kontribusi produksi yang signifikan atau berpotensi tinggi

terhadap produksi kabupaten/kota;

2. difasilitasi oleh APBD kabupaten/kota dan/atau didukung oleh APBN

sebagai pendamping (untuk kabupaten yang mengembangkan 40

unggulan nasional), serta dapat didukung oleh APBD provinsi (untuk

kabupaten yang mengembangkan komoditas unggulan provinsi);

3. mengembangkan komoditas unggulan kabupaten/kota, komoditas

unggulan provinsi dan/atau komoditas 40 unggulan nasional.

Kawasan Pertanian Berdasarkan Kelompok Komoditas

Berdasarkan kelompok komoditas, kawasan pertanian terdiri dari: (1)

kawasan tanaman pangan; (2) kawasan hortikultura; (3) kawasan perkebunan;

dan (4) kawasan peternakan dengan kriteria sebagai berikut :

a. Tanaman pangan

Kawasan tanaman pangan adalah kawasan usaha tanaman pangan yang

disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik

buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa

sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha

tanaman pangan.

Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang telah eksis atau

calon lokasi baru dan lokasinya dapat berupa hamparan atau spot partial

namun terhubung dengan aksesibilitas memadai.

Kriteria khusus kawasan tanaman pangan dalam aspek luas agregat

kawasan untuk masing-masing komoditas unggulan tanaman pangan

adalah: padi, jagung, dan ubi kayu minimal 5.000 hektar; kedelai minimal

2.000 hektar; kacang tanah minimal 1.000 hektar; serta kacang hijau dan

ubi jalar minimal 500 hektar. Disamping aspek luas agregat, kriteria

khusus kawasan tanaman pangan juga mencakup berbagai aspek teknis

lainnya yang bersifat spesifik komoditas.

Page 54: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-21

b. Kawasan hortikultura adalah sebaran usaha hortikultura yang disatukan

oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta

dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga

mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha

hortikultura,dapat meliputi kawasan yang telah eksis maupun lokasi baru

yang memiliki potensi SDA yang sesuai dengan agroekosistem, dan

lokasinya dapat berupa hamparan dan/atau spot partial (luasan terpisah)

dalam satu kawasan yang terhubung dengan aksesibilitas memadai.

Kriteria khusus kawasan hortikultura mencakup berbagai aspek teknis

yang bersifat spesifik komoditas baik untuk tanaman buah, sayuran,

tanaman obat maupun tanaman hias.

c. Perkebunan

Kawasan perkebunan atau kawasan pengembangan perkebunan adalah

wilayah pembangunan perkebunan sebagai pusat pertumbuhan dan

pengembangan dan usaha agribisnis perkebunan yang berkelanjutan

(sesuai UU No. 18/2004). Kawasan tersebut disatukan oleh faktor alamiah,

kegiatan ekonomi, sosial budaya dan berbagai infrastruktur pertanian,

serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sehingga mencapai skala

ekonomi dan efektivitas manajemen usaha perkebunan. Kawasan

perkebunan dapat berupa kawasan yang telah ada maupun lokasi baru

yang sesuai dengan persyaratan bagi masing-masing jenis budidaya

tanaman perkebunan, dan lokasinya disatukan oleh agroekosistem yang

sama.

Kriteria khusus kawasan perkebunan diantaranya :

- Pengusahaannya dilakukan sebagai usaha perkebunan rakyat dan/atau

sebagai usaha perkebunan besar dengan pendekatan skala ekonomi;

Usaha perkebunan besar bermitra dengan usaha perkebunan rakyat

secara berkelanjutan, baik melalui pola perusahaan inti – plasma,

perkebunan rakyat dengan perusahaan mitra (kemitraan), kerjasama

pengolahan hasil dan bentuk-bentuk kerjasama lainnya; dan

Page 55: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-22

- Arah pengembangannya dilaksanakan dalam bingkai prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan, diantaranya: kelapa sawit menerapkan

sistem ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), kakao menerapkan

sustainable cocoa dan prinsip-prinsip berkelanjutan lainnya.

d. Peternakan

Kawasan peternakan adalah kawasan existing atau lokasi baru yang

memiliki SDA sesuai agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa hamparan

dan atau spot partial (luasan terpisah) yang terhubung secara fungsional

melalui aksesibilitas yang baik dalam satu kawasan, dilengkapi dengan

prasarana dan sarana pengembangan ternak yang memadai. Kawasan

peternakan harus memiliki lahan padang penggembalaan dan atau hijauan

makanan ternak, serta dapat dikembangkan dengan pola integrasi ternak-

perkebunan, ternak-tanaman pangan, ternak-hortikultura.

Sumber Pembiayaan Pengembangan Kawasan

Pengembangan kawasan melibatkan peran serta masyarakat

(community); kalangan swasta, BUMN dan BUMD (business); serta pemerintah

(government). Sumber pembiayaan pengembangan kawasan dari pemerintah

dapat berasal dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota. Dana

pemerintah bersifat trigger (pengungkit) berkembangnya kawasan oleh

masyarakat dan dunia usaha.

Sumber pendanaan kawasan pertanian nasional didanai terutama oleh

APBN, namun demikian kawasan tersebut memungkinkan didanai APBD Provinsi

maupun APBD Kabupaten/Kota. Komoditas yang dikembangkan di kawasan

pertanian nasional difokuskan pada 40 komoditas unggulan nasional sesuai

Renstra Kementerian Pertanian.

Pola Dasar Pengembangan Kawasan Pertanian

Pola dasar pengembangan kawasan pertanian dirancang untuk

meningkatkan keberhasilan penerapan Rencana Strategis Kementerian

Pertanian 2010-2014 yang telah dijabarkan ke dalam strategi pembangunan

Page 56: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-23

pertanian. Strategi pembangunan pertanian berfokus pada tujuh aspek dasar

yang disebut dengan TUJUH GEMA REVITALISASI.

Implementasi TUJUH GEMA REVITALISASI merupakan kelanjutan,

perluasan dan pendalaman telah dilaksanakan melalui perencanaan kebijakan,

program, penganggaran, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan secara terpadu

guna mendukung tercapainya EMPAT TARGET SUKSES Kementerian Pertanian.

Pola dasar pengembangan kawasan pertanian dikelompokkan: (1) pola

pengembangan kawasan yang sudah ada, dan (2) pola pengembangan

kawasan baru.

a. Pola Pengembangan Kawasan yang Sudah Ada (Existing)

Pola ini ditujukan bagi kawasan pertanian yang sudah ada dan

berkembang, untuk memperluas skala produksi, serta melengkapi/memperkuat

simpul-simpul agribisnis yang belum berfungsi optimal. Luasan kawasan dapat

bertambah sesuai dengan daya dukung. Kawasan yang telah mandiri

diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi daerah sekitarnya (trickle-

down effect).

b. Pola Pengembangan Kawasan Baru

Pola ini ditujukan untuk kawasan komoditas unggulan pada wilayah

baru/potensial yang belum dikembangkan. Ada dua pendekatan pengembangan

kawasan, yaitu (1) memperluas skala dan mengadakan kegiatan yang belum

terlaksana, (2) membangun kawasan baru di kawasan potensial secara

bertahap hingga mencapai skala minimum kawasan.

Penentuan kawasan baru dapat didasarkan pada komoditas yang

potensial, dan ketersediaan lahan yang sesuai untuk mendukung

pengembangan komoditas tersebut (commodity-driven). Ada kalanya lokasi

potensial sudah ada, namun belum terdapat komoditas yang layak untuk

dikembangkan. Dalam pengembangan kawasan pertanian harus ditentukan

terlebih dahulu komoditas yang tepat berdasarkan potensi pasar dan wilayah

dan ketersediaan sumberdaya serta dukungan pemerintah setempat.

Page 57: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-24

3.5. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Studi

Pelaksanaan studi terkait penyusunan master plan dan rencana aksi telah

banyak dilakukan untuk berbagai komoditi dari berbagai wilayah, dengan

metode pelaksanaan studi yang cenderung sama. Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan (2015) dalam kegiatan

penyusunan Kajian Komoditi Unggulan Pertanian Tanaman Pangan Dan

Hortikultura Tahun 2015, dalam pelaksanaan studi tersebut menggunakan

metode analisis deskriptif, dengan jenis metode survei. Menurut Whitney

(1960) dalam Nazir (2005) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah

serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu termasuk

tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Metode survei sebagai bagian

dari metode deskriptif adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh

fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan

secara faktual . Metode survei juga dilakukan evaluasi serta perbandingan

terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau

masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana

dan pengambilan keputusan dimasa mendatang (Nazir, 2005).

Metode kajian yang sama juga digunakan Juarsyah, dkk (2015), dalam

melakukan Kajian Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Buah-Buahan

Di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Penggunaan metode survey

dengan analisis deskriptif dianggap paling tepat dalam mengkaji

pengembangan-pengembangan wilayah dengan konsep kawasan pada berbagai

komoditi pertanian. Dalam penentuan komoditi unggulannya menggunakan

analisis LQ dan diperkuat dengan metode Delphi. Penyusunan strategi dengan

menggunakan analisis SWOT yang menghasilkan strategi dalam pengembangan

kawasan yang diinginkan.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera

Selatan (2014) juga telah menyusun Master Plan Pengembangan Agrowisata

Page 58: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-25

dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Metode ini

digunakan untuk mengungkap kedalaman berbagai potensi dan kegiatan

pertanian, dan perkebunan yang menjadi daya tarik pariwisata di Kelurahan

Pagar Agung Kabupaten Lahat yang menjadi lokasi terpilih. Upaya mengungkap

potensi dan sumberdaya dilakukan dengan menelusuri informasi dari berbagai

sumber data yang terdiri dari: informan, tempat dan peristiwa serta

dokumentasi/arsip terkait yang ada. Lokasi sasaran penyusunan master plan ini

adalah wilayah Kabupaten Lahat, tepatnya di Kelurahan Pagar Agung yang

memiliki berbagai ragam objek dan daya tarik wisata alam dan budaya yang

sangat potensial untuk pengembangan agrowisata.

Badan Penelitian dan Pengembangan Sumatera Utara (2011) telah

melakukan kajian Pengembangan Agrowisata dan Bahari di Provinsi Sumatera

Utara dengan menggunakan Kajian ini menggunakan metode observasi

(pengamatan) langsung untuk mengumpulkan data potensi sumberdaya dan

metode survey untuk sosial ekonomi masyarakat. Informasi dikumpulkan dari

responden dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok

(Singarimbun, 1995). Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan

sekunder yangdiperoleh dari berbagai publikasi yang berasal dari stakeholders

dan berbagai informasi yang terkait dengan agrowisata dan wisata bahari.

Bank Indonesia Kota Palembang (2014) dalam menyusun kajian

Pemetaan dan Pendalaman Klaster Komoditas Unggulan Daerah dan Komoditas

Utama Penyumbang Inflasi di Provinsi Sumatera Selatan menggunakan metode

deskriptif kualitatif dengan pemilihan jenis metode survey. Metode ini dianggap

metode yang tepat dalam menggambarkan potensi wilayah serta menganalisis

pengembangannya ke depan.

3.6. Kerangka Pemikiran Penyusunan Masterplan dan Rencana Aksi

Pendekatan pengembangan kawasan dirancang untuk meningkatkan

efektivitas kegiatan, efisiensi anggaran dan mendorong keberlanjutan kawasan

komoditas unggulan. Empat pendekatan yang digunakan dalam pengembangan

Page 59: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-26

kawasan komoditas unggulan yaitu: (1) pendekatan agroekosistem, (2)

pendekatan sistem agribisnis, (3) pendekatan partisipatif, dan (4) pendekatan

terpadu. Keempat pendekatan tersebut harus dilaksanakan secara

berkesinambungan dalam pengembangan kawasan pertanian. Khusus untuk

pengembangan kawasan perkebunan ada satu pendekatan lagi yang digunakan

adalah pendekatan diversifikasi integratif. Secara ringkas urgensi dan makna

dari setiap pendekatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Pendekatan Agroekosistem

Pengembangan kawasan pertanian disusun dengan mempertimbangkan

kualitas dan ketersediaan sumberdaya lahan melalui pewilayahan komoditas,

dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan dan agroklimat agar diperoleh

hasil produksi dan produktivitas pertanian yang optimal dan berwawasan

lingkungan. Kondisi agroekosistem di wilayah salah satunya dicirikan oleh

kondisi bio-fisik lahan yang mencakup ketinggian lokasi, kelerengan lahan,

kondisi iklim, dan karakteristik tanah. Untuk optimalisasi pemanfaatan

sumberdaya lahan, penentuan komoditas unggulan harus mengacu pada peta

pewilayahan komoditas pertanian skala 1:50.000 yang telah

mempertimbangkan agroekosistem setempat.

Pendekatan Sistem Agribisnis

Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan kawasan

komoditas unggulan adalah meningkatnya kuantitas produksi, kualitas produk

dan kesinambungan produksi komoditas yang dihasilkan. Dalam rangka

pencapaian sasaran tersebut dan meningkatkan efektivitas serta efisiensi

pengembangan komoditas unggulan, maka pengembangan kawasan komoditas

unggulan harus dilaksanakan melalui pendekatan sistem agribisnis. Hal ini

mengandung pengertian bahwa pengembangan komoditas pertanian di

kawasan komoditas unggulan harus dilaksanakan secara menyeluruh dan

terpadu mulai dari pengadaan input produksi hingga pemasaran produk yang

dihasilkan petani. Dengan kata lain, kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka

Page 60: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-27

pengembangan kawasan komoditas unggulan dapat meliputi aspek pengadaan

input produksi, proses produksi komoditas, aspek pemasaran, pengolahan

komoditas, serta aspek penyuluhan dan permodalan, yang disesuaikan dengan

kebutuhan pengembangan komoditas unggulan di kawasan setempat.

Pendekatan agribisnis dalam pengembangan kawasan juga bermakna

bahwa kegiatan pertanian pada suatu kawasan berorientasi pada keuntungan

usahatani. Hal ini mengisyaratkan perlunya efisiensi dalam penggunaan input

produksi, serta optimasi produksi. Pendekatan agribisnis juga mensyaratkan

adanya keterpaduan antar pemangku kepentingan pertanian yang terdiri dari

kalangan bisnis/usaha, masyarakat dan pemerintah. Namun demikian, motor

utama penggerak suatu kawasan pertanian tetap berada di masyarakat dan

dunia usaha, sedangkan keberadaan pemerintah hanya sebagai fasilitator dan

pengungkit terutama dalam pengembangan tahap awal.

Kawasan pertanian yang dibangun melalui pendekatan agribisnis

memiliki orientasi produksi yang jelas, apakah dalam rangka memenuhi

kebutuhan pangan lokal, atau untuk memenuhi permintaan pasar khususnya

pasar ekspor. Kawasan pertanian yang mengembangkan komoditas pangan

utama dari sub-sektor tanaman pangan (terutama padi, jagung, kedelai),

komoditas peternakan (sapi potong), dan komoditas perkebunan (gula)

merupakan kawasan yang diarahkan untuk menjadi pemasok utama kebutuhan

pangan masyarakat. Keterpaduan kegiatan yang dibangun dalam kawasan

pertanian tersebut lebih diarahkan untuk dapat menghasilkan produk berdaya

saing melalui peningkatan kuantitas produksi dan produktivitas melalui berbagai

instrumen mencakup perluasan areal, penggunaan benih/bibit unggul, aplikasi

teknologi budidaya, pengairan dan kegiatan-kegiatan lainnya dengan titik berat

kepada aspek hulu (benih/bibit unggul) dan aspek budidaya (kuantitas

produksi), serta tetap mengedepankan aspek kualitas dan efisiensi.

Kawasan pertanian yang mengembangkan komoditas bernilai tinggi dan

diminati pasar (sebagai produk kebutuhan sekunder atau tersier), merupakan

kawasan yang diarahkan untuk menjadi pemasok terhadap permintaan pasar

Page 61: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-28

baik di tingkat lokal maupun internasional. Produk-produk bernilai tinggi dan

bukan merupakan kebutuhan pangan utama tersebut sebagian diantaranya

mencakup produk-produk unggulan hortikultura dan perkebunan. Keterpaduan

kegiatan yang dibangun dalam kawasan berorientasi permintaan pasar lebih

diarahkan untuk dapat meningkatkan daya saing produk melalui peningkatan

produksi dan kualitas produk, kontinuitas ketersediaan produk, pengolahan

pasca panen dan kegiatan-kegiatan lainnya dengan titik berat kepada aspek

budidaya (praktik GAP) dan aspek pasca panen (pengolahan, penyimpanan dan

peningkatan kualitas).

Pendekatan Terpadu dan Terintegrasi

Pembangunan kawasan komoditas unggulan dengan pendekatan sistem

agribisnis akan membutuhkan dukungan pembinaan serta fasilitas dari seluruh

unit Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan berbagai dinas/instansi di

daerah, dan dalam hal tertentu akan dibutuhkan pula dukungan dari

Kementerian lain. Dalam rangka menciptakan sinergisme kegiatan pada lingkup

Kementerian Pertanian, maka pelaksanaan program pada Unit Eselon I lingkup

Kementerian Pertanian di lokasi kawasan komoditas tertentu perlu dilaksanakan

secara terpadu dan terintegrasi. Hal ini dapat ditempuh dengan melakukan

sinkronisasi program lintas Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan

memprioritaskan program-program unit Eselon I Kementerian Pertanian di

lokasi kawasan komoditas unggulan yang telah ditetapkan, sesuai dengan

kebutuhannya. Sinkronisasi program juga perlu dilaksanakan dengan program

Pemda Kabupaten, Pemda Provinsi dan program Kementerian lain.

Pendekatan Partisipatif

Pembangunan kawasan komoditas unggulan dalam pelaksanaannya akan

melibatkan banyak pihak mulai dari pemerintah pusat (Kementan), Pemda

Provinsi, Pemda Kabupaten/Kota, pelaku usaha dan masyarakat. Dalam rangka

mendorong keberlanjutan kawasan komoditas yang telah ditetapkan, maka

perlu ditumbuhkan rasa memiliki pada seluruh pihak yang terkait. Dalam kaitan

Page 62: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

III-29

tersebut seluruh pihak terkait perlu dilibatkan secara aktif mulai dari tahap

perencanaan kegiatan hingga tahap pelaksanaan kegiatan pengembangan

kawasan yang telah ditetapkan. Partisipasi dana dari berbagai pihak (dana

APBD, swasta dan masyarakat) juga perlu dikembangkan untuk meningkatkan

sinergi dan outcome dari kegiatan pengembangan kawasan.

Pendekatan Diversifikasi Integratif

Dalam pengembangan budidaya tanaman tahunan, seperti tanaman

perkebunan dan hortikultura, pada periode Tanaman Belum Menghasilkan

(TBM), dapat dikembangkan tanaman pakan ternak atau tanaman penutup

tanah untuk menekan pertumbuhan gulma, menahan erosi, serta menahan

aliran permukaan dan penguapan. Dengan tujuan yang sama, dapat

dikembangkan paket teknologi alternatif berupa pengembangan tanaman

pangan intensif, sehingga selain menekan biaya, sekaligus memberikan

pendapatan kepada petani. Disamping itu pada usaha tanaman tahunan

terdapat berbagai jenis limbah dan hasil samping yang dapat dimanfaatkan

sebagai sumber pakan ternak. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam

pengembangan kawasan tanaman tahunan (perkebunan, hortikultura) adalah

meningkatnya produksi, produktivitas, kualitas produk dan kontinuitas produksi

yang dihasilkan. Dalam rangka pencapaian sasaran tersebut dan meningkatkan

efektivitas dan efisiensi, maka pada pengembangan kawasan tanaman tahunan

dapat dilaksanakan pengembangan sistem pertanian dengan integrasi tanaman

pangan atau integrasi ternak.

Klasifikasi Pengembangan Kawasan

Kawasan pertanian yang ada saat ini baik merupakan kawasan pertanian

tradisional maupun kawasan pertanian yang dibangun Pemerintah. Ditinjau dari

tahap perkembangannya dapat diklasifikasikan dalam tiga katagori kelas, yaitu:

a. Kawasan yang belum berkembang

b. Kawasan yang cukup berkembang

c. Kawasan yang telah berkembang

Page 63: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

IV-1

METODOLOGI

4.1. Jenis data dan Sumbernya

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Untuk data primer bersumber dari para pelaku usaha pertanian tanaman

hortikultura, mulai dari petani, kelompok tani, dan pedagang yang berada pada

lokasi-lokasi kajian. Adapun data sekunder bersumber dari instansi terkait

seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera

Selatan dan pada masing-masing tingkat kabupaten/kota wilayah kajian, BPS

Provinsi Sumatera Selatan dan BPS pada tingkat kabupaten, Bappeda Provinsi

Sumatera Selatan, serta SKPD lain yang terkait. Sumber lain data sekunder

juga didapat dari studi literatur dari dokumen-dokumen hasil penelitian dengan

topik dan tema yang terkait dengan kajian ini.

4.2. Metode Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode

wawancara terstruktur yang dituntun dengan kuesioner yang telah disusun

sebagai pedoman. Pendalaman materi dilakukan dengan metode Focus Group

Discussion (FGD) yang melibatkan perwakilan pemerintah setempat,

stakeholders, kelompok tani dan para pedagang untuk komoditi hortikultura

unggulan pada masing-masing wilayah. serta tokoh-tokoh masyarakat.

Wawancara dilakukan kepada responden sesuai jumlah responden yang telah

ditetapkan. Pendalaman informasi juga dilakukan dengan melakukan indepth

interview terhadap key informan yang terpilih.

4

Page 64: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

IV-2

Pengambilan data sekunder seluruh objek yang dikembangkan di

kawasan ini, dan data-data pendukung yang relevan lainnya, yang berasal dari

instansi terkait di Provinsi Sumatera Selatan seperti Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan dan Dinas Pertanian yang

berada di kabupaten-kabupaten yang menjadi wilayah kajian, serta BPS Provinsi

Sumatera Selatan, melalui metode pengumpulan dengan mendatangi SKPD

terkait dan telusur data melalui dokumen fisik maupun dokumen yang

diterbitkan melalui media online.

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan teknik

analisis model interaktif yang meliputi : (1) pengumpulan data, (2) reduksi

data, (3) sajian data, (4) penarikan kesimpulan (verifikasi). Proses tersebut

dilakukan dengan menggunakan program komputer excel untuk tabulasi data,

metode delphy untuk analisis lanjutan, serta diskusi kelompok untuk

pembahasan. Penyempurnaan hasil analisis dilakukan melalui expose hasil

kajian pada forum seminar guna mendapatkan masukan dari para stakeholders

guna penyempunaan laporan akhir.

4.3. Metode Pendekatan dan Pelaksanaan Studi

Kegiatan kajian ini ini dilaksanakan dengan penentuan dan pemantapan

calon kawasan yang telah ditunjuk secara nasional melalui Surat Keputusan

Menteri Pertanian RI No : 45/Kpts/PD.200/1/ 2015 yang menetapkan kawasan

hortikultura di Sumatera Selatan, terdiri dari :

1. Kawasan cabai di Kabupaten : Ogan Komering Ulu (OKU), Ogan Komering

Ilir (OKI), Banyuasin, Ogan Ilir (OI), dan Kota Palembang

2. Kawasan bawang merah di Kabupaten : OKU, OKI, Banyuasin, dan

Kabupaten Musi Rawas

3. Kawasan jeruk di Kabupaten OKU dan OI

Pada setiap lokasi kajian dilakukan pertemuan dengan para pihak terkait,

pembinaan dan pengawalan pada daerah terpilih sebagai kawasan komoditi

unggulan tanaman hortikutura. Kawasan komoditi unggulan yang dikaji

Page 65: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

IV-3

nantinya akan dituangkan dalam suatu peta kawasan dalam wilayah Sumatera

Selatan.

Dalam pelaksanaannya, kajian ini menggunakan metode penelitian

deskriptif dengan jenis metode penelitian survei. Menurut Whitney (1960)

dalam Nazir (2005) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah

serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu termasuk

tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Metode survei sebagai bagian

dari metode deskriptif adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh

fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan

secara faktual . Metode survei juga dilakukan evaluasi serta perbandingan

terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau

masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana

dan pengambilan keputusan dimasa mendatang (Nazir, 2005).

4.4. Metode Penyusunan dan Rencana Aksi

Metode penyusunan hasil kajian menggunakan metode yang telah

disusun dalam pedoman pengembangan kawasan yang telah dikeluarkan oleh

Kementerian Pertanian Republik Indonesia dalam bentuk Peraturan Menteri

Pertanian Nomor : 50/Permentan/CT.140/8/2012. Pedoman tersebut memandu

secara jelas teknik dan cara penyusunan sampai dengan format dokumen

laporan yang harus disajikan.

Rencana aksi yang merupakan bagian dari master plan pengembangan

tanaman hortikutura di Provinsi Sumatera Selatan disusun dengan format

tabulasi dengan menggunakan tahapan-tahapan penyusunan sebagai berikut :

1. Identifikasi isu strategis dan permasalahan serta kebutuhan

pengembangan komoditi unggulan.

2. Penentuan program utama berbasis solusi terhadap permasalahan

dan identifikasi kebutuhan pengembangan.

Page 66: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

IV-4

3. Penentuan sasaran untuk masing-masing program

4. Penyusunan rencana aksi berbasis program utama untuk mencapai

sasaran secara operasional

5. Penentuan lokasi pelaksanaan rencana aksi

6. Penentuan Satker yang bertanggung jawab sebagai pelaksana

masing-masing rencana aksi.

7. Pemilahan sumber dana yang akan membiayai rencana aksi.

Page 67: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-1

POTENSI WILAYAH KOMODITASUNGGULAN DAN KAWASANTANAMAN HORTIKULTURA

5.1. Aspek Kondisi Umum Wilayah

Secara astronomis, Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1’-4’

Lintang Selatan dan antara 102’-106’ Bujur Timur. Berdasarkan posisi

geografisnya, Provinsi Sumatera Selatan memiliki batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Jambi

- Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung

- Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu

- Sebelalah timur berbatasan dengan Provinsi Bangka Belitung.

Sumatera Selatan secara administratif terdiri dari 17 kabupaten/kota,

yaitu : (1) Kabupaten Ogan Komering Ulu, (2) Kabupaten Ogan Komering Ilir,

(3) Kabupaten Muara Enim, (4) Kabupaten Lahat, (5) Kabupaten Musi Rawas,

(6) Kabupaten Musi Banyuasin, (7) Kabupaten Banyuasin, (8) Kabupaten OKU

Selatan, (9) Kabupaten OKU Timur, (10) Kabupaten Ogan Ilir, (11) Kabupaten

Empat Lawang, (12) Kabupaten PALI, (13) Kabupaten Musi Rawas Utara, (14)

Kota Palembang, (15) Kota Prabumulih, (16) Kota Pagar Alam, dan (17) Kota

Lubuk Linggau.

Dari aspek iklim, yang diklasifikasi berdasarkan suhu dan kelembaban

udara dengan simbol A dan B, maka wilayah Provinsi Sumatera Selatan berada

pada kategori iklim A atau tropis. Wilayah dengan jenis iklim B atau iklim gurun

tropis atau iklim kering umumnya hanya terdapat di daerah gurun dan daerah

semiand (steppa), curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun dan

penguapan besar. Di Sumatera Selatan, suhu rata-rata bulanan tidak kurang

dari 180C, dan suhu rata-rata tahunan berada pada kisaran angka 200C-250C.

5

Page 68: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-2

Untuk curah hujan, rereta wilayah-wilayah di Sumatera Selatan rata-rata

memiliki curah hujan lebih dari 70 cm/tahun.

Sumatera Selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-

rata + 79 meter diatas permukaan laut, terletak pada posisi 1’-4’ Lintang

Selatan dan antara 102’-106’ Bujur Timur. Luas wilayah Sumatera Selatan,

adalah berupa daratan seluas 87.421,17 Km2. Wilayah administrasi Provinsi

Sumatera Selatan berjumlah 17 kabupaten/kota, yang terdiri dari 13 wilayah

kabupaten dan empat kota, dengan luas wilayah masing-masing kabupaten/

kota, yaitu:

1. Ogan Komering Ulu (3.747,77 Km2),

2. Ogan Komering Ilir (17.086,39 Km2),

3. Muara Enim (6.901,36 Km2),

4. Lahat (4.297,12 Km2),

5. Musi Rawas (6.330,53 Km2),

6. Musi Banyuasin (14.530,36 Km2),

7. Banyuasin (12.361,43 Km2),

8. OKU Selatan (4.544.18 Km2),

9. OKU Timur (3.397,10 Km2),

10. Ogan Ilir (2.411,24 Km2),

11. Empat Lawang (2.312,20 Km2),

12. PALI (1.844,71 Km2),

13. Musi Rawas Utara (5.836,70 Km2),

14. Kota Palembang (363,68 Km2),

15. Kota Prabumulih (458,11 Km2),

16. Kota Pagar Alam (632,80 Km2) serta

17. Kota Lubuk Linggau (365,49 Km2).

Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran di Provinsi

Sumatera Selatan cenderung memiliki bagian wilayah dengan sebaran yang

bervariasi, terdiri dari:

Page 69: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-3

- 0 M - 25 M = 23,5 %

- 26 M - 50 M = 17,7 %

- 51 M -100 M = 35,3 %

- 101 M ke atas = 23,5 %

Ibukota Provinsi Sumatera Selatan terletak di Kota Palembang. Dari 16

kabupaten/kota yang lain, maka kabupaten/kota yang letaknya paling dekat

dengan Kota Palembang adalah Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan ilir,

yang berjarak 35 Km. Adapun kabupaten yang berlokasi paling jauh dari

ibukota provinsi adalah Kota Pagar Alam, dengan jarak terdata 460 Km dari

Kota Palembang. Jarak antara ibukota provinsi ke daerah kabupaten/kota lain

meliputi :

1. Palembang – Ogan Komering Ulu: 221 km.

2. Palembang – Ogan Komering Ilir : 120 km.

3. Palembang – Muara Enim : 220 km.

4. Palembang - Lahat : 240 km.

5. Palembang – Musi Rawas : 360 km.

6. Palembang – Musi Banyuasin : 120 km.

7. Palembang – Banyuasin : 35 km.

8. Palembang – OKU Selatan : 280 km.

9. Palembang – OKU Timur : 261 km.

10.Palembang – Ogan Ilir : 35 km.

11.Palembang – Empat Lawang : 360 km.

12.Palembang – PALI : 160 km.

13.Palembang – Musi Rawas Utara : 390 km.

14.Palembang – Prabumulih : 95 km.

15.Palembang – Pagar Alam : 460 km.

16.Palembang – Lubuk Linggau : 260 km.

Pada wilayah-wilayah kawasan tanaman pangan dan hortikultura, kondisi

umumnya tersaji secara ringkas pada Tabel 5.1.

Page 70: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-4

Tabel 5.1.Kondisi Umum Wilayah-Wilayah Kawasan Tanaman Pangan dan hortikultura di

Provinsi Sumatera Selatan, 2015

No Wilayah Kawasan Luas Wilayah(Km2)

%TerhadapSumsel

KetinggianTempat

(Meter Dpl)

Jarak DariIbukota

Provinsi (Km)

1 OKU 3.747,77 4,29 70 221

2 OKI 17.086,39 19,54 18 120

3 Banyuasin 12.361,43 14,14 63 35

4 Ogan Ilir 2.411,24 2,76 25 35

5 Palembang 363,68 0,42 8 0

6 Musi Rawas 6.330,53 7,24 120 360

7 OKU Timur 3.397,10 3,89 83 261

Sumber : BPS Proovinsi Sumatera Selatan, 2016

Dari 7 kawasan yang telah ditetapkan, pada Tabel 5.1 terlihat bahwa

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) merupakan wilayah yang memiliki luasan

wilayah dengan persentase terbesar terhadap Provinsi Sumatera Selatan

(19,54%). Adapun wilayah yang terdekat dengan ibukota provinsi selain

Palembang tentunya adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan

Kabupaten Ogan Ilir, sedangkan wilayah kawasan yang terjauh dari ibukota

provinsi adalah Kabupaten Musi Rawas (360 Km).

5.2. Aspek Agroekologis dan Lingkungan

Potensi wilayah Sumatera Selatan berdasarkan aspek agroekologis dan

lingkungan dideskripsikan melalui kondisi potensi sumberdaya lahan dan

agroklimat. Potensi sumberdaya lahan ditinjau dari tata guna lahan yang

tersedia untuk dikembangkan, sedangkan potensi agroklimat dideskrisikan

melalui kondisi suhu, iklim, angin, curah hujan, penyinaran, dan lain-lain.

Selain itu, potensi agroekologis dan lingkungan juga digambarkan dari kondisi

Page 71: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-5

wilayah-wilayah yang telah ditetapkan sebagai kawasan peruntukkan pertanian

dalam RTRW provinsi maupun RTRW di tingkat kabupaten /kota).

Sumberdaya Lahan

Jenis lahan yang tersedia untuk kegiatan pertanian di Sumatera Selatan

terbagi atas jenis lahan sawah dan bukan sawah. Jenis lahan sawah yaitu

lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan),

saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah

tanpa memandang dari mana diperoleh status lahan tersebut. Lahan tersebut

termasuk lahan yang terdaftar di Pajak Bumi Bangunan, Iuran Pembangunan

Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan

lahan bekas tanaman tahunan yang telah dijadikan sawah, baik yang ditanami

padi maupun palawija. Sedangkan lahan bukan sawah adalah semua lahan

pertanian selain lahan sawah seperti tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan,

lahan yang ditanami pohon/hutan rakyat, padang penggembalaan, padang

rumput, lahan yang sementara tidak diusahakan dan lahan pertanian bukan

sawah lainnya (tambak, kolam, empang).

Kedua jenis lahan tersebut, baik lahan sawah maupun lahan bukan

sawah, dalam penggunaannya secara umum terbagi atas lahan yang

diusahakan untuk pertanian dalam arti luas dan lahan yang diusahakan bukan

untuk kegiatan pertanian. Lahan yang diusahakan untuk pertanian adalah

lahan yang dikuasai dan pernah diusahakan untuk pertanian selama setahun

yang lalu. Lahan tersebut antara lain: lahan sawah, huma, ladang/tegal/ kebun,

hutan, dan lahan untuk pengembalaan/padang rumput. Tidak termasuk lahan

yang diusahakan untuk pertanian, bila lahan pertanian diusahakan untuk usaha

pembuatan genteng, batu bata dan sebagainya. Lahan yang digunakan untuk

kegiatan pertanian tersebut terbagi atas :

1. Lahan Sawah Irigasi,

yaitu lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik

yang bangunan penyadap dan jaringan -jaringannya diatur dan dikuasai

Page 72: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-6

dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Lahan sawah

irigasi yaitu lahan sawah yang sumber air utamanya berasal dari air

irigasi. Lahan sawah irigasi terdiri dari, teknis, setengah teknis, irigasi

sederhana, irigasi desa/non PU, termasuk juga sawah sistem surjan yaitu

sawah yang yang sumber air utamanya berasal dari air irigasi atau air

reklamasi rawa pasang surut (bukan lebak) dengan sistem tanam pada

tabukan dan guludan.

2. Lahan Sawah Non Irigasi

yaitu lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi

tetapi tergantung pada air alam, seperti :

air hujan, pasang surutnya air sungai/laut dan air rembesan. Lahan sawah

non irigasi terdiri dari:

a. Lahan Sawah Tadah Hujan yaitu lahan sawah yang sumber air utamanya

berasal dari curah hujan.

b. Lahan Sawah Rawa Pasang Surut yaitu lahan sawah yang pengairannya

tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air

laut.

c. Lahan Sawah Rawa Lebak yaitu lahan sawah yang mempunyai

genangan hamper sepanjang tahun, minimal selama tiga bulan dengan

ketinggian genangan minimal 50 cm.

3. Tegal/Kebun yaitu lahan bukan sawah (lahan kering) yang ditanami

tanaman semusim atau tahunan dan letaknya terpisah dengan halaman

sekitar rumah serta penggunaannya tidak berpindah-pindah.

4. Ladang/Huma

yaitu lahan bukan sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami tanaman

musiman dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim, kemudian

akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi (berpindah-pindah).

Kemungkinan lahan ini beberapa tahun kemudian akan dikerjakan kembali

jika sudah subur.

Page 73: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-7

5. Perkebunan

yaitu lahan yang ditanami tanaman perkebunan/industri seperti: karet, kopi,

teh, dan sebagainya, baik yang diusahakan oleh rakyat/rumah tangga

ataupun perusahaan perkebunan yang berada dalam wilayah kecamatan.

6. Lahan Yang Ditanami Pohon/Hutan Rakyat

yaitu lahan yang ditumbuhi kayu-kayuan/hutan rakyat termasuk bambo,

sengon dan angsana, baik yang tumbuh sendiri maupun yang sengaja

ditanam misalnya semak-semak dan pohon-pohon yang hasil utamanya

kayu. Kemungkinan lahan ini juga ditanami tanaman bahan makanan

seperti padi atau palawija, tetapi tanaman utamanya adalah bambu/kayu-

kayuan.

7. Padang Penggembalaan/Padang Rumput

yaitu lahan yang khusus digunakan untuk pengembalaan ternak. Lahan

yang sementara tidak diusahakan (dibiarkan kosong lebih dari satu tahun

dan kurang dari dua tahun) tidak dianggap sebagai lahan

pengembalaan/padang rumput meskipun ada hewan yang digembalakan

di sana.

8. Lahan Yang Sementara Tidak Diusahakan

yaitu lahan yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (lebih dari

satu tahun dan kurang dari dua tahun) tidak diusahakan. Termasuk lahan

sawah yang tidak diusahakan selama lebih dari dua tahun.

9. Lahan Bukan Sawah Lainnya

yaitu lahan sekitar rumah (pekarangan) yang diusahakan untuk pertanian.

Tabel 5.2 di bawah ini menampilkan distribusi dari tiga kategori

penggunaan lahan di kabupaten/kota yang ada di Sumatera Selatan. Dari

ketiga kategori penggunaan lahan terlihat bahwa jenis lahan bukan sawah yang

digunakan untuk kegiatan pertanian merupakan jenis lahan yang memiliki

luasan terbesar dalam penggunaannya. Jenis lahan pertanian bukan sawah ini

umumnya digunakan untuk usaha tanaman pangan non sawah, palawija,

hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan usaha kehutanan.

Page 74: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-8

Tabel 5.2.

Luas Lahan per Kabupaten/Kota Dirinci Menurut Penggunaannya di SumateraSelatan Tahun 2013-2015

No Kabupaten/Kota

Lahan Pertanian Lahan Bukan Pertanian (Ha)Lahan Sawah (Ha) Lahan Bukan Sawah (Ha)

2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 20151 OKU 11.862 8.901 8.872 486.308 469.897 449.191 80.759 88.897 89.4322 OKI 183.757 183.000 185.998 1.453.401 1.449.120 881.137 316.363 321.401 886.4363 Muara Enim 27.580 27.017 27.017 581.247 572.247 572.277 116.606 128.167 128.1374 Lahat 17.758 17.491 17.525 339.726 336.320 336.241 58.778 55.867 49.9305 Musi Rawas 37.497 30.366 30.451 798.059 422.854 419.653 401.028 182.698 185.6146 Musi

Banyuasin67.231 68.222 66.810 928.093 932.344 931.237 431.272 426.030 428.539

7 Banyusin 235.139 235.139 226.518 573.863 573.883 582.454 374.297 374.297 374.2978 OKU Selatan 17.889 18.040 18.040 373.729 374.826 376.455 131.139 131.217 127.6499 OKU Timur 85.077 84.966 85.620 157.120 163.095 162.451 56.678 58.922 589.91210 Ogan Ilir 64.607 64.962 67.627 119.828 118.099 116.908 79.598 80.972 79.49811 Empat

Lawang14.091 14.091 14.091 161.909 161.366 166.824 49.664 50.187 44.729

12 PALI 6.579 6.579 6.579 137.078 137.078 134.881 40.343 40.343 42.54013 Muratara - 7.131 7.131 - 377.047 377.047 - 216.688 216.68814 Palembang 6.218 6.189 6.189 9.582 9.109 9.109 26.317 27.725 27.72515 Prabumulih 437 550 700 31.552 28.831 27.204 16.035 14.069 15.54616 Pagar Alam 3.440 3.440 3.440 29.605 29.331 29.331 30.320 30.594 30.59417 Lubuk

Linggau2.433 1.916 1.894 30.805 30.329 26.641 6.912 7.904 11,614

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016

Dari Tabel 5.2 terlihat bahwa pada wilayah kawasan pangan (Kabupaten

OKI, Banyuasin, Ogan Ilir dan OKU Timur) penggunaan sawah dalam kurun

waktu 3 tahun terakhir masih berfluktuasi. Untuk jenis lahan sawah,

penggunan terbesar berada di Kabupaten Banyuasin dan OKI. Kondisi yang

sama juga terlihat untuk lahan pertanian dengan kategori bukan sawah.

Luasan terluas penggunaan lahan pertanian non sawah juga berada di

Kabupaten OKI. Adapun wilayah kawasan dengan penggunaan lahan untuk

kegiatan pertanian dengan luasan lahan pertanian tersempit adalah Kota

Palembang.

Page 75: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-9

Potensi Agroklimat

Provinsi Sumatera Selatan merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis

yang berada pada kelompok iklim Tipe A. curah hujan terendah kurang dari

25,4/ tahun dan penguapan besar. Di Sumatera Selatan, suhu rata-rata

bulanan tidak kurang dari 180C, dan suhu rata-rata tahunan berada pada

kisaran angka 200C-250C. Besaran suhu udara dan kelembaban udara per

bulan tahun 2015 di Provinsi Sumatera Selatan secara rinci disajikan pada Tabel

5.3 berikut ini.

Tabel 5.3.Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Provinsi Sumatera

Selatan Tahun 2015

Bulan Suhu Udara (0C) Kelembaban Udara (%)Maks Min Rerata Maks Min Rerata

Januari 31,60 24,10 26,70 95,00 67,00 84,00Februari 32,10 23,90 26,70 95,00 67,00 84,00Maret 32,40 23,80 26,80 96,00 67,00 85,00April 33,20 24,20 27,60 94,00 64,00 83,00Mei 33,60 25,10 28,30 93,00 62,00 81,00Juni 33,10 24,70 27,80 93,00 62,00 81,00Juli 33,50 24,60 28,00 90,00 56,00 76,00Agustus 33,90 24,30 28,00 91,00 54,00 75,00September 34,60 24,00 28,20 89,00 48,00 71,00Oktober 34,40 24,20 28,60 88,00 48,00 71,00November 34,80 25,00 28,50 91,00 53,00 78,00Desember 33,00 24,90 27,50 91,00 68,00 84,00Rerata 33,40 24,40 27,70 92,00 60,00 79,00Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Kenten Palembang, 2016

Pada potensi agroklimat untuk jenis tekanan udara, kecepatan angin dan

penyinaran matahari menunjukkan bahwa rerata tekanan udara di Provinsi

Sumatera Selatan selama satu tahun adalah 1.011 mb. Pada kondisi kecepatan

angin terdata rerata 3,50 knot per bulan, dan penyinaran matahari rerata 51%

per bulan. Kondisi ini memenuhi persyaratan kebutuhan tekanan udara,

kecepatan angin dan kebutuhan sinar matahari pada tanaman pangan dan

hortikultura. Data lengkap tersaji pada Tabel 5.4 berikut ini.

Page 76: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-10

Tabel 5.4.Rerata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari Menurut

Bulan di Provinsi Sumatera Selatan, 2015

Bulan Tekanan Udara(mb)

Kecepatan Angin(knot)

PenyinaranMatahari (%)

Januari 1.011,30 3,90 49,00Februari 1.011,30 3,40 44,00Maret 1.011,50 2,70 52,00April 1.010,20 2,20 61,00Mei 1.010,50 2,70 66,00Juni 1.010,40 3,10 36,00Juli 1.011,00 4,60 77,00Agustus 1.011,10 4,10 75,00September 1.011,60 4,80 47,00Oktober 1.012,00 4,40 13,00November 1.009,90 2,70 46,00Desember 1.010,90 2,90 48,00Rerata 1.011,00 3,50 51,00Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Kenten Palembang, 2016

Dari kondisi tekanan udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari di

Provinsi Sumatera Selatan yang terjadi setiap bulan dari data tahun 2015

menunjukkan bahwa provinsi ini memang memiliki dukungan aspek agroklimat

yang cocok untuk kegiatan pertanian. Jika ditelusuri kondisi agroklimat per

kabupaten khususnya pada wilayah-wilayah kawasan menunjukkan sebaran

angka dari aspek-aspek agroklimat yang relatif tidak jauh berbeda.

Pada aspek agroklimat curah hujan dan hari hujan, juga menunjukkan

bahwa rerata wilayah-wilayah di Provinsi Sumatera Selatan memenuhi syarat

tumbuh untuk komoditi pangan dan hortikultura dan aspek kebutuhan air yang

bersumber dari air hujan. Dari data tahun 2015 yang memang terjadi anomali

iklim sehingga menyebabkan kemarau panjang hampir di seluruh wilayah di

Indonesia, namun hari hujan di Provinsi Sumatera Selatan masih terlihat ada.

Bulan September dan Oktober merupakan bulan-bulan yang memiliki curah

hujan dan hari hujan terendah, namun demikian, kondisi ini terjadi karena

anomali iklim. Pada kondisi normal terdata bahwa curah hujan dan hari hujan

Page 77: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-11

rerata baik untuk setiap bulannya, sekalipun pada musim kemarau umumnya

masih terdapat hujan, atau lebih dikenal dengan istilah kemarau basah. Jumlah

curah hujan dan hari hujan pada setiap bulan pada tahun 2015 di Provinsi

Sumatera Selatan disajikan pada Tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.5.Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Provinsi

Sumatera Selatan, 2015

Bulan Curah Hujan (mm3) Hari HujanJanuari 221,60 24Februari 132,20 15Maret 390,50 25April 375,60 24Mei 177,90 14Juni 170,20 12Juli 21,40 7Agustus 21,20 9September 5,30 1Oktober 0,20 2November 193,40 15Desember 323,00 21Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Kenten Palembang, 2016

Kondisi Aspek Agroekologis dan Lingkungan Pada Wilayah yang TelahDitetapkan Sebagai Kawasan

Kondisi agroekologis pada setiap wilayah kawasan menunjukkan

kecenderungan yang relatif sama dengan kondisi agroekologis di tingkat

kabupaten. Setiap wilayah kawasan memiliki suhu, curah hujan dan hari hujan

yang meskipun masih memiliki variasi namun dengan perbedaan variasi yang

tidak begitu jauh. Pada Tabel 5.6 berikut ini menunjukkan bahwa variasi suhu

antar wilayah memiliki jarak antara 180C – 380C, namun rerata suhu terendah

berada pada angka > 200C. Banyaknya hari hujan pada setiap bulan

menunjukkan bahwa wilayah yang paling tinggi hari hujannya adalah

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU). Data lengkap tersaji pada Tabel 5.6.

Page 78: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-12

Tabel 5.6.Rerata Kondisi Aspek Agroekologis dan Lingkungan Pada Wilayah yang Telah

Ditetapkan Sebagai Kawasan di Provinsi Sumatera Selatan

No Wilayah Kawasan Suhu (̊ C) Curah Hujan (Mm3) Hari Hujan/Bln

1 OKU 27-30 2.687 22

2 OKI 26-28 1.576 7

3 Banyuasin 24-34 2.130 15

4 Ogan Ilir 24-34 2.126 16

5 Palembang 23-34 2.025 14

6 Musi Rawas 23-30 2.677 20

7 OKU Timur 18-38 2.690 17Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016

5.3. Aspek Ekonomi dan Perekonomian

Aspek ekonomi dan perekonomian ini dijelaskan melalui deskripsi kondisi

data dan informasi mengenai kontribusi sektor pertanian sub sektor hortikultura

dan komoditas unggulan dalam perekonomian wilayah, perkembangan harga,

perkembangan kredit, suku bunga, pendapatan petani, analisis usahatani,

satuan biaya dan kebutuhan investasi dan lain-lain. Pada aspek ini secara

keseluruhan memiliki daya dukung terhadap pengembangan kawasan,

meskipun kondisi kontribusinya bervariasi untuk masing-masing komoditi dan

kawasan. Secara rinci gambaran aspek ekonomi tersebut disajikan dalam uraian

berikut ini.

5.3.1. Kontribusi Sektor Pertanian Sub Sektor Hortikultura danKomoditas Unggulan dalam Perekonomian Wilayah

Sektor pertanian di Sumatera Selatan merupakan satu dari tiga lapangan

usaha yang memberikan peranan cukup besar bagi PDRB Provinsi Sumatera

Selatan. Dari data BPS Provinsi Sumatera Selatan (2015), berdasarkan harga

Page 79: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-13

berlaku, terdapat tiga lapangan usaha yang memberikan peranan cukup

besar terhadap PDRB, yaitu pertambangan diikuti oleh industri pengolahan,

serta pertanian, perkebunan, dan perikanan. Pada tahun 2015 peranan

masing-masing lapangan usaha di atas secara berurutan adalah 21,9 persen,

18,3 persen, dan 16,6 persen. Dibanding kondisi tahun sebelumnya, peran

industri pengolahan meningkat sebesar 5,2 persen. Sedangkan pertambangan

dan penggalian dan pertanian menurun masing-masing sebesar 8,4 persen dan

6,7 persen.

Pada sub sektor pertanian yang merupakan bagian dari sektor pertanian,

perkebunan dan perikanan, kontribusi tersebut berasal dari bidang pertanian

tanaman pangan dan hortikultura, yang didominasi dari sub sektor tanaman

pangan. Kondisi ini menunjukkan bahwa subsektor tanaman pangan selalu

memberikan kontribusi yang cukup besar dibandingkan dengan subsektor-

subsektor lainnya, meskipun trennya tidak selalu menunjukan peningkatan dari

tahun ke tahun (masih berfluktuasi). Tabel 5.7 berikut ini menginformasikan

perkembangan nilai kontribusi komoditi pangan dan hortikultura terhadap PDRB

Sumatera Selatan pada kurun waktu tahun 2012-2015.

Tabel 5.7.PDRB atas Dasar Harga Berlaku Komoditi Pertanian di Provinsi Sumatera

Selatan (Juta Rupiah)

Jenis Lapangan Usaha 2012 2013 2014˟ 2015˟˟

Pertanian, Perikanan danKehutanan

37.862.813 52.145.884,8 54.406.469 55.168.853.4

1. Tanaman Pangan 7.973.890 8.582.687 8.346.862,8 9.358.443,9

2. Tanaman HortikulturaSemusim

493.570 513.156 514.657,6 608.698,9

3. Tanaman HortikuturaTahunan dan Lainnya

2.014.552 2.241.519 2.304.206 2.434.433,7

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016

Keterangan : ˟ angka sementara ˟˟Angka sangat sementara

Page 80: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-14

Dari data yang dipublikasikan BPS Provinsi Sumatera Selatan tersebut

menunjukkan bahwa struktur perekonomian di Sumatera Selatan masih

didominasi oleh sektor pertambangan, sektor industri dan sektor pertanian.

Sepanjang tahun 2010-2015 kontribusi dari ketiga sektor ini dapat dikatakan

sebagai penopang utama perekonomian di Sumatera Selatan. Pada tahun 2013

lebih dari 50% perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan disumbang oleh

ketiga sektor utama ini. Dari data Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera

Selatan, kabupaten dengan kontribusi sektor pertanian terbesar adalah

Kabupaten Banyuasin dengan PDRB 11,93T rupiah pada 2010, dan meningkat

tahun 2013 mencapai 16,92 T rupiah. Selain Kabupaten Banyuasin, daerah lain

yang sama-sama memiliki keunggulan di sektor pertanian adalah Kabupaten

OKI, Lahat dan OKU. Ketiganya memiliki kemiripan dalam struktur

perekonomian, dan pada umumnya sektor pertanianlah yang menjadi sektor

penting dalam menopang perekonomian regional masing-masing daerah.

Dari hasil penelitian Octavia dkk (2016) menunjukkan bahwa sub sektor

perkebunan yang berkontribusi paling besar dibandingkan sub sektor pertanian

lainnya dengan total 9,09% yang artinya hampir 10% dari PDRB Sumatera

Selatan disumbang dari sub sektor perkebunan saja. Urutan kedua adalah sub

sektor tanaman bahan makanan, diikuti sub sektor perikanan dan kehutanan.

Kontribusi terendah untuk sub sektor pertanian adalah kontribusi dari sub

sektor peternakan, dengan kontribusi total rata-rata 1,49%.

Sektor pertanian secara keseluruhan kontribusinya mencapai angka

19,57% terhadap PDRB total Sumatera Selatan. Hampir 20% dari total PDRB

Sumatera Selatan disumbang dari sektor pertanian, yang artinya sektor

pertanian masih berpengaruh tinggi terhadap perekonomian di Sumatera

Selatan, dengan sub sektor andalan dari kelomopok tanaman pangan dan

perkebunan. Dari data time series dala kurun waktu 10 tahun terakhir pada

hasil penelitian tersebut didapat bahwa sektor pertanian masih menjadi salah

satu sektor utama penunjang PDRB Sumsel dengan angka 21,79%.

Page 81: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-15

Tabel 5.8.Kontribusi Sektor dan Sub Sektor Pertanian Provinsi terhadap PDRB

Sumatera Selatan, 2015

No Sektor / Sub Sektor Kontribusi (%)1 Pertanian 21,792 Tanaman Pangan 4,663 Perkebunan 10,194 Peternakan 1,675 Kehutanan 1,706 Perikanan 3,11

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Diolah dalam Octavia, dkk (2016)

Berdasarkan Tabel 5.8 terlihat dari angka persentase kontribusi

menunjukkan bahwa sub sektor perkebunan yang menjadi penunjang utama

PDRB di sektor pertanian untuk Provinsi Sumatera Selatan. Dengan angka

10,19% artinya hampir setengah dari kontribusi sektor pertanian Sumsel

terhadap PDRB Sumsel disumbang dari sub sektor perkebunan. Ketersediaan

lahan yang cocok untuk usaha perkebunan membuat Sumsel menjadi ladang

bagi perusahaan-perusahaan perkebunan untuk mengembangkan usaha.

Dimana pada tahun 2013 terdapat 292 perusahaan perkebunan yang ada di

Sumsel. Hal ini menyebabkan subsektor perkebunan menjadi penyumbang

kontribusi terbesar sektor pertanian Sumsel terhadap PRDB

Posisi kedua ditempati oleh sub sektor tanaman pangan dengan

kontribusi sebesar 4,66%, diikuti subsektor peternakan dengan kontribusi

sebesar 1,67%, subsektor kehutanan sebesar 1,70% dan subsektor perikanan

sebesar 3,11%. Artinya untuk tingkat kabupaten dan kota sub sektor yang

berkontribusi terbesar adalah sub sektor perkebunan dan tanaman pangan.

Kontribusi terkecil adalah berasal dari subsektor peternakan. Untuk tanaman

pangan, didominasi kontribusi dari produksi padi, diikuti jagung, kedelai dan

umbi-umbian. Pada tahun 2015 khusus untuk komoditi pangan (padi, jagung

dan kedelai) meskipun mengalami musim kemarau panjang di tahun 2015,

namun terjadi peningkatan produksi yang cukup siginifikan sebagai dampak dari

Program Upaya Khusus Paningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus

Page 82: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-16

Pajale) yang dilakukan oleh pemerintah pusat dengan dukungan pemerintah

daerah.

5.3.2. Perkembangan Harga, Perkembangan Kredit dan Suku Bunga

Perkembangan harga dari komoditas unggulan tanaman hortikultura di

Provinsi Sumatera Selatan diperoleh dari hasil survey statistik harga produsen di

pedesaan, yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan.

Survei ini dilakukan setiap bulan di 11 kabupaten sentra produksi meliputi 83

wilayah kecamatan yang berada dalam wilayah 11 kabupaten tersebut.

Pantauan harga juga dilakukan oleh Tim Kajian melalui wawancara dengan

produsen pada wilayah kajian. Dari kedua sumber tersebut, menunjukkan

perkembangan harga yang sama untuk masing-masing komoditi yang menjadi

unggulan pada kajian ini. Perkembangan harga masing-masing komoditi pada

wilayah-wilayah kajian secara rinci disajikan pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 5.9.Perkembangan Rerata Harga Produsen Tanaman Cabai Merah pada Wilayah

Kawasan Tahun 2009-2015

Tahun Harga pada Kabupaten (Rp/Kg GKG)OKU OKI Banyuasin Ogan Ilir Palembang

2010 19.200 19.750 23.427 19.416 25.0002011 24.833 24.155 21.453 15.891 25.0002012 22.041 20.361 17.625 18.027 24.0002013 23.333 25.666 25.000 25.554 30.0002014 25.333 26.697 32.100 21.444 35.0002015 26.277 25.854 30.361 22.944 35.0002016 45.000 50.000 40.000 45.000 50.0000

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016 dan hasil survey lapangan, 2016

Pada komoditi cabai, perubahan juga terjadi setiap bulan dengan variasi

yang berfluktuasi, sehingga pada setiap tahun didapat rerata harga cabai

seperti yang disajikan pada Tabel 5.9. Dari kelima wilayah kawasan yang

ditetapkan di Sumatera Selatan, terlihat bahwa Kota Palembang merupakan

Page 83: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-17

wilayah kawasan dengan rerata harga cabai setiap tahunnya tertinggi diantara

harga cabai pada wilayah kawasan lainnya. Hal ini dikarenakan Kota

Palembang memang cenderung menjadi wilayah konsumen dengan permintaan

cabai setiap tahun mayoritas lebih tinggi dibandingkan penawarannya.

Berlakunya hukum permintaan jika penawaran lebih tinggi dari permintaan,

membuat rerata harga cabai di Kota Palembang cenderung lebih tinggi

dibanding dengan harga pada kawasan lainnya.

Perkembangan harga pada komoditi bawang merah cenderung tidak

jauh berbeda dengan perkembangan harga cabai. Fluktuasi terlihat bukan

hanya terjadi setiap tahun tetapi juga terjadi antar wilayah kawasan. Kondisi

ini sebenarnya menjadi salah satu permasalahan yang dikeluhkan petani,

dimana fluktuasi harga cabai menurut mereka sering terjadi secara ekstrem,

sehingga pada saat harga jatuh, bisa mencapai Rp.5.000 – 7.000 per kg, dan

ini berada di bawah harga Break Even Point, sehingga petani merugi.

Tabel 5.10.Perkembangan Harga Produsen Tanaman Bawang Merah pada Wilayah

Kawasan Tahun 2009-2015

Tahun Harga pada Kabupaten (Rp/Kg GKG)OKU OKI Banyuasin Musi Rawas

2010 13.500 10.000 8.100 13.6252011 24.150 11.583 13.782 13.0002012 14.833 8.000 14.000 13.0002013 13.583 8.000 11.094 13.0002014 8.166 8.500 10.930 13.0002015 12.000 15.000 11.653 14.0002016 15.000 50.000 25.000 35.000

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016 dan hasil survey lapangan, 2016

Permasalahan ini menjadi salah satu tujuan pemerintah memasukan

komoditi ini menjadi komoditi yang harus dikejar produksinya melalui Program

Upsus Pajale dan Komoditi Khusus tahun 2016, agar terjadi keseimbangan

antara produksi dan konsumsi sehingga harga dapat stabil. Perkembangan

Page 84: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-18

harga bawang merah pada wilayah-wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan

bawang merah di Sumatera Selatan disajikan secara lengkap dalam kurun

waktu 2009 – 2-15 pada Tabel 5.10.

Pada komoditi hortikultura berikutnya yaitu komoditi jeruk, menunjukkan

bahwa perkembangan harga produksinya pada dua wilayah kawasan cenderung

tidak jauh berbeda. Fluktuasi harga pada setiap tahunnya juga terlihat tidak

esktrem, peningkatan dan penurunan harga yang terjadi berfluktuasi cenderung

normal, seperti yang disajikan pada Tabel 5.11 berikut ini.

Tabel 5.11.Perkembangan Rerata Harga Produsen Tanaman Jeruk pada Wilayah Kawasan

Tahun 2009-2015

Tahun Harga pada Kabupaten (Rp/Kg)

Ogan Komering Ulu (OKU) Ogan Ilir (OI)

2010 8.500 8.0002011 9.500 9.5002012 10.000 10.0002013 12.000 12.5002014 14.000 14.0002015 12.000 12.5002016 10.000 15.000

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016 dan hasil survey lapangan, 2016

Perkembangan harga jeruk lokal yang terjadi pada pada wilayah

kawasan Kabupaten OKU dan OI bila dilihat dari Tabel 5.11 berlangsung tidak

seperti harga cabai dan bawang merah. Harga jeruk meskipun belum dikatakan

stabil namun perkembangan harganya tidak seekstrem dua komoditi

hortikultura lainnya (cabai dan bawang merah).

5.3.3. Analisis Usahatani dari Komoditi Unggulan

Analisis usahatani menunjukkan analisis perhitungan terhadap biaya

produksi yang dikeluarkan terhadap input-input produksi yang digunakan dalam

menghasilkan produksi usahatani yang diinginkan. Perhitungan biaya

Page 85: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-19

menggunakan perhitungan terhadap biaya tetap dan biaya variabel yang

dikeluarkan, dalam menghasilkan produksi per satuan waktu pengusahaan.

Dari produksi yang dihasilkan dengan tingkat harga yang berlaku, diperoleh

penerimaaan, yang setelah dikurangi biaya produksi dapat dihitung pendapatan

yang diterima petani dalam mengusahakan komoditi tersebut. Uraian analisis

usahatani masing-masing komoditi unggulan secara rinci disajikan berikut ini.

5.3.3.1. Analisis Usahatani Cabai

Dari hasil survey lapangan pada wilayah-wilayah kawasan menunjukkan

bahwa rerata pendapatan yang diterima petani dari usahatani cabai cukup

besar dibanding dengan jenis usahatani lainnya. Namun demikian, resiko dari

usahatani ini juga cenderung besar. Resiko tertinggi adalah kondisi harga yang

berfluktuasi dengan rentang fluktuasi yang cenderung besar, sehingga jika

harga bagus, petani untung besar, dan jika harga turun juga petani rugi besar.

Resiko yang lain adalah rentan terhadap serang hama dan penyakit, sehingga

perlu perawatan yang intensif. Hasil analisis usahatani komoditi cabai

berdasarkan data survey pada wilayah kawasan disajikan pada Tabel 5.12

berikut.

Tabel 5.12.Hasil Analisis Usahatani Cabai pada Wilayah Kawasan per Musim Tanam

No Jenis Perhitungan Jumlah

1 Biaya Produksi (Rp/ha/MT) 60.000.000

2 Produksi (Kg/Ha/MT) 9.000

3 Harga Jual (Rp/Kg) 30.000

4 Penerimaan (Rp/ha/MT) 180.000.000

5 Pendapatan (Rp/Ha/MT) 120.000.000

Dari Tabel 5.12 dapat dijelaskan bahwa rerata setiap musim tanam

petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.50.000.000 per hektar per musim

tanam untuk mendapatkan produksi rerata 9.000 Kg. Dari usaha tersebut, jika

Page 86: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-20

kondisi normal, maka petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp.120.000.000

per musim tanam per hektar. Nilai pendapatan ini memang cukup besar,

namun untuk mendapatkannya, pada awal usaha, petani harus mengeluarkan

biaya produksi yang cukup tinggi, dan ini yang menjadi permasalahan petani,

dikarenakan jika gagal maka petani kehilangan modal yang juga cukup besar.

5.3.3.2. Analisis Usahatani Bawang Merah

Dari hasil survey lapangan pada wilayah-wilayah kawasan menunjukkan

bahwa rerata pendapatan yang diterima petani dari usahatani bawang merah

cenderung tidak jauh berbeda dengan usahatani cabai. Permasalahan dan

risiko usaha juga relatif sama, yaitu permasalahan harga yang berfluktuasi dan

biaya produksi yang tinggi. Hasil analisis usahatani komoditi bawang merah

berdasarkan data survey pada wilayah kawasan disajikan pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13.Hasil Analisis Usahatani Bawang Merah pada Wilayah Kawasan

per Musim Tanam

No Jenis Perhitungan Jumlah

1 Biaya Produksi (Rp/ha/MT) 60.000.000

Produksi (Kg/Ha/MT) 8.000

2 Harga Jual (Rp/Kg) 30.000

3 Penerimaan (Rp/ha/MT) 240.000.000

4 Pendapatan (Rp/Ha/MT) 180.000.000

Dari Tabel 5.13 dapat dijelaskan bahwa rerata setiap musim tanam

petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.60.000.000 per hektar per musim,

dengan jenis biaya terbesar umumnya untuk keperluan pembelian benih yang

mayoritas harus didapat dari luar daerah. Dari penggunaan input produksi

dengan nilai biaya tersebut, didapat produksi rerata 8.000 Kg. Dari usaha

tersebut, petani rerata mendapatkan pendapatan sebesar Rp.180.000.000 per

Page 87: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-21

hektar musim tanam. Nilai pendapatannya cukup besar, namun risiko usaha

juga cukup besar.

5.3.3.3. Analisis Usahatani Jeruk

Dari hasil survey lapangan pada wilayah-wilayah kawasan menunjukkan

bahwa rerata pendapatan yang diterima petani dari usahatani jeruk cenderung

tidak jauh berbeda. Hasil analisis usahatani komoditi jeruk berdasarkan data

survey pada wilayah kawasan disajikan pada Tabel 5.14 berikut.

Tabel 5.14.Hasil Analisis Usahatani Jeruk pada Wilayah Kawasan per Musim Tanam

No Jenis Perhitungan Jumlah

1 Biaya Produksi (Rp/ha/MT) 60.000.000

2 Produksi (Kg/Ha/MT) 40.000

3 Harga Jual (Rp/Kg) 6.000

4 Penerimaan (Rp/ha/MT) 240.000.000

5 Pendapatan (Rp/Ha/MT) 180.000.000

Dari Tabel 5.14 dapat dijelaskan bahwa rerata setiap musim tanam

petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.60.000.000 per hektar per musim

tanam untuk mendapatkan produksi rerata 40.000 Kg. Dari usaha tersebut,

petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp.180.000.000 per musim tanam.

Namun perhitungan ini jika kualitas jeruk diasumsikan sama semua dikarenakan

seringkali kualitas jeruk dalam 1 ha tidak seragam, sehingga pedagang

membuat klasifikasi harga yang berbeda untuk kualitas jeruk yang berbeda

(ada grading dan standarisasi).

Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya

Penduduk Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan proyeksi penduduk

tahun 2015 sebanyak 8.052.315 jiwa yang terdiri atas 4.092.177 jiwa penduduk

Page 88: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-22

laki-laki dan 3.960.138 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan

proyeksi jumlah penduduk tahun 2014, penduduk Provinsi Sumatera Selatan

mengalami pertumbuhan sebesar 1,40 persen. Sementara itu besarnya angka

rasio jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk

perempuan sebesar 1,03.

Kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 mencapai

92,11 jiwa/km. Kepadatan Penduduk di 17 kabupaten/kota cukup beragam

dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kota Palembang dengan

kepadatan sebesar 4.345,90 jiwa/km2dan terendah di Ke Kabupaten Musi

Rawas Utara sebesar 31,32 jiwa/Km2.

Pada tahun 2015 jumlah angkatan kerja di Sumatera Selatan sebanyak

3.934.787 orang. Perkembangan jumlah angkatan kerja mengalami

peningkatan dari tahun 2014. Jika dilihat distribusi jumlah penduduk pada

masing-masing kawasan yang telah ditetapkan, maka terlihat bahwa untuk

kawasan pangan dengan, maka Kabupaten Banyuasin merupakan wilayah

dengan jumlah penduduk tertinggi.

Tabel 5.15.Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Sumatera Selatan dan

pada Wilayah Kawasan yang DitetapkanNo Provinsi/

KabupatenJumlah Penduduk (Jiwa) Laju

PertumbuhanPenduduk2010 2014 2015

1 Sumatera Selatan 7.481.604 7.941.495 8.052.315 1,40

2 OKU 324.917 344.932 349.787 1,41

3 OKI 729.415 776.263 787.513 1,45

4 Banyuasin 752.193 799.998 811.501 1,44

5 Ogan Ilir 382.014 403.828 409.171 1,32

6 Palembang 1.468.007 1.558.494 1.580.517 1,41

7 Musi Rawas 357.112 378.987 384.333 1,41

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016

Page 89: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-23

Pada kawasan hortikultura unggulan, maka Kota Palembang menempati

posisi dengan jumlah penduduk terbanyak, diikuti Banyuasin dan Kabupaten

OKI, seperti yang telah disajikan secara lengkap pada Tabel 5.15.

Dari Tabel 5.15 tersebut terlihat bahwa dari 6 kawasan yang ada, laju

pertumbuhan penduduk tertinggi berada pada Kabupaten Ogan Komering Ilir

(OKI), dengan laju pertumbuhan penduduk pada angka 1,45, melebihi angka

pertumbuhan penduduk Sumatera Selatan. Adapun wilayah dengan

pertumbuhan penduduk terendah berada pada Kabupaten Ogan Ilir (1,32).

5.4. Aspek Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana dan prasarana yang menjadi penunjang pengembangan komoditi

pangan dan hortikultura unggulan pada wilayah-wilayah kawasan menjadi

aspek yang diperlukan dalam pengembangan. Jenis sarana dan prasarana

penunjang yang dibutuhkan tersebut meliputi sarana pengairan seperti

ketersediaan irigasi dan jenis pengairan lainnya, kondisi ketersediaan lahan,

modal, benih, pupuk dan ketersedian alsintan sebagai faktor produksi, beserta

infrastruktur seperti jaringan jalan, transportasi, dan komunikasi. Selain itu

sarana dan prasarana pasca panen, seperti mesin pengolahan hasil dan pasar

serta dukungan lembaga perguruan tinggi, litbang, dan permodalan juga

menjadi bagian dari sarana dan prasarana penunjang pengembangan komoditi

unggulan.

Pada sarana pengairan, sumberdaya air di Provinsi Sumatera Selatan

dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu sumberdaya air permukaan dan sumberdaya

air tanah. Wilayah Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah kaya

sumberdaya air, karena dialiri oleh banyak sungai. Beberapa sungai yang

relatif besar adalah Sungai Musi, Sungai Ogan, Sungai Komering dan Sungai

Lematang. Persediaan air di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan pada

dasarnya sangat tergantung dari sungai-sungai utama, yakni Sungai

Musi dan anak-anak sungainya. Sebagian besar sungai-sungai bermata air

dari Bukit Barisan, kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai

Page 90: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-24

Banyuasin. Sungai yang bermata air dari Bukit Barisan dan bermuara ke Selat

Bangka adalah Sungai Musi beserta anak sungainya, seperti Sungai Ogan,

Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sungai Lakitan, Sungai

Rupit dan Sungai Rawas.

Ketergantungan masyarakat yang tinggal di sepanjang pinggiran

sungai terhadap keberadaan sungai tersebut masih sangat besar terutama

dalam memenuhi kebutuhan air untuk aktivitas sehari-hari seperti minum,

memasak, mandi dan MCK serta untuk kebutuhan pengairan lahan pertanian

dan usaha perikanan yang mereka lakukan. Sungai-sungai tersebut juga

merupakan sumber air yang dialirkan melalui irigasi-irigasi yang dibangun pada

wilayah-wilayah pangan di Sumatera Selatan. Pada wilayah-wilayah yang

minim ketersediaan irigasi, sumber pengairannya rerata memanfaatkan sumber

dari air hujan.

Pada faktor ketersediaan input, rerata tidak mengalami masalah.

Kebutuhan benih selalu tersedia meskipun belum tersedia secara swasembada,

namun sudah banyak penangkar-penangkar benih untuk komoditi pangan dan

hortikultura, yang sebagian besar sudah membantu masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan benih. Kondisi yang sama juga terjadi pada jenis input

lainnya seperti pupuk dan pestisida. Untuk sarana produksi pupuk

permasalahannya adalah terbatasnya jumlah ketersediaan pupuk subsidi,

sehingga petani harus membeli pupuk non subsidi untuk memenuhi kebutuhan

lahannya. Pembelian pupuk non subsidi tentu saja akan menambah jumlah

biaya produksi yang harus dikeluarkan karena harganya jauh lebih mahal dari

pupuk subsidi. Pada sarana Alsintan, kebutuhan petani akan Alsintan didukung

melalui Program Upsus Pajale yang mendistribusikan bantuan Alsintan pada

kabupaten/kota secara proporsional sesuai kebutuhan, seperti yang disajikan

pada Tabel 5.16.

Page 91: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-25

Tabel 5.16Bantuan Alsintan Melalui Program Upsus Tahun 2015 pada Kabupaten/Kota di

Sumatera Selatan

No KabupatenKota

HandTraktor

PompaAir

RiceTrans-planter

TraktorRoda 4

CombineHarvester

PowerTreserMultiguna

CornSeller RMU

Vertikal Dryer+ bangunan

Padi Jagung

1 OKU 27 15 3 5 8 2 5 - 1 -

2 OKI 345 30 58 8 15 5 5 2 1 -

3 Muara Enim 123 37 18 5 8 2 5 1 1 -

4 PALI 24 15 4 4 - 1 2 - - -

5 Lahat 70 21 10 1 7 3 2 - 3 -

6 Musi Rawas 135 41 18 6 15 4 10 3 3 1

7 Muratara 15 15 1 1 - 2 2 - - -

8 Muba 224 67 32 9 11 3 10 3 3 -

9 Banyuasin 355 110 60 6 15 4 15 4 6 2

10 Oku Selatan 77 23 11 4 8 1 10 - - 2

11 Oku Timur 286 70 50 5 6 5 2 1 3 -

12 Ogan Ilir 192 53 28 10 8 - 3 3 2 -

13 Empat Lawang 54 17 8 3 8 2 5 - 1 1

14 Palembang 40 32 0 1 - - - 2 - -

15 Prabumulih 9 14 2 1 - 1 - - - -

16 Pagaralam 18 19 2 2 5 1 2 - - -

17 Lubuk Linggau 34 23 1 1 7 1 2 2 1 -

Sumatera Selatan 2.028 602 306 72 121 37 80 21 25 6

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016

Pada prasarana jalan, wilayah-wilayah kawasan tanaman pangan dan

hortikultura rerata telah memiliki sarana transportasi yang memadai dari

wilayah produsen menuju wilayah konsumen. Sarana jalan yang dimiliki

masing-masing kabupaten tersebut meskipun telah tersedia semua namun

terdapat variasi kondisi lahan dari jalan dengan permukaan aspal, belum diaspal

sampai dengan kondisi jalan yang masih tanah dan rusak. Kondisi prasarana

jalan ini tersaji pada Tabel 5.17.

Page 92: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-26

Tabel 5.17.Panjang Jalan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Permukaan Jalan di Wilayah-

Wilayah Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2015

No Kabupaten/KotaKawasan

Jenis Permukaan Jalan (Km)Aspal Tidak

DiaspalLainnya Jumlah

1 Sumatera Selatan 1.444,41 18,26 0,20 1.462,872 OKU 86,7 0,55 0,00 87,223 OKI 98,20 0,00 0,00 98,204 Banyuasin 56,50 0,00 0,00 56,505 Ogan Ilir 173,04 4,61 0,00 177,656 OKU Timur 199,15 6,60 0,00 205,757 Palembang 64,81 0,00 0,00 64,818 Musi Rawas 56,25 0,00 0,00 0,00Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2015

Dari panjang jalan yang tersedia sebagai sarana transportasi pada

masing-masing wilayah kawasan memang belum sepenuhnya berada dalam

kondisi baik. Masih terdapat jalan-jalan dengan kondisi rusak bahkan sangat

rusak, namun jumlahnya memang hanya sebagian kecil dari jalan-jalan yang

sudah berada pada kondisi baik. Tabel 5.18 menyajikan distribusi kondisi jalan

pada wilayah-wilayah kawasan.

Tabel 5.18Panjang Jalan dan Kondisi Jalan Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah-Wilayah

Kawasan Tanaman Hortikultura di Provinsi Sumatera Selatan, 2015

No Kabupaten/KotaKawasan

Kondisi Jalan (Km)Baik Sedang Rusak Rusak Berat

1 Sumatera Selatan 1.254,25 160,42 18,40 29,802 OKU 70,47 16,65 0,00 0,103 OKI 72,30 13,90 4,60 7,404 Banyuasin 55,90 0,60 0,00 0,005 Ogan Ilir 139,55 29,90 4,80 3,406 Palembang 61,04 3,77 0,00 0,007 Musi Rawas 52,15 4,10 0,00 0,00Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2015

Page 93: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-27

Pada sarana transportasi terlihat bahwa ketersediaan alat angkut untuk

/orang maupun barang tersebar cukup banyak dan cenderung mencukupi

kebutuhan pengangkutan dan mobilitas masyarakat. Jumlah kendaraan yang

tersedia menurut kabupate/kota yang ditetapkan sebagai wilayah kawasan

disajikan pada Tabel 5.19 berikut ini.

Tabel 5.19.Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jenis Kendaraan Menurut Kabupaten/Kota diWilayah Kawasan Tanaman Hortikultura di Provinsi Sumatera Selatan, 2015

No Kabupaten/KotaKawasan

Jenis KendaraanMobil

BerpenumpangBus Truk Sepeda

Motor1 Sumatera Selatan 254.784 2.022 41.024 1.009.8952 OKU 9.081 66 1.433 54.6613 OKI 7.970 46 1.759 4.8334 Banyuasin 8.704 64 2.159 71.4275 Ogan Ilir 4.777 72 815 82.630

Palembang 150.693 1.139 22.802 397.74778 Musi Rawas 6.782 24 1.031 33.279

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2015

Dalam pergerakan transportasi khususnya pengangkutan hasil-hasil

produksi dari wilayah produsen ke wilayah konsumen dalam ruang lingkup

lokal, regional, nasional bahkan internasional, Provinsi Sumatera Selatan

khususnya melalui wilayah ibukota provinsi yaitu Kota Palembang, provinsi ini

memiliki akses jalan darat, laut dan udara. Untuk melayani transportasi ke luar

wilayah-wilayah produsen ini, Provinsi Sumatera Selatan memiliki 4 pintu

gerbang, yaitu stasiun kereta apa Kertapati, Bandara Internasional Sultan

Mahmud Badarudin II, Pelabuhan Boom Baru dan Pelabuhan Tanjung Siapi-Api,

serta terminal-terminal angkutan penumpang dan barang.

Pada sistem transportasi darat, wilayah Provinsi Sumatera Selatan

memiliki dua poros jalan utama, yang melayani pergerakan regional

(pergerakan lintas provinsi di Sumatera), yaitu lintas tengah dan lintas timur

Page 94: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-28

Sumatera. Kedua poros ini memegang peranan yang sangat penting bagi

pergerakan orang dan barang termasuk produksi-produksi tanaman pangan dan

hortikultura. Selain melalui transportasi darat, akses keluar dan masuk Provinsi

Sumatera Selatan dapat melalui sistem transportasi udara, yang tidak hanya

tersedia di ibukota provinsi namun kini juga telah tersedia di beberapa

kabupaten/kota, seperti di Kota Lubuk Linggau dan Pagar Alam. Transportasi

air juga menjadi pilihan berikutnya, yaitu melalui pelabuhan boom baru dan

pelabuhan tanjung siapi-api yang sekarang semakin disempurnakan fasilitasnya

menuju pelabuhan internasional.

Prasarana dan sarana penunjang berikutnya adalah listrik. Secara umum

seluruh wilayah kawasan tanaman pangan dan hortikultura ini telah dilalui

fasilitas listrik yang dilayani oleh PT PLN (Persero). Prasarana ketenagalistrikan

PLN yang dimiliki Provinsi Sumatera Selatan adalah :

- 4 unit PLTU batubara, dengan kapasitas terpasang 260,0 MW.

- 2 unit PLTU (gas, HSD dan residu) dengan kapasitas terpasang 25,0 MW

- 8 unit PLTG , dengan kapasitas terpasang 207,7 MW

- 4 unit PLTD besar, dengan kapasitas terpasang 37,9 MW

- 47 unit PLTD isolated

- Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang telah dibangun sepanjang

6.907,00 KMS

- Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 7.231,00 KMS.

Selain listrik PLN, banyak perusahaan besar di Provinsi Sumatera Selatan

memiliki tenaga pembangkit listrik sendiri untuk kepentingan perusahaannya,

seperti PT Pusri, PT Pertamina, PT TEL, dan PT PN Nusantara dengan total

kapasitas terpasang 433,37 KVA. Untuk kebutuhan listrik di Provinsi Sumatera

Selatan sendiri sebenarnya telah terpenuhi oleh energi yang diproduksi oleh

pembangkit yang ada di wilayah ini, namun karena energi ini di interkoneksikan

(pemakaian bersama), sehingga terkadang terjadi pemadaman yang tidak bisa

dihindarkan.

Page 95: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-29

Pada prasarana telekomunikasi yang mayoritas dikelola oleh PT Telkom

wilayah kerja Sumatera Bagian Selatan. Pelayan telekomunikasi ini dikelola

oleh beberapa Kandatel di beberapa kabupaten/kota. Seiring dengan

perkembangan teknologi komunikasi, maka saat ini pengelola telekomunikasi

tidak hanya dimonopoli oleh PT Telkom lagi, beberapa perusahaan swasta telah

berpartisipasi menyediakan layanan ini khususnya pada pelayanan

telekomunikasi seluler. Kondisi ini juga telah terdistribusi menyebar ke seluruh

kabupaten/kota sehingga sangat membantu proses komunikasi pelaku-pelaku

usaha agribisnis tanaman pangan dan hortikutura.

Saat ini sudah banyak petani dan kelompoknya yang memanfaatkan

sarana komunikasi untuk membantu mereka dalam mendapat informasi pasar

dan informasi kebutuhan sarana produksi. Selain itu, sarana komunikasi

melalui peralatan telepon seluler (HP) sudah banyak digunakan petani untuk

berkomunikasi antar petani atau antar kelompok tani. Selain berbagi info

mereka juga sudah mulai memanfaatkannya untuk perluasan usaha dengan

cara berkomunikasi dengan piha-pihak lain yang terkait dengan pengembangan

usahatani yang mereka lakukan.

Pada sarana permodalan, lembaga pendukungnya adalah lembaga

perbankan dan lembaga permodalan non formal lainnya. Jumlah perbankan di

Sumatera Selatan pada tahun 2014 dibagi menjadi tiga, yaitu Bank Umum

Pemerintah, Bank Umum Swasta Nasional dan BPR. Jumlah Bank yang paling

banyak di Provinsi Sumatera Selatan adalah bank yang merupakan bank

pemerintahan dan pembangunan daerah, sementara BPR jumlahnya sangat

terbatas. Pada kelompok bank swasta, jumlahnya juga cukup banyak yang

terdiri dari kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor pusat dan wilayah,

kantor kas, kas mobil dan loket pelayanan. Sebaran jumlah bank pemerintah,

swasta nasional dan kelompok BPR yang tersedia di Sumatera Selatan tersaji

secara rinci pada Tabel 5.20.

Page 96: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-30

Tabel 5.20.Jumlah Bank Pemerintah, Bank Pembangunan Daerah, Bank Swasta, dan Bank

BPR di Provinsi Sumatera Selatan (unit), Tahun 2014

No Jenis Bank Jumlah (Unit)

1 Bank Umum Pemerintah dan Bank PembangunanDaerah

1. Kantor Cabang 372. Kantor Cabang Pembantu 2433. Kantor Pusat dan Wilayah 44. Kantor Kas 745. Kas Mobil 56. Loket Pelayanan 21

2 Bank Umum Swasta Nasional1. Kantor Pusat dan Wilayah 42. Kantor Cabang 573. Kantor Cabang Pembantu 2334. Loket Pelayanan -5. Kantor Kas 116. Kas Mobil 1

3 BPR1. Kantor Pusat dan Wilayah 202. Kantor Cabang 103. Kantor Cabang Pembantu -4. Kantor Kas 9

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII

Koperasi juga menjadi lembaga pendukung bagi pengembangan usahatani

petani. Jumlah koperasi di Sumatera Selatan pada tahun 2014 mencapai

5.970 unit atau meningkat sebesar 14,26 persen dibanding tahun

sebelumnya. Koperasi tersebut tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Sumatera Selatan dengan besaran yang bervariasi, dengan jumlah

terbanyak berada di Kota Palembang (1.054 unit), disusul Kabupaten Musi

Rawas (1.029 unit) dan Kabupaten Muara Enim (530 unit) di posisi 2 dan 3.

Jumlah koperasi dengan jumlah unit terkecil adalah koperasi yang berada di

bawah kelola Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 2014 jumlah anggota

koperasi di Sumatera Selatan mencapai 811.860 orang, sedangkan besarnya

Page 97: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-31

volume usaha mencapai 2,69 triliun rupiah. Sebaran jumlah koperasi berikut

jumlah anggotanya disajikan secara rinci pada Tabel 5.21.

Tabel 5.21.Jumlah Koperasi dan Anggota Koperasi Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumatera Selatan, 2014

No Kabupaten / Kota Jumlah Koperasi (Unit)

1 Ogan Komering Ulu 347

2 Ogan Komering Ilir 350

3 Muara Enim 530

4 Lahat 395

5 Musi Rawas 1.029

6 Musi Banyuasin 261

7 Banyuasin 350

8 OKU Selatan 189

9 OKU Timur 408

10 Ogan Ilir 197

11 Empat Lawang 125

12 Palembang 1.054

13 Prabumulih 155

14 Pagar Alam 110

15 Lubuk Linggau 193

16 Provinsi Sumsel 97

Jumlah 5.790

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2015

5.5. Aspek Kelembagaan

Aspek kelembagaan yang menunjang pengembangan komoditi pangan

dan hortikultura di Provinsi Sumatera Selatan terbagi menjadi kelembagaan

yang berada di tingkat petani dan terlibat langsung maupun kelembagaan yang

Page 98: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-32

berada pada kelompok eksternal petani. Pada kelembagaan di tingkat petani,

ketersediaan kelompok tani, Gapoktan dan Koperasi menjadi aspek

kelembagaan yang sangat penting.

Pada kelembagaan di tingkat petani, pendataan yang dilakukan oleh

Kementerian Pertanian RI bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikutura Provinsi Sumatera Selatan mencatat bahwa sampai

dengan tahun 2015 tercatat jumlah kelompok tani di Sumatera Selatan sebayak

16.759 kelompok tani. Data ketersediaan kelembagaan di tingkat petani

disajikan pada Tabel 5.22 berikut ini.

Tabel 5.22.Jumlah Kelompok Tani dan Gapoktan di Provinsi Sumatera Selatan, 2013-2014

No Jenis Lembaga Tahun 2013 Tahun 2014Jumlah

KelompokJumlahAnggota(Orang)

JumlahKelompok

JumlahAnggota(Orang)

1 Kelompok Tani (Poktan) 16.759 18.771 1.711 307.6132 Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan)1.415 242.376 1.415 242.376

Sumber : Kemeterian Pertanian RI, 2014

Dari Tabel 5.22 menunjukkan bahwa untuk kelompok tani jumlahnya

semakin berkurang namun anggotanya semakin meningkat. Hal ini

dikarenakan masih banyak terdapat kelompok tani yang tidak aktif sehingga

melebur ke dalam kelompok-kelompok tani yang aktif atau masuk dalam dalam

Gapoktan saja.

Pada kelembagaan di tingkat pemerintahaan, terdapat SKPD terkait di

bidang pertanian yang menjadi perpanjang tangan pemerintah di tingkat

provinsi maupun kabupaten. Pada tingkat provinsi terdapat Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan, begitu juga pada

tingkat kabupaten/kota. Semua wilayah kawasan memiliki SKPD ini sebagai

perpanjangan tangan pemerintah dalam mengembangkan komoditi pangan dan

hortikulturan dari hulu sampai dengan hilir. Dalam operasionalnya tentu saja

Page 99: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-33

SKPD ini harus bekerjasama dengan SKPD lain seperti Dinas Perindustrian dan

Perdagangan dan Badan Ketahanan Pangan pada sektor hilirnya. Disamping

itu, kerjasama juga harus dilakukan dengan pihak-pihak swasta, khususnya

pada kelompok yang mengusahakan sarana-sarana produksi untuk kebutuhan

petani.

5.6. Aspek Sumber Daya Manusia

Dalam rangka pengembangan masing-masing kawasan, baik pangan

maupun hortikultura, maka diperlukan dukungan aspek sumberdaya manusia

yang terlibat dalam usaha pengembangan tersebut. Sumberdaya yang memiliki

peran langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan wilayah kawasan

tersebut meliputi SDM pelaku usahatani tanaman pangan dan hortikultura, SDM

yang menangani pelayanan pertanian serta kuantitas dan kualitasnya seperti

pegawai tanaman pangan dan hortikultura, penyuluh, pendamping, dll.

Tabel 5.23.Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian dan Pertumbuhannya pada Wilayah-

Wilayah Kawasan di Provinsi Sumatera Selatan

Kabupaten/Kota Rumah Tangga UsahaPertanian

Pertumbuhan

2003 2013 Absolut %

OKU 40.411 39.610 -801 -1,98

OKI 114.749 123.132 8.383 7,31

Musi Rawas 94.312 88.555 -5.757 -6,10

Banyuasin 119.734 114.738 -4.996 -4,17

Ogan Ilir 52.028 51.445 -583 -1,12

Palembang 28.322 10.768 -17.554 -61,98

Sumber : Sensus Pertanian 2013, BPS Provinsi Sumatera Selatan

Rumah tangga usaha pertanian pada wilayah-wilayah kawasan di

Sumatera Selatan berbdasarkan hasil Sensus Pertanian tahun 2013

Page 100: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-34

menunjukkan bahwa sebagian besar terjadi penurunan jumlah rumah tangga

usaha pertanian. Namun demikian pafda beberapa wilayah pangan masih

terlihat peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian. Informasi kondisi

perkembangan jumlah rumah tangga ini, secara rinci tesaji pada Tabel 5.23.

Pengelompokkan rumah tangga usaha pertanian berdasarkan golongan

luas lahan yang dikuasai menunjukkan bahwa kelompok terbesar jumlah berada

pada kelompok golongan luas lahan 10.000 M2 – 19.999 M2 atau berada pada

kelompok kepemilikan luas lahan 1-2 Hektar. Namu demikian, masih banyak

juga terdapat kelompok rumah tangga usaha pertanian yang masih berada

pada kategori petani Gurem, dikarenakan hanya mengusahkan lahan kurang

dari 0,5 Hektar. Sebaran data lengkap tersaji pada Tabel 5.24.

Tabel 5.24.Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian di Provinsi Sumatera Selatan Menurut

Golongan Luas Lahan yang Dikuasai

Gol Luas Lahan(M²)

Rumah Tangga Usaha Pertanian Pertumbuhan

2003 2013 Absolut %

< 1.000 105,340 27.648 -77.692 -73,75

1.000 – 1.999 32,973 15.548 -17.425 -52,85

2.000 – 4.999 102,244 76.232 -26.012 -25,44

5.000 – 9.999 139,119 139.976 857 0,62

10.000 – 19.999 263,604 322.061 58.457 22,18

20.000 – 29.999 190,613 195.932 5.319 2,79

≥ 30.000 137,565 181.327 43.762 31,81

JUMLAH 971,458 958.724 -12.734 -1,31

Sumber : Sensus Pertanian 2013, BPS Provinsi Sumatera Selatan

Pengelompokkan berikutnya adalah pembagian petani tanaman pangan

dan hortikultura berdasarkan jenis kelamin. Tabel 5.25 menunjukkan bahwa

Page 101: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-35

jumlah petani laki-laki di sub sektor pangan maupun hortikultura didominasi

petani berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan memang pekerjaan yang

dilakukan pada kegiatan usahatani khususnya on farm lebih banyak

memerlukan kemampuan fisik, sehingga laki-laki memang lebih pas. Namun

demikian, peranan wanita dalam usahatani ini cukup besar, terutama pada

aktifitas-aktifias ringan seperti pemanenan dan penanaman.

Tabel 5.25.Jumlah Petani Sektor Pertanian dan Sub Sektor Tanaman Hortikultura di

Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013

Sektor/Sub Sektor Laki-Laki Perempuan Jumlah

Absolut % Absolut % Absolut %

Pertanian 950.811 78,89 254.454 21,11 1.205.265 100

Tanaman Pangan 387.470 78,91 103.571 21,09 491.041 100

Hortikultura 145.680 79,43 37.723 20.57 183.403 100

Sumber : Sensus Pertanian 2013, BPS Provinsi Sumatera Selatan

Pada agro industrinya, terlihat bahwa terdapat juga rumah tangga usaha

pertanian yang melakukan pengolah hasil pertanian tanaman pangan dan

hortikulturanya. Jenis olahan yang dibuat bervariasi, namun mengarah kepada

produk pangan yang siap konsumsi, seperti keripik, sirup, penganan meja, dan

sebagainya. Selain itu juga terdapat rumah tangga yang mengolah dalam

bentuk setengah jadi seperti tepung tapioka, tepung beras maupun tepung

jagung. Rumah tangga yang melakukan usaha olahan pangan dan hortikultura

ini tersebar pada wilayah-wilayah kawasan, dengan wilayah kawasan yang

memiliki jumlah rumah tangga pengolah terbanyak adalah Kabupaten

Banyuasin (124.551 RT). Selanjutnya adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir

dan Kabupaten Musi Rawas. Jika dikomparasi antara jumlah rumah tangga yang

mengolah tanaman pangan dengan hortiktultura, maka terlihat bahwa rumah

Page 102: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-36

tangga yang mengolah tanaman pangan berjumlah lebih banyak daripada

rumah tangga yang mengolah tanaman hortikultura. Distribusi kelompok

rumah tangga petani yang melakukan aktifitas pengolahan tersebut secara rinci

disajikan pada Tabel 5.26.

Tabel 5.26.Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian dan Rumah Tangga Usahatani yang

Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian Pada Wilayah-Wilayah Kawasan diProvinsi Sumatera Selatan Tahun 2013

Kabupaten/Kota RT UsahaPertanian

Rumah Tangga Usaha Pertanian SubSektor (RT)

Tanaman Pangan Hortikultura

OKU 47.035 3.454 155

OKI 119.187 33.279 7.633

Musi Rawas 101.114 12.239 1.288

Banyuasin 124.551 73.510 1.440

OKU Timur 99.405 42.815 1.125

Ogan Ilir 43.079 19.801 1.059

Palembang 10.804 3.763 263

Sumber : Sensus Pertanian 2013, BPS Provinsi Sumatera Selatan

Kondisi SDM pada kelompok penanganan pelayanan pertanian

khususnya pada kegiatan penyuluhan pada wilayah-wilayah kawasan

menunjukkan bahwa meskipun belum ideal rasio antara jumlah petani yang

memerlukan pelayanan dengan jumlah SDM yang melayani namun telah cukup

banyak jumlah SDM nya. Kelompok SDM dengan profesi PPL tersebut

terkategori dengan status PPL PNS, PPL THL dan PPL swadaya, dengan jumlah

terbanyak pada kelompok PPL dengan status PNS. PPL tersebut wilayah

kerjanya terdistribusi pada desa-desa yang ada di kabupaten/kota yang ada di

Sumatera Selatan, di bawah kelembagaan masing-masing SKPD terkait. Selain

Page 103: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-37

itu, keberadaan PPL swadaya merupakan SDM pendukung dan membantu

mengatasi kekurangan tenaga PPL pada setiap desa. Jumlah dan sebaran SDM

PPL tersebut pada wilayah kawasan secara lengkap disajikan pada Tabel 5.27

berikut ini.

Tabel 5.27.Jumlah SDM yang Menangani Pelayanan Pertanian pada Wilayah-Wilayah

Kawasan di Sumatera Selatan Tahun 2015

Kabupaten/Kota Kategori PPL (Orang)

PPL PNS THL/TB Swadaya Jumlah

OKU 66 28 - 94

OKI 127 58 - 185

Musi Rawas 141 53 84 278

Banyuasin 157 71 - 228

OKU Timur 88 49 32 169

Ogan Ilir 42 60 - 102

Palembang 33 17 - 50

Sumber : Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumberdaya Manusia,Kemeterian Pertanian, 2015

5.7. Aspek Teknis dan Gangguan Produksi

Dalam pengusahaan tanaman hortikultura di Sumatera Selatan, masih

terdapat aspek-aspek yang tergolong dapat mengganggu produksi. Jenis

gangguan tersebut meliputi gangguan produksi yang bersumber dari bencana

alam, serangan OPT, banjir, kekeringan dan termasuk kerawanan konflik,

gangguan kemanan, dan sengketa lahan.

Pada tanaman cabai, gangguan yang sering dirasakan petani adalah

serangan penyakit. Jenis penyakit yang banyak menyerang cabai antara lain

antraks atau patek yang disebabkan oleh cendawan Colletotricum

Page 104: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-38

capsici dan Colletotricum piperatum, bercak daun (Cercospora capsici), dan

yang cukup berbahaya ialah keriting daun (TMV, CMVm, dan virus lainnya).

Serangan penyakit untuk tanaman cabai di Sumsel telah banyak dilaporkan

seperti dari Kabupaten OKI, Banyuasin, Ogan Ilir dan Pagar Alam. Serangan

tersebut spot-spot dan tidak muncul secara kontinyu sepanjang tahun.

Tanaman cabai petani yang ada di Kabupaten Ogan Ilir ada yang

terserang trips sehingga daunnya mengulung dan pertumbuhannya kerdil.

Serangan trips biasanya menghebat pada musim kemarau.. Serangan lalat

buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabai di Kabupaten OKI sering muncul

sporadic sehingga menyebabkan kerontokan buah. Ulat grayak (Spodoptera

litura).yang sering menyarang tanaman cabe di Banyuasin dan juga di

Kabupaten Lahat yang berakibat banyak habis seluruh daun dan hanya

menyisakan tulang-tulang daun. Hama penting dari tanaman cabai yang

dibudidayakan di Sumsel adalah ulat buah cabai (Helicoverpa sp.dan

Spodoptera exigua).

Persoalan lain yang tidak spesifik komoditi adalah persoalan yang terkait

sengketa lahan pangan. Persoalan sengkketa lahan pangan di Sumsel banyak

disebabkan adanya perbedaan penetapatan tapal batas lahan petani dengan

perkebunan kelapa sawit, HTI dan kawasan hutan. Perbedaan persepsi

tentang aturan peraturan adat juga menjadi kendala dalam pengembangan

kawasan pertanian tanaman pangan sehingga berbagai pihak menjadi status

qua dalam pengelolaan lahan. Persoalan sengketa lahan banyak dijumpai di

Kabupaten Banyuasin, OKI, Ogan Ilir, dan MUBA. Sisi lain dari dampak

sengketa lahan adalah terjadinya lahan tidur yang berakibat terhadap

kebakaran lahan pada musim kemarau.

5.8. Aspek Kebijakan

Pengembangan kawasan ini dilakukan berlandaskan dasar yang formal

dari pusat hingga kabupaten/kota terkait agribisnis (Keputusan Gubernur,

Page 105: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-39

Bupati, Peraturan Daerah Terkait Pengembangan Kawasan) dan lain-lain. Dasar

hukum dari pengembangan kawasan ini adalah

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3478);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

juncto Undang-Undang Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 2006

Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4660);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun

2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4725);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844)

7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura

8. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 131,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5433);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

Page 106: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-40

10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4833);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya

Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 5106);

12. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan

dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;

13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/ OT.140/ 9/2009

tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian;

14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/ OT.140/ 8/2012

tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian;

15. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 03/Kpts/ PD.120

/1/ 2015 tentang Penetapan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu

Nasional;

16. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesi Nomor :

45/Kpts/PD.200/1/2015 tentang Penetapan Kawasan Kawasan Cabai,

Bawang Merah dan Jeruk Nasional.

17. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia 2011-2025 sebagaimana tela diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2014;

18. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang

Pembentuka Menteri Kabinet Kerja Kementerian dan

Pengangkatan Periode 2014-2019;

19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 /Permentan/ OT.140/9/

2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian;

20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor61/Permentan/OT.140/10/2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja

Page 107: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-41

21. Peraturan Menteri Pertanian50/Permentan/OT.140/8/~012 tentang

Pengembangan Kawasan Pertanian;

Isu dan Kebijakan Terkait

Isu dan kebijakan terkait dalam pengembangan kawasan tanaman

hortikultura di Provinsi Sumatera Selatan, meliputi :

Pemerintah masih mempersiapkan pembentukan Badan Pangan Nasional

(BPN) sesuai dengan UU Pangan No.18 Tahun 2012. Bulan Januari 2016

diperkirakan telah dibentuk BPN yang merupakan gabungan dari Bulog dan

Badan Ketahanan Pangan (BKP). Peran Bulog akan diperbesar karena

memiliki aset yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pangan nasional

dimana sejumlah gudang Bulog diubah fungsi sehingga dapat menyimpan

produk pangan selain beras. Selain itu Bulog juga membutuhkan cold

storage untuk menyimpan daging sapi, bawang, jagung,cabai, kedelai,

tomat dan pangan lainnya.

Deputi Bidang Infrastruktur Bisnis Kementerian BUMN menyiapkan 5

strategi untuk memperkuat perum Bulog meningkatkan cadangan beras

nasional, yaitu: (1)membuka lahan baru seperti Merauke Industrial Food

Estate, (2)modernisasi penambahan sarana penyimpanan yang akan

ditingkatkan dari hanya 3,9 juta ton atau 6-7 % menjadi 15%,

(3)menyerap hasil panen, (4)pengembangan jalur distribusi pangan, dan

(5) penguatan fungsi Bulog.

Direktur Jenderal Standardisasi dan PerlindunganKonsumen (SPK)

Kementerian Perdagangan mengatakan pedagang harus memperhatikan

kebenaran label bahasa Indonesia dengan barang jualannya meliputi jenis

dan kualitas beras, berat dan tingkat kepecahannya. Dirjen SPK juga

mengajakkementerian dan lembaga non kementerian (seperti Otoritas

Kompeten Keamanan Pangan Kementerian Pertanian dan dinas terkait)

untuk mengawasi peredaran dan jaminan keamanan beras.

Page 108: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-42

Penyaluran Raskin tahun 2015 ditambah menjadi 14 kali dengan Rumah

Tangga Sasaran Penerima raskin tetap. Penyaluran raskin hingga Oktober

2015 telah dilaksanakan Bulog Subdivre Subang sebanyak 13 kali

sedangkan penyaluran ke 14 akan dilaksanakan November-Desember.

Penyaluran raskin tambahan mengacu pada Keputusan Kementerian Sosial

dalam upaya membantu wargatidak mampu akibat kekeringan dan

tingginya harga beras di pasaran.

Bulog tetap melakukan pembelian gabah dan berasmelalui mekanisme

pembelian berdasarkan HPP dan non HPP. Saat ini total penyerapan Bulog

sebesar 2,6 juta ton dengan 700 ribu ton diantaranya adalah beras

komersial. Menurut Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), bahwa saat ini

Bulog lebih mengandalkan penyerapan beras non HPP karena HPP

dianggap terlalu rendah dan tidak ada kenaikan yang signifikan dalam 3

tahun

5.9. Aspek Pertanian

Sumatera Selatan mempunyai 13 kabupaten dan 4 Kota dengan luas areal

administratif seluas 91.592,43 Km2 atau sekitar 9,159 juta hektar, dengan

tipologi lahan pertanian yaitu lahan basah dan lahan kering. Untuk lahan basah

meliputi rawa lebak dan rawa pasang surut. Sementara, lahan kering

membentang dari lahan dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah.

Tersedianya potensi lahan yang cukup merupakan salah satu keuntungan dari

upaya yang akan ditempuh dalam mewujudkan sasaran peningkatan pangan di

Sumatera Selatan. Sasaran pengembangan dan pembukaan sawah baru secara

intensif di Sumsel telah dilaksanakan lebih dari 15 tahun yang mencakup semua

jenis lahan sawah, akan tetapi sasaran utama dengan wilayah yang luas adalah

pada lahan rawa lebak dan lahan sawah rawa pasang surut .

Page 109: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-43

Tabel 5.28.Luas Masing-Masing Kabupaten dan Kota Di Provinsi Sumatera Selatan

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi SumateraSelatan, 2016

Bawang merah dan cabai adalah komoditas yang baru dimasukan dalam

UPSUS Sumsel sehingga luas pertanaman dan juga luas panennya belum

maksimum. Untuk bawang merah telah dipanen dengan luas sekitar 256 hektar

dan cabe sebanyak 10.389 hektar. Bawang merah banyak dikembangkan di

No Kabupaten/Kota Luas (Km2) %

1 Ogan Komering Ulu 4.797,06 5,238

2 Ogan Komering Ilir 18.359,04 20,044

3 Muara Enim 7.383,90 8,062

4 Lahat 5.311,74 5,799

5 Musi Rawas 6.350,10 6,933

6 Musi Banyuasin 14.266,26 15,576

7 Banyuasin 11.832.99 12,919

8 Ogan Komering Ulu Timur 3.370,00 3,679

9 Ogan Komering Ulu Selatan 5.493,94 5,998

10 Ogan Ilir 2.666,09 2,911

11 Empat Lawang 2.256,44 2,464

12 Penukal Abab Lematang Ilir 1.840,00 2,009

13 Musi Rawas Utara 6.008,55 6,560

14 Palembang 369,22 0,403

15 Pagar Alam 633,66 0,692

16 Lubuk Linggau 401,50 0,438

17 Prabumulih 251,94 0,275

Total 91,592.43 100,00

Page 110: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

V-44

OKI dan MURA, dan untuk cabai hampir merata disemua kabupaten dan yang

terluas terdapat di Banyuasin dan Ogan Ilir.

Tabel 5.29.Penampilan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman

Hortikultura di Sumatera Selatan

No Komoditi LuasTanam (Ha)

LuasPanen (Ha)

Produktivitas(Ku/Ha)

Produksi(Ton)

1 Cabe(ton BB) 10.908 10.389 73,22 76.068

2 Bawang(ton BB) 269 256 100,00 2.560

3 Jeruk - - - 166.195

Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumatera Selatan, 2016

Page 111: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-1

ANALISIS PERENCANAAN

Perencanaan merupakan kegiatan awal dari proses manajemen suatu

usaha/kegiatan. Melalui perencanaan maka pelaksanaan kegiatan yang akan

dilakukan dapat berjalan secara efektif dan efisien dikarenakan terdapat

pedoman dalam pelaksanaannya. Dalam penyusunan perencanaan, perlu

mempertimbangkan berbagai aspek yang diperlukan agar pada saat aksi

kegiatan dapat operasional secara efektif dan efisien. Berbagai aspek yang

perlu dianalisis dalam penyusunan perencanaan meliputi aspek biofisik dan

sumberdaya lahan ekonomi dan perekonomian, sarana dan prasarana,

kependudukan dan sosial budaya, kelembagaan, sumberdaya manusia, teknis

tanaman dan pengolahannya, pembiayaan serta kebijakan-kebijakan

pendukung dari pemerintah. Untuk mengukur tingkat pencapaian perencanaan

pada saat operasional, maka perlu ditetapkan indikator-indikator keberhasilan

beserta target output, outcome dan impact yang akan dicapai sesuai tujuan dan

sasaran pembangunan yang akan dicapai dan dilaksanakan.

6.1. Analisis Biofisik Sumberdaya Lahan

Faktor utama dalam pengembangan komoditi dalam konteks kawasan

adalah kesesuaian aspek biofisik yang terdiri dari aspek kesesuaian lahan dan

dukungan agroklimat pada wilayah kawasan terhadap komoditi yang akan

dikembangkan. Komoditi yang akan diusahakan dalam suatu wilayah akan

berkembang dengan baik jika terdapat kesesuaian jenis lahan dan agroklimat

wilayah dengan syarat tumbuh kembangnya suatu komoditi.

Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan

kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima

perbaikan kecil pada sumberdaya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe

6

Page 112: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-2

penggunaan lahan, sedangkan kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai

lahan di masa datang apabila melakukan perbaikan lahan pada skala besar.

Menurut FAO (1976), klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi 4

kategori, yaitu :

1. Ordo : adalah keadaan kesesuaian lahan secara global.

Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong

sesuai (S = Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N = Not Suitable).

2. Kelas : adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo.

Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala

pemetaan, kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan menjadi : (1) untuk

pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas,

lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan dalam tiga kelas, yaitu :

lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).

Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke

dalam kelas-kelas. (2) untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-

1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas kelas sesuai (S), sesuai

bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

a. Kelas S1 (sangat sesuai): Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang

berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau

faktor pembatas bersifat minor dan tidak ada pengaruh terhadap

produktivitas lahan secara nyata.

b. Kelas S2 (cukup sesuai): Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor

pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan

tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi

oleh petani sendiri.

c. Kelas S3 (sesuai marjinal): Lahan mempunyai faktor pembatas yang

berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap

produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak

daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas

pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau

Page 113: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-3

campur tangan (intervensi) dari pemerintah atau pihak swasta untuk

memperbaikinya

d. Tidak sesuai (N): Lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat

berat atau sulit diatasi.

3. Sub Kelas: adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas

kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan

karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang

menjadi faktor pembatas terberat.

4. Unit: adalah keadaan tingkatan dalam sub kelas kesesuaian lahan, yang

didasarkan pada sifat tambahan dan pengelolaannya. Dalam praktek

evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.

Berikut disajikan analisis biofisik sumberdaya lahan pada masing-masing

kawasan komoditi unggulan di Sumatera Selatan.

6.1.1. Analisis Kesesuaian Lahan dan Agroklimat untukPengembangan Kawasan Cabai

Cabai merah merupakan jenis tanaman yang paling sesuai

pertumbuhannya (terutama cabai hibrida) pada tanah yang bertekstur remah,

gembur tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik.

Tanah yang terlalu liat kurang baik karena sulit diolah, drainasenya jelek,

pernafasan akar tanaman dapat terganggu dan dapat menyulitkan akar dalam

mengadopsi unsur hara. Tanah yang terlalu poros/banyak pasir juga kurang

baik, karena mudah tercucinya pupuk oleh air. Penambahan pupuk kandang 20-

25 ton/ha dapat memperbaiki tanah terlalu liat atau terlalu poros.

Tanah yang mengandung unsur hara yang optimum serta terbebas dari

unsur-unsur toksik bisa dikatakan mempunyai kesuburan kimia, tetapi bukan itu

saja kesuburan fisik yang meliputi keadaan air, oksigen, suhu tanah, dan

ukuran pori tanah harus selalu seimbang dan optimum sehingga menjadikan

keadaan tanah tersebut optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman (Supriyanto, et al, 1999).

Page 114: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-4

Derajat keasaman tanah yang sesuai adalah berkisar antara pH 5,5-6,8

dengan pH optimum 6,0-6,5. Cendawan berkembang pada hampir semua

tingkatan pH, cendawan penyebab layu Fusarium dan cendawan penyebab

rebah kecambah seperti Rhizoctoma sp, Phythium sp. berkembang baik pada

tanah-tanah asam. Cendawan yang hidup pada pH>5,5 kehidupannya bersaing

dengan bakteri, karena bakteri berkembang baik pada pH>5,5. Pengaturan pH

dapat dilakukan dengan penambahan kapur pertanian pada pH rendah dan

belerang (S) pada pH tinggi.

Air berfungsi sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara ke organ

tanaman, air berperan dalam proses fotosintesis (pemasakan makanan) dan

proses respirasi (pernafasan). Kekurangan air akan menyebabkan tanaman

kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari

mata air atau sumber air yang bersih yang membawa mineral atau unsur hara

yang dibutuhkan tanaman, bukan air yang berasal dari suatu daerah

penanaman cabai yang terserang penyakit, karena air ini dapat menyebabkan

tanaman cabai yang sehat akan segera tertular, dan bukan air yang berasal dari

limbah pabrik yang berbahaya bagi tanaman cabai.

Faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai merah adalah

angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Angin sepoi-sepoi

akan membawa uap air dan melindungi tanaman dari terik matahari sehingga

penguapan yang berlebihan akan berkurang. Selain lebah, angin juga berperan

penting sebagai perantara penyerbukan, namun angin yang kencang justru

akan merusak tanaman. Curah hujan yang diperlukan adalah 1500-2500

mm/tahun. Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi baik pada iklim A, B, C,

dan D (tipe iklim menurut Schmid dan Ferguson).

Kelembaban relatif yang diperlukan 80% dan sirkulasi udara yang lancar.

Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga tidak terserbuki dan

banyak rontok. Lamanya penyinaran (foto periodisitas) yang dibutuhkan

tanaman cabai antara 10-12 jam/hari, intensitas cahaya ini dibutuhkan untuk

fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah dan pemasakan buah.

Page 115: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-5

Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara 25-30 0C. Suhu optimal

untuk pertumbuhan adalah 24-28 0C. Pada suhu < 150C >32 0C buah yang

dihasilkan kurang baik, suhu yang terlalu dingin menyebabkan pertumbuhan

tanaman terhambat, pembentukan bunga kurang sempurna, dan pemasakan

buah lebih lama.

Tabel 6.1.Kesesuaian Lahan dan Agroklimat Wilayah Kawasan Cabai dengan Syarat Lahan

dan Agroklimat yang Diinginkan Tanaman Cabai

No AspekAgroklimat dan

KesesuaianLahan

SyaratTumbuhCabai

Kabupaten

OKI OI Banyuasin OKU Palembang

1 Jenis Tanah Berteksturremah,gembur,dan tidakterlaluporos sertakaya bahanorganik

Glei humus danorganosol(endapan rawayang subur)

AlluvialdanPodsolik

Alluvial,organosol,klei humus& podsolik

LatosoldanPodsolik

Alluvial,Liat danBerpasir,

2 PH tanah 5,5-6,8 4-6 4-6,5 4-6 4-7 4-73 Suhu (oC) 24-28 26-28 23-32 26-27 22-31 23-314 Ketinggian

tempat (m dpl)5-1.500 10 14 0-40 0-1.000 0-20

5 Kelembaban(%)

60-80 70-86 60-98 69-85 60-90 75-89

6 Curah hujan(mm/bulan)

100-200 150 100 200 22-400 150-200

7 PenyinaranMatahari (%)

30-60 30-50 30-60 30-60 30-60 45

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan dan BPS Kabupaten OKI, OI,Banyuasin dan OKU Timur, 2016

Kawasan tanaman cabai yang telah ditetapkan di Sumatera Selatan

berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, Ogan Ilir,

Kabupaten OKU, dan Kota Palembang. Kelima kabupaten yang telah ditetapkan

sebagai wilayah kawasan cabai ini secara umum memiliki syarat-syarat tumbuh

yang diinginkan tanaman cabai, baik dari aspek kesesuaian lahan maupun

Page 116: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-6

aspek agroklimat, sehingga layak untuk dijadikan kawasan jika ditinjau dari

aspek kesesuaian lahan dan agroklimat. Rerata daerah-daerah produsen cabai

yang menjadi wilayah target pengembangan pada wilayah kawasan memiliki

kondisi lahan dan agroklimat yang cenderung memiliki kesamaan. Tabel 6.1

berikut ini menyajikan kondisi lahan dan agroklimat kelima wilayah kawasan

yang disandingkan dengan syarat jenis lahan dan faktor agroklimat yang

dibutuhan untuk pengembangan tanaman cabai.

Dari Tabel 6.1 menunjukkan bahwa kelima wilayah kawasan

pengembangan cabai di Sumatera Selatan memiliki kesesuaian lahan dan aspek

agroklimat yang mendukung. Jenis tanah dan iklim di lima wilayah tersebut

rerata sesuai dengan jenis tanah dan iklim yang menjadi syarat tumbuh yang

baik bagi tanaman cabai. Dengan demikian, dari aspek kesesuaian lahan dan

biofisik kelima wilayah kawasan ini telah memenuhi persyaratan yang

diinginkan bagi perkembangan tanaman cabai.

6.1.2. Analisis Kesesuaian Lahan dan Agroklimat untukPengembangan Kawasan Bawang Merah

Pada umumnya, bawang merah tumbuh baik di dataran rendah. Hal ini

karena pembentukan umbi membutuhkan suhu tinggi. Suhu yang ideal untuk

pertumbuhan bawang merah sekitar 23—32°C, sedangkan di bawah suhu 23°C

hanya akan menghasilkan sedikit umbi atau tidak sama sekali. Penanaman

sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Hal ini karena jika ditanam pada

musim hujan, pertumbuhan tanaman kurang baik dan mudah terkena penyakit.

Tanah yang tergenang air juga dapat menyebabkan umbi membusuk sehingga

tidak dapat berproduksi. Penanaman bawang merah pada musim hujan dapat

disiasati dengan penggunaan plastik mulsa dan benih yang bermutu.

Pada umumnya tanaman bawang merah tidak tahan terhadap curah

hujan yang lebat. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang

merah antara 25-32oC dengan iklim kering. Bawang merah dapat ditanam

didataran tinggi maupun dataran rendah, didataran tinggi umur tanaman

bawang merah menjadi lebih panjang antara -1 bulan. Tanaman

Page 117: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-7

bawang merah lebih menghendaki daerah yang terbuka, dengan penyinaran

70% (Sunarjono,1983).

Tanah yang cocok untuk menanam bawang merah adalah tanah

lempung berpasir, geluh (loam) berpasir, remah, tidak mudah tergenang air,

gembur, subur, dan banyak mengandung bahan organik. Derajat Dalam

pertumbuhannya, tanaman membutuhkan sinar matahari 100%. Semakin lama

penyinaran akan semakin baik pertumbuhan tanaman. Keasaman tanah yang

baik sekitar pH 6—7. Apabila pH kurang dari 6, dapat ditingkatkan dengan cara

pengapuran. Sementara itu, bila pH di atas 7 dapat diturunkan dengan

pemberian pupuk kandang dan tepung belerang atau kliserit (MgSO4·H2O).

Bawang merah lebih senang tumbuh pada tanah yang subur, gembur

dan banyak mengandung bahan organik seperti tanah lempung berpasir atau

lempung berdebu. Pada tanah alluvial dan latosol yang berpasir bawang merah

pun dapat pula ditanam. Hal yang penting adalah jenis tanah tersebut harus

mempunyai struktur bergumpal dan keadaan air tanahnya tidak menggenang

(stagnasi). Derajat keasaman tanah (pH) antara 6-7 (Sunarjono,1983).

Kawasan tanaman bawang merah yang telah ditetapkan di Sumatera

Selatan berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, OKU. dan

Musi Rawas. Ke empat kabupaten yang telah ditetapkan sebagai wilayah

kawasan bawang merah ini secara umum memiliki syarat-syarat tumbuh yang

diinginkan tanaman bawang merah, baik dari aspek kesesuaian lahan maupun

aspek agroklimat, sehingga layak untuk dijadikan kawasan jika ditinjau dari

aspek kesesuaian lahan dan agroklimat. Rerata daerah-daerah produsen

bawang merah yang menjadi wilayah target pengembangan pada wilayah

kawasan memiliki kondisi lahan dan agroklimat yang cenderung memiliki

kesamaan. Tabel 6.2 berikut ini menyajikan kondisi lahan dan agroklimat ke

empat wilayah kawasan yang disandingkan dengan syarat jenis lahan dan

faktor agroklimat yang dibutuhan untuk pengembangan tanaman bawang

merah.

Page 118: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-8

Tabel 6.2.Kesesuaian Lahan dan Agroklimat Wilayah Kawasan Bawang Merah dengan

Syarat Lahan dan Agroklimat yang Diinginkan Tanaman Bawang Merah

No AspekAgroklimat dan

KesesuaianLahan

Syarat TumbuhBawang Merah

Kabupaten

OKI MusiRawas

Banyuasin OKU

1 Jenis Tanah Lempungberpasir atauLempungberdebu, Aluvial

Glei humusdan organosol(endapan rawayang subur)

Aluvial,Latosol,Podsolik

Alluvial,organosol,klei humus& podsolik

Latosol danPodsolik

2 PH tanah 6-7 4-6 4,5-6 4-6 4-73 Suhu (oC) 25-32oC 26-28 19-33 26-27 22-314 Ketinggian

tempat (m dpl)0-900 10 25-1000 0-40 0-1.000

5 Kelembaban (%) 80-90 70-86 87 69-85 60-906 Curah hujan

(mm/bulan)<150 150 100-200 200 22-400

7 PenyinaranMatahari (%)

70 30-50 60 30-60 30-60

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan dan BPS Kabupaten OKI, OI,Banyuasin dan OKU Timur, 2016

Dari Tabel 6.2 menunjukkan bahwa keempat wilayah kawasan

pengembangan bawang merah di Sumatera Selatan memiliki kesesuaian lahan

dan aspek agroklimat yang mendukung. Jenis tanah dan iklim di empat wilayah

tersebut rerata sesuai dengan jenis tanah dan iklim yang menjadi syarat

tumbuh yang baik bagi tanaman bawang merah. Dengan demikian, dari aspek

kesesuaian lahan dan biofisik keempat wilayah kawasan ini telah memenuhi

persyaratan yang diinginkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

bawang merah.

6.1.3. Analisis Kesesuaian Lahan dan Agroklimat untukPengembangan Kawasan Jeruk

Jeruk merupakan jenis tanaman buahan yang dalam pertumbuhan dan

perkembangannya memiliki syarat tumbuh yang sesuai supaya dapat tumbuh

dengan baik. Tanaman jeruk memerlukan 6-9 bulan basah (musim hujan),

curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, air yang cukup

Page 119: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-9

terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal untuk pertumbuhan

tanaman jeruk antara 25-30°C, kelembaban optimum sekitar 70-80%.

Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga maupun buah.

Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Pada aspek iklim, kecepatan angin

yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang

intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik

ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin. Tergantung pada spesiesnya,

jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini

diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab.

Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan

Juli-Agustus. Temperatur optimal antara 25-30°C namun ada yang masih dapat

tumbuh normal pada 38°C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20°C.

Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.

Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.

Tanaman jeruk merupakan salah satu jenis tumbuhan yang menyukai

tempat terbuka tanpa naungan selama proses budidayanya, karena sinar

matahari langsung sangat membantu meningkatkan produktivitas tanaman.

Jenis tanah Andosol atau Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk, derajat

keasaman tanah (pH tanah) berkisar 5,5-6,5. Air tanah optimal pada kedalaman

150-200 cm di bawah permukaan tanah, sedangkan di musim kemarau 150 cm,

musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air berkandungan garam sekitar

10%, serta dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan kemiringan sekitar

300.

Ketinggian tempat penanaman jeruk sangat bervariasi, tergantung

spesies yang dibudidayakan. Untuk Jenis jeruk Keprok Madura maupun Keprok

Tejakula optimal ditanam di ketinggian 1–900 m dpl. Keprok Batu 55, Keprok

Garut : 700-1.200 m dpl. Jeruk Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800

m dpl. Jeruk Siem: 1–700 m dpl. Jeruk Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung:

1–700 m dpl. Jeruk Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl. Jeruk Purut: 1–400

m dpl.

Page 120: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-10

Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi

liat 7- 27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara

baik. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.

Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah

5,5–6,5 dengan pH optimum 6. Air tanah yang optimal berada pada

kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150

cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang

mengandung garam sekitar 10%. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di

daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.

Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran

rendah sampai tinggi tergantung pada spesies:

- Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.

- Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.

- Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.

- Jenis Siem: 1–700 m dpl.

- Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.

- Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.

- Jenis Purut: 1–400 m dpl.

Kawasan tanaman jeruk yang telah ditetapkan di Sumatera Selatan

berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dan Ogan Ilir (OI). Kedua

kabupaten yang telah ditetapkan sebagai wilayah kawasan jeruk ini secara

umum memiliki syarat-syarat tumbuh yang diinginkan tanaman jeruk, baik dari

aspek kesesuaian lahan maupun aspek agroklimat, sehingga layak untuk

dijadikan kawasan jika ditinjau dari aspek kesesuaian lahan dan agroklimat.

Rerata daerah-daerah produsen jeruk yang menjadi wilayah target

pengembangan pada wilayah kawasan memiliki kondisi lahan dan agroklimat

yang cenderung memiliki kesamaan. Tabel 6.3 berikut ini menyajikan kondisi

lahan dan agroklimat kedua wilayah kawasan yang disandingkan dengan syarat

jenis lahan dan faktor agroklimat yang dibutuhan untuk pengembangan

tanaman jeruk.

Page 121: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-11

Tabel 6.3.Kesesuaian Lahan dan Agroklimat Wilayah Kawasan Jeruk dengan Syarat Lahan

dan Agroklimat yang Diinginkan Tanaman Jeruk

No Aspek Agroklimat danKesesuaian Lahan

Syarat TumbuhJeruk

Kabupaten

OKU Ogan Ilir1 Jenis Tanah Andosol, Latosol Latosol dan

PodsolikAlluvial, Latosol

dan Podsolik2 PH tanah 5,5-6,5 4-7 4-6,53 Suhu (oC) 25-30 22-31 23-324 Ketinggian tempat (m dpl) 1-1200 0-1.000 145 Kelembaban (%) 70-80 60-90 60-986 Curah hujan (mm/bulan) 100-200 22-400 1007 Penyinaran Matahari (%) 30-60 30-60 30-60

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan dan BPS Kabupaten OKU dan OganIlir, 2016

Dari Tabel 6.3 menunjukkan bahwa kedua wilayah kawasan (Kabupaten

OKU dan Kabupaten Ogan Ilir) pengembangan jeruk di Sumatera Selatan

memiliki kesesuaian lahan dan aspek agroklimat yang mendukung. Jenis tanah

dan iklim di empat wilayah tersebut rerata sesuai dengan jenis tanah dan iklim

yang menjadi syarat tumbuh yang baik bagi tanaman jeruk. Dengan demikian,

dari aspek kesesuaian lahan dan biofisik kedua wilayah kawasan ini telah

memenuhi persyaratan yang diinginkan bagi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman jeruk.

6.1.4. Perencanaan Pengembangan Kawasan Berdasarkan AspekBiofisik Sumberdaya Lahan

Pemanfaatan ruang kawasan budidaya meliputi kawasan budidaya

pertanian dalam arti luas dan kawasan budidaya non pertanian atau yang

umumnya disebut dengan kawasan perkotaan. Berdasarkan hasil analisis

kesesuaian lahan kawasan budidaya pertanian dalam arti luas di Provinsi

Sumatera Selatan direncanakan seluas 6.981.760,20 Ha atau sekitar 80,23%

dari luas wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang tersebar di seluruh

kabupaten/kota (disajikan pada Gambar 6.1). Kegiatan yang dapat

Page 122: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-12

dikembangkan pada kawasan budidaya pertanian meliputi; pertanian lahan

basah, pertanian lahan kering, perkebunan, tanaman hortikultura, peternakan,

perikanan dan hutan produksi.

Selain kawasan pertanian dalam arti luas, yang termasuk dalam kawasan

budidaya ialah kawasan budidaya non pertanian (disebut juga pengembangan

kegiatan perkotaan) yang meliputi pemukiman eksisting, prasarana jalan,

rencana pengembangan pemukiman, kegiatan industri dan kawasan

pertambangan. Luas areal yang direncanakan sebagai kawasan budidaya non

pertanian ialah seluas 157.228,04 ha atau 1,81% dari luas wilayah Provinsi

Sumatera Selatan dengan lokasi penyebaran terdapat di seluruh kabupaten/

kota.

Uraian berikut ini mendeskripsikan rincian rencana pengembangan

pemanfaatan ruang di wilayah Provinsi Sumatera Selatan berikut pemetaan

yang dilakukan per kawasan :

(1) Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian

a. Pertanian Lahan Basah

Lahan basah atau dalam bahasa Inggris disebut wetland adalah wilayah-

wilayah dimana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap)

atau musiman. Wilayah lahan basah itu sebagian atau seluruhnya kadang-

kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal atau tergenang. Digolongkan

ke dalam lahan basah ini diantaranya, adalah rawa-rawa termasuk juga rawa

bakau, payau, dan gambut. Dimana air yang menggenangi lahan basah dapat

tergolong ke dalam air tawar, payau juga air asin. Lahan basah ini merupakan

wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan

dengan kebanyakan ekosistem. Kawasan lahan basah yang merupakan lahan

yang subur, sehingga sering dibuka, dikeringkan dan dikonversi menjadi lahan-

lahan pertanian.

Lahan basah dicirikan oleh muka air tanah yang relatif dangkal, dan juga

dekat dengan permukaan tanah, pada waktu yang cukup lama sepanjang tahun

Page 123: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-13

untuk menumbuhkan hidrofita, yaitu tumbuh-tumbuhan yang khusus tumbuh di

wilayah basah. Tumbuh-tumbuhan yang dapat dikembangkan di lahan basah

ini termasuk di dalamnya adalah tanaman pangan khususnya padi.

Pengusahaan komoditi pada lahan basah tersebut lazim disebut pertanian lahan

basah.

Pertanian lahan basah diartikan sebagai pertanian yang dikembangkan

pada dataran rendah yang mempunyai ketinggian ukuran 300 m diatas

permukaan laut yang di sekitarnya terdapat banyak air dari sungai-sungai atau

saluran irigasi. Contoh tanaman yang dibudidayakan di lahan basah adalah

tanaman padi, sedangkan pada lahan kering contohnya tanaman palawijaya,

buah-buahan dan sayur-sayuran.

Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi

lahan basah yang cukup luas. Jenis lahan basah yang ada di Sumatera Selatan

dikategorikan dalam kelompok lahan lebak dan lahan pasang surut. Hampir

seluruh wilayah kabupaten/koya di Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi

lahan basah, dengan wilayah terbesar yang mendominasi lahan basah adalah

Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir dan Kabupaten

Ogan Ilir. Potensi lahan basah yang terdistribusi hampir di seluruh

kabupaten/kota tersebut menyebabkan pertanian lahan basah di Sumatera

Selatan diarahkan pengembangannya di seluruh kabupaten kota di wilayah

Provinsi Sumatera Selatan kecuali Kota Pagar Alam dengan luas total

1.027.900,81 ha atau sekitar 11,81%.

b. Pertanian Lahan Kering

Pengertian pertanian lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan

untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya

hanya mengharapkan dari curah hujan atau menunggu hujan. Lahan ini

mempunyai kondisi agro-ekosistem yang beragam, pada umumnya berlerang

dan dengan kondisi kemantapan lahan yang labil (peka terhadap erosi)

terutama bila pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah.

Page 124: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-14

Pengunaan lahan kering untuk kegiatan pertanian banyak dilakukan di

Sumatera Selatan. Dalam pengertian operasional, pertanian lahan kering

diartikan sebagai pertanian yang mengandalkan musim hujan karena hanya air

hujan sebagai pasokan kebutuhan air bagi tanaman. Pada umumnya lahan

kering berada pada ketinggin 500 - 1500 m diatas permukaan laut. Untuk

usaha pertanian lahan kering dapat dibagi dalam tiga jenis penggunaan lahan,

yaitu lahan kering berbasis palawija (tegalan), lahan kering berbasis sayuran

(dataran tinggi) dan pekarangan.

Pertanian lahan kering diarahkan pengembangannya di seluruh kabupaten

kota di wilayah Provinsi Sumatera Selatan kecuali Kota Lubuk Linggau, Kota

Palembang dan Kota Pagar Alam dengan luas total 745.654,68 (sekitar 8,57%).

Pada umumnya, pemanfaan lahan untuk pertanian adalah lebih besar

bila dibandingkan dengan penggunaan lahan untuk kegiatan non pertanian.

Walaupun demikian. alokasi lahan untuk kawasan lindung tetap diperlukan bagi

suatu kabupaten maupun kota.

Secara umum, penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya maupun

kawasan lindung sesuai dengan kondisi lahan, ketersedian air dan agroklimat.

Kegiatan pertanian untuk irigasi teknis baik terdapat di Ogan Komering Ulu,

Ogan Komering Ulu Timur , Ogan Komering Ilir serta Musi Rawas. Selanjutnya

pertanian dengan irigasi yang lebih sederhana terdapat di Muara Enim, Lahat,

Pagar Alam dan Ogan Komering Ulu Selatan. Untuk pertanian lahan rawa

pasang surut dan rawa lebak terdapat di Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin

dan Ogan Komering Ilir.

Page 125: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-15

Gambar 6.1. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian

Page 126: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-16

Secara umum lahan di kawasan-kawasan tersebut di atas sesuai juga

ditanami komoditas cabai merah dan bawang merah. Hal yang penting untuk

mengembangkan dua komoditas hortikultura ini adalah kemauan, komitmen

dan peningkatan keterampilan petani yang mengusahakan, karena sebelum ini

usahataninya baru dilakukan oleh beberapa petani dalam skala kecil, belum

berkembang dalam skala besar dalam kawasan yang memang untuk itu.

Dilihat dari kondisi hidrologi, sumber air di Provinsi Sumatera Selatan

berasal dari air permukaan dan air tanah. Adapun jenis air permukaan yang

berada di Provinsi Sumatera Selatan adalah sungai, danau/rawa, tadah hujan.

Sedangkan air tanah sangat jarang dijumpai sebagai sumber mata air dan kalau

ada debitnya kecil. Namun secara setempat pemunculan air tanah dapat

ditemukan walaupun debitnya relatif kecil umumnya kurang dari 1 lt/det, dan

tidak cukup prospek untuk dikembangkan disebabkan bersifat rembesan dan

dipengaruhi oleh keadaan musim.

Dilihat berdasarkan kondisi iklimnya, Provinsi Sumatera Selatan

mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan antara 9/7 –

492/23 mm (curah hujan/hari) sepanjang tahun 2003, setiap bulannya curah

hujan bervariasi dengan bulan November merupakan bulan dengan curah hujan

paling banyak. Provinsi Sumatera Selatan memiliki suhu yang cenderung panas

berkisar antara 23,2°C hingga 33° C dengan rata-rata suhu udara pada tahun

2003 berkisar 26,7°C. Suhu terendah/minimum terjadi pada bulan Juli,

sedangkan suhu tertinggi/maksimum terjadi pada bulan Juni.

(2) Rencana Pengembangan Kawasan Cabai

Kawasan tanaman cabai di Sumatera Selatan ditetapkan di Kabupaten

OKU, OKI, Banyuasin, Ogan Ilir dan Kota Palembang. Penetapan 5

kabupaten/kota tersebut juga sebagai bagian dari upaya mengantisipasi

pengaruh inflasi akibat komoditas ini. Dalam pengembangan ke depan,

Sumatera Selatan memiliki tantangan untuk dapat swasembada pada tanaman

cabai. Mengingat selama ini cabai memang menyokong inflasi daerah. Dalam

Page 127: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-17

pengembangan cabai di Sumatera Selatan melalui produksi di wilayah-wilayah

kawasan serta kabupaten/kota lain yang juga menjadi sentra produksi memiliki

target hingga 76.000 ton /tahun.

Rencana pengembangan kawasan cabai berdasarkan aspek biofisik,

ketersediaan dan kesesuaian lahan, serta perencanaan yang diselaraskan

dengan RTRW wilayah-wilayah kawasan disajikan pada Tabel 6.4, diikuti

rencana pengembangannya yang dideskripsikan dalam peta potensi dan

pengembangan pada masing-masing wilayah kawasan yang disajikan pada

Gambar 6.2 dan Gambar 6.11.

Tabel 6.4.Kondisi dan Potensi Komoditi Cabai di Sumatera Selatan dan Wilayah Kawasan,

Tahun 2015

No Provinsi/ Kabupaten Luas Panen(Ha)

Produksi(Kuintal )

Produktiitas(Ku /Ha)

1 Sumatera Selatan 6.146 134.400 21,87

2 Banyuasin 767 9.976 13,00

3 Ogan Ilir 604 8.607 14,25

4 OKI 417 9.367 22.46

5 Palembang 123 518 4,21

6 OKU 97 7.851 80,94

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016 dan Dinas Pertanian TPHProvinsi Sumatera Selatan, Dinas Pertanian TPH Kabupaten OKU,Banyuasin, OKI, Ogan Ilir dan Kota Palembang

Page 128: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-18

Gambar 6.2. Peta Existing Kawasan Cabai di Kabupaten Banyuasin

Page 129: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-19

Gambar 6.3. Peta Pengembangan Kawasan Cabai di Kabupaten Banyuasin

Page 130: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-20

Gambar 6.4. Peta Existing Kawasan Cabai di Kabupaten Ogan Ilir

Page 131: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-21

Gambar 6.5. Peta Pengembangan Kawasan Cabai di Kabupaten Ogan Ilir

Page 132: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-22

Gambar 6.6. Peta Existing Kawasan Cabai di Kabupaten Ogan Komering Ilir

Page 133: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-23

Gambar 6.7. Peta Pengembangan Kawasan Cabai di Kabupaten Ogan Komering Ilir

Page 134: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-24

Gambar 6.8. Peta Existing Kawasan Cabai di Kota Palembang

Page 135: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-25

Gambar 6.9. Peta Pengembangan Kawasan Cabai di Kota Palembang

Page 136: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-26

Gambar 6.10. Peta Eksisting Kawasan Cabai di Kabupaten OKU

Page 137: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-27

Gambar 6.11. Peta Pengembangan Kawasan Cabai di Kabupaten OKU

Page 138: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-28

(3) Rencana Pengembangan Kawasan Bawang Merah

Kawasan tanaman bawang merah di Sumatera Selatan ditetapkan di

Kabupaten OKU, OKI, Banyuasin, dan Kabupaten Musi Rawas. Penetapan 4

kabupaten/kota tersebut juga sebagai bagian dari upaya mengantisipasi

pengaruh inflasi akibat komoditas cabai dan bawang merah. Mengingat selama

ini selain cabai, bawang merah juga menyokong inflasi daerah. Dalam

pengusahaan budidaya bawang merah skala besar memang baru dilakukan

dalam 3 tahun terakhir ini, namun beranjak dari hasil produksi yang dihasilkan

dan prospek pasar yang baik, maka pemerintah daerah berani mentargetkan

Sumatera Selatan dapat berswasembada bawang merah.

Rencana pengembangan kawasan bawang merah berdasarkan aspek

biofisik, ketersediaan dan kesesuaian lahan, serta perencanaan yang

diselaraskan dengan RTRW wilayah-wilayah kawasan disajikan pada Tabel 6.11,

diikuti rencana pengembangannya yang dideskripsikan dalam peta potensi dan

pengembangan pada masing-masing wilayah kawasan yang disajikan pada

Gambar 6.12 dan Gambar 6.19.

Tabel 6.5.Kondisi dan Potensi Komoditi Bawang Merah di Sumatera Selatan dan Wilayah

Kawasan, Tahun 2015

No Provinsi/ Kabupaten LuasPanen(Ha)

Produksi(Kuinta)

Produktiitas(Ku/Ha)

PotensiPengembanganThn 2016 (Ha)

1 Sumatera Selatan 96 5.828 60,71 250

2 OKU 11 740 67,27 30

3 OKI 39 2.350 60,25 65

4 Banyuasin 5 10 2 40

5 Musi Rawas 25 1.881 75,24 60

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016 dan Dinas Pertanian TPHProvinsi Sumatera Selatan, Dinas Pertanian TPH Kabupaten OKU,Banyuasin, OKI, Ogan Ilir dan Kota Palembang

Page 139: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-29

Gambar 6.12. Peta Existing Kawasan Bawang Merah di Kabupaten OKU

Page 140: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-30

Gambar 6.13. Peta Pengembangan Kawasan Bawang Merah di Kabupaten OKU

Page 141: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-31

Gambar 6.14. Peta Existing Kawasan Bawang Merah di Kabupaten OKI

Page 142: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-32

Gambar 6.15. Peta Existing Kawasan Bawang Merah di Kabupaten OKI

Page 143: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-33

Gambar 6.16. Peta Existing Kawasan Bawang Merah di Kabupaten Musi Rawas

Page 144: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-34

Gambar 6.17. Peta Pengembangan Kawasan Bawang Merah di Kabupaten Musi Rawas

Page 145: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-35

Gambar 6.18. Peta Existing Kawasan Bawang Merah di Kabupaten Banyuasin

Page 146: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-36

Gambar 6.19. Peta Pengembangan Kawasan Bawang Merah di Kabupaten Banyuasin

Page 147: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-37

(4) Rencana Pengembangan Kawasan Jeruk

Kawasan tanaman jeruk di Sumatera Selatan ditetapkan di Kabupaten

OKU, dan Ogan Ilir. Penetapan 2 kabupaten ini juga sebagai bagian dari

upaya mengantisipasi pengaruh inflasi akibat dua komoditas hortikultura

tersebut. Dalam pengembangan ke depan, Sumatera Selatan memiliki

tantangan untuk dapat swasembada pada kedua tanaman tersebut. Mengingat

selama ini cabai memang menyokong inflasi daerah. Dalam pengembangan

cabai di Sumatera Selatan melalui produksi di wilayah-wilayah kawasan serta

kabupaten/kota lain yang juga menjadi sentra produksi memiliki target hingga

76.000 ton /tahun.

Rencana pengembangan kawasan jeruk berdasarkan aspek biofisik,

ketersediaan dan kesesuaian lahan, serta perencanaan yang diselaraskan

dengan RTRW wilayah-wilayah kawasan disajikan pada Tabel 6.12, diikuti

rencana pengembangannya yang dideskripsikan dalam peta potensi dan

pengembangan pada masing-masing wilayah kawasan yang disajikan pada

Gambar 6.20 dan Gambar 6.37.

Tabel 6.6.Kondisi dan Potensi Komoditi Jeruk di Sumatera Selatan dan Wilayah Kawasan,

Tahun 2015

No Provinsi/ Kabupaten Luas Panen(Pohon

Produksi(Kuintal )

Potensi(Ha)

1 Sumatera Selatan 168.188 101.713 800

2 OKU 31.920 34.136 450

3 Ogan Ilir 17.765 4.465 59

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2016 dan Dinas Pertanian TPHProvinsi Sumatera Selatan, Dinas Pertanian TPH Kabupaten OKU,dan Kabupaten Ogan Ilir

Page 148: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-38

Gambar 6.20. Peta Eksisting Kawasan Jeruk di Kabupaten OKU

Page 149: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-39

Gambar 6.21. Peta Pengembangan Kawasan Bawang Merah di Kabupaten OKU

Page 150: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-40

Gambar 6.22. Peta Eksisting Kawasan Bawang Merah di Kabupaten OI

Page 151: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-41

Gambar 6.23. Peta Pengembangan Kawasan Bawang Merah di Kabupaten OI

Page 152: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-42

6.2. Analisis Ekonomi dan Perekonomian

Pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Sumatera

Selatan dengan konsep pengembangan kawasan menempatkan pertanian

tanaman pangan dan hortikultura sebagai salah satu penggerak utama

perekonomian di wilayah ini. lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi

lokal pedesaan menjadi faktor utama pengembangan tanaman pangan dan

hortikultura. Saat ini disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja

bertumpu di desa tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan

dukungan sarana serta prasarana yang tidak saja berada di pedesaan. Struktur

perekonomian wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan suatu

wilayah dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut sangat erat kaitannya

dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik lingkungan, sosial

ekonomi dan kelembagaan.

Konsep pertanian dengan konsep kawasan yang berkelanjutan dapat

diwujudkan dengan perencanaan wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam

yang ada di suatu wilayah tertentu. Perencanaan pembangunan wilayah adalah

suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori kedalam

kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya

mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial

lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

Untuk memberhasilkan pembangunan ekonomi wilayah melalui

pengembangan sektor tanaman pangan dan hortikultura, kita perlu menemu-

kenali terlebih dahulu kondisi dan tantangan yang dihadapi sektor ini. Dengan

menemukenali hal-hal tersebut, kita dapat merumuskan strategi untuk

menghadapinya dan mempercepat pembangunan sektor tanaman pangan dan

hortikultura dari kondisi saat ini menuju kinerja subsektor tanaman pangan dan

hortikultura yang diharapkan.

Pengembangan subsektor tanaman pangan dan hortikultura di masa

depan, khususnya menghadapi era globalisasi, akan menghadapi sejumlah

tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi

Page 153: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-43

domestik, perubahan lingkungan ekonomi interansional, baik karena pengaruh

lieberalisasi ekonomi maupun karena perubahan-perubahan fundamental dalam

pasar produk agribisnis internasional.

Setidaknya ada lima alasan mengapa sektor pertanian khususnya pada

sub sektor tanaman pangan dan hortikultura menjadi strategis dalam dalam

satu wilayah, yaitu :

1. Pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan sektor yang

menyediakan kebutuhan pangan masyarakat.

2. Sub sektor ini merupakan penyedia bahan baku bagi sektor industri

(agroindustri).

3. Sub sektor ini memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah dan devisa

melalui komoditas yang diekspor.

4. Sub sektor ini menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja pedesaan.

5. Sub sektor ini perlu dipertahankan untuk keseimbangan ekosistem

(lingkungan).

Adapun peran penting sub sektor ini dalam berkontribusi terhadap

pembangunan ekonomi antara lain :

1. Meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik,

2. Penyedia tenaga kerja

3. Memperbesar pasar untuk industri,

4. Meningkatkan supply uang tabungan dan

5. Meningkatkan devisa.

Sampai saat ini, peranan sektor pertanian tanaman pangan dan

hortikultura di Sumatera Selatan begitu besar dalam mendukung pemenuhan

pangan dan memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga petani. Hasil

Sensus Pertanian tahun 2013 menunjukkan bahwa sektor pertanian di

Sumatera Selatan memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak

sebanyak 958.724 orang. Untuk sub sektor tanaman pangan, memiliki jumlah

rumah tangga tani sebanyak 397.937 rumah tangga. Dengan pengembangan

kawasan tanaman pangan dan hortikultura ke depan, akan menambah jumlah

Page 154: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-44

rumah tangga tani, yang bermakna bertambah serapan tenaga kerja yang

dapat disediakan, khususnya di wilayah-wilayah kawasan.

Melalui pengembangan kawasan tanaman pangan dan hortikultura ke

depan harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk,

sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta sebagai

sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan sub

sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura melalui pengembangan

kawasan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani

dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Secara nasional, sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan

strategis dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain:

meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja,

perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam

negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber

daya alam secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi

sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa

kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi

penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor

pertanian, dimana pertanian memiliki pertumbuhan yang positif.

Disisi lain, dilihat ternyata pembangunan pertanian melalui

pengembangan kawasan mampu menunjukkan peningkatan produktivitas di

sektor pertanian. Hal ini menunjukkan dua hal yakni, bahwa terjadi

peningkatan produktivitas pada hasil produk pertanian yang diikuti oleh

perbaikan koalitas, perbaikan teknologi yang mengikutinya dan peningkatan

jumlah tenaga kerja di sektor pertanian. Pada dasarnya tidak perlu diragukan

lagi, bahwa pembangunan ekonomi yang berbasiskan lepada sektor pertanian

(agribisnis), karena telah memberikan bukti dan dan peranan yang cukup besar

dalam pembangunan perekonomian bangsa, dan tentunya lebih dari itu.

Pembangunan pertanian dalam kerangka pembangunan ekonomi

nasional berarti menjadikan perekonomian daerah sebagai tulang punggung

Page 155: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-45

perekonomian nasional. Sebagai agregasi dari ekonomi daerah, perekonomian

nasional yang tangguh hanya mungkin diwujudkan melalui perekonomian yang

kokoh. Rapuhnya perekonomian nasional selama ini disatu sisi dan tingginya

disparitas ekonomi antar daerah dan golongan disisi lain mencerminkan bahwa

perekonomian nasional Indonesia dimasa lalu tidak berakar kuat pada ekonomi

daerah.

Pembangunan ekonomi lokal yang berbasis pada pertanian dengan

pengembangan kawasam merupakan sebuah proses orientasi, yang meletakkan

formasi institusi baru, pengembangan industri alternatif, peningkatan kapasitas

pelaku untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar baru,

transfer ilmu pengetahuan, dan menstimulasi bangkitnya perusahaan baru serta

semangat kewirausahaan.

Diharapkan dalam pembangunan ekonomi lokal melalui konsep

pengembangan kawasan, kegiatan pertanian dalam perkembangannya akan

berorientasi pada pasar (konsumen) apabila terjadi penyebaran sumberdaya

dan faktor produksi yang merata serta adanya biaya transportasi yang relatif

murah. Orientasi pasar ini akan menunjukkan bahwa setiap lokasi dapat

menghasilkan komoditi pertanian tertentu. Suatu kegiatan pertanian akan lebih

dapat berkembang pada lokasi tertentu yang disebabkan oleh adanya

kemudahaan bagi konsumen yang berasal dari dalam atau dari luar lokasi untuk

datang ke lokasi pemasaran komoditi pertanian tersebut.

Dari uraian di atas dapat dispesifikkan bahwa pengembangan kawasan

tanaman pangan dan hortikultura memberikan manfaat ekonomi bagi wilayah

adalah sebagai berikut :

1. Dapat menyerap banyak tenaga kerja

Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi

Sumatera Selatan tersebut diindikasikan juga dengan besarnya

penyerapan tenaga kerja. Indikasi ini didukung kenyataan bahwa sektor

pertanian masih bersifat padat karya (labor intensive) dibandingkan padat

modal (capital intensive). Hasil Sensus Pertanian Tahun 2013 menunjukkan

Page 156: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-46

bahwa kemampuan sektor pertanian menyerap tenaga kerja dalam kurun

waktu 2003-2013 meskipun mengalami penurunan sebesar 1,31%, maka

dengan pengembangan kawasan diharapkan dapat meningkatkan

penyerapan tenaga kerja, yang di tahu 2013 terdata sektor ini memiliki

jumlah Rumah Tangga Petani di sumsel sebanyak 958.724 rumah tangga

tani.

2. Memenuhi ketahanan pangan

Pada umumnya masyarakat Sumatera Selatan seperti halnya kebanyakan

masayarakat Indonesia menjadikan bahan pangan utamanya adalah padi

(beras), sementara saat ini produksi padi petani di Sumatera Selatan

meskipun di atas kertas telah dapat memenuhi kebutuhan penduduknya,

namun belum terdistribusi merata, karena masih ada sebagian wilayah

yang terkategori defisit pangan, dan masih banyaknya produksi pangan

Sumsel dijual ke luar wilayah. Hal ini terlihat dari adanya kebijakan

pemerintah yang melakukan impor beras dari Vietnam dan Thailand guna

memenuhi stok beras yang aman.

3. Merupakan kebutuhan pokok manusia

Sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan dan hortikultura

merupakan sumber kehidupan manusia dan juga sektor yang menjanjikan

bagi perekonomian wilayah. Pertanian salah satu pilar bagi kehidupan

masayarkat. Bertani adalah pekerjaan yang mulia, selain untuk

kehidupannya sendiri, juga penting bagi kelestarian alam dan makluk hidup

lainnya.

4. Didukung oleh alam di Sumatera Selatan

Dengan kegiatan di sektor pertanian, masyarakat memperoleh pangan yang

merupakan kebutuhan pokok untuk keberlanjutan hidup dan

kehidupannya. Manusia tidak dapat hidup dengan baik tanpa makan yang

berkecukupan baik jumlah dan mutunya. Oleh karena itu kemampuan

daerah untuk menyediakan pangan yang cukup bagi penduduknya melalui

kemandirian pangan adalah kewajiban.

Page 157: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-47

Seiring dengan usaha-usaha pembangunan pertanian seperti

pengembangan kawasan, muncul masalah-masalah baru yang kemudian

memperlambat laju perkembangan pertanian di Sumatera Selatan. Mulai dari

kerusakan alam yang diakibatkan oleh pelaku produksi dan konsumen pertanian

sampai minimnya pendidikan petani. Hal ini disebabkan adanya pola hidup yang

berubah dari petani itu sendiri, minimnya pengetahuan akan pemanfaatan dan

pengembangan pertanian modern, politik pertanian serta pudarnya nilai-nilai

budaya dan spirit yang dimiliki oleh pelaku pertanian. Belum lagi masalah

adanya pertentangan antara pertanian modern dengan pertanian berkelanjutan

yang semestinya dapat dikombinasikan dalam sistem pertanian terpadu, dan

segelintir masalah-masalah lainnya.

Di sisi lain, saat ini penyebab sulitnya perkembangan sektor pertanian

adalah karena masalah lahan pertanian, seperti ;

- Luas pemilikan lahan petani kini semakin sempit, setengah dari petani

memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar sehingga sebagian besar bekerja

sebagai buruh tani. Sebagai solusinya dengan menegmbangkan kawasan

yang menuntut batas minimal lahan pengusahaan di pedesaan dalam

upaya merasionalisasi jumlah petani dengan lahan yang ekonomis.

- Alih fungsi lahan produktif ke industri maupun perumahan. Sebagai

solusinya pemerintah agar bisa membatasi terjadinya alih fungsi lahan

pertanian. Disamping itu, perlu juga penggalakan sistem pertanian yang

berbasis pada konservasi lahan serta pemanfaatan lahan tidur untuk lahan

pertanian.

- Produktifitas lahan menurun akibat intensifikasi berlebihan dalam

penggunaan pupuk kimia secara terus menerus, sebagai solusinya perlu

dikembangkan sistem pertanian yang ramah lingkungan (organik).

Dengan melihat beberapa permasalahan sektor pertanian sebagaimana

tersebut di atas tentunya kita semua harus semakin berhati-hati, sebab jika

masalah tersebut tidak segera diatasi mungkin 5 hingga 10 tahun kedepan

sektor pertanian di Indonesia tidak akan bisa lagi memenuhi kebutuhan pangan

Page 158: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-48

bagi seluruh masyarakat Indonesia sehingga bukan tidak mungkin krisis pangan

pun akan bisa saja terjadi.

6.2.1. Potensi Ekonomi Pengembangan Kawasan Cabai

Komoditas cabai terutama cabai besar saat ini mendapat perhatian yang

cukup besar baik oleh masyarakat maupun pemerintah karena perkembangan

fluktuasi harganya yang signifikan akibat kondisi pasokan yang tidak sabil di

pasar. Hal tersebut juga menyebabkan komoditas ini sebagai salah satu

pemicu inflasi utama secara nasional, sehingga pemerintah memutuskan untuk

melakukan pengembangan cabai secara nasional yang menyebar hingga ke

wilayah luar Pulau Jawa dan sentra produksi lainnya, termasuk ke wilayah

Provinsi Sumatera Selatan.

Meskipun relatif baru, prospek pengembangan budidaya tanaman cabai

cukup menjanjikan di beberapa kabupaten seperti Banyuasin, OKI, Ogan Ilir,

Palembang, OKU, OKU Timur, Musi Rawas, dan Pagar Alam. Beberapa petani

yang sudah mencoba berusahatani cabai memperoleh hasil produksi yang

memuaskan, namun dalam satu wilayah luas arealnya baru mencapai kurang

dari 5 hektar. Untuk kepentingan pembentukan kawasan cabai yang komersial,

efisien dan berpotensi untuk dikaitkan dengan pengembangan industri

pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah kepada petani, maka luas

areal kawasan cabai tersebut direkomendasikan minimal 25 ha.

Guna menghindari fluktuasi harga yang merugikan petani maupun

konsumen, penyediaan cabai merah setiap hari sepanjang tahun perlu

dirancang secara baik yaitu dengan pengaturan waktu tanam yang tidak

serentak dengan sistem zonasi antar kawasan dalam kabupaten maupun antar

kabupaten sehingga produksi dan pasokan maupun harganya relatif stabil

sepanjang tahun. Pengaturan waktu tanam tersebut bila perlu dikoordinasikan

dinas tanaman pangan dan hortikultura provinsi dengan melalui rekayasa

sistem informasi terpadu pengembangan cabai. Selain itu hasil produksi cabai

tidak hanya dijual segar,melainkan dapat dibuat diversifikasi produknya, antara

Page 159: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-49

lain cabai giling, cabai pasta, cabai botol, dan cabai merah kering. Cabai giling

sudah banyak dibuat oleh para pedagang cabai, namun dengan daya tahan

yang berbeda. Beberapa kearifan lokal yang dikembangkan misalnya dengan

melakukan perendaman cabai giling yang dimasukkan dalam kantung plastik

besar dan direndam dalam gentong berisi air dapat ditiiru. Cara ini dapat

membuat daya tahan cabai hingga enam bulan. Teknologi capai pasta yang

dikembangkan oleh dosen dan peneliti teknologi pangan Universitas Sriwijaya

dapat pula di sebarluaskan penerapannya. Cabai botol merupakan contoh

olahan yang sudah komersial diproduksi industri besar, namun masih

berpeluang untuk dikembangkan dalam skla rumah tangga oleh para petani.

Cabai merah kering menjadi alternatif produk diversifikasi cabai merah yang

juga sudah banyak beredar di pasaran. Oleh karena itu diperlukan identifikasi

produk-produk olahan cabai merah yang diminati oleh konsumen dan preferensi

konsumen terhadap produk olahan cabai merah tersebut sebagai acuan dalam

sistem pascapanen dan pengolahan cabai merah yang mendukung hasil produk

sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen (preferensi konsumen).

Pengolahan cabai merah merupakan rantai proses yang akan

memberikan nilai tambah bagi pelaku yang ada di dalamnya, mulai dari petani

sampai dengan industri dan konsumen. Aktor/pelaku tersebut kemudian

terhubung dalam suatu rantai yang disebut dengan rantai nilai. Analisis rantai

nilai terhadap produk olahan cabai merah ditujukan untuk mempelajari

berbagai permasalahan permintaan pasar yang dihadapi oleh industri yaitu

produk yang diinginkan oleh konsumen, ketersediaan produk di pasar,

penanganan pascapanen dan pengolahan serta nilai tambah yang terbentuk.

Pertumbuhan ekonomi wilayah kawasan yang sukses dalam

pengembangan komoditas cabai dan hasil olahannya diperkirakan akan

meningkat karena bisnis cabai melibatkan perputaran modal yang besar. Hal ini

menjadi alasan mengapa pengembagan cabai ini mesti dilakukan dengan skala

yang besar melibatkan kelompok bahkan gabungan kelompok tani agar dapat

dikelola secara terpadu dengan sistem zonasi dan pengaturan waktu tanam.

Page 160: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-50

6.2.2. Potensi Ekonomi Pengembangan Kawasan Bawang Merah

Pengembangan komoditas bawang merah di beberapa kabupaten juga

mulai menjadi obsesi petani, selain merupakan program pemerintah dalam

rangka memenuhi permintaan konsumen sekaligus menjamin ketersediaan dan

stabilitas harganya sepanjang tahun. Sampai saat ini belum ada daerah yang

dapat disebut sebagai kawasan tanaman bawang merah di Sumatera Selatan.

Namun demikian sama halnya dengan cabai, petani dan para pembinanya di

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten OKU Timur, OKI

dan Musi Rawas telah bertekad untuk menjadikan minimal satu kecamatannya

menjadi kawasan usahatani/budidaya tanaman bawang merah. Program Upsus

Hortikultura mereka sambut dengan antusias dengan menyiapkan lahan untuk

penanaman bawang merah, bahkan beberapa petani sudah mempelopori

kegiatan usahataninya dengan produktivitas yang memadai dan keuntungan

yang cukup besar.

Ketersediaan lahan yang masih luas dan sumber air yang mencukupi

menjadi alasan mereka untuk menjadikan lokasinya menjadi kawasan usahatani

atau budidaya bawang merah Luas lahan minimal 25 ha yang dianjurkan untuk

menjadi kawasan komoditas bawang merah, mereka bersedia memenuhinya,

akan tetapi yang menjadi kendala utama adalah mereka belum sanggup

menyiapkan modal awal usahataninya. Oleh karena itu dengan perkiraan

modal usahatani bawang merah yeng berkisar Rp 85 – Rp 100 juta per hektar,

pengembangan budidaya bawang merah sebaiknya dilakukan secara bertahap

mulai luas yang dapat diberikan bantuan modal berdasarkan ketersediaan dana

bantuan pemerintah, kemudian dengan bantuan para pihak lain, dan pinjaman

dari bank dan lembaga keuangan lainnya, hingga akhirnya mencapai minimal

luas kawasan 25 ha.

Jika dilihat produk turunannya, maka bawang merah juga dapat

memberikan hasil variasi jenis produk olahan yang cukup bervariasi. Produk

olahan bawang merah dalam bentuk kupasan utuh dan irisan bawang merah

segar mampu menaikkan nilai tambah sekitar 150- 250%. Produk olahan

Page 161: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-51

bawang merah irisan kering, bawang goreng, acar bawang, bubuk bawang dan

tepung memiliki rendeman bervariasi antara 10-80%, dengan nilai tambah

berkisar antara 250-300%. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa prospek

pengembangan produk olahan bawang merah masih sangat terbuka.

Pengolahan bawang merah tersebut bertujuan untuk mengawetkan dan

mempertahankan mutu bawang. Pemanfaatan bawang merah melalui

diversifikasi produk olahan juga dalam rangka memenuhi dan/atau menciptakan

permintaan pasar. Salah satu alternatif produk olahan bawang merah yang

belum banyak dikembangkan adalah tepung bawang, krupuk bawang,

oleoresin, pasta bawang, minyak bawang, dan bawang giling.

Mengingat bahwa intensitas penggunaan bawang merah yang cukup

besar maka salah satu solusi alternatif penanganan pasca panen adalah

pembuatan pasta bawang merah, meningkatkan nilai tambah bawang merah

dengan upaya diversifikasi olahan, dan memanfaatkan peluang usaha bumbu

bawang berbentuk pasta, sebagai suatu suatu kreasi dan inovasi baru dari

olahan bawang merah yang mempunyai komposisi gizi yang cukup lengkap

dibandingkan produk olahan bawang lainnya. Pasta bawang merah

mengandung lemak, protein, karbohidrat, dan vitamin C. Tingkat keawetan dan

kepraktisan serta harga yang terjangkau menjadikan produk ini sangat

kompetitif dengan produk olahan bawang merah lainnya.

Penanganan pasca panen bawang merah yang baik, khususnya dalarn

hal pengolahan dapat memperpanjang masa simpan dan mernpertahankan

mutu bawang merah, menjamin kontinuitas stok bawang merah sepanjang

masa serta meningkatkan nilai ekonominya. Untuk menghasilkan produk olahan

yang berkualitas hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah umur panen,

pemilihan bahan, pengirisan, kadar air bahan, penggunaan bahan pengawet

dan bentuk pengemasan. Beberapa olahan bawang merah tersebut dapat

menjadi alternatif meningkatkan nilai tambah bawang merah yang hanya dijual

dalam bentuk segar, beberapa negara sudah dapat menerima olahan tersebut

untuk tujuan ekspor. Pengembangan industri pengolahan bawang merah dapat

Page 162: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-52

dirintis dalam jangka pendek sebagai upaya antisipasi terhadap kemungkinan

anjoknya harga komoditas tersebut dengan pelaku usahanya para petani sendiri

secara individu maupun kelompok. Sementara dalam jangka menengah dan

panjang dapat dikembangkan pola kemitraan petani dan pelaku usaha skala

menengah untuk membentuk klaster komoditas dan produk bawang dalam

sistem rantai pasok.

Keberhasilan pengembangan kawasan komoditas bawang, maka

perekonomian daerah kawasan itu akan terdorong kemajuannya dengan syarat

terjadi kenaikan penyerapan tenaga kerja dan transaksi ekonomi di dalam

kawasan dan dengan kawasan dan kegiatan ekonomi lain berjalan lancar.

Untuk mencapai itu semua tentu saja dibutuhkan dukungan pemerintah dan

juga pihak swasta mengingat komoditi ini tergolong baru dikembangkan di

Sumatera Selatan. Selain itu biaya produksi awal yang tinggi membuat petani

sulit untuk mengembangkan langsung secara mandiri.

Kawasan tanaman bawang merah di Sumatera Selatan ditetapkan di

Kabupaten OKU, OKI, Banyuasin, dan Kabupaten Musi Rawas. Penetapan 4

kabupaten/kota tersebut juga sebagai bagian dari upaya mengantisipasi

pengaruh inflasi akibat komoditas cabai dan bawang merah. Mengingat selama

ini selain cabai, bawang merah juga menyokong inflasi daerah. Dalam

pengusahaan budidaya bawang merah skala besar memang baru dilakukan

dalam 3 tahun terakhir ini, namun beranjak dari hasil produksi yang dihasilkan

dan prospek pasar yang baik, maka pemerintah daerah berani mentargetkan

Sumatera Selatan dapat berswasembada bawang merah.

Pengembangan komoditas bawang merah di beberapa kabupaten juga

mulai menjadi obsesi petani, selain merupakan program pemerintah dalam

rangka memenuhi permintaan konsumen sekaligus menjamin ketersediaan dan

stabilitas harganya sepanjang tahun. Sampai saat ini belum ada daerah yang

dapat disebut sebagai kawasan tanaman bawang di Sumatera Selatan. Namun

demikian sama halnya dengan cabai, petani dan para pembinanya di Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten OKU Timur, OKI dan

Page 163: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-53

Musi Rawas telah bertekad untuk menjadikan minima satu kecamatannya

menjadi kawasan usahatani/budidaya tanaman bawang merah. Program Upsus

Hortikultura mereka sambut dengan antusias dengan menyiapkan lahan untuk.

6.2.3. Potensi Ekonomi Pengembangan Kawasan Jeruk

Jeruk merupakan jenis tanaman hortikultura yang dikembangkan petani

di Sumatera Selatan dengan jenis yang paling banyak dipilih adalah jeruk siam.

Pilihan ini dikarenakan untuk jeruk konsumsi, jenis ini yang paling banyak

disukai konsumen, sehingga permintaan pasarnya cukup tinggi.

Mayoritas petani jeruk di sentra-sentra produksi jeruk di Sumatera

Selatan menjual hasik produksinya dalam bentuk segar (buah utuh), karena

rerata konsumsi masyarakat terhadap buah lebih disukai jika dikonsumsi dalam

bnetuk segar. Namun demikian, untuk mengetasi sifat spesifik produk

pertanian yang tidak tahan lama, maka masyarakat mulai melakukan olahan

buah jeruk yang berfungsi tidak hanya untuk mengatasi sifat jeruk yang tidak

tahan lama, juga memberikan nilai tambah bagi pelaku usahanya. Dalam skala

rumah tangga, kulit buah jeruk besar telah diolah menjadi jus, sirup dan

manisan yang ternyata banyak digemari. Kulit jeruk juga dapat diolah menjadi

makanan ringan. Selain itu ekstraksi limonin dari biji jeruk siam dapat

memberikan nilai tambah dari pemanfaatan limbah pabrik sari jeruk dan

limonin dimanfaatkan lebih lanjut pada industri farmasi. Dengan demikian

potensi ekonomi jeruk ini cukup terdiversifikasi.

6.3. Analisis Sarana dan Prasarana Penunjang

Berdasarkan hasil wawancara dan FGD yang dilakukan di wilayah

kawasan diperoleh gambaran sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani

guna pengembangan kawasan tanaman pangan dan hortikutura di wilayah

mereka. Secara umum jenis sarana dan prasarana yang dibutuhkan cenderung

sama pada setiap kawasan, dengan mayoritas kebutuhan pada infrastruktur

adalah perbaikan jalan tani dan jalan produksi serta prasarana pengairan. Pada

Page 164: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-54

aspek teknis berua bantuan sarana produksi khususnya benih, pupuk dan

alsintan khususnya Alsintan untuk kegiata panen dan pasca panen. Hasil

identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana secara rinci disajikan pada Tabel

6.7 berikut ini.

Tabel 6.7.Kebutuhan Sarana dan Prasarana di Tingkat Petani Untuk Pengembangan

Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura

No Jenis Komoditi Unggukan Sarana dan Prasarana yang Dibutuhkan

1 Padi Perbaikan jalan tani, pupuk subsidi, mesinpanen, alat pengering dan lantai jemur

2 Jagung Perbaikan jalan tani, pupuk subsidi, alatpengering dan lantai jemur, alat pemipiljagung

3 Kedelai Perbaikan jalan tani, benih dan pupuksubsidi

4 Cabai Perbaikan jalan tani, benih dan pupuksubsidi,

5 Bawang Merah Perbaikan jalan tani, benih dan pupuksubsidi

6 Jeruk Perbaikan jalan tani, benih unggul tahanpenyakit, pupuk subsidi

Kebutuhan sarana dan prasarana di tingkat petani tersebut merupakan

bagian dari ketersediaan sarana dan parasarana yang harus ada untuk

pengembangkan kawasan. Memperhatikan ketersediaan dan kelayakan

prasarana merupakan salah satu poin mewujudkan perencanaan berbasis

kesejahteraan. Prasarana suatu wilayah atau kota selalu mengikuti tata ruang

sebab prasarana adalah merupakan bagian dari ruang. Aspek-aspek

penataruangan seperti penetapan status kawasan, sarana hingga prasarana

telah diatur oleh UU penataruangan, RTRWN, dan acuan penyediaannya dalam

wilayah yang disebut standarisasi. Standarisasi penyediaan prasarana menjadi

acuan tentang apa dan bagaimana prasarana tersebut dapat melengkapi dan

memenuhi konsonan tata ruang wilayah/kota. Berbasis pada standar

pengembangan kawasan, maka dukungan terhadap ketersediaan sarana dan

prasarana yang harusnya tersedia pada setiap kawasan, meliputi :

Page 165: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-55

1. Prasarana Jalan, meliputi :

a. Prasarana Jalan Kolektor

Karakter dari prasarana jalan kolektor adalah jalan yang berfungsi sebagai

pengumpul lalu lintas dari Prasarana jalan lokal untuk disalurkan ke

Prasarana jalan arteri. Dengan kata lain Orasarana jalan ini akan merupakan

penghubung jalan arteri dengan jalan lokal. Selain itu jalan yang memotong

Prasarana jalan ini sedapat mungkin dibatasi oleh kendaraan yang

melintasinya. Jalan ini direkomendasikan berkecepatan lebih rendah dari

kecepatan kendaraan pada jalan arteri.

b. Prasarana Jalan Lokal

Prasarana jalan lokal adalah jalan yang berfungsi menampung lalu lintas

dari jalan tertentu yang terlayani oleh jalan lingkungan,dan selanjutnya akan

disalurkan ke prasarana jalan kolektor. Adapun karakter dari jalan lokal

adalah jarak perjalanannya atau identik dengan panjang jalan ini relatif

pendek dan jalan memotongnya (dapat saja berupa gank/lorong) tidak

dibatasi.selain itu direkomendasikan lebih mudah dari ketentuan yang

diberlakukan pada prasarana jalan kolektor maupun arteri. Untuk hierarki

jaringan jalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada kecepatan kendaraan,

lebar jalan dan garis sempadan jalan, tersaji pada Tabel 6.8.

Tabel 6.8.Penyediaan Jalan Berdasarkan Kecepatan Kendaraan, Lebar dan GSJ

` Sumber : Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2005

No Hirarki Jalan KecepatanKendaraan

Minimal LebarJalan

1. Arteri Primer > 60 km/jam > 8 m

2. Arteri sekunder > 30 km/jam > 7 m

3. Kolektor Primer > 40 km/jam > 7 m

4. Kolektor Sekunder > 20 km/jam > 7 m

5. Lokal Primer > 30 km/jam > 6 m

6. Lokal Sekunder > 10 km/jam > 5 m

Page 166: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-56

Selain itu, jenis prasarana dan utilitas pada jaringan jalan yang harus

disediakan ditetapkan menurut klasifikasi jalan perumahan yang disusun

berdasarkan hirarki jalan, fungsi jalan dan kelas kawasan/lingkungan

perumahan. Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa

aman dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan

pengendara kendaraan bermotor. Selain itu harus didukung pula oleh

ketersediaan prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar,

drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain.

2. Prasarana Drainase

Prasarana drainase primer dan sekunder harus mempunyai kapasitas

tampung yang cukup untuk menampung air yang mengalir dari area kasiba

dan kawasan sekitarnya. Saluran pembuangan air hujan dapat dibangun

secara terbuka, namun pembangunannya harus dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. Dasar saluran terbuka ½ lingkaran dengan diameter minimum 20 cm

atau berbentuk bulat telur ukuran minimum 20/30 cm;

b. Bahan saluran terbuat dari tanah liat, beton, pasangan batu bata dan

atau bahan lain;

c. Kemiringan saluran minimum 2 %;

d. Tidak boleh melebihi peil banjir di daerah tersebut;

e. Kedalaman saluran minimum 30 cm;

f. Apabila saluran dibuat tertutup, maka pada tiap perubahan arah harus

dilengkapi dengan lubang kontrol dan pada bagian saluran yang lurus

lubang kontrol harus ditempatkan pada jarak maksimum 50 meter;

g. Saluran tertutup dapat terbuat dari PVC, beton, tanah liat dan bahan-

lain;

h. Untuk mengatasi terhambatnya saluran air karena endapan pasir/tanah

pada drainase terbuka dan tertutup perlu bak kontrol dengan jarak

kurang lebih 50 m dengan dimensi (0,40x 0,40x 0,40) m3; Setiap

Page 167: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-57

lingkungan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air hujan atau

kotoran yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup seperti:

- Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan

frekuensi intensitas curah hujan 2 tahunan.

- Saluran pembuangan air hujan dapat merupakan saluran terbuka atau

tertutup. Apabila saluran dibuat tertutup, maka tiap perubahan arah

harus dilengkapi dengan lubang pemeriksa, pada saluran yang lurus

lubang periksa harus dibuat tiap jarak minimum 50 meter.

Tabel 6.9.Standar Perencanaan Prasarana Drainase

NoKemiringan

Lahan

Kerapatan Saluran (m/100 Ha)Ket

Primer Sekunder Tersier Jumlah

1234

0-2 %2-5 %5-15 %15-40 %

800600480320

5100408030602040

141001128084605640

2000015960120008000

V min0,6m/dtV mak2.5m/dt

5 > 40 % Tidak DirekomendasikanSumber : Standar Nasional Indonesia Tahun 2004

3. Prasarana Air Bersih

Air bersih memegang peranan penting sebagai kebutuhan pokok dan utama

penghidupan dan kehidupan penduduk di kawasan perencanaan. Beberapa

sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh penduduk kawasan perencanaan

bersumber dari air permukaan (sungai) dan dari mata air pegunungan yang

dikelolah oleh PDAM dan masyarakat. Sasaran rencana kebutuhan air bersih

dikategorikan berdasarkan jumlah kebutuhan penduduk pendukung dan

kebutuhan aktivitas perkotaan.

Page 168: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-58

Tabel 6.10.Standar Kebutuhan Air Bersih

No Fasilitas Kebutuhan

1 Perumahan 60 liter/orang/hari2 Fasilitas

Pendidikan STK 10 liter/orang/hari SD 10 liter/orang/hari SLTP 10 liter/orang/hari SLTA 10 liter/orang/hari

3 FasilitasKesehatan

Rumah sakit bersalin 5.000 liter/hari, Puskesmas3.000 liter/unit/hari, PUSTU 1.500 liter/unit/hari. Balaipengobatan 8.000 liter/unit/hari. Tempat praktekdokter 300 liter/unit/hari dan Apotik 30 liter/unit/hari.

4 Pemerintahandan PU

(kantor lingkungan, kantor pos, parkir umumditambah MCK) 1000 liter/orang/hari

5 FasilitasPeribadatan

Mesjid 3500 liter/orang/hari Mushallah 2000 liter/orang/hari

6 FasilitasPerekonomian

Fasilitas perekonomian menurut jenisnya adalahwarung 250 liter/unit/hari, pertokoan 10.000liter/unit/hari dan pusat perbelanjaan 86 m3 /ha/hari.

7 FasilitasOlahraga danrekreasi

Balai pertemuan 1.000 liter/unit/hari, gedungserbaguna 10.000 liter/unit/hari, taman untukbermain untuk 250 jiwa membutuhkan 1.000liter/unit/hari, taman untuk 2.500 jiwa membutuhkan5.000 liter/unit/hari dan lapangan olahraga 10.000liter/unit/hari.

Sumber : Standar Nasional Indonesia Tahun 2004

Standar hidrant dan sarana pemadam kebakaran pada umumnya dalam satu

kilometer pipa distribusi terdapat 4-5 buah hidrant. Ketentuan dalam

penempatan hidrant yaitu:

1) Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;

2) Radius pelayanan maksimum 100 meter;

3) Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari;

Standarisasi kebutuhan air bersih berdasarkan jenis-jenis fasilitas wilayah

termasuk sasaran penggunaanya tersebut secara rinci seperti yang telah

disajikan pada Tabel 6.10.

Page 169: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-59

4. Prasarana Listrik

Keseluruhan kebutuhan energi listrik di kawasan perencanaan berdasarkan

standar perencanaan lingkungan perkotaan kebutuhan listrik adalah :

a. Perumahan dengan golongan tipe A adalah 1.300 Watt/unit, tipe B

adalah 900 Watt/unit dan tipe C sebesar 900 Watt/unit.

b. Fasilitas perdagangan dan perkantoran membutuhkan suplay energi

listrik sesuai standar yakni 60 watt/m2 atau 25 % dari kebutuhan rumah

tangga.

c. Fasilitas sosial dan pelayan umum untuk kegiatan pendidikan, kesehatan

dan peribadatan dan pelayanan umum meliputi pos keamanan dan balai

pertemuan. Standar kebutuhan energi listrik untuk fasilitas tersebut

adalah 60 watt/m2 atau 25 % dari kebutuhan rumah tangga.

d. Penerangan jalan kebutuhan listriknya adalah 10 % dari total kebutuhan

keseluruhan rumah tangga

e. Perkiraan kehilangan energi listrik dalam transmisi diperkirakan 30 %

dari total energi listrik yang dibutuhkan.

Sistem distribusi Prasarana kabel listrik dengan menggunakan tiang Sistem

distribusi Prasarana kabel listrik dengan menggunakan tiang yang terbuat

dari pipa beton yang penempatannya pada daerah manfaat jalan dengan

jarak satu dengan yang lainnya adalah lebih kurang 50 meter dan sebagai

upaya untuk menghindari gangguan Prasarana listrik, maka di beberapa

tempat akan ditempatkan gardu listrik yang sekaligus berfungsi sebagai

pengontrol gangguan listrik yang akan terjadi.

Page 170: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-60

Tabel 6.11.Kebutuhan Jaringan Listrik

No. Jenis SambunganJumlah

Pelanggan(Unit)

Daya(KVA)

Jumlah(KVA/Watt)

1 Rumah Type A 199 1,300 258,414

2 Rumah Type B 596 900 536,706

3 Rumah Type C 1,193 450 536,706

4 Pendidikan 4 1,500 6,000

5 Peribadatan 20 1,500 30,000

6 Kesehatan 8 1,500 12,000

7 Pelayanan Umum 4 1,500 6,000

8 Perdagangan 4 1,500 6,000

9 Olah Raga 3 1,500 4,500

10Penerangan Lampu Jalan =

10 % dari total kebutuhan – –139,633

Jumlah 2,031 1,535,959

Sumber : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Tahun 2002

5. Telekomunikasi

Prasarana telekomunikasi merupakan salah satu jenis utilitas wilayah yang

menunjang kelengkapan infrastruktur dalam suatu wilayah tertentu. Beberapa

persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:

a. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah melayani

14 kk (1:14)

b. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap

250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan

lingkungan RT tersebut. (1:250)

c. Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak

radius bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m;

d. Penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area publik

Page 171: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-61

seperti ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan

dengan bangunan sarana lingkungan; dan

e. Penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan dan

panas matahari) yang dapat diintegrasikan dengan kebutuhan

kenyamanan pemakai telepon umum tersebut.

Tabel 6.12.Kebutuhan Jaringan Telepon

No. Jenis Fasilitas Jumlah Sambungan Persentase (%)

1. Permukiman 1,988 99.00

2. Pelayanan Umum 4 0.20

3. Pendidikan 4 0.20

4. Kesehatan 8 0.40

5. Perekonomian 4 0.20

Jumlah 2,008 100.00

Sumber : Keputusan Menteri Permukiman & Prasarana Wilayah Tahun 2002

Hubungan antara pengembangan kawasan tanaman pangan dan

hortikultura dengan peningkatan komoditi unggulan sangat erat. Komoditi

unggulan sebagai prasayat dalam pengembangan kawasan yang akan

meningkatkan mutu dan kualitas suatu komuditas yang menunjang, dimana

suatu komuditas ini akan dijadikan sebagai sentra dalam pengembangan

kawasan. Bila suatu wilayah mempunyai komoditas maka pengembangan

kawasan cepat berkembang dan begitu pun sebaliknya.

Hubungan antara pengembangan kawasan dengan sarana dan prasarana

juga memiliki hubungan yang sangat erat. Kemajuan suatu wilayah ditentukan

oleh ketersedian sarana dan prasarana, bila sarana dan prasarana menunjang

maka dalam pengembangan kawasan akan semakin cepat berkemban.

Ketersedian sarana dan prasarana akan semakin menunjang dalam

perkembangan dalam kawasan. Bila sarana dan prasarana baik maka

Page 172: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-62

pengembagan kawasan akan semakin baik dan lancar dan begitupun

sebaliknya.

6.4. Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya

Analisis Kependudukan dan sosial budaya meliputi analisis yang

dilakukan terhadap kependudukan, ketenaga kerjaan dan sosial budaya untuk

meningkatkan Kualitas SDM dan menghitung kebutuhan dukungan tenaga kerja

dan kontribusi kawasan dalam menyerap tenaga kerja dan perencanaan

pengembangan SDM petani, kelompok tani, koperasi dan lain-lain.

Selama ini, dengan adanya peranan SDM pertanian di dalam

pembangunan sektor pertanian yang diharapkan SDM yang mampu

meningkatkan peranannya di dalam sektor pertanian, dalam arti luas adalah

sektor pertanian dalam berbagai lini termasuk di dalamnya usaha-usaha

pertanian dan segala hal yang mampu menunjang perkembangan maupun

kontinuitas kegiatan yang berguna bagi pertanian dan sektor-sektor lain yang

terhubung dengan pertanian secara langsung maupun yang mendukung

pertanian secara tidak langsung diharapkan pembangunan pertanian yang

mampu untuk memenuhi kriteria perkembangan ekonomi pertanian secara

merata di seluruh aspek bidang pertanian. Kita tidak mampu mengesampingkan

dengan adanya SDM pertanian yang baik di dalam menjalani perkembangan

pembangunan di pertanian. SDM yang baik mampu menjunjung tinggi segala

macam aspek di dalam pembangunan pertanian sehingga penbangunan

pertanian mampu untuk meningkatkan kegiatannya dalam mendukung

perekonomian masyarakat pertanian itu sendiri.

Di dalam pembangunan pertanian melalui pengembangan kawasan,

peran SDM itu sendiri mendapatkan perhatiannya secara khusus dengan

diadakannya berbagai macam pelatihan khusus mengenai SDM itu sendiri dan

menjalankan seminar-seminar yang membahas tentang SDM pertanian. Adanya

otonomi daerah dimana daerah sebagai pelaksana pembangunan pertanian

menuntut jumlah dan SDM institusi pertanian yang memadai. Selama ini fakta

Page 173: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-63

menunjukkan pembangunan pertanian kurang menjadi prioritas pembangunan

di daerah, namun sekarang peranan SDM pertanian mulai diperhatikan jika hal

ini berkelanjutan dan terus berkelanjutan maka dibutuhkan SDM yang sanggup

memenuni kebutuhan yang ada.

Menurut Hubeis (1993), pelaksanaan pembangunan pertanian ini akan

berhasil jika semua sumberdaya manusia dalam hal ini tidak hanya pria, tetapi

juga perempuan yang jumlahnya haqmpir berimbang dengan jumlah laki-laki.

Sekitar 70% dari seluruh penduduk perempuan di Sumatera Selatan tinggal di

pedesaan dan lebih dari setengahnya memperoleh nafkah hidup dari sektor

pertanian. Untuk mewujudkan agribisnis yang berdaya saing diperlukan SDM

pertanian yang profesional, kreatif, inovatif, kredibel, dan berwawasan global.

Dalam memperbaiki SDM pada setiap kawasan perlu peran perguruan

tinggi guna membantu mengembangkan SDM pada masing-masing kawasan

karena :

1. Ketidak berdayaan petani yang disebabkan adanya kegagalan pasar pada

pertanian, dicirikan oleh :

- Kegagalan dalam kompetisi

- Kerterbatasan sumberdaya yang dimiliki

- Pasar yang tidak sempurna

- Kegagalan informasi

- Permasalahan makroekonomi yang kurang mendukung

- Kemiskinan dan ketidak merataan

2. Keterbatasan jumlah dan SDM institusi pertanian di daerah. Adanya

otonomi daerah dimana daerah sebagai pelaksana pembangunan pertanian

menuntut jumlah dan SDM institusi pertanian yang memadai. Selama ini

fakta menunjukkan pembangunan pertanian kurang menjadi prioritas

pembangunan di daerah. Oleh karena itu perguruan tinggi diharapkan

menjadi patner institusi di daerah baik dalam konsep, aktifitas maupun

dalam menjembatani kepentingan petani.

Page 174: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-64

3. Adanya Tri Dharma perguruan tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan

pengabdian masyarakat. Perguruan tinggi pertanian yang mempunyai SDM,

teknologi dan mahasiswa selama ini aktifitas Tri Dharma perguruan

tingginya belum sinergis dengan pembangunan pertanian.

Pengembangan kawasan usahatani/budidaya pertanian tanaman padi,

jagung, kedele, cabai besar dan bawang merah akan membantu menambah

penyerapan tenaga kerja dan mengurangi pengangguran penduduk yang

mencapai sekitar 6 % pada tahun 2015 di Sumatera Selatan. Terhadap tenaga

kerja yang ada dan akan diserap masih perlu ditingkatkan kualitasnya melalui

bimbingan, pendidikan dan pelatihan. Hingga saat ini yang SDM-nya sudah

relatif mapan adalah petani padi, jagung dan kedelai baik dalam berbudidaya

tanaman tersebut, berkegiatan dalam kelompok tani, gabungan kelompok tani

maupun dalam koperasi/KUD. Sementara dalam pengembangan budidaya

tanaman cabai besar dan bawang merah, keterampilan petani masih perlu

ditingkatkan dengan pelatihan manajemen jika petaninya relatif baru

berusahatani dan belum berpengalaman bekerja di kelompok dan koperasi,

sedangkan yang sudah berpengalaman berorganisasi hanya perlu menambah

keterampilan membudidayakan kedua komoditas tersebut. Hal tersebut

diperlukan tidak hanya agar petani lebih mahir berusahatani cabai besar dan

bawang merah, melainkan juga untuk membangun motivasi dan keseriusan

sekaligus kehati-hatian yang tinggi dalam menjalan kegiatan usahataninya

mengingat resiko teknis yang cukup tinggi dan biaya yang sangat besar yang

dikorbankan.

6.5. Analisis Kelembagaan

Dari hasil survey lapangan diperoleh gambaran keragaman bentuk

kelembagaan di tingkat petani saat ini. Keragamannya meliputi dari status,

struktur, pewilayahan maupun keanggotaannya. Memperhatikan temuan

tersebut maka perlu adanya penyesuaian yang mendasar tentang pola

Page 175: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-65

pembinaan dan pengembangan kelompok tani, sehingga Surat Keputusan

Menteri No.93/Kpts/Ot. 210/3/93 tanggal 18 Maret 1997 tetang Pedoman

Pembinaan Kelompok Tani–Nelayan sudah tidak lagi relevan menjadi suatu

acuan kebijakan operasional di tingkat lapangan. Kondisi ini dikarenakan

kebutuhan akan pengorganisasian kelembagaan petani sudah tidak sesuai lagi

dengan sistem yang dikembangkan. Akibatnya muncul kelompok-kelompok

baru yang keluar dari tatanan tetapi memperoleh keberhasilan dalam

menerapkan sistem agribisnis.

Bentuk-bentuk kelembagaan baru yang muncul adalah bersifat formal

dengan dasar hukum serta memiliki AD/ART yang pada hakekatnya sangat

mendekati organisasi LSM dengan membawa visi pembangunan pertanian.

Kondisi ini dikarenakan organisasi petani yang bersifat non-formal ternyata

memiliki ruang gerak yang sempit khususnya dikaitkan dengan dunia “bisnis”

yang menghendaki adanya legalitas dan sejenisnya.

Struktur dan fungsi organisasi kelembagaan petani yang dkategorikan

berhasil banyak mendekatkan pada fungsi-fungsi pelayanan yang mengarah

pada “bisnis” di sektor pertanian mulai dari hulu sampai ke hilir. Sedangkan

struktur organisasi kelembagaan petani yang kurang berhasil banyak mendekati

pada fungsi-fungsi produksi. Dengan struktur dan fungsi yang berorientasi pada

bisnis pertanian maka kelompok-kelompok baru dapat menampung anggota-

anggota yang bergerak dalam “of-farm”. Disini muncul suatu simbiosis

mutualistik antara petani sebagai produsen dan pedagang sebagai pengumpul

dan penyalur sehingga antara keduanya tidak merebutkan peran tetapi banyak

berbagi peran.

Sistem pengelompokan pada kelompok yang berhasil banyak

mendekatkan pada profesi bukan lagi pada domisili maupun hamparan. Dengan

model sistem pengelompokan ini maka jangkauan kelembagaan petani tidak

dibatasi oleh kawasan. Kondisi ini disebabkan karena cepatnya pertumbuhan

dalam teknologi informasi dan perbaikan sarana-prasarana (infrastructure).

Page 176: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-66

Pada kelompok yang berhasil memiliki tingkat partisipasi yang tinggi,

oleh karena menggunakan pola komunikasi multi-arah, sehingga semua

anggota dapat berperan serta memiliki kekuatan yang sama dalam

mempengaruhi anggota lainnya. Kondisi ini menciptakan dorongan anggota

untuk berpartisipasi secara optimum.

Kelompok tani yang berhasil banyak menerapkan pola-pola pelayanan

dan memberikan proses pembelajaran bagi anggotanya; seperti memberikan

kesempatan untuk mencoba saprotan pada lahan ushataninya melalui

pengujian dan pengembangan. Selanjutnya memberikan kesempatan untuk

mengaktualisasikan dirinya dalam suatu seminar, workshop ataupun menjadi

narasumber.

Pada kelompok tani yang berhasil penekanan keterikatan dalam bentuk

upaya membangun jaringan antar kelembagaan khususnya pada system

agribisnis. Kondisi ini menciptakan pola ketergantungan antara organisasi

petani, anggota dan kelembagaan lainnya. Keberhasilan dalam membentuk

jaringan ini ditunjukan oleh terjadinya pola kemitraan didalam kelompok

maupun antar kelompok.

Berdasarkan kondisi dan kebutuhan kelembagaan tersebut, maka dalam

pengembangan kelembagaan di tingkat kawasan perlu dilakukan :

- Penyesuaian Surat Keputusan Menteri No. 93/Kpts/OT.210/3/93

- Perlunya penguatan partisipasi petani (pemberdayaan) dalam

pengembangan kelembagaan dan masyarakat.

- Perlunya penguatan dan perluasan jaringan partnership dalam

pengembangan kelompok petani dengan berbagai pihak terkait

(stakeholders).

- Perlunya penguatan desentralisasi penyuluhan pertanian.

6.6. Analisis Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang dianalisis pada bagian ini difokuskan kepada

kebutuhan SDM yang berkaitan dengan tenaga pendamping, penyuluh,

Page 177: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-67

pengembang dan sebagainya dibanding ketersediaannya saat ini. Disamping

penting untuk dibahas kebutuhan-kebutuhan keahlian dari perekrutan

penyiapan pendidikan dan keahlian dari para petugas pengembang kawasan

dan peningkatan kapasitas yang dibutuhkan.

Dalam era agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor

pendukung pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek

bisnis, manajerial dan berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan

agribisnis. Dalam hal ini perlu reorientasi peran penyuluhan pertanian yang

merupakan lembaga pembinaan SDM petani. Oleh karena itu perlu peningkatan

pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan formal, kursus singkat, studi

banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang selama ini sebagai lembaga

penyuluhan agro-teknis, menjadi Klinik Konsultasi Agribisnis.

Dalam rangka pengembangan kawasan, maka peran aktif dari PPL dan

pendamping sangat diperlukan terutama pada tahap-tahap awal

pengembangan kawasan. Mengingat jenis komoditi unggulan yang diusahakan

adalah tanaman hortikultura, maka diperlukan peningkatan pengetahuan PPL

serta perekrutan tenaga pendamping terhadap sub sektor tersebut secara

berkelanjutan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan PPL dapat

dilakukan dengan cara pelatihan, magang, dan kegiatan pendidikan non formal

lainnya secara kontinue. Adapun kebutuhan jumlah PPL dan pendamping

tersebut secara ideal mengikuti standarisasi pengembangan kawasan yaitu 1

orang PPL membina 1 desa, sehingga untuk satu kawasan kebutuhan PPL

tergantung kepada jumlah desa dan petani yang berada di dalamnya. Dari dari

data rasio jumlah PPL di Sumsel dengan kebutuhan kelompok tani yang dibina

teridentifikasi bahwa secara keseluruhan Sumatera Selatan masih kekurangan

tenaga PPL lebih kurang 300 orang.

Agar pengembangan kawasan komoditi unggulan tanaman hortikultura

dapat berjalan lancar dan mencapai keberhasilan diperlukan tidak hanya

kegiatan penyuluhan yang dilakukan PPL, tetapi juga untuk bagian tertentu

diperlukan kegiatan pendampingan dan pengembangan. Dalam kaitan program

Page 178: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-68

Upsus Pajale, telah dimanfaatkan tenaga pendamping dari perguruan tinggi

yang berjalan dengan baik. Akan tetapi untuk jangka menengah dan panjang

perlu ditambah tenaga pendamping yang direkrut khusus dan dipekerjakan

dalam unit kerja lapangan berdampingan dengan tenaga penyuluh dengan

pembagian tugas yang jelas dan terpadu. Momentum dikembalikannya SDM

penyuluh ke instansi sektoral sejak tahun 2017 dapat dimanfaatkan untuk

diberikan tugas yang terkait dengan pengembangan lima kawasan komoditi

yang akan dikembangkan di Sumatera Selatan.

Untuk tenaga pengembang, selain dapat bersumber dari unit kerja SKPD

atau Kementerian Pertanian seperti UPTD dan BPTD, dapat pula dimanfaatkan

para petani pelopor pengembangan budidaya tanaman tersebut, yaitu yang

menerapkan teknologi baru, dan yang berhasil membudidayakan tanaman cabai

besar dan bawang merah. Antar SDM tersebut perlu dipadukan dalam sistem

koordinasi, bahkan dapat dibentuk kelembagaan kerjasamanya. Format ini

akan memudahkan komunikasi antar mereka dan upaya untuk meningkatkan

kualitas dan kapasitas mereka dalam membantu kelancaran kegiatan para

petani dalam kawasan komoditi ungulan tersebut.

6.7. Analisis Teknis Tanaman Hortikultura

Secara umum Sumsel dengan berbagai karakteristik tipologi lahan

mempunyai areal yang sesuai dengan berbagai komoditi hortikultura sehingga

secara eksisting keberadaan berbagai tanaman sudah ada sejak lama. Melalui

program pembangunan pertanian berapa dekade yang lalu sampai sekarang

maka keberadaan kawasan pertanian menjadi terbentuk sedemikian rupa.

Melalui keberadaan tanaman dan minat petani serta tipologi lahan maka

pengembangan kawasan atau pementapan kawasan pertanian telah dilakukan

sedemikian rupa. Berdasarkan fakta di lapangan maka ada sejumlah kawasan

pertanian yang perlu dimantapkan yang totalnya untuk di Sumsel sekitar 89

kawasan. Kawasan tanaman pangan seperti padi (33), kawasan jagung (9)

dan kedelai (5). Untuk kawasan hortikultura seperti Bawang (19), jeruk (2) dan

Page 179: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-69

cabai (21). Berdasarkan keberadaan kawasan di kabupaten maka kabupaten

Banyuasin yang terbanyak (24 kawasan), OKI (21 kawasan) dan OKU timur

(15). Informasi tentang data tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.13.

Tabel 6.13Jumlah Kawasan Tanaman Hortikultura Dari Berbagai Kabupaten dan Kota di

Sumatera Selatan

No KabupatenJumlah Kawasan

TotalBawang Jeruk Cabai

1 OKI 2 0 2 4

2 OKU 4 1 5 10

3 Ogan Ilir 0 1 4 5

4 Banyuasin 6 0 7 13

5 Musi Rawas 7 0 0 7

6 Palembang 0 0 3 3

Jumlah 19 2 21 42

Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumatera Selatan, 2016 dan HasilSurvey Lapangan

Luas total kawasan tanaman hortikultura di Sumatera Selatan sekitar

594.917 hektar yang tersebar di lima kabupaten dan satu kota. Kabupaten

OKI dan Banyuasin merupakan daerah yang mempunyai porsi terluas kawasan,

dan Kota Palembang yang paling kecil porsinya. Berbasis komoditi maka

Sumatera Selatan mempunyai kawasan bawang seluas 21.589 hektar, jeruk

seluas 571 hektar dan cabai seluas 1.687 hektar. Jika dirinci pengusahaan

luasan per kabupaten/kota yang telah ditetapkan sebagai kawasan (ditampilkan

pada Tabel 6.14) terlihat bahwa kawasan bawang merah memang memiliki

luasan pengusahaan yang terbesar karena luasan existingnya memang lebih

luas dibandingkan komoditi pangan dan hortikultura lainnya. Sebaran masing-

masing luasan komoditi pada masing-masing kawasan disajikan pada Tabel

6.14 berikut ini.

Page 180: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-70

Tabel 6.14.Luas Total Kawasan Tanaman Hortikultura Untuk Setiap Kabupaten dan Kota

di Sumatera Selatan

No KabupatenLuas kawasan komoditi (ha) Total (ha)

BawangMerah

Jeruk CabaiMerah

1 OKI 21.459 0 650 22.109

2 OKU 30 512 75 617

3 Ogan Ilir 0 59 406 465

4 Banyuasin 40 0 541 581

5 Musi Rawas 60 0 0 60

6 Palembang 0 0 15 15

Jumlah 21.589 571 1.687 23.847

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi SumateraSelatan dan Kabupaten/Kota Masing-Masing Kawasan, serta HasilSurvey, 2016

Berdasarkan keberadaan kawasan tanaman hortikultura yang ada di

kabupaten, maka Kabupaten OKI telah ditetapkan untuk menjadi kawasan

bawang merah dan cabai merah. Luas total arealnya mencapai 23.847 hektar.

Kawasan untuk budidaya bawang terdapat di Kecamatan Lempuing dan

Lempuing Jaya. Sementara itu untuk cabai terdapat di Kecamatan Jejawi,

Lempuing Jaya, dan Jejawi.

Tabel 6.15.Kawasan Berbagai Komoditi Tanaman Hortikultura di Kabupaten Ogan

Komering Ilir (OKI)

No Jenis Komoditi Usulan Kawasan(Kecamatan)

Potensi Lahan(Ha)

1 Bawang Merah 1. Lempuing Jaya 10.0472. Lempuing 11.412

Total 21.4592 Kawasan Cabai 1. Lempuing Jaya 200

2. Jejawi 2503. Pedamaran 200

Total 650Total Kawasan Pengembangan 22.109

Page 181: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-71

Kabupaten OKU akan dikembangkan kawasan bawang merah, cabai dan

jeruk dengan total luas areal kawasan sampai 617 hektar. Jeruk tergolong

komoditi yang akan dikembangkan secara luas yaitu mencapai luas sekitar 512

hektar, dan untuk bawang merah relatif kecil yaitu 30 hektar ( Tabel 6.16).

Kawasan untuk bawang merah dan cabai dalam jumlah yang relative luas akan

dikembangkan di Kecamatan Sosoh Buay Rayap, dan untuk jeruk akan

dikembangkan di Kecamatan Peninjauan.

Tabel 6.16.Kawasan Berbagai Komoditi Tanaman Hortikultura di Kabupaten Ogan

Komering Ulu (OKU)

No Jenis Komoditi Usulan Kawasan(Kecamatan)

Potensi Lahan(Ha)

1 Bawang Merah 1. Sosoh Buay Rayap 21

2. Lubuk Batang 6

3. Lubuk Raja 1

4. BaturajaTimur 2

Total 30

2 Cabai 1. Sosoh Buay Rayap 43

2. Lubuk Batang 9

3. Sinar Peninjauan 10

4. Kedaton Peninjauan

Raya12

5. Lubuk Raja 1

Total 75

3 Jeruk 1. Sosoh Buay Rayap 2

2. Peninjauan 405

Total 512

Total Kawasan Pengembangan 617

Page 182: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-72

Kabupaten Ogan Ilir dominan dengan lahan basah yaitu rawa lebak

terutama di DAS Ogan bagian hilir sehingga pengembangan kawasan padi di

lahan rawa lebak menjadi prioritas di OI. Namun demikian potensi untuk

komoditi hortikultura juga cukup baik. Cabai merupakan komoditi penting

dalam sepuluh tahun terakhir di OI dan kawasannya akan dikembangkan di

Indrayala Utara dan Pemulutan Barat. Selanjutnya, kawasan jeruk akan

dikembangkan di Kecamatan Muara Kuang (Tabel 6.17).

Tabel 6.17Kawasan Berbagai Komoditi Tanaman Hortikultura di

Kabupaten Ogan Ilir

No Jenis Komoditi Usulan Kawasan(Kecamatan)

Potensi Lahan(Ha)

1 Cabai 1. Pemulutan Selatan 30

2. Indralaya Utara 221

3. Pemulutan Barat 105

4. Pemulutan 50

Total 406

2 Jeruk 1. MuaraKuang 59

Total 59

Total Kawasan Pengembangan 103.427

Total luas areal tanaman hortikultura di Kabupaten Banyuasin sekitar

591 hektar untuk menjadi cabai (541 hektar) dan bawang merah (40 hektar).

Kawasan berbagai komoditi tersebut dominan di areal pasang surut dengan

berbagai tipologi lahannya. Kawasan cabai akan dikembangkan di Kecamatan

Banyuasin III, Suak Tapeh, Talang Kelapa dan beberapa kecamatan lainnya

(Tabel 6.18). Untuk pengembangan kawasan bawang merah, lokasi yang

direncanakan juga cenderung sama dengan lokasi kawasan cabai, seperti yang

disajikan pada Tabel 6.18.

Page 183: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-73

Tabel 6.18Kawasan Berbagai Komoditi Hortikultura di Kabupaten Banyuasin

No Jenis Komoditi Usulan Kawasan(Kecamatan)

Potensi Lahan(Ha)

1 Bawang Merah 1. SuakTapeh 52. Banyuasin III 103. Sembawa 54. Air Salek 55. TalangKelapa 106. Air Kumbang 5

Total 402 Cabai 1. Banyuasin III 220

2. SuakTapeh 803. TalangKelapa 704. Air Salek 615. Air Kumbang 506. Banyuasin I 307. Betung 30

Total 541Total Kawasan Pengembangan 591

Musi Rawas tergolong kabupaten yang memberikan kontribusi yang

besar terhadap produksi produk hortikultura untuk Sumatera Selatan. Namun,

berdasarkan ketetapan Kementan maka di Mura hanya dikembangkan bawang

merah. Kawasan bawang merah akan dikembangkan sampai dengan 60 hektar

dan yang terluas ada di STLU Terawas (Tabel 6.19).

Tabel 6.19.Kawasan Komoditi Bawang Merah di Kabupaten Musi Rawas

No Jenis Komoditi Usulan Kawasan(Kecamatan)

Potensi Lahan(Ha)

1 Bawang Merah 1. STLU Terawas 19

2. MuaraBeliti 10

3. Purwodadi 13,5

4. TuguMulyo 7,5

5. Sumberharta 5

6. MuaraKelingi 2,5

7. MuaraLakitan 2,5

Total Kawasan Pengembangan 15

Page 184: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-74

Kota Palembang akan dikembangkan untuk menjadi kawasan cabai yang

berada di Kecamatan Sako, Kalidoni dan Sematangborang. Pengembangan

kawasan cabai tentu sangat bergantung dengan kondisi lahan dan juga

petaninya sehingga luas yang relatif kecil (Tabel 6.20).

Tabel 6.20.Kawasan Komoditi Cabai di Kota Palembang

No Jenis Komoditi Usulan Kawasan(Kecamatan)

Potensi Lahan(Ha)

1 Bawang Merah 1. Sako 5

2. Kalidoni 5

3. SematangBorang 5

Total Kawasan Pengembangan 15

Berdasarkan data yang terdapat dari berbagai tabel kawasan komoditi

dari berbagai kabupaten dan kota dan perbandingan data yang ada selama ini

maka tergambar bahwa akan terjadi peningkatan jumlah kecamatan sejalan

dengan perluasan kawasan komoditas hortikultura di Sumatera Selatan.

Sejalan dengan pengembangan kawasan di berbagai kecamatan yang ada maka

diperlukan berbagai syarat pendukung agar aspek teknis tanaman hortikultura

dapat berjalan maksimum;

1. Dukungan kesatuan manajemen air (irigasi, drainase dan pompanisasi)

yang jika memungkinkan berbasis saling mendukung agar semua kawasan

tersebut menjadi satu kesatuan manajemen air.

2. Dukungan infrastruktur berbasis kawasan sehingga jalan, jembatan, kanal,

dapat menjadi alur transportasi komoditi untuk bergerak secara lancer.

3. Dukungan sistem pertanian yang berlangsung sepanjang musim yang

disesuaikan dengan musim dan faktor hambatan lainnya.

Tiga dukungan dalam pengembangan kawasan tersebut nantinya akan

berimplikasi lebih jauh terhadap pengembangan sistem budidaya tanaman

hortikultura yaitu monokultur, polikultur, atau sisipan (tumpangsari).

Page 185: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-75

a. Pola tanam polikultur dapat diterapkan antara jeruk dengan padi dilahan

rawa lebak dan pasang surut sehingga optimalisasi pemanfaatan lahan

menjadi lebih tinggi.

b. Pola tanam monokultur cabai dapat diterapkan pada saat akhir kemarau

di lahan rawa lebak, dan pada akhir musim hujan untuk di rawa pasang

surut.

c. Pola tanam bawang merah secara monokultur akan lebih baik jika

dilakukan di lahan sawah saat MT 3 untuk daerah yang masih

berkecukupan air. Dan pelaksanaan tanam bawang merah pada akhir

musim kemarau untuk kawasan lahan kering.

6.8. Analisis Pengolahan, Perdagangan dan Konsumsi PerdaganganHasil Pertanian

Mengingat potensi tanaman hortikultura di Sumatera Selatan

sangat baik maka peningkatan kuantitas dan kualitas ketersediaan

pangan melalui peningkatan dan pengembangan hasil produksi dari

komoditas hortikultura yang akan dikembangkan (cabai, bawang merah dan

jeruk) mutlak harus dilakukan. Peningkatan dan pengembangan produksi yang

dimaksud adalah bukan hanya produksi yang berada pada sektor on farm saja,

namun sudah harus berorientasi ke arah produk olahan pada sektor hilir (agro

industri).

Arah pengembangan dan peningkatan produksi komoditas

hortikultura yang akan dikembangkan pada setiap kawasan adalah dengan

prioritas untuk memenuhi kebutuhan ketersediaan dan konsumsi domestik.

Berdasarkan pada kinerja ketersediaan dan konsumsi normatif, maka

beberapa hal yang perlu mendapat perhatian segera adalah perbaikan kualitas

ketersediaan pangan maupun kualitas konsumsi pangan penduduk.

Bertitik tolak dari indikasi bahwa keanekaragaman pangan yang

dikonsumsi berkorelasi dengan keanekaragaman pangan yang tersedia,

maka untuk memperbaiki kualitas konsumsi penduduk yang harus

Page 186: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-76

dilakukan terlebih dahulu adalah memperbaiki kualitas ketersediaan

pangan.

Upaya perbaikan kualitas ketersediaan pangan ini harus ditempuh

dengan pendekatan agribisnis dalam artian upaya tersebut secara garis besar

harus mencakup aspek-aspek sebagai berikut :

1) Penyediaan pangan diutamakan melalui peningkatan produksi dengan

jumlah dan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi

konsumen;

2) Pengembangan sistem distribusi yang efisien dengan jangkauan

mencakup wilayah pedesaan dan daerah terpencil; dan

3) Penciptaan mekanisme pasar yang mendukung terbentuknya harga

yang terjangkau daya beli konsumen dan mampu memberikan

insentif bagi produsen untuk menghasilkan produksi pangan.

Upaya ini harus dilakukan karena secara teoritis konsumsi pangan

dipengaruhi paling tidak oleh empat faktor utama yaitu : 1) penyediaan

pangan (termasuk produksi); 2) daya beli (pendapatan); 3) pengetahuan dan

kesadaran gizi; dan 4) faktor-faktor sosial dan budaya, maka keempat peubah

tersebut secara simultan haruslah digunakan sebagai instrumen kebijaksanaan

dalam peningkatan kualitas konsumsi pangan sekaligus memperbaiki

status gizi penduduk. Oleh karena itu, perbaikan kualitas ketersediaan

pangan melalui upaya sebagaimana disebutkan di atas harus diikuti pula

dengan upaya-upaya peningkatan daya beli masyarakat melalui peningkatan

pendapatan serta peningkatan pengetahuan dan kesadaran gizi masyarakat.

Pada target pengembangan komoditi olahannya pada sektor hilir (agro

industri), maka perencanaan yang harus dilakukan adalah pengembangan

teknologi pengolahan komoditi hortikultura. Melalui pengembangan pengolahan

tanaman pangan dan hortikultura dimaksudkan dapat dikembangkan berbagai

produk pangan olahan yang aman, sehat, environmentally friendly, lebih

bermutu, memenuhi kaidah keagamaan (halal), menarik, disukai dan

terjangkau oleh daya beli masyarakat sehingga menjadi alternatif bagi

Page 187: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-77

konsumen untuk memilihnya dan diharapkan konsumsi pangan masyarakat

menjadi lebih beragam.

6.9. Analisis Kebijakan dan Pembiayaan

Analisis kebutuhan dukungan peraturan dan kebijakan baik pencabutan

peraturan yang menghambat, peraturan untuk mendukung dan upaya untuk

menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan kawasan

hortikultura.

6.9.1. Kebijakan Prioritas Pembiayaan dan Insentif Fiskal Provinsi danKabupaten/Kota

1. Perlu koordinasi antara provinsi dan kabupaten/kota dalam pembiayaan

fiskal guna peningkatan budidaya tanaman hortikultura terpilih yang pada

saat ini kuantitasnya belum memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat

Sumatera Selatan dengan pertimbangan ketersediaan faktor produksi dan

efisiensi produksi.

2. Untuk menambah dan memperlancar investasi, perlu disosialisasikan

insentif fiskal daerah apa saja yang dapat diterapkan oleh pemerintah

provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota kepada investor. Selain hal

tersebut penyederhanaan sistem birokrasi dan pelayanan perizinan dalam

berinvestasi perlu dibuatkan aturannya.

3. Perlu ditetapkan bagaimana sistem dan sumber pembiayaan publik yang

melibatkan peran berbagai pihak mulai dari pemerintah provinsi,

kabupaten/kota, dan pemerintah pusat maupun non publik/swasta dari

investor masyarakat luas dalam pengembangan kawasan komoditi

unggulan ke depan. Hal itu diharapkan mencerminkan komitmen semua

pihak untuk berpartisipasi dari sisi pembiayaan untuk kepentingan dan

keberhasilan bersama dari proses pemantapan ketahanan pangan dan

pembangunan pertanian dalam arti luas.

Page 188: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-78

4. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapat mengintegrasikan

pendanaan APBD dan dana program-program CSR pihak swasta di daerah

masing-masing ke dalam program-program pemberdayaan pemerintah

pusat yang telah eksis di masyarakat dalam rangka peningkatan kapasitas

para petani, peningkatan infrastruktur pertanian dan permodalan usaha

tani mengingat Program-program yang telah memiliki kelembagaan yang

kuat dan memiliki SDM yang telah terlatih baik dari masyarakat maupun

dari pendampingan konsultannya, Perlu pula diperluas pola yang memiliki

tingkat keterlibatan masyarakat yang tinggi baik dalam swadaya

pendanaan maupun pelaksanaannya sehingga partisipasi masyarakat

dalam kontrol kegiatan dan pemeliharaan infrasruktur tentunya akan lebih

tinggi.

5. Kepada pemerintah pusat akan diusulkan untuk menetapkan beberapa

kebijakan deregulasi dan regulasi berikut ini:

a. Penurunan pajak (pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan)

yang menjadi beban pelaku usaha di bidang agribisnis.

b. Pembebasan sementara pajak pertambahan nilai (PPn) untuk

mendorong tumbuhnya industri pengolahan lokal.

c. Harmonisasi tarif, yaitu menerapkan tarif impor lebih tinggi untuk

produk-produk olahan pertanian dan substitusinya.

d. Insentif investasi terutama pada industri hilir pertanian yang akan

tumbuh dalam jangka menengah berupa keringanan pajak,

kemudahan investasi terutama dalam hal perizinan, penghapusan

retribusi.

Dukungan dan fasilitasi pendanaan dari pemerintah melalui skim kredit

khusus bagi petani jeruk, cabai besar dan bawang merah.

6.10. Analisis Pelaku dan Pemangku Kepentingan

Implementasi pengembangan kawasan tanaman hortikultura dianjurkan

untuk dilakukan dengan sistem manajemen terpadu melalui suatu pengelolaan

Page 189: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-79

dalam bentuk lembaga otoritas produksi tanaman seperti tampak dalam

Gambar 6.24. Lembaga otoritas ini melibatkan UMK sebagai pengelola utama

kawasan dan para pemangku kepentingan lainnya yang bekerja secara sinergis

dan terpadu.

Struktur organisasi Unit Manajemen Kawasan (UMK) Tanaman

Hortikultura beberapa koordinator lapangan yang masing-masing bertanggung

jawab membina kawasan dengan luas tertentu. Manajer Utama didukung oleh

2 (dua) staf administrasi. Setiap koordinator lapangan dibantu 2- 4 orang

tenaga pendamping yang wilayah kerjanya masing-masing dalam luasan

tertentu. Dalam mekanisme kerjanya, organisasi unit ini harus selalu

berkordinasi dengan Dinas Pertanian dan instansi pemerintah terkait lainnya

pada tingkat provinsi, kabupaten maupun kecamatan, agar terjadi sinkronisasi

pelaksanaan manajemen produksi, panen dan pasca panennya. Unit

manajemen kawasan ini tidak dimaksudkan untuk mengambil alih kegiatan

produksi yang dilakukan petani, melain memiliki tugas untuk :

1. Melaksanakan seleksi CPCL

2. Menyusun rencana budidaya tanaman di kawasan

3. Memperkirakan jumlah sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) yang harus

disiapkan berdasarkan kebutuhan aktual petani

4. Menginventarisasi kondisi infrastruktur tata air, prasarana transportasi dan

pasar hasil produksi dan menyampaikannya ke instansi terkait melalui Dinas

Pertanian.

5. Memastikan lancarnya dan mengawal pasokan sarana produksi pertanian

yang mencukupi kebutuhan lahan usahatani komoditi hortikultura di

kawasan dalam jenis, jumlah, harga dan waktu yang tepat,

6. Menggerakkan dan mengkoordinasi SDM penyuluh dan pendamping

produksi usahatani

7. Mendorong dan membantu pemanfaatan berbagai inovasi teknologi

budidaya, pengendalian OPT, panen dan pasca panen yang dapat diadopsi

petani agar dapat meningkatkan produktivitas komoditi hortikultura.

Page 190: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-80

Gambar.6.24. Sistem Lembaga Otoritas Produksi Tanaman Hortikultura

8. Melakukan mediasi antara petani, kelompok tani, Gapoktan dengan instansi

pemerintah terkait, lembaga penyandang dana (Perbankan, BUMN dll), dan

lembaga pemasaran (misalnya : Perum Bulog) untuk menjamin kelancaran

program peningkatan produksi padi dan pendapatan petani.

Dengan demikian sebagai penanggung jawab dan pimpinan kawasan,

agar dapat bekerja dan menjalankan tugasnya masing-masing, serta memantau

secara periodik manajer UMK mempunyai tugas pokok menjalankan sebagian

besar dari peran manajerial UMK tersebut, memberikan motivasi, dorongan

semangat, dan membina koordinator lapangan kondisi dan perkembangan

lapangan termasuk kinerja tenaga pendamping secara periodik baik langsung

Mitra Usaha :

Pabrik pengolahan hasil BUMN (PT. Pusri, PT.

Pertani, PT. SHS, PT. BA) BUMS Bank/Lembaga Keuangan

PenanggungJawab

Pokja AhliPertanian

KoordinatorProduksi

TimsAsistensiTeknis

PJ. TeknisKabupaten

PJ. TeknisKabupaten

UMKB

UMKZ

UMKA

SekretariatLOP

GAPOKTAN/POKTAN/PETANI

Mitra Kerja :

Perguruan Tinggi SKPD terkait Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian(BPTP)

KTNA/Asosiasi terkait

Page 191: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-81

maupun melalui koordinator lapangan. Asisten Manajer bertanggung jawab

terhadap lancarnya sistem dan mekanisme kegiatan usahatani pada sub

kawasan dengan memimpin, menggerakkan, dan memantau tenaga

pendamping, dan berkoordinasi dengan PPL dalam setiap kegiatan operasional.

Koordinator juga bertugas membantu manajer UMK dan pihak lainnya dalam

menerapkan inovasi teknologi terkait dengan peningkatan produksi. Tenaga

pendamping bertugas melakukan seleksi Calon Peserta - Calon Lahan (CPCL),

mendampimgi kelompok dalam menyusun Rencana Definitif Kebutuhan

Kelompok (RDKK) yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan aktual lahan

usahatani masing-masing petani, membantu koordinator lapangan dan manajer

unit untuk mengawal dan memastikan petani/kelompok tani memperoleh

pasokan sarana produksi sesuai RDKK, mendampingi kegiatan budidaya padi

bekerjasama dengan PPL, mendampingi kegiatan panen dan penanganan pasca

panen, serta membantu mekanisme pemasaran hasil produksi. Selain itu, para

pengelola UMK ini pada proses pengolahan lahan akan bekerjasama dengan

brigade pengolahan tanah dan pada proses panen bekerjasama dengan brigade

panen-pascapanen yang sudah ada. Dalam setiap kegiatan lapangan yang

dilakukan, manajemen UMK berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi

dan petugas lapangan pemerintah terkait, yaitu Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Provinsi Kabupaten, UPTD dan BPTP.

Agar operasional manajemen kawasan dapat berjalan lancar, maka

diperlukan dana untuk pembiayaan bagi personil pengelola dan dana

kegiatannya. Jenis pembiayaan yang diperlukan berupa (1) upah/honor

manajer unit dan staf pendukungnya, koordinator lapangan/sub kawasan, dan

tenaga pendamping, (2) biaya operasional kegiatan rapat/pertemuan,

transportasi, (3) biaya operasional tim pembina/pemantau.

6.11. Analisis Model dan Desain Pengembangan Komoditas Unggulandan Kawasan Hortikultura

Berikut disampaikan pilihan dan penetapan model pengembangan

Page 192: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-82

kawasan tanaman unggulan. Model yang direkomendasikan untuk ditetapkan

adalah model klaster dimana terdapat fungsi rantai pasok dan hubungan timbal

balik yang saling menguntungkan dan terjalin keterikatan antar pelaku usaha

dalam satu wilayah geografis, maupun antar wilayah.

Industri hulu yang terdiri dari para pelaku usaha di bidang input produksi

diharapkan tersedia di wilayah klaster, namun mekanisme penyalurannya akan

lebih efektif jika melibatkan kelompok tani sebagai lembaga yang ada di tingkat

petani. Melalui kelompok tani, penyaluran kebutuhan input produksi

diharapkan lebih terkoordinir dan juga melatih kelompok usaha petani agar

dapat memanajemen sendiri usaha yang mereka lakukan, sekaligus

memberikan keuntungan pada lembaga yang mereka miliki.

Pada tingkat hilir, peran kelompok tani juga diharapkan dapat

diberdayakan, melalui usaha penampungan hasil produksi lahan petani.

Pembelian komoditi dari petani oleh pedagang sebaiknya melalui kelompok tani,

sehingga secara kuantitas kebutuhan pedagang dapat dipenuhi secara

kontinyu. Selain itu, melalui lembaga, dapat membantu petani memiliki

kekuatan untuk dapat berkontribusi memperkuat posisi tawar menjadi ke arah

price maker, sehingga tidak terus menurus menjadi kelompok price taker.

Kegiatan yang terkoordinasi melalui lembaga (kelompok, Gapoktan bahkan

koperasi) dapat menjadikan usahatani komoditi unggulan pilihan petani menjadi

usaha yang terkategori agribisnis. Jika usaha tersebut tetap dilakukan secara

individu, maka perubahan usaha menjadi bentuk bisnis akan tetap sulit

dilakukan oleh petani.

Page 193: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-83

Gambar 6.25Model Klaster Tanaman Komoditi Unggulan

Pengolahan

PETANI KELOMPOK TANI

DISTRIBU-TOR PUPUK

ORGANIK

DISTRIBUTORBENIH, PUPUKLAINNYA, DAN

PESTISIDA

PEDAGANGIntra dan

AntarDaerah

PENGUSAHAINPUT PRODUKSI

InstitusiPendukung

LembagaPembiayaan

- DukunganPembiayaanProgram Kredit

- Dukungan AdmPeminjaman Dana

- PelayananPerbankan

LembagaPenelitian &

Pengembangan/PT

- Memberikankontribusi hasil-hasil penelitian padi

- Melakukansosialisasi inovasipadi

- Melakukanpembinaan danpendampingankepada pelakuusaha karet

Pemerintah/Pemda

- PengadaanInfrastruktur

- Pembinaan SDMPelaku Usahatani(pelatihan,pendampingan &penyuluhan)

- Program BantuanIntensifikasi danekstensifikasi UT

- Kebijakan &Regulasi

- Dukungan Perizinan- Peningkatan Minat

Investor

- Usaha pengadaanbibit & pupukorganik

- Penyaluran bibit,pupuk danpestisida

- Industripengolahan

- Simpan pinjam- Lumbung pangan- Penjualan hasil

produksi beras

ORGANISASI & KELEMBAGAAN PENDUKUNG- TPID dan Dewan Ketahanan Pangan- Asosiasi Pengusaha komoditi- Gapoktan- Koperasi

- Kebijakan & Regulasi- Dukungan Perizinan- Peningkatan Minat Investor

Page 194: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-84

Dalam aplikasinya, keterlibatan lembaga pendukung dan penunjang

tentu saja sangat diperlukan. Peran aktif pemerintah dan pemerintah daerah

melalui instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Ketahanan Pangan dan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan tentu saja sangat diperlukan. Aktifitas

pemerintah daerah melalui dukungan program ekstensifikasi, intensifikasi dan

bantuan dana bergulir atau Saprosi dan Alsintan secara kontinue menjadi

faktor pendukung implementasi klaster sesuai tujuan. Kebijakan-kebijakan

yang pro ke petani dan pengadaan infrastruktur yang diperlukan dalam

implementasi klaster merupakan syarat utama yang harus dilakukan untuk

merealisasikan jalannya klaster. Bagian yang tak kalah penting adalah

kelompok institusi pendukung seperti lembaga pembiayaan, lembaga penelitian

dan Perguruan Tinggi, serta organisasi-organisasi terkait perberasan diharapkan

dapat berkontribusi secara konsisten. Dengan demikian, klaster yang dibentuk

baru dapat berjalan sesuai dengan konsep yang disusun, sehingga tidak hanya

sekedar nama dan pencanangan klaster saja, seperti yang selama ini dilakukan

di wilayah-wilayah kajian.

Pengembangan pengusahaan beras dengan model klaster yang

direkomendasikan jika diadopsi secara ideal, diyakini akan memberikan

perbaikan pada kuantitas dan kualitas produksi beras, infrastruktur, pemasaran,

kemampuan SDM, dan industri pendukung, yang pada akhirnya akan

memberikan manfaat finansial dan ekonomi yang lebih baik dari sekarang.

6.11.1. Pilihan Komoditas dan Produk Akhir

1. Produk Cabai

Hasil produksi cabai tidak hanya dijual segar,melainkan dapat dibuat

diversifikasi produknya, antara lain cabai giling, cabai pasta, cabai botol, dan

cabai merah kering. Cabai giling sudah banyak dibuat oleh para pedagang

cabai, namun dengan daya tahan yang berbeda. Beberapa kearifan lokal yang

dikembangkan misalnya dengan melakukan perendaman cabai giling yang

Page 195: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-85

dimasukkan dalam kantung plastik besar dan direndam dalam gentong berisi air

dapat ditiiru. Cara ini dapat membuat daya tahan cabai hingga enam bulan.

Sumber : BPPTP (2008)

Gambar 6.26. Pohon Industri Komoditas Cabai Besar

Selain itu, teknologi capai pasta yang dikembangkan oleh dosen dan

peneliti teknologi pangan Universitas Sriwijaya dapat pula di sebarluaskan

penerapannya. Cabai botol merupakan contoh olahan yang sudah komersial

diproduksi industri besar, namun masih berpeluang untuk dikembangkan dalam

sklarumah tangga oleh para petani. Cabai merah kering menjadi alternatif

produk diversifikasi cabai merah yang juga sudah banyak beredar dipasaran.

Oleh karena itu diperlukan identifikasi produk-produk olahan cabai merah yang

diminati oleh konsumen dan preferensi konsumen terhadap produk olahan

cabai merah tersebut sebagai acuan dalam sistem pascapanen dan pengolahan

cabai merah yang mendukung hasil produk sesuai kebutuhan dan keinginan

konsumen (preferensi konsumen).

Page 196: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-86

2. Produk Bawang Merah

Dalam pohon industri bawang merah memberikan gambaran bahwa

produk olahan yang dapat dihasil dari bawang merah cukup bervariasi. Produk

olahan bawang merah dalam bentuk kupasan utuh dan irisan bawang merah

segar mampu menaikkan nilai tambah sekitar 150- 250%. Produk olahan

bawang merah irisan kering, bawang goreng, acar bawang, bubuk bawang dan

tepung memiliki rendeman bervariasi antara 10-80%, dengan nilai tambah

berkisar antara 250-300%. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa prospek

pengembangan produk olahan bawang merah masih sangat terbuka.

Pengolahan bawang tersebut bertujuan untuk mengawetkan dan

mempertahankan mutu bawang. Pemanfaatan bawang merah melalui

diversifikasi produk olahan juga dalam rangka memenuhi dan/atau menciptakan

permintaan pasar. Salah satu alternatif produk olahan bawang merah yang

belum banyak dikembangkan adalah tepung bawang, krupuk bawang,

oleoresin, pasta bawang, minyak bawang, dan bawang giling.

Mengingat bahwa intensitas penggunaan bawang merah yang cukup

besar maka salah satu solusi alternatif penanganan pasca panen adalah

pembuatan pasta bawang merah, meningkatkan nilai tambah bawang merah

dengan upaya diversifikasi olahan, dan memanfaatkan peluang usaha bumbu

bawang berbentuk pasta, sebagai suatu suatu kreasi dan inovasi baru dari

olahan bawang merah yang mempunyai komposisi gizi yang cukup lengkap

dibandingkan produk olahan bawang lainnya. Pasta bawang merah

mengandung lemak, protein, karbohidrat, dan vitamin C. Tingkat keawetan dan

kepraktisan serta harga yang terjangkau menjadikan produk ini sangat

kompetitif dengan produk olahan bawang merah lainnya.

Page 197: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-87

Gambar 6.27. Pohon Industri Komoditas Bawang Merah

Penanganan pasca panen bawang merah yang baik, khususnya dalarn

hal pengolahan dapat memperpanjang masa simpan dan mernpertahankan

mutu bawangmerah, menjamin kontinuitas stok bawang merah sepanjang

masa serta meningkatkannilai ekonominya. Untuk menghasilkan produk olahan

yang berkualitas hal-hal yangperlu mendapat perhatian adalah umur panen,

pemilihan bahan, pengirisan, kadar air bahan, penggunaan bahan pengawet

dan bentuk pengemasan. Beberapa olahan bawang merah tersebut dapat

menjadi alternatif meningkatkan nilai tambah bawang merah yang hanya dijual

dalam bentuk segar, beberapa negara sudah dapat menerima olahan tersebut

untuk tujuan ekspor.

Page 198: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-88

3. Produk Jeruk

Sebagian besar buah jeruk yang dihasilkan dari seluruh sentra produksi

diperdagangkan dan dikonsumsi dalam bentuk segar. Alasannya adalah

selain banyak disukai konsumen, pedagang pengumpul tempat

petani menjual produksi jeruknya juga mayori tas membel i dalam

bentuk segar. Selain i tu juga dalam skala rumah tangga, kulit buah

jeruk besar telah diolah menjadi jus, sirup dan manisan yang ternyata banyak

digemari. Kulit jeruk juga dapat diolah menjadi makanan ringan, dalam bentuk

manisan.

Selain itu ekstraksi limonin dari biji jeruk siam dapat memberikan nilai

tambah dari pemanfaatan limbah pabrik sari jeruk dan limonin dimanfaatkan

lebih lanjut pada industri farmasi. Limonin merupakan senyawa limonoid utama

yang terdapat pada hampir semua jenis jeruk dan memiliki manfaat yang besar

bagi kesehatan. Beberapa di antaranya menghambat pertumbuhan tumor,

menurunkan rasio kolesterol LDL/HDL, dan mengurangi risiko penyumbatan

pembuluh darah dan kanker. Di beberapa negara limonin dimanfaatkan sebagai

suplemen kesehatan dan bahan tambahan makanan dan minuman, namun di

Indonesia produksi limonin belum tersedia.

Inovasi ini mampu mengekstraksi limonin dari biji jeruk siam dan

menghasilkan limonin lebih banyak dibanding varietas jeruk lainnya. Kadar

kemurnian limonin yang dihasilkan adalah sebesar 27%, sehingga tergolong

dalam pharmaceutical gradedan dapat diaplikasikan untuk produk pangan dan

farmasi.

Gambar 6.46 berikut ini menyajikan potensi pengembangan jeruk

menurut pohon industrinya. Pohon industri ini dapat menjadi pedoman pelaku

usaha komoditi ini dalam pengembangan jeruk ke depan, sehingga dapat

diperoleh nilai tambah dari perubahan fisik jeruk serta pemanfaatan limbah

buah yang biasanya tidak memberikan nilai ekonomi.

Page 199: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-89

Gambar 6.46. Pohon industri Jeruk

Gambar 6.28. Pohon Industri Jeruk

Page 200: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-90

6.11.2. Pengembangan Infrastruktur

Ada dua jenis infrastruktur utama yang perlu mendapat perhatian dalam

rangka pengembangan kawasan komoditi unggulan tanaman hortikultura, yaitu

saluran air atau drainase maupun cadangan air di lokasi untuk melaksanakan

budidaya komoditi tersebut di berbagai lokasi.

Untuk lahan kering, peningkatan produksi masih ada peluang dengan

rehabilitasi saluran air. Untuk kawasan komoditi di lahan pasang surut

diperlukan perbaikan jaringan drainase dan tata air mikro sebagian besar

kawasan pasang surut untuk dapat meningkatkan ketersediaan air yang

berkualitas bagi tanaman. Pada lahan rawa lebak, infrastruktur yang perlu

dibenahi adalah pengendalian volume kelebihan air pada musim air sungai

tiinggi dan penampung ketersediaan air ketika musim kering. Sistem penyiapan

embung, pompanisasi dan pipanisasi merupakan langkah terobosan yang dapat

ditempuh untuk memperbaiki sistem pengairan di lahan lebak. Untuk lahan

kering dan tadah hujan juga memerlukan penyediaan embung dan pompanisasi

untuk penyediaan air.

Infrastruktur yang kedua adalah jalan produksi dan jalan penghubung

antara kawasan dengan pabrik pengolahan dan pusat pasar di dalam daerah

maupun ke luar daerah. Perbaikan jalan produksi dan jalan penghubung yang

cukup intensif perlu dilakukan di kawasan pasang surut dan rawa lebak yang

sudah pernah dibangun sebelumnya dan sering mengalami kerusakan akibat

terendam air pasang atau kebanjiran. Pembangunan jalan dengan sistem cor

beton merupakan solusi yang dapat ditempuh.

6.11.3. Keterkaitan antar Program dan Antar Sentra dan AntarKawasan atau Antar Klaster

Pengembangan kawasan andalan dilaksanakan melalui program

pengembangan agribisnis, industri, agrowisata, dan bisnis jasa yang dapat

terkait satu sentra dengan sentra lainnya, terutama pada kondisi yang memang

perlu dilakukan. Program-program ini kemudian dijabarkan melalui beberapa

Page 201: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-91

kegiatan berikut ini:

1. Program pengembangan agribisnis, kegiatannya adalah:

a. Penataan kawasan sentra produksi pertanian di kabupaten dan kota.

b. Pembentukan kelembagaan yang koordinasi penentuan zonasi dan

pergiiiran waktu tanam, terutama untuk komoditi cabai dan bawang

merah.

c. Pembangunan dan pengadaan infrastruktur pendukung untuk

transportasi (jalan dan jembatan, terminal, pelabuhan/dermaga),

irigasi/pengairan, listrik, dan telekomunikasi serta perdagangan

(pasar, sub terminal agribisnis, gudang).

d. Pengembangan IPTEK atau pendidikan dan latihan teknis bagi aparat

dan petani.

e. Optimalisasi balai-balai penelitian dan pengembangan pertanian

tanaman hortikultura

f. Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil melalui pengadaan

alat mesin pertanian, pengering, dan penggiling.

g. Pembangunan sentra benih atau bibit unggul beserta pelatihannya.

h. Intensifikasi dan ekstensifikasi lahan komoditi unggulan.

i. Penguatan kelembagaan petani di setiap kawasan andalan.

j. Pemanfaatan teknologi dan sarana produksi yang ramah lingkungan.

2. Program pengembangan agroindustri, kegiatannya ialah:

a. Identifikasi dan pengembangan kelompok agroindustri.

b. Penanganan produk-produk agroindustri hilir berbasis bahan baku

lokal.

c. Mendorong masuknya investasi kelompok lokal dan domestik melalui

regulasi dan perizinan dalam jangka pendek, dan investasi besar

dalam jangka panjang.

d. Pengembangan jaringan pemasaran produk-produk agroindustri hilir.

e. Mengarahkan pengembangan kegiatan agroindustri di lokasi kawasan

industri (industrial estate), misalnya di KEK.

Page 202: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-92

3. Program pengembangan agroriwisata, kegiatannya ialah:

a. Penataan kawasan agrowisata hortikultura di beberapa lokasi yang

potensial

b. Promosi lokasi agrowisata dan penyelenggaraan festival atau event

agrowisata

c. Pengembangan agro estate.

5. Program pengembangan jasa, kegiatannya ialah:

a. Penumbuhan jasa informasi.

b. Pengembangan jasa perdagangan.

c. Pengembangan jasa konsultansi.

d. Pengembangan jasa pendidikan.

e. Pengembangan jasa riset dan teknologi.

6. Program pengembangan sumberdaya manusia, kegiatannya ialah:

a. Pelatihan pengembangan komoditi di balai-balai riset dan teknologi.

b. Pelatihan manajemen pengelolaan bisnis di perguruan tinggi.

c. Pelatihan teknis budiaya di balai-balai pelatihan.

6.11.4. Penyediaan Sarana Produksi, Bahan Baku dan BahanPenolong

Perlu kebijakan yang khusus mengatur tataniaga dan distribusi input

produksi seperti benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain yang lebih menjamin

ketersediaan input produksi pagi petani secara tepat waktu atau dalam rangka

percepatan waktu tanam. Hal tersebut diperlukan karena siklus produksi

tanaman itu sendiri tidak dapat dipercepat atau diperlambat karena harus

mengikuti proses biologis yang alami. Demikian juga masa tanam yang harus

mengikuti musim yang tepat. Akibatnya kebutuhan input produksi harus

tersedia pada saat yang telah ditentukan. Bila tidak sesuai dengan waktu pada

saat dibutuhkan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang akhirnya

mempengaruhi produksi.

Penyediaan atau pasokan bahan baku untuk budidaya maupun

Page 203: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-93

agroindustri komoditi hortikultura unggulan perlu diperhatikan dan/atau dikelola

secara cermat dan serius untuk menjamin kontinyuitas kegiatan produksinya

masing-masing. Secara internal apabila ada unit pengelola kawasan adalah

dengan menggunakan cara sistem titik pemesanan (order point system). Jika

persediaan bahan baku dan bahan penolong hampir habis atau dinilai perlu

untuk menambah persediaannya, maka unit ini akan melakukan pemesanan

untuk menambah bahan baku. Pemesanan dapat dilakukan secara bebas

terhadap para pemasok, atau melalui sistem kerjasama dengan pemasok yang

kredibel. Lama penyimpanan bahan baku dan penolong perlu disesuaikan

dengan rentang waktu kebutuhan pemakaian, kapasitas gudang dan modal

yang tersedia. Pada tahap awal diperlukan peran pemerinah untuk

memfasilitasi sistem penyediaan bahan baku melalui program bantuan atau

pembentukan kemitraan dengan perusahaan pemasok bahan baku dan

penolong.

6.11.5. Pengembangan Pasar dan Perdagangan

Pada tahap awal perlu kebijakan pemasaran komoditi dan produk

unggulan tanaman hortikultura yang bersifat saling mendukung dan melengkapi

antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota maupun antar

pemerintah kabupaten/kota. Hal ini penting untuk dirumuskan agar terdapat

sinergi upaya untuk memperlancar pemasaran komoditi dalam rangka

meningkatkan pendapatan petani dan pelaku usaha lainnya secara fair. Untuk

itu perlu disediakan infrastruktur pasar hasil penjualan di sentra produksi yang

sebagian sudah ada, namun memerlukan perbaikan. Pada kawasan tertentu

yang baru dibangun seperti di lokasi yang akan dijadikan kawasan hortikutura

pada tahap awal perlu dibangun pasar kecil berupa TPH (tempat penampungan

hasil) sebagai pusat transaksi komoditi yang diproduksi petani. Pemasaran

komoditi dapat dilakukan dengan sistem contract farming, memperpendek

rantai pasar, dan pembinaan pedagang perantara.

Selain itu, kerjasama dalam kegiatan promosi juga perlu disusun baik

Page 204: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-94

antar provinsi dan kabupaten/kota, maupun dengan pihak perusahaan

BUMN/BUMD maupun swasta untuk memperkuat memperluas jangkauan

pemasaran dan mengefisienkan biaya. Kerjasama ini dapat diwujudkan dengan

pembuatan website bersama pemerintah provinsi/kabupaten dan perusahaan-

perusahaan tersebut secara langsung atau interlink untuk mempromosikan dan

memasarkan produksi unggulan.

Pada tahap berikutnya pengembangan pasar dan perdagangan komoditi

dan produk unggulan yang dihasilkan direkomendasikan dengan membangun

kelembagaan kemitraan usaha agribisnis yang berdaya saing dapat dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) petani atau kelompok tani di

kawasan sentra produksi melakukan konsolidasi manajemen usaha pada

hamparan lahan yang memenuhi skala usaha, misalnya 50-100 hektar untuk

padi dan minimal 15 ha untuk hortikultura; (2) konsolidasi manajemen

dituangkan dalam bentuk kelembagaan agribisnis seperti yang lebih bersifat

formal dan terpadu, seperti koperasi agribisnis, asosiasi petani, kelompok usaha

agribisnis terpadu, kelompok usaha bersama agribisnis, sistem kebersamaan

ekonomi (SKE) dan lainnya; (3) kelompok usaha tersebut sebaiknya berbentuk

korporasi, asosiasi, atau koperasi yang berbadan hukum sehingga dapat

melakukan transaksi secara seimbang dan akses ke berbagai lembaga

pembiayaan; (4) penerapan manajemen korporasi dalam menjalankan sistem

usaha agribisnis; dan (5) pengembangan pola kemitraan usaha agribisnis

terpadu.

Salah satu model kemitraan usaha yang layak dikembangkan adalah

kelembagaan kemitraan usaha agribisnis terpadu. Implementasi kelembagaan

kemitraan usaha agribisnis terpadu adalah sebagai berikut: (1) petani

melakukan konsolidasi dalam wadah kelompok tani; (2) kelompok tani mandiri

dapat ditransformasikan dalam kelembagaan formal berbadan hukum (koperasi

pertanian, koperasi agribisnis, atau kelembagaan lainnya sesuai kebutuhan);

(3) kelompok tani mandiri atau yang sudah dalam kelembagaan berbadan

hukum mengkonsolidasikan diri dalam bentuk gapoktan atau asosiasi

Page 205: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-95

petani/asosiasi agribisnis; (4) kelembagaan-kelembagaan yang telah tergabung

tersebut melakukan konsolidasi manajemen usaha pada hamparan lahan

yang memenuhi skala usaha, tergantung jenis komoditas; (5) pilihan komoditas

atau kelompok komoditas disesuaikan dengan potensi wilayah dan permintaan

pasarnya; (6) penerapan manajemen korporasi dalam menjalankan sistem

usaha agribisnis; (7) pemilihan perusahaan mitra yang didasarkan atas

rekomendasi dari dinas dan atau direktorat teknis yang didasarkan atas

komitmennya membangun masyarakat agribisnis; dan (8) adanya kelembagaan

pusat pelayanan dan konsultasi agribisnis (PPA) sebagai mediator dan fasilitator

terbangunnya kelembagaan kemitraan usaha terpadu.

Pengembangan sistem logistik dan distribusi cabai dan bawang merah

yang efisien untuk mengurangi disparitas harga baik karena kesenjangan antar

waktu maupun kesenjangan antar wilayah. Hal ini perlu melibatkan instansi

terkait seperti Dinas Perhubungan, Dinas Perindustian dan Dinas

Perdagangan. Sistem logistik dan distribusi ini perlu didukung dengan teknologi

penyimpan untuk mempertahankan kesegaran komoditi, dan khususnya

investasi cold storage untuk komoditi cabai.

Selanjutnya dilakukan pengembangan teknologi early warning system

yang dapat memantau perkembangan informasi harian harga komoditi dan di

beberapa sentra produksi dan pasar induk di wilayah Indonesia yang

terintegrasi dengan sistem nasional. Sistem ini dapat dimanfaatkan oleh

produsen dan konsumen untuk menentukan harga pasar serta oleh pemerintah

untuk menentukan perlunya intervensi dalam menjamin ketersediaan dan

stabilisasi harga.

6.11.6. Pengembangan Kelembagaan dan SDM

Optimalisasi peran Dinas Ketahanan Pangan dan Bulog Divisi Regional

yang bertugas untuk mengelola pangan daerah termasuk cabai dan bawang

dalam kaitannya dengan suplai, distribusi, pasar, dan lain-lain. Kelembagaan ini

dikoordinasi oleh Dewan Ketahanan Pangan yang bertanggung jawab langsung

Page 206: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-96

kepada Gubernur yang berkoordinasi dengan Bupati/Walikota. Kehadiran

intervensi pemerintah dalam hal ini diperlukan untuk menjamin ketersediaan

dan menjaga kestabilan harga baik pada saat harga tinggi maupun pada saat

harga jatuh.

Agar pengembangan kawasan komoditi unggulan tanaman hortikultura

dapat berjalan lancar dan mencapai keberhasilan diperlukan kegiatan

pendampingan, penyuluhan dan pengembangan. Dalam kaitan program Upsus

Pajale, telah dimanfaatkan tenaga pendamping dari perguruan tinggi yang

berjalan dengan baik. Akan tetapi untuk jangka menengah dan panjang perlu

ditambah tenaga pendamping yang direkrut khusus dan dipekerjakan dalam

unit kerja lapangan berdampingan dengan tenaga penyuluh dengan pembagian

tugas yang jelas dan terpadu. Momentum dikembalikannya SDM penyuluh ke

instansi sektoral sejak tahun 2017 dapat dimanfaatkan untuk diberikan tugas

yang terkait dengan pengembangan lima kawasan komoditi yang akan

dikembangkan di Sumatera Selatan.

Untuk tenaga pengembang, selain dapat bersumber dari unit kerja SKPD

atau Kementerian Pertanian seperti UPTD dan BPTD, dapat pula dimanfaatkan

para petani pelopor pengembangan budidaya tanaman tersebut, yaitu yang

menerapkan teknologi baru, dan yang berhasil membudidayakan tanaman cabai

besar dan bawang merah. Antar SDM tersebut perlu dipadukan dalam sistem

koordinasi, bahkan dapat dibentuk kelembagaan kerjasamanya. Format ini

akan memudahkan komunikasi antar mereka dan upaya untuk meningkatkan

kualitas dan mereka dalam membantu kelancaran kegiatan para petani.

Sistem koordinasi Kelembagaan SDM tersebut kemudian melakukan

kerjasama dengan kelembagaan petani, baik dengan Gapoktan mapun

langsung dengan kelompok petani bila diperlukan. Kerjasama tersebut

bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petani dalam berbudidaya

tanaman yang baik dan mengelola usahataninya secara profesional, serta

meningkatkan kemampuan mengakses modal, mengelola keuangan dan

melakukan pemasaran dengan posisi tawar yang kuat.

Page 207: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-97

6.11.7. Pengembangan Ilmu dan Teknologi

Perlu tindak lanjut pengimplementasian hasil riset di bidang produksi dan

pengolahan hortikultura unggulan yang telah dilakukan oleh pada beberapa

lembaga penelitian dan perguruan tinggi lokal di Sumatera Selatan oleh

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota agar dapat dimanfaatkan secara luas

oleh masyarakat.

Perlu dirumuskan jenis riset dan pengembangan teknologi untuk

menghasilkan berbagai benih/bibit, pupuk, pengendali OPT, teknologi

pengolahan, pengemasan, manajemen pemasaran dan lain-lain, termasuk

untuk menghasilkan sistem kelembagaan yang konsisten bagi pengembangan

komoditi.

Program yang sejalan dengan ini yang dapat dioptimalkan adalah

pengembangan science park dan techno park yang sudah dicanangkan

pemerintah sebagai lokasi pengembangan Iptek terapan, percontohan dan

diseminasi berbagai Iptek tersebut yang dilakukan para peneliti dari berbagai

instansi.

6.11.8. Pengembangan Pembiayaan

Perlu kebijakan akses pinjaman modal dengan beban bunga atau biaya

modal yang wajar bagi petani, seperti pengembangan lembaga keuangan

mikro, koperasi dan perbankan yang sudah ada yang dapat dijangkau baik dari

sisi bunga maupun persyaratannya dan ini perlu insentif pembiayaan dari APBD

provinsi dan kabupaten/kota. Campur tangan pemerintah diperlukan di sini

sehubungan dengan keengganan dari sektor keuangan formal dalam

memberikan kredit ke bidang pertanian karena tingginya resiko usaha, tidak

adanya atau keterbatasan agunan tambahan, masih sedikitnya pihak yang

bersedia menjadi penjamin (avalist) dan masa angsuran yang mengikuti siklus

panen. Hal tersebut jika dibiarkan saja dapat berakibat petani akan terlilit oleh

sistem ijon yang dapat mengurangi pendapatan petani.

Secara praktis, pembiayaan usaha awal budidaya tanaman unggulan

Page 208: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VI-98

dapat bersumber dan pemerintha melalui SKPD terkait berupa bantuan secara

fisik, dalam bentuk peralatan, benih hingga pupuk tanaman. Selain itu, kalau

masih kurang atau yang tidak mendapat bantuan pemerintah dapat

memperoleh pembiayaan perbankan berupa pinjaman nilai plafon sesuai

dengan kebutuhan modal kerja usahatani melalui skim KUR dan jangka waktu

pengembalian selama 3 tahun. Nasabah diwajibkan mengembalikan pinjaman

termasuk bunga pinjaman yang wajar per bulan.

Sumber pembiayaan perbankan lain berupa pinjaman kredit kepada

petani untuk kegiatan budidaya tetapi diperuntukkan bagi usaha perdagangan

sarana produksi, pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian. Proporsi

pola pembiayaan ini bervariasi antar petani karena disesuaikan dengan skala

usahanya termasuk diantaranya luasan areal tanam dan jenis tanaman/varietas

yang digunakan.

Perbankan atau lembaga keuangan lainnya dapat juga memberikan

kredit pembiayaan dengan insentif bunga ringan atau subsidi dari pemerintaah

kepada investor kelompok lokal atau domestik yang berminat di bidang

pertanian baik dari sisi Alsintan, input produksi, distribusi, pasar dan

pengolahan produk turunan dari produk pertanian. Apabila industri atau usaha

skala menengah atau besar yang dikelola terwujud, maka usahatani pada

tingkat on farm akan terangkat karena ada jaminan pasokan input produksi dan

atau ada jaminan pasar yang akan menyerap hasil produksi pertanian.

Koordinasi dan sinkronisasi dana CSR (Corporate Social Responsibility)

BUMN dan BUMS di daerah dengan dana APBD dalam membiayai program dan

kegiatan pengembangan kawasan komoditi unggulan tanaman hortikultura

yang bersifat saling mengisi pada tahapan rantai pasok komoditi atau per

pilihan komoditi, namun tidak tumpang tindih.

Page 209: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VII-1

RENCANA AKSI PENGEMBANGANKAWASAN

Rencana aksi pengembangan kawasan (action plan) merupakan bagian

dari rancang bangun penegmbangan kawasan pertanian yang bersifat scientific

atau teknokratik untuk mengarahkan pengembangan dan pembinaan kawasan.

Rancang bangun pengembangan kawasan ini disusun berdasarkan analisis

teknokratis dan rencana kerja melalui telaah kebijakan serta analisis

pemeringkatan, klasifikasi dan pemetaan kawasan serta analisis data dan

informasi tabular dan spasial. Secara garis besar rancang bangun

pengembangan kawasan mencakup:

1. Simulasi skenario arahan dan tujuan kebijakan dan program makro

regional yang bersifat strategis atau yang bersifat sebagai master plan

2. Simulasi skenario sasaran dan program kegiatan mikro lokasional yang

bersifat taktis dan lokasional atau yang bersifat sebagai action plan.

Action plan merupakan penjabaran operasional dari master plan sebagai upaya

untuk menyusun rencana yang lebih rinci dalam kurun waktu jamak (multy

years)

7.1. Strategi Pengembangan

Strategi pengembangan rencana aksi ini disusun berdasarkan

pendekatan yang sejalan dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2004,

yaitu pendekatan politik, teknokratis, keterpaduan top down policy-bottom up

planning dan partisipatif.

7.1.1. Pendekatan Politik

Pendekatan visi misi kepala daerah terpilih sebagai input dalam

perencanaan pengembangan kawasan. Dengan demikian tujuan dan

7

Page 210: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VII-2

saran pembangunan nasional malalui penetapan kawasan harus dapat

diintegrasikan dan diharmoisasikan dengan visi misi kepala daerah ke dalam

kebijakan dan strategi pengembangan kawasan

7.1.2. Pendekatan Teknokratik

Strategi melalui pendekatan teknokratik adalah strategi mendudukan

action plan pengembangan kawasan pertanian sebagai instrument perencanaan

scientific yang disusun dengan menggunakan metode dan kerangka pikir ilmiah

oleh Bappeda dan SKPD sebagai penjabaran operasional dari RPJMD dan

Renstra SKPD pada lingkup pertanian di kabupaten/kota.

7.1.3. Pendekatan keterpaduan top down policy-bottom up planning

Pendekatan keterpaduan ini mendudukan forum koordinasi Musrenbang

dan forum koordinasi teknis lainnya yang dilaksanakan menurut jenjang

pemerintahan mulai dari tingkat desa kecamatan dan kabupaten/kota sebagai

arena untuk negosiasi dan konsensus penetapan tujuan dan sasaran

pengembangan awasan di daerah.

7.1.4. Pendekatan Partisipatif

Strategi pendekatan partisipatif mendudukan bahwa penetapan dan

pemilihan jenis dan volume kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan,

permasalahan dan aspirasi petani sebagai pelaku usaha serta pembiayaan dan

pengembangan kawasan didorong untuk meningkatkan keswadayaan

masyarakat.

Selanjutnya tahapan dan proses penyusunan serta pelaksanaan action

plan ini membutuhkan rencana kerja yang terukur dan penyusunannya

melibatkan para pemangku kepentingan, mulai dari pengambil kebijakan di

tingkat kabupaten/kota hingga aparatur teknis di lapangan. Disamping itu,

keterlibatan petani sebagai pelaku utama pengembangan kawasan melalui

stratgei pengembangan partisipatif akan sangat dibutuhkan untuk menentukan

Page 211: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VII-3

rencana kegiatan yang paling sesuai dengan permasalahan, aspirasi, dan

kebutuhan pelaku usaha di lapangan.

Rancangan matrik action plan ini dalam proses selanjutnya, tidak dapat

berhenti sampai disini saja, masih perlu kajian ulang dan pendalaman melalui

negosiasi dan konsensus dengan instansi lintas sektor di daerah untum

mendapatkan dukungan regulasi serta anggaran yang dibutuhkan untuk

mendukung pengembangan kawasan.

Pada akhirnya nanti, action plan yang telah disusun ini perlu ditetapkan

oleh Kepala Daerah atau Peraturan Daerah untuk menjadikan dokumen

perencanaan pengembangan kawasan ini mendapatkan dukungan kebijakan

yang dapat membangkitkan peluang dan potensi pembangunan pertanian

sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi di wilayah kawasan.

7.2. Program Pengembangan

Program pengembangan yang disusun merupakan program yang dibuat

berdasarkan strategi pendekatan yang telah disusun, yaitu berbasis pada

pendekatan politik, teknokratis, keterpaduan top down policy-bottom up

planning dan partisipatif. Dengan demikian program-program yang disusun

memang berbasis pada permasalahan dan kebutuhan petani, dan selaras

dengan kepentingan politik dan teknokratis, sehingga pada saat operasionalnya

dapat berlangsung optimal melalui dukungan anggaran yang rasional dan

keterlibatan lintas instansi melalui SDM yang kompeten.

7.3. Rencana Aksi Pengembangan

Rencana aksi pengembangan kawasan merupakan operasional dari

program yang telah disusun dan langsung diarahkan pada lokasi sasaran.

Dukungan anggaran utama adalah dari APBN dan APBD, namun tidak menutup

kemungkinan untuk dilakukan kolaborasi dengan dengan sumber lain non

pemerintah. Hasil penyusunan program dan rencana aksi untu pengembangan

kawasan per komoditi unggulan secara rinci disajikan pada Tabel 7.1-7.3.

Page 212: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VII-4

Tabel 7.1.Matriks Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Tanaman Cabai Di Sumatera Selatan

AnalisisPermasalahan

ProgramUtama

SasaranRencana Aksi

Lokasi SatkerPelaksana

Rencana PembiayaanAPBN APBD

ProvAPBD Kab/

KotaMasih rendahnyapengetahuan danketerampilan teknispetani dalambudidaya cabai

Peningkatanpengetahuandanketerampilanteknis petani

Meningkatnyapengetahuandanketerampilanpetani

Penyuluhan dan pelatihan teknisbudidaya cabai

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √

Pembuatan Demplot cabai denganpenggunaan input yang ideal danpenerapan GAP

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √ √

Pengadaan bantuan input produksi(benih dan pupuk)

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √ √

Modal awalproduksi yangtinggi khususnyauntuk biayapembelian benihdan pupuk

Fasilitasipengadaanmodal

Tersedianyamodal untukbiaya produksi

Pelatihan dan pendampingan dalammengakses lembaga permodalan

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √

Pelatihan pengadaan benih mandiridan pupuk organik untukmengurangi biaya produksi

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √ √

Fasilitasi kerjasama dengan BUMNdan perusahaan yangmendistribusikan dana CSR dansumber dana lainnya

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √

Harga berfluktuasidan cenderungekstrim

Stabilisasiharga cabai

Berkurangnyafluktuasi hargayang ekstrim

Pengelolaan sistem produksi meratasepanjang tahun, melalui kegiatanProduksi “off-season’’ yangdidukung oleh teknologi pengairan

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √

Pengaturan pola tanam bergilir

Page 213: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VII-5

AnalisisPermasalahan

ProgramUtama

SasaranRencana Aksi

Lokasi SatkerPelaksana

Rencana PembiayaanAPBN APBD

ProvAPBD Kab/

KotaProduksi belumoptimal (masihrendah)

Peningkatankuantitas dankualitasproduksi

Meningkatnyaproduksi cabai Menambah sentra produksi pada

wilayah kawasan

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,

√ √ √

Perluasan areal tanamOKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Pengadaan bantuan benih danpupuk

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Serangan hamadan penyakit

Pengendalianhama danpenyakit

Berkurangnyaserangan hamadan penyakit

Peningkatkan gerakan pengendalianOPT ramah lingkungan untukmengurangi penggunaan pestisida;

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Sosialisasi pemakaian pupukorganik

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Percontohan penerapan GAP/SOPbudidaya

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Pengembangan desa organikberbasis cabai

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Lahanpengusahaan masihbanyak berstatuspinjam

Perluasanareal tanamdengan statushak milik

Bertambahnyaluas tanam cabaidenganpengusahaanyang permanen

Peningkatan motivasi petani pemiliklahan untuk mengusahakan cabai

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √

Pembentukan dan pengaktifanperan lembaga tani

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √

Page 214: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VII-6

Tabel 7.2.Matriks Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Tanaman Bawang Merah Di Sumatera Selatan

AnalisisPermasalahan

ProgramUtama

SasaranRencana Aksi

Lokasi SatkerPelaksana

Rencana PembiayaanAPBN APBD

ProvAPBD Kab/

KotaMasih rendahnyapengetahuan danketerampilan teknispetani dalambudidaya bawangmerah

Peningkatanpengetahuandanketerampilanteknis petani

Meningkatnyapengetahuandanketerampilanpetani

Penyuluhan dan pelatihan teknisbudidaya bawang

OKU, OKI,Banyuasin,Musi Rawas

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √

Pembuatan Demplot bawang merahdengan penggunaan input yangideal dan penerapan GAP

OKU, OKI,Banyuasin,Musi Rawas

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √ √

Pengadaan bantuan input produksi(benih dan pupuk)

OKU, OKI,Banyuasin,Musi Rawas

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √ √

Modal awalproduksi yangtinggi khususnyauntuk biayapembelian benihdan pupuk

Fasilitasipengadaanmodal

Tersedianyamodal untukbiaya produksi

Pelatihan dan pendampingan dalammengakses lembaga permodalan

OKU, OKI,Banyuasin,Musi Rawas

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √

Pelatihan pengadaan benih mandiridan pupuk organik untukmengurangi biaya produksi

OKU, OKI,Banyuasin,Musi Rawas

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √ √

Fasilitasi kerjasama dengan BUMNdan perusahaan yangmendistribusikan dana CSR dansumber dana lainnya

OKU, OKI,Banyuasin,Musi Rawas

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √

Harga berfluktuasidan cenderungekstrim

Stabilisasiharga bawangmerah

Berkurangnyafluktuasi hargayang ekstrim

Pengelolaan sistem produksi meratasepanjang tahun, melalui kegiatanProduksi “off-season’’ yangdidukung oleh teknologi pengairan

OKU, OKI,Banyuasin,Musi Rawas

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √

Page 215: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VII-7

AnalisisPermasalahan

ProgramUtama

SasaranRencana Aksi

Lokasi SatkerPelaksana

Rencana PembiayaanAPBN APBD

ProvAPBD Kab/

KotaProduksi belumoptimal (masihrendah)

Peningkatankuantitas dankualitasproduksi

Meningkatnyaproduksibawang merah

Menambah sentra produksi padawilayah kawasan

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,

√ √ √

Perluasan areal tanamOKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Pengadaan bantuan benih danpupuk

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Mayoritas benihmasih diperolehdari wilayah laindan tingginyatingkat susut benihdan daya tahanrendah

Perbaikansistemperbenihan

Tersedianyabenih produksisendiri

Perbayakan jumlah penangkarbenih

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,

√ √ √

Fasilitasi kerjasama dengan wlayahlain dalam penggunaan benih yangtidak tahan lama

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Pelatihan pengadaan benih mandiriOKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi

√ √ √

Serangan hamadan penyakit

Pengendalianhama danpenyakit

Berkurangnyaserangan hamadan penyakit

Peningkatkan gerakan pengendalianOPT ramah lingkungan untukmengurangi penggunaan pestisida;

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Sosialisasi pemakaian pupukorganic

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Percontohan penerapan GAP/SOPbudidaya

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Pengembangan desa organikberbasis bawang merah

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Page 216: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VII-8

AnalisisPermasalahan

ProgramUtama

SasaranRencana Aksi

Lokasi SatkerPelaksana

Rencana PembiayaanAPBN APBD

ProvAPBD Kab/

Kota

Lahanpengusahaan masihbanyak berstatuspinjam

Perluasanareal tanamdengan statushak milik

Bertambahnyaluas tanambawang merahdenganpengusahaanyang permanen

Peningkatan motivasi petani pemiliklahan untuk mengusahakan bawangmerah

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √

Pembentukan dan pengaktifanperan lembaga tani

OKU, OKI, OI,Banyuasin,Palembang

Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √

Tabel 7.3.Matriks Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Tanaman Jeruk Di Sumatera Selatan

AnalisisPermasalahan

ProgramUtama

SasaranRencana Aksi

Lokasi SatkerPelaksana

Rencana PembiayaanAPBN APBD

ProvAPBD Kab/

KotaPengusahaan masihbanyak yangbersifat sporadis

Perluasanarealpengusahaanjeruk yangpermanen

Pengusahaanjeruk dilakukansecara kontinuedanberkelanjutan

Perluasan areal tanam jerukOKU dan OI Dinas Pertanian

TPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Pengadaan bantuan benih danpupuk untuk memotivasi petanimengusahakan jeruk secaraberkelanjutan

OKU dan OI Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Serangan virusCVPD

Pengendalianserangan virusCVPD

Berkurangnyaserangan virusCVPD

Edukasi pencegahan danpenanganam serangan virus CVPDmelalui kegiatan penyuluhan danpelatihan

OKU dan OI Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Fasilitasi dan bantuan penggunaanbenih unggul

OKU dan OI Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Page 217: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VII-9

AnalisisPermasalahan

ProgramUtama

SasaranRencana Aksi

Lokasi SatkerPelaksana

Rencana PembiayaanAPBN APBD

ProvAPBD Kab/

Kota

Tingkat adopsiteknologi budidaya,panen danpascapanen masihrendah

Peningkatanpengetahuandanketerampilanpetani

Meningkatnyapengetahuandanketerampilanpetani

Penyuluhan dan pelatihan teknisbudidaya dan pengelolaanpascapanen yang benar

OKU dan OI Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten

√ √ √

Demplot manajemen panen denganpenerapan Good Handling Practices(GHP) sebagai pedoman melakukanpanen dan penangananpasca panen yang standar.

OKU dan OI Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten,Perguruan Tinggi,BPTP

√ √ √

Mutu/kualitas jeruktidak seragam

Perbaikankualiats jerukyang seragam

Meningkatnyakualitas jerukyang seragamdari sisi ukuran,rasa dankualias

Penanam dengan bibit bersertifikatyang menggunakan bibit berlabelbiru

OKU dan OI Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten, BPTP

√ √ √

Penerapan teknologiPengelolaan Terpadu KebunJeruk Sehat (PTKJS)berorientasi mutu yangdiformulasikan dalam GAP-SOP

OKU dan OI Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten, BPTP

√ √ √

Demplot usahatani jeruk denganimplementasi teknologipenjarangan buah untukkeseragaman buah , pemupukanberimbang untukmeningkatkan rasa manis buahyang konsisten, dn pengendalianpenyakit burik kusamyang ramah lingkungan untukmemuluskan kulit buah, danmemeratakan warna kuning-oranye kulit buah melalui perlakuanhormonal.

OKU dan OI Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten, BPTP

√ √ √

Page 218: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VII-10

AnalisisPermasalahan

ProgramUtama

SasaranRencana Aksi

Lokasi SatkerPelaksana

Rencana PembiayaanAPBN APBD

ProvAPBD Kab/

Kota

Daya tahan jerukrendah

Peningkatandaya tahanjeruk

Meningkatnyadaya tahan jeruk

Demplot perpanjangan daya tahanbuah melalui perlakukan buahdengan pelapisan lilin danpenggunaanruang berpendingin

OKU dan OI Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten, BPTP

√ √ √

Peran kelembagaanpetani belumoptimal

Penguatankelembagaanpetani

Meningkatnyaperankelembagaanpetani

Pelatihan dan pendampinganpengembangan kemampuanmanajerial lembaga tani

OKU dan OI Dinas PertanianTPH Provinsi danKabupaten, BPTP

√ √ √

Page 219: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VIII-1

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah di Indonesia

yang memiliki kekayaan sumberdaya dan dan tipologi lahan yang lengkap untuk

dimanfaatkan secara optimal bagi budidaya tanaman hortikultura unggulan

dalan rangka swasembada pangan. Upaya optimalisasi sumberdaya lahan dan

sumberdaya lain itu memerlukan arahan berupa rencana induk (Master Plan)

agar dapat ditentukan prioritas pelaksanaan program dan kegiatannya.

Dari hasil penyusunan master plan pengembangan kawasan tanaman

hortikultura di Provinsi Sumatera Selatan ini dapat disimpulkan beberapa hal

berikut :

1. Kawasan tanaman hortikultura di Provinsi Sumatera Selatan ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No : 45/Kpts/PD.200/1/2015

dengan distribusi kawasan meliputi :

- Kawasan cabai berada di Kabupaten OKI, OKU, Ogan Ilir, Banyuasin dan

Kota Palembang

- Kawasan bawang merah berada di Kabupaten OKI, OKU, Banyuasin dan

Kabupaten Musi Rawas

- Kawasan jeruk berada di Kabupaten OKU dan Ogan Ilir

Meskipun prioritas dilakukan terhadap wilayah-wilayah kawasan yang telah

ditetapkan, namun berdasarkan fakta di lapangan untuk pengembangannya

ke depan tidak hanya terbatas pada yang telah ditetapkan dalam

Kepmentan itu saja, melainkan juga pada kabupaten/kota lain yang juga

mengusahakan komoditi tersebut dan masyarakatnya memiliki animo tinggi

untuk pengembangan komoditi cabai, bawang merah dan jeruk.

8

Page 220: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VIII-2

2. Dari hasil analisis biofisik sumberdaya lahan, ekonomi, sarana dan

prasarana penunjang, kependudukan dan sosial budaya, kelembagaan,

sumberdaya manusia, teknis tanaman, pengolahan dan perdagangan, serta

kebijakan dan pembiayaan menunjukkan kecenderungan yang selaras

bahwa wilayah-wilayah kawasan tersebut memenuhi persyaratan untuk

dikembangkan sebagai kawasan melalui komoditi cabai, bawang merah dan

jeruk serta memiliki prospek untuk pengembangan ke depan yang

bersinergi dengan wilayah lain yang memiliki potensi yang sama namun

tidak ditetapkan sebagai wilayah kawasan.

3. Penyusunan rencana aksi dalam master plan ini dirumuskan berbasis pada

tujuan peningkatan produksi dengan orientasi swasembada, dan solusi

aplikatif dari permasalahan yang masih menjadi kendala dalam

pengembangan ketiga hortikultura ini, dengan jenis permasalahan yang

dominan ada pada kelompok tanaman hortikultura ini adalah keterbatasan

ketersediaan benih dan tingginya biaya produksi sedangkan kemampuan

pengadaan modal masih rendah, serta fluktuasi harga yang sulit diprediksi.

Beberapa program dan rencana aksi yang disusun telah memerhatikan dan

diupayakan untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut

8.2. Saran

Dari dokumen master plan yang telah disusun secara rinci berdasarkan

analisis terhadap hasil survey dan informasi data sekunder, maka guna

pengembangan kawasan tanaman hortikultura di Provinsi Sumatera Selatan ke

depan, disarankan :

1. Mengingat sumber kendala utama pada pengembangan tanaman

hortikultura adalah ketersediaan dan biaya pembelian kebutuhan benih

yang tinggi, maka disarankan dalam pengembangan tanaman hortikultura

khususnya cabai dan bawang merah, hendaknya dilakukan bukan hanya

berorientasi kepada usaha budidaya padi konsumsi saja, namun juga harus

diikuti dengan budidaya penangkaran benih.

Page 221: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VIII-3

2. Pada pengembangan komoditi cabai yang sering terkendala dengan

permasalahan fluktuasi harga, disarankan agar penyediaan cabai merah

setiap hari sepanjang tahun perlu dirancang secara baik yaitu dengan

pengaturan waktu tanam yang tidak serentak dengan sistem zonasi antar

kawasan dalam kabupaten maupun antar kabupaten sehingga produksi dan

pasokan maupun harganya relatif stabil sepanjang tahun. Selain itu hasil

produksi cabai tidak hanya dijual segar,melainkan dapat dibuat diversifikasi

produknya, antara lain cabai giling, cabai pasta, cabai botol, dan cabai

merah kering.

3. Permasalahan ketersediaan benih disarankan untuk diatasi dengan

melaksanakan program pengembangan yang seimbang antara budidaya

bawang konsumsi dengan penangkaran benih, dan guna mengatasi

permasalahan benih bawang yang mudah susut disarankan untuk

bekerjasama dengan wilayah produsen lain untuk saling menukar benih

pada musim tanam yang berbeda.

4. Perlu kebijakan yang khusus mengatur tataniaga dan distribusi input

produksi seperti benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain yang lebih menjamin

ketersediaan input produksi bagi petani secara tepat waktu atau dalam

rangka percepatan waktu tanam.

5. Perlu kebijakan pemasaran komoditi dan produk unggulan tanaman

hortikultura yang bersifat saling mendukung dan melengkapi antara

pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota

6. Agar pengembangan kawasan komoditi unggulan tanaman hortikultura

dapat berjalan lancar dan mencapai keberhasilan diperlukan kegiatan

pendampingan, penyuluhan dan pengembangan yang dilakukan tidak

hanya oleh lembaga penyuluhan tetapi juga melibatkan peran perguruan

tinggi.

7. Perlu tindak lanjut implementasi hasil riset di bidang produksi dan

pengolahan hortikultura unggulan yang telah dilakukan oleh pada beberapa

lembaga penelitian dan perguruan tinggi lokal di Sumatera Selatan oleh

Page 222: MASTER PLAN - pertanian.go.id Sumatera... · Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura Di Provinsi Sumatera Selatan, 2016 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Nilai LQ Tanaman

Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman HortikulturaDi Provinsi Sumatera Selatan, 2016

VIII-4

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota agar dapat dimanfaatkan secara

luas oleh masyarakat.

8. Perlu dirumuskan jenis riset dan pengembangan teknologi untuk

menghasilkan berbagai benih/bibit, pupuk, pengendali OPT, teknologi

pengolahan, pengemasan, manajemen pemasaran dan lain-lain, termasuk

untuk menghasilkan sistem kelembagaan yang konsisten bagi

pengembangan komoditi.

9. Program yang sejalan dengan ini yang dapat dioptimalkan adalah

pengembangan science park dan techno park yang sudah dicanangkan

pemerintah sebagai lokasi pengembangan iptek terapan, percontohan dan

diseminasi berbagai Iptek tersebut yang dilakukan para peneliti dari

berbagai instansi.

10. Perlu kebijakan akses pinjaman modal dengan beban bunga atau biaya

modal yang wajar bagi petani, seperti pengembangan lembaga keuangan

mikro, koperasi dan perbankan yang sudah ada yang dapat dijangkau baik

dari sisi bunga maupun persyaratannya dan ini perlu insentif pembiayaan

dari APBD provinsi dan kabupaten/kota.