masalah-masalah belajar

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Kata “belajar” bukanlah sekedar kata yang tidak punya makna. Kata itu sebagian besar anak menjadi bayangan yang begitu menyeramkan, menghantui, membosankan, dan terkadang malah menyakitkan. Harus dipahami bahwa sesungguhnya esensi dari hal ini adalah merupakan persoalan motivasi, dan ini bukanlah salah si anak, akan tetapi orang tua dan guru memiliki andil besar yang mengakibatkan belajar menjadi suatu hal yang seram dan suram bagi anak-anak, salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Setiap pelajaran matematika siswa sering mengalami masalah dalam belajar. Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar dilingkungan anak dan peran seorang guru sangat besar pada lingkungan sekolah anak. Hal demikian, guru dapat mengatasinya dengan bagaimana seharusnya pembelajaran di sekolah yang baik (mencakup metode, sarana-prasarana, lingkungan sekolah, guru dan siswa). Dalam hal peran orang tua juga merupakan pendorong utama untuk kemajuan anak di sekolahnya, sehingga peran orang tua memiliki andil pada kemampuan dasar anak. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud masalah-masalah belajar? 1

Upload: uswati-khoiriah

Post on 15-Jul-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah masalah-masalah belajar yang terdiri dari pbobia matematika, motivasi rendah, mencontek.

TRANSCRIPT

Page 1: Masalah-masalah Belajar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangBelajar adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang sehingga terjadi

perubahan kearah yang lebih baik. Kata “belajar” bukanlah sekedar kata yang tidak

punya makna. Kata itu sebagian besar anak menjadi bayangan yang begitu

menyeramkan, menghantui, membosankan, dan terkadang malah menyakitkan. Harus

dipahami bahwa sesungguhnya esensi dari hal ini adalah merupakan persoalan

motivasi, dan ini bukanlah salah si anak, akan tetapi orang tua dan guru memiliki

andil besar yang mengakibatkan belajar menjadi suatu hal yang seram dan suram bagi

anak-anak, salah satunya adalah mata pelajaran matematika.

Setiap pelajaran matematika siswa sering mengalami masalah dalam belajar.

Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar dilingkungan anak dan peran seorang

guru sangat besar pada lingkungan sekolah anak. Hal demikian, guru dapat

mengatasinya dengan bagaimana seharusnya pembelajaran di sekolah yang baik

(mencakup metode, sarana-prasarana, lingkungan sekolah, guru dan siswa). Dalam

hal peran orang tua juga merupakan pendorong utama untuk kemajuan anak di

sekolahnya, sehingga peran orang tua memiliki andil pada kemampuan dasar anak.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud masalah-masalah belajar?

2. Apa saja jenis-jenis, factor penyebab, serta langkah penanganan dari masalah-

masalah belajar.

3. Apakah yang dimaksud dengan phobia matematika?

4. Apa saja, gejala, penyebab, serta solusi dari phobia matematika?

5. Apakah yang dimaksud motivasi?

6. Apa saja macam-macam, foktor yang mempengaruhi, serta solusi dari motivasi

rendah?

7. Apa yang dimaksud dengan menyontek?

8. Apa saja factor yang mempengaruhi, dampak, dan solusi dari masalah menyontek?

1

Page 2: Masalah-masalah Belajar

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan masalah-masalah belajar.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis, factor penyebab, serta langkah penanganan dari

masalah-masalah belajar.

3. Untuk mengetahui maksud dari phobia matematika.

4. Untuk mengetahui gejala, penyebab, serta solusi dari masalah phobia matematika.

5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan motivasi.

6. Untuk mengetahui macam-macam, foktor yang mempengaruhi, serta solusi dari

masalah motivasi rendah.

7. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan menyontek.

8. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi, dampak, dan solusi dari masalah

menyontek.

D. Manfaat

1. Untuk pembaca dapat mengetahui masalah-masalah belajar yang biasa ditemukan

dalam lingkungan sekitar serta solusi yang dapat mengatasi masalah-masalah itu.

2. Untuk penulis dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah-

masalah belajar yang biasa ditemukan dalam lingkungan sekitar serta solusi yang dapat

mengatasi masalah-masalah itu.

2

Page 3: Masalah-masalah Belajar

BAB II

PEMBAHASAN

A.Masalah Belajar

1. Pengertian Masalah belajar

Prayitno (dalam blog The World Of Mireon : 2014) mengemukakan bahwa masalah

adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan

atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara

psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Menurut Ekacrudh (2011) masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yg

sekarang terjadi belumlah sempurna dan keyakinan bahwa masa depan bisa dibuat jadi

lebih baik sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif

tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap

tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mempengaruhi seseorang.

Menurut Ekacrudh (2011) masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami

oleh seseorang dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Kondisi tertentu

itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat

juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masalah belajar

adalah kesulitan yang dialami seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau pun

perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik

2. Jenis-Jenis Masalah Belajar

Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, menurut Prayitno (dalam

blog The World Of Mireon : 2014), mengemukakan masalah-masalah sebagai berikut :

a. Keterampilan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memilki intelegensi

yang cukup tinggi, tetapi tidak memanfaatkannya secara optimal.

3

Page 4: Masalah-masalah Belajar

b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tapi

memerlukan tugas-tugas untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang

amat tinggi.

c. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik kurang

memadai dan dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran

khusus.

d. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam

belajar mereka seolah-olah tampak jera atau malas.

e. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan

atau perbuatan sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya.

3. Gejala Masalah Belajar (adanya kesulitan belajar)

Dari faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi siswa sehingga

menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain (guru, pembimbing).

Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar misalnya:

a) Menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata.

b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan

keras tetapi nilainya selalu rendah.

c)  Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-

kawannya dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

d) Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya

atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka

menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya

untuk hal-hal yang tidak diketahui, acuh tak acuh, berpura-pura, dusta dan lain-lain.

e)  Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti: mudah tersinggung, murung,

pemarah, bingung, cemberut, selalu sedih.

f)   Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit

dalam waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan

belajarnya.

g)  Dan lain sebagainya.

4

Page 5: Masalah-masalah Belajar

4. Faktor-faktor penyebab masalah belajar

faktor penyebab masalah belajar dapat digolongkan ke dalam dua faktor, yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah Faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Antara

lain faktor fisiologi (bersifat fisik) dan faktor psikologi (keadaan jiwa dan  rohani) :

1) Faktor Fisiologis

Faktor Fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan jasmani

seseorang, antara lain:

a) Karena sakit. Seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami

kelemahan secara fisik, dengan saraf sensoris dan motorisnya yang

lemah sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi

tidak baik dan akan tertinggal dalam pelajaran.

b) Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar,

sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang

semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini penerimaan dan respon pelajaran

berkurang, saraf otak tak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola,

menginterpretasi dan mengorganisir bahan pelajaran melalui inderanya.

c)  Karena cacat tubuh. yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan

seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta

cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.

2) Faktor Psikologis

Faktor Psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan

kejiwaan siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi:

a) Intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140),

atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan

cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak

terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi.

Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya

memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka

orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak

didiknya.

5

Page 6: Masalah-masalah Belajar

b) Bakat. Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap

individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik

mungkin di bidang lain ketinggalan.

c) Minat. Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul

kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan

bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapannya

sehingga menimbulkan problema pada dirinya.

d) Motivasi. Adalah keadaan internal manusia yang mendorong untuk berbuat

sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong sesorang untuk interes pada kegiatan

yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang

hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk mencapai prestasi, yakni dengan

adanya motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang

baik.

e)  Faktor Kesehatan Mental. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah

timbal balik. Karena kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan

hasil belajar yang baik.

f) Tipe-Tipe Khusus seorang pelajar. Kita mengenal tipe-tipe belajar seorang anak.

Ada tipe audio, visual, motorik dan campuran.  

b. Faktor Eksternal 

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah

belajaryang berasal dari luar diri siswa. Yang termasuk faktor Eksternal dibagi menjadi

dua macam, yaitu:

1) Faktor Sosial

Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:

a) Lingkungan Keluarga

1) Orang Tua. Cara orang tua mendidik, hubungan orang tua dan anak serta bimbingan

dari orang tua dapat membuat anak kesulitan belajar. Misalnya cara didik orang tua

yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak.

Hal ini akan berakibat anak tidak tentram, tidak senang dirumah dan lebih mencari

teman sebayanya hingga lupa belajar. Sebaliknya orang tua yang lemah, suka

memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha

keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan

tergantung pada orang tua hingga malas berusaha, malas menyelesaikan tugas,

6

Page 7: Masalah-masalah Belajar

hingga prestasinya menurun. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan

anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya

juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.

2) Suasana Rumah/Keluarga. Suasana yang sangat gaduh/ramai atau pun suasana yang

slalu tegang, anak akan slalu terganggu konsentrasinya, sehingga sulit untuk belajar.

Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan

memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.

3) Keadaan Ekonomi Keluarga. Keluarga yang ekonominya rendah sudah pasti akan

menjadi masalah dalam belajar karena untuk membeli alat-alat tulis, uang sekolah

dan biaya lainnya. Sebaliknya Keluarga yang ekonominya berlebihan anaknya

cenderung enggan belajar karena terlalu banyak bersenang-senang.

4) Belakang Kebudayaan. Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan

kebiasaan yang baik, agar mendorong anak untuk belajar.

b) Lingkungan Guru

1) Guru. Guru dapat juga menjadi faktor masalah dalam belajar siswanya.Guru yang

tidak kualifield, hubungan guru dengan murid kurang baik, serta metode

pengajaran guru. Semua itu dapat membuat murid kesulitan belajar.

2) Hubungan Antar Murid. Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang

bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling

bersaing secara tidak sehat. Maka guru harus mampu membina jiwa kelas supaya

dapat hidup bergotong royong dalam belajar bersama, agar kondisi belajar

individual siswa berlangsung dengan baik.

3) Metode Pengajaran. Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja,

membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja.

Sedangkan guru yang progresif, adalah guru yang berani mencoba metode-metode

baru, yang dapar membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.

4) Lingkungan Masyarakat

5) Teman Bergaul. Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam

membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus

memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai memdapat teman bergaul yang

7

Page 8: Masalah-masalah Belajar

memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena perilaku yang tidak baik,

akan mudah menular kepada anak lain.

6) Pola Hidup Lingkungan. Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah anak itu

berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

7) Kegiatan Dalam Masyarakat. Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang

taruna, menari, olahraga dan lain sebagainya. Jika kegiatan tersebut dilakukan

secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar.

8) media. Meliputi: bioskop, TV, video-kaset, Surat Kabar, Majalah, novel, buku

komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat belajar apabila

anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugas

belajar.

2) Faktor Non-Sosial

Faktor non-sosial dibedakan menjadi:

a. Sarana dan Prasarana Sekolah.

1) Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses

belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka guru perlu

mendalami dengan baik dan harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar

dapat melayani anak belajar secara individual.

2) Media Pendidikan. Seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD,

Komputer, layanan internet, dan lain sebagainya.

3) Keadaan Gedung. Keadaan gedung yang sudah tua dan tidak direnovasi, serta

kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang masih kurang, sehingga akan

menghambat lancarnya kondisi belajar siswa.

4) Sarana Belajar. Sarana Belajar yang kurang lengkap tentu akan mempengaruhi

kualitas belajar, dan pada akhirnya juga mempengaruhi hasil belajar siswa.

b. Waktu Belajar.

Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak, maka

ada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu di mana anak-

anak istirahat, tetapi harus masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil

mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari, sebab mereka masih

segar, dan jasmani dalam kondisi baik.

8

Page 9: Masalah-masalah Belajar

c. Rumah

Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu

padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak akan berpengaruh buruk

terhadap kegiatan belajar siswa.

d.  Alam

Dengan berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk

melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi  belajar

siswa pun akan kurang optimal.

5. Upaya Pengatasan Masalah Belajar

Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapat perahatian agar masalahnya

tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini dapat

berkembang secara optimal.

Beberapa cara yang dapat dilakukan menurut Prayitno (dalam blog The World Of

Mireon : 2014) sebagai berikut :

a. Pengajaran Perbaikan

Pengajaran perbaikan meruapakan suatu bentuk layanan yang diberikan pada

seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah-masalah belajar dengan

maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar

siswa.

b. Progam Pengayaan

Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada

seseorang atau sekelompok orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Siswa yang

cepat dalam belajar mempunyai waktu yang lebih dalam belajar untuk itu mereka

memerlukan tugas tambahan.

c. Peningkatan Motivasi Belajar

Di sekolah sebagian siswa mungkin telah memiliki motif yang kuat untuk belajar,

tetapi sebagian lainnya belum. Tingkah laku siswa seperti kurang bersemangat, malas,

bosan dan sebagainya dapat dijadikan indikator kurang kuatnya motif  (motivasi)

dalam belajar.

d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik

Setia siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Tapi

masih ada siswa yang bersikap dan berkebiasaan belajar yang tidak diharapkan. Bila

9

Page 10: Masalah-masalah Belajar

siswa tidak memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik dikhawatirkan mereka

tidak akan mencapai hasil belajar yang baik.

e. Layanan konseling individual

Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap

mukan antara konselor dan klien. Dalam hubungan tatp muka ini, klien dapat

menyampaikan masalah-masalah yang dirasakan pada konselor dan masalah itu dapat

dicermati dan diupayakan pengentasannya melalui pembahasan dengan konselor.

B.Phobia Matematika

1. Pengertian Phobia

Menurut Elida Prayitno (dalam blog Lirary Jhee : 2013) mengatakan bahwa Fobia

atau fobi adalah suatu ketakutan yang tidak masuk akal namun penderita dapat

menjelaskan apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi ketakutannya itu. Para penderita

fobia neurosis tidak menyadari apa yang mendasari apa yang mendasari perasaan

takutnya. Reaksi mereka terhadap ketakutan itu sangat hebat yang menyebabkan penderita

merasa sengsara. Jika para penderita menyadari sebab-sebab yang mendasari dari

ketakutan mereka itu, maka ketakutan mereka berkurang dan bahkan dapat hilang.````

       Menurut Atkitson (dalam blog Lirary Jhee : 2013) mengatakan Istilah "phobia"

berasal dari kata "phobi" yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak

rasional; yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan

yang ditandai oleh ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek atau

situasi tertentu. Ciri psikis adalah rasa cemas/ panik, tetapi tanpa dasar yang jelas,

sedangkan ciri fisik misalnya : gemetar, jantung berdebar-debar, terkadang disertai nafas

tersengal-sengal.

Menurut Burhan, M. (2014) kata “phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani

“phobos” yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah

ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang luar biasa

dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap

phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang juga

bisa menghambat aktivitasnya. Phobia ini terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Phobia khusus yaitu ketakutan terhadap obyek atau aktivitas tertentu.

10

Page 11: Masalah-masalah Belajar

2. Phobia sosial yaitu ketakutan terhadap penilaian orang lain.

3. Agoraphobia yaitu rasa takut berada di tempat terbuka atau pusat keramaian.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa phobia adalah ketakutan

atau kecemasan yang berlebihan yang dialami seseorang biasanya ditandai dengan

gemetar, jantung berdebar-debar, dan kadang disertai nafas yang tersengal-sengal.

2. Gejala Phobia Matematika

Banyak hal yang membuat seseorang mengidap phobia. Paling sering karena

traumatis, terutama yang terjadi dimasa kecil.Phobia terjadi karena pikiran bawah sadar

kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan phobia. Bila

seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang

membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:

1. Perasaan atau Emosi

Menurut Nana Syaodih (dalam blog Mathematic Education, Spiritual Of Islam,

And Knowledge : 2014) beberapa macam bentuk emosi yang populer adalah takut, cemas,

dan khawatir. Banyak orang takut terhadap matematika dan akan berusaha sejauh mungkin

menghindari bilangan dan operasi-operasi bilangan. Orang yang mengalami phobia

matematika mengalami kesulitan dalam memahami matematika dan dalam menggunakan

matematika untuk keperluan kehidupan sehari-hari dan untuk mempelajari pengetahuan

yang lain.

2. Mitos dan kesalahpahaman

Kebencian matematika adalah respon emosional. Langkah pertama dalam

mengatasi itu adalah menilai pendapat seseorang tentang matematika dalam semangat

detasemen. Mitos dan kesalahpahaman dalam matematika antara lain:

a) Bakat atau kecerdasan untuk matematika ada sejak lahir

b) Belajar matematika harus bisa menghitung

c) Matematika membutuhkan logika bukan kreativitas

d) Yang terpenting dalam belajar matematika adalah mendapatkan jawaban yang benar

e) Dalam berpikir matematika pria lebih baik daripada wanita

11

Page 12: Masalah-masalah Belajar

3. Kontroversi dalam pendidikan matematika

Menurut National Research Council (dalam blog Mathematic Education, Spiritual

Of Islam, And Knowledge : 2014) kebanyakan orang menganggap bahwa matematika

dalah bidang hitung menghitung. Namun, ahli matematika memandang perhitungan

hanyalah alat dalam matematika yang sesunguhnya, yang melibatkan pemecahan soal dan

pemahaman struktur dan pola dalam matematika.

3. Penyebab Phobia Matematika

Phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman

pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan ke

dalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis sejak kecil dianggap sebagai salah satu

kemungkinan penyebab terjadinya phobia. Imajinasi yang berlebihan dapat juga

menyebabkan phobia. Dalam dunia pendidikan phobia matematika dapat disebabkan oleh

hal-hal sebagai berikut:

1. Takut dalam hitungan

2. Susah menghafal

3. Takut maju di depan kelas

4. Takut dalam Ujian Nasional

5. Takut orang tuanya dipanggil

Menurut Russel Deb (dalam blog Mathematic Education, Spiritual Of Islam, And

Knowledge : 2014) menyebutkan bahwa biasanya rasa takut ini berasal dari pengalaman

yang tidak menyenangkan dalam pelajaran matematika. Fobia matematika juga dapat

disebabkan oleh rendahnya kualitas pembelajaran matematika dan kurangnya latihan soal-

soal matematika.

12

Page 13: Masalah-masalah Belajar

4. Solusi Phobia Matematika

Menurut J.B Watson (dalam blog Mathematic Education, Spiritual Of Islam,

And Knowledge : 2014) melalui observasi yang dilakukannya, ia mengatakan bahwa rasa

takut sesorang adalah hasil dari conditioning. Untuk membantu mengurangi rasa takut

anak adalah sangat bermanfaat, karena pada situasi tertentu rasa takut harus dihadapi dan

diatasi oleh setiap anak. Tingkatan mengatasi phobia matematika

1. Mencegah Phobia Matematika

a. Guru dan orang tua bersikap positif tentang matematika

b. Siswa mengetahui manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari

c. Siswa terlibat aktif dalam belajar matematika

d. Tes bukanlah tujuan akhir dari belajar matematika

e. Meringkas catatan - Siswa membuat jadwal belajar

2. Mengurangi Phobia Matematika

a. Guru membangkitkan motivasi siswa agar semakin aktif belajar dan mengingatkan

akan pentingnya belajar matematika untuk memecahkan persoalan hidup sehari-hari,

seperti perhitungan, pengukuran, dan sebagainya.

b. Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan diantaranya dengan

menghindarkan suasana kaku, tegang apalagi menakutkan dalam belajar,

menyisipkan humor-humor yang segar dan mendidik, tidak memberikan soal-soal

yang terlalu sukar.

c. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan diantaranyasuasana kelas

dibuat nyaman, meja belajar dihiasi dengan sesuatu yang menyegarkan dan memberi

semangat kepada siswa, dinding kelas ditempeli dengan gambar-gambar atau hiasan-

hiasan yang mereka minati. - Mengadakan refreshing untuk menghilangkan rasa

jenuh, bosan dan penat dalam belajar.

3. Menghilangkan Phobia Matematika

Ada beberapa cara untuk menghilangkah phobia matematika, diantaranya:

a. Terapi berbicara.

Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah:

13

Page 14: Masalah-masalah Belajar

1. Konseling

Konselor biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang, seperti

ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya

fobia.

2. Psikoterapi

Seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam untuk

menemukan penyebabnya dan memberi saran untuk menghilangkannya.

3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT)

yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku

seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif untuk

melawan fobia.

b. Terapi pemaparan diri (Desensitisation).

Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan

menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan

diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu

dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara

perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi

terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan

terapi perilaku.

5. Langkah Mengatasi Phobia Matematika

Selanjutnya untuk mengatasi rasa takut terhadap matematika seseorang harus

membentuk enam sikap diri sebagai pembelajaran:

1. Sikap positif

2. Ajukan pertanyaan, untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika.

3. Belajar kelompok

4. Latihan rutin. Memahami konsep matematika membutuhkan latihan rutin.

5. Jangan takut membuat kesalahan, beberapa pembelajaran yang paling kuat berasal

dari membuat kesalahan.

14

Page 15: Masalah-masalah Belajar

C. Motivasi Rendah

1. Pengertian Motivasi

(Restika, 2014) mengatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang artinya

daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata motif itu

maka terbentuklah motivasi yang artinya adalah suatu perubahan energy yang ada pada

manusia sehingga akan bergantung dengan gejala kejiwaan perasaann dan juga emosi untuk

bertindak dan melakukan sesuatu.

Thomas L. Good dan jere M. Bropphy ( dalam blog Yhati Restika, 2014) menyatakan

motivasi sebagai suatu energy penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Motivasi

hendaknya dianggap sesuatu yang terkait dengan kebutuhan yaitu individu akan termotivasi

untuk meakukan tindakan tertentu apabila tindakan yang dilakukannya tersebut dapat

memenuhi kebutuhannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang yang

berupa energy penggerak, pengarah dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

2. Macam-macam motivasi

Menurut (Restika, 2014) Motivasi sebagai kekuatan mental siswa memiiki

tingkatan,ilmu ahi jiwa mempunyai pendapat yang berbeda atas dasar penelitian yang

dilakukanya sehingga motivasi siswa dalam belajar dibedakan menjadi 2 macam yaitu

a. Motivasi Primer

Motivasi primer merupakan motivasi yang didasakan atas motif-motif dasar

yang umumnya berasal dari segi biologis, atau jasmani mereka. Sebagaimana

diketahui bahwa manusia adalah makluk berjasmani maka prilaku mereka

terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmani nya.

Menurut MC. Donald mengatakan bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran

mengenai tujuan, perasaan subjektif dan dorongan menapai kepuasan.adapun insting

yang penting adalah memeihara diri, mencari makan, melarikan diri, berkelompok,

mempertahankan diri, dan rasa ingin tahu yang kuat.

15

Page 16: Masalah-masalah Belajar

Insting bekerja seumur hidup dan diupayakan masuk pada alam bawah sadar,

karena merupkan saah atu kunci prilaku motivasi terlihat dari tingkah laku manuia

yang begitu komplek yang terkadang dikenali oleh motivai dari alam sadarnya dan

ada pula dari alam bawah sadarnya untuk mencapai tujuan yang didinginkannya.

b. Motivasi Sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Agar dapat bekerja dengan

baik orang harus belajar. Sebagai makluk sosial prilaku manusia tidak hanya diperngaruhi

oleh faktor biologis tetapi faktor sosial juga faktor ini dipengruhi oleh tiga faktor penting

yaitu: afektif adalah aspek emosiona yang meliputi motif sosia, sikap dan emosi. Kognitif

adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Komponen konatif adalah

terkait denggan kemauan dan kebiaan bertidak.

Motivasi sekunder memegang peran penting daam kehidupan manusia menurut maslow

menggolongkan nya yaitu

1.      Memperoleh rasa aman

2.      Memperoleh kasih sayang dari kebesamaan

3.      Memperoleh penghargaan

4.      Pemenuhan diri atau aktualisasi diri.

3. Faktor-factor yang mempengaruhi motivasi siswa

Menurut (Restika, 2014) factor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam

belajar diantaranya :

a.       Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar siswa tanpak pada keinginan anak sejak kecil dan keberhasian

untuk mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan belajar, Keinginan yang

terpuaskan dapat memperbsar keamuan dan semanga belajar.

b.      Kemampuan siswa

Seperti hal nya cita-cita, kemampuan siswa turut mempengaruhi motivasi belajar,

karena dengan kemampuan yang dimiliki siswa ia dapat melaksanakan tugas belajarnya.

c.       Kondisi siswa

Adapaun kondisis yang dimaksud adalah kondidi jasmani dan rohani yang

mepengaruhi motivasi belajar siswa, siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah akan

mengganggu perhatian belajar.

16

Page 17: Masalah-masalah Belajar

d.      Kondisi lingkungan siswa

Keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan sebaya, merupakan lingkungan siswa

yang turut mempengaruhi belajar siswa, oleh karna itu kondisi lingkungan sekolah yang

sehat, lingkungan masyrakat yang aman, tentram rukun dan nyaman,perlu ditingkatkan

mutunya.

e.       Unsur dinamis dalam pembelajaran

Seperti diketahui siswa mempunyai perasaan, perhatian,kemauan dan ingatan

pikran yng mengalami perubahan berkat pengalama hidup siswa yang masih berkembang

jiwa raganya lingkunga yang semangkin bertambha baik berkat dibangunya merupkan

kondisi dinamis yang baik bagi pembelajaran.

Sedangkan menurut (Satriyo, 2011) ada beberapa penyebab motivasi belajar siswa

menjadi rendah di antaranya:

a. Intrinsik (dari dalam)

1) Orang tua yang tidak memperhatikan sekolah anaknya.

2) Orang tua berpendidikan rendah

3) Masalah yang dihadapi orang tua misalnya PHK, bangkrut, perceraian dan lain-lain

4) Kondisi psikis anak yang butuh refreshing.

5) Sikap anak yang acuh terhadap pelajaran disekolah (menganggap remeh).

6) Anak yang terbiasa malas belajar.

b. Ekstrinsik (dari luar)

1) Lingkungan yang bising.

2) Pergaulan anak menyebabkan dia hanya bermain saja.

3) Banyak pekerjaan dirumah misalnya ada pengajian, tahlilan dll yang membuat

mereka idak bias mengerjakan PRnya.

4) Tertidur karena terlalu capek juga bisa membuat anak lupa mengerjakan PR.

Kedua factor tersebut mengakibatkan siswa malas untuk mempersiakan pelajaran

atau tidat belajar sama sekali.

4. Upaya mengatasi lemahnya motivasi siswa dalam belajar

Murid yang mengalami masalah belajar, seperti lemahnya motivasi siswa dalam

belajar perlu mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut dan nantinya siswa

17

Page 18: Masalah-masalah Belajar

yang mengalami masalah belajar dapat berkembang secara optimal. Menurut Prayitno

(dalam blog Yhati Restika, 2014 ) upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi

lemahnya motivasi siswa dalam belajar siswa yaitu:

a)      Pengajaran perbaikan

merupakan bentuk layanan yang diberikan kepda seseorang atau sekelompok siswa

yang menghadapai masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiaki kesalahyan

dalam proses dan hasil belajar siswa

b)      Kegiatan pengayaan

merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan seseorang atau beberapa siswa

yang sangat cepat dalam belajar.

c)      Peningkatan motivasi belajar

Disekolah sebagian siswa mungkin, telah meimiiki motif yang kuat untuk belajar

teapi sebagian lain mungkin belum, disisi lain mungkin juga ada siswa yang semula

motifnya amat kuat tetapi menjadi pudar.

d)     Pengembangan sikap dan kebiasan beajar yang baik

Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efeaktif

tetapi masih ada siswa yang mengamalkan sikap dan kebiasan belajar yang tidak

diharapkan dan tidak efektif.

e)      Layanan konseling individual

Konseling merupakan pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antra

konselor dan klien.

D. Mencontek

1. Pengertian Mencontek

Menurut Purwadarminta (dalam blog Wangsajaya's, 2012) menyontek atau menjiplak

atau ngepek adalah suatu kegiatan mencontoh/ meniru/ mengutip tulisan, pekerjaan orang lain

sebagaimana aslinya. Cheating (menyontek) menurut Wikipedia Encyclopedia sebagai suatu

tindakan tidak jujur yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan keuntungan yang

mengabaikan prinsip keadilan. Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pelanggaran aturan

main yang ada.

18

Page 19: Masalah-masalah Belajar

Sedangkan menurut Bower (dalam blog Wangsajaya's, 2012) yang mendefinisikan

“cheating is manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve

academic success or avoid academic failure),” maksudnya “menyontek” adalah perbuatan

yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu

mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Pendapat Bower

ini juga senada dengan Deighton (dalam blog Wangsajaya's, 2012) yang menyatakan

“Cheating is attempt an individuas makes to attain success by unfair methods.” Maksudnya,

cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan

cara-cara yang tidak jujur.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa menyontek adalah yang

tidak jujur dan berupa perilaku tidak terpuji dengan melakukan kecurangan yang dilakukan

oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik

terutama yang berhubungan dengan evaluasi atau hasil ujian.

2. Dampak Mencontek

a) Dampak untuk individu

Dampak negatif bagi individu akan terjadi apabila praktek ”menyontek”

dilakukan secara kontinyu sehingga menjurus menjadi bagian kepribadian seseorang.

b) Dampak untuk masyarakat

Dampak negatif bagi masyarakat akan terjadi apabila masyarakat telah

menjadi terlalu permisif terhadap praktek ”menyontek” sehingga akan menjadi bagian

dari kebudayaan, dimana nilai-nilai moral akan terkaburkan dalam setiap aspek

kehidupan dan pranata sosial.

3. Faktor penyebab siswa mencontek

Menurut Nugroho (dalam blog Wangsajaya's, 2012), yang menjadi penyebab

munculnya tindakan ”menyontek” bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya

berasal dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar (eksternal) misalnya dari

guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.

1. Faktor dari dalam diri sendiri

19

Page 20: Masalah-masalah Belajar

a) Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya

disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu

belajar.

b) Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.

c) Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.

d) Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini

disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti

dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru/dosen.

e) Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni

merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi

keseriusan belajar.

f) Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu

mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu

persoalan termasuk test/ujian.

g) Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.

2. Faktor dari Guru

a) Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga

yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid

menjadi malas belajar.

b) Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada

kesempatan untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang

diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari

tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.

c) Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.

d) Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan

mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.

3. Faktor dari Orang Tua

a) Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.

b) Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing

dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak

4. Faktor dari Sistem Pendidikan

a) Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan

tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one

way yakni dari guru untuk siswa.

20

Page 21: Masalah-masalah Belajar

b) Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu

jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa

menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan

semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.

4. Penanggulangan menyontek

Menurut (Wangsajaya, 2012) Berikut ini beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kegiatan mencontek yang biasa dilakukan siswa.

1) Faktor pribadi dari penyontek

(a) Bangkitkan rasa percaya diri

(b) Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional

(c) Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius

2) Faktor Lingkungan dan Kelompok

Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral.

3) Faktor Sistem Evaluasi

(a) Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)

(b) Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif

(c) Lakukan pengawasan yang ketat

(d) Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.

4) Faktor Guru/ Dosen

(a) Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.

(b) Bersikap rasional dan tidak ”menyontek” dalam memberikan tugas ujian/tes.

(c) Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.

(d) Berikan umpan balik atas setiap penugasan.

21

Page 22: Masalah-masalah Belajar

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah belajar adalah kesulitan yang dialami seseorang untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan atau pun perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Ada beberapa bentuk

masalah belajar yang biasa ditemui seperti phobia, motivasi rendah, dan mencontek.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa phobia adalah ketakutan

atau kecemasan yang berlebihan yang dialami seseorang biasanya ditandai dengan

gemetar, jantung berdebar-debar, dan kadang disertai nafas yang tersengal-sengal.

Motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang yang berupa energy penggerak,

pengarah dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun

apabila motivasi belajar rendah dapat menjadi masalah dalam belajar yang mengakibatkan

hasil nilai yang dicapai siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Menyontek adalah yang tidak jujur dan berupa perilaku tidak terpuji dengan

melakukan kecurangan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam

menyelesaikan tugas-tugas akademik terutama yang berhubungan dengan evaluasi atau

hasil ujian.

B. Saran

Diharapkan untuk penulis selanjutnya lebih menambah konteks masalah-masalah belajar

yang biasa ditemukan serta solusi untuk penanggulangannya.

22

Page 23: Masalah-masalah Belajar

Daftar Pustaka

Burhan, M. (2014, januari senin). KIAT-KIAT MENGATASI PHOBIA DALAM BELAJAR MATEMATIKA. Retrieved maret rabu, 2016, from Mathematic Education, Spiritual Of Islam, And Knowledge: http://muhmasruri-burhan-unnes.blogspot.co.id/2014/01/kiat-kiat-mengatasi-phobia-dalam.html

Handayani, P. Q. (2013, November kamis). Makalah Phobia. Retrieved Maret Rabu, 2016, from Lirary Jhee: http://jhe-handayani.blogspot.co.id/2013/11/makalah-phobia.html

Restika, Y. (2014, Maret 13). "Lemahnya Motivasi Siswa Dalam Belajar". Retrieved from Yhati restika: http://restikayhati.blogspot.co.id/2014/03/lemahnya-motivasi-siswa-dalam-belajar.html. Diakses tanggal 10 Maret 2016.

Reynaldo, A. S. (2014, April 22). Motivasi Belajar Rendah. Retrieved from Catatan BK Khusnadi (Risa Asmaul Husna): http://risaasmaulhusna.blogspot.com/2014/04/motivasi-belajar-rendah.html. Diakses tanggal 10 Maret 2016.

Satriyo. (2011, Januari 02). MOTIVASI BELAJAR RENDAH DAN TIDAK SIAP BELAJAR DI RUMAH . Retrieved from http://satriyo9.blogspot.co.id/2011/01/motivasi-belajar-rendah-dan-tidak-siap.html. Diakses tanggal 10 Maret 2016.

Wangsajaya. (2012, Juni 21). Menyontek Penyebab dan Penanggulangannya. Retrieved from Wangsajaya's Weblog: https://wangsajaya.wordpress.com/2012/06/21/menyontek-penyebab-dan-penanggulangannya/. Diakses tanggal 10 Maret 2016.

23