manasik haji dan umrah

141
1 MENELADANI Manasik Haji dan Umrah Rasulullah ShallaLlahu ‘Alayhi Wasallam Disiapkan oleh: Muhammad Askary (ﻤﺣﻣﺪﻋﺳﻛﺮﻱ(

Upload: askary

Post on 06-Jul-2015

10.074 views

Category:

Spiritual


15 download

DESCRIPTION

Inilah manasik Haji dan Umrah sesuai Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wasallam. Semoga Bermanfaat dan mohon disebarluaskan.

TRANSCRIPT

Page 1: Manasik haji dan umrah

1

MENELADANIManasik Haji dan Umrah

Rasulullah ShallaLlahu ‘Alayhi WasallamDisiapkan oleh:

Muhammad Askary)محمدعسكري)

Page 2: Manasik haji dan umrah

2

Urutan Pembahasan (1)

1. Persiapan Haji1.1.

Wasiat penting bagi orang yang akan haji1.2. Kedudukan Ibadah haji dalam Islam1.3. Kewajiban haji sekali seumur hidup1.4.

Perintah untuk segera melaksanakan haji1.5. Keutamaan ibadah haji dan umrah1.6. Makna haji mabrur1.7.

Makna istitha’ah (kemampuan melaksanakan ibadah haji) dan hadits-hadits yang melarang wanita bersafar tanpa mahram2. Macam-macam haji3. Perintah untuk melaksanakan haji tamattu’4. Mengenal miqat5. Hukum berihram sebelum miqat

1. Kemudahan-kemudahan dalam haji2. Keistimewaan tanah haram dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya3. Seputar Ihram4. Larangan bagi yang sedang ihram5. Perjalanan dari Miqat ke Makkah6. Tatacara umrah (thawaf & sa’i)7. Rukun & wajib umrah dan haji8. Berihram pada hari tarwiyah

13.1. Berangkat ke Arafah13.2. Wuquf di Arafah13.3. Beranjak dari Arafah13.4. Shalat Fajar di Muzdalifah13.5. Melempar jumrah13.6. Menyembelih dan nahr13.7. Thawaf ifadhah

Page 3: Manasik haji dan umrah

3

Urutan Pembahasan (2)13.8. Mabit di Mina13.9. Thawaf Wada’

1. Bid’ah-bid’ah sebelum ihram2. Bid’ah-bid’ah dalam ihram, talbiyah dan lainnya3. Bid’ah-bid’ah dalam thawaf4. Bid’ah-bid’ah dalam sa’i5. Bid’ah-bid’ah di Arafah6. Bid’ah-bid’ah di Muzdalifah7. Bid’ah-bid’ah dalam melempar jumrah8. Bid’ah-bid’ah dalam menyembelih

dan mencukur

1. Bid’ah-bid’ah lain yang beraneka ragam

2. Bid’ah-bid’ah ziarah di masjid madinah

3. Bid’ah-bid’ah di Baitul Maqdis

Page 4: Manasik haji dan umrah

4

1.1. Wasiat penting bagi orang yang akan haji

1. Wajib berniat ikhlash, LiLlahi Ta’ala2. Berupaya semaksimal mungkin untuk menghindar dari tujuan bersifat duniawi

(riya’ & sum’ah)3. Segera bertaubat kepada Allah Ta’ala (Q.S. An-Nuur: 31)4. Mengembalikan hak-hak orang lain yang diambil/dirusak (barang, kehormatan dll)5. Menggunakan nafaqah (harta) yang halal6. Hendaknya bersungguh-sungguh belajar hal-hal yang disyari’atkan dalam haji

dan umrah7. Mencari teman perjalanan yang baik, taat & takwa, serta faham dalam agama

(menjauhi yang jahil & fasik)8. Dalam perjalanan hendaknya memperbanyak dzikir, istigfar & do’a, membaca al

qur’an, shalat berjama’ah, memelihara lisan9. Senantiasa berbuat baik dengan temannya, menahan diri dari menyakiti mereka,

beramar ma’ruf nahi munkar dengan cara yang hikmah

Page 5: Manasik haji dan umrah

5

1.2. Kedudukan Ibadah haji dalam Islam

Ibadah haji adalah salah satu Rukun Islam yang Lima, dan salah satu kewajiban dalam Islam menurut al Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma’ kaum muslimin

Page 6: Manasik haji dan umrah

6

1.3. Kewajiban haji 1 kali seumur hidup

Melaksanakan ibadah haji dan umrah diwajibkan hanya sekali seumur hidup bagi setiap orang yang telah memenuhi syarat:– Muslim– Baligh– Berakal– Merdeka (bukan hamba sahaya)– Memiliki kemampuan (istitha’ah)

Page 7: Manasik haji dan umrah

7

1.4. Perintah untuk segera melaksanakan haji

• Bagi orang yang telah memiliki kemampuan dan memenuhi segala persyaratan, wajib untuk segera melaksanakan haji.

• Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

“Barangsiapa hendak melaksanakan haji, hendaklah segera ia lakukan, karena terkadang seseorang itu sakit, binatang (kendaraannya) hilang, dan adanya suatu hajat yang menghalangi” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Shahih Ibni Majah)

Page 8: Manasik haji dan umrah

8

1.4. Perintah untuk segera melaksanakan haji

• Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

تعجلواإلىالحجفإنأحدکماليدريمايعرضله

“Bersegeralah melaksanakan haji, karena sesungguhnya salah seorang diantara kamu tidak mengetahui apa yang akan merintanginya”(HR. Ahmad, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil No.990 )

Page 9: Manasik haji dan umrah

9

1.5. Keutamaan ibadah haji dan umrah (1)

• Ibadah haji adalah salah satu ibadah yang paling utama. Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

“Dari Abu Hurairah ra ia berkata: RasuluLlah SAW ditanya: ‘Amal ibadah apakah yang paling utama? Beliau bersabda: ‘Beriman kepada Allah dan RasulNya’. Dikatakan (kepadanya): ‘Kemudian apa?’ Beliau bersabda: ‘Jihad di jalan Allah’. Dikatakan (kepadanya): ‘Kemudian apa?’ Beliau bersabda: ‘Haji yang mabrur.’”(HR. Al-Bukhari dan Muslim, lihat Shahiih At-Targhiib wa Tarhiib oleh al-Albani 3/3 hadits No.1093 )

• Ibadah haji sebagai penghapus dosa. Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

“Barangsiapa yang mengerjakan ibadah haji dan dia tidak melakukan jima’ dan tidak pula melakukan perbuatan dosa, dia akan kembali dari dosa-dosanya seperti pada hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya.”(HR. Al-Bukhari, Muslim, an-Nasa-i, Ibnu Majah dan at-Tirmidzi)

Page 10: Manasik haji dan umrah

10

1.5. Keutamaan ibadah haji dan umrah (2)

• Balasan bagi haji mabrur adalah surga. Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

“Umrah (yang pertama) kepada umrah berikutnya sebagai kaffarat (penghapus) bagi (dosa) yang dilakukan antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasan baginya, melainkan surga.”(HR. Malik, Al-Bukhari, Muslim, an-Nasa-i, Ibnu Majah dan at-Tirmidzi. Lihat Shahiih At-Targhiib wa Tarhiib oleh al-Albani, hadits No.1096 )

• Haji adalah jihad bagi wanita dan setiap orang yang lemah. Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

“Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, aku bertutur: ‘Ya RasuluLlah kami melihat bahwasanya berjihad adalah amal ibadah yang paling utama, apakah kami (para wanita) tidak berjihad? Maka beliau bersabda: ‘Bagi kalian (kaum wanita), jihad yang paling utama adalah haji mabrur’.”(HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Ibnu Khuzaimah, al-Baihaqi dan al-Hakim. Syaikh al-Albani berkata: “Shahih lighairihi, lihat Shahih At-Targhiib, hadits No.1104 )

Page 11: Manasik haji dan umrah

11

1.5. Keutamaan ibadah haji dan umrah (3)

• Orang yang melaksanakan haji adalah tamu Allah, dan permohonan mereka dikabulkan. Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang haji dan orang yang orang umrah adalah tamu Allah. Dia memanggil mereka, maka merekapun menjawab (panggilan)-Nya dan mereka memohon kepadaNya. Dia-pun memberikan permohonan mereka”(HR. Malik, Al-Bukhari, Muslim, an-Nasa-i, Ibnu Majah dan at-Tirmidzi. Lihat Shahiih At-Targhiib wa Tarhiib oleh al-Albani, hadits No.1096 )

• Keutamaan perjalanan haji, keutamaan orang yang mati dalam perjalanan untuk melaksanakan ibadah haji, dan keutamaan orang yang mati dalam keadaan berihram (ditengah pelaksanaan ibadah haji dan/atau umrah). Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

“Tidaklah unta (yang dikendarai) seseorang yang melaksanakan haji mengangkat kaki(nya) dan tidak pula meletakkan tangan(nya) melainkan Allah mencatat bagi orang itu satu kebaikan atau menghapus darinya satu kejelekan atau mengangkatnya satu derajat ”(HR. al-Baihaqi dan Ibnu Hibban serta dihasankan oleh Syaikh al-Albani, lihat Shahih At-Targhiib, hadits No.1106 )

Page 12: Manasik haji dan umrah

12

1.5. Keutamaan ibadah haji dan umrah (4)

Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

“Barangsiapa keluar dalam melaksanakan haji lalu ia mati, niscaya dicatat baginya pahala seorang haji hingga hari kiamat. Barangsiapa keluar dalam melaksanakan umrah lalu ia mati, niscaya dicatat baginya pahala seorang yang melaksanakan umrah sampai hari kiamat, dan barangsiapa yang keluar dalam berperang di jalan Allah lalu ia mati, niscaya dicatat baginya pahala seorang yang berperang di jalan Allah sampai hari kiamat”(HR. Abu Ya’la, Syaikh al-Albani berkata: “Shahih lighairihi”, lihat Shahih At-Targhiib, hadits No.1114 )

Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

“Tatkala seseorang sedang wukuf bersama RasuluLlah saw di padang Arafah, tiba-tiba ia dijatuhkan oleh binatang (unta) yang dikendarainya dan mematahkan lehernya, maka RasuluLlah saw bersabda: Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara, kafanilah dia dengan 2 helai (kain) ihramnya dan jangan kalian menutup kepalanya serta jangan pula kalian diberi wangi-wangian padanya, karena sesungguhnya dia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaannya mengucapkan talbiyah”(HR. al-Bukhari, Muslim dan Ibnu Khuzaimah, lihat Shahih At-Targhiib, hadits No.1115 )

Page 13: Manasik haji dan umrah

13

1.6. Makna haji mabrur

Sabda Nabi ShallaLlahu ‘alayhi wa sallam:

…والحجالمبرورليسلهجزاءإالالجنة

“Dan haji mabrur tiada balasan baginya melainkan surga”(HR. Malik, Al-Bukhari, Muslim, an-Nasa-i, Ibnu Majah dan at-Tirmidzi. Lihat Shahiih At-Targhiib wa Tarhiib oleh al-Albani, hadits No.1096 )

Imam Yahya bin Syaraf an-Nawawi rahimahuLlahu berkata: ‘(Makna) yang paling benar dan paling masyhur bagi kata “al-mabrur” yaitu (ibadah haji) yang tidak dicemari oleh perbuatan dosa’. Kata tersebut diambil dari kata “al-birr”, yang bermakna “ketaatan”.

Page 14: Manasik haji dan umrah

14

1.7. Makna istitha’ah (mampu melaksanakan haji)

• Sehat jasmani• Memiliki bekal yang cukup untuk pergi dan kembali, serta mencukupi segala

hajat/kebutuhannya dan kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya dalam hal nafkah

• Keamanan dalam perjalanan (menuju tanah suci)• Khusus bagi wanita, wajib adanya mahram. Sabda Nabi ShalaLlahu ‘alayhi wa

sallam:

“Tidak boleh seorang wanita mengadakan perjalanan selama tiga hari, kecuali bersama mahram” (HR. al-Bukhari No.1086)

“Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk mengadakan perjalanan yang memakan waktu selama tiga hari lebih, melainkan ia harus didampingi oleh ayahnya, anaknya, suaminya, saudaranya, atau mahramnya” (HR. Muslim No.3257 dalam bab haji).

Page 15: Manasik haji dan umrah

15

2. Macam-macam haji (1)

1. Haji tamattu’2. Haji qiran3. Haji ifrad

Tamattu’: (paling utama)

Seseorang berihram untuk melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji dengan mengucapkan: لبيكاللهمعمرة memasuki Makkah lalu menyelesaikan umrahnya dengan ,melaksanakan thawaf umrah dan sa’i umrah, lalu bertahalul dari ihramnya dengan memotong pendek atau mencukur rambut kepalanya, lalu ia menetap dalam kondisi halal (tidak berihram) hingga datangnya hari tarwiyah, yaitu tanggal 8 Dzulhijjah. Apabila tanggal 8 Dzulhijjah telah tiba, dia berihram lagi untuk melaksanakan haji dengan mengucapkan: .lalu menjalankan manasik hingga selesai لبيكاللهمحجا

Orang yang melaksanakan haji tamattu’ wajib menyembelih binatang “hadyu”. Jika tidak mendapatkan binatang “hadyu”, maka dia berpuasa 3 (tiga) hari di musim haji dan 7 (tujuh) hari setelah kembali ke negerinya.

Page 16: Manasik haji dan umrah

16

2. Macam-macam haji (2)

Qiran:

Yaitu seorang berihram untuk melaksanakan umrah dan haji secara bersamaan, atau dia berihram untuk umrah, lalu berihram untuk haji sebelum memulai thawafnya, kemudian memasuki kota Makkah dan tetap pada ihramnya hingga selesai melaksanakan manasik hajinya (sampai tanggal 10 Dzulhijjah), dan wajib baginya untuk menyembelih “hadyu”.

Saat berihram untuk umrah dan haji (digabung), dia mengucapkan: lalu menjalankan لبيكاللهمحجاوعمرةmanasik hingga selesai.

Ifrad:

Yaitu seorang berihram untuk melaksanakan ibadah haji saja, dia tidak bertahalul dari ihramnya, kecuali setelah melempar jumrah ‘aqabah (pada tanggal 10 Dzulhijjah), dan tidak ada kewajiban menyembelih “hadyu” baginya.

Saat berihram untuk haji, dia mengucapkan: لبيكاللهمحجا lalu menjalankan manasik hingga selesai.

Page 17: Manasik haji dan umrah

17

2. Macam-macam haji (3)

Tamattu’:• Ibadah: UMRAH + HAJI

(terpisah)• Wajib sembelih HADYU

• 2 kali tahallul (umrah & haji)

Ifrad:• Ibadah: HAJI saja (tanpa

UMRAH)• Tidak wajib sembelih

HADYU• 1 kali tahallul (haji saja)

Qiran:• Ibadah: UMRAH + HAJI

(digabung)• Wajib sembelih HADYU

(menggiring HADYU)• 1 kali tahallul (umrah &

haji sekaligus)

Catatan SANGAT PENTING!!!:

• TIDAK ADA UMRAH sesudah UMRAH/HAJI (dalam 1 waktu perjalanan)

• UMRAH berkali-kali merupakan BID’AH DHALAALAH

• Nabi SAW dan para shahabat mencontohkan adalah THAWAF SUNAT

• Pahala 7 kali thawaf = memerdekakan 1 orang budak (At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim dll)

Page 18: Manasik haji dan umrah

18

3. Perintah untuk melaksanakan haji tamattu’

Dari Jabir bin Abdullah radiyaLlahu ‘anhu berkata:

“Kami telah berihram untuk melaksanakan haji bersama RasuluLlah saw, tatkala tiba di Makkah beliau memerintahkan kami untuk bertahallul dan kami jadikan (haji) itu sebagai umrah. Maka hal itu terasa berat oleh kami dan menjadi sempit dada-dada kami. Maka berita (tentang perihal kami) itu sampai kepada Nabi saw, lalu kami tidak mengetahui (dengan pasti) apakah telah sampai sesuatu (wahyu) dari langit kepada beliau, ataukah sesuatu yang diberitakan oleh manusia, lalu beliaupun bersabda: ‘Wahai sekalian manusia, bertahalullah kamu, seandainya bukan karena binatang hadyu yang ada bersamaku, niscaya aku akan melakukan seperti apa yang kalian lakukan.’ Jabir berkata (melanjutkan ceritanya): ‘Maka kamipun bertahallul hingga kami mengumpuli isteri-isteri (kami), dan kami lakukan apa saja yang dilakukan oleh orang yang tidak dalam keadaan ihram hingga (datangnya) hari tarwiyah (8 Dzulhijjah), dan ketika kami akan meninggalkan kota Makkah (menuju Mina), kamipun berihram untuk haji’.

(HR. Muslim No. 2936 dan al-Bukhari No.1568. Lihat Al-Adillatur Radhiyah hal. 146)

Page 19: Manasik haji dan umrah

19

4. Mengenal Miqat

1. Miqat zamani

Yaitu ketentuan waktu, yang mana pelaksanaan haji tidak sah, kecuali pada waktu-waktu tersebut.

Bulan-bulan haji adalah:• Syawwal,• Dzulqa’idah, dan• sepuluh hari pertama Dzulhijjah

1. Miqat makani

Yaitu tempat-tempat (tertentu) dimana seseorang yang akan melaksanakan haji atau umrah memulai berihram darinya.

Miqat tersebut adalah:6. Dzul Hulaifah (Bir ‘Ali), miqat penduduk

Madinah7. Juhfah, miqat penduduk Syam8. Qarnul Manazil, miqat penduduk Nejd9. Yalamlam, miqat penduduk Yaman, dan10.Dzatu ‘Irqin, miqat penduduk Irak

Catatan Penting:

Barangsiapa ingin memasuki kota Makkah untuk tujuan beribadah haji dan umrah, maka tidak diperkenankan melewati miqat-miqat makani tersebut, kecuali setelah berihram

Page 20: Manasik haji dan umrah

20

Miqat Jama’ah haji Indonesia (2 gelombang)

1. Jama’ah haji Gelombang I (pertama)

Yaitu jama’ah haji yang langsung menuju ke Madinah (8-9 hari) sebelum ke Makkah untuk melaksanakan umrah haji.

Untuk jama’ah haji gelombang I (pertama), maka miqat mereka adalah miqatnya penduduk Madinah, yaitu di Dzul Hulaifah (Bir ‘Ali). Dari tempat inilah dimulainya ihram untuk umrah haji, dengan mengucapkan:

لبيكاللهمعمرة

1. Jama’ah haji Gelombang II (kedua)

Yaitu jama’ah haji yang langsung menuju ke Makkah untuk melaksanakan umrah haji, dengan mendarat di bandara “Malik Faishal” di Jeddah.

Untuk jama’ah haji gelombang II (kedua), maka miqat mereka adalah di atas pesawat yang akan melewati batas miqat. Jama’ah harus berihram di atas pesawat dengan bantuan awak pesawat. Biasanya diumumkan sekitar 1 jam sebelum sampai ke miqat. Dari miqat inilah dimulainya ihram untuk umrah haji, dengan mengucapkan:

لبيكاللهمعمرةCatatan Penting:

Jeddah bukanlah tempat ihram bagi jama’ah haji Indonesia. Jika ada yang melakukan ini, maka wajib membayar dam (menyembelih 1 ekor kambing di tanah haram).

Page 21: Manasik haji dan umrah

21Miqat

Page 22: Manasik haji dan umrah

22

5. Hukum berihram sebelum tiba di Miqat

Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Badawi hafidzahuLlah berkata: “Dimakruhkan (dibenci) berihram sebelum tiba di miqat; dan setiap hadits yang diriwayatkan mengenai anjuran untuk berihram sebelum tiba di miqat adalah hadits-hadits yang tidak shahih (dha’if).

Selanjutnya beliau menuturkan: “Alangkah indahnya perkataan Imam Malik (bin Anas) rahimahuLlah kepada seseorang yang ingin berihram sebelum tiba di Dzul Hulaifah (Bir ‘Ali), beliau mengatakan: ‘Janganlah engkau lakukan itu! Karena aku khawatir engkau akan terfitnah’. Orang itu bertanya: ‘Fitnah apakah dalam perbuatanku ini?’ Beliau menjawab: ‘Fitnah apakah yang lebih besar dari pandanganmu bahwasanya engkau telah mendahului mengerjakan sesuatu keutamaan yang tidak dilakukan oleh RasuluLlah shallaLlahu ‘alayhi wa sallam? Sesungguhnya aku mendengar Allah Ta’ala berfirman: “Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul, takut akan ditimpa cobaan atau adzab yang pedih (QS. An-Nuur: 63)”.

(Lihat kitab al-Wajiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz hal. 239)

Page 23: Manasik haji dan umrah

23

6. Kemudahan-kemudahan dalam haji• Mandi meskipun bukan karena junub, walaupun

dengan menggosok kepala, berdasarkan hadits Nabi ShallaLahu ‘alayhi wa sallam dalam Shahihain (Bukhari-Muslim) dan kitab hadits lainnya, dari hadits Ayub ra.

• Menggaruk kepala meskipun menyebabkan menyebabkan beberapa helai rambut rontok, berdasarkan hadits Ayub ra yang telah disebutkan tadi, demikian pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahuLlah.

• Berbekam meski harus mencukur rambut pada bagian yang dibekam, karena Nabi ShallaLahu ‘alayhi wa sallam sendiri pernah membekam bagian tengah kepala beliau, sedangkan beliau dalam keadaan ihram, dan tidak mungkin hal itu bisa dilakukan kecuali dengan mencukur sebagian rambut. Demikian juga pendapat Ibnu Taimiyah.

• Menghirup wewangian, memotong kuku jika pecah. Berdasarkan beberapa atsar shahabat.

• Berteduh di kemah atau kain yang ditinggikan, berdasarkan contoh dari Nabi ShallaLahu ‘alayhi wa sallam. Yang sejenisnya adalah berteduh dengan tandu du zaman dahulu, dengan payung penahan panas matahari, bahkan berteduh di dalam mobil pada zaman sekarang.

• Memakai ikat pinggang dan sabuk pada izar (kain ihram sebelah bawah), bahkan mengikatnya jika diperlukan, memakai cincin seperti disebutkan dalam beberapa riwayat, demikian pula halnya dengan mengenakan jam tangan, kacamata dan tas tempat uang yang digantungkan di leher.

Semua hal di atas termasuk kategori hal-hal yang didasari asas kemudahan, bahkan sebagian lagi didasarkan atas hadits-hadits marfu’, serta beberapa atsar mauquf.Allah Ta’ala berfirman: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah: 185)

Page 24: Manasik haji dan umrah

24

7. Keistimewaan tanah haram dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya

• Keutamaannya. Bahwa beribadah di tanah al-Haram lebih utama daripada beribadah di tempat lain, hal ini disepakati oleh para ulama’.

• Berlipat gandanya pahala amal shalih di tanah haram, sebagaimana berlipat gandanya pahala seseorang yang shalat di masjidil haram (100.000 kali pahala di masjid lain selain masjid nabawi). Pendapat ini adalah menurut sebagian ahli ilmu, dan pendapat inilah yang diunggulkan.

• Larangan keras untuk melakukan dosa di dalamnya. Allah Ta’ala berfirman: “Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara dzalim, niscaya Kami akan rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih” (QS. Al-Hajj: 25).

• Haramnya hewan hasil buruan di tanah haram, baik bagi sedang ihram ataupun yang tidak ihram.

• Larangan memotong pohon dan rumput yang hijau di tanah haram, kecuali idzkir. Para ulama mengecualikan bagi yang berduri, maka tidak haram, lalu diqiyaskan pula bagi hewan yang mengganggu, sehingga juga tidak haram dibunuh. Termasuk pengecualian yang dibudidayakan manusia, tidak haram.

• Larangan bagi orang kafir untuk memasukinya.

Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram” (QS. At-Taubah: 28)

Page 25: Manasik haji dan umrah

25

8. Seputar Ihram • Disunnahkan bagi yang hendak

melaksanakan haji atau umrah saja (ifrad) agar mandi untuk ihram. Bagi wanita, walaupun ia sedang haidh atau sedang nifas.

• Bagi laki-laki mengenakan pakaian apa saja yang tidak berjahit, yaitu yang sering dinamakan oleh para ahli fikih dengan “pakaian tanpa jahitan”, mengenakan izar dan rida’ (kain ihram sebelah atas) atau pakaian lainnya, sandal, dan setiap yang dikenakan di kaki untuk melindungi kedua belah telapak kaki asal tidak menutupi kedua tumit.

• Tidak boleh memakai peci, sorban dan benda sejenis yang menutup kepala secara langsung. Hukum ini berlaku bagi laki-laki.

Sedangkan bagi wanita tidak diperbolehkan menanggalkan sedikitpun dari pakaian yang sesuai syar’i, selain penutup wajahnya seperti niqab, burqu’, listam, atau sapu tangan, juga sarung tangan, kesemuanya memang tidak boleh dikenakan dalam ihram.

Bagi wanita diperbolehkan menutup wajahnya dengan sesuatu seperti kerudung atau jilbab, yakni dengan cara mengulurkannya dari kepala hingga menutupi wajahnya, meskipun menyentuh kulit wajah. Itulah pendapat yang shahih, tetapi tidak boleh mengikatkannya. Demikian menurut pendapat Ibnu Taimiyah.

• Ia harus mengenakan pakaian ihram sebelum miqat walaupun di rumahnya, sebagaimana yang dikerjakan RasuluLlah shallaLahu ‘alayhi wa sallam dan para sahabatnya. Hal ini memudahkan bagi jama’ah yang menggunakan pesawat terbang.

• Hendaknya memakai minyak dan wewangian di bagian tubuh dengan menggunakan parfum apapun yang tidak berwarna, terkecuali bagi wanita (dilarang). Semua itu dilakukan sebelum berniat ihram di miqat, sedangkan setelah itu diharamkan.

• Bagi yang miqatnya di Dzul Hulaifah (Bir ‘Ali) maka disunnahkan shalat 2 raka’at di Wadil ‘Aqiq.

Page 26: Manasik haji dan umrah

26

9. Larangan Bagi Yang Sedang Ihram

• Menghilangkan rambut kepala dan seluruh jasad, baik dengan dicukur atau lainnya. • Menggunting kuku. • Memakai wangi-wangian. • Membunuh binatang buruan (darat, adapun binatang laut maka dibolehkan). • Mengenakan pakaian berjahit (bagi laki-laki dan tidak mengapa bagi wanita). Pakaian berjahit adalah

pakaian yang membentuk badan, seperti baju, kaos, celana pendek, gamis, celana panjang, kaos tangan dan kaos kaki. Adapun sesuatu yang ada jahitannya tetapi tidak membentuk badan maka hal itu tidak membahayakan muhrim (orang yang sedang ihram), seperti sabuk, jam tangan, sepatu yang ada jahitannya dsb.

• Menutupi kepala atau wajah dengan sesuatu yang menempel (bagi laki-laki), seperti peci, penutup kepala, surban, topi dan yang sejenisnya. Tetapi dibolehkan berteduh di bawah payung, di dalam kemah dan mobil. Juga dibolehkan membawa barang di atas kepala jika tidak dimaksudkan untuk menutupinya.

• Memakai tutup muka dan kaos tangan (bagi wanita). Tetapi jika di depan laki-laki asing (bukan mahram) maka ia wajib menutupi wajah dan kedua tangannya, namun dengan selain tutup muka (cadar), misalnya dengan menurunkan kerudung ke wajah dan memasukkan tangan ke dalam baju kurung.

• Melangsungkan pernikahan. • Bersetubuh. • Bercumbu (bermesraan) dengan syahwat. • Mengeluarkan mani dengan onani atau bercumbu

Page 27: Manasik haji dan umrah

27

10. Perjalanan dari Miqat ke Makkah

1. Hendaknya disepanjang perjalanan mengucapkan talbiyah dengan suara yang keras bagi laki-laki dan tidak dilakukan secara berjama’ah, yaitu mengucapkan:

6. Jika sampai di Masjidil Haram Makkah, dan melihat rumah-rumah Makkah menghentikan talbiyah untuk melakukan hal-hal berikut:

1. Mandi sebelum memasuki kota Makkah (jika memungkinkan), atau melakukannya dipondokan/penginapan.

2. Hendaknya memasuki Masjidil Haram dari arah atas, yaitu dari pintu Bani Syaibah, karena pintu ini jalan terdekat menuju Hajar Aswad.

3. Diperbolehkan memasuki Masjidil Haram dari pintu manapun.4. Jika memasuki Masjidil Haram, maka dahulukan kaki kanan dengan mengucapkan:

10. Atau membaca do’a-do’a yang mudah, antara lain: Allahumma anta salam, wa minka salam, fahayyina rabbanaa bissalaam.

Page 28: Manasik haji dan umrah

28

Page 29: Manasik haji dan umrah

29

11. Tata Cara Umrah (1) – Thawaf• Ketika memasuki Masjidil Haram hendaknya menghadap ke Ka’bah dan segera menuju Hajar Aswad

dan menatapnya dengan sungguh-sungguh untuk memulai thawaf dari tempat tersebut, kemudian bertakbir (Allahu Akbar), dan sebelumnya membaca bismillah.

• Lalu usaplah hajar aswad itu dengan tangan kananmu kemudian ciumlah. Jika Anda tidak mampu menciumnya maka usaplah hajar aswad itu dengan tanganmu atau dengan lainnya, lalu ciumlah sesuatu yang dengannya Anda mengusap hajar aswad. Jika Anda tidak mampu melakukannya, maka jangan mendesak orang-orang (untuk mencapainya), tetapi berilah isyarat kepada hajar aswad dengan tanganmu sekali isyarat (dan jangan Anda cium tanganmu). Lakukan hal itu dalam memulai setiap putaran thawaf.

• Berthawaflah tujuh kali putaran dengan menjadikan Ka'bah di sebelah kirimu. Lakukan raml (jalan cepat dengan memendekkan langkah) pada tiga putaran pertama dan berjalanlah (biasa) pada putaran berikut-nya. Dalam semua putaran thawaf tersebut lakukanlah idhthiba' (meletakkan pertengahan kain selendang di bawah pundak kanan, dan kedua ujungnya di atas pundak kiri). Raml dan idhthiba' tersebut khusus bagi laki-laki dan hanya dilakukan pada thawaf yang pertama. Atau thawaf umrah bagi orang yang mengerjakan haji tamattu' dan thawaf qudum bagi orang yang melakukan haji qiran dan ifrad.

• Jika Anda telah sampai ke Rukun Yamani maka usaplah dengan tanganmu jika hal itu memungkinkan-, tetapi jangan menciumnya. Jika tidak bisa mengusapnya maka jangan memberi isyarat kepadanya. Dan disunnahkan ketika Anda berada di antara Rukun Yamani dan hajar aswad membaca do'a:

Page 30: Manasik haji dan umrah

30

11. Tata Cara Umrah (2) – ThawafCatatan:• Dalam thawaf, tidak ada do'a-do'a khusus dari tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selain do'a di

atas, tetapi memang disunnahkan memperbanyak dzikir dan do'a ketika thawaf (do'a apa saja yang dikehendaki, pen.). Jika Anda membaca ayat-ayat Al-Qur'an ketika thawaf, maka itu adalah baik.

Peringatan: • Bersuci adalah syarat sahnya thawaf. Jika wudhu Anda batal di tengah-tengah melakukan thawaf,

maka keluar dan berwudhulah, lalu ulangilah thawaf Anda dari awal. • Jika di tengah-tengah Anda melakukan thawaf didirikan shalat, atau Anda mengikuti shalat jenazah,

maka shalatlah bersama mereka lalu sempurnakanlah thawaf Anda dari tempat mana Anda berhenti. Jangan lupa menutupi kedua pundak Anda, sebab menutupi keduanya dalam shalat adalah wajib.

• Jika Anda perlu duduk sebentar, atau minum air atau berpindah dari lantai bawah ke lantai atas atau sebaliknya di tengah-tengah thawaf, maka hal itu tidak mengapa.

• Jika Anda ragu-ragu tentang bilangan putaran, maka pakailah bilangan yang Anda yakini; yaitu yang lebih sedikit. Jika Anda ragu-ragu apakah Anda telah melakukan thawaf tiga atau empat kali maka tetapkan-lah tiga kali, tetapi jika Anda lebih mengira bilangan tertentu maka tetapkanlah bilangan tersebut.

• Sebagian Haji melakukan idhthiba' sejak awal memakai pakaian ihram dan tetap seperti itu dalam seluruh manasik haji. Ini adalah keliru. Yang disyari'atkan adalah hendaknya ia menutupi kedua pundaknya, dan tidak melakukan idhthiba' kecuali ketika thawaf yang pertama, sebagaimana telah disinggung di muka.

Page 31: Manasik haji dan umrah

31

11. Tata Cara Umrah (3) – Thawaf1. Hendaknya anda melakukan iltizam (berdiri tegak2. antara rukun hajar aswad dan pintu Ka’bah), mengarahkan dada, wajah dan kedua bahu padanya (jika

hal ini memungkinkan untuk dilakukan).

• Jika Anda selesai dari putaran ketujuh, saat mendekati hajar aswad, tutuplah pundakmu yang kanan, kemudian pergilah menuju maqam Ibrahim, jika hal itu memungkinkan, lalu ucapkanlah firman Allah:

"Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat." (Al-Baqarah: 125).

Jadikanlah posisi maqam itu antara dirimu dengan Ka'bah, jika memungkinkan, lalu shalatlah dua rakaat. Pada raka'at pertama Anda membaca, setelah Al-Fatihah- surat Al-Kafirun dan pada raka'at kedua surat Al-Ikhlash .

Peringatan: • Shalat dua raka'at thawaf hukumnya sunnah dikerjakan di belakang maqam Ibrahim, tetapi

melakukannya di tempat mana saja dari Masjidil Haram juga dibolehkan. • Termasuk kesalahan yang dilakukan oleh sebagian jamaah haji adalah shalat di belakang maqam

Ibrahim pada saat orang penuh sesak, sehingga dengan demikian menyakiti orang lain yang sedang thawaf. Yang benar, hendaknya ia mundur ke belakang sehingga jauh dari orang-orang yang thawaf, dan hendaknya ia menjadikan posisi maqam Ibrahim antara dirinya dengan Ka'bah, atau bahkan boleh melakukan shalat di mana saja di Masjidil Haram.

Page 32: Manasik haji dan umrah

32

Page 33: Manasik haji dan umrah

33

Suasana Ka’bah di luar musim haji

Page 34: Manasik haji dan umrah

34

Page 35: Manasik haji dan umrah

35

Page 36: Manasik haji dan umrah

36

Page 37: Manasik haji dan umrah

37

Page 38: Manasik haji dan umrah

38

Suasana thawaf di waktu malam

Page 39: Manasik haji dan umrah

39

12

34

5

6

7

8

9

10

Daerah untuk memulai thawaf

1. Hajar Aswad (batu hitam)

2. Multazam

3. Pintu Ka’bah

4. Maqam Ibrahim (pijakan)

5. Hijir

6. Talang air (dari emas)

7. Rukn Hajar Aswad

8. Rukn Iraqy

9. Rukn Syamy

10.Rukn Yamany

Page 40: Manasik haji dan umrah

40

Page 41: Manasik haji dan umrah

41

Hajar aswad

Daerah untuk memulai thawaf

Rukn Hajar aswad

Rukn Yamany

Rukn Syamy

Talang air (dari emas)

Rukn Iraqy

Hijir

Tempat shalat sunat mutlak (2 rakaat)

Multazam (antara pintu dan hajar aswad)

Page 42: Manasik haji dan umrah

42

Hajar aswad (batu hitam):

Batu dari surga yang telah dihilangkan cahayanya

Berwarna hitam karena dosa anak cucu Adam a.s.

Page 43: Manasik haji dan umrah

43

Page 44: Manasik haji dan umrah

44

Suasana di depan pintu Ka’bah:

- Tempat yang mustajabah untuk berdo’a adalah MULTAZAM [antara pintu Ka’bah dan Hajar aswad]

MULTAZAM

Page 45: Manasik haji dan umrah

45

Pintu Ka’bah

Page 46: Manasik haji dan umrah

46

Shalat sunat 2 raka’at di

belakang maqam Ibrahim setiap selesai thawaf

(thawaf wajib atau sunat)

Page 47: Manasik haji dan umrah

47

ShafaMarwah

405 m

Bathnul wadhi (perut lembah), ditandai dengan 2 lampu hijau

Skema Jalur Sa’i

Page 48: Manasik haji dan umrah

48

11. Tata Cara Umrah (4) – Sa’i• Selanjutnya pergilah ke zam-zam dan minumlah airnya. Lalu berdo'alah kepada Allah dan tuangkan air

zam-zam di atas kepalamu. Jika memungkinkan, pergilah ke hajar aswad dan usaplah.

• Lalu pergilah menuju Shafa, dan ketika telah dekat bacalah firman Allah Ta'ala:

"Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi'ar Allah." (Al-Baqarah: 158). Kemudian ucapkanlah:

"Kami memulai dengan apa yang dengannya Allah memulai."

9. Kemudian naiklah ke (bukit) Shafa dan menghadaplah ke Ka'bah lalu bertakbirlah tiga kali dan ucapkan:

"Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah semata, tiada sekutu bagiNya, hanya bagiNya segala kerajaan dan hanya bagiNya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada sesembahan yang haq melainkan Dia, tiada sekutu bagiNya, yang menepati janjiNya, yang memenangkan hambaNya dan yang menghancurkan golongan-golongan (kafir) dengan tanpa dibantu siapa pun."

16. Ulangilah dzikir tersebut sebanyak tiga kali dan berdo'alah pada tiap-tiap selesai membacanya dengan do'a-do'a yang Anda kehendaki.

Page 49: Manasik haji dan umrah

49

11. Tata Cara Umrah (5) – Sa’i• Kemudian turunlah untuk melakukan sa'i antara Shafa dan Marwah. Bila Anda berada di antara dua

tanda hijau, lakukanlah sa'i dengan berlari kecil (khusus untuk laki-laki dan tidak bagi wanita). Jika Anda telah sampai di Marwah, naiklah ke atasnya dan menghadaplah ke Ka'bah, kemudian ucapkan sebagaimana yang Anda ucapkan di Shafa. Demikian hendaknya yang Anda lakukan pada putaran berikutnya. Pergi (dari Shafa ke Marwah) dihitung satu kali putaran dan kembali (dari Marwah ke Shafa) juga dihitung satu kali putaran hingga sempurna menjadi tujuh kali putaran. Karena itu, putaran sa'i yang ke tujuh berakhir di Marwah. Tidak ada dzikir (do'a) khusus untuk sa'i, karena itu perbanyaklah dzikir dan do'a serta membaca Al-Qur'an.

Peringatan:

Ada dua bid'ah saat thawaf dan sa'i yang tersebar di sebagian orang: • Terpaku dengan do'a-do'a tertentu pada setiap putaran, sebagaimana ditemukan dalam buku-buku kecil. • Jama'ah haji berdo'a bersama-sama dengan dikomando oleh seorang pemimpin (rombongan) dengan

koor (satu suara) dan keras.

Para Haji hendaknya mewaspadai kedua bid'ah di atas, sebab tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, juga tidak dari salah seorang sahabatnya. Ulangilah dzikir tersebut sebanyak tiga kali dan berdo'alah pada tiap-tiap selesai membacanya dengan do'a-do'a yang Anda kehendaki.

Page 50: Manasik haji dan umrah

50

11. Tata Cara Umrah (6) – Sa’i (tahallul)1. Jika selesai mengerjakan sa'i cukurlah rambut Anda (sampai bersih) atau pendekkanlah. Bagi orang

yang menunaikan umrah, mencukur (gundul) rambut adalah lebih utama, kecuali jika waktu haji sudah dekat, maka memendekkan rambut lebih utama, sehingga mencukur (gundul) rambut dilakukan pada waktu haji. Dan tidak cukup memendekkan rambut hanya beberapa helai pada bagian depan kepala dan belakangnya sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian jama'ah Haji, tetapi hendaknya memendekkan tersebut dilakukan pada seluruh rambut atau pada sebagian besarnya. Adapun bagi wanita, maka hendaknya ia mengumpulkan rambutnya dan mengambil daripadanya kira-kira seujung jari. Jika rambutnya keriting (tidak sama panjang ujungnya) maka harus diambil dari tiap-tiap kepangan (genggaman).

Jika hal di atas telah Anda lakukan, berarti Anda telah menyelesaikan umrah, dan halallah apa yang diharamkan bagi anda sewaktu ihram dan tetap halal hingga hari tarwiyah. Dan segala puji adalah milik Allah semata.

Peringatan: • Termasuk kesalahan yang dilakukan oleh sebagian jama'ah Haji adalah mengulang-ulang umrah ketika

sampai di Makkah. Yang demikian itu bukanlah tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, juga bukan tuntunan para sahabatnya. Seandainya pun di dalamnya ada keutamaan, tentu mereka telah melakukannya mendahului kita.

Page 51: Manasik haji dan umrah

51

Catatan PENTING:

• Memotong rambut (pendek atau gundul) harus dilakukan secara merata pada seluruh rambut, bukan memotong sebagian atau beberapa helai rambut.

• Bagi haji tamattu’ (khusus laki-laki), disunahkan untuk memotong pendek (bukan gundul) untuk tahallul umrah.

• Sesama jama’ah haji boleh saling mencukur untuk ber-tahallul

MEMOTONG RAMBUT UNTUK BER-TAHALLUL

Page 52: Manasik haji dan umrah

52

Marwah

Shafa

Page 53: Manasik haji dan umrah

53

ShafaMarwah

Page 54: Manasik haji dan umrah

54

ShafaMarwah

Page 55: Manasik haji dan umrah

55

Shafa

Marwah

Page 56: Manasik haji dan umrah

56

Bukit Shafa (tempat memulai sa’i)

Page 57: Manasik haji dan umrah

57

Tempat Sa’i di lantai 2

[Bathni wadii (perut lembah) berada antara 2 lampu neon hijau]

Lampu neon 2

Lampu neon 1

Page 58: Manasik haji dan umrah

58

Page 59: Manasik haji dan umrah

59

Suasana sa’i:

Dimulai dari shafa, berakhir di marwah (s-m-s-m-s-m-s-m)

Memakai jalur kanan

Jalur tengah untuk kursi roda

[Khusus laki-laki – sunat] berlari kecil antara bathni wadii (2 lampu hijau)

Page 60: Manasik haji dan umrah

60

Page 61: Manasik haji dan umrah

61

Bukit Marwah (tempat berakhir sa’i)

Page 62: Manasik haji dan umrah

62

12. Rukun & Wajib Umrah dan Haji

Umrah:

Rukun:4. Ihram5. Thawaf6. Sa’i (antara Shafa dan Marwah)

Wajib:9. Memulai ihram dari miqat (di luar al Haram)10.Menggundul atau memendekkan rambut

(tahallul)

Haji:

Rukun:4. Ihram5. Thawaf ifadhah6. Wukuf di Arafah7. Sa’i (antara Shafa dan Marwah)

Wajib:10.Memulai ihram dari miqat11.Wukuf di Arafah hingga terbenam matahari, bagi

yang mulai wukuf siang hari12.Bermalam di Muzdalifah hingga fajar, langit telah

tampak kuning, kecuali orang-orang yang lemah dan wanita hanya sampai pertengahan malam

13.Bermalam di mina pada hari-hari tasyrik14.Melempar jumrah aqabah pada hari-hari tasyrik15.Menggundul atau memendekkan rambut

(tahallul)16.Thawaf wada’ (perpisahan)

Page 63: Manasik haji dan umrah

63

PETA PERJALANAN HAJI1. Wajib Ihram

2. Thawaf Pembukaan

3. Mina (mabit)

4. Arafah (wukuf)

5. Muzdalifah (mabit)

6. Mina (Jumrah-Qurban)

7. Thawaf Penutupan

Makkah

Mina

Muzdalifah Arafa

h

1

2

3

4

5

6

7

Page 64: Manasik haji dan umrah

64

13. Berihram pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah)

• Hari tarwiyah adalah hari kedelapan dari bulan Dzul Hijjah. Disebut demikian karena pada hari itu orang-orang mengenyangkan diri dengan minum air untuk (persiapan ibadah) selanjutnya.

Pekerjaan-pekerjaan pada hari tarwiyah: • Disunnahkan bagi orang yang menunaikan haji tamattu' untuk melakukan ihram haji pada hari tersebut,

yakni dari tempat di mana ia singgah. Maka, hendaknya ia mandi dan mengusapkan wewangian di tubuhnya, tidak mengenakan kain yang berjahit, dan ia ihram dengan selendang (rida’), kain dan sandal.

• Adapun bagi wanita, maka hendaknya ia mandi dan menggunakan pakaian apa saja yang dikehendakinya dengan syarat tidak menampakkan perhiasannya, tidak memakai penutup muka, juga tidak memakai kaos tangan.

• Selanjutnya Anda mengucapkan: (Aku penuhi panggilanMu untuk menunaikan ibadah haji).

Jika ditakutkan ada halangan maka Anda disunnahkan memberi syarat dengan mengucapkan:

"Jika aku terhalang oleh suatu halangan maka tempat (tahallul)ku adalah di mana Engkau menahanku."

• Selanjutnya ucapkanlah talbiyah:

Page 65: Manasik haji dan umrah

65

13. Berihram pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah)

"Aku penuhi panggilanMu ya Allah, aku penuhi panggilanMu, aku penuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagiMu, aku penuhi panggilanMu. Sesungguh-nya segala puji, kenikmatan dan kerajaan adalah milikMu, tidak ada sekutu bagiMu.“

Demikian Anda terus mengumandangkan talbiyah dengan mengeraskan suara, sampai Anda melempar jumrah aqabah pada hari Nahar (kurban).

• Pada malam ini Anda disunnahkan bermalam di Mina.

• Dan di Mina, Anda disunnahkan menunaikan shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya' dan Shubuh pada hari Arafah, semuanya dilakukan dengan qashar, tanpa jama'.

• Setiap Haji hendaknya memanfaatkan waktu-waktu luangnya untuk sesuatu yang bermanfaat. Seperti mendengarkan ceramah agama, membaca Al-Qur'an, membaca buku tentang manasik haji dsb.

Page 66: Manasik haji dan umrah

66

13. Hari Arafah (9 Dzulhijjah)• Jika matahari terbit pada hari Arafah (hari kesembilan dari bulan Dzul Hijjah), maka setiap Haji

berangkat dari Mina ke Arafah, seraya mengumandang-kan talbiyah atau takbir. Hal itu sebagaimana telah dilakukan oleh para sahabat, sedang mereka bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam; ada yang mengumandangkan talbiyah dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengingkarinya, ada yang bertakbir dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga tidak mengingkarinya.

• Jika matahari telah tergelincir, maka ia shalat Zhuhur dan Ashar secara jama' qashar dengan satu adzan dan dua iqamat. Sebelum shalat, imam menyampaikan khutbah yang materinya sesuai dengan keadaan (ibadah haji, pen.).

• Setelah shalat, setiap Haji menyibukkan diri dengan dzikir, do'a dan merendahkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Sebaiknya berdo'a dengan mengangkat kedua tangan dan menghadap kiblat hingga terbenamnya matahari. Demikian seperti yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

• Karena itu, setiap Haji hendaknya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang agung ini. Hendaknya ia mengulang-ulang serta memperbanyak do'a, juga hendaknya ia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sejujur-jujurnya.

• Para Haji, di bawah ini beberapa nash yang menunjukkan keutamaan hari Arafah: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Haji adalah Arafah." (HR. Ahmad dan para penulis kitab Sunan, shahih).

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Tidak ada hari yang ketika itu Allah lebih banyak membebaskan hamba dari (siksa) Neraka selain hari Arafah. Dan sungguh ia telah dekat, kemudian Allah membanggakan mereka di hadapan para malaikat, seraya berfirman, 'Apa yang mereka kehendaki?'" (HR. Muslim).

Page 67: Manasik haji dan umrah

67

13. Hari Arafah (9 Dzulhijjah)

• Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Yang paling utama aku ucapkan, juga yang diucapkan oleh para nabi pada sore hari Arafah adalah, 'Tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan dan segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu'." (HR. Malik dan lainnya, shahih).

Peringatan: • Hendaknya setiap Haji yakin bahwa dirinya benar-benar berada di wilayah Arafah. Batasan-

batasan Arafah itu dapat diketahui dengan spanduk-spanduk besar yang ada di sekeliling Arafah. • Masjid Namirah tidak semuanya berada di wilayah Arafah, tetapi sebagiannya berada di wilayah

Arafah (bagian belakang masjid), dan sebagian lain berada di luar Arafah (bagian depan masjid). • Sebagian orang mengira jika jabal (bukit) Arafah (biasa disebut jabal Rahmah, pen.) memiliki

keutamaan. Ini adalah tidak benar. • Sebagian Haji tergesa-gesa, sehingga keluar dari Arafah menuju Muzdalifah sebelum

tenggelamnya matahari. Ini adalah salah. Yang wajib adalah tinggal di Arafah hingga tenggelamnya matahari.

Page 68: Manasik haji dan umrah

68Arafah

Page 69: Manasik haji dan umrah

69

Lokasi Jama’ah haji

ASEAN

Page 70: Manasik haji dan umrah

70Arafah

Page 71: Manasik haji dan umrah

71Arafah

Page 72: Manasik haji dan umrah

72Arafah

Page 73: Manasik haji dan umrah

73Arafah

Page 74: Manasik haji dan umrah

74Arafah

Page 75: Manasik haji dan umrah

75Arafah

Page 76: Manasik haji dan umrah

76

13. Bermalam di Muzdalifah• Jika matahari telah tenggelam pada hari Arafah maka para Haji berduyun-duyun (meninggalkan)

Arafah menuju Muzdalifah dengan tenang, diam dan tidak berdesak-desakan. Jika telah sampai Muzdalifah ia shalat Maghrib dan Isya' secara jama' qashar dengan satu adzan dan dua iqamat. Diharamkan mengakhirkan shalat Isya' hingga lewat pertengahan malam, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:"Waktu Isya' adalah sampai pertengahan malam." (HR. Muslim). Jika ia takut akan lewatnya waktu, hendaknya ia shalat Maghrib dan Isya' di tempat mana saja, meskipun di Arafah.

• Lalu ia bermalam di Muzdalifah hingga terbit fajar. Kemudian ia shalat Shubuh di awal waktunya, lalu menuju Masy'aril Haram, yaitu bukit yang berada di Muzdalifah, jika hal itu memungkinkan baginya. Jika tidak, maka seluruh Muzdalifah adalah mauqif (tempat berhenti yang disyari'atkan). Di sana hendaknya ia menghadap kiblat dan memanjatkan pujian kepada Allah, bertakbir, mengesakan dan berdo'a kepadaNya. Jika pagi telah tampak sangat menguning, sebelum terbit matahari, para Haji berangkat menuju Mina dengan mengumandangkan talbiyah, demikian ia terus ber-talbiyah hingga sampai melempar jumrah aqabah.

• Adapun bagi orang-orang yang lemah dan para wanita maka mereka dibolehkan langsung menuju Mina pada akhir malam. Hal itu berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata:

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutusku ketika akhir waktu malam dari rombongan orang-orang (di Muzdalifah) dengan membawa perbekalan Nabiullah shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Muslim).

Dan adalah Asma' binti Abi Bakar radhiyallahu anhuma berangkat dari Muzdalifah setelah tenggelamnya bulan. Sedangkan tenggelamnya bulan adalah terjadi kira-kira setelah berlalunya dua pertiga malam.

Page 77: Manasik haji dan umrah

77

13. Bermalam di MuzdalifahPeringatan:

• Sebagian orang mempercayai bahwa batu-batu kerikil untuk melempar jumrah diambil dari sejak kedatangan mereka di Muzdalifah. Ini adalah kepercayaan yang salah dan tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Batu-batu kerikil itu boleh diambil dari tempat mana saja.

• Sebagian orang mengira bahwa pertengahan malam adalah pukul dua belas malam. Ini adalah keliru. Yang benar, pertengahan malam adalah separuh dari seluruh jam yang ada pada malam hari. Kalau dihitung secara matematika adalah sebagai berikut: (Keseluruhan jam yang ada pada malam hari : 2 + waktu tenggelamnya matahari = pertengahan malam). Jika matahari tenggelam pada pukul enam sore misalnya, sedangkan terbitnya fajar pada pukul lima pagi maka pertengahan malamnya adalah pukul sebelas lebih tiga puluh menit. (Keseluruhan jam yang ada pada malam hari, yakni 11 jam : 2 + waktu tenggelamnya matahari, yakni pukul 6 = 11,30 menit).

• Di antara penyimpangan yang menyedihkan pada malam tersebut adalah bahwa sebagian Hujjaj mendirikan shalat Shubuh sebelum tiba waktunya, padahal shalat itu tidak sah jika dilakukan sebelum masuk waktunya.

• Hendaknya setiap Haji meyakini benar bahwa ia berada di wilayah Muzdalifah. Hal itu bisa diketahui melalui spanduk-spanduk besar yang ada di sekeliling Muzdalifah.

Page 78: Manasik haji dan umrah

78Muzdalifah

Page 79: Manasik haji dan umrah

79Muzdalifah

Page 80: Manasik haji dan umrah

80Muzdalifah

Page 81: Manasik haji dan umrah

81Muzdalifah

Page 82: Manasik haji dan umrah

82

13. Hari Raya Kurban (10 Dzulhijjah) – Mina1. Beberapa amalan pada hari Raya Kurban adalah:

– Melempar jumrah aqabah. – Menyembelih hadyu (bagi orang yang melakukan haji tamattu' dan qiran). – Mencukur (gundul) rambut kepala atau memendekkannya, tetapi mencukur (gundul) adalah lebih

utama. – Thawaf ifadhah dan sa'i untuk haji.

Peringatan Penting: • Tertib di atas adalah sunnah, dan kalau tidak dikerjakan secara tertib juga tidak mengapa. Seperti

orang yang mendahulukan thawaf daripada mencukur rambut, atau mendahulukan mencukur rambut daripada melempar jumrah, atau mendahulukan sa'i daripada thawaf, atau lainnya.

• Melempar jumrah aqabah adalah dengan tujuh batu kerikil dengan secara berurutan. Ia mengangkat tangannya dan mengucapkan takbir setiap kali melempar batu kerikil. Disunnahkan ia menghadap ke jumrah dan menjadikan Makkah berada di sebelah kirinya dan Mina berada di sebelah kanannya.

• Waktu melempar jumrah aqabah bagi mereka yang kuat (fisiknya) adalah dimulai dari setelah terbitnya matahari. Hal itu berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhu ia berkata:

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendahulukan kami anak-anak Bani Abdul Muththalib pada malam Muzdalifah dengan mengendarai keledai, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menepuk paha-paha kami seraya bersabda: "Wahai anak-anakku, jangan kalian melempar jumrah sehingga matahari terbit." (HR. Abu Daud , Shahih Sunan Abi Daud).

Page 83: Manasik haji dan umrah

83

13. Hari Raya Kurban (10 Dzulhijjah) – MinaPeringatan Penting:

Adapun para wanita dan mereka yang lemah maka dibolehkan melempar sejak kedatangan mereka di Mina pada akhir malam. Hal itu berdasarkan hadits Asma' radhiyallahu anha, dari Abdullah pelayan Asma' dari Asma':

"Bahwasanya ia singgah pada malam perkumpulan di Muzdalifah, lalu ia berdiri menegakkan shalat, ia shalat sejenak kemudian bertanya, 'Wahai anakku, apakah bulan telah tenggelam?' 'Belum', jawabku. Ia lalu shalat sejenak kemudian bertanya, 'Apakah bulan telah tenggelam?' 'Sudah', jawabku. Ia berkata, 'Kalau begitu berangkatlah.' Maka kami berangkat dan pergi hingga ia melempar jumrah. Kemudian ia pulang dan shalat Shubuh di rumahnya. Maka kutanyakan padanya, 'Sungguh, kami tidak mengira kecuali bahwa kita telah melempar (jumrah) pada malam hari'. Ia menjawab, 'Wahai anakku, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkannya untuk kaum wanita'." (Muttafaq Alaih).

• Waktu melempar jumrah aqabah berlanjut hingga zawal(waktu tergelincirnya matahari dari pertengahan langit,dan itulah waktu permulaan shalat zhuhur). Dan dibolehkan melempar setelah zawal meskipun meskipun di malam hari, jika menemui kesulitan untuk melemparnya sebelum zawal.

• Jumrah aqabah, penampungan (batu kerikil)nya adalah separuh penampungan. Karena itu ia harus yakin bahwa batu-batu kerikilnya masuk ke dalam penampungan tsb., tetapi jika setelah itu tergelincir (keluar) maka tidak mengapa.

• Disunnahkan untuk segera menyembelih hadyu, mencukur rambut, thawaf dan sa'i, tetapi jika diakhirkan hingga setelah hari Raya Kurban maka tidak mengapa.

Page 84: Manasik haji dan umrah

84

13. Hari Raya Kurban (10 Dzulhijjah) – MinaPeringatan Penting:

• Menyembelih hadyu adalah wajib bagi yang melakukan haji tamattu' dan qiran. Adapun yang melakukan haji ifrad maka tidak wajib menyembelih hadyu . Orang yang tidak bisa menyembelih hadyu diwajibkan puasa tiga hari pada waktu haji dan tujuh hari ketika mereka pulang kepada keluarganya.Penyembelihan itu tidak harus dilakukan di Mina, tetapi boleh dilakukan di Makkah atau tanah suci lainnya (Madinah, pen.). Dibolehkan pula bagi tujuh orang untuk berserikat dalam satu ekor unta atau sapi. Disunnahkan untuk menyembelih sendiri dengan tangannya, tetapi jika diwakilkan kepada yang lain maka hal itu dibolehkan.

• Disunnahkan pula untuk menelentangkan hadyu (sapi atau kambing) pada sisi kirinya dan menghadapkannya ke kiblat, sedang telapak kaki (orang yang menyembelih) diletakkan di atas leher hewan tersebut. Adapun unta, maka disunnahkan ketika menyembelihnya dalam keadaan berdiri, tangan kirinya diikat serta dihadapkan ke kiblat.

• Ketika menyembelih, disyaratkan menyebut nama Allah, dan disunnahkan untuk menambahkannya dengan bacaan: "Dengan nama Allah, Allah Mahabesar, ya Allah, sesungguhnya ini adalah dariMu dan milikMu, ya Allah kabulkanlah (kurban) dari kami (ini)."

• Waktu penyembelihan masih terus berlangsung hingga tenggelamnya matahari dari akhir hari tasyriq, yaitu tanggal 13 Dzul Hijjah.

• Thawaf di Ka'bah adalah tujuh kali, sebagaimana thawaf ketika umrah, tetapi tidak dengan raml (jalan cepat) dan idhthiba' (menyelempangkan selen-dang). Lalu disunnahkan untuk melakukan shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim, jika hal itu memungkinkan. Jika tidak, maka boleh melakukan shalat di tempat mana saja dari Masjidil Haram.

Page 85: Manasik haji dan umrah

85

13. Hari Raya Kurban (10 Dzulhijjah) – MinaPeringatan Penting:

• Sa'i antara Shafa dan Marwah adalah tujuh putaran, tata caranya sebagaimana yang ada pada sa'i untuk umrah. Adapun orang yang melakukan haji qiran dan ifrad maka cukup baginya sa'i yang pertama, jika mereka telah melakukan sa'i pada thawaf qudum.

• Mencukur harus mengenai semua rambut. Adapun bagi wanita, maka ia cukup menghimpun semua rambutnya lalu memotong ujungnya kira-kira seujung jari. Jika ujung rambutnya tidak sama pan-jangnya maka bisa dipotong dari setiap kepangan (genggaman) rambut.

• Jika seorang Haji telah melempar jumrah aqabah dan mencukur atau menggunting rambut maka ia telah tahallul awal. Artinya, boleh baginya melakukan segala sesuatu dari yang dilarang ketika ihram kecuali masalah wanita. Dan disunnahkan baginya untuk membersihkan diri dan memakai wangi-wangian sebelum thawaf.

Kemudian, jika ia telah melempar, mencukur atau menggunting rambut, thawaf dan sa'i berarti ia telah tahallul tsani , yang dengan demikian dihalalkan baginya segala sesuatu hingga masalah wanita (hubungan suami isteri).

Page 86: Manasik haji dan umrah

86

13. Hari-hari Tasyrik (11-12/13 Dzulhijjah) – Mina• Wajib bermalam di Mina pada malam-malam hari tasyriq, yakni malam ke-11 dan ke-12 (bagi yang

terburu-buru) serta malam ke-13 (bagi yang meng-akhirkan/tetap tinggal).

• Wajib melempar jumrah pada hari-hari tasyriq, caranya adalah sebagai berikut:

• Setiap Haji melempar ketiga jumrah (ula, wustha, aqabah) pada setiap hari dari hari-hari tasyriq setelah tergelincirnya matahari (ba’da zawal-ba’da dzhuhur). Yakni dengan tujuh batu kerikil secara berurutan untuk masing-masing jumrah, dan hendaknya ia bertakbir setiap kali melempar. Dengan demikian jumlah batu kerikil yang wajib ia lemparkan setiap harinya adalah 21 batu kerikil. (Ukuran batu kerikil tersebut lebih besar sedikit dari biji kacang himmash).

• Jama'ah haji memulai dengan melempar jumrah ula, yakni jumrah yang letaknya dekat masjid Al-Khaif, kemudian hendaknya ia maju ke sebelah kanan seraya berdiri dengan menghadap kiblat. Di sana hendaknya ia berdiri lama untuk berdo'a dengan mengangkat tangan. Lalu ia melempar jumrah wustha, kemudian mencari posisi di sebelah kiri dan berdiri menghadap kiblat. Di sana hendaknya ia berdiri lama untuk berdo'a seraya mengangkat tangan. Selanjutnya ia melempar jumrah aqabah dengan menghadap kepadanya serta menjadikan kota Makkah berada di sebelah kirinya dan Mina di sebelah kanannya. Di sana ia tidak berhenti (untuk berdo'a). Demikianlah, hal yang sama hendaknya ia lakukan pada tanggal 12 dan 13 Dzul Hijjah.

Page 87: Manasik haji dan umrah

87

13. Hari-hari Tasyrik (11-12/13 Dzulhijjah) – MinaPeringatan:

• Adalah salah, membasuh batu-batu kerikil (sebelum melemparkannya), sebab yang demikian itu tidak ada keterangannya dari Nabi SAW, juga tidak dari para sahabatnya.

• Yang menjadi ukuran (benarnya lemparan) adalah jatuhnya batu kerikil ke dalam penampungan, dan bukan melempar tiang yang ada di tengah-tengah penampungan (batu kerikil).

• Waktu melempar jumrah adalah dimulai dari sejak tergelincirnya matahari (ba’da zawal) hingga terbenamnya, tetapi tidak mengapa melemparnya hingga malam hari, jika hal itu memang diperlukan. Hal itu berdasar-kan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam :

"Penggembala melempar (jumrah) pada malam hari dan menggembala (ternaknya) di siang hari." (Hadits hasan, As-Silsilah Ash-Shahihah, 2477).

• Tidak boleh mewakilkan dalam melempar jumrah kecuali ketika dalam keadaan lemah (tak mampu) atau takut akan bahaya karena telah lanjut usia, sakit, masih kecil atau sejenisnya. Dan ketika mewakili, hendaknya ia melempar jumrah ula sebanyak tujuh kali untuk dirinya sendiri terlebih dahulu, lalu melemparkan untuk orang yang diwakilinya. Demikian pula hendaknya yang ia lakukan dalam jumrah wustha dan aqabah (jika mewakili orang lain).

Adapun sebagian orang pada saat ini yang dengan mudahnya mewakilkan melempar jumrah adalah hal keliru. Orang yang takut berdesak-desakan dengan laki-laki dan perempuan maka hendaknya ia pergi melempar pada saat-saat yang sepi, misalnya ketika malam hari.

Page 88: Manasik haji dan umrah

88

13. Hari-hari Tasyrik (11-12/13 Dzulhijjah) – MinaPeringatan:

• Hendaknya melempar ketiga jumrah tersebut secara tertib, yakni shughra kemudian wustha lalu aqabah.

• Sungguh keliru orang yang mencaci dan mencerca ketika melempar jumrah, atau melempar dengan sepatu, payung dan batu besar, serta kepercayaan sebagian orang bahwa setan diikat pada tiang yang ada di tengah penampungan batu kerikil.

• Bermalam yang wajib dilakukan di Mina adalah dengan tinggal di sana pada sebagian besar waktu malam. Misalnya, jika seluruh waktu malam adalah sebelas jam maka ia wajib tinggal di Mina lebih dari lima jam 30 menit.

• Diperbolehkan bagi orang yang tergesa-gesa untuk meninggalkan Mina pada tanggal 12 Dzul Hijjah, yakni setelah melempar jumrah dan hendaknya ia keluar dari Mina sebelum tenggelamnya matahari. Jika matahari telah tenggelam dan ia masih berada di Mina maka ia wajib bermalam dan melempar lagi keesokan harinya, kecuali jika ia telah bersiap-siap meninggalkan Mina lalu matahari tenggelam karena jalan macet atau sejenisnya maka ia dibolehkan tetap pergi dan hal itu tidak mengapa baginya.

• Ketika Anda hendak meninggalkan Makkah, Anda wajib melakukan thawaf wada' sebanyak tujuh kali putaran, setelahnya Anda disunnahkan shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim.

• Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak diwajibkan melakukan thawaf wada'.

Dengan demikian selesailah pekerjaan-pekerjaan haji. WalhamduliLlahi Rabbil ‘Aalamiin.

Page 89: Manasik haji dan umrah

89Mina

Page 90: Manasik haji dan umrah

90Jumrah

Page 91: Manasik haji dan umrah

91Jumrah

Page 92: Manasik haji dan umrah

92Mina

Page 93: Manasik haji dan umrah

93Jumrah

Page 94: Manasik haji dan umrah

94Jumrah

Page 95: Manasik haji dan umrah

95Jumrah

Page 96: Manasik haji dan umrah

96Jumrah

Page 97: Manasik haji dan umrah

97Jumrah

Page 98: Manasik haji dan umrah

98Jumrah

Page 99: Manasik haji dan umrah

99Mina

Page 100: Manasik haji dan umrah

100Mina

Page 101: Manasik haji dan umrah

101Mina

Page 102: Manasik haji dan umrah

102Mina

Page 103: Manasik haji dan umrah

103Mina

Page 104: Manasik haji dan umrah

104Mina

Page 105: Manasik haji dan umrah

105Mina

Page 106: Manasik haji dan umrah

106

Ringkasan Kegiatan 8-12/13 Dzulhijjah (1)TEMPAT TANGGAL KEGIATAN

Mekah 8 Dzulhijjah (pagi)

• Berangkat ke Mina

Mina 8 Dzulhijjah (siang - malam)

• Mabit atau menginap di Mina sebelum berangkat ke Arafah, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW.

• Shalat wajib di masing-masing waktunya dengan cara qashar (shalat dzuhur, ashar dan isya’ masing-masing 2 rakaat)

Mina - Arafah 9 Dzulhijjah (Pagi)

• Berangkat ke Arafah setelah matahari terbit [lebih utama pada waktu dhuha]

Arafah 9 Dzulhijjah (Siang -

sore)

• Berdo'a, zikir, tasbih, talbiyah sambil menunggu waktu wukuf (pada tengah hari).

• Shalat Dzuhur dan Ashar di jamak qashar (dzuhur 2 rakaat, Ashar 2 rakaat) dilaksanakan pada waktu dzuhur, dilanjutkan khutbah Arafah.

• Setelah shalat dan khutbah, laksanakan wukuf dengan berdo'a, zikir, talbiyah, istigfar terus menerus setengah hari sampai waktu Magrib.

Arafah - Muzdalifah

9 Dzulhijjah (sore-

malam)

• Setelah matahari terbenam segera berangkat ke Muzdalifah. Shalat Magrib dilaksanakan di Muzdalifah di jamak taqdim qashar dengan shalat Isya seperti yang dilakukan Rasulullah.

Muzdalifah 9 Dzulhijjah (malam)

• Shalat Magrib dan Isya dijamak ta'khir qashar. • Mabit (berhenti sejenak) di Muzdalifah, paling kurang sampai lewat tengah

malam, sambil mengumpulkan kerikil untuk melontar Jumrah. • Mengumpulkan minimal 7 butir batu kerikil untuk melontar "Jumrah Aqabah"

besok pagi [sebaiknya mengumpulkan total 72 butir batu kerikil untuk melontar jumrah selama di Mina]

• Setelah shalat subuh tanggal 10 Dzulhijjah berangkat ke Mina

Page 107: Manasik haji dan umrah

107

Ringkasan Kegiatan 8-12/13 Dzulhijjah (2)TEMPAT TANGGAL KEGIATAN

Mina 10 Zulhijah • Melontar Jumrah Aqabah 7 kali, wajib setelah matahari terbit• Bercukur, sebagai Tahallul awal [lebih utama cukur gundul]• Lanjutkan ke Mekah untuk melakukan tawaf ifadah dan Sa'i. Jika ini telah

dilakukan (melontar aqabah, cukur serta tawaf dan sa’i), maka sudah Tahallul Qubra/Tsani. [Catatan: Boleh mendahulukan satu dan lainnya, antara melontar, cukur dan tawaf ifadah]

• Harus sudah berada kembali di Mina sebelum Magrib. • Mabit di Mina, paling tidak sampai lewat tengah malam.

Mina 11 Zulhijah • Melontar Jumrah Ula, Wusta dan Aqabah masing - masing 7 kali, ba’da zawal (masuk waktu dzuhur)

• Mabit di Mina, paling tidak sejak sebelum Magrib sampai lewat tengah malam.

Mina 12 Zulhijah • Melontar Jumrah Ula, Wusta dan Aqabah masing - masing 7 kali, ba’da zawal (masuk waktu dzuhur)

• Bagi yang Nafar awal, kembali ke Mekah sebelum magrib, lanjutkan dengan tawaf ifadah dan Sa'i.

• Bagi yang Nafar Tsani, mabit di Mina.

Mina 13 Zulhijah • Bagi yang Nafar Tsani : • Melontar Jumrah Ula, Wusta dan Aqabah masing-masing 7 kali, ba’da zawal

(masuk waktu dzuhur)• Kembali ke Mekah

Mekah 13 Zulhijah (siang - malam)

• Tawaf ifadah dan Sa'i.• Ibadah Haji  selesai. [Catatan: Tinggal 1 kewajiban, yaitu tawaf wada’

menjelang keluar dari Mekah]

Page 108: Manasik haji dan umrah

108

Ringkasan Kegiatan 8-12/13 Dzulhijjah (3)

BEBERAPA CATATAN PENTING:• Tidah sah melontar jumratul aqabah

sebelum matahari terbit• Melontar jumrah pada hari tasyrik

(11-12/13 dzulhijjah) wajib dilakukan setelah zawal (matahari tergelincir masuk waktu dzuhur)

• Kerikil untuk melontar jumrah dapat diambil dari Mina atau lainnya

• Kerikil bekas lemparan orang lain yang keluar dapat digunakan untuk melontar dan lontarannya sah

• Melontar jumrah yang diwajibkan adalah masuknya batu lontaran, bukan mengenai tiang/tugu yang berada di tengah jumrah, serta dilakukan dengan gaya melempar

• Lakukan do’a dengan menghadap kiblat setiap selesai melontar jumrah ula, wustha dan aqabah [Tidak ada do’a-do’a khusus yang diajarkan Rasulullah untuk diucapkan setiap selesai melontar]

• Tidak sah menyembelih dam tamattu’ di luar hari nahr dan hari tasyrik (disembelih di luar tanggal 10, 11, 12 dan 13 dzulhijjah). Jika terlanjur melakukannya, wajib melakukan puasa 10 hari (3 hari di Mekah, dan 7 hari di tanah air)

• Talbiyah diucapkan sampai dengan dilakukannya tahallul awal (melontar jumratul aqabah dan cukur, atau tawaf ifadah dan cukur). Setelah itu, tidak ada talbiyah, tetapi mengucapkan takbir sebagaimana takbir Idul Fitri atau Idul Adha selama hari nahar dan hari tasyrik.

• Seluruh daerah Mina merupakan daerah untuk mabit, tidak ada pembedaan antara mina jadid (mina baru) dan mina qadim (mina lama).

• Khusus bagi yang melakukan nafar awal (kembali ke Mekah tanggal 12 dzulhijjah), wajib telah keluar dari Mina sebelum matahari terbenam. Terkecuali telah berada di atas kendaraan –misalnya macet– maka dapat tetap melanjutkan perjalanan keluar dari Mina.

• Selama di Mina melakukan shalat wajib di masing-masing waktunya dengan cara qashar [TIDAK di jama’]

Page 109: Manasik haji dan umrah

109

14. Bid’ah-bid’ah sebelum Ihram (1)1. Enggan bepergian pada bulan Safar, tidak mau memulai pekerjaan pada bulan ini seperti nikah,

berhubungan intim suami istri dan sebagainya.2. Tidak bepergian pada awal bulan, jika bulan berada sejajat dengan gugusan bintang scorpio.3. Tidak mau membersihkan dan menyapu rumah, selama pemilik rumah bepergian,4. Shalat 2 (dua) raka’at ketika keluar untuk haji, pada raka’at pertama setelah Al-Fatihah membaca (Qul

yaa ayyuhal kaafiruun) dan rakaat kedua (Al-Ikhlash), jika telah selesai membaca: Allahumma bika intasyartu, wa ilaika tawajjahtu … dst.“Ya Allah kepadaMu aku berangkat, dan kepadaMu aku menghadap …dst”Kemudian membaca ayat kursi, surat al-Ikhlash, Al-Falaq, An-Naas, atau surat-surat lainnya.

8. Shalat empat rakaat9. Calon haji jika keluar dari rumahnya membaca akhir surat Ali Imran, Ayat kursi, Al-Qadar, Al-Fatihah,

dengan anggapan bahwa surat-surat tersebut bisa memenuhi hajat di dunia dan akhirat.10. Membaca dzikir dengan suara keras dan bertakbir ketika mengantarkan jama’ah haji atau saat

meyambut mereka datang.11. Mengumandangkan adzan saat melepas kepergian jama’ah haji.12. Mengadakan sekedup dan perayaan dengan kain kiswah (pembungkus ka’bah).13. Di beberapa negara, masyarakat mengucapkan salam perpisahan kepada jama’ah haji dengan iringan

musik.14. Melakukan perjalanan haji seorang diri sebagai cinta kepada Allah Ta’ala, sebagaimana anggapan

sebagian orang shufi.

Page 110: Manasik haji dan umrah

110

14. Bid’ah-bid’ah sebelum Ihram (2)1. Bepergian tanpa bekal sebagai realisasi ajaran tawakkal (menurut anggapan mereka).2. Bepergian untuk ziarah ke kuburan nabi dan orang-orang shalih3. Seorang lelaki merekayasa akad nikah dengan wanita yang sudah bersuami yang ingin melakukan haji,

tapi tidak ada mahram. Akad ini dibuat supaya bisa berangkan bersamanya sebagai mahram.4. Mempersaudarakan wanita dengan lelaki ajnabi (bukan mahram), agar dianggap mahram baginya,

kemudian memperlakukannya sebagaimana layaknya seorang muhrim.5. Seorang wanita melakukan perjalanan haji bersama beberapa teman wanitanya yang bisa terpercaya –

menurut anggapan mereka- tanpa mahram. Kasus yang serupa apabila salah seorang wanita itu memiliki mahram, mereka beranggapan bahwa satu orang cukup sebagai mahram bagi semuanya.

6. Memungut biaya secara tidak sah dari para calon jama’ah haji yang ingin berangkat menunaikan ibadah haji.

7. Karena sebagai musafir, lalu shalat 2 raka’at setiap kali singgah di suatu tempat, lalu berdoa: Allahumma anzilny manzilan mubaarakan wa anta khairul munziliin.

8. Setiap kali singgah di suatu tempat membaca surat Al-Ikhlash 11 kali, ayat kursi 1 kali, dan ayat : Wamaa qadarullahha haqqa qadrihi (1 kali).

9. Memakan bawang dari hasil tanaman setiap daerah yang didatangi.10. Sengaja datang ke suatu tempat, mengharap pahala kebaikan dengan ziarah tempat tersebut,

sementara itu tidak dianjurkan oleh syari’at seperti tempat-tempat yang konon disana ada tapak Nabi SAW, Batu besar di Baitul maqdis, masjid kuno Quli di Damaskus, demikian pula tempat-tempat bersejarah dan orang-orang shalih.

11. Menghunus senjata saat tiba di tabuk

Page 111: Manasik haji dan umrah

111

15. Bid’ah-bid’ah dalam Ihram, Talbiyah & lainnya• Mengenakan sandal khusus dengan kriteria-kriteria tertentu yang sudah diperkenalkan dalam beberapa

kitab (rujukan mereka).• Ihram sebelum miqat• Idhthiba’ (menyelempangkan kain ihram dengan membuka bahu kanan dan menutup bahu kiri) ketika

ihram.• Melafazkan niat• Selama melakukan haji berdiam diri saja, tidak mau berbicara.• Jama’ah haji mengucapkan talbiyah secara serempak (1 suara).• Membaca takn=bir dan tahlil sebagai pengganti talbiyah.• Setelah talbiyah membaca do’a: Allahumma inni uriidul hajja fa yassirhuly, wa a’inny ‘ala adaa-i fardhihi

wa taqabbalhu minni, allahumma inni nawaitu adaa-a faridhatika fil hajji, faj’alany minal ladziina stajaabu laka.

• Sengaja mendatangi masjid-masid yang ada di Makkah, dan sekitarnya selain Masjidil Haram, seperti masjid yang berada di bawah Shafa, masjid di kaki bukit Abu Qais, masjid Maulid, dan masjid-masjid lainnya yang didirikan oleh Nabi SAW.

• Sengaja mendatangi gunung atau tempat-tempat sekitar Makkah, seperti gunung dimana gua hira’ berada, gunung yang ada di mina, yang “konon disana pernah terjadi penebusan kaum muslimin”.

• Sengaja shalat di Masjid Aisyah (di Tan’im).• Membuat gerakan salib dengan tangan di depan Ka’bah.

Page 112: Manasik haji dan umrah

112

16. Bid’ah-bid’ah dalam Thawaf (1)1. Mandi untuk thawaf2. Thawaf dengan memakai kaos kaki dan sekenisnya agar tidak terkena kotoran burung, dan menutup

kedua tangannya agar tidak tersentuh wanita.3. Mengerjakan shalat tahiyaatul masjid dua rakaat ketika memasuki masjidil haram yang dilakukan oleh

orang yang sedang ihram.4. Mengucapkan: “Aku berniat thawaf dalam minggu ini sekian dan sekian”5. Mengangkat tangan ketika menyalami hajar aswad seperti mengangkat tangan dalam shalat untuk

menciumnya.6. Saling berundi ketika mencium hajar aswad.7. Berdesak-desakan untuk mencium hajar aswad, dan medahului imam ketika dalam shalat agar dapat

segera mencium hajar aswad.8. Mempercepat jalannya ketika mencium hajar aswad atau rukun yamani.9. Ketika menyalami hajar aswad membaca doa: “Allahumma iimaanan bika, wa tashdiiqan bikitaabika”.10. Ketika menyalami hajar aswad membaca doa: “Alaahumma inni audzubika minal kibri wal faaqati, wa

maraatibil hizyi fie dunya wal akhiirah”.11. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika thawaf.12. Di hadapan pintu Ka’bah mengucapkan do’a: “Allahumma innal baita baituka, wal harama haramuka,

wa hadza maqamul ‘aa’idzika minan naari, masyiiran ilaa maqaami ibrahiima ‘alaihis salaam”. Seraya menunjuk ke maqam ibrahim.

13. Berdo’a pada rukun iraqy yaitu: “Allahumma inni a’udzubika minasy syakkki was syirki, wasyiqaaqi wan nifaaqi, wa suu-il akhlaaqi, wa suu-il qalbi fil maali wal ahli wal waladi”

Page 113: Manasik haji dan umrah

113

16. Bid’ah-bid’ah dalam Thawaf (2)1. Berdo’a di bawah Mizab (talang emas di dinding Ka’bah di atas hijir): “Allahumma adhilliny fir adhillika

yauma laa yadhillu illa dhilluka”2. Berdo’a pada 3 putaran pertama thawaf (raml), yaitu: “Allahummah j’alhu hajjan mabrruran wa dzanban

magfuuran, wa sa’iyan masykuuran, wa tijaaratan lan tabuura, ya aziizu ya gafuur”.3. Berdo’a pada 4 putaran thawaf berikutnya, yaitu: “Rabbi gfirly warham, wa tajaawaz amma ta’lamu,

innaka antal a’azul akram”.4. Mencium rukun yamani.5. Mencium rukun syam, maqam ibrahim serta menyalami keduanya.6. Mengusap dinding Ka’bah dan maqam ibrahim.7. Mengambil berkah dengan “Al Urwatul Wutsqa”, yaitu tempat yang menjulang dari tembok Ka’bah

berhadapan dengan pintu Ka’bah. Orang awam menyangka, barang siapa menggapai dengan tangannya, maka ia telah berpegang teguh pada “Al Urwatul Wutsqa”

8. Paku di tengah Ka’bah, mereka menyebutnya Paku Bumi. Ada di antara mereka yang membuka baju di bagian pusarnya dan membentangkan pada tempat tersebut, hingga menenpelkan pusarnya pada paku tersebut.

9. Sengaja thawaf di bawah hujan, dengan anggapan yang melakukan hal tersebut diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

10. Mengambil berkah dari air hujan yang turun melalui talang emas rahmah dari Ka’bah.11. Tidak mau thawaf dengan pakaian kotor.12. Menuangkan tempat minumnya yang berisi air zam-zam ke sumur (di rumahnya) seraya mengucapkan

do’a: “Allahumma inni as’aluka rizqan waasi’an, wa ‘ilman naafi’an, wa syifaa’an min kulli daa-in”.

Page 114: Manasik haji dan umrah

114

16. Bid’ah-bid’ah dalam Thawaf (3)1. Sebagian orang mandi dengan air zam-zam.2. Mereka sangat bersungguh-sungguh untuk membasahi jenggot dengan air zam-zam, bahkan uang dan

juga pakaian mereka untuk mendapatkan berkah.3. Yang disebutkan dalam beberapa kitab fiqih bahwa hendaknya ia bernafas beberapa kali dalam

meminum air zam-zam, dan setiap kali memandang ke atas dan memlihat ke Ka’bah.

Page 115: Manasik haji dan umrah

115

17. Bid’ah-bid’ah Sa’i1. Berwudhu untuk sekedar berjalan dari shafa dan marwah, dengan anggapan barang siapa mengerjakan

hal itu setiap langkah kaki dituliskan tujuh puluh ribu derajat.2. Naik ke shafa hingga menempel pada dindingnya.3. Ketika turun dari shafa membaca do’a: “Allahummas ta’milny bisunnati nabiyyika, wa tawaffani ‘alaa

millatihi, wa a’idzni min midhillaatil fitan, birahmatika ya arhamar rahimiin”.4. Dalam sa’i mengucapkan do’a: “Rabbig fir warham, wa tazaawaj amma ta’lamu, innaka anta’ a’azzul

akram. Allahummaj ‘alhu hajjan mabruuran, au umratan mabruuratan, wa dzanmab magfuuran, Allah akbar (3 kali)”.

5. Sa’I sebanyak 14 putaran, kemudian berakhir di shafa.6. Mengulang-ulang sa’i dalam haji dan umrah.7. Shalat 2 raka’at setelah selesai sa’i.8. Terus menerus sa’i dari shafa ke marwah padahal telah dikumandangkan iqamat hingga ia

meninggalkan shalat jama’ah.9. Mewajibkan pada dirinya untuk membaca do’a-do’a tertentu seperti di’a dari kitab Al Ihya (Al Ghazali).

Page 116: Manasik haji dan umrah

116

18. Bid’ah-bid’ah di Arafah (1)1. Wukuf di bukit/gunung arafah pada hari kedelapan selama beberapa saat, karena kehatian-hatiannya

takut salah dalam melihat hilal/bulan sabit pertama.2. Banyak menyalakan lilin pada malam arafah di mina.3. Berdo’a pada malam arafah dengan sepuluh kata sebanyak seribu kali yang artinya: Maha Suci Allah

yang SinggasanaNya berada di langit, Maha Suci yang menapaknya dibumi, Maha suci yang jalannya di laut.

4. Perjalanan mereka pada hari kedelapan dari makkah menuju arafah secara serentak.5. Berangkat dari mina ke arafah pada malam hari.6. Menyalakan api dan lilin di atas gunung arafah pada malam arafah.7. Mandi untuk menyambut hari arafah.8. Jika sudah dekat arafah dan pandangan mereka tertuju pada Jabal rahmah mengucapkan:

“Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaha illallahu wallahu akbar”.9. Sengaja mendatangi arafah sebelum waktu wukuf pada pertengahan hari arafah.10. Mengucapakan tahlil di arafah sebanyak 100 kali, kemudian membaca surat Al-Ikhlash 100 kali,

kemudian shalawat kepada Nabi SAW 100 kali, dengan menambahkan di akhir kata: wa alaina ma’ahum (dan kami beserta mereka) 100 kali.

11. Di arafah hanya berdiam diri saja dan tidak berdo’a.12. Mendaki jabal rahmah di arafah.13. Memasuki kubah yang berada di jabal rahmah, dan mereka mentebutnya kubah adam, shalat di

dalamnya, dan thawaf mengelilinginya sebagaimana thawaf di Ka’bah.14. Berkeyakinan bahwa Allah Ta’ala di arafah pada waktu sore mengendarai onta perak, menyalami orang

yang naik kendaraan dan memeluk orang yang jalan kaki.

Page 117: Manasik haji dan umrah

117

18. Bid’ah-bid’ah di Arafah (2)1. Imam berkhutbah di arafah dua kali dan memisahkan antara keduanya dengan duduk istirahat seperti

pada shalat jum’at.2. Shalat dzhuhur dan ‘ashar sebelum khutbah.3. Mengumandangkan adzan untuk shalat dzhuhur dan ‘ashar sebelum khatib selesai berkhutbah.4. Imam mengatakan kepada penduduk Makkah seusai shalat di arafah: “Sempurnakanlah shalat kalian,

karena kami sedang safar”.5. Shalat sunat antara shalat dzhuhur dan ‘ashar di arafah.6. Memilih dzikir dan do’a khusus di arafah, seperti do’a Khidir yang ditulis dalam Al-Ihyaa (Al Ghazali),

yang artinya: Wahai yang tidak disibukkan dari urusan, tidak pula pendengaran dari mendengar”, dan do’a-do’a lainnya, dan sebagian lagi mencapai lima lebar dari buku ini.

7. Sebagian meninggalkan arafah sebelum tenggelamnya matahari.8. Hal yang populer di kalangan awam bahwa hari arafah yang bertepatan dengan hari jum’at nilainya

sama dengan tujuh puluh dua kali haji (72X haji)!?9. Adat yang biasa dilakukan oleh sebagian orang dengan tujuan berkumpul pada petang hari arafah di

masjid-masjid jami’, atau tempat luar daerah, mereka berdo’a dan berdzikir dengan suara keras, dengan khutbah dan sya’ir-sya’ir, menyerupai orang yang berada di arafah.

Page 118: Manasik haji dan umrah

118

19. Bid’ah-bid’ah di Muzdalifah1. Mempercepat waktu bertolak dari arafah menuju muzdalifah.2. Mandi untuk mabit (menginap) di muzdalifah.3. Dianjurkan bagi yang naik kendaraan turun agar bisa masuk ke muzdalifah dengan berjalan kaki

sebagai penghormatan terhadap tanah suci.4. Mewajibkan dirinya dengan do’a jika telah sampai di muzdalifah membaca do’a yang artinya: “Ya Allah,

sesungguhnya ini adalah muzdalifah, terkumpul disana berbagai macam bahasa, maka kami juga memohon kepadaMu dipenuhinya bermacam-macam kebutuhan”.

5. Tidak bersegera shalat maghrib setelah singgah di muzdalifah, dan menyibukkan diri dengan mencari kerikil.

6. Shalat sunat maghrib, antara 2 shalat, atau menggabungkannya dengan shalat sunat isya’ dan witir setelah kedua shalat fardhu sebagaimana perkataan Al Ghazali (Al-Ihyaa)

7. Menambahkan api pada malam nahar dan di masy’aril haram.8. Menghidupkan (meramaikan) malam nahar ini.9. Wukuf di muzdalifah tanpa mabit.10. Mewajibkan diri dengan do’a jika telah usai dari masy’aril haram, yang artinya: “Ya Allah, dengan haq

masy’aril haram, baitul haram, syahrul haram, rukun dan maqam, sampaikan salam penghormatan kami kepada ruh Muhammad, dan masukkan kami ke Darus Salaam, wahai yang memiliki kebesaran dan kemuliaan”.

11. Perkataan Al-Bajuri: “Disunnahkan mengambil batu kerikil yang akan dipakai melempar pada hari nahar di muzdalifah berjumlah tujuh (7), sedangkan sisa lainnya diambil dari lembah muhasssir”.

Page 119: Manasik haji dan umrah

119

20. Bid’ah-bid’ah dalam Melempar Jumrah• Mandi untuk melempar jumrah.• Mencuci batu-batu kerikil sebelum dilempar.• Tasbih dan dzikir lainnya menggantikan posisi takbir.• Dalam bertakbir menambah dengan do’a lainnya, yang artinya: “Ini sebagai pengusir syetan

dan bala tentaranya. Ya Allah, jadikanlah hajiku mabrur, upayaku ini sebagai sesuatu yang patut disyukuri dan dosa-dosaku terampuni. Demi keimanan kepada kepadaMu dan mengikuti sunnah NabiMu”.

• Perkataan beberapa ulama muta’akhiriin: “Disunnahkan setiap satu kerikil membaca: “Bismillah, allahu akbar, wa shadaqallahu wa’dah hingga bacaan: walau karihal kaafiruun”

• Mewajibkan diri dengan tara cara tertentu dalam melempar, seperti yang dijelaskan oleh sebagian mereka: Meletakkan ujung ibu jari sebelah kanan di tengah-tengah jari telunjuk, dan meletakkan kerikil dipunggung ibu jari (seperti orang main kelereng) kemudian melemparnya. Sebagian lain mengatakan: Menekuk telunjuk dan meletakkan pada ruas ibu jari.

• Membatasi tempat pelempar: Hendaknya antara dirinya dan tempat lemparan berjarak sekitar 5 hasta atau lebih.

• Melempar jumrah dengan sandal atau yang lainnya.

Page 120: Manasik haji dan umrah

120

Semoga Allah Ta’ala menjadikan HAJI MABRUR

Terima KasihSemoga Bermanfaat

Page 121: Manasik haji dan umrah

121

Maraji’ (Referensi):• Panduan Manasik Haji dan Umrah (Manasikul Hajj wal ‘Umrah Fil

Kitab was Sunnah wa Aatsaris Salaf), Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Pustaka At-Tibyan, Solo

• Panduan Praktis Menuju Haji mabrur Menurut Sunnah Rasul (Al-Minhaaju fie Yaumiyaatil Hajj), Khalid bin Abdullah bin Nashir, Muraja’ah: Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, Pustaka At-Tibyan, Solo

• Meneladani Manasik Haji dan Umrah Rasulullah SAW, Mubarak bin Mahfudh Bamuallim, Lc, Pustaka Imam Syafi’ie, Cetakan Pertama, 2003, Bogor

• Tata Cara Haji, Umrah dan Hukum Shalat di Masjid Nabawi, Yusuf bin Abdullah bin Ahmad Al-Ahmad (Dicopy dari : Website “Yayasan Al-Sofwa”, Jl. Raya Lenteng Agung Barat, No.35 Jagakarsa, Jakarta - Selatan (12610), Telpon: (021)-788363-27 , Fax:(021)-788363-26, www.alsofwah.or.id; E-mail: [email protected]

Page 122: Manasik haji dan umrah

122

Makam Baqi’

Masjid Nabawi

Makam RasuluLlah

SAW

Page 123: Manasik haji dan umrah

123

KIBLAT

Page 124: Manasik haji dan umrah

124

Page 125: Manasik haji dan umrah

125

Page 126: Manasik haji dan umrah

126

Babus Salam

Babur Rahmah

Babu Baqi’

Babu Jibril

Babun Nisa’

Masuk

Tempat Ahlus Suffah, tinggi 2 kaki

R A U D H A H

Mihrab sekarang

Mihrab Nabi

Mihrab Sulaiman

Tempat Muadzin

Had Masjid Nabawi

yang asal

Mihrab Tahajjud

Rumah Aisyah ra

Tiang ‘Aisyah ra

Tiang Taubah/Abu Lababah

Tiang Sarir (tempat tidur Nabi)

Tiang Haris/Ali

®@ع

Page 127: Manasik haji dan umrah

127

Page 128: Manasik haji dan umrah

128

Page 129: Manasik haji dan umrah

129

Page 130: Manasik haji dan umrah

130

Page 131: Manasik haji dan umrah

131

Page 132: Manasik haji dan umrah

132

Page 133: Manasik haji dan umrah

133

Page 134: Manasik haji dan umrah

134

Page 135: Manasik haji dan umrah

135

Page 136: Manasik haji dan umrah

136

Page 137: Manasik haji dan umrah

137

MAKAM BAQI’

[DI SAMPING MASJID NABAWI]

PENGUMUMAN BERISI: LARANGAN KERAS BERBUAT SYIRIK DAN TABARUK [MEMINTA BERKAH PADA ORANG MATI]

Baqi’

Page 138: Manasik haji dan umrah

138Baqi’

Page 139: Manasik haji dan umrah

139Baqi’

Page 140: Manasik haji dan umrah

140Baqi’

Page 141: Manasik haji dan umrah

141Baqi’