makro 2 icus

Upload: ridchie-kapoor

Post on 04-Nov-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IIKAJIAN TEORI2.1 Deskripsi Teori2.1.1 Tinjauan tentang Motivasi Belajara. Pengertian Motivasi BelajarMotivasi merupakan aspek yang sangat penting dalam mendukung seseorang dalam mengerjakan atau mempelajari sesuatu hal, sehingga mempengaruhi seseorang dalam pencapaian sebuah prestasi belajar. Istilah motivasisering disamakan dengan istilah motif, M. Ngalim Purwanto (2006:60) menyatakan motif adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Selain itu seperti yang dikatakan oleh Sartain dalam bukuPshyclogy Understanding of Human Behaviouryang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2006:60) motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Dengan demikian motif adalah hal yang mendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu hal.Menurut Woodworth dan Marquis (1995) dalam Suryabrata (2005: 71), motif dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: Motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan organik, kebutuhan ini muncul akibat kebutuhan fisiologis (seperti: kebutuhan untuk makan, minum, bernafas, berbuat, beristirahat). Motif-motif darurat, motif ini muncul secara tiba-tiba karena adanya situasi yang menuntut untuk bertindak cepat (misalnya: dorongan untuk menyelamatkan diri, berusaha, dan membalas). Motif-motif objektif, motif ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar, misalnya: kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, manipulasi, dan menaruh minat.Adapun pengertian motivasi menurut seorang ahli yang bernama McDonald yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:203) motivasi sebagai sebuah perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi tersebut berisi tiga hal, yaitu 1) motivasi dimulai dengan sistem perubahan dalam diri seseorang, 2) motivasi ditandai oleh dorongan afektif, 3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi dalam mencapaian tujuan yang diinginkan.Menurut Jamnes O. Whittaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto, (2006:205) motivasi adalah kondisi atau keadaan untuk bertingkah laku untuk mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Namun menurut Ghuthrie yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:206), motivasi hanyalah menimbulkan variasi respons pada individu, dan apabila dihubungkan dengan cara hasil belajar, motivasi tersebut bukan merupakan instrument dalam belajar tetapi hanyalah penyebab dari variasi reaksi. Berdasarkan definisi motivasi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu kondisi untuk memberikan dorongan dalam melakukan suatu hal untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan.Winkel dalam HJ. Gino mengemukakan bahwa belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat konstan dan berbekas (HJ. Gino, 1997:6). Witherington dalam Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dan reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian. (Ngalim Purwanto, 1989:11).Belajar merupakan sebuah proses yang dialami oleh setiap manusia sejak lahir hingga akhir hidupnya. Belajar adalah perubahan pada diri seseorang yang berlaku relatif lama yang disertai dengan usaha orang tersebut dari yang tidak tahu menjadi tahu. Perubahan juga tersebut meliputi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dari pengalaman dalam mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Perubahan-perubahan ini terjadi karena adanya latihan dan pengalaman (Iska, 2006: 76). Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Hamalik (2001: 154) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif berkat latihan dan pengalaman.Menurut Gagne, belajar merupakan suatu proses dimana suatu organism berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dahar (1989: 11) mengemukakan definisi belajar menurut psikologi adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa perilaku yang baru atau memperbaiki dan meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui usaha dan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, dan meniru serta mencoba. Gagne berpendapat bahwa belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga perubahannya berubah dari waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari semua manusia, karena manusia selalu berusaha memperbaiki aktivitas-aktivitas yang mendorong dirinya untuk selalu belajar. Ketika melakukan aktivitas belajar, sering manusia dihadapkan dengan masalah-masalah yang sulit. Tetapi masalah-masalah tersebut dapat terselesaikan dalam proses belajar. Hal inlah yang membedakan derajat manusia dengan makhluk yang lainnya, dimana manusia dikaruniai akal dan budi, sedangkan makhluk yang lainnya tidak. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, Slamet (2010:2). Berdasarkan beberapa definisi belajar bahwa pada dasarnya belajar merupakan kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku dan biasanya dilakukan secara sadar oleh seseorang, perubahan tingkah laku ini disebabkan karena adanya interaksi manusia dengan sesamanya maupun denga lingkungan sekitar mereka. Apabila akibat interaksi ini manusia mengalami perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik, maka dapat dikatakan manusia tersebut telah belajar.Adapun menurut Sugihartono, dkk (2007:78) motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting untuk pencapaian prestasi belajar siswa, karena motivasi belajar yang tinggi akanterlihat dari ketekunan yang tidak mudah menyerah meskipun dihadapkan oleh beberapa kendala. Motivasi tinggi tersebut dapat ditemukan dalam sikap siswa, antara lain: (1) tingginya keterlibatan afektif siswa dalam belajar, (2) tingginya keterllibatan siswa efektif siswa dalam belajar, (3)tingginya upaya siswa untuk menjaga agar senantiasa memilikimotivasi belajar. W.S. Winkel (1983:27) mengemukakan motivasi belajar adalah daya penggerak secara keseluruhan yang berasal dari dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut hingga tujuan yang dikehendaki siswa akan tercapai. Berdasarkan pendapat di atas dengan demikian motivasi belajar adalah sebuah dorongan untuk melakukan sesuatu hal yang diwujudkan dalam sebuah tindakan untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai sebuah tujuan yang diharapkan.Menurut Prastya Irawan dkk. Mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi hasil atau prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi, maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik. Welberg dkk. Menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20% terhadap hasil dan prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan Mc Clelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap hasil dan prestasi belajar (suprijono, 2011: 162).Hasil penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara motivasi dan belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Korelasi ini menguatkan urgensitas motivasi belajar.Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui prilaku tertentu (Cropley). Hampir senada, Winkles (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut (Siregar dan Nara, 2011: 49).Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2010: 73). Suprijono (2001: 163) memaparkan indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1)Adanya hasrat dan keinginan berhasil.2)Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.3)Adanya harapan dan cita-cita masa depan.4)Adanya penghargaan dalam belajar.5)Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.6)Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi sebagai berikut:1)Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.2)Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.3)Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.Motivasi dapat dibedakan menjadimotivasi intrinsikdanmotivasi ekstrinsik.Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya pemberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan faktor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional (Siregar dan Nara, 2011: 50).Motivasi intrinsik dalam realitasnya lebih memiliki daya tahan yang lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi karena faktor ekstrinsik dapat saja justru mengakibatkan daya motivasi individu berkurang ketika faktor ekstrinsik tersebut mengecewakan seorang individu. Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi memegang peran penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar (Siregar dan Nara, 2011: 51).Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat di terapkan dalam proses pembelajaran, yang di sebut ARCS model yaitu Attention (perhatian) yaitu dorongan rasa ingin tahu, Relevance (relevansi) yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi siswa, Confidence (kepercayaan diri) yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan, dan Satisfaction (kepuasan) yaitu keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan yang akan menghasilkan kepuasan (Siregar dan Nara, 2011: 52).b. Macam-macam Motivasi Belajar

Dalam membicarakan macam-macam motivasi belajar, disini saya hanya akan dibahas dari dua macam sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang biasa disebut motivasi ekstrinsik. Motivasi IntrinsikMenurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Contohnya : siswa yang belajar, karena memang dia ingin mendapatkan pengetahuan, nilai ataupun keterampilan agar dapat mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan yang lain. Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purpose. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya. Motivasi EkstrinsikMenurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.Misalnya, seseorang belajar karena tahu besok akan ada ulangan dengan harapan mendapatkan nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh guru, atau temannya atau bisa jadi, seseorang rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya. Jadi, tujuan belajar bukan untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik, pujian ataupun hadiah dari orang lain. Ia belajar karena takut hukuman dari guru atau orang tua. Waktu belajar yang tidak jelas dan tergantung dengan lingkungan sekitar juga bisa menjadi contoh bahwa seseorang belajar karena adanya motivasi ekstrinsik.Motivasi-motivasi untuk belajar yang muncul dari dalam diri seseorang terdapat berbagai macam hal. Apabila dilhat dari beberapa sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk menggolongkan motif-motif yang ada di dalam diri individu ke dalam beberapa golongan. Menurut Sartain yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2006-62) membagi motif-motif tersebut menjadi dua golongan, yaitu: (1)physiological drive,(2)social motives. physiological driveadalah sebuah dorongan yang bersifat fisiologis seperti lapar, haus, seks dan sebagainya. Sedangkansocial motivesadalah dorongan-dorongan yang hubunganya dengan manusia dengan manusia yang lain dalam masyarakat,seperti: dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika) dan sebagainya. Jadi kedua golonganmotif tersebut saling berhubungan dengan yang lain. Woodwortyang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2006:63) menyatakan bahwa motif-motif pada seseorang berkembang melalui kematangan, latihan dan belajar.Menurut Wasty Soemarno (2006:207) mengemukakan bahwa motivasi memiliki dua elemen, yaitu elemen dalam(inner component), elemen luar(outer component). Elemen dalam(inner component)adalah elemen yang berupa perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan ini berupa keadaan tidak puas atau ketegangan psikologis. elemen luar(outer component)adalah element yang mengarahkan tingkah laku seseorang yang berada di luar diri seseorang tersebut untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Menurut M. Sobry Sutikno (http://www.buderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html) menyebutkan bahwa motivasi belajar ada dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu itu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain. motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar diri individu karena adanya paksaan atau dorongan dari orang lain sehingga individu tersebut mempunyai kemauan untuk melakukan sesuatu atau belajar. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dibagi menjadi dua macam, yaitu motivasi belajar yang berasal dari dalam diri individu/siswa (motivasi intrinsik) dan motivasi belajar yang dari luar diri individu/siswa (motivasi ekstrinsik). Kedua macam motivasi belajar tersebut sangat berperan penting bagi pencapaian tujuan belajar siswa dan mempunyai keterkaitan.c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Brophy (2004) yang dikutip oleh Anonim (http://www.repository.usu.ac.id/bitsteam /123456789/17468/3/Chapter%20II.pdf) terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu: (1) harapan guru, (2) instruksi langsung, (3) umpan balik (feedback) yang tepat, (4) penguatan atau hadiah, (5) hukuman. W.S. Winkel (1983:29) mengemukakan bahwa siswa yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) lebih dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik, sedangkan siswa yang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas/Kejuruan seharusnya lebih dipengaruhi oleh motivasi intrinsik, karena siswa tersebut sudah mempunyai kesadaran pentingnya belajar untuk masa depan. Namun dalam realita masih banyak siswa yang belum dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut, guru mempunyai peran penting untuk mengembangkan motivasi intrinsik tersebut.Suryabrata (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: a) Faktor Eksternal - Faktor dari luar individu yang terbagi menjadi dua: faktor sosial meliputi faktor manusia lain baik hadir secara langsung atau tidak langsung dan faktor non sosial meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat belajar, dan lain-lain. b) Faktor Internal - Faktor dari dalam diri individu yang terbagi menjadi dua: faktor fisiologis meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis dan faktor psikologis meliputi minat, kecerdasan, dan persepsi.Menurut Sardiman (2010), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain:1. Memberi angka, yang merupakan simbol dari kegiatan belajar, banyak siswa yang belajar hanya untuk mendapatkan angka/nilai yang baik. Biasanya siswa yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai dalam raport.2. Hadiah, hadiah juga dapat digunakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Karena hadiah untuk pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut.3. Saingan/kompetisi, persaingan dapat juga digunakan sebagai motivasi, baik persaingan individual atau persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.4. Keterlibatan diri, keterlibatan diri ini menumbuhkan kesadaran pada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga kerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang sangat penting.5. Memberi ulangan, para siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan adanya ulangan6. Mengetahui hasil, dengan mengetahui hasil apalagi terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk giat belajar.7. Pujian, sebagai hadiah yang positif yang sekaligus memberikan motivasi yang baik8. Hukuman, sebagai hadiah yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.9. Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar10. Minat, motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan motivasi yang pokok, proses belajar itu akan berjalan lancar apabila disertai dengan minat.11. Tujuan yang diakui, rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.Menurut Slavin (2009), cara guru meningkatkan motivasi intrinsik yaitu: Membangkitkan minat yaitu meyakinkan siswa tentang daya tarik yang disajikan dan memperlihatkan manfaat dari pengetahuan tersebut. Mempertahankan keingintahuan yaitu menggunakan berbagai sarana untuk lebih membangkitkan rangkaian pembelajaran Menggunakan berbagai cara penyajian yang menarik yaitu penggunaan bahan-bahan yang menarik, misal dengan penggunaan film, mengajar dengan menggunakan komputer.Slavin (2009) mengatakan, prinsip-prinsip untuk memberikan insentif ekstrinsik untuk belajar yaitu dengan:1. Mengungkap harapan yang jelas yaitu siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan akan mereka lakukan, bagaimana mereka akan dievaluasi dan apa saja nantinya konsekuensi keberhasilannya2. Memberikan umpan balik langsung yaitu umpan balik yang diberikan secara langsung sangat penting,karena akan meningkatkan motivasi, apabila umpan balik tidak diberikan maka nilai informasi dan motivasi akan berkurang. 3. Sering memberikan umpan balik yaitu umpan balik seharusnya sering disampaikan kepada siswa untuk mempertahankan upaya terbaik mereka.4. Meningkatkan nilai dan ketersediaan sarana motivasi ekstrinsik5. Teori pengharapan pada motivasi, bahwa motivasi adalah hasil dari nilai yang diberikan seseorang ke keberhasilan dan perkiraan individu itu tentang kemungkinan keberhasilan.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: 1) Faktor eksternal: pemberian angka/hadiah, adanya saingan/kompetisi, keterlibatan diri, pemberian ulangan, mengetahui hasil, adanya pujian/umpan balik, adanya hukuman. 2) Faktor internal: hasrat untuk belajar, minat, tujuan yang diakui.

d. Upaya Menumbuhkan Motivasi BelajarProses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi nbelajar siswa (Sanjaya, 2009:29). Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai. Membangkitkan minat siswaSiswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar (Sanjaya, 2009:29). Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman belajar dengan minat siswa (Djiwandono, 2006:365). Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian pula tujuan pembelajaran yang penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai pelajaran yang akan datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi instrinsik siswa untuk mempelajari materi pembelajaran yang disajikan oleh guru (Anni, dkk., 2006:186). Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajarSiswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu. Mengguanakan variasi metode penyajian yang menarikGuru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi mereka untuk belajar (Yamin, 2009:174). Dengan pembelajaran yang menarik, maka akan membangitkan rasa uingin tahu siswa di dalam kegiatan pembelajaran yang selanjutnya siswa akan termotivasi dalam pembelajaran.Motivasi instrinsik untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran yang menarik, dan juga penggunaan variasi metode pembelajaran. Misalnya, untuk membAngkitkan minat belajar siswa dapat dilakukan dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstrasi, komputer, simulasi, permaianan peran, belajar melalui radio, karya wiasata, dan lainnya (Anni, dkk., 2006:186-187 : Hamalik, 2009:168). Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswaMotivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Dalam pembelajaran, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Sanjaya, 2009:30 ; Hamalik, 2009:167). Namun begitu, pujian harus sesuai dengan hasil kerja siswa. Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat. Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seoarang guru secara wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada siswa atas jerih payahnya dalam belajar (Djamarah dan Zain, 2006:152). Berikan penilaianBanyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing (Sanjaya, 2009:31).Penilaian secara terus menerus akan mendorong siswa belajar, oleh karena setiap anak memilki kecenderungan untuk memmperoleh hasil yang baik. Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama (Hamalik, 2009:168). Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswaSiswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan bagus atau teruskan pekerjaanmu dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2009:21).Penghargaan sangat efektif untuk memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas, baik tugas-tugas yang harus dikerjakan segera, maupun tugas-tugas yang berlangsung terus menerus (Prayitno, 1989:17). Sebaliknya pemberian celaan kurang menumbuhkan motivasi dalam belajar. Bahkan menimbulkan efek psikologis yang lebih jelek. Ciptakan persaingan dan kerjasamaPersaingan yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pemebelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik (Sanjaya, 2009:31). Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar individu.Namun demikian, persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yeng memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antar kelompok. Selain persaingan antar siswa lebih banyak pengaruh buruknya daripada baiknya terhadap perkembangan kepribadian siswa. Persaingan antara diri sendiri dapat dialakukan dengan cara memeri kesempatan kepada siswa untuk mengenal kemajuan-kemajuan yang telah diucapai sebelumnya dan apa yang dapat dicapai pada pada waktu berikutnya (Prayitno, 1989:22-230). Misalnya guru membuat dan memberi tahu grafik kemajuan belajar siswa.Untuk mengembangkan motivasi belajar, guru harus berusaha membentuk kebiasaan siswanya agar secara berangsur-angsur dapat memusatkan perhatian lebih lama dan bekerja keras (Isjoni, 2008:162). Oleh karena itu, usaha dan perhatian guru yang besar lebih diperlukan untuk membimbing siswa-siswa yang memiliki pencapaian rendah agar mereka memiliki motivasi belajar yang baik.Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar diatas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat dan menantang (Sanjaya, 2009:31). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan mmemmbangkitkan motivasi dengan cara-cara negatif lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkakn motivasi dengan cara negatif dihindari.Pentingnya motivasi untuk belajar dalam pencapaian tujuan yang diharapkan oleh siswa, maka motivasi merupakan hal yang utama yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Motivasi ini harus dimulai dari diri siswa itu sendiri. Motivasi dalam diri siswa merupakan hal yang paling penting, karena apabila siswa tersebut tidak mempunyai kesadaran dalam belajar mak motivasi itu tidak akan tumbuh, walaupun faktor dari luar diri siswa sudah mendukung. Maka dari itu harus terdapat upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar. Membangkitkan motivasi belajar siswa tidaklah mudah. Guru merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, karena guru merupakan orang yang berperan penting dalam proses belajar siswa. Namun apabila guru tidak paham dengan hal yang diinginkan oleh siswa, maka motivasi tersebut tidak bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa. Motivasi tersebut dapat ditumbuhkan dari dalam diri siswa. Motivasi tersebut dapat ditumbuhkan salah satunya dengan cara guru menberikan reward pada siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Sardiman (2010:92-95) menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar adalah:1)Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.2)Hadiah,namun dengan pemberian hadiah tidak semua senang, karena hadiah tersebut tidak akan menarik bagi siswa yang tidak berbakat dalam suatu pekerjaan.3)Persaingan/kompetisi, dengan persaingan individual maupun kelompok dapatmeningkatkan kegiatan belajar siswa.4)Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merassakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.5)Memberi ulangan, hal ini dilesaikan tugas sebabkan para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahuai akan ada ulangan.6)Memberitahukan hasil, hal ini aka mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau terjadi kemajuan.7)Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.8)Hukuman, dengan pemberian hukuman yang tepat dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. 9) Hasrat belajar, dengan adanya hasrat belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri, maka hasil belajar akan lebih baik.10)Minat, minat adalah motivasi pokok yang timbul karena kebutuhan.11)Tujuan yang diakui, dengan memahami tujuan yang akan dicapai, maka akan mempermudah untuk menimbulkan gairah belajar siswa.W.S. Winkel (1983:30) mengemukakan bahwa upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menumbuhkan motivasi intrinsik pada siswa, yaitu: (1) menjelaskan mengenai tujuan dan kegunaan mempelajari suatu pelajaran yang diajarkan, (2) menunjukan antusiasme dan menggunakan prosedur mengajar yang sesuai, (3) memberikan materi pelajaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, (4) menjaga disiplin balajar di dalam kelas, dan (5) membagikan hasil PR dan ulangan dalam waktu yang singkat. Selain itu guru dapat memberikan inisiatif lain untuk menumbuhkan motivasi intrinsik siswa, diantaranya adalah dengan menggunakan pujian berdasarkan prestasi, dan hukuman asalkan tidak menyakitkan siswa. Inisiatif-inisiatif tersebut digunakan untuk menggerakkan siswa belajar.Menurut W.S Winkel (1983-31) guru di SMA/K harus bisa membuat siswa senang dalam belajar, anatara lain: (1) membina hubungan yang baik/akrab dengan siswa, (2) menhyajikan materi pelajaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, (3) menggunakan alat-alat pendukung pembelajaran, dan (4) bervariasi dalam menggunakan metode pembelajaran.Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat usaha-usaha dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara menjelaskan mengenai tujuan dan maksud dari sebuah pembelajaran, menggunakan variasi metode pembelajaran, memberikan materi pelajaran yang mudah dimengerti siswa, memberikan pujian bagi siswa yang berprestasi dan hukuman bagi siswa yang melanggar, menerapkan disiplin belajar siswa.e. Ciri-ciri motivasi belajarOrang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada diri orang tersebut. Berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat tentang ciri-ciri dalam motivasi belajar siswa, Dedi Supriyadi (2005: 86), berpendapat bahwa motivasi belajar siswa dapat diamati dari beberapa aspek yaitu: memperhatikan materi, ketekunan dalam belajar, ketertarikan dalam belajar, keseringan belajar, komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas sekolah, semangat dalam belajar dan kehadiran siswa di sekolah.Menurut Sardiman (2009:83) Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsure pribadi manusia yakniiddanego. Tokoh dari teori ini adalah Freud. Selanjutnya untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi itu, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a.Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama,tidak berhenti sebelum selesai).b.Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).c.Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantas korupsi, penentangan terhadap setiap tindakan kriminal, amoral, & sebagainya.d.Lebih senang belajar mandiri.e.Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).f.Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).g.Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.h.Senang mencari & memecahkan masalah soal-soal.Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu rutinitas dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional, bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahanya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal. Ciri-ciri motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2008: 23) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan d) Adanya penghargaan dalam belajar e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar f) Adanya lingkungan belajar yang kondusifMenurut Elida Prayitno (1989:11) Di dalam proses belajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh & ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah untuk menguasai apa yang sedang dipelajari, bahkan karena ingin mendapat pujian dari guru. Grage & Herline (1988) mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi ekstrinsik menunjukan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar. Siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah pelajaran dengan benar, dan kalau mengerjakan tugas dengan baik. Mempelajari/mengerjakan tugas-tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya& ia terpaut tanpa terpaksa terhadap tugas-tugas belajar tersebut.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri seseorang yang mempunyai motivasi yaitu: tekun menghadapi, ulet menghadapi kesulitan, Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang belajar mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu serta senang mencari & memecahkan masalah soal-soal. Siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Fungsi motivasi menurut Sardiman (2008: 85) yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Selanjutnya Hamzah B. Uno (2008: 17) menjelaskan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut: a. Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Berdasarkan pendapat di atas, fungsi motivasi dalam belajar antara lain adalah untuk mendorong, menggerakan dan mengarahkan aktivitas-aktivitas peserta didik dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Dengan hal tersebut seseorang melakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh karena adanya motivasi yang baik.

2.1.2Tinjauan Tentang Lingkungan Sekolaha. Lingkungan SekolahManusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar. Lingkungan inilah yang secara langsung/tidak langsung dapat mempengaruhi karakter/sifat seseorang. Lingkungan secara sempit diartikan sebagai alam sekitar diluar diri manusia atau individu sedangkan secara arti luas, lingkungan mencakup segala material dan stimulus di dalam dan diluar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio kultural. Secara fisiologis, lingkungan meliputi kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap yang diterima oleh individu mulai sejarah sejak dalam kondisi konsensi, kelahiran, sampai kematian. Secara sosio kultural, lingkungan mencakup segenap stimulus, interaksi, dan dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain (M. Dalyono,2005:129)Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diri kita, yang dalam arti yang lebih sempit, lingkungan merupakan hal-hal/sesuatu yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia (Tabrani Rusyan.dkk:1994). Menurut Oemar Hammalik Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna/pengaruh tertentu kepada individu. Lingkungan menyediakan stimulus terhadap individu sedangkan individu memberikan respon terhadap lingkungan yang ada di dalam alam sekitar.Segala kondisi yang berada di dalam & diluar individu baik fisiologis, psikologis, maupun sosial kultural akan mempengaruhi tingkah individu kea rah yang benar. Lingkungan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang langsung misalnya pergaulan dengan keluarga, teman-teman,sedangkan pengaruh tidak langsung misalnya melalui televisi, membaca Koran dsb.Menurut Dwi Siswoyo., dkk, (2007:148) lingkungan pendidikan meliputi:1)Lingkungan phisik (keadaan iklim, keadaan alam)2)Lingkungan budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik pantangan hidup, & keagamaan)3)Lingkungan sosial/masyarakat (keluarga, kelompok, bermain, organisasi) Berdasarkan berbagai pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di alam sekitar yang memiliki makna/pengaruh terhadap karakter/sifat seseorang secara langsung maupun tidak langsung.b. Pengertian Lingkungan SekolahSekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja & terarah yang dilakukan oleh pendidik yang professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu & diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat anak-anak sampai perhuruan tinggi. Menurut Sumitro,dkk. Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan & meneruskan pendidikan anak menjadi warga Negara yang cerdas, terampil & bertingkah laku baik (Sumitro,dkk.,2006:81). Sekolah sebagai tempat belajar bagi seorang siswa dan teman-temannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari gurunya dimana pelaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan secara formal.Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena disekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di kelas (Winkel,2009:28). Definisi lain menyebutkan bahwa sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan pelajaran kepada murid-muridnya (Oemar Hamalik,2003:5). Sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan.Kualitas guru merupakan faktor yang penting pula. Kualitas guru yang dimaksud meliputi sikap & kepribadan guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, & sebagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak (Ngalim Purwanto,2006:105)keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Keadaan gedung sekolahnya & letaknya, serta alat-alat belajar yang juga ikut menentukan keberhasilan belajar siswa (Muhibbin Syah,2006:152).Letak gedung sekolah harus memenuhi syarat-syarat seperti tidak terlalu dekat dengan kebisingan/jalan ramai&memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan ilmu kesehatan sekolah (Sumadi Suryabrata,2006:233) lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi & teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang menunjukkan sikap & perilaku yang simpatik, misalnya rajin membaca & berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan belajarnya. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, lingkungan sekolah meliputi:1)Lingkungan fisik sekolah seperti sarana & prasarana belajar, sumber-sumber belajar,& media belajar.2)Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temanya, guru-gurunya, & staf sekolah yang lain.3)Lingkungan Akademis yaitu suasana sekolah & pelaksanaan kegiatan belajar mengajar & berbagai kegiatan kokurikuler. (Nana Syaodih Sukmadinah,2004:164)Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah. Seperti pula dalam bukunya Dimyati & Mudjiono bahwa dalam prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian & peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya.Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah.2.1.3Tinjauan tentang peran guru dalam proses pembelajaran.a. Pengertian Peran GuruMengenai apa peran guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan dalam buku Sardiman A.M. (2006:143), antara lain:1.Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.2.James W.Brown mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. 3.Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan bahwa peran guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru adalah:1)Sebagai informator, guru sebagai pelaksana mengajar informatife, laboratorium, studi lapangan dan informasi kegiatan maupun umum.2)Sebagai organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,workshop, jadwal pelajaran, dan lain-lain.3)Sebagai motivator, guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamisasi potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta, sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.4)Sebagai direktor guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.5)Sebagai inisiator, guru sebagai pencetus ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya dalam proses belajar.6)Sebagai transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.7)Sebagai fasilisator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar.8)Sebagai mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.9)Sebagai evaluator, Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.Slameto (1995:97-98) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mnecapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru terpusat pada:1)Mendidik dengantitik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.2)Memberi fasilitas pencapaian tujuan meliputi pengalaman belajar yang memadai.3)Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.Dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui peranannya guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa secara efekktif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media belajar. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga siswa dapat belajar secara efektif.

2.1.4 Pembelajaran Programmable Logic Controller (PLC)Programmable Logic Controller atau PLC pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an. Alasan utama perancangan PLC adalah untuk menghilangkan beban ongkos perawatan dan penggantian sistem kontrol mesin berbasis relay. Bedford Associate (Bedford, MA) mengajukan usulan yang diberi nama MODICON (kepanjangan Modular Digital controller) untuk perusahaan-perusahaan mobil di Amerika. Sedangkan perusahaan lain mengajukan sistem berbasis komputer (PDP-8). MODICON 084 merupakan Programmable Logic Controller (PLC) pertama didunia. Saat kebutuhan produksi berubah maka demikian pula dengan sistem kontrol-nya. Hal ini menjadi sangat mahal jika perubahannya terlalu sering. Karena relai merupakan alat mekanik, maka memiliki umur hidup atau masa penggunaan yang terbatas yang akhirnya membutuhkan jadwal perawatan yang ketat. Pelacakan kerusakan atau kesalahan menjadi cukup membosankan jika banyak relai yang digunakan. Bayangkan saja sebuah panel kontrol yang dilengkapi dengan monitor ratusan hingga ribuan relai yang terkandung pada sistem kontrol tersebut. Bagaimana kompleks-nya melakukan pengkabelan pada relai-relai tersebut. Dengan demikian pengontrol baru ini harus memudahkan para teknisi perawatan dan teknisi lapangan melakukan pemrograman. Umur alat harus menjadi lebih panjang dan program proses dapat dimodifikasi atau dirubah dengan lebih mudah, serta harus mampu bertahan dalam lingkungan industri yang keras.Pada pertengahan tahun 1970-an, teknologi PLC yang dominan adalah sekuenser mesin-kondisi dan CPU berbasis bit-slice. Prosesor AMD 2901 dan 2903 cukup populer digunakan dalam MODICON dan PLC A-B. Mikroprosesor konvensional kekurangan daya dalam menyelesaikan secara cepat logika PLC untuk semua PLC, kecuali PLC kecil. Setelah mikroprosesor konvensional mengalami perbaikan dan pengembangan, PLC yang besar-besar mulai banyak menggunakan-nya. Bagaimanapun juga, hingga saat ini ada yang masih berbasis pada AMD 2903. Kemampuan komunikasi pada PLC mulai muncul pada awal-awal tahun 1973. Sistem yang pertama adalah Modbus-nya MODICON. Dengan demikian PLC bisa berkomunikasi dengan PLC lain dan bisa ditempatkan lebih jauh dari lokasi mesin sesungguhnya yang dikontrol. Sayangnya, kurangnya standarisasi mengakibatkan komunikasi PLC menjadi mimpi buruk untuk protokol-protokol dan jaringan-jaringan yang tidak kompatibel. Tetapi bagaimanapun juga, saat itu merupakan tahun yang hebat untuk Programmable Logic Controller (PLC). Pada tahun 1980-an dilakukan usaha untuk menstandarisasi komunikasi dengan protokol otomasi pabrik milik General Motor (General Motors Manufacturring Automation Protocol (MAP)). Juga merupakan waktu untuk memperkecil ukuran PLC dan pembuatan perangkat lunak pemrograman melalui pemprograman simbolik dengan komputer PC daripada terminal pemprogram atau penggunaan pemrogram genggam (handled programmer). Sekarang PLC terkecil seukuran dengan sebuah kontrol relai tunggal tahun 1990- dilakukan reduksi protokol baru dan modernisasi lapisan fisik dari protokol-protokol populer yang bertahan pada tahun 1980-an. Standar terakhir (IEC 1131-3). Seiring perkembangan teknologi solid state, saat ini PLC telah mengalami perkembangan luar biasa, baik dari ukuran. kepadatan komponen serta dari segi fungsionalnya. Beberapa peningkatan perangkat keras dan perangkat lunak ini di antaranya adalah:1. Ukuran semakin kecil dan kompak.2. Jumlah input output yang semakin banyak dan padat3. Waktu eksekusi program yang semakin cepat. 4. Pemrograman relatif semakin mudah. Hal ini terkait dengan perangkat lunak pemrograman yang semakin user friendly 5. Memiliki kemampuan komunikasi dan sistem dokumentasi yang semakin baik.6. Jenis instruksi/fungsi semakin banyak dan lengkapProgrammable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik yang mudah digunakan dan memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka ragam. Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982) adalah : sistem elektronik yang beroperasi secara digital dan didesain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O digital maupun analog .Berdasarkan namanya, konsep PLC adalah sebagai berikut :1. Programmablemenunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya.2. Logicmenunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan logic yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.3. Controllermenunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.2.2 Kerangka BerpikirBerdasarkan deskripsi teoritis yang telah di atas, selanjutnya diajukan kerangka berpikir dan model hubungan antar masing-masing variable dalam penelitian ini. Sesuai dengan ruang lingkup penelitian yaitu tentang motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Programmable Logic Controller di SMK PGRI 3 Malang, dapat didugapredictoryang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah lingkungan sekolah dan metode pembelajaran guru. Sekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang dilakukan oleh pendidik yang professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat anak-anak sampai perguruan tinggi. Menurut Sumitro,dkk. Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan & meneruskan pendidikan anak menjadi warga Negara yang cerdas, terampil & bertingkah laku baik (Sumitro,dkk.,2006:81). Sekolah sebagai tempat belajar bagi seorang siswa dan teman-temannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari gurunya dimana pelaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan secara formal. Kualitas guru merupakan faktor yang penting pula. Kualitas guru yang dimaksud meliputi sikap dan kepribadan guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, sebagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak (Ngalim Purwanto,2006:105) keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Keadaan gedung sekolahnya & letaknya, serta alat-alat belajar yang juga ikut menentukan keberhasilan belajar siswa (Muhibbin Syah,2006:152). Slameto (1995:97-98) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mnecapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru terpusat pada:1)Mendidik dengantitik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.2)Memberi fasilitas pencapaian tujuan meliputi pengalaman belajar yang memadai.3)Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.Dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui peranannya guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media.

2.3 Hipotesis PenelitianHipotesis sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti, sampai data terkumpul (Arikunto, 2006:71). Hipotesis dapat juga diartikan sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin tinggi tingkat kebenarannya (S. Margono, 1997:68).Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir tersebut, dapat ditarik hipotesis alternative dan hipotesis nihilnya, sebagai berikut : H0 = - Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Programmable Logic Controller di SMK PGRI 3 Malang.H1 =- Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Programmable Logic Controller di SMK PGRI 3 Malang- Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan peran guru dalam proses pembelajaranterhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Programmable Logic Controller di SMK PGRI 3 Malang- Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran secara bersama-samaterhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Programmable Logic Controller di SMK PGRI 3 Malang.

2.4 Penelitian yang RelevanMenurut Syaiful (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar matematika siswa SMK di Kecamatan Karangmojo. Peneliti dibatasi oleh masalah kemampuan mengajar, perhatian orang tua, dan sarana belajar, ketiga masalah tersebut sebagai variable bebas. Hasil peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mengajar guru, perhatian orang tua, dan sarana belajar bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa, namun kemampuan mengajar guru mempunyai pengaruh yang tertinggi dibandingkan dengan perhatian orang tua dan sarana belajar.Nur Huda (2007) meneliti tentang survei faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas XI dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di SMA Muhammad 1 Semarang tahun 2006/2007 mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi sedangkan faktor ekstrinsik juga mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi pula. Tingginya pengaruh faktor intrinsik terhadap motivasi siswa disebabkan siswa telah memiliki derajat kesehatan yang sangat tinggi, memiliki perhatian yang tinggi pada mata pelajaran pendidikan jasmani, memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani, serta memiliki bakat dalam bidang olahraga yang tinggi. Sedangkan tingginya pengaruh faktor ekstrinsik disebabkan karena metode mengajar guru memiliki variasi yang tinggi, alat pelajaran pendidikan pendidikan jasmani yang ada memiliki inovasi da kelengkapan yang tinggi, waktu pelajaran memiliki kesesuaian dengan kondisi siswa yang sedang serta kondisi siswa yang sedang serta kondisi lingkungan yang mendukung tinggi.Menurut Prastya Irawan dkk. Mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi hasil atau prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi, maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik. Welberg dkk. Menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20% terhadap hasil dan prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan Mc Clelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap hasil dan prestasi belajar (suprijono, 2011: 162).Riris Purnowati (2006) meneliti tentang pengaruh disiplin dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2005/2006. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa disiplin belajar siswa kelas X SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2005/2006 termasuk dalam kategori baik, motivasi belajar siswa dalam kategori baik.

22