makna buah kelapa dalam upacara

45
MAKNA BUAH KELAPA DALAM UPACARA MANUSIA YADNYA OLEH NI WAYAN PURNAMA YANTI NPM : 10.1.061 JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

Upload: sumanadi-dembank

Post on 08-Feb-2016

1.777 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

MAKNA BUAH KELAPA DALAM UPACARA

MANUSIA YADNYA

OLEH

NI WAYAN PURNAMA YANTI

NPM : 10.1.061

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

PENGETAHUAN

AGAMA HINDU AMLAPURA

2013

Page 2: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

KATA PENGANTAROm Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Karena berkat, rahmat dan anugrah – Nya yang dilimpahkan kepada kami

sehingga kami mampu menyelesaikan karya tulis yang merupakan tugas mengenai

“Kelapa“ tepat pada waktunya, dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai

mahasiswa untuk menyelesaiakan tugas, pada khususnya mata kuliah Seni Sakral.

Karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi criteria penilaian terhadap

mata kuliah Seni Sakral . Terselesainya karya tulis ini tidak terlepas dari adanya

peran dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak / Ibu dosen STKIP Agama Hindu yang langsung memberikan

informasi berupa materi-materi yang berhubungan dengan karya tulis

ini.

2. Teman – teman sejawat mahasiswa STKIP Agama Hindu Karangasem,

yang bersedia bertukar pikiran dengan kami.

Menyadari keterbatasan yang ada pada penulis, sudah pasti dalam karya

tulis ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang sifatnya membangun demi perbaikan karya tulis ini. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih, dan semoga karya tulis ini ada guna dan manfaatnya

demi pengembangan pendidikan

Page 3: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

Om Santih, Santih, Santih Om.

Amlapura, 17 Nopember 2013

Tim penulis

Page 4: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ………………………………….. i

DAPTAR ISI ……….…………………..……………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ……..………………………….………….. 1

1.2 Identifikasi masalah ……………………………………………. 2

1.3 Rumusan masalah …………………………………………….. 2

1.4 Tujuan Penulisan ….………………………………… 2

1.5 Manfaat Penulisan …………………………….……………….. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Perspektif Buah Kelapa dalam Agama Hindu di Bali …………. 4

2.2. Jenis –jenis Buah Kelapa menurut Umat Hindu di Bali ….…….. 6

2.3. Fungsi Kelapa dalam Upacara Manusia Yadnya ……………… 8

2.4. Manfaat Kelapa bagi Kehidupan Manusia …………………….. 24

BAB III PENUTUP

2.1 SIMPULAN …………………………………………… 25

2.2 SARAN – SARAN …………………………………………… 25

Page 5: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuh-tumbuhan merupakan ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk

menunjang kehidupan makhluk hidup, sehingga dalam tradisi umat Hindu di Bali

ada upacara untuk segala jenis tumbuh-tumbuhan disebut dengan Tumpek

Wariga. Hari raya Tumpek Wariga adalah hari raya ucapan syukur kehadapan Ida

Sang Hyang Widhi Wasa atas diciptakannya tumbuh-tumbuhan untuk

kelangsungan hidup semua makhluk, demikian diungkapkan oleh ( Udayana,

2009:14), sehingga semua jenis tanaman memiliki bentuk , fungsi, makna yang

berbeda serta merupakan simbul dari kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Seperti pada jenis buah (phalam), buah yang ada di bumi ini terdiri dari

bermacam-macam buah, salah satunya buah yang paling sering digunakan oleh

umat Hindu di Bali adalah buah kelapa. Buah kelapa secara sepintas merupakan

tanaman yang paling banyak dijumpai, paling mudah di dapat, dan dikenal oleh

manusia secara umum. Dari segi ekonomi buah kelapa dimanfaatkan oleh

masyarakat Hindu di Bali sebagai bahan olahan aneka makanan seperti jajan,

minyak kelapa. Dari segi social bagi umat Hindu di Bali buah kelapa dijadikan

campuran untuk membuat obat tradisional, dan juga digunakan untuk upacara

yadnya. Selain buah kelapa digunakan dalam upakara untuk upacara yadnya, buak

kelapa dari perspektif Agama Hindu memiliki nilai-nilai filosofi. Sudarsana

( 2005:78) berpendapat bahwa, “ Bila dilihat dari simbulnya buah kelapa

merupakan simbul dari Dewa Rudra ”. Dalam mitologi kelapa juga disebutkan

Page 6: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

buah kelapa adalah simbul dari kepalanya Dewa Brahma sehingga penggunaan

buah kelapa dalam setiap upacara yadnya tidak bisa dipisahkan.

1.2. Identifikasi Masalah

1.2.1 Belum diketahuinya oleh masyarakat Hindu di Bali secara menyeluruh

tentang fungsi buah kelapa dalam Upacara Manusia Yadnya.

1.2.2 Belum pahamnya sebagian besar masyarakat Hindu di Bali tentang makna

buah kelapa untuk Upacara Manusia Yadnya.

1.2.3 Banyaknya masyarakat hindu di Bali belum mengetahui tentang simbul-

simbul pada setiap bagian buah kelapa yang digunakan untuk banten.

1.2.4 Sebagian besar masyarakat Hindu di Bali belum tahu jenis-jenis buah

kelapa yang digunakan pada Upacara Manusia Yadnya.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi rumusan

masalah disini yaitu :

1.3.1 Jenis-jenis buah kelapa apa saja yang digunakan untuk Upacara Manusia

Yadnya ?

1.3.2 Apakah fungsi buah kelapa pada Upacara Manusia Yadnya?

1.4 Tujuan Penulisan

Setiap kegiatan yang dilakukan sudah pasti memiliki tujuan tersendiri.

Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah :

1.4.1 Untuk Mengetahui Jenis-jenis buah kelapa yang digunakan untuk Upacara

Manusia Yadnya.

Page 7: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

1.4.2 Untuk mengetahui fungsi buah kelapa pada Upacara Manusia Yadnya.

1.5 Manfaat Penulisan

Hasil penulisan ini diharapkan nantinya bermanfaat secara teoritis dan praktis

:

1.5.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yaitu diharapkan hasil penulian ini dapat dijadikan

masukan bagi kalangan akademik muda Hindu di Bali khususnya menambah

wawasan terkait dengan jenis, fungi dan makna buah kelapa dalam suatu Upacara.

1.5.2 Manfaat praktis

Khusunya kalangan muda Hindu di bali tidak ada keragu-raguan dalam

pemahaman terhadap bahan-bahan upacara keagamaan dan diimplementasikan

sesuai dengan jenis upacara.

Page 8: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perspektif Buah Kelapa Dalam Agama Hindu di Bali

Dilihat dari simbulnya menurut Sudarsana (2005:78) menyatakan bahwa

“buah kelapa sebagai simbul suci dari Sang Hyang Rudra”. Kemudian dalam

mitologi kelapa, kelapa adalah kepalanya dewa Brahma, (Wiana, 2001:27).

Selanjutnya Raras (2006:44) mengemukakan kelapa dalam sebuah daksina

merupakan simbul lingga yang menghidupi seluruh makhluk di bumi dan sebagai

lambang alam semesta meliputi bhur loka, bwah loka, dan swah loka. Kelapa;

simbol Pawitra (air keabadian/amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri

dari tujuh lapisan (sapta loka dan sapta patala) karena ternyata kelapa memiliki

tujuh lapisan ke dalam dan tujuh lapisan ke luar. Air sebagai lambang Mahatala,

Isi lembutnya lambang Talatala, isinya lambang tala, lapisan pada isinya lambang

Antala, lapisan isi yang keras lambang sutala, lapisan tipis paling dalam lambang

Nitala, batoknya lambang Patala. Sedangkan lambang Sapta Loka pada kelapa

yaitu: Bulu batok kelapa sebagai lambang Bhur loka, Serat saluran sebagai

lambang Bhuvah loka, Serat serabut basah lambang Svah loka, Serabut basah

lambang Maha loka, serabut kering lambang Jnana loka, kulit serat kering

lambang Tapa loka, Kulit kering sebagai lambang Satya loka, Kelapa dikupas

dibersihkan hingga kelihatan batoknya dengan maksud karena Bhuana Agung

sthana Hyang Widhi tentunya harus bersih dari unsur-unsur gejolak indria yang

mengikat dan serabut kelapa adalah lambang pengikat indria.

Page 9: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

Jadi dapat disimpulkan bahwa buah kelapa dalam perspektif Agama Hindu di

Bali, yang digunakan pada setiap Upacara Yadnya memiliki fungsi, makna, imbul

yang berbeda-beda tergantung dari jenis buah kelapa yang digunakan.

Mitologi Kelapa menurut Siwa Gama

Ketika tapa Sang Hyang Gana mendapatkan anugrah dari Bahatara Guru

berupa anugrah semua perkataan Sang Hyang Gana menjadi bertuah, mejadi benar

apa yang telah diucapkan. Dengan adanya anugrah seperti itu oleh Bhatara Guru

sehingga senanglah hati Bhatara Brahma dan Bhatara Wisnu. Maka kini datang

Bhatara Wisnu bertemu dengan Sang Hyang Gana untuk menguji anugrah yang

telah didapatkannya. Oleh Bhatara Wisnu, Gana disuruh untuk mengukur

badannya. Dewa Gana bersabda, ”Amat mengerikan keadaan tubuh Dewa Wisnu,

dapat berwujud Dewata yang membunuh”, kata Dewa Gana. “Anakku Dewa Gana

telah mengatakan aku ini sebagai Dewata yang dapat membunuh, apakah aku

benar demikian, apakah tidak seperti prasangka kamu yang lain?’, tanya Dewa

Wisnu. Sabda Sang Hyang Gana,”Paduka akan dapat berbuat seperti itu kelak”.

Dengan jawaban seperti itu dari Dewa Gana, membuat Dewa Wisnu pergi dengan

perasan geram. Kini tiba Dewa Brahma, yang memiliki kepala lima. Kepada Sang

Hyang Gana, Dewa Brahma meminta untuk melihat kepala yang berjumlah lima,

sedangkan yang satu berada di dalam. “Lihatlah kepalaku hai Sanghyang Gana.

Jika engkau dapat menerkanya Engkau akan Aku sembah, akan tetapi kalau tidak

bisa menerkanya Engkau Aku makan saat ini juga”, sabda Dewa Brahma. Gana

menjawab, “Kepala Dewa Brahma ada empat”, jawab Sang Hyang Gana. “Aha

tidak benar, karena kepalaku ada lima, seperti kataku Aku akan memakanmu saat

Page 10: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

ini juga”, kata Dewa Brahma. Mengetahui hal tersebut, terharulah hatinya Bhatara

Guru, karena putranya akan dimakan oleh Dewa Brahma. Bhatara Guru lalu

berubah rupa menjadi maya, seraya mengambil kepala Dewa Brahma yang ada di

dalam dengan menggunakan tangan kirinya serta melarikannya. Maksud Dewa

Brahma membuktikan bahwa dirinya berkepala lima tiba-tiba hilang. Beliau

marah besar dan bersemedi lalu keluarlah Kala, Raksasa bertangan seratus

delapan yang akan menangkap Gana. Gana berlari seraya memanggil-manggil

Bhatara Guru sambil mencakupkan tangan memohon bantuan. Dari badan Bhatara

Guru keluarlah Panca Dewata yang menandingi Raksasa yang akan menangkap

Dewa Gana. Kepala Dewa Brahma yang dilarikan oleh Bhatara Guru, selanjutnya

ditanam di puncak Gunung Kampud. Lama kelamaan gunung itu bernama

Gunung Sambadagni. Selang beberapa lama kemudian tumbuhlah pohon nyiur

hingga saat ini disebut pohon kelapa.

2.2. Jenis-jenis Buah Kelapa Menurut Umat Hindu di Bali

Dalam buku Taman Gumi Banten disebutkan jenis-jenis kelapa sebagia

berikut :

1. Nyuh Ancak. Nyuh Ancak, tergolong kelapa dalam, ciri khasnya adalah bercabang banyak

2. Nyuh Anggalan Nyuh Anggalan, termasuk kelapa genjah (enggalan) tinggi pohon mencapai + 3 meter, buah kecil-kecil warna gading gadang untuk kelengkapan banten penyucian.

3. Nyuh Be Julit Nyuh Bejulit, termasuk kelapa dalam, ciri khusus pada jenis kelapa ini terletak pada anak daun dan tangkai bunga ujungnya gepeng/tetap menyatu menyerupai ekor ulin (Bejulit), sering digunakan pada pedudusan agung dan minyaknya untuk mencampur racun.

Page 11: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

4. Nyuh Bebed Nyuh Bebed termasuk kelapa dalam ciri khusus dapat dilihat pada buah yang masih muda bagian tengah ada lingkaran berbintik-bintik hitam/kecoklatan seperti sabuk (bebed), untuk caru dan obat keracunan.

5. Nyuh Beruk/Nyuh Gede Nyuh Beruk/Gede ciri khususnya ukuran buah yang besar, serabut tebal, dan bulat sehingga cocok digunakan sebagai bahan penampungan air pada jaman dahulu (Beruk), untuk melengkapi banten sesayut, sesantun

6. Nyuh Bingin. Nyuh Bingin, dapat dikenali dari kenampakan batang yang ditumbuhi akar udara, sehingga menyerupai bangsing pada pohon beringin

7. Nyuh Bojog Nyuh Bojog termasuk dalam jenis kelapa dalam, ciri khusus bentuk buah bulat, seraput tebal berwarna abu-abu menyerupai bulu kera (bojog), untuk melengkapi banten panyegjeg,

8. Nyuh Bulan Nyuh Bulan termasuk kelapa Genjah/dalam cirinya buahnya berukuran kecil berwarna putih, sambuk berwarna putih dan selepan (daun) putih sering digunakan pada banten padudusan, banten pangenteg

9. Nyuh Cemaning untuk pembuatan angenan.

10. Nyuh Cenik Nyuh Cenik termasuk dalam kelapa genjah buah hijau kecil-kecil dan banyak sering digunakan pada banten penyegjeg, santun, sorohan,

11. Nyuh Gadang Nyuh Gadang tergolong kelapa dalam/genjah, warna kulit buah hijau sering digunakan pada banten durmangala dan untuk obat sakit perut.

12. Nyuh GadingNyuh Gading mudah dikenali melalui warna kulit, buah kuning kemerahan/gading. Janur gading, pucuk daum warna kuning kemerahan sering digunakan pada banten prayascita, banten pangenteg.

13. Nyuh Glatik termasuk kelapa dalam, buahnya kecil-kecil, di bawah kelopak buah warna kemerahan

14. Nyuh Kapas Nyuh Kapas, ciri khasnya warna serabut putih dan dapat dimakan pada waktu muda, digunakan pada padudusan.

Page 12: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

15. Nyuh Kebat untuk melengkapi banten caru.

16. Nyuh Macan/Nyuh Pelet/Nyuh Rengreng Nyuh Macan/Pelet/Rengreng termasuk kelapa dalam ciri khasnya adalah katak (kau bulu) loreng untuk kelengkapan banten catur.

17. Nyuh MulungNyuh Mulung termasuk kelapa dalam buah warna hijau, di bawah kelopak buah warna merah, digunakan pada padudusan alit, caru dan obat sakit perut dan panas.

18. Nyuh Naga Nyuh Naga tergolong kelapa dalam ciri khasnya adalah kulit buah kasar seperti bersisik, untuk kelengkapan caru.

19. Nyuh Rangda Nyuh Rangda termasuk kelapa dalam, buah agak besar dan jarang, ditutupi tapis, pohon agak besar, daun tergulung, tumbuh banyak tunas di bawah pelepah daun paling bawah sering digunakan pada banten caru.

20. Nyuh Sangket. Nyuh Sangket, termasuk kelapa dalam ciri khasnya, ujung anak daun melekuk-lekuk tertekuk seperti kait (sangket).

21. Nyuh Sudamala Nyuh Sudamala tergolong kelapa dalam, ciri khusus kelopak daun/keloping bercabang dua, digunakan pada padudusan, caru dan untuk keramas bagi penderita sakit kepala berkepanjangan.

22. Nyuh Surya Nyuh Surya tergolong kelapa dalam ciri khasnya dan pucuk warna kuning merah menyala, buah muda warna kuning kemerahan digunakan pada banten panglukatan, untuk obat.

23. Nyuh Udang Nyuh Udang ciri khasnya, tapuk buahnya merah, serabut buah warna-warna merah digunakan pada caru dan untuk campuran obat.

2.3 Fungsi Nyuh/Kelapa dalam Upacara Manusa Yadnya.

Nyuh pada Upacara Garbhawedana

Upacara Garbhawedana atau Upacara Megedong-gedongan adalah upacara

yang dilaksanakan ketika bayi masih berada dalam kandungan dengan umur di

Page 13: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

atas lima bulan menurut perhitungan kalender Bali. Dalam upacara ini banten

yang digunakan memiliki simbol-simbol yang merupakan perwujudan dari ajaran

Veda. Banten yang digunakan pada upacara ini adalah banten daksina, banten

pejati, banten beyakala, dan banten pegedong-gedongan, untuk tingkat yang lebih

besar menggunakan banten suci, banten bebangkit, banten caru, dan banten

pengelukatan,

Buah kelapa yang digunakan dalam upacara ini adalah Nyuh Gading dalam

banten pagedong-gedongan, (Sudarsana, 2008:20). Adapun ciri-ciri dari Nyuh

Gading yakni, ukuran buah kecil-kecil, berwarna kuning kemerah-merahan

(orange) dari buah, tangkai, bunga, pelepah hingga ke daun. Kemudian banten

daksina menggunakan kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa

Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, Kelapa Bojog, kelapa hijau atau Gadang,

kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa

Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa

Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa kelapa dan kelapa Macan untuk banten

Suci menggunakan kelapa Mulung yang masih muda kalau tidak ada kelapa

Mulung bisa diganti dengan kelapa Gadang

Selanjutnya untuk banten bebangkit dalam buku Taman Gumi Banten

Ensikoledi Tanaman Upakara disebutkan buah kelapa yang digunakan adalah

Nyuh Be Julit, Nyuh Bebed, Nyuh Bulan, Nyuh Cenik.. Kemudian untuk banten

penglukatan jenis kelapa yang digunakan adalah Kelapa Gading, bisa juga kelapa

Bulan, kelapa Surya, kelapa Mulung, kelapa Be Julit, dan kelapa Udang kalau

kelapa Gading tidak ada.

Page 14: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

Kemudian untuk kelengkapan banten caru buah kelapa yang digunakan

adalah Nyuh Ancak, Nyuh Enggalan, Nyuh Bebed, Nyuh beruk, Nyuh Bingin,

Nyuh Bojog, Nyuh Glatik, Nyuh Kebat, Nyuh Kapas, Nyuh Mulung, Nyuh Naga,

Nyuh Sangket, Nyuh Naga, Nyuh Sudamala, Nyuh Surya, Udang, Nyuh Empas,

Nyuh Ketan, nyuh Brahma, Nyuh Macan, Nyuh Rangda, dan Nyuh Sela.

Dari tiga puluh lima (35) jenis kelapa, dalam Upacara Garbhawedana buah

kelapa yang digunakan adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit,

kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa

Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa

Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa

puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, Kelapa Macan,

dan kelapa Mulung.

Nyuh pada Upacara Rare Embas

Upacara ini dilaksanakan ketika si bayi lahir ke dunia, upacara ini juga

merupakan ucapan rasa syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas

kelahiran si bayi, banten yang dipakai dalam upacara ini adalah banten jerimpen,

nasi muncuk kuskusan, kojong rangkadan, penyeneng, sampian jeet guak, canang

sari, dan sebuah kelapa yang sudah tua untuk menaruh ari-ari yang nantinya akan

ditanam sebelah kanan untuk bayi laki-laki dan sebelah kiri untuk bayi perempuan

di pintu keluar rumah tempat bayi tidur.

Jenis buah kelapa yang digunakan pada upacara ini untuk menaruh ari-ari

adalah kelapa Mulung, bisa juga kelapa Beruk, kelapa Brahma, kelapa Sudamala,

kelapa Kapas, kelapa Bingin dan kelapa Be Julit yang terpenting ukuran buah

Page 15: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

besar cukup untuk menampung ari-ari. Demikian juga menurut I Wayan Mangku

Karya, kelapa yang baik adalah kelapa Mulung karena memiliki sifat yang tis atau

(sejuk)

Dari hal tersebut dapat disimpulkan pada Upacara Bayi Lahir atau Upacara

Penanaman Ari-ari jenis buah kelapa yang digunakan adalah kelapa Mulung,

kelapa Be Julit, kelapa Brahma, kelapa Surya, kelapa Beruk, dan kelapa Kapas.

Nyuh pada Upacara Kepus Puser

Upacara ini dilaksanakan ketika tali pusar si bayi lepas, upacara ini diadakan

untuk membersihkan bangunan-bangunan dan tempat suci di rumah, pada upacara

ini menggunakan banten penyeneng, sodan alit, satu tulung sayut, untuk yang

lebih besar menggunakan guling babi lengkap dengan sarana penunjangnya dan

banten bebuu atau pebersihan untuk di bangunan dan di sanggah dan benten

daksina untuk nunas tirtha maupun uleman untuk jero mangku.

Jenis buah kelapa yang digunakan pada upacara ini adalah jenis buah kelapa

untuk banten daksina yakni: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit,

kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa

Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket,

kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma,

kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda dan kelapa Macan.. Tidak menutup

kemungkinan menggunakan jenis kelapa lain, bila dari sekian jenis kelapa tersebut

tidak ada.

Sehingga jenis buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Kepus Puser

adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa

Page 16: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat,

kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala,

kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa

Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Ngelepas Aon

Upacara Ngelepas Aon dilaksanakan ketika bayi berumur 12 hari, upacara ini

bukan merupakan suatu keharusan. Terkadang upacara ini dilaksanakan

berbarengan dengan Kepus Puser bila setelah umur 12 hari tali pusar si bayi baru

lepas dan pada Upacara Abulan Pitung Dina (42 hari) tergantung dari desa, kala,

patra, dan desa mawa cara.

Untuk tingkat sederhana banten yang digunakan sama dengan banten

Upacara Kepus Pungse, hanya saja tidak menggunakan guling babi, buah kelapa

yang digunakan juga sama yakni untuk pelengkap banten daksina yaitu: kelapa

Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa

Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas,

kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya,

kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa

Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Untuk tingkat yang

lebih besar menggunakan banten suci dengan bungkak kelapa Gadang, dilengkapi

dengan banten pejati, banten prayascita, banten colong, banten pemiak penyepih,

dan banten tetimpug, dan dipimpin oleh pandita. Pada banten prayascita

menggunakan Nyuh Gading.

Page 17: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

Sehingga jenis buah kelapa yang dipakai dalam Upacara Ngelepas Aon

adalah: kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa

Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik,

kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa

Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa

puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa

Macan.

Nyuh pada Upacara Tutug Kambuhan

Upacara ini dilaksanakan ketika umur bayi (42 hari), upacara ini juga disebut

dengan Upacara Mecolongan, untuk upakara yang digunakan adalah Banten

beyakala, banten pebersihan, peras, ajuman, daksina, penyeneng, sorohan alit,

banten pecolongan, dan prayascita. Untuk buah kelapa dalam upacara ini

digunakan pada banten pejati, prayascita, dan daksina.. Untuk jenis buah kelapa

yang digunakan sama dengan Upacara Ngelepas Aon.

Sehingga jenis buah kelapa dalam Upacara Mecolongan adalah: kelapa

Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa

Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat,

kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala,

kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa

Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Tiga Bulanan

Upacara Telu Bulanan dilaksanakan ketika bayi berumur tiga bulan (105

hari), upacara ini bermakna penyambutan Sang Hyang Atma secara resmi berada

Page 18: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

mantap dalam tubuh si bayi sehingga upacara ini juga disebut dengan nyambutin.

Bertepatan dengan upacara ini ada juga yang melaksanakan upacara turun ke

tanah, dan megetep bok.

Untuk banten yang menggunakan buah kelapa adalah banten pejati, suci,

daksina, sambutan alit, dan jejanganan untuk tingkat yang lebih besar

menggunakan banten sambutan gede. Buah kelapa yang digunakan sama seperti

upacara sebelumnya.

Sehingga jenis buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Tiga Bulanan

atau nyambutin adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa

Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik,

kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa

Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa

puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa

Macan.

Nyuh pada Upacara Otonan

Upacara ini dilaksanakan ketika bayi berumur enam bulan (210) hari dari hari

kelahirannya disebut juga Upacara Ngotonin, otonan atau ulang tahun. Pada

upacara ini ada yang menyertakan upacara megetep bok, upacara turun tanah dan

upacara penebusan otonan, tergantung dari kebiasaan desa, kala, patra, dan desa

mawa cara, untuk banten yang digunakan adalah banten dapetan, prayascita,

jajanganan, peras, lis, banten pesaksi, ajuman, dan banten kumara. Untuk yang

lebih besar menggunakan banten bebangkit, banten di surya, banten di tempat

menanam ari-ari, dan banten di kumara. Sudarsana (2000:44) menyatakan untuk

Page 19: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

upakara Upacara Pawetonan dapat dilaksanakan sesuai kemampuan keluarga

masing-masing, berikut adalah rincian banten yang digunakan sesuai dengan

tingkat upacaranya:

Upakara pawetonan tingkat utama:

Upakara ke surya: daksina gede sarwa 4 (empat), suci asoroh, lengkap

semua isi daksina, rayunan pakejagan, masesate 30 olah-olahan suci,

peras, soda, ketipat kelanan, pesucian segenep, banten ardanareswari

(dewa-dewi), canang burat wangi, canang lenga wangi, penyeneng, dan

woh-wohan mewadah tamas mesampian nagasari (memanisan).

Upakara munggah ring pelinggih rong tiga (bhatara hyang guru): peras,

daksina, soda, suci, pesucian, canang burat wangi, lenge wangi, untuk di

masing-masing rong, pejerimpenan, soda putih kuning maulam ayam putih

bulus betutu untuk rong tengah, rayunan perangkat mesate 7 (tujuh) katih

olah-olahan suci, memanisan, penyeneng alit untuk di masing-masing rong,

ketipat kelanan, untuk pelinggih lain memakai daksina, dan peras.

Upakara ayaban pawetonan:

taman pulgembal, taman bebangkit, meulam guling suku empat (babi),

penyeneng teterag, dapetan, tumpeng 33 bungkul, peras pengambean duang

soroh, tumpeng manca warna manut urip, ulam ayam manca warna

mepanggang, sesayut sida purna, tebasan pemiak kala, sesayut pageh urip,

sesayut atma rauh, sesayut lara meraradan, sesayut sapuh lara, sesayut

cakra geni, sesayut panca pandawa, sesayut pebersihan, sesayut merta dea,

dan sesayut pengambean, banten pengulapan asoroh, rayunan pajegan

Page 20: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

maulam olah-olahan suci 33 katih, memanisan, gebogan jerimpen agung,

daksina gede sarwa 4, prayascita luwih, banten pedudusan agung,

prayascita, beyakaonan, dan segehan manca warna.

Upakara pawetonan tingkat madya

Upakara ke surya: daksina, peras, soda, suci asoroh, rayunan perangkat

maulam olah-olehan suci, mesesate 12 katih, ketipat kelanan, maulam taluh,

pesucian, memanisan, canang burat wangi, lengewangi.

Upakara munggah ring pelinggih rong tiga:

daksina, peras, soda, suci alit asoroh, untuk masing-masing rong, ketipat

kelanan meulam taluh, rong tengah soda putih kuning, maulam ayam putih

tulus betutu, canang burat wangi, dan lenga wangi.

Upakara untuk ayaban:

taman pulogembal, penyeneng tetrag, peras pengambean, ayaban, tumpeng

11 bungkul, dapetan asoroh, daksina, tebasan sesayut sida purna, sesayut

pageh urip, sesayut pebersihan, sesayut pemiak kala, sesayut lara

meraradan, sesayut atma rauh, pengambean, prayascita, beyakaonan dan

segehan manca warna.

Upakara pawetonan tingkat nista

Munggah ring pelinggih rong tiga: daksina, peras, soda, ketipat dan

kelanan.

Upakara ayaban:

Page 21: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

peras, daksina, soda, ketipat kelanan, peras pengambean, dapetan, ayaban

tumpeng 7 bungkul, penyeneng teterag, sesayut sida purna, sesayut lara

meraradan, sesayut pebersin, tebasan pemiak kala, sesayut pegeh urip,

prayascita, beyakaonan, dan segehan manca warna.

Untuk buah kelapa dalam banten ini terdapat dalam runtutan banten

bebangkit, seperti suci, daksina gede, pejati, prayascita, dan banten sambutan.

Untuk jenis buah kelapa yang digunakan sama seperti pada Upacara Tiga

Bulanan.

Jadi jenis buah kelapa yang digunakan dalam upacara ini adalah: kelapa

Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa

Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas,

kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya,

kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa

Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Ngempugin

Upacara ini dilaksanakan ketika anak mulai menampakkan giginya yang

pertama atau tumbuh gigi yang pertama, upacara ini sangat bagik dilaksanakan di

pagi hari, hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan gigi anak mengikuti arah

terbitnya matahari. Untuk banten yang digunakan adalah banten petinjo kuskus,

kojong rangkadan, sampiyan penyeneng, tulung sayut, pebersihan payasan,

canang dan ajuman.. Untuk buah kelapa dalam banten ini digunakan dalam

banten pejati, dan banten prayascita sehingga jenis buah kelapa yang digunakan

sama pada Upacara Otonan.

Page 22: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

Jadi dapat disebutkan untuk buah kelapa yang digunakan adalah: kelapa

Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa

Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas,

kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya,

kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa

Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Meketus

Upacara Meketus dilaksanakan ketika gigi anak mulai tanggal untuk yang

pertama kalinya, tanggalnya gigi anak untuk pertama kalinya menunjukkan

peningkatan pertumbuhan si anak sehingga dalam kesempatan ini dibuatkan

upacara, ada juga yang melaksanakan Upacara Pewintenan Sarasvati pada

kesempatan ini, untuk banten yang digunakan adalah banten beyakala, sesayut-

sesayut, dan tebasan.

Buah kelapa pada upacara ini digunakan pada banten pejati, untuk daksina

buah kelapa yang digunakan adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be

Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang,

kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa

Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa

Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa

Macan.

Jadi buah kelapa yang dipakai dalam Upacara Meketus adalah: kelapa Ancak,

kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik,

Page 23: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa

Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa

Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda,

kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Ngerajasewala Ngerajasinga

Upacara ini dilaksanakan ketika anak-anak memasuki umur dewasa remaja,

upacara ini adalah sebagai wujud ungkapan terimakasih kehadapan Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, untuk penyelenggaraan upacara ini belum sepenuhnya

dilakukan oleh umat Hindu di Bali, karena sifatnya bukan suatu keharusan, namun

hendaknya bisa dilaksanakan. Untuk banten yang digunakan adalah pejati,

sesayut-sesayut, pengambean, peras, soda, beyakaon, dan banten pededarian.

Banten yang menggunakan buah kelapa adalah banten pejati, untuk jenis buah

kelapanya bisa menggunakan: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit,

kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa

Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket,

kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma,

kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Jadi buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Ngerajasinga

Ngerajasewala adalah: kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa

Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik,

kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa

Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa

puuh, kelapa Sela,,Kelapa Macan, kelapa Rangda, dan kelapa Bulan.

Page 24: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

Nyuh pada Upacara Mepandes

Upacara Mepandes biasanya dilaksanakan ketika anak berumur 16 tahun,

pada upacara ini juga bisa disertai dengan Upacara Ngerajasewala Ngerajasinga

tergantung dari situasi dan kondisi, untuk banten yang digunakan dalam Upacara

Mepandes ini adalah banten suci, bebangkit, pejati, banten pekala-kalaan, banten

pengekeban, prayascita, tetukon, banten caru, dan buah kelapa Gading untuk

tempat menaruh ludah. Buah kelapa yang bisa digunakan adalah kelapa Gading,

kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin,

kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa

Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa

Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela,

kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Jenis buah kelapa yang bisa

digunakan adalah: kelapa Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be

Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang,

kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa

Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udan. Buah kelapa yang paling

penting harus ada adalah buah kelapa Gading, untuk jenis lain bisa menggunakan

kelapa biasa.

Jadi buah kelapa yang digunakan dalam Upacara Mepandes adalah: kelapa

Gading, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa

Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat,

kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala,

kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa

Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan Kelapa Macan.

Page 25: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

Nyuh pada Upacara Mewinten

Untuk Upacara Mewinten, Upacara Mewinten Sarasvati merupakan

pewintenan yang paling awal dilaksanakan sebagai pembuka untuk menyucikan

diri lahir bhatin guna menuntut ilmu pengetahuan rohani, sementara jenis

Upacara Pewintenan lain bisa disuaikan dengan kebutuhan orang itu sendiri,

untuk upakara pewintenan menggunakan banten prayascita, pengulapan,

daksina, peras, sesayut, tebasan durmenggala, suci, beyakala, dewa-dewi,

pedengen-dengen, caru petemon, pulogembal, padudusan ali, pedudusan agung,

pejati, tumpeng guru, bebangkit, tebasan pemiak kala, tebasan nagasari, tebasan

sidah purna, dan sarana pengelukatan berupa lima jenis kelapa yakni: Nyuh

Bulan, Nyuh Surya, Nyuh Gading, Nyuh Mulung, dan Nyuh Sudamala, jenis

kelapa ini digunakan untuk semua jenis Upacara Pewintenan. Banten yang

menggunakan buah kelapa sebagai pelengkapnya adalah banten suci, bebangkit,

pejati, prayascita, dewa-dewi, pedengen-dengen, pedudusan alit, pedudusan

agung, daksina, tebasan durmenggala, dan banten tumpeng guru, jenis buah

kelapa yang digunakan untuk melukat adalah Nyuh Gading, Nyuh Bulan, Nyuh

Sudamala, Nyuh Surya, Nyuh Gadang, Nyuh Bojog, Nyuh Bingin, Nyuh Be Julit,

Nyuh Brahma, dan Nyuh Udang, dan untuk pelengkap banten yang lain

menggunakan kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed,

kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa

Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa

Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa

puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Gading, kelapa Bulan, dan Kelapa

Macan. Buah kelapa yang paling penting dan harus ada dalam upacara ini adalah:

Page 26: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

kelapa Bulan, kelapa Surya, kelapa Gading, kelapa Mulung, dan kelapa Sudamala

yang digunakan untuk melukat. Untuk melukat bisa menggunakan tiga jenis

kelapa saja yakni: kelapa Gading, kelapa Bulan, dan kelapa Mulung, hal ini

disesuaikan dengan desa mawacara.

Jadi jenis buah kelapa yang dipakai adalah: kelapa Gading, kelapa Bulan,

kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin,

kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa

Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa

Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela,

kelapa Rangda, kelapa Bulan, dan kelapa Macan.

Nyuh pada Upacara Pawiwahan

Upacara Pawiwahan adalah sebuah upacara pengikatan lahir bhatin antara

pria dan wanita untuk memulai kehidupan grahasta, banten yang digunakan untuk

upacara ini adalah banten pejati, banten peras, canang pengeraos, banten pekala-

kalaan, satu soroh caru ayam brumbun, gelar sanga, salah ukur, kala boga, cili

dateng, pengelad dedari, payuk kala gremengan, lis amuan-amuan, sambuk

akupak, tegen-tegenan, daksina suun-suunan, banten ayaban, banten ke surya,

banten ring sor surya, dan banten pregembal. Buah kelapa pada upacara ini

digunakan untuk melengkapi banten pregembal, tegen-tegenan, pejati, banten

pekala-kalaan, dan banten caru, sementara untuk jenis kelapa yang bisa

digunakan adalah: kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik,

kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa

Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa

Page 27: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda,

kelapa Bulan, dan Kelapa Macan. Jenis buah kelapa yang bisa dijadikan sebagai

pelengkap banten adalah: kelapa Enggalan, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa

Bingin, kelapa Cenik, kelapa Bojog, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat,

kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang,

kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa

Gading.

Jenis buah kelapa yang digunakan pada saat Upacara Pawiwahan adalah:

kelapa Gading, kelapa Bulan, kelapa Ancak, kelapa Enggalan, kelapa Be Julit,

kelapa Bebed, kelapa Bingin, kelapa Cenik, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa

Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa

puuh, kelapa Sela, kelapa Rangda, kelapa Bulan, kelapa Macan, kelapa Bojog,

kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, dan kelapa Mulung.

Dari tiga belas (13) jenis Upacara Manusa Yajña, jenis buah kelapa yang

digunakan untuk melengkapi banten, serta syarat upacara adalah: kelapa

Enggalan, kelapa Ancak, kelapa Be Julit, kelapa Bebed, kelapa Beruk, kelapa

Bingin, kelapa Bulan, kelapa Bojog, kelapa Cenik, kelapa Gading, kelapa Gadang,

kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa

Sangket, kelapa Sudamala, kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa

Brahma, kelapa Macan, kelapa Rangda dan kelapa Sela.

2.4 Manfaat Kelapa bagi Kehidupan Manusia

Pohon kelapa atau narikela banyak manfaatnya bagi manusia. Menurut

Ayurweda, air dan daging buah kelapa dapat dimanfaatkan untuk tujuan berbagai

pengobatan. Pohon kelapa banyak tumbuh di dataran rendah, terutama sepanjang

Page 28: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

pantai. Pohonnya tinggi tanpa cabang. Buah kelapa atau narikela memiliki sifat

sita guna (dingin, Bali : tis), sulit dicerna.

Air buah kelapa dapat dipergunakan untuk membersihkan kandungan kencing

(bhasti, vesica urinaria). Sayangnya air ini dapat pula menyebabkan terbentuknya

gas di dalam lambung. Daging buahnya dapat dikonsumsi sebagai bahan

makanan, untuk meningkatkan bala (kekuatan). Daging buah kelapa muda (Bali:

kuud) dicampur gula batu dapat dipergunakan untuk obat sakit kuning (hepatitis).

Untuk mengobati penyakit anyang-anyangan, sering kencing sedikit-sedikit

disertai rasa sakit di daerah atas kemaluan (Bali: siksikan) dipergunakan daging

kelapa hijau muda dicampur dengan kapur. Campuran ini diminum. Selain itu

daging buah kelapa yang telah dimasak dapat dibuat minyak. Minyak kelapa

banyak dimanfaatkan untuk bahan obat, dan amat berperanan dalam membantu

sebagai bahan pemijitan atau pengurutan. 

Air buah kelapa sering dipergunakan sebagai obat bagi mereka yang

menderita daha, yakni rasa panas seperti terbakar. Air buah kelapa pada

umumnya dipergunakan sebagai tindika, yaitu bahan pencahar, sebagai urus-urus

bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam buang air besar, agar dapat mencret.

Dapat juga dipergunakan sebagai obat trsna (penyakit kehausan), dan

menurunkan unsur tri dosha pitta.

Page 29: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penulian dapat disimpulkan bahwa :

5.1.1 Jenis buah kelapa yang digunakan untuk melengkapi banten, serta syarat

upacara adalah: kelapa Enggalan, kelapa Ancak, kelapa Be Julit, kelapa

Bebed, kelapa Beruk, kelapa Bingin, kelapa Bulan, kelapa Bojog, kelapa

Cenik, kelapa Gading, kelapa Gadang, kelapa Glatik, kelapa Kebat, kelapa

Kapas, kelapa Mulung, kelapa Naga, kelapa Sangket, kelapa Sudamala,

kelapa Surya, kelapa Udang, kelapa Ketan, kelapa Brahma, kelapa Macan,

kelapa Rangda dan kelapa Sela.

5.2.1 Fungsi buah kelapa pada Upacara adalah untuk melengkapi aneka jenis

banten, sebagai simbolisasi alam semesta dan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa, sebagai sarana persembahyangan, sebagai sarana pembersihan diri

secara spiritual dan ebagai wujud pengejawataan ajaran Veda.

3.2 Saran

Adapun saran-saran yang diampaikan pada kesempatan ini adalah :

3.2.1 Kepada Generasi Muda khususnya Umat Hindu yang ada di Bali,

hendaknya menjaga dan melestarikan keanekaragaman jenis kelapa yang

ada agar tidak punah, karena dari jenis-jenis kelapa tersebut memiliki

fungsi dan makna dalam setiapkegiatan upacara yadnya.

Page 30: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara

DAFTAR PUSTAKA

Prabhupada, B.S.2006. Bhagawad-Gita Menurut Aslinya. Jakarta: Hanuman Sakti

Raras, Niken Tambang. 2006. Dakina Menghadirkan Kekuatan Lingga Yoni di

Bhur Loka. Surabaya : Paramita

Rasta dan Turya ADnyani, Makna dan Fungsi Buahdalam Upakara.(file://C:/User/document/ makna-fungi-dan buah-dalam-upacara.html).

Redaksi Taksu. 2010. Agustus. Nyuh Rangda sampai Nyuh Empa. Majalah Kebudayaan Bali Taksu 207:61

Sudarsana, Ida Bagus Putu. 2005. Ajaran Agama Hindu Upadeca. Denpasar : Yayasan Dharma Acarya Percetakan Mandara Sastra.

Sudarsana, Ida Bagus Putu. 2008. Ajaran Agama Hindu Upacara Manusia Yadnya Magedong-gedongan. Denpasar : Yayasan Dharma Acarya Percetakan Mandara Sastra.

Tim Penyusun.2010. Taman Gumi Banten Eniklopedi Tanaman Upakara. Denpasar : Udayana Universitas Pres.

Udayana. I Dewa Gede Alit. 2009. Tumpek Wariga Kearifan Lokal Bali Untuk Peletarian Sumber Daya Tumbuh-tumbuhan. Surabaya : Paramita.

Wiana, I Ketut.2002. Makna Upacara Yajna Dalam Agama Hindu. Surabaya:

Paramita

Page 31: Makna Buah Kelapa Dalam Upacara