makalah studi islam kel. 14

34
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan limpahannya. Maka kami kelompok 13 dapat menyelesaikan makalah ini secara tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya iman kepada seluruh umat manusia. Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Akhlak Mahmudah” yang kami rasa dapat menambah pengetahuan kita tentang akhlak dan dapat membedakan akhlak baik dan akhlak buruk. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini baik dalam segi pencarian sumber sampai dengan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami membutuhkan 1

Upload: astrid-n-rizqita

Post on 28-Sep-2015

269 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

SI

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan limpahannya. Maka kami kelompok 13 dapat menyelesaikan makalah ini secara tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya iman kepada seluruh umat manusia. Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul Akhlak Mahmudah yang kami rasa dapat menambah pengetahuan kita tentang akhlak dan dapat membedakan akhlak baik dan akhlak buruk.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini baik dalam segi pencarian sumber sampai dengan penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih

PENYUSUN

KELOMPOK 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2BAB 13PENDAHULUAN41. Latar Belakang42. Rumusan masalah4BAB 24PEMBAHASAN51. Pengertian Akhlak Mahmudah52. Al Amanah ( Dapat Dipercaya )53. Al Afwu (Pemaaf)74. Al-Shabru (Sabar)94. Al Qanaah (Merasa Puas)155. An Nadhofah ( kebersihan)16BAB 319KESIMPULAN19Daftar pustaka20Biografi Penulis21

BAB 1PENDAHULUAN1. Latar Belakang Akhlak yang baik adalah segala tingkah laku yang terpuji (mahmudah) juga bisa dinamakan fadhilah (kelebihan). Al-Ghazali menggunkan perkataan munjiyat yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan. Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik. Sebagai contoh, dalam berusaha manusia harus menunjukan tingkah laku yang baik, tidak bermalas-malasan, tidak menunggu tetapi segera mengambil keputusan. Dalam mencari rizki juga demikian, harus menunjukan akhlak yang baik. Di samping akhlak terpuji (mahmudah) ada juga akhlak tercela (mazmumah), yaitu segala tingkah laku yang tidak terpuji.Untuk mengetahui lebih dalam tentang pengertian akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah sertah macam-macamnya, akan dibahas dan dijelaskan pada pembahasan makalah ini.

2. Rumusan masalah1. Menjelaskan Pengertian Akhlak2. Menjelaskan perbedaan antara Akhlak Mahmudah dengan Akhlak Madzmumah3. Menjelaskan pengertian Akhlak Mahmudah4. Macam macam Akhlak Mahmudah5. Menjelaskan Al Amanah ( Dapat Dipercaya )6. Menjelaskan Al Afwu ( Pemaaf )7. Menjelaskan Al shabru ( Sabar ) dan perwujudanya8. Menjelaskan Al qanaah (Merasa Cukup )9. Menjelaskan Al Nadzafah ( Kebersihan

BAB 2PEMBAHASAN1.Pengertian Akhlak MahmudahIslam adalah agama yang menjujung tinggi akhlak mulia. Bahkan, tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad SAW. Sebagai nabi adalah menyempurnakan akhlak mulia sebagaimana dijelaskan dalam hadisnya, Sesungguhnya aku tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak mulia (HR. Al Bukhari). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak ( akhlaq) diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama.Akhlak karimah (mahmudah) adalah segala tingkah laku yang terpuji ( yang baik) biasa juga dinamakan fadilah kelebihan. [footnoteRef:1]Imam Al Ghozali menggunakan juga perkataan munjiat yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan. [1: Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash- Shanani, ( penyunting: Team darus sunnah), Subulus salam syarah bulughul maram ( jilid 3)- cet. 8. Jakarta : Darus sunnah, 2013. Hal. 952.]

[footnoteRef:2]Al Ghozali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimiliki seseorang misalnya jujur, bersifat baik terhadap tetangga dan tamu, itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin seseorang secara tidak langsung menjadi akhlaknya.[footnoteRef:3] Al Ghozali menerangkan adanya pokok keutamaan akhlak yang baik, antara lain mencari hikmah, bersikap berani, bersuci diri, berlaku adil. [2: Hamzah Yaqub, Etika Islam, (Bandung: CV. Diponegoro,1983), Cet.II, Hal.95] [3: Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Presfektif Al- Quran, ( Jakarta : Amzah, 2007), Cet.I, Hal.40]

Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang di ridai oleh Allah SWT, akhlak yang baik itu dapat di wujudkan dengan mendekatkan diri kita pada Allah SWT yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua laranganya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang maruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al Imran ayat 110 yang artinya kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah.

2. Al Amanah ( Dapat Dipercaya )A. PengertianDalam pengertian sempit masyarakat luas amanah(Bahasa Arab:) berarti yang dapat di percaya. Perkataan amanah berasal dari kata alm amn yang berarti rasa aman dan percaya. Kata amanah juga menunjuk kepada sesuatu yang dipercayakan kepada orang lain. Jadi, amanah dapat mengandung makna bahwa sesuatu diberikan kepada pihak lain karena yakin dan percaya, bahwa di tanganya seuatu yang diserahkan kepadanya itu akan aman dan terpelihara dengan baik. [footnoteRef:4] [4: 1A Ilyas Islami, Seratus Cerita Tentang Akhlak, Penerbit Republika, Jakarta, 2006, Hal.159.]

B. perintah amanah dalam al-quran: :Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.(Al Ahzab:72)

:Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. An Nisaa:58

C.Amanah akhlak rosulAmanah adalah akhlak rosul yang paling tampak. Nabi Nuh, Hud, Shalih, Luth dan Syuaib sebagaimana disebut oleh Allah kepada kaumnya bahwa sesungguhnya aku ini adalah seorang rasul yang memegang amanah (yang diutus) kepada kalian! (As syuara: 107)1D. Ruang Lingkup AmanahRuang lingkup Amanah sangatlah luas, mencakup segala aspek kehidupan, contohnya adalah agama, kehormatan, harta, benda, ilmu, nyawa, kekuasaan, wasiat, persaksian, pengadilan, pencatatan, jabatan, penyampaian ucapan dan lain-lain yang intinya segala sesuatu hal dimana seseorang dapat melakukan amanah.E. Klasifikasi Manusia Dalam AmanahPertama adalah orang yang meninggalkan amanah lahir dan batin, bahkan hingga mengingkari amanah itu (Musyrik). Yang kedua adalah orang yang berpura-pura mengemban amanah itu padahal hatinya tidak suka atau bahkan benci akan amanah itu (munafik). Lalu yang ketiga adalah orang yang mengemban amanah lahir dan batin (beriman). [footnoteRef:5] [5: 1 Mahmud Al-Mishri, Manajemen Akhlak Salaf; Membentuk Akhlak Seorang Muslim dalam Hal Amanah, Tawadhu, dan Malu, Pustaka Arafah, Solo, 2007, Hal. 822 Mahmud Al-Mishri, Manajemen Akhlak Salaf; Membentuk Akhlak Seorang Muslim dalam Hal Amanah, Tawadhu, dan Malu, Pustaka Arafah, Solo, 2007, Hal. 85]

3.Al Afwu (Pemaaf)A.pengertianTermal-afwuberasal dari akar kata arti-nya: memaafkannya, mengampuni dosanya.Pada mulanya termal-afwutersebut berarti berlebihan. Kemudian, dalamal-Munjid f al-Lugahdikatakan bahwa terma-lafwudimaknakan dengan (menyembuhkan sesuatu yang bersih pada pada [diri] nya.Yakni, melenyapkan [dirinya]dari kebejatan yang sejak awal melekat pada dirinya, kemudian ia memuliakan orang secara khusus).[footnoteRef:6] [6: Anonim, http://www.referensimakalah.com/2012/05/pengertian-al_9538.html, Pengertian Al-Afwu pada tanggal 2 desember 2014 pada pukul 19.56]

Jadialafwusecara etimologi bisa berarti memaafakan atau memberi maaf kepada orang lain; juga dapat berarti menahan diri, menghapuskan dan menggurkan kesalahan orang lain pada dirinya.B. Bagaimana menjadi seseorang Al Afwu?Manusia tiada sunyi dari khilaf dan salah, maka apabila seseorang berbuat seseuatu terhadap diri seseorang yang karena khilaf atau salah, maka patutlah dipakai sifat lemah lembut sebagai rahmat Allah terhadapnya, maafkan kekhilafan atau kesalahnya, janganlah mendendam serta mohonkanlah ampun kepada Allah untuknya, semoga ia surut dari langkahnya yang salah, lalu berlaku baik di masa depan hingga akhir hayatnya.[footnoteRef:7] [7: M. Yattmin Abdullah, Studi Akhlak dalam perspektif Al-Quran, Amzah, Jakarta, 2007, hal. 13.]

C. Beberapa ayat Al-Quran tentang Al Afwu: Maafkan kami dan ampuni kami. (Al-Baqarah: 286). Kecuali jika isteri-isterimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah. (Al-Baqarah: 237) Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Jatsiyah: 14) Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan untuk mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. (Ali-Imran: 159) Tidak ada satu pu musibah yang menimpa kamu kecuali disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Asy-Syura: 30) Para malaikat bertasbih dengan memuji Tuhannya dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang ada di bumi. (Asy-Syura: 5) Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (Al-Araf: 23)[footnoteRef:8] [8: Syamsuri Rifai, http://tafsirtematis.wordpress.com/2008/05/30/makna-al-%E2%80%98afwu-dan-al-maghfirah-dalam-al-qur%E2%80%99an/, Makna Al-Afwu dan Al-Maghfirah dalam Al-Quran pada tanggal 2 desember 2014 pada pukul 20.34]

4.Al-Shabru (Sabar)A. Pengertian Sabar Secara Etimologi kata sabar berasal dari bahasa Arab Shabr merupakan bentuk masdar dari kata shabara yash biru,yang diantara artinya adalah menahan. [footnoteRef:9]Sedangkan Ibrahim Al Abyary mengartikan sabar adalah menahan diri dari kesulitan. [footnoteRef:10]Secara Terminologi, sabar adalah mengendalikan diri terhadap apa yang di kehendaki oleh akal dan syara atau keduanya[footnoteRef:11] [9: Lihat Abu Hussain Ahmad bin Faris bin Zakariyah, Mujam Maqayis A Lughah, Jil-IV, Dar Al-Jail,Beirut,1991, h.329] [10: Ibrahim Al-Abyary,Al Mausuah Al- Quraniyah, Jil.II, Bab.XII, tentang Gharib Al- Quran Al- Karim Sajl Al Arab,1984, h.308] [11: Ibid]

Dalam redaksi yang berbeda Ibn Mandzur mendefinisikan sabar adalah menahan diri dari kegelisahan dan telah sabar pula dari musibah[footnoteRef:12] [12: Lihat Jamaluddin Muhammad Ibn Mukarram Al-Anshori Ibn Mandzur, Lisan Al Arab, Dar Shadir, Beirut, tt., h.438]

Kata sabar merupakan kata umum yang memiliki arti yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya. Jika seseorang mampu bertahan dalam musibah yang dihadapinya, maka ia disebut sabar, lawannya al-juzu (gelisah). Akan tetapi sabar dalam perjuangan disebut syajaah (berani) lawannya al jubn (takut), menahan sesuatu (sabar) yang mengkhawatirkan disebut rahb al sadr ( lapang dada), lawannya al-dajir (emosi), menahan bicara (sabar) disebut kitman (diam atau tertutup) lawannya al-mazil (terbuka). Allah SWT menanamkan semuanya itu dengan sabar.[footnoteRef:13] [13: Al Abyary Loc.cit, juga Al-Asfahani, loc.cit]

Secara ringkas oleh Abu Amru sabar di kategorikan ke dalam tigal hal, yaitu : pertama sabar dalam mematuhi perintah Allah, kedua sabar dalam menahan diri untuk menghindarkan diri dari segala perbuatan jahat atau menuruti hawa nafsu, dan ketiga sabar dalam arti menahan diri ketika menegakkan kebenaran dan kemashalatan.[footnoteRef:14] [14: Ibn Mandzur, op.cit., h.439]

B. Perwujudan Sabar Menurut Al- Quran Sabar dalam mematuhi perintah Allah SWTApabila kita merunjuk kepada ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa: Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku Maka sudah jelas, bahwa segala aktivitas manusia di dunia ini hendaklah diniatkan sebagai suatu ibadah. Sebagai suatu kewajiban, ibadah itu dirasakan amat besar dan susah, untuk itulah diperlukan kesabaran. Adapun sabar dalam konteks ibadah ini, dasarnya tidak lain adalah prinsip-prinsip Islam yang lazim, pelaksanaan dan peneku hanya memerlukankesanggupan dan latihan. Contoh shalat, merupakan kewajiban salam melaksanakan secara rutin,sebagaimana Allah berfirman: dan perintakanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.

Menurut Al-Thabary, kesabaran itu dituntut dalam memenuhi janji yang telah disepakati antara hamba dengan Allah SWT untuk patut dan mengikuti perintah-Nya serta menjauhi larangannya dari cinta dunia, dengan mengikuti petunjuk Rasulullah Muhammad SAW, yaitu dengan cara sabar dan shalat.[footnoteRef:15] [15: Abi Jafar Muhammad Ibn Jami Al- Bayan An Tawil Aiy Al Quran Al- Juz, Al- Awwal, Dar Al- Fikr, Beriut, 1984, h.259]

Dikatakan pula bahwa sabar dalam ayat diatas berarti puasa dalam alasan bahwa sesungguhnya Allah SWT, menyebutkan perintah-Nya dengan sabar atas apa yang tidak disukai dalam mematuhi Allah dan meninggalkan maksiat , sehingga bulan Ramadhan itu identik dengan bulan sabar, karena orang yang berpuasa berarti menahan diri dari segala yang membatalkan puasa ( makan,minum, dan bersetubuh) di siang hari.[footnoteRef:16] [16: Ibid, Menurut riwayat dari Al- Turmuzi, ditegaskan bahwa puasa itu adalah sebagian dari kesabaran]

Memelihara kecintaaan dan saling memberikan maaf memaafkan dalam pergaulan sesama mukmin, merupakan sifat-sifat yang terpuji berlandaskan kepada kesabaran yang baik,sebagaimana diserukan oleh firman Allah berikut ini: dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Sabar Menahan Hawa Nafsu Sabar menahan godaan hawa nafsu, yaitu melawan keinginan-keinginan yang terlarang dan tidak tercela.Hal ini tidaklah mudah kecuali bagi orang-orang yang sabar, sebagai suatu manifestasi dari keimanan dan ketaqwaannya. Untuk mencapai derajat inilah seorang mukmin selalu berdoa sebagaimana yang tersebut dalam Al- Quran: Ya Allah Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri ( kepada-Mu)

Secara kontekstual, ayat tersebut menegaskan bahwa kita harus sabar dalam arti tetap berpatokan kepada garis-garis agama dan selalu konstisten dengan ajaran-ajaranNya.[footnoteRef:17] Dalam menghadapi tantangan dan cobaan di dalam mengarungi kehidupan duniawi. Orang yang tiia terjerumus tidak konstisten dengan agamanya, seringkali ia terjerumus kelembah nista dan tercela. Karena ia tidak sabar dengan rezeki yang dianugerahkan oleh Allah, akhirnya ia korupsi, mencuri, menipu, dll. [17: Ibn Katsir Al-Dimsyaqy, Tafsir Al Quran Al Adzim, Juz II, Makatabah Al- Nur Al- Ilmiyah, Beirut, tt., h. 228.]

Sabar Dalam Menghadapi Musibah Allah SWT berfirman: kecuali oramg-orang yang sabar (terdapat bencana),dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka itu memperoleh ampunan dan pahala yang besar Ibn Katsir menegaskan bahwa dalam kondisi yang sangat sulit, mendapat musibah atau hal-hal yang tidak disukai seseorang itu hendaklah bersabar[footnoteRef:18] agar mendapat ampunan dan pahala dari Allah SWT. Seseorang yang taat pada Allah pasti akan diberi kebaikan, tetapi, sesuatu yang baik itu tidak selamanya manis sebab ada pula yang pahit, bila ia tabah menghadapi kepahitan tersebut, maka ia akan menerima kebaikan dari-Nya, yaitu berupa ampunan dan pahala. Sabar dalam menghadapi musibah, kiatnya adalah dengan cara berlatih sehingga akan lebih siap dan berani menghadapi kenyataan berupa musibah atau cobaan seberat apapun.[footnoteRef:19] [18: Ibid., h.420] [19: Lihat Abu Muhammad Badr Al- Din Muhammad bin Ahmad Al- Ayni, Umdah Al- Qari Syarah Shahih Al- Bukhari, Juz VII, Dar Al- Fikr, tt., h. 304]

Sabar Dalam Arti Berani Sabar dan berani yang tertanam dalam diri kaum muslimin dapat meninggikan martabat dan derajat ummat dan bangsa. Karena itu Al- Quran memerintahkan kita untuk berlaku sabar dan berani sebagai suatu perangai Al- Quran. Dalam Al- Quran terdapat banyak sekali ayat-ayat yang mendorong agar supaya bersabar dan berani, khususnya dalam berjihad menegakkan kebenaran. Antara lain firman Allah SWT berikut ini:

Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu dan agar kamu menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. Tantangan dan cobaan hidup harus dihadapi dengan keberanian dalam bentuk jihad sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran 142 berikut ini: Apakah kamu menduga akan dapat masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang yang berjihad diantara kamu dan ( belum nyata) orang-orang yang sabar.

Menurut Quraish Shihab jihad merupakan teknik Allah menguji manusia sebagai ketetapan-Nya yang sangat berkaitan erat dengan sabar sebagai isyarat bahwa jihad adalah sesuatu yang hal sulit, memerlukan keberanian, ketabahan, dan kesabaran.[footnoteRef:20] [20: M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Quran Tafsir MaudhuI Atas Perbagai Persoalan Ummat, Mizan, Bandung, 1997, h.502 ]

Pada ayat lain Allah SWT, juga berfirman: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah ( mereka) dari perbuatan mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) Di dalam berjuang atau berjihad menegakkan kebenaran dan keadilan serta memberantas kemungkaran dan kebatilan tentunya sesuai dengan kemampuan dan keberanian masing-masing. Dalam pada itu tantangan dan cobaan yang hadapi harus diterima dengan sabar dan tawakal. Hal ini menunjukkan bahwa betapai berat berlaku sabar yang dituntut dalam menghadapi cobaan dan tantangan menegakkan kebenaran sehingga diperlukan rasa keberanian.C. Hikmah yang Diperoleh Dari Sabar Allah memiliki sifat Al Shabur sebagaiman tersebut dalam Asma Al Husna yang artinya maha penyabar ,oleh karena Allah sangat suka menangguhkan siksaan bagi orang yang cepat berbuat maksiat kepada-Nya. Dialah yang telah menggerakkan hati seseorang untuk berlaku sabar dan berhati-hati serta hemat dalam melakukan pekerjaan tidak lain agar menjadi orang yang berbuat baik. Sebagaimana FirmanNya yang berbunyi: Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberikan keputusan dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya

Dalam ayat tersebut, terlihat dengan jelas bahwa orang yang akan mendapat hikmah dan keadilan dari Allah SWT adalah orang yang tetap sabar dan konsekwen serta konsisten berpegang pada wahyuNya. [footnoteRef:21]Sehingga Allah menjadikan sabar itu sebagai tanda-tanda kebesaran dan symbol kesempurnaan serta termasuk bukti pengawasan orang yang sabar,Allah melimpahkan keberanian dan pertolonganNya. Orang yang ditimpa musibah, dan orang yang menderita kesulitan-kesulitan hidup serta kesempitan, apabila bersabar dan mampu tidak mengeluh,niscaya ia dapat mematahkan tipu daya musuhnya, dan musuh yang besar dalam hal ini ialah setan. Orang yang menaiki puncak kesuksesan tidak lain adalah orang yang sabar. [21: Ibn Katsir op.cit., h.416]

Disamping itu, sabar merupakan salah satu sifat Allah SWT, yang harus dicapai bagi pengharap rahmat dan ampunan serta ketenangan dan kebahagiaan. Sabar berkaitan erat dengan cobaan dan musibah , sekaligus menjadi tantangan yang amat besar, orang yang sabar akan mampu mengatasi ujian-ujian yang dihadapi dengan tenang, tabah dan tawakal, karena baginya hanya Allah yang dapat menolong.

4. Al QanaahA. PengertianQanaah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Sikap al-qanaah yang diajarkan islam seringkali dipahami sercara keliru, seakan akan maksudnya adalah menerima apa adannya tanpa melihat ada usaha. Pada dasarnya sikap qanaah adalah menerima berapapun hasil usaha yang dilakukan, artinnya ada usaha yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil tersebut, bukan menerima apa adanya tanpa perlu berusaha maksimal.[footnoteRef:22] [22: Ridjaluddin, Sabar Dalam Pandangan Imam Al-Ghazali, Lembaga Kajian Islam Nugraha, Ciputat, 2009, hal. 251-252.]

B. Ciri-Ciri- Berlapang dada- Tidak Putus asa- Terhindar sifat iri dan dengki- Tentram- Tidak serakah- Dan lain-lainC. TujuanTujuan memiliki sifat Al Qanaah ini adalah kita dapat menendalikan diri untuk tidak mencari harta kekayaan kemudian dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan ajaran agama islam.

5. An Nadhofah (Kebersihan)A. PengertianMenurut syari, kata (kebersihan) itu memiliki dua arti, yang pertama adalah an-nadzofatul bathin atau manawi dan yang kedua adalah an-nadzofatul dzohir atau hisi. Arti (definisi) dari an-nadzofatul bathin adalah seperti yang diuraikan oleh Syekh Abdul Aziz dalam syarah kitab Bulughul Marom karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani

Artinya : membersihkan hati dari segala bentuk kemusyrikan terhadap Allah SWT, juga membersihkan hati di dalam beribadah kepadaNya, dan juga membersihkan diri dari berbagai sifat yang tercela.

An-Nadzofatul bathin atau manawi- Membersihkan hati dari segala bentuk kemusyrikan terhadap Allah SWTMembersihkan diri dari segala bentuk aqidah yang fasid (keyakinan yang rusak dan tercela) terhadap Allah swt, yang menjurus akan adanya kemusyrikan ataupun kekufuran, seperti ragu-ragu akan adanya Allah taala, ataupun meragukan salah satu sifat yang wajib atas diri-Nya, seperti meragukan akan adanya sifat Qidam, Baqo, Mukholafatu lilhawaditsi dan yang lainnya[footnoteRef:23], pada haknya Allah taala, ataupun meragukan sebagian janji-janjinya, seperti meragukan adanya hari kiamat, padang mahsyar, surga, neraka, dan yang lainnya, dan juga masih termasuk dari sebagian bentuk aqidah yang fasid yang wajib dibuang, serta dibersihkan dengan pertaubatan. [23: Anonim, http:// mutiarazuhud.wordpress.com/ 2012/16/03/tasawuf/]

- Membersihkan hati dari segala bentuk kemusyrikan terhadap Allah SWT, membersihkan hati dari segala bentuk itiqad atau keyakinan yang dapat menjerumuskan dalam jurang kemusyrikan (mempersekutukan ke-esaan Allah swt), seperti berkeyakinan bahwa ada kekuatan (suatu perkara yang bisa mendatangkan kemanfaatan ataupun ke madharatan) selain kekuatan Allah taala, yang contohnya, kerap kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya orang yang pergi ke dukun untuk mencari kesuksesaan dalam pekerjaannya ataupun usahanya.Adapun maksud dari membersihkan hati dalam beribadah kepada-Nya dalam pengertian an-nadzopatul bathin di atas, adalah ketulusan hati hanya semata karena Allah swt (ikhlas), dalam menjalankan syariat ibadah kepada-Nya, baik itu ibadah makhdhoh maupun ibadah ghoir makhdhoh, dan juga tidak tercampurinya hati oleh maksud-maksud yang lain, selain mencari keridhoan-Nya, dalam menjalankan syariat ibadah kepada-Nya.

An-Nadzofatul dzohir atau hisi

Artinya : membersihkan diri dari hadats ataupun sebangsanya (junub), ataupun membersihkan kotoran dengan niat karena Allah taala.

Maksud dari membersihkan diri dari hadats adalah dengan berwudhu, dan yang dimaksud dengan [footnoteRef:24]membersihkan diri dari sebangsanya seperti junub, haid, dan yang lainnya adalah mandi besar ataupun Adus, adapun yang di maksud dengan membersihkan kotoran disini adalah kebersihan secara umum ataupun bentuk dari bersih-bersih (menghilangkan) kotoran, sampah, ataupun sejenisnya, baik yang menempel di badan ataupun yang berada di luar badan seperti menyapu, mencuci, dan yang lain-lainnya, dengan dasar niat karena Alloh swt, bukan sekedar niat bersih-bersih saja, dan hal ini (bersih-bersih dengan niat karena Allah swt) adalah perkara yang dimaksud dalam hadits menyingkirkan duri dari jalan adalah sebagian dari iman (HR Muslim). [24: Anonim, http:// mutiarazuhud.wordpress.com/2012/16/03/ tasawuf/]

B. Hikmah Kebersihan[footnoteRef:25]Islam adalah agama yang cinta keindahan. Keindahan selalu identik dengan kebersihan dan kesucian. Demikianlah sebuah hadits berbunyi Kebersihan itu sebagian dari iman. Artinya keimanan belum tanpa adanya kebersihan. Baik jasmani maupun rohani.Anjuran bersuci dalam Islam terjembatani dalam pelaksanaan wudlu sebelum shalat. Demikian pula anjuran mandi sebelum pertemuan jumatan atau berkumpul tahunan dalam rangka shalat idul adha maupun idul fitri. Begitu juga dengan anjuran memotong kuku, membersihkan gigi, membersihkan pakaian dengan mencuci. [25: Anonim, http:// mutiarazuhud.wordpress.com/2012/16/03/ tasawuf/]

Kitab Fiqih Manhaji Madzhab Imam SyafiI menerangkan adanya hikmah dibalik anjuran tersebut diantaranya.

Pertama menunjukkan fitrah Islam sebagai agama yang suci. Kedua, Menjaga kehormatan dan kewibawaan seorang Islam. Karena manusia pada dasarnya condong pada sesuatu yang bersih, suka berkumpul dengan orang-orang yang bersih dan menjauhi sesuatu yang kotor. Maka perintah bersuci adalah jalan menuju kehormatan dan kewibawaan Islam itu sendiri. Lebih-lebih ketika bersinggungan dengan msyarakat lainnya.

Hikmah Ketiga adalah menjaga kesehatan. Karena penyakit itu datang disebabkan kuman-kuman serta bakteri-bakteri yang dibawa oleh kotoran, maka Islam menganjurkan umatnya untuk menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit. Seperti mebersihkan badan, mencuci muka, mencuci tangan, mencuci kaki, karena anggota yang disebutkan merupakan tempat dimana kotoran yang menbawa penyakit itu bersarang. Dan terakhir adalah mempermudah diri mendekati Ilahi. Allah Tuhan Yang Maha Suci senang akan hal-hal yang suci. Karena itu keitka shalat untuk menghadapi-Nya haruslah dalam keadaan suci secara lahir maupun batin.BAB 3KESIMPULANBermula dari zaman Nabi Adam a.s, manusia sudah ditakdirkan untuk menjalani peringkat hidup duniawi di atas muka bumi ini. Sedari detik itu sehingga kini, manusia terus menjalani hidup dengan berbagai cara dan peristiwa yang membentuk sejarah dan tamaddun manusia. Sifat dan keperibadian manusia penuh pertentangan dan beraneka ragam.Rasulullah sallallahu alaihi wasallam diutuskan kepada manusia untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis Rasulullah SAW. Dengan akhlak Rasulullah memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah, menyeru manusia kepada tauhid dan dengan akhlak jualah baginda menghadapi musuh di medan perang.Dengan akhlak baginda memimpin rakyat dalam perjuangan mencapai cita-cita serta membangunkan Negara yang berdaulat dan merdeka. Sesungguhnya akhlak yang mulia melengkapkan sendiiman untuk menuju kepada kesempurnaan kepribadian manusia sebagaimana keterangan hadis yang berbunyi:Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: Paling sempurna keimanan orang-orang mukmin ialah yang lebih baik akhlaknya. (HR At-Tirmizi dari Abu Hurairah).Manakala dalam hal ibadah, kita akan dapati antara hikmah ibadah-ibadah yang dianjurkan oleh Islam terdapat pertautan yang erat antara akhlak dan ibadah meskipun ibadah itu berlainan pada rupa dan bentuknya tetapi kesemuanya menuju kepada satu sasaran yang digariskan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam sabdanya: Aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak.Sembahyang, puasa, zakat, haji dan lain-lain amalan yang diperintahkan di dalam Islam adalah merupakan anak tangga untuk mendaki kemuncak kesempurnaan dan sebagai strategi untuk melindungi diri dai kerosakan dan kerendahan moral. Dengan sebab ciri-ciri itu maka ibadah-ibadah tersebut terletak di tempat yang tinggi dalam agama.Persiapan umat Islam untuk menjadi Ummatan Wasathon harus dilengkapi dengan tuntutan untuk dijadikan alat komunikasi dengan sesama manusia. Tuntutan itu berupa ajaran akhlak mulia, yang diharapkan untuk mewarnai segala aspek kehidupan manusia. Kerana itu, sesungguhnya ilmu komunikasi yang paling hebat adalah ilmu yang didasarkan kepada akhlak yang mulia.

Daftar pustakaAbdullah, Yatimin. (2007). Studi Akhlak dalam Persfektif Al- Quran. Jakarta: AmzahAsh- Shanani, Muhammad bin Ismail Al-Amir. (2013). Subulus salam syarah bulughul maram. Jakarta: Darus Sunnah.Ahyari, Ibrahim Al. (1984). Al Mausuah Al-Quraniyah, Jil. II, Bab XII, tentang Garib Al- Quran Al- Karim,ttp. Muassasah Sajl Al-Arab.Shihab, M.Quraish. (1997). Wawasan Al- Quran Tafsir MaudhuI Atas Perbagai Persoalan Ummat, Bandung: Mizan.Yaqub, Hamzah. (1983). Etika Islam. Bandung: CV. Diponegoro.Islami, A Ilyas. (2006). Seratus Cerita Tentang Akhlak. Jakarta: Penerbit Republika.Al-Mishri, Mahmud. (2007). Manajemen Akhlak Salaf; Membentuk Akhlak Seorang Muslim dalam Hal Amanah, Tawadhu, dan Malu. Solo: Pustaka Arafah.Lihin. (2014). Pengertian Al-Afwu. Tersedia: http://www.referensimakalah.com/2012/05/pengertian-al_9538.html, 2 desember 2014Abdullah, M. Yattmin. (2007). Studi Akhlak dalam perspektif Al-Quran. Jakarta: Amzah.Shihab, M. Quraish. (1997) Wawasan Al- Quran Tafsir MaudhuI Atas Perbagai Persoalan Ummat. Bandung: Mizan.Ridjaluddin. (2009). Sabar Dalam Pandangan Imam Al-Ghazali. Ciputat: Lembaga Kajian Islam Nugraha.Lihat Jamaluddin Muhammad Ibn Mukarram Al-Anshori Ibn Mandzur, Lisan Al Arab, Dar Shadir, Beirut, tt., h.438.http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/06/13/tasawuf/Lihat Abu Hussain Ahmad bin Faris bin Zakariyah, Mujam Maqayis A Lughah, Jil-IV, Dar Al-Jail,Beirut,1991, h.329.Rifai, Syamsuri. Makna Al-Afwu dan Al-Maghfirah dalam Al-Quran. http://tafsirtematis.wordpress.com/2008/05/30/makna-al-%E2%80%98afwu-dan-al-maghfirah-dalam-al-qur%E2%80%99an/. 2 desember 2014 pada pukul 20.34

Biografi Penulis1. Malinda Amber PratiwiMalinda Amber Pratiwi lahir di Jakarta, 25 Novenber 1996. Pada tahun 2002-2008 menempuh pendidikan di SDN Kebon Pala 11 Pagi Jakarta Timur, pada tahun 2008-2011 menempuh pendidikan di SMPN 268 Jakarta Timur, tahun 2011-2014 menempuh pendidikan di SMAN 20 Jakarta Pusat. Kini, penulis tengah menjalani studinya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia mengambil program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang akan rampung dalam kurun waktu antara 3,5 sampai 4 tahun. Dia selalu aktif salam organisasi di sekolahnya, seperti anggota ekstrakulikuler karate, dan pernah menjabat sebagai sekertaris rohani Islam. Penulis ini bercita- cita sebagai manajer proyek dan seorang guru.2. Yogi KaharsyahYogi Kaharsyah lahir pada tanggal 10 Juni 1996 bertempat tinggal di Komplek Huma Akasia Blok C-26, Bekasi. Pernah menempuh pendidikan dasar di SD Angkasa IV. Lalu melanjutkan ke SMPN 81 Jakarta yang berlokasi di daerah Lubang Buaya. Lalu dilanjutkan ke SMAN 113 Jakarta yang juga masih dalam kawasan Lubang Buaya. Semasa SMA, penulis pernah menjuarai lomba cerdas cermat dan lintas sejarah serta mengikuti beberapa organisasi internal SMA. Setelah Lulus SMA penulis melanjutkan pendidikanya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Alasan Penulis mengambil Prodi tersebut karena penulis menaruh minat untuk bekerja pada bidang pasar modal/ekonomi moneter dan bercita cita pembangunan Indonesia yang merata dari ujung timur hingga ujung barat dan menjadi bangsa yang berdikari.

23