makalah studi hadits iii

26

Click here to load reader

Upload: dei-gratia

Post on 04-Aug-2015

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Studi Hadits III

TUGAS MATA KULIAH STUDI HADITS

MAKALAH dan PRESENTASI

HADITS MAUDLU’

Dosen Pengampu : Musyarrofah

Disusun Oleh :

Marsudi

Wahyudi

Wahdaniya

Lailatul Masna

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

AL IBROHIMY

TANJUNGBUMI BANGKALAN

2012

~ 1 ~

Page 2: Makalah Studi Hadits III

KATA PENGANTAR

Puji syukur al-hamdulillah, kami ucapkan atas karunia dan nikmat Allah SWT

sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah kelompok dengan judul Hadis Maudhu’

ini untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Studi Hadis.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Desen Pengampu Ibu Musyarofah. yang

telah memberikan bimbingan dan bekal untuk menyelesaikan makalah ini. Ucapan

terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami

menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa kami adalah manusia biasa yang jauh dari

kesempurnaan. Begitu juga dengan karya kami ini yang juga jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan-

perbaikan dimasa yang akan datang dan semoga kita senantiasa mendapat petunjuk dan

pertolongan Allah SWT. Amin

Tanjunbumi, 8 November 2012

Penulis

~ 2 ~

Page 3: Makalah Studi Hadits III

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al-Qur’an. Keberadaan

hadits merupakan bentuk nyata dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Sedangkan hadits pada hakekatnya adalah penjelasan dan praktek dari ajaran Al-

Qur’an itu sendiri. Walaupn hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua,

namun hadits tidak seperti Al-Qur’an yang secara resmi telah ditulis pada zaman

Nabi dan dibukukan pada zaman khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq.

Hadits baru ditulis dan dibukukan pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis

(abad ke-2) Kesenjangan waktu antara sepeninggalan Rasulullah dengan waktu

pembukuan hadits (hampir 1 abad). Merupakan kesempatan yang baik bagi orang-

orang atau kelompok tertentu untuk memulai aksinya membuat dan mengatakan

sesuatu yang kemudian dinisbahkan kepada Rasulullah dengan alasan yang dibuat-

buat penisbatan sesuatu kepada Rasulullah SAW seperti inilah yang kemudian

dikenal sebagai hadist palsu atau Hadits Maudhu’.

Hadits Maudhu’ sebenarnya tidak banyak disebut sebagai sebuah hadits, karena

ia sudah jelas bukan sebuah hadits yang bisa disandarkan pada Nabi SAW. Lain

halnya degan Hadits dha’if yang diperkirakan masih ada kemungkinan disandarkan

pada Nabi SAW. Hadits Maudhu’ ini berbeda dengan Hadits Dha’if. Hadits

Maudhu’ sudah ada kejelasan akan kepalsuannya sementara hadits dha’if belum jelas

hanya samar-samar. Sehigga karena kesamarannya, hadits tersebut disebut dengan

Dha’if.

Bagi Hadits Maudhu’ dan Dha’if ini, sebagaimana hadits shahih telah banyak

tersebar dan beredar dalam masyarakat. Disinilah kemudian Hadits Maudhu’ perlu

dimasukan kedalam kajian ilmu hadits.

1.2. Rumusan Masalah

Apa pengertian hadits maudlu ?

Bagaimana awal munculnya hadits maudlu?

Faktor apa saja yang melatarbelakangi hadits maudlu ?

Bagaimana kriteria kepalsuan hadits maudlu ?

Jelaskan beberapa Kumpulan contoh Hadits Maudlu' dan sebabnya!

Bagaimana Usaha para ulama memberantas sebuah hadits ?

~ 3 ~

Page 4: Makalah Studi Hadits III

1.3. Tujuan

Memahami Pengertian hadits maudlu.

Mengetahui Awal munculnya hadits maudlu.

Mengetahui Faktor yang melatarbelakangi hadits maudlu.

Mengetahui Kriteria kepalsuan hadits maudlu.

Mengetahui Kumpulan contoh Hadits Maudlu' dan sebabnya.

Mengetahui Usaha para ulama memberantas sebuah hadits.

~ 4 ~

Page 5: Makalah Studi Hadits III

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hadits Maudlu'

Kata maudlu’ adalah isim maf’ul dari – – ضا يضع عوضع yang menurut bahasa

berarti اإلسقاط (meletakkan atau menyimpan), اإلختالف mengada-ada atau) اإلفتراء

membuat buat) dan المتروك اى .(ditinggalkan) الترك

Sedangkan secara terminologis, Hadits Maudlu' didefinisikan sebagai berikut:

�م� إختالفا و ك��ذبا ل �#ه! و�س �ي ما نسب إلى رسول الله ص�ل�ى الله& ع�لمم4ا لم يقله أو يفعله أو يقره

“Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah SAW. secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan, melakukan atau menetapkannya.”

Ada juga yang mengatakan bahwa Hadits Maudlu' ialah:

ل�ى الل��ه& � هو المختلع المص��نوع المنص��وب إلى رس��ول الل��ه ص���م� زورا و بهتانا سواء كان ذلك عمدا ام خطاء ل �#ه! و�س �ي ع�ل

“Hadits yang diciptakan serta dibuat oleh seorang (pendusta) yang ciptaan itu dibangsakan kepada Rasulullah SAW. secara palsu dan dusta baik hal itu disengaja maupun tidak.”

Ibnu Al-Shalah, yang kemudian diikuti oleh iman Al-Nawawi mendefisinikan Hadist

Maudhu’ sebegai “hadits yang diciptakan dan dibuat-buat”.

Muhammad Al-Jajja Al-Khatib mendefinisikan Hadist Maudhu’ dengan: “hadits

yang dinisbahkan (disandarkan) kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya dibuat-buat

dan diada-adakan, karena Rasulullah SAW sendiri tidak mengatakannya,

memperbuat, maupun menetapkannya. “

Mahmud Al-Tahan, mendefinisikan sebagai: “kebohongan yang diciptakan dan

diperbuat serta disandarkan kepada Rasulullah SAW. Al-Shalih, yang menyatakan

bahwa Hadist Maudhu’’adalah “suatu berita yang diciptakan oleh para pembohong

dan kemudian disandarkan kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya mengada-adakan

atas nama Beliau.”

Jadi dengan adanya pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa Hadits Maudlu'

bukan Hadits yang bersumber dari Rasulullah SAW. akan tetapi suatu perkataan atau

~ 5 ~

Page 6: Makalah Studi Hadits III

perbuatan seseorang atau dari pihak tertentu yang alasan kemudian dinisbatkan pada

Rasulullah SAW.

2.2. Awal Munculnya Suatu Hadits Maudlu'

Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadinya pemalsuan Hadits.

Berikut akan dikemukakan pendapat mereka.

1. Menurut Ahmad Amin bahwa Hadits Maudlu' terjadi sejak masa Rasulullah

SAW. masih hidup. Alasan yang dijadikan argumentasi adalah sabda Rasulullah

SAW.:

فمن كذب علي4 متعمدا فليتبو4أ مقعده فى النار“Barangsiapa yang secara sengaja berdusta kepadaku maka hendaknya dia mengambil tempat di neraka.”

Menurutnya dengan dikeluarkannya sabda tersebut, Rasulullah SAW. mengira

telah ada pihak-pihak yang ingin berbuat bohong pada dirinya. Oleh karena itu,

Hadits tersebut merupakan respon terhadap fenomena yang ada saat itu yang

berarti menggambarkan bahwa kemungkinan besar pada zaman Rasulullah SAW.

telah terjadi pemalsuan Hadits. Sehingga Rasulullah SAW. mengancam kepada

para pihak yang membuat Hadits palsu.

Ahmad Amin juga memaparkan satu Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim,

bahwasannya suatu waktu Basyir al-Adwy menemui Ibn Abbas kemudian

mereka berbincang-bincang dan Basyir berkata: “Telah bersabda Rasulullah

SAW. ....”. Akan tetapi Ibnu Abbas mengacuhkan hadistnya dan tak

memperhatikan apa yang dikatakan.

Dalam hal ini dijelaskan bahwa ketika Basyir ingin menyampaikan sabda

Rasulullah SAW., maka ia akan segera ke sana. Dan jika orang tersebut tidak

bisa menjangkau kebenaran maka ia tidak akan ada periwayatan kecuali memang

benar-benar sudah tahu. Ahmad Amin juga memaparkan bahwa semenjak Islam

mulai meluas ke berbagai daerah dan berbondong-bondong masuk Islam maka

sebenarnya dari situlah potensi melakukan pemalsuan Hadits.

2. Shalhah ad-Din ad-Dabi mengatakan bahwa pemalsuan Hadits berkenaan dengan

masalah keduniawian telah terjadi pada masa Rasulullah SAW.

~ 6 ~

Page 7: Makalah Studi Hadits III

Alasannya adalah Hadits at-Tahawi dan at-Tabrani, dalam kedua Hadits tersebut

dinyatakan bahwa pada masa Nabi ada seseorang telah membuat berita bohong

dengan mengatasnamakan Nabi. Ia mengaku telah diberi wewenang oleh Nabi

untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi pada suatu kelompok

masyarakat di sekitar Madinah. Kemudian dia melamar seorang gadis di daerah

tersebut. Tetapi lamaran itu ditolak. Utusan dari masyarakat tersebut

memberitahukan berita utusan yang dimaksud kepada Nabi. Ternyata Nabi tidak

pernah menyuruh orang tersebut dan beliau lalu menyuruh sahabatnya untuk

membunuh orang yang bohong seraya berpesan:

“Apabila ternyata orang yang bersangkutan telah meninggal dunia, maka

jasadnya harus dibakar”.

Hadits ini banyak yang diriwayatkan at-Tahawi (at-Tabrani) memiliki sanad yang

lemah (dha'if), karena itu kedua riwayat tersebut tidak dapat dijadikan dalil.

3. Menurut Jumhur al-Muhadditsin.

Pemalsuan terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Menurut mereka,

hadits-Hadits yang ada sejak zaman Nabi hingga sebelum terjadinya pertentangan

antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu'awiyah bin Abi Sufyan masih terhindar dari

pemalsuan. Dengan demikian, jelaslah bahwa pada zaman Nabi, tidak mungkin

ada pemalsuan Hadits. Demikian pula pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-

Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan. Hal ini dapat dibuktikan dari

kegigihan, kehati-hatian, dan kewaspadaan mereka terhadap Hadits.

Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib mulai terjadi pemalsuan. Pada masa

tersebut telah terjadi perpecahan politik antara golongan Ali dan pendukung

Mu'awiyah. Upaya ishlah dan tahkim tidak mampu meredam pertentangan

mereka. Bahkan semakin menambah ruwetnya masalah dengan keluarganya

sebagai pengikut Ali (Khawarij) dan membentuk kelompok sendiri. Golongan

yang terakhir ini kemudian tidak hanya memusuhi Ali tetapi juga Mu'awiyah.

Masing-masing golongan, selain berusaha mengalahkan lawannya, juga berupaya

mempengaruhi orang-orang yang tidak berada dalam perpecahan. Salah satu cara

yang mereka tempuh ialah dengan membuat Hadits palsu. Dalam sejarah

~ 7 ~

Page 8: Makalah Studi Hadits III

dikatakan bahwa yang pertama-tama membuat Hadits palsu adalah golongan

Syi'ah.

2.3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi

Pemalsuan Hadits tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, akan tetapi

juga oleh orang-orang non Islam yang berusaha mencemarkan Hadits sebagai sumber

ajaran Islam. Dari kalangan Islam sendiri, menurut para ulama, yang mula-mula

membuat Hadits semacam ini ialah golongan Syi'ah. Kegiatan yang pengaruhnya

sangat jelas pada banyaknya hadits-Hadits ini untuk kepentingan mereka, serta

bermunculannya hadits-Hadits palsu yang lainnya dari pihak lawannya.

Adapun beberapa motif pendorong bagi mereka untuk pembuatan Hadits palsu

antara lain :

a. Pertentangan politik

Perpecahan umat Islam yang diakibatkan politik yang terjadi pada masa

kekhalifahan Ali bin Abi Thalib besar sekali pengaruhnya terhadap perpecahan

umat ke dalam beberapa golongan dan kemunculan Hadits-Hadits palsu. Masing-

masing golongan berusaha mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang

dengan membawa-bawa Al-Qur’an dan al-Hadits.

Konflik-konflik politik telah menyeret permasalahan agama masuk kedalamnya

dan membawa pengaruh juga pada madzhab-madzhab keaamaan. Karena

persaingan untuk menonjolkan kelompok mereka masing-masing, maka ketika

mencari dalil dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah tidak ada, mereka membuat

pernyataan-pernyataan yang disandarkan pada Nabi SAW. Dari sinilah Hadits

palsu berkembang. Materi Hadits pertama tentang keunggulan seseorang dan

kelompoknya.

Menurut Ibnu Abi al-Haddad dalam “Syarah Nahi al-Balaghah”, sebagaimana

dikutip Mustafa al-Siba'i yang pertama membuat adalah kelompok Ibn al-

Mubarak mengatakan:

الد4ين ألهل الحديث و الكالم و الخي��ل أله��ل ال��رأيى و الك��ذبللرافضة

~ 8 ~

Page 9: Makalah Studi Hadits III

“Agama untuk ahli Hadits, percakapan dan menghayal untuk ahli ra’yi dan kebohongan itu untuk golongan Rafidah.”

Hammad bin Salamah pernah meriwayatkan bahwa ada seorang Rafidah berkata:

“Sekiranya kita pandang baik maka kita jadikan Hadits.” Imam Syafi'i juga

pernah berkata: “Bahwa ia tidak melihat pemuas hawa nafsu yang melebihi sekte

Rafidah dalam membuat Hadits palsu.”

Contoh Hadits palsu golongan Syi'ah antara lain:

ي��ا على ان الل��ه غف��ور ل��ك و ال��ذريتك و لوال��ديك و ألهل��ك ولشيعتك و لمحبى شيعتك

“Wahai Ali sesungguhnya Allah SWT. mengampunimu, keturunanmu, kedua orang tuamu, keluargamu, golongan Syi'ahmu dan orang-orang yang mencintai golongan Syi'ahmu.”

Golongan Mu'awiyah juga membuat:

األمناء ثالثة أنا و جبري��ل و معاوي��ة انت م��نى4 ي��ا معاوي��ة و ان��امنك

“Tiga golongan yang dapat dipercaya yaitu saya (Rasul), Jibril dan Mu'awiyah. Kamu termasuk golonganku dan aku bagianmu.”

Sedang golongan Khawarij menurut sejarah tidak pernah membuat Hadits

palsu.

b. Usaha kaum Zindik

Kaum Zindik adalah golongan yang membenci Islam baik sebagai agama ataupun

dasar pemerintahan. Mereka tidak dapat melampiaskan kebenciannya melalui

pemalsuan Al-Qur’an akan tetapi melalui pemalsuan Hadits.

Abd al-Karim ibn Aur di hukum mati oleh muahmmad bin Sulaiman bin Ali

karena ia telah membuat Hadits palsu sebanyak 4.000 Hadits. Seorang Zindik

mengaku, ia juga membuat ratusan ribu Hadits palsu. Hadits yang dibuat kaum

Zindik kata Hammad, berjumlah 12.000 Hadits.

Contoh Hadits yang dibuat kaum Zindik:

النظرة الى الوجه الجميل صدقة

~ 9 ~

Page 10: Makalah Studi Hadits III

“Melihat wajah cantik termasuk ibadah.”

c. Fanatik terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri dan pimpinan

Mereka membuah Hadits palsu karena didorong oleh skap ego dan fanatik buta

serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau yang lain. Golongan

al-Syuubiyah yang fanatik terhadap bahasa Persi mengatakan:

4ة بالفارسي الوحى أنزل رضى إذا و بالعربية الوحي أنزل غضب إذا الله إن

“Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu dengan bahasa Arab, apabila senang maka akan menurunkannya dengan bahasa Persi,”

Sebaliknya, orang Arab yang fanatik terhadap bahasanya mengatakan:

4ة و إذا رض�ى أن�زل إن الله إذا غض�ب أن�زل ال�وحى بالفارس�يالوحى بالعربية

“Apabila Allah murka, menurunkan wahyu dengan bahasa Persi dan apabila senang menurunkan dengan bahasa Arab.”

Golongan yang fanatik kepada madzhab Abu Hanifah pernah membuat Hadits

palsu.

سيكون رجل في امتي يقال ابو حنيفة النعمان هو نوراامتي“Di kemudian hari akan ada seseorang umatku yang bernama Abu Hanifah bin Nu’man. Ia ibarat obor bagi umatku.”

Demikian pula golongan yang fanatik menentang Imam Syafi'i membuat Hadits

palsu. Seperti “Di kemudian hari akan ada seseorang umatku yang bernama

Muhammad bin Idris. Ia akan lebih menimbulkan madharat kepada umatku

daripada iblis.”

d. Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasihat

Mereka melakukan pemalsuan hadits ini guna memperoleh simpatik dari

pendengarnya dan agar mereka kagum melihat kemampuannya. Hadits yang

mereka katakan terlalu berlebih-lebihan dan tidak masuk akal. Sebagai contoh

dapat dilihat pada berikut:

4 الله خلق الله من ك��ل كلم��ة ط��ائرا منق��اره من قال ال اله االمن ذهب وريشه من جان

~ 10 ~

Page 11: Makalah Studi Hadits III

“Barangsiapa yang mengucapkan kalimat Allah akan menciptakan seekor burung (sebagai balasan dari tiap-tiap kalimat) yang paruhnya terdiri dari emas dan bulunya dari marjan.”

Imam al-Suyuti mengatakan: “Salah seorang pawang yang berkediaman di

Baghdad menafsirkan firman Allah SWT.:

(79 / 17عسى أن يبعثك مقاما محمودا ) اإلسراء : Dengan arti: “Nabi duduk bersanding dengan Allah di atas Arasy-Nya.” Riwayat ini sampai kepada Muhammad bin Jarir al-Thabary dan beliau menjadi marah karenanya. Untuk menunjukkan kemarahannya beliau menulis pada pintu rumahnya. “Maha suci Allah tidak memerlukan teman yang baik dan tidak pula seorang pun yang duduk menemaninya di Arsy-Nya.”Ayub al-Ikhtiyar memberikan komentar terhadap akibat dari pengaruh para

tukang cerita dalam merusak Hadits:

ما أفسد على الناس حديثهم“Tiada sejelek-jeleknya pembicaraan kecuali (yang berasal) dari tukang cerita.”

e. Perselisihan madzhab dan ilmu kalam

Munculnya hadits-Hadits palsu dalam masalah fiqih dan ilmu kalam ini berasal

dari para pengikut madzhab. Mereka berani melakukan pemalsuan Hadits

didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan madzhabnya masing-masing.

Di antara hadits-hadits palsu tentang masalah ini adalah:

Siapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat maka shalatnya tidak

sah.

Jibril menjadi imamku dalam shalat di Ka'bah. Ia (Jibril) membaca basmalah

dengan nyaring.

Yang junub wajib berkumur dengan menghisap air tiga kali

Semua yang ada di bumi dan langit serta di antara keduanya adalah makhluk,

kecuali Allah dan Al-Qur’an. Barangsiapa yang mengatakan Al-Qur’an itu

makhluk maka niscaya ia kufur kepada Allah yang Maha Agung dan saat itu pula

jatuhlah talak kepada isterinya.

f. Membangkitkan gairah beribadah, tanpa mengerti apa yang dilakukan

Banyak di antara kaum ulama yang membuat Hadits palsu dari dan bahkan

mengira usahanya itu benar dan merupakan upaya pendekatan diri kepada Allah,

serta menjunjung tinggi agama-Nya.

~ 11 ~

Page 12: Makalah Studi Hadits III

Mereka menyatakan: “Kami berdosa semata-mata untuk menjunjung tinggi

nama Rasulullah dan bukan sebaliknya.” Seperti membaca surat-surat tertentu

dalam Al-Qur’an, tentang keutamaan wirid dengan maksud memperluas kalbu

manusia, dan lain-lain.

g. Mempertahankan madzhab dalam masalah khilafiyah fiqhiyah dan kalamiyah.

Mereka yang menganggap tidak syah shalat dengan mengangkat tangan dikala

shalat, membuat hadits palsu:

من رفع يديه في الصالة فال صالة له “Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat maka tidaklah sah shalatnya”

h. Menjilat penguasa

Ghiyar bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak ditulis dalam kitab Hadits

sebagai pemalsu Hadits tentang “perlombaan”. Matan asli sabda Rasulullah

berbunyi:

4 فى فصل او حف ال سبق أالKemudian Ghiyar menambah kata dalam akhir اوجناح Hadits tersebut dengan

maksud agar diberi hadiah oleh khalifah al-Mahdi. Lalu khalifah memberikan

hadiah 10.000 dirham namun Qiyas hendak pergi, al-Mahdi menegur “Aku yakin

itu semua sebenarnya merupakan dusta atas nama Rasulullah SAW.”

Beberapa motif pembuatan Hadits palsu di atas dapat dikelompokkan menjadi:

Ada yang sengaja

Ada yang tidak sengaja merusak agama

Ada yang karena merasa yakin bahwa membuat Hadits palsu diperbolehkan

Ada yang karena tidak tahu gila dirinya membuat Hadits palsu.

Tujuan mereka membuat hadits palsu ada yang positif dan ada juga yang negatif.

Apapun alasannya ditegaskan bahwa membuat Hadits Maudlu' merupakan tercela

dan menyesatkan, dengan sabda Rasulullah:

i فليتبو4اء مقعده من النار فمن كذب علي4 متعمداDan masih banyak lagi motiv-motiv seseorang membuat hadits palsu, diantaranya

dengan motiv untuk mencari muka dihadapan penguasa, dan karena memang

kejahilan seseorang didalam ilmu agama.

2.4. Kriteria Kepalsuan Suatu Hadits

~ 12 ~

Page 13: Makalah Studi Hadits III

Sebagaimana para ulama menciptakan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan

untuk mengetahui sahih, hasan atau dha'ifnya suatu Hadits, mereka juga menentukan

ciri-ciri untuk mengetahui kemaudlu’an suatu Hadits. Ditentukan ciri-cirinya terdapat

pada matan dan sanadnya antara lain sebagai berikut:

A. Ciri yang ada pada sanad

1) Pengakuan dari si pembuat sendiri, sebagai pengakuan seorang guru tasawuf

ketika ditanya keutamaan ayat Al-Qur’an menjawab:

لم يح��دثنى اح��د، و لكن رأين��ا الن��اس ق��د رغب��وا عن القرآن فوضعنا لهم هذا الحيث ليصرفوا قل��وبهم إلى

القرآن “Tidak ada seorang pun yang meriwayatkan Hadits padaku, akan tetapi serentak kami melihat manusia-manusia sama membenci Al-Qur’an. Kami ciptakan untuk mereka Hadits ini (tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an), agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai Al-Qur’an.”

Pengakuan seorang rawi menurut Ibnu Daqiqi belum dapat dipastikan me-

maudlu’-kan suatu Hadits, karena mungkin sekali si rawi itu bohong dalam

pengakuannya.

2) Qarinah-qarinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat Hadits

Maudlu'

Seperti yang dilakukan Qiyas bin Ibrahim kepada al-Mahdi:

4 نصل او خف4 او حافر او جناح ال سبق إال“Tidak sah perlombaan selain: mengadu anak panah, mengadu unta dan mengadu kuda atau burung.”

Ia menambah “burung” untuk membenarkan tindakan al-Mahdy yang pada

saat itu mengadu burung.

B. Ciri yang ada pada matan

1) Dari segi makna, antara lain bertentangan dengan Al-Qur’an, Hadits

mutawattir, dan ijma' dan dengan logika yang sehat.

Contoh yang bertentangan dengan Al-Qur’an:

ولد الزنا ال يدخل الجنة الى سبعة ابناء“Anak zina itu tidak dapat masuk surga sampai tujuh keturunan.”

Makna Hadits ini bertentangan dengan Al-Qur’an surat al-An’am: 164:

~ 13 ~

Page 14: Makalah Studi Hadits III

و ال تزر وازرة وزر أخرى“Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”

Contoh yang bertentangan dengan Hadits Mutawattir:

و إن كل من يسم4ى لهذه األسماء ) محمد و احم��د (ال يدخل النار

“Bahwa setiap orang dinamakan dengan nama-nama (Muhammad, Ahmad atau semisalnya) ini tidak akan masuk neraka.”

Hadits tersebut bertentangan dengan sunnah-Sunnah Rasulullah SAW. yang

menerangkan bahwa neraka itu tidak dapat ditembus dengan nama-nama

tersebut akan tetapi keselamatan dari neraka karena keimanan dan amal saleh.

Contoh yang bertentangan dengan ijma':

“Bahwa Rasulullah tidak menetapkan (menunjuk) seorang penggati sesudah

beliau meninggal dunia.”

2) Dari segi lafadz yang berlebih-lebihan.

Contohnya:

لقمة فى بطن جائع أفضل من بناء الف جائع“Sesuap makanan di perut si lapar adalah lebih baik daripada membangun seribu masjid jami’”.

C. Dari sumber yang diriwayatkannya

Para pembuat Hadits Maudlu' dalam menjalankan tugas-tugasnya, kadang-kadang

mengambil dari pikiran sendiri semata-mata dan kadang-kadang menukil dari

perkataan orang-orang yang dipandang alim pada waktu itu atau perkataan orang

alim mutaqaddimin. Misalnya Hadits Maudlu' yang dinukil dari perkataan orang-

orang mutaqaddimin:

حب4 الدنيا رأس كل خطيئة“Cinta keduniaan ialah modal kesalahan”.

Perkataan ini sesungguhnya adalah perkataan Malik bin Dinar. Tetapi oleh

pembuatan Hadits Maudlu' dibangsakan (didakwakan) kepada sabda Nabi

Muhammad SAW.

2.5. Kumpulan contoh Hadits Maudlu' dan sebabnya

~ 14 ~

Page 15: Makalah Studi Hadits III

إذا صدقت المحبة سقطت شروط األدب“Cinta keduniaan ialah modal kesalahan.”

Keterangan : Perkatan ini, orang kataan sebagai hadits Nabi padahal sebenarnya

ucapan Junaid.

�م� و ل �ه! و�س�� �ي��# ل�ى الل��ه& ع�ل � إن القمر دخ��ل فى جيب ص��فرج من كم4ه

“Sesungguhnya bulan pernah masuk dalam saku baju Nabi SAW. dan keluar dari tangan bajunya.”

Keterangan:

Tidak termasuk sabda Nabi

Sering dipakai tukang cerita untuk menceritakan perjalanan mauled Nabi, dengan

maksud orang tertarik mendengar ceritanya.

Perasaan atau keyakinan kata mesti mendustakan isinya karena dapat masuk

dalam saku baju yang tidak beda dengan saku dan keluar dari lubang tangan yang

besar sudah kita maklumi.

األرض على ص�خرة و الص�خرة على ق�رن ث�ور ف�إذاكت الصخرة ك الثور قرنه تحر4 حر4

“Bumi terletak antara sebuah batu yang besar dan batu besar terletak atas tanduk seekor sapi; maka apabila sapi itu menggerakkan tanduknya, bergoyanglah pula batu besar itu.”

Keterangan:

Bukan hadits Nabi

Menurut pemeriksaan ahli alam, bahwa bumi kita ini, di sebelah luarnya diliputi

oleh semacam udara. Udara itulah yang menahan bumi dari sekalian penjurunya.

Selain dari itu tidak ada yang lain lagi isi hadits tersebut bertentangan dengan

penyaksian ilmu.

Dari kata-kata “apabila batu itu bergerak maka bergeraklah semua”, dengan kata

lain hancur juga, tidak terjadi karena apabila bumi ini gempa pada satu sisinya

maka tidak akan di lain tempat akan ikut gempa.

Hadits yang menyatakan bahwa umur dunia ini 7.000 tahun dan .....

~ 15 ~

Page 16: Makalah Studi Hadits III

ان مرس��ها ق��ل إنم��ا علمه��ا يسئلونك عن الساعة أي��44ى عند رب

Keterangan: Hadits itu memberi arti bahwa Nabi dan juga kita, berarti diketahui

waktu hari kiamat. Hal ini bertentangan dengan Al-Qur’an surat al-A’raf 187:

ا �#م&ه�� ل ا ع! ��م�� !ن ل# إ اه�ا ق��& �س�� �ان� م&ر# �ي اع�ة! أ �ك� ع�ن! الس� &ون �ل أ �س# يrي ) ب �#د� ر ن (١٨٧ع!

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:

"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku."

2.6. Usaha para ulama memberantas sebuah hadits

1) Mengisnadkan hadits

Meminta sanad kepada mereka yang menyampaikan hadits dan akhirnya

menetapkan sanad suatu hadits. Sebab sanad bagi hadits bagaikan nasab bagi

seseorang. Setelah itu diteliti sanadnya kalau terdiri dari ahli Sunnah diambil jika

ahli bid’ah ditolak.

2) Meningkatkan perlawatan mencari hadits

Dengan cara meningkatkan perlawatan mencari hadits dari suatu kota ke kota

untuk menemui sahabat yang meriwayatkan hadits. Jika di dengar ada hadits dari

selain sahabat mereka mencari sahabat Rasulullah SAW. untuk

memperkuatkannya.

3) Mengambil tindakan kepada para pemalsu hadits

Mereka menupas para pemalsu dan melarang mereka meriwayatkan hadits dan

menyerahkan pada penguasa.

4) Menjelaskan tingkah laku perawi

Dengan cara demikian perawi-perawi dijelaskan biografinya, tingkah laku,

kelahiran, kematian, keadilan dan daya ingatnya.

5) Membuat ketentuan-ketentuan umum tentang klasifikasi hadits

Membuat ketentuan dan syarat-syarat bagi hadits shahih, hasan dan dha'if.

6) Membuat ketentuan-ketentuan untuk mengetahui ciri-ciri Hadits Maudlu’

Mereka membuat ketentuan mengenai tanda-tanda Hadits Maudlu’ baik ciri yang

ada pada sanad maupun matan.

2.7. Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu’’

~ 16 ~

Page 17: Makalah Studi Hadits III

1. Secara mutlak, ulama sepakat bahwa meriwayatkan hadits Maudhu’’ itu

hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu

palsu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang menceritakan

hadits dariku sedangkan ia mengetahui bahwa itu dusta, maka dia termasuk para

pendusta.”

2. Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada orang

bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah

meriwayatkan atau membacanya) maka tidak ada dosa atasnya.

3. Mereka tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkan atau mereka

mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu, maka tidak ada dosa

atasnya.

Kesalahan Sebagian Ahli Tafsir Dalam Menyebutkan Hadits Maudhu’Sebagian

ulama tafsir melakukan kesalahan dengan menyebutkan Hadits Maudhu’’dalam

tafsir mereka tanpa menjelaskan kepalsuannya, khususnya riwayat tentang

fadhilah Al-Qur’an surat per surat diantara mereka adalah As-Isa’Labi, Al-

Wahidi, Az-Zamakhsyari, dan Al-Badhawi.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Hadits Maudhu’ sebenarnya tidak layak disebut sebagai hadits, karena ia sudah

jelas bukan sebuah hadits yang bisa disandarkan pada Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwasanya meriwayatkan Hadits-Hadits

Maudhu’ itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa

hadits itu palsu, kecuali disertai dengan penjelasan dan kemaudhu’annya.

2. Hadits Maudhu’ baru muncul dan berkembang ketika Ali menjabat sebagai

khalifah.

3. Pemalsuan hadits ternyata tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, tetapi

juga dilakukan oleh orang-orang non Islam.

4. Hadits Maudhu’ dapat diketahui melalui beberapa kriteria, baik dari tanda-tanda

yang diperoleh pada sanad maupun dari tanda-tanda yang diperoleh pada matan.

~ 17 ~

Page 18: Makalah Studi Hadits III

5. Untuk menyelamatkan hadits Nabi Muhammad SAW ditengah-tengah gencarnya

pembuatan Hadits Maudhu’, para ulama hadits telah merumuskan langkah-

langkah yang dapat mengantisipasi masalah Hadits Maudhu’ ini.

~ 18 ~

Page 19: Makalah Studi Hadits III

DAFTAR PUSTAKA

Ramuwijaya, Untung, 1996, Ilmu Hadis, Gaya Media Pratama, Jakarta.

Mudasir, 2008, Ilmu Hadist, Pustaka Setia, Bandung.

Suprapto, Munzier, 2002, Ilmu Hadist, PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Rahman, Fatchur, 1974, Ikhtisar Mustholahul Hadis, PT. Alma’rif, Bandung.

Hasan, Qodhi, 1996, Ilmu Mustholah Hadist, CV. Diponegoro, Bandung.

~ 19 ~