makalah special senses system -shalini shanmugalingam

51
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK BLOK : SPECIAL SENSES SYSTEM SEMESTER : 5 Nama : Shalini a/p Shanmugalingam NIM : 080100402 Kelas Tutorial : B9 Nama fasilitator : Prof. dr. Askaroellah Aboet, Sp THT-KL (K) 1

Upload: shalini-shanmugalingam

Post on 30-Nov-2015

192 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

special sense pterygium

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

BLOK : SPECIAL SENSES SYSTEM

SEMESTER : 5

Nama : Shalini a/p Shanmugalingam

NIM : 080100402

Kelas Tutorial : B9

Nama fasilitator : Prof. dr. Askaroellah Aboet, Sp THT-KL (K)

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

2010

1

Page 2: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

2

KONTEKS MUKA SURAT

PENGHARGAAN 3

PENDAHULUAN 4

SALINAN PEMICU DAN MORE INFO 5

ANATOMI DAN HISTOLOGI TELINGA 7

FISIOLOGI PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN 13

DEFINISI, EPIDEMIOLOGI,FAKTOR RESIKO, ETIOLOGI OMA 16

PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI OMA 19

PEMERIKSAAN, DIAGNOSA BANDING OMA 24

PENATALAKSANAAN OMA 28

KOMPLIKASI, PROGNOSIS DAN INDIKASI MERUJUK OMA 31

ULASAN 32

KESIMPULAN 33

DAFTAR PUSTAKA 33

Page 3: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Puji dan syukur senantiasa ke hadirat tuhan atas rahmat dan karuniaNya kepada saya karena

makalah blok special senses system dapat disiapkan pada tempoh yang ditetapkan .

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi - tingginya kepada tutor kelompok B-9 yaitu

Prof. dr. Askaroellah Aboet, SpTHT-KL (K) karena beliau telah banyak membimbing saya

sewaktu tutorial dan bagaimana untuk membuat makalah . Beliau juga telah membantu saya

untuk lebih memahami tentang otitis media. Tanpa pertolongan beliau tidak mungkin saya boleh

menyiapkan makalah ini . Beliau telah banyak memberi dorongan agar saya lebih semangat

untuk menyiapkan makalah ini . Beliau juga menjadikan proses pembelajaran lebih senang

bagi saya dan teman – teman saya kelompok tutorial B-9.

Pada kesempatan ini juga , saya ingin mengucapkan jutaan terima kasih kepada ibu dan bapa

saya karena telah menyokong saya dari segi kewangan yaitu membiayai segala perbelanjaan

sewaktu membuat makalah ini . Mereka juga telah banyak memberi semangat kepada saya

sewaktu membuat makalah ini walaupun tempoh menyiapkan makalah ini sangat berdekatan

dengan waktu ujian . Kata – kata semangat mereka telah menyebabkan saya membuat

makalah ini bersungguh-sungguh . Tidak lupa juga kepada teman – teman saya yang banyak

menolong saya dalam memberi idea untuk membaiki makalah saya dan memberi sokongan

agar makalah ini dapat disiapkan dapat tempoh yang ditetapkan.

3

Page 4: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Medan , 2 DISEMBER 2010

-----------------------------------------------

SHALINI SHANMUGALINGAM

NIM : 080100402

Di tutorial pemicu kedua pada blok special senses system ini yaitu tentang penyakit

otitis media. Sampai saat ini, kasus-kasus sistem pendengaran, penghidu dan tenggorok (THT)

masih cukup tinggi dijumpai di Indonesia. Survey Kesehatan Indera 1993-1996 yang

dilaksanakan di 8 provinsi Indonesia menunjukkan prevalensi morbiditas THT sebesar 38,6%.

Dalam skala yang lebih luas, survey Multi Center Study di Asia Tenggara menunjukkan

Indonesia termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%. Tidak

boleh dilupakan juga angka kejadian otitis media yang tinggi terutamanya anak yaitu menurut

Bondy 42 % hingga 60 % pada usia 7-36 bulan. Studi lain menunjukkan insidensi lebih banyak

pada usia 6-11 bulan. Komplikasi dari otitis media boleh menyebabkan abses pada otak

sehingga jika tidak diobati dapat menyebabkan kematian anak.

Kemajuan dalam deteksi dini dan penatalaksanaan kelainan dan otitis media dimulai dari

diagnostik, terapi medik, terapi surgikal. Namun hal ini tidak menyelesaikan masalah karena

masyarakat sering membeli obat bebas yang dapat mengobati secara simptomatik sehingga

dapat menyebabkan komplikasi yang serius. Namun jika sudah terjadi perforasi pada

membrane timpani ini dapat meninggalkan sekule pada penderita sehingga mengurangi

produktifitas dan kualitas hidup karena akan terjadi pengurangan pendengaran. Selain itu

dibutuhkan biaya tidak kecil, serta sumber daya manusia yang terampil dalam

penatalaksaannya untuk memperbaiki perforasi.

4

Page 5: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Pencegahan dan penatalaksanaan penyakit otitis media masih perlu ditingkatkan, namun

tidak pentingnya adalah deteksi dini kelainan-kelainan pada telinga yang merupakan tanda-

tanda dini dari penyakit yang lebih berbahaya. Hal ini dapat dilakukan dari tingkat pelayanan

daerah hingga ke rumah sakit pusat sebagai rujukan. Sehingga peran dokter pratek umum

sebagai layanan primer memegang peranan penting dalam penapisan otitis media.

Penulisan loparan hasil diskusi kelompok adalah untuk mengetahui pencapaian

pembelajaran. Sebagai mahasiswa, saya telah mengambil kesempatan untuk belajar sebanyak

mungkin.. Laporan ini menjaring kemampuan mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran

mengenai irritable bowel syndrome.Diharapkan makalah ini akan menjadi satu bahan rujukan di

masa akan datang.

1. Nama atau tema blok :

Blok special sense system

2. Fasilitator / Tutor :

Prof. dr. Askaroellah Aboet, SpTHT-KL (K)

3. Data pelaksanaan :

A. Tanggal tutorial :16 November 2010 dan 19 November 2010

B. Pemicu ke-3

C. Pukul : 10.30-13.00, 09.30-12.00 Wib

D. Ruangan : Ruang Tutorial 9

4. Pemicu :

Seorang ibu datang membawa anak perempuannya, yang berusia 5 tahun, ke praktek dokter

umum dengan keluhan telinga kanan berair sejak 1 hari yang lalu, cairan berwarna putih

kekuningan. Sebelumnya pasien mengeluh sakit pada telinga kanan sejak 4 hari yang lalu

disertai demam dan berkurang setelah pasien minum obat parasetamol. Riwayat pilek sejak 1

minggu yang lalu. Ibu pasien mengeluh anak sering tidak mendengar kalau dipanggil.

Apa yang terjadi pada pasien tersebut?

5

Page 6: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

More Info 1 :

MORE INFO

Status Lokalisata

Pada pemeriksaan:

Otoskopi telinga kanan: Pada liang telinga dijumpai sekret mukoid, membran timpani tampak

perforasi sentral yang kecil.

Otoskopi telinga kiri: Liang telinga normal, membran timpani utuh, refleks cahaya(+).

Pemeriksaan rinoskopi anterior: mukosa hidung hiperemis, konka inferior dan media eutrofi,

sekret dijumpai

Pemeriksaan rinoskopi posterior dan laringoskopi indirek normal

Pemeriksaan kultur dan sensitifitas: Streptokokkus Sp

Tes pendengaran sederhana:

Telinga kanan: Rinne test (-), Weber lateralisasi ke kanan, Scwabach memanjang

Telinga kiri: Rinne test (+), Scwabach sama dengan pemeriksa.

Play Audiometri:

Telinga kanan: Tuli konduktif ringan 30dB

Telinga kiri: normal

Apakah kesimpulan anda mengenai penyakit pasien ini sekarang?

5. Tujuan pembelajaran :

A. Mengetahui tentang anatomi dan histologi telinga

B. Memahami tentang fisiologi pendengaran dan keseimbangan.

C. Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, faktor resiko dan klasifikasi otitis media.

D. Memahami tentang patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis otitis media.

E. Mengetahui tentang pemeriksaan, diagnosa banding otitis media.

6

Page 7: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

F. Mengetahui penatalaksanaan bagi otitis media.

G. Mengetahui prognosis, komplikasi dan indikasi merujuk otitis media.

6. Pertanyaan yang muncul dalam curah pendapat:

A. Bagaimana anatomi dan histologi telinga ?

B. Bagaimana fisiologi pendengaran dan keseimbangan?

C. Apakah definisi, epidemiologi, etiologi, faktor resiko dan klasifikasi otitis media ?

D. Bagaimana patogenesis, patofisiologi dan manifestasi klinis otitis media ?

E. Apakah pemeriksaan, diagnosa banding dan otitis media?

F. Apakah penatalaksanaan bagi otitis media ?

G. Apakah prognosis dan komplikasi serta indikasi rujuk otitis media ?

7. Jawaban atas pertanyaan :

A. ANATOMI DAN HISTOLOGI TELINGA

Anatomi telinga

(Richard S. Snell, MD, PhD. The Head and Neck (Chapter 11) in Richard S. Snell, MD, PhD.

Clinical Anatomy By Regions.Philadelphia :Lippincott Williams & Wilkins,2007;706-715)

Telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, tengah dan dalam.

a. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari pinna, liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari

tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan

pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalamnya terdiri dari tulang,

panjangnya kira-kira 2½ – 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak

kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat apokrin adalah kelenjar serumen) dan rambut.

Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam tidak

dijumpai kelenjar serumen. Batas telinga luar dan telinga dalam ialah membrane timpani yaitu

membrane timpani dibagi menjadi pars tensa dan pars flaccid. Pars tensa terdiri dari 3 lapisan.

Paling luar oleh epithelium skuamous dan bersambung dengan kulit dari saluran auditori

eksterna dan lapisan dalam terdiri dari jaringan fibrous yang terdiri serabut radial dan sirkuler

7

Page 8: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

manakala lapisan paling dalam terdiri dari mukosa telinga tengah. Pars falccida hanya

mempunyai lapisan epital luar dan lapisan mukosa dalam. Nervus pada membrane timpani

adalah dari pleksus timpani dan eksterna oleh nervus auriculo temporal sebanyak 1/2 dari

anterior membrane timpani manakala ½ dari posterior membrane timpani oleh nervus vagus

(Alderman’s nerve). Vaskularisasi anterior pinna adalah dari arteri superficial temporal dan

posterior disuplai oleh posterior auricular arteri yang merupakan percabangan dari carotid

externa. Nervus pada 2/3 permukaan anterior superior pinna adalah disuplai oleh nervus

auricular temporal yang merupakan percabangan dari nervus vagus dan 1/3 permukaan

anterior inferior disuplai oleh nervus greater auricular (C2 – C3) . Pada permukaan 2/3 posterior

inferior pinna disuplai oleh nervus greater auricular dan permukaan 1/3 disuplai oleh nervus

lesser occipital.

b. Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani; batas depan tuba

eustachius; batas bawah vena jugularis (bulbus jugularis); batas belakang aditus ad antrum,

kanalis fasialis pars vertikalis; batas atas tegmen timpani (meningen/otak) dan batas dalam

berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap

lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam,

yaitu maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling

berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada

inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan

dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.

Sedangkan tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah

nasofaring dengan telinga tengah. Terdapat sel-sel udara atau air cells pada mastoid pada

telinga tengah dan ‘air cell’ yang paling besar disebut ‘mastoid antrum’.Telinga tengah boleh

dibayangkan seperti satu kubus . Telinga tengah disyarafi oleh percabangan dari nervus

fasialis, percabangan dari nervus glossofaringeal, percabangan nervus vagus dan percabangan

dari nervus akessori yang bersambung.

c. Telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut

helikotrema, menghubungkan perilimf skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis

semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap. Skala vestibuli dan skala timpani berisi

perilimf, sedangkan skala media berisi endolimf. Ion dan garam yang terdapat di perilimf

berbeda dengan endolimf. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut

8

Page 9: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

sebagai membran vestibuli (membran Reissner) sedangkan dasar skala media adalah

membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan

pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar

dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. Vaskularisasi telinga dalam adalah dari arteri

internal auditory yang merupakan percabangan dari arteri serbral yang merupakan

percabangan dari arteri basilar. Organ corti tidak mendapat suplai darah secara langsung dan

berharap suplai darah dari aktivitas metabolism dan diffuse oksigen dari stria vaskularis pada

skala media.

Gambar 1 : anatomi telinga.

Sumber; buku elektronik- Richard S. Snell, MD, PhD. The Head and Neck (Chapter 11) in

Richard S. Snell, MD, PhD. Clinical Anatomy By Regions.Philadelphia :Lippincott Williams &

Wilkins,2007;709

9

Page 10: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Gambar 2- Mastoid antrum dan ‘air cells’. Sumber dari buku elektronik The Sense In: Valerie

C. Scanlon and Tina Sanders . Essentials Anatomy and Physiology 5th edision. Philadelphia, FA

Davis Company, 2007; 231

Gambar 3 - Vaskularisasi telinga. Sumber dari buku elektronik The Sense In: Valerie C.

Scanlon and Tina Sanders . Essentials Anatomy and Physiology 5th edision. Philadelphia, FA

Davis Company, 2007; 232

HISTOLOGI ANUS DAN REKTUM

( Ear in Michael H. Ross, Wojciech Pawlina. Histology A Text and Atlas. 5th edition.

Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2006; 866-887)

10

Page 11: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Telinga terdiri atas 3 bagian yakni :

Telinga Luar, telinga tengah, telinga dalam

Ad. 1. Telinga Luar

a. Aurikula (pinna)

Terdiri atas suatu lempeng tulang rawan elastic yang teratur, dikelilingi oleh perikondrium yang

tebal dan ditutupi secara erat oleh kulit di semua sisinya.

b. Meatus Auditorius Eksternus

Suatu pembukaan berbentuk huruf S. Merupakan saluran yang memanjang dari Pinna sampai

ke dalam tulang temporalis, ke permukaan eksternal membrane timpani.Bagian superficialnya

(1/3 dari luar) terdiri dari tulang rawan elastic; 2/3 bagian canal disokong oleh tulang temporal.

Ditutupi dengan kulit (epitelnya berlapis skuamosa) yang mengandung folikel rambut, kelenjar

sebasea, kelenjar ceruminous (modifikasi kelenjar keringat). Kelenjar Ceruminous

merupakan modifikasi dari kelenjar keringat Apokrin. Kelenjar Ceruminous memproduksi

cerumen/lilin telinga berupa campuran lemak dan lilin yang semisolid yang berwarna

kecoklatan. Tampak sel myoepithelial mengeliling sel-sel sekresi di Kelenjar Ceruminosa.

Ad. 2. Telinga Tengah

Terdiri dari: Membran Timpani; Kavum Timpani; Auditorius (Tuba Eustachii); tulang-tulang

pendengaran

a. Membran Timpani

Permukaan luarnya dilapisi oleh lapisan epidermis tipis dan permukaan dalamnya dilapisi oleh

epitel selapis kuboid.Diantara kedua lapisan tersebut (lapisan tengah) terdapat lapisan jaringan

ikat kasar yang terdiri dari serat-serat kolagen, elastin, dan fibroblast.

b. Kavum(Rongga) Timpani

Dilapisi oleh selapis epitel skuamosa, dan semakin mendekati tuba eustachii epitelnya

kolumnar pseudostratified bersilia.Melekat pada dinding tulang, duktus dari kelenjar mukosa

pada tulang rawan bermuara ke kavum timpani.

c. Tuba Auditorius

Telingah tengah bagian anterior berhubungan dengan faring melalui Tuba Auditorius . 1 / 3

bagiannya (dekat kavum timpani) disokong oleh compact Bone dengan dilapisi selapis epitel

columnar; 2 / 3 medial disokong oleh tulang rawan elastis berbentuk J dengan dilapisi epitel

bertingkat silindris bersilia.

d. Tulang-tulang pendengaran

Pada dinding tulang tengah bagian medial terdapat 2 area segi empat berlapis membran dan

tak bertulang, area-area ini adalah tingkap lonjong/oval window dan tingkap bundar/ round

window. Membran timpani berhubungan dengan oval window melalui tulang-tulang 11

Page 12: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

pendengaran yakni Maleus, Inkus, dan Stapes. Maleus melekat pada membrane timpani;

Stapes melekat pada oval window. Tulang-tulang diatas memiliki sendi synovial yang ditutupi

epitel selapis gepeng.

Ad. 3 Tulang Dalam

Terdiri atas 2 labirin yakni :

a. Labirin Tulang (oseosa), terdiri :

Koklea, vestibulum, kanalis Semisirkularis

b. Labirin Membranosa

Duktus Koklearis, sakulus dan utrikulus, duktus Semisirkularis, organ Corti

a. Labirin Oseosa

Berisi cairan Perilymph dan terdiri atas rongga-rongga didalam pars petrosa tulang temporalis

1. Kanalis Semisirkularis

Salah satu ujung setiap kanal disebut ampula

Terdapat Duktus Semisirkularis (bagian dari Labirin Membranosa)

2. Vestibulum

Berada di sentral/pusat Labirin Oseosa Terdapat : Oval window (vestibuli fenestra); Round

window (Koklea Fenestra); Sakulus dan Utrikulus (Bagian dari Labirin Membranosa)

3. Koklea : panjangnya sekitar 35 mm, membentuk 2 ½ putaran yang mengelilingi pusat tulang

yang disebut Modiolus. Dari bagian lateral modiulus terjulur suatu rabung tipis yang disebut

lamina spiralis oseosa.

b. Labirin Membranosa

Berisi cairan Endolymph. Melekat pada periosteum labirin oseosa melalui berkas-berkas

halus jaringan ikat yang juga mengandung pembuluh darah (berjalan bersamaan dengan

untaian jaringan ikat) untuk nutrisi epitel labirin membranosa. Merupakan sejumlah rongga

berlapis epitel yang kontiniu dan berasal dari ectoderm.Selama proses embriologinya, di labirin

membranosa terdapat 2 daerah khusus yakni : utrikulus dan sakulus. Dari utrikulus akan

muncul Duktus Semisirkularis dan dari Sakulus akan muncul Duktus Koklearis.

12

Page 13: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Gambar 4; histologi telinga dalam dengan pembesaran 10 X 100.

Sumber; buku elektronik-  Sensory Organs In : Abraham L. Kierszenbaum . Histology and Cell

Biology : An introduction to Pathology.Missouri. Mosby Inc., 2002; 256

Sumber :

Richard S. Snell, MD, PhD. The Head and Neck (Chapter 11) in Richard S. Snell, MD, PhD.

Clinical Anatomy By Regions.Philadelphia :Lippincott Williams & Wilkins,2007;706-715

Buku elektronik The Sense In: Valerie C. Scanlon and Tina Sanders . Essentials Anatomy and

Physiology 5th edition. Philadelphia, FA Davis Company, 2007; 228-235

Stephen L. Liston, MD., dan Arndt J. Duvall, III, M.D. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga

Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 28-38

Anatomy of Ear In: Mohammad Maqbool, Suhail Maqbool. Textbook of Ear Nose and Throat

Disease 11th edition. New Dehli: Jaypee,2007; 7-22

Ear in Michael H. Ross, Wojciech Pawlina. Histology A Text and Atlas. 5th edition. Philadelphia,

Lippincott Williams & Wilkins, 2006; 866-887

13

Page 14: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Buku elektronik-  Sensory Organs In : Abraham L. Kierszenbaum . Histology and Cell Biology :

An introduction to Pathology.Missouri. Mosby Inc., 2002; 250-260

Photoreseptor & Audioreceptor Systems In: Luiz Carlos Junqueira and Jose Carneiro. Basic

Histology Text & Atlas 11th edition. Brazil. McGraw-Hill, 2005;469-474

B. FISIOLOGI PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN

FISIOLOGI PENDENGARAN

( The sense of Hearing In: Arthur C. Guyton and John E. Hall. Guyton & Hall Textbook Of

Medical Physiology. Mississippi. Elsevier Saunders, 2006; 651-661)

Gelombang suara ditangkap/ dikumpulkan oleh pinna dan merambat melalui meatus

acusticus externus yang akan menggetarkan membrana tympani yang menyebabkan

pergerakan tulang-tulang pendengaran. Stapes melekat pada oval window, menutupi skala

vestibuli. Bila stapes bergerak akan menyebabkan oval window bergerak terdorong ke arah

depan yang mendorong perilimfe ke depan dan mengelilingi helikotrema hingga ke skala

timpani(kompartemen bawah). Ketika stapes bergerak mundur ini akan menyebabkan oval

window tertarik ke arah telinga bagian tengah ini akan menyebabkan perilimfe bergerak ke arah

yang berlawanan.Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui membran

vestibularis yang tipis ke dalam duktus kokhlearis melalui membran.basillaris ke kompatemen

bawah (menyebabkan oval window keluar-masuk). Transmisi gelombang tekanan melalui

m.basilaris menyebabkan membran ini bergerak ke atas dan ke bawah atau bergetar. Organ

corti dan sel-sel rambut ikut bergerak naik turun sewaktu membran basillaris bergetar o.k

rambut-rambut sel reseptor terbenam di dalam membran tektorial dan menyebabkan sel rambut

bergerak ke depan dan ke belakang. Perubahan maju mundur ini menyebabkan saluran ion

gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian yang akan

menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi secara bergantian.

Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membran basillaris bergeser keatas) akan meningkatkan

kecepatan pengeluaran zat perantara dan menaikkan potensial aksi di serat-serat aferen. Pada

saat hyperpolarisasi (sewaktu membran basilaris begerak ke bawah) dan sel-sel rambut

mengeluarkan sedikit zat perantara sehingga kecepatan pembentukan potensial aksi menurun

14

Page 15: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Sel-sel rambut bersinaps membentuk saraf auditorius (koklearis).Penutupan dan pembukaan

saluran di sel reseptor akan menyebabkan perubahan potensial berjenjang direseptor dan

perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi.

FISIOLOGIS KESEIMBANGAN

(Cortical and Brain Stem Control of Motor Function In: Arthur C. Guyton and John E.

Hall. Guyton & Hall Textbook Of Medical Physiology. Mississippi. Elsevier Saunders,

2006; 685-697 ) dan

(Contributions of the Cerebellum and Basal Ganglia to Overall Motor Control In: Arthur C.

Guyton and John E. Hall. Guyton & Hall Textbook Of Medical Physiology. Mississippi.

Elsevier Saunders, 2006; 698-713)

Apparatus vestibularis berfungsi menjaga keseimbangan, menjaga koordinasi pergerakan

kepala dengan mata dan pergerakan postur tubuh. Vestibulus apparatus adalah kanalis

semisirkularis dan organ ottolith (sacculus dan utriculus). Vestibulus apparatus berisi cairan

endolymph dan cairan perilimph dan hairs of hair cell Kinocillium dan stereocilia. Kanalis

semisirkularis dan mendeteksi aksselerasi atau deselarasi atau rotasi kepala seperti ketika

memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik atau memutar kepala. Reseptor

keseimbangan (hair cell) terletak di dalam ampula. Hair cell membentuk sinap dengan ujung

terminal saraf afferen yang aksonnya membentuk nervus vestibularis. Vestibular nerve bersatu

dengan nervus auditorius membentuk vestibulocochlear nerve. Organ ottolith memberikan

informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan juga mendeteksi perubahan

dalam kecepatan gerakan linier (bergerak garis lurus tanpa memandang arah) . Utrikulus

adalah untuk pergerakan vertikal dan horizontal. Sakkulus adalah sama dengan utrikulus

namun berespon secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal (mis :

bangun dari tempat tidur). Vestibular mekanisme untuk menstabilkan mata. Pergerakan hair

cells ini akan menyebabkan depolarisasi dan hiperpolarisasi bergantian sehingga membran

potential tercapai dan impuls dihantar ke vestibular nuclei yang akan juga menghantar impuls

ke nervus optic sehingga menstabilkan mata dan impuls juga dihantar ke serebelum yang

menyebabkan rasa stabil atau seimbang.

Sumber:

15

Page 16: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

The sense of Hearing In: Arthur C. Guyton and John E. Hall. Guyton & Hall Textbook Of Medical

Physiology. Mississippi. Elsevier Saunders, 2006; 651-661

Cortical and Brain Stem Control of Motor Function In: : Arthur C. Guyton and John E. Hall.

Guyton & Hall Textbook Of Medical Physiology. Mississippi. Elsevier Saunders, 2006; 685-697

Contributions of the Cerebellum and Basal Ganglia to Overall Motor Control In: Arthur C.

Guyton and John E. Hall. Guyton & Hall Textbook Of Medical Physiology. Mississippi. Elsevier

Saunders, 2006; 698-713

John H. Anderson, M.D., Ph.D., dan Samuel C. Levine, M.D. Sistem Vestibularis Dalam:

Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 28-38

Physiology of the Ear In: Mohammad Maqbool, Suhail Maqbool. Textbook of Ear Nose and

Throat Disease 11th edition. New Dehli: Jaypee,2007; 23-28

Hearing & Equilibrium In: William F. Ganong. Review of Medical Physiology 22nd edition. San

Francisco: Mc Graw Hill, 2005; 171-184

C. DEFINISI, EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, FAKTOR RESIKO DAN KLASIFIKASI OTITIS

MEDIA AKUT

( Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar

Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 88-117)

16

Page 17: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Definisi Otitis Media

(Barry E. Hirsch, M.D. Otitis Media and Eustachian tube Dysfunction.Charles D.

Bluestone, eds. Pediatrics Otolaryngology Volume 1, 4th edition. Philadelphia, Pa:

Saunders Elsevier; 2003: 474)

Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telingan tengah, tuba eustachius, antrum mastoid

dan sel – sel mastoid.

Epidemiologi otitis media

(Kerschner JE. Otitis media. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF,

eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia, Pa: Saunders

Elsevier;2007:chap 639)

Onset otitis media akut kurang 12 bulan biasanya adanya otitis media akut rekuren. Bondy

menyatakan 42 % ke 60 % pada usia 7-36 bulan. Studi lain menunjukkan insidensi lebih banyak

pada usia 6-11 bulan. 50 % anak mendapatkan otitis media akut pada tahun pertama

kehidupan walaupun dapat sembuh spontan dan hanya 30% hingga 40% yang

persisten.Puncak insidensi otitis media akut pada tahun kedua kehidupan dan lebih sering saat

musim dingin dan berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas.Insidensi otitis media akut

pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan.Riwayat keluarga, sosial ekonomi rendah,

paparan anak lain yang menderita infeksi saluran pernapasan atas, kurangnya perawatan

kesehatan, pendeknya masa air susu ibu dan paparan terhadap orang yang merokok

meningkatkan insidensi otitis media akut pada anak.

Etiologi otitis media

(Acute Supprative Otitis Media and Acute Mastoiditis. In: Mohammad Maqbool and Suhail

Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli: Jaypee. 2007.

58-63 ) dan (Gram-Postive Cocci. In: Warren Levinson. Review of Medical Microbiology

and Immunology. 10th edition. California: McGraw-Hill; 112)

17

Page 18: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Perubahan tekanan udara tiba-tiba, alergi, sumbatan yaitu adanya sekret, tampon atau tumor,

infeksi. Penyebab utama otitis media akut bakteri piogenik : streptococcus hemoliticus,

staphylococcus aureus, pneumococcus.Kadang-kadang ditemukan Haemfilus Influenza ( lebih

banyak pada anak di bawah 5 tahun ) , Escherichia Coli, Streptococcus hemoliticus Beta/

Streptococcus Pneumoniae, Proteus Vulgaris, Pseudomonas Aeruginosa.

Faktor resiko otitis media

(Jerome O. Klein and Charles D. Bluestone. Otitis Media In: Ralph D. Feigin, eds.

Textbook of Pediatric Infectious Disease 5th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.

2004. 216)

Kelainan pada craniofacial yang mengganggu fungsi tuba eustachius , contoh adanya ‘cleft

palate’, anak dengan immunodefisiensi kongenital atau didapat, contoh :

hypogammaglobulinemia, immunoglobulin ( Ig )A defeciency, penyakit HIV dan obat-obatan

( kemoterapi dan steroids ), bayi sistem imun belum matur, allergi, obstruksi nasal ( sinusitis,

adenoid hypertrophy, tumor nasal atau nasopharyngeal), disfungsi siliar, intubasi yang

berkepanjangan , penggunaan NGT, dan kemungkinan reflux gastroesophageal, anak dengan

pilek, infeksi saluran pernapasan atas, penyakit campak dan diphteri.

Klasifikasi dan Stadium Otitis Media

(Zainul A Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah dalam Dr. Hendra

Utama, SpFK. Buku ajar ilmu Kesehatan. Telinga hidung Tenggorok Kepala & Leher.

Edisi keenam. Jakarta.Pa: Balai Penerbit FKUI; 64)

Otitis dibagi menjadi dua yaitu otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Kedua-dua

ini dibagi lagi menjadi akut dan kronis. Berdasarkan durasinya dibagi menjadi akut,subakut dan

kronis. Otitis media akut adalah kurang dari 3 minggu, otitis media subakut adalah lebih dari

3minggu manakala kronis adalah lebih dari 11 minggu.

Stadium oklusi tuba eusthachian

Gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif ditelinga tengah adanya absorpsi

udara. Membran timpani bisa tampak normal atau berwarna keruh pucat.

Stadium hiperemis (pre-supurasi)

18

Page 19: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Pembuluh darah melebar di membran timpai dan seluruh membran timpani hiperemis dan

edem. Dapat terbentuk sekret.

Stadium supurasi

Oedem hebat pada mukosa telinga tengah , hancurnya sel epitel superfisial adanya eksudat

yang purulen di kavum timpani ; sehingga menonjol ( bulging ) ke liang telinga luar. Pasien

tampak sangat sakit, nadi meningkat, suhu meningkat, rasa nyeri di telinga bertambah.

Tekanan pus meningkat ; terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler ; timbul tromboplebitis

pada vena’’ kecil ; dan nekrosis mukosa dan submukosa.Apabila tidak segera diinsisi

( miringotomi ), membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.

Stadium perforasi

Ruptur membran timpani sehinggga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan

mengalir ke liang telinga luar.

Stadium resolusi

Bila membran timpani tetap utuh : keadaan membran timpani akan normal kembali. Bila

perforasi, sekret berkurang dan mengering.Bila daya tahan tubuh baik / virulensi menurun;

sembuh tanpa pengobatan.Otitis media akut dapat menimbulkan gejala sisa ( sequele ) dapat

menjadi otitis media serosa.

SUMBER :

Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT.

Jakarta, EGC,1997; 88-117

Barry E. Hirsch, M.D. Otitis Media and Eustachian tube Dysfunction.Charles D. Bluestone, eds.

Pediatrics Otolaryngology Volume 1, 4th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2003: 474-

598

Kerschner JE. Otitis media. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF,

eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;2007:chap

639

19

Page 20: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Acute Supprative Otitis Media and Acute Mastoiditis. In: Mohammad Maqbool and Suhail

Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli: Jaypee. 2007. 58-

63

Gram-Postive Cocci. In: Warren Levinson. Review of Medical Microbiology and Immunology.

10th edition. California: McGraw-Hill; 111-118

Jerome O. Klein and Charles D. Bluestone. Otitis Media In: Ralph D. Feigin, eds. Textbook of

Pediatric Infectious Disease 5th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier. 2004. 215-232

Zainul A Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah dalam Dr. Hendra Utama,

SpFK. Buku ajar ilmu Kesehatan. Telinga hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam.

Jakarta.Pa: Balai Penerbit FKUI; 64-69

D. PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIK DAN PATOFISIOLOGI OTITIS MEDIA AKUT

(Barry E. Hirsch, M.D. Otitis Media and Eustachian tube Dysfunction.Charles D.

Bluestone, eds. Pediatrics Otolaryngology Volume 1, 4th edition. Philadelphia, Pa:

Saunders Elsevier; 2003: 474-604)

Patogenesis Otitis Media

(Physiology, Pathophysiology and Pathogenesis In: Charles D. Bluestone, Jerome O.

Klein. 4th edition. Hamilton, Pa: BC Decker.2007. 41-70)

Port d’ entrée bakteri Streptococcus sp. adalah melalui saluran pernapasan yang masuk

nasiofaring dan melekat pada epitel mukosa nasiofaring dengan perantara Glc Nac1-3Gal.

Invasi nasofaring dengan faktor virulensi pneumolisin dan autolisin. Pada anak tuba Eustachian

yang pendek dan lebar menyebabkan mudah anak dari infeksi nasofaring yang menyebar ke

telinga tengah melalui tuba Eustachian. Ini akan merangsang sitokinin proinflamasi TNF-α, IL-1,

IL-6, IL-8, IL-18, MIP-2, molekul adhesi , TLR, G-CSF, limfosit yang akan merangsang sitokinin

anti inflamasi IL-4 dan IL-10 sehingga dapat menyebabkan gejala-gejala pada otitis media.

Manifestasi klinis Otitis Media

(Acute Supprative Otitis Media and Acute Mastoiditis. In: Mohammad Maqbool and Suhail

Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli, Pa: Jaypee.

2010. 58-63)

20

Page 21: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Gejala klinis pada pasien otitis media adalah nyeri/otolgia, demam, otorrhea, perforasi sentral

pada membran timpani, dan ketulian konduktif .

Patofisiologi Otitis Media

(History Taking with Symptomatology of Ear Disease In: Mohammad Maqbool and Suhail

Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli, Pa: Jaypee.

2010. 29-31 )

Kenapa terasa nyeri ?

(John C Li, MD, Private Practice in Otology and Neurotology; Medical Director, Balance

Cente. In: Otolagia. Emedicine. 16 march 2010)

Infeksi memicu terjadinya inflamasi yaitu akan menyebabkan pengeluaran IL-10 yang akan

memicu PG sehingga menyebabkan pemeabilitas pembuluh darah meningkat. Sehingga ini

menyebabkan oedem. Namun pada ruangan telinga tengah yang sempit akan menyebabkan

pembengkakan. Ini akan meirritasi syaraf auriculotemporal (percabangan nervus trigeminal),

syaraf timpani (percabangan nervus glossopharyngeal), syaraf auricular (percabangan nervus

vagus). Sehingga menyebabkan serabut syaraf alfa delta membawa impuls ke nukleus pada

spinal cord yang berdekatan dengan medulla yang kemudian dibawa ke medial talamus untuk

persepsi rasa nyeri. Dan impuls dibawa ke somatosensori sehingga menyebabkan rasa nyeri di

telinga / otolgia. Selain itu inflamasi pada bagian tuba eustachian akan menganggu regulasi

tekanan dalam telinga. Peningkatan tekanan dalam telinga tengah akan merangsang

mekanoreseptor yang menyebabkan serabut syaraf alfa delta membawa impuls ke medial

talamus. Impuls kemudian dibawa ke somatosensori sehingga menyebabkan otolgia.

Bagaimana terjadi demam ?

21

Page 22: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

(Charles A. Dinarello, Reuven Porat. Fever and hyperthermia in Fauci, Braunwald,

Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s Principles of Internal Medicine

volume I . United States of America: McGraw-Hill Companies. 2008; 245-254)

Infeksi (Pirogen eksogen yaitu Kompleks lipopolisakarida pada dinding sel gram positif bakteri

streptococcus sp. ) yang memicu makrofag dan monosit untuk melakukan fagositosis terhadap

mikroorganisme. Makrofag dan monosit menyebabkan produksi (Pirogen endogen à IL-1,IL-6,

TNF-a , IFN-g). Pirogen endogen bersirkulasi sistemik dan menembus masuk

hematoencephalic barrier dan bereaksi terhadap hipotalamus dalam pengaturan suhu pada

bagian anterior hipotalamus. Efek sitokinin pirogen pada hipotalamus menyebabkan produksi

PGE2 yang menyebbkan cAMP mengubah set point pada hipotalamus. Menstimulasi

mekanisme perifer seperti vasokonstriksi unutk menghasilkan panas dan mengkonservasi

panas. Menyebabkan peningkatan suhu tubuh akibat dari respon febrile sehingga

menyebabkan demam.

Bagaimana terjadi otorrhea/ discharge ?

(Professor I Friedmann (Department of Pathology, Institute of Laryngology & Otology,

London). The Pathology of Secretory Otitis Media, 19 : 695-699, july 1998.) Dan

(Bauer CA, Jenkins HA. Otologic symptoms and syndromes. In: Cummings CW, Flint PW,

Haughey BH, Robbins KT, Thomas JR, eds. Otolaryngology: Head & Neck Surgery. 4th

ed. Philadelphia, PA: Mosby Elsevier; 2005:chap 126.

Cairan berwarna putih kekuningan berarti adalah discharge mukopurulent. Ini adalah tanda dari

benign acute supprative otitis media. Infeksi streptococcus (bakteri piogenik) akan memicu

neutrofil yang akan menyebabkan fagositosis berlaku. Neutrofil yang mati akan membentuk

pus. Manakala infeksi Streptococcus akan menyebabkan transformasi mukosa telingah tengah.

Mukosa yang mengalami inflamasi akan ditutupi oleh sel kolumnar bersilia yang tinggi dan sel

goblet. Ini akan menyebabkan sekresi mukus meningkat dan akan bercampur dengan pus

menjadi mukopurulent. Terjadi pengumpulan mukopurulent pada telinga tengah yang

menyebabkan tekanan meningkat pada telinga tengah. Terjadi pengeluaran cairan putih

kekuningan apabila terjadi perforasi pada membran timpani. Sehingga terjadi otorrhea.

Bagaimana terjadi perforasi sentral pada membrane timpani ?

(Physiology, Pathophysiology and Pathogenesis In: Charles D. Bluestone, Jerome O.

Klein. 4th edition. Hamilton, Pa: BC Decker.2007. 41-70 )

22

Page 23: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Peradangan pada tuba eustachian akan menyebabkan gangguan dari pengaturan tekanan dan

ventilasi pada telinga. Menurut Boyle apabila tekanan meningkat volume menurun. Volume

udara menurun dalam telinga. Sehingga ini menyebabkan tuba eustachian tidak mampu

mengadakan ventilasi memadai atau tetap terbuka sepanjang waktu. Ini akan menyebabkan

udara dapat keluar masuk telinga tengah selama respirasi. Dan ini menyebabkan iskemia dan

nekrosis lapisan tengah fibrosa sehingga menyebabkan perforasi membran timpani. Tekanan

terhadap membran timpani bagian tengah paling tinggi menyebabkan vaskularisasi tergangu

sehingga menyebabkan iskemia dan nekrosis pada membrane timpani sehingga menyebabkan

perforasi.

Bagaimana terjadi tuli konduktif?

(William L. Meyerhoff, Bradley F. Marple, and Peter S. Roland. Tympanic membrane,

Middle Ear, and Mastoid. In: Peter S. Roland, William L. Meyerhoff, eds. Hearing Loss.

New York, Pa: Thieme. 1997; 155-162)

Infeksi akan menyebabkan peradangan sehingga menyebabkan peningkatan IL-10 yang akan

menyebabkan peningkatan prostagladin yang akan menyebabkanpemeabilitas pembuluh darah

meningkat. Ini akan menyebabkan oedem pada bagian telinga tengah. Ini akan menganggu dari

penghanatan gelombang bunyi dari telinga luar. Oedem pada bagian telinga tengah akan

menurunkan getaran dari stapes sehingga menurunkan dari pendengaran. Ketulian semakin

bertambah pada peringkat suppurativa karena terjadi perforasi membran timpani. Sehingga ini

menyebabkan pengurangan area dari membran timpani untuk menangkap gelombang suara. Ini

akan menyebabkan pengurangan getaran dari membran timpani. Sehingga ini akan

menyebabkan pengurangan hantaran impuls ke corteks temporal untuk persepsi bunyi yang

menyebabkan anak tidak mendengar pada 20 dB. Sehingga menyebabkan anak menjadi tuli

konduktif 30 dB.

SUMBER :

Michael M. Paparella,M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid dalam: Adams, Boies, Higler, eds. Boies Buku Ajar Penyakit THT.

Edisi 6. Jakarta, Pa: EGC.1994: bab 6; 88-99

History Taking with Symptomatology of Ear Disease In: Mohammad Maqbool and Suhail

Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli, Pa: Jaypee. 2010.

29-31

23

Page 24: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

John C Li, MD, Private Practice in Otology and Neurotology; Medical Director, Balance Cente.

In: Otolagia. Emedicine. 16 march 2010

Barry E. Hirsch, M.D. Otitis Media and Eustachian tube Dysfunction.Charles D. Bluestone, eds.

Pediatrics Otolaryngology Volume 1, 4th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2003: 474-

604

Kerschner JE. Otitis media. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF,

eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;2007:chap

639

Acute Supprative Otitis Media and Acute Mastoiditis. In: Mohammad Maqbool and Suhail

Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli, Pa: Jaypee. 2010.

58-63

Physiology, Pathophysiology and Pathogenesis In: Charles D. Bluestone, Jerome O. Klein. 4th

edition. Hamilton, Pa: BC Decker.2007. 41-70

Bauer CA, Jenkins HA. Otologic symptoms and syndromes. In: Cummings CW, Flint PW,

Haughey BH, Robbins KT, Thomas JR, eds. Otolaryngology: Head & Neck Surgery. 4th ed.

Philadelphia, PA: Mosby Elsevier; 2005:chap 126.

Professor I Friedmann (Department of Pathology, Institute of Laryngology & Otology, London).

The Pathology of Secretory Otitis Media, 19 : 695-699, july 1998.

Jerome O. Klein and Charles D. Bluestone. Otitis Media In: Ralph D. Feigin, eds. Textbook of

Pediatric Infectious Disease 5th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier. 2004. 215-232

Robert F. Pass Respiratory Virus Infection and Otitis Media. 1998;102;400-401. DOI:

10.1542/peds.102.2.400 Pediatrics

Jane M. Gould and Paul S. Matz. Otitis Media. Pediatr. Rev. 2010;31;102-116. DOI:

10.1542/pir.31-3-102.

William L. Meyerhoff, Bradley F. Marple, and Peter S. Roland. Tympanic membrane, Middle

Ear, and Mastoid. In: Peter S. Roland, William L. Meyerhoff, eds. Hearing Loss. New York, Pa:

Thieme. 1997; 155-162

Charles A. Dinarello, Reuven Porat. Fever and hyperthermia in Fauci, Braunwald, Kasper,

Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s Principles of Internal Medicine volume I .

United States of America: McGraw-Hill Companies. 2008; 245-254 24

Page 25: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Sue E. Huether. Pain, Temperature Regulation, Sleep, and Sensory Function in Kathryn L.

McCance, Sue E. Huether, Valentina L. Brashers, Neal S. Rote. Pathophysiology The biologic

Basis for Disease in Adults and Children. Philadephia. Mosby Elsevier. 2010 ; 481-501

E. PEMERIKSAAN, DIAGNOSA BANDING OTITIS MEDIA AKUT

(Zainul A Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah dalam Dr. Hendra

Utama, SpFK. Buku ajar ilmu Kesehatan. Telinga hidung Tenggorok Kepala & Leher.

Edisi keenam. Jakarta.Pa: Balai Penerbit FKUI; 67-68)

DIAGNOSA OTITIS MEDIA

(Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar

Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 88-117)

Diagnosis otitis media akut harus memenuhi tiga hal berikut yaitu ; penyakit muncul

mendadak (akut), ditemukannya tanda efusi (efusi : pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh)

di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu diantara tanda berikut

mengggembungnya gendang telinga, terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga, adanya

bayangan cairan dibelakang gendang telinga dan cairan yang keluar dari telinga. Adanya

tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu diantara

tanda berikut kemerahan pada gendang telinga, nyeri telinga yg mengganggu tidur dan aktivitas

normal.

PEMERIKSAAN OTITIS MEDIA

(Zainul A Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah dalam Dr. Hendra

Utama, SpFK. Buku ajar ilmu Kesehatan. Telinga hidung Tenggorok Kepala & Leher.

Edisi keenam. Jakarta.Pa: Balai Penerbit FKUI; 66-67)

Otoskopi (alat untuk memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas). Efusi telinga tengah.

Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yg menggembung, perubahan warna

gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.

Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dgn otoskop utk melihat gendang telinga yg

dilengkapi dgn pompa udara kecil utk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan

tekanan udara). Gerakan gendang telinga yg berkurang atau tdk sama sekali dapat dilihat

dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun,

umumnya diagnosis OMA dpt ditegakkan dgn otoskopi biasa.

25

Page 26: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Otoskopi bertenaga baterai

Uji Rinne (membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pendengaran pasien)

Tangkai penala yg bergetar ditempelkan pd mastoid pasien /hantaran tulang) hingga bunyi

tidak lagi terdengar; penala kemudian dipindahkan ke dekat telinga sisi yg sama (hantaran

udara).

Rinne positif (HU>HT) berarti telinga normal masih akan mendengar penala melalui hantaran

udara,.

Rinne negatif (HU<HT) berarti pasien tidak dapat mendengar melalui hantaran udara setelah

penala tidak lagi terdengar melalui hantaran tulang.

Hasil Uji Rinne Status Pendengaran Lokus

Positif HU≥HT Normal atau gangguan

sensorineural

Tidak ada atau

koklearis-retrokoklearis

Negatif HU<HT Gangguan konduktif Telinga luar atau

tengah

Uji Weber (mendengarkan suara sendiri lebih keras bila satu telinga ditutup). Gagang penala yg

bergetar ditempelkan ditengah dahi dan pasien diminta melaporkan apakah suara terdengar

ditelinga kiri, kanan atau keduanya.Umumnya pasien mendengar bunyi penala pada telinga dgn

konduksi tulang yg lebih baik atau dgn komponen konduktif yg lebih besar. Jika nada terdengar

pd telinga yg dilaporkan lebih buruk, maka tuli konduktif perlu dicurigai pd telinga tersebut. Jika

terdengar pd telinga yang lebih baik, maka dicurigai tuli sensorineural pd telinga yg terganggu

Uji Bing adalah aplikasi dari apa yang disebut sebagai efek oklusi, dmn penala terdengar lebih

keras bila telinga normal ditutup. Bila liang telinga ditutup dan dibuka bergantian saat penala yg

bergetar ditempelkan pd mastoid, maka telinga normal akan menangkap bunyi yang mengeras

dan melemah (Bing positif).Hasil serupa akan didapat pd gangguan pendengaran sensorineural

namun pada pasien dgn perubahan mekanisme konduktif seperti penderita OMA/otosklerosis,

tidak menyadari adanya perubahan kekerasan bunyi tersebut ( Bing negatif).

Audiometer nada murni adalah suatu alat elektronik yg menghasilkan bunyi yg relatif bebas

bising ataupun energi suara pada kelebihan nada, karenanya disebut nada murni. Audiometer

26

Page 27: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

memiliki 3 bag.ptg : suatu osilator dgn berbagai frekuensi untuk menghasilkan bunyi, suatu

peredam yg memungkinkan berbagai intensitas bunyi (umumnya dgn peningkatan 5dB), dan

suatu tranduser (earphone atau penggetar tulang dan kadang-kadang pengeras suara)untuk

mengubah energi akustik. Audiometrik nol adalah median ambang bunyi yang didapat dari

suatu sampel yang sangat besar dari kelompok dewasa muda tanpa keluhan pendengaran,

telinga dan tidak menderita penyakit flu akhir-akhir ini.

Audiometri Nada Murni

Adalah suatu alat elektronik yang menghasilkan bunyi yang relatif bebas bising.Tujuan :

menentukan tingkat intensitas terendah dalam desibel (dB) dari tiap frekuensi yang masih dapat

didengar dengan kata lain ambang pendengaran bunyi tersebut.Tingkat ambang pendengaran

yang dapat dari pemeriksaan pasien dibandingkan dengan audiometrik “nol”

Audiometri Tutur (Speech Audiometry)

Tes ini dipakai kata2 yang sudah disusun dalam suku kata.Caranya : Pasien diminta untuk

mengulangi kata2 yang didengar melalui kaset tape recoder. Tujuan : untuk menilai

kemampuan pasien dalam pembicaraan sehari – hari dan untuk menilai pemberian alat bantu

dengar

Brainsterm Evoked Response Audiometry (BERA)

Tujuan : untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi Nervus VIII. Caranya : dengan merekam

potensial listrik yang dikeluarkan sel koklea selama menempuh perjalanan mulai telinga dalam

hingga inti – inti tertentu dibatang otak

Derajat Ketulian : 0 – 2 dB - Normal

> 25 – 40 dB - Tuli Ringan

> 40 – 55 dB - Tuli Sedang

> 55 – 70 dB - Tuli Sedang Berat

> 70 – 90 dB - Tuli Berat

> 90 dB - Tuli Sangat Berat

DIAGNOSA BANDING

27

Page 28: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

(Barry E. Hirsch, M.D. Otitis Media and Eustachian tube Dysfunction.Charles D.

Bluestone, eds. Pediatrics Otolaryngology Volume 1, 4th edition. Philadelphia, Pa:

Saunders Elsevier; 2003: 600-604)

Otitis media dengan effuse adanya infeksi pada telinga tengah dengn efusi non purulen.

Etiologi: S pneumoniae is found in 35%, H influenzae is found in 20%, Disruptions in the normal

opening of the eustachian tube orificice Gejala klinis:Effusi non-purulen (mucoid/serous), Tiada

inflamasi ekstensif. Otoscopic: Tiada pengurangan mobilitas membrane timpani, kekuningan

atau kemerahan (hipervaskuler). Efusi tidak purulen.

Otitis Eksterna adanya Inflamasi atau infeksi pada telinga luar (meatus akustikus

eksterna).Etiologi: Trauma telinga, infeksi bakteri, jamur. Gejala Klinis: nyeri apabila struktur

telinga luar disentuh.Otoscopic: Meatus akustik eksterna terlihat eritema, edema dan

menyempit.

Faringitis akut adanya Inflamasi atau iritasi pada faring atau/dan tonsil. Etiologi: Infeksi virus,

bakteri. Gejala Klinis: Demam, nyeri ke telinga (refered pain), dysphagia, tonsillopharyngeal

exudates, Tonsillopharyngeal/palatal petechiae

Trauma telinga ditandai dengan nyeri pada telinga, tergantung penyebab atau jenis trauma.

SUMBER:

Zainul A Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah dalam Dr. Hendra Utama,

SpFK. Buku ajar ilmu Kesehatan. Telinga hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam.

Jakarta.Pa: Balai Penerbit FKUI; 66-67

Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT.

Jakarta, EGC,1997; 88-117

Examination of the Ear. In: Mohammad Maqbool and Suhail Maqbool.Textbook of Ear Nose and

Throat Disease. 11th edition. New Dehli: Jaypee. 2007. 58-63

Leighton G. Siegel, M.D. Anamnesis dan Pemeriksaan Kepala dan Leher. Dalam: Adams,

Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 4-23

Barry E. Hirsch, M.D. Otitis Media and Eustachian tube Dysfunction.Charles D. Bluestone, eds.

Pediatrics Otolaryngology Volume 1, 4th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2003: 600-

604

28

Page 29: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

F. PENATALAKSAAN OTITIS MEDIA AKUT

(Acute Supprative Otitis Media and Acute Mastoiditis. In: Mohammad Maqbool and Suhail

Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli, Pa: Jaypee.

2010. 58-63)

Penatalaksaan farmakologi Otitis Media

(Zainul A Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah dalam Dr. Hendra

Utama, SpFK. Buku ajar ilmu Kesehatan. Telinga hidung Tenggorok Kepala & Leher.

Edisi keenam. Jakarta.Pa: Balai Penerbit FKUI; 68)

Stadium Oklusi

Tujuan: membuka kembali tuba Eustachius, shg tekanan negatif di telinga tengah

hilang.Terapi untuk infeksi saluran nafas atas; nasal dekongestan: *lokal-obat tetes hidung;

*sistemik-efedrin.HCL efedrin 0,5% dlm larutan fisiologik utk anak < 12 tahun; HCL efedrin 1%

dlm larutan fisiologik utk anak > 12 tahun & org dewasa.Sumber infeksi harus diobati:

Antibiotik Amoksisilin dan jika alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin

Stadium Hiperemis

Antibiotika, obat tetes hidung, steroid (hanya diberikan jika membrane timpani masih

utuh), analgetika. AB golongan penisilin atau ampisilin minimal 7 hari. Alergi penisilin diganti

dengan eritromisin.Terapi awal beri penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi yg

adekuat dalam darah.

Anak:

Ampisilin 50-100 mg/kg BB/hari dlm 4 dosis

Amoksisilin 40 mg/kg BB/hari dlm 3 dosis

Eritromisin 40 mg/kg BB/hari

Stadium Suppurasi

Antibiotika, *miringotomi (bila membran timpani masih utuh agar gejala klinis lebih cepat

hilang dan ruptur dapat dihindari, dan bila terjadi bulging).

29

Page 30: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Stadium Perforasi

Sekret banyak keluar dan kadang sekret keluar secara berdenyut (pulsasi).Obat cuci telinga

H2O2 3% selama 3-5 hari, antibiotika.Sekret akan hilang dan perforasi menutup kembali

dalam waktu 7-10 hari.Jangan beri obat tetes telinga steroid !!! (akan menghambat

epitelisasi pada tempat terjadi berperforasi).

Stadium Resolusi

Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, perforasi membrane timpani

menutup. Bila tidak terjadi resolusi sepenuhnya antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu

dan apabila pengobatan sudah 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak

kemungkinan adanya mastoiditis.Otitis media akut berlanjut lebih dari 3 minggu adalah otitis

media subakut. Apabila perforasi menetap dan secret tetap keluar lebih dari 1,5 atau 2 bulan

adalah otitis media kronis.

Penatalaksaan non-farmakologi

(Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar

Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 108-109 )

Miringotomi (penyayatan gendang telinga untuk mengeluarkan cairan) : Tujuan adalah agar

kerusakannya tidak sampai ke telinga dalam yang bisa mengakibatkan tuli saraf. Dengan

tindakan ini, luka sayatan nantinya akan sembuh dan gendang telinga kembali utuh.

Timpanotomi (teknik bedah rekonstruksi timpanoplasti, gendang telinganya diperbaiki.) .

Robekan gendang telinga. Cairan nanah akan mengalir dari telinga tengah ke luar.

Mastoidektomi (Mastoidektomi adalah prosedur pembedahan untuk menghilangkan proses

infeksi pada tulang mastoid. Tujuan mastoidektomi adalah menghindari kerusakan lebih lanjut

terhadap organ telinga dan sekitarnya.)

Pencegahan Otitis Media Akut

(Jerome O. Klein and Charles D. Bluestone. Otitis Media In: Ralph D. Feigin, eds.

Textbook of Pediatric Infectious Disease 5th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.

2004. 240)

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko otitis media akut adalah:

1. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.

30

Page 31: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

2. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.

3. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.

4. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

SUMBER :

Acute Supprative Otitis Media and Acute Mastoiditis. In: Mohammad Maqbool and Suhail

Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli, Pa: Jaypee. 2010.

58-63

Zainul A Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah dalam Dr. Hendra Utama,

SpFK. Buku ajar ilmu Kesehatan. Telinga hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam.

Jakarta.Pa: Balai Penerbit FKUI; 68

Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT.

Jakarta, EGC,1997; 108-109

Mastoid and Middle Ear Surgery In: Mohammad Maqbool and Suhail Maqbool.Textbook of Ear

Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli, Pa: Jaypee. 2010. 82-87

Otitis Media In: Anil K. Lalwani, et al. Current diagnosis and Treatment Otolaryngology Head

and Neck Surgery 2nd edition. United States of America,Pa: McGraw-Hill.2008.660-662

Jerome O. Klein and Charles D. Bluestone. Otitis Media In: Ralph D. Feigin, eds. Textbook of

Pediatric Infectious Disease 5th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier. 2004. 240

G. KOMPLIKASI, PROGNOSIS DAN INDIKASI RUJUK OTITIS MEDIA AKUT

31

Page 32: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

(Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar

Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 109-116)

Komplikasi

(Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar

Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 109-116)

Komplikasi Otitis Media Akut diklasifikasikan berdasarkan lokasi penyebaran penyakit dari

telinga tengah. Intratemporal : Perforasi membran timpani, Mastoiditis Koalesens Akut, facial

nerve palsy, labirintitis akut, acute necrotic otitis, Otitis Media Supuratif kronik.Intracranial :

meningitis, encephalitis, abses otak, otitis hidrosefalus, abses subaraknoid, abses subdural,

sigmoid sinus thrombosis.Sistemik : bakteremia, septic arthritis, bacterial endocarditis.

Prognosis

(Mark Lepore, MD, Robert Anolik, MD, Michael Glick, DMD. Disease of Respiratory Tract

In: Lester William Burket,Martin S. Greenberg,Michaël Glick. Bucket’s Oral Medicine

Diagnosis and Treatment. Ontario. Pa: Bc Decker, 2003; 345)

Perforasi dapat tertutup dan kontur membrane dapat kembali normal pada stadium

penyembuhan. Pendengaran dapat kembali normal.

Indikasi merujuk

(Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. Jakarta. Departmen Kesehatan

Republik Indonesia (DEPKES) 3 62 .11 Ind P)

Otitis media akut kompetensi dokter umum adalah 3A

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan

laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi

pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).

Harus segera dirujuk jika terjadi komplikasi seperti meningitis atau komplikasi intrakranial

lainnya, kelemahan saraf fasialis, vertigo dan mastoiditis.

Semi-urgent referral (2-3 hari) jika terjadi kegagalan terhadap antibiotik dengan tanda dan

gejala OMA yang berat seperti demam tinggi.

Non-urgent jika terjadi perforasi dengan otorrhea yang menetap.

SUMBER :

32

Page 33: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT.

Jakarta, EGC,1997; 109-116

Mark Lepore, MD, Robert Anolik, MD, Michael Glick, DMD. Disease of Respiratory Tract In:

Lester William Burket,Martin S. Greenberg,Michaël Glick. Bucket’s Oral Medicine Diagnosis and

Treatment. Ontario. Pa: Bc Decker, 2003; 345

Jerome O. Klein and Charles D. Bluestone. Otitis Media In: Ralph D. Feigin, eds. Textbook of

Pediatric Infectious Disease 5th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier. 2004. 240

Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. Jakarta. Departmen Kesehatan Republik

Indonesia (DEPKES) 3 62 .11 Ind P

8. ULASAN :

A. Ditemukan perbedaan antara Acute Supprative Otitis Media and Acute Mastoiditis. In:

Mohammad Maqbool and Suhail Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th

edition. New Dehli: Jaypee. 2007. 61-62 dan buku Michael M. Paparella, M.D., George L.

Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam:

Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 108 tentang

penatalaksanaan otitis media tipe perforasi, dimana buku Acute Supprative Otitis Media and

Acute Mastoiditis. In: Mohammad Maqbool and Suhail Maqbool.Textbook of Ear Nose and

Throat Disease. 11th edition. New Dehli: Jaypee. 2001. 61-62 menyatakan bahwa

penatalaksanaan untuk tipe perforasi jangan dibersihkan memakai H2O2 karena dapat

menyebabkan irritasi pada telinga tengah dan harusnya dilakukan miringtomi. Manakala , buku

Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit

THT. Jakarta, EGC,1997; 108 menyatakan dapat diberikan hydrogen peroksida atau alkohol

dapat digunakan untuk membersihkan liang telinga dengan bertujuan mengangkat jaringan yang

sakit dan supurasi yang tak berhasil keluar.Setelah merujuk buku lain seperti Zainul A Djaafar,

Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah dalam Dr. Hendra Utama, SpFK. Buku ajar

ilmu Kesehatan. Telinga hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta.Pa: Balai

Penerbit FKUI; 68 bahwa dapat otitis media perforasi dapat dicuci dengan hydrogen peroksida .

Perbedaan maklumat ini menunjukkan penggunaan hydrogen peroksida belum ada EBM

(evidence based medicine) dan harus dilakukan miringotomi untuk perforasi membrane untuk

mengeluarkan sekret dan mengurangi nyeri (otolgia).

33

Page 34: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

B. Ada beberapa hal masih belum jelas dalam hal ini karena keterbasan kepustakaan dan

kesulitan materi yaitu tentang perbedaan timpanoplasti dan miringoplasti. Setelah mendapat

penjelasan dari narasumber dalam pleno disimpulkan bahwa timpanoplasti adalah prosedur

operasi yang dapat dibagi menjadi 5 tipe; tipe 1 termasuk miringoplasti tetapi juga melibatkan

ekspolarisasi telinga tengah. Tipe 2 adalah rekontruksi membrane timpani dan malleus manakala

tipe 3 adalah rekontruksi membrane timpani, malleus dan incus. Tipe IV pula adalah rekontruksi

termasuk round window, membrane timpani , malleus dan incus . Tipe V pula rekontruksi stapes,

round window, malleus dan incus. Manakala miringoplasti cuman perbaikan perforasi pada

membrane timpani berarti operasi timpanoplasti lebih kompleks.

9. KESIMPULAN :

A. Anak mengalami otitis media stadium perforasi.

B . Harus diberi terapi awal dan dirujuk ke spesialis THT untuk langkah selanjutnya.

10. DAFTAR PUSTAKA :

1. Richard S. Snell, MD, PhD. The Head and Neck (Chapter 11) in Richard S. Snell, MD, PhD.

Clinical Anatomy By Regions.Philadelphia :Lippincott Williams & Wilkins,2007;706-715

2. Buku elektronik The Sense In: Valerie C. Scanlon and Tina Sanders . Essentials Anatomy

and Physiology 5th edition. Philadelphia, FA Davis Company, 2007; 228-235

3. Stephen L. Liston, MD., dan Arndt J. Duvall, III, M.D. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi

Telinga Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta,

EGC,1997; 28-38

4. Anatomy of Ear In: Mohammad Maqbool, Suhail Maqbool. Textbook of Ear Nose and Throat

Disease 11th edition. New Dehli: Jaypee,2007; 7-22

5. Ear in Michael H. Ross, Wojciech Pawlina. Histology A Text and Atlas. 5th edition.

Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2006; 866-887

6. Buku elektronik-  Sensory Organs In : Abraham L. Kierszenbaum . Histology and Cell

Biology : An introduction to Pathology.Missouri. Mosby Inc., 2002; 250-260

34

Page 35: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

7. Photoreseptor & Audioreceptor Systems In: Luiz Carlos Junqueira and Jose Carneiro. Basic

Histology Text & Atlas 11th edition. Brazil. McGraw-Hill, 2005;469-474

8. The sense of Hearing In: Arthur C. Guyton and John E. Hall. Guyton & Hall Textbook Of

Medical Physiology. Mississippi. Elsevier Saunders, 2006; 651-661

9. Cortical and Brain Stem Control of Motor Function In: : Arthur C. Guyton and John E. Hall.

Guyton & Hall Textbook Of Medical Physiology. Mississippi. Elsevier Saunders, 2006; 685-

697

10. Contributions of the Cerebellum and Basal Ganglia to Overall Motor Control In: Arthur C.

Guyton and John E. Hall. Guyton & Hall Textbook Of Medical Physiology. Mississippi.

Elsevier Saunders, 2006; 698-713

11. John H. Anderson, M.D., Ph.D., dan Samuel C. Levine, M.D. Sistem Vestibularis Dalam:

Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 28-38

12. Physiology of the Ear In: Mohammad Maqbool, Suhail Maqbool. Textbook of Ear Nose and

Throat Disease 11th edition. New Dehli: Jaypee,2007; 23-28

13. Hearing & Equilibrium In: William F. Ganong. Review of Medical Physiology 22nd edition.

San Francisco: Mc Graw Hill, 2005; 171-184

14. Michael M. Paparella, M.D., George L. Adams, M.D. dan Samuel C. Levine, M.D. Penyakit

Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam: Adams, Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit

THT. Jakarta, EGC,1997; 88-117

15. Barry E. Hirsch, M.D. Otitis Media and Eustachian tube Dysfunction.Charles D. Bluestone,

eds. Pediatrics Otolaryngology Volume 1, 4th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;

2003: 474-598

16. Kerschner JE. Otitis media. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF,

eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;2007:chap

639

35

Page 36: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

17. Acute Supprative Otitis Media and Acute Mastoiditis. In: Mohammad Maqbool and Suhail

Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli: Jaypee. 2007.

58-63

18. Gram-Postive Cocci. In: Warren Levinson. Review of Medical Microbiology and Immunology.

10th edition. California: McGraw-Hill; 111-118

19. Jerome O. Klein and Charles D. Bluestone. Otitis Media In: Ralph D. Feigin, eds. Textbook

of Pediatric Infectious Disease 5th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier. 2004. 215-

232

20. Zainul A Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah dalam Dr. Hendra

Utama, SpFK. Buku ajar ilmu Kesehatan. Telinga hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi

keenam. Jakarta.Pa: Balai Penerbit FKUI; 64-69

21. History Taking with Symptomatology of Ear Disease In: Mohammad Maqbool and Suhail

Maqbool.Textbook of Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli, Pa: Jaypee.

2010. 29-31

22. John C Li, MD, Private Practice in Otology and Neurotology; Medical Director, Balance

Cente. In: Otolagia. Emedicine. 16 march 2010

23. Barry E. Hirsch, M.D. Otitis Media and Eustachian tube Dysfunction.Charles D. Bluestone,

eds. Pediatrics Otolaryngology Volume 1, 4th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;

2003: 474-604

24. Charles A. Dinarello, Reuven Porat. Fever and hyperthermia in Fauci, Braunwald, Kasper,

Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s Principles of Internal Medicine volume I .

United States of America: McGraw-Hill Companies. 2008; 245-254

25. Sue E. Huether. Pain, Temperature Regulation, Sleep, and Sensory Function in Kathryn L.

McCance, Sue E. Huether, Valentina L. Brashers, Neal S. Rote. Pathophysiology The

biologic Basis for Disease in Adults and Children. Philadephia. Mosby Elsevier. 2010 ; 481-

501

26. Kerschner JE. Otitis media. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF,

eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier;2007:chap

639

36

Page 37: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

27. Physiology, Pathophysiology and Pathogenesis In: Charles D. Bluestone, Jerome O. Klein.

4th edition. Hamilton, Pa: BC Decker.2007. 41-70

28. Bauer CA, Jenkins HA. Otologic symptoms and syndromes. In: Cummings CW, Flint PW,

Haughey BH, Robbins KT, Thomas JR, eds. Otolaryngology: Head & Neck Surgery. 4th ed.

Philadelphia, PA: Mosby Elsevier; 2005:chap 126.

29. Professor I Friedmann (Department of Pathology, Institute of Laryngology & Otology,

London). The Pathology of Secretory Otitis Media, 19 : 695-699, july 1998.

30. Jerome O. Klein and Charles D. Bluestone. Otitis Media In: Ralph D. Feigin, eds. Textbook

of Pediatric Infectious Disease 5th edition. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier. 2004. 215-

232

31. Robert F. Pass Respiratory Virus Infection and Otitis Media. 1998;102;400-401. DOI:

10.1542/peds.102.2.400 Pediatrics

32. Jane M. Gould and Paul S. Matz. Otitis Media. Pediatr. Rev. 2010;31;102-116. DOI:

10.1542/pir.31-3-102.

33. William L. Meyerhoff, Bradley F. Marple, and Peter S. Roland. Tympanic membrane, Middle

Ear, and Mastoid. In: Peter S. Roland, William L. Meyerhoff, eds. Hearing Loss. New York,

Pa: Thieme. 1997; 155-162

34. Examination of the Ear. In: Mohammad Maqbool and Suhail Maqbool.Textbook of Ear Nose

and Throat Disease. 11th edition. New Dehli: Jaypee. 2007. 58-63

35. Leighton G. Siegel, M.D. Anamnesis dan Pemeriksaan Kepala dan Leher. Dalam: Adams,

Boies, Higler et al. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta, EGC,1997; 4-23

36. Mastoid and Middle Ear Surgery In: Mohammad Maqbool and Suhail Maqbool.Textbook of

Ear Nose and Throat Disease. 11th edition. New Dehli, Pa: Jaypee. 2010. 82-87

37. Otitis Media In: Anil K. Lalwani, et al. Current diagnosis and Treatment Otolaryngology Head

and Neck Surgery 2nd edition. United States of America,Pa: McGraw-Hill.2008.660-662

38. Mark Lepore, MD, Robert Anolik, MD, Michael Glick, DMD. Disease of Respiratory Tract In:

Lester William Burket,Martin S. Greenberg,Michaël Glick. Bucket’s Oral Medicine Diagnosis

and Treatment. Ontario. Pa: Bc Decker, 2003; 345

39. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. Jakarta. Departmen Kesehatan Republik

Indonesia (DEPKES) 3 62 .11 Ind P

37

Page 38: Makalah Special Senses System -Shalini Shanmugalingam

38