makalah qurban dan aqiqah.doc

46
BAB I PENDAHULUAN Kata qurban atau korban, berasal dari bahasa Arab qurban, diambil dari kata : qaruba (fi’il madhi) – yaqrabu (fi’il mudhari’) – qurban wa qurbaanan (mashdar).Artinya, mendekati atau menghampiri (Matdawam, 1984). Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Ibrahim Anis et.al, 1972). Dalam bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udh-hiyah atau adh-dhahiyah , dengan bentuk jamaknya al adhaahi. Kata ini diambil dari kata dhuha, yaitu waktu matahari mulai tegak yang disyariatkan untuk melakukan penyembelihan kurban, yakni kira-kira pukul 07.00 – 10.00 (Ash Shan’ani, Subulus Salam IV/89). Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta, sapi, dan kambing) yang disembelih pada hari raya Qurban dan hari-hari tasyriq sebagai taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah (Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah XIII/155; Al Jabari, 1994). 1

Upload: amiir-thoyiib-part-ii

Post on 10-Jul-2016

1.032 views

Category:

Documents


184 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Kata qurban atau korban, berasal dari bahasa Arab qurban, diambil dari

kata : qaruba (fi’il madhi) – yaqrabu (fi’il mudhari’) – qurban wa qurbaanan

(mashdar).Artinya, mendekati atau menghampiri (Matdawam, 1984).

Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk

mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang

lainnya (Ibrahim Anis et.al, 1972).

Dalam bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udh-hiyah

atau adh-dhahiyah , dengan bentuk jamaknya al adhaahi. Kata ini diambil dari

kata dhuha, yaitu waktu matahari mulai tegak yang disyariatkan untuk melakukan

penyembelihan kurban, yakni kira-kira pukul 07.00 – 10.00 (Ash Shan’ani,

Subulus Salam IV/89).

Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta, sapi, dan kambing) yang

disembelih pada hari raya Qurban dan hari-hari tasyriq sebagai taqarrub

(pendekatan diri) kepada Allah (Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah XIII/155; Al Jabari,

1994).

 

PENSYARI‘ATAN DAN HIKMAHNYA

  Qurban telah disyari‘atkan pada tahun kedua hijrah sama seperti ibadah

zakat dan sembahyang Hari Raya.

Firman Allah subhanahu wata‘ala:

وانحر } ك لرب { فصل

Maksudnya:

“Maka kerjakanlah sembahyang kerana Tuhanmu dan sembelihlah qurban

(sebagai tanda syukur)”

(Surah Al-Kauthar 108:2)

1

Hikmah disyari‘atkan qurban ialah sebagai tanda bersyukur kepada Allah

subhanahu wata‘ala di atas segala nikmatNya yang berbagai dan juga di atas

kekalnya manusia dari tahun ke tahun.

Ia juga bertujuan menjadi kifarah bagi pelakunya, sama ada disebabkan

kesilapan-kesilapan yang telah dilakukan ataupun dengan sebab kecuaiannya

dalam menunaikan kewajipan di samping memberikan kelegaan kepada keluarga

orang yang berqurban dan juga mereka yang lain.

Qurban tidak memadai dengan menghulurkan nilai harganya, berbeza

dengan ibadah zakat fitrah yang bermaksud memenuhi keperluan golongan fakir,

Imam Ahmad dikatakan menyebut amalan menyembelih qurban adalah lebih

afdhal daripada bersedekah dengan nilai harganya.

Sedangkan Aqiqah merupakan salah satu ajaran islam  yang di contohkan

rasulullah SAW. Aqiqah mengandung hikmah dan manfaat positif yang bisa kita

petik di dalamnya. Di laksanakan pada hari ke tujuh  dalam kelahiran seorang

bayi. Dan Aqiqah hukumnya sunnah muakad (mendekati wajib), bahkan sebagian

ulama menyatakan wajib. Setiap orang tua mendambahkan anak yang shaleh,

berbakti dan mengalirkan kebahagiaan kepada kedua orangnya. Aqiqah adalah

salah  satu acara penting untuk menanamkan nilai-nilai ruhaniah kepada anak

yang masih suci. Dengan aqiqah di harapkan sang bayi memperoleh kekuatan,

kesehatan lahir dan batin. Di tumbuhkan dan di kembangkan lahir dan batinnya

dengan nilai-nilai ilahiyah.

Aqiqah juga salah satu upaya kita untuk menebus anak kita yang tergadai.

Aqiqah juga merupakan realisasi rasa syukur kita atas anugerah, sekaligus amanah

yang di berikan allah SWT terhadap kita. Aqiqah juga sebagai upaya kita

menghidupkan sunnah rasul SAW, yang merupakan perbuatan yang terpuji,

mengingat  saat ini sunnah tersebut mulai jarang di laksanakan oleh kaum

muslimin.

2

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Ibadah qurban dan aqiqah yaitu dua ibadah dalam islam yang terkait dengan

penyembelihan binatang. Kedua ibadaah ini terkadang dikesankan sama, padahal

diantara keduanya terdapat banyak perbedaan, terutama tentang ketentuan-

ketentuan dasarnya. Beberapa dari ketentuan kedua ibadah ini akan dijabarkan

dalam pembahasan qurban dan aqiqah.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian Qurban?

2. Apakah jenis hewan Qurban?

3. Kapankah waktu pelaksanaan Qurban?

4. Bagaimanakah cara pembagian daging Qurban?

5. Apakah pengertian berqurban secara Jama’i?

6. Apakah pengertian Aqiqah?

7. Apakah jenis hewan Aqiqah dan berapakah jumlahnya?

8. Kapankah waktu pelaksanaan Aqiqah?

9. Bagaimanakah cara pembagian daging Aqiqah?

10. Apakah pengertian melaksanakan Qurban dan Aqiqah?

11. Bagaimanakah penyembelihannya?

12. Apakah hukum Qurban dan Aqiqah?

13. Apakah syarat Qurban dan Aqiqah?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian Qurban

2. Untuk mengetahui jenis hewan Qurban

3. Untuk mengetahui waktu pelaksanaan Qurban

4. Untuk mengetahui cara pembagian daging Qurban

5. Untuk mengetahui pengertian berqurban secara Jama’i

3

6. Untuk mengerti pengertian Aqiqah

7. Untuk mengetahui jenis hewan Aqiqah dan jumlahnya

8. Untuk mengetahui waktu pelaksanaan Aqiqah

9. Untuk mengetahui cara pembagian daging Aqiqah

10. Untuk mengetahui pengertian melaksanaka Qurban dan Aqiqah

11. Untuk mengetahui cara penyembelihannya

12. Untuk mengetahui hukum Qurban dan Aqiqah

13. Untuk mengetahui syarat Qurban dan Aqiqah

4

BAB II

PEMBAHASAN

-         PENGERTIAN QURBAN DAN AQIQAH

A.     Qurban

Menurut bahasa, Qurbah berarti mendekatkan diri. Sedangkan menurut

istilah, qurban berarti menyembelih hewan pada hari raya idul Adha dan hari

tasyrik, yaitu tanggal 11,12 dan 13 Zulhijjah dengan maksud beribadah kepada

Allah Swt.

Qurban merupakan istilah yang menunjukkan tujuan dari suatu ibadah,

yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Dalam ilmu fiqih, selain istilah qurban

terdapat beberapa istilah lainnya, yaitu nahr dan udiyah.yang memiliki arti yang

hamper sama, yaitu az zabhu atau menyembelih hewan. Dua istilah ini lebih

menunjukkan praktek ibadah kurbanyang disari’atkan, waktu pelaksanaan ibadah

ini disebut yaumun nahri atau lebih dikenal dengan Idul Adha.

Dalil yang mengsariatkannya qurban adalah firman Allah. QS A-kausar 108: 1-3

االبتر هو نئك شا إن ، وانحر لربك فصل الكوثر، ك اعطينا . إناArtinya : Sungguh Kami Telah Memberimu (Muhammad) Nikmat Yang

Banyak Maka Laksanakan Lah Sholat Dan Berqurban lah , Sungguh Orang Yang

Membencimu Dialah Orang Yang Terputus .(Q.S.Al-Kausar 1-3)

Ketentuan Qurban:

1.      Jenis hewan qurban

Hewan sembelihan adalah hewan ternak seperti onta, sapi, dan kambing

maupun domba, baik jantan maupun betina, dengan berbagai jenisnya. Namun,

tidak mencukupi seperti Sapi hutan, himar (keledai) dan kuda. Allah Subhanahu

wa Ta’ala berfirman: :

األنعام بهيمة من رزقهم ما على الله اسم ليذكروا منسكا جعلنا أمة ولكل

5

Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan

(kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang

telah direzekikan Allah kepada mereka,” (QS. Al Hajj 22 : 34)

Jenis-jenis hewan qurban:

- Tidak cacat secara fisik dan tidak sakit.

Imam Ibnu Ruslan al-Syafi’i berkata didalam Nadham Az-Zubad :

“Tidak diperbolehkan hewan yang sangat kurus, sakit, pincang, cacat bagian

tubuhnya seperti sebagian telinga atau ekornya sebagaimana pula buta sebelah

matanya, buta keduanya atau terputus pantatnya. Diperbolehkan hewan yang

hanya cacat tanduknya dan hewan yang dikebiri.”

- Hewan yang digunakan untuk qurban telah ditentukan jenis-jenisnya, yaitu:

a. Domba      : syaratnya telah berumur 1 tahun lebih atau sudah berganti gigi.

b. Kambing   : syaratnya telah berumur 2 tahun atau lebih.

c. Sapi / Kerbau   : syaratnya yelah berumur 2 tahun atau lebih.

d. Unta          : syaratnya telah berumur 5 tahun atau lebih.

Imam Ibnu Qasim Al-Ghazi didalam Fathul Qarib berkata : “Dan

mencukupi didalam qurban yakni jadza’ pada domba (الضأن) yakni berumur 1

tahun dan masuk tahun ke-dua, tsaniyya pada kambing (المعز) yakni berusia 2

tahun dan masuk tahun ke-tiga, tsaniyya pada onta (الإبل) yakni berusia 5 tahun

dan masuk tahun ke-enam, dan tsaniyya pada sapi (البقر) berusia 2 tahun dan

masuk tahun ke-tiga. Boleh qurban kolektif yakni 1 onta untuk 7 orang, seperti itu

juga sapi untuk 7 orang, dan kambing (الشاة) untuk satu orang”.

Hewan qurban yang lebih afdlol, menurut Ibnu Qasim Al-Ghazi adalah

onta, kemudian sapi, dan kambing. Adapun Imam An-Nawawi rahimahullah

didalam kitab Al Majmu’ mengatakan : “Onta lebih utama daripada sapi, sapi

lebih utama daripada kambing (الشاة), kambing domba (الضأن) lebih utama

daripada kambing (biasa), jadza’ah domba (berumur 1 tahun lebih) lebih utama

daripada tsaniyyah kambing (berumur 2 tahun lebih)”.

6

“Berqurban dengan seekor kambing (الشاة) lebih utama daripada

seekor onta atau sapi untuk 7 orang (gabungan/kolektik), berdasarkan ittifaq

ulama” Berqurban dengan 7 ekor kambing (الغنم) lebih utama daripada onta dan

sapi berdasarkan yang ashoh dari dua pendapat, sebab banyaknya darah ternak

yang teralirkan. Berqurban dengan onta atau sapi lebih utama atas pertimbangan

banyaknya dagingnya”.

2.      Waktu Pelaksanaan Qurban

Adalah sejak terbitnya matahari pada Yaumun Nahr (10 Dzulhijjah,

penj) ) dan telah berlalu terbitnya dengan kadar shalat dua raka’at serta dua

khutbah yang ringan, atau setelah masuk waktu shalat ‘Dluha dengan kadar shalat

dua raka’at beserta khutbahnya yang sedang (ringan). Hal ini berdasarkan riwayat

dari Al Barra’ bin ‘Asib radliyallahu ‘anh, ia berkata :

« : صلى من فقال الصالة، بعد حر الن يوم م وسل عليه الله صلى ه الل رسول خطبنا لحم شاة فتلك الصالة، قبل نسك ومن سك، الن أصاب فقد نسكنا، ونسك صالتنا،

“Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam berkhutbah kepada kami pada

yaumun Nahr (hari raya qurban) setelah shaalt, beliau bersabda : “barangsiapa

yang shalat seumpama kami shalat dan menyembelih seumpama kami

menyembelih (yaitu setelah shalat), maka sungguh ia telah benar, dan

barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat maka itu daging kambing biasa

(bukan qurban)”. (HR. Al Bukhari)

Oleh karena itu menyembelih qurban sebelum shalat ‘Ied itu tidak

mencukupi, tidak sah, tanpa ada perselisihan diantara ulama.

Adapun berakhirnya, Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :

“Nas-nas Imam al-Syafi’i beserta ashhab sepakat bahwa waktu qurban berakhir

ketika terbenam matahari pada hari ketiga dari hari Tasyriq (13 Dzulhijjah), dan

7

ulama sepakat bahwa boleh menyembelih hewan qurban pada waktu-waktu

tersebut (10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, pen), baik malam hari maupun siang hari,

akan tetapi bagi kami (Syafi’iyah) hukumnya makruh menyembelih hewan pada

malam hari pada selain Udlhiyyah, dan pada Udlhiyyah (sembelih qurban) maka

lebih makruh”.

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda :

ذبح شريق الت ام أي كل

“Semua hari-hari Tasyriq adalah (waktu) menyembelih qurban” (HR. Ad-

Daruquthni dan Al Baihaqi didalam As-Sunanul Kubro)

Apabila melewati batas waktu qurban ; jika berupa qurban sunnah,

maka tidak ada qurban sebab bukan waktu yang disunnahkan untuk berqurban,

sehingga jika ingin berqurban maka tunggu ditahun berikutnya diwaktu-waktu

qurban. Namun, jika berupa qurban nadzar maka tetap wajib melakukan qurban,

sebab merupakan kewajiban bagi yang bernadzar sehingga tidak gugur hanya

karena melewati batas waktu.

3.      Cara Pembagian Daging Qurban

Pemilik hewan kurban berhak mendapatkannya dan memakannya. Hal ini

berdasarkan perintah dari Allah Ta’ala sendiri:

الفقير البائس وأطعموا منها فكلوا

“.. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah

untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. Al Hajj (22): 28)

Ayat ini menunjukkan bahwa pemilik hewan kurban berhak memakannya,

lalu dibagikan untuk orang sengsara dan faqir, mereka adalah pihak yang lebih

utama untuk mendapatkannya. Selain mereka pun boleh mendapatkannya, walau

bukan prioritas.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah memaparkan cara pembagian sebagai

berikut:

8

تحديد، بال يأكله، أن يشاء مقدار أي منه االكل له يباح الذي هديه من يأكل أن للمهدي : . : . وقيل بالنصف ويتصدق النصف، يأكل وقيل يراه بما يتصدق أو يهدي أن كذلك وله

بالثلث ويتصدق الثلث، ويهدي الثلث، فيأكل أثالثا، .يقسمه

“Si pemilik hewan kurban dibolehkan makan bagian yang dibolehkan

baginya sesuai keinginannya tanpa batas. Dia pun boleh menghadiahkan atau

menyedekahkan sesuka hatinya. Ada pula yang mengatakan dia boleh

memakannya setengah dan menyedekahkan setengah. Dan dikatakan: dibagi tiga

bagian, untuknya adalah sepertiga, dihadiahkan sepertiga, dan disedekahkan

sepertiga.”

4.      Berqurban Secara Jama’i

Berqurban jama’i adalah berqurban dimana seekor hewan untuk beberapa

orang. Berkurban secara jama’i juga pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabat,

yaitu dengan ketentuan seekor sapi, kerbau atau unta untuk maksimal tujuh orang.

Praktek pelaksanaan qurban secara jama’i biasanya sering dilakukan pada kantor

tertentu atau rumah tertentu.

5.     Hikmah dari Qurban

a.    Menambah cintanya kepada Allah SWT

b.    Akan menambah keimanannya kepada Allah SWT

c.    Dengan berkurban, berarti seseorang telah bersyukur kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan pada dirinya.

d.   Dengan berkurban, berarti seseorang telah berbakti kepada orang lain, dimana

tolong menolong, kasih mengasihi dan rasa solidaritas dan toleransi memang

dianjurkan oleh agama Islam.

6. Cara Berqurban Untuk Orang Yang Telah Wafat

Imam Al Bahuti mengatakan:

غيره : أو صالة أو صدقة من الخير من شيء كل إليه يصل ت المي أحمد قال. لألخبار

9

Imam Ahmad berkata: bahwa semua bentuk amal shalih dapat sampai kepada

mayit baik berupa doa, sedekah, dan amal shalih lainnya, karena adanya riwayat

tentang itu.

Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan:

بدعاء . ينتفع ال ت المي أن الحديث في وال اآلية في ليس العالمين رب ه لل الحمدبذلك ت المي انتفاع على فقون مت اإلسالم أئمة بل البر من عنه يعمل وبما له الخلقواإلجماع ة ن والس الكتاب عليه دل وقد اإلسالم دين من باالضطرار يعلم مما وهذا

البدع أهل من كان ذلك خالف . فمن

“Segala puji bagi Allah. Tidak ada dalam ayat, dan tidak pula dalam hadits, yang

mengatakan bahwa ‘Tidak Bermanfaat’ doa seorang hamba bagi mayit, dan juga

amal perbuatan yang diperuntukkannya berupa amal kebaikan, bahkan para

imam Islam sepakat hal itu bermanfaat bagi mayit, hal ini sudah ketahui secara

pasti dalam agama Islam, hal itu telah ditunjukkan oleh Al Quran, As Sunnah,

dan ijma’. Barang siapa yang menyelesihinya, maka dia adalah ahli bid’ah.”

Beliau juga berkata:

ة : المالي العبادات وكذلك ت المي إلى تصل الصدقة أن على فقوا ات واألئمةكالعتق

“Para imam telah sepakat bahwa sedekah akan sampai kepada mayit, demikian

juga ibadah maaliyah (harta), seperti membebaskan budak.”

Dan, qurban termasuk ibadah maaliyah.

Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah mengatakan:

تعالى : ه الل شاء إن ذلك نفعه المسلم ت للمي ثوابها وجعل اإلنسان فعلها قربة أييابة الن تدخلها تي ال والواجبات والصدقة ، واالستغفار كالدعاء

“Amal apa pun demi mendekatkan diri kepada Allah yang dilakukan oleh

manusia dan menjadikan pahalanya untuk mayit seorang muslim, maka hal itu

membawa manfaat bagi mayit itu, Insya Allah, seperti: doa, istighfar, sedekah,

dan berbagai kewajiban yang bisa diwakilkan.”

Kelompok yang membolehkan berdalil:

10

1. Diqiyaskan dengan amalan orang hidup yang sampai kepada orang yang

sudah wafat, seperti doa, sedekah, dan haji.

2. Ibadah maaliyah (harta) bisa diniatkan untuk orang yang sudah wafat

seperti sedekah, dan berqurban jelas-jelas ibadah maaliyah.

3. Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengisyaratkan bahwa qurban

untuk orang yang sudah wafat adalah boleh dan pahalanya sampai, Insya

Allah.

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha:

به ضحى ثم محمد أمة ومن محمد وآل محمد من ل تقب هم الل ه الل باسم قال

‘Nabi mengucapkan: “Bismillahi Allahumma taqabbal min Muhammadin wa min  

ummati Muhamamdin (Dengan Nama Allah, Ya Allah terimalah Kurban dari

Muhammad dan umat Muhammad),” lalu beliau pun menyembelih.”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakan agar qurban dari Beliau,

dan umatnya diterima Allah Ta’ala. Hadits ini menyebut “umat Muhammad”

secara umum, tidak dikhususkan untuk yang masih hidup saja. Sebab, “umat

Muhammad” ada yang masih hidup dan yang sudah wafat.

Sebenarnya, telah terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang

berqurban untuk orang yang sudah wafat. Berikut ini rinciannya:

واجبة . كانت فإن فاق باالت جاز لذلك وقفا وقف أو ، عنه ضحية بالت ت المي أوصى إذاغيره . أو الوارث فأراد بها يوص لم إذا أما ذلك إنفاذ الوارث على وجب وغيره ذر بالنضحية الت جواز إلى والحنابلة ة والمالكي ة الحنفي فذهب ، نفسه مال من عنه يضحي أن

ب . قر الت يمنع ال الموت ألن أجازوه ما وإن الكراهة مع ذلك أجازوا ة المالكي أن إال ، عنه

والحج الصدقة في كما ت المي . عن

، نفسه عن أحدهما بكبشين ضحى وسلم عليه ه الل صلى الله رسول أن صح وقدأمته . من يضح لم عمن أحدهم  واآلخر فمات بدنة في سبعة اشترك لو هذا وعلى

إلى – – . ة افعي الش وذهب ذلك جاز ، عنه اذبحوا بالغين وكانوا ورثته فقال ، الذبح قبلوقف أو ة وصي بغير يجوز ال ت المي عن الذبح . أن

11

Jika seseorang berwasiat untuk berkurban atau berwaqaf untuk itu, maka

dibolehkan berkurban baginya menurut kesepakatan ulama. Jika dia memiliki

kewajiban karena nazar atau selainnya, maka ahli warisnya wajib

melaksanakannya. Ada pun jika dia tidak berwasiat, dan ahli waris dan selainnya

nya hendak berkurban untuknya dari hartanya sendiri, maka menurut Hanafiyah,

Malikiyah, dan Hanabilah, membolehkan berkurban untuknya, hanya saja

Malikiyah membolehkan dengan kemakruhan. Mereka membolehkan karena

kematian tidaklah membuat mayit terhalang mendekatkan diri kepada Allah

Ta’ala sebagaimana sedekah dan haji.

Telah shahih bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkurban dengan

dua kambing gibas, satu untuk dirinya dan satu untuk umatnya yang belum

berkurban. Atas dasar ini, seandainya tujuh orang berpartisipasi dalam kurban

Unta, lalu salah seorang ada yang wafat sebelum penyembelihan. Lalu ahli

warisnya mengatakan –dan mereka sudah baligh- : sembelihlah untuknya, maka

itu boleh. Sedangkan kalangan Syafi’iyah berpendapat tidak boleh berkurban

untuk mayit  tanpa diwasiatkan dan waqaf.

B.     Aqiqah

Aqiqah berasal dari kata aqiq yang berarti rambut bayi yang baru lahir.

Karena itu aqiqah selalu diartikan mengadakan, selamatan lahirnya seorang bayi

dengan menyembelih hewan (sekurangnya seekor kambing). Menurut istilah

syara’ artinya menyembelih ternak pada hari ketujuh dari kelahiran anak, yang

pada hari itu anak diberi nama dan rambutnya di potong.

Sebenarnya banyak sekali pengertian aqiqah, namun dari kesemuanya dapat

diambil titik tengah sebagai berikut:

1.      Aqiqah merupakan upacara ritual yang dilaksanakan pada saat lahirnya keluarga

baru atau kelahiran baru.

2.      Upacara ritual aqiqah terdiri dari beberapa bagian anatara lain menyembelih

hewan, memotong rambut, sedekah, pemberian nama, serta acara lainnya.

3.      Inti aqiqah adalah ungkapan rasa syukur yang dituangkan dalam kurban,

sedekah, emas atau perak ataupun berupa makanan.

12

4.      Dasar Hukum Aqiqah

Hukum Aqiqah adalah sunnah muakkad, sekalipun orang tua dalam keadaan

sulit, “Aqiqah dilakukan Rasulullah dan Sahabat”. Seperti diketahui kelahiran

seorang bayi merupakan berita yang sangat menggembirakan bagi orang tua

karena itu sudah sepantasnya dirayakan dengan diselamati sebagai tanda syukur

pada Allah swt. Tetapi kemiskinan dan kekayaan diantara umat islam menjadikan

aqiqah sulit dilaksanakan apibila hukumnya wajib bagi orang miskin. Perintah

Nabi berkenaan dengan penyembelihan aqiqah ini sudah disepakati oleh seluruh

madzhab sebagai anjuran  (amar-linnadab) bukan (amar-liwujub) atau perintah

wajib. Ini berarti apabila ada keluarga yang sama sekali tidak menyembelih

aqiqah untuk anak-anaknya, maka tidak ada dosa atau hutang baginya untuk

membayarnya dimasa tua atau setelah kaya nanti.

Akan tetapi dalam pandangan lain terdapat di dalam hadis Rasulullah yang

berbunyi:

رأسـه ويـحلـق فيـه ويـسـمى سابـعـه يـوم عـنـه تذبح بـعـقـيقته رهيـنـة غالم كل

Artinya: “Setiap anak yang lahir tergadai aqiqahnya yang disembelih pada hari

ketujuh, dan pada hari itu ia diberi nama dan digunduli rambutnya.” (Hadits

Sahih Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah, Baihaqi dan

Hakim).

Menurut hadis diatas ada yang menyatakan bahwa menyembelih hewan

aqiqah itu wajib dan bila dimasa kecilnya belum di aqiqahkan maka setelah tua

dia sendiri wajib mengeluarkan aqiqahnya.

Menurut madzhab Hanafi, aqiqah hukumnya mubah dan tidak sampai

mustahab (dianjurkan). Hal itu dikarenakan pensyariatan qurban telah menghapus

seluruh syariat sebelumnya yang berupa penumpahan darah hewan seperti

aqiqah, rajabiyah dan‘atirah.

Dengan demikian, siapa yang mau mengerjakan ketiga hal ini tetap

diperbolehkan, sebagaimana juga dibolehkan tidak mengerjakannya. Penghapusan

13

seluruh hal ini berlandaskan pada ucapan Aisyah, “Syariat kurban telah

menghapus seluruh syariat berkenaan dengan penyembelihan hewan yang

dilakukan sebelumnya”

Ketentuan aqiqah

1.      Jenis Hewan Aqiqah Dan Jumlahnya

Banyak ulama berpendapat bahwa semua hewan yang dijadikan hewan

kurban, yaitu: unta, sapi, kerbau, kambing, domba, dapat dijadikan hewan

aqiqah. Sedangkan syarat-syarat hewan yang dapat disunahkan untuk aqiqah itu

sama dengan syarat yang ada pada hewan kurban, baik dari segi jenisnya, ketidak

cacatannya, kejelasannya.

Syarat-syarat hewan yang bisa (sah) untuk dijadikan aqiqah itu sama

dengan syarat-syarat hewan untuk kurban, yaitu:

1.       Tidak cacat.

2.      Tidak berpenyakit.

3.       Cukup umur, yaitu kira-kira berumur satu tahun.

4.      Warna bulu sebaiknya memilih yang berwarna putih.

Jenis hewan yang disembelih Rasulullah saw dalam aqiah saat itu

bukanlah inti drii aqiqah itu sendiri, sehingga andaikan diubah dengan seekor

burung kecil bahkan tidak menyembelih hewan melainkan sekedar nasi dan lauk

pauk pun selama berniat mensyukuri nikmat lahirnya putra sah disebut aqiqah.

Ada dua hadis yang menerangkan tentang jumlah binatang aqiqah yang

disembelih untuk seorang anak. Hadist yang pertama, menerangkan bahwa

Rasulullah saw mengaqiqahkan cucu laki-laki beliau, masing-masing dengan

seekor kambing.

الحسن ( ) عن عق م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول أن اس عب ابن داودعن أبو رواه اكبش كبشا والحسين

14

Artinya:  “Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Rasulullah SAW mengaqiqahi untuk

hasan dan Husain dengan masing-masing satu kambing (HR Abu Daud dengan

riwayat yang shahih).”

Sedangkan hadis yang kedua menerangkan bahwa seorang anak laki-laki

diaqiqahkan dengan dua ekor kambing, sedang anak perempuan diaqiqahkan

dengan seekor kambing. Sabda Rasulullah SAW:

شعيب   بن عمرو منكم : :  عن احب من م وسل عليه الله صلى الله رسول قال قال

عن ينسك ان

داود . ( وابو احمد رواه شاة رية الجا وعن مكافأ تان شاتان الغالم عن فليفعل ولده

والنسائى)

Artinya: “ Telah berkata Rasulullah SAW : Barang siapa diantara kamu yang

ingin beribadat tentang anaknya hendaklah dilakukannya, untuk anak laki-laki

dua ekor kambing yang sama umumnya dan untuk anak perempuan seekor

kambing”.

(HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai).

Sunnah untuk mengaqiqahi anak laki-laki dengan dua ekor kambing ini

hanya berlaku untuk orang yang mampu melaksanakannya, karena tidak semua

orang untuk mengaqiqahi bayi laki-laki dengan dua kambing. Ini termasuk

pendapat yang wasath (tengah-tengah) yang menghimpun berbagai dalil.

2.      Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Aqiqah disunnahkan dilaksanakan pada hari ketujuh. Hal ini berdasarkan

hadits:

« - رهينة - غالم كل قال وسلم عليه الله صلى ه الل رسول أن جندب بن سمرة عن

ويسمى « ويحلق سابعه يوم عنه تذبح بعقيقته

15

Dari Samuroh bin Jundub, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari

ketujuh, digundul rambutnya dan diberi nama.” (HR. Abu Daud no. 2838, An

Nasai no. 4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh Al Albani

mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dari waktu kapan dihitung hari ketujuh?

Disebutkan dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah,

إن الليلة تحسب وال ، السبعة من يحسب الوالدة يوم أن إلى الفقهاء جمهور وذهب

يليها الذي اليوم يحسب بل ، ليال ولد“Mayoritas ulama pakar fiqih berpandangan bahwa waktu siang pada

hari kelahiran adalah awal hitungan tujuh hari. Sedangkan waktu malam tidaklah

jadi hitungan jika bayi tersebut dilahirkan malam, namun yang jadi hitungan hari

berikutnya.” Barangkali yang dijadikan dalil adalah hadits berikut ini,

سابعه يوم عنه تذبح

“Disembelih baginya pada hari ketujuh.” Hari yang dimaksudkan adalah

siang hari.

Misalnya ada bayi yang lahir pada hari Senin (21/06), pukul enam pagi,

maka hitungan hari ketujuh sudah mulai dihitung pada hari Senin. Sehingga

aqiqah bayi tersebut dilaksanakan pada hari Ahad (27/06).

Jika bayi tersebut lahir pada hari Senin (21/06), pukul enam sore, maka

hitungan awalnya tidak dimulai dari hari Senin, namun dari hari Selasa keesokan

harinya. Sehingga aqiqah bayi tersebut pada hari Senin (28/06). Semoga bisa

memahami contoh yang diberikan ini.

Bagaimana jika aqiqah tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh?

Dalam masalah ini terdapat silang pendapat di antara para ulama.

Menurut ulama Syafi’iyah dan Hambali, waktu aqiqah dimulai dari kelahiran.

Tidak sah aqiqah sebelumnya dan cuma dianggap sembelihan biasa.

16

Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, waktu aqiqah adalah pada hari

ketujuh dan tidak boleh sebelumnya.

Ulama Malikiyah pun membatasi bahwa aqiqah sudah gugur setelah hari

ketujuh. Sedangkan ulama Syafi’iyah membolehkan aqiqah sebelum usia baligh,

dan ini menjadi kewajiban sang ayah.

Sedangkan ulama Hambali berpendapat bahwa jika aqiqah tidak

dilaksanakan pada hari ketujuh, maka disunnahkan dilaksanakan pada hari

keempatbelas. Jika tidak sempat lagi pada hari tersebut, boleh dilaksanakan pada

hari keduapuluh satu. Sebagaimana hal ini diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu

‘anha.

Adapun ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa aqiqah tidaklah dianggap

luput jika diakhirkan waktunya. Akan tetapi, dianjurkan aqiqah tidaklah

diakhirkan hingga usia baligh. Jika telah baligh belum juga diaqiqahi, maka

aqiqahnya itu gugur dan si anak boleh memilih untuk mengaqiqahi dirinya sendiri.

Dari perselisihan di atas, penulis sarankan agar aqiqah dilaksanakan

pada hari ketujuh, tidak sebelum atau sesudahnya. Lebih baik berpegang

dengan waktu yang disepakati oleh para ulama.

Adapun menyatakan dialihkan pada hari ke-14, 21 dan seterusnya, maka

penentuan tanggal semacam ini harus butuh dalil.

Sedangkan menyatakan bahwa aqiqah boleh dilakukan oleh anak itu

sendiri ketika ia sudah dewasa sedang ia belum diaqiqahi, maka jika ini berdalil

dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikatakan mengaqiqahi

dirinya ketika dewasa, tidaklah tepat. Alasannya, karena riwayat yang

menyebutkan semacam ini lemah dari setiap jalan. Imam Asy Syafi’i sendiri

menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamtidaklah mengaqiqahi

dirinya sendiri (ketika dewasa) sebagaimana disebutkan dalam salah satu kitab

fiqih Syafi’iyah Kifayatul Akhyar[6]. Wallahu a’lam.

3.      Cara Pembagian Daging Aqiqah

Adapun dagingnya maka dia (orang tua anak) bisa memakannya,

menghadiahkan sebagian dagingnya, dan mensedekahkan sebagian lagi.

17

Syaikh Utsaimin berkata: Dan tidak apa-apa dia mensedekahkan darinya

dan mengumpulkan kerabat dan tetangga untuk menyantap makanan daging

aqiqah yang sudah matang.

Syaikh Jibrin berkata: Sunnahnya dia memakan sepertiganya,

menghadiahkan sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan mensedekahkan

sepertiga lagi kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman dan

kerabat untuk menyantapnya, atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya.

Syaikh Ibnu Bazz berkata: Dan engkau bebas memilih antara

mensedekahkan seluruhnya atau sebagiannya dan memasaknya kemudian

mengundang orang yang engkau lihat pantas diundang dari kalangan kerabat,

tetangga, teman-teman seiman dan sebagian orang faqir untuk menyantapnya, dan

hal serupa dikatakan oleh Ulama-ulama yang terhimpun di dalam Al lajnah Ad

Daimah.

Ada perbedaan lain antara 'Aqiqah dengan Qurban, kalau daging Qurban

dibagi-bagikan dalam keadaan mentah, sedangkan 'Aqiqah dibagi-bagikan dalam

keadaan matang.

Kita dapat mengambil hikmah syariat 'Aqiqah. Yakni, dengan 'Aqiqah,

timbullah rasa kasih sayang di masyarakat karena mereka berkumpul dalam satu

walimah sebagai tanda rasa syukur kepada Allah swt. Dengan 'Aqiqah pula,

berarti bebaslah tali belenggu yang menghalangi seorang anak untuk memberikan

syafaat pada orang tuanya. Dan lebih dari itu semua, bahwasanya 'Aqiqah adalah

menjalankan syiar Islam

4. Hikmah Aqiqah

Sejak seorang suami memancarkan sperma kepada istrinya, lalu sperma itu

berlomba-lomba mendatangi panggilan indung telur melalui signyal kimiawi yang

dipancarkan darinya, sejak itu tanpa banyak disadari oleh manusia, sesungguhnya

setan jin sudah mengadakan penyerangan kepada calon anak mereka. Hal tersebut

dilakukan oleh jin dalam rangka membangun pondasi di dalam janin yang masih

sangat lemah itu, supaya kelak di saat anak manusia tersebut menjadi dewasa dan

kuat, setan jin tetap dapat menguasai target sasarannya itu. Maka sejak itu pula

18

Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada umatnya cara menangkal serangan

yang sangat membahayakan itu sebagaimana yang disampaikan Beliau saw.

melalui sabdanya berikut ini :

عليه : الله صلى الله رسول قال قال عنهما الله رضي عباس ابن حديثجنبنا اللهم الله باسم قال أهله يأتي أن أراد إذا أحدهم أن لو وسلمذلك في ولد بينهما يقدر إن فإنه رزقتنا ما يطان الش وجنب يطان الش

أبدا شيطان ه يضر * لم

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah s.a.w pernah

bersabda: apabila seseorang diantara kamu ingin bersetubuh dengan isterinya

hendaklah dia membaca:

رزقتنا ما يطان الش وجنب يطان الش جنبنا اللهم الله بسم

Yang artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang. Wahai Tuhanku! Jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan

dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami. Sekiranya hubungan aantara

suami istri itu ditakdirkan mendapat seorang anak.

Apa hikmah aqiqah dilaksanakan pada hari ketujuh?

Murid Asy Syaukani, Shidiq Hasan Khon rahimahullah menerangkan,

“Sudah semestinya ada selang waktu antara kelahiran dan waktu aqiqah. Pada

awal kelahiran tentu saja keluarga disibukkan untuk merawat si ibu dan bayi.

Sehingga ketika itu, janganlah mereka dibebani lagi dengan kesibukan yang lain.

Dan tentu ketika itu mencari kambing juga butuh usaha. Seandainya aqiqah

disyariatkan di hari pertama kelahiran sungguh ini sangat menyulitkan. Hari

ketujuhlah hari yang cukup lapang untuk pelaksanaan aqiqah.”

C.     Melaksanakan Qurban Dan Aqiqah

Orang yang paling bertanggung jawab melakukan aqiqah adalah ayah dari

bayi terlahir pada waktu kapan pun ia memiliki kesanggupan. Namun jika

19

dikarenakan si ayah memiliki halangan untuk mengadakannya maka si anak bisa

menggantikan posisinya yaitu mengaqiqahkan dirinya sendiri, meskipun perkara

ini tidak menjadi kesepakatan dari para ulama.

Dari dua hal tersebut diatas maka ketika seseorang dihadapkan oleh dua

pilihan dengan keterbatasan dana yang dimilikinya antara kurban atau aqiqah

maka kurban lebih diutamakan baginya, dikarenakan hal berikut :

1.      Perintah berkurban ini ditujukan kepada setiap orang yang mukallaf dan

memiliki kesanggupan berbeda dengan perintah aqiqah yang pada asalnya ia

ditujukan kepada ayah dari bayi yang terlahir.

2.      Meskipun ada pendapat yang memperbolehkan seseorang mengaqiqahkan

dirinya sendiri namun perkara ini bukanlah yang disepakati oleh para ulama.

Kewajiban aqiqah ada di pundak orang tua. Akan tetapi, jika orang tuanya

tidak mampu maka bila si anak telah mempunyai kelapangan rezeki, dapat

melaksanakan sunah aqiqah itu sendiri.

Dalam pelaksanaannya aqiqah tidak dapat digabung dengan berkurban.

Orang yang membeli hewan untuk aqiqah harus membeli satu hewan lagi untuk

berkurban jika dilakukan pada Hari Raya Idul Adha. Terkait waktu

pelaksanaannya, aqiqah tidak terbatas (Bisa kapan saja).

Tetapi, kurban hanya boleh dilaksanakan pada Dzulhijjah. Sejak usai

shalat Idul Adha hingga hari Tasyriq, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, bersamaan

dengan jamaah haji yang sedang wukuf di Padang Arafah.

Pada masa sekarang orang yang berkurban dapat menyerahkan kurbannya kepada

orang yang amanah, dalam hal ini lembaga amil zakat.

Adapun syarat diterimanya hewan kurban oleh Allah SWT ialah

menggunakan harta yang halal saat membeli hewan kurban tersebut. Kedua,

dikerjakan pada waktunya saat Hari Raya Idul Adha dan tiga hari Tasyriq. Ketiga,

harus dilakukan dengan ikhlas. Keempat, menggunakan hewan yang cukup umur,

besarnya, sehat, dan tidak cacat. Hewan tersebut berupa sapi, kambing, domba,

kerbau atau unta.

20

Walaupun sama-sama menyembelih hewan, tetapi kurban lebih utama

dibandingkan aqiqah (jika sudah dewasa). Hal itu karena berkurban disebut

beberapa kali dalam Alquran. Sedangkan, aqiqah hanya sebagai bentuk rasa

syukur yang hanya terdapat dalam hadis saja.

Karena itu pula, niat aqiqah dan kurban tidak boleh digabungkan. Soal

teknis penyembelihan dan distribusi hewan kurban, ia menyarankan agar

melibatkan lembaga amil zakat. “Mereka memiliki data mustahik yang lebih

banyak,” . Sehingga, tercapai pemerataan pembagian daging kurban.

Pendistribusian daging qurban sebaiknya merupakan daging mentah.

Karena, hak mereka daging tersebut akan dimasak atau dijual kembali. Ini berbeda

dengan aqiqah yang distribusinya dilakukan dengan dimasak terlebih dahulu.

Sehingga, mereka yang menerima dapat segera menikmatinya tanpa menyusahkan

untuk memasak lagi. Karena, aqiqah merupakan wujud rasa syukur atas lahirnya

seorang anak.

D.    Cara Penyembelihan Hewan

Disunnahkan, hewan qurban disembelih sendiri jika mudlohi (orang yang

berqurban) itu laki-laki dan mampu menyembelih. Boleh diwakilkan.

بكبشين : " م وسل عليه ه الل صلى الله رسول ضحى قال ، عنه ه الل رضي أنس عنصفاحهما على رجله ووضع ر وكب وسمى ، بيده وذبحهما أقرنين أملحين

“Dari Anas ra beliau berkata: “Rasulullah SAW ber-Qorban dengan 2 ekor

kambing yang putih-putih dan bertanduk, beliau menyembelih dengan tangannya

sendiri dengan membaca Basmalah dan Takbir serta meletakkan kakinya di dekat

leher kambing tersebut.” (HR. Al Bukhari)

غبر ما فنحر ا، علي أعطى ثم بيده، ين وست ثالثا فنحر

"Kemudian beliau menyembelih 63 ekor hewan qurban dengan tangannya sendiri,

lalu menyerahkan kepada Sayyidina Ali,  Sayyidina Ali pun menyembelih hewan

21

yang tersisa" (HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah didalam Al Majmu’ berkata : “Dan mustahab

(sunnah) menyembelih hewan qurbannya sendiri berdasarkan hadits Anas

radliyallahu ‘anh…, dan boleh digantikan oleh lainnya berdasarkan riwayat

Jabir…, juga mustahab (sunnah) untuk tidak mewakilkan kecuali pada orang

muslim karena itu adalah qurbah (ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah)

maka lebih utama tidak mewakilkan kepada orang kafir, dan juga karena yang

demikian itu menghindar dari perselisihan pendapat, sebab menurut Imam Malik

tidak sah (tidak mencukupi) sembelihannya, maka (adapun) jika mewakilkan pada

orang Yahudi dan Nasrani, itu boleh karena ia termasuk ahli berkurban. Dan

mustahab (disunnahkan) orang yang menyembelih adalah orang alim karena ia

lebih mengetahui cara-cara menyembelih. Disunnahkan pula, apabila diwakilkan

pada orang lain, menyaksikan proses penyembelihan berdasarkan riwayat Abu

Sa’id al-Khudri radliyallahu ‘anh”.

Imam Mawardi al-Syafi’I berkata : “.. dan kecuali perempuan, maka

disunnahkan mewakilkan penyembelihan hadiahnya dan qurbannya pada orang

laki-laki”.

Tidak boleh mewakilkan pada orang penganut Watsani (penyembah berhala),

majusi dan orang murtad, namun boleh mewakilkan pada ahli kitab, perempunan

dan anak kecil, akan tetapi ulama Syafi’iyyah memakruhkan mewakilkan pada

anak kecil (shobiy), dan (menurut pendapat yang ashoh) tidak makruh

mewakilkan pada wanita haid sebab wanita haid lebih utama daripada shobiy, dan

ada pun shobiy lebih utama daripada orang kafir al-kitabi.

-          Dianjurkan membaca basmalah dengan sempurna

“Bismillahirrahmahmanirrahiim”.

-          Dianjurkan juga membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu

‘alayhi wa

22

-          Sallam. Dianjurkan bertakbir sebanyak 3 kali (menurut Imam Mawardi).

Dianjurkan

-          Berdo’a bil-Qabul, seperti Allahumma Hadzihi Minka wa Ilayka Fataqabbal. 

Binatang-binatang halal menurut syara’, dagingnya akan halal dimakan

apabila disembelih menurut ketentuan ajaran islam dan bukan disembelih atas

nama selain Allah.

Menyembelih hukumnya wajib (kecuali apabila tidak memungkinkan

seperti dengan tembakan, adapun ketentuannya adalah sebagai berikut:

1)      Bagi binatang yang dapat disembelih lehernya;

2)      Memutuskan hulkom (tenggorokan) yaitu saluran pernafasan;

3)      Memutuskan mari’ (tekak) yaitu saluran temat mengalirnya makanan.

Sedangkan syarat-syarat penyembelihan adalah yang akan dijelaskan

sebagai berikut:

a.       Orang islam atau ahli kitab,

b.      Menyembelihnya harus dengan sengaja,

c.       Tidak dengan main-main,

d.      Artinya disertai niat karena Allah dan alat penyembelihan (pisaunya, goloknya)

harus tajam.

E. HUKUM QURBAN DAN AQIQAH

Melaksanakan ibadah qurban dan aqiqah amat digalakkan oleh Islam

kerana fadilatnya cukup besar. Kaedah melaksanakan kedua-dua ibadah ini

hampir sama dari segi hukum dan syarat-syaratnya walaupun terdapat beberapa

perbedaan.

Di dalam Qur’an dan Hadist telah dituliskan beberapa hukum berqurban yaitu:

Wajib bagi yang mampu

23

Kurban wajib bagi yang mampu, dijelaskan oleh firman Allah QS. Al-Kautsar

ayat 1-3:

االبتر هو نئك شا إن ، وانحر لربك فصل الكوثر، ك اعطينا . إنا

Artinya: ”Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

Maka dirikan lah shalat karena Tuhanmu dan berkubanlah. Sesungguhnya orang-

orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al-Kautsar 1-3)

Sunnah

Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW menjelaskan:

قالامرتبالنحروهوسبةلكمArtinya: Nabi SAW bersabda: ”Saya diperintah untuk menyembelih kurban dan

kurban itu sunnah bagi kamu.”

Sunnah Muakkad

Berdasarkan hadist riwayat Daruqutni menjelaskan:

كتبعلالنحرولیسبواجبعلیكمArtinya: ”Diwajibkan melaksanakan kurban bagiku dan tidak wajib atas

kamu.”(HR. Daruqutni)

Namun begitu, ibadah qurban adalah wajib ke atas Nabi Muhammad s.a.w.

seperti mana yang terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam

Termizi bermaksud: "Diwajibkan ke atasku melaksanakan ibadah qurban namun

ia merupakan suatu amalan sunat bagi kamu."

Akikah menurut Imam al-Syarbini dalam kitabnya, al-Iqnaa ialah binatang

yang disembelih pada hari kelahiran bayi dan sewaktu mencukur rambut bayi

tersebut. Hukum ibadah aqiqah adalah sunat muakkad seperti mana ibadah

qurban.

24

"Namun, ibadah qurban dan aqiqah akan bertukar menjadi wajib

sekiranya seseorang itu bernazar untuk melakukannya. Islam menetapkan

keadaan dan masa tertentu bagi memastikan ibadah qurban dan aqiqah dapat

dilaksanakan sah di sisi syarak," jelas pensyarah Fakulti Undang-undang dan

Syariah, Kolej Universiti Islam Malaysia (KUIM), Wan Abdul Fattah Wan Ismail.

Menurut beliau, terdapat beberapa kekeliruan yang sering timbul antara

ibadah qurban dan aqiqah khususnya dalam kes menggabungkan niat qurban dan

aqiqah sekali gus. Dalam kitab Tuhfah dan al-Fatawa al-Kubra, Ibn Hajar al-

Haitami menyatakan bahawa: "Jika seseorang itu berniat ibadah qurban dan

aqiqah ke atas seekor kambing sekali gus maka kedua-duanya dianggap sebagai

batal." Ini kerana korban dan akikah mengandungi makna sunat yang tersendiri.

Ibadah qurban bertujuan untuk membersihkan diri mereka daripada

melakukan dosa, manakala aqiqah adalah sebagai tanda menyambut kelahiran

bayi.

Selain itu, persoalan yang turut mengelirukan ialah sama ada perlu atau

tidak orang yang berqurban menyaksikan sendiri penyembelihan haiwan tersebut.

Rasulullah s.a.w. bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim

bermaksud: "Wahai Fatimah! Berdirilah di sisi qurbanmu dan saksikan ia

sesungguhnya tetesan darahnya yang pertama itu pengampunan bagimu atas

dosa-dosamu yang telah lalu."

Hadis di atas tidak menunjukkan bahawa ia adalah satu kemestian untuk

menyaksikan ibadah qurban dan akan terbatalnya ibadah tersebut sekiranya tidak

berbuat demikian.

"Dengan kata lain, ibadah qurban dan aqiqah boleh dilaksanakan secara

berwakil bagi pihak yang ingin melaksanakan qurban dan aqiqah sekalipun

25

mereka tidak ada bersama-sama ditempat ibadah tersebut dilaksanakan, " jelas

al-Hakim.

Terdapat banyak kelebihan dalam mengerjakan ibadah qurban dan aqiqah

seperti mana yang terkandung dalam surah al-Kauthar, ayat dua bermaksud:

"Maka dirikanlah solat kerana Tuhanmu dan berqurbanlah. "

Dengan melaksanakan ibadah qurban juga dapat menangkis jiwa manusia

daripada sikap kedekut dan bakhil. Sebaliknya dapat melahirkan perasaan kasih

sayang sesama Muslim dengan menghulurkan bantuan kepada mereka yang

memerlukan.

Firman Allah s.w.t. dalam surah al-Haj ayat 36: "Dan telah Kami jadikan

unta-unta itu sebahagian daripada syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang

banyak daripadanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya

dalam keadaan berdiri (dan telah diikat).

Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri

makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-

minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-

unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur."

Kelebihan mengerjakan ibadah aqiqah dalam kitab Sabila al-Muhtadin,

Imam Ahmad menyebut, anak-anak yang tidak dilaksanakan aqiqah tidak akan

datang pada hari kiamat untuk memohon syafaat bagi kedua ibu bapanya.

Seperti yang diketahui, ibadah qurban dan aqiqah selain memenuhi

tuntutan agama ia juga sebagai pemangkin untuk mengembangkan syiar Islam. Ini

termaktub dalam matlamat utama ibadah ini dilakukan iaitu untuk membantu fakir

miskin dan golongan yang kurang bernasib baik di kalangan umat Islam

Tetapi, apa yang dapat dilihat pada hari ini, di sesetengah tempat, ibadah

26

qurban dan aqiqah telah bertukar menjadi adat kerana syariatnya tidak dipenuhi.

Daging-daging tidak dibagihkan dengan betul dan dimasak seolah-olah kenduri

biasa.

"Sebenarnya, begitu ramai pihak yang ingin melakukan ibadah tersebut

semata-mata untuk membantu orang yang kurang berkemampuan. Ini mungkin

disebabkan mereka tidak mengetahui secara khusus tentang kaedah pengagihan

yang diamalkan sekarang," ujarnya.

Bagi memastikan ibadah qurban dilaksanakan dengan sistematik

khususnya melibatkan pengagihan, sewajarnya ia diberikan kepada penganjur

yang boleh mengendalikannya dengan adil dan telus.

Maka dengan mengadakan program dan akikah di tempat yang umat Islam

tertindas seperti Kemboja, Palestin dan Iraq amat bertepatan dengan matlamat

ibadah tersebut iaitu membantu umat Islam yang tertindas dan hidup dalam

kemiskinan. Secara tidak langsung, ia dapat meningkatkan hubungan

persaudaraan di kalangan umat Islam.

F.   SYARAT QURBAN DAN AQIQAH

1. Untuk dijadikan ibadah qurban wajib ataupun sunat adalah disyaratkan dia

mampu melaksanakannya.

2. Orang yang dianggap mampu ialah mereka yang mempunyai harga untuk

binatang qurban yang lebih daripada keperluannya dan keperluan mereka yang di

bawah tanggungannya untuk hari raya dan hari–hari tasyrik kerana inilah tempoh

masa bagi melakukan qurban tersebut.

3. Kedudukannya sama seperti dalam masalah zakat fitrah, mereka mensyaratkan ia

hendaklah merupakan yang lebih daripada keperluan seseorang juga keperluan

mereka yang di bawah tanggungannya pada hari raya puasa dan juga malamnya

sahaja.

4. Hendaklah binatang yang diqurbankan itu tidak mempunyai sebarang kecacatan

yang menyebabkan kekurangan kuantiti dagingnya ataupun menyebabkan

kemudharatan terhadap kesihatan. Contohnya cacat yang teruk pada salah satu

matanya, berpenyakit yang teruk, tempang atau kurus yang melampau.

27

5. Hendaklah qurban itu dalam masa yang tertentu iaitu selepas sembahyang Hari

Raya Haji pada 10 Zulhijjah hingga sebelum terbenam matahari pada akhir Hari

Tasyrik iaitu pada 13 Zulhijjah.

6. Hendaklah disembelih oleh orang Islam.

7. Orang yang berkongsi mengorbankan unta atau lembu tidak lebih dari tujuh orang

di mana masing–masing menyumbang 1/7 bahagian.

8. Hendaklah binatang tersebut tidak ada cacat yang boleh mengurangkan dagingnya

serta sampai umur. 

 

PERKARA SUNAT SEMASA ‘AQIQAH

1. Berdoa semasa hendak menyembelih:

  هم ، أكبر الله ، الله بسم عقيقة وإليك منك هذا الل ... (sebut nama anak)

Maksudnya:

"Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, binatang ini daripada-

Mu dan kembali kepada-Mu, ini ‘aqiqah…".

2. Menyembelih ketika matahari sedang naik.

3. Daging ‘aqiqah dimasak terlebih dahulu sebelum disedekahkan.

4. Tidak mematah-matahkan tulang-tulang daripada binatang ‘aqiqah, hanya

mencerai- ceraikan sendi-sendinya.

5. Menyedekahkan daging ‘aqiqah kepada fakir miskin.

6. Memasak daging ‘aqiqah dengan cara gulai manis untuk dihidangkan

kepada tetamu. 

PERKARA YANG PERLU DILAKUKAN KETIKA MENYAMBUT

KELAHIRAN ANAK:

1. Mengazankan di telinga sebelah kanan anak yang baru lahir.

2. Membaca iqamah di telinga sebelah kirinya.

3. Membaca doa di kedua-dua belah telinganya, contohnya membaca surah

Al-Ikhlas. 

4. Menyapu lelangit kanak-kanak tersebut dengan benda-benda yang manis

seperti buah tamar atau pisang.

28

5. Menamakan kanak-kanak tersebut dengan nama-nama yang baik pada hari

ketujuh kelahirannya. 

6. Mengadakan jamuan dan doa kesyukuran sempena kelahirannya.

7. Mencukur rambut kanak-kanak tersebut selepas menyembelih ‘aqiqah

untuknya.

8. Memberi sedekah emas atau perak seberat rambut kanak-kanak yang

dicukur itu atau uang yang sama nilai dengan emas atau perak tersebut.

9. Menyedekahkan daging ‘aqiqah kepada fakir miskin.

HUKUM DAGING QURBAN

Qurban yang wajib iaitu yang dinazarkan ataupun yang ditentukan sama

ada dengan menyebut, “Ini adalah qurban”, maka orang yang berqurban tidak

boleh memakannya. Dia wajib menyedekahkan semuanya sekali.

Anak kepada binatang qurban yang ditentukan juga, perlu disembelih

seperti ibunya, tetapi bezanya ia boleh dimakan kesemuanya oleh tuan yang

mengurbankannya kerana disamakan dengan hukum susu, kerana tuannya harus

meminum susu binatang qurban yang selebih daripada anaknya walaupun

perbuatan itu makruh.

Bagi qurban sunat, maka tuannya sunat memakannya, iaitu yang afdhalnya

dia hendaklah memakannya beberapa suap sebagai mengambil berkat. Ini

bersesuaian  dengan firman Allah subhanahu wata‘ala:

{ منها فكلوا الفقير البآئس وأطعموا }

Maksudnya:

“Dengan yang demikian makanlah kamu dari (daging) binatang-binatang qurban

29

itu dan berilah makan kepada orang yang susah, yang fakir miskin.”

(Surah Al-Hajj, 22:28)

Hadith yang diriwayatkan oleh Al-Bayhaqi pula ada menyebut bahawa

Rasulullah sallallahu ‘alayhi wasallam telah memakan sebahagian daripada hati

binatang qurbannya. Hukum memakan daging qurban pula tidak wajib, ini

berdasarkan firman Allah subhanahu wata‘ala:

ه شعآئر من لكم جعلنها والبدن } خير فيها لكم الل }

Maksudnya:

“Dan Kami jadikan unta (yang dihadiahkan kepada fakir miskin Makkah itu)

sebahagian dari syi‘ar agama Allah untuk kamu; pada menyembelih unta yang

tersebut ada kebaikan bagi kamu.”

(Surah Al-Hajj, 22:36)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahawa ia dijadikan untuk kita. Setiap

perkara yang dijadikan untuk manusia, maka dia diberi pilihan sama ada mahu

memakannya atau tidak.

Orang yang berqurban juga boleh menjamu kepada kalangan yang kaya,

tetapi tidak boleh diberi milik kepada mereka. Yang boleh cuma dihantar kepada

mereka sebagai hadiah yang mana mereka tidak akan menjualnya atau sebagainya

Mengikut pendapat dalam qawl jadid, orang yang berqurban boleh

memakan sebahagian daripada qurbannya. Mengikut qawl qadim pula harus

memakan sebanyak separuh, manakala bakinya hendaklah disedekahkan.

Sebahagian ulama’ berpendapat daging qurban dibahagikan kepada tiga

bahagian iaitu 1/3 daging disedekahkan dalam keadaan mentah, 1/3 daging

dimasak dan dibuat jamuan dan 1/3 daging dimakan oleh orang yang berqurban.

Pendapat yang asah pula, adalah wajib bersedekah dengan sebahagian

30

daripada daging qurban walaupun sedikit kepada orang Islam yang fakir walaupun

seorang. Walau bagaimanapun, yang lebih afdhal hendaklah disedekahkan

kesemuanya kecuali memakannya beberapa suap untuk mengambil keberkatan

seperti yang telah dijelaskan.

Bagi qurban sunat pula, orang yang berqurban boleh sama ada bersedekah

dengan kulit binatang tersebut atau menggunakan sendiri, seperti mana dia harus

mengambil faedah daripada binatang itu semasa hidupnya. Tetapi bersedekah

adalah lebih afdhal. Bagi qurban yang wajib  pula, kulit binatang itu wajib

disedekahkan.

Qurban juga tidak harus dibawa keluar dari negeri asalnya sebagaimana

yang ditetapkan dalam masalah membawa keluar zakat.

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum qurban

dan aqiqah ini sunah, tetapi sunah muakadah (sunah yang amat dianjurkan untuk

dilaksanakan) bagi orang-orang yang mampu. Ibadah qurban dan aqiqah ini selain

besar pahalanya di sisi Allah Swt. Juga sangat erat kaitannya dengan aspek

kemanusiaan Khusus untuk akikah hanya dianjurkan satu kali seumur hidup.

Qurban berarti menyembelih hewan pada hari raya idul Adha dan hari

tasyrik, yaitu tanggal 11,12 dan 13 Zulhijjah dengan maksud beribadah kepada

Allah Swt. akikah adalah menyembelih hewan sebagai rasa syukur kepada Allah

atas kelahiran anak. Penyembelihan hewan aqiqah ini disertai dengan pencukuran

rambut anak dan pemberian nama jika dilaksanakan sebelum diberikan nama.

B.     SARAN

Terimakasih atas keritik dan saranya, karena dengan bersama-sama dalam

mendiskusikan makalah ini kami dapat mengetahui kekurangan yang terdapat

dalam makalah ini baik dalam bahasa maupun bentuk tulisannya.

31