makalah pengendalian organisme pengganggu tanaman

32
MAKALAH TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) Disusun Oleh : KELOMPOK 5 Nama : - Ryan Kosala - Syaikhudin (H0711101) - Tangguh Prakoso (H0711102) - Tri Ratna Juniati - Yhana Awang Nila Kelas : Agroteknologi D Dosen Pengampu: FAKULTAS PERTANIAN

Upload: herujatnika

Post on 18-Jul-2016

148 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

OPT

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

MAKALAH TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

(OPT)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

Nama : - Ryan Kosala

- Syaikhudin (H0711101)

- Tangguh Prakoso (H0711102)

- Tri Ratna Juniati

- Yhana Awang Nila

Kelas : Agroteknologi D

Dosen Pengampu:

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2012

Page 2: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT)

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi

tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.

Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama,

penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu

penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk ke suat negara,

karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang ditujunya. Berdasarkan

pengalaman, masih adanya permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan

perlu kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya dilakukan, seperti lalat

buah pada berbagai produk buah dan sayuran buah dan virus gemini pada cabai. Selain

itu, dalam kaitannya dengan terbawanya OPT pada produk yang akan diekspor dan

dianalis potensial masuk, menyebar dan menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi

hambatan yang berarti dalam perdagangan internasional.

Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian sering menggunakan pestisida

sintetis terutama untuk hama dan penyakit yang sulit dikendalikan, seperti penyakit

yang disebabkan oleh virus dan patogen tular tanah (soil borne pathogens). Untuk

mengendalikan penyakit ini petani cenderung menggunakan pestisida sintetis secara

berlebihan sehingga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal

ini dilakukan petani karena modal yang telah dikeluarkan cukup besar sehingga petani

tidak berani menanggung resiko kegagalan usaha taninya.

Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah disatu sisi cara mengatasi

masalah OPT dengan pestisida sintetis dapat menekan kehilangan hasil akibat OPT,

tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di sisi lain, tanpa pestisida kimia

sintetis akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal tuntutan masyarakat

dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi terutama masyarakat negara

maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang siap ekspor ditolak hanya karena

tidak memenuhi syarat mutu maupun kandungan residu pestisida yang melebihi

ambang toleransi.

Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah

kesehatan, pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis (resistensi

hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami) serta mengakibatkan

Page 3: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

peningkatan residu pada hasil. Terdapat kecenderungan penurunan populasi total

mikroorganisme seiring dengan peningkatan takaran pestisida. Oleh karena itu

perhatian pada alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan semakin besar

untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis.

Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management)

merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia

terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan,

serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat

antar waktu dan antar generasi. Salah satu komponen pengendalian hama terpadu

(PHT) yang sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan pembangunan pertanian

secara hayati karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak organisme yang

berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya

memanfaatkan pengendali hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian hayati

harus kompatibel dengan peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan,

pemakaian pestisida dan lain-lain. Berbagai kendala yang menyangkut komponen

hayati antara lain adalah adanya kesan bahwa cara pengendalian hayati lambat kurang

diminati. Oleh karena itu terasa pentingnya suatu komitmen untuk menentukan suatu

gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati yang menguntungkan dan

berkelanjutan dalam pemanfaatannya.

2. Rumusan masalah

a. Apa yang dimaksud dengan OPT?

b. Organisme apa saja yang termasuk dalam pengganggu tnaman?

c. Bagaimana cara untuk mengendalikan OPT?

d. Apa saja keuntungan dan kerugian dari adanya OPT?

3. Tujuan

a. Mengetahui pengertian OPT secara mendalam.

b. Mengetahui organisme-organisme yang termasuk OPT.

c. Mengetahui cara-cara untuk mengendalika OPT.

d. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari adanya OPT tersebut.

Page 4: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

B. Pembahasan

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat

merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian pada tumbuhan. Organisme

penganggu tanaman merupakan faktor pembatas produksi tanaman baik tanaman pangan,

hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar

dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman

merupakan salah satu penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut

masuk ke suat negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang

ditujunya. Masih banyak permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan perlu

kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya dilakukan, seperti lalat buah pada

berbagai produk buah dan sayuran buah dan virus gemini pada cabai. Selain itu, dalam

kaitannya dengan terbawanya OPT pada produk yang akan diekspor dan dianalis potensial

masuk, menyebar dan menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi hambatan yang

berarti dalam perdagangan internasional.

Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah

Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan

Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain). Dalam uraian berikut akan dibicarakan

secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar anggota filum tersebut.

1. Filum Nematoda

Sastrosuwignyo (1990) menyatakan bahwa tidak semua anggota Nematoda

berperan sebagai hama tanaman atau bersifat parasitik, namun ada juga yang bersifat

saprofag yang tidak merugikan tanaman. Nematoda sering ditemukan pada tempat-

tempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan

manusia. Nematoda berukuran sangat kecil, berbentuk silindris, tidak berwarna

(transparan), bilateral simetris, tidak beruas, mempunyai rongga tubuh semu

(pseudocoelomates), bagian kepala agak tumpul, sedangkan bagian ekornya agak

runcing. Selama hidupnya nematoda dapat mengalami pegantian kulit sebanyak empat

kali. Cara nematoda menyerang tanaman bervariasi, yaitu :

a. Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar jaringan tanaman, misalnya Criconemoides

sp dan Xiphinema sp.

b. Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman. Ada yang bersifat

sedentary (menetap), misalnya nematoda puru akar (Meloidogyne spp.), dan ada

yang bersifat migratory (berpindah), misalnya Pratylenchus sp.

Page 5: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

c. Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan sebagian tubuhnya ke

dalam tanaman, misalnya Rotylenchus sp.

d. Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh tanaman, kemudian

sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman, misalnya Heterodera sp.

Akibat serangan nematoda, maka tanaman akan mengalami gejala kerusakan

yang beragam, tergantung jenis nematodanya. Berdasarkan gejala kerusakannya,

nematoda dibedakan menjadi :

a. Nematoda puru/bengkak (gall nematodes), misalnya Anguina tritici penyebab puru

pada daun dan biji gandum.

b. Nematoda batang (stem nematodes), misalnya Ditylenchus dipsaci yang     

menyebabkan pembengkakan batang dan pembusukan umbi lapis (bawang).

c. Nematoda daun (leaf nematodes), misalnya Aphelenchoides besseyi yang

menyebabkan pucuk daun memutih pada tanaman padi.

d. Nematoda puru akar (root-knot nematodes), misalnya Meloidogyne sp yang     

menyebabkan perakaran membengkak pada famili Solanaceae, sehingga       

pertumbuhan tidak normal.

Nematoda dapat berperan sebagai vektor penyakit, misalnya dari ordo

Dorylaimida yaitu nematoda jarum (Longidorus sp.) dan nematoda keris (Xiphinema

sp.). Keduanya bersifat ektoparasit dan dapat menularkan penyakit virus. Nematoda ini

menyerang tanaman dengan cara mencucuk dan mengisap cairan sel akar. Luka tusukan

tersebut sering diikuti oleh serangan mikroorganisme sekunder (bakteri dan cendawan)

sehingga menimbulkan pembusukan. Akibatnya pertumbuhan tanaman merana dan

perkembangannya terhambat.

2. Filum Mollusca

Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang

banyak berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang

dilindungi oleh cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu bekicot

(Achatina fullica Bowd.), Semperula maculata,  siput bugil (Parmarion pupillaris

Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt.).

Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki panjang tubuh

10 cm-13 cm. Cangkang bekicot berbentuk kerucut berulir, berwarna coklat-

kekuningan dengan bercak coklat kehitaman yang memanjang. Tubuh berwarna coklat,

berlendir dan perutnya berfungsi sebagai kaki. Mempunyai dua pasang sungut (antena),

yaitu sungut depan yang berfungsi sebagai peraba dan sungut di belakang yang

Page 6: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

berfungsi sebagai mata. Bekicot dan anggota Gastropoda yang lain menggunakan gigi

parut (radula) untuk menggigit dan mengunyah bagian tanaman yang berdaging tebal

dan berair. Biasanya menyerang tanaman pada malam hari, dan banyak ditemukan di

tempat-tempat yang berair dan mempunyai kelembaban tinggi (Rukmana dan Saputra,

1997).

3. Filum Chordata

Filum Chordata mempunyai banyak anggota, namun tidak semuanya berperan

sebagai hama tanaman. Anggota filum ini yang banyak berperan sebagai hama adalah

Kelas Mamalia (hewan menyusui) dan kelas Aves (burung). Dari kelas mamalia, ordo

Rodentia (binatang mengerat) merupakan ordo yang paling merugikan, misalnya tupai

(Callosciurus notatus) dan tikus sawah (Rattus rattus argentiventer). Disamping itu

kelelawar, musang, landak, dan satwa liar seperti gajah, kera, babi hutan, rusa, dan

beruang juga dapat berperan sebagai hama yang merugikan. Sedangkan dari kelas aves

yang berperan sebagai hama misalnya burung pipit (Lonchura leucogastroides (Horsf.

dan Moore)). Mamalia yang dianggap menjadi hama menyerang tanaman sebagai

berikut:

a. Tikus (Rattus-rattus spp.)

Tikus merupakan hama paling penting dibandingkan dengan hama-hama dari

golongan mamalia lainnya. Perkembangbiakan tikus sangat cepat, dan tanaman yang

disukainya cukup banyak. Tikus dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi pada

areal yang luas sejak di persemaian sampai menjelang panen. Disamping itu tikus

juga menyerang tanaman lainnya yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, tebu,

kelapa, dan kelapa sawit (Kalshoven,1981). Pada umumnya tikus menyerang tanpa

mengenal tempat, sejak di persemaian, pertanaman sampai di tempat penyimpanan.

Tikus aktif menyerang tanaman pada malam hari. Tikus yang lapar akan memakan

hampir semua benda yang dijumpainya. Jika makanan cukup tersedia, tikus akan

memilih jenis makanan yang paling disukai, seperti padi yang sedang bunting, dan

jagung muda. Pada saat makanan banyak tersedia, perkembangbiakan tikus

berlangsung sangat cepat (Rukmana dan Saputra, 1997). Tiga jenis tikus yang sering

merusak tanaman pertanian menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :

1) Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer), tikus sawah mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut: panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 270 mm – 370

mm, berat badan rata-rata ± 130 gram, panjang ekor ± 95 persen panjang badan

(dari kepala sampai pangkal ekor), tikus betina mempunyai 12 puting susu, yaitu

Page 7: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

terdiri atas tiga pasang di bagian dada dan tiga pasang di bagian perut, warna

badan kelabu gelap, sedang bagian dada dan perutnya berwarna keputih-putihan.

2) Tikus rumah (Rattus rattus diardi), tikus rumah mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut: panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 220 mm – 370 mm,

panjang ekor sama atau lebih panjang 105 persen dari panjang badan (hidung

sampai pangkal ekor), tikus betina mempunyai puting susu 10 buah, yaitu terdiri

dari dua pasang di bagian dada dan tiga pasang di bagian perut, warna bulu badan

bagian atas dan bagian bawah cokelat tua kelabu, makanan tikus rumah diperoleh

dari sisa makanan manusia, atau makanan yang disimpan tidak rapi, dan hasil

pertanaman yang disimpan di gudang atau tanaman-tanaman yang berada di

kebun dekat rumah.

3) Tikus pohon (Rattus tiomanicus), ciri-ciri tikus pohon adalah sebagai berikut:

ekor lebih panjang 110 persen dari panjang badan (hidung sampai pangkal ekor),

jumlah puting susu betina 10 buah yaitu terdiri atas dua pasang di bagian dada

dan tiga pasang di bagian perut, warna bulu badan pada bagian punggung

kemerah-merahan, sedangkan pada bagian perut hampir seluruhnya putih dan

tikus ini sering menyerang buah kelapa, kakao, dan kopi.

b. Musang (Paradoxurus hermaphroditus)

Populasi musang di habitat alam tergolong relatif rendah, namun dapat

menimbulkan kerugian bagi para petani. Binatang ini menyukai buah-buahan yang

sudah tua atau masak. Disamping itu, musang bersifat rakus, pemakan segala jenis

tanaman atau hewan, antara lain pemangsa anak ayam.

c. Landak (Acantyon brachyurum (L.) = Hystrix javanicus)

Landak biasanya membuat sarang pada tebing-tebing berupa lubang-lubang

atau gua kecil seperti tikus. Aktif pada malam hari dan menyerang akar tanaman

umbi-umbian, dapat pula menyerang jagung, ketela pohon, nenas, dan tebu

(Kalshoven, 1981). Satwa liar yang dapat berperan sebagai hama antara lain : gajah

(Elephas maximus L.), babi hutan (Sus vitatus), banteng (Bos sondaicus), rusa (Rusa

timorensis), beruang (Helarctos malayanus) (Triharso, 1994).

Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves (burung) pada umumnya

tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota

bagian depan pada  burung yang berupa sayap digunakan untuk terbang. Meskipun

demikian, ada golongan burung yang tidak bisa terbang, misalnya kasuari, kiwi, dan

Page 8: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

unta (Rukmana dan Saputra, 1997). Menurut Harahap dan Tjahjono (1994) beberapa

jenis burung/aves yang berpotensi sebagai hama adalah sebagai berikut :

a. Burung pipit haji (Lonchura maja leucocephala Raffles)

Nama lainnya adalah bondol uban. Kepalanya berwarna putih keabu-abuan

seperti sorban haji. Bulu tubuhnya berwarna hitam kecoklatan. Warna leher putih

dan secara bertahap berubah warna menjadi coklat merah ke arah bagian dadanya.

Matanya berwarna coklat hitam. Ukurannya sebesar burung gelatik. Burung jantan

dan betina seukuran dan serupa. Burung pipit haji ini hidup berkelompok. Membuat

sarang dari alang-alang, batang padi atau rumput-rumputan lainnya. Dalam satu

sarang terdapat lima ekor burung. Kerusakan ditimbulkan oleh gerombolan burung

pada saat padi sedang menguning. Pada umumnya gerombolan burung ini terdiri atas

kurang dari 50 ekor dan datang berkali-kali.

b. Pipit jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield dan Moore) 

Burung pipit ini berbentuk hampir sama dengan pipit haji, tetapi tanpa warna

pada kepala. Tubuh bagian atas dan sayapnya berwarna merah coklat, lehernya

hitam, perut putih, mata coklat, paruh hitam dan ekor kehitam-hitaman. Panjang

tubuh sampai ke ujung ekornya kurang lebih 9 – 10 cm. Burung jantan dan betina

seukuran dan serupa. Burung menyukai lingkungan yang bersemak-semak, hutan

sekunder, persawahan, atau pekarangan terutama yang berdekatan dengan

pertanaman padi. Pada saat padi menguning burung pipit ini datang bergerombol

berkali-kali untuk makan padi yang sudah masak. Di Jawa burung ini pernah

menjadi hama padi yang sangat potensial. Demikian pula di Nusa Tenggara Timur,

burung pipit ini termasuk hama potensial pada pertanaman padi.

c. Burung peking (Lonchura punctata punctata (Horsf dan Moore))

Panjang tubuh burung peking 10 – 11 cm. Warna punggung, dagu dan leher

merah coklat. Bulu dada dan perut berwarna putih dengan pinggir coklat hitam.

Mata berwarna coklat merah. Burung peking hidup bergerombol, bersarang pada

pohon-pohon tinggi, misalnya pada pohon-pohon aren. Pada satu pohon terdapat

lebih dari satu sarang. Sarang terbuat dari rumput-rumputan, kadang-kadang

bersarang diantara buah pisang. Di daerah Nusa Tenggara Timur, burung ini juga

berpotensi sebagai hama pada pertanaman padi.

4. Filum Arthropoda

Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum

Arthropoda. Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu tubuh terbagi menjadi 2

Page 9: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

atau 3 bagian, tubuh dan kaki beruas-ruas, alat tambahan beruas-ruas dan berpasangan

dan dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara periodik dilepas dan 

diperbaiki/diganti. Anggota filum Arthropoda yang berperan sebagai hama berasal dari

Kelas Acharina dan Insecta (serangga) (Ananda, 1983).

a. Kelas Arachnida

Menurut Ananda (1983), anggota kelas Arachnida ada yang berperan sebagai

hama tanaman, dan adapula yang berperan sebagai predator hama tanaman. Salah

satu contoh jenis yang berperan sebagai hama tanaman adalah tungau merah

Tetranichus bimaculatus yang menyerang tanaman ketela pohon terutama pada

musim kemarau. Gejala yang ditimbulkannya berupa bercak-bercak kekuningan,

karena cairan sel daun diisapnya. Daun ini akhirnya kering dan rontok. Contoh yang

berperan sebagai predator adalah laba-laba. Ciri khas Arachnida adalah: kaki empat

pasang yang terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa, trochanter, patela, femur, tibia,

metatarsus dan tarsus, tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu gabungan kepala dan

dada (cephalothorax) serta abdomen, tidak bersayap dan memiliki alat tambahan

berupa sepasang pedipalpus.

b. Kelas Insecta atau Hexapoda

Anggota kelas insecta disebut juga hexapoda karena memiliki 6 kaki. Anggota

kelas ini menempati peringkat paling atas dalam hal peranannya sebagai hama

tanaman. Ciri khas kelas insecta menurut Ananda (1983). Adalah: tubuh terbagi

menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen),

mempunyai 3 pasang kaki yang terdiri atas 6 ruas, yaitu coxa, trochanter, femur,

tibia, metatarsus dan tarsus, sayap satu pasang atau dua pasang dan adapula yang

tidak bersayap dan mempunyai satu pasang antena. Beberapa jenis ordo dari kelas

insecta atau hexapoda yang menjadi hama penting adalah sebagai berikut :

1) Ordo Orthoptera

Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya

sayap. Golongan serangga ini pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu sayap

belakangnya dilipat lurus di bawah sayap depan. Alat mulut nimfa dan imagonya

penggigit-pengunyah. Perkembangan hidup hama ini termasuk tipe

paurometabola (telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago hidup pada habitat yang

sama. Stadium nimfa dan imago bersifat merusak tanaman. Beberapa jenis

serangga hama yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera adalah: Belalang kayu

(Valanga nigricornis Burn.), Belalang kembara (Locusta migratoria manilensis

Page 10: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Mayen), Belalang pedang (Sexava spp.), Belalang china atau belalang berantena

pendek (Oxya chinensis), Gangsir (Brachytrypus portentosus Linch), Jengkerik

(Gryllus mitratus Burn.) dan (Gryllus bimaculatus De G.) dan Anjing tanah

(Gryllotalpa africana Pal.).

2) Ordo Hemiptera

Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Golongan serangga yang

termasuk ordo Hemiptera ini mempunyai sayap depan yang mengalami

modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah bagian di daerah pangkal menebal,

sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput, dan sayap belakangnya mirip

selaput tipis (membran). Tipe perkembangan hidup ordo Hemiptera adalah

paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut, baik nimfa maupun imago

pencucuk-pengisap, dan keduanya hidup dalam habitat yang sama. Stadium

serangga yang merusak tanaman adalah nimfa dan imago. Jenis serangga yang

termasuk ordo Hemiptera, antara lain: Hama pengisap daun teh, kina, dan buah

kakao (Helopeltis antonii), Kepik buah lada (Dasynus piperis), Kepik hijau

(Nezara viridula), Walang sangit (Leptocorixa acuta) (= Leptocorisa oratorius)

dan Kepik hijau Rhynchocoris poseidon Kirk.

3) Ordo Homoptera

Homo artinya sama dan pteron berarti sayap. Serangga golongan ini

mempunyai sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput (membran).

Sebagian dari serangga ordo Homoptera ini mempunyai dua bentuk, yaitu

serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun Aphis sp. sejak

menetas sampai dewasa tidak bersayap. Tetapi bila populasinya tinggi sebagian

serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke

tempat lain. Tipe perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola

(telur-nimfa-imago). Kutu daun bersifat partenogenetik, yaitu embrio

berkembang di dalam imago betina tanpa pembuahan terlebih dahulu. Jenis

serangga dari ordo Homoptera ini antara lain: Wereng hijau (Nephotettix

apicalis), Wereng cokelat (Nilaparvata lugens), Kutu loncat (Heteropsylla sp.)

dan Kutu dompolan (Pseudococcus citri Risso)

4) Ordo Lepidoptera

Lepidos berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang sayap ordo

Lepidoptera mirip membran yang penuh denagn sisik. Sisik-sisik ini sebenarnya

merupakan modifikasi dari rambut biasa. Bila sisik tersebut dipegang akan mudah

Page 11: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

menempel pada tangan. Serangga dewasa dibedakan atas dua macam, yaitu kupu-

kupu dan ngengat. Kupu-kupu aktif pada siang hari, sedangkan ngengat aktif

pada malam hari. Perkembangbiakan serangga ordo Lepidoptera adalah

holometabola (telur-larva/ulat-pupa/kepompong-imago). Alat mulut larva tipe

penggigit-pengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe pengisap. Srtadium

serangga yang sering merusak tanaman adalah larva, sedangkan imagonya hanya

mengisap nektar (madu) dari bunga-bungaan. Jenis serangga hama yang termasuk

ordo Lepidoptera, antara lain: Ulat daun kubis (Plutella xylostella), Penggerek

batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee), Ulat penggulung daun melintang

pada teh (Catoptilia theivora Wls), Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia

inferens Walker) dan lain-lain.

5) Ordo Coleoptera

Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap.

Serangga dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang mengalami

modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap depan atau seludang

ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan bagian tubuhnya. Sayap depan

yang bersifat demikian disebut elitron, sedangkan sayap belakang strukturnya

tipis seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap depan tidak berfungsi, namun

pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap depan.

Perkembangbiakan hidup serangga ordo Coleoptera adalah holometabola (telur-

larva-pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang sama,

yaitu penggigit-pengunyah. Coleoptera adalah ordo serangga yang paling besar di

antara ordo-ordo serangga hama. Oleh karena itu, ordo serangga ini banyak

bentuknya. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang merusak

tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo Coleoptera yang

berperan sebagai hama/perusak tanaman, antara lain: Kumbang kelapa atau

kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), Penggerek buah kopi (Stephanoderes

hampei), Penggerek batang cengkeh (Nothopeus fasciatipennis Wat.)

6) Ordo Diptera

Di artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga yang hanya

mempunyai sepasang sayap depan sebab sepasang sayap belakangnya telah

berubah bentuk menjadi bulatan (halter). Sayap ini berfungsi sebagi alat

keseimbangan pada saat terbang, alat untuk mengetahui arah angin, dan juga alat

pendengaran. Stadium larva Diptera disebut tempayak atau belatung atau set.

Page 12: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Larva tidak mempunyai kaki, dan hidupnya menyukai tempat-tempat yang

lembab dan basah. Perkembangan hidup ordo Diptera adalah holometabola (telur-

larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva penggigit-pengunyah, sedang imagonya

memiliki tipe alat mulut penjilat-pengisap. Jenis serangga ordo Diptera yang

sering merusak tanaman antara lain adalah: Lalat bibit kedelai (Agromyza

phaseoli Tryon), Lalat buah (Bactrocera spp.), Lalat penggerek batang padi

(Atherigona exigua).

7) Ordo Thysanoptera

Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Serangga dari ordo

Thysanoptera ini berukuran sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan

bentuk memanjang, sempit, membranus, dan pada bagian tepinya terdapat

rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup serangga Thysanoptera

adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut nimfa dan imago

pencucuk-pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak daun, bunga, dan buah

tanaman. Daun yang terserang menjadi keriting atau salah bentuk. Bunga yang

terserang menjadi salah bentuk atau gugur, sedangkan serangan pada buah

menyebabkan bercak-bercak atau gugur. Jenis serangga dari ordo Thysanoptera

yang sering merusak tanaman antara lain: Thrips hitam pada tanaman jagung

(Heliothrips striatoptera Kob), Thrips pada bibit padi dan jagung (Thrips oryzae

Will) dan Thrips bawang (Thrips tabaci Lind).

Kerusakan (kerugian) yang ditimbulkan oleh hama tanaman menurut Rukmana dan

Saputra (1997), antara lain sebagai berikut :

1. Kerugian secara kuantitas (berkurangnya hasil atau produksi) antara lain sebagai

berikut :

a. Serangan kumbang daun Aulacophora similis Oliver dengan cara memakan daun

dan bunga pada famili Cucurbitaceae (semangka, melon, mentimun, dan pare)

menyebabkan produksi tanaman tersebut menurun (rendah).

b. Serangan kumbang penggerek buah kapas Amorphoidea sp. dapat menyebabkan

buah tersebut gugur sebelum masak.

c. Serangan serangga Amrasca flavescens F. atau Empoasca flavescens F. pada

tanaman kapas yang masih muda dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut

tidak normal sehingga produksi menurun.

Page 13: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

d. Serangan ulat tanah Agrotis ipsilon Hufn. yang memakan berbagai jenis tanaman

(polifag), terutama tanaman muda, dapat menyebabkan tanaman terkulai (layu) atau

mati.

2. Kerugian secara kualitas (menurunnya mutu hasil), antara lain sebagai berikut :

a. Perubahan warna pada beberapa macam produk tanaman (ubi, daun, bunga, maupun

buah), misalnya: Ubi jalar Ipomoea batatas L. yang terserang hama lanas Cylas

formicarius Fabr. akan berwarna cokelat kehitam-hitaman. Biji kedelai yang

terserang kepik hijau Nezara viridula L. dan kepik polong atau kepik cokelat

Riptortus linearis F. akan berwarna kehitam-hitaman.

b. Perubahan rasa, misalnya Ubi jalar yang terserang hama lanas Cylas formicarius

Fabr. rasanya menjadi pahit. Buah durian yang terserang hama penggerek Tirathaba

ruptilinea Wlk. rasanya menjadi kemasam-masaman.

c. Bercak atau bintik-bintik hitam, misalnya daun kangkung yang terserang walang

sangit Leptocorisa oratorius Thumb. akan menunjukkan gejala berbintik-bintik

hitam atau kecokelat-cokelatan. Kulit biji kedelai ataupun kacang hiaju yang

terserang kepik hijau Nezara viridula L. akan berbercak-bercak cokelat.  

d. Rusak atau abnormal, misalnya daun kedelai yang terserang ulat jengkal

Chrysodeixis chalcites Esp. akan menjadi berlubang-lubang. Umbi kentang yang

terserang nematoda Meloidogyne sp. akan berbintil-bintil (abnormal), atau berlubang

dan membusuk akibat serangan hama uret.

Organisme yang berperan sebagai hama tanaman menurut Rasdiman (1994), meliputi

filum Nemathelminthes/Aschelminthes termasuk nematoda, Mollusca, Arthropoda, dan

Chordata. Filum Nemathelminthes, Mollusca , dan Arthropoda, karena tidak bertulang

belakang dimasukkan ke dalam kelompok Invertebrata, sedangkan filum Chordata yang

bertulang belakang dimasukkan ke dalam kelompok Vertebrata. Dari fila tersebut, maka

filum Arthropodalah yang paling berperan sebagai hama, terutama dari kelas insekta

(serangga).

Serangga dan tanaman inang mempunyai hubungan yang erat sekali, karena serangga

membutuhkan tempat berlindung, kawin, meletakkan telur dan nutrisi yang dapat

diperolehnya dari tanaman. Kecenderungan serangga hama dalam memilih tanaman

sebagai inang sangat ditentukan oleh sifat-sifat yang terkandung dalam tanaman tersebut.

Apabila tanaman memiliki sifat-sifat yang disukai oleh serangga hama, maka ada

kecenderungan bahwa tanaman mengalami kerusakan yang lebih berat.

Page 14: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Hama merusak tanaman secara langsung, yaitu menyerang bagian-bagian tanaman

seperti akar, batang, daun, bunga, buah atau tanaman seluruhnya. Pengertiannya adalah

bahwa ada jenis hama yang menyerang satu bagian tanaman, atau menyerang bagian

tanaman tertentu, namun mengakibatkan tanaman tidak dapat dipanen. Sebagai contoh

adalah hama penggerek batang padi kuning Tryporyza incertulas yang menyerang titik

tumbuh tanaman padi. Akibatnya akan timbul gejala mati pucuk (dead heart) atau sundep

pada tanaman padi pada fase pertumbuhan vegetatif. Pada fase generatif, hama ini

menimbulkan gejala beluk, yaitu bulir-bulir tanaman padi yang terserang akan tegak,

kosong dan berwarna keabu-abuan. Tanaman padi yang terserang hama tersebut tidak

akan pernah diharapkan hasilnya.

Tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat

hama dalam cara menyerangnya. Beberapa jenis hama hanya menyerang sasaran utama

bagian daun atau batang, dahan, akar, ubi, bunga, buah, dan biji, namun ada pula hama

yang menyerang lebih dari satu bagian tanaman.

Macam pengendalian organisme pengganggu tanaman berapa teknik pengendaliannya

antara lain:

1. Pengendalian Secara Kultur Teknik

Pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan

sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme

Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya. Menurut

Pedigo (1996) dalam Untung (2006) sebagian besar teknik pengendalian secara

budidaya dapat dikelompokan menjadi empat dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu

1) mengurangi kesesuaian ekosistem, 2) Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan

hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi OPT menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi

dampak kerusakan tanaman. Beberapa contoh dari pengendalian OPT secara kultur

teknis:

a. Menggunakan varietas domestik yang tahan: karakteristik dari varietas domestik

adalah memiliki ketahanan yang lebih baik karena cocok terhadap lingkungannya.

b. Rotasi Tanaman: pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila jenis tanaman

yang ditanam pada musim berikutnya, dan jenis tanaman tersebut bukan merupakan

inang hama yang menyerang tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya.

Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim berikutnya populasi hama yang

sudah meningkat pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya.

Rotasi tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran

Page 15: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif

makan.

c. Menghilangkan tanaman yang rusak. Tanamn yang terkena serangan hama maupun

patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya.

d. Pengolahan Tanah: pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk pengendalian instar

hama yang berada dalam tanah. Misal:

- Pengolahan tanah sangat efektif untuk membunuh telur belalang kembara (Locusta

migratoria) yang selalu diletakan di dalam tanah.

- Hama akar seperti lundi (Holotricia helleri) mempunyai fase larva dan pupa di

dalam tanah, sehingga pengolahan tanah dapat mengangkat pupa dan memutus

siklus perkembangannya.

e. Tumpang Sari dan variasi penanamn serta pemanenan: tumpang sari dapat

mengendalikan suatu opt akibat keberadaan tanaman yang bukan inangnya.

Sedangkan variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup hama. Misalnya:

- Panen dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang lain pada

hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari petak hamparan

tetapi pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian pertanaman yang lebih

muda dan belum dipanen.

- Tumpang sari antara kentang dan bawang daun, tagetes ataupun lobak relatif dapat

menekan populasi hama penting tanaman kentang (Setiawati, 2005).

f. Pemangkasan dan Penjarangan: kegiatan pemangkasan terkait dengan

kebersihan tanaman. Sedangkan penjarangan terkait dengan jarak tanam optimum

suatu tanaman.

- Pemangkasan pada beberapa tanaman terutama bagian yang terkena infeksi

sehingga tidak menyebar ke bagian tanaman yang lain.

- Penjarangan tanaman dapat meningkatkan produktifitas. Jarak tanam dapat pula

mempengaruhi populasi hama. Pada tanaman padi, jarak yang terlalu dekat

menguntungkan perkembangan dan kehidupan wereng coklat.

g. Pemupukan: tindakan pemupukan juga dapat mempengaruhi keberadaan OPT.

beberapa pengeruh pemupukan terhadap serangan OPT antara lain:

- Optimalisasi pemupukan N dapat mengurangi serangan OPT karena pemupukan N

yang berlebihan akan menjadikan tanaman sukulen dan mudah terserang OPT.

- Pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan

OPT.

Page 16: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

2. Pengendalian Secara Hayati (Biological Methods)

Merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja memanfaatkan

atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi

hama. Musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai fator

pengatur dan pengendali populasi serangga yang efektif karena sifat pengaturannya

yang tergantung kepadatan populasi inang atau mangsa. Peningkatan populasi inang

akan ditanggapi secara numerik (respon numerik) dengan meningkatkan jumlah

predator dan secara fungsional (respon fungsional) dengan meningkatkan daya makan

per musuh alami. Beberapa tindakan antara lain:

a. pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator.

b. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami.

c. perlindungan dan dorongan musuh alami.

3. Pengendalian Secara Mekanis dan Fisik.

Mengendalikan menggunakan tindakan-tindakan antara lain Mematikan hama,

Mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal dengan cara non-pestisida,

mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai

bagi kehidupan OPT. Beberapa tindakan tersebut yaitu:

a. penghancuran dengan tangan. Cara ini dailkukan dengan mencari adanya hama dan

selanjutnya dilakukan pemusnahan. Fase hidup hama yang dikumpulkan dan

dibunuh adalah yang mudah dtemukan seperti telur dan larva. Atau dapat pula

mengumpulkan bagian tanaman yang terserang hama.

b. Menutup dengan jaring atau paranet. Dapat dilakukan untuk mencegah masuknya

atau mengganggunya ngengat yang akan berkembang biak pada tanaman.

c. Perangkap. Menggunakan alat perangkap yang disesuaikan berdasarkan jenis hama

dan fase hama yang akan ditangkap.

d. perlakuan panas. Faktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran, frekuenditas,

kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. Setiap perubahan faktor

fisik mempengaruhi berbagai parameter kehidupan tersebut.

e. penggunaan lampu perangkap. Dipengaruhi oleh adanya daya tarik serangga

terhadap cahaya lampu fungsi utama lampu ini hanya menarik perhatrian serangga

yang selanjutnya ketika sudah terkumpul dapat dikendalikan dengan ditangkap.

f. Suara. Penggunaan gelombang suara. Secara teoritik ada tiga metode

pengendalian menggunakan suara. Penggunaan intensitas suara yangs angat tinggi

sehingga dapat merusak serangga, Penggunaan suara lemah guna mengusir

Page 17: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

serangga, dan Merekam dan memperdengarkan suara yang diproduksikan serangga

guna mengganggu parilaku serangga sasaran.

4. Pengendalian Secara Kimiawi

Pengendalian dengan cara ini merupakan pengendalian yang biasanya dilakukan

sebagai alternatif terakhir. Karena kebanyakan masing menggunakan bahan kimia

sintetik yang membahayakan. Akan tetapi pada dasarnya penggunaan bahan kimia

untuk pengendalian OPT tidak serta merta membasmi keseluruhan opt dengan

membunuhnya. Bahan kimia yang banyak dikenal untuk melakukan pemberantasan

hama adalah pestisida. Di bidang pertanian penggunhaan pestisida mampu menekan

kehilangan hasil tanaman akibat serangan hama dan penyakit yang memungkinkan

peningkatan produksi pertanian dapat dicapai.

5. Pengendalian Secara Genetik

Pengendalian ini lebih ditujukan terhadap usaha-usaha rekayasa genetik untuk

menciptakan tanaman yang tahan terhadap serangan OPT tertentu ataupun dengan

memanipulasi genetik OPT sehingga opt tersebut tidak dapat berkembang biak.

Beberapa tindakan yang termasuk kedalam pembahasan bab ini adalah:

a. Penggunaan varietas tahan. Merupakan pengendalian paling efektif, murah dan

kurang berbahaya bagi lingkungan. Varietas tahan diperoleh melalui serangkaian

penelitian dengan memecahkan kelemahan dari hama tertentu. Teknik

pengembangan tanaman tahan hama sengaja memanfaatkan proses pembentukan

sifat ketahanan dan perlawanan tanaman terhadap serangan serangga herbivora yang

terjadi secara koevolusioner di alam. Beberapa contoh pengendalian ini adalah:

- penggunaan Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW) terbukti mampu

mengendalikan haam wereng coklat padi di Indonesia.

- Salah satu varietas jagung yang mengandung 2,4-hydroxy-7-methoxy-2H-1,4-

benxoaxazin-3(4H)-one (DIMBOA) pada jagung untuk memperoleh ketahanan

terhadap penggerek batang jagung Ostrinia (Untung, 2006).

b. Pengendalian Dengan Serangga Mandul. Disebut juga teknik otosidal merupakan

teknik pengendalian hama dengan pemab\ndulan serangga jantan, serangga betina

atau keduanya. Serangga mandul sudah mulai banyak diupayakan katrena

efektifitasnya mengurangi populasi serangga tersebut. Misalnya dengan melepas

jantan atau betina mandul, maka ketika terjadi perkawinan, tidak lah terbentuk

keturunan dan dalam jangka waktu tertentu akan sangat mengurangi populasi hama

tersebut. Beberapa contoh pengendalian dengan pemandulan hama:

Page 18: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

- Teknik pelepasan jantan mandul secara besar-besaran pernah dilakukan di Florida,

Puerto Rico dan Amerika Selatan untuk pengendalian “screwworm” Cochliomyia

hominivorax yaitu lalat ayang menyerang ternak.

- Dapat pula dipadukan dengan teknik pengendalian hayati, yaitu pelepasan telur

Habrobracon hebetor lebih efektif mengendalikan hama Ephestia cautella bila

jenis jantan dimandulkan terlebih dahulu.

6. Pengendalian Menggunakan Regulasi Atau Tata Peraturan.

Salah satu alternatif pengendalian OPT adalah dengan menggunakan peraturan

yang telah diterapkan pemerintah setempat. Peraturan-peraturan yang telah dibuat pada

dasarnya ditujukan untuk mempersempit penyebaran OPT ke daeerah lain maupun

mengatur tindakan-tindakan yang sekiranya dapat menimbulkan adanya serangan OPT.

Beberapa tindkan pengendalian menggubnakan regulasi diantaranya:

a. Karantina Tanaman Dan Binatang. Dengan adanya tata aturan mengenai karantina

yaitu suatu tindakan isolasi terhadap suatu barang dalam hal ini adalah tanaman dan

binatang sebelum di manfaatkan secara luas di suatu wilayah, maka penyebaran OPT

yang adpat disebabkan dari luar adaerah dapat dihindari. Dasar hukum pelaksanaan

karantina adalah UU No 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan

Tumbuhan. Beberapa contoh pengaruh karantina terhadap pencegahan penyebaran

adalah:

- Pemberian kategori Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) seprti

OPTK golongan 1 kategori A1 yaitu Corynebacterium flaccumfaciens, bakteri

yang menyerang benih kedelai yang masih beredar di USA.

- Klasifikasi OPTP (Organisme Pengganggu Tumbuhan Penting) misalnya pada

kasus OPTP penting adalah penyakit rebah kecambah (Phytium sp.),penyakit

Tilletia caries pada gandung yang sering terbawa oleh benih.

b. Program Pemberantasan dan Penekanan. Bebrapa tindakan pemberantasan dan

penekanan terhadap perkembangan OPT telah dilakukan antara lain:

- Mengganti tanaman Kopi Arabika yang notabene lebih enak akan tetapi mudah

terserang Hemilia vastatrix dengan Kopi robusta.

- Pemusnahan dengan membakar, menghancurkan maupun mengubur OPT maupun

bagian yang terserang untuk menghindari penyebaran.

Page 19: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

C. Penutup

Dari uraian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengendalian secara hayati berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkan

sumberdaya alam serta memanfaatkan proses-proses alami.

2. Penelitian tentang pengendalian OPT secara hayati tidak bertujuan untuk

meningkatkan produksi pertanian dalam jangka pendek, namun untuk mencapai

tingkat produksi stabil dan memadai dalam jangka panjang

3. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup terhadap OPT dengan penyakit yang

ditimbulkannya terutama kalau dikaitan dengan tanaman inang, pola tanam, system

pertanian, daya dukung lahan dan system pengendalian pada waktu tertentu perlu

diantisipasi dengan cermat dan baik.

4. Dalam menerapkan pengendalian hayati di lapangan, keperdulian unsur-unsur terkait

(peneliti/pakar, penyuluh/petugas proteksi tanaman, petani, tokoh masyarakat,

pengambil keputusan perlu terpadu dengan aktif.

5. Proses pengendalian hayati harus berkelanjutan dan kesempatan sebagai komponen

yang kuat dalam PHT akan terwujud dengan menggiatkan koordinasi untuk

melakukan eksplorasi, pengadaan agensia, penggunaan di lapangan dan evaluasi terus

menerus.

6. Peluang dan prospek pengendalian hayati penyakit tanaman cukup besar untuk

dikembangkan di Indonesia.

Page 20: Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

DAFTAR PUSTAKA

Guntur, Nova Dwi. Dkk. 2010. Pengaruh Atraktan Nabati Ekstrak Selasih (Ocimum sanctum l.) Dan Daun Wangi (Melaleuca bracteata l.) Terhadap Lalat Buah Jantan (Diptera: trypetidae) pada Tanaman Mentimun. Universitas Lampung. Lampung

Setiawati, A. Dkk. 2005. Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik Secara Kultur Teknik pada Tanaman Kentang. J. Hort. 15(4):288-296.

Suhaendah, Endah. Dkk. 2008. Uji Ekstrak Daun Suren Dan Beauveria Bassiana Terhadap Mortalitas Ulat Kantong Pada Tanaman Sengon. Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Jawa Barat

Untung, Kasumbogo. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Zulfitriany, D.M. dkk. 2004. Pemanfaatan Minyak Sereh (Andropogon nardus l.) Sebagai Atraktan Berperekat Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Pada Pertanaman Mangga. J. Sains & Teknologi, Desember 2004, Vol. 4 No.3: 123-129