makalah pend agama islam - satu

20
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................ i DAFTAR ISI................................................ ii PENDAHULUAN............................................... 1 LATAR BELAKANG............................................ 1 PEMBAHASAN................................................ 5

Upload: godzalli44

Post on 17-Feb-2016

44 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Menjelaskan tentang pendidikan agama islam pada anak usia dini, di TK al husna. berguna bagi guru yang akan membuat proposal skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

PENDAHULUAN..............................................................................................................1

LATAR BELAKANG........................................................................................................1

PEMBAHASAN.................................................................................................................5

Page 2: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

BAB II

PERMBAHASAN

A. TATA CARA PELAKSANAAN JANAIZ

1. MENJELANG AJAL

Apabila orang yang sakit sedang menghadapi ajalnya (sakaratulmaut), maka dianjurkan

bagi anggota keluarga atau yang hadir di tempat itu utk menciptakan suasana tenang dan tidak

gaduh, serta di sunnahkan untuk melakukan :

1. Talqin, yaitu menuntun orang yang sedang menghadapi ajalnya (sakaratulmaut)

untuk mengucapkan kalimat Laa ilaha illallah.

2. Menghadapkan ke arah kiblat dalam keadaan berbaring dengan posisi badan miring ke

sebelah kanan.

3. Membacakan surat Yaa Siin.

4. Menutupkan kedua matanya bila telah meninggal.

5. Menyelimutinya agar tidak terbuka, dan supaya rupanya yang berubah tertutup dari

pandangan.

6. Segera menyelenggarakan pemakamannya bila telah diyakini kematiannya (telah diakui

oleh dokter atau orang-orang yang telah berpengalaman/menyaksikan beberapa ematian

sebelumnya).

7. Membayar hutangnya.

2. SESAAT SETELAH MENINGGAL DUNIA (SEBELUM DIMANDIKAN, DIKAFANI,

DISHALATKAN, DAN DIKUBURKAN)

1. Diutamakan mengucapkan inna lillahi wa inna illahi raaji’uun dan berdo’a kepada Allah,

jika mengalami kematian salah seorang keluarganya, atau mendengar berita kematian

seorang muslimin / muslimat.

2. Disunnahkan memberitahukan kematian seseorang kepada kaum kerabat dan handai

taulannya.

3. Menangisi Mayat.

Para ulama telah ‘Ijma bahwa menagisi mayat itu hukumnya boleh, asal tidak disertai

ratapan dan pekikan.

4. Menangis Meraung-raung (An-niyahah)

Menangis dengan meraung-raung tidak diperbolehkan, bahkan ada beberapa hadits

yang mengharamkannya.

5. Dibolehkan berkabung bagi wanita yang keluraganya mengalami kematian.

6. Disunnahkan menyediakan makanan bagi keluarga yang meninggal.

7. Boleh menyediakan kain kafan dan makam sebelum meninggal.

Page 3: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

8. Sunnah meminta meninggal pada salah satu tanah suci, disunnahkan meminta meninggal

pada salah satu tanah suci Mekkah dan Madinah.

9. Pahala bagi orang yang kematian anak.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas, bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya : “Tidak

seorang manusia muslimpun, yang mengalami kematian tiga orang anak yang belum

dibebani dosa (belum baligh), kecuali akan dimasukkan Allah kedalam surga, disebabkan

belas kasihNya kepada anak- anak itu”.

10. Usia umat Muhammad SAW antara 60 hingga 70 tahun.

11. Ta’ziyah (melayat)

Melayat ahli mayat/keluarga yang ditinggalkannya itu sunnah dalam tiga hari sesudah ia

meninggal dunia, yang lebih baik adalah sebelum ia dikuburkan. Tujuan melayat adalah

menghibur ahli mayat/keluarga yang ditinggalkannya untuk selalu bersabar, jangan

berkeluh kesah, mendo’akan mayat supaya mendapatkan ampunan, dan juga supaya

malapetaka itu berganti dengan kebaikan.

3. PENYELENGGARAAN JENAZAH

Wajib hukumnya menyelenggarakan jenazah, hingga harus dimandikan, di kafani, dishalatkan,

dan di makamkan.

a) MEMANDIKNNYA HUKUMNYA

Jumhur ulama berpendapat bahwa memandikan mayat muslim hukumnya adalah Fardlu

Kifayah, artinya bila sudah dilaksanakan oleh sebagian orang, maka gugurlah kewajiban

seluruh Muslim.

A. MEMANDIKAN SEBAGIAN TUBUH MAYAT

Imam Syafi’i, Ahmad dan Ibnu Hazmin berpendapat bahwa hendaklah bagian tubuh

tersebut dimandikan, dikafani dan di sembahyangkan

B. ORANG YANG MATI SYAHID TIDAK DIMANDIKAN

Rasulullah SAW bersabda yang artinya : Janganlah kamu memandikan merekakarena setiap

luka atau setiap tetes darah akan semerbak dengan bau yang wangi pada hari kiamat.”

C. CARA MEMANDIKAN

Yang wajib dalam memandikan mayat itu ialah menyampaikan air satu kali keseluruh

tubuhnya, walaupun ia sedang junub atau haidh sekalipun. Lebih utama meletakkan mayat

ditempat yang gak tinggi, ditanggalkan pakaiannya dan ditaruh diatasnya sesuatu yang dapat

menutupi auratnya (Hal ini berlaku, jika mayat itu bukan mayat seorang anak kecil).

Ketika memandikan itu tidak boleh hadir kecuali orang yang diperlukan kehadirannya.

Dan hendaklah yang akan memandikan itu orang yang jujur, saleh dan dapat dipercaya, agar ia

Page 4: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

hanya menyiarkan dari pengalamannya nanti mana- mana yang baik dan menutupi mana-mana

yang jelek yang di temukan pada si mayat

Ia wajib berniat, karena dialah yang terpanggil untuk memandikannya. Setelah itu hendaklah

dimulainya dengan memijat perut mayat dengan lunak, untuk mengeluarkan isinya kalau ada.

Serta hendaklah dibersihkannya najis yang terdapat di badannya, dan ketika hendak

membersihkan auratnya, hendaklah dilapisinya tangan dengan kain, karena menyentuh aurat

itu hukumnya haram. Kemudian hendaklah diwudhukannya mayat itu seperti wudhu akan

sembahyang.

Setelah itu hendaklah dimandikan tiga kali dengan air dan sabun atau dengan air bidara, dengan

memulainya pada bagian kanan. Seandainya tiga kali itu tidak cukup, misalnya belum bersih

dan sebagainya, maka hendaklah dilebihinya menjadi lima atau tujuh kali. Jika telah selesai

memandikan mayat, hendaklah tubuhnya dikeringkan degan kain atau handuk yang bersih,

agar kain kafannya tidak basah ,lalu ditaruh diatasnya minyak wangi.

Jumhur ulama menganggap makruh memotong kuku, begitupun mencabut rambut kumis,

ketiak atau kemaluan mayat, walaupun sehelai. Tetapi Ibnu Hazmin membolehkannya. Mereka

sepakat bahwa seandainya dari dalam perutnya keluar sesuatu setelah mandi dan sebelum

dikafani, maka wajib mencuci tubuh yang kena najis itu. Tetapi tentang mengulangi kembali

memandikannya terdapat pertikaian. Ada ulama yang mengatakan tidak wajib. Ada pula ulama

yang mengatakan wajib mewudhukannya. Dan ada ulama yang berpendapat wajib mengulangi

mandi kembali.

Hikmah mencampur air dengan kapur barus seperti disebutkan oleh paraulama, ialah karena

baunya yang harum, justru pada saat hadirnya malaikat. Juga ia mengandung khasiat yang baik

untuk mengawetkan dan mengeraskan tubuh mayat hingga tidak cepat busuk, begitupun

untuk mengusir binatang-binatang buas. Dan seandainya kapur barus itu tidak ada, boleh

diganti dengan bahan- bahan lain yang mengandung semua atau sebagian dari khasiat-

khasiatnya.

D. TAYAMMUM BAGI MAYAT DI WAKTU TAK ADA AIR

Jika tak ada air, hendaklah mayat ditayammumkan, berdasarkan firman Allah SWT yang

artinya: ”jika kamu tidak memperoleh air, maka hendaklah bertayammum!”. (QS.An-Nisaa’ :

43). Dan sabda Rasulullah SAW yang artinya :

”Dijadikan tanah bagiku sebagai mesjid dan untuk pembersihan”.

Begitu juga ditayamumkan menjadi sangat di anjurkan, jika tubuh si mayat akan bertambah

hancur dan terpisah-pisah seandainya dimandikan. Juga wanita yang meninggal ditengah laki-

laki asing(tanpa ada muhrimnya), atau laki-laki yang meninggal ditengah wanita-wanita

asing(tanpa ada muhrimnya), maka hanya ditayamumkan saja, tidak perlu di mandikan.

Page 5: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

E. SUAMI MEMANDIKAN ISTERI ATAU SEBALIKNYA

Para fuqaha sependapat atas bolehnya wanita memandikan suaminya. Tetapi mereka berbeda

pendapat tentang boleh tidaknya suami memandikan isterinya.

F. WANITA MEMANDIKAN ANAK KECIL

Berkata Ibnul Mundzir: ”Semua ulama yang dikenal telah ijma’ bahwa wanita boleh

memandikan anak yang masih kecil

Page 6: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

b) MENGAFANI MAYAT

A. HUKUMNYA

Mengafani mayat dengan apa saja yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain,

hukumnya adalah fardhu kifayah.

B. HAL-HAL YANG DIUTAMAKAN

Mengenai kain kafan ini disunatkan hal-hal berikut :

1. Hendaklah bagus, bersih dan menutupi seluruh tubuh, dan Hendaklah putih warnanya

2. Hendaklah diasapi dengan kemenyan dan wangi-wangian

3. Bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedang bagi wanita lima lapis.

C. MENGAFANI MAYAT ORANG YANG SEDANG IHRAM

Jika seorang yang sedang melakukan ihram meninggal, maka ia dimandikan seperti orang yang

bukan ihram, dan dikafani dengan pakaian ihramnya itu. Kepalanya tidak ditutupi dan tidak

diberi minyak wangi, karena masih berlakunya hukum ihram kepadanya.

D. MAKRUH BERLEBIH-LEBIHAN DALAM KAIN KAFAN

Hendaklah kain kafan itu yang bagus tetapi tidak terlalu mahal harganya atau sampai seseorang itu

memaksakan sesuatu yang diluar kemampuannya.

E. KAIN KAFAN DARI HARTA / MODAL SENDIRI

Jika seorang meninggal dunia, dan ia meninggalkan harta, maka biaya mengafaninya diambilkan

dari hartanya itu. Seandainya ia tidak berharta, maka menjadi kewajiban bagi orang yang memikul

nafkahnya. Dan jika tidak ada orang yang wajib menafkahinya, maka kain kafannya diambilkan

dari perbendaharaan negara(Baitul mal) muslimin.

Page 7: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

c) MENYEMBAHYANGKAN JENAZAH

A. HUKUMNYA

Telah disepakati oleh imam-imam ahli fiqih bahwa menyembahyangkan mayat itu hukumnya

fardhu kifayah.

B. SYARAT-SYARATNYA

Shalat jenazah termasuk dalam ibadah shalat, maka disyaratkan padanya syarat-syarat yang telah

diwajibkan pada shalat-shalat fardhu lainnya, baik berupa kesucian yang sempurna dan bersih dari

hadats besar maupun kecil, menghadap kiblat dan menutup aurat.

D. RUKUN-RUKUNNYA

Rukun shalat jenazah adalah :

1. Berniat.

2. Berdiri bagi yang kuasa.

3. Empat kali takbir

4. Membaca Al-fatihah secara sir(bisik-bisik)

5. Membaca Shalawat Nabi secara sir(bisik-bisik)

Shalawat dan salam atas Nabi itu diucapkan dengan kalimat manapun juga. Dan seandainya

seseorang mengucapkan ”Allahumma shalli ’ala muhammad” maka itu sudah cukup. Tetapi

mengikuti apa yang diajarkan oleh Nabi SAW adalah lebih utama seperti: ”Ya Allah, limpahkanlah

karunia atas Nabi Muhammad serta keluarga muhammad,sebagaimana telah engkau limpahkan atas

Nabi Ibrahim serta keluarga Ibrahim, dan berilah berkah kepada Muhammad serta keluarga

Muhammad sebagaimana telah engkau berikan kepada Ibrahim serta keluarga Ibrahim, diantara

seluruh penduduk alam, sungguh engkau ya Allah, Maha Terpuji Lagi Maha Mulia”.

6. Berdoa

Disunnatkan mengucapkan salah satu doa dari doa-doa berikut :

6.1. Kata Abu Hurairah, ”Rasulullah SAW mengucapkan doa waktu shalat jenazah sebagai

berikut :

Page 8: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

Artinya: ”Ya Allah, Engkau Tuhannya, engkau yang menciptakannya, Engkau yang

menunjukinya menganut islam, dan Engkau pula yang mencabut nyawanya serta Engkau lebih

mengetahui batin dan lahirnya. Kami datang sebagai perantara untuk mohon pertolongan baginya,

maka ampunilah dosanya”.

(Hadist diatas diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud).

6.2. Diterima dari ’Aut bin Malik, katanya, ”Saya dengar Rasulullah SAW bersabda (yakni

ketika ia menyembahyangkan jenazah) :

Artinya: ”Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, maafkan dia, selamatkan dia, muliakan dia,

lapangkan tempatnya,dan bersihkanlah dia dengan air, air salju dan air embun. Sucikan dia dari

dosa sebagai halnya kain yang putih, bila disucikan dari noda. Dan gantilah rumahnya

dengantempat kediaman yang lebih baik, begitupun keluarga serta istrinya dengan yang lebih

berbakti, serta lindungilah dia dari bencana kubur dan siksa neraka”. (HR. Muslim).

6.3. Diterima dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW menyembahyangkan

jenazah, maka sabdanya waktu berdo’a :

Artinya: ”Ya Allah, berilah keampuan bagi kami, baik yang hidup maupun yang mati, yang kecil

atau yang besar, laki-laki atau wanita, yang hadir maupun sedang bepergian”. Ya Allah, siapa-siapa

yang Engkau wafatkan, mohon di wafatkan dalam keimana! Ya Allah, janganlah kami terhalang

buat beroleh pahalanya, dan janganlah kami disesatkan sepeninggalnya”. (HR. Ahmad dan Ash-

habus Sunan)

Dan jika jenazah tersebut seorang anak, disunatkan bagi yang menyembahyangkan mengucapkan

do’a :

Page 9: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

Artinya: ”Ya Allah, jadikanlah ia bagi kami sebagai titipan, sebagai imbuhan dan simpanan”

(HR. Bukhari dan Baihaqi dari ucapan Hasan) Berkata Nawawi : ”Jika yang meninggal itu

seorang anak kecil, laki-laki atau perempuan, cukuplah ia membaca : ”Ya Allah, berilah

keampuan bagi kami, baik yang hidup maupun yang mati”, tetapi ditambah dengan :

Artinya: ”Ya Allah, jadikanlah ia sebagi imbuhan bagi kedua orang tuanya, sebagai titipan dan

simpanan, menjadi cermin perbandingan dan pemberi syafa’at, dan beratkanlah denan timbangan

keduanya, dan limpahkanlah kesabaran atas hati mereka, serta hindarkanlah fitnah dari mereka

sepeninggalnya, dan janganlah mereka terhalang buat mendapatkan pahalanya” (HR. Bukhari dan

Baihaqi dari ucapan Hasan)

7. Do’a Setelah Takbir ke -empat

Disunatkan berdo’a setelah takbir ke-empat, walaupun seseorang telah berdoa setelah takbir ke-

tiga. Berkata Syafi’i setelah takbir ke-empat itu hendaklah membaca :”Allahumma la tahrimula

ajrahu wala taftinna ba’dahu (Ya Allah, janganlah kami terhalang buat beroleh pahalanya, dan

hindarkanlah fitnah dari kami sepeninggalnya)”.

8. Memberi Salam

d) KAIFIAT ATAU TATA CARA SHALAT JENAZAH

Setelah dipenuhinya semua syarat shalat hendaklah orang yang akan mengerjakan shalat

jenazah itu berdiri lurus dan berniat menyembahyangkan jenazah di depannya, lalu mengangkat

kedua tangan sambil membaca takbiratul ihram. Kemudian meletakkan tangan kanan diatas tangan

kiri dan mulai membaca Al-Fatihah. Setelah itu membaca takbir lagi dan membaca shalawat nabi,

lalu takbir ketiga dan berdo’a untuk jenazah, kemudian takbir ke-empat dan berdo’a lagi. Dan

akhirnya memberi salam.

A. TEMPAT BERDIRI IMAM TERHADAP MAYAT PRIA DAN WANITA

Menurut sunnah hendaklah imam berdiri sejajar dengan kepala jenazah laki- laki, dan sejajar

dengan pinggang jenazah perempuan.

B. MENYEMBAHYANGKAN JENAZAH LEBIH DARI SATU

Page 10: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

Jika kebetulan ada beberapa mayat, terdiri dari laki-laki atau wanita saja, hendaklah dibariskan

satu persatu diantara imam dan kiblat, agar semuanya berada di depan imam. Dan hendaklah

yang ditaruh di dekat imam itu yang lebih utama, lalu mereka di shalatkan bersama-sama sekaligus.

C. SUNAT MEMBENTUK TIGA SHAF, DAN MERATAKANNYA

Disunatkan bagi orang-orang yang menyalatkan jenazah itu membentuk tiga shaf dan berbaris

lurus. Berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Malik bin Hubairah, bahwa ia mendengar

Rasulullah SAW bersabda yang artinya : ”Tidak seorang mu’minpun yang meninggal, kemudian di

shalatkan oleh umat Islam yang banyaknya sampai tiga shaf, kecuali akan diampuni dosanya”. –

Oleh sebab itu Malik bin Hubairah selalu berusaha membentuk tiga shaf, jika jumlah orang yang

shalat jenazah itu tidak banyak”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah Juga oleh Turmudzi yang

menyatakannya hasan, serta oleh Hakim yang menyatakannya shahih)

E. ORANG YANG KETINGGALAN DALAM SHALAT JENAZAH

Orang yang ketinggalan membaca takbir dalam shalat jenazah, disunahkan untuk mengqadhanya

secara berturut-turut. Menurut Ibnu Umar, Hasan, Alyub Sakhtiyani, dan Auza’i, tidak perlu ia

mengqadho takbir yang tertinggal, tetapi terus memberi salam bersama Imam.

F. MENYALATKAN BAYI YANG KEGUGURAN

Janin (bayi) yang gugur yang belum berumur empat bulan dalam kandungan, tidaklah dimandikan

dan di shalatkan. Hanya di balut dengan secarik kain, lalu di tanam. Demikianlah pendapat fuqaha.

Jika janin (bayi) tersebut telah berusia empat bulan atau lebih dan menunjukkan ciri-ciri hidup,

maka menurut kesepakatan fuqaha, hendaklah dimandikan dan di shalatkan. Seandainya tidak

menunjukkan tanda-tanda hidup, maka menurut golongan Hanafi, Malik, Auza’i dan Hasan, tidak

lah perlu di shalatkan.

G. SHALAT TERHADAP ORANG YANG TEWAS DALAM MENGGELAPKAN HARTA

RAMPASAN, YANG BUNUH DIRI, DAN ORANG-ORANG DURHAKA LAINNYA

Jumhur ulama berpendapat bahwa orang yang menggelapkan harta rampasan, yang bunuh diri,

dan orang-orang durhaka lainnya hendaklah di shalatkan.

Berkata Ibnu Hazim :”Hendaklah di shalatkan setiap orang yang beragama Islam, baik ia seorang

yang budiman atau durjana, tewas sewaktu menjalani hukuman, waktu merampok, atau waktu

mendurhaka. Demikian juga halnya terhadap orang yang berbuat bid’ah, selama tidak jatuh

kepada kufur, juga terhadap orang yang bunuh diri atau membunuh orang lain. Walau ia adalah

orang yang paling jelek dimuka bumi ini, namun saat meninggal ia masih dalam keadaan Islam,

tidak berikrar/menyatakan keluar dari Islam, maka kita harus tetap berpedoman terhadap sabda

Nabi SAW ”Shalatkanlah sahabatmu”, sedangkan setiap muslim itu merupakan sahabat bagi kita.

Maka orang yang melarang menyolatkan seorang muslim, berarti ia telah mengeluarkan ucapan

yang berat sekali tanggung-jawabnya. Apalagi orang yang fasik itu lebih memerlukan do’a saudara-

saudaranya sesama mu’min, dari pada orang budiman yang di rahamti Allah.

Page 11: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

Diterima pula riwayat yang syah bahwa ’Atha’ menyalatkan anak zina, begitupun ibunya yang

melakukan perzinahan itu, sepasang orang yang dikutuk, orang yang di hukum pancung,

dihukum rajam, orang yang lari dari medan pertempuran lalu di bunuh. Kata ’Atha’ ”Saya tidak

meningglakan sholat terhadap orang yang membaca ’La ilaha illal lah”.

Qatadah juga mengatakan :”Sepengetahuanku tak seorangpun ulama yang menghindari shalat

terhadap orang yang mengucapakan ’La ilaha illal lah’”. Juga Hasan berkata :”Hendaklah

dishalatkan orang yang mengucapakan ’La ilaha illal lah’ dan ia sembahyang menghadap kiblat.

Hal itu merupakan syafa’at baginya.”

H. SHALAT TERHADAP ORANG KAFIR

Tidak boleh bagi seorang muslim menyalatkan orang kafir, berdasarkan firman Allah SWA yang

artinya : ”Dan janganlah kamu shalatkan seorangpun diatara mereka yang meninggal buat selama-

lamanya! Dan janganlah kamu berdiri di makamnya buat berdo’a. Mereka telah ingkar kepada

Allah dan Rasulnya”. (QS.At-Taubah:85), dan di ayat lain Allah berfirman : ”Tiadalah sepatutnya

bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang- orang

musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi

mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. Dan permintaan

ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang

telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu

adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah

seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun”. (QS.At-Taubah:113-114)

I. SHALAT DI MAKAM

Dibolehkan menyalatkan mayat yang telah dikubur pada sembarang waktu, walau ia telah di

shalatkan sebelum di kuburkan. Dari beberapa hadits diatas terlihat bahwa Rasulullah SAW

menyalatkan syuhada korban perang Uhud, setelah berselang masa delapan tahun.

J. SHALAT GHAIB

Boleh melakukan shalat terhadap mayat yang ghaib, yang jenazahnya tidak ada dihadapan kita.

Tata cara pelaksanaannya sama dengan shalat jenazah yang telah di bahas sebelumnya. Berkata

Ibnu Hazmin : ”Mayat ghaib itu di shalatkan secara berjama’ah dengan memakai imam. Rasulullah

SAW telah menyalatkan Najasyi ra yang mangkat di Habsyi bersama para sahabat yang berdiri

bershaf- shaf. Hal ini merupakan ijma’ yang tak dapat diingkari.

e) MENGUBURKAN

A. MEMBAWA JENAZAH KE KUBUR

Sesudah Mayat dimandikan, di kafani, dan di shalatkan, lalu di bawa ke kubur, dipikul pada emapt

penjuru. Berjalan membawa jenazah hendaklah dengan segera. Berjalan mengantarkan jenazah

adalah suatu amal kebaikan. Caranya, sebagaian ulama berpendapat bahwa orang yang

Page 12: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

mengantarkan jenazah itu sebaiknya berjalan lebih dahulu dari mayat (mazhab Syafi’i); sedangkan

sebagian ulama yang lain berpendapat, sebaiknya orang yang mengantar itu berjalan di belakang

mayat (mazhab Abu Hanifah).

B. MENGUBURKAN MAYAT

Kewajiban yang keempat terhadap mayat ialah menguburkannya. Hukum menguburkan mayat

ialah fardhu kifayah atas yang masih hidup. Dalamnya kuburan sekurang-kurangnya tidak tercium

bau busuk mayat itu dari atas kubur dan tidak bisa dibongkar olEh binatang buas. Sebab tujuan

menguburkan mayat adalah untuk menjaga kehormatan mayat itu dan menjaga kesehatan orang-

orang yang berada di sekitar tempat itu.

Lubang kubur disunatkan memakai lubang lahat jika tanah pekuburan itu keras. Lubang lahat

adalah relung di lubang kubur tempat meletakkan mayat, kemudian di tutup dengan papan, bambu

atau sebagainya.

C. BEBERAPA SUNAT YANG BERKAITAN DENGAN KUBUR

Page 13: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

1. Ketika memasukkan mayat ke dalam kubur, disunnahkan menutupi bagian atas dengan kain atau

yang lainnya kalau mayat itu perempuan.

2. Kuburan itu disunahkan ditinggikan kirta-kira sejengkal dari tanah biasa, agar bisa diketahui.

3. Kuburan lebih baik didatarkan dari pada di munjungkan

4. Menandai kuburan dengan batu atau yang lainnya disebelah kepalanya

5. Menaruh kerikil (batu-batu kecil) diatas kuburan

6. Meletakkan pelepah yang basah diatas kuburan.

7. Menyiram kuburan dengan air

8. Sesudah mayat dikuburkan, orang yang mengantarkannya disunnahkan berhenti sebentar untuk

mendo’akannya (memintakan ampun dan minta supaya ia mempunyai keteguhan dalam menjawab

pertanyaan malaikat.

D. LARANGAN YANG BERKAITAN DENGAN KUBURAN

1. Menembok kuburan

2. Duduk diatasnya

3. Membuat rumah diatasnya

4. Membuat tulisan-tulisan diatasnya

5. Membuat pekuburan menjadi masjid

E. MEMINDAHKAN MAYAT

Hukum membawa mayat dari negeri tempat meninggalnya untuk di kuburkan di negeri lain,

sebagian ulama berpendapat bahwa hukumnya haram, karena di khawatirkan akan merusak

kehormatan si mayat. Tetapi sebagian ulama lain berpendapat hal itu tidak ada halangan, asal terjaga

dengan baik, karena asal hukum sesuatu adalah harus (boleh), sementara untuk hal ini tidak ada dalil

yang mengharamkannya.

F.MEMBONGKAR KUBURAN

Apabila mayat sudah dikubur tidak boleh dibongkar (haram dibongkar) karena hal itu akan

merusak kehormatan si mayat kecuali terjadi beberapa hal berikut :

1. Mayat yang di kubur belum di mandikan, atau belum dikafani

2. Mayat yang di kubur belum di shalatkan

3. Mayat yang di kubur tidak menghadap ke kiblat

4. Dikuburkan di tanah yang dirampas

5. Dikuburkan dengan kain yang di rampas, sedangkan si pemilik minta dikembalikan

6. Jatuh suatu barang yang berharaga kedalam kuburan tersebut

Jika terjadi salah satu dari hal-hal tersebut diatas, maka kuburan boleh di bongkar selama mayat belum

membusuk. Sementara membongkar kuburan yang sudah lama, tidak ada halangan asal mayat sudah

Page 14: MAKALAH Pend Agama Islam - Satu

hancur. Untuk mengetahui berapa lamanya baru hancur, hendaklah ditanyakan kepada yang ahli

tentang hal itu, karena keadaan tempat tidak sama, bergantung kepada keadaan tanah ditempat itu,

kering atau basah.

Ta’ziah atau melawat adalah berkunjung ke rumah orang yang sedang tertimpa musibah kematian,

untuk menghiburnya. Dalam hal ini kita dianjurkan menguatkan mental mereka dan menasehatinya

agar mereka tetap bersabar. Selain itu kita dianjurkan memberikan sumbangan baik berupa uang

maupun makanan. Sebab keluarga yang tertimpa musibah sibuk dengan kesedihan masing-masing,

sehingga tidak sempat menjamu para tamu yang datang. Abullah bin Ja’far ra. mengatakan, sewaktu

datang berita terbunuhnya Ja’far, Rosulullah saw. bersabda, "Hendaklah kamu membuat makanan

untuk keluarga Ja’far, karena telah datang kepada mereka sesuatu yang menyibukkan mereka".(HR.

Imam yang lima, kecuali Nasai)