makalah pai

24
i

Upload: reditha-rositadewi

Post on 25-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pandangan Islam terhadap IPTEK dan seni

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

iKATA PENGANTAR

DAFTAR ISIiiiiiDAFTAR GAMBAR

1BAB I

HYPERLINK \l "_Toc418647388" PENDAHULUAN

11.1.Latar Belakang

11.2.Rumusan Masalah

11.3.Tujuan

21.4.Manfaat

3BAB II

HYPERLINK \l "_Toc418647394" PEMBAHASAN

32.1. Pengertian Iptek dan Seni

62.2 Pengertian Seni

72.3. Paradigma Hubungan Agama dan Iptek

92.4. Pandangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

112.5. Integrasi Iman, Iptek, dan Seni

14BAB III

HYPERLINK \l "_Toc418647401" PENUTUP

143.1.Kesimpulan

143.2. Saran

15DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

4Gambar 1. Pohon Ilmu

5Gambar 2. Rumusan Nilai Luhur Pembangunan Iptek Nasional

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIptek dan seni merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Iptek telah banyak memanjakan manusia untuk dapat melakukan segala sesuatu dengan instan dan mengharapkan hasil yang paling maksimal. Di abad ke-21 ini, iptek telah banyak dikuasai oleh bangsa-bangsa barat, sehingga terkadang kemajuan iptek tidak sejalan dengan agama. Iptek bukannya menambah pengetahan yang baik dan menuntun ke jalan yang benar, tetapi justru membuat manusia semakin lalai karena telah termanjakan oleh segala kemudahannya.

Demikian pula dengan seni, seni dalam Islam mengandung unsur-unsur keindahan yang diterapkan dalam hal-hal spiritual, seperti dalam tilawah dan kaligrafi. Namun sejalan dengan kemajuan iptek, perkembangan seni juga semakin terpengaruh oleh budaya barat yang tidak sesuai dengan syriat Islam. Dalam budaya barat, seni terkadang dianggap tidak dapat dibatasi, ekspresi jiwa seseorang dianggap tidak ada batasnya. Oleh karena itu banyak kesenian yang justru membuat manusia tersesat dalam kemaksiatan. Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan kita sebagai generasi muda umat Islam dapat mengetahui kebenaran dibalik kemajuan iptek dan seni serta dapat membentengi diri dari iptek dan seni yang menyesatkan.1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengertian iptek dan seni?

2. Bagaimana paradigma hubungan agama dengan iptek?

3. Bagaimana integrasi iman, iptek dan seni?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Memahami dan menjelaskan pengertian dari iptek dan seni.2. Memahami, menganalisa, dan menjelaskan hubungan agama dengan iptek.

3. Memahami, menganalisa dan menjelaskan integrasi iman, iptek dan seni.

1.4. ManfaatManfaat dari penulisan makalah ini adalah dengan tulisan ini pemanfaatan iptek dan seni yang benar menurut Islam dapat dimengerti. Selain itu, dengan pengetahuan ini iptek dan seni yang tidak sesuai ajaran Islam dapat dihindari. Sebagai umat Islam mencari ilmu merupakan suatu kewajiban, sehingga dengan berbagi sedikit ilmupun akan membawa pahala yang barokah.BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Iptek dan SeniIlmu dalam Bahasa Inggris science, yang berarti pengetahuan. Kata ini berasal dari bahasa latin, scientia yang diturunkan dari kata scire yang berarti mengetahui (to know) dan belajar (to learn). Secara etimologi, ilmu berarti kejelasan. Dalam hal ini ilmu berarti sesuatu pengetahuan yang telah teruji sehingga menghasilkan kebenaran yang obyektif. Sedangkan pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Secara terminologi, pengertian ilmu sekurang-kurangnya mencakup tiga hal, yaitu pengetahuan, aktivitas, dan metode untuk mendapatkan pemahaman terhadap pengertian ilmu.

Dari berbagai ragam ilmu pengetahuan yang berinduk dari filsafat tersebut pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

a. Ilmu-ilmu Alamiah (Natural Sciences), yang meliputi fisika, kimia, astronomi, biologi, botani dan sebagainya.

b. Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciences), yang terdiri dari sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, politik, sejarah, hukum dan sebagainya.

c. Ilmu-ilmu budaya (Humanities), yang terdiri dari cinta kasih, agama, ilmu, budaya, kesenian, bahasa, kesusastraan dan sebagainya.

Gambar 1. Pohon IlmuSecara etimologis, teknologi berasal dari kata "techne" yang berarti suatu rangkaian yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek atau prinsip-prinsip atau metode dan seni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi dari teknologi adalah

1) Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan

2) Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang- barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Sehingga yang dimaksud dengan teknologi adalah suatu benda atau objek yang diciptakkan oleh manusia yang bisa bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia, yang merupakan produk dari ilmu. Teknologi yang diciptakkan oleh manusia pada mulanya hanya sebuah alat-alat sederhana namun besar akan manfaatnya. Dengan inovatif nya manusia membuat teknologi sangat cepat berkembang. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk mendayagunakan iptek diperlukan nilai-nilai luhur agar dapat dipertanggungjawabkan. Berikut rumusan 4 nilai luhur pembangunan Iptek nasional (Prasetyo, 2011).1. Accountable, penerapan Iptek harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, lingkungan, finansial bahkan dampak politis.2. Visionary, pembangunan ipek memberikan solusi strategis dan jangka panjang, tetapi taktis dimana kini tidak bersifat sektoral dan hanya memberi implikasi terbatas.3. Innovative, asal katanya adalah innovere yang artinya temuan baru yang bermanfaat. Nilai luhur dari pembangunan iptek artinya dapat berorientasi pada segala sesuatu yang baru, dan memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya untuk memproduksi inivasi baru dalam upaya inovatif untuk mendapatkan produktifitas.4. Excellence, keseluruhan tahapan pembanguna iptek mulai dari fase inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, implikasi pada bangsa harus baik, yang terbaik atau berusaha menuju terbaik. Pesatnya kemajuan iptek untek memperkuat posisi daya saing Indonesia dalam kehidupan global.

Gambar 2. Rumusan Nilai Luhur Pembangunan Iptek NasionalPeran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia (Munawar, 2002).

2.2 Pengertian SeniKata seni adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata sani yang kurang lebih artinya Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa. Namun menurut kajian ilimu di Eropa mengatakan art (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan.

Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indak atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk didalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada perbedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian ini ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia. Juga terdapat di Barat pada masa lampau (Prasetyo, 2011).

Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Quran mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-retak? [QS 50: 6].

2.3. Paradigma Hubungan Agama dan Iptek

Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam, yaitu agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan muamalah dan uqubat/sistem pidana). Dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 190 191 yang artinya :Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.Dari ayat diatas menjelaskan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dipelajari dan dimiliki. Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma :Pertama, paradigma sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia denganTuhannya. Agama tidakmengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan IPTEK tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan. Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx (w. 1883) yang memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx mengatakan:Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of the heartless just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the people. (Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit dari situasi yang ruh/spirit. Agama adalah candu bagi rakyat) .

Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan IPTEK. IPTEK bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan IPTEK. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis. Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentanganpertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan. Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan iptek.

Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits-- menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia. Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun (artinya) : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. (Qs. Al-Alaq : 1). Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan prestasi cemerlang dari paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan IPTEK Dunia Islam antara tahun 700 M - 1400 M. Pada masa inilah dikenal nama-nama seperti :1.Jabir bin Hayyan (721 M) sebagai ahli kimia termasyhur,2.Al-Khawarizmi (780 M) sebagai ahli matematika dan astronomi, 3.Al-Battani (858 M) sebagai ahli astronomi dan matematika, 4.Al-Razi (884 M) sebagai pakar kedokteran, ophtalmologi, dan kimia, 5.Tsabit bin Qurrah (908 M) sebagai ahli kedokteran dan teknik, dan masih banyak lagi.

2.4. Pandangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Agama Islam banyak memberikan penegasan mengenai ilmu pengetahuan baik secara nyata maupun secara tersamar, seperti yang disebut dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya sebagai berikut :

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Maksudnya sebagai berikut : Sama-sama dari kelompok yang beriman, maka Allah SWT akan masih meninggikan derat bagi mereka, ialah mereka yang berilmu pengetahuan.

Orang berilmu pengetahuan berarti menguasai ilmu dan memilki kemampuan untuk mendapatkan dan menjelaskannya. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan antara lain adanya sarana tertentu, yakni yang disebut berpikir. Jelasnya berpikir pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, apabila di dalam Al-Quran sering-sering disebut dengan kata-kata berpikir atau berpikirlah dan sebagainya. Dalam arti langsung maupun dalam arti sindiran dapat kita artikan juga sebagai perintah untuk mencari atau menguasai ilmu pengetahuan.

Dalam Al-quran dan Hadist sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan hubungan tentang ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan serta pemanfaatannya yang kita sebut Iptek. Hubungan tersebut dapat berbentuk semacam perintah yang mewajibkan, menyuruh mempelajari, pernyataan-pernyataan, bahkan ada yang berbentuk sindiran. Kesemuanya itu tidak lain adalah menggambarkan betapa eratnya hubungan antara Islam dan Iptek sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tegasnya hubungan antara Islam dan Iptek adalah sangat erat dan menyatu.

Dalam pandangan Islam, Iptek juga di gambarkan sebagai cara mengubah suatu sumber daya menjadi sumberdaya lain yang lebih tinggi nilainya, hal ini tercoverr dalam surat Ar-Rad syat 11, yaitu :

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya Al-Quran telah mendorong manusia untuk berteknologi supaya kehidupan mereka meningkat. Upaya ini harus merupakan rasa syukur atas keberhasilannya dalam merubah nasibnya. Dengan perkataan lain, rasa syukur atas keberhasilannya dimanifestasikan dengan mengembangkan terus keberhasilan itu, sehingga dari waktu kewaktu keberhasilan itu akan selalu maningkat terus.

Pada masa Nabi sudah ada penemuan-penemuan yang bisa dinamakan dengan Iptek, sepertihalnya Iptek dalam dunia pertanian. Para sahabat Nabi pernah melalukan pembuahan buatan (penyilangan atau perkawinan) pada pohon kurma. Lalu Nabi menyarankan agar tidak usah melakukannya. Kemudian ternyata buahnya banyak yang rusak dan setelah itu dilaporkan kepada Nabi, maka Nabi berpesan Abirruu antum alamu biumuuri dunyaakum (lakukanlah pembuahan buatan! Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian). Di dalam Al-Quran disebutkan juga secara garis besar, tentang teknologi. Yaitu tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, tentang penciptaan mahluk hidup, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya, dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada di sekelilingnya, meskipun Al-Quran bukan buku kosmologi, atau biologi, atau sains pada umumnya, namun Al-Quran jauh sekali dalam membicarakan teknologi.

Dari beragam uraian di atas bahwasanya kita dapat melihat sendiri bagaimana pandangan Islam terhadap Iptek. Dalam pedoman utamanya (Al-Quran), banyak disebutkan sesuatu hal yang berkaitan dengan Iptek, hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat erat sekali dengan Iptek. Jadi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini merupakan wujud dari implikasi Al-Quran yang sebenarnya. 2.5. Integrasi Iman, Iptek, dan Seni

Islam merupakan ajaran yang sempurna, kesempurnaannya terkandung dalam inti ajarannya . Ada 3 inti ajaran Islam yaitu Iman, Islam dan Ikhsan yang ketiganya merupakan inti ajaran agama Islam yang disebut Dinul Islam. Di dalam Al-Quran surah Ibrahim : 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau akidah, syariah dan akhlak dengan menganalogkan bangunan Dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Iman diidentikkan dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon identik dengan teknologi dan seni.

Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal sholeh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal sholeh apabila perbuatan baik tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Iptek yang lepas dan keimanan serta ketakwaan tidak akan bernilai ibadah juga tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.

Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan tersebut tidak dibangun atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya dengan perkembangan iptek yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk berpikir hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT, akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji dalam Q.S 58(Al-Mujadalah):11:Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah: 11)

Menurut Al-Gazhali bahwa makhluk yang paling mulia adalah manusia, sedangkan sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya, tugas utama pendidik adalah menyempurnakannya, membersihkan dan mengiringi peserta didik agar hatinya selalu dekat kepada Allah swt, melalui perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, para pendidik akan selalu dikenang oleh anak didiknya. Kemudian al-Gazhali memberikan argumentasi yang kuat, baik berdasarkan al-Quran as Sunnah, maupun argumentasi secara rasional. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa mengajarkan ilmu bukan hanya termasuk aspek ibadah kepada Allah swt, melainkan juga termasuk khalifah Allah swt, karena hati orang alim telah dibukakan oleh Allah SWT.

Keutamaan orang yang berilmu menurut Al-Ghazali yaitu Bagaikan matahari, selainmenerangi dirinya juga penerang orang lain. Dan bagaikan minyak kasturi yang selalu menyebarkan keharuman bagi orang yang berpapasan dengannya.

Allah memberikan kita alam dengan potensi yang melimpah yang bisa kita pakai untuk kebutuhan rohani, kebutuhan lahiriah namun di sisi lain Allah juga memerintahkan kita untuk mengembangkannya, tetap menjaga eksistensinya guna memenuhi kebutuhan anak cucu kita selanjutnya. Hal itu merupakan tanggung jawab ilmuwan terhadap lingkungan Mengabdi kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

1. Mengabdi langsung kepada Allah (vertikal)

2. Menjaga hubungan sesama manusia (horizontal)

3. Dan hubungan kita dengan alam sekitar (diagonal).

Tujuan pendidikan sebenarnya mengisyaratkan, proses dan hasil harus mempertimbangkan keseimbangan dan keserasian aspek pengembangan intelektual dan aspek spiritual (rohani), tanpa memisahkan keduanya secara dikhotomis. Namun praktiknya, aspek spiritual seringkali hanya bertumpu pada peran guru agama. Ini dirasakan cukup berat, sehingga pengembangan kedua aspek itu tidak berproses secara simultan. Upaya melibatkan semua guru mata ajar agar menyisipkan unsur keimanan dan ketakwaan (Imtaq) pada setiap pokok bahasan yang diajarkan, sesungguhnya telah digagas oleh pihak Departeman Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai pandangan Islam terhadap iptek dan seni, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.1. Ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia yang telah teruji sehingga menghasilkan kebenaran yang obyektif. Teknologi adalah suatu benda atau objek yang diciptakkan oleh manusia yang bisa bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia, yang merupakan produk dari ilmu. Seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif.2. Paradigma hubungan agama dan iptek terbagi menjadi 3, yaitu paradigma sekuler, paradigma sosialis, dan paradigma Islam.

3. Penerapan iptek dan seni dalam kehidupan manusia harus sejalan dengan agama. Iptek yang boleh dimanfaatkan adalah iptek yang sesuai dengan syariah Islam. Seni yang boleh diterapkan dalam kehidupan manusia merupakan seni yang tidak menyimpang dari ajaran Islam dan tidak menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan.3.2. Saran

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali hal yang perlu diperhatikan terkait dengan penerapan iptek dan seni yang sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai umat Islam sebaiknya kita lebih memperdalam lagi keilmuan kita tentang syariat Islam agar terhindar dari kesalahan akibat ketidaktahuan terhadap hukum halal dan harap terhadap semua perkara.

DAFTAR PUSTAKAMunawar, S. A. (2002). Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat Press.Prasetyo, F. B. (2011). Iptek dan Seni dalam Islam. Purworejo: Politeknik Sawunggalih.

i