makalah nuzulul quran

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al quran adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada umat manusia. Al Quran sendiri dalam proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur- angsur dan bermacam-macam nabi menerimanya. Sebagaimana dalam perjalanan pembukuan al Quran yang banyak mengalami hambatan sampai banyaknya para penghafal al quran yang meninggal, maka dalam proses aplikasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga sangat banyak kendalanya. Kita mengenal turunnya al quran sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka setiap bulan 17 Ramadhan kita mengenal yang namanya Nuzulul Quran yaitu hari turunnya al Quran. Dalam penurunan al Quran terjadi di dua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat yang turun di Mekkah disebut dengan Makkiyah sedangkan surat yang turun di Madinah disebut dengan surat Madaniyah. Dan juga dalam pembedaan itu terjadi banyak perbedaan antara para ahli Quran apakah ini surat Makkiyah atau surat Madaniyah. Maka dari permasal;ahan diatas tercetus dalam benak kami ingin mengulas tentang Nuzulul Quran sejarah turunnya Al-Quran. Maka untuk itu pertanyaan ini akan mengantarkan pembahasan kami tentang turunnya al-Quran. 1.2 Rumusan Masalah 1. Asbabul Nuzul Al-Qur’an ? 2. Turunnya Al-Qur’an surat pertama sampai terakhir ? 1

Upload: rijal-setiawan

Post on 06-Sep-2014

4.204 views

Category:

Spiritual


13 download

DESCRIPTION

MAKALAH NUZULUL QURAN

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah nuzulul quran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al quran adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad

Saw untuk disampaikan kepada umat manusia. Al Quran sendiri dalam proses penurunannya

mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur dan

bermacam-macam nabi menerimanya. Sebagaimana dalam perjalanan pembukuan al Quran

yang banyak mengalami hambatan sampai banyaknya para penghafal al quran yang

meninggal, maka dalam proses aplikasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga sangat

banyak kendalanya. Kita mengenal turunnya al quran sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka

setiap bulan 17 Ramadhan kita mengenal yang namanya Nuzulul Quran yaitu hari turunnya al

Quran. Dalam penurunan al Quran terjadi di dua kota yaitu Madinah dan Mekkah. Surat yang

turun di Mekkah disebut dengan Makkiyah sedangkan surat yang turun di Madinah disebut

dengan surat Madaniyah. Dan juga dalam pembedaan itu terjadi banyak perbedaan antara

para ahli Quran apakah ini surat Makkiyah atau surat Madaniyah. Maka dari permasal;ahan

diatas tercetus dalam benak kami ingin mengulas tentang Nuzulul Quran sejarah turunnya Al-

Quran. Maka untuk itu pertanyaan ini akan mengantarkan pembahasan kami tentang turunnya

al-Quran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Asbabul Nuzul Al-Qur’an ?

2. Turunnya Al-Qur’an surat pertama sampai terakhir ?

3. Perjalanan pembukuan Al-Qur’an ?

4. Ilmu Makkiyah dan Madaniyah ?

1.3 Tujuan

1. Dasar pengetahuan baru dalam sejarah Islam

2. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Studi Qur’an

3. Sebagai langkah awal dalam memahami seluk beluk turunnya Al-Qur’an

4. Sebagai salah satu sarana penunjang dalam proses belajar mengajar

5. Sebagai sarana telaah pendidikan

1

Page 2: Makalah nuzulul quran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asbabul Nuzul Al-Qur’an

Al-quran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang

terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang di dasarkan pada

keimanan kepada Allah dan risalahnya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-

kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.

Sebagian besar Quran pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi

kehidupan para sahabat bersama rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah,

bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan

hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah

untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Quran turun untuk peristiwa khusus

tadi atau untuk pertanyan yang muncul itu. Hal seperti itulah yang dinamakan asbabul nuzul.

A. Perhatian para ulama terhadap Asbabun Nuzul

Para penyelidik ilmu-ilmu Quran menaruh perhatian besar terhadap pengetahuan

tentang Asbabun Nuzul. Untuk menafsirkan Quran ilmu ini diperlukan sekali, sehingga ada

pihak yang mengkhususkan diri dalam pembahasan mengenai bidang itu. Yang terkenal

diantaranya ialah Ali bin Madini, guru Imam bukhari, kemudian al-Wahidi dalam kitabnya

Asbabun Nuzul, kemudian al-jabari yang meringkaskan kitab al-wahidi dengan

menghilangkan isnad-isandnya, tanpa menambahkan sesuatu. Menyusul Syaikhul Islam Ibn

Hajar yang mengarang satu kitab mengenai Asbabun Nuzul, satu juz dari naskah kitab ini

didapatkan oleh As-suyuti, tetapi ia tidak dapat menemukan seluruhnya, kemudian As-suyuti

yang mengatakan tentang dirinya: dalam hal ini, aku telah mengarang satu kitab lengkap,

singkat dan sangat baik serta dalam bidang ilmu belum ada dalam satu kitab pun dapat

menyamainya. Kitab ini dinamakan libabul manqul fi asbabin nuzul.

B. Pedoman mengetahui Asbabun Nuzul

Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui Asbabun Nuzul ialah riwayat shahih

yang berasal dari riwayat Rasulullah atau dari sahabat. Itu disebabkan pemberitahuan seorang

sahabat mengenai hal seperti ini, maka hal itu bukan sekedar pendapat (ra’yi) tetapi ia

mempunyai hukum marfu’ (disandarkan pada Rasulullah). Al-wahidi mengatakan : tidak halal

berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab Al-Quran kecuali dengan berdasarkan pada

riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui

sebabnya dan membahas tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam

2

Page 3: Makalah nuzulul quran

mencarinya. Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama salaf. Mereka amat berhati-hati untuk

mengatakan sesuatu mengenai asbabun nuzul tanpa pengetahuan yang jelas. Muhammad bin

sirin mengatakan : ketika kutanyakan kepada Ubaidah mengenai satu ayat Al-Quran. Di

jawabnya bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar orang-orang yang mengetahui

mengenai apa Al-Quran itu diturunkan telah meninggal.

Maksudnya, para sahabat. Apabila seorang tokoh ulama macam ibn sirin, yang

termasuk tokoh tabiin terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai riwayat

dan kata-kata yang menentukan, maka hal itu menunjukkan orang harus mengetahui dengan

benar asbabun nuzul tersebut. Oleh karena itu yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun

nuzul adalah riwayat ucapan-ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad, yang secara

pasti menunjukkan asbabun nuzul. As-suyuti berpendapat bahwa bial ucapan para tabiin

menunjukkan secara jelas bahwa asbabun nuzul, maka ucapan itu dapat diterima. Dan

mempunyai kedudukan mursal bila penyandaran kepada tabiin itu benar dan itu dan ia

termasuk salah seorang imam tafsir yang mengambil ilmunya dari para sahabat, seperti

mujahid, Ikrimah dan said bin jubair serta didukung oleh hadis mursal lain.

Al-wahidi telah menetang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap

riwayat asbabun nuzul. Bahkan ia menuduh ia pendusta dan mengingatkan mereka atas

ancaman berat, dengan mengatakan : sekarang, setiap orang suka mengada-ngada dan berbuat

dusta. Ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa memikirkan ancaman berat

bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat.

C. Definisi Sebab Nuzul

Setelah diselidiki, sebab turunnya sesuatu ayat itu berkisar pada dua hal:

1. Bila terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Quran mengenai peristiwa itu. Hal

itu seperti diriwayatkan dari ibn Abbas, yang mengatakan, ketika turun : dan peringatkanlah

kerabat-kerabatmu yang terdekat, Nabi pergi dan naik ke bukit safa, lalu berseru: wahai

kaumku! Maka mereka berkumpul ke dekat nabi. Ia berkata lagi bagaimana pendapatmu bila

aku beritahukan kepadamu bahwa dibalik gunung ini ada sepasukan berkuda yang hendak

menyerangmu, percayakah kamu apa yang kukatakan? Mereka menjawab: Kami belum

pernah melihat engkau berdusta.

Dan nabi melanjutkan: Aku memperingatkan kamu tentang siksa yang pedih. Ketika

itu Abu Lahab lalu berkata. Celakalah engkau: apakah engkau mengumpulkan kami hanya

untuk urusan ini? Lalu ia berdiri maka turunlah ayat ini: celakalah kedua tangan Abu Lahab

2. Bila Rasullah ditanya tentang suatu hal, maka turunlah ayat Al-Quran yang mengenai

hukum terebut. Hal itu seperti khaulah binti salabah dikenakan zihar oleh suaminya, aus bin

3

Page 4: Makalah nuzulul quran

samit. Lalu ia datang kepada Rasulullah mengadukan hal tersebut. Aisah berkata: maha suci

Allah yang pendengarannya meliputi segalanya. Aku mendear ucapa khaulah binti

salabah.sekalipun tidak seluruhnya, ia mengadukan suaminya kepada Rasulullah katanya:

Rasulullah suamiku telah menghabiskan masa mudaku dan sudah beberapa kali aku

mengandung karenanya, sekarang, setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi, ia

menjatuhkan zihar kepadaku! Ya Allah sesunggauhnya aku mengadu kepadamu. Aisyah

berkata: tiba-tiba jibril turun membawa ayat-ayat ini: Sesungguhnya Allah telah mendengar

perkataan perempuan yang mengadu kepadamua tentang suaminya. Yakni aus bin samit.

Tetapi hal ini tidak berarti bahwa setiap orang harus mencari sebab turunnya setiap ayat,

karena tidak semua ayat Al-Qur’an diturunkan karena timbul suatuperistiwa dan kejadian,

atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada diantara ayat Al-Quran yang diturunkan sebagai

permulaan, tanpa sebab mengenai akidah, iman, kewajiban Islam dan syariat Allah dalam

kehidupan pribadi dan sosial. Al-jabari menyebutkan: Al-Quran ditrunkan dalam dua

kategori, yang tirun tanpa sebab, dan yang turun karena suatu peristiwa atau pertanyaan. Oleh

sebab itu, maka Asbabun nuzul di definisikan sebagai sesuatu hal yang karenanya Al-Quran

diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hari itu terjadi, baik berupa

peristiawa maupun pertanyaan.

Rasanya suatu hal yang berlebihan bila kita memperluas pengertian asbabun nuzul

dengan membentuknya dari berita-berita tentang generasi terdahulu dan peristiwa-peristiwa

masa lalu. As-suyuti dan orang-orang yang banyak memperhatikan Asbabun Nuzul

mengatakan bahwa ayat itu tidak turun disaat-saat terjadinya sebab. Ia mengatakan demikian

itu karena hendak atau membatalkan apa yang dikatakan oleh wahidi dalam menafsirkan suah

Al-Fiil, bahwa sebab turun surat tersebut adlah kisah datangnya orang-orang habsyah. Kisah

ini sebenarnya sedikit pun tidak termasuk asbabun nuzul. Melainkan termasuk kategori berita

peristiwa masa lalu, seperti halnya kisah kaum nabi Nuh, kaum samud, pembangunan ka’bah

dan lain-lain yang serupa itu. Demikian pula mengenai ayat dan Allah telah mengambil

Ibrahim menjadi kesayangannya, Asbabun nuzulnya adalah karena Ibrahim dijadikan

kesayangan Allah. Seperti sudah di ketahui, hal itu sedikit pun tidak termasuk kedalam

Asbabun Nuzul

D. Faedah Mengetahui Asbabun Nuzul

Ketika seseorang mengalami kesukaran memahami makna sesuatu ayat al-Quran, ke

manakah mereka akan merujuk? Berdasarkan pendapat Ibnu Taimiyah, beliau “mengetahui

sebab turunnya ayat-ayat al-Quran akan membantu seseorang itu memahami kandungan

makna dan kejelasan maksud ayat-ayat tersebut. Mengetahui asbabun nuzul sangat besar

4

Page 5: Makalah nuzulul quran

pengaruhnya dalam memahami makna ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, para

ulama sangat berhati-hati dalam memahami asbabun nuzul, sehingga banyak ulama yang

menulis tentang itu. Diantara kitab termasyhur yang membahas tentang asbabun nuzul

adalah; Asbabun Nuzul, karya Imam Al-Wahidi, Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul karya

Imam Suyuthi. Beberapa faedah mengetahui asbabun nuzul antara lain:

1. Dapat mengetahui hikmah disyari’atkannya hokum. Imam Al-Wahidi mengatakan,

”Tidak mungkin orang bisa mengetahui tafsir suatu ayat tanpa mengetahui kisah dan

penjelasan mengenai turunnya lebih dahulu”.

2. Kekhususan hukum disebabkan oleh sebab tertentu. Ibnu Taimiyyah mengatakan,

”Mengetahui asbabun nuzul sangat membantu untuk memahami ayat. Sesungguhnya

dengan mengetahui sebab akan mendapatkan ilmu musabbab”.

3. Mengetahui nama orang, dimana ayat diturunkan berkaitan dengannya, dan

pemahaman ayat menjadi lebih jelas.

4. Menghindarkan anggapan menyempitkan dalam memandang hukum yang nampak

lahirnya menyempitkan.

Ibnu Jarîr meriwayatkan dalam Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âninya(3/94):

“Abu Kuraib telah bercerita kepada kami(Ibnu Jarîr), katanya(Abu Kuraib): “Abû

Dâwud telah bercerita kepada kami((Abu Kuraib) dari Sufyan dari Ja’far bin Iyas dari

Sa’îd bin Jubair dari Ibnu ‘Abbâs, katanya(Ibnu ‘Abbâs): “dahulu mereka tidak mau

memberi sebagian kecil hartanya kepada kerabat mereka dari kalangan Musyrikin,

lalu turunlah:

�َغ�اَء� �ِت اْب �ال ِإ �ِف�ُق�وَن� �ْن ُت َو�َم�ا �ْم� ُك �ِف�ِس� َف�ألْن �ٍر� ْي َخ� َم�ْن� �ِف�ُق�وا �ْن ُت َو�َم�ا اَء� �َش� َي َم�ْن� �ْه�ِد�ي َي &َه� الَّل �ُك�ْن& َو�ل ُه�ِد�اُه�ْم� �َك� �ْي َع�َّل �َس� �ْي ل

�ُم�وَن� ( �ْظ�َّل ُت ال �ْم� �ِت ْن� َو�َأ �ْم� �ُك �ْي �ل ِإ �و�َّف& �ٍر�َي ْي َخ� َم�ْن� �ِف�ُق�وا �ْن ُت َو�َم�ا &َه� الَّل )٢٧٢َو�ْج�َه�

272. Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah

yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta

yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri.

dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah.

dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya

dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).

Ketarangan

Kata Ibnu Jarîr: “Hadis di atas para rawinya adalah rawi shahih”. Pendapat Ibnu

Jarîr juga dikuatkan kerajihannya dengan Hadis yang dinisbahkan Ibnu Katsîr dalam Tafsîr

al-Qur’ân al-‘Adzîmnya(1/323) kepada: “an-Nasâ’î”. Imâm Jalâludin ash-Suyûthî juga

5

Page 6: Makalah nuzulul quran

menisbahkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya(Bab I, Surat ke-2: al-Baqarah)

kepada: “an-Nasâ’î, al-Hakim, al-Bazzâr, ath-Thabrânî dan Ibnu Abî Hâtim”, yang bersumber

dari Ibnu ‘Abbâs. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadî al-Wadi’î juga menisbahkan dalam ash-

Shahîh al-Musnad min Asbâb an-Nuzûlnya(Surat al-Baqarah, ayat: 272) kepada: “at-

Tirmidzî, al-Haitsamî, adz-Dzahabî dan al-Hâkim”.

E. Redaksi Sebab Nuzul

Bentuk redaksi yang menerangkan sebab nuzul itu terkadang berupa pernyataan tegas

mengenai sebab dan terkadang pula berupa pernyataan yang hanya mengandung

kemungkinan mengenainya. Bentuk pertama ialah jika perawi mengatakan : “Sebab nuzul

ayat ini adalah begini”, atau menggunakn fa ta’qibiyah (kira-kira seperti “maka”, yang

menunjukkan urutan peristiwa) yang dirangkaikan dengan kata “turunlah ayat”, sesudah ia

menyebutkan peristiwa atau pertanyaan. Misalnya, ia mengatakan “telah terjadi peristiwa

begini”, atau “Rasulullah ditanya tentang hal begini,m maka turunlah ayat ini.” Dengan

demikian, kedua bentuk di atas merupakan mernyataan yang jelas tentang sebab. Contoh-

contoh untuk kedua hal ini akan kami jelaskan lebih lanjut.

Bentuk kedua, yaitu redaksi yang boleh jadi menerangkan sebab nuzul atau hanya

sekedar menjelaskan kandungan hukum ayat ialah bila perawi mengatakan: “Ayat ini turun

mengenai ini.” Yang dimaksudkan dengan ungkapan (redaksi) ini terkadang sebab nuzul ayat

dan terkadang pula kandungan hukum ayat tersebut. Demikian juga bila ia mengatakan “Aku

mengira ayat ini turun mengenai soal begini” atau “Aku tidak mengira ayat ini turun kecuali

mengenai hal yang begini.” Dengan bentuk redaksi demikian ini, perawi tidak memastikan

sebab nuzul. Kedua bentuk redaksi tersebut mungkin menunjukkan sebab nuzul dan mungkin

pula menunjukkan yang lain. Contoh pertama ialah apa yang diriwayatkan dari Ibn Umar,

yang mengatakan:

“Ayat istri-istri kamu adalah ibarat tanah tempat kamu bercocok tanam (Al Baqarah [2]:223)

turun berhubungan dengan menggauli istri dari belakang.”

Contoh kedua ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa Zubair

mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum Ansar yang pernah ikut dalam

Perang Badar bersama Nabi, di hadapan Rasulullah tentang saluran air yang mengalir dari

tempat yang tinggi; keduanya mengaliri kebun kurma masing-masing dari situ. Orang Ansar

berkata: “Biarkan airnya mengalir.” Tetapi Zubair menolak. Maka kata Rasulullah: “Airi

kebunmu itu Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun tetanggamu.” Orang Ansar

itu marah, katanya: Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat demikian?”

Wajah Rasulullah menjadi merah. Kemudian ia berkata: “Airi kebunmu Zubair, kemudian

6

Page 7: Makalah nuzulul quran

tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke kebun tetanggamu.”

Rasulullah dengan keputusan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal sebelum itu

mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan kepada orang

Ansar itu. Ketika Rasulullah marah kepada orang Ansar, ia memenuhi hak Zubair secara

nyata. Maka kata Zubair. “Aku tidak mengira ayat berikut turun mengenai urusan tersebut:

Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga menjadikan kamu

hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan.” (An-Nisa’[4]:65).

Ibn Taimiyah mengatakan: “Ucapan mereka bahwa ‘ayat ini turun mengenai urusan

ini’, terkadang dimaksudkan sebagai penjelasan mengenai sebab nuzul, dan terkadang

dimaksudkan bahwa urusan itu termasuk ke dalam cakupan ayat walaupun tidak ada sebab

nuzulnya. Para ulama’ berselisih pendapat mengenai ucapna sahabat: ‘Ayat ini hadis musnad

seperti kalau dia menyebutkan sesuatu sebab yang karenanya ayat diturunkan ataukah berlaku

sebagai tafsir daripada sahabat itu sendiri dan bukan musnad? Bukhari memasukkanya ke

dalam kategori hadis musnad, sedang yang lain tidak memasukkanya. Dan sebagian besar

hadis musnad itu menurut istilah atau pengertian ini, seperti musnad Ahmad dan yang lain-

lain. Berbeda halnya bila sahabat menyebutkan sesuatu sebab yang sesudahnya diturunkan

ayat. Bila demikian, maka mereka semua memasukkan pernyataan seperti ini ke dalam hadis

musnad. Zarkasyi dalam Al Burhan menyebutkan: “Telah diketahui dari kebiasaan para

sahabat dan tabi’in bahwa apabila salah seorang dari mereka berkata: ‘ Ayat ini utrun

mengenai urusan ini’, maka yang dimaksudkan ialah bahwa ayat itu mengandung hukum

urusan tersebut; bukanya urusan itu sebagai sebab penurunan ayat. Pendapat sahabat ini

termasuk ke dalam jenis penyimpulan hukum dengan ayat, bukan jenis pemberitaan

mengenai suatu kenyataan yang terjadi.”

2.2 Turunnya Surat Al-Qur’an Pertama sampai Terakhir

Hari pertama turun al-qur’an dan tempatnya.

A.Para ulama berbeda pendapat tentang surah yang pertama kali turun:

1. Dikatakan bahwa tertib surah itu tauqifi dan di tangani langsung oleh nabi

sebagaimana di beitahukan jibril kepadanya atas perintah tuhan. Dengan demikian,

Qur’an pada masa nabi telah tersusun surah-surahnya secara terib sebagaimana terib

ayat-ayat nya, seperti yang ada di tangan kita saat ini, yaitu mushaf usman yang tidak

ada seorang sahabat pun menentangnya, ini telah menunjukan terjadi

kesepakatan( ijma) atas tertib surah, tanpa suatu perselisihan apapun.

7

Page 8: Makalah nuzulul quran

Yang mendukung pendapat ini ialah, bahwa Rasulilloh telah membaca beberapa surah

secara tertib di dalam salat nya, ibn abi syaibah meriwayatkan bahwa nabi pernah membaca

beberapa surah mufassal (surah-surah pendek) dalam satu rokaat.

Telah di riwayatkan melalui iBn wahab berkata “aku mendengar Rabi’ah di tanya orang,

‘mengapa surah baqarah dan ali imron di dahulukan , padahal sebelum kedua surah itu telah

di turunkan delapan puluh sekian surah makki, sedang keduanya di turunkan di madinah” ia

menjawab: kedua surah itu memang di dahulukan dan Qur’an di kumpulkan menurut

pengetahuan dari oraang yang mengumpulkannya. ‘kemudian katanya: ini adalah sesuatu

yang mesti terjadi dan tidak perlu di pertanyakan.

2. Dikatakan bahwa tertib surah berdasarkan para ijtihad para sahabat, mengingat

adanya perbedaan tertib di dalam mushaf-mushaf mereka, misalnya mushaf ali

disusun menurut tertib nuzul yakni dimulai dengan iqra’, kemuin mudatsir lalu nun ,

Qalam kemudian muzammil, dan seterus nya hingga akhir surah makki dan madani.

3. Dikatakan bahwa sebagaian surah itu terbitnya tauqifi dan sebagian lain nya

berdasarkan ijtihad para sahabat, hal ini karna terdapat dalil yang menunjukan tertib

sebagian surah pada masa nabi. Misalnya, keterangan yang mnunjukan tertib as-

sab’ut tiwal dan al-mufassol pada masa hidup Rasululloh.

Di riwayatkan,

Bahwa Rasululloh berkata:bacalah olehmu dua surah yang bercahaya, baqarah dan ali’imran

Di riwayatkan lagi:

Bahwa jika hendak pergi ke tempat tidur, Rasululloh mengumpulkan kedua telapak

tangannya kemudian meniup lalu membaca Qul huwallohhua ahad dan mu’awwidzatain.

Dengan demikian, tetaplah tertib bahwa surah-surah itu bersifat taufiqqi, seperti

halnya tertib ayat-aat Abu Bakar ibnu hambali menyebutan: “alloh telah menurunkan Qur’an

seluruhnya ke langit dunia, kemudin ia menurunkan nya secara berangsur-angsur selam dua

puluh sekian tahun. Sebuah surat turun karena suatu urusan yang terjadi dan ayat pun turun

sebagai jawaban bagi orang yang bertanya, sedangkan jibril senantiasa memberi tahukan

kepada nabi dimana surah dan ayat tersebut harus di tempatkan. Dengan demikian susunan

surah-surah, seperti halnya susunan ayat-ayat dan logat-logat al-qur’an, seluruhnya berasal

dari nabi, oleh karena itu barang siapa mendahulukan sesuatu surah atau mengakhirkannya,

ia telah merusak tatanan al – quran.

B. Ayat yang terakhir turunya

Ayat yang pengabisan turunnya menurut pendapat jumhur ialah:

8

Page 9: Makalah nuzulul quran

Surah al-ma’idah yang artinya;pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu

dan aku telah cukupkan untukmu nikmat ku dan telah aku pilih islam menjadi agama

mu.

Apa yang kami terangkan ini adalah pendapat yang masyhur dalam msyarakat.

Dan pndapat ini memberi pengertian bahwa akhit turun al-Quran, ialah pada hari

arafah. Menurut sebagian ahli, bahwa ayat yang tersebut di atas ini turun di arafah.

Dan di antara hari arafah dengan wafat rasul masih lama lagi yaitu 81 malam.

Al-kirmani dalam al-burhan mengatakan: tertib surah seperti kita kenal sekarang ini

adalah menurut alloh pada lauh mahfud, Qur’an sudah meniru tartib ini , dan menurut tertib

ini pula nabi membacakan di hadapan jibril setiap tahun apa yang di kumpulkannya dari

jibril itu, nabi membacakan di hadapan jibril menurut tertib ini pada tahun kewafatanya

sebanyak dua kali. Dan ayat yang terakhir kali turun ialah surah al-bqorah ayat 281: dan

peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi) hari yang pada waktu itu semua dikembalikan

pada alloh. Lalu jibril memerintahkan kepadanya untuk meletakan ayat ini di antara ayat riba

dan ayat tentang utang-piutang.

Surah-surah Al-Qur’an itu ada empat bagian:

1) At-tiwal

2) Al-mi’un

3) Al-masani

4) Al-mufassJumlah surah al-Qur’an ada 114 surah. Dan di katakan pula 113, karena

surah anfal dan bara’ah dianggap satu surah, adapun jumlah ayat nyasebanyak

6.200.ayat terpanjang adalah ayat tentang utang-piuang, sedang surah terpanjang

adalah surah al-baqarah.

2.3 Pengumpulan Al-Qur’an

Yang dimaksud dengan pengumpulan Al-qur’an menurut Ulama’ ada 2 pengertian.

Pertama, mengumpulkan dengan arti menghafal. Kedua, pengumpulan Al-qur’an pada

tulisan.

A. Pengumpulan al-Qur’an dalam dada (menghafal)

Al-qur’an diturunkan kepada nabi yang ummy. Otomatis,maka himmah nabi hanya

tercurahkan untuk menghafal dan melahirkannya, agar ia dapat dihafal sebagaimana

diturunkan kepadanya. Lantas beliau membacakannya kepada manusia agar mereka dapat

9

Page 10: Makalah nuzulul quran

seorang buta huruf berpegang kepada orang yang hafal dan mengingatnya. Karena dia tidak

sifat kekhususannya yaitu memiliki daya ingat yang kuat serta cepat menghafal, bahkan

hatinya begitu terbuka. Orang-orang arab biasa membuat ratusan ribu syair,sedikit sekali

diantara mereka yang tidak bisa berhitung atau mengetahui rentetan nasab,atau tidak hafal

syair-syair yang digantung yang sulit menghafalnya.kemudian datang Al-qur’an yang

ternyata dengan kuatnya penjelasan kehebatan hokum-hukum serta kehebatan

kerajaannya,dapat mengalahkan syair-syair mereka bahkan mampu mengalahkan akal dan

pikiran mereka,sehingga mereka mengalihkan perhatiannya kepeda kitab mulia itu karena

mereka telah menemukan cahaya kehidupan didalam Al-qur’an.

Usaha keras Nabi untuk menghafal Al-qur’an terbukti setiap malam beliau membaca

Al-qur’an dalam sholat sebagai ibadah membaca dan merenungkan maknanya maka tidak

heran jika Rosulullah menjadi sayyid para huffazh.hatinya yang mulia itu penuh dengan Al-

qur’an.beliau jadi tempat bertanya bagi setiap kaum muslimin yang kesulitan tentang Al-

qur’an.demikiam pula para sahabat.mereka selalu berlomba-lomba membaca dan

mempelajari Al-qur’an mereka mencurahkan segala kemampuan untuk membaca dan

menghafalkannya mereka mengajarkannya pada para istri dan anak-anak mereka.

B. Pengumpulan al-Qur’an pada tulisan

Keistimewaan kedua untuk Al-qur’an adalah pengumpulan dan penulisannya pada

lembaran-lembaran para penulis adalah orang-orang pilihan diantara sahabat.rasulullah

memilih mereka yang telah terbukti ketakwaannya.diantara mereka adalah Zaid bin

Tsabit,Ubay bin Ka’ab,Mu’adz bin Jabal,Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Khulafaur

Rasyidin,dan yang lain dari golongan sahabat.Cara penulisan Al-Qur’an oleh mereka yaitu

dengan menuliskan Al-qur’an pada pelepah kurma,pohon,daun,kulit,tulang dan lain-lain.

C. Pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar

Setelah wafatnya Rosullah Abu Bakar menduduki kursi kholifah dan menghadapkan

perhatiannya kepada peristiwa-peristiwa besar pada masa itu murtadnya sebagian orang arab.

Maka dia menyediakan pasukan-pasukan untuk menghadapi orang-orang murtad ini.

Peperangan yang dilakukan terhadap penduduk yaman pada tahun kedua belas hijrah. Disini

berkumpul sejumlah besar sahabat yang qari Al-qur’an. Dalam peperangan ini syahid tujuh

puluh orang sahabat yang qari Al-quran, melihat hal yang demikian ini maka umar bin

khattab merasa khawatir dia dating dating abu bakar membicarakan agar supaya Al-quran ini

di kumpulkan dan di tulis dikhawatirkan akan tersia-sia karena banyaknya ahli qiraat yang

terbunuh dalm pertempuran di Yamamah tersebut.

D. Pengumpulan al-Qur’an pada masa Ustman

10

Page 11: Makalah nuzulul quran

Latar belakang pengumpulan Al-quran pada masa utsman tidak sebagaimana sebab

yang melatarbelakangi pengumpulan Al-quran pada masa Abu bakar. Pada masa Ustman ini

islam telah tersebar luas. Kaum muslimin hidup berpencar diberbagai penjuru kota maupun

pelosok. Di setiap kampun terkenal qiraah sahabat yang mengajarkan Al-quran kepada

penduduk kampung itu, penduduk syam memakai qiraah Ubai bin kaab sedangkan penduduk

kufah menggunakan qiraah Abdullah bin mas’ud yang lainnya lagi memakai qiraah Abu musa

Al-asy’ari maka timbul perbedaan bentuk qiraah di kalangan mereka sehingga membawa

pada pertentangan dan perpecahan diantara mereka bahkan terjadi sebagian mereka

mengkafirkan sebagian yang lain. Berita itu sampai kepada Ustman, krmudian beliau berfikir

dan merencanakan untuk membendung sebelum kegilaan itu meluas, kemudian beliau

mengumpulkan para sahabat yang alim dan jenius serta mereka yang terkenal pandai

memadamkan dan meredakan fitnah dan persengketaan itu. Mereka bersepakat untuk

membuat mushaf yang banyak dan membagikannya ke setiap pelosok dan kota sekaligus

memrintahkan manusia membakar selain mushaf itu sehingga tidak ada lagi lorong yang

nmenjerumuskan mereka ke persengketaan.

E. Perbedaan pengumpulan Al-Qur’an oleh Abu Bakar dan oleh Ustman

Dari uraian di atas kita dapat membedakan yang di lakukan oleh kdua khalifah

tersebut itu. Pengumpulan Al-quran pada masa Abu bakar adalah memindahkan ayat-ayat al-

quran dari pelepah kurma, kulit dan lainnya kdalam satu mushaf. Sementara sebab

pengumpulannya adalah karena gugurnya para huffazh sedangkan pengumpulan Al-quran

pada masa Ustman adalah sekedar memperbanyak salinan mushaf yang telah dikumpulkan

pada masa Abu bakar untk dikirimkan ke berbagai wilayah islam. Adapun sebab

pengumpulan Al-quran adalah terjadinya perbedaan qiraah dalam membaca Al-quran.

F. Pedoman yang amat tepat dalam pengumpulan al-Quran

Dalam pedomannya proses pengumpulan al-Quran suatu metode yang dianggap

paling tepat ada dua yaitu sebagai berikut;

1. Sesuatu yang telah di hafal oleh para sahabat

2. Sesuatu yang telah ditulis dihadapan rasulullah.

2.5 Definisi Ilmu Makky dan Madany

Ilmu Makiyy wal Madany adalah ilmu yang membahas tentang surat-surat dan ayat-

ayat yang diturunkan di Mekkah dan yang diturunkan di Madinah.

Di kalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar yang untuk menentukan

Makiyyah atau Madaniyah suatu surat atau ayat.

11

Page 12: Makalah nuzulul quran

A. Ciri-ciri khas Surat Makkiyah

Sesuai dengan dhabit qiasi yang telah ditetapkan,maka cirri-ciri khas untuk surat

Makkiyah ada 2 macam:

a.Cirri-ciri khas yang bersifat qath’I bagi surat Makkiyah ada 6. Sebagai berikut

1. Setiap surat yang terdapat ayat sadjah di dalamnya,adalah surat Makkiyah. Sebagian

ulama mengatakan,bahwa jumlah ayat sajdah ada 16 ayat.

2. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata “kalla”adalah Makkiyah.

3. Setiap surat yang terdapat di dalamnya lafal: dan tidak ada

,adalah makkiyah,kecuali surat al-Hajj. Surat al-Hajj ini sekalipun pada

ayat 77 terdapat Tetapai surat ini tetap dipandang Makkiyah.

4. Setiap surat yang terdapat kisah-kisah Nabi dan umat manusia yang terdahulu,adalah

Makkiyah,kecuali surat al-Baqarah.

5. Setiap surat yang terdapat di dalamnya kisah Nabi Adam dan iblis adalah

makkiyah,kecuali surat al-Baqarah.

6. Setiap surat yang di dahului dengan hurup Tahajji (hurup abjad),adalah

Makkiyah,kecuali surat al-Baqarah dan Ali Imran.

Yang dimaksud dengan huruf Tahajji, misalnya: ………………. .,……………….

Tentang surat al-Ra’du masih dipermasalahkan,tetapi menurut pendapat yang lebih

kuat, bahwa saurat al-Ra’du itu Makkiyah, karena melihat gaya bahasa dan kandungannya.

Karena cirri diatas dengan beberapa pengecualian merupakan cirri-ciri yang qath’i bagi surat

Makkiyah, yang tepat benar penerapannya.

b.Ciri-ciri Khas yang bersifat Aghlabi bagi Surat Makkiyah

Ada beberapa cirri khas lagi bagi surat Makkiyah,tetapi hanya bersifat Aghlabi,

artinya pada umumnya cirri tersebut menunjukan Makkiyah,yaitu:

1. Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek-pendek (ijaz),nada perkataannya keras dan agak

bersanjak.

2. Mengandung seruan untuk beriman kepada Allah dan hari Kiamat dan

menggambarkan keadaan Surga dan Neraka.

3. Mengajak manusia untuk berakhlak yang mulia dan berjalan diatas jalan yang baik.

12

Page 13: Makalah nuzulul quran

4. Membantah orang-orang yang Musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan

kepercayaan dan perbuatannya.

5. Terdapat banyak lafal sumpah.

B. Ciri-ciri khas bagi surat Madaniyah

Ciri-ciri khas yang membedakan antara surat Madaniyah dan Makkiyah ada yang bersifat

Qath’I dan ada yang bersifat Aghlabi.

a.Ciri-ciri surat Madaniyah yang bersifat qath’I adalah sebagai berikut :

1. Setiap surat yang mengandung izin berjihad atau menyebut hal perang dan

menjelaskan hukum-hukumnya,adalah Madaniyah.

2. Setiap surat yang memuat penjelasan secara rinci tentang hukum pidana,faraid,hak-

hak perdata,peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata,kemasyarakatan

dan kenegaraan adalah Madaniyah.

3. Setiap surat yang menyinggung hal ikhwal orang-orang munafik,adalah Madaniyah,

kecuali surat al-Ankabut yang diturunkan di Mekkah, hanya sebelas ayat yang

pertama dari surat al-Ankabut ini adalah Madaniyah, dan ayat-ayat tersebut

menjelaskan perihal orang-orang munafik.

4. Setiap surat yang membantah kepercayaan/pendirian/tata cara keagamaan Ahlul Kitap

(Kristen dan Yahudi) yang dipandang salah, dan mengajak mereka agar tidak

berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya,adalah Madaniyah. Seperti surat al-

Baqarah,Ali-Imran,al-Ni’sa,al-Maidah dan al-Taubat.

b. Adapun ciri-ciri khas yang bersifat Aghlabi untuk Madaniyah antara lain:

1. Sebagaian surat-suratnya panjang-panjang,sebagian ayat-ayatnya pun panjang-

panjang dan gaya bahasanya pun cukup jelas di dalam menerangkan hukum-

hukum agama.

2. Menerangkan secara rinci bukti-bukti dan dalil-dalil yang menunjukkan hakikat-

hakikat keagamaan.

13

Page 14: Makalah nuzulul quran

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwasannya al Quran mengandung

banyak nilai-nilai kehidupan maka dari itu kita patutlah mempelajarinya. Al Qur’an sebagai

mukjizat yang di anugrahkan kepada nabi Muhammad adalah salah satu kitap Allah yang

paling sempurna diantara kitap suci yang lain. Al Quran diturunkan kepada nabi Muhammad

melalui beberapa cara yang mana dalam penurunan Al-Quran itu sendiri diberikan secara

berangsur-angsur atau bertahap. Di dalam penurunan al-Quran terjadi di dua kota pusat Islam

pada zaman dahulu, kota itu adalah Mekkah dan Madinah dan dari kedua kota tersebut al

Quran memiliki cirri-ciri tersendiri dalam bahasanya karena hal itulah disebut Makkiyah

surat Quran yang turun di Mekkah dan Madaniyah surat Quran yang turun di Madinah.

Turunnya al Quran kita kenal dengan istilah nuzulul Quran yang sebagaian orang

besar di peringati pada tanggal 17 bulan Ramadhan. Sebagai kalamullah sudah sepantasnya

lah kita mencintai,memelihara,mempelajari segala nilai-nilai yang terdapat pada Al-Quran

tersebut dengan sebaik mungkin, salah satu wujud bahwa kita mencintai al Quran dengan

cara banyak membaca Al-Quraana serta mengamalkan nilai yang ada di dalamnya. Maka

untuk itu marilah kita bersama-sama berusaha untuk memahami apa yang terkandung dalam

al Quran sebagai kitap suci kita yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad.

14

Page 15: Makalah nuzulul quran

DAFTAR PUSTAKA

www.pesantrenvirtual.com

www.memo-muslim.co.cc

www.muslim.or.id

www.voa-islam.com

15