makalah matematika 3
TRANSCRIPT
MAKALAH MATEMATIKA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Matematika
Disusun oleh :
WULAN SARINIM : 1251.0.15
KELAS 1B
FAKULTAS TARBIYYAH PROGRAM PGSD/PGMI-S1INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYYAH
PONDOK PESANTREN SURYALAYA2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran yang paling digemari dan
menjadi suatu kesenangan oleh sebagian kecil siswa, tetapi bagi sebagian
besar siswa matematika merupakan mata pelajaran yang amat berat dan sulit.
Hal ini disebabkan karena kajian matematika bersifat abstrak. Menurut para
ahli bahwa Matematika pada hakikatnya merupakan sistem aksiomatis
deduktif formal.
Sebagai suatu sistem aksiomatis, matematika memuat komponen-
komponen dan aturan komposisi atau pengerjaan yang dapat menjalin
hubungan secara fungsional antar komponen. Hal ini berimplikasi terhadap
prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika yang belum memuaskan,
menurut Ruseffendi (1991, dalam Anggriamurti, 2009) bahwa “terdapat anak-
anak yang setelah belajar matematika yang sederhanapun banyak yang tidak
dipahami, banyak konsep yang dipahami secara keliru”.
Hampir semua manusia yang pernah belajar mengenal ilmu ini karena
diseluruh dunia ilmu ini dipelajari. Dalam perkuliahan kali ini, kami
mahasiswa mendapat tugas untuk membuat makalah tentang materi
matematika, maka judul ini kami pilih guna memenuhi tugas tersebut.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah pada
makalah ini sebagai berikut :
1. Apa pengertian matematika ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan matematika ?
3. Apa karakteristik matematika ?
4. Bagaimana hakikat pembelajaran matematika di sekolah ?
5. Bagaimana penyajian matematika di sekolah ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah matematika ini secara
khusus disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Matematika.
Selain itu dengan disusunnya makalah ini mahasiswa dapat :
1. Mengetahui pengertian dan sejarah matematika.
2. Mengetahui tentang karakteristik matematika.
3. Memahami bagaimana hakikat pembelajaran matematika di sekolah.
4. Mengetahui bagaimana penyajian matematika di sekolah ?
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Matematika
Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan seperti Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas disebut
matematika sekolah. Penyajian matematika sekolah disesuaikan dengan
karakteristik siswa. pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif, sifat
atau teorema yang ditemukan secara induktif, selanjutnya harus dibuktikan
secara deduktif. Namun dalam matematika sekolah pola pikir induktif dapat
digunakan dengan maksud menyesuaikan dengan tahap perkembangan
intelektual siswa.
Dalam National Council of Teachers of Mathematics (2000: 11)
terdapat enam prinsip matematika sekolah mencakup lingkup:
1. Kejujuran. Keunggulan dalam pendidikan matematika memerlukan
kejujuran, harapan, dan dukungan yang kuat bagi siswa.
2. Kurikulum. Kurikulum bukan hanya sekedar kumpulan aktivitas,
kurikulum harus koheren, berpusat pada pentingnya matematika, dan
dijabarkan dengan baik pada tiap kelas.
3. Pengajaran. Pengajaran matematika yang efektif membutuhkan
pemahaman tentang apa yang diketahui siswa dan apa yang diperlukan
siswa serta mendukung siswa mempelajarinya dengan baik.
4. Pembelajaran. Siswa harus belajar matematika dengan pemahaman,
membangun pengetahuannya dari pengalaman.
3
5. Penilaian. Penilaian harus mendukung belajar dan memberi informasi
bagi guru dan siswa.
6. Teknologi. Teknologi mempengaruhi matematika yang diajarkan dan
meningkatkan belajar siswa.
Ebbut dan Straker (Marsigit, 2007: 5-6) menguraikan hakikat
matematika sekolah, matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan
hubungan; kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan;
kegiatan problem solving; alat komunikasi. Implikasi dari pandangan bahwa
matematika merupakan kegitan penelusuran pola dan hubungan adalah:
memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan
penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan; memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan percobaaan dengan berbagai cara, mendorong
siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan dan
pegelompokan; mendorong siswa menarik kesimpulan umum; dan membantu
siswa memahami dan menemukan hubngan antara pengertian satu dengan
yang lainnya.
Matematika adalah kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika
adalah: mendorong inisiatif dan memberi kesempatan berpikir berbeda;
mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah dan
kemampuan memperkirakan; menghargai penemuan yang di luar perkiraan
sebagai hal yang bermanfaat; mendorong siswa menemukan struktur dan
desain matematika; mendorong siswa menghargai penemuan siswa lainnya;
4
mendorong siswa berfikir refleksif; dan tidak menyarankan penggunaan suatu
metode tertentu.
Matematika adalah kegiatan problem solving, maka dalam
pembelajaran matematika guru perlu menyediakan lingkungan belajar
matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, membantu
siswa memecahakan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri,
membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan
persoalan matematika, mendorong siswa untuk berfikir logis, konsisten,
sistematis dan mengembangkan sistem dokumentasi/catatan,
mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan
persoalan, membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan
berbagai alat peraga/media pendidikan matematika seperti jangka, kalkulator,
dan sebagainya
Impilikasi dari pandangan bahwa matematika sebagai alat komunikasi
dalam pembelajaran adalah: mendorong siswa membuat contoh sifat
matematika; mendorong siswa menjelaskan sifat matematika; mendorong
siswa memberikan alasan perlunya kegiatan matematika; mendorong siswa
membicarakan persoalan matematika; mendorong siswa membaca dan
menulis matematika; menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan
matematikaMenurut Morris Kline (dalam Simanjuntak, 1993) mengatakan
bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa ini tergantung dari kemajuan
pada bidang matematika. Oleh karena itu sebagai langkah awal untuk
mengarah pada kemajuan suatu bangsa adalah dengan mendorong atau
memberi motivasi belajar matematika pada masyarakat khususnya bagi para
5
anak – anak atau siswa. Pengetahuan mengenai matematika memberikan
bahasa, proses, dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan,
yang akhirnya bahwa matematika merupakan salah satu kekuatan utama
pembentukan konsepsi tentang alam suatu hakikat dan tujuan manusia dalam
kehidupannya .
Menyadari akan peran penting matematika dalam kehidupan, maka
matematika selayaknya merupakan kebutuhan dan menjadi kegiatan yang
menyenangkan. Sebagai mana dari tujuan yaitu melatih siswa berpikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktifitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, penemuan, membuat prediksi dan dugaan serta
mencoba – coba, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan atau ide melalui
tulisan, pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta atau diagram. Oleh karena itu
setiap siswa perlu memili penguasaan matematika yang merupakan
penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil
dalam kariernya.
Ebbutt dan Straker (dalam Depdiknas, 2006) mengemukakan hakekat
dan karakteristik matematika sekolah yang selanjutnya disebut sebagai
matematika, sebagai berikut.
a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah
guru perlu:
1) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan,
6
2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan
dengan berbagai cara,
3) mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan,
perbandingan, pengelompokan, dsb,
4) mendorong siswa menarik kesimpulan umum,
5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara
pengertian satu dengan yang lainnya
b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah
guru perlu :
1) mendorong inisiatif siswa dan memberikan kesempatan berpikir
berbeda,
2) mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan
menyanggah dan kemampuan memperkirakan,
3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat
daripada menganggapnya sebagai kesalahan,
4) mendorong siswa menemukan struktur dan desain matematika,
5) mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya,
6) mendorong siswa berfikir refleksif, dan
7) tidak menyarankan hanya menggunakan satu metode saja.
c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving)
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika adalah
guru perlu:
7
1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang
timbulnya persoalan matematika,
2) membantu siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan
caranya sendiri,
3) membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk
memecahkan persoalan matematika,
4) mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, sistematis dan
mengembangkan sistem dokumentasi/catatan,
5) mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan
persoalan,
6) membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan
berbagai alat peraga/media pendidikan matematika seperti : jangka,
penggaris, kalkulator, dsb.
d. Matematika sebagai alat berkomunikasi. Implikasi dari pandangan ini
terhadap pembelajaran matematika adalah guru perlu:
1) mendorong siswa mengenal sifat-sifat matematika,
2) mendorong siswa membuat contoh sifat matematika,
3) mendorong siswa menjelaskan sifat matematika,
4) mendorong siswa memberikan alasan perlunya kegiatan matematika,
5) mendorong siswa membicarakan persoalan matematika,
6) mendorong siswa membaca dan menulis matematika,
7) menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.
8
B. Sejarah Matematika
Dalam sejarah perkembangan matematika, banyak ditemukan
berbagai tulisan matematika di berbagai wilayah yang merupakan sisa
peninggalan zaman prasejarah, di antaranya :
1. Matematika Babilonia tahun 1900 SM, ditemukan oleh Plimpton;
2. Matematika Moskow di Rusia tahun 1950 SM;
3. Matematika Rhind di Mesir tahun 1650 SM;
4. Sulbha sutra / matematika India tahun 800 SM.
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir. Oleh
karena itu logika merupakan dasar untuk terbentuknya matematika. Logika
adalah bayi matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa logika.
Pada awal perkembangan matematika di Indonesia setelah penjajahan
Belanda dan Jepang, digunakan istilah “Ilmu Pasti” untuk matematika.
Sejarah matematika termasuk bagian dari matematika. Sejarah
matematika tidak saja ada karena keberadaannya merupakan suatu
keniscayaan, tetapi ia juga penting karena dapat memberi pengaruh kepada
perkembangan matematika dan pembelajaran matematika. Matematika yang
diciptakan oleh manusia terdahulu, memberi ilham bagi paradigm
pembelajaran yang bersifat konstruktivistik sebagai bentuk implikasi sejarah
matematika dalam pembelajaran.
C. Pengertian Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan
mathenem yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat
9
hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya
kepandaian, ketahuan atau intelegensi. (Nasution, 1980: 2).
Kata matematika berasal daru perkataan latin matematika yang
mulanya diambil dari perkataan yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti
pengetahuan dan ilmu (knowledge, science). Kata matheimatike berhubungan
pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu matheinatau mathenein
yang artinya belajar (berpikir).
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang
bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan
karakteristik matematika dapat dipahami melalui hakekat matematika.
Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa hakikat matematika
berkenan dengan ide-ide, struktur- struktur dan hubungan-hubungannya yang
diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-
konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila matematika
dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol- simbol
formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang
beroperasi di dalam struktur-struktur. Sedang Soedjadi (1985:13) berpendapat
bahwa simbol-simbol di dalam matematika umumnya masih kosong dari arti
sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara
bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah mengenai bilangan. (Hasan Alwi, 2002:723)
10
Menurut Sumardyono (2004:28) secara umum definisi matematika
dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya:
a. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
b. Matematika sebagai alat (tool).
c. Matematika sebagai pola pikir deduktif.
d. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
e. Matematika sebagai bahasa artifisial.
f. Matematika sebagai seni yang kreatif.
Jadi matematika adalah ilmu yang terorganisir sebagai alat berpikir
deduktif dan cara bernalar untuk memahami bahasa artifisial dan sebagai seni
kreastif yang pembahasannya meliputi studi besaran, struktur, ruang, relasi,
perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas.
D. Tahapan dalam Matematika
Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan
perhitungan dalam perdagangan, pengukuran tanah, dan pemprediksian
peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan
dengan ketiga pembagian umum bidang matematika: struktur, ruang, dan
perubahan.
a. Pelajaran tentang struktur dirnulai dengan bilangan. Pertama dan yang
sangat umum adalah bilangan natural dan bilangan bulat berikut operasi
arimetikanya, yang dijabarkan dalam aljabar dasar. Sifat bilangan bulat
yang lebih mendalam dipelajari dalam teori bilangan.
11
b. llmu tentang ruang berawal dari geometri, yaitu geometri Euclid dan
trigonometri dari ruang tiga dimensi (yang juga dapat diterapkan ke
dimensi lainnya), kemudian belakangan juga digeneralisasi ke geometri
Noneuclid yang memainkan peran sentral dalam teori relativitas umum.
Bidang ilmu modern tentang geometridiferensial dan geometri aljabar
menggeneralisasikan geometri ke beberapa arah: geometri diferensial
menekankan pada konsep fungsi, buntelan, derivatif, smoothness, dan
arah. Sementara itu, dalam geometri aljabar, objek-objek geometris
digambarkan dalam bentuk sekumpulan persamaan polinomial.
c. Mengerti dan mendeskripsikan perubahan pada kuantitas yang dapat
dihitung adalah suatu yang biasa dalam ilmu pengetahuan alam, dan
kalkulus dibangun sebagai alat untuk tujauan tersebut. Konsep utama
yang digunakan untuk menjelaskan perubahan variabel adalah fungsi.
Banyak permasalahan yang berujung secara alamiah kepada hubungan
antara kuantitas dan laju perubahannya, dan metoda untuk memecahkan
masalah ini adalah topik dari persamaan differensial.
d. Untuk merepresentasikan kuantitas yang terus menerus digunakanlah
bilangan riil. Di sisi lain, studi mendetail dari sifat-sifatnya dan sifat
fungsi nilai riil dikenal sebagai analisis riil. Agar dapat menjelaskan dan
menyelidiki dasar matematika, bidang pasti, logika matematika, dan
teori model dikembangkan. Bidang-bidang penting dalam matematika
terapan ialah statistik, yang menggunakan teori probabilitas sebagai
alat dan memberikan deskripsi itu, analisis dan perkiraan fenomena dan
digunakan dalam seluruh ilmu. Analisis bilangan menyelidikiteoriyang
12
secara tepat guna memecahkan bermacam masalah matematika secara
bilangan pada komputer dan mengambil kekeliruan menyeluruh ke
dalam laporan.
E. Sejarah Perkembangan Matematika
1. Pembelajaran yang Realistik/Konstruktivis
Pemahaman pembagian sebagai distribusi sesungguhnya tidak
membutuhkan “ceramah” dari guru, karena siswa memiliki potensi untuk
"menemukan" konsep tersebut. Lalu daripada langsung menyuguhkan
lambang formal semacam 36 : 3, guru dapat menggunakan soal yang
kontekstual, seperti di bawah ini.
Tiga anak akan membagi 36 permen sama rata. Berapa permen
yang akan diperoleh oleh tiap-tiap anak? Siswa-siswi mungkin akan
menemukan salah satu dari model atau prosedur penyelesaian berikut ini.
a. Membagi dengan dasar geometris, yaitu dengan membagi susunan
permen menjadi tiga daerah bagian yang sama.
b. Mendistribusi satu demi satu. Mungkin dengan menyilang permen
yang telah didistribusi ke salah satu anak.
c. Mengelompokkan tigatiga. Mungkin dengan pertimbangan setiap
kali permen didistribusi, akan terdistribusi ke tiga orang anak.
d. Model atau strategi penyelesaian tersebut di atas secara implisit
memuat ide tentang pengurangan berulang (repeated subraction)
maupun bagi adil (fair sharing), bahkan ide tentang kebalikan
perkalian (invers of multiplication). Tugas guru adalah memfasilitasi
13
siswa-siswi sampai pada ide-ide tersebut sebelum benar-benar
menyatakannya sebagai kalimat matematika formal (penggunaan
simboldan konsep/prinsip matematika).
2. Sejarah Bilangan Negatif don Bilangan Positif di Cina Kuno
Di Cina, penggunaan bilangan positif ditandai dengan batang (atau
gambar batang) merah, sedangkan bilangan negatif ditandai dengan batang
hitam. Mungkin ini telah dikenal ribuan tahun yang lalu, dan kita dapat
melihatnya pada Jianzhong Suanshu (antara tahun 206 SM -220 M). Apa
yang digunakan oleh orang Cina Kuno tersebut dapat digunakan dalam
pembelajaran untuk menunjukkan bilangan bulat (bulat positif, nol,
dan bulat negatif). lllustrasi dari Cina kuno dapat digunakan untuk
menunjukkan sifat negatif sebagai hutang dan positif sebagai piutang
(atau mempunya).
14
BAB III
KARAKTERISTIK MATEMATIKA
Untuk memahami karakteristik daripada matematika maka harus
dipahami terlebih dahulu hakekat matematika. Menurut Hudoyo (1979:96),
hakekat matematika berkenaan dengan ide-ide struktur- struktur dan hubungan-
hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan
dengan konsep-konsep yang abstrak. Jika matematika dipandang sebagai struktur
dari hubungan-hubungan maka simbol-simbol formal diperlukan untuk membantu
memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur.
Beberapa hakekat atau definisi dari matematika adalah sebagai berikut:
1. Matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan eksak atau struktur yang
teroganisir secara sistematik.
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan
suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri
atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian
pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema
pengantar/kecil) dan corolly/sifat).
2. Matematika sebagai alat (tool)
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Matematika sebagai pola pikir deduktif
15
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif,
artinya suatu teori atau matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah
dibuktikan secara deduktif (umum).
4. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena
beberapa hal, seperti matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid),
rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang
sistematis.
5. Matematika sebagai bahasa artifisial.
Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa
matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki
arti bila dikenakan pada suatu konteks.
6. Matematika sebagai seni yang kreatif.
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola
yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai
seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
Berdasarkan uraian-uraian hakikat matematika di atas maka dapat di
simpulkan bahwa karakteristik- karakteristik matematika dapat dilihat pada
penjelasan berikut:
1. Memiliki kajian objek abstrak.
2. Bertumpu pada kesepakatan.
3. Berpola pikir deduktif namun pembelajaran dan pemahaman konsep dapat
diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi.
16
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. Rangkaian simbol-simbol dapat
membentuk model matematika.
5. Memperhatikan semesta pembicaraan. Konsekuensi dari simbol yang kosong
dari arti adalah diperlukannya kejelasan dalam lingkup model yang dipakai.
6. Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada
yang saling terkait dan ada yang saling lepas. Dalam satu sistem tidak boleh
ada kontradiksi. Tetapi antar sistem ada kemungkinan timbul kontradiksi.
A. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak.
Di dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak,
sering juga disebut sebagai objek mental. Di mana objek-objek tersebut
merupakan objek pikiran yang meliputi fakta, konsep, operasi ataupun relasi,
dan prinsip. Dari objek-objek dasar tersebut disusun suatu pola struktur
matematika. Adapun objek-objek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol
tertentu. Contoh simbol bilangan “3” sudah di pahami sebagai bilangan
“tiga”. Jika di sajikan angka “3” maka sudah dipahami bahwa yang
dimaksud adalah “tiga”, dan sebalikbya. Fakta lain dapat terdiri dari
rangkaian simbol misalnya “3+4” sudah di pahami bahwa yang dimaksud
adalah “tiga di tambah empat”.
2. Konsep (abstrak) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Apakah objek
tertentu merupakan suatu konsep atau bukan. ”segitiga” adalah nama suatu
konsep abstrak, “Bilangan asli” adalah nama suatu konsep yang lebih
17
komplek, konsep lain dalam matematika yang sifatnya lebih kompleks
misalnya “matriks”, “vektor”, “group” dan ruang metrik”. Konsep
berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang
membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi ini orang dapat membuat
ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan.
Sehingga menjadi semakin jelas apa yang dimaksud dengan konsep
tertentu.
3. Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan
pengerjaan matematika yang lain. Sebagai contoh misalnya
“penjumlahan”, “perkalian”, “gabungan”, “irisan”. Unsur-unsur yang
dioperasikan juga abstrak. Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah
suatu fungsi yaitu relasi khusus, karena operasi adalah aturan untuk
memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui.
4. Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang komplek. Prinsip dapat
terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu
relasi ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip
adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat
berupa “aksioma”, “teorema”, “sifat” dan sebagainya.
B. Bertumpu pada Kesepakatan
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat
penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep
primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam
pembuktian. Sedangkan konsep primitif diperlukan untuk menghindarkan
18
berputar-putar dalam pendefinisian. Aksioma juga disebut sebagai postulat
(sekarang) ataupun pernyataan pangkal (yang sering dinyatakan tidak perlu
dibuktikan). Beberapa aksioma dapat membentuk suatu sistem aksioma, yang
selanjutnya dapat menurunkan berbagai teorema. Dalam aksioma tentu
terdapat konsep primitif tertentu. Dari satu atau lebih konsep primitif dapat
dibentuk konsep baru melalui pendefinisian.
C. Berpola Pikir Deduktif
Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif.
Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal
yang bersifat khusus”. Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk
yang amat sederhana tetapi juga dapat terwujud dalam bentuk yang tidak
sederhana.
Contoh: Banyak teorema dalam matematika yang “ditemukan”
melalui pengamatan-pengamatan khusus, misalnya Teorema Phytagoras. Bila
hasil pengamatan tersebut dimasukkan dalam suatu struktur matematika
tertentu, maka teorema yang ditemukan itu harus dibuktikan secara deduktif
antara lain dengan menggunakan teorema dan definisi terdahulu yang telah
diterima dengan benar.
Dari contoh prinsip diatas, bahwa urutan konsep yang lebih rendah
perlu dihadirkan sebelum abstraksi selanjutnya secara langsung. Supaya hal
ini bisa bermanfaat, bagaimanapun, sebelum kita mencoba
mengkomunikasikan konsep yang baru, kita harus menemukan apakontribusi
19
konsepnya; dan begitu seterusnya, hingga kita mendapat konsep primer yang
lain.
D. Memiliki Simbol Yang Kosong Dari Arti
Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang
digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian simbol-simbol
dalam matematika dapat membentuk suatu model matematika. Model
matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometri
tertentu, dsb. Huruf-huruf yang digunakan dalam model persamaan, misalnya
x + y = z belum tentu bermakna atau berarti bilangan, demikian juga tanda +
belum tentu berarti operasi tamba untuk dua bilangan.
Makna huruf dan tanda itu tergantung dari permasalahan yang
mengakibatkan terbentuknya model itu. Jadi secara umum huruf dan tanda
dalam model x + y = z masih kosong dari arti, terserah kepada yang akan
memanfaatkan model itu. Kosongnya arti itu memungkinkan matematika
memasuki medan garapan dari ilmu bahasa (linguistik).
E. Memperhatikan Semesta Pembicaraan
Sehubungan dengan penjelasan tentang kosongnya arti dari simbol-
simbol dan tanda-tanda dalam matematika diatas, menunjukkan dengan jelas
bahwa dalam memggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup
apa model itu dipakai. Bila lingkup pembicaraanya adalah bilangan, maka
simbol-simbol diartikan bilangan. Bila lingkup pembicaraanya transformasi,
maka simbol-simbol itu diartikan suatu transformasi. Lingkup pembicaraan
20
itulah yang disebut dengan semesta pembicaraan. Benar atau salahnya ataupun
ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan oleh
semesta pembicaraannya.
Contoh: Dalam semesta pembicaraan bilangan bulat, terdapat model
2x = 5. Adakah penyelesaiannya? Kalau diselesaikan seperti biasa, tanpa
menghiraukan semestanya akan diperoleh hasil x = 2,5. Tetapi kalu suda
ditentukan bahwa semestanya bilangan bulat maka jawab x = 2,5 adalah salah
atau bukan jawaban yang dikehendaki. Jadi jawaban yang sesuai dengan
semestanya adalah “tidak ada jawabannya” atau penyelesaiannya tidak ada.
Sering dikatakan bahwa himpunan penyelesaiannya adalah “himpunan
kosong”.
F. Konsisten Dalam Sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang
mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat dipandang
terlepas satu sama lain. Misal sistem-sistem aljabar, sistem-sistem geometri.
Sistem aljabar dan sistem geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu
sama lain, tetapi dalam sistem aljabar sendiri terdapat beberapa sistem yang
lebih “kecil” yang terkait satu sama lain. Demikian juga dalam sistem
geometri, terdapat beberapa sistem yang “kecil” yang berkaitan satu sama lain.
Suatu teorema ataupun suatu definisi harus menggunakan istilah atau
konsep yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu baik dalam
makna maupun dalam hal nilai kebenarannya.
21
BAB IV
HAKIKAT MATEMATIKA DI SEKOLAH
Matematika sekolah adalah bagian dari matematika yang dipilih, antara
lain dengan pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian,
pembelajaran matematika perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif
siswa, mengkongkritkan objek matematika yang abstrak sehingga mudah
difahami siswa. Selain itu sajian matematika sekolah tidak harus menggunakan
pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif, artinya
pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan induktif. Ini tidak berarti bahwa
kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak boleh ditiadakan
begitu saja.
A. Penyajian Matematika di Sekolah
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik (Mulyasa, 2002:100). Dalam pembelajaran, tugas guru yang
paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan tingkah laku.
Pembelajaran matematika menurut Russeffendi (1993:109) adalah
suatu kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan dengan memanipulasi simbol-simbol dalam matematika
sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
22
Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa pembelajaran matematika
adalah suatu pembelajaran yang bertujuan:
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan
B. Pola Pikir Matematika di Sekolah
Pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif. Sifat atau
teorema yang ditemukan secara induktif ataupun empirik harus dibuktikan
kebenarannya dengan langkah-langkah deduktif sesuai dengan strukturnya.
Tidaklah demikian halnya dalam matematika sekolah, kalaupun siswa pada
akhirnya tetap diharapkan mampu berpikir deduktif, namun dalam proses
pembalajarannya dapat digunakan pola pikir induktif.
Pola pikir induktif yang digunakan sebagai bentuk penyesuaian
dengan tahap perkembangan intelektual siswa-siswi. Namun, untuk
penyajian matematika di MA digunakan pola pikir deduktif. Jika definisi
jajaran genjang telah diterapkan di MI untuk memperkenalkan konsep suatu
23
bangun datar, misalnya persegi, guru dapat menunjukkan berbagai bangun
geometri atau gambar datar kepada siswanya, kemudian menunjuk bangun
yang berbentuk persegi, dengan mengatakan, “lni namanya persegi.”
Selanjutnya menunjuk bangun lain yang bukan persegi dengan mengatakan,
“lni bukan persegi.” Dengan demikian siswa-siswi menangkap pengertian
persegi secara intuitif secara visual, sehingga dia dapat membedakan mana
bangun yang berupa persegi dan mana yang bukan. Ini merupakan langkah
induktif atau mengikuti pola pikir induktif. Namun selanjutnya dapat juga
ditanamkan pola pikir deduktif secara amat sederhana, misalnya siswa MI
tersebut diajak ke suatu tempat yang banyak bangun-bangun geometrinya.
Bila kepada siswa itu ditanyakan manakah yang merupakan persegi, ternyata
dia dapat menunjuk dengen benar, berarti siswa tersebut telah menerapkan
pola pikir deduktif yang sederhana.
Demikian banyak topik matematika yang penyajiannya perlu
diawali dengan langkah-langkah induktif namun akhirnya tetap diarahkan
agar siswa dapat berpikir secara deduktif.
C. Keterbatasan Semesta
Pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif. Sifat atau
teorema yang ditemukan secara induktif ataupun empirik harus dibuktikan
kebenarannya dengan langkah-langkah deduktif sesuai dengan strukturnya.
Tidaklah demikian halnya dalam matematika sekolah, kalaupun siswa pada
akhirnya tetap diharapkan mampu berpikir deduktif, namun dalam proses
pembalajarannya dapat digunakan pola pikir induktif.
24
Sebagai akibat dipilihnya unsur atau elemen matematika untuk
matematika sekolah dengan memperhatikan aspek pendidikan, dapat terjadi
"penyederhanaan" dari konsep matematika yang kompleks. Pengertian
semesta pembicaraan tetap diperlukan, namun mungkin lebih dipersempit.
Selanjutnya semakin meningkat usia siswa, yang berarti meningkat juga tahap
perkembangannya maka semesta itu berangsur diperluas lagi
Sebagai contoh keterbatasan semesta matematika di MI, dalam hal
pembelajaran tentang bilangan, mulai dari kelas 1 berturut (urut hingga kelas
5 misalnya, di kelas 1 siswa secara berturut-turut mulai dikenalkan hanya
bilangan cacah yang tidak lebih dari 100 kemudian semakin meningkat. Pada
saat siswa hanya mengenal bilangan cacah yang tidak lebih dari 100, tentu
saja guru belum perlu memberikan soal yang operasinya menghasilkan
bilangan di luar 0-100 itu. Demikian juga dalam hal memperkenalkan
pecahan, secara bertahap semesta dan penyebutnya dianekaragamkan atau
diperluas semestanya. Di MI tidak semua operasi terhadap bilangan bulat
dlperkenalkan, hanya diperkenalkan operasi penjumlahan dan pengurangan.
Belum diperkenalkan perkalian dan pembagian bilangan bulat (khususnya
untuk bilngan negatif).
D. Tujuan Pendidikan Matematika
Tujuan Pendidikan Matematika yang dimaksud di sini adalah tujuan
secara umum mengapa matematika diajarkan di berbagai jenjang sekolah.
Selain itu juga dikemukakan tujuan pembelajaran matematika yang ingin
dicapai oleh suatu institusi atau sekolah melalui kurikulum yang ditetapkan.
25
Selanjutnya akan dikemukakan semacam klasifikasi atau pengelompokan
tujuan pembe!ajaran matematika yang dalam tulisan ini menjadi fokus
pembahasan bertalian dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran
matematika. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun
2006 dikemukakan bahwa mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam oemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Bila diperhatikan secara cermat terlihat bahwa kelima tujuan yang
dikemukakan di atas memuat nilai-nilai tertentu yang dapat mengarahkan
klasifikasi atau penggolongan tujuan pembelajaran matematika di semua
jenjang pendidikan sekolah menjadi (1) tujuan bersifat formal dan (2)
26
tujuan yang bersifat material. Adapun tujuan yang bersifat formal lebih
menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian.
Sedangkan tujuan yang bersifat material lebih menekankan kepada
kemampuan menerapkan matematika dan keterampilan matematika. Hal
yang perlu diperhatikan adalah bahwa selama ini dalam praktek
pembelajaran di kelas guru lebih menekankan kepada tujuan yang bersifat
material, antara lain karena tuntutan lingkungan yang sangat dipengaruhi
oleh sistem evaluasi regional ataupun nasional.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam
pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi
tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah
dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami
masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan
menafsirkan solusinya.
Dalam setiap kesempaian, pembelajaran matematika hendaknya
dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual
problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara
bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk
meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau
media lainnya. Selain itu, perlu ada pembahasan mengenai bagaimana
matematika banyak diterapkan dalam teknologi informasi sebagai
perluasan pengetahuan oeserta didik.
27
E. Matematika Informal
Pada pembahasan terdahulu telah disinggung istilah "matematika
informal". Pada bagian ini lebih luas di uraikan. Sekarang ini telah dikenal
istilah "Pendidikan Formal" dan Pendidikan non-Formal", Makna dari
"Pendidikan formal" adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah,
sedangkan makna dari "pendidikan non-formal" adalah pendidikan yang
dilaksanakan di luar sekolah tetapi masih jelas strukturnya.
Pendidikan informal diartikan pendidikan yang terlaksana di luar
pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Dalam suatu keluarga
misalnya, banyak pendidikan informal yang terjadi. Pendidikan anak dalam
keluarga dapat terjadi atau terlaksana hanya dengan memperhatikan
kebiasaan bapak dan ibu dalam keluarga itu. Si anak, mungkin tanpa sadar
mengikuti kebiasaan yang dia lihat setiap hari di rumah.
Pengetahuan matematika yang diperoleh oleh anak di tingkat
"Roudlotul Athfal" atau "Bustanul Athfal" tidak mengikuti struktur
matematika yang ada di Madrasah lbtidaiyah atau jenis madrasah yang
tain (mungkin ini penyebab tidak disebut madrasah tetapi roudloh).
Pengetahuan matematika yang kini dimaksukkan dalam "kurikulum" RA.
antara lain adalah "klasifikasi dan seriasi". Keduanya dapat dicapai
melalui pendidikan informal.
Tentu saja masih banyak pengetahuan metematika atau yang
mengarah kepada matematika yang dapat diperoleh anak seusia anak TK
secara informal. Hal yang penting dan perlu diperhatikan adalah bahwa
jangan sampai matematika Ml tanpa pertimbangan yang matang langsung
28
diberikan kepada anak TK. Jangan sampai memaksakan sesuatu
pengetahuan yang belum mampu dicerna atau diatngkap anak TK secara
formal.
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata matematika berasal daru perkataan latin matematika yang
mulanya diambil dari perkataan yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti
pengetahuan dan ilmu (knowledge, science). Kata matheimatike berhubungan
pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu matheinatau mathenein
yang artinya belajar (berpikir).
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan
yang bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya.
Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami melalui hakekat
matematika. Berdasarkan uraian-uraian hakikat matematika di atas maka
dapat di simpulkan bahwa karakteristik- karakteristik matematika dapat
dilihat pada penjelasan berikut:
1. Memiliki kajian objek abstrak.
2. Bertumpu pada kesepakatan.
3. Berpola pikir deduktif namun pembelajaran dan pemahaman konsep dapat
diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi.
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. Rangkaian simbol-simbol dapat
membentuk model matematika.
5. Memperhatikan semesta pembicaraan. Konsekuensi dari simbol yang
kosong dari arti adalah diperlukannya kejelasan dalam lingkup model
yang dipakai.
30
6. Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak sistem.
Ada yang saling terkait dan ada yang saling lepas. Dalam satu sistem
tidak boleh ada kontradiksi. Tetapi antar sistem ada kemungkinan timbul
kontradiksi.
B. Saran
1. Untuk para mahasiswa agar dapat lebih memperdalam tentang ilmu
matematika khususnya untuk pembelajaran di sekolah.
2. Untuk mahasiswa agar lebih mengembangkan teori ilmu matematika yang
didapat dan dikorelasikan dengan proses pembelajaran di sekolah.
31
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Alwi, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Suherman., E, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika.
http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika_Etimologi.
Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan lmplikasinya terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakafta: Departemen Pendidikan Nasional
32