makalah lab biologi - analisis sperma

Upload: andhika-perkasa-sumarto

Post on 31-Oct-2015

1.719 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Tugas Departmen Biologi Analisa Sperma_____________________________________________

Daftar Isi HalamanDaftar isi 1Daftar Gambar3Daftar Tabel4Kata Pengantar5BAB I : PENDAHULUANA. Latar Belakang ....................6B. Tujuan ......................6BAB II : TEORIA. Semen/ Mani ...................... 7B. Bagian-bagian Sperma.............................................7-8C. Cara Memperoleh Sperma.................8D. Spematozoa Normal ....................9E. Spermatozoa abnormal .................9-10F. Spermatozoa Immature ................10G. Pemeriksaan Makroskopik......................................11H. Pemeriksaan Mikroskopik.......................................15

BAB III : ALAT DAN BAHAN........................................................17BAB IV : CARA KERJA127A. Pemeriksaan Makroskopik18B. Pemeriksaan mikroskopik 18-20C. Interpetasi Hasil Pemeriksaan21 BAB V : HASIL PEMERIKSAAN23 BAB VI : KESIMPULAN25 Daftar Pustaka26

Daftar Gambar halamanGambar 1 : Bagian-bagian / morfologi Sperma7Gambar 2 : Macam-macam bentuk sperma Sperma10Gambar 3 : Alat Hemasitometer Neubaeuer19Gambar 4 : Kisi-kisi pada Hemasitometer Neubaeuer19

Daftar Tabel halamanTabel 1 : Interpretasi Hasil Pemeriksaan21Tabel 2 : Lembar Hasil Pemeriksaan22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME karena atas berkat rahmat dan ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang analisis sperma ini.Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memudahkan kami mempelajari dan mengingat apa yang telah kami pelajari pada praktikum analisis sperma kemarin .Tidak lupa kami ucapkan terimakasih untuk dosen pembimbing selama proses aktivitas lab activity kemarin Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk kami, melainkan bagi siapa saja yang membacanya.Terimakasih.

Penyusun

Jakarta,Mei 2012

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang Analisis semen adalah pemeriksaan terhadap semen (spermatozoa dan bahan bahan lain yg ada di dalamnya) darri seorang laki-laki. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah semennya normal atau tidak sehingga dapat terjadi fertilisasi serta mengetahui jika ada kelainan yang dialami oleh sebuah sperma. Ada bermacam macam kelainan yang dialami oleh sebuah spermatozoa .Secara umum sebuah spermatozoa terdiri dari kepala, leher dan ekor. Apabila terjadi kelainan dari salah satu bagian sperma tersebut maka tidak akan terjadi pembuahanTujuanPemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah sperma yang kita teliti dalam keadaan normal atu tidak secara keseluruhan .Ketika sperma dalam keadaan normal dan sehat maka akan memungkinkan terjadinya pembuahan (fertilisasi)

BAB IITEORISEMEN / MANI Lendir yang keluar dari genitalia jantan waktu eyakulasi disebut : SEMEN ( MANI ) yang terdiri dari :1. Bagian padat : Spermatozoa2. Bagian cair : Plasma semen ( air mani ) Spermatozoa dihasilkan oleh testis, sedangkan plasma semen dihasilkan oleh ampula vas deferens dan kelenjar-kelenjar prostat, vesicula seminalis, cowper dan littre.

Gambar 1 : Bagian-bagian sperma

Bagian bagian Sperma manusia1. Kepala - Lonjong (atas) & piriformis (samping)- Panjang : 4 5 m- Lebar : 2,5 3,5 m- Berisi inti - Dua pertiga bagian depan inti diselaputi tutup akrosom berisi enzim utk menembus ovum

2. Ekor - Panjang : 55 m- Tebal : 1 ma. Leher b. Bag tengah (midpiece) memiliki axonema & mitokondria c. Bag. Utama (principle Piece)d. Bag. Ujung (end piece)

CARA MEMPEROLEH SPERMA1. Masturbasi = Onani 2. Koitus interuptus = senggama terputus 3. Koitus kondomatosus = senggana dgn menggunanakan kondom 4. Vibrator5. Refluks pasca senggama

Vibrator Alat yg mempunyai berbagai ukuran, terbuat dari plastik dengan permukaan halus. Dapat digerakkan dgn batterai yg menghasilkan getaran lembut. Alat ini kalau ditempelkan pada glans penis menimbulkan rasa seperti masturbasi dan dengan fibrasi yang cukup lama diharapkan sperma akan keluar.

Refluks pasca sengganaYaitu dengan memeriksa sperma yang masuk ke vagina. Cara ini tidak dianjurkan karena dipergunakan cairan fisiologis untuk pembilasan, dan sperma tercampur dengan sekret vagina, sehingga akan didapatkan hasil yg tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya.Analisis semen adalah pemeriksaan terhadap semen ( spermatozoa dan bahan-bahan lain yang ada di dalamnya ) dari seorang laki-laki. Apakah semenya normal atau tidak untuk dapat membuahi sel telur oleh spermatozoa, sehingga terjadi fertilisasi.

Spermatozoa normalSpermatozoa normal mempunyai kepala berbentuk oval, regular dengan bagian tengah (leher) utuh dan ekor tidak melingkar mempunyai panjang kira kira 45 mikron .Panjang kepala 3-5 mikron dengan lebar kepala 2-3 mikron .Akrosom tampak baerwarna pink, kepala baerwarna bayangan lebih gelap di daerah akrosom dari bagian tengah , ekor terlihat berwarna abu abu sampai violet .Kepala membulat pada bagian kaitan dengan bagian tengah, pada semua kepala yang masuk kategori oval

Spermatozoa abnormalDisebut abnormal bila terdapat satu atau lebih bagian spermatozoa yang tidak semestinya. Bila kepalanya oval tapi kalau bagian tengahnya menebal maka spermatozoa tersebut dikatakan abnormal.Abnormalitas kepala Keapala oval besar ( bentuk makro ), adalah spermatozoa dengan ketentuan spermatozoa normal, tetapi ukuran kepala spermatozoa lebih besar, yaitu kira-kira panjang kepala > 5 mikron, lebar kepala > 3 mikron. Kepala oval kecil ( bentuk mikro ) adalah dengan ketentuan bila ukuran kepala sperma lebih kecil yaitu : panjang < 3 mikron, lebar < 2 mikron. Kepala pipih ( bentuk lepto ). Spermatozoa yang mempunyai kepala dengan perbandingan ukuran lebar lebih pendek dari panjangnya. Kepala sperma kelompok ini berbentuk cerutu dengan kedua sisi sejajar yang kemudian dapat bertemu pada satu titik. Panjang sperma > 7 mikron dan lebar sperma lebih dari 3 mikron. Kepala berbentuk pir. Kepala lebih menyolok berbentuk sebagai tetesan air mata, bagian runcingnya berhubungan dengan bagian tengah sperma, disini ukuranya tidak diperhatikan. Kepala dua. Sperma mempunyai dua kepala yang mungkin dalam berbagai bentuk dan ukuran termasuk ke dalam kelompok kepala 2. Kepala berbentuk amorfus ( bentuk terato ). Sperma mempunyai kelainan yang bervariasi, sebagai contoh adalah kepala terpilin, terdapat cekungan konkaf pada sisinya dan ada juga kepala berbentuk kelereng yang berwarna gelap tanpa adanya akrosom.

Abnormalitas pada leher/bagian tengah Bagian tengah menebal, bila ukuran bagian tengah lebih besar dari 2 mikron Bagian tengah patah Tidak mempunyai bagian tengah.Abnormalitas ekor Ekor melingkar. Ekor patah, yang meninggalkan sisanya setidak-tidaknya separuh dari ekor normal. Ekor lebih dari satu. Ekor sebagai tali terpilin.Spermatozoa immatuureSpermatozoa immature adalah sperma yang masih mengandung sisa-sisa sitoplasma, yang mempunyai ukuran separuh dari ukuran kepala dan masih terkait, baik pada kepala, bagian tengah maupun pada ekor sperma.

Gambar 2 : Bentuk bentuk spermatozoa

Pada pemeriksaan ini dilakukan 2 macam pemeriksaan, yaitu :1. Pengambilan sampel2. Pemeriksaan sampel

1. Pengambilan samplePria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam keadaan letih atau lapar. Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 7 hari harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun. Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas. Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll.2. Pemeriksaan sampel

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK SPERMA

1 Pemeriksaan Volume SpermaVolume semen ejakulat diukur dengan menggunakan tabung pengukur dan diukur dalam ml.Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja : Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml. Kemudian baca hasil. Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain volume. Bagi orang Indonesia volume yang normal 2 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia. Hypospermia disebabkan oleh : Ejakulasi yang berturut-turut Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi ) Penampung sperma tidak sempurnaHyperspermia disebabkan oleh : Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat. Minum obat hormon laki laki.Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis.

2. Pemeriksaan PH SpermaUntuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 7,8. Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.

3. Pemeriksaan Bau SpermaSpermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor / kaporit.

4. Pemeriksaan Warna SpermaMemeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. - Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan ( lekospermia ). - Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan ( hemospermia).

5. Pemeriksaan Likuifaksi SpermaLiquefaction dicek 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan).- Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek).- Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin : Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.

6. Pemeriksaan Viskositas (Kekentalan) SpermaKekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan cara : Cara subyektifDengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. - Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena:- Spermatozoa terlalu banyak- Cairannya sedikit- Gangguan liquefaction- Perubahan komposisi plasma sperma- Pengaruh obat-obatan tertentu.

7.Pemeriksaan Fruktosa Kualitatif SpermaFruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini dapat disebabkan karena- Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens- Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat- Kelainan pada kelenjar vesika seminalis - Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat atau merah jingga.- Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia

8. Pemeriksaan aglutinasiterjadinya penggumpalan sperma pada saat ejakulasi. Jika terlalu encer ketika ditampung berarti ada gengguan pada vesikula seminalis atau duktus ejaculatorius.

Pemeriksaan Mikroskopik Sperma

MOTILITAS SPERMAMotilitas spermatozoa merupakan salah satu factor yang penting dalammementukan kesuburan pria, sebab motilitas spermatozoa erat hubungannya dalam proses fertilisasi. Adanya kegagalan pada proses fertilisasi dapat disebabkan oleh adanya kendala, diantaranya adalah rendahnya kualitas gerak spermatozoa. Hal tersebut dinyatakan pula oleh WHO, bahwa motilitas spermatozoa yang rendah dapat menyebabkan berkurangnya terjadinya konsepsi.

Konsentrasi spermatozoa Dihitung dgn hemasitometer. Dgn menggunakan larutan George yg mengandung formalin 40% agar spermatozoa tdk bergerak. Jumlah spermatozoa dihitung perml ejakulat & pervolume ejakulat. Viabilitas Tujuan u/ mengetahui sprmatozoa mati / tdk walawpun spermatozoa tdk bergerak. 4 golongan fertilitas : Polyzoospermia = > 250 juta/ml Normozoospermia = 20 200 jt/ml Oligozoospermia = < 20 juta /ml Azoospermia = 0 / mlMorfologi spermatozoa Tujuan untuk melihat bentuk spermatozoa yg normal / abnormal Dihitung jumlah spermatozoanya yang bentuknya normal maupun yg tidak normal

Kecepatan sperma Untuk mengukur kecepatan sperma digunakan kaca obyek hemasitometer Neuauer perbesaran 400 X.Istilah istilah Azoospermia : Bilamana tak dijumpai spermatozoa dr pemeriksaan sedimen sentrifugasi sper- ma, yg lebih dari satu kali.

Nekrozoospermia : Bilamana semua spermatozoa tidak ada yg hidup. Kriptozoospermia : Bilamana ditemukan spermatozoa yang tersembunyi yaitu bila ditemukan dalam sedimen sentrifugasi sperma. Aspermia : Bila tak ada sperma yang keluar, meskipun pasien merasa telah mengeluarkan eyakulat. HOST = Hipoosmotic Swelling Test Digunakan untuk melihat kebocoran Membran sel dan dihitung dalam persentase (%) Larutan HOST Normal ekor sperma panjang & melengkung Abnormal ekor sperma lurus & pendek Ekor lurus = ada kebocoran membran Ekor lengkung = tidak ada kebocoran membran

Viabilitas Keadaan sperma hidup atau mati. Sperma yang tidak bergerak belum tentu mati, sehingga perlu dibedakan antara spermatozoa yang hidup dan mati. Dengan cara ini dapat dipastikan apakah spermatozoa yang tidak motil tersebut hidup atau mati.

AutoaglutinasiYaitu spermatozoa yang saling melekat satu sama lain. Pelekatan dapat terjadi di bagian kepala, leher dan ekor spermatozoa.

BAB IIIALAT DAN BAHAN1. Alat Mikroskop Objec glass Deck glass Kertas lakmus Counter sperm cell Neubauer Pipet mikro Pipet tetes Tabung reaksi Batang kaca

2. Bahan Semen ejakulat Larutan eosin Alkohol 96% Larutan Giemsa Larutan George Larutan HOST Emersi oil Aquadestilata

BAB IVCARA KERJA

1. Pemerikasaan makroskopik

a. Likuifaksi : semen dianalisis setelah mengalami likuifaksi, yaitu dibiarkan semen sekitar 20 menit atau maksimal 1 jam setelah ejakulasi.b. Warna semen : diamati dengan mata telanjang.c. pH : setetes sperma disebarkan secara merata di atas kertas pH. Setelah 30 detik warna daerah yang dibasahi akan merata dan kemudian dibandingkan dengan kertas kalibrasi untuk dibaca pHnya.d. Volume semen : diukur dengan gelas ukur atau dengan cara menyedot sluruh siapan ke dalam suatu semprit atau pipet ukur.e. Viskositas atau konsistensi : ditaksir dengan cara memasukkan tangkai kaca ke dalam siapan dan kemudian mengamati benang yang terbentuk pada saat batang tersebut dikeluarkan . panjang benang tidak bolh lebih dari 2 cm.f. Aglutinasi spontan : melihat secara langsung keadaan semen setelah diejakulasi, apakah terjadi penggumpalan atau tidak.g. Bau semen : dengan mengamati secara langsung.

2. Pemeriksaan mikroskopik

a. Motilitas sperma Buat preparat basah dari semen Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x Hitung dengan presentase dari 100 sperma dengan ketentuana. Progresif lurus : bergerak lurus ke depan lincah dan cepat.b. Progresif lambat : bergerak ke depan tetapi lambat.c. Gerak di tempat : gerakan tidak menunjukkan perpindahan tempat, biasanya bergetar di tempat, berputar atau melompat.d. Tidak bergerak : tidak ada gerakan sama sekali atau diam di tempat. Biasanya 4-6 lapangan pandangan yang harus diperiksa untuk mendapat seratus sperma secara berurutan kemudian diklasifikasi sehingga menghasilkan persentase setiap kategori motilitas.

b. Konsentrasi sperma Siapan yang telah diencerkan harus diaduk dengan baik dan kemudian 1 tetes diletakkan di atas homositometer neubauer lalu ditutup dengan kaca tutup (deck glass). Larutan george/JOS dengan pengenceran 1000 x (50 L sperma + 950 L larutan george) Untuk menentukan jumlah sperma dalam semen dalam juta/mL, bagikan jumlah sperma yang ditemukan dengan faktor konversi.Misalnya 10 kotak : n x 10000 x faktor pengenceran (20) x2,5

Gambar 3 : Alat hemasitometer neubaeuer

Gambar 4 : Kisi-kisi pada hemasitometer Neubaeuer

c. Morfologi spermatozoa Teteskan semen pada objec glass dan dibuat apusan setipis mungkin dan dibiarkan kering di udara Fiksasi dengan alkohol 96 % selama 15 menit Teteskan giemsa dan biarkan selama 20 menit Cuci dengan aquades mengalir dan biarkan kering Periksa di bawah mikroskop dengan emersi oil Menentukan prosentase morfologi spermatozoa : dengan membedakan bentuk spermatozoa yang normal dan abnormal dan dihitung prosentasenya.

d. Hipoosmotic Swelling Test (HOST) 100 mikroliter semen dicampur dalam 1 mL larutan HOST dan didiamkan selama 1 jam Lalu ambil setetes dan teteskan pada objek glass lalu diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x Hitung 100 spermatozoa, spermatozoa yang ekornya melengkung berarti tidak ada kebocoran membran sedangkan spermatozoa yang ekornya lurus berarti ada kebocoran

e. Viabilitas Teteskan semen pada objek glass lalu tambahkan 1 tetes larutan eosin Y 0,5 % kemudian diaduk rata Amati dengan pembesaran 400x Hitung 100 sperma :Mati : terwarnai Hidup : tidak terwarnai

f. Kec.rata-rata sperma Hemositometer Neubaeur gunakan kotak yg kecil (16 kotak) Stop watch

g. Jumlah sperma total N(kons.sperma) x Volume sperma

INTERPRETASI HASIL ANALISIS SEMEN

Untuk mengetahui hasil dari analisis semen diperlukan 3 parameter pokok :1. Jumlah spermatozoa / ml 2. Persentase motilitas spermatozoa yang geraknya baik3. Persentase morfologi spermatozoa normal Motilitas sperma dipengaruhi oleh keadaan plasma semen & spermatozoa. Parameter yg relevan untuk fertilitas : jumlah, motilitas & morfologi. Nilai parameter < normal perlu perhatian Hal ini untuk mengetahui yang rasional dari defisiensi sperma & untuk mencapai suatu kehamilan bagi pasangan infertil.

Nomenklatur Jumlah sperma (Juta/ml) % Motilitas sperma ( % ) % Morfologi sperma ( % )

Normozoospermia > 20 > 50 > 50

Oligozoospermia < 20 > 50 > 50

Astenozoospermia > 20 < 50 > 50

Teratozoospermia >20 > 50 < 50

Oligoastenozoospermia < 20 < 50 > 50

O.A.T. < 20 < 50 < 50

Oligoteratozoospermia < 20 > 50 < 50

Polizoospermia > 250 > 50 > 50

BAB VHASIL PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan makroskopikHasil pemeriksaanNilai normal

Waktu likuifaksi15 menit15 - 20 menit

Warna semenPutih mutiaraPutih mutiara

pH77,2 7,8

Volume 1,9 Ml2 6 mL

Viskositas NormalNormal

Aglutinasi spontanNegatif Negatif

Bau semenKhas ( bunga akasia ) Khas

2. Pemeriksaan mikroskopikHasil pemeriksaanNilai normal

Motilitas spermaa. Progresif lurusb. Progresif lambatc. Gerak di tempatd. Tidak bergerak60 %

59%

11%a > 25 %

18%a + b > 50 %

0%

Konsentrasi sperma20,5 jt/ml>20jt/ml

Jumlah sperma total38,95 jt/ml>40jt/ml

Autoaglutinasi spermanegatifNegative

Morfologi Sperma Normal64% 30 % normal

Uji HOST67% 60 %

Kecepatan sperma2,25 menit 1,5 menit

Viabilitas61 % 70 %

Sel Leukosit- 3/LPB

Sel EritrositNegativeNegative

Sel Epitel1 2/LPB

BAB VIPEMBAHASAN

Seperti diketahui bahwa analisis sperma dilakukan untuk mengetahui dan menentukan kualitas sperma seseorang. Pada analisis sperma dilakukan pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik meliputi :1. Waktu likuifaksiWaktu likuifaksi normal adalah antara 15-20 menit dan pada pemeriksaan sperma pendonor didapatkan waktu likuifaksinya adalah 15 menit.

2. Warna semenWarna semen yang normal adalah berwarna putih mutiara. Jika terdapat warna kemerahan terlihat bahwa adanya perdarahan (dijelaskan pada bab teori). Pada sperma pendonor ditemukan warna semen putih mutiara, hal ini mengindikasikan bahwa semen pendonor normal.

3. pHpH normal berada dalam kisaran 7,2-7,8, dan dari hasil pengukuran pH dengan menggunakan pH meter didapatkan pH pendonor adalah 7. Hal ini menunjukkan bahwa pH pendonor normal.

4. VolumeVolume normal pada sperma adalah 2-6 ml. Jika volume lebih dari 8 ml disebut hiperspermia sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut hiospermia. Pada hasil pemeriksaan, volume sperma pendonor adalah 1,9 ml, dan hal ini mengindikasikan bahwa volume sperma pendonor dalam keadaan abnormal

5. ViskositasViskositas yang diperiksa secara subjektif menggunakan pipet atau batang pengaduk normalnya akan terbentuk benang yang panjangnya 3-5 cm. Pada sperma pendonor hasil viskositasnya berada dalam keadaan normal.

6. Aglutinasi SpontanPada sperma normal tidak ditemukan adanya aglutinasi spontan, begitu juga yang ditemukan pada sperma pendonor (aglutinasi spontan negatif).

7. Bau SemenBau semen pada sperma normal adalah berbau khas seperti bunga akasia. Bau yang tercium pada semen pendonor adalah berbau khas seperti bunga akasia.Kemudian dilakukan juga pemeriksaan mikroskopik pada sperma yang terdiri dari :1. Motilitas SpermaYang dinilai pada pemeriksaan motilitas sperma adalah sperma dengan motilitas progressif lurus, progressif lambat, gerak ditempat, dan tidak bergerak. Pada sperma pendonor diketahui bahwa 59% progressif lurus, 11% progressif lambat, 12% gerak ditempat, dan 0% tidak bergerak.

2. Konsentrasi SpermaKonsentrasi serma dalam keadaan normal adalah 20 juta/ml. Pada sperma pendonor konsentrasi sperma nya adalah 20,5 juta/ml. Berarti sperma pendonor dalam keadaan yg normal.

3. Jumlah Sperma TotalJumlah sperma total normal nya adalah 40 juta/ml. Pada pemeriksaan, jumah sperma total dari pendonor adalah 38,950 juta/ml. Hal ini dibawah normal jumlah sperma yang normal

4. Autoaglutinasi SpermaPada pemeriksaan autoaglutinasi normalnya tidak ditemukan (negatif) dan pada sperma pendonor, autoaglutinasi juga tidak digunakan (negatif).

5. Morfologi Sperma NormalUji morfologi sperma normal adalah 30% yang mempunyai bentuk normal, dan pada pemeriksaan sperma pendonor morfologi sperma normalnya adalah 64%.

6. Uji HOSTUji HOST pada sperma normal akan didapatkan hasil 60%. Pada sperma pendonor hasil dari uji HOST nya adalah 67%.

7. Kecepatan SpermaKecepatan sperma normal adalah 1,5 menit. Pada pemeriksaan kecepatan sperma dari pendonor adalah 2,25 menit.

8. ViabilitasViabilitas normal pada sperma adalah 70%. Pada pemeriksaan sperma pendonor, viabilitasnya adalah 61%. Sehingga masih dapat dikatakan normal.

BAB VIIKESIMPULANLaporan ini dibuat untuk mengetahui keadaan sperma normal . Sperma didapatkan langsung dari pendonor sperma. Kami melakukan beberapa pemeriksaan guna mengidentifikasi semen itu sendiri, yakni pemeriksaan makroskopik dan pemeriksaan mikroskopik. Pada pemeriksaan makroskopik yang meliputi pemeriksaan PH, bau, warna, volume, likuifaksi, viskositas atau konsistensi, aglutinasi spontan. Dan pemeriksaan mikroskopik yang meliputi motilitas sperma untuk menegtahui berapa persen dari sperma pendonor yang masuk kategori ( a=progresif lurus, b=progresif lambat, c=gerak di tempat, dan d=tidak bergerak ), konsentrasi sperma, jumlah sperma total, autoaglutinasi sperma, morfologi sperma normal, Uji HOST, kecepatan sperma, viabilitas, sel leukosit, sel eritrosit, dan sel epitel.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, baik pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik semen pendonor secara keseluruhan tampak normal. Namun ada beberapa juga yang tidak normal seperti jumlah sperma total dan volume sperma yang keluar saat ejakulaso

DAFTAR PUSTAKA

1. Gandasoebrata, R. Penenuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat.2. Sherwood, Lauralee. Human of Physiology : From Cell To System 2nd EGC.3. id.wikipedia.org 4. www.radiologyinfo.org 5. Prawirohardjo,Sarwono.Ilmu kandungan.20086. Kamus besar Dorlan.ed 297. Handout analisis sememn pada manusia fk upn

1