makalah hipertensi ngudia husada madura.doc

Upload: nuris-zaman

Post on 14-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

LENGKAP BROO BISA DIDOWNLOAD

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk

saat ini (Armilawati et al, 2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi pembuluh darah ?1.2.2 Bagaimana pengertian hipertensi ?

1.2.3 Bagaimana etiologi hipertensi ?

1.2.4 Bagaimana klasifikasi hipertensi ?

1.2.5 Bagaimana patofiologi hipertensi ?

1.2.6 Bagaimana manifestasi klinis hipertensi ?

1.2.7 Bagaimana pemeriksaan penunjang hipertensi ?

1.2.8 Bagaimana penataksanaan hipertensi ?

1.2.9 Bagaimana pencegahan hipertensi ?

1.2.10 Bagaimana asuhan keperawatan hipertensi ?1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan khusus Untuk mengetahui hipertensi dan asuhan keperawatan yang tepat untuk hipertensi 1.3.2 Tujuan khususa. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pembuluh darah

b. Untuk mengetahui pengertian hipertensi

c. Untuk mengetahui etiologi hipertensi

d. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi

e. Untuk mengetahui patofiologi hipertensi

f. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipertensi

g. Untuk mengetahui penunjang hipertensi

h. Untuk mengetahui penataksanaan hipertensi

i. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi

j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipertensi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan fisiologi Menurut (Karnia,2012) Untuk dapaat menjaga organ organ tubuh tetap dapat berfungsi dengan baik,di dalam tubuh manusia,darah mengalir keseluruh bagian (organ organ ) tubuh secara terus menerus untukn menjamin suplai oksigen dan zat zat nutrien lainnya.

Aliran darah keseluruhan tubuh dapat berjalan berkat adanya pemompa utama,yaitu jantung dan sistem pembuluh darah sebagai alat pengalir/distribusi.

2.1.1 Sistem Sirkulasi DarahSecara umum sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia dapat dibagi menjadi 2 bagian,yaitu :

a) Sistem sirkulasi umum (sistemik),yaitu sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kiri keseluruh tubuh dan kembali ke jantung kanan.

b) Sistem sirkulasi paru paru (pulmoner), yaitu sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kanan ke paru paru lalu kembali ke jantung kiri.

2.1.2 Sistem Sirkulasi Darah dalam Tubuh Manusia

Umumnya,pada orang dewasa,jumlah volume darah yang mengalir di dalamn sistem sirkulasi mencapai 5 6 liter (4,7 5,7n liter).Darah terus berputar mengalir di dalam sistem sirkulasi sistemik dan paru paru tanpa henti.Untuk menjelaskan alur aliran darah,kita dapat memulai dari sistemik kemudian sirkulasi pulmoner.

a. Sistem Sirkulasi Sistemik

Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika darah bersih (darah yang mengandung banyak oksigen yang berasal dari paru) dipompa keluar oleh jantung melalui balik(ventrikel )kiri ke pembuluh darh aorta lalu keseluruh tubuh bagian tubuh melalui arteri arteri hingga mencapai pembuluh darah yang diameternya paling kecil yang dinamakan kapilaria.

Kapilaria melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian yang disebut dengan vasomotion sehingga darah didalamnya mengalir secara ter putus- putus (intemittent).

Vasomotion terjadi secara periodik dengan interval 15 detik 3 menit sekali.Darah mengalir secara sangat lambat di dalam kapilaria dengan kecepatan rata rata 0,7 mm/detik.

Dengan aliran yang lambat ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat melalui dinding kapilaria. Pertukaran zat ini terjadi melalui proses difusi,pinositosis dan transpor vesikuler,serta filtrasi dan reabsorbsi.Ujung kapilaria yang membawa darah bersih dinamakan anteriole sedangkan ujung kapilaria yang membawa darah kotor dinamakan dengan venule,terdapat hubungan antara arteriole dengan venule melalui capillary bed yang berbentuk seperti anyaman,ada juga hubungan langsung (bypass) dari arteriole ke venule melalui Ar- teria Vena Anastomose (A-V Anastomosis).

Darah dari arteriole mengalir kedalam venule kemudian melalui pembuluh darah balik (vena terbesar yang menuju jantung kanan yaitu Vena Cava Inferior dan Vena Cafa Superior) kembali ke jantung kanan (serambi / atrium kanan.).Darah dari atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui katup Trikuspid (katup berdaun 3).

b. Sistem Sirkulasi Paru (Pulmoner)

Sistem sirkulasi paru dimulai ketika darah kotor (darah yang tidak mengandung Oksigen (O2) tetapi mengandung banyak CO2 yang berasal dari Vena Cava Inferior dan vena cafa superior ) mengalir meninggalkan jantung kanan (Ventrikel / bilik kanan)melaui.Arteri Pulmonalis menuju paru paru (paru kanan dan kiri).Kecepatan aliran darah di dalam arteri pulmonalis sebesar 18 cm/detik,kecepatan ini lebih lambat dari pada aliran darah di dalam Aorta.

Didalam paru kiri dan kanan,darah mengalir ke kapilaria paru paru dimanaterjadi pertukaran zat dan cairan melalui proses filtrasi dan reabsorbsi serta difusi.Di kapalira paru paru terjadi pertukaran gas O2 sehingga mengahasilkan darah bersih (darah yang mengandung banyak Oksigen).

Darah bersiuh selanjutnya keluar paru melalui vena Pulmonalis (Vena Pulmonalis kanan dan kiri) memasuki jantung kiri(atrium / serambi kiri).Kecepatan aliran darah di dalam kapilaria paru paru sangat lambat,setelah mencapai vena pulmonalis,kecepatan aliran darah bertambah kembali.Seperti halnya Aorta,Arteri Pulmonalis hingga kapilaria juga mengalami pulsasi (berdenyut).

Selanjutnya darah mengalir dari atrium kiri melalui katup Mitral (katup beradun 2) memasuki Ventrikel kiri lalu keluar jantung melalui aorta ,maka dimulailah sistem sirkulasi sistemik (umum), dan seterusnya secara berkesinambungan.

2.1.3 Sifat Pembuluh Darah

Pembuluh darah dapat kita ibaratkan sebagai selang yang bersifat slastis,yaitu diametrnya dapat membesar atau mengecil.Sifat elastis ini sangat bermanfaat untuk mempertahankan tekanan darah yang stabil.

Pada keadaan normal,apabila tekanan di dalam pembuluh darah meningkat,maka diameter pembuluh darah akan melebar sebagai bentuk adaptasi untuk menurunkan tekanan yang berlebih agar menjadi normal.

Sebaliknya diameter pembuluh darah akan mengecil bila tekanan darah turun.Bila pembuluh darah mengalami kekakuan maka ia menjadi kurang fleksibel sehingga tidak dapat melakukan antisipasi terhadap kenaikan / penurunan tekanan darah.

Elastesitas pembuluh darah tidak tetap,pembuluh darah akan menjadi kaku seiring bertambahnya usia ( misal oleh karena terjadi pengapuran pada dindingnya) oleh karena itu tekanan darah pada orang lanjut usia cenderung sedikit lebih tinggi dari pada orang muda.

Penyebab lain dari kelakuan pembuluh darah adalah karena adanya tumpukan kolesterol pada dinding sebelah dalam pembuluh darah, kolesterol juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang kaku akan menyebabkanhipertensi (penyakit darah tinggi), walau sebenarnya tidak semua penyakit darah tinggi disebabkan karena kelakuan pembuluh darah.

Apabila pembuluh darah menjadi kaku dan disertai penyempitan pada sebagian besar pembuluh darah dalam tubuh seseorang, maka tekanan darahnya dapat menjadi sangat tinggi (hipertensi berat).

Untuk menjaga agar elastisitas pembuluh darah tetap baik sehingga kita tidak mudah terkena penyakit tekan darah tinggi, salah satu cara terbaik adalah dangan melakukan olahraga (exercise) secara teratur. Dengan melakukan olahraga secara teratur , akan melatih jantung dan pembuluh darah tetap tetap terjaga kelenturannya.2.1.4 Penggolongan Pembuluh DarahBerdasarkan ukuran dan fungsinya, pembuluh darah dapat digolongkan sebagai berikut :a) Windkessel vessels (compression chumber), yaitu pembuluh darah yang sangat besar, misal: aorta dan arteri besar lainnya. Pembuluh ini sangat elastis dan menyimpan energi potensial yang dirubah menjadi energi kenetik.b) Resistance vessels, yaitu diameter agak kecil, memiliki sistem pengaturan yang sangat efesien dan diatur pula oleh sistem syaraf otonom.c) Exchange vessels, yaitu pembuluh darah kapiler (kapilaria). Pembuluh terkecil, dindingnya terdiri dari 1 lapisan sel. Di sini terjadi pertukaran air dan zat-zatt di dalamnya antara darah dengan cairan tubuh lainnya (cairan interstitill).d) Capacity vessels, yaitu pembuluh-pembuluhdarah yang balik (vena dan venuli), dapat menampung darah dalam jumlah banyak.e) Shunt vessels,yaitu aliran darah yang tidak melalui pembuluh darah kapiler akan melewati shunt ini, tidak turut dalam pertukaran cairan dan zat-zat, diatur oleh sistem syaraf otonom dan hanya terdapat di beberapan tempat, mislnya kulit. Gunanya agar darah lebih mudah mengeluarkan panas keluar tubuh/ permukaan.2.1.5 Sifat Viskositas Darah

Darah merupakan cairan yang terdiri dari plasma (cairan bening dan sel-sel darah yang terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan pembekuan darah). Adanya sel-sel darah menyebabkan adanya semacam pergeseran intern(intern friction) diantara lapisan yang berdampingan sehingga menyebabkan adanya sifat viskositas darah. Viskositas darah normal = 3-4 kali viskositas air.

Viskositas plasma darah = 1,5-2 kali viskositas air.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viskositas Darah

Viskositas darah memegang peranan penting dalam aliran darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas darah antara lain:

a) Volume hematokrit (volume sel darah merah). Volume Hematokrit yang meningkat akan di ikuti viskositas darah yang meningkat.

b) Kadar protein plasma. Bila kadarnya naik maka viskositas naik dan sebaliknya.

c) Suhu tubuh. Bila suhu tubuh naik, viskositas turun.

d) Kecepatan aliran darah. Bila diameter pembuluh darah kurang dari 1.5 mm, maka viakositas darah turun. Hal ini di kenal sebagai fahreus-lindquist effect, di dalam pembuluh darah kecil di mana darah mengalir lambat, maka d) dan e) bekerja saling berlawanan.

2.1.6 Aliran darah

Agar darah dapa mengalir dan mencakup seluruh bagian tubuh. Maka di perlukan adanya tekanan darah minimum yang di sebut juga critical clossing pressureyield pressure. Tekanan minimal ini di perlukan untuk membuka rongga pembuluh darah kecil (kapiler) yaitu sebesah 20 mm air raksa.(Hg).

Kecepatan aliran darah yang tercepat pada aorta (pembuluh daraah tempat keluarnya darah dari jantung), makin jauh makin rendah kecepatannya. Jumlah total darah yang di pompa keluar jantung kira-kira 5,5 liter darah per menit.

2.1.7 Tekanan darah

Jantung memompa darah secara terputus-putus (itermittent) kedalam pembuluh darah terbesar( aorta), selanjutnya kedalm arteri, dan seterusnya sehingga tekanan darah di dalamnya berganti-ganti naik turun.

Aorta dan arteri merupakan pembuluh darah yang elastis sehingga tekanan yang mendadak naik dapat turun secara berangsur-angeur dan di sebarka ke seluruh tubuh. Oleh karena itu aorta dan aarteri besar di namakan windkessel vessels (compression chamber).

Jenis tekanan darah dapat di bedakan sebagai berikut:

a) Tekanan sistoleTekanan darah tertinggi selama 1 siklus jantung, merupakan tekanan yang di alami pembuluh darah saat jantung berdenyut/memompakan darah keluar jantung. Pada orang dewasa normal tekanan sistole berkisar 120 mm Hg.

b) Tekanan diastoleTekanan darah terenda selama 1siklus jantung, suatu tekanan di dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat. Pada orang dewasa tekanan darah diastole berkisar 80 mm Hg.

Rentang angka sehatnnya adalah sepert pada tabel berikut.

Tekanan darahSistolik ( angka pertama)Diastolik (angka kedua)

Darah rendah atau hipotensiDi bawah 90Di bawah 60

Normal90-12060-80

Pre-hipertensi120-14080-90

Hipertensi (stadium 1)140-16090-100

Hipertensi (stadium 2)Di atas 160Di atas 100

Nilai normal tekanan darah sistolik

Neotal1-13 tahun13-18 tahun

Perempuan16-105105-124124-127

Laki-laki87-105105-124124-136

Nilai normal tekanan darah diastolik

Neotal1-13 tahun13-18 tahun

Perempuan60-6769-7978-80

Laki-laki68-6967-8077-84

c) Tekanan nadiSelisih antara tekanan sistole dan diastole.

2.1.8 Cara mengukur tekanan darah

Tekanan darah dapat di ukur dengan 2 cara, yaitu sebagai berikut:

a) Pengukuran secara langsing (Direct).

Caranya dengan memasukan sebuah kanula ke dalam arteri dan menghubungkannya dengan manometer air raksa.

b) Pengukuran secara tidak langsung.

Mengukur tekanan darah secara auskultasi memakai stetoskop, manset tekanan, pompa karet, dan manometer air raksa.

2.1.9 Cara tubuh memelihara tekanan darah normal

Tubuh mempunyai mekanisme-mekanisme untuk merubah dan memelihara tekanan darah dan aliran darah. Ada sensor-sensor yang merasakan tekanan darah pada dinding-dinding dari arteri-arteri dan mengirim sinyal-sinyal ke jantung, arteriol, vena dan ginjal yang menyebabkannya membuat perubahan-perubahan yang dapat menurunkan atau meningkatkan tekanan darah.

Ada beberapa cara-cara dimana tekanan darah dapat disesuikan, di antaranya dengan menyesuikan jumlah darah yang dipompa oleh jantung ke dalam arteri ( cardiac output ), jumlah darah yang terisi di vena, tekanan arteriol, dan volume darah.a) Jantung dapat mempercepat dan berkotraksi lebih sering dan ia dapat menyemburkan lebih banyak darah dengan setiap kontraksi. Kedua respons ini meningkatkan aliran darah kedalam arteri-arteri dan meningkatkan tekanan darah.

b) Vena dapat meluas dan menyempit. Ketika vena meluas, lebih banyak darah dapat disimpan di vena dan lebih banyak darah dapat disimpan di vena dan lebih sedikit darah yang kembali ke jantung untuk dipompa ke dalam arteri. Sebagai akibatnya, jantung memompa lebih sedikit darah, dan tekanan darah lebih rendah.

Pada sisi lain, ketika vena menyempit, lebih sedikit darah yang tersimpan di vena, lebih banyak darah yang kembali ke jantung untuk dipompa ke dalam arteri, dan tekanan darah lebih tinggi.

a) Arteriol dapat meluas dan menyempit arteriol yang meluas meciptakan lebih sedikit ketahanan ( resisten ) pada aliran darah dan mengurangi tekanan darah, dimana arteriol yang menyempit meciptakan lebih banyak ketahanan ( resisiten ) dan menaikan tekanan darah.

b) Ginjal dapat merespons perubahan-perubahan pada tekanan darah dengan meningkatkan atau mengurangi jumlah urin yang dihasilkan. Urin terutama adalah air yang dikeluarkan dari darah.

Ketika ginjal membuat lebih banyak urin, jumlah ( volume ) dari darah yang mengisi arteri dan vena-vena berkurang, dan ini menurunkan tekanan darah. Jika ginjal menghasilkan lebih sedikit urin, jumlah darah yang mengisi arteri dan vena meningkat dan ini meningkatkan tekanan darah.

Disbanding dengan mekanisme-mekanisme lain dalam menyesuikan tekanan darah. Perubahan-perubahan pada produksi urin mempengaruhi tekanan darah secara perubahan melalui waktu yang berjam-jam dan berhari-hari. Mekanisme mekanisme lain adalah efektif dalam waktu yang berdetik-detik.

Contohnya, volume darah yang rendah yang disebabkan oleh perdarahan ( seperti perdarahan borok di lambung anda atau dari pencabikan yang buruk dari luka ) dapat menyebabkan tekanan darah rendah.

Tubuh secara cepat meresppons pada volume dan tekanan darah yang rendah dengan penyesuian-penyesuian berikut yang semuanya meningkatkan tekanan darah.

a) Detak jantung meningkat dan kontraksi-kontraksi jantung yang dengan sekuat tenaga meningkat, jadi lebih banyak darah dipompa melalui jantung.

b) Vena-vena menyempit untuk mengembalikan lebih banyak darah ke jantung untuk dipompa.

c) Aliran darah ke ginjal berkurang untuk mengurangi pembentukan urin dan dengan demikian meningkatkan volume darah di arteri dan vena.

d) Arteriol menyempit untuk meningkatkan ketahanan ( resisten ) pada aliran darah.

Respons respos yang dapat menyesuiakan diri ini akan mempertahankan tekanan darah dalan batasan normal kecuali kalau kehilangan darah menjadi begitu buruk yang membuat respons-respons menjadi kewalahan.2.2 Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner dan Suddarth, 896 ; 2002). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur palingtidak pada tiga kesempatan yang berbeda. (Elizabeth J. Corwin, 484; 2009).Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan saitolik 140 mmHg dan atau tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik 90 dan atau tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Taufan Nugroho, 2011).Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya 90 mmHg, atau bila paien memakai obat antihipertensi. ( Arif Mansjoer, 2001).Menurut (Karnia,2012) Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu factor resiko hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja.

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari. Tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.

Angka 120 menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi. Disebut dengan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi. Disebut dengan tekanan diastolic. Sikap yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah dalam keadaan duduk atau berbaring.

Tekanan darah tinggi menyebabkan meningkatkan resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa terkena penyakit jantung dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami bayi dan anak-anak secara normal memiliki takanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, di mana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur di malam hari.2.3 Etiologi

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia adalah :

a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.

c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensi sistolik.

d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan (Stockslager, 2008).

Elsanti (2009) , mengelompokan menjadi 2 (dua) yaitu faktor resiko yang dapat dikontrol dan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol. a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol

1) Jenis kelamin

Pada dasarnya tidak ada perbedan prevlensi antara wanita dan laki-laki,akan tetapi wanita setelah menopause menjadi lebih berpotensi terserang penyakit hipertensi. Karena wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan aktif dalm peningkatan kadar High Density Lipoprotein ( HDL). HDL merupakan faktor yang berperan penting dalam melindungi terjadinya arterosklerosis. Pada wanita yang sudah mencapai umur 45 tahun ke atas maka sedikit demi sedikit hormon estrogen akan mengalami penyusutan baik kuantitas maupun kualitasnya sehingga berdampak pada banyaknya kasusu hipertensi pada wanita.

2) Umur

Kenaikan umur seseorang sebanding dengan kenaikan tekanan darah. Penambahan usia menyebabkan semakin hilang daya elastisitas dari pembuluh darah yang mengakibatkan arteri dan aorta kehilangan daya untuk menyesuaikan diri dengan aliran darah (Wolff, 2008) . Oleh karena itu orang yang lebih tua akan lebih cenderung terkena penyakit hipertensi dari pada orang yang berumur lebih muda. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Aulia (2009) dengan judul: Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Pembina Plaju Palembang tahun 2009. Hipertensi pada usia lebih lanjut harus ditangani lebih serius hal ini karena pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi organ seperti ginjal yang berperan aktiv dalam proses rennin angiotensin aldosteron, karena itu dosis obat harus diberikan secara tepat. Menurut Susilo (2011), seiring dengan bertambahnya usia kepekaan orang bertambah terhadap hipertensi. Individu yang berumur lebih dari 60 tahun mempunyai tekanan darah yang lebih besar dari orang lain sebesar 50% 60 % hal tersebut dikarenakan degenerasi yang terjadi pada orang usia lanjut.

3) Keturunan

Menurut Junaedi (2010), genetik merupakan salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya hipertensi terlebih lagi hipertensi primer. Jika kedua orang tua kita menderita hipertensi maka kemungkinan kita terserang penyakit hipertensi adalah 60 % dan apabila hanya salah satu dari orang tua kita terserang hipertensi maka prevalensi kita untuk terserang akan turun menjadi 25%. Adanya faktor genetik pada suatu keluarga akan mengakibatkan keluarga tersebut mempunyi faktor keturunan yang sama berisiko terkena hipertensi. Sifat bawaan dari orang tua, kita warisi melalui gen sehingga akan diwariskan kepada keturunannya.

b.Faktor resiko yang dapat dikontrol

1) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan berat badan normal.

Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Menurut Sustrani (2006), cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak yaitu dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT), Rumus untuk IMT adalah berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (m2) . Adapun kategori penilaian berat badan menurut IMT adalah :

a)IMT > 20 kg/m2= berat badan kurang

b)IMT 20 24 kg/m2= normal atau sehat

c)IMT 25 29 kg/m2= gemuk atau kelebihan berat badan

d)IMT > 30 kg/m2= sangat gemuk atau obesitas

2) Kebiasaan merokok

Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah penggumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer. Keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien (Soeharto, 2001). Penelitian Rahyani (2007) dengan judul Faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien yang berobat dipoliklinik dewasa puskesmas bangking periode januari-juni mendapatkan suatu hasil kesimpulan yaitu kejadian hipertensi banyak dijumpai pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.

3) Konsumsi garam

Konsumsi garam yang tinggi mengakibatkan seseorang akan mengalami peningkatan tekanan darah senading dengan bertambahnya usia, begitu sebaliknya jika seseorang rendah dalam mengkonsumsi garam menunjukan peningkatan darah yang sedikit prevalensinya dibanding dengan yang banyak mengkonsumsi garam (Beevers, 2002). WHO (1999) dalam Jegathes (2010) menganjurkan untuk membatasi asupan garam maksimal 6 gram perhari (sama dengan 2400 mg natrium), dikarenakan berkaitan dengan proses osmolaritas. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Konsumsi natrium yang berlebihan mengakibatkan retensi sehingga mengakibatkan tekanan darah naik. Akibatkanya tekanan darah meningkat. Penelitian menujukkan bahwa dalam asupan garam dapur yaitu sekitar 3 gram sehari (tidak sampai satu sendok teh), dapat mencegah terjadinya stroke dan serangan jantung akibat dari sumbatan pembuluh darah. Namun jika berlebihan akan mengakibatkan efek yang berkebalikan (Sustrani, 2006).

4) Kebiasaan berolahraga

Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo & Hendra, 2001). Kurang berolahraga cenderung mengakibatkan tekanan darah menjadi lebih tingi hal ini dikarenakan kurang berolahraga dapat meningkatkan berat badan. Jalan kaki olahraga yang mudah dan murah juga memberikan manfaat yang baik bagi jantung orang yang berjalan kaki 30 60 menit sehari dapat menjaga jantung dan pembuluh darahnya. Riset di Oregon Health Science, kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6 ,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri. Sebaiknya berolahraga dilakukan rutin dan sering dari pada dilakukan secara tidak rutin (Beevers, 2002). Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi turun dan mengakibatkan otot jantung beradaptasi dengan suatu keadaan yang mengharuskan kerja jantung lebih berat.

Minum Alkohol

Beberapa penelitian mengemukakan bahwas alkohol mempunyai efek yang buruk terhadap tubuh antara lain menyebabkan kerusakan pada jantung dan organ tubuh ,juga dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga mengakibatkan hipertensi (Marliani, 2007). Alkohol, peningkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi pada masyarakat mempunyai hubungan yang linier. Diperkirakan 5 10 % hipertensi yang terjadi di Amerika disebabkan oleh karena alkohol. Alkohol akan mengurangi efektivitas obat antihipertensi yang diminum dan hal ini akan berangsur-angsur membaik efek supresornya sampai 1 atau 2 mingu setelah konsumsi alkohol dikurangi hingga 80% (Joewono, 2003).

5) Stress

Stress dapat memicu peningkatan aktifitas pada syaraf simpatis, peningkatan ini yang kemudian dapat merangsang peningkatan darah yang intermiten atau tidak tetap (Basha, 2004). Menurut Anggraini (2009), stress juga akan memicu peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung dipacu dengan aktivitas syaraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

6) Obat-obatan

Beberapa jenis obat dapat memicu peningkatan tekanan darah oleh karena itu perlu diketahui secara pasti efek samping dari obat yang dikonsumsi. Bila obat tersebut dihentikan pada umumnya tekanan darah akan berangsur-angsur turun. Beberapa jenis obat yang dapat memicu peningkatan tekanan darah yaitu : pil KB, estrogen, obat batuk pilek yang mengandung dekongestan, pil diet, dan obat anti radang non-steroid seperti Ibuprofen.Selain dari faktor resiko yang dikemukakan oleh Elsanti di atas, Bustan (2007) menambahkan beberapa faktor resiko lain seperti ras/suku dimana orang kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi dibandingkan orang kullit putih, kedua pada daerah kota lebih banyak ditemukan terkena hipertensi dibandingkan dengan orang desa, ketiga letak geografis dimana pada daerah pantai lebih banyak kejadian hipertensi dari pada daerah pegunungan, kemudian keempat tipe kepribadian orang juga mempengaruhi kejadian hipertensi, banyak ditemukan hipertensi pada tipe kepribadian A. Kemudian kelima adalah komposisi air (sodium/ natrium tidak jelas; cadium ada bukti dari bebrapa studi; lead/ plumbum kemungkinan ada hubungan).

2.4 Klasifikasi

Berdasarkan konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia tahun 2007 klasifikasi hipertensi untuk orang Indonesia belum dapat ditentukan. Hal ini karena data penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang. Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.

a. Menurut WHO dalam Junaidi (2010), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa seperti dalam tabel 2.1

Tabel 2.1Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organisation)KategoriTekanan sistolik (mmHg)Tekanan diastolic( mmHg )

Tensi optimal< 120< 80

Tensi normal< 130< 85

Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolik (mmHg) ( mmHg )Tensi normal tinggi

130 139

85 89

Tingkat 1 : hipertensi ringan

140 159

90 99 Subgroup : batas

140 149

90 94 Tingkat 2 : hipertensi sedang

160 179

100 109 Tingakt 3 : hipertensi berat

180 209

110 119 Hipertensi sistolik isolasi

140

90 mmHg. Perlu diingat pengobatan farmakologis merupakan pengobatan jangka panjang bahkan mungkin sampai seumur hidup. Berdasarkan U.S Departement Health and Human Services (2004) pengobatan hipertensi adalah sebagai berikut :

1) Normal, tekanan < 120 dan < 80 mmHg : tanpa ada perubahan gaya hidup dan terapi.

2) Prehipertensi, tekanan darah 120 139 atau 80 89 mmHg : pola hidup sehat dan tanpa terapi obat.

3) Hipertensi derajat 1, tekanan darah 140-159 / 90-99 mmHg : melalui pola hidup sehat ditambah dengan 1 jenis obat anti hipertensi tipe diuretik thiazide dan bisa dipertimbangkan ACE (angiotensin-converting enzym) inhibitor, ARB (angiotensinreseptor bloker), beta-bloker, atau kombinasi.

4) Hipertensi derajat 2, tekanan darah 160/100 mmHg dengan : pola hidup sehat dan ditambah dengan dua atau lebih obat anti hipertensi tipe diuretic thiazide atau ACE inhibitor, ARB, beta-bloker.

Dalam kacamata epidemiologi yang ditulis oleh Bustan (2007) pengobatan hipertensi yang ideal mempunyai sifat-sifat seperti : menurunkan tekanan darah secara bertahap, mampu menurunkan darah secara multifokal, berkhasiat untuk semua tingkatan hipertensi dan melindungi organ vital, mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti DM serta mengurangi faktor resiko penyakit jantung koroner, mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina, memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut, efek samping serendah mungkin, dapat membuat jantung bekerja efisien dan melindungi dari infrak serta tidak mengganggu gaya dan kualitas hidup penderita seperti mengantuk dan batuk.Menurut Sanif (2009), beberapa obat yang digunakan dalam penanganan hipertensi dengan farmakologis :

1) Diuretik

a. Aldosteron Antagonis

Obat ini akan memblokir reseptor aldosteron di : Jantung, ginjal, otak, dinding pembuluh darah, obat ini akan mengakibatkan sering kencing, berkeringat yang akan membawa lebih banyak garam dan air keluar dari tubuh, sehingga volume darah berkurang dan berakibat turunnya tekanan darah. Contoh obat dari aldosteron antara lain : Spironolactone

(Aldactone,Aldazide,Carpiatone,Letonal,Spirola,Spirolacton)

b. Thiazides

Merupakan diuretik pada tahap awal, namun jangka panjang dapat melebarkan dinding pembuluh darah, mekanismenya belum jelas. Efek samping, impotensi. Beberapa contoh obat thiazide: Chlorthalidone (hygroton), Chlorthiazide (Diuril),H.C.T (hyrochlorthyazide), Triamterene (maxzide)2) Penyekat sistem renin-angiotensin

ACE inhibitor mengurangi produksi angiotensin II, meningkatkan kadar bradikinin, dan mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Penyekat reseptor angiotensin II menyediakan blokade reseptor AT1 secara selektif, dan efek angiotensin II pada reseptor AT2 yang tidak tersekat dapat menambah efek hipotensi. Contoh dari ACE inhibitor adalah captopril, enalapril, fosinopril, trandopril dll.3) Beta blockerPenyekat reseptor adrenergik mengurangi tekanan darah melalui penurunan curah jantung, karena reduksi kecepatan detak jantung dan kontraktilitas. Mekanisme lain yang diajukan mengenai bagaimana beta blocker mengurangi tekanan darah adalah efek pada sistem saraf pusat, dan inhibisi pelepasan renin. Beta blocker terutama efektif pada pasien hipertensi dengan takikardia, dan potensi hipotensi mereka dikuatkan oleh pemberian bersama diuretik. Beberapa contoh antihipertensi golongan Beta Blocker adalah amlodipine, cardivask, diltiazem, felodipine, nicardipine, dll.BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian (kep. Gerontik)

A. Data dasar dan data fokus

Pengkajian keperawatan merupakan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapis) atau profesi kesehatan lainnya. (taylor, Lilis & LeMone, 1996)

Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada klien.

Pengkajian fokus adalah suatu pemilihan data spesifik yang ditentukan oleh perawat, klien dan keluarga berdasarkan keadaan klien.

Metode pengumpulan data :

a. Komunikasi efektif

b. Observasi

c. Pemeriksaan fisik

Sight : kelainan fisik, perdarahan, terbakar, menangis, dll.

Smell : alkohol, darah, feces, medicine, urien, dll.

Hearing : tekanan darah, batuk, menangis, ekspresi nyeri, HR, ritme.

Pemeriksaan Fisik :

a. Inspeksi

b. Palpasi

c. Perkusi

d. Auskultasi

Aspek Pendekatan PE:

a. Head To Toe : KU, TTV, Kepala wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru dan jantung, abdomen, ginjal, genetalia, rectum, ekstremitas, punggung, neurologi.

b. ROS (Review of System) Sistem tubuh : Mayor body systems, KU, TTV, Sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem integumen, sistem reproduksi.

c. Pola Fungsi kesehatan, penatalaksanaan kesehatan, nutrisi pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif pola perseptual, pola-pola hubungan, aktifitas pola latihan, seksualitas pola reproduktif, koping pola toleransi stres, dan nilai pola keyakinan.

Dibawah ini akan diuraikan pengkajian pola fungsi kesehatan pada masalah yang khusus terjadi pada para lansia dengan menggunakan pengkajian MMSE, SPMSQ, Northon, pengkajian ADL, dengan indeks Barthel (B) dan Indeks Kats.

1. Pengkian Gerontik MINI MENTAL STATE EXAM (MME):

Menguji aspek-aspek kognitif dan fungsi mental

MME merupakan instrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam berfikir atau menguji aspek aspek kognitif apakah ada perbaikan atau semakin memburuk. Dari Pfeiffer (1975)

NilaiPasienPertanyaan

Maksimum

55(Tahun) (Musim) (tanggal) (Hari) (Bulan apa Sekarang)?

55Dimana kita : (Negara Bagian) (Wilayah) (Kota) (Rumah Sakit) (Lantai)

Orientasi

Registrasi

33Sebutkan Nama 3 Objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Beri 1 point untuk setiap jawaban yang benar.

Perhatian dan Kalkulasi

52Seri 7s 1 poin untuk setiap kebenaran berhenti setelah 5 jawaban. Berganti seja kata ke belakang.

Mengingat

33Meminta untuk mengulang ketiga objek diatas. Berikan 1 point untuk setiap kebenaran.

99Nama pensil dan melihat (2 point)

Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan atau teteapi (1 point)

Bahasa

Keteranagan maksimal 30, nilai 21 atua kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.

2. Pengkajian Gerontik SPMSQ (shor portable Mental Status Questionnaire)

Merupakan isntrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk menilai fungsi intelektual maunpun mental dari lansia. Adapun format SPMSQ sebagai berikut ;

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNARE

(SPMSQ)

(Penilaian Ini Untuk Mengetahui Fungsi Intelektual Lansia)

Nama klien

:

Tanggal

:

Jenis Kelamin

: L/P

Umur

: .....tahun

TB/BB

: Cm/TB

Agama

: ...................................

Suku

: ...................................

Gol. Darah

: ...................................

Tingkat Pendidikan : SD. SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi.

Score NoPertanyaan Jawaban

+ -1Tanggal berapa hari ini ?

2Hari apa sekarang?

3Apa nama tempat ini ?

4Berapa nomor telepon anda ?

Dimana alamat anda? Tanyakan apabila tidak memiliki telepon

5Berapa umur anda ?

6Kapan anda lahir?

7Siapa presiden indonesia sekarang?

8Siapa presiden sebelumnya?

9Siapa nama ibu anda?

10Berapa 20 dikurangi 3 ? (begitu seterusnya sampai bilangan terkecil)

Keterangan :

1. Kesalahan 0-2

: Fungsi intelektual utuh

2. Kesalahan 3-4

: kerusakan intelektual ringan

3. Kesalahan 5-7

: kerusakan intelektual sedang

4. Kesalahan 8-10 : kerusakan intelektual berat

No Keadaan pasien Skore

1Kondisi umum :

Baik

Lumayan

Buruk

Sangat buruk 4

3

2

1

2Kesadaran :

Composmentis

Apatis

Confuse/sopor

Coma 4

3

2

1

3Aktifitas :

Ambulan

Ambulan dengan bantuan

Hanya bisa duduk

Tiduran 4

3

2

1

4Mobilitas :

Bergerak bebas

Sedikit bebas

Sangat terbatas

Tidak bisa bergerak 4

3

2

1

5Inkontenensia

Tidak ada

Kadang-kadang

Sering inkotenensia alvi

Inkontinensia alvi dan urine 4

3

2

1

4. Intrumentasi pengkajian ADL dengan indeks Barthel (IB) dan Indeks Kats

1) Indeks Barthel (IB)

Indeks barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan menggunakan 10 indikator, yaitu :

Tabel 1 instrument

No.Item yang dinilai SkoreNilai

1. Makan

(feeding)0 = Tidak mampu

1 = Butuh bantuan memotong, mengoles, mentega dll.

2 = Mandiri

2.Mandi

(Bathing)0 = tergantung orang lain

1 = Mandiri

3.Perawatan dan (grooming)0 = Membutuhkan bantuan orang lain

1 = mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur.

4.Berpakaian

(dressing)0 = tergantung orang lain

1 = Sebagian dibantu (misal; mengancing baju)

2 = Mandiri

5Buang air kecil

(bowel)0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol

1 = kadang inkontinensia (maks 1x24jam)

2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7hari)

6Buang air besar

(bladder)0 = inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)

1 = kadang inkontinensia (sekali seminggu)

2 = Kontinensia (teratur)

7Pengguanaan toilet 0 = tergantung bantuan orang lain

1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri

2 = mandiri

8Transfer 0 = tidak mampu

1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)

2 = bantuan kecil (1 orang)

3 = mandiri

9Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)

1 = menggunakan kursi roda

2 = berjalan dengan bantuan satu orang

3 = mandiri (meskipun menggunakan alat bantu, seperti tongkat)

10 Naik turun tangga 0 = tidak mampu

1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)

2 = mandiri

Interpretasi hasil :

20 : Mandiri

12-19: ketergantungan ringan

9-11 : ketergantungan sedang

5-8: ketergantungan berat

0-4 : ketergantungan total

2) Indeks Kartz

Untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal 1) makan, 2) kontinen BAB, 3) berpindah, 4) ke kamar kecil, 5) Mandi dan berpakaian, (Maryam, R. Siti, Dkk, 2011)

Tabel 2. Penilaian Indek Kartz menurut Maryam, R. Siti. Dkk, 2011

Skore Kriteria

AKemandirian dalam hal makan, Kontinen (BAB atau BAK), berpindah, ke kamar kecil mandi dan berpakaian.

BKemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.

CKemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan

DKemandirian dalam semua hal kecuali hal kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tamabahan.

EKemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu tambahan.

GKetergantungan pada ke enam fungsi tersebut.

Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C,D,E atau F.

Keterangan :

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun sebenarnya mampu.

1. Mandi

Mandiri: Bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.

Bergantung: bantuan lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.

2. Berpakaian

Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian, mengancingi atau mengikat pakaian

Bergantung: Tidak dapat memakai baju sendiri atau baju hanya sebagian.

3. Ke kamar kecil

Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genetalia sendiri

Bergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot.

4. Berpindah

Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri.

Bergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak memerlukan satu, atua lebih berpindah.

5. Kontinen

Mandiri: BAK dan BAB seluruh dikontrol sendiri

Bergantung: Inkontinensia parsial atau lokal; penggunaan kateter, pispot, enema, dan pembalut (pampres)

6. Makan

Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.

Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan, dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT)

Tabel 3. Modifikasi indeks kemandirian Katz menurut maryam, R. Siti, dkk, 2011

No.Aktifitas Mandiri

Nilai (1)Bergantung

Nilai (2)

1.Mandi dikamar mandi (menggosok, membersihkan, dan mengeringkan badan)

2.Menyiapkan pakain, membuka, dan menggunakannya.

3Memakan makanan yang telah disiapkan

4Memelihara kebersihan diri untuk penampilan (menyisir rambut, menggosok gigi, bercukur kumis)

5Buang air besar di WC (membersihkan dan mengeringkan daerah bokong)

6Dapat mengontrol pengeluaran feces (tinja)

7Buang air kecil dikamar mandi (membersihkan dan mengeringkan daerah kemaluan)

8Dapat mengontrol pengeluaran air kemih

9Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke luar ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.

10Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianut.

11Melakukan pekerjaan rumah, seperti ; merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan membersihkan ruangan)

3.2 Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri kepala

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertrofi ventrikel kiri

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oedema

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

6. Cemas berhubungan dengan proses penyakit

3.3 Intervensi

1. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler serebral.Tujuan:setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x6 jam pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol,Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.

Kriteria Hasil :

1. Pasien melaporkan nyeri hilang/terkontrol

2. Wajah pasien rileks

3. Pasien dapat melakukan aktifitas mandiri Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSIRASIONAL

1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.2. Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi.3. Hilangnya/minimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat menurunkan dan sakit kepala, misalnya: batuk panjang, mengejan saat BAB, dan lain-lain.4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres di hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.6. Kolaborasi dalam pemberian analgesic dan antiancietas.1. Meminimalkan stimulasi atau menurunkan relaksasi.2. Menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasi.3. Menyebabkan sakit kepala pada adanya tekanan vaskuler serebral karena aktifitas yang meningkatkan vaskonotraksi.4. Pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.5. Menaikkan kenyamanan kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan mukosa.6. Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperbuat oleh stress.

2. Curah jantung, penurunan, resti, terhadap.Berhubungan dengan:Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia myokardia, hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler, Tujuan:

1) Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.

2) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau tekanan darah.2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.4. Amati warna kulit, kelembaban suhu, dan masa pengisian kapiler.5. Catat edema umum/tertentu.6. Beri lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktifitas/keributan lingkungan dan batasi jumlah pengunjung dan lamannya tinggal.7. Pertahankan pembatasan aktifitas (jadwal istirahat tanpa gangguan, istirahat di tempat tidur/kursi), bantu pasien melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kebutuhan.8. Lakukan tindakan yang nyaman (pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur).9. Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi, dan panduan imajinasi.10. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.11. Kolaborasi dalam pemberian obat-obat sesuai indikasi seperti:Diuretik tiazoid: diuril, esidrix, bendroflumentiazoid12. Kolaborasi dalam memerikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi.13. Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.

1. Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.2. Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin diamati atau tekanan palpasi. Denyutan pada tungkai mungkin menurun: efek dari vasokontraksi.3. Bunyi jantung IV umum terdengar pada hipertensi berat dan kerusakan fungsi adanya krakels mengi dapat mengindikasi kongesti paru sekunder terhadap atau gagal jantung kronik.4. Mungkin berkaitan dengan vasokontraksi atau mencerminkan dekompensasi atau penurunan curah jantung.5. Mengindikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.6. Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, menurunkan relaksasi.7. Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.8. Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.9. Menurunkan rangsangan stress membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.10. Respon terhadap terapi obat tergantung pada individu dan efek sinergis obat.11. Dapat memperkuat agen antihipertensi lain dengan membatasi retensi cairan.12. dapat menangani retensi cairan dengan respon hipertensi yang dapat melibatkan beban kerja jantung.13. Bila hipertensi berhubungan dengan adanya fcokromositoma maka pengangkatan tumor dapat memperbaiki kondisi.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)d. Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan: Masukan berlebihan sehubungan dengan metabolic, Tujuan:

1) Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.

2) Menunjukkan perubahan pola makan.3) Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.4) Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat.Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, gula sesuai indikasi.3. Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.5. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi dan kolesterol.6. Kolaboratif, rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.

1. Kegemukan adalah resiko tambahan pada hipertensi karena kondisi proporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.2. Kesalahan kebiasaan maksimum menunjang terjadinya atherosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.3. Motivasi penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.4. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian/penyuluhan dan mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program diet terakhir.5. Penting untuk mencegah perkembangan aterogenesis.6. Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

5. Intoleran aktifitas Berhubungan dengan: kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2Tujuan :

Setalah dilakukan tindakan selama 1x24 jam pasien :

a. Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/diperlukan.b. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.c. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda toleransi fisiologis.Kriteria hasil :

a. Tekanan darah Normal, 120/80

b. Pasien bisa melakukan aktifitas dengan mandiri

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji respon pasien terhadap aktifitas frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah yang nyata selama/sesudah aktifitas.2. Instruksikan tehnik penghematan energi (menggunakan kursi saat mandi, duduk, menyisir rambut atau menyikat gigi, lakukan aktifitas dengan perlahan).3. Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.1. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis stress terhadap aktifitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktifitas.2. Dapat mengurangi penggunaan energi dan membantu keseimbangan antara suplai antara suplai dan kebutuhan O2.3. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah penurunan kerja jantung tiba.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan dengan:1) Kurang pengetahuan/daya ingat2) Misinterpretasi informasi3) Keterbatasan kopnitif.4) Menyangkal diagnosa.Tujuan:

1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan2) Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.3) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.Intervensi dan Rasional :

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat.2. Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak.3. Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang diinginkan.4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah misalnya obesitas, diet, tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton, dan minum alcohol, pola hidup stress.5. Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan, penggunaan alcohol yang berlebihan.6. Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum menggunakan obat.7. Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau cairan tinggi kalium.

1. Mengidentifikasi kemampuan klien dalam menerima pembelajaran.2. Meningkatkan pengetahuan klien tentang tekanan darah normal dan efek hipertensi.3. Tekanan darah normal pada setiap orang berbeda tergantung pada banyak faktor.4. Mencegah meningkatnya tekanan darah dengan memperhatikan faktor faktor resiko.5. Dapat menyebabkan tekanan darah berubah ubah.

6. Menghindari terjadinya resiko overdosis obat.

7. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)DAFTAR PUSTAKAElsanti, S. (2009). Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung. Yogyakarta.: Araska.Martha, Kurnia. (2012) Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta. AraskaCorwin, E.J., 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCJunaidi, Iskandar, 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.Price, S.A. & Wilson L.M., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Perjalanan Penyakit, 6th ed. Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCBustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.Sustrani L., 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Sharma S et al, 2008. Hypertension. Last update augt 2008. www.medicine.com. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2010

Jantung (bilik/ ventrikel kiri) Aorta Arteri Arteriole Capillary bed atau A V Anastomose Venule Vena Vena Cava (Vena Cava Inferior dan Vena Cafa Superior) Jantung (Atrium / serambi kanan).

Jantung (bilik /ventrikel kanan) Arteri Pulmonalis Paru Kapilaria paru Vena Pulmonalis jantung (atrium / serambi kiri).