makalah haji dan umrah

28
MAKALAH FIQIH “Ibadah Haji Dan Umrah” Disusun Oleh : Ketua : Deden Haditia Sekretaris : Ela Nurlaela Anggota : 1. Agus Sanroni 2. Ahmad Suhandi 3. Andri Rusmana 4. Asep Suryanto 5. Deni Hamdani 6. Deni Wijaya 7. Desi Aprianty 8. Edwar Azis M.

Upload: abdulkusnan

Post on 08-Aug-2015

421 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Haji Dan Umrah

MAKALAH FIQIH

“Ibadah Haji Dan Umrah”

Disusun Oleh :

Ketua : Deden Haditia

Sekretaris : Ela Nurlaela

Anggota : 1. Agus

Sanroni

2. Ahmad

Suhandi

3. Andri

Rusmana

4. Asep

Suryanto

5. Deni

Hamdani

6. Deni Wijaya

7. Desi

Aprianty

8. Edwar Azis

M.

MADRASAH ALIYAH NEGERI

Page 2: Makalah Haji Dan Umrah

I BAYAH2006 / 2007

Page 3: Makalah Haji Dan Umrah

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT dzat yang Maha Sempurna pencipta dan penguasa

segalanya. Karena hanya dengan ridho-nya penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang

diharapkan yaitu makalah tentang “Ibadah Haji dan Umrah”.

Dengan harapan semoga tugas makalah ini bisa berguna dan

ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin.

Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses

penyusunan tugas makalah ini, karena penulis sadar sebagai

makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada

interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta

rahmat dan karunia dari –Nya.

Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dengan secermat

mungkin. Namun sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput

dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi dan

sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.

Warlam, Desember 2006

Penyusun

Page 4: Makalah Haji Dan Umrah

DAFTAR ISI

Hal

JILID.......................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1

A. Alasan Memilih Judul................................................. 1

B. Rumusan Masalah..................................................... 1

C. Tujuan Pembuatan Makalah...................................... 1

D. Metode Penulisan...................................................... 2

E. Sistematika Pembahasan.......................................... 2

BAB II IBADAH HAJI DAN UMRAH.............................................. 3

A. Kewajiban Haji Dan Umrah....................................... 3

B. Manasik Haji Dan Umrah........................................... 4

C. Hikmah Haji Dan Umrah........................................... 11

D. Melaksanakan Haji Dan Umrah Jika Mampu.............. 14

BAB III PENUTUP...................................................................... 16

A. Kesimpulan............................................................... 16

B. Saran........................................................................ 16

Page 5: Makalah Haji Dan Umrah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Memilih Judul

Makalah ini berjudul “Ibadah Haji da Umrah”. Adapun

yang menjadi masalah penyusun dalam memilih judul ini

antara lain :

1. Sepengetahuan penyusun, masalah tersebut sangat

bagus untuk dibahas

2. Penulis tertarik dengan masalah tersebut

3. Sumbernya mudah dipahami

4. Salah satu materi pokok yang sudah ditentukan oleh

guru mata pelajaran fiqih untuk dibahas lebih lanjut

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana kita ketahui, ibadah haji dan umrah

sangat penting bagi orang yang mmapu, dan akan berdosa

apabila sudah mampu tetapi masih tidak melakukan

kewajiban untuk naik haji ke baitullah, sehingga penyusun

merumuskan masalah ini apa hikmahnya ibadah haji dan

umrah bagi umat manusia yang melaksnakannya ? dan apa

kewajiban haji dan umrah, manasik haji dan umrah serta

bagaimana cara melaksanakan haji dan umrah bagi orang

yang mampu ?

Oleh karena itu di dalam pembahasan Makalah ini

penyusun hanya akan membahas masalah “Ibdah Haji dan

dan Umrah”.

C. Tujuan Pembuatan Makalah

Adapun yang menjadi tujuan dari pada pembuatan

makalah yaitu sebagai berikut :

Page 6: Makalah Haji Dan Umrah

1. dapat mengetahui bagaimana cara mau naik haji dan

umra, apa kewajiban haji dan umrah, apa manasik haji

dan umrah serta apa hikamn dan manfaat naik haji dan

umrah dalam kehidupan sehari – hari.

2. Untuk menambah wawasan. Tentang ibadah haji dan

umrah

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah

:

1. Mencari sumber-sumber yang berhubungan dengan

materi Ibdah haji dan umrah.

2. Pendekatan keperpustakaan sebagai upaya

pemantapan naskah penulis makalah.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan

makalah ini adalah :

Kata Pengantar Yang memuat ucapan terima kasih

kepada pihak yang telah memberi motivasi

Daftar isi Yang meliputi rangkuman pokok bahasan

yang diuraikan dalam makalah ini.

Bab I Pendahuluan yang menguraikan latar

belakang masalah, alasan pemilihan judul,

tujuan pembuatan makalah, pembahasan

masalah, metode penulisan dan sistematika

penulisan

Bab II Studi tentang Ibdah haji dan umarah yang

meliputi kewajiban haji dan umrah, manasik

haji, hikmah haji dan umrah dan

melaksanakan haji dan umrah jika mampu.

Page 7: Makalah Haji Dan Umrah

Bab III Penutup yang meliputi kesimpulan dan

saran.

Page 8: Makalah Haji Dan Umrah

BAB II

IBADAH HAJI DAN UMRAH

A. Kewajiban Haji Dan Umrah

Sejak tahun ke- 6 Hijriyah, ibadah haji resmi menjadi

kewajiban umat islam. Penetapan kewajiban ini terjadi

setelah turunnya ayat. Dan sempurnakanlah haji dan umrah

karena Allah. (QS. Al-Baqarah : 196).

Kata haji berasal dari bahasa arab yang berarti

menyengaja, menuju suatu tempat, mengunjunginya secara

berulang-ulang. Begitu juga dengan umrah, yang juga dapat

berbarti mengunjungi atau menuju suatu tempat.

Sedang menurut istilah syara’ haji dan umrah berarti

“menyengaja mengunjungi ka’bah dengan niat untuk

beribadah pada waktu tertentu, dengan syarat-syarat

tertentu dan tata cara tertentu.” Pengertian ini erat

keitannya dengan segala ketetntuan haji yang sifatnya

pekerjaan fisik, berbentuk “bepergian beribadat” ke

mekkah. Hampir seluruh bentuk bepergian beribadat

tersebut dipaksakan , atau disengajakan, seperti melakukan

thawaf, sa’i, wukuf di arafah atau mabit di Mina.

Yang dimaksud “mampu” dalam pelaksanaan ibadah

haji, di samping mampu secara fisik (tidak sakit, dewasa,

dan sebagainya), juga paling penting adalah mampu

menanggulangi kebutuhan biaya perjalanannya. Kewajiban

ini pun masih ditentukan pula oleh kondisi keamanan di

perjalanan dan kemampuan penampungan (kuota) tempat

berhaji. Dasar hukum tentang kewajiban haji ini adalah

firman Allah SWT yang artinya :

Page 9: Makalah Haji Dan Umrah

Dan karena Allah, diwajibkan atas manusia melakukan

ibadah haji ke Baitullah, bagi yang mampu

melaksanakannya. (Q.s. Ali Imran : 97).

B. Manasik Haji Dan Umrah

1. Tata Urutan Pelaksanaan Haji Dan Umrah

Bagi yang hendak melaksanakan ibadah haji atau

umrah di makkah Al-Mukarramah, ia akan mengerjakan

hal-hal rukniyah secara berurutan, yaitu :

a. Pada tanggal 8 dzulhijah (hari tarwiyah) jamaah

haji dimulai ihram dengan berniat haji, ihram

tersebut dilaksanakan sejak dari miqat (makkah

atau dari mana saja jamaah haji tinggal di daerah

haram). Selanjutnya bersiap diri menuju mina.

Hingga di sana mereka diharuskan bermalam.

Batas terakhir berada di mina adalah sampai

matahari terbit yaitu waktu pagi-pagi hari

berikutnya (tanggal 9 Dzulhijah) kurang lebih jam

sembilan.

b. Pada tanggal 9 Dzulhijah setelah matahari terbit

ini, jamaah haji selanjutnya berangkat menuju

Arafah untuk berwukuf (berhenti, “tinggal di sana”)

hingga matahari terbenam. Dalam istilah fiqih hari

inilah yang dikenal dengan sebutan hari Arafah.

c. Pada tanggal 9 Dzulhijah seteah matahri terbenam,

jamaah haji mulai meninggalkan Arafah menuju

Muzdalifah. Di sini mereka harus melaksanakan

shalat Magrib dan Isya’ secara jamak ta’khir,

bermalam sampai datangnya waktu shalat Shubuh

dan mengerjakannya. Jamaah haji selanjutnya

bersiap-siap untuk berangkat ke Mina.

Page 10: Makalah Haji Dan Umrah

d. Sebelum matahari terbit pada tanggal 10 Dzulhijah

(tepat pada hari raya idul Adha) ini, jamaah haji

hendaknya sudah berada di Mina. Karena itu bagi

mereka yang lemah seperti anak-anak dan orang-

orang lanjut usia dibolehkan meninggalkan

Muzdalifah sejak tengah malam. Di mina inilah

jamaah haji diwajibkan melakukan jumrah aqadah,

menyembelih qurban (bagi yang haji tamattu’ dan

qiran) dan memotong rambut. Hingga di sini

jamaah haji berarti sudah melaksanakan tahalul

pertama.

e. Selanjutnya jamaah haji menuju makkah untuk

melakukan thawaf (ifadah) dan sa’i

f. Kemudian jamaah haji kembali lagi ke Mina, lantas

bermalam di sana pada malam sebelas dan dua

belas Zulhijah, dan sepanjang mabit mereka

diperintahkan dalam setiap harinya melempar tiga

jumrah.

g. Dengan tertibnya melaksanakan urutan rukun-

rukun haji di atas selesailah pelaksanaan ibadah

haji.

Dalam pelaksanaan ibadah haji dikenal ada tiga

cara haji yaitu haji ifrad, tamattu dan qiran. Mereka

yang menunaikan ibadah haji diperbolehkan memilih

salah satu dari ketiga cara tersebut. Dasar hukum tata

cara pelaksanaan haji ini adalah sabda Nabi saw yang

artinya :

Dari aisyahra berkata : “kami berangkat haji

bersama rasulullah saw dalam haji wada’, di antara

kami ada yang melakukan ihram umrah, ada pula

yang melakukan ihram untuk haji dan umrah, dan

Page 11: Makalah Haji Dan Umrah

ada pula yang berihram untuk haji. Sedangkan

rasulullah saw berihram untuk haji. Orang yang

melakukan ihram untuk haji, atau untuk haji

bersama-sama umrah tidak melakukan tahalul

sampai selesai pada hari nahar.” (HR. Ahmad

Bukhori Muslim dan Malik).

2. Tiga Cara Berhaji

Untuk memahami ketiga cara berhaji ini lebih

lanjut, diuraikan penjelasan masing-masing secara

singkat.

a. Haji Ifrad

Haji Ifrad artinya haji yang disendirikan (atau

umrah yang disendirikan). Keduanya dilaksanakan

secara terpisah, tetai haji dilaksanakan lebih

dahulu. Pada saat ihram, jamaah haji yang berhaji

secara ifrad hendaknya berniat dengan

“labbaikallah bihajjin” (ya Allah, saya berniat haji).

Dan selama ihram pula hendaknya seluruh

ketentuan haji dilakukan, kecuali setelah selesai

melaksanakan haji ifrad ini, jamaah diperkenankan

melaksanakan umrah.

b. Haji Tamattu’

Haji tamattu’ ialah cara melaksanakan ibadah

haji secara terpisah dengan umrah. Sesuai dengan

arti kata tamattu’ yaitu bersenang-senang atau

bersantai, maka pelaksanaan ibadah haji dengan

cara ini pun bersantai, yakni bersenggang waktu

cukup lama antara umrah dan haji. Dalam haji

tamattu’ ini umrah lebih didahulukan. Niat yang

dilafadkan adalah “labbaika bi umratin” (Ya Allah,

saya berniat umrah).

Page 12: Makalah Haji Dan Umrah

Setelah itu jamaah haji tamattu’ menuju ke

mekah untuk melakukan thawaf, sa’i dan

memotong rambut. Hingga di sini mereka berarti

telah bertahallul. Mereka melepas pakaian ihram

dan otomatis semua larangan ketika berihram

sudah bebas dikerjakan seperti biasa. Hal ini

berlaku sampai tiba waktu ibadah haji. Adapun bila

saat haji tiba, maka mereka harus berihram

kembali dari makkah.

c. Haji Qiran

Arti qiran adalah menggabung,

membersamakan, dalam hal ini membersamakan

berihram untuk melaksanakan haji dan umrah

secara seklaigus. Ketika bertalbiyah pelaku haji

qiran mengucapkan “labbaikan bihajin wa umratin”

(ya Allah, saya berniat haji dan umrah). Hal ini

diucapkannya ketika berada di miqat.

Sepanjang berihram hendaknya seluruh

ketetapan umrah dan haji diselesaikan hingga

bertahalul dengan memotong rambut setelah

jumrah aqabah.

Dari tiga pembahasan tentang cara berhaji ini

tentu muncul pertanyaan, mana yang lebih utama ?

Para sahabat dan jumhur ulama sepakat, bahwa haji

ifrad lebih utama. Setelah itu baru tamattu’ dan qiran.

Setelah Rasulullah saw wafat, para khulafaurrasyidin

selalu melakukan haji ifrad.

3. Pelaksanaan Umrah Di Luar Musim Haji

Umrah berasal dari kata arab “I’timar” yang berarti

ziarah atau berkunjung. Umrah dapat dilakukan

Page 13: Makalah Haji Dan Umrah

sewaktu-waktu, sepanjang tahun, dan sangat utama

dikerjakan pada bulan ramadhan dan bualn – bulan haji

(seperti syawal, zulqa’dah dan dzulhijjah). Daalam fiqih,

umrah dikategorikan dalam kerangka hukum fardhu

‘ain, yaitu peribadatan yang wajib dilaksanakan oleh

setiap mukallaf meski satu kali dalam seumur hidup

seperti halnya haji. Dasar hukum perwajibannya adalah

firman Allah SWT yang artinya :

Sempurnakan oleh kamu haji dan umrah karena

Alla. (Qs. Al-Baqarah : 196)

Syarat, rukun dan wajib umrah sama dengan

syarat-syarat, rukun dan wajib haji. Demikian juga

tentang larangan-lrangannya.

Hanya pada umrah tidak ada pelaksanaan wuquf di

arafah, tidak ada mabit di muzdalifah dan tidak ada

lontar jumrah. Beberapa perbuatan yang dilakukan

saat berumrah adalah thawaf, sa’i dan memotong

rambut, dengan terlebih dahulu diawali oleh ihram

umrah dan miqat sebelumnya. Semuanya dilaksanakan

secara tertib.

Banyak sekali hadits nabi yang mendorong

umatnya untuk mengerjakan umrah, misalnya yang

menyatakan bahwa, “umrah di dalam bulan ramadhan

sangan dengan haji”. Atau hadits lainnya yang artinya :

Dari abu huraiarah ra bahwasanya rasulullah saw

bersabda : “Umrah ke umrah menjadi enebus apa-

apa di antara keduanya, dan tiada balasan bagi

haji yang mabrur kecuali surga”. (HR. Bukhari-

muslim).

Demikian besarnya manfaat umrah bagi

kehidupan rohani kita, maka tidak heran bila kita

Page 14: Makalah Haji Dan Umrah

menjumpai kebiasaan penyelenggaraan ibadah umrah

di luar bulan (musim) haji.

Secara historis sebenarnya umrah di luar musim

haji biasa dilakukan oleh para sahabat. Misalnya, siti

‘aisyah berumrah tiga kali dalam satu tahun, umar ra

melakukan umrah pada bulan syawal dan kembali ke

madinah tanpa melakukan ibadah haji. Nabi sendiri,

menurut riwayat ibnu abbas melakukan umrah empat

kami, yaitu umrah hudaibiyah, umrah wadha. Umrah

dari ji’ranah, dan umrah yang dilakukan bersama

dengan haji beliau.

4. Kedudukan Berhaji Setelah Berumurah Di Luar Musim

Haji

Perbedaan-perbedaan antara ibadah haji dan

umrah bagaimana telah dikemukakakn di atas

melandasi cara berfikir pemisahan dua hukum umrah

dan haji ini. Artinya, bahwa umrah bisa berdiri sendiri

sebagai satu bentuk ibadah tanpa harus selalu

dikaitkan dengan haji. Karena itu, umrah yang telah kita

lakukan berbeda waktu (tepatnya, tahun pelaksanaan)

sebelum berhaji, adalah umrah saja, dan tidak ada

pengaruhnya bagi pelksanaan haji sesudahnya.

Adapun hukum dan nilai umrah yang selalu terkait

dengan pelaksanaan ibadah haji adalah umrah yang

dilaksanakan dalam tahun pelaksanaan yang sama,

sepert hubungan pelaksanaan umrah dan haji pada tiga

cara berihram di atas, yaitu haji ifrad, tamattu dan

qiran. Ketiga cara berhaji itu mendudukkan umrah

sebagai faktor pelengkap pelaksanaan ibadah haji.

Maka sangat mustahi melakukan haji tanpa

Page 15: Makalah Haji Dan Umrah

mengerjakan umrah. Dalam ibadah haji, umrah dan haji

merupakan satu kesatuan.

Bahkan untuk menyatukan perbedaan umrah

umrah dan haji kenyataan bahwa para jumaah haji

pada umumnya, setelah selesai melaksanakan umrah

untuk berhaji, mereka juga melakukan umrah di luar

ibadah haji. Hal ini sama dengan orang yang

melaksanakan umrah di luar musim haji. Jadi

menunaikan haji setelah umrah di luar musim haji tetap

wajib hukumnya. Umrah itu tidak berpengaruh pada

haji yang akan dilaksanakannya, di antaranya karena

niat umrah di luar musim haji tidak bisa dijadikan syarat

sah haji berikutnya.

5. Prosedur Pelaksanaan Ibadah Haji Di Indonesia

Prosedur pelaksanaan ibadah haji pada setiap

negara berbeda, tergantung pada kebijakan pemerintah

terhadap sektor keagamaan yang diberikan. Bagi

jamaah haji indonesia, prosedur pelaksanaan haji ini

selalu berkembang semakin baik. Sejak era pra

kemerdekaan (zaman kolonial tahun 1945), yang

membatasi keberangkatan haji masyarakat karena

dicurigai akan membawa pengaruh pada gerakan

keagamaan sesudahnya era awal kemerdekaan (1945 –

1960-an), yang merupakan masa konsolidasi dan

penataan prosedur pemberangkatan haji, di mana

kemudahan-kemudahan administrasi, teknis dan

fasilitas terus ditingkatkan dan era pembangunan

(1960-an hingga sekarang) yang telah berhasil

merumuskan prosedur penerangan, rekruitmen,

pendaftaran, pendataan, pemberangkatan, pelayanan

dan pemulangan jamaah haji secara terarah dan

Page 16: Makalah Haji Dan Umrah

sistematis. Di samping kemudahan pelayanan

administrasi, juga penambahan fasilitas yang semakin

berkualitas.

Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan ibadah

haji ini, calon haji akan memperoleh penerangan dari

departemen agama melalui bidang atau pembimbingan

urusan haji daerah tingkat II / kabupaten. Penerangan

yang diberikan meliputi berbagai aspek yang berkaitan

langsung dengan pemberangkatan calon haji, seperti

besarnya ONH (ongkos naik haji), cara penyetorannya,

pendaftaran, tes kesehatan, penataran calon haji,

pengelompokkan, panggilan keberangkatan,

pengasramaan, pemulangan dan sebagainya.

Adapun tahapan-tahapannya secara rinci sebagai

berikut :

a. Menjelang pendaftaram calon jamaah haji,

pemerintah mengumumkan besarnya ONH.

b. Setiap peserta diperiksa kesehatannya, baik

jasmani maupun rohani.

c. Kemudian menyetorkan ONH ke bank-bank yang

membuka penerimaan ONH

d. Paling lambat 10 hari setelah penyetoran ONH,

calon haji mendaftarkan diri kepada bupati / wali

kota / kstaf urusan haji setempat dengan

membawa tanda bukti ONH, surat keterangan

dokter, pas photo 3 x 4 sebanyak 15 lembar dan

ukuran 6 x 6 sebanyak 2 lembar.

e. Setelah itu, calon jamaah haji akan menerima :

1) Buku tuntunan manasik haji

2) Petunjuk perjalanan haji dan ziarah ke tanah

suci

Page 17: Makalah Haji Dan Umrah

3) Petunjuk bergambar perjalanan haji di

indonesia

4) Doa-doa manasik haji

f. Sambil menunggu pemberangkatan, diadakan

penataran calon haji

g. Kemudian dibentuk pengelompokkan jamaah,

seperti regu kelompok terbang (kloter)

h. Mendapat panggilan untuk masuk asrama

embarkasi

i. Pemeriksaan kembali kesehatan dan diberi

dokumentasi perjalanan haji dan living cost (biaya

hidup)

j. Pemberangkatan

Guna memudahkan pelaksanaan haji,

pemerintah membentuk petugas-petugas haji,

seperti TPHI (team petugas haji indonesia), TKHI

(team kesehatana haji internasional), TPIH (team

pembimbing ibadah haji) dan PPH ( pas perjalanan

haji). Hingga tahun 1995 pelaksanaan prosedur

pemberangkatan haji telah diuji kekurangan dan

kelebihannya. Namun demikian, pemerintah telah

berusaha dengan maksimal untuk melayani

masyarakat yang hendak melaksanakan haji.

C. Hikmah Haji Dan Umrah

Ibadah haji yang dilaksanak setiap tahun di makkah al-

mukarramah itu, menurut ali syariati – cendikiawan muslim

berkembangsaan iran – merupakan doktrin islam yang

praktis teoritis yang diterima oleh berjuta-juta umat islam

ari berbagai penjuru dunia. Pada saat berlangsungnya

ibadah haji mereka mepelajari hakikat ajaran islam

mengenai persatuan, persamaan, perhatian terhadap nasib

Page 18: Makalah Haji Dan Umrah

bangsa seagama dan sebagainya. Informasi dan

pengetahuan yang mereka terima tersebut pada dilirannya

harus mampu menerangi masyarakat lainnya yang tidak

memiliki kesempatan menunaikan ibadah haji.

Ungkapan Ali Syariati tersebut mengajak kepada kita

untuk menggali hikmah yang terkandung oleh perintah

melaksanakan ibadah haji ini. Dapat dipastikan bahwa

ibadah haji memiliki dua dimensi nilai.

Pertama, ibadah haji sebagai ibadah perorangan yang

mendidik pribadi pelakunya meningkatkan nilai ketaatan

pada agamanya.

Kedua, ibadah haji sebagai ibadah yang dilakukan

berjamaah (secara massif) akan memiliki nilai-nilai

kemasyarakatan bahkan kebangsaan yang dapat

meningkatkan kehramonisan dan kemajuan hidup

bermsayarakat / berbangsa. Dua dimensi nilai ajaran atau

hikmah pelaksanaan ibadah haji ini lebih lanjut di jabarkan

sebagai berikut :

1. Hikmah Haji Dan Umrah Bagi Pelakunya

Bagi seorang individu muslim yang telah

melaksanakan ibadah haji, akan memperoleh hikmah :

a. Meningkatkan nilai keteguhan dan keyakinan

terhadap keberadaan dan keagungan Allah SWT

sebab pelaksanaan ibadah haji / umrah sangat

mengutamakan keikhlasan, ketawaduan dan

kekhusyukan.

b. Memperkuat ketahanan fisik (jasmani) dan

ketahanan mental (rohaniyah) serta meningkatkan

pengendalian keseimbangannya. Sebab ibadah haji

hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang sehat

jasmani dan rohani. Ketika haji berlangsung, ajaran

Page 19: Makalah Haji Dan Umrah

syariah memberikan batasan-batasan kebolehan

dan larangan terhadap perbuatan para pelaku haji.

Bila kemampuan pengendalian kurang kuat, besar

kemungkinan hajinya cacat.

c. Meningkatnya semangat berkorban, karena ibadah

haji memang membutuhkan pengorbanan sejak

awal, baik biaya, waktu, tenaga dan sebagainya.

d. Meningkatnya keampuan psikologis terhadap

setiap penderitaan yang dialami oleh siapa pun

secara pribadi maupun kelompok. Sebab ketika

berhaji, penderitaan (kesulitan) yang sifatnya

pribadi hendaknya mampu dipecahkan secara

pribadi pula, tetapi terkadang menjumpai

penderitaan orang lain yang membutuhkan

pertolongan kita.

e. Tergalinya nilai kebersamaan dan kesederajatan

sesama manusia secara sosial, karena ketika

berihram pakaian yang dikenakan seragam.

Perbedaan tingkatan kemuliaan hanya ditentukan

oleh kemampuannya memperoleh derajat takwa di

hadapan Allag SWT.

f. Membangkitkan nilai tanggung jawab, karena

berhaji / umrah secara batiniyah menunjukkan

nilai-nilai tanggung jawab pribadi saat berprlaku di

hadapan kelompok besar jamaah haji lainnya/ lebih

utama lagi ketika harus mengakui kekecilan dirinya

di hadapan Allah SWT di depan Ka’bah

.

2. Hikmah Haji Dan Umrah Bagi Masyarakat Umum

Page 20: Makalah Haji Dan Umrah

Adapaun keuntungan atau himah melaksanakan

ibadah haji bagi masyarakat pada umumnya, adalah :

a. Melalui ibadah haji atau umrah, umat islam

disegenap penjuru dunia dapat mengadakan

silaturahim. Hal ini memudahkan tercapainya

ukhuwah islamiyah dan ukhuwah basyariyah

sesama muslim dari berbagai bangsa di dunia.

b. Ibadah haji atau umrah dapat dijadikan sebagai

suatu standar internasional keberhasilan atau

kegagalan dakwah islamiyah yang dilakukan oleh

berbagai organisasi dakwah di dunia. Melalui

ibadah haji atau umrah ini dapat diketahui nilai

keluasan dan pengalaan ajaran-ajaran keagamaan

dari setiap pelaku haji.

c. Memontum yang dapat dijadikan sebagai inspirasi

terjalinnya kerja sama antar bangsa-bangsa muslin

se dunia bagi perjuangan dalam meraih

kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia.

d. Peristiwa yangd apat mempertemukan pada

pemikir, cendikiawan dan ulama dari berbgaai

penjuru dunia untuk saling mengkomunikasikan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

masing-masing bangsanya.

e. Dalam konteks bangsa tertentu seperti indonesia,

ibadah haji dan umrah dapat menumbuhkan

semangat keagamaan dalam kehidupan

masyarakat scara umum. Mereka yang telah

berhaji oleh masyarakat sendiri seringkali dijadikan

sebagai orang yang patut dijadikan panutan dan

tokoh.

Page 21: Makalah Haji Dan Umrah

f. Pendapatan dari pengelolaan secara produktif

terhadap dana tabungan haji telah ikut

menumbuhkan tingkat perekonomian dan

kesejahteraan rakyat secara langsung. Hal ini

sudah dibuktikan di negara kita.

g. Semangat untuk berhaji atau berumrah yang

membutuhkan penyediaan dana yang tidak sedikit,

secara pasti ikut membentuk etos kerja

masyarakat dalam budaya economic minded yang

sehat.

D. Melaksanakan Haji Dan Umrah Jika Mampu

Melaksanakan ibadah haji itu wajib hukumnya bagi

yang mampu, sebagaimana dijelaskan di dalam Qs. Ali

Imran : 97, yang artinya : Jika seorang muslim yang sudah

mampu dan punya kesempatan, lalu tidak segera

menunaikan ibadah haji, maka hukumnya adalah dosa.

Bahkan rasulullah saw. Pernah memperingatkan kita dalam

haditsnya yang artinya “Siapa yang memiliki bekal dan

kendaraan yang dapat menyampaikannya pergi haji ke

baitullah, kemudian ia tidak segera berhaji, maka tidak ada

halangan bagianya untuk mati dalam keadaan yahudi atau

nasrani.” HR. Turmudzi dan nasai dai Ali bin Abi thalib).

Sesungguhnya wajib haji dan umrah itu hanya satu kali

seumur hidup atas orang-orang yang mampu. Maka siapa

yang mati atau lumpuh dan tidak dapat menunaikan ibadah

haji setelah ia mampu dan sempat, maka ia mati dalam

kefasikan. Demikian pula yang lumpuh, hingga ia dihajikan

oleh orang lain.

Imam Al-Ghazali mengatakan : “Siapa yang telah

mampu berhaji. Lalu menunda-nunda hingga pailit, maka

Page 22: Makalah Haji Dan Umrah

harus berusaha meminta zakat / shadaqah untuk berhaji.

Jika tidak, maka ia mati dalam keadaan berdosa / maksiat.”

Page 23: Makalah Haji Dan Umrah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata haji

berasal dari bahasa arab yang berarti menyengaja, menuju

suatu tempat, mengunjunginya secara berulang-ulang.

Begitu juga dengan umrah, yang juga dapat berbarti

mengunjungi atau menuju suatu tempat. Sedang menurut

istilah syara’ haji dan umrah berarti “menyengaja

mengunjungi ka’bah dengan niat untuk beribadah pada

waktu tertentu, dengan syarat-syarat tertentu dan tata cara

tertentu.” Pengertian ini erat keitannya dengan segala

ketetntuan haji yang sifatnya pekerjaan fisik, berbentuk

“bepergian beribadat” ke mekkah. Hampir seluruh bentuk

bepergian beribadat tersebut dipaksakan , atau

disengajakan, seperti melakukan thawaf, sa’i, wukuf di

arafah atau mabit di Mina.

B. Saran

Dari penjelasan di atas penyusun menyarankan kepada

orang yang sudah mmapu untuk naik haji maka laksanakan

ibadah haji dan umrah ke baitullah. Dan jika mau

melaksanakannya kita harus tahu dahulu kewajiban-

kewajiban haji dan umrah serta bagaimana manasik haji dan

umrah.