makalah gout (repaired)
DESCRIPTION
MakalahTRANSCRIPT
MO RM
“Seorang Laki-laki dengan Gout Arthritis”
KELOMPOK VI
030-2008-113 Hana Amalia
030-2008-186 Nurul Azizah
030-2009-076 Dyka Jafar Hutama Putra
030-2009-176 Nyimas Ratih Amandhita NP
030-2010-006 Adisti Zakyatunnisa
030-2010-026 Anak Agung Anom Suwahyu
030-2010-036 Afriliani Zahra
030-2010-046 Ayu Nabila Kusuma P
030-2010-076 Desy Elia Pratiwi
030-2010-086 Disa Edralyn
030-2010-106 Ferry Ciputra Wirawan
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 20 Oktober 2011
DAFTAR ISI
Bab I : Pendahuluan………………………………………………………………… 3
Bab II : Laporan Kasus………………………………………………………………. 4
Bab III : Pembahasan…………………………………………………………………. 6
Bab IV : Tinjauan Pustaka…………………………………………………………… 24
Bab V : Kesimpulan………………………………………………………………… 33
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………. 34
BAB I
2
PENDAHULUAN
Gout arthritis adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit Kristal
monosodium urat di jaringan. Deposit ini bersal dari cairan Kristal ekstra selular yang sudah
mengalami supersaturasi dari hasil metabolisme purin yaitu asam urat (Sudoyo, 2006)
Prevalensi di Indonesia, penyakit arthritis gout pertama kali diteliti oleh seorang
dokter Belanda, dr. Van Den Horst tahun 1935. Saat itu masih ditemukan 15 kasus gout berat
di Jawa. Pada tahun 1988, dr. John Darmawan menunjukkan bahwa di Bandungan Jawa
Tengah diantara 4.683 orang berusia 15 – 45 tahun yang diteliti, 0,8 % menderita asam urat
tinggi (1,7 % pria dan 0,05 % wanita) di antara mereka sudah sampai pada tahap gout. Angka-
angka ini diprediksikan akan bertambah dengan tingginya faktor resiko pada gout (Sudoyo,
2006).
Gout adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara total, yang berarti sekali
terjerat penyakit ini, seseorang harus memperhatikannya seumur hidup (Murray, 1997).
Kadang-kadang kombinasi obat yang disarankan harus dikonsumsi dalam jangka panjang,
dalam hitungan bulan atau tahun. Bahkan ada kalanya penderita disarankan mengkonsumsi
obat penurun asam urat tersebut seumur hidup apabila tingkat serangan sampai pada tahap
yang berat. Hal ini misalnya terjadi pada penderita batu ginjal asam urat ataupun telah terjadi
pengendapan asam urat pada persendiaan (Murray, 1997)
BAB II
3
LAPORAN KASUS
Seorang pria bernama Tono, berusia 35 tahun datang ke tempat praktek anda sebagai
dokter umum, dengan keluhan nyeri sendi pada kaki kiri dan siku kiri sejak 2 hari yang lalu.
Setelah dilakukan anamnesis, didapatkan keterangan lebih lanjut tentang identitas
pasien. Tono merupakan suku Jawa, pekerjaannya karyawan swasta, menikah dan memiliki 2
anak, dan juga beralamat di daerah Jakarta Barat.
Pada riwayat penyakit sekarang, nyeri sendi yang dialami Tono sejak 2 hari yang lalu
mula-mula berawal pada ibu jari kaki kiri yang makin lama makin berat. Nyeri dirasakan
berdenyut dan tidak hilang walaupun istirahat, dan juga tidak mempengaruhi aktivitas. 1 hari
kemudian, timbul bengkak kemerahan pada sendi ibu jari tersebut dan muali timbul nyeri
pada siku kiri yang juga diikuti oleh bengkak dan kemerahan. Disamping itu, pasien juga
mengeluh tidak enak badan dan demam ringan. Pasien juga mengaku tidak mengalami
riwayat cedera sebelumnya. Pasien juga diketahui bahwa sebelumnya ia menghadiri undangan
makan malam dan banyak makan udang. Riwayat pola makan pasien juga tidak terjaga,
karena pasien gemar makan daging, jeroan, dan seafood.
Sedangkan pada riwayat penyakit dahulu, pasien mengaku pernah mengalami penyakit
serupa, dan keluhan berkurang setelah minum obat anti nyeri dari dokter. Setelah beberapa
bulan kemudian, nyeri dan bengkak pada sendi kambuh kembali, dan sembuh setelah minum
obat anti nyeri dari dokter. Keluhan saat ini merupakan keluhan ke 4 kalinya sejak 3 tahun
yang lalu.
Tono dan keluarga juga tidak memiliki penyakit kencing manis dan hipertensi.
Sedangkan di rumah, Tono tinggal di lantai 2 dan memiliki kloset jongkok.
Pada status generalisnya, kesadaran Tono adalah Compos Mentis, dan tampak sangat
kesakitan, dengan datang ke tempat praktek dengan berjalan terpincang menahan nyeri
4
(antalgic gait). Tekanan darah 130/85mmHg, nadi 88x/menit, suhu 37.7C, pernapasan
14x/menit, BB 80kg dan TB 170cm. Kulit tampak tidak enemis. Pada thorax, cordis dan paru
dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik feel/palpasi, nyeri tekan dan teraba hangat pada massa disendi
MTP 1 sinistra dan olecranon articulasi cubiti (elbow) sinistra. Pada pemeriksaan move/gerak,
pasien hanya mampu melakukan sedikit gerakan aktif sendri MTP 1, karena sangat nyeri.
Sedangkan gerakan flexi dan extensi articulation cubiti sinistra dapat dilakukan maksimal
tetapi terdapat nyeri gerak.
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang, ditemukan hasil Lab darah, Lab urin, dan
hasil dari aspirasi cairan sendi. Hasil lab darah meliputi Hb: 12,5mmHg, leukosit 12.000/dl,
eritrosit 6,5jt/dl, LED 40mm/jam, asam urat 12 mg/dl, SGOT 20n/l, SGPT 27n/l, ureum
22mg/dl, kreatinin 0.7mg/dl, GD puasa 95 mg/dl, GD PP 105 mg/dl. Pada hasil aspirasi,
ditemukan cairan sendi berwarna putih, keruh, Kristal urat (seperti jarum) (+), leukosit
12.000/nl, dan viskositas sedang. Sedangkan pada hasil lab urin menunjukkan warna yang
kuning jernih, BJ 1,003, pH 4.8, dan urin tamping 24 jam asam urat 800mg/24jam.
BAB III
PEMBAHASAN
5
Identitas pasien perlu ditanyakan untuk mengetahui beberapa hal yang diperlukan
untuk menunjang penentuan diagnosis. Misalnya dari pekerjaan pasien dapat diketahui bahwa
pasien pada kasus ini adalah seorang pegawai swasta, yang berarti kemungkinan dia tidak ada
masalah pada ekonomi. Dan pekerjaan perlu ditanyakan untuk mengerahui apakah
berhubungan dengan penyakit yang sedang dialami pasien saat ini. Dan pada kasus ini
ternyata tidak ada hubungannya. Umur pasien perlu ditanyakan untuk mengetahui penyakit-
penyakit apa yang biasanya terjadi pada range usia pasien tersebut.
Pada kasus ini, usia pasien 35 tahun, yang memungkinkan gout arthritis terjadi pada
usia itu. Status sosial ekonomi, termasuk kebersihan lingkungannya, juga ditanyakan agar kita
dapat mengetahui apakah ada hubungan sebab-akibat dengan penyakit yang dialami pasien
saat ini. Dan pada kasusu ini, kebersihan lingkungan pasien memang tidak ada hubungannya
dengan penyakit yang sedang diderita pasien, namun keadaan rumah pasien yang kamarnya
berada di lantai dua dapat membuat keadaan sendi MTP 1 pasien menjadi lebih buruk dengan
cepat, karena sering digunakan pasien untuk naik tangga yang berarti menopang tubuh pasien
lebih berat. Dari keseluruhan identitas pasien yang ditanyakan, sebenarnya adalah sebagai
status pasien pada rekam medis. Agar tidak tertukar pada saat dokter membutuhkan informasi
apapun tentang pasien tersebut dan agar tidak terjadi kesalahan pada saat dokter akan
membuat terapi.
Pada kasus ini, ditanyakan pada anamnesis:
1. Intensitas, frekuensi, dan sifat nyeri: bertujuan untuk mengetahui nyeri tersebut
akut atau kronis. Apabila nyerinya tumpul, kambuh (berulang), berarti itu nyeri
kronis. Dan apabila nyerinya tajam, dan baru saat itu muncul, berarti itu nyerinya
akut.
6
2. Riwayat trauma: untuk mengetahui apakah ada kemungkinan dislokasi atau fraktur
pada pasien ini.
3. Riwayat demam: untuk mengetahui apakah ada riwata infeksi atau hanya sekedar
daman ringan sebagai tanda inflamasi.
4. Gaya hidup: untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan pribadi pasien, seperti pola
makan, olahraga, apakah berhubungan dengan gejala penyakit yang dialami pasien
saat ini.
5. Obat-obatan yang sudah pernah diterima: untuk mengetahui riwayat penyakit
dahulu pasien dan juga untuk mengetahui apakah gejala penyakit yang diderita
pasien sekarang merupakan efek samping dari obat yang pernah diberikan
sebelumnya.
6. Riwayat penyakit lain: untuk mengetahui apakah nyeri yang dirasakan pasien pada
kasus ini merupakan nyeri yang berdiri sendiri atau merupakan nyeri akibat dari
penyakit lain yang sedang diderita pasien.
7. Riwayat penyakit keluarga: untuk mengetahui apakah gejala penyakit yang
dikeluhakan pasien sekarang menjurus ke penyakit kelainan kongenital atau
bukan.
8. Riwayat operasi: untuk mengetahui apakah ada komplikasi atau tidak.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
ANAMNESIS:
1. RPS :
- Nyeri 2 hari lalu dimulai dari ibu jari nyeri berdenyut nyeri akut
- Tidak hilang pada saat istirahat
- Tidak ada pengaruh aktivitas tidak disability
- 1 hari kemudian timbul bengkak kemerahan pada sendi ibu jari adanya inflamasi
7
- Tidak enak badan dan demam ringan adanya inflamasi
- Tidak ada riwayat trauma
- Banyak makan udang dan tidak menjaga pola makan, sering makan daging, jeroan,
dan seafood peningkatan asam urat, sindoma metabolic, indikasi hiperurisemia
2. RPD :
3 tahun yang lalu sudah ada keluhan, berkurang saat minum obat analgesic setelah
beberapa bulan kambuh namun sembuh setelah minum obat lagi, ini keluhan ke
empat, tidak DM dan hipertensi nyeri kronik , berarti hipotesis nyeri akut yang di
atas dapat disingkirkan.
3. RPK : Tidak ada riwayat asam urat, DM, hipertensi Normal
4. RSE : Tinggal dengan istri dan anak, rumah 2 lantai, kamar di lantai 2, kloset
jongkok kamar lantai 2 dan kloset jongkok menyebabkan nyeri berulang karena
pajanan tumpuan berat badan yang berulang pada kaki.
PEMERIKSAAN FISIK:
1. Status Generalisata
- Kesadaran : Kompos mentis Normal
- Tekanan Darah : 130/85 110/70 – 130/90 Normal
- Nadi : 88 x /menit 100 x / menit Normal
- Suhu : 37,70 C 36,50C Subfebris
- Pernafasan : 14 x / menit 20 x / menit Normal
- BB & TB : 80 kg & 170 cm BMI : 27,6 Overweight
- Kulit : tidak ada anemis Normal
- Thoraks : Cor bunyi jantung dalam batas normal
Paru suara nafas dalam batas normal
8
2. Status Lokalis
- Look : terlihat benjolan padat (thofus) pada sisi medial MTP-1 sinistra bengkak
kemerahan dan juga pada olecranon sinistra terlihat bengkak dan merah tanpa thofus
adanya kemungkinan gout karena thofus pada MTP-1, bengkak kemerahan
karena ada inflamasi.
- Feel : nyeri tekan dan teraba hangat pada massa di sendi MTP-1 sinistra dan
olecranon articulation cubiti sinistra adanya inflamasi pada area tersebut
- Move : Pasien hanya mampu menggerakkan gerakan aktif sendi MTP-1 karena
sangat nyeri, sedangkan gerakan fleksi dan extensi articulation cubiti sinistra dapat
dilakukan maksimal tetapi terdapat nyeri gerak gerak aktif yang terbatas dan
nyeri pada MTP-1 karena thofus di sendi MTP-1, articulation cubiti gerak maksimal
karena belom terdapat thofus pada sendi lalu nyeri disebabkan factor inflamasi
tersebut.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini,
akhirnya didapatkan beberapa hipotesis yang kemudian dieliminasi satu per satu dikarenakan
tidak cocok dengan hasil pemeriksaan fisik.
1. Infeksi, disingkirkan karena tidak ada riwayat fraktur ataupun penyakit lain pada
pasien yang memungkinkan terjadinya infeksi. Meskipun ada demam ringan, kami
meyakini bahwa demam ringan itu terjadi akibat adanya reaksi inflamasi.
2. Dislokasi, disingkirkan karena pada anamnesis dan pemeriksaan fisik diketahui
bahwa pasien tidak ada riwayat trauma.
3. Gout arthritis, disetujui sebagai diagnosis kerja karena banyak sekali gejala dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan tanda-tanda penyakit ini.
Contohnya pada anamnesis diketahui bahwa nyeri sendi yang dialami Tono sejak
9
2 hari yang lalu mula-mula berawal pada ibu jari kaki kiri yang makin lama makin
berat, lalu diketahui juga bahwa pasien pernah mengalami hal serupa beberapa
bulan yang lalu.
4. Bursitis, ditetapkan sebagai diagnosis banding karena merupakan peradangan pada
bursa yang terdapat di sendi yang disertai rasa nyeri. Tapi kemudian disingkirkan
karena bursitis merupakan komplikasi dari penyakit gout arthritis, arthritis
rheumatoid, cedera dan pemakaian yang berlebihan dari sendi tersebut dalam
jangka waktu yang lama.
5. Tendinitis, disingkirkan karena tidak ada riwayat pemakaian otot secara berlebihan
yang menyebabkan adanya radang otot.
6. Sprain, disingkirkan karena tidak adanya riwayat trauma.
7. Rheumatoid arthritis, tadinya ditetapkan sebagai diagnosis banding karena
mempunyai gejala yang hampir mirip dengan gout arthritis, antara lain nyeri pada
sendi dan adanya tanda-tanda inflamasi pada sendi. Tapi kemudian disingkirkan
karena diketahui bahwa rheumatoid arthritis menyerang sendi secara bilateral dan
simetris. Sedangkan gout arthritis menyerang sendi secara unilateral.
8. Lupus, disingkirkan karena tidak ada tanda-tanda kelainan imunologi pada pasien
ini.
9. Cedera ligamen, disingkirkan karena tidak ada riwayat trauma pada pasien ini.
Setelah menyingkirkan hipotesis, maka menurut kelompok kami didapatkan diagnosis
sementara adalah gout arthritis, dan untuk menegakkan diagnosis pasti diperlukan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan urin, foto rontgen
dan juga aspirasi pada sendi yang nyeri.
10
Interpretasi hasil laboratorium
Lab Darah
Hb: 12,5 md/dl. Normal
Leukosit: 12.000/dl. Terjadi peningkatan leukosit, dengan nilai normalnya yaitu 5000-
10.000/dl. Hal ini disebabkan oleh proses inflamasi.
Eritrosit: 6,5 juta. Terjadi peningkatan eritrosit dari nilai normal 4,5-5,5 juta.
LED: 40 mm/jam. Terjadi peningkatan LED dari nilai normal 0-10mm/jam, hal ini
menunjukan bahwa pasien menderita penyakit kronis
Asam Urat: 12 mg/dl. Terjadi peningkatan kadar asam urat dari nilai normalnya 3,5-
8,0 mg/dl. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan pasien yang tidak terkontrol
(konsumsi seafood dan jeroan) serta berat badan yang obesitas.
SGOT: 20 U/L. Normal
SGPT: 27 U/L. Normal
Ureum: 22 mg/dl. Normal
Kreatinin: 0,7 mg/dl. Normal
Gula darah puasa: 95 mg/dl. Normal
Gula darah 2 jam PP: 105 mg/dl. Normal
Lab Urine
Warna: Kuning jernih. Normal
Berat jenis: 1.003. Normal
pH: 4,8. Normal
Urin tampung 24 jam, asam urat: 800 mg/24jam. Terjadi peningkatan pada kadar asam
uratnya, namun belum terlalu tinggi, hal ini menunjukkan bahwa; walaupun telah
terjadi peningkatan kadar asam urat dalam tubuh pasien, namun hal ini belum
mempengaruhi fungsi ginjal pasien.
11
Aspirasi cairan sendi siku
Warna: Putih, keruh.
Kristal urat seperti jarum (+)
Leukosit: 12.000
Viskositas: Sedang
Classes of synovial fluid
Class I
(Non
Inflammation)
Class II
(Inflammation)
Class III
(Septics)
Class IV
(Hemorrhagic)
Color
Clarity
Viscosity
Mucin Clot
WBC
Diff
Culture
Clear
Transparent
High
Firm
<2000
<25%
Negative
Yellow/white
Translucent
Variable
Variable
2.000-75.000
>50%
Negative
Yellow/white
Opaque
Low
Variable
>100.000
>15%
Positive
Red
Opaque
NA
NA
NA
NA
Variable
Interpretasi:
- Berdasarkan Classes of synovial fluid, hasil yang didapat pada kasus termasuk kelas II
yaitu terjadi inflamasi dimana didapatkan warna putih keruh, leukosit 12.000 mg/dL
dan viskositas sedang.
- Warna: Putih, keruh seharusnya warna cairan sendi yang diaspirasi berwarna
jernih.
- Leukosit: 12.000 mengalami peningkatan akibat reaksi inflamasi.
12
- Kristal urat (seperti jarum) (+) menandakan bahwa pasien menderita gout
artritis.1,2
X-Ray
Pada Os. Pedi sinistra pasien didapatkan:
o Pada sendi Metacarpophalangeal 1 terdapat deposit Kristal monosodium urat,
atau terdapat lesi ‘punched-out’ yang khas pada penyakit Gout Arthritis, hal ini
menyebabkan bengkak dan asimetris pada jari MTP 1 pasien.
Pada Articulatio Cubiti:
o Terdapat penumpukan Kristal monosodium urat
Pada jaringan lunak lain:
o Jaringan lunak tidak terlihat pada pemeriksaan ini
Pada jaringan tulang:
o Normal
The American Rheumatism for diagnosis of Gout Arthritis
A. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi
B. Thopus terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan
mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.
C. 1) Lebih dari sekali mengalami serangan gout arthritis
2) Terjadi peradangan secara maksimal dalam 1 hari
3) Oligoarthritis (Jumlah sendi yang meradang kurang dari 4)
4) Kemerahan disekitarsendi yang meradang
5) Sendi MTP I terasa sakit dan bengkak
6) Serangan unilateral pada sendi MTP I
7) Serangan unilateral pada sendi tarsal
8) Tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular dan
kapsula sendi
13
9)Hiperurisemia (lebih dari 7,5)
10) Pembengkakan sendi secara asimetris
11) Serangan artritis akut berhenti secara menyeluruh
Dignosis dapat ditegakkan jika memenuhi kriteria A dan/atau kriteria B dan/atau lebih
dari 6 kriteria C
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang serta kriteria yang
terpenuhi berdasarkan The American Rheumatism maka diketahui diagnosis untuk pasien ini
adalah gout arthritis primer stadium kronis pada MTP I sinistra dan articulatio cubiti sinistra.
Gout merupakan akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat
supersaturasi asam urat dalam cairan ekstraseluler. Manifestasi klinis deposisi urat meliputi
artritis gout akut , akumulasi kristal pada jaringan yang merusak tulang (tofi) , dan yang
jarang adalah kegagalan ginjal.1 Gout dapat bersifat primer maupun sekunder . Gout primer
merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat
penurunan eksresi asam urat .Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat
yang berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit
lain atau pemakaian obat tertentu . Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal
monosodium urat monohidrat pada sendidan jaringan sekitarnya . Kristal – kristal berbentuk
seperti jarum yang akan mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan
menimbulkan nyeri hebat dan serangan gout .
Kadar urat serum pada laki – laki adalah 5,1mg/dl dan pada wanita adalah 4,0mg/dl ,
nilai itu dapat meningkat sampai 9-10mg/dl pada gout . Pada keadaan normal kadar asam urat
pada laki-laki mulai meningkat setelah pubertas dan pada perempuan kadar asam urat tidak
meningkat sampai psetelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat
melalui ginjal , setelah menopause kadar asam urat akan meningkat seperti pada laki – laki .
Hal ini mendasari sekitar 95% kasus gout terjadi pada laki – laki .Ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi penyakit ini termasuk diet , berat badan , gaya hidup.
14
Gout arthritis disebabkan oleh penimbunan asam urat (kristal mononatrium urat),
suatu produk akhir metabolisme purin, dalam jumlah berlebihan di jaringan.Penyakit ini
sering menyerang sendi metatarsophalangeal 1 dan prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Kadang-kadang terbentuk agregat kristal besar yang disebut
sebagai tofi (tophus) dan menyebabkan deformitas.
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan berlebihan
atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah produk akhir
metabolisme purin.Secara normal, metabolisme purin menjadi asam urat dapat diterangkan
sebagai berikut.Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan
(salvage pathway).
- Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui prekursor
nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah melalui serangkaian
zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat, asam adenilat).
Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang kompleks, dan terdapat
beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu: 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP)
sintetase dan amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme
15
inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk
mencegah pembentukan yang berlebihan.
- Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa purin
bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak melalui zat-
zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin)
berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor nukleotida purin dari asam
urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase
(HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas
oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang
diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
Pada penyakit gout arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme
(pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:
- Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik
- Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
- Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang meningkatkan
cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena defek enzim-enzim atau
mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan)
- Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin
- Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat
dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah
sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat
di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih
belum diketahui.
16
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa cara:
- Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a. Komplemen
ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan (sendi dan membran
sinovium). Fagositosis terhadap kristal memicu pengeluaran radikal bebas toksik dan
leukotrien, terutama leukotrien B. Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim
lisosom yang destruktif.
- Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi akan
melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai mediator
proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator ini akan
memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel sinovium dan sel
tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease ini akan menyebabkan cedera
jaringan.
Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan terbentuknya
endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi.
Di tempat tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai
dengan massa urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas, dan sel
raksasa benda asing. Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium,
erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di
tempat lain (misalnya tendon, bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam urat dalam
tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati gout.3,4
Onset dari serangan gout akut ini berhubungan dengan perubahan kadar asam urat
serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar urat serum yang stabil, jarang terjadi
serangan. Biasanya karena pengobatan dini dengan obat-obatan alopurinol yang menurunkan
kadar urat serum dapat mempresipitasi serangan gout akut.
17
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari
depositnya dalam tofi. Tetapi, kadang-kadang, gout arthritis ini juga bisa muncul secara
asimptomatis dan tidak selalu terjadi hiperurisemia pada penderita arthritis gout. Terdapat
peranan temperature, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout akut.
Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperature lebih rendah pada sendi perifer
seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa sering ditemukan endapan kristal
monosodium urat pada tempat-tempat tersebut, seperti yang juga dialami oleh pasien ini, yaitu
pengendapan kristal di sendi metatarsofalangeal-I, yang juga disebabkan oleh trauma ringan
berulang pada sendi tersebut, dalam hal ini adalah gerakan berjalan yang mungkin
menyebabkan trauma sehingga menambah faktor pencetus untuk terjadinya gout arthritis.
Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi penting pada arthritis gout, terutama gout
akut. Reaksi ini merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk menghindari
kerusakan jaringan akibat agen penyebab, pada hal ini agen penyebabnya adalah kristal
monosodium urat yang mengendap di sendi.
Terdapat empat tahap perjalanan penyakit gout .Tahap pertama adalah hiperurisemia
asimtomatik. Dalam tahap ini pasien tidak mengalami gejala selain peningkatan kadar asam
urat serum .Tahap kedua adalah artritis gout akut.Pada tahap ini terjadi awitan mendadak
dari pembengkakan dan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki, sendi
metatarsofalangeal dan bisa juga terjadi pada pergelangan tangan , lutut , mata kaki , siku .
Tahap ini mendorong pasien untuk mencari pengobatan segera .Tahap ketiga adalah
interkritis . tidak terdapat gejala pada tahap ini , tahap ini bisa terjadi beberapa bulan bahkan
tahun . Tahap keempat adalah gout kronik , dengan timbunan asam urat yang terus
bertambah dalam beberapa tahun jika tidak diobati . Peradangan kronik akibat kristal asam
urat mengakibatkan nyeri , kaku , pembengkakan sendi . Tofi terbentuk pada fase tahap ini
akibat insolubilitas asam urat dengan predileksi pada tendo achilles , bursa olekranon , heliks
18
telinga , permukaan ekstensor lengan bawah , MTP-1 . Tofi akan menghilang dengan terapi
yang tepat. 5
Penatalaksanaan Medikamentosa pada Gout Artritis
Pengobatan pada artritis gout dilakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi
ataupun komplikasi lain, misalnya pada ginjal.
Pengobatan untuk gout arthritis bisa medikamentosa dan non medikamentosa. Untuk
pengobatan non medikamentosa adalah sebagai berikut:
- Kita berikan pasien edukasi seperti diet rendah purin agar gout arthritis tidak relaps
- Menyarankan agar mengganti wc jongkok menjadi wc duduk , untuk mengurangi tekanan
tumpu berat tubuh
- Menyarankan agar kamar tidur pindah kebawah untuk mengurangi rasa nyeri karena naik
tangga.
- Pemberian Rest-Ice-Compress-Elevation untuk menangani masalah nyerinya
Kadar normal asam urat untuk wanita berkisar 2,4 hingga 6 sementara bagi pria yaitu
3,0-7,0. Agar kadar asam urat dapat kembali normal maka sangat disarankan untuk dapat
mengontrol makanan yang dikonsumsi dengan menghindari makanan dan minuman yang
merupakan pantangan dan menjadi pemicu penumpukan asam urat berlebihan dalam tubuh.
Berikut adalah table kadar purineper 100 gr makanan.
19
Bagi penderita asam
urat sebaiknya melakukan
diat asam urat untuk
pembatasan makanan uang
mengandung kadar purin tinggi, cukup kalori, tinggi karbohidrat, rendah lemak, tinggi cairan
dan tanpa alcohol. Diet normal biasanya 600-1000mg purin perhari sedangkan bagi penderita
asam urat harus mengurangi kadar purin hingga kadar konsumsi sekitar 100-150 (table B).
Untuk meningkatkan pembuangan asam purin melalui urin maka sangat dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan yang mengandung banyak karbohidrat kompleks seperti nasi,
singkong, roti, ubi dengan kadar tidak kurang dari 100gr/hari. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi sayuran yang tidak mengandung purin minimal 300gr per hari.Sebaiknya
hanya mengonsumsi protein nabati dengan aturan maksimal gr/kg bb per hari atau kira-kira
50-70 gr/hari.Memperbanyak minum air putih minimal 2,5 liter atau 10 gelas perhari dan
mengonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung air.
Pengobatan artritis gout akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan
peradangan dengan obar-obatan, antara lain kolkisin, obat anti inflamasi non steroid
(OAINS), kortikosteroid, atau hormon ACTH. Obat penurun asam urat seperti alopurinol atau
obat urikosurik tidak boleh diberikan pada stadium akut. Namun pada pasien yang telah rutin
mendapat obat penurun asam urat sebaiknya tetap diberikan. Kolkisin dan OAINS diberikan
dalam dosis tinggi atau dosisi penuh untuk mengurangi peradangan akut sendi. Kemudian
Daftar A Daftar B Daftar C
(150-1000 mg) (50-150 mg) (0-15 mg)
Roti manis Daging Sayuran
Sarden Ikan Buah-buahan
Hati Sea food Susu
Ginjal Kacang-kacangan Keju
Ekstrak-ekstrak daging Ercis Telur
Otak Bayam gandum
20
dosis ini diturunkan secara bertahap dalam beberapa hari. Disamping efek anti inflamasi,
OAINS juga mempunyai efek analgetik. Jenis OAINS yang banyak dipakai pada artritis gout
akut adalah endometasin. Dosis obat ini adlah 150-200 mg/hari selama 2-3 hari dan
dilanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu berikutnya atau sampai nyeri atau peradangan
berkurang. Kortikosteroid dari ACTH diberikan apabila kolkisin dan OAINS tidak efektif
atau merupakan kontra indikasi. Pemakaian kortikosteroid pada gout dapat diberikan oral atau
parenteral. Indikasi pemberian adalah pada artritis gout akut yang mengenai banyak sendi
(poliartrikular).
Pada stadium interkritik dan menahun atau kronis, tujuan pengobatan adalah untuk
menurunkan kadar asam urat sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan
kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat
allopurinol bersama obat urikosurik yang lain. Pengobatan gout kronik adalah berdasarkan
usaha untuk menurunkan produksi asam urat atau meningkatkan sekresi asam urat oleh ginjal.
Obat allopurinol menghambat pembentukan asam urat dari prekusornya (xantin dan
hipoxantin) dengan menghambat enzim xantin oksidase. Obat ini dapat diberikan dalam dosis
yang memudahkan yaitu sekali sehari. Obat-obat urikosurik dapat meningkatkan sekresi asam
urat dengan menghambat reabsorbsi tubulus ginjal. Maka supaya agen-agen urikosurik ini
dapat bekerja dengan efektif dibutuhkan fungsi ginjal yang memadai. Probenesid dan
sulfinpirazol adalah dua jenis agen urikosurik yang banyak dipakai.1
Salah satu penatalaksanaan untuk gout arthritis stadium kronis adalah penurunan kadar
asam urat sampai batas normal untuk mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat ini
bisa dilakukan dengan pemberian diet makanan rendah purin, dan pemakaian obat allopurinol
bersama dengan obat urikosurik lain.1
Ada dua golongan obat yang berfungsi untuk menurunkan kadar asam urat, yaitu:
21
a. ObatUrikosurik, obat ini bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi urat di dalam tubuh,
terutama reabsorbsi tubuler asam urat, sehingga mencegah terjadinya deposit kristal urat di
sendi-sendi tubuh. Pada obat urikosurik, tidak ada penghambatan kerja enzim xantin
oksidase.Contoh dari obat ini adalah probenesid dan sulfinpirazon. Kedua obat ini tidak
efektif untuk penyakit gout akut, sehingga dapat digunakan pada stadium kronik.6
a. ObatAllopurinol, obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim xantin oksidase pada
tahap akhir yang akan mengubah xantin menjadi asam urat, sehingga hanya menyisakan
akumulasi hipoxantin dan xantin di dalam tubuh, dan kedua komponen ini merupakan bahan
yang lebih soluble dari asam urat sehingga dapat diserap tubuh dengan lebih baik. Obat-obat
allopurinol digunakan untuk kontrol kadar asam urat pada pasien dengan gout primer dan
sekunder, pasien dengan keganasan seperti limfoma dan leukemia yang menyebabkan naiknya
kadar asam urat pada darah dan urin,7 dan pada pasien-pasien yang tidak bisa menggunakan
obat urikosurik karena efek samping yang diberikan seperti gastritis dan anemia.8 Obat
allopurinol ini juga tidak terjadi perlawanan bila diberikan bersama salisilat dan bisa
diberikan pada penderita gagal ginjal karena obat ini efeknya tidak berkurang pada
insufisiensi ginjal.9 Indikasi allopurinol juga biasanya digunakan saat adanya gambaran tofus
atau adanya deposit kristal monosodium urat di dalam tubuh, atau dengan keadaan urat serum
lebih dari 8,5 gr/dl. Indikasi klinik allopurinol lainnya adalah penyakit gout kronis dengan
insufisiensi ginjal, batu urat dalam ginjal, dan juga enyakit gout sekunder akibat polisitemia
vera, metaplasia myeloid, leukemia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia akibat obat dan radiasi.
Pada pasien ini, dalam penatalaksanaan penanganan kadar asam uratnya, bisa
diberikan obat allopurinol karena kadar urat serumnya yang berjumlah 12 gr/dl dan juga
stadium penyakitnya yang kronik. Bisa juga dikombinasikan dengan obat urikosurik untuk
mempercepat ekskresi asam urat, tetapi bila terjadi reaksi alergi atau efek samping yang tidak
diinginkan dari obat urikosurik, harus segera dihentikan.
22
Prognosis pasien ini adalah:
- Ad Vitam : Ad Bonam (dengan mengurangi makanan rendah purin secara disiplin
bisa di pastikan turunnya kadar monosodium urat dalam darah)
- Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam (dengan berkurangnya tofus di daerah sendi
memungkinkan kembalinya fungsi sendi di daerah tersebut)
- Ad Sanationam : Ad Bonam ( bisa di pastikan dapat beraktivitas seperti biasa)
Komplikasi dari Gout Arthritis adalah:
1. Disabillity
Nyeri dan kekakuan sendi dapat menjadi sangat berat sehingga penderita tidak bisa
beraktivitas
2. Sindrom gagal ginjal akut tipe olisurik
Timbul sebagai akibat pengendapan kristal asam urat pada sel-sel tubulus ginjal
3. Nefrolithiasis asam urat
Terutama terjadi bila volume urin rendah dan pH urin asam,biasa berupa batu asam
atau bercampur dengan Ca oksalat dan Ca fosfat
4. Nefrokalsinosis
Deposit kristal asam urat pada jaringan interstesial medula dan piramid ginjal dengan
gejala - gejala gagal ginjal kronis.
5. Nefritis
Lesi-lesi kardiovaskular
23
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Sendi adalah daerah tulang yang ditutupi dan dikelilingi oleh jaringan ikat yang
menahan tulang dan menentukan jenis dan derajat pergerakan diantaranya. Sendi dapat
digolongkan sebagai diartrosis, yang memungkinkan pergerakan tulang secara bebas, dan
sinartrosis, dengan sedikit pergerakan yang dapat dilakukan atau tidak sama sekali.
Terdapat 3 jenis sinartrosis berdasarkan jenis jaringan yang memisahkan permukaan
tulang, yaitu :
Sinostosis : tulang disatukan oleh jaringan tulang dan tidak ada gerakan yang mungkin
terjadi. Contoh : menyatukan tulang-tulang tengkorak pada orang dewasa.
Sinkondrosis : sendi yang dipersatukan oleh tulang rawan hialin. Contoh : epifisis dan
penyatuan antara iga pertama dengan sternum.
Sindesmosis : memungkinkan sedikit pergerakan, tulang-tulang dipersatukan oleh
suatu ligament interoseus dari jaringan ikat padat, contohnya adalah simfisis pubis.
Diartrosis adalah sendi yang umumnya menyatukan tulang-tulang panjang dan memiliki
mobilitas besar, seperti sendi siku dan lutut.Pada diartrosis ligament suatu simpai jaringan ikat
mempertahankan kontak kedua ujung tulang.Simpai membungkus sebuah rongga sendi
tertutup yang mengandung cairan synovial.Simpai diartrosis pada umumnya terdiri dari 2
lapisan, lapisan fibrosa yang berada di luar dan lapisan synovial yang berada di dalam.
Lapisan synovial dibentuk oleh dua jenis sel, yaitu : satu sel menyerupai fibroblast dan yang
lain mempunyai aspek dan perilaku makrofag. Lapisan fibrosa terdiri atas jaringan ikat padat.
Serat-serat kolagen dari tulang rawan permukaan sendi tersusun menyerupai lengkung gothic,
yakni suatu susunan untuk menyebarkan kekuatan yang dihasilkan tekanan pada jaringan
ini.Tulang rawan sendi yang kuat juga merupakan peredam getaran yang efisien dari tekanan
24
mekanik intermiten.Molekul proteoglikan yang ditemukan sendiri-sendiri atau berbentuk
anyaman atau kerangka mengandung banyak air. Komponen matriks ini kaya akan
glikosaminoglikan hidrofilik yang bercabang banyak, dan berfungsi sebagai pegas
biomekanik.10
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau
otot. Terdapat tiga tipe sendi:
1. Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.
Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan
tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa. Terdapat dua tipe sendi
fibrosa: (1) sutura diantara tulang-tulang tengkorak dan (2) sindesmosis yang
terdiri dari suatu membran interoseus atau suatu ligamen diantara tulang. Serat-
serat ini memungkinkan sedikit gerakan tetapi bukan meruapkan gerakan sejati.
Perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal adalah suatu contoh dari tipe sendi
fibrosa ini.
2. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), meruapakan sendi yang dapat sedikit bergerak.
Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh
tulang rawan hyalin, disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak. Ada
dua tipe sendi kartilaginosa. Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang seluruh
persendiannya diliputi oleh tulang rawan hyalin. Sendi-sendi kostokondral adala
contoh dari sinkondrosis. Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki
suatu hubungan fibrokartilago antara tulang dan selapis tipis rawan hialin yang
menyelimuti permukaan sendi. Contoh sendi ini adalah simfisis pubis dan sendi-
sendi pada tulang punggung.
25
3. Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan
bebas.
Pada kasus ini, sendi yang terkena gout arthritis adalah sendi MTP 1 dan
articulatio cubiti yang merupakan jenis sendi sinovial. Sendi-sendi ini mempunyai
rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawa hialin. Sendi ini tersususn
atas bonggol sendi (kapsul artikulare), bursa sendi dan ikat sendi (ligamentum).
Berdasarkan bentuknya, sendi sinovial dibagi menjadi beberapa sendi, yaitu sendi
engsel (interfalans, humeroulnaris, talokruralis), sendi kisar (radioulnaris), sendi
telur (radiokarpal), sendi pelana (karpometakarpal I), sendi peluru (glenohumeral)
dan sendi buah pala (coxae).5
Pada sendi sinovial (diartrosis), yaitu sendi yang terkena gout arthritis pada kasus ini,
tulang-tulang yang saling berhubungan dilapisi rawan sendi. Rawan sendi merupakan jaringan
avaskuler dan juga tidak memiliki jaringan saraf, berfungsi sebagai bantalan terhadap beban
yang jatuh ke dalam sendi.
Kolagen merupakan molekul protedin yang sangat kuat. Terdapat berbagai tipe
kolagen, tetapi kolagen yang terdapat di dalam rawan sendi terutama adalah kolagen tipe II.
Kolagen type II tersususn dari 3 rantai alfa yang membentuk gulungan triple – heliks.Kolagen
berfungsi sebagai kerangka bagi rawan sendi yang akan mebatasi pengembangan berlebih
agregat proteoglikan. Rawan sendi merupakan jaringan yang avaskular,oleh sebab itu
makanan diperoleh dengan jalan difusi. Beban yang intermitenpada rawan sendi sangat baik
bagi fungsi difusi nutrien untuk rawan sendi.
Rawan sendi merupakan salah satu jaringan sumberkeratan sulfat,oleh sebab itu
keratan sulfat dalam serum dan cairan sendi dapat digunakan sebagai petanda kerusakan
rawan sendi.
26
MEMBRAN SINOVIAL
Membran sinovial merupakan jaringan avaskularyang melapisi permukaan dallam kapsul
sendi,tetapi tidak melapisi permukaan rawan sendi. Membran ini licin dan lunak, berlipat-lipat
sehingga dapat menyesuaikan diri padasetiap gerakan sendi atau perubahan tekanan intra-
artikular.
CAIRAN SINOVIAL
Pada sendi yang normal,cairan sendi sangat sedikit, sehingga sangat sulit diaspirasi atau
dipelajari. Cairan sendi merupakan ultrafiltrat atau dialisat plasma. Pada umumnya kadar
molekul dan ion kecil adalah sama dengan plasma. Tetapi kadar proteinnya lebih rendah.
Molekul-molekul dari plasma, sebelum mencapai rongga sendi hrus melewati sawr endotel
mikrovaskular,kemudian melalui matriks subsinovial dan lapisan sinovium. Sawar iindotelial
sangat selektif, makin besar molekulnya makin sulit melewati sawar tersebut, sehingga
molekul protein yang besar akan tetap berada pada jaringan vskular.Sebaliknya molekul dari
cairan sendi dapat kembali ke plasma tanpa halangan apapun melalui sistem limfatik ealaupun
ukurannya besar. Rasio protein cairan sendi dan plasma (JF-P) dapat menggambarkan
keseimbangan kedua proses di atas.
MENISKUS
Meniskus merupakan struktur yang hanya ditemukan di dalam sendi lutut,
temporomandibular, sternoclavicular, radioulnar distal dan acromiclavicular. Meniskus
merupakan diskus fibrokartilago yang pipih atau segitiga atau iregular yang melekat pada
kapsul fibrosa dan selalu pada salah satu tulang yang berdekatan. Sebagian besar meniskus
27
bersifat avaskular, tatapi pada bagian yang melekat pada tulang snagat kaya dengan pembuluh
darah, tidak ada jaringan saraf atau pembuuluh limfe. Nutrisi diperoleh secara difusi dari
cairan sendi atau dari pleksus pembuluh darah pada bagian yang melekat pada tulang.
Berbeda dengan rawan sendi, meniskus mengandung kolagen tipe I sampai 60-90%,
sedangkan proteoglikan hanya 10%. Konstituen glikosaminoglikan yang terbanyak adalah
kondroitin sulfat dan dermatan sulfat, sedangkan keratan sulfat sangat sedikit. Selain itu,
fibrokartilago meniskus juga lebih mudah membaik bila rusak.
KAPSUL DAN LIGAMEN
Struktur ligamen dan kapsul satu sendi berbeda dengan sendi yang lain baik dalam hal
ketebalannya maupun dalam hal posisinya. Pada sendi bahu, struktur ligamennya tipis dan
longgar. Sedangkan pada sendi lutut tebal dan kuat. Pada beberapa sendi, ligamen menyatu
kedalam kapsul sendi. Sedangkan pada sendi yang lain, dipisahkan oleh lapisan areolar.
Kelonggaran kapsul sendi sangat berperan pada lingkup gerak sendi yang bersangkutan.
Ligamen dan kapsu sendi terutama tersusun oleh serat kolagen dan elastin, dan sedikit
proteoglikan. Komponen glikosaminoglikan nya terutama adalah kondroitin sulfat dan
dermatan sulfat.11
28
NYERI
Nyeri adalah rasa sensorik tidak nyaman dan pengalaman emosional yang berkaitan
dengan kerusakan atau berpotensi untuk kerusakan jaringan atau yang di deskripsikan dengan
suatu kerusakan. Proses nyeri dikelompokkan menjadi 4 proses, yaitu: transduksi, transmisi,
modulasi dan persepsi. Nyeri timbul akibat terjadinya stimulasi nociceptor oleh stimulus
noxious pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi nosiseptor dimana
disini stimulus noxious tersebut akan dirubah menjadi potensial aksi. Proses ini disebut
transduksi atau aktivasi reseptor. Selanjutnya potensial aksi tersebut akan ditransmisikan
menuju neuron susunan saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri. Tahap pertama transmisi
adalah konduksi impuls dari neuron aferen primer ke kornu dorsalis medulla spinalis, pada
kornu dorsalis ini neuron aferen primer bersinaps dengan neuron susunan saraf pusat. Dari
sini jaringan neuron tersebut akan naik ke atas di medulla spinalis menuju batang otak dan
thalamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara thalamus dan pusat-pusat yang
lebih tinggi di otak yang mengurusi respons persepsi dan afektif yang berhubungan dengan
nyeri. Terdapat proses modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri tersebut,
tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah pada kornu dorsalis medulla spinalis.
Proses terakhir adalah persepsi, dimana pesan nyeri di relai menuju ke otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan.
METABOLISME PURIN
Pada pasien ini, diketahui dari anamnesis bahwa pasien sering mengkonsumsi
makanan dengan konsentrasi purin yang tinggi. Seperti yang kita tahu, hasil akhir purin
adalah asam urat, yang akan menyebabkan penumpukan kadar asam urat baik dalam darah
29
ataupun pada tempat-tempat di jaringan tubuh jika terjadi konsumsi makanan yang
mengandung nukleotida yang akan disintesis menjadi purin secara berlebihan.
Pada jaringan tubuh, dapat terjadi proses sintesis purin dan pirimidin dari zat-zat
antara amfibolik. Asam nukleat dan nukleotida yang dimakan yang bersifat nonesensial secara
dietetik akan diuraikan di saluran cerna menjadi mononukleotida yang dapat diserap atau
diubah menjadi basa purin dan pirimidin. Basa purin ini yang akan dioksidasi menjadi asam
urat yang akan diabsorbsi maupun diekskresikan dalam urin.12
Pada saat kita memakan makanan dengan DNA atau RNA, pankreas akan
mensekresikan ribonuklease dan deoksiribonuklease yang akan menghidrolisis RNA dan
DNA menjadi oligonukleotida, yang akan dihidrolisis oleh enzim fosfodiesterasi yang juga
dikeluarkan oleh pankreas, yang akan membentuk 3’ dan 5’ mononukleotida. Selanjutnya,
enzim nukleotidase akan melepaskan gugus fosfat, membentuk nukleosida yang akan diserap
oleh sel mukosa usus atau didegradasi menjadi basa bebas. Sebagian besar purin dan
pirimidin tidak digunakan untuk sintesis asam nukleat, tetapi senyawa purin tersebut
kebanyakan akan diubah menjadi asam urat oleh sel mukosa usus dan dieksresikan di urin.
30
Konsumsi makanan dengan DNA dan/atau RNA
Biosintesis Purin (Sintesis Purin De Novo) 12
Sintesis 5-fosforibosil-1-pirofosfat (PRPP) oleh enzim PRPP sintase
sintesis 5’-fosforibosilamin dari PRPP dan glutamin, oleh enzim glutamine fosforibosil
pirofosfat amidotransferase
sintesis 5-fosforibosilglisinamid dengan bantuan enzim sintetase
pembentukan 5-fosforibosil N-formilglisinamid dengan enzim formiltransferase, lalu
penutupan cincin purin dengan bantuan enzim sintetase
5-fosforibosil 5-aminoimidazol
5-fosforibosil 5-aminoimidazol 4-karboksilat dengan bantuan enzim karboksilase
5-fosforibosil 4-N-suksinokarboksamid 5-aminoimidazol dengan enzim sintetase
31
pH yang rendah pada lambung akan menyebabkan terjadinya
denaturasi DNA dan RNA
Terjadi hidrolisis DNA dan RNA menjadi oligonukleotida
Pengeluaran enzim nuclease dari
pankreas
Pengeluaran enzim fosfodiesterase oleh
pankreasTerbentuk mononukleotida
Terbentuk nukleosida
Pengeluaran enzim nukleotidase di usus
halus
Degradasi menjadi purin/pirimidin
5 fosforibosil 4-karboksamid 5-aminoimidazol oleh enzim adenilsuksinase
5-fosforibosil 4-karbosamid 5-formamidoimidazol oleh enzim formiltransferase
inosin 5’-monofosfat (IMP) oleh enzim IMP siklohidrolase
Setelah terbentuk IMP yaitu hasil akhir biosintesis purin, IMP ini dapat berubah menjadi
AMP (adenosine monofosfat) menggunakan enzim adenilosuksinase dan GMP (guanosin
monofosfat) dengan menggunakan enzim IMP dehidrogenase dan transamidinase.12
Pada manusia, akan terjadi proses pengubahan adenosine dan guanosin menjadi asam urat.12
Sedangkan pada guanosin, yang terjadi adalah:
Guanosin guanine xantin asam urat, dengan bantuan enzim xantin oxidase.12
Berbagai defek genetik pada PRPP sintetase akan bermanifestasi secara klinis sebagai gout.
Ketika kadar asam urat serum melebihi batas kelarutannya, akan terjadi kristalisasi natrium
urat di jaringan lunak dan sendi, sehingga menimbulkan reaksi inflamasi yang dikenal dengan
arthritis gout. Namun, sebagian besar kasus ini mencerminkan juga adanya gangguan
pengaturan asam urat di ginjal.12
Pada arthritis gout, terjadi deposisi atau pengendapan kristal monosodium urat pada
jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraselular. Manifestasi
klinisnya biasanya akumulasi kristal pada jaringan yang merusak tulang (tofi), batu asam urat,
dan biasanya disertai keadaan gangguan metabolisme hiperurisemia yang didefinisikan
sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 ml/dl.1
BAB V
32
KESIMPULAN
Gout adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh dunia.
Gangguan metabolisme yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan
sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl. Penyakit ini dominan pada
pria dewasa.
Onset serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat seru,
meninggi ataupun menurun. Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal
monosodium urat dari depositnya dalam tofi. Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi
penting pada arthritis gout terutama gout akut. Reaksi ini merupakan reaksi pertahanan tubuh
non spesifik untuk menghindari kerusakan jaringan akibat anti gen yaitu kristal monosodium
urat pada sendi. Manifestasi klinik gout terdiri dari arthritis gout akut, interkritikal gout dan
gout menahun.
Penatalaksanaan untuk penyakit gout dapat diberikan medikamentosa dan non
medikamentosa. Non medikamentosa contohnya seperti diet pantang purin, menurunkan berat
badan pasien yang overweight, edukasi untuk menjaga pola makan, dan menghindari trauma
berulang pada bagian sendi yang nyeri. Untuk medikamentosa pasien ini dapat diberikan obat
allopurinol karena kadar urat serumnya yang berjumlah 12 gr/dl dan juga stadium
penyakitnya yang kronik. Bisa juga dikombinasikan dengan obat urikosurik untuk
mempercepat ekskresi asam urat.
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Tehupeiory ES. Artritis Pirai (Artritis Gout). In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th
edition.Jakarta :Interna Publishing; 2009.p. 2556-60.
2. Silbernagl S,Lang F. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta:EGC ;2003.
3. Kumar V, Cotran R, Robbins S. Buku Ajar Patologi. 7th ed. Jakarta: EGC; 2000. p.
864-8.
4. Underwood JCE. General and Systemic Pathology. 4th ed. USA: Elsevier; 2004. P.
729-30.
5. Price S, Wilson L. Gout. In: Carter M, Editors. Patofisiologi. 6th edition. Jakarta: EGC;
2006.p.1360,1402-05.
6. The Cleveland Clinic Foundation. Hyperuricemia (High Uric Acid). Available from:
http://www.chemocare.com/managing/hyperuricemia-high-uric-acid.asp. Accessed on
Oct 19, 2011.
7. Drugs.com. Allopurinol. Available from: http://www.drugs.com/pro/allopurinol.html.
Accessed on Oct 19, 2011.
8. Nutramed. Medications that Reduce the Rate of Uric Acid Production. Available
from: http://www.nutramed.com/Gout/allopurinol.htm. Accessed on Oct 19, 2011.
9. Hendrata JT. Buku Kumpulan Kuliah-Kuliah Obat Susunan Saraf Otonom dan
Analgesik Antipiretik (AINS). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti;
2010. p. 28-9.
10. Junqueira LC, Carneiro J. Tulang. In: Dany F, Editors. Histologi Dasar: Teks & Atlas.
10thedition. Jakarta: EGC;2007.p.148-9.
11. Sumariyono, Wijaya LK. Struktur Sendi, Otot, Saraf, dan Endotel Vaskular. In:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th edition.Jakarta : Interna Publishing; 2009.p. 2370-3.
34
12. Rodwell VW. Metabolisme Nukleotida Purin & Pirimidin. In: Murray RK, Granner
DK, Rodwell VW, Editors. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; 2006. p. 311-7.
35