makalah diare farmasi a

44
28 MAKALAH DIARE Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : KIE & Swamedikasi Dosen Pengampu : Drs. Jamaluddin Al J Ef., Apt. Disusun oleh: Analistiana NPM. 0540017912 Nurul Inayah NPM. 0540018012 Ainal Hana NPM. 0540018312 Mia Sari Zulfiati NPM. 0540018312 Kelas Farmasi A Semester V PROGRAM STUDI DIII FARMASI

Upload: hana-zawtum

Post on 02-Feb-2016

72 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TUGAS

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Diare Farmasi A

28

MAKALAH

DIARE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : KIE & Swamedikasi

Dosen Pengampu : Drs. Jamaluddin Al J Ef., Apt.

Disusun oleh:

Analistiana NPM. 0540017912

Nurul Inayah NPM. 0540018012

Ainal Hana NPM. 0540018312

Mia Sari Zulfiati NPM. 0540018312

Kelas Farmasi A

Semester V

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKUTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2015 / 2016

Page 2: Makalah Diare Farmasi A

28

KATA  PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul

Diare dengan baik, untuk memenuhi tugas mata kuliah KIE & Swamedikasi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu

penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah KIE & Swamedikasi yaitu

bapak Drs. Jamaluddin Al J Elf., Apt yang telah membimbing dan memberikan

pengarahan – pengarahan dalam penyusunan makalah ini, dan kepada teman-

temanku yang selalu mendukung.

Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan dapat

menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Pekalongan, November 2015

Penulis

Page 3: Makalah Diare Farmasi A

28

DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................. 1

Kata pengantar................................................................................................... 2

Daftar isi............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang......................................................................................... 4

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 5

1.3. Maksud dan Tujuan.................................................................................. 5

1.4. Manfaat..................................................................................................... 5

1.5. Metode Penulisan...................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi..................................................................................................... 7

2.2. Jenis – Jenis Diare..................................................................................... 7

2.3. Faktor – Faktor Pencetus Diare................................................................. 8

2.4. Penyebab Diare.......................................................................................... 8

2.5. Gejala Penyakit Diare .............................................................................. 10

2.6. Cara Penularan Diare................................................................................ 10

2.7. Cara Pencegahan Diare............................................................................. 11

2.8. Cara penanggulangan diare ...................................................................... 14

2.9. Pengobatan terhadap Penyakit Diare........................................................ 14

2.10. Interaksi obat ............................................................................................ 25

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 27

3.2. Saran ......................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

Page 4: Makalah Diare Farmasi A

28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia.

Padahal berbagai upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya

perubahan tingkah laku dengan melakukan pendidikan kesehatan terus

dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang

menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih menduduki peringkat atas,

khususnya di daerah-daerah miskin.

Diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala

buang air terus-menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa

sembuh dengan sendirinya, tanpa perlu pertolongan medis. Memang diare

jarang sekali yang berakibat kematian, tapi bukan berarti bisa dianggap

remeh. Penyakit yang juga populer dengan nama muntah berak alias

muntaber ini bisa dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia, artinya

terjadi secara terus-menerus di semua daerah, baik di perkotaan maupun di

pedesaan, khususnya di daerah-daerah miskin. Di kawasan miskin tersebut

umumnya penyakit diare dipahami bukan sebagai penyakit klinis, sehingga

cara penyembuhannya tidak melalui pengobatan medik. Kesenjangan

pemahaman semacam ini merupakan salah satu penyebab penting yang

berakibat pada lambatnya penurunan angka kematian akibat diare.

Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat

untuk berperilaku sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang

rawan akan penyebaran penyakit. Lingkungan yang buruk menjadi penyebab

berkembangbiaknya berbagai virus penyakit menular. Karena itu berbagai

infeksi penyakit sering terjadi pada para penghuni kawasan kumuh. Penyakit

menular yang sering dijumpai adalah diare, diikuti dengan penyakit infeksi

lainnya seperti thypoid, ispa, penyakit kulit, campak, leptospirosis, demam

berdarah dengue (DBD). Kelangkaan air bersih menjadi sebab utama pemicu

Page 5: Makalah Diare Farmasi A

28

penyakit ini. Gaya hidup yang jorok, tidak memperhatikan sanitasi

menyebabkan usus rentan terhadap serangan virus diare.

Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, berkembangnya perilaku

pencegahan ini sangat tergantung pada kondisi pribadi masing-masing

individu, termasuk persepsi individu bersangkutan dalam memandang diare.

Dengan kata lain jika seseorang mempersepsikan diare adalah penyakit yang

membahayakan maka yang bersangkutan dapat diproyeksikan akan semakin

berusaha keras untuk melakukan pencegahan agar tidak terserang diare.

Sebab, upaya pencegahan penyakit ini bersumber pada seluruh aktivitas

manusia yang berkaitan dengan upaya preventif.

1.2. Rumusan Masalah

Beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan

makalah ini adalah:

1. Apa diare itu?

2. Apa faktor pencetus diare?

3. Apa penyebab diare?

4. Bagaimana cara penularan diare? 

1.3. Maksud dan Tujuan

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas maksud dan tujuan inipun

dirumuskan guna memperoleh suatu deskripsi tentang:

1. Definisi Diare

2. Faktor pencetus diare

3. Penyebab diare

4. Cara penularan diare

1.4. Manfaat

Dalam penyusunan makalah  ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :

Page 6: Makalah Diare Farmasi A

28

1. Berfungsi sebagai literatur-literatur bagi mahasiswa mahasiswi yang

ingin memperdalam wawasan tentang masalah kesehatan, khususnya

tentang penyakit diare

2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang  penyakit diare.

1.5. Metode Penulisan

Dalam makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan yakni dengan

membaca buku – buku yang berkaitan dengan judul makalah. Dan mecari

literatur- literatur di internet.

Page 7: Makalah Diare Farmasi A

28

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Diare

Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1

hari).

Diare seringkali disertai kejang perut dan muntah-muntah, diare disebut

juga muntahber (muntah berak), muntah menceret atau muntah bocor. Diare

menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Jika tinja atau

kotoran tersebut mengandung lendir dan darah, penderita telah mengalami

fase yang disebut disentri. Diare dapat terjadi dalam kadar yang ringan

maupun berat. Biasanya terjadi secara mendadak, bersifat akut, dan

berlangsung dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai

hal dan kadang diperlukan pengobatan khusus. Namun sebagian besar diare

dapat diobati sendiri di rumah, meskipun kita tidak yakin penyebab yang

menimbulkannya. Diare tak pernah pandang bulu, ia dapat menyerang siapa

saja, baik pria maupun wanita, baik orang tua maupun muda. Diare seringkali

dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta

menunjukkan sebaliknya.

2.2. Jenis-Jenis Diare

Berikut jenis-jenis diare yaitu antara lain :

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

kurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu

sebelum datang berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan

dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2

minggu sebelum datang berobat atau sifatnya berulang.

Page 8: Makalah Diare Farmasi A

28

c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari

disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,

kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.

2.3. Faktor pencetus diare

Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Tangan yang kotor.

2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi virus dan bakteri.

3. Ditularkan oleh binatang peliharaan.

4. Kontak langsung dengan feses atau material yang menyebabkan diare (

cara membersihkan diri yang tidak benar setelah ke luar dari toilet ).

2.4. Penyebab Diare

Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan.

Faktor lingkungan dapat menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus

penyebab diare. Makanan yang tidak cocok atau belum dapat dicerna dan

diterima dengan baik oleh anak dan keracunan makanan juga dapat

menyebabkan diare. Kadang kala sulit untuk mengetahui penyebab diare.

Diare dapat disebabkan oleh infeksi pada perut atau usus. Peradangan atau

infeksi  usus oleh agen penyebab diare antara lain :

1. Terinfeksi bakteri , virus, atau parasit ( jamur, cacing , protozoa)

Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus),

dengan gejala : Berak-berak air (watery), berbusa, TIDAK ada darah

lendir, berbau asam.Virus penyebab diare Viral gastroenteritis atau

yang dikenal sebagai "stomach virus", virus perut.

Bakteri,  dengan gejala : Berak-berak dengan darah/lendir , sakit perut.

Memerlukan antibioka sebagai terapi pengobatan.

Parasite (Giardiasis), dengan gejala : Berak darah dan lendir, sakit

perut. perlu antiparasite. Parasit cryptosporidium atau microsporidium

menyebabkan diare yang terjadi pada banyak Odha. Kejadian infeksi

parasit ini sudah menurun di AS sejak terapi antiretroviral (ART)

dipakai.

Page 9: Makalah Diare Farmasi A

28

Macam-macam bakteri dan parasit yang biasa menyerang perut :

a. E. Coli bacteria

b. Salmonella enteritidis bacteria

c. Compylobacter bacteria

d. Shigella bacteria

e. Giardo parasite

f. Cryptosporidium parasite

2. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun

bahan kimia.

Misalnya :

Obat ARV: Beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha dapat

menyebabkan diare. Hal ini sering berlaku dengan nelfinavir, ritonavir,

Kaletra, ddI, foskarnet, tipranavir dan interferon alfa.

Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika – Bila diare terjadi

saat anak sedang dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter

anda.

Terlalu banyak makan buah mentah atau makanan berlemak.

3. Kekurangan gizi

misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur.

Gizi yang buruk. Keadaan ini melemahkan kondisi tubuh penderita,

sehingga timbulnya diare akibat penyakit lain menjadi sering dan semakin

parah.

4. Tidak tahan terhadap makanan atau obat-obatan tertentu, misalnya :

Alergi susu => Alergi terhadap susu , si anak tidak tahan meminum

susu yang mengandung lemak atau laktosa diare biasanya timbul

beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut, biasanya pada

alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.

Alergi obat tertentu => Penggunaan obat-obatan tertentu yang tidak

dapat diterima oleh jaringan tubuh akan menyebabkan penyakit

sampingan berupa diare.

Page 10: Makalah Diare Farmasi A

28

5. Gangguan fungsi usus , misalnya Penyakit Intestinal, Penyakit inflamasi

usus atau penyakit abdominal dan gangguan fungsi usus lainnya, seperti

sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal.

6. Adanya reaksi obat yang dapat menyebabkan diare, misalnya :

Laksatif penyalahgunaan obat-obatan pencahar sebagai obat menurunkan

berat badan juga menyebabkan diare, Antasida yang mengandung

magnesium, Antineoplastik, Antibiotik seperti klindamisin, tetrasiklin,

sulfonamide dan beberapa antibiotic spectrum luas, Antihipertensi seperti

reserpin, guanetidin, metildopa, guanabenz, guanadrel, Kolinergik seperti

betanecol, neostigmin, Senyawa yang mempengaruhi jantung seperti

kuinidin, digitalis, digoxin, Obat AINS, Prostaglandin, Kolkisin

2.5. Gejala Penyakit Diare

Pada diare hebat yang sering kali disertai frekuensi buang air besar

melebihi normal, kotoran encer / cair, sakit / kejang perut, pada beberapa

kasus, demam dan muntah, pada beberapa kasus. Adapun gejala pada anak

meliputi :

Dehidrasi ringan/sedang; gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering,

sangat haus, kulit kering

Dehidrasi berat, lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering,

malas/tidak bisa minum, kulit sangat kering

2.6. Cara Penularan Diare

Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara

langsung, seperti :

o Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah

dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.

o Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering

memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut.  Karena virus ini

dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. 

Page 11: Makalah Diare Farmasi A

28

o Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan

benar.

o Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.

o Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau

membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi

perabotan dan alat-alat yang dipegang.

2.7. Cara Pencegahan Diare

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:

Primary Prevention (promosi kesehatan dan pencegahan khusus)

Secondary Prevention (diagnosis dini serta pengobatan yang tepat)

Tertiary Prevention (pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi)

Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut mengenai pencegahan diare :

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor

penyebab dan lingkungan.

a. Penyediaan Air Bersih

Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air

dalam terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar

mikroba patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah air

bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan

dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara

penyakit.

Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil

dari sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air

bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh

meter dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang bersih

dan pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang

bersih, dan untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang

terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita

Page 12: Makalah Diare Farmasi A

28

diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak

mendapatkan air besih.

b. Tempat Pembuangan Tinja

Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka

pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu

jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi syarat

kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air

permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan

bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah.

Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi

akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita

sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai

kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi.

c. Status Gizi

Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang

berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh. Penilaian

status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode,

yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi. Metode penilaian

tersebut adalah:

1) konsumsi makanan

2) pemeriksaan laboratorium

3) pengukuran antropometri

4) pemeriksaan klinis

Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau

kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.

d. Kebiasaan Mencuci Tangan

Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan

dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebagian besar kuman

infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman

tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar

tinja yang mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air

Page 13: Makalah Diare Farmasi A

28

minum. Pada penularan seperti ini, tangan memegang peranan

penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau

minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah

menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan

menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta

untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip

pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit

(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh

banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.

Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat

diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas

penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk

menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu

menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan

mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan

menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal

bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan

sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter.

3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai

mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini

penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis

semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi

untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha

yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi

dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap

mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut

memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita

Page 14: Makalah Diare Farmasi A

28

diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus

dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam

pergaulan dengan teman sepermainan.

2.8. Cara Menanggulangi Diare

Apabila seseorang terkena diare berarti jumlah cairan dalam tubuh yang

dapat diserap sangat sedikit. Hal ini menimbulkan kondisi kekurangan cairan

atau dehidrasi. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah mengganti

cairan tubuh yang hilang dengan minum bayak air dan oralit. Tindakan lain

yang dapat dilakukan bila seseorang terkena diare adalah:

1. Makan sup bening. Hindari kopi, teh, dan susu. Pada bayi ASI boleh tetap

diberikan tetapi untuk susu formula harus dibuat lebih encer sampai dua

kali lipat. Hindari makanan padat ganti dengan bubur, roti ataupun pisang

selama 1-2 hari.

2. Memeriksa penyebab diare sehingga terjadinya diare kembali dapat

dihindari.

3. Cuci tangan tiap selesai BAB untuk mencegah penularan.

4. Menjaga kebersihan diri, makanan yang akan dikonsumsi dan

lingkungan.

5. Bila diare berlanjut lebih dari 2 hari, bila terjadi dehidrasi, feses

berdarah, atau terus-menerus kejang perut periksakan ke dokter terutama

bila terjadi pada anak-anak/bayi.

2.9. Pengobatan Terhadap Penyakit Diare

Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya

dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah

terjadi dehidrasi. Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah

air kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup wortel, air perasan buah, dan

larutan gula garam    (LGG). pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada

pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau

berat sebaiknya diberi minum oralit. Oralit merupakan salah satu cairan

Page 15: Makalah Diare Farmasi A

28

pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi

dengan elektrolit, sehingga dapat menggantikan elektrolit yang ikut hilang

bersama cairan.

Pengobatan diare berdasarkan 3 macam, yaitu :

1) Kemoterapeutik

Yakni untuk terapi kausal, yaitu memusnahkan bakteri penyebab

penyakit digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotik. Contoh

obat : Metronidazole,Cotrimoxazole ( trimetropim + sulfametoxazole),

Tetrasiklin

2) Spasmolitik

Yakni zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut pada diare

misalnya Atropin sulfat. Contoh obat : Atropin sulfat, Extrak baladonae,

Papaverin, Paracetamol, Ibuprofen, bismutt

3) Obstipansia (Gejala)

Yakni untuk terapi simptomatis dengn tujuan untuk menghentikan

diare, yaitu dengan cara:

a. Menekankan peristaltik usus, misalnya loperamid

b. Menciutkan selaput usus, contohnya tannin

c. Pemberian adsorben untuk menyerap racun atau bakteri misalnya,

carbo adsorben, kaolin

d. Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir usus yang luka.

contoh obat : Carbo adsorbens,Kaolin pectin,Oralit,Attalpugit

kemoterapeutik Spasmolitik Obstipansia (gejala)

Page 16: Makalah Diare Farmasi A

28

- Metronidazole

- Cotrimoxazole

( trimetropim +

sulfametoxazole)

- Tetrasiklin

- Atropin sulfat

- Extrak baladonae

- Papaverin

- Paracetamol

- Ibuprofen

- bismutt

- Carbo adsorbens

- Kaolin pectin

- Oralit

- Attalpugit

Pengobatan Menggunakan Obat Sintesis

Pada umumnya obat antidiare terbagi atas 4 macam yaitu : antimotilitas

(difenoksilat, loperamid, paregoric, tinctur opium, difenoxin), adsorben

(Kaolin pectin, Polikarbofil, Attapulgit), antisekresi (Bismut subsalisilat,

enzim laktase, Lactobacillus), dan oktreotid.

a. Oralit

Komposisi oralit 200 mL :

- Glukosa anhidrat 4 g

- Natrium klorida 0,7 g

- Natrium sitrat dihidrat0,58 g

- Kalium klorida 0,3 g

Serbuk dilarutkan dalam 200 mL atau 1(satu) gelas air matang hangat

Takaran pemakaian oralit pada diare antara lain sebagai berikut :

Keada

an

diare

U

mu

r <

11

tah

un

U

mu

r 1

- 4

tah

un

U

mu

r 5

12

tah

un

Dewasa

Tidak

ada

Setiap kali BAB beri oralit

Page 17: Makalah Diare Farmasi A

28

dehidra

si

Terapi

A

(mence

gah

dehidra

si )

10

0

mL

(0,

5

gel

as)

20

0

mL

(1

gel

as)

30

0

mL

(1,

5

gel

as)

400 mL

(2 gelas)

Dengan

Dehidra

si

3 jam pertama beri oralit

T

e

r

a

p

i

B

30

0

mL

(1,

5

gel

as)

60

0

mL

(3

gel

as)

1,2

L

(6

gel

as)

2,4 L

(12 gelas)

Mengat

asi

dehidras

i

Selanjutnya setelah BAB beri oralit

10

0

mL

(0,

5

20

0

mL

(1

gel

30

0

mL

(1,

5

400 mL

(2 gelas)

Page 18: Makalah Diare Farmasi A

28

gel

as)as)

gel

as)

1) Kegunaan oralit :

- Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh

yang keluar bersama tinja.

- Oralit 200 adalah campuran gula, garam natrium dan kalium

2) Kontraindikasi: Obstruksi atau perforasi usus

3) Peringatan dan Perhatian:Pengemudi kendaraan bermotor dan

operator mesin berat jangan minum obat ini sewaktu menjalan kan

tugas.

4) Efek Samping:HipernatremiaLoperamide

b. Kaolin

1) Indikasi : diare

2) Dosis : Dewasa 15-45 mL, Childn 6-12 thn 10-20 mL. Digunakan

setelah setiap buang air besar atau seperti yang diarahkan. Maksimal 2

hari.

3) Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.

4) Peringatan, interaksi : menurunkan absorpsi dan diflunisal,

azitromisin, siprofloksasin, isoniazid, nitrofurotoin, norfloksasin,

ofloksasin, rifampisin, dan sebagian besar golongan tetrasiklin,

gabapentin, fenitoin, itrakonazol, ketokonazol, kloroquin, fenotiazin,

fenasin, besi oral.

5) Kontra indikasi : Obstruksi usus, kondisi usus spastik. Anak <6

tahun.

6) Efek yang tidak diharapkan : Sangat jarang, sembelit parah yang

dapat menyebabkan impaksi feses pada anak dan lansia.

7) Kategori pada kehamilan : B

8) Kombinasi Kaolin (1g) dan Pektin (50 mg)

c. Attapulgit (Magnesium aluminium silikat)

Page 19: Makalah Diare Farmasi A

28

1) Indikasi : Gejala pengobatan diare nonspesifik.

2) Dosis : Dewasa 2 tab setelah buang air besar awal dan 2 tablet setelah

buang air besar berikutnya, dosis harian maksimum 12 tab. Anak-anak

6-12 thn ½ dosis dewasa, dosis harian maksimal 6 tab.

3) Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.

4) Kontra indikasi : GIT lesi pulmonalis. Demam tinggi.

5) Terapi khusus : Terapi tidak boleh melebihi 2 hari atau demam.

Anak-anak < 6 tahun. Insufisiensi ginjal parah.

6) Interaksi obat : Dapat mempengaruhi penyerapan GI dari tetrasiklin.

Indikasi                  : terapi simptomatik untuk diare non spesifik

(penyebab diare belum pasti) dengan mengabsorbsi toksin dan

virus penyebab diare

Kontraindikasi        : hipersensitif terhadap attapulgit, demam

tinggi, stenosis (penyempitan) pada saluran cerna.

Peringatan             : jangan digunakan lebih dari 2 hari atau bila

disertai demam tinggi. Tidak untuk anak < 6 th, insufisiensi ginjal

berat.

d. Karbo adsorben

1) Kegunaan : mengurangi frekuensi buang air besar, memadatkan tinja,

menyerap racun pada penderita diare

2) Perhatian : penderita harus meminum oralit karena obat ini bukan

pengganti oralit, tidak boleh diberikan pada anak usia dibawah 5

tahun.

3) Aturan pakai :

Tablet Norit 250 mg

Dewasa : 3 – 4 tablet (750 – 1000 mg), 3 kali sehari (setiap 8 jam)

Kombinasi kaolin – Pektin dan Attapulgit

(Setiap tablet mengandung 600 mg atapulgit)

Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 tablet setiap habis buang air besar,

maksimal 12 tablet selama 24 jam.

Page 20: Makalah Diare Farmasi A

28

Anak-anak 6 - 12 tahun : 1 tablet setiap habis buang air besar,

maksimal 6 tablet selama 24 jam.

4) Efek samping : Efek samping         : muntah, konstipasi, feses

hitam

e. Loperamid hidroklorida

1) Indikasi : tambahan terapi rehidrasi pada diare akut pada dewasa dan

anak-anak lebih 4 tahun; diare kronik hanya pada dewasa.

2) Peringatan, kontraindikasi : kram abdomen dan reaksi kulit

termasuk urtikaria; ileus paralitik dan perut kembung.

3) Dosis : diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setelah habis

buang air besar. Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4 mg, diikuti 2

mg setiap buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari.

Pemberian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan setelah 48 jam.

4) Kategori pada kehamilan : B

f. Co-Fenotrop

1) Komposisi : difenoksilat hidroklorida dan atropine sulfat

2) Indikasi : tambahan terapi rehidrasi pada diare akut; kolitis ulseratif

ringan dan kronis

3) Peringatan, Kontraindikasi, Efek samping : anak-anak terutama

rentan terhadap overdosis dan gejala-gejala mungkin tertunda

sehingga pengamatan dilakukan paling tidak selama 48 jam setelah

penggunaan; adanya dosis subklinis atropine dapat menimbulkan efek

samping atropine pada individu yang rentan atau pada overdosis.

4) Interaksi :

- Alkohol : menaikkan efek sedative dan efek hipotensif

- Antibakteri : kadar plasma siprofloksasin

- Antidepresan : eksitasi atau depresi SSP (hipertensi atau

hipotensi) apabila menerima MAOI (termasuk moklobemid)

Page 21: Makalah Diare Farmasi A

28

- Antiulkus : simetidin menghambat metabolism analgetik opioid

(meningkatkan kadar plasma).

g. Bismuth subsalisilat

1) Indikasi : Pengobatan gejala diare akibat racun dan virus. Meredakan

gangguan pencernaan, mulas, mual.

2) Dosis : Dewasa 1½ - 2 tab sekaligus. Max: 11 tab sehari. Anak-anak

9-12 thn ½ - 1 tab, max: 5 tab sehari, 6-9 tahun ½ tab, max: 4 tab

sehari.

3) Kontraindikasi : Anak yang baru saja sembuh dari cacar air atau flu,

hipersensitivitas terhadap aspirin, neonatus, lemah dan pasien geriatri.

4) Efek yang tidak diinginkan : Lidah dan feses berwarna gelap

5) Interaksi obat : Doxycycline.

6) Pemberian : Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.

7) Kategori pada kehamilan : C

h. Kombinasi dan Pectin

1) Indikasi  : simptomatik diare non spesifik

2) Kontraindikasi : Obstruksi intestinal, hipersensitif terhadap kaolin

dan pektin. Konstipasi.

3) Peringatan   : jangan digunakan lebih dari 2 hari, pasien demam,

anak< 3th

i. Kombinasi attalpugite dengan kaolin

1) Kontraindikasi  : pasien konstipasi, obstruksi usus, hipersensitif

terhadap obat ini.

2) Efek samping  : konstipasi, impaksi feses (dalam dosis besar)

3) Peringatan : tidak untuk anak < 6 th, demam tinggi, dehidrasi.

jangan diberikan lebih dari 2 hari, demam tinggi, anak < 6 th, hamil

dan menyusui.

4) Interaksi obat : Dapat mempengaruhi penyerapan GI dari tetrasiklin.

Page 22: Makalah Diare Farmasi A

28

Penggunaan antibiotik untuk diare

Antibiotik biasanya dianjurkan jika penyebab diare telah diketahui

sebagai bakteri atau jika gejala diare yang terjadi sangat parah. Penderita diare

disarankan untuk tidak mengkonsumsi antibiotik jika penyebabnya tidak

diketahui pasti. Selain karena antibiotik bisa menimbulkan efek samping

buruk, antibiotik juga tidak berpengaruh jika diarenya disebabkan oleh virus.

Jika terlalu sering digunakan untuk penyakit yang ringan, efek positif

antibiotik akan berkurang ketika nantinya digunakan untuk mengobati kondisi

yang lebih serius. Antibiotik juga disarankan bagi mereka yang memiliki

kekebalan tubuh yang lemah dan rentan terhadap infeksi.

Berikut ini adalah obat – obat yang termasuk anti biotik yang sering

digunakan dalam pengobatan diare :

1. Metronidazole

a) Indikasi

Infeksi yang diduga disebabkan oleh bakteri anaerob;

Infeksi menular seksual;

Infeksi bakterial vaginosis (penyakit infeksi tidak spesifik pada

vagina);

Infeksi parasit trichomonas (misal pada diare atau keputihan akibat

trichomonas);

Infeksi kuman amoeba (misal pada diare akibat amoeba).

b) EFEK SAMPING

Nafsu makan turun (10%);

Muncul infeksi jamur (10%);

Diare (10%);

Pusing (10%);

Mual dan muntah (10%)

Air kencing berwarna gelap (1-10%);

Alergi (1-10%);

Kejang (1-10%).

c) Kontra indikasi

Page 23: Makalah Diare Farmasi A

28

tidak boleh diberikan untuk wanita hamil trimester pertama (hamil usia

0-3 bulan) dan saat menyusui

2. Cotrimoxazole ( trimetropim + sulfametoxazole)

a) Indikasi

Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli.

Klebsiella sp, Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus

mirabilis, Proteus vulgaris.

Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae.

Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bronchitis kronis yang

disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.

Enteritis yang disebabkan Shigella flexneri, Shigella sonnei.

Pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.

Diare yang disebabkan oleh E. coli.

b) Kontra indikasi

Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah, insufisiensi

ginjal, wanita hamil, wanita menyusui, bayi prematur atau bayi

berusia dibawah 2 bulan.

Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan

folat.

Penderita yang hipersensitif/alergi terhadap trimetoprim dan obat-

obat golongan sulfonamida.

c) Efek samping

Efek samping jarang terjadi pada umumnya ringan, seperti reaksi

hipersensitif/alergi, ruam kulit, sakit kepala dan gangguan

pencernaan misalnya mual, muntah dan diare.

Leukopenia, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik,

diskrasia darah.

Walaupun sifatnya jarang dapat terjadi reaksi hipersensitivitas yang

fatal pada kulit atau darah seperti sindrom Steven Johnson, toxic

Page 24: Makalah Diare Farmasi A

28

epidermal, necrosis fulminant, hepatic necrosis dan diskrasia darah

lainnya.

d) Peringatan dan perhatian

Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis harus

dikurangi untuk mencegah terjadinya akumulasi obat.

Selama pengobatan dianjurkan untuk banyak minum (minimal 1,5

liter sehari) untuk mencegah kristaluria.

Pada penggunaan jangka panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan

darah secara periodik karena kemungkinan terjadi diskrasia darah.

Hentikan penggunaan Cotrimoxazole bila sejak awal penggunaan

ditemukan ruam kulit atau tanda-tanda efek samping lain yang

serius.

3. Tetrasiklin

a) Indikasi:

Bruselosis, batuk rejan, pneumonia, demam yang disebabkan oleh

Rickettsia, infeksi saluran kemih, bronkitis kronik. Psittacosis dan

Lymphogranuloma inguinale. Juga untuk pengobatan infeksi-infeksi

yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus pada

penderita yang peka terhadap penisilin, disentri amuba, frambosia,

gonore dan tahap tertentu pada sifilis.

b) Kontra Indikasi:

- Penderita yang peka terhadap obat-obatan golongan Tetrasiklin.

- penderita gangguan fungsi ginjal (pielonefritis akut dan kronis).

c) Cara Kerja Obat

Tetrasiklin HCl termasuk golongan tetrasiklin, mempunyai spektrum

luas dan bersifat bakteriostatik, cara kerjanya dengan menghambat

pembentukan protein pada bakteri.

d) Efek Samping:

Page 25: Makalah Diare Farmasi A

28

- Pada pemberian lama atau berulang-ulang, kadang-kadang terjadi

superinfeksi bakteri atau jamur seperti:enterokolitis dan

kandidiasis.

- Gangguan gastrointestinal seperti: anoreksia, pyrosis, vomiting,

flatulen dan diare.

- Reaksi hipersensitif seperti: urtikaria, edema, angioneurotik, atau

anafilaksis.

- Jarang terjadi seperti: anemia hemolitik,

trombositopenia,neutropenia dan eosinofilia.

e) Peringatan dan Perhatian

- Hendaknya diminum dengan segelas penuh air +/- 240 ml untuk

meminimkan iritasi saluran pencernaan.

- Sebaiknya tetrasikli tidak diberikan pada kehamilan 5 bulan

terakhir sampai anak berusia 8 tahun, karena menyebabkan

perubahan warna gigi menjadi kuning dan terganggupertumbuhan

tulang.

- Penggunaan tetrasiklin pada penderita dengan gangguan fungsi

ginjal,dapat menimbulkan efek komulasi.

- Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati,

wanita menyusui.

- Jangan minum susu atau makanan produk susu lainnya dalam

waktu 1 - 3 jam setelah penggunaan Tetrasiklin.

2.10. Interaksi obat

1. Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis

antikoagulan kumarin lainnya harus dikurangi. Metronidazole

meningkatkan risiko efek samping antikoagulan kumarin.

2. Pemberian alkohol selama terapi dengan metronidazole dapat

menimbulkan gejala seperti pada disulfiram yaitu mual, muntah, sakit

perut dan sakit kepala.

Page 26: Makalah Diare Farmasi A

28

3. Dengan obat-obat yang menekan aktivitas enzim mikrosomal hati

seperti simetidin, akan memperpanjang waktu paruh metronidazole

4. Kotrimoksazol dapat menambah efek dari antikoagulan dan

memperpanjang waktu paruh Fenitoin juga dapat mempengaruhi

besarnya dosis obat-obat hipoglikemia.

5. Pernah dilaporkan adanya megaloblastik anemia apabila kotrimoksazol

diberikan bersama-sama dengan obat yang dapat menghambat

pembentukan folat misalnya Pirimetamin.

6. Pemberian kotrimoksazol bersama dengan diuretik terutama Tiazid

dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya trobositopenia.

7. Tetrasiklin membentuk kompleks khelat dengan ion-ion kalsium,

magnesium, besi dan aluminium. Maka sebaiknya tidak diberikan

bersamaan dengan tonikum-tonikum yang mengandung besi atau

dengan antasida berupa senyawa aluminium, amgnesium. Susu

mengandung banyak kalsium, sehingga sebaiknya tidak diminum

bersamaan dengan susu.

8. Pengobatan dengan tetrasiklin jangan dikombinasikan dengan penisilin

atau sefalosporin.

9. Karbamazepin dan fenitoin: menurunkan efektifitas tetrasiklin secara

oral.

10. Tetrasiklin akan memperpanjang kerja antikluogulan kumarin,

sehingga proses pembekuan akan tertunda.

11. Guanetidin, histamin, dan Reserpin dapat mengantagonis efek

penghambatan antikolinergik atropin pada sekresi asam lambung.

12. antasida bisa mengganggu penyerapan Atropin

Page 27: Makalah Diare Farmasi A

28

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan

frekuensi lebih sering ( biasanya lebih dari 3 kali dalam satu hari.

2. Diare dapat disebabkan oleh :

a. Terinfeksi bakteri , virus, atau parasit ( jamur, cacing , protozoa)

b. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun

bahan kimia.

c. Kekurangan gizi

d. Tidak tahan terhadap makanan atau obat-obatan tertentu, misalnya :

e. Gangguan fungsi usus

f. Adanya reaksi obat yang dapat menyebabkan diare

3. Inti dari pengobatan diare yakni : Mengganti cairan yang keluar dan

menghilangkan penyebabnya.

4. Pengobatan diare ada 3 macam yakni : Kemoterapeutik, spasmolitik, dan

obstipansia.

5. Pengobatan pada anak yang diare menggunakan zinc pemberian selama

10 hari dan pemberian lactulosa.

6. Pengobatan pada diare harus diperhatikan terapi pengobatannya, serta

interaksi antar obatnya

3.2. Saran

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat

memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi

sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan–kesempatan

berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga

para pembaca yang budiman pada umumnya.

Page 28: Makalah Diare Farmasi A

28

DAFTAR PUSTAKA

Sukandar, Elin Y. 2009. ISO Farmakoterapi. Ed. II. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.

349-353, 372-377.

Tan HT, Rahardja K. 1993. Swamedikasi. Gramedia. Jakarta, 101-109, 111-118.

Holt GA dan Edwin LH. 1986. The Pros and Cons of Self-medication. Dalam

Journal of Pharmacy Technology, September /October: 213-218. Available

as PDF fileMcEwen J. 1979. Self-medication in The Context of Self-care: A

review. Dalam: nderson, J.A.D (ed). Self Medication. The Proceedings of

Workshop on Self Care, London: MTP Press Limited Lancaster, 95-111.

Available as PDF file.

Rosenstock IM. 1974. The Health Belief and Preventive Health Behavior. Health

Education Monograph, 2(4): 354. Available as PDF file

Tan HT, Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek

Sampingnya. Ed. V. Gramedia. Jakarta, 270-294.

Wells BG. 2006. Pharmacotherapy Handbook. 6th Edition. McGraw-Hill.

Available as PDF file.

Anderson JAD. 1979. Historical Background to Self-care. The Proceedings of

Workshop on Self Care. London: MTP Press Limited Lancaster, 10-18.

Available as PDF file.

http://www.mims.com/