makalah dasar budidaya tanaman

30
Makalah Dasar Budidaya Tanaman Diposkan oleh Fahmiyah S. Izza | 06Mei 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dasar Budidaya Tanaman merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang pertumbuhan tanaman dari sifat genetik, faktor iklim, tanah dengan pertumbuhan tanaman, pupuk, dan sifat-sifatnya, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, peranan benih dan zat tumbuh, pemasakkan tanaman dalam kaitannya dengan umur panen, pengelolaan lingkungan tanaman, pola tanam serta pengendalian hama, penyakit dan gulma. Sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam nabati melalui upaya manusia yang dengan modal, teknologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik. Kegiatan budidaya termasuk dalam bagian hulu agribisnis. Apabila produk budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsistem, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Dalam arti luas agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan saja. Seiring perkembangan teknologi,

Upload: firmansyah-capasaputra

Post on 24-Oct-2015

264 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Makalah Dasar Budidaya Tanaman Diposkan oleh Fahmiyah S. Izza | 06Mei2012                                                                                  BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Dasar Budidaya Tanaman merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang pertumbuhan

tanaman dari sifat genetik, faktor iklim, tanah dengan pertumbuhan tanaman, pupuk, dan

sifat-sifatnya, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, peranan benih dan zat tumbuh,

pemasakkan tanaman dalam kaitannya dengan umur panen, pengelolaan lingkungan tanaman,

pola tanam serta pengendalian hama, penyakit dan gulma.

     Sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya

alam nabati melalui upaya manusia yang dengan modal, teknologi, dan sumberdaya lainnya

menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik.

Kegiatan budidaya termasuk dalam bagian hulu agribisnis. Apabila produk budidaya

(hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsistem,

dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga

menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.

Dalam arti luas agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan saja. Seiring

perkembangan teknologi, pemanfaatan produk pertanian berkaitan erat dengan farmasi,

teknologi bahan, dan penyediaan energi.

Cakupan obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk

tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan.

Sebagaimana dapat dilihat, penggolongan ini dilakukan berdasarkan objek budidayanya:

                     budidaya tanaman, dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang diolah secara

intensif,

                     kehutanan, dengan obyek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang

setengah liar,

                     peternakan, dengan obyek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan

amfibia),

                     perikanan, dengan obyek hewan perairan (ikan, amfibia dan semua non-vertebrata).

Pembagian dalam pendidikan tinggi sedikit banyak mengikuti pembagian ini, meskipun

dalam kenyataan suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai objek ini bersama-sama

sebagai bentuk efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian

lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga dipelajari dalam

ilmu-ilmu pertanian.

1.2  RUMUSAN MASALAH

Berikut macam-macam rumusan masalah budidaya tanaman, yaitu:

a.       Bagaimana pengaruh iklim terhadap budidaya tanaman ?

b.      Bagaimana pengaruh ketinggian tempat terhadap budidaya tanaman ?

c.       Apakah kesesuaian lahan berpengaruh terhadap budidaya tanaman ?

d.      Bagaimana permintaan pasar terhadap budidaya tanaman di Indonesia?

1.3  TUJUAN

Tujuan dari budidaya tanaman adalah :

a.       Untuk mengetahui pengaruh iklim terhadap budidaya tanaman.

b.      Untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap budidaya tanaman.

c.       Untuk mengetahui pengaruh kesesuaian lahan terhadap budidaya tanaman.

d.      Untuk mengetahui pengaruh permintaan pasar terhadap budidaya tanaman.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Iklim

Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30

tahun, yang sifatnya tetap. Iklim itu dapat dipandang sebagai kebiasaan- kebiasaan alam yang

berlaku yang digerakkan oleh gabungan dari pada unsur-unsur, yaitu : radiasi matahari,

temperatur, kelembaban, awan, presifikasi, evaporasi, tekanan udara, angin. (Ance, 1988).

Iklim Indonesia secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.     Daerah yang meliputi sebagian besar pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya

diliputi iklim “Tropis”.

b.    Daerah yang meliputi pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara yang mempunyai dua musim,

yaitu musim basah (hujan) dan kering.

Ciri-ciri iklim tropis ialah:

-          Curah hujan yang tinggi sepanjang tahun, tidak mengenal bulan-bulan yang kering. Curah

hujan rata-rata setiap tahunnya lebih dari 3.000 mm.

-          Suhu udara yang rata-rata tinggi merata sepanjang tahun.

Dalam daerah yang mempunyai dua musim yang jelas, dikenalnya bulan-bulan basah dengan

curah hujan lebih dari 100 mm/bulan.

2.1.1 Klasifikasi Iklim Berdasar Pertumbuhan Vegetasi

         Sistem Klasifikasi Koppen

Klasifikasinya berdasarkan pada curah hujan, temperatur, vegetasi yang khusus di daerah.

Dari kelas ini dibagi 5 bagian utama dan tiap bagian di bagi dalam sub bagian :

a.       Iklim tipe A           : Iklim hujan tropis

b.      Iklim tipe B           : Iklim kering

c.       Iklim tipe C           : Iklim hujan cukup panas

d.      Iklim tipe D           : Iklim hutan salju dingin

e.       Iklim tipe E           : Iklim kutub

Pada iklim A, C, D terdapat kemungkinan tumbuhnya berjenis-jenis tumbuh – tumbuhan,

pada iklim B biasanya sangat baik untuk jenis stepa, sedangkan pada iklim E lumut-lumutan

sangat berkembang.

         Sistem Klasifikasi Scmidth – Ferguson

Prinsip yang digunakannya yaitu dengan mengambil bulan kering dan bulan basah,

dengan cara sebagai berikut.

Diambilnya dengan data-data curah hujan untuk 10 tahun, akan tetapi yang diambil dari

10 tahun itu langsung berapa bulan kering dan bulan basah dijumlahkan dan dirata-rata.

Bulan lembab ternyata dalam penggolongan inipun tidak ikut dihitung. Persamaan yang

dikemukakan Scmidht adalah sebagai berikut:

                        Jumlah rata-rata bulan kering

Q = _____________________________ X 100 %

                        Jumlah rata-rata bulan basah

         Sistem Klasifikasi Oldeman

Klasifikasi yang dibuatnya digunakan terutama untuk keperluan pertanian di Indonesia.

Dasar yang digunakannya yaitu adanya bulan basah yang berturut-turut dan bulan kering

yang berturut-turut pula dimana kesemua ini dihubungkan dengan kebutuhan tanaman padi di

sawah serta palawija terhadap air.

Dalam hal penentuan bulan basah dan bulan kering, menurut Oldeman:

-          Bulan basah yaitu suatu bulan dengan curah hujan lebih dari 200 mm.

-          Bulan kering yaitu suatu bulan dengan curah hujan yang kurang dari 100 mm.

Berdasarkan penggolongannya yang menitikberatkan pada bulan basah, Oldeman

mengemukakan 5 zona utama bulan basah yang berturut-turut sebagai berikut:

a.       Zona A, bulan basah yang lebih dari 9 kali berturut-turut.

b.      Zona B, bulan basah 7 sampai 9 kali berturut-turut.

c.       Zona C, bulan basah 5 sampai 6 kali berturut-turut.

d.      Zona D, bulan basah 3 sampai 4 kali.

e.       Zona E, bulan basah yang kurang dari 3.

2.1.2 Pengaruh Iklim Terhadap Bidang Pertanian

         Pengaruh Terhadap Tanah

Tanah yang merupakan modal utama para petani itu keadaannya sangat dipengaruhi oleh

unsur-unsur iklim, yaitu hujan, suhu dan kelembaban, pengaruh-pengaruh tersebut kadang-

kadang menguntungkan tetapi sering pula merugikan.

LANG membedakan 2 tipe tanah, yaitu:

a.       Climate soil type, dalam hal ini pembentukan tanah disebabkan karena pengaruh curah hujan

dan temperatur.

b.      Aclimate soil type, disini pembentukan tanah bukan disebabkan oleh faktor iklim, melainkan

oleh keadaan batuan.

         Pengaruh Terhadap Tanaman

Pola pertanian, sistem bercocok tanam, sistem pengolahan tanah, pembukaan lahan-lahan

pertanian, penggunaan bibit-bibit unggul serta pemberantasan hama dan penyakit tanaman,

sangat memperhatikan pengaruh-pengaruh iklim yang berlaku di daerah-daerah, pendekatan

dan penyesuaian pun terjadi, sehingga unsur-unsur iklim menjadi sangat bersahabat dalam

meningkatkan produksi pertanian.

         Pengaruh Pada Hama dan Penyakit Tanaman

Pengaruh-pebgaruh iklim yang terdapat di bumi kita (Indonesia), yaitu di satu pihak

iklim yang demikian cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman-tanaman sedang

di lain pihak unsur-unsur iklim pula yang menjadikan demikian kurangnya unsur-unsur hara

dan zat-zat makanan yang tersedia dalam tanah melalui proses pengankutan, telah mendorong

berbagai upaya dengan perlakuan-perlakuan yang kerapkali kurang dipikirkan secara matang,

agar tanaman tersebut dapat dikembangkan sedemikian rupa.

2.2 Ketinggian Tempat

       2.2.1 Pengaruh Ketinggian Tempat pada Sejumlah Faktor Iklim

Akibat umum dari kenaikan tinggi tempat adalah:

1)    Meningkatkan awan rendah, curah hujan dan kecepatan angin.

2)   Menurunkan intensitas penyinaran dan rentang suhu sebagai akibat dari awan rendah.

3)    Menurunkan suhu maksimum lebih dari suhu minimum.

Dalam kombinasinya, sejumlah perubahan tersebut mengakibatkan waktu yang

diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidup tanaman makin lama. Kozhevnikov (1966)

membuktikan pengaruh ini pada penelitiannya dengan komoditi gandum musim dingin di Uni

Soviet. Dia menanam 114 jenis baru pada ketinggian 22 m, dan 1795 m dpl. Pada ketinggian

22 m gandum membutuhkan antara 204 – 215 hari untuk menyelesaikan daur hidupnya,

bandingkan dengan kisaran antara 278 – 342 hari pada ketinggian 1795 m.      

         2.2.2 Elevasi (Tinggi Tempat) di Atas Permukaan Laut (dpl)

Elevasi menentukan perbedaan suhu, kelembaban udara, dan intensitas matahari. Tidak

dapat di sangka lagi bahwa elevasi merupakan salah satu faktor ekologi yang juga

mempengaruhi diversifikasi tanaman buah-buahan. Tidak semua pohon buah-buahan

memerlukan suhu udara atau intensitas sinar matahari yang sama. Misalnya, tanaman kecapi

di daerah pegunungan tidak akan berbuah, jeruk pompelmus yang tumbuh di pegunungan

akan pahit rasanya, mangga di dataran tinggi tidak akan berbuah. Jelaslah kiranya, bahwa

buah tertentu memerlukan intensitas sinar matahari tertentu pula. Bertambah tinggi letaknya

suatu daerah bertambah pula intensitas tersebut. Maka akan baiknya bila kita akan menanam

suatu jenis pohon buah-buahan, menyelidiki terlebih dahulu faktor-faktor ekologi di lokasi

yang bersangkutan. Meneliti pertumbuhan jenis-jenis pohon buah-buahan yang telah ada di

bidang pertumbuhan dan produksinya akan memberikan keyakinan yang lebih mantap

terhadap rencana kita, bila mana yang akan ditanam, merupakan suatu jenis pohon buah-

buahan yang telah ada di lokasi tersebut. Penelitian sebelum perang menghasilkan

ditentukannya ketinggian tempat dpl yang ekonomis bagi setiap ph.

2.3. Kesesuaian Lahan

Produktivitas tanaman pangan tergantung pada kualitas lahan yang digunakan. Jika pada

pemilihan lahan pada awal pembangunan tanaman areal-areal yang tidak produktif tidak

disisihkan, maka kerugian (finansial) yang cukup besar akan terjadi nantinya.

2.3.1 Evaluasi Lahan untuk Irigasi

Pembangunan sistem irigasi diperlukan terutama untuk daerah-daerah dimana air

merupakan pembatas utama bagi pengembangan pertanian. Di samping itu pembangunan

sistem irigasi sangat diperlukan untuk peningkatan intensitas penggunaan lahan baik untuk

tanaman palawija maupun padi sawah.

Evaluasi lahan untuk irigasi terutama bertujuan untuk menetapkan penggunaan tanah dan

air secara tepat meliputi perencanaan sistem jaringan irigasi, kebutuhan air untuk irigasi, luas

usaha tani  serta operasi dan pemeliharaannya.   Dalam hal ini perlu diperhatikan antara lain

sifat-sifat lahan, luas lahan yang diairi, letak dan jumlah sumber air yang tersedia, biaya yang

diperlukan dan sebagainya. Hasil-hasil survei tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai

dasar untuk evaluasi yang dimaksud.

Faktor-faktor yang dinilai dalam klasifikasi kesesuaian lahan untuk irigasi meliputi

faktor-faktor tanah, topografi dan drainase.  Faktor-faktor yang berkaitan dengan ekonomi

tidak dinilai secara khusus tetapi diperhatikan secara kualitatif.

 2.3.2 Kelas Kesesuaian Lahan untuk Irigasi 

Dengan memperhatikan kerangka evaluasi FAO (1976) dan sistem USBR (1953)

klasifikasi kesesuaian lahan untuk irigasi dibedakan ke dalam :

         Kelas  1  = Sangat sesuai 

         Kelas  2  = Cukup sesuai

         Kelas  3  = Agak sesuai

         Kelas  4  = Sesuai marginal

         Kelas  5  = Sementara tidak sesuai

         Kelas  6  = Tidak sesuai selamanya

Subkelas  : Dibedakan dengan jenis faktor penghambatnya dalam       masing-masing kelas.  

Unit         : Dibedakan dengan jenis faktor penghambat dalam  masing-         masing subkelas. 

Untuk pemetaan tanah semi detail (1 : 50 000) klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan sampai

tingkat subkelas. 

Lahan Kelas 1, 2, 3  merupakan lahan yang sesuai untuk irigasi dengan kelas

kesesuaian lahan yang berturut-turut semakin rendah karena besarnya faktor penghambat

yang semakin meningkat. Lahan Kelas 4 merupakan  lahan yang sesuai untuk irigasi dengan

pengelolaan khusus.  Hambatan-hambatan yang ditemukan pada lahan ini untuk penggunaan

khusus, secara ekonomis masih dapat diatasi. Lahan Kelas 5 merupakan pengkelasan

sementara, dimana pada saat survei dilakukan lahan tidak sesuai untuk irigasi, tetapi dengan

usaha-usaha tertentu diperkirakan dapat menjadi lahan yang sesuai.  Perlu penelitian lebih

lanjut apakah usaha-usaha perbaikan tersebut secara ekonomis masih dapat diatasi.

Lahan Kelas 5 dapat mempunyai penghambat khusus seperti salinitas yang tinggi,

topografi berbukit, hamparan batuan atau laterit pada kedalaman kurang dari 150 cm, dsb. 

Termasuk juga lahan Kelas 5 adalah lahan yang sesuai untuk pertanian tetapi merupakan

daerah sempit yang terisolasi dalam lahan yang sesuai untuk pertanian.  Demikian juga lahan

yang sesuai untuk pertanian tetapi terletak pada tempat yang lebih tinggi dari sumber air

sehingga dengan sistem irigasi gravitasi tidak mungkin diairi.  Apabila irigasi dilakukan

dengan pompa lahan ini  dapat menjadi lahan yang sesuai  untuk irigasi.

 Lahan Kelas 5 untuk irigasi dipisahkan hanya bila kondisi daerah memerlukan

pertimbangan lebih lanjut tentang lahan dalam hubungannya dengan proyek irigasi

misalnya :  jika persediaan air masih cukup banyak atau kekurangan jumlah lahan yang baik

diperlukan, mendesaknya rehabilitasi atau pemukiman kembali dan sebagainya. Lahan Kelas

5 merupakan kelas sementara, dan berdasarkan penelaahan lebih lanjut tentang kemungkinan

perbaikan secara ekonomis, kelas kesesuaian lahan ini dapat berubah menjadi lahan sesuai

atau lahan tidak sesuai selamanya (Kelas 6). 

 Lahan Kelas 6 merupakan lahan yang tidak sesuai selamanya untuk pertanian irigasi. 

Hambatan-hambatan yang ditemukan, secara ekonomis dan fisik tidak dapat diatasi. Lahan

Kelas 6 umumnya terdiri dari lahan yang curam, bergunung, tererosi berat, tekstur sangat

kasar, tanah dangkal di atas kerikil, napal (shale), batu pasir, atau lahan yang berdrainase

sangat buruk ataupun terlalu sering kebanjiran (flood) yang  secara ekonomis tidak dapat

diperbaiki.

2.4 Permintaan Pasar

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan

waktu tertentu.

2.4.1 Fungsi Permintaan Pasar

Fungsi permintaan pasar akan sebuah produk akan menunjukkan hubungan antara

jumlah produk yang akan diminta dengan semua faktor yang mempengaruhi permintaan

tersebut.

2.4.2 Variabel penentu permintaan

           Variabel strategis adalah harga barang yang bersangkutan, advertensi, kualitas dan desain

barang, serta saluran distribusi barang.

           Variabel konsumen adalah tingkat pendapatan, selera konsumen, dan harapan konsumen

terhadap harga dimasa yang akan datang.

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan

            Harga Barang itu Sendiri

Harga barang akan memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika harga naik jumlah

permintaan barang tersebut akan meningkat, sedangkan jika harga turun maka jumlah

permintaan barang akan menurun.

            Harga Barang Subtitusi (Pengganti)

Harga barang dan jasa pengganti (substitusi) ikut memengaruhi jumlah barang dan jasa yang

diminta. Apabila harga dari barang substitusi lebih murah maka orang akan beralih pada

barang substitusi tersebut. Akan tetapi jika harga barang substitusi naik maka orang akan

tetap menggunakan barang yang semula. Contohnya pada saat beras naik sangat tinggi, maka

masyarakat yang tidak mampu akan beralih membeli jagung sebagai pengganti beras.

            Harga Barang Komplementer (Pelengkap)

Barang pelengkap juga dapat memengaruhi permintaan barang/jasa. Misalnya sepeda motor,

barang komplementernya bensin. Apabila harga bensin naik, maka kecenderungan orang

untuk membeli sepeda motor akan turun, begitu juga sebaliknya.

            Pendapatan

Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang turut menentukan besarnya permintaan

akan barang dan jasa. Apabila pendapatan yang diperoleh tinggi maka permintaan akan

barang dan jasa juga semakin tinggi. Sebaliknya jika pendapatannya turun, maka kemampuan

untuk membeli barang juga akan turun. Akibatnya jumlah barang akan semakin turun.

Misalnya pendapatan Ibu Tia dari hasil dagang minggu pertama Rp200.000,00 hanya dapat

untuk membeli kopi 20 kg. Tetapi ketika hasil dagang minggu kedua Rp400.000,00, Ibu Tia

dapat membeli kopi sebanyak 40 kg.

            Selera Konsumen

Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat memengaruhi jumlah barang yang diminta.

Jika selera konsumen terhadap barang tertentu meningkat maka permintaan terhadap barang

tersebut akan meningkat pula. Misalnya, sekarang ini banyak orang yang mencari hand phone

yang dilengkapi fasilitas musik dan game, karena selera konsumen akan barang tersebut

tinggi maka permintaan akan hand phone yang dilengkapi musik dan game akan meningkat.

            Intensitas Kebutuhan Konsumen

Intensitas kebutuhan konsumen berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta.

Kebutuhan terhadap suatu barang atau jasa yang tidak mendesak, akan menyebabkan

permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa tersebut rendah. Sebaliknya jika kebutuhan

terhadap barang atau jasa sangat mendesak maka permintaan masyarakat terhadap barang

atau jasa tersebut menjadi meningkat, misalnya dengan meningkatnya curah hujan maka

intensitas kebutuhan akan jas hujan semakin meningkat. Konsumen akan bersedia membeli

jas hujan hingga Rp25.000,00 walaupun kenyataannya harga jas hujan Rp15.000,00.

            Perkiraan Harga di Masa Depan

Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan naik maka konsumen cenderung

menambah jumlah barang yang dibeli karena ada kekhawatiran harga akan semakin mahal.

Sebaliknya apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan turun, maka konsumen

cenderung mengurangi jumlah barang yang dibeli. Misalnya ada dugaan kenaikan harga

bahan bakar minyak mengakibatkan banyak konsumen antri di SPBU (Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Umum) untuk mendapatkan bensin atau solar yang lebih banyak.

            Jumlah Penduduk

Pertambahan penduduk akan memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika jumlah

penduduk dalam suatu wilayah bertambah banyak, maka barang yang diminta akan

meningkat.

2.4.4 Macam-Macam Permintaan

Permintaan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, antara lain permintaan

berdasarkan daya beli dan jumlah subjek pendukung.

a.    Permintaan Menurut Daya Beli

Berdasarkan daya belinya, permintaan dibagi menjadi tiga macam, yaitu permintaan

efektif, permintaan potensial, dan permintaan absolut.

1)  Permintaan efektif adalah permintaan masyarakat terhadap suatu barang atau jasa yang

disertai dengan daya beli atau kemampuan membayar. Pada permintaan jenis ini, seorang

konsumen memang membutuhkan barang itu dan ia mampu membayarnya.

2) Permintaan potensial adalah permintaan masyarakat terhadap suatu barang dan jasa yang

sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli, tetapi belum melaksanakan pembelian

barang atau jasa tersebut. Contohnya Pak Luki sebenarnya mempunyai uang yang cukup

untuk membeli kulkas, namun ia belum mempunyai keinginan untuk membeli kulkas.

3) Permintaan absolut adalah permintaan konsumen terhadap suatu barang atau jasa yang

tidak disertai dengan daya beli. Pada permintaan absolut konsumen tidak mempunyai

kemampuan (uang) untuk membeli barang yang diinginkan. Contohnya Hendra ingin

membeli sepatu olahraga. Akan tetapi uang yang dimiliki Hendra tidak cukup untuk membeli

sepatu olahraga. Oleh karena itu keinginan Hendra untuk membeli sepatu olahraga tidak bisa

terpenuhi.

b.      Permintaan Menurut Jumlah Subjek Pendukungnya

Berdasarkan jumlah subjek pendukungnya, permintaan terdiri atas permintaan individu

dan permintaan kolektif.

1 ) Permintaan individu

Permintaan individu adalah permintaan yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Contoh bentuk permintaan individu seperti pada Tabel 17.1 mengenai

daftar permintaan jeruk Desi.

2 ) Permintaan kolektif

Permintaan kolektif atau permintaan pasar adalah kumpulan dari permintaan-permintaan

perorangan/individu atau permintaan secara keseluruhan para konsumen di pasar. Contohnya,

selain Desi, di pasar juga ada beberapa pembeli lainnya yang akan membeli jeruk. Jika

permintaan Desi dan teman-temannya tersebut digabungkan maka terbentuk permintaan

pasar. Bentuk permintaan kolektif dapat kalian lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Permintaan Pasar terhadap Jeruk

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Iklim Terhadap Budidaya Tanaman

     Iklim merupakan salah satu komponen ekosistem (bio-fisik) yang proses dan

dinamikanya dipengaruhi oleh faktor global dan berada di luar atmosfer. Secara teknis dalam

budidaya tanaman, hampir semua unsur iklim berpengaruh terhadap produksi dan

pengelolaan tanaman. Namun masing-masing mempunyai pengaruh dan peran yang berbeda

teradap berbagai aspek dalam budidaya tanaman. Sedangkan secara konseptual, pendekatan

dan informasi iklim dalam pembangunan pertanian berkaitan dengan 5 aspek atau kegiatan

(Las, Fagi & Pasandaran, 1999 dalam Surmaini, dkk.), yaitu :

       pengembangan wilayah dan komoditas pertanian seperti kesesuaian lahan, perencanaan tata

ruang, pemwilayahan agroekologi dan komoditi, sistem informasi geografi (GIS) dan lain-

lain

       perencanaan kegiatan operasional (budidaya) pertanian, seperti perencanaan pola tanam,

pengairan, pemupukan, PHT (pengendalian hama terpadu), panen, dan lain-lain

       peramalan dan analisis sistem pertanian, seperti daya dukung lahan, ramalan produksi,

pendugaan potensi hasil dan produktivitas pertanian

       pengelolaan dan konservasi lahan (tanah dan air)

       menunjang kegiatan penelitian komoditas dan sumberdaya lahan serta pengkajian teknologi

pertanian, terutama dalam merumuskan atau menyimpulkan hasilnya.

Informasi iklim sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi potensi dan daya dukung

wilayah untuk penetapan strategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah, seperti pola

tanam, cara pengairan, pemwilayahan agroekologi, dan komoditi.  Pemilihan wilayah lahan

komoditi pertanian dapat disusun berdasarkan agroklimat, karena tiap jenis tanaman

mempunyai persyaratan tumbuh tertentu untuk berproduksi optimal. Suatu tanaman yang

tumbuh, berkembang dan berproduksi optimal secara terus-menerus memerlukan kesesuaian

iklim. Kondisi kesesuaian tersebut memungkinkan suatu wilayah untuk dikembangkan

menjadi pusat produksi suatu komoditi pertanian.  Kajian sumberdaya agroklimat pada strata

ini harus sejajar dan padu dengan kajian tanah, sosial ekonomi dan faktor produksi lainnya.

Keadaan iklim aktual (cuaca) pada periode tertentu sangat menentukan pola tanam,

jenis komoditi, teknologi usahatani, pertumbuhan, produksi tanaman, serangan

hama/penyakit dan lain-lainnya.  Apalagi sistem usahatani pada lahan kering, berbagai unsur

iklim terutama pola dan distribusi curah hujan sangat dominan teradap produksi.

3.2 Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kondisi iklim, baik

dari segi suhu, kelembaban udara maupun curah hujan, yang selanjutnya mempengaruhi

vegetasi yang ada. Masing-masing zona ketinggian tempat memiliki karakteristik yang

berbeda-beda, baik dari segi floristik, komposisi maupun struktur.

Ketinggian tempat adalah ketinggian dari permukaan air laut (elevasi). Ketinggian

tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, misalnya

pegunungan semakin rendah suhu udaranya atau udaranya semakin dingin. Sebaliknya,

semakin rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas. Oleh

karena itu, ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap suhu suatu wilayah. Perbedaan

regional dalam topografi, geografi dan cuaca menyebabkan terjadinya perbedaan dalam

tanaman, pola tanam, metode bercocok tanam dan situasi sosio-ekonomi. Pola tanam dari

beberapa tanaman yang ditanam terus-menerus serta keadaan iklim yang cocok akan

meningkatkan serangan hama, penyakit, dan gulma.

Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang

diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat semakin rendah suhu tempat tersebut.

Demikian juga intensitas matahari semakin  berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang

nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran

tinggi atau dataran rendah. Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan

pembungaan tanaman. Tanaman berbuahan ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal

dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Faktor lingkungan akan

mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan

dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya.

Bumi memiliki permukaan yang tidak rata, hal tersebut dibuktikan dengan adanya

daerah pegunungan, perbukitan, pantai, lautan, dan sebagainya. Berdasarkan variasi

ketidakrataan permukaan daratan, wilayah daratan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1)    Daerah dataran rendah merupakan daerah yang berada pada ketinggian tempat < 400 m di

atas permukaan laut (dpl). Topografinya cenderung rata, suhu udara di daerah dataran rendah

biasanya cukup tinggi ≥ 27 – 33°C

2)    Daerah dataran medium merupakan daerah yang berada pada ketinggian tempat antara

400 – 700 m dpl. Untuk topografinya berbukit namun relatif rata, suhu udaranya cukup panas

tapi tidak sepanas daerah dataran rendah berkisar antara 22 – 27°C

3)    Daerah dataran tinggi yaitu kelompok wilayah yang berada pada ketinggian di atas 700 m

dpl. Sekitar 20% topografinya berbukit, dengan suhu udara ≤ 20°C maka dataran tinggi terasa

lebih dingin dibandingkan dengan dataran rendah dan medium, tanahnya pun cukup subur

dan cocok untuk ditanami sayuran.

Perbedaan ketinggian tempat tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan unsur-

unsur cuaca atau iklim, terutama unsur suhu udara, kelembaban udara maupun hujan.

Sedangkan akbibat umum dari kenaikan tinggi tempat adalah meningkatkan awan rendah,

curah jujan adan kecepatan angin, menurunkan intensitas penyinaran dan rentang suhu

sebagai akibat dari awan rendah, menurunkan suhu maksimun lebih dari suhu minimun.

3.3 Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan

tanaman budidaya. Apabila lahan tidak cocok dengan tanaman budidaya yang ditanam akan

mengakibatkan tanaman budidaya yang ditanam mati. Penggunaan lahan untuk berbagai

kelas kemampuan lahan tentu berbeda satu sama lain. Perbedaan didasarkan pada kekuatan

faktor penghambat yang meningkat, pengaruh bersama antar berbagai unsur lahan seperti

iklim dan sifat-sifat tanah yang permanen. Sifat-sifat tanah yang permanen diantaranya

adalah ancaman kerusakan tanah, faktor pembatas penggunaan, kemampuan produksi, dan

syarat-syarat pengelolaan tanah. Sifat-sifat lahan yang permanen diantaranya lereng, tekstur

tanah, kedalaman tanah, tingkat erosi tanah yang telah terjadi, permeabilitas tanah,

kemampuan menahan air, dan jenis mineral liat.

Ada delapan kelas lahan berdasarkan kemampuannya, yaitu :

1)    Kemampuan Kelas 1

Kemampuan lahan kelas I merupakan kelas kemampuan lahan yang terbaik. Hal ini

dapat dilihat dari sedikitnya hambatan yang membatasi penggunannya. Lahan yang tergolong

dalam kemampuan lahan kelas I mempunyai kombinasi sifat-sifat dan kualitas sebagai

berikut: (a) Terletak pada topografi hampir datar; (b) Ancaman erosi kecil; (c) Mempunyai

kedalaman efektif (tanah yang mengandung unsur hara) yang dalam; (d) Umumnya

berdrainase baik; (e) Mudah diolah; (f) Kapasitas menahan air baik (g) Subur atau peka

terhadap pemupukan (h) Tidak terancam banjir; (i) Di bawah iklim setempat yang sesuai bagi

pertumbuhan tanaman umumnya.

Lahan Kelas I dapat digunakan untuk semua jenis penggunaan, mulai dari pertanian

yang sangat intensif untuk tanaman semusim dan tahunan sampai penggunaan untuk hutan

lindung. Walaupun demikian, jenis tanah ini tetap memerlukan tindakan untuk

mempertahankan produktivitas berupa pemeliharaan kesuburan dan struktur tanah.Upaya ini

meliputi pemupukan baik dengan pupuk buatan maupun pupuk organik, pergiliran tanaman

dan penggunaan tanaman penutup tanah. Pada peta kemampuan lahan kelas, kelas ini

biasanya ditandai dengan warna hijau.

2)      Kemampuan kelas 2

Lahan kelas II mempunyai kombinasi sifat-sifat dan kualitas sebagai berikut: a)

Lereng landai, kemiringan kurang dari 30%; b) Kepekaan erosi atau ancaman erosi sedang

atau telah mengalami erosi sedang; c) Kedalaman efektif agak dalam; d) Struktur tanah dan

daya olah tanah kurang baik; e) Salinitas ringan sampai sedang atau terdapat garamnatrium

yang mudah dilihilangkan, tetapi besar kemungkinan timbul kembali; f) Kadang-kadang

terkena banjir yang merusak; g) Kelebihan air dapat diperbaiki dengan drainase; h) Keadaan

iklim agak kurang sesuai dengan tanaman dan pengelolaan.

Tanah pada kemampuan lahan kelas II menuntut sistem pengelolaan yang lebih berat

dibandingkan lahan kelas I. Lahan pada kelas ini mempunyai beberapa hambatan atau

ancaman kerusakan sehingga mengurangi pilihan penggunaannya dan memerlukan tindakan

konservasi sedang. Jika dipergunakan untuk tanaman semusim, selain pemupukan, tanah

kelas II memerlukan tindakan konservasi seperti pembuatan guludan, penanaman dalam

setrip, pengolahan menurut kontur, dan pergiliran tanaman. Dalam peta kemampuan lahan

kelas II biasanya ditandai dengan warna kuning.

3)      Kemampuan Kelas 3

Lahan yang dikelompokkan pada kelas III mempunyai hambatan yang lebih berat

dibandingkan lahan kelas II. Lahan pada kelas ini tidak dapat digunakan untuk sistem

pertanian yang sangat insentif. Pada lahan ini hanya dapat diterapkan mulai penggarapan

secara sedang dan seterusnya sampai penggunaan untuk cagar alam. Lahan kelas III ini masih

dapat dipergunakan untuk tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan

tanah, tetapi harus dibarengi oleh konservasi. Jenis upaya konservasi dapat berupa guludan

bersaluran, penanaman dalam setrip, penggunaan mulsa, pergiliran tanaman, pembuatan

teras, atau kombinasi dari usaha konservasi tersebut. Pada peta kemampuan lahan, kelas ini

ditandai dengan warna merah.

Tanah pada kelas kemampuan III memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a) Lereng

miring atau bergelombang, kemiringan kurang dari 50%; b) Peka terhadap erosi atau telah

mengalami erosi yang agak berat; c) Sering kali mengalami banjir yang merusak tanaman; d)

Permeabilitas lapisan bawah tanah tergolong lambat; e) Kedalamannya dangkal terhadap

batuan,lapisan padas keras, lapisan pada rapuh, atau lapisan liat padat yang membatasi

perakaran dan simpanan air; f) Terlalu basah atau masih terus jenuh air setelah didrainase; g)

Kapasitas menahan air rendah; h) Salinitas atau kandungan natrium sedang; i) Hambatan

iklim agak besar.

4)      Kemampuan Kelas 4

Tanah pada kelas IV tidak dapat digunakan untuk sistem pertanian intensif dan

garapan sedang. Tanah pada kelas IV hanya dapat digarap secara terbatas, untuk

penggembalaan insentif sampai hutan lindung. Selain perlakukan untuk upaya memelihara

kesuburan tanah dan kondisi fisik tanah, pada lahan kelas ini juga dilakukan pembuatan teras

bangku, saluran bervegetasi, dan dam penahan. Pada peta, kemampuan lahan kelas IV

ditandai dengan warna biru.

Tanah pada kelas IV mempunyai kombinasi dari sifat-sifat sebagai berikut: a) Lereng

curam atau berbukit, kemiringan lebih dari 50%; b) Kepekaan erosi; c) Pengaruh bekas erosi

agak berat; d) Tanah dangkal; e) Kapasitas menahan air rendah; f) Sering digenangi air

sehingga menimbulkan kerusakan berat pada tanaman; g) Kelebihan air bebas dan ancaman

penjenuhan atau penggenangan terus terjadi setelah drainase; h) Salinitas atau kandungan

natrium tinggi; i) Keadaan iklim kurang menguntungkan.

5)      Kemampuan Kelas 5

Lahan pada kelas V mempunyai kombinasi dari hambatan-hambatan sebagai berikut:

a) Tergenang air; b) Sering terlanda banjir; c) Berbatu-batu; d) Iklim kurang sesuai.

Kondisi lahan seperti ini biasanya tidak dapat ditanami tanaman semusim, tetapi

masih dapat ditumbuhi rumput atau pepohonan. Lahan pada kelas ini tidak cocok untuk

digarap. Pada peta kemampuan lahan, kelas ini biasanya tanah ini ditandai dengan warna

hijau tua.

6)      Kemampuan Kelas 6

Kemampuan lahan kelas VI mempunyai kombinasi dari sifat-sifat sebagai berikut: a)

Terletak di lereng yang agak curam; b) Ancaman erosi berat; c) Telah tererosi berat; d)

Mengandung garam laut atau natrium; e) Berbatu-batu; f) Daerah perakaran sangat dangkal;

g) Iklim tidak sesuai.

7)      Kemampuan Kelas 7

Tanah pada kelas ini mempunyaikombinasi dari hambatan-hambatan sebagai berikut:

a) Terletak di lereng curam; b) Telah tererosi sangat berat berupa erosi parit; c) Daerah

perakaran snagat dangkal.

Lahan ini pada peta kemampuan lahan ditandai dengan warna coklat. Jika lahan ini

digunakan untuk padang rumput atau hutan produksi harus diimbangi dengan usaha

pencegahan erosi yang berat.

8)      Kemampuan kelas 8

Lahan yang digolongkan kedalam kelas ini mempunyai kombinasi dari hambatan-

hambatan sebagai berikut: a) Terletak pada lereng yang sangat curam; b) Berbatu; c)

Mempunyai kapasitas menahan air yang sangat rendah.

Lahan jenis ini cocok digunakan untuk hutan lindung atau cagar alam yang sekaligus

dapat berfungsi sebagai tempat rekreasi karena keadaan alamnya yang lebih alami. Sesuai

dengan keadaannya lahan ini biasanya ditandai dengan warna putih atau tidak berwarna sama

sekali.

3.4 Permintaan Pasar Terhadap Budidaya Tanaman

Hal penting yang sangat mendasar bagi para petani, pedagang, eksportir dan para

pelaku lokal lainnya agar berhasil dalam usaha agribisnis adalah mengetahui sifat dasar

permintaan (demand) pasar dunia terhadap produk mereka. Sangat penting kepada para

produsen diberi informasi tentang sifat-sifat yang sangat spesifik permintaan terhadap

tanaman budidaya di Indonesia.

Perlu ditegaskan bahwa pada produk-produk spesialti mutu yang prima akan sangat

menentukan premium (tambahan) harga secara substansial di pasar dunia. Sifat dasar

permintaan terhadap suatu jenis tanaman budidaya  sangat ditentukan oleh para pembeli yang

secara teratur berbelanja di supermarket atau cafe di negara masing-masing, yang pada

beberapa saat ini telah terjadi perubahan secara nyata.

Seperti halnya pasar kopi spesialti saat ini sedang tumbuh cepat terutama di negara-

negara kaya seperti Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa. Gejala ini juga

mulai nampak di beberapa negara lain seperti Korea Selatan, Brasil, Singapura, dan Cina

(khususnya di Hongkong).

Akhir-akhir ini tuntutan pilihan para konsumen terhadap produk budidaya tanaman di

Indonesia  yang akan mereka beli juga makin berkembang. Mereka tidak sekedar ingin

memenuhi kebutuhan dan keinginan akan produk tersebut yang citarasa baik saja, akan tetapi

mereka juga sangat mengharapkan adanya jaminan bahwa diproduksi melalui proses yang

secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

KESIMPULAN

Pertumbuhan tanaman mulai dari sifat genetik, faktor iklim, tanah dengan

pertumbuhan tanaman, pupuk, dan sifat-sifatnya, pertumbuhan dan perkembangan tanaman,

peranan benih dan zat tumbuh, pemasakkan tanaman dalam kaitannya dengan umur panen,

pengelolaan lingkungan tanaman, pola tanam serta pengendalian hama, penyakit dan gulma

dipelajari di dalam dasar budidaya tanaman.

Factor  iklim sagat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan  tanaman.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh keadaan suhu, kelembaban,

tanah, intensitas cahaya maupun  serangan organisme perusak tanaman. Perbedaan iklim pada

suatu daerah menebabkan perbedaan jenis tanaman yang dapat tumbuh dan berkabang di

wilayah tersebut. Tanaman dapat tumbuh dan berkembang pada iklim-iklim tertentu sesuai

dengan sifat genetic masing-masing tumbuhan.

Ketinggian tempat menentukan perbedaansuhu, kecepatan angin, kelembaban udara,

dan intensitas matahari yang jatuh di permukaan bumu. Semakin tinggi ketinggian tempat

maka intensits cahaya matahari yang diterima bumi akan semakin tinggi, tetapi suhu semakin

rendah. Sebaliknya semakin rendah ketinggian tempat pada suatu wilayah, maka semakin

rendah intensitas cahaya yang diterima oleh biumi, dan kondisi suhu akan semakin

meningkat.

Lahan merupakan tempat untuk membudidayakan tanaman. Kesesuaian lahan

diperlukan guna mempermudah tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

Kesesuaian lahan harus memperhatikan faktor-faktor tanah, topografi dan drainase guna

mempermudah penyesuaian lahan untuk system  irigasi dan pembudidayaan. System irigasi

yang baik diperlukan untuk mempertahankan kesuburan tanah, kelembaban tanah, serta

mencegah terjadinya erosi yng mengakibatkan kesuburan tanah menjadi berkurang.

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta oleh sejumlah konsumen

pada suatu harga dan waktu tertentu. Permintaan pasar dipengaruhi oleh selera, harga barang

itu sendiri, harga barang lain, pendapatan konsumen, jumlah penduduk, dan pikiran harga di

masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Anymous. 2010. Budidaya Tanaman. http://smkn1bulakamba.sch.id. Diakses tanggal 5 Maret 2011.

Fahrizal. 2010. Manfaat Informasi Iklim Bagi Pembangunan Pertanian. http:// ardidafa78.multiply.com.

Diakses tanggal 5 Maret 2011.

Gunarsih, ance. 1988. Klimatologi. Jakarta; Bina aksara.

Rismunandar. 1983. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. Bandung; Sinar baru.

Sugito, yogi. 1994. Dasar-dasar Agronomi. Malang; Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Aspek dan Lingkup Teknik Budidaya Tanaman Aspek budidaya   

Aspek budidaya meliputi tiga aspek  pokok, yaitu:    

1. Aspek pemuliaan tanaman   

2. Aspek fisiologi tanaman   

3. Aspek ekologi tanaman  

Ketiga aspek ini merupakan suatu  gugus ilmu tanaman (crop science)  yang langsung berperan terhadap  budidaya tanaman dan sekali gus  terlihat pada produksi tanaman.  Hasil pemuliaan tanaman, berupa  varietas yang memiliki berbagai  sifat unggul. Akan tetapi sifat unggul  ini hanya akan muncul bila teknik  budidaya yang dilakukan sesuai  dengan sifat yang diinginkan  varietas unggul tersebut. Dengan  kata lain keberhasilan dalam  penggunaan varietas unggul sangat  tergantung pada bagaimana pelaku  budidaya telah melakukan tindak  budidayanya secara benar.  

Peningkatan produksi pangan tidak  hanya mengandalkan penemuan penemuan  varietas-varietas baru  yang mempunyai kelebihan kelebihan  tertentu, tetapi juga harus  memperbaiki metoda atau teknik  budidayanya serta mengusahakan  cara bertanam yang benar.  Pemulia tanaman terus berupaya  untuk menghasilkan berbagai  4  modifikasi keunggulannya guna  mencapai peningkatan kebutuhan  manusia.  Aspek fisiologis dalam teknik  budidaya tanaman mencakup  segenap kelakuan tanaman dari  taraf benih sampai taraf panen.  Ekologi tanaman merupakan seluruh  faktor di luar tanaman utama (baik  biotik maupun abiotik) yang  mempengaruhi pertumbuhan dan  perkembangan tanaman.  

Lingkup budidaya tanaman  

Lingkup dari budidaya tanaman  terdiri dari bidang ilmu:  

1. Pemuliaan tanaman  

2. Teknologi benih  

3. Pengolahan 

4. Teknik budidaya  

5. Pengendalian hama, penyakit  dan gulma  

6. Pemanenan  

Seluruh lingkup budidaya tanaman  berada dalam konteks yang padu.  Satu sama lain dan mempunyai  hubungan timbal balik yang erat.  Kegiatan budidaya tanaman itu  sendiri mengandung 3 faktor utama  yaitu:  

a. Tanaman  

b. Lingkungan tumbuh atau lapang  produksi dan teknik budidaya  atau pengelolaan.  

c. Produk tanaman  

Tanaman pertanian adalah tumbuh tumbuhan  yang dikelola manusia  pada batas tingkat tertentu. Jumlah  spesies yang termasuk kedalam  tanaman pertanian ini cukup banyak  mencapai 20.000 spesies lebih.  Meningkatnya peradaban dan  kebudayaan manusia serta  pemenuhan kebutuhan pangan,  sandang dan papan akan  menambah jumlah spesies yang  termasuk ke dalam tanaman  pertanian.  Tanaman mengalami dua tahap  perkembangan yaitu tahap  perkembangan vegetatif dan  reproduktif. Tahap perkembangan  vegetatif meliputi perkecambahan  benih, pemunculan dan  pertumbuhan bibit dan menjadi  tanaman dewasa. Sedangkan tahap  perkembangan reproduktif meliputi  pembentukan bunga, pembentukan,  pemasakan dan pematangan biji.  Lingkungan tumbuh tanaman dapat  digolongkan ke dalam lingkungan  abiotik berupa tanah atau  medium/substrat lainnya dan iklim  atau cuaca dan lingkungan biotik  berupa makhluk hidup 

lainnya.  Tanah atau medium/substrat  merupakan pemasok hara dan air  yang diperlukan tanaman selain  sebagai tempat hidup komponen  biotik, baik yang menguntungkan  maupun yang merugikan.  Iklim terdiri dari unsur/unsur seperti  udara, angin, suhu, kelembaban  udara, cahaya matahari, dan hujan.  Lingkungan biotik meliputi hama,  penyakit dan gulma yang merugikan  dan makhluk lainnya yang  menguntungkan tanaman.  Lingkungan tumbuh yang baik  memungkinkan produksi tanaman  yang baik juga. Tanaman dengan  lingkungan tumbuhnya saling  berinteraksi dan mempengaruhi satu  sama lain.   

http://saswinhtml.blogspot.com/2012/04/aspek-dan-lingkup-teknik-budidaya.html#.UnXMJfLzv9E

http://fahmiyahizza.blogspot.com/2012/05/makalah-dasar-budidaya-tanaman.html