makalah bahan konstruksi dan alat pabrik (logam)
DESCRIPTION
Makalah bahan konstruksi dan alat pabrik tentang logamTRANSCRIPT
MAKALAH BAHAN KONSTRUKSI ALAT PROSES DAN KOROSI
BAHAN KONSTRUKSI LOGAM
(BESI TEMPA DAN BESI CAMPURAN)
Disusun oleh:
Adi Sintoyo 13.14.007
Ardi Riyanto 13.14.029
Waelmy Artiana P 13.14.035
Atria F. P. Hutabarat 13.14.041
M. Afif Prasetio 13.14.052
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyusun Makalah
“Bahan Konstruksi Logam (Besi Tempa dan Besi Campuran)”. Makalah ini dibuat
untuk memahami materi tersebut, sehingga kita dapat mengaplikasikan pengetahuan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kami menyampaikan terima kasih kepada
Faidliyah Nilna Minah, ST, MT., selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Bahan
Konstruksi Alat Proses dan Korosi, dan semua pihak yang telah meluangkan waktunya
serta turut berperan dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga jasa yang demikian
besar ini, mendapat balasan yang seimbang dari Allah yang Maha Esa.
Makalah yang kami buat ini masih banyak kesalahan dan kekurangan karena kami
masih dalam tahap pembelajaran, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
bagi pembaca demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Malang, Oktober 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengatar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan................................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka........................................................................................... 4
1.1. Definisi Logam............................................................................................ 4
1.2. Dasar-Dasar Penggunaan Kayu................................................................... 5
1.3. Sifat-sifat Kayu............................................................................................ 5
1.3.1. Sifat Fisika............................................................................................... 5
1.3.2. Sifat Mekanik.......................................................................................... 7
1.3.3. Sifat Kimia.............................................................................................. 8
1.4. Kelebihan dan Kekurangan Bahan Kayu..................................................... 8
1.4.1. Kelebihan Kayu....................................................................................... 8
1.4.2. Kekurangan Kayu.................................................................................... 9
1.5. Bagian-bagian Pada Kayu............................................................................ 10
1.6. Kegunaan dan Penyebaran Kayu................................................................. 11
1.6.1. Kegunaan................................................................................................. 11
1.6.2. Penyebaran.............................................................................................. 12
1.7. Klasifikasi Kayu........................................................................................... 16
1.8. Kerusakan dan Cacat Pada Kayu................................................................. 23
1.9. Beberapa Contoh Aplikasi Kayu Sebagai Bahan Kontruksi........................ 26
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Logam adalah unsur alam yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan tambang,
vulkanisme dan sebagainya. Umumnya logam-logam di alam ditemukan dalam bentuk
persenyawaan dengan unsur lain, sangat jarang yang ditemukan dalam elemen tunggal.
Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang
berbentuk cair, misalnya merkuri (Hg)
Sumber utama masuknya logam berat ke perairan laut adalah melalui sungai. Bila
logam berat sudah masuk ke perairan akan mengalami tiga macam proses, yaitu : secara
fisik, kimia dan biologis. Di dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat
dipakai sebagai indikator pencemaran, yaitu : air, sedimen dan organisme hidup.
Pencemaran logam berat merkuri pada air sangat membahayakan lingkungan dan
kesehatan manusia. Pencemaran logam berat merkuri disebabkan oleh aktivitas
manusia, salah satunya adalah penambangan emas. Kegiatan penambangan emas adalah
usaha yang secara hukum dan peraturan perundangan dapat diklasifikasikan sebagai
penambang di daerah aliran sungai dan daratan. Usaha penambangan emas bagi
masyarakat dapat meningkatkan pendapatan dan menciptakan lapangan pekerjaan.
Kegiatan penambangan emas di Kalimantan Barat banyak dilakukan di sungai dengan
menggunakan rakit atau lanting, sehingga merkuri sering kali tertumpah ke sungai.
Limbah merkuri yang dibuang ke sungai akan mengendap di dasar perairan yang
menyebabkan Sungai Sepauk di Kalimantan Barat tercemar, akibatnya ekosistem di
sekitar sungai menjadi rusak. Aktivitas penambangan emas dilakukan secara terus-
menerus oleh masyarakat setempat, hal ini menyebabkan semakin besar kerusakan
lingkungan yang tejadi. Merkuri yang mengendap di dasar perairan akan masuk ke
dalam tubuh ikan yang ada di dalam sungai, logam berat merkuri yang masuk ke dalam
tubuh ikan akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan manusia, terutama saat
manusia mengkonsumsi ikan yang ada di Sungai Sepauk. Pada studi epidemiologi
ditemukan bahwa keracunan metil dan etil merkuri sebagian besar masyarakat di
sebabkan oleh konsumsi ikan yang di peroleh dari daerah tercemar atau makanan yang
berbahan baku tumbuhan yang disemprot dengan pestisida jenis fungisida alkil merkuri
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Besi
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan
untuk kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe
dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi adalah
logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu karena beberapa
hal, diantaranya:
- Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar
- Pengolahannya relatif mudah dan murah
Gambar 2.1. Besi
Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi. Untuk
menghasilkan suatu logam paduan yang mempunyai sifat yang berbeda dengan besi dan
karbon, maka dicampur dengan bermacam logam lainnya.
2.2. Jenis Logam Tunggal (Besi)
A. Besi Tuang
Secara umum Besi Tuang adalah Besi yang mempunyai kandungan karbon antara
2,5%- 4%, karena kandungannya hanya 2,5%- 4% maka besi tuang ini
mempunyai kemampuan las yang rendah. Karbon dalam Besi Tuang dapat berupa
sementit (Fe3C) atau biasa disebut dengan Karbon Bebas (grafit).
1. Klasifikasi Besi Tuang
Sebelum kita masuk ke dalam klasifikasi besi tuang, kita harus mengenal
tentang diagram besi tuang. Jika kita sudah mengenal gambar diagram besi
2
tuang, kita bisa mengubah sifat dan struktur besi tuang yang di inginkan.
Berikut dibawah ini gambar diagram besi tuang.
a. Besi Tuang Kelabu
Untuk memperoleh besi tuang kelabu kita harus berpangkal pada besi kasar
kelabu. Besi kasar kelabu memiliki kadar silikon yang tinggi (kurang lebih
5,5 sampai 50%) dan kadar mangan yang rendah. Karena itu pembentukan
karbon bebas jadi meningkat. Jadi besi tuang kelabu setelah didinginkan
mengandung grafit. Grafit tersebut terdapat dalam besi-tuang berupa pelat-
pelat tipis. Besi tuang kelabu memperoleh namanya dari bidang patahan
yang berwarna kelabu, yang disebabkan oleh grafit hitam.
Gambar 2.2. Besi Tuang Kelabu
b. Besi Tuang Putih
Untuk memperoleh besi tuang putih, kita harus berpangkal pada besi kasar
putih. Besi kasar putih itu memiliki kadar silikon yang rendah (kurang lebih
0,5%) dan kadar mangan yang tinggi. Dengan demikian pembentukan
sementit digiatkan. Karena kadar silikon yang sangat rendah hanya
terbentuk sementit. Jadi untuk besi tuang putih hanya diagram menstabil
yang penting. Dengan demikian besi tuang putih setelah didinginkan tediri
dari perlit dan sementit. Besi tuang putih dengan kadar karbon 2.5% sampai
3.6% mengandung banyak sementit. Dengan adanya kadar yang besar dari
sementit yang sangat keras,akan tetapi rapuh itu, besi tuang putih
memperoleh kekerasan sangat besar, akan tetapi kekuatan tarik yang sangat
rendah dan regangan yang sangat kecil
3
Gambar 2.3. Besi Tuang Putih
c. Besi Tuang Mampu Tempa
Untuk memperoleh besi tuang yang dapat di tempa, kita harus berpangkal
pada besi tuang putih. Bahan ini dipanaskan sampai kurang lebih 900 °C dan
dibiarkan beberapa hari pada suhu tersebut. Besi tuang jenis ini dibuat dari
besi tuang putih dengan melakukan heat treatment kembali yang tujuannya
menguraikan seluruh gumpalan grafit akan terurai menjadi matriks ferrit,
pearlit, martensit. Besi tuang ini juga mempunyai sifat yang mirip dengan
baja. Kegunaan besi tuang tempa ini adalah untuk pada pembangunan
bangunan kereta api, bangunan kapal laut, industry minyak, tujuan
arsitektur, perlengkapan pertanian, dll. Umumnya, pembuatan dari besi
tempa ini menggunakan dapur puddle (dapur) aduk atau converter.
Gambar 2.4. Besi Tuang Mampu Tempa
d. Besi Tuang Nodular
Untuk memperoleh besi tuang noduler, kita harus berpangkal pada besi
kasar kelabu. Besi kasar kelabu memiliki kadar silikon yang tinggi (kurang
lebih 5,5 sampai 1,5%), dan kadar mangan rendah. Karena itu pada
4
pendinginan perlahan-lahan pembentukan karbon bebas akan meningkat.
Karena selama fabrikasi dimasukkan magnesium ke dalam bahan, maka
karbon bebas itu terjadi berupa bola. Bola-bola itu dinamakan nodul. Nodul
grafit memberikan pengurangan penampang yang lebih kurang dan tidak
menyebabkan pengerjaan takik. Besi tuang noduler, setelah pendinginan dan
setelah pengerjaan pemijaran terutama dari ferit, perlit, dan grafit. Karena
adanya ferit atau perlit dan karena bentuk nodul grafit yang sangat
menguntungkan, maka besi tuang noduler memiliki kekuatan tarik yang
tinggi dan regangan yang besar
Gambar 2.5. Besi Tuang Nodular
2. Standard dan Kodifikasi
Terdapat berbagai macam standard dan kodifikasi dalam menentukan jenis besi
tuang. Beberapa contohnya :
- SAE (Society of Automotive Engineers)
- AISI (American Iron and Steel Institute)
- UNS (Unified Numbering System)
3. Sifat Mekanis dari Besi Tuang
- Keras dan mudah melebur/mencair
- Getas sehingga tidak dapat menahan benturan
- Temperatur meleleh 1250°
- Kekuatan tarik menurun
- Regangan menurun
- Sangat tahan terhadap karat (jauh lebih baik daripada baja)
- Tidak dapat di beri muatan magnit
5
- Tidak dapat disambung dengan las dan paku keling, disambung dengan baut
dan sekrup.
- Kuat dalam menahan gaya tekan, lemah dalam menahan tarik kuat tekan
sekitar 600 Mpa, kuat tarik 50 Mpa
- Menyusut waktu pendinginan/waktu dituang.
- Besi tuang hampir bisa dicetak dalam bentuk apa saja.
- Bisa tahan terhadap tekanan yang besar
4. Kegunaan
- Kerangka mesin, seperti mesin bubut, mesin ketam, dan alat pengepres
- Psabuk-V dalam motor dan mesin
- Besi silinder
- Pipa yang menahan tekanan dari luar sangat tinggi
- Tutup lubang saluran drainasi dan alat saniter lain
- Bagian mesin, blok mesin
- Pintu gerbang,tiang lampu
- Sendi, rol jembatan
5. Pembuatan Besi Tuang
Besi Tuang terbuat dari besi kasar (pig iron) hasil tanur tinggi dari bijih besi.
Kemudian besi kasar dilebur kembali agar bisa menjadi besi tuang. Peleburan
besi tuang biasanya dilakukan dalam tungku yang sering disebut Kupola.
Bentuk dan konstruksi Kupola tersebut hampir sama dengan konstruksi tanur
tinggi (blast furnace). Bahan baku yang dilebur terdiri dari batang logam besi
kasar yang dihasilkan dari proses tanur tinggi. Bahan baku yang dilebur terdiri
dari ingot besi kasar yang dihasilkan dari proses tanur tinggi, ditambah dengan
skrap baja ataupun skrap besi tuang (return scrap). Disamping itu penambahan
bahan-bahan seperti ferosilikon (FeSi) dan feromangan (FeMn) sering pula
dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan kembali kadar Si dan Mn
dalam besi tuang karena sebagian dari kedua unsur tersebut biasanya berkurang
(hilang) akibat oksidasi pada saat peleburan.
Bahan bakar yang digunakan adalah kokas dan dimasukkan ke dalam Kupola
selang seling dengan muatan logam. Proses pembakaran terjadi dengan
6
meniupkan udara ke dalam Kupola dengan menggunakan Blower. Untuk
mendapatkan proses peleburan yang baik maka perbandingan antara muatan
logam, bahan bakar dan kebutuhan udara harus dijaga sebaik mungkin.
Disamping membutuhkan bahan-bahan seperti yang disebutkan diatas, ke
dalam Kupola juga ditambahkan sejumlah batu kapur. Bahan ini dapat
membantu pembentukan terak (slag) yang dapat mengikat kotoran-kotoran
sehingga memisahkannya dari besi cair.
Proses peleburan besi tuang dengan Kupola biasanya terjadi secara kontinyu
artinya begitu muatan logam mencair maka langsung mengalir keluar tungku.
Logam cair yang keluar dari Kupola ditampung pada alat perapian depan
(forehearth) yang kemudian diangkut dengan menggunakan ladel untuk dituang
ke dalam cetakan. Dengan proses peleburan seperti itu maka sering kali
mempersulit untuk melakukan pengaturan komposisi kimia. Hal ini dapat
mengakibatkan daerah komposisi kimia yang dihasilkan menjadi lebar
sehingga memberikan variasi pula terhadap kualitas produk yang dibuat.
Disamping itu kekurangan lainnya pada proses peleburan dengan Kupola yaitu
logam cair mudah mengalami kontaminasi oleh sulfur atau unsur-unsur lainnya
yang disebabkan oleh bahan bakar kokas. Pengotoran karena sulfur ini dapat
menurunkan sifat-sifat besi tuang.
Karena kekurangan-kekurangan di atas, maka dewasa ini banyak pabrik
pengecoran menggunakan tungku listrik untuk menggantikan Kupola. Tungku
listrik yang banyak digunakan adalah dari jenis tungku induksi. Bahan baku
yang dilebur pada umumnya tidak menggunakan besi kasar melainkan sebagian
besar berupa skrap baja atau skrap besi tuang. Peleburan dengan tungku ini
dapat menghasilkan logam cair dengan komposisi kimia yang lebih konsisten
dengan kadar impuritas yang lebih rendah karena bahan baku yang dilebur
biasanya berupa skrap baja, maka untuk menaikkan kadar karbon agar
mencapai kadar yang sesuai untuk besi tuang biasanya dilakukan dengan
memasukkan sejumlah arang kayu ke dalam tungku. Berikut ini adalah gambar
proses peleburan dan penuangan besi tuang
6. Faktor yang menyebabkan terjadinya retak pada besi tuang setelah terjadinya
pengelasan
7
Chemical composisit %C = Carbon terlalu tinggi. Unsur C yang tinggi memang
akan menurunkan Titik Lebur baja (Mesti dibahas juga Diagram Fe-Fe3C)
sehingga antara proses peleburan dan penuangan di cetakan lebih mudah.
Tetapi karena sifatnya yang lunak akan menjadi sumber keretakan di paduan
Besi Cor, apalagi yang C nya berbentuk Flake (Besi cor mempunyai Carbon
bebas, mungkin seperti radikal bebas di tubuh kita). %P= Posphor dan %S=
Sulphur Tinggi. Dalam paduan Fe, kadar P dan S tidak boleh lebih besar dari
keteentuan. Karena lebih dari itu akan menyebabkan sumber keretakan (kalau
di proses rolling pembuatan besi beton bisa pecah). Lantas mengapa unsur P
dan S ini tidak diturunkan saja? Dalam proses pengecoran, unsur P dan S
sangat diperlukan untuk meningkatkan mampu alir dari cairan besi. Faktor-
faktor lain seperti bentuk yang kompleks dan lain tidak banyak berpengaruh,
karena kebanyakan pada proses pengelasan Cast Iron, keretakan terjadi pada
daerah HAZ. Bagaimana pengaruh Oli? Pengotor seperti ini lebih banyak
berpengaruh terhadap terjadinya Porosity pada besi lasan.
7. Cara menghindari terjadinya keretakan pada pada proses pengelasan besi tuang
- Gunakan kawat las Nickel.
- Kontrol heat input dan Cooling rate.
- Sebelum mengelas harus dibersihkan terlebih dulu dari misalnya Oli, Cat
dan sebagainya.
Pada umumnya Besi Tuang (Cast Iron) mempunyai bentuk yang rumit suatu
contoh (pipe fitting, sprokect, pump, crank shaft mesin mobil dan beberapa
peralatan yang terdapat pada pabrik gula) bukan dalam bentuk mild seperti
steel yang sering kita temui dipasaran. Dengan adanya bentuk yang rumit besi
tuang tersebut sedikit banyak mempunyai ketebalan yang tidak seragam hal ini
akan mempengaruhi konstraksi tegangan yang terjadi pada material tersebut
dan mudah terjadi retak. Untuk menghindari timbulnya keretakan pada sebuah
besi tuang karena ketegangan akibat konstraksi tegangan selama pengelasan
sering dilakukan dengan memperluas bidang yang dipanasi dengan pemanasan
awal untuk menyeimbangkan kontraksi tegangan dalam hal ini ada metode
yang dilakukan dalam preheating:
8
- Preheating setempat.Tujuannya untuk menghambat tingkat pendinginan
sambungan las.
- Preheating keseluruhan.Mempunyai fungsi untuk melepaskan tegangan
internal yang tersembunyi dan untuk memperlambat pendinginan
pengelasan. Hal ini cocok untuk material yang mempunyai bentuk rumit
Seperti roda gigi, sproket dsb.
Alasan penggunaan kawat las besi tuang berbasis pada unsur nickel (Ni).
Nickel adalah suatu logam berwarna Putih perak, Mempunyai Berat Jenis 8.5
yang hampir sama dengan Tembaga. Nikel dijadikan sebagai bagian dari bahan
kawat las cast iron karena nickel mempunyai karakteristik low solubility pada
carbon. Dengan menyatunya nickel & besi dapat menghindari terjadinya crack
(retak) pada daerah fusion line akibat Adanya perbedaan expansion temperature
pengelasan pada material cast iron. selain itu logam las ini mempunyai
karakteristik yang lentur dan mudah untuk dimachining. Perlu diketahui juga
tidak selamanya kawat las cast iron berbasiskan pada nickel tetapi ada juga
kawat las yang berbasiskan tembaga (copper).
B. Besi Tempa
Merupakan besi polos yang berbentuk kotak dan sudah mendapatkan perlakukan
khusus sehingga mampu menghasilkan tekstur atau bentuk tertentu. Besi tempa adalah
besi yang telah bekerja ('tempa') dengan menggedor menempa (meskipun kata tersebut
sering digunakan untuk gerbang dll dibuat dengan menekuk batang baja ringan). Proses
penempaan pada besi dilakukan ketika besi masih merah menyala. Proses penempaan
dilakukan dengan cara dipukul – pukul. Kebanyakan, proses tempa dilakukan untuk
membentuk besi agar sesuai dengan keinginan si pembuat. Pada saat besi masih
berwarna merah membara saat dibakar atau dipanaskan, saat itulah besi lebih mudah
dibengkok – bengkokan. Besi tempa banyak digunakan dalam konstruksi besi. Biasanya
besi tempa juga digunakan dalam pembuatan pagar perumahan. Dalam pembuatan
pagar, proses menempa besi biasanya hanya untuk mendapatkan tekstur tertentu.
Sedangkan pembengkokan besi dapat dilakukan dengan cara manual ketika besi dalam
keadaan dingin. Pembuatan tekstur besi dengan metode penempaan dapat dilakuan
dengan tenaga manusia atau dilakukan di pabrik. Yang paling banyak beredar saat ini
adalah tektur buatan pabrik karena jika buatan tangan harganya akan sangat mahal
9
namun memiliki tekstur yang sangat khas. Besi tempa biasanya mengandung 0,5 persen
karbon atau kurang dari itu. Ciri khas besi tempa adalah keras tetapi mudah lentur. Besi
ini tidak mudah dilakurkan sehingga berbeda dengan besi yang mentah. Besi tempa
memiliki sejumlah kecil karbon sehinga jika ditajamkan dapat menjadi tirus namun besi
tersebut juga akan cepat kehilangan ketajamannya. Besi tempa saat ini memang cukup
populer, terutama untuk konstruksi pagar – pagar perumahan maupun bangunan
komersial. Karena besi tersebut melalui proses penempaan untuk membentuk
teksturnya, biasanya teksturnya akan kasar dan unik. Apalagi proses finishingnya juga
cukup lama. Selain itu, harga besi tempa juga jauh lebih mahal daripada besi biasa
karena prosesnya yang panjang untuk mendapatkan tekstur dan bentuk yang sesuai
dengan keinginan. Konstruksi besi dengan bahan besi tempa memang bisa digunakan
untuk berbagai macam keperluan. Selain pagar, besi tempa juga bisa dibuat untuk pintu,
handrailing, dan keperluan – keperluan lainnya.
1. Sifat-Sifat Besi Tempa
Kurang keras dan dapat ditempa
Dapat dilas
Tidak dapat dituang karena sulit mencair
Tahan korosi
Temperatur leleh 1355 derajat celcius.
Kuat tarik maks 400 Mpa, kuat tekan 200 Mpa
2. Kegunaan Besi Tempa
Besi tempa antara lain dapat digunakan untuk membuat rantai jangkar, kait keran,
baut sekrup, pipa air, pipa gas dan landasan kerja pelat.
2.3. Jenis Logam Paduan (Baja)
Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan beberapa
elemen lainnya, termasuk karbon. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara
0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu ada dalam baja:
karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen dan
aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang ditambahkan untuk membedakan
karakteristik antara beberapa jenis baja diantaranya: mangan, nikel, krom, molybdenum,
boron, titanium, vanadium dan niobium. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan
unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Fungsi karbon dalam
10
baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi
kristal (crystal lattice) atom besi. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena
berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan
cangkul.
Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness)
dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas
(brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Meskipun baja sebelumnya telah diproduksi oleh pandai besi selama ribuan tahun,
penggunaannya menjadi semakin bertambah ketika metode produksi yang lebih efisien
ditemukan pada abad ke-17. Dengan penemuan proses Bessemer di pertengahan abad
ke-19, baja menjadi material produksi massal yang membuat harga produksinya menjadi
lebih murah. Saat ini, baja merupakan salah satu material paling umum di dunia, dengan
produksi lebih dari 1,3 miliar ton tiap tahunnya. Baja merupakan komponen utama pada
bangunan, infrastruktur, kapal, mobil, mesin, perkakas, dan senjata. Baja modern secara
umum diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya oleh beberapa lembaga-lembaga
standar.
1. Sifat-sifat Baja
Baja mempunyai sejumlah sifat yang membuatnya menjadi baqhan bangunan yang
sangat berharga
- Kekuatan
Baja mempunyai daya tarik, lengkung, dan tekan yang sangat besar. Pada setiap
partai baja, pabrikan baja menandai beberapa besar daya kekuatan baja itu.
Pabrikan baja misalnya, memasukan satu partai baja batangan dan mencatumkan
pada baja itu Fe 360. Disini Fe menunjukan bahwa partai itu menunjukkan daya
kekuatan (minimum) tarikan atau daya tarik baja itu. Yang dimaksud dengan
istilah tersebut adalah gaya tarik N yang dapat dilakukan baja bergaris tengah 1
mm2 sebelum baja itu menjadi patah. Dalam hal ini daya tarik itu adalah 360
N/mm2. Dahulu kita mencantumkan daya tarik baja itu Fe 37, karena daya
tariknya adalah 37 kgf/mm2. karena mengandung sedikit kadar karbon, maka
semua jenis baja mempunyai daya tarik yang kuat. Oleh karna daya tarik baja
yang kuat maka baja dapat menahan berbagai tegangan, seperti tegangan lentur.
- Kelenturan
11
Baja bukan saja kuat tetapi juga lentur
- Kealotan
Pada umumnya baja bersifat sangat a lot, sehingga tidak cepat patah.
- Ketahanan terhadap korosi
Tanpa perlindungan, baja sangat cepat berkarat. Untung saja baja diberikan
perlindungan yang sangat efektif dengan berbagai cara.
2. Klasifikasi Baja
Berdasarkan komposisi
- Baja karbon
Baja karbon adalah paduan besi baja dengan elemen utama Fe dan C. Baja karbon
memiliki kadar C hingga 1.2% dengan Mn 0.30%-0.95%. Baja dengan kadar
karbon sangat rendah memiliki kekuatan yang relatif rendah tetapi memiliki
keuletan yang relatif tinggi. Baja jenis ini umumnya digunakan untuk proses
pembentukan logam lembaran. Baja karbon
Baja karbon rendah (Low alloy steel)
Low alloy steel adalah jenis baja yang memiliki bahan-bahan lain yang
ditambahkan ke dalamnya, tetapi bahan lain yang biasanya membuat sejumlah
kecil dari seluruh baja. Baja umumnya merupakan paduan yang terdiri dari
karbon dan besi, tapi Low alloy steel sering menambahkan logam keras seperti
nikel dan kromium. Baja karbon rendah (low carbon steel) mengandung
karbon antara 0,025% – 0,25% C. Setiap satu ton baja karbon rendah
mengandung 10–30 kg karbon. Baja karbon ini dalam perdagangan dibuat
dalam plat baja, baja strip dan baja batangan atau profil. Berdasarkan jumlah
karbon yang terkandung dalam baja, maka baja karbon rendah dapat digunakan
atau dijadikan baja-baja sebagai berikut:
a. Baja karbon rendah (low carbon steel) yang mengandum 0,04 % - 0,10% C
untuk dijadikan baja – baja plat atau strip.
b. Baja karbon rendah yang mengandung 0,05% C digunakan untuk keperluan
badan-badan kendaraan.
c. Baja karbon rendah yang mengandung 0,15% - 0,20% C digunakan untuk
konstruksi jembatan, bangunan, membuat baut atau dijadikan baja
konstruksi.
12
Baja karbon menengah (Medium alloy steel)
Baja karbon menengah (Medium alloy steel) mengandung karbon antara 0,25%
- 0,55% C dan setiap satu ton baja karbon mengandung karbon antara 30 – 60
kg. baja karbon menengah ini banyak digunakan untuk keperluan alat-alat
perkakas bagian mesin. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung dalam
baja maka baja karbon ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti
untuk keperluan industri kendaraan, roda gigi, pegas dan sebagainya.
Baja karbon tinggi (High alloy steel)
Baja karbon tinggi (High alloy steel) mengandung kadar karbon antara 0,56% -
1,7% C dan setiap satu ton baja karbon tinggi mengandung karbon antara 70 –
130 kg. Baja ini mempunyai kekuatan paling tinggi dan banyak digunakan
untuk material tools. Salah satu aplikasi dari baja ini adalah dalam pembuatan
kawat baja dan kabel baja. Berdasarkan jumlah karbon yang terkandung
didalam baja maka baja karbon ini banyak digunakan dalam pembuatan pegas,
alat-alat perkakas seperti: palu, gergaji atau pahat potong. Selain itu baja jenis
ini banyak digunakan untuk keperluan industri lain seperti pembuatan kikir,
pisau cukur, mata gergaji dan lain sebagainya.
- Baja paduan
Baja paduan dapat didefinisikan sebagai suatu baja yang dicampur dengan satu
atau lebih unsur campuran seperti nikel, kromium, molibden, vanadium, mangan,
dan wolfram yang berguna untuk memperoleh sifat-sifat baja yang dikehendaki
(keras, kuat, dan keuletan.
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
- Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya).
- Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah.
- Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
- Untuk membuat sifat-sifat special.
Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus
(special alloy steel) & high speed steel.
Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
13
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel,
chromium, manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan
menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan
merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan
ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel). Jenis-jenis baja
Paduan dengan Sifat Khusus yaitu:
1. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr. Karakteristik
baja ini yaitu pembentuka film kromium oksida. Sifatnya antara lain:
- Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan
goresan/gesekan
- Tahan temperature rendah maupun tinggi
- Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil
- Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus
- Tahan terhadap oksidasi
- Kuat dan dapat ditempa
- Mudah dibersihkan
- Mengkilat dan tampak menarik.
2. High Strength Low Alloy Steel (HSLS)
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor,
tahan terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat
mampu mesin yang baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability).
Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini diproses secara khusus
dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni),
Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.
3. Baja Perkakas (Tool Steel)
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam
atau mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet. Kelompok dari tool steel
berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas yang diberikan
antara lain:
Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh
AISI), Shock resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan
14
terhadap beban kejut dan repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat,
palu dan pisau.
Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan
pendinginan yang berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan
pada minyak sedangkan tipe A dan D didinginkan di udara.
Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 – 500) ºC
dan didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung
tungsten dan molybdenum sehingga sifatnya keras.
High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan
tungsten dan molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak
mudah tumpul dan tahan panas tetapi tidak tahan kejut.
Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak
tahan aus dan tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian
pada temperatur tinggi.[5]
High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel
Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat
potong seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling
cutters. Disebut High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan
material tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding
dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai
empat kali daripada carbon steel
- Baja lunak
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,1 % - 0,3 %, mempunyai
sifat dapat ditempa dan liat. Digunakan untuk membuat mur, sekrup, pipa dan
keperluan umum dalam pembangunan.
Berdasarkan proses pembuatan
- Tanur baja terbuka
- Dapur listrik
- Proses oksidasi dasar
Berdasarkan bentuk produk
- Pelat batangan
- Tabung
15
- Lembaran
- Pita
- Bentuk struktural
Berdasarkan struktur mikro
- Feritik
- Perlitik
- Martensitik
- Austenitik
Berdasarkan kegunaan dalam konstruksi
- Baja Struktural
- Baja Non-Struktural
16