makalah 10 - copy

61
BLOK 10

Upload: lanhie05

Post on 02-Jan-2016

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MAKALAH

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah 10 - Copy

BLOK 10

Page 2: Makalah 10 - Copy

2

DAFTAR ISI

Halaman judul......................................................................................................................1

Kata pengantar ....................................................................................................................2

Daftar isi...............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang---------------------------------------------------------------------------------4

1.2 Manfaat Penulisan-----------------------------------------------------------------------------4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Makroskopik dan Mikroskopik Ginjal.......................................................................5

2.2 Mekanisme Kerja Ginjal.............................................................................................14

2.3 Metabolisme Air ........................................................................................................28

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................39

3.2 Saran..........................................................................................................................40

Daftar Pustaka.....................................................................................................................41

Page 3: Makalah 10 - Copy

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam

tubuhmanusia. Sekitar 60% dari total berat badan orangdewasa terdiri dari air. Namun

bergantung kepada kandungan lemak & otot yang terdapat di dalam tubuh, nilai

persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan dewasa. Dan

proses ekskresi air didalam tubuh yang terbesar yaitu ginjal. Ginjal adalah organ yang

sangat penting di dalam tubuh kita, di dalam ginjal akan mendapatkan hasil

metabolisme air dan terjadi pembentukan urin dari hasil sisa sisa metabolisme dan zat

zat lain yang tidak di butuhkan oleh tubuh. Urin yang terbentuk akan dibawa ke

kandung kemih melewati ureter. Saat kandung kemih terisi penuh, maka akan terjadi

refleks miksi. Sedangkan hasil dari metabolisme akan disalurkan ke organ tubuh

lainnya sebagai keseimbangan cairan didalam tubuh.

Dalam pembentukan urin di ginjal akan terjadi 3 proses, yaitu filtrasi

glomerulus, reabsopsi tubulus, dan sekresi tubulus. Prores-proses ini akan diatur oleh

beberapa regulasi seperti saraf, hormon dan lain-lain.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Dari laporan hasil belajar mandiri ini diharap pembaca mendapat pengetahuan

baru tentang peran,fungsi,serta mekanisme kerja dari traktus urinarius. Manfaat

laporan ini juga sebagai bahan presentasi saya dalam kelompok maupun dalam

pleno nantinya.

Page 4: Makalah 10 - Copy

2

BAB II

PEMBAHASAN

Sasaran Pembelajaran

1. Makroskopis dan mikroskopis ginjal

2. Mekanisme ginjal

A. Filtrasi

B. Reabsorbsi tubulus

C. Sekresi tubulus

D. Eksresi

3. Metabolisme Air

Hasil Belajar Mandiri

1. A. Makroskopis Ginjal

Ginjal (Ren) merupakan organ produksi urin yang berbentuk kacang koro

Page 5: Makalah 10 - Copy

2

dengan warna merah cokelat. Keduanya terletak pada bagian post abdomen, di

sebelah lateral collumna vertebralis, dan disebut retroperitoneal. Ren diselubungi

oleh jaringan lemak dan jaringan ikat kendor (Subagjo, 2002).

Bagian ren yang kanan letaknya setinggi V. T. XII – V. L. III sedangkan ren

kiri letaknya setinggi V. T. XI hingga V. L. III. Perbedaan letak ini dikarenakan

adanya hepar di atas ren kanan sehingga ren dextra lebih rendah dibanding ren

Ren memiliki ukuran panjang + 11 cm, lebar 6 cm, tebal 3 cm dan memiliki

berat pada pria 125 – 170 g, pada wanita 115 – 155 g.

Ren difiksasi di tempatnya oleh fascia renalis (fascia prerenalis dan fascia

retrorenalis), capsula adipose, dan capsula fibrosa (Subagjo,2002).

- Fascia Prarenalis

Page 6: Makalah 10 - Copy

2

Merupakan penebalan jaringan ekstraperitoneal yang terletak ventral dari

ren. Ke lateral menggabung dengan fascia retrorenalis.

- Fascia Retrorenalis

Merupakan fascia prarenalis yang ke arah medialnya melekat pada collumna

vertebralis dan letaknya dorsal dari ren.

- Capsula Fibrosa

Adalah jaringan ikat atau membrane yang melekat langsung pada jaringan

ren dan menajadi dasar serta atap sinus renalis.

- Capsula Adiposa

Adalah jaringan lemak yang berada antara capsula fibrosa dengan fascia

renalis.

Bila dibuat irisan frontal ginjal di tengah-tengah melalui hilus renalis, maka

tampak bahwa ginjal terdiri dari dua bagian seperti di gambar di atas. Bagian

tersebut merupaka cortex renalis dan medulla renalis (Subagjo, 2002).

1. Cortex Renalis

Page 7: Makalah 10 - Copy

2

Merupakan bagian luar ginjal yang berwarna merah cokelat dan

berbintik-bintik. Berbintik-bintik karena adanya corpuculus renalis dari

Malphigi yang terdiri dari Capsula Bowman dan Glomerulus.

2. Medulla Renalis

Letaknya dekat hilus, warnanya lebih pucat dan kelihatan bergaris-

garis. Namun bedanya, di cadaver, bagian medulla lebih terlihat gelap.

Ren berfungsi mempertahankan keseimbangan asam basa di dalam

darah dengan jalan membuang metabolit dan bahan-bahan yang tidak

berguna lagi dari darah.

Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya

saraf, masuk dan keluarnya pembuluh darah dan pembuluh limfe, serta

keluarnya ureter. Pelvis renalis, yakni ujung atas ureter yang melebar terbagi

menjadi dua atau tiga kaliks mayor, dan menjadi beberapa cabang lagi yang

lebih kecil yaitu kalis minor yang muncul dari setiap kaliks mayor.

Vaskularisasi

Arteri renalis adalah cabang aorta abdominalis caudal dari a. Messenterica

superior, yang kanan dorsal dari vena cava inferior sebelum mencapai hilus

telah bercabang-cabang menjadi aa. Segmentales, biasanya 3 anterior dari

pelvis renalis dan 1 cabang diposterior dari pelvis renalis. Setelah mencapai

hilus renalis, masing-masing a. Renalis bercabang jadi 4-5 cabang yaitu : a.

Interlobaris yang berjalan didalam medula dan belok untuk membentuk a.

Page 8: Makalah 10 - Copy

2

Arcuata yang berjalan diatas basis pyramida renalis (pada perbatasan cortex

medula). Dari a. Arcuata keluar cabang-cabang lagi yaitu a. Interlobularis

selanjutnya aliran darah ke vas afferens masuk ke glomerulus perifer keluar

melalui vas efferens, kemudian pembuluh balik dialirkan ke v. Interlobularis,

kemudian lanjut ke v. Arcuata, setalah itu dialirkan lagi ke v. Interlobaris

kemudian ke v. Renalis, dan diujung pembuluh balik dialirkan ke vena cava

inferior.

1. B Mikroskopis Ginjal

Ginjal yang tadi dijelaskan dibagi menjadi korteks dan medula.

Didalam medula ginjal terdiri atas 10 – 18 struktur berbentuk kerucut atau

piramid, yaitu piramid medula. Dari dasar setiap piramid, medula, terjulur

berkas- berkas tubulus yang paralel, yaitu berkas medula yang menyususp ke

dalam korteks.

Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Nefron adalah unit fungsional

terkecil dari bagian ginjal. Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar, yaitu

Page 9: Makalah 10 - Copy

2

korpus renalis; tubulus kontortus proksimal; segmen tipis dan tebal ansa

Henle; tubulus kontortus distal; dan tubulus atau duktus koligentes.

Korpuskel Renalis

Setiap korpus renalis berdiameter sekitar 200 µm dan terdiri atas

seberkas kapiler, yaitu glomerulus, yang dikelilingi oleh kapsul epitel

berdinding ganda yang disebut kapsula Bowman. Lapisan dalam kapsul ini

(lapisan viseral) menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan luar membentuk

batas luar korpuskel renalis dan disebut lapisan parietal kapsula Bowman.

Diantara kedua lapis kapsula bowman terdapat ruang urinarius, yang

menampung cairan yang disaring melalui dinding kapiler dan lapisan viseral.

Setiap korpuskel ginjal memiliki kutub vaskular tempat masuknya arteriol

aferen dan keluarnya arteriol eferen dan memliki katub urinarius tempat

tubulus kontortus proksimal berasal.

Page 10: Makalah 10 - Copy

2

Tubulus Kontortus Proksimal

Pada kutub urinariu dikorpuskel ginjal, epitel gepeng dilapisan parietal

kapsula Bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus kontortus

proksimal berbentuk kuboid, atau silindris rendah. Tubulus ini lebih panjang

daripada tubulus distal dan karenanya tampak lebih banyak didekat korpuskel

ginjal dalam korteks gibjal.

Sel-sel epitel kuboid ini memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan

oleh adanya mitokondria panjang dalam jumlah besar. Apeks sel memiliki

banyak mikrovili dengan panjang kira-kira 1 µm, yang membentuk suatu

“brush border”.

Ansa Henle

Adalah struktur berbentuk U yang terdiri atas segmen tebal descendens,

segmen tipis descendens, segmen tipis asendens, dan segmen tebal asendens.

Segmen tebal memiliki struktur sangat mirip dengan tubulus kontortus distal

bagian luar medula, segmen tebal desendens, dengan garis tengah luar sekitar

12 µm dan berlanjut sebagai segmen tipis desendens. Lumen di segmen nefrom

ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel gepeng dengan inti yang

hanya sedikit menonjol kedalam lumen.

Kira-kira seperyujuh dari semua nefron terletak dekat perbatasan kortek

medula dan disebut nefron jukstamedula. Nefron ini terutama penting untuk

mempertahankan gradien hipertonik dalam interstitium medula, yaitu dasar

kemampuan ginjal dalam mengahasilkan urin hipertonik.

Tubulus Kontortus Distal

Page 11: Makalah 10 - Copy

2

Segemen tebal asendens ansa Henle menerobos korteks, setelah menempuh

jarak tertentu segmen ini menjadi berkelok-kelok dan disebut tubulus jontortus

distal. Segmen ini seperti segmen asendens, dilapisi oleh epitel selapis kuboid.

Tubulus distal berbeda dengan tubulus proksimal karena tidak adanya brush

border dan ukuran sel yang lebih kecil. Karena sel-sel tubulus distal lebih

gepeng dan lebih kecil dari sel tubulus proksimal, tampak lebih banyak sel dan

inti pada dinding tubulus distal daripada dinding tubulus proksimal. Dinding

segmen tubulus distal tampak lebih gelap dan sediaan mikroskopik karena

rapatnya inti, disebut makula densa. Sel-sel makula densa sensitif terhadap

kandungan ion dan volume air dalam cairan tubulus dan mengahasilkan sinyal

molekul yang berakibat pembebasan enzim renin ke dalam sirkulasi.

Didalam tubulus kontortus distal terjadi pertukaran ion, jika terdapat

aldosteron dalam jumlah cukup, Natrium diabsorbsi dan ion kalium disekresi.

Tubulus distal juga menyekresi ion hidrogen dan ammonium kedalam urin

tubulus. Aktivitas ini penting untuk mempertahankan keseimbangan asam basa

dalam darah.

Duktus koligentes

Urin mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligentes, yang

saling bergabung membentuk duktus koligentes yang lebih besar dan lebih

lurus yang berangsur melebar sewaktu mendekati puncak piramid. Epitel

duktus koligentes responsif terhadap vasopresin arginin, atau hormon

antidiuretik (ADH) yang disekresi hipofisis posterior. Jika masukan air

Page 12: Makalah 10 - Copy

2

terbatas, hormon antidiuretik disekresi dan epitel duktus koligentes mudah

dilalui air yang diabsorbsi dari filtrat glomerulus.

Fungsi ginjal

Mempertahankan keseimbangan H2O dan elektrolit di tubuh.

Untuk mempertahankan homeostasis eksresi air & elektrolit harus sesuai dangan

asupannya. Jika asupan melebihi ekskresi, jumlah zat dalam tubuh akan

meningkat. Jika asupan kurang dari ekskresi, jumlah zat dalam tubuh akan

berkurang. Hal ini tergantung terhadap kebiasaan makan & minum seseorang,

yang mengharuskan ginjal mengatur kecepatan ekskresi sesuai dengan asupan

zat.

Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh.

Tubuh harus seimbang antara asam dan basa dengan menyesuaikan pengeluaran

H+ dan bikarbonat di urin.

Mengeluarkan produk-produk akhir metabolisme tubuh.

Misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk maka bahan-

bahan sisa ini akan menjadi racun terutama bagi otak.

Pengaturan tekanan arteri.

Ginjal berperan penting dalam mengatur tekanan arteri jangka panjang dengan

mengekresikan sejumlah natrium dan air. Ginjal juga mengatur arteri jangka

pendek dengan menyekresikan faktor atau zat vasoaktif seperti rennin, yang

menyebabkan pembentukan produk vasoaktif lainnya.

Page 13: Makalah 10 - Copy

2

Pengaturan produksi Eritrosit

Ginjal menyekresi eritropoietin yang merangsang pembentukan sel darah merah.

Ginjal menghasilkan hamper semua eritropoietin yang disekresi ke dalam

sirkulasi. Pada orang dengan penyakit ginjal berat atau yang ginjalnya telah

diangkat dan digantikan dengan hemodialisis, timbul anemia berat seagai hasil

penurunan produksi eritropoietin.

Menghasilkan rennin, suatu hormon enzim yang memicu suatu reaksi berantai

yang penting dalam penghematan garam oleh ginjal.

Pengaturan Produksi 1.25-DIhidroksivitamin D3

Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1.25-DIhidroksivitamin D3

(Kalsitrol), dengan menghidroksilasi vitamin ini pada posisi ‘nomor 1’,

Kalsitriol penting untuk deposit kalsium yang normal dalam tulang dan

reabsorpsi kalsium oleh saluran cerna.

Sintesis glukosa

Ginjal mengsintesis glukosa dari asam amino dan prekusor lainnya selama masa

puasa yang panjang, proses ini disebut glukoneogenesis. Kapasitas ginjal

untuk menambahkan glukosa pada darah setelah masa puasa yang panjang dapat

menyaingi hati.

2. Mekanisme Ginjal

Terdapat tiga proses dasar yang terjadi pada pembentukan urin yaitu filtrasi,

reabsorbsi, dan sekresi :

Page 14: Makalah 10 - Copy

2

1. Filtrasi

Darah yang mengalir dari arteriol aferen akan masuk ke glomelurus yang

selanjutnya akan tersaring ke dalam kapsul bowman. Filtrasi glomelurus

merupakan proses yang indiskriminatif. Kecuali sel darah dan protein plasma,

semua konstituen di dalam darah akan masuk ke lumen tubulus sebanyak 20%.

Bahan terfiltrasi yang tidak berguna bagi tubuh akan tetap dipertahankan di

dalam tubulus dan akan dikeluarkan dalam bentuk urin. Cairan yang terfiltrasi

dari glomelurus ke dalam kapsul Bowman harus melewati tiga lapisan

membran yaitu sebagai berikut :

Dinding kapiler glomelurus, yang terdiri dari satu lapis sel endotel

gepeng. Lapisan ini memiliki pori besar yang menyebabkan 100 kali

lebih permeabel terhadap H2O dan terlarut daripada kapiler di baian lain

tubuh.

Membran basal, adalah laipsan gelatinosa aseluler (tidak mengandung

sel) yang terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip diantara

glomerulus dan kapsul bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan

struktural dan glikoprotein menghambat filtrasi protein plasma yang

kecil. Protein plasma yang lebih besar tidak dapat di filtrasi karena tidak

dapat melewati pori kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan

albumin, protein plasma terkecil. Namun, karena bermuatan negative

maka glikoprotein menolak albumin dan protein plasma, yang juga

bermuatan negative. Karena itu protein plasma hampir tidak terdapat di

dalam filtrat.

Page 15: Makalah 10 - Copy

2

Lapisan dalam kapsul Bowman, lapisan ini terdiri dari podosit (sel

mirip gurita) yang mengelilingi glomerulus. Setiap podosit memiliki

banyak foot process memanjang yang saling menjalin dengan foot

process podosit sekitar. Celah sempit diantara foot process yang

berdampingan, yang dikenal sebagai celah filtrasi, pembentuk jalur

tempat cairan meninggalkana kapiler glomerulus menuju lumen kapsul

Bowman.

Ada tiga tekanan yang mempengaruhi dalam filtrasi glomelurus yaitu :

1. Tekanan darah kapiler glomelurus (55mmHg) adalah tekanan cairan

yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomelurus. Tekanan darah

glomelurus yang tinggi dan tidak menurun ini cenderung mendorong

cairan menuju kapsul Bowman di seluruh kapiler glomelurus.

2. Tekanan osmotik koloid plasma (35mmHg) yang ditimbulkan oleh

distribusi tak seimbang protein-protein plasma di kedua sisi membran

glomelurus. Protein plasma lebih banyak terdapat di kapiler glomelurus

yang menyebabkan peningkatan air di di kapsul Bowman. Hal ini akan

mendorong air untuk berpindah melalui osmosis dari kapsul Bowman ke

glomelurus.

3. Tekanan hidrostatik kapsul Bowman (15mmHg) yang merupakan

tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus, cenderung

mendorong cairan keluar dari kapsul Bowman. Namun, tekanan darah

kapiler glomelurus masih tetap lebih besar dibandingkan dengan kedua

tekanan yang lain. Hal ini yang menyebabkan terjadinya filtrasi. Sisa

Page 16: Makalah 10 - Copy

2

darah sebanyak 80% yang tidak masuk ke glomelurus akan mengalir

melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus.

Perbedaan tekanan diatas akan menghasilkan Tekanan Filtrasi Netto (TFN) ,

yang merupakan kalkulasi dari ketiga gaya di atas.

TFN = Tekanan Darah Kapiler Glomerulus – (Tekanan Osmotik Koloid

Plasma + Tekanan Hidrostatik Kapsul Bowman)

Adapun laju filtrasi glomerulus (LFG) bergantung pada tekanan filtrasi

glomerulus dan koefisien filtrasi, Koefisien filtrasi yaitu seberapa luas

permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi dan seberapa permeabel

membrane glomerulus. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kf adalah luas

permukaan dan permeabilitas membran glomerulus yang dapat dimodifikasi

oleh aktivitas kontraktil di dalam membrane.

Luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi di dalam glomerulus diwakili oleh

permukaan dalam kapiler glomerulus yang berkontak dengan darah. Setiap

kuntum kapiler glomerulus disatukan oleh sel mesangium. Sel-sel ini

mengandung elemen kontraktil (filament mirip aktin). Kontraksi sel-sel

mesangium ini menutup sebagian kapiler filtrasi, mengurangi luas permukaan

yang tersedia untuk filtrasi di dalam kuntum glomerolus. Ketika netto tidak

berubah maka penurunan Kf ini menurunkan LGF. Stimulasi simpatis

menyebabkan sel mesangium berkontraksi dan merupakan mekanisme kedua

Page 17: Makalah 10 - Copy

2

(selain mendorong vasokontriksi arteriol aferen) yang digunakan oleh sistem

saraf simpatis untuk menurunkan LGF.

Laju Filtrasi Glomerulus = Kf x tekanan filtrasi netto

Peran reflex baroreseptor pada control ekstrinsik LGF

LGF (laju filtrasi glomerulus) diturunkan oleh respons reflex baroreseptor

terhadap penururnan tekanan darah. Selama reflex ini, terjadi vasokontriksi

akibat pengaruh di sebagian besar arteriol di seluruh tubuh (termasuk arteriol

aferen) sebagai mekanisme kompensasi untuk meningkatkan resistensi perifer

total. Arteriol aferen disarafi oleh serat vasokonstriksi simpatis jauh lebih

banyak dibandingkan arteriol eferen. Ketika arteriol aferen yang membawa

darah ke glomerolus berkonstriksi akibat peningkatan aktivitas simpatis, darah

yang mengalir ke dalam glomerolus akan lebih sedikit daripada normal

sehingga tekanan darah kapiler glomerolus menurun. penurunan LFG yang

terjadi pada gilirannya mengurangi volume urine. Dengan cara ini sebagian

H2O dan garam yang seharusnya keluar melalui urine dapat dipertahankan

didalam tubuh, dalam jangka panjang membantu memulihkan volume plasma

ke normal sehingga penyesuaian-penyesuaian kardiovaskuler jangka pendek

yang telah terjadi tidak lagi dibutuhkan. Mekanise lain misalnya, meningkatnya

rearbsopsi H2O dan garam oleh tubulus serta meningkatnya rasa haus juga ikut

berperan dalam memelihara tekanan darah jangka panjang meskipun volume

darah berkurang, dengan membantu memulihkan volume plasma.

Page 18: Makalah 10 - Copy

2

Sebaliknya jika tekanan darah meningkat (misalnya akibat ekspansi volume

plasma setelah ingesti cairan berlebihan), respon sebaliknya yang terjadi.

Ketika baroreseptor mendeteksi peingkatan tekanan darah maka aktivitas

vasokonstriktor seimpatis ke arteriol, termasuk arteriol aferen ginjal menurun

secara reflex sehingga terjadi vasodilatasi arteriol aferen. Karena darah yang

masuk ke glomerolus melalui arteriol aferen yang melebar meningkat maka

tekanan darah kapiler gloerolus bertambah sehingga LGF meningkat. Karena

caian yang difiltrasi meningkat maka jumlah yang tersedia untuk dieliminasi

melalui urine juga meningkat. Yang berperan dalam meningkatkan volue urine

adalah penurunan reabsopsi H2O dan garam di tubulus oleh pengaruh hormone.

Kedua mekanisme ginjal ini menigkatkan filtrasi glomerolus dan penurunan

reabsorpsi H2O oleh garam dan tubulus – meningkatkan volume urine dan

mengeluarkan cairan yang berlebihan dari tubuh.

Mekanisme Autoregulasi LFG

Perubahan spontan yang terjadi pada LFG umumnya di cegah oleh mekanisme

regulasi intrinsic yang dilakukan oleh ginjal sendiri, atau disebut sebagai

otoregulasi. Mekanisme ini meliputi :

Mekanisme Miogenik, yang berespon terhadap perubahan tekanan di dalam

komponen vaskuler nefron. Otot polos vaskuler arteriol berkontraksi secara

inheren sebagai respon terhadap peregangan yang menyertai peningkatan

tekanan pada pembuluh darah. Arteriol aferen secara otomatis berkintriksi

sendiri ketika teregang akibat peningkatan tekanan darah arteri.

Page 19: Makalah 10 - Copy

2

Mekanisme umpan balik tubuloglomerulus (TGF)

Melibatkan aparatus jukstaglomerulus. Sel-sel otot polosnya membentuk

sel granural dan mengandung banyak granular sekretorik. Sel sel tubulus

di glanural ini mengandung makula densa yang dapat mendeteksi

perubahan kadar garam dan dapat menghasilkan adenosine. Adenosin ini

kemudian bekerja secara parakrin mempengaruhi arteriol aferen, sehingga

arterior akan bervasodilatasi meningkatkan aliran darahnya. Hal ini juga

mempengaruhi peningkatan jumlah filtrasi darah, dan meningkatkan

kandungan kadar garam di tubulus.

2. Reabsorpsi

Sewaktu filtrat melewati tubulus, bahan-bahan yang masih bermanfaat bagi

tubuh dikembalikan ke dalam plasma kapiler peritubulus ke sistem vena dan

kemudian ke jantung untuk disirkulasi. Reabsorpsi tubulus merupakan suatu

proses yang sangat selektif. Hanya nutrien, elektrolit, dan bahan lain yang

dibutuhkan oleh tubuh yang akan direabsorpsi. Untuk dapat direabsorpsi suatu

bahan harus melewati lima sawar terpisah yaitu membran luminal sel tubulus,

sitosol sel tubulus, membran basolateral sel tubulus, lalu masuk ke cairan

interstisial, dan terakhir bahan harus masuk ke plasma darah.

a. Mekanisme proses reabsorbsi Na+

Dari semua Na+ yang difiltrasi, dalam keadaan normal 99,5% direabsopsi,

dengan rata-rata 67 % direabsorpsi di tubulus proksimal, 25 % di lengkung

henle, dan 8 % di tubulus distal dan tubulus pengumpul.

Page 20: Makalah 10 - Copy

2

Langkah aktif pada reabsorpsi Na+ melibatkan pembawa Na+-K+ ATPase

bergantung energi yang terletak di membran basolateral sel tubulus.

pembawa ini merupakan pembawa yang sama dengan yang terdapat di

semua sel dan secara aktif mengeluarka Na+ dari sel. Pada saat pompa

basolateral ini memindahkan Na+ keluar dari sel tubulus menuju ke ruang

lateral, konsentrasi Na+ intrasel dipertahankan tetap rendah sementara secara

stimulan terjadi peningkatan konsentrasi Na+ di ruang lateral; yaitu, pompa

tersebut memindahkan Na+ melawan gradien konsentrasinya. Dengan

demikian, transportasi netto Na+ dari lumen tubulus ke dalam darah

memerlukan energi.

Reabsorbsi natrium dipengaruhi oleh control dari system Renin-

Angiotensin-Aldosteron. Ginjal mensekresikan hormone rennin sebagai

respon terhadap penurunan NaCl / volume CES / tekanan darah arteri. Renin

mengaktifkan angiotensinogen, suatu protein plasma yang diproduksi oleh

H, yang merangsang hati menjadi angiotensin I.

Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-converting

enzyme yang diproduksi oleh paru. Angiotensin II merangsang korteks

adrenal untuk mensekresikan hormon aldosteron, yang merangsang

reabsorbsi Na oleh ginjal. Retensi Na menimbulkan efek osmotik yang

Page 21: Makalah 10 - Copy

2

menahan lebih banyak air di CES. Retensi Na dan H2O tersebut bersama-

sama membantu mengkoreksi rangsangan semula yang mengaktifkan

system RAA ini. Angiotensin juga menimbulkan efek-efek lain yang

membantu menghilangkan rangsangan semula seperti merangsang rasa haus

sehingga dapat meningkatkan pemasukan cairan.

Reabsorbsi natrium memiliki peran penting yang berbeda – beda di setiap

segmen tempat penyerapannya :

1) Reabsorbsi natrium di tubulus proksimal berperan penting dalam

reabsorbsi glukosa, asam amino, H2O, Cl-, dan urea.

2) Reabsorbsi natrium di lengkung Henle bersama dengan reabsorbsi Cl-,

berperan penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan

konsentrasi dan volume yang berbeda – beda, bergantung pada

kebutuhan tubuh untuk menyimpan atau membuang H2O.

3) Reabsorbsi natrium di bagian distal nefron bersifat variabel dan berada

dibawah kontrol hormon, menjadi penting dalam mengatur volume CES.

b. Mekanisme reabsorpsi glukosa dan asam amino

Page 22: Makalah 10 - Copy

2

Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif sekunder; suatu

pembawa kotransportasi khusus yang secara stimulan memindahkan Na+

dan molekul organik tertentu dari lumen ke dalam sel. Gradien konsentrasi

Na+ lumen ke sel yang diciptakan oleh pompa Na+-K+ATPase basolateral

yang memerlukan energi ini mengaktifkan sistem kotransportasi ini yang

menarik molekul-molekul organik melawan gradien konsentrasi mereka

tanpa secara langsung menggunakan energi. Pada dasarnya, glukosa dan

asam amino mendapat “tumpangan gratis” dari proses reabsorpsi Na+

yang menggunakan energi.

Transpor Pasif

Transpor pasif terjadi saat bahan – bahan direabsorbsi tanpa menggunakan

energi. Reabsorbsi Cl-, H2O dan urea terjadi secara pasif dan bergantung pada

mekanisme reabsorbsi aktif Na+.

c. Reabsorpsi klorida

Ion klorida yang bermuatan negatif direabsorpsi secara pasif mengikuti

penurunan gradien listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif ion Na+ yang

bermuatan positif. Jumlah Cl- yang direabsorpsi ditentukan olek kecepatan

reabsorpsi Na+ dan tidak dikontrol secara langsung oleh ginjal.

d. Reabsorpsi air

Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di seluruh panjang tubulus. dari

H2O yang difiltrasi, 80% direabsorpsi secara obligatik di tubulus proksimal

dan lengkung henle karena secara osmosis mengikuti reabsorpsi zat terlarut.

Page 23: Makalah 10 - Copy

2

Reabsorpsi ini terjadi tanpa dipengaruhi oleh beban H2O tubuh dan tidak

diatur. Sisa 20%-nya direabsorpsi lam jumlah bervariasi di bagian distal

tubulus ; tingkat reabsorpsi ini berada di bawah kontrol langsung hormon,

bergantung pada status hidrasi tubuh.

Gaya yang mendorong reabsorpsi H2O di tubulus proksimal adalah

kompartemen hipertonisitas di ruang lateral antara sel-sel tubulus yang

diciptakan oleh pengeluaran aktif Na+ oleh pompa basolateral. Akibat pompa

ini, konsentrasi Na+ di cairan tubulus dan sel tubulus dengan cepat menurun

disertai peningkatan kosentrasinya di ruang lateral. Gradient osmotic ini

menginduksi aliran netto pasif h2O dari lumen ke dalam ruang lateral, baik

melalui sel maupun secara antarsel melalui taut erat yang “bocor”.akumulasi

cairan di ruang lateral menyebabkan terbentuknya tekanan hidrostatik , yang

mendorong H2O ke luar dari ruang lateral menuju cairan interstisium dan

akhirnya ke dalam kepiler peritubulus.

e. Reabsorpsi urea.

Jumlah urea yang terdapat dalam 125 ml cairan filtrasi di permulaan tubulus

proksimal mengalami pemekatan hamper tiga kali lipar dalam volume yang

hanya 44 ml di akhir tubulus proksimal. Akibatnya kosentrasi urea dalam

cairan tubulus menjadi jauh lebih besar daripada kosentrasi urea dalam plasma

di kapiler kapiler di sekitarnya. Dengan demikian tercipta gradient konsentrasi

agar urea secara pasif berdifusi dari lumen tubulus ke dalam plasma kapiler

peritubulus. Karena dinding tubulus proksimal hanya cukup premeabilitas

Page 24: Makalah 10 - Copy

2

terhadap urea, sekitar 50% urea yang difiltrasi secara pasif direabsorpsi dengan

cara ini.

3. Sekresi

Sekresi tubulus merupakan pemindahan bahan-bahan selektif bahan-bahan dari

kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Dengan sekresi tubulus, tubulus

ginjal dapat secara selektif menambahkan bahan-bahan tertentu ke dalam cairan

tubulus. Sekresi suatu bahan mempercepat ekskresinya di urin. Sistem sekresi

terpenting adalah untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh

yaitu dengan sekresi ion H+, menjaga konsentrasi K+ dalam plasma darah untuk

mempertahankan eksitabilitas membran sel otot, dan untuk eliminasi secara

lebih efisien senyawa organik asing dari dalam tubuh.

a. Sekresi Ion Hidrogen

Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di

tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi H+ bergantung pada

keasaman cairan tubuh. Sebaliknya sekresi H+ berkurang apabila konsentrasi

H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah.

b. Sekresi Ion Kalium

Ion Kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah

berlawanan di berbagai bagian tubulus, zat ini secara aktif direabsorbsi di

tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.

Page 25: Makalah 10 - Copy

2

Beberapa faktor mampu mengubah kecepatan sekresi K+, yang terpenting

adalah hormon aldosteron yang merangsang sekresi K+ sel-sel tubulus di

bagian akhir nefron secara simultan untuk meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh

sel-sel tersebut. Peningkatan konsentrasi K+ plasma merangsang korteks

adrenal meningkatkan keluaran aldosteron, yang kemudian mendorong sekresi

dan ekskresi kelebihan K+. Sebaliknya penurunan konsentrasi K+ plasma

menyebabkan reduksi sekresi aldosteron, sehingga sekresi K+ oleh ginjal yang

dirangsang oleh aldosteron juga berkurang.

Faktor lain yang secara tidak sengaja mengubah besarnya sekresi K+ adalah

status asm-basa tubuh. Pompa basolateral di bagian distal nefron

mengekskresikan K+ atau H+ untuk ditukar dengan reabsorbsi Na+.

Peningkatan sekresi K+ atau H+ diikuti penurunan sekresi ion lainnya. Dalam

keadaan normal, ginjal mensekresikan K+ tetapi apabila cairan tubuh terlalu

asam dan sekresi H+ meningkat sebagai tindakan kompensasinya, sekresi K+

berkurang karenanya. Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi secara tidak

sengaja di dalam cairan tubuh.

c. Sekresi Anion dan Kation Organik

Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah,

satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation

organik. Sistem-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting, yaitu :

Menambahkan lebih banyak on organic tertentu ke cairan tubulus sehingga

mempermudah ekskresi zat-zat kimiawi dari dalam tubuh.

Page 26: Makalah 10 - Copy

2

Ion organic yang melekat ke protein plasma tidak dapat difiltrasi melalui

glomerulus sehingga sekresi di tubulus mempermudah eleminasi ion-ion

organic yang tidak dapat difiltrasi di glomerulus.

Sistem ion organic dapat mensekresikan sejumlah besar ion organic yang

berbeda baik yang diproduksi secara endogen (dalam tubuh) maupun ion

organic asing yang masuk ke dalam tubuh.

Setelah terbentuknya hasil kerja ginjal yang tidak dibutuhkan akan

dieksresikan keluar tubuh melalui ureter dan ditampung semntara dalam

vesika urinaria kemudian terjadi refleks berkemih yang membewa urin keluar

dari tubuh.

Regulasi

A. Regulasi pembentukan urin

Kontrol hormon yang mempengaruhi regulasi urin adalah sebagai berikut.

Hormon antidiuretik

Hormon antidiuretik (ADH) dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus yang

selanjutnya akan disimpan dan dilepaskan oleh kelenjar hipofisis. Sekresi

ADH ini dikendalikan oleh konsentrasi air dalam darah. Fungsi hormone

tersebut mempermudah penyerapan air pada pembuluh distal dan pembuluh

pengumpul.

Konsentrasi hormone insulin

Page 27: Makalah 10 - Copy

2

Apabila konsentrasi hormone insulin rendah (misalnya penderita diabetes

mellitus), maka kadar gula dalam darah tinggi dan akan dikeluarkan melalui

pembuluh distal. Keberadaan zat gula tersebut akan menggangu proses

penyerapan kembali air di dalam pembuluh distal, karena konsentrasi gula

meningkat. Akibatnya orang yang bersangkutan akan sering mengeluarkan

urin

Aldosteron

Hormon ini berfungsi pada absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar

adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh

adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin

rennin.

Glukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air

yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi

natrium.

Hormon ANP

Hormon peptida natriuretik atrium (atrial natriuretik peptide, ANP) yang di

hasilkan oleh jantung. Hormon ini disimpan dalam di granula dalam sel otot

atrium jantung khusus dan dibebaskan dari atrium ketika jantung secara

mekanis teregang oleh peningkatan volume plasma akibat peningkatan

volume CES. Hal ini terjadi akibat retensi NaCl dan H2O yang

menimbulkan peningkatan tekanan darah arteri. ANP ini kemudian

Page 28: Makalah 10 - Copy

2

mendorong natriuresis dan diuresis, menurunkan volume plasma, dan juga

mempengaruhi sistem kardiovaskuler.

3.Metabilsme Air

Cairan Tubuh

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi

fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan

ekstraseluler, termasuk plasma darah dan cairan transeluler. Konsumsi cairan yang

ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah 1 ml air untuk

setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi

total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa

akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui

urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui

proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga

berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas = 240 ml) biasanya

dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan 1 gelas per harinya.

Fungsi Cairan Tubuh

Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi

utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral

serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel tubuh.

Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk

samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat

Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga akan

Page 29: Makalah 10 - Copy

2

memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringanjaringan tubuh

seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator reaksi

biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam

menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh

dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur

panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37°C .

Komposisi Cairan Tubuh

Semua cairan tubuh adalah air (larutan pelarut), substansi terlarut (zat

terlarut).

1. Air

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas

dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat

tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan

100 kPa (1 bar) and temperatur 273.15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut

yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,

seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul

organik. Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam

tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.

Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,

nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang

dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa berolahraga seperti

tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan

Page 30: Makalah 10 - Copy

2

tubuh non atlet. Menurut Horne (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi air dalam

tubuh meliputi:

a. Sel-sel lemak: Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan

peningkatan lemak tubuh.

b. Usia: Sesuai aturan, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.

c. Jenis kelamin: Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proposional, karena

lebih banyak mengandung lemak tubuh.

Tabel. Perubahan pada air dalam tubuh sesuai usia

Usia Kg Berat Badan %

Bayi prematur 80

3 bulan 70

6 bulan 60

1-2 tahun 59

11-16 tahun 58

Dewasa 58-60

Dewasa gemuk 40-50

Dewasa kurus 70-75

Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari rata-rata

memerlukan 2.5 L air. Jumlah tersebut setara dengan cairan yang dikeluarkan tubuh

baik berupa keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja.

Pemasukan air dalam tubuh terdiri dari air minum dan air yang terkandung

dalam makanan. Air metabolisme diproduksi oleh proses oksidasi dari karbohidrat,

Page 31: Makalah 10 - Copy

2

protein, dan lemak.. Menurut Eastwood (2003) 1 gram karbohidrat, protein, dan lemak

masing-masing memproduksi 0.60 gram, 0.41 gram, dan 1.07 gram air.

Air yang diminum atau air dalam makanan diserap di usus, masuk ke

pembuluh darah, beredar ke seluruh tubuh. Di kapiler air difiltrasi ke ruang

interstisium, selanjutnya masuk ke dalam sel secara difusi, dan sebaliknya, dari dalam

sel keluar kembali. Dari darah difiltrasi di ginjal dan sebagian kecil dibuang sebagai

urin, ke saluran cerna dikeluarkan sebagai liur pencernaan (umumnya diserap

kembali), ke kulit dan saluran nafas keluar sebagai keringat dan uap air.

Keringat dihasilkan kelenjar keringat yang tersebar di sebagian besar kulit.

Bila suhu tubuh meningkat, secara refleks terjadi sekresi keringat. Komposisi air

keringat mirip dengan cairan ekstraseluler tetapi kadar garamnya lebih rendah

(hipotonis). Keringat lebih berperan sebagai pengatur suhu tubuh, bukan sebagai

pengatur cairan tubuh.

Tabel. Jumlah pengeluaran cairan tubuh (mL)

Kehilangan

cairan

tubuh melalui

Jumlah Pengeluaran Cairan Tubuh (mL)

Pada suhu normal Pada suhu panasSaat bekerja

berat

Insensibel kulit 350 350 350

Saluran napas 350 250 650

Urin 1400 1200 500

Keringat 100 1400 5000

Feses 100 100 100

Page 32: Makalah 10 - Copy

2

Total 2300 3300 6600

Kebutuhan air sangat dipengaruhi aktivitas fisik, suhu lingkungan serta suhu

tubuh. Bila udara panas, keringat lebih banyak dihasilkan. Saat berolahraga atau kerja

berat, dimana suhu tubuh meningkat, dihasilkan pula keringat yang lebih banyak. Air

berasal dari minuman, makanan dan hasil metabolisme (karbohidrat, protein dan

lemak. Selain dipengaruhi oleh suhu udara, kebutuhan air dapat pula dipengaruhi oleh

aktivitas, diet, dan kesehatan.

2. Solut (terlarut)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)

yaitu elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah substansi yang menghantarkan arus

listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan

kapasitasannya untuk saling berikatan satu sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan

anion.

Kation adalah ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation

ekstraseluler utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraseluler utama adalah

kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke

luar dan kalium ke dalam. Sedangkan anion adalah ion-ion yang membentuk muatan

negatif dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl-), sedangkan anion

intraselulernya utama adalah ion fosfat (PO4.3-).

Selain elektrolit, cairan tubuh juga mengandung non-elektrolit. Nonelektrolit

merupakan substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisoaiasi dalam larutan

Page 33: Makalah 10 - Copy

2

dan diukur berdasarkan berat (mg/100ml atau mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang

secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

Pergerakan dan Keseimbangan Cairan Tubuh

Pergerakan cairan tubuh mencakup penyerapan air di usus, masuk ke pembuluh

darah, dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler, air mengalami filtrasi ke

ruang interstisium, selanjutnya masuk dalam sel melalui proses difusi, sebaliknya air

dalam sel keluar ke ruang interstisium dan masuk ke pembuluh darah.

Cairan tubuh berpindah antara kedua kompartemen untuk mempertahankan

keseimbangan nilai cairan. Pergerakan cairan tubuh ditentukan oleh beberapa proses

transpor yaitu difusi, transpor aktif, filtrasi, dan osmosis.

a. Difusi adalah proses pergerakan partikel dalam dari konsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan

b. Transport Aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi.

Banyak zat terlarut penting ditransport secara aktif melewati membran sel

meliputi natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan asam amino. Transport Aktif

adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi. Banyak zat terlarut

penting ditransport secara aktif melewati membran sel meliputi

natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan asam amino.

c. Filtrasi adalah merembesnya suatu cairan melalui selaput permeable. Arah

perembesan adalah dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi ke daerah

dengan tekanan yang lebih rendah.

d. Osmosis adalah gerakan air melewati membran semipermeable dari area

dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut

Page 34: Makalah 10 - Copy

2

lebih tinggi. Osmosis dapat terjadi melewati semua membran bila konsentrasi

zat terlarut pada kedua area berubah.

3.Elektrolit

Cairan tubuh selain mengandung air juga mengandung bahan lain yang

diperlukan oleh tubuh seperti elektrolit. Elektrolit dalam cairan tubuh terdiri dari

kation dan anion. Kation utama dalam cairan tubuh adalah natrium (Na+) dan kalium

(K+), sedangkan anion utama adalah klorida (Cl-).

1) Natrium

Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada dalam

bentuk garam seperti natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini, natrium berada

dalam bentuk ion sebagai Na+. Diperkirakan hampir 100 gram dari ion natrium (Na+)

terkandung di dalam tubuh manusia. Garam natrium merupakan garam yang dapat

secara cepat diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang dewasa

berkisar antara 1.3-1.6 gr/hari (ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari). Setiap

kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dan

keringat.

2) Kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat pada cairan intraseluler dengan

konsentrasi ± 150 mmol/L. Sekitar 90% dari total kalium tubuh berada dalam

kompartemen ini. Sekitar 0.4% dari total kalium tubuh akan terdistribusi ke ruangan

vascular yang terdapat pada cairan ekstraseluler dengan konsentrasi 3.5-5.0 mmol /L.

Konsentrasi total kalium dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2 g/kg berat badan.

Page 35: Makalah 10 - Copy

2

Namun jumlah ini dapat bervariasi tergantung pada jenis kelamin, umur dan massa

otot. Kebutuhan minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari.

Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga keseimbangan

cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama dengan kalsium

(Ca+) dan natrium (Na+), kalium akan berperan dalam transmisi saraf, pengaturan

enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga merupakan

garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan kalium yang

terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat.

3) Klorida

Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraseluler (ECF) adalah

elektrolit bermuatan negatif yaitu klorida (Cl-). Jumlah ion klorida (Cl-) yang terdapat

di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/kg berat badan dengan

konsentrasi antara 98-106 mmol/L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada

cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga

pankreas.

Sebagai anion utama dalam cairan ekstraseluler, ion klorida juga akan berperan

dalam menjaga keseimbangan cairan elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai

fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut

berperan dalam menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Bersama dengan ion natrium

(Na+), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui

keringat.

Gangguan Keseimbangan Air dan Elektrolit

Page 36: Makalah 10 - Copy

2

Ganggguan keseimbangan elektrolit umumnya berhubungan dengan

ketidakseimbangan natrium dan kalium. Ketidakseimbangan elektrolit umumnya

disebabkan oleh pemasukan dan pengeluaran natrium yang tidak seimbang.

Sedangkan ketidakseimbangan kalium jarang terjadi, namun jauh lebih

berbahaya dibanding dengan ketidakseimbangan natrium.

a. Gangguan Keseimbangan Air dan Natrium.

Perubahan yang terjadi pada volume dan komposisi cairan tubuh serta

osmolalitas akan menimbulkan 4 (empat) gangguan dasar di dalam tubuh yang secara

klinis dikenal Hipovolemia, Edema, Hiponatremia, dan Hipernatremia.

1. Hipovolemia

Hipovolemia adalah suatu keadaan dengan volume cairan tubuh berkurang;

hal ini akan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Gejala- gejala klinis yang terjadi pada

hipovolemia yaitu pusing, kelemahan, keletihan, anoreksia, mual, muntah, haus,

kekacauan mental, konstipasi dan oliguria, HR meningkat, suhu meningkat, turgor

kulit menurun, lidah kering, mukosa mulut kering, mata cekung.

2. Edema

Pada umumnya edema berarti meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan

ekstravaskuler disertai dengan penimbunan cairan ini dalam sela-sela jaringan dan

rongga serosa. Edema biasanya lebih nyata pada jaringan lunak atau jaringan ikat yang

renggang, misalnya jaringan subcutis dan paru-paru. Edema pada jaringan subcutis

menimbulkan pembengkakan dan tampak paling nyata pada jaringan lunak yang

Page 37: Makalah 10 - Copy

2

tekanan jaringannya rendah, seperti sekitar mata dan alat kelamin luar (genitalia

sexterna).

3. Hiponatremia

Hiponatremia dapat terjadi karena penambahan air atau penurunan cairan kaya

natrium yang digantikan oleh air. Gejala neurologis biasanya tidak terjadi sampai

kadar natrium serum turun kira-kira 120-125 mEq/L.

4. Hipernatremia

Hipernatremia adalah suatu keadaan dengan defisit cairan relatif.

Hipernatremia jarang terjadi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan

larutan NaCl 0.9% (kadar natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar. Hipernatremia

juga dijumpai pada kasus dehidrasi dengan rasa haus (misal pada kondisi kesadaran

terganggu atau gangguan mental).

b. Gangguan Keseimbangan Air dan Kalium

Kadar normal kalium plasma berkisar antara 3.5-5 mEq/L. Bila kadar kalium

kurang dari 3.5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih dari 5

mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan kelainan

fatal listrik jantung yang disebut sebagai aritmia, kelebihan ion kalium darah akan

menyebabkan gangguan berupa menurunnya potensial trans-membran sel. Kekurangan

ion kalium ini menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat.

Page 38: Makalah 10 - Copy

2

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahsan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai makhluk

hidup pasti membutuhkan air, karena tanpa air makhluk hidup tidak dapat bertahan

hidup. Ginjal adalah organ eksresi air terbesar dan ginjal berfungsi mengeliminasi

konstituen-konstituen plasma yang tidak diperlukan ke dalam urine sementara

menahan bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh. Satuan fungsional pembentuk

urine di ginjal adalah nefron, yang terdiri dari komponen vaskuler dan tubulus

yang saling berkaitan. Komponen vaskuler terdiri dari dua jaringan kapiler yang

terangkai, yang pertama adalah glomerulus, berkas kapiler yang menyaring

sejumlah besar volume plasma bebas protein ke dalam komponen tubulus.

Jaringan kapiler kedua terdiri dari kapiler peritubulus, yang melingkari komponen

tubulus. Kapiler peritubulus memberi makan jaringan ginjal dan ikut serta dalam

pertukaran antara cairan tubulus dan plasma. Komponen tubulus berawal di kapsul

Bowmann, yang melingkupi glomerulus untuk menerima filtrate dan kemudian

berlanjut sebagai saluran berkelok-kelok yang akhirnya berakhir di pelvis ginjal.

Ginjal melaksanakan tiga proses dasar dalam menjalankan fungsi regulatorik dan

ekskretoriknya yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.

Segala sesuatu yang tidak diperlukan oleh tubuh akan di keluarkan melalui urin,

sedangkan yang dibutuhkan oleh tubuh akan diserap dan disalurkan ke semua

organ yang membutuhkan air.

Page 39: Makalah 10 - Copy

2

SARAN

Mengingat masih banyaknya kekurangan dari makalah ini, baik dari

segi pembahasan maupun penulisan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini dan diharapkan

laporan ini dapat membantu pembaca sekalian.

Page 40: Makalah 10 - Copy

2

DAFTAR PUSTAKA

Ganong WF, 2005. Review of medical physiology, 22th ed. Appleton & Lange.

Stamford. CT. USA

Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Alih

bahasa: Brahmn U. Pendit. Jakarta: EGC.

Lab Anatomi-Histologi FK UNAIR.2002. Diktat Anatomi Bagian 2.Surabaya:

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Junqueira. Luiz Carloz. 2007. Basic Histology : text and atlas. Edisi 10. Alih bahasa

J. Tambayong. Jakarta: EGC.

Murray, Robert K. 2009. Harper’s Ilustrated Biochemistry. 27 S T ed. Alih bahasa

Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.