madeena - islamic youth magazine 1st edition

19

Upload: madeena-magazine

Post on 25-Jul-2016

242 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Majalah Madeena Edisi pertama! Alhamdulillaah edisi pertama kami telah terbit. Isu yang kami angkat kali ini adalah isu tentang Paris Attack yang masih cukup segar dan hangat. Selamat membaca! Semoga bermanfaat...

TRANSCRIPT

Belum selesai rasa simpati dunia tercurahkan kepada masyarakat Paris yang telah diguncang teror bom dan penembakan, Anonymous dan beberapa pihak lain dengan tidak sensitifnya mulai mengungkit kembali kasus penembakan karikaturis Charlie Hebdo dan hubungannya terhadap betapa “intolerannya” kaum Muslim sebagai alarm untuk meningkatkan resistensi mereka terhadap Islam. Wajar jika dalam kondisi tidak stabil seperti ini, semua orang akan mencari pihak yang harus ditunjuk dengan segera. Dan dengan bukti berupa indestructible passport yang ditemukan di lokasi kejadian, lengkap sudah sepertinya umat muslim mendapat cap sebagai kaum dengan sumbu emosi paling pendek.

Kasus Karikatur Nabi Muhammad, Dijelaskan dengan Bantuan KartunOleh: Dimas Dwi Adiguna (Founder Indonesian Creative Muslim Network)

isu

Ya, kita membela wajah damai Islam, tapi kita berdiri secara plin-plan pada sikap kita terhadap karikatur tersebut. Bagaimana pandangan saya pribadi tentang sikap yang tepat untuk kasus ini. Inilah catatan kecil saya mengenai kenapa seorang muslim perlu berdiri dengan kokoh di nilai yang tepat pada kasus Charlie Hebdo, dengan bantuan kartun.

Freedom of speech ataupun freedom of expression menyatakan bahwa negara menjamin setiap orang berhak menyuarakan dan mengekspresikan pendapatnya, selama tidak menyinggung kebebasan orang lain. Hal ini akan menjamin setiap orang dapat menyampaikan kritik dan saran sehingga masyarakat dapat

berkembang menjadi lebih baik tanpa pandang bulu.

Untuk menjaga tulisan ini tetap ringan, kasus “bau badan” akan

diambil sebagai isu yang diangkat.

Ketika media dengan agresifnya mencoba mengangkat wajah bengis kaum muslim terkait penembakan karikaturis Nabi, sistem refleks pertahanan diri manusia akan langsung merespons :

“Nggak kok, kaum muslim mestinya gak perlu marah sama karikatur itu! Itu cuma oknum! Santai aja sih”.

Mari kita mulai dengan situasi yang sederhana. Saya sering sekali melihat anak Sekolah Dasar yang saling mengejek mengenai berbagai macam hal (tentu, biasanya hal yang sederhana). Mengangkat kasus “bau badan” sebagai bahan ejekan bukanlah jalan yang terbaik untuk mengutarakan pendapat secara konstruktif, karena akan berujung pada konsekuensi yang sudah dapat ditebak…

Atau jikalau dalam hal ini sang guru lah yang menjadi objek kasus, mengutarakan pendapat dengan cara seperti ini juga tidak akan berujung pada efek yang konstruktif bagi kedua belah pihak…

Catatan Komikus: Dampingi anak Anda yang dibawah umur saat melihat kartun ini

Nah, jika anak SD pun sudah mengerti konsekuensi dari mengutarakan pendapat melalui jalur yang tidak konstruktif, lalu mengapa kerangka pikir ini tidak dapat kita aplikasikan ke situasi lain. Misal, ketika mereka sudah dewasa dan bekerja di ranah publik.

Tentu hal ini tidak bijak. Selain mencederai perasaan sang guru, juga akan mencederai nama baiknya. Terlebih lagi jika dimuat di muka majalah skala nasional

Situasi lain, misal ada seseorang yang sangat berjasa dalam hidupmu, padahal dia bukan dari keluargamu atau lingkungan terdekatmu. Anggap saja dialah yang berjasa menyelamatkan hidupmu dari kecelakaan. Betapa sangat tidak sensitifnya jika kita memberikan karikatur mengenai betapa baunya badan dia sebagai balas jasanya.

Tentu, marah adalah ekspresi yang wajar dalam situasi ini. Marah tidak akan menjad-ikannya sebagai seorang bigot, ekstrimis, atau intoleran.

Lalu kenapa kerangka ini juga tidak bisa kita aplikasikan ke kasus karikatur Nabi dengan pose yang tidak senonoh? Jikalau objek karikatur tersebut adalah bapak kita masing-masing, mungkin beda urusannya… dan beda labelling-nya.

Terjadi standar ganda dalam kasus ini. Ketika sesuatu terkait dengan agama, seakan-akan siapa pun tidak boleh marah atas nama agama, walaupun itu untuk membelanya.

“Ya wajar lah, kan agama milik bersama. Marahnya kamu bisa tidak mewakili marahnya kami, kan?”

Marah, sebagai bentuk ekspresi hati (bukan dalam bentuk ekspresi fisik) adalah respon wajar yang muncul jika sesuatu yang dicintainya dihina. Tidak memandang apakah hinaannya muncul dalam bentuk candaan atau memang hal yang serius. Sepertinya tidak perlu konsep panjang lebar untuk menjelaskan hal ini, cobalah simulasikan ketika kekasih kita, keluarga kita, atau teman akrab kita yang menjadi korban.

Sehingga, label yang diberikan terhadap orang-orang yang mencoba “membela” kecintaannya terhadap agamanya justru menjadi hal yang menyedihkan.

Dan labelling negatif ini yang akan menjadikan orang semakin takut untuk mempelajari dengan kepala dingin mengenai fondasi pembelaan kaum yang mendapat label ini. “Mereka hanyalah sekumpulan orang temperamen” dan poof ! hilang sudah simpatinya.

Tapi tentu, saya pun tidak menganjurkan ekspresi kemarahan dan pembelaan kita diluapkan dengan jalan “instan” dengan penembakan (itupun jikalau yang menembak dalam kasus tersebut memang seorang muslim, yang mana sangat saya sangsikan kebenarannya). Toh, berkaca pada perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW sebagai Sunnah hidup kita, rasanya fase edukasi kepada masyarakat Mekah yang “menghina” Rasulullah dilakukan secara intensif sebelum ada aksi pembelaan tegas bagi penghina agama yang dicintainya.

Konklusi

Konklusi dari tulisan ini cukup sederhana sebenarnya :

1. Pembelaan akan muncul jika hal yang sangat kita cintai dihina oleh pihak lain, terlepas dari apakah itu bentuk kebebasan berekspresi atau sekedar candaan tak bertanggung jawab.

2. Marah adalah ekspresi wajar, justru kalau tidak muncul rasa pembelaan dalam diri kita, maka kita harus mendiagnosis kecintaan kita kepadanya.

3. Labelling negatif terhadap orang yang membelanya malah akan kontraproduktif terhadap upaya edukasinya.

4. Jalan pembelaan terhadap hal yang dicintai (dalam hal ini adalah Rasulullah SAW) tentu harus ditempatkan sesuai dengan kondisi zaman yang analog dalam perjalanan hidup beliau di masa lampau, dan kita dapat menganalisis bagaimana reaksi beliau pada titik kondisi tersebut. Apakah penembakan ketika masyarakat belum mengenal Islam secara utuh adalah jalan yang bijak? Atau malah meningkatkan resistensi masyarakat menerima cahaya Islam?

Akhir kata, bersuaralah! Mari tunjukkan bahwa isu “bau badan” bapak kita, guru kita, dan orang yang berjasa di

hidup kita hanyalah sekedar isu yang tidak berdasar dengan menebarkan betapa harum tubuh mereka ke seantero bumi.

Dalam kata lain, itulah yang disebut dakwah, iya kan?

Prinsip toleransi dalam IslamSebelum keranah yang akan dibahas, sesungguhnya Allah menyuruh umat Islam untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada pemeluk non-Islam.

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” Q.S. Al-Mumtahanah (60), ayat 8.

Nyatanya ketika masa Khulafaur Rasyidin, tidak semua penduduk yang tinggal dibawah naungan Islam itu beragama Islam tetapi mereka mendapat perlakuan yang sangat adil dalam menjalankan agamanya. Bahkan Umar ra. pernah sangat marah ketika ada salah satu gurbernurnya yang mempersulit pembangunan tempat ibadah kaum Yahudi. Pun saat Kekhilafahan Ummayah di Yerusalem ada salah satu masjid yg dipakai bersama dengan kaum nasrani, ketika hari Jumat dilakukan shalat Jumat dan ketika hari Minggu di lakukan ibadah Minggu selayaknya gereja.

Jadi di dalam masyarakat Islam, bagi pemeluk non-Islam bisa menjalankan ibadahnya dengan rasa aman dan tanpa gangguan merupakan hal yang penting. Di ayat lain, bahkan Allah dengan jelas melarang umat Islam menghina Tuhan agama lain.

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” Q.S. Al-Ana’am (6), ayat 108.

Sesungguhnya kebenaran telah jelas Allah sampaikan melalui Al-Quran agar kita bisa menilai mana yang salah dan benar. Sehingga bagi Allah terhadap non-Islam pun tidak ada paksaan bagi mereka untuk memeluk Islam.

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Q.S. Al-Baqarah (2) : 256.

Begitulah prinsip Islam dalam bertoleransi agama.

Namun suatu saat pernah ditawarkan suatu prinsip toleransi oleh kafir Quraisy kepada Rasulullah SAW, ketika Al Walid bin Mughirah, Al ‘Ash bin Wail, Al Aswad Ibnul Muthollib, dan Umayyah bin Khalaf menemui Rasulullah SAW.

“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim) juga beribadah kepa-da Tuhan kami. Kita bertoleransi da-

lam segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran

agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami,

kami akan amalkan hal itu. Sebalikn-ya, apabila ada dari ajaran kami yang

lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkann-

ya.” (Tafsir Al Qurthubi, 14: 425)

Ketika prinsip toleransi ini ditawarkan oleh kafir Quraisy kepada Rasulullah SAW, Allah pun menurunkan ayat,

kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”Q.S. An-Nisa (4): 115.

Lalu di ayat lain Allah menjelaskan bagi kaum muslim apabila ditemukan suatu kegiatan yang tidak ada faedah baginya janganlah ikut serta dalam kegiatan tersebut,

“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”Q.S. Al-Furqan (25): 72.

Seperti halnya kata toleransi dalam KBBI yang berarti:

toleran/to•le•ran/ a bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) adalah tindakan yang artinya memberi ruang atau membiarkan sehingga bersifat pasif bukan aktif.

Setelah melihat bagaimana cara pandang Islam terhadap toleransi beragama, lalu bagaimana dengan hari Natal 25 Desember?

Kata Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir dan kata Natal berarti upacara yang

“Katakanlah (wahai Muhammad kepada orang-orang kafir), ‘Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. Q.S. Al-Kafirun 109: 1-6Dan Allah menegaskan di ayat yang lain,

“Dan barangsiapa yang menentang Rasulullah SAW sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap

dilakukan oleh umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus sebagai Tuhan sang juru selamat.

Di dalam Bibel (Injil) ada ayat yang menjelaskan tentang kelahiran Yesus, sebagaimana dijelaskan dalam Injil Lukas (2): 1-8 dan Injil Matius (2): 1 dan 10-11.

Bibel (Injil) Lukas (2): 1-8, ” Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh untuk mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri masing-

masing di kotanya. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud, supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ, tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan

seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang sedang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. “

Dan didalam Bibel (Injil) Matius (2): 1 dan 10-11 berbunyi, “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus datangalah orang-orang Majus dari Timur ke Yerussalem. Ketika mereka melihat bintang itu sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibunya.”

Sebenarnya dari penjelasan kedua ayat Bibel tersebut terlihat adanya perbedaan dalam menjelaskan kelahiran Yesus dimana pada Bibel Lukas dijelaskan bahwa Yesus lahir pada zaman Kaisar Agustus, sedangkan Bibel Matius pada zaman Herodus (terkait waktu kelahiran ) dan dari Bibel pun tidak ada waktu yang secara jelas menjelaskan tepatnya kapan Yesus dilahirkan.

Mengapa pencatatan waktu kelahiran Yesus ada perbedaan ataupun tidak terecord dengan jelas? Apakah sebelumnya belum pernah dirayakan hari kelahiran Yesus ?

Karena memang murid Yesus dan orang-orang Kristen yang hidup pada abad pertama, tidak pernah sekalipun

merayakan Natal sebagai hari kelahiran Yesus.

Sehingga melalui persidangan para petinggi gereja Roma peringatan Natal itu baru tercetus antara tahun 300-400 M (kurang lebih sekitar 3 abad dari zaman Yesus dilahirkan) oleh Paus Liberus dan yang akhirnya ditetapkan pada tanggal 25 Desember.

Sebelum agama nasrani dianut sebagai agama kerajaan Romawi, kerajaan tersebut menganut kepercayaan pagan yang menyembah banyak dewa. Adapun nama-nama dewa lain yang memang begitu dimuliakan seperti dewa matahari, sehingga diadakan upacaran ritual kelahiran dewa ataupun upacara penyembahan dewa matahari dimusim gugur. Sehingga ketika agama nasrani masuk kedalam kepercayaan kerajaan diperlukan beberapa penyesuaian dengan beberapa kegiatan adat ritual yang sudah ada sebelumnya di dalam Romawi sebagai pemersatu

umat, sehingga dilakukan penyesuaian dari acara tersebut dan ditetapkan 25 Desember sebagai upacara kelahiran Tuhan Yesus dan hal ini menjadi budaya umat gereja Katolik pada masa Kaisar Konstantin yang kemudian diteruskan.

Dan budaya adat ini makin terlihat dengan atribut Natal (sebagai kelahiran Yesus) dimana erat dengan salju dan pohon cemara yang pun memang cocok dengan iklim dan suasana di bulan Desember di wilayah Eropa (Romawi).

Sedangkan Yesus tidak dilahirkan di Eropa melainkan Nazareth kota di dekat Yerusalem yang berada sekitar Asia Tengah (padang pasir yang tidak ada bersalju) seperti di dalam Bibel Lukas : 26, “Bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret”. Bagaimana menurut Islam terkait kelahiran Nabi Isa putra Maryam as (Yesus)?

Allah telah menjelaskan kelahiran nabi Isa as di dalam surat Maryam ayat 22-30:

“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.’ Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku

tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.’ Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina’, maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?’ Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,”

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwasanya Nabi Isa as lahir didalam kondisi musim panas disaat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya. Sehingga digoyangkan pohon kurma yang gugur itu ketika sedang masaknya. Musim panas dimana kurma sedang masak dan berguguran bukanlah tanggal 25 Desember melainkan sekitar pertengahan tahun.

Sehingga adapun seorang sarjana kristen Dr. Arthur S. Peak yang mengatakan bahwa sebenarnya Yesus lahir dalam Bulan Elul (Bulan Yahudi), bersamaan dengan Bulan

Agustus sampai September. [Lihat Sholeh A. Nahdi, Bibel dalam Timbangan, hal. 32]

Sebagai umat Islam yang memiliki standar pandang kepada Al-Quran hendaklah menilai apapun dari kacamata Al-Quran sehingga kapan dilahirkan Isa as pun seperti apa yang tertera di dalam Al-Quran, bukan menjadi apa yang populer dikebanyakan orang. Karena Allah pun mengingatkan jangan menjadikan apa yang dibenarkan kebanyakan orang menjadi standar.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” Q.S. Al-Ana’am 6:116.

Perayaan Natal dilihat dari bagaimana historis ditetapkan tanggalnya sebagai kelahiran Yesus maupun sebagai harinya kelahiran Tuhan sang juru selamat bukanlah hal yang sesuai dengan apa yang Allah katakan di dalam Al-Quran. Allah telah menggambarkan kelahiran Isa putra Maryam di dalam surat Maryam (19)

ayat 22-30 dan menjelaskan posisi Isa as sebagai Rasul Allah.

Perayaan Natal dilihat dari bagaima-na historis ditetapkan tanggalnya sebagai kelahiran Yesus maupun sebagai harinya kelahiran Tuhan sang juru selamat bukanlah hal yang sesuai dengan apa yang Allah ka-takan di dalam Al-Quran. Allah telah menggambarkan kelahiran Isa putra Maryam di dalam surat Maryam (19) ayat 22-30 dan menjelaskan posisi Isa as sebagai Rasul Allah.

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu ke-pada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: ‘(Tuhan itu) tiga’, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhn-ya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi ada-lah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.”

Q.S. An-Nisa 4:171.

Dari beberapa pernyaatan ini pun dan dari beberapa argumentasi lain akhirnya banyak para ulama baik di dalam negeri maupun diluar negeri yang menya-takan perayaan Natal 25 Desember sebagai hari raya kelahiran Yesus sebagai Tuhan juru selamat bukan lah hal yang dibenarkan didalam aqidah Islam, sehingga hal-hal yang terkait menyukseskan sampai dengan mengucapkan selamat bukan hal yang dibenarkan aqidah. Adapun perkataan demikian baik dari ulama ibnul Qayyim, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin, maupun ulama MUI. Sehingga ada juga ulama yang mengatakan apabila dalam rangka ingin menjalin hubungan baik dengan sesama nonmuslim sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan daripada kita bersifat aktif pada perayaan ibadahnya.

Kesimpulan

Hal yang bisa diambil kesimpulan tetaplah para muslim untuk memegang aqidahnya terhadap mana yang menjadi benar dengan berbagai penjelasan yang dijelaskan didalam Al-Quran dan Sunnah, adapun pendapat ulama yang sesuai dengan standar Al-Quran. Sesungguhnya tidak ada paksaan dan telah jelas apa yang Allah sampaikan di dalam Al-Quran. Sehingga ketika berbicara di lapangan tetaplah keputusannya diri kita sendiri yang mengambil sikap dan pilihan bagaimana kita bisa mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah SWT.

“(Ingatlah) suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendi-ri dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakann-ya, sedangkan mereka tidak dianiaya (dirugikan).”Q.S. An-Nahl 16: 111.

ISLAM : AGAMA TERORIS DAN TERBELAKANG ?

Oleh: Ricky Rizki S.

Abad pertengahan menurut Ensiklopedia Amerikana telah berlangsung selama 900 tahun.

Bermula dari runtuhnya imperium Romawi di Eropa sampai dengan dimulainya gerakan pembaharuan Renaissance di Itali paska jatuhnya Konstaninopel di tangan kekhilafahan Turki Ustmani pada tahun 1453 H. Abad pertengahaan dikenal juga sebagai zaman kegelapan(Dark ages) bagi ilmuan Eropa saat ini. Namun sebenaranya istilah zaman kegelapan sendiri telah diperkenalkan oleh seorang sarjana Itali bernama Francesco Petrarcapada tahun 1330 M. Francesco berpendapat zaman itu begitu kelam karena sangat sedikitnya literatur yang dihasilkan bangsa Eropa baik dari pengetahuan, pengobatan, budaya, seni, dan sejarah demi menunjukan kemajuan suatu bangsa. Di dalam literatur sejarah pun dijelaskan pada zaman itu memang tidak ada kemajuan berarti yang telah dilakukan oleh bangsa Eropa baik dari segi sains maupun kebudayaan. Dibandingkan dengan kemajuan yang telah dicapai para pendahulunya baik dari kekaisaran Romawi maupun para pemikir Yunani, bangsa Eropa tengah mengalami kemunduran intelektual. Sehingga yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, mengapa kemunduran ini bisa terjadi ?

Pada masa itu agama berkembang begitu luas dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia,

termasuk pemerintahan di Eropa. Segala aktivitas di dalam kehidupan Eropa saat itu diatur di bawah petinggi gereja Katolik Roma. Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat Eropa mengemukakan “Kerajaan wajib tunduk pada pihak gereja” dan ini merupakan hal yang sama diungkapkan St. Augustine sebelumnya. Para petinggi gereja menentukan bahwa hanya gereja saja yang layak untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan bangsa Eropa. Hal ini mengakibatkan kaum cendikiawan yang terdiri atas ahli – ahli sains dikawal ketat. Siapa pun yang mengeluarkan teori bertentangan dengan pandangan gereja akan ditolak pemikirannya dan bahkan bisa sampai dengan dihukum. Salah satu saintis Eropa yang terkena dampak dari sikap gereja ini adalah Galileo Galilei. Pemikirannya tentang bumi adalah bulat dan matahari sebagai pusat tata surya bertentangan dengan ajaran Aristoteles maupun keyakinan gereja bahwa bumi adalah bulat dan pusat alam semesta. Ia dihukum dengan pengucilan (tahanan rumah) sampai meninggalnya disana. Lantas bagaimana bisa bangsa yang dilanda kegelapan menghasilkan karya-karya pembaharuan yang kemudian berkembang menjadi dasar sains ilmu modern saat ini?

Sesungguhnya apabila dilihat dari kaca mata lain, abad pertengahan

tidaklah segelap apa yang digambarkan oleh para ilmuan Eropa modern. Benar adanya terjadi kemuduran intelektual di Eropa saat itu. Namun, di belahan bumi lain justru bangsa kaum muslim yang berada di daerah Asia Tengah sampai dengan Andalusia di Spanyol sedang megalami zaman keemasannya dengan hasil karyanya yang tersebar ke seluruh dunia. Hubungan kerjasama bangsa Islam terbentang mulai dari Spanyol, Afrika sampai dengan ke Asia Tenggara dan dataran Cina.Pada tahun 1987, Tertius Chandler mengadakan sebuah penelitian sejarah dengan hasil yang amat mencengangkan. Secara infrastruktur ketika jalan-jalan di Perancis dan London masih terbuat dari tanah sehingga mengakibatkan genangan air ketika hujan, Islam hadir dengan kota- kota besar seperti Baghdad, Kairo dan Kordoba. Baghdad pada tahun 932 M telah berpenduduk 1.100.000 jiwa (angka yang sangat tinggi dibandingkan penghuni kota lainnya) dan Kairo di bawah Khilafah Abbasiyah merupakan kota terbesar dunia pada tahun

1325 M. Istanbul yang merupakan ibukota dari Khilafah Utsmaniyyah merupakan kota primadona dunia dibawah kekuasaan Sultan Suleyman Al – Qaununi dengan populasi pada tahun 1500 M mencapai lebih dari 500.000 jiwa.

Sedangkan pada tahun yang sama Tim Lambert memperkirakan Populasi London hanya sekitar 120.000 jiwa

saja. Pakar sejarah David W. Tschanz menyampaikan pada akhir abad ke-10 Masehi, Kota Kordoba (Andalusia) telah memiliki 70 perpustakaan, 900 tempat pemandian umum, 300 Masjid, dan 500 maristan (cikal bakal rumah sakit). Sepeti diketahui pada saat 900 M dimana penduduk yang sakit di Eropa di treatment dengan berdoa menggunakan tulang untuk mengusir roh jahat. Namun, umat muslim telah

mengindentifikasi bahwa hal yang menyebabkan manusia terkena penyakit adalah dari suatu organnisme kecil yang kemudian dikenal sebagai bakteri. Bakteri pun bermacam – macam sehingga diperlukan pengobatan yang terpisah antara pasien yang satu dengan pasien yang lain di dalam bangunan yang kondusif. Itulah akhirnya menjadi suatu bangunan cikal bakal rumah sakit (maristan).

Universitas pertama di dunia didirikan oleh umat muslim di Fes, Morocco pada tahun 859 M yang bernama Al-Qarawiyyn. Sementara Eropa baru memiliki universitas pertamanya di Paris pada tahun 1160 M. Hal ini menunjukan begitu pesatnya kemajuan

pengetahuan di dalam dunia Islam sehingga tidak sedikit sederetan para ilmuan Islam yang namanya di kenal sampai saat ini dan adapun beberapa ilmunya masih digunakan sebagai basis dari ilmu pengetahuan modern saat ini. Seperti halnya Ibnu Al Haitsami, bapak dari teori tentang lensa yang kemudian menulis teori optic di dalam kitabnya “Al-Manazhir”.

Beliau menemukan teori tentang lensa mata sekitar pada tahun 1000 M dimana Newton baru membahasnya 700 tahun kemudian. Selanjutnya Abu Qasim Al – Zahrawi bapak dari dunia bedah kedokteran yang menjatuhkan teori Gallen Yunani yang kemudian alat bedah ciptaannya masih dapat ditemui dalam operasi Caesar saat ini. Kemudian kita mengenal Abbas Ibnu Firnas seorang ilmuwan Polymath dimana pada tahun 875 M telah melakukan percobaan terbang keangkasa dengan mesin buatannya yang dimana ini telah jauh dilakukan dibanding Wright bersaudara yang baru memulainya di abad 20. Sampai saat ini patung beliau masih dapat kita temui di Spanyol yang dikenang sebagai ilmuwan penerbangan pertama. Selain itu adapun bapak Al

Jabar Islam Al Khawarizmi dimana penggunaan angka perhitungan yang kita gunakan saat ini merupakan sumbangsih dari karya beliau. Dan masih banyak lagi ilmuwan lain yang namanya tergores dalam catatan tinta emas sejarah ilmu sains. Umat Islam menunjukan jati dirinya sebagai umat yang termaju dalam periode itu. Menjadi kota percontohan dengan unggul baik dari segi teknologi, sains, bahasa, perdagangan, seni, dan kebudayaan. Pada periode itu umat Islam begitu terbuka dengan bangsa lain yang ingin belajar sehingga tidak sedikit para pemuda dan pemudi di tiap belahan dunia datang untuk belajar kepada umat Islam sehingga ilmu yang didapatkan dapat dibawa untuk kemudian diajarkan kembali

di negara asalnya. Eropa pun menjadi salah satu negara yang banyak mendatangkan pelajar untuk belajar kepada bangsa muslim.Namun capaian yang telah dibuat umat muslim ternyata tidak mendatangkan banyak itikad baik bagi kerajaan yang ada disekitar kota muslim. Pada tahun 1258 M kota Baghdad diluluh lantakan oleh kerajaan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Menghancurkan kota dan membunuh banyak penduduk umat muslim serta membakar habis buku ilmuwan karya umat muslim. Di sisi lain ketika orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Muslim hidup bersama dalam damai dibawah naungan Islam, sang Paus memutuskan untuk mempersiapkan perang Salib.

Mengikuti seruan Paus Urbanus II pada 27 November 1095 M di Dewan Clermont, lebih dari 100.000 orang Eropa digerakan ke Palestina untuk “membebaskan” tanah suci dari orang Islam dan mencari kekayaan di Timur. Sehingga pada 50 tahun pertama, Pasukan Salib berhasil mendominasi peperangan dengan memporak -porandakan sebagian jantung negeri Islam, seperti Syria dan Palestina. Alhasil ratusan ribu kaum Muslim dibunuh. Bahkan dijelaskan dalam sejarah darah umat muslim yang membanjiri kota palestina saat itu mencapai kurang lebih sebetis orang dewasa. Peradaban yang telah maju di Andalusia pun tidak berlangsung

lama. Setelah melalui gencatan, perjanjian dan perang dimana kondisi umat Islam makin melemah (pasca perang salib dan serangan Mongol) pada tahun 1413 kekuasaan Daula Bani Ahmar di Spanyol jatuh ketangan raja Kristen Eropa sehingga berakhirlah kekuasaan Daula Islam di Spanyol. Peradaban Islam, hanya menjadi kenangan sejarah, bahkan umat Islam meninggalkan Spanyol untuk mencari penghidupan yang lebih aman. Dengan demikian berakhirlah zaman keemasan kemajuan ilmu pengetahuan umat Islam di abad pertengahan. Namun sesungguhnya pertolongan Allah amat begitu dekat. Sehingga umat Islam kembali bangkit melalui kekhilafahan Turki Ustmani yang kemudian kembali memberikan wibawa umat Islam kepada dunia hingga menjadi kerajaan terkuat pada tahun 1500 -1600 M dan 2/3 dunia berdaulat dibawah naungan Islam, rahmatan lilalamin. Sampai dengan keruntuhannya di tahun 1924 M.Didalam sejarah, berbeda dengan Eropa ketika Islam (agama) digunakan sebagai dasar pergerakan dari suatu bangsa justru Islam hadir sebagai mercusuar yang menerangi dunia dengan pengetahuan ilmu dan teknologi. Saat itu ketika membicarakan Islam, maka yang terpikirkan adalah sebuah peradaban yang maju, tinggi, cerdas, keren dan hebat. Yang kemudian menjadi dasar-dasar fondasi terjadinya

kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa (Renaissance). Muslimlah yang memberikan nama bagi tiap kemajuan peradaban manusia saat itu. Dimana Islam diperkenalkan , maka Islam meningkatkan peradaban dan kesejahteraan berbasis keimanan dan kepatuhan hanya kepada Allah SWT.Namun saat ini ketika masyarakat mulai menjauh dari Islam, justru Islam banyak digambarkan sebagai kaum yang kebalikan dengan kebenaran Islam dan catatan sejarah dunia, seperti teroris, cinta akan kekerasan, kebodohan, dan terbelakang dari peradaban. Kaum muslim menjadi lemah ketika kehidupan mereka terlepas dari Islam. Malah lebih parahnya lagi tidak sedikit saat ini umat muslim yang akhirnya menjadi tidak percaya diri dengan keIslamannya karena digambarkan demikian. Sesungguhnya pihak-pihak yang menggambarkan Islam demikian merupakan orang-orang yang tahu bagaimana Islam dalam sejarah sebenarnya peradaban dunia. Mereka tahu apabila umat Islam bersatu dan menggunakan keIslamannya secara kaffah, umat Islam akan bangkit menjadi peradaban yang kuat sehingga mereka yang sedang mendominasi dapat merasa teracam posisinya sebagaimana mereka telah ketahui kemajuan Islam di dalam sejarah terdahulu. Sesungguhnya tidak pernahlah Islam menyebarkan dakwah dengan cara yang tidak baik. Adapun justru bangsa yang mencemooh Islam

saat ini, merekalah yang duluan dan paling banyak menumpahkan darah umat muslim sebagaimana perang salib di dalam sejarah. Sehingga saat ini tidak lain ketika ingin melihat umat Islam menjadi bangsa yang kuat sepertihalnya zaman Rasulullah SAW dan sahabat hingga zaman kekilafahan serta tidak tertindas seperti saat ini hanyalah dengan kembali berpegang teguh kepada Islam (Al-Quran dan Sunnah) didalam kehidupan sebagaimana yang telah Rasulullah SAW ajarkan.