ltm agama.docx

30
BAB 1 PENDAHULUAN Komponen utama Agama Islam adalah akidah, syari’ah dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan para sahabatnya mengenai arti Islam, Iman dan Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh perkataan akidah, syari’ah dan akhlak. Perkataan ihsan diatas berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti berbuat baik. Di dalam Al-Qur’an terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan diantaranya terdapat pada surat an-Nahl (16) ayat 90 dan kebaikan terdapat pada surat ar-Rahman (55) ayat 60. Baik kebajikan atau kebaikan rapat hubungannya dengan akhlak. Kata akhlaq yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi akhlak berasal dari kata khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dari sinilah asal perumusan ilmu akhlak merupakan koleksi yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dan Khalik serta antara makhluk dan makhluk lainnya. Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan dibicarakan nanti, merupakan ‘buah’ pohon Islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaun syari’ah. Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad) “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.R. Tarmizi) Dan, akhlak Nabi Muhammad yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu disebut akhlak Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahtu Allah yang kini terdapat dari Al-Qur’an yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam. Dikalangan umat Islam 1

Upload: hardiatiayu

Post on 22-Nov-2015

70 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUANKomponen utama Agama Islam adalah akidah, syariah dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan para sahabatnya mengenai arti Islam, Iman dan Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh perkataan akidah, syariah dan akhlak. Perkataan ihsan diatas berasal dari kataahsana-yuhsinu-ihsananyang berarti berbuat baik.Di dalam Al-Quran terdapat kata ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan diantaranya terdapat pada surat an-Nahl (16) ayat 90 dan kebaikan terdapat pada surat ar-Rahman (55) ayat 60. Baik kebajikan atau kebaikan rapat hubungannya dengan akhlak.Kata akhlaq yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi akhlak berasal dari katakhilqun,yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq dan makhluq. Dari sinilah asal perumusan ilmu akhlak merupakan koleksi yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dan Khalik serta antara makhluk dan makhluk lainnya.Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan dibicarakan nanti, merupakan buah pohon Islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaun syariah. Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah :Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak(HR. Ahmad)Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya(H.R. Tarmizi)Dan, akhlak Nabi Muhammad yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu disebut akhlak Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahtu Allah yang kini terdapat dari Al-Quran yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam. Dikalangan umat Islam masalah yang penting ini sering kurang digambarkan secara baik dan benar kalau dibandingkan dengan penggambaran tentant syariat, terutama yang berhubungan dengan shalat, sehingga akibatnya karena tidak mengenal butir-butir akhlak agama Islam, dalam praktek, tingkah laku kebanyakan orang Islam tidak sesuain dengan akhlak Islami yang disebut di dalam Al-Quran dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan beliau sehari-hari.Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.Akhlak merupakan batu pondasi suatu kaum. Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, agar kita semua sebagai makhluk Allah, tidak tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah sebagai idola kita, karena sesungguhnya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kita.

BAB 2IMPLEMENTASI AKHLAK

1.1 Penerapan Nilai, Karakter KeagamaanAkhlak, disamping perintah yang bersifat aturan-aturan (hukum) didalam Al-Quran juga terdapat serangkaian anjuran yang bersifat etik. Oleh karena itu, akhlak adalah merupakan suatu ilmu untuk menjabarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan yang terdapat didalam Alquran yang belum dijelaskan secara detail tentang pelaksanaannya seperti carannya berbuat baik kepada kedua orang tua, menghormati kepada sesama muslimin, menutup aurat model pakaian, ukuran dan potongannya yang sesuai dengan ketentuan akhlak dan sebagainya, jelas memerlukan hasil pemikiran akal pikiran manusia dan kesepakatan masyarakat untuk menggunakannya.Akhlak berbentuk aturan mutlak dengan ukuran pasti yang datang dari AllahSWT. yang terdapat didalam Alquran yang secara keseluruhannya telah dipraktekkan oleh RasulullahSAWdalam kehidupannya. Dari uraian diatas dapat dipahami Akhlak dalam Islam telah di Implementasikan oleh RasulullahSAWdalam kehidupannya dalam berbagai sektor, sebagaimana yang diuraikan sebagai berikut:1. JujurJujur dapat diartikan bisa menjaga amanah. Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang mulia, orang yang memiliki sifat jujur biasanya mendapat kepercayaan dari orang lain. Sudah tentu setiap kita sangat tidak menyukai orang-orang yang suka berbohong atau berdusta. Sifat jujur merupakan salah satu rahasia diri seseorang untuk menarik kepercayaan umum karena orang yang jujur senantiasa berusaha untuk menjaga amanah. Amanah secara etimologis (lughawi) dalam bentuk mashdar dari (amina, amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan. Allah Azza wa Jalla berfirman :Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Qs. At-Taubah 119). Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa pada surga. (HR. Bukhari).Kejujuran menjadi buah bibir banyak orang. kejujuran hadir dengan gaung yang membahana. Kita seakan baru mengenal kata dan sifat mulia, jujur. Entah karena seringnya ber dusta dan kebohongan oleh perilaku kita sendiri ataukah karena seringnya kita dibohongi sehingga kita menjadi heboh dengan kejujuran.Padahal, melakukan dan mengucapkan kebenaran telah diajarakan dalam Al-qur'an. Melaksanakan dan melafalkan dengan penuh kejujuran telah diungkap oleh Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam. Padahal, mengamalkan dan melontarkan kebenaran telah disinggung oleh para Ulama.Para Ulama berkata, Langkah awal kejujuran itu adalah menjauhi dusta di semua ucapan. Kejujuran menjadi pintu masuk dalam perbuatan, niat, kenyataan hidup, dan di semua lini kedudukan.RasulullahSAWadalah imam bagi orang-orang ang jujur, perintah berprilaku jujur baginya merupakan pembawaan dan sifat yang lazim yang terdapat dalam dirinya sejak masa kanak-kanak hingga menjadi teladan yang mesti diikuti oleh seluruh manusia dimuka bumi, sebagai rahmatal lilalamiin.RasulullahSAWmengajak kita kepada kejujuran dan memerintahkan supaya bertindak jujur, sebab bertindak jujur dapat menenteramkan hati,sehingga ketenangan dapat menyelimuti jiwa dan orang dapat menjadi aman dan nyaman. Sebaliknya kedustaan yang menyempitkan jiwa merupakan satu sifat yang menimbulkan kegoncangan dan keragu-raguan didalam hati. Rasulullah bersabda yang artinyaTinggalkanlah perkara yang meragukanmu kepada perkara yang tidak meragukanmu, karena kejujuran adalah ketenangan dan kedustaan adalah keraguan.Sumber kejujuran adalah hati maka jujur harus disesuaikan dengan niat yang benar dan ikhlas, seseorang mukmin akan benar-benar mendapat derajat kemuliaan yang tinggi dengan melihat pada kebenaran niatnya yang sempurna serta kesucian hati dan batinnya.Imam Ghazali membagi jujur kedalam 5 bentuk yaitu sebagai berikut 1. Jujur dalam ucapan :Tiap kata yang meluncur dari bibir dan lisan seseorang wajib memuat dan mengandung kebenaran. Bukan gunjingan, gossip, dan fitnah.Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam. (HR. Bukhari-Muslim)2. Jujur dalam berniat :Tanda niat yang benar, salah satu tandanya, berbanding lurus dengan perbuatan di lapangan kehidupan. .Niat saja belum cukup jika tidak diiringi dengan kemauan dan kejujuran bahwa dirinya akan berupaya sekuat tenaga mewujudkan niatnya tersebut.3. Jujur dalam kemauan :Jujur dalam kemauan merupakan usaha agar terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam menyampaikan kebenaran. Berpikir masak" sebelum bertindak, menimbang baik-buruk dengan kacamata Allah adalah tanda jujur dalam kemauan ini.Pada saat seseorang telah jujur dalam kemauan, tidak ada hal yang ingin ia gapai selain melakukan perkara yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.4. Jujur dalam menepati janji :Janji adalah hutang, demikian kalimat yang sering terngiang. Karena hutang, maka wajib untuk dibayar sesuai dengan nilainya. Menepati janji bukan sembarang sikap. Menepati janji berarti mempertaruhkan harkat dan martabat dirinya di hadapan orang lain demi memberi keyakinan pada orang tersebut bahwa ia sanggup untuk membayarnya. Dengan sikap jujur, janji akan tertunai dan amanah akan dijalankan.5. Jujur dalam perbuatan :Sebagaimana Al-Ghazali menyatakan makna jujur dalam niat dan perkataan, pada traktak bentuk kejujuran yang kelima ini, Ghazali menggarisbawahi agar kita melengkapi diri dengan jujur dalam perbuatan.Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada wujud amal dalam kenyataan. Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-adanya. Tidak berbasa-basi. Tidak membuat-buat. Tidak menambah dan mengurangi. Apa yang ia yakini sebagai kejujuran dan kebenaran, ia jalan dengan keyakinan kuat bahwa Allah Subhannahu wa Ta'ala bersama orang-orang yang benar-benar sebenar"nya.2. Disiplin Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskanorang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkantanpa pamrih.Dalam ajaran Islam banyak ayat Al Quran dan Hadist yang memerintahkan disiplin dalam artiketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 59: Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu (An Nisa: 59)Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuhsifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha maupun belajar, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh darisifat putus asa. Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya disiplindan betapa besar pengaruh kedisiplinan dalam kehidupan, baikdalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa maupun kehidupan bernegara.Disiplin dalam penggunaan waktu perlu diperhatikan dengan seksama. Waktu yang sudah berlalu tak mungkin dapat kembali lagi. Demikian pentingnya waktu sehingga berbagai bangsa menyatakan penghargan terhadap waktu. Orang Inggris mengatakan Time is money (waktu adalah uang), peribahasa Arab mengatakan(waktu adalah pedang) atau waktu adalah peluang emas, dan kita orang Indonesia mengatakan:sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna.Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin dalam memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak akan datang dengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yang ketat dalam kehidupan pribadinya.Ada empat cara agar kita tidak menjadi orang-orang yang melalaikan waktu, hal ini dijelaskan dalam ayat terakhir surat Al-Ashr antara lain: 1. BerimanIman, secara bahasa bermakna membenarkan. Maksudnya membenarkan segala hal yang disampaikan oleh Nabi Muhammadsaw., yang pokok-pokoknya tersistematisasikan dalam rukun iman. Iman sifatnya abstrak, dimensinya batiniah alias tidak terlihat. Karenanya, yang paling tahu apakah iman seseorang itu kuat atau lemah hanyalah Allah swt. Zat yang Maha Mengetahui masalah ghaib. Walaupun iman itu abstrak, namun Allah swt. Menyebutkan sejumlah ciri orang-orang yang imannya benar. Firman-Nya, Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada merekaayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan pada mereka. Itulah orang-orang yang berimandengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya serta ampunan dannikmat yang mulia. (Q.S. Al Anfal 8:2-4). Iman itu bersifat fluktuatif, artinya kadang-kadang meningkat dan kadang-kadang menurun. Dalam suatu riwayat, disebutkan bahwa Al immanu yaziidu wa yanqushu (iman itu dapat bertambah dan bisa juga berkurang). Oleh sebab itu kita wajib merawat iman agartetap prima supaya tidak terjerumus menjadi orang-orang yang merugi.2. Beramal SalehKedua yang bisa menyelamatkan manusia dari kerugian adalah beramal saleh. Kata amiluu berasal dari kata amalun artinya pekerjaan yang dilakukan denganpenuh kesadaran. Kata shalihaat berasal dari kata shaluha artinyabermanfaat atau sesuai. Jadi, amal saleh adalah aktivitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa pekerjaan itu memberi manfaat untuk dirinya ataupun untuk orang lain. Selain itu, pekerjaan tersebut sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Syekh Muhammad Abduh mendefinisikan amal saleh sebagai perbuatan yang berguna bagi diri pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan. Jadi, karya atau kreativitas apapun yang kita lakukan dengan penuh kesadaran demi kemaslahatan diri sendiri, keluarga ataupun masyarakat, dapat disebut amal saleh. Harus diingat, amal saleh itu harus dibarengi dengan iman, karena amal saleh tanpa dilandasiiman kepada Allah swt. akan menjadi sia-sia, Dan Kami hadapisegala amal baik yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan. (Q.S. Al Furqan 25:23)3. Saling Berwasiat dalam KebenaranWatawaashau bil haq, Orang yangsaling berwasiat dalam kebenaran. Berarti saling menasihati untuk berpegang teguh pada kebenaran. Kata Al haq di sini berarti kebenaran yang pasti, yaitu Ajaran Islam. Maka syarat agar manusia terhindar dari kerugian adalah mengetahui hakikat kebenaran Islam, mengamalkannya, dan menyampaikannya kepada orang lain. Siapa saja yang tidak mau mengajak manusia lain untuk berpegang pada kebenaran Islamsetelah ia mengetahuinya, ia termasuk dalam golongan yang merugi.Mengajak orang lain berada di jalan kebenaran bukan sekadar tugas para kiai, ulama, ustadz ataupun lembaga dakwah, namunmerupakan kewajiban setiap individu. Rasulullah bersabda, Siapa yang melihat kemunkaran,maka ubahlah dengan kekuasaan.Apabila tidak mampu, maka ubahlah dengan lisan, dan kalau tidak mampu juga, maka ubahlah dengan hati, dan itulah iman yang paling lemah.Kewajiban ini ditujukan kepada setiap individu muslim, kapan dan di mana pun melihat kemunkaran,kita wajib mengubahnya sesuai kadar kemampuan kita. Saling menasihati untuk berpegang teguh pada kebenaran harus dilakukan dengan ilmu, penuh kearifan, dan menggunakan kata-kata yang santun, sebagaimana Firman-Nya, Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan bantahlahmereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yangtersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl 16:125)4. Saling Berwasiat dalam KesabaranWa tawaashau bishshabr, saling menasihati supaya tetap dalam kesabaran. Kesabaran adalah suatu kekuatan jiwa yang membuat orang menjadi tabah menghadapi berbagai ujian. Sabarbegitu penting untuk kita miliki. Allah swt. menyebut sabar sebanyak 103 kali dalam Al-Quran dengan berbagai konteks. Jiwa sabar harus kita miliki karena ujian akan selalu mewarnai kehidupan kita, Dan sungguh Kami akan berikan ujian padamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira orang-orang yang bersabar (Q.S. Al-Baqarah 2:155). Disiplin dalan beribah.Menurut bahasa, ibadah berarti tunduk atau merendahkan diri. Pengertian yang lebih luas dalam ajaran Islam, ibadah berarti tunduk dan merendahkan diri hanya kepada Allah yang disertaidengan perasaan cinta kepada-Nya. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa disiplin dalam dalam beribah itu mengandung dua hal: a. Berpegang teguh apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau larangan, maupun ajaran yang bersifat menghalalkan, menganjurkan, sunnah, makruh dan subhatb. Sikap berpegang teguh yang berdasarkan cinta kepada Allah, bukan karena rasa takut atau terpaksa. Maksud cinta kepada Allah adalah senantiasa taat kepada-Nya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 31:Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran 31). Disiplin dalam bermasyarakat.Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda. Karenanya setiap manusia memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda. Namun demikian, dengan bermasyarakat (animal education/hayawunnatiq), mereka telah memiliki norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta peraturan yang disepakati bersama yang harus dihormati dan dihargai serta ditaati oleh setiap anggota masyarakat tersebut.Agama Islam mengibaratkan anggota masyarakat itu bagaikan satu bangunan yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lain mempunyai fungsi yang berbeda-beda, manakala salah satu komponen rusak atau binasa. Hadist Nabi SAW menegaskan Seorang Mukmin dengan Mukminlainnya bagaikan bangunan yang sebagian dari mereka memperkuat bagian lainnya. Kemudian beliau menelusupkan jari-jari tangan sebelah lainnya. (H.R. Bukhori Muslkim dan Turmudzi) Disiplin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Negara adalah alat untuk memperjuangkan keinginan bersama berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh para anggota atau warganegaratersebut. Tanpa adanya masyarakat yang menjadi warganya, negara tidak akan terwujud. Oleh karena itu masyarakat merupakan prasyarat untuk berdirinya suatu Negara. Tujuan dibentuknya suatu negara adalahseluruh keinginan dan cita-cita yang diidamkan oleh warga masyarakat dapat diwujudkan dan dapat dilaksanakan. Rasulullah bersabda yang artinya Seorang muslim wajib mendengar dan taat, baik dalam hal yang disukainya maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat. Apabila ia diperintah mengerjakan maksiat, maka tidak wajib untuk mendengar dan taat. (H.R. Bukhori Muslim)

3. KerjasamaUntuk menjadi bangsa yang luhur, kita harus menanamkan nilai-nilai luhur dari bangsa kita sendiri. Kekayaan budaya, suku, bahasa, ras dan agama menjadikanBhineka Tunggal Ika(biarpun berbeda tetapi tetap satu Indonesiaku) harus selalu dijunjung diatas segalanya. Telah banyak darah tumpah tuk membela sang saka merah putih dan menyatukan keanekaragaman budaya, suku, bahasa, ras dan agama tersebut demi tercapainya kemerdekaan Indonesia tercinta.Kerukunansejatinya adalah modal dasar manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin berkelompok. Sebab, kerukunan merupakan media untuk mengumpulkan energi positif. Energi positif inilah yang sangat diperlakukan untuk membangun kehidupan sosial kea rah yang lebih baik, dalam bentuk pembangunan. Bayangkan saja bila kerukunan tak dibentuk, energi positif akan terus berbenturan dengan energi negatif, yang berakibat mundurnya proses pembangunan bangsa. Allah SWT berfirman "Wahai umat manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu daripada berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenalan (beramah mesra antara satu sama lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunannya atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya (akan keadaan amal kamu)". (al-Hujurat: 13) Kerjasama Dalam Keluarga:Untuk menentukan sesebuah keluarga itu dalam keadaan harmoni dan sejahtera maka kerjasama antara anggota keluarga merupakan salah satu faktor utama yang mesti dilaksanakan. Kerana ia akan mempengaruhi pembentukan peribadi setiap anggota keluarga tersebut dalam menjalani kehidupan mereka seharian.Al-Aqra bin Habis suatu hari telah melihat Rasulullah s.a.w mencium cucunya Hassan r. a., lalu al-Aqra berkata kepada Nabi, bahawa dia ada mempunyai sepuluh orang cucu dan anak tetapi tidak pernah mencium mereka, lalu Nabi bersabda kepadanya: "Sesungguhnya orang yang tidak belas kasihan maka tiada ia dibelas kasihani oleh orang lain". (Imam al-Ghazali: Bimbingan Mu'min). Seseorang anak tidak harus meninggalkan kedua orang tuanya untuk mengembara kecuali dengan keizinan terlebih dahulu. Manakala dalam hubungan suami isteri pula mereka haruslah menjaga hubungan itu dengan sebaik-baiknya, dan saling faham memahami antara satu sama lain, kerana mereka ini menjadi contoh kepada anak-anak di kemudian hari. Andaikata perpecahan dalam rumahtangga itu berlaku maka anak-anak akan menjadi mangsa dan tidak akan mendapat pendidikan yang sempurna. Firman Allah yang bermaksud:"dan bertaqwa kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-nyebut nama-Nya, serta peliharalah hubungan silaturrahim kaum kerabat, kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu". (Surah Al-Nisa: ?) Pergaulan Baik dengan Sahabat:Pergaulan yang baik itu adalah buah yang baik dan kemurnian budi pekerti, manakala perpecahan pula adalah merupakan hasil yang tidak baik daripada budi pekerti yang buruk. Kemuliaan dapat dibina daripada kerjasama yang baik dalam memperjuangkan kebenaran yang diredhai oleh Allah. Firman-Nya yang bermaksud: "Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti yang luhur". (al-Qalam: 4)Dalam firman-Nya yang lain bermaksud:"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat-nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, maka Allah menjinakkan antara hati kamu, lalu menjadikan kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang yang bersaudara dan ketika kamu berada di jurang api neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk". (Al-Imran: 103)Oleh yang demikian jelaslah bahawa kerjasama yang sebenar hanya dapat dicapaI melaluI beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berpegang kuat kepada ajaran-Nya. Persahabatan yang berdasarkan kepada cinta kerana Allah akan mendapat rahMat daripada-Nya. Dalam menjalin kerjasama antara sahabat dan saudara, ada beberapa hak yang mesti ditunaikan:-1.Hak dalam mengendalikan harta,2.Hak dalam memberi bantuan kebendaan,3.Hak dalam memelihara lidah dan hati,4.Hak dalam memelihara ucapan,5.Hak dalam memaafkan kesalahannya,6.Hak dalam mendoakannya,7.Hak dalam menepati janji dan ikhlas diri, Kerjasama Dengan Tetangga:Setiap manusia yang bergaul dengan satu golongan mestilah ada caranya yang tertentu dan ada berbagai-bagai bentuk. Ini termasuklah daripada segi hubungan persahabatan, hubungan persaudaraan, hubungan rakan pergaulan dan yang lebih utama ialah hubungan dengan jiran tetangga. Hubungan ini tidak kira dalam bentuk apa sekalipun sama ada memberi bantuan, kerjasama dan sebagainya tetapi khusus kepada perkara-perkara kebaikan sahaja. Firman Allah yang berbunyi:"Dan hendaklah kamu tolong-menolong dalam perkara-perkara kebakikan dan ketaqwaan dan janganlah kamu toong-menolong dalam perkara-perkara kejahatan dan permusuhan." (al-Maidah: 2)

Dalam ayat al-Quran tadi jelas kepada kita bahawa kerjasama antara tetangga itu amat penting untuk melahirkan suatu masyarakat yang harmoni dan bersatu padu. Antara tetangga hendaklah saling hormat-menghormati. Islam telah menetapkan beberapa hak bagi umat Islam terhadap jirannya antara lain ialah:1.Sentiasa memberi salam kepadanya apabila bertemu.2.Jangan terlampau banyak bertanyakan hal ehwalnya.3.Selalu mengunjunginya terutama ketika sakit.4.Memaafkan segala kesalahan dan kekhilafannya.5.Hendaklah menutup segala keaiban dan kecelakaan dan diketahui oleh orang ramai.Kalau kita lihat pada zaman Rasulullah s.a.w., kerjasama antara tetangga khususnya dan antara umat Islam amnya adalah sangat erat hinggakan mereka sanggup menyerahkan segala harta kekayaan mereka untuk jihad di jalan Allah dan membentuk sebuah masyarakat Islam yang benar-benar bersatu padu, misalnya Othman bin Affan dan Abdul Rahman bin Auf, mereka ini sanggup membelanjakan harta kekayaan yang banyak untuk berjihad di jalan Allah dan menolong saudara mereka yang memerlukan pertolongan.4. Transparansi dan Toleransi Dalam kamus besar bahasa Indonesia toleransi berarti bersifat atau bersikap menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian (pendapat, pandangan kepercayaan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. toleransimerupakan salah satu diantara sekian ajaran inti dari Islam. Toleransi sejajar dengan ajaran fundamental yang lain, seperti kasih sayang (rahmah) kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (al-Maslahah al-ammah), dan keadilan .Toleransi merupakan salah satu kebajikan fundamental demokrasi, namun ia memiliki kekuatan ambivalen yang termanivestasi dalam dua bentuk: bentuk solid dan bentuk demokratis. Menjadi toleran adalah membiarkan atau membolehkan orang lain menjadi diri mereka sendiri, menghargai orang lain, dengan menghargai asal-usul dan latar belakang mereka. Toleransi mengundang dialog untuk mengkomunikasikan adanya saling pengakuan.Hakikat toleransi pada intinya adalah usaha kebaikan, khususnya pada kemajemukan agama yang memiliki tujuan luhur yaitu tercapainya kerukunan, baik intern agama maupun antar agama.Sikap toleransi Islam ini tidak pernah walaupun sehari, menjadi sebuah kilauan emas yang membuat orang-orang berdesakan mengejar fatamorgana di siang yang terik, orang haus mengiranya air namun tatkala didatangi, dia tidak mendapatkan apa-apa. Tapi sikap toleransi Islam ini lebih besar daripada mafhum kemanusiaan yang dielu-elukan oleh yayasan-yayasan dan paguyuban jahiliyah di masa kini, dimana, dengan ucapan-ucapan indah mereka menipu berbagai suku bangsa dan kabilah, karena toleransi Islam memiliki makna yang luas mencakup hewan dan tetumbuhan dan mempunyai prinsip bahwa hubungan seorang muslim dengan makhluk lainnya adalah rasa kasih dan sayang walaupun dalam hal membunuh dan menyembelih.Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. : . [ ]Dari Abu Yala Syaddad bin Aus radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh (dalam qishah atau perang, -pent) maka berbuat baiklah dalam cara membunuh, dan bila kalian menyembelih, maka berbuat baiklah dalam cara menyembelih, hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan parangnya dan menyenangkan sembelihannya" [Hadits Riwayat Muslim No. 1955, Ashabus Sunan dan yang lainnya]Toleransi dalam Islam lebih dalam (nilai kandungannya) daripada mafhum kemanusiaan masa kini, karena toleransi ini menembus penampilan dhahir dan yang kasat mata sampai ke dasar lubuk hati yang paling dalam.Toleransi dalam Islam lebih kekal dari mafhum kemanusiaan masa kini yang akan habis dengan punahnya jenis manusia di muka bumi ini, karena toleransi ini akan menyambungkan seorang muslim dengan kehidupan akhiratnya, di mana dia akan kekal berkat rahmat dari Tuhannya di dalam surga yang penuh kenikmatan dan dia akan mewarisi Al-Firdaus Al-Ala menurut kadar andilnya dalam toleransi ini. As Samahah (Toleransi) Dalam Islam1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan3. Kelemah lembutan karena kemudahan4. Muka yang ceria karena kegembiraan5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan6. Mudah dalam berhubungan sosial (muamalah) tanpa penipuan dan kelalaian7. Menggampangkan dalam berdawah ke jalan Allah tanpa basa basi8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Taala tanpa ada rasa keberatanRasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bersabda. "Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan : Apa hati yang mahmum itu ? Jawabnya : Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki. Ditanyakan : Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu ?. Jawabnya : Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu ? Jawabnya : Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur" [Lihat Shahih Al-Jami' As-Shaghir wa Ziyadatuhu. No. 3266]1.2 Tantangan Akhlak dalam KehidupanAllah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah secara umum yaitu melaksanakan segala perintahnya dan manjauhkan segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkanNya untuk menjaga dan memlihara semua yang ada untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Namun sebagai manusia kadang kita lupa tugas kita berada di dunia itu apa sehingga kebanyakan tidak bisa mengontrol akhlaknya sendiri.Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, tantangan akhlak juga semakin banyak, tak sedikit manusia menjadi lupa diri dan berada diluar garis batas ajaran agama. Sehingga kita butuh aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji untuk mengahadapi tantangan tersebut. Seperti kita tahu tantangan yang sering kita hadapi namun jarang kita sadari yaitu Kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, gaya hidup, dan orientasi hidup yang materialistis.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik sebagai manusia beragama maupun sebagai makhluk individual dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan itu ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidup adalah material. Sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia. Nilai nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang semuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai Hamba Allah dan anggota masyarakat.Gaya hidup-pun menjadi tantangan agar lebih dapat mengontrol diri. Gaya hidup yang dimaksud disini adalah gaya hidup hedonis atau foya-foya, dan kebarat-baratan. Seperti kita tahu selain tidak baik, Allah sangat membenci segala sesuatu yang berlebihan. Gaya hidup ini cenderung hanya mementingkan kesenangan semata, menghambur-hamburkan materi dalam jumlah banyak secara sia-sia karena sebenarnya tidak ada keuntungan yang bisa didapat dari itu melainkan hanya kesenangan sesaat. Padahal kalau kita memiliki aqidah yang kokoh dan akhlak yang terpuji, tidak seharusnya kita berlaku seperti itu melainkan lebih memilih untuk berbagi terhadap sesama karena akan lebih terasa manfaatnya.Orientasi hidup yang hanya mengejar nilai-nilai material saja tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan, bahkan hal ini juga dapat menimbulkan bencana yang hebat ketika hidup hanya berorientasi pada sesuatu yang merial (metrialistis) sehingga ada persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan agama lagi untuk mengendalikan semua perbuatannya, karena mereka menganggap agama tidak lagi dapat memecahkan persoalan hidup. Disinilah kita akan tahu betapa pentingnya peranan aqidah dan akhlak dalam kehidupan modern seperti sekarang. Aqidah dan akhlak akan menjadi benteng yang sangat kuat dalam menghadapi segala dampak negatif kehidupan modern. Aqidah dapat menyelamatkan diri kita dari segala bentuk dosa kecil yang jarang kita sadari, aqidah juga dapat membuat kita selalu berbuat baik terhadap pencipta dan sesama. Disamping aqidah yang kuat, akhlak yang terpuji akan menyelamatkan manusia dari segala macam perbuatan dan tindakan yang bisa menjerumuskan manusia dalam kesesatan.1.3 Upaya Peningkatan Akhlak Upaya yang penting dalam meningkatkan akhlak adalah dengan menanamkan nilai-nilai Islam sejak usia dini, sehingga mudah membangun dan membentuk karakter kepribadian seseorang. Selain itu juga diperlukan penyuluhan dan pendidikan agama, serta mengimplementasikan nilai-nilai Islam dengan memberikan contoh dari realitas yang ada. Ibnu Maskawaih menyebutkan beberapa metode untuk mencapai akhlak yang baik, antara lain:a. Adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk berlatih terus menerus dan menahan diri untuk memperoleh keutamaan dan sopan santun yang sebenarnya sesuai dengan keutamaan jiwa. Latihan ini terutama diarahkan agar manusia tidak memperturutkan kemauan jiwa alsyahwaniyyat, yang sangat terkait dengan alat tubuh. Maka wujud latihan dalam menahan diri dapat dilakukan antara lain dengan melakukan puasa, mengerjakan shalat dengan khusyu, dan mengerjakan perbuatan yang baik yang didalamnya ada unsur melelahkan.b. Menjadikan pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin bagi dirinya.c. Interospeksi atau mawas diri. Metode ini mengandung pengertian kesadaran seseorang untuk berusaha mencari cacat /aib diri sendiri.d. Melawan penyebab akhlak yang buruk dengan ilmu dan amal. Di dalam kitab Ihya Ulumuddin diceritakan bahwa akhlak Rasulullah adalah al-Quran. Oleh sebab itu salah satu upaya yang juga sangat penting dalam meningkatkan kualitas akhlak adalah dengan mempelajari al-Quran,memahami, dan mengamalkannya. Al- Quran adalah sumber ajaran agama. Islam yang paling pokok, di dalamnya terdapat berbagai peraturan dan petunjuk bagi orang muslim dalam bertindak. Oleh karena itu, mempelajari al-Quran adalah hal yang sangat dianjurkan dalam upaya meningkatkan akhlak. Peningkatan kualitas akhlak sangat diperlukan, maka kita sudah seharusnya berupaya untuk meningkatkan akhlak dengan memulainya dari diri kita sendiri. Kita dapat mencoba beberapa langkah di atas untuk meningkatkan akhlak kita. Kita juga bisa memulainya dengan menghilangkan atau menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam Agar dapat bertahan dari pengaruh buruk globalisasi ini kita harus dapat menyaring hal yang baik dan hal yang buruk serta memperbaharui akhlakul karimah (akhlak baik) kita. Adapun cara atau metode untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas akhlak baik, adalah sebagai berikut:a. Metode Uswah (Teladan)Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 : Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah itu, teladan yang baik bagimu. Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT. Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.b. Metode Tawidiyah (pembiasaan)Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.Muhammad Mursyi dalam bukunya Seni Mendidik Anak, menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali : Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orangtuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhiratDalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia. Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Quran dan Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.c. Metode Taat Syariat Metode ini berupa pembenahan diri, yakni membiasakan diri dalam hidup sehari-hari untuk melakukan kebajikan dan hal-hal bermanfaat sesuai dengan ketentuan syariat, aturan-aturan negara, dan norma-norma kehidupan bermasyarakat. Disamping itu berusaha untuk menjauhi hal-hal yang dilarang syara dan aturan-aturan yang berlaku. Metode ini sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya akan berkembang sikap dan perilaku positif seperti ketaatan pada agama dan norma-norma masyarakat, hidup tenang dan wajar, senang melakukan kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan.d. Metode Pengembangan DiriMetode yang bercorak psiko-edukatif ini didasari oleh kesadaran atas kekuatan dan kelemahan diri yang kemudian melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifat-sifat baik dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat buruk. Dalam pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan (conditioning) seperti pada Metode Taat Syariat ditambah dengan upaya meneladani perbuatan dari pribadi-pribadi yang dikagumi. Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini secara konsisten akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat terpuji yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat. Metode ini sebenarnya mirip dengan metode pertama, hanya saja dilakukan secara lebih sadar, lebih disiplin dan intensif serta lebih personal sifatnya daripada metode pertama.e. Metode spiritualMetode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan untuk meningkat kan kualitas pribadi mendekati citra Insan Ideal (Kamil). Pelatihan disiplin diri ini menurut Al Ghazali dilakukan melalui dua jalan yakni al-mujaahadah dan al-riyaadhah. Al Mujaahadah adalah usaha sungguh-sungguh untuk menghilangkan segala hambatan pribadi (harta, kemegahan, taklid, maksiat). Al-Riyaadhah adalah latihan mendekatkan diri pada Tuhan dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas ibadah. Dan masih ada beberapa metode lainnya, namun yang paling penting adalah dengan kesadaran kita untuk menauladani sifat-sifat rosullullah SAW. Serta menaati perintah Alloh SWT dan menjauhi larangannya. Jika masing masing orang sudah seperti itu Insya Allah kita akan menjadi manusia yang berakhlaq walaupun dalam derasnya modernisasi dan globalisasi.Cara-cara penjagaan diri untuk peningkatan kualitas akhlak1. Musahabah diri Melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas kebaikan dan keburukan yang telah ia kerjakan, meneliti kebaikan dan keburukan yang ia miliki, agar ia tidak terperanjat kaget dengan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya pada hari kiamat. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untukhari esok (akhirat). (QS. Al -Hasyr : 18)2. Taubat dari segala dosa Mencari ilmu dan memperluas wawasan Seseorang dapat menjaga dirinya dengan mencari ilmu agama. Dengan ilmu agama ia akan tahu perbuatan apa saja yang seharusnya ia lakukan dan yang seharusnya tidak ia lakukan sebagai seorang muslim. .3. Mengerjakan amalan-amalan iman Antara lain : a. Mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin b. Meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnahc. Peduli dengan ibadah dzikir seperti membaca al-quran dan berdzikir 4. Bergaul dengan orang-orang shaleh Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pribadi seseorang. Maka untuk menjaga akhlak, kita harus bergaul dengan orang-orang shaleh. Tidak hanya kita yang terjaga tetapi kita juga dapat saling mengingatkan satu sama lainnnya. 5. Berdoa kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh Dengan berdoa secara sungguh-sungguh kepada Allah SWT, insya Allah SWT kita dapat terhindar dari perbuatan yang tidak bermanfaat1.4 Integrasi Akidah , Syariah , dan Akhlak Aqidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah beberapa perkara yangwajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadikeyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Aqidah adalahsejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkanakal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati,dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Aqidah dalam Al-Quran dapat di jabarkan dalam surat (Al-Maidah, 5:15-16) yg berbunyi Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terangbenderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus Dan agar orang-orang yg telah diberi ilmu meyakini bahwasannya Al-Quran itulah yg hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yg beriman kepada jalan yang lurus. (Al-Haj 22:54)Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.Aqidah sebagai system kepercayaan yg bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Muslim yg baik adalah orang yg memiliki aqidah yang lurus dan kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang hanya ditujukan pada Allah sehingga tergambar akhlak yang terpuji pada dirinya. Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yg melakukan suatu perbuatan baik,tetapi tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke dalam kategori kafir. Seseorang yang mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yang mengaku beriman dan melaksanakan syariah tetapi dengan landasan aqidah yang tidak lurus disebut munafik. Aqidah, syariah dan akhlak dalam Al-Quran disebut iman dan amal saleh. Iman menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan akhlak. Seseorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yg didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh. Kerena itu didalam Al-Quran kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman, antara lain firman Allah dalam (An-Nur, 24:55) Allah menjanjikan bagi orang-orang yg beriman diantara kamu dan mengerjakan amal saleh menjadi pemimpin di bumi sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang dari sebelum mereka (kaum muslimin dahulu) sebagai pemimpin; dan mengokohkan bagi mereka agama mereka yang Ia Ridhai bagi mereka; dan menggantikan mereka dari rasa takut mereka (dengan rasa) tenang. Mereka menyembah (hanya) kepada-Ku, mereka tidak menserikatkan Aku dengan sesuatupun. Dan barang siapa ingkar setelah itu, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik1.5 Peran Aqidah , Syariah dan Akhlak dalam Pembentukan Manusia Takwa Takwa merupakan manifestasi kepahaman seorang Muslim akan kebaikan dan keburukan serta perintah dan larangan Allah SWT. Ketakwaan adalah cermin sinergi dari Aqidah, Syariah dan Akhlak, seperti yang tersirat dalam Q.S Al-Baqarah 2: 2-3, 177. Muttaqiin adalah mereka yang berhasil menyatukan seluruh pokok ajaran agama danmenyeimbangkan akal dan nafsu serta menunjukkan totalitas identitas sebagai Mukmin Tantangan zaman sukses dihadapi dengan keteguhan dalam keimanan, kesungguhan dalam kepatuhan ibadah, dan pengamalan nilai agama dengan bulat hati dan ikhlas.

BAB IIIPENUTUP KesimpulanBerdasarkan uraian dan penjelasan diatas mengenai Implementasi Akhlak, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa : 1. Akhlak digambarkan secara substansial , sifat hati bisa baik dan juga bisa buruk yang tercermin dalam perilaku. Jika, sifat hatinya baik, maka yang akan muncul adalah akhlak yang baik (akhlakul karimah) dan sebaliknya jika sifat hatinya buruk maka yang keluar dalam perilaku adalah akhlak yang buruk (akhlakul madzmumah). .2. Zaman yang semakin modern membuat manusia menjadi lupa diri dan sering berada diluar garis batas ajaran agamanya. Itulah dampak globalisasi, yang membuat masyarakat lupa dengan Allah SWT yang menciptakan mereka. 3. Manusia yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak yang kokoh sebagai benteng sehingga tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan. 4. Dan untuk menjaga akhlak, kiat harus sering mengingat Allah SWT dan bergaul dengan orang-orang shaleh agar pada saat kita lupa kita cepat disadarkan kembali untuk kembali ke jalan yang benar.5. Akhlak mulia memiliki pengaruh dalam tegak dan hancurnya satu masyarakat karena akhlak mulia adalah dasar ditegakkannya perintah AllahTaala dalam jiwa manusia. Jika jiwa memiliki akhlak dan perilaku mulia maka tidak diragukan dia akan mengagungkan syiar-syiar Allah dan komitmen dengan manhaj agamanya.6. Untuk menciptakan masyarakat yang ber akhlak di era globalisasi ini kita harus mengetahui tantangan akhlak. Kemudian memberi pengetahuan serta pendidikan tentang akhlak, selalu meningkatkan akhlak.

DAFTAR PUSTAKAAl quranKaelany. (2014).Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press.Kaelany. (2014).Akhlak Mulia.Jakarta: Midada Rahma Presshttp://ujid.tripod.com/islam/taawun8806-2.html ( Di akses pada tanggal 7 Oktober 2014 pukul 20.00)Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 2005). Zakiyuddin Baidhawy,Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural(Jakarta: Erlangga 2005).

21