lp perioperatif

33
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF I. Konsep Dasar Teori Keperawatan Perioperatif A. Keperawatan Perioperatif Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase. Fase perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan. Masing- masing fase dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima (Brunner & Suddarth, 2001). B. Fase Pre Operatif

Upload: acedsatya

Post on 20-Feb-2016

317 views

Category:

Documents


67 download

DESCRIPTION

ori

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Perioperatif

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

I. Konsep Dasar Teori Keperawatan Perioperatif

A. Keperawatan Perioperatif

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pembedahan pasien. Istilah

perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan, yaitu

preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase. Fase perioperatif adalah

waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa

memandang riwayat atau  klasifikasi pembedahan. Masing- masing fase dimulai pada waktu

tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk

pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan

yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan

standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan

dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga

kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima (Brunner & Suddarth,

2001).

B. Fase Pre Operatif

a. Definisi

Fase pre operatif dimulai ketika keputusan intervensi bedah dibuat dan berakhir

sampai pasien dikirim ke meja operasi

b. Pengkajian Pre Operatif

Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative :

1) Umur

2) Alergi terhadap obat, makanan

3) Pengalaman pembedahan

4) Pengalaman anestesi

5) Tembakau, alcohol, obat-obatan

Page 2: Lp Perioperatif

6) Lingkungan

7) Kemampuan self care

8) Support system

c. Persiapan Fisik Pre Operatif

Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan,

yaitu : persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi

Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara

lain :

1) Status kesehatan fisik secara umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status

kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti

kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,

antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi

ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu

pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup

pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien

yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien

wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

2) Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat

badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan

globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di

koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk

perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami

berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama

dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca

operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam

dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.

Page 3: Lp Perioperatif

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan

output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang

normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah

kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal :

3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70-1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan

dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur

mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi

ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal

mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut

maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada

kasus-kasus yang mengancam jiwa.

4) Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi

keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan

dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan

enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa

dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon

adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan

menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan

terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan

operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka

pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso

gastric tube).

5) Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya

infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak

dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga

mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun

demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran

sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan

Page 4: Lp Perioperatif

pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai

menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan

kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.. Daerah

yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan

dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika

yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya :

apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur

femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada

lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.

6) Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena

tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan

infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat

diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih

seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal

hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene.

7) Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan

kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka

untuk mengobservasi balance cairan.

d. Persiapan Penunjang

Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

tindakan pembedahan. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan

operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan

penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien.

Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi

berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu

dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama

pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time)

Page 5: Lp Perioperatif

darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan

radiologi berupa foto thoraks dan EKG.

Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering

dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan

terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh

pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :

1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto

tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized

Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram,

Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio

Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.

2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka

leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin

dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin,

BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit

terkaut dengan kelainan darah.

3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh

untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan

untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis

saja.

4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).

Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien

dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10

jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan

pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

e. Pemeriksaan Status Anastesi

Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk

keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan

pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk

menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa

Page 6: Lp Perioperatif

digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American

Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik

anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan

sistem saraf.

ASA grade I

Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal:

penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi

muda yang sehat.

Mortality (%) : 0,05.

ASA grade II

Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan

diseababkan oleh penyakit yang akan dibedah. Misal: penderita dengan

obesitas, penderita dengan bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus

ringan yang akan mengalami appendiktomi.

Mortality (%) : 0,4.

ASA grade III

Status fisik : Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus

dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut.

Mortality (%) : 4,5.

ASA grade IV

Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang

tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya: insufisiensi

koroner atau infark miokard.

Mortality (%) : 25.

ASA grade V

Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang

tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya: insufisiensi

koroner atau infark miokard.

Mortality (%) : 50.

Page 7: Lp Perioperatif

f. Informed Consent

Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal

lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan

tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus

menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh

karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat

pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).

Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi

aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien

wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun

tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga

mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien

maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan

mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur

pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani.

g. Persiapan Mental/Psikis

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas

seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan

adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi nadi dan

pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang

lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering

berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh

pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang

bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan

kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor

pendukung/support system.Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat

dapat menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain:

Page 8: Lp Perioperatif

1. Pengalaman operasi sebelumnya

Berkaitan dengan persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan

operasi, pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik

maupun penunjang.

2. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan

petugas kamar operasi.

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post

operasi)

Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum

operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas

dalam, batuk efektif, ROM, dll.

h. Obat-Obatan Pre Medikasi

Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan

premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang

cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau

diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi.

Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam

sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali.

i. Pendidikan Kesehatan Pre Operatif

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat

penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti :

nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang

diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :

a. Latihan Nafas Dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri

setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih

mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.

Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi

Page 9: Lp Perioperatif

darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam

secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini

segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

b. Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang

mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami

pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika

sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan

terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat

bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret

tersebut.

c. Latihan Gerak Sendi

Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga

setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang

diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.

Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion

(ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan

secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus

otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.

Tujuan dari mobilisasi menurut, antara lain:

Mempertahankan fungsi tubuh

Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka

Membantu pernafasan menjadi lebih baik

Mempertahankan tonus otot

Memperlancar eliminasi urin

Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal

dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau

berkomunikasi

Page 10: Lp Perioperatif

Manfaat mobilisasi bagi pasien post operasi adalah :

Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan

bergerak, otot –otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot

p[erutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan

demikian pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,

mempercepat kesembuhan.

Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan

merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu

mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.

Mempercepat pemulihan missal kontraksi uterus post secarea, dengan

demikian pasien akan cepat merasa sehat dan bias merawat anaknya

dengan cepat

Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi

sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan

tromboemboli dapat dihindarkan.

Tahap-tahap Mobilisasi Post Operasi

Menurut Rustam Muchtar (1992), meliputi :

1) Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa

melakukan latihan pernafasan dan batuk efektif kemudian miring

kanan – miring kiri sudah dapat dimulai.

2) Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, disuruh latihan

pernafasan dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.

3) Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian

berjalan di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar kamar sendiri.

Menurut Kasdu (2003) mobilisasi Post Operasi dilakukan secara bertahap

berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi Post Operasi pada pasien post

operasi seksio sesarea :

1) Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien paska operasi seksio

sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi Post Operasi yang bisa

dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung

Page 11: Lp Perioperatif

jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,

menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki

2) Setelah 6-10 jam, diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan

mencegah trombosis dan trombo emboli

3) Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk

duduk

4) Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan

Sedangkan menurut Beyer, 1997:

1) Tahap I : mobilisasi atau gerakan awal : nafas dalam dan batuk,   

ekstremitas

2) Tahap II : mobilisasi atau gerak berputar

3) Tahap III : mobilisasi atau gerakan duduk tegak

4) Tahap IV : mobilisasi atau gerakan turun dari tempat tidur (3x/hari)

5) Tahap V : mobilisasi atau gerakan berjalan dengan bantuan  (2x/hari)

6) Tahap VI : mobilisasi atau gerakan naik ke tempat tidur

7) Tahap VII : mobilisasi atau gerakan bangkit dari duduk ditempat tidur.

d. Kontrol dan Medikasi Nyeri

Disamping penyuluhan diatas pasien di berikan penjelasan tentang anastesi

(bagian anastesi akan menjelaskan lebih rinci), diberikan penjelasan mengenai

obat-obatan untuk mengontrol nyeri dan mungkin akan diberikan antibiotik

profilaksis sebelum pembedahan.Kontrol kognitif atau strategi kognitif dapat

bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan, ansietas yang berlebihan dan

relaksasi, strategi yang di gunakan seperti “Imajinasi”,pasien dianjurkan

untuk berkonsentrasi pada pengalaman yang menyenangkan atau

pemandangan yang menyenangkan. “Distraksi”, Pasien di anjurkan untuk

memikirkan cerita yang dapat dinikmati atau berkesenian, puisi dan lain-

lain.“Pikiran optimis-diri” Menyatakan pikiran pikiran optimistik semua akan

berjalan lancar di anjurkan.

Page 12: Lp Perioperatif

e. Nutrisi

Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga

untuk perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan secara optimal. Diet pasca

operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani

pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada

macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

Karena tujuan diet pasca-operasi adalah untuk mengupayakan agar

status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses

penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara

sebagai berikut:

1) Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energy, protein).

2) Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain.

3) Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.

4) Mencegah dan menghentikan perdarahan.

Jenis Makanan Yang Baik Untuk Penyembuhan Luka Post Operasi

Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk

penyembuhan luka adalah protein dan vitamin C.

Alasannya: protein dan vitamin C sangat penting peranannya dalam

proses penyembuhan luka. Selain itu vitamin C punya peranan penting untuk

mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan luka.

Contoh makanan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhan luka

o Protein; terbagi menjadi: nabati dan hewani. Contoh nabati yaitu tempe,

tahu, kacang-kacangan dll. Contoh protein hewani, hati, telur, ayam,

udang dll.

o Vitamin C adalah kacang-kacangan, jeruk, jambu, daun papaya, bayam,

tomat, daun singkong dll

Page 13: Lp Perioperatif

Tata Cara Pelaksanaan untuk Pemenuhan Nutrisi

1) Tingkatan konsumsi makanan yang mengandung protein dan vitamin

C.

2) Bila mual:

a) Makanlah dengan porsi sedikit tapi sering

b) Sajikan ketika masih hangat

c) Sebelum makan, minum air hangat

d) Hindari makanan dengan berbumbu tajam

Tahapan diet pasca bedah

1) Diet Pasca-Bedah I (DPB I)

Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :

Pasca-bedah kecil : setelah sadar dan rasa mual hilang

Pasca-bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta

ada tanda-tanda usus mulai bekerja

Cara Memberikan Makanan

Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air

putih, the manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih.

Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena

kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral

sesuai kebutuhan.

2) Diet Pasca-Bedah II (PDB II)

Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran

cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I

Cara Memberikan Makanan:

Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih,

sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama

pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan

dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila

diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena

zat gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet

Page 14: Lp Perioperatif

pasca-bedah II adalah air jeruk dan minuman yang mengandung

karbondioksida.

3) Diet Pasca-Bedah III

Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pascabedah besar

saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah II.

Cara Memberikan Makanan:

Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan

biscuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu

dapat memberikan makanan parenteral bila diperlukan. Makanan yang

tidak dianjurkan adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman

yang mengandung karbondioksida.

4) Diet Pasca-Bedah IV

Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada :

Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca-bedah

Pasien pascabedah besar, setelah diet Pasca-Bedah III

Cara Memberikan Makanan:

Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali

makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan.

C. Fase Intra Operatif

a. Definisi

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk ruang operasi dan berakhir

saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Tim intra operatif:

1) Ahli bedah

Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah

melakukan operasi.

2) Asisten pembedahan (1orang atau lebih) asisten bius dokter, risiden, atau

perawat, di bawah petunjuk ahli bedah. Asisten memegang retractor dan suction

untuk melihat letak operasi.

Page 15: Lp Perioperatif

3) Anaesthesologist atau perawat anaesthesi.

Perawat anesthei memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk

mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.

4) Circulating Nurse

Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.

Tugas :

Set up ruangan operasi

a) Menjaga kebutuhan alat

b) Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum pembedahan

c) Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum drapping.

d) Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental, orientasi klien.

Selama pembedahan :

a) Mengkoordinasikan aktivitas

b) Mengimplementasikan NCP

c) Membenatu anesthetic

d) Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll.

5) Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab menyiapkan dan

mengendalikan peralatan steril dan instrumen, kepada ahli bedah/asisten.

Pengetahuan anatomi fisiologi dan prosedur pembedahan memudahkan antisipasi

instrumen apa yang dibutuhkan.

b. Persiapan kamar dan team pembedahan.

Keamanan klien diatur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja operasi.

Dua factor penting yang berhubungan dengan keamanan kamar pembedahan : lay out

kamar operasi dan pencegahan infeksi.

1) Lay Out pembedahan.

Ruang harus terletak diluar gedung RS dan bersebelahan dengan RR dan

pelayanan pendukung (bank darah, bagian pathologi dan radiology, dan

bagian logistik).

Alur lalu lintas yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan antara hal

yang bersih dan terkontaminasi design (protektif, bersih, steril dan kotor).

Page 16: Lp Perioperatif

Besar ruangan tergantung pada ukuran dan kemampuan rumah sakit.

Umumnya :

a) Kamar terima

b) Ruang untuk peralatan bersih dan kotor.

c) Ruang linen bersih.

d) Ruang ganti

e) Ruang umum untuk pembersihan dan sterilisasi alat.

f) Scrub area.

Ruang operasi terdiri dari :

a) Stretcher atau meja operasi.

b) Lampu operasi.

c) Anesthesia station.

d) Meja dan standar instrumen.

e) Peralatan suction.

f) System komunikasi.

2) Kebersihan dan Kesehatan Team Pembedahan.

Sumber utama kontaminasi bakteri team pembedahan dengan hygiene kurang

dan kesehatan menurun (kulit, rambut, saluran pernafasan).

Pencegahan kontaminasi :

a) Cuci tangan.

b) Handscoen.

c) Mandi.

d) Perhiasan (-).

3) Pakaian bedah.

Terdiri : Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK.

Tujuan: Menurunkan kontaminasi.

4) Surgical Scrub.

Cuci tangan pembedahan dilakukan oleh :

a) Ahli Bedah

b) Semua asisten

c) Scrub nurse.

Page 17: Lp Perioperatif

sebelum menggunakan sarung tangan dan gaun steril.

Alat-alat:

a) Sikat cuci tangan reuable / disposible.

b) Anti microbial : betadine.

c) Pembersih kuku.

Waktu : 5 – 10 menit dikeringkan dengan handuk steril.

c. Anasthesia

Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total,

dengan atau tanpa disertai kehilangan kesadaran. Tujuan anasthesia adalah untuk

memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan relaksasi otot.

Pemilihan anesthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi dengan ahli bedah

dan factor klien.

1) Anasthesia Umum.

Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi

impulse saraf otak. Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.

Stadium Anesthesia :

a) Stadium I : Relaksasi

Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahab.

b) Stadium II : Excitement.

Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang

iregular dan pergerakan anggota badan tidak teratur.

c) Stadium III : Ansethesi pembedahan..

Ditandai dengan relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan pendengaran

dan sensasi nyeri.

d) Stadium IV : Bahaya.

Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.

2) Anestesi Local atau Regional

Anestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi impuls

saraf menuju dan dari lokasi khusus. Luas anestesi tergantung:

Page 18: Lp Perioperatif

a) Letak aplikasi

b) Volume total anestesi

c) Kosentrasi dengan kemampuan penetrasi obat

Penggunaan regional anestesi :

a) Kontra indikasi general anestesi

b) Klien mengalami reaksi yang merugikan dengan general anestesi

c) Pilihan klien

Komplikasi :

a) Over dosis

b) Teknik pemberian yang salah

c) Sensitifitas klien terhadap anestesi

Tanda :

a) Stimulasi Central Nervous System diikuti depresi CNS dan cardio: Gelisah,

pembicaraan incoherent, sakit kepala, mata kabur, rasa metalik, mual,

muntah, tremor,konfulsi dan peningkatan nadi respirasi , tekanan darah

b) Komplikasi local : Edema, peradangan, abses, necrosis,ganggren.

d. Pengkajian

Di ruang penerimaan perawat sirkulasi :

a) Memvalidasi identitas klien.

b) Memvalidasi inform concent.

Chart Review :

a) Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual

dan potensial selama pembedahan.

b) Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi.

Perawat menanyakan :

a) Riwayat allergi, reaksi sebelumnya terhadap anesthesia atau tranfusi darah.

b) Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.

c) Check pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.

d) Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.

e) Kateterisasi.

Page 19: Lp Perioperatif

D. Fase Pasca Operatif

a. Definisi

Dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan

evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Stadium ketiga dan terakhir

dari preoperasi adalah bila klien masuk ruang pulih sadar, ruang PAR, atau PACU.

Selama periode post operative, klien dirawat oleh perawat di ruang PAR ( Post

Anesthesia Recovary ) dan unit setelah di pindah dari ruang pemulihan.

Waktu yang diperlukan tergantung umur dan kesehatan fisik, type pembedahan,

anesthesia dan komplikasi post operasi. Perawat sirkulasi, anesthesiologist / perawat

anesthesia dan ahli bedah mengantar klien ke area recovery awal periode post

operasi.

b. Pengkajian

Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat

mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan

emosi, sebelum pembedahan dan alergi.

Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik

1) System Pernafasan

Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:

a) Patency jalan nafas, meletakan tangan di atas mulut atau hidung.

b) Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit

depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal gangguan cardiovasculair atau

rata-rata metabolisme yang meningkat.

c) Auscultasi paru keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.

d) Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan

diafragma, retraksi sternal efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.

e) Thorax Drain.

2) Sistem Cardiovasculer.

a) Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit

(4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.

Page 20: Lp Perioperatif

b) Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung depresi miocard, shock,

perdarahan atau overdistensi.

c) Nadi meningkat shock, nyeri, hypothermia.

d) Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran

ektremitas).

e) Homan’s sign trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema,

kemerahan, nyeri).

3) Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

a) Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.

b) Ukur cairan NG tube, out put urine, drainage luka.

c) Kaji intake / out put.

d) Monitor cairan intravena dan tekanan darah.

4) Sistem Persyarafan

a) Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran semua klien dengan anesthesia

umum.

b) Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.

Anesthesia umum depresi fungsi motor.

5) Sistem Perkemihan.

a) Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia

inhalasi, IV, spinal.

Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi retensio urine.

Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah (distensi buli-

buli).

b) Dower catheter kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam

komplikasi ginjal.

6) Sistem Gastrointestinal.

a) Mual muntah 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat

menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada

bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.

b) Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.

c) Kaji paralitic ileus suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.

Page 21: Lp Perioperatif

d) Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan

decompresi dan drainase lambung. Fungsinya untuk meningkatkan istirahat,

memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah, memonitor

perdarahan, mencegah obstruksi usus, irigasi atau pemberian obat,

mengetahui jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.

7) Sistem Integumen.

a) Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma,

malnutrisi, obat-obat steroid.

b) Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.

c) Ketidakefektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :

· Infeksi luka.

· Diostensi dari udema / palitik ileus.

· Tekanan pada daerah luka.

· Dehiscence.

· Eviscerasi.

8) Drain dan Balutan

Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, (Jumlah,

warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan minimal tiap

8 jam saat di ruangan.

9) Pengkajian Nyeri

Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah, drain dan posisi intra

operative.

Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,

diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian

analgetika.

10) Pemeriksaan Laboratorium.

Dilakukan untuk memonitor komplikasi .

Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan

manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah

lengkap.