lp nyeri fay

Upload: dwi-marta-r

Post on 04-Apr-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    1/21

    LAPORAN PENDAHULUAN

    GANGGUAN PEMENUHAN RASA NYAMAN

    NYERI

    Disusun oleh :

    FAJAR PUJIYASTUTI

    P 27220010 056

    JURUSAN DIII KEPERAWATAN

    POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

    2011

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    2/21

    LAPORAN PENDAHULUAN

    GANGGUAN PEMENUHAN RASA NYAMAN

    NYERI

    A. Konsep Dasar

    I. Definisi.

    1. Menurut Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu

    keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui

    hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.

    2. Menurut Wolf Weifsel Feurst (1972), mengatakan bahwa nyeri

    merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau

    perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

    3. Menurut Keperawatan, nyeri adalah apapun yang menyakitkan

    tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapan pun

    individu mengatakannya.

    4. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri

    adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang

    terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau

    menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

    II. Istilah dalam nyeri

    1. Nosiseptor adalah serabut saraf yang mentransmisikan nyeri.

    2. Non-nosiseptor adalah serabut saraf yang biasanya tidakmentransmisikan nyeri.

    3. Sistem nosiseptif adalah sistem yang terlibat dalam transmisi dan

    persepsi terhadap nyeri.

    4. Ambang nyeri adalah stimulus yang paling kecil yang akan

    menimbulkan nyeri.

    5. Toleransi nyeri adalah intensitas maksimum atau durasi nyeri yang

    dapat ditahan oleh individu.

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    3/21

    III. Sifat-sifat nyeri

    1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.

    2. Nyeri bersifat subjektif dan individual.

    3. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X dan lab

    darah.

    4. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat

    perubahan fisiologis, tingkah laku, dan dari pernyataan klien.

    5. Hanya pasien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa

    rasanya.

    6. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.

    7. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya suatu kerusakan jaringan.

    8. Nyeri mengawali ketidakmampuan.

    9. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri

    yang tidak optimal.

    Secara ringkas sifat nyeri dapat disimpulkan sebagai berikut:

    a. Nyeri bersifat individu.

    b. Nyeri tidak menyenangkan.

    c. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi.

    d. Bersifat tidak berkesudahan.

    IV. Fisiologis nyeri

    Untuk memudahkan dalam memahami nyeri, maka perlu

    mempelajari 3 komponen fisiologi nyeri, antara lain:

    a) Resepsi : Proses perjalanan nyeri.

    b) Persepsi : Kesadaran seseorang terhadap nyeri.

    Adanya stimuli yang mengenai tubuh ( mekanik, termal, kimia ) akan

    menyebabkan pelepasan substansi kimia ( histamine, bradikinin,

    kalium ). Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila

    nosiseptor mencapai ambang nyeri maka akan timbul impuls saraf yang

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    4/21

    akan dibawa menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu

    hangat dan tekanan halus. Reseptor terletak di struktur permukaan.

    c) Reaksi : Respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan

    nyeri.

    Neuroregulator

    1. Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf,

    berperan penting pada pengalaman nyeri.

    2. Substansi ini ditemukan pada nociceptor yaitu pada akhir saraf

    dalam kornu dorsalis medulla spinalis dan pada tempat reseptor dalam

    saluran spinotalamik.

    3. Neororegulator ada 2 macam yaitu Neurotransmiter dan

    Neuromodulator.

    4. Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah

    sinaptik antara 2 serabut saraf. ( Contoh: supstansi P, serotonin,

    prostaglandin ).

    5. Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur

    transmisi stimulus saraf tanpa mentransfer secara langsung sinyal saraf

    yang melalui synaps. ( Contoh: endorphin, bradikinin ).

    6. Neuromodulator diyakini aktivitasnya secara tidak langsung bisa

    meningkatkan atau menurunkan efek sebagai neurotransmitter.

    V. Teory Gate Control

    Teori ini dikenal oleh Melzak dan Wall pada tahun 1965. Menurut

    teori ini, sinaps yang berada pada dorsal hom bekerja seperti sebuah pintu

    membuka atau menutup sehingga apabila ada rangsang nyeri pintu tersebut

    akan ditutup sehingga nyeri tersebut tidak sampai di otak atau pintu itu

    dibuka sehingga nyeri sampai ke otak. Hipotesis teori ini adalah apabila ada

    sejumlah impuls nyeri yang berjalan sepanjang serabut saraf tebal ( seperti:

    panas, dingin atau sentuhan), maka sejumlah impuls nyeri tersebut berusaha

    untuk dicegah dengan cara menutup pintu pada serabut saraf tersebut.

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    5/21

    Individu akan merasakan nyeri hanya jika pintu sinaps dibukivata atau

    impuls sangat dominan.

    VI. Respon fisiologis terhadap nyeri

    1. Stimulasi Simpatik: ( nyeri ringan, moderat, dan superficial ).

    a) Dilatasi saluran bronchial dan peningkatan respirasi rate.

    b) Peningkatan heart rate.

    c) Vasokontriksi perifer, peningkatan Blood Pessure.

    d) Peningkatan nilai gula darah.

    e) Peningkatan kekuatan otot.

    f) Dilatasi pupil.

    g) Penurunan motilitas GI.

    2. Stimulus Parasimpatik ( nyeri berat dan dalam ).

    a) Muka pucat.

    b) Otot mengeras.

    c) Penurunan Heart Rate dan Blood Pressure.

    d) Nafas cepat dan irregular.

    e) Nausea dan Vomitus (Mual & Muntah).

    f) Kelelahan dan Keletihan.

    VII. Respon tingkah laku terhadap nyeri

    Respon tingkah laku terhadap nyeri dapat mencakup:

    1.Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak napas, mendengkur).

    2.Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir)

    3.Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan

    gerakan jari dan tangan.

    4.Kontak dengan orang lain/ interaksi sosial (menghindari percakapan,

    menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada

    aktivitas menghilangkan nyeri.

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    6/21

    VIII. Respon individu terhadap nyeri

    Respon tubuh terhadap nyeri ada 3 tahap, yaitu:

    a. Tahap aktivasi (activation)

    Dimulai saat pertama individu menerima rangsang nyeri sampai

    tubuh bereaksi terhadap nyeri yang meliputi : respon simpato adrenal,

    respon muskuler, dan respon emosional.

    Respon Simpato Adrenal Respon Muskuler Respon Emosional

    1. Denyut nadi naik.

    2. Tekanan darah

    naik.

    3. Pernapasan naik.

    4. Berkeringat

    banyak.

    5. Mual dan muntah,

    karena darah

    mengalir dari otot

    visral ke otot paru,

    jantung, dan otot

    keras.

    6. Pucat.

    7. Dilatasi bronchial.

    8. Glikogenolisis.

    9. Pelepasan eritrosit

    dari limpa.

    10. Dilatasi pupil.

    1. Tensi otot

    naik.

    2. Otot kaku

    menggeliat

    sakit.

    3. Gelisah.

    4. Mengambil

    posisi tertentu.

    5. Imobilitas.

    6. Mengusap

    daerah yang

    nyeri.

    1. Bergejolak.

    2. Mudah

    tersinggung.

    3. Perubahan tingkah

    laku.

    4. Berteriak.

    5. Menangis.

    6. Diam.

    7. Kewaspadaan.

    b. Tahap Pemantulan (rebound).

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    7/21

    Pada tahap ini nyeri sangat hebat tetapi singkat. Pada tahap ini pula

    sistem saraf parasimpatis mengambil alih tugas, sehingga terjadi

    respon yang berlawanan terhadap tahap aktivasi.

    c. Tahap adaptasi (adaptation).

    Saat nyeri berlangsung lama tubuh mencoba untuk beradaptasi

    melalui peran endorthins. Reaksi adaptasi tubuh ini terhadap nyeri

    dapat berlangsung beberapa jam atau beberapa hari. Bila nyeri

    berkepanjangan maka akan menurunkan sekresi norepineprin sehingga

    individu merasa tidak berdaya, tidak berharga dan lesu.

    IX. Fase Nyeri

    Menurut Meinhart dan McCaffery mendiskripsikan 3 fase

    pengalaman nyeri:

    1.Fase antisipasi, terjadi sebelum nyeri diterima.

    Fase ini bukan merupakan fase yang paling penting, karena

    fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini

    memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk

    menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat

    penting , terutama dalam memberikan informasi pada klien.

    2.Fase sensasi, terjadi saat nyeri terasa.

    Fase ini terjadi ketika klien merasa nyeri, karena nyeri itu

    bersifat subjektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga

    berbeda-beda. Toleransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu

    orang dengan yang lain. Orang yang mempunyai tingkat toleransi

    tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus

    kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan

    mudah merasa nyeri dengn stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat

    toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan,

    sebaliknya orang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari

    upaya pencegahan nyeri, sebelum nyeri datang. Keberadaan enkefalin

    dan endorphin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    8/21

    merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorphin

    tiap individu, individu dengan endorphin tinggi sedikit merasakan

    nyeri dan individu dengan sedikit endorphin merasakan nyeri lebih

    besar.

    3.Fase akibat (aftermath)

    Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase

    ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri

    bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala pasca

    nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon

    akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat.

    Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk

    meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

    X. Klasifikasi nyeri

    a. Berdasarkan sumbernya

    1) Cutaneus/ superficial, yaitu nyeri yang mengenai kulit atau jaringan

    subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar).

    Contoh: Terkena ujung pisau atau tergunting

    2) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,

    pembuluh darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lama

    daripada cutaneus.

    Contoh: Sprain sendi

    3) Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga

    abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,

    ischemia, regangan jaringan.

    b. Berdasarkan Penyebabnya

    1) Fisik

    Bisa terjadi karena stimulus.

    Contoh: fraktur femur

    2) Psycogenik

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    9/21

    Terjadi karena sebab yang kurang jelas/ susah diidentifikasi,

    bersumber dari emosi/ psikis dan biasanya tidak disadari.

    Contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada

    dadanya.

    c. Berdasarkan lama/ durasi

    1) Nyeri akut

    Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh mengalami cedera,

    atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan

    intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah

    sebagai pemberi peringatan akan adanya cedera atau penyakit yang

    akan datang. Nyeri ini kadang bisa hilang sendiri tanpa adanya

    intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.

    2) Nyeri kronik

    Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang

    menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama,

    intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan.

    Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena

    pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain.

    Nyeri ini dapat berlangsung terus sampai kematian. Klien yang

    mengalami kronis akan mengalami periode remisi (gejala hilang

    sebagian/ keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat).

    Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan

    yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab

    utama ketidakmampuan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronis yang

    tidak dapat diekspresikan membuat klien menjadi frustasi dan

    seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang

    mengalam kronik akan timbul perasaan yang tidak aman, karena ia

    tidak tahu apa yang akan dirasakan dari hari ke hari.

    Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis

    Nyeri akut Nyeri kronik

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    10/21

    1. Lamanya dalam hitungan

    menit (lamanya 1 detik

    sampai kurang dari 6 bulan).

    2. Ditandai dengan peningkatan

    BP, nadi, dan respirasi.

    3. Respon pasien: fokus pada

    nyeri, menyatakan nyeri

    dengan menangis atau

    mengerang.

    4. Tingkah laku menggosok

    bagian yang nyeri.

    1. Lamanya dalam hitungan bulan (>

    6 bulan).

    2. Fungsi fisiologis bersifat normal.

    3. Tidak ada keluhan nyeri.

    4. Tidak ada aktifitas fisik sebagai

    respon terhadap nyeri.

    d. Berdasarkan lokasi/ letak

    1) Radiating pain

    Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (contoh:

    cardiac pain).

    2) Reffered pain

    Nyeri di rasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan

    berasal dari jaringan penyebab.

    3) Intracable pain

    Nyeri yang sangat susah dihilangkan (contoh: nyeri kanker

    maligna).

    4) Phantom pain

    Sensasi nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang hilang (contoh:bagian tubuh yang di amputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh

    karena injury medulla spinalis.

    XI. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri

    1. Usia

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    11/21

    Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus

    mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang

    melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami perubahan fungsi.

    Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka

    menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang harus dijalani dan

    mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri

    diperiksakan.

    2. Jenis Kelamin

    Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda

    secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor

    budaya (contoh: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita

    boleh mengeluh nyeri).

    3. Kultur

    Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka

    meresapon nyeri (contoh: suatu daerah yang menganut kepercayaan

    bahwa nyeri adalah akibat dari kesalahannya sendiri).

    4. Makna nyeri

    Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap

    nyeri dan bagaimana mengatasinya.

    5. Perhatian

    Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat

    mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang

    meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan

    upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.

    Teknik relaksasi, guided imagery merupakan teknik untuk mengatasi

    nyeri.

    6. Ansietas

    Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa

    menyebabkan seseorang cemas.

    7. Pengalaman masa lalu

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    12/21

    Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau

    dan saat ini nyeri yang lama timbul kembali, maka ia akan lebih mudah

    mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri

    tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

    8. Pola koping

    Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri

    dan sebaliknya koping maladaptif akan menyulitkan seseorang dalam

    mengatasi nyeri.

    9. Support keluarga dansosial

    Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada

    anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,

    bantuan dan perlindungan.

    Jenis Penyebab Nyeri

    Jenis penyebab Dasar fisiologis

    1. Mekanik

    - Trauma jaringan (ex:

    operasi).

    - Perubahan jaringan

    (ex:edema).

    - Penyumbatan pada saluran

    tubuh.

    - Tumor.

    - Spasme otot.2. Termal

    Panas/ dingin (ex: combustio).

    3. Kimia

    - Iskemia jaringan karena

    sumbatan arteri koroner.

    - Spasme otot.

    - Kerusakan jaringan, iritasi langsung

    pada reseptor nyeri, inflamasi.

    - Penekanan pada reseptor nyeri

    - Distensi pada lumen

    - Penekanan pada reseptor nyeri, iritasi

    ujung saraf.

    - Stimulasi pada reseptor nyeri.

    - Kerusakan jaringan, perangsangan pada

    reseptor nyeri.- Perangsangan pada reseptor nyeri

    karena akumulasi asam laktat atau zat

    kimia lain seperti asam laktat pada

    jaringan.

    - Sekunder terhadap stimulasi mekanik

    yang menyebabkan iskemia jaringan.

    XII. Management Nyeri

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    13/21

    1. Management Farmakologi, terdiri atas:

    a. Analgesik non opioids

    Termasuk nonsteroidal anti inflamatory drugs ( NSAIDS ), seperti:

    Aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen. Menurut American Pain

    Society, obat-obatan ini bekerja pada saraf perifer di daerah luka dan

    menurunkan tingkat/ level inflamasi.

    b. Analgesik opioids

    Analgesik opioids termasuk opium derivate, seperti morfin dan

    kodein. Obat-obat ini bekerja dengan cara mengubah mood,

    perhatian, perasaan pasien menjadi lebih baik, dan lebih nyaman

    walaupun terdapat nyeri.

    c. Analgesik adjuvant.

    Analgesik adjuvant adalah terapi pengobatan selain menggunakan

    analgesic, tetapi dapat mengurangi tipe-tipe nyeri kronik. Contohnya

    Diazepam (Valium) yang dapat menggunakan rasa nyeri pada saat

    terjadi spasme otot membantu bisa tidur nyenyak.

    2. Management non Farmakologi, terdiri atas:

    a. Intervensi fisik

    Tujuan dari intervensi fisik adalah:

    1) Membuat nyaman.

    2) Mengurangi disfungsi fisik.

    3) Menormalkan respon fisiologis.

    4) Mengurangi ketakutan.

    b. Cutaneous Stimulation

    Yang termasuk cutaneous stimulation:

    1) Pemijatan/massage

    2) Kompres panas/dingin

    3) Asupressure

    4) Contralateral Stimulation

    c. Immobilisasi

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    14/21

    Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat

    kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot. Splint ini harus

    diubah posisinya tiap 30 menit untuk mencegah terjadinya penyakit

    baru seperti dicubitus.

    d. TENS

    Transcutaneous electrice nerve stimulation (TENS) adalah

    noninvasive, teknik control nyeri nonalgesic untuk klien dengan

    nyeri akut ataupun kronik.

    e. Akupuntur

    Akupuntur telah diterapkan di China dan mendapat perhatian tinggi

    dari Amerika Utara. Biasanya digunakan untuk nyeri akut.

    f. Placebo

    Placebo adalah salah satu bentuk treatment seperti medikasi atau

    tindakan keperawatan ya ng menghasilkan efek pada klien, bahwa

    tindakan yang dilakukan atau yang diberikan perawat dapat

    menyembuhkan penyakit.

    g. Distraksi

    Contoh dari distraksi adalah pada saat klien dipindahkan dari ruang

    bedah mungkin tidak merasakan nyeri saat melihat pertandingan

    sepak bola di televisi, tapi nyeri akan dirasakan lagi pada saat

    pertandingan itu sudah selesai.

    h. Hypnosis

    Hypnosis digunakan untuk memfokuskan konsentrasi dan

    meminimalisir distraksi.

    i. Relaksasi

    Macam-macam teknik relaksasi : meditasi, yoga, dan latihan

    relaksasi progresif. Teknik ini tidak dilakukan pada pasien yang

    nyeri akut karena ketidakmampuan berkonsentrasi. Latihan relaksasi

    progresif mencakup latihan control nafas, kontraksi, dan relaksasi

    otot.

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    15/21

    B. Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian

    Pengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri

    yang afektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan

    dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu

    mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri, seperti factor fisiologis,

    psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri

    atas dua komponen utama, yakni (a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data

    dari klien dan (b) observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis

    klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif

    terhadap pengalaman subjek. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara

    PQRTS :

    P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya

    nyeri.

    Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.

    R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.

    S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri.

    T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

    a. Riwayat Nyeri

    Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan

    klien kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap

    nyeri dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini

    akan membantu perawt memahami makna nyeri bagi klien dan

    bagaimana ia berkoping terhadap aspek, antara lain :

    1). Lokasi

    Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien

    menunjukkan area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan

    dengan bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian

    tubuhnya yang mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama

    untuk klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.

    2). Intensitas Nyeri

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    16/21

    Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah

    dan terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala

    nyeri yang paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10.

    Angka 0 menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi

    menandakan nyeri terhebat yang dirasakan klien. Intensitas nyeri

    dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri

    wajah, yaitu Wong-Baker FACES Rating Scale yang ditujukan

    untuk klien yang tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya

    melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu

    berkomunikasi secara verbal dan lan sia yang mengalami gangguan

    komunikasi.

    3). Kualitas Nyeri

    Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau

    ditusuk-tusuk. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan

    klien untuk menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat

    dapat berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta

    pilihan tindakan yang diambil.

    4). Pola

    Pola nyeri meliputi: waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan

    kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji

    kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri

    berulang dan kapan nyeri terakhir kali muncul.

    5). Faktor Presipitasi

    Terkadang aktivitas tertentu dapat memicumunculnya nyeri.

    Sebagai contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri

    dada. Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan yang sangat dingin

    atau sangat panas), stresor fisik dan emosional juga dapat memicu

    munculnya nyeri.

    6). Gejala yang menyertai

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    17/21

    Gejala ini meliputi: mual, muntah, pusing dan diare. Gejala

    tersebut bisa disebabkan oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu

    sendiri.

    7). Pengaruh aktifitas sehari-hari

    Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi

    aktivitas harian klien akan akan membantu perawat memahami

    persepsi klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu

    dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan, konsentrasi,

    pekerjaan, hubungan interpesonal, hubungan pernikahan, aktivitas di

    rumah, aktivitas waktu seggang serta status emosional.

    8). Sumber koping

    Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam

    menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh

    pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama/budaya.

    9). Respon afektif

    Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung

    pada situasi, derajat dandurasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan

    banyak faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan

    ansietas, takut, lelah, depresi atau perasaan gagal pada diri klien.

    b. Observasi respons perilaku dan fisiologis

    Banyak respons nonverbal/perilaku yang bisa dijadikan

    indikator nyeri diantaranya :

    1). Ekspresi wajah:

    Menutup mata rapat-rapat

    Membuka mata lebar-lebar

    Menggigit bibir bawah

    2). Vokalisasi:

    Menangis

    Berteriak

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    18/21

    3). Imobilisasi (bagian tubuh yang mengalami nyeri akan digerakan

    tubuh tanpa tujuan yang jelas):

    Menendang-nendang

    Membolak-balikkan tubuh diatas kasur

    Sedangkan respons fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung

    pada sumber dan durasi nyeri. Pada awal awitan nyeri akut, respons

    fisiologis:

    Peningkatan tekanan darah

    Nadi dan pernapasan

    Diaforesis

    Dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis.

    Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama dan saraf simpatis

    telah beradaptasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan berkurang

    atau bahkan tidak ada. Karenanya, penting bagi perawat untuk

    mengkaji lebih dari satu respons tersebut merupakan indikator yang

    buruk untuk nyeri.

    2. Diagnosa Keperawatan

    a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.

    b. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan.

    3. Perencanaan Keperawatan

    a. Nyeri Akut

    1). Tujuan: Setelah dilakukan selama 1x24 jam tindakan diharapkan

    nyeri berkurang.

    2). Kriteria hasil:

    a. Nyeri berkurang

    b. Ekspresi wajah tenang

    c. Tanda-tanda vital (TD: 120/80 mmHg, N: 60-100 x/menit, R: 16-

    20 x/menit).

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    19/21

    d. Klien dapat istirahat dan tidur normal sesuai dengan usianya.

    Intervensi Rasional

    a. Pantau/catat karakteristik

    nyeri, catat laporan

    verbal, petunjuk nonverbal dan

    respon

    hemodinamik.

    b. Ambil gambar lengkap

    terhadap nyeri dari pasien

    termasuk lokasi, intensitas (0-

    10), lamanya, kualitas

    (dangkal atau menyebar) dan

    penyebaran.

    c. Anjurkan pasien untuk

    melaporkan nyeri dengan

    segera.

    d. Bantu melakukan teknik

    relaksasi ( misalnya: nafas

    dalam/perlahan, perilaku

    distraksi. Visuaisasi dan

    bimbingan imajinasi.

    e. Periksa tanda vital sebelum

    atau sesudahpenggunaan obat narkotik.

    f. Berikan obat analgesik sesuai

    indikasi.

    a.Variasi penampilan dan perilaku

    pasien karena nyeri

    terjadi sebagai temuan pengkajian.

    b.Nyeri sebagai pengalaman subjektif

    dan harus

    digambarkan oleh pasien.

    Bantu

    pasien untuk menilai

    nyeri dengan membandingkannya

    dengan

    pengalaman nyeri.

    c.Penundaan pelaporan nyeri

    menghambat peredaran

    nyeri/memerlukan peningkatan dosis

    obat. Selain itu, nyeri berat dapat

    menyebabkan syok dengan

    merangsang sistem syaraf simpatis,

    mengakibatkan kerusakan lanjut dan

    mengganggu diagnostik serta

    hilangnya nyeri.

    d. Membantu dalam penurunanpersepsi/respon nyeri.

    Memberikan kontrol situasi,

    meningkatkan perilaku positif.

    e. Hipotensi/depresi pernafasan dapat

    terjadi sebagai akibat pemberian

    narkotik.

    f. Membantu proses penyembuhan

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    20/21

    pasien.

    b. Nyeri kronis

    1). Tujuan: Setelah dilakukan selama 2x24 jam tindakan diharapkan

    nyeri teratasi sebagian.

    2). Kriteria hasil:

    - Skala nyeri dalam rentang 1-3.

    - Raut muka tidak menahan nyeri.

    - Klien sudah tidak memegangi area yang nyeri.

    Intervensi Rasional

    - Catat karakteristik nyeri.

    - Berikan posisi semi

    fowler.

    - Ajarkan teknik relaksasi.

    - Kolaborasi pemberian

    obat analgesik

    sesuai dengan indikasi.

    - Mempermudah dalam tindakan

    pengobatan kepada klien.

    - Membantu memberikan rasa

    nyaman kepada klien.

    - Menambah pengetahuan pasien

    dalam mengurangi

    rasa nyeri.

    - Membantu pasien dalam

    mengurangi rasa nyeri.

    4. EvaluasiEvaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan

    dalam merespon rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri,

    menurunnya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yang baik dan pasien

    mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.

  • 7/31/2019 Lp Nyeri Fay

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Carpenito, Lynda Juall. 1995.Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

    Doenges,Marilynn E,dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

    Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan Pasien.Jakarta:EGC.

    Hidayat,A.Aziz Alimul.2008.Pengantar kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi

    Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.

    Mubarak,Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin.2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar

    Manusia: Teori dan Aplikasi dalam Praktik.Jakarta:EGC.