lp gagal nafas
DESCRIPTION
lp pada kasus pasien gagal nafasTRANSCRIPT
MAKALAH KONSEP ASKEP “ GAGAL NAFAS ”
DI SUSUAN OLEH:Kelompok 2
1. Agung Jostiarko 7. Rensa Maulana2. Bayu Muhammad I 8. Rendra Bagus S3. Ertinda Devita Sari 9. Riska Destriana4. Giyarni 10. Rosita5. Intan Wahyu S 11. Sinta Dewi A6. Nuring Widyawati 12. Yuliska Isdayanti
DIII - DIV KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAHPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2012/2013
3 | GAGAL NAFAS
BAB IIKATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan berkah, rahmat, dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas Keperawatan Kritis
serta untuk memperdalam pengetahuan ”Gagal Nafas” .
Dalam pembuatan makalah ini penulis tidak terlepas dari dukungan beberapa
pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Ibu Siti Lestari MN selaku dosen Keperawatan Kritis yang telah
membimbing penulis dalam menyusun makalah ini, juga teman-teman D-IV
Keperawatan Medikal Bedah tingkat III yang ikut mengapresiasi hasil makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan
serta kesalahan baik penulisan maupun pembahasannya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat saya butuhkan demi sempurnanya makalah ini. Sepeti peribahasa
“Tak ada gading yang tak retak”, masih banyak kekurangan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.
Surakarta, 10 September 2013
Penyusun
4 | GAGAL NAFAS
DAFTAR ISI
HalamanJudul............................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................iii
BAB I TinjauanTeori Gagal Nafas
A. Pengertian .......................................................................................................1
B. Etiologi ...........................................................................................................2
C. Patofisiologi ...................................................................................................2
D. Manifestasi klinis ...........................................................................................6
E. Pemeriksaan penunjang ..................................................................................6
F. Komplikasi ......................................................................................................6
G. Diagnosa banding ...........................................................................................7
H. Pencegahan......................................................................................................8
I. Penatalaksanaan dan terapi...............................................................................8
BAB II Asuhan Keperawatan Gagal Nafas
A. Pengkajian ......................................................................................................12
B. Pemeriksaan fisik............................................................................................14
C. Diagnosa keperawatan ....................................................................................15
D. Intervensi keperawatan ..................................................................................16
Daftar Pustaka............................................................................................................22
5 | GAGAL NAFAS
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi (Susan Martin T, 1997).
Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan (Heri Rokhaeni, dkk, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi
oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia).
(Brunner & Sudarth, 2001).
Klasifikasi gagal nafas:
Tipe I : Disebut gagal nafas normokapnu hipoksemia : PaO2 rendah
dan PCO2 normal. Gagal napas hipoksemia (tipe I) ditandai dengan
menurunnya tekanan arterial oksigen (Pa O2) hingga di bawah 60 mm Hg
dengan tekanan arterial karbon dioksida yang normal atau rendah (Pa CO2). Ini
merupakan bentuk paling umum dari gagal napas dan dapat diasosiasikan
dengan segala bentuk penyakit paru yang akut, yang secara menyeluruh
melibatkan pengisian cairan pada unit alveolus atau kolaps dari unit alveolus.
Beberapa contoh dari gagal napas tipe I adalah edema paru kardiogenik atau
nonkardiogenik, pneumonia, dan perdarahan pulmoner.
Tipe II : Disebut gagal nafas Hiperkapnu hipoksemia : PaO2 rendah
dan PCO2 Tinggi. Gagal napas hiperkapnia (tipe II) ditandai dengan
meningkatnya PaCO2melebihi 50 mm Hg. Hipoksemia biasa terjadi pada
6 | GAGAL NAFAS
pasien dengan gagal napas tipe ini yang bernapas dengan udara ruangan.
Keasaman atau pH bergantung pada kadar bikarbonat, yang kembali lagi
bergantung pada durasi hiperkapnia. Etiologi umum termasuk overdosis obat,
penyakit neuromuskular, abnormalitas dinding dada, dan gangguan jalan
napas berat (contohnya padaasma dan PPOK/penyakit paru obstruktif kronis).
B. ETIOLOGI
1. Depresi sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak
(pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak
terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada
saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangat
mempengaruhi ventilasi.
3. Efusi pleura, hematotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat
menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan
nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas.
7 | GAGAL NAFAS
Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas.
Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru
dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal
nafas.
Penyebab gagal nafas berdasarkan lokasi adalah :
1. Penyebab sentral
a. trauma kepala : contusio cerebri
b. radang otak : encephaliti
c. gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
2. Penyebab perifer
a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle
relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
(harsono, 1996)
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda
Gagal nafas total
Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan
sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
8 | GAGAL NAFAS
Adanya kesulitasn inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi
buatan
Gagal nafas parsial
Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan
whizing.
Ada retraksi dada
2. Gejala
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis
(PO2 menurun)
D. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas
kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal
nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
(penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal
nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas
kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt
tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah
ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
9 | GAGAL NAFAS
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla).
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak,
ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan
menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal.
Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak
adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang
dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia
atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
PHATWAY GAGAL NAFAS
- Trauma
- depresi system saraf pusat
- penyakit akut paru
- kelainan neurologis
- efusi pleura,hemotokrat dan pneumotorka
↓
Gg saraf pernafasan dan otot pernafasan
↓
↑ permeabilitas membrane alveolan kafiler
Gg evitalium alveolar gg endothalium
↓ kapiler
Odema paru ↓
↓ cairan masuk ke intertisial
↓comlain paru ↓
↓ ↑ tahanan jalan nafas
↓ cairan surfaktan ↓
↓ kehilangan fungsi silia sal pernafasan
Gg pengembangan paru ↓
10 | GAGAL NAFAS
bersihan jalan nafas
tidak efektif
Kolap alveoli↓ ekspansi paru
Ventilasi dan perfusi ↓Tidak seimbang
↓Terjadi hipoksemia/hiperkapnia
↓
↓O2 dan CO2→ dyspenia,sianosis → ↓curah jantung→
Sumber : ((harsono, 1996)\
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
2. Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui
• Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
• EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
F. PENANGANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
1. Terapi oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau
nasal prong
2. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP)
atau PEEP
11 | GAGAL NAFAS
pola nafas tidak efektif
gg pertukaran gas
gg perfusi jaringan
3. Inhalasi nebuliser
4. Fisioterapi dada
5. Pemantauan hemodinamik/jantung
6. Pengobatan Brokodilator Steroid
7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
G. ASKEP
Pengkajian
1. Airway
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Menggunakan otot aksesori pernapasan
c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
4. Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain GCS,
dengan memperhatikan refleks pupil, diameter pupil.
5. Eksposure
12 | GAGAL NAFAS
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem, pucat, tampak
lemah, adanya perlukaan atau adanya kelainan yang didapat secara
objektif.
Pemeriksaan fisik : ( Menurut pengumpulan data dasar oleh Doengoes, 2000)
1. Sistem kardiovaskuler
Tanda : Takikardia, irama ireguler
S3S4/Irama gallop
Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung
menandakan udara di mediastinum)
TD : hipertensi/hipotensi
2. Sistem pernafasan
Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru ,
keganasan, “lapar udara”, batuk
Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot
asesori, penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi :
hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area
berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang,
reduksi ekskursi thorak.
3. Sistem integumen
cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung,
stupor
4. Sistem musculoskeletal
Edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2- 4.
5. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
6. Sistem gastrointestinal
Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi.
13 | GAGAL NAFAS
7. Sistem neurologi
Sakit kepala
8. Sistem urologi
Penurunan haluaran urine
9. Sistem reproduksi
Tidak ada masalah pada reproduksi. Tidak ada gangguan pada
rahim/serviks.
10. Sistem indera
Penglihatan : penglihatan buram,diplopia, dengan atau tanpa
kebutaan tiba-tiba.
Pendengaran : telinga berdengung
Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap
Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap
panas/dingin tajam/tumpul baik.
11. Sistem abdomen
Biasanya kondisi disertai atau tanpa demam.
12. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat
menjalar ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
13. Keamanan
Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat
radiasi/kemoterapi
14. Penyuluhan/pembelajaran - Gejala : riwayat factor resiko keluarga
dengan tuberculosis
14 | GAGAL NAFAS
Prioritas diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan
nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi
sekunder terhadap hipoventilasi
4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
Sumber : (doengoes, 2002)
Intervensi dan rasional
No Diagnose Tujuan/KH Intervensi Rasional
1. Tidak efektifnya
jalan nafas
berhubungan
dengan,peningkatan
sekret pulmonal,
peningkatan
resistensi jalan
nafas
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
jalan nafas efektif
Tujuan :
- Pasien dapat
mempertahankan
jalan nafas
dengan bunyi
nafas yang jernih
dan ronchi (-)
- Pasien bebas
dari dispneu -
Mengeluarkan
sekret tanpa
kesulitan
1. Catat perubahan
dalam bernafas dan
pola nafasnya
2. Observasi dari
penurunan
pengembangan dada
dan peningkatan
fremitus –
3. Catat karakteristik
dari suara nafas
4. Catat karakteristik
dari batuk
5. Pertahankan posisi
tubuh/posisi kepala
dan gunakan jalan
nafas tambahan bila
1. otot-otot
interkostal/abdomi
nal/leher dapat
meningkatkan
usaha dalam
bernafas
2. Pengembangan
dada dapat
menjadi batas dari
akumulasi cairan
dan
adanya cairan
dapat
meningkatkan
fremitus
3. Suara nafas
15 | GAGAL NAFAS
perlu
6. Kaji kemampuan
batuk, latihan nafas
dalam, perubahan
posisi dan lakukan
suction bila ada
indikasi
7. Peningkatan oral
intake jika
memungkinkan
Kolaboratif
8. Berikan oksigen,
cairan IV ;
tempatkan di kamar
humidifier sesuai
indikasi
9. Berikan therapi
aerosol, ultrasonik
nabulasasi
10. Berikan
fisiotherapi dada
misalnya : postural
drainase, perkusi
dada/vibrasi jika
ada indikasi
11. Berikan
bronchodilator
misalnya :
aminofilin, albuteal
dan mukolitik
terjadi karena
adanya aliran
udara melewati
batang tracheo
branchial dan juga
karena adanya
cairan, mukus atau
sumbatan lain dari
saluran nafas
4. Karakteristik
batuk dapat
merubah
ketergantungan
pada penyebab
dan etiologi dari
jalan nafas.
Adanya sputum
dapat dalam
jumlah yang
banyak, tebal dan
purulent
5. Pemeliharaan
jalan nafas
bagian nafas
dengan paten
6. Penimbunan
sekret
mengganggu
ventilasi dan
predisposisi
16 | GAGAL NAFAS
perkembangan
atelektasis dan
infeksi paru
7. Peningkatan
cairan per oral
dapat
mengencerkan
sputum
8. Mengeluarka
n sekret dan
meningkatkan
transport oksigen
9. Dapat
berfungsi sebagai
bronchodilatasi
dan mengeluarkan
secret
10.Meningkatkan
drainase secret
paru, peningkatan
efisiensi
penggunaan otot
otot pernafasan
11.Diberikan untuk
mengurangi
bronchospasme,
menurunkan
viskositas sekret dan
meningkatkan
17 | GAGAL NAFAS
2. Pola nafas tidak
efektif b.d
penurunan
ekspansi paru
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
pasien dapat
mempertahankan
pola
pernapasan yang
efektif
Kriteria Hasil :
Pasien
menunjukkan
•Frekuensi, irama
dan
kedalaman
pernapasan
normal
•Adanya
penurunan
dispneu
•Gas-gas darah
dalam batas
normal
1. Kaji frekuensi,
kedalaman dan
kualitas pernapasan
serta pola
pernapasan.
2. Kaji tanda vital dan
tingkat kesasdaran
setaiap jam dan prn
3. Monitor pemberian
trakeostomi bila
PaCo2 50 mmHg
atau PaO2< 60
mmHg
4. Berikan oksigen
dalam bantuan
ventilasi dan
humidifier sesuai
dengan pesanan
5. Pantau dan catat
gas-gas darah sesuai
indikasi : kaji
kecenderungan
kenaikan PaCO2
atau kecendurungan
penurunan PaO2
6. Auskultasi dada
untuk
mendengarkan
bunyi nafas setiap 1
18 | GAGAL NAFAS
jam
7. Pertahankan tirah
baring dengan
kepala tempat tidur
ditinggikan 30
sampai 45 derajat
untuk
mengoptimalkan
pernapasan
8. Berikan dorongan
utnuk batuk dan
napas dalam, bantu
pasien untuk
mebebat dada
selama batuk
9. Instruksikan pasien
untuk melakukan
pernapasan
diagpragma atau
bibir
10. Berikan bantuan
ventilasi mekanik
bila PaCO > 60
mmHg. PaO2 dan
PCO2 meningkat
dengan frekuensi 5
mmHg/jam. PaO2
tidak dapat
dipertahankan pada
60 mmHg atau
19 | GAGAL NAFAS
lebih, atau pasien
memperlihatkan
keletihan atau
depresi mental atau
sekresi menjadi
sulit untuk diatasi.
3. Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan
abnormalitas
ventilasi-perfusi
sekunder terhadap
hipoventilasi
Setelah diberikan
tindakan
keperawatan
pasien dapat
mempertahankan
pertukaran gas
yang
adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu
menunjukkan :
•Bunyi paru
bersih
•Warna kulit
normal
•Gas-gas darah
dalam batas
normal untuk
usia yang
diperkirakan
1. Kaji terhadap tanda
dan gejala hipoksia
dan hiperkapnia
2. Kaji TD, nadi apikal
dan tingkat
kesadaran
setiap[ jam dan prn,
laporkan perubahan
tingkat kesadaran
pada dokter.
3. Pantau dan catat
pemeriksaan gas
darah, kaji adanya
kecenderungan
kenaikan dalam
PaCO2 atau
penurunan dalam
PaO2
4. Bantu dengan
pemberian ventilasi
mekanik sesuai
indikasi, kaji
perlunya CPAP atau
1. Takipneu adalah
mekanisme
kompensasi untuk
hipoksemia dan
peningkatan
usaha nafas
2. Suara nafas
mungkin tidak
sama atau tidak
ada ditemukan.
Crakles terjadi
karena
peningkatan
cairan di
permukaan
jaringan yang
disebabkan oleh
peningkatan
permeabilitas
membran alveoli,
kapiler.
3. Wheezing terjadi
karena
20 | GAGAL NAFAS
PEEP.
5. Auskultasi dada
untuk
mendengarkan
bunyi nafas setiap
jam
6. Tinjau kembali
pemeriksaan sinar
X dada harian,
perhatikan
peningkatan atau
penyimpangan
7. Pantau irama
jantung
8. Berikan cairan
parenteral sesuai
pesanan
9. Berikan obat-obatan
sesuai pesanan :
bronkodilator,
antibiotik, steroid.
bronchokontriksi
atau adanya
mukus pada jalan
nafas
4. Selalu berarti bila
diberikan oksigen
(desaturas 5 gr
dari Hb)
sebelum cyanosis
muncul. Tanda
cyanosis dapat
dinilai pada
mulut, bibir
yang indikasi
adanya
hipoksemia
sistemik,
cyanosis perifer
seperti pada kuku
dan ekstremitas
adalah
vasokontriksi
5. Hipoksemia dapat
menyebabkan
iritabilitas dari
miokardium
6. Menyimpan
tenaga pasien,
mengurangi
penggunaan
21 | GAGAL NAFAS
oksigen
7. Memaksimalkan
pertukaran
oksigen secara
terus menerus
dengan tekanan
yang sesuai
8. Peningkatan
ekspansi paru
meningkatkan
oksigenasi
9. Memperlihatkan
kongesti paru
yang progresif
4. Gangguan perfusi
jaringan b.d
penurunan curah
jantung
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
pasien mampu
mempertahankan
perfusi
jaringan.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu
menunjukkan
•Status
hemodinamik
dalam bata
normal
• TTV normal
1. Kaji tingkat
kesadaran
2. Kaji penurunan
perfusi jaringan
3. Kaji status
hemodinamik
4. Kaji irama EKG
5. Kaji system
Gastrointestinal
1. Untuk
mengetahui
tingkat
kesadaran klien
2. Mengetahui
keadaan perfusi
jaringan
tercukupi apa
tidaknya
3. Untuk
memantau cairan
dalam tubuh
4. Untuk
mengetahui
kelainan di
jantung
22 | GAGAL NAFAS
5. Untuk
mengetahui
adanya kelainan
di
gastrointestinal
Daftar Pustaka
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott
company, Philadelpia.
23 | GAGAL NAFAS
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien,
EGC, Jakarta.
Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth
edition, JB Lippincott Company, Philadelphia
24 | GAGAL NAFAS