lp angina pectoris

33
Nama Mahasiswa : Daralila Santika Ruangan : Lantai 4 lama SHKJ A. TINJAUAN TEORITIS MEDIS Judul (nama penyakit/diagnosa medis) Angina Pectoris Definisi Penyakit (minimal dari 2 sumber) 1. Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993) 2. Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996) 3. Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler) Jenis angina pectoris : 1. STABLE ANGINA PECTORIS Disebabkan karena kebutuhan metabolik otot jantung dan energi yang tidak dapat dipenuhi karena terdapat stenosis yang menetap pada arteri koroner yang disebabkan oleh proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada akan timbul bila melakukan suatu pekerjaan. Berdasarkan tingkat penyebabnya, maka dapat dibagi menjadi: 1. Selalu timbul sesudah kegiatan berat 2. Timbul sesudah melakukan kegiatan sedang ( jalan cepat FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

Upload: hafid-victoria

Post on 25-Sep-2015

231 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

td

TRANSCRIPT

Nama Mahasiswa : Daralila SantikaRuangan : Lantai 4 lama SHKJA. TINJAUAN TEORITIS MEDIS

Judul (nama penyakit/diagnosa medis) Angina PectorisDefinisi Penyakit (minimal dari 2 sumber) 1. Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993)2. Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)3. Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)Jenis angina pectoris :

1. STABLE ANGINA PECTORISDisebabkan karena kebutuhan metabolik otot jantung dan energi yang tidak dapat dipenuhi karena terdapat stenosis yang menetap pada arteri koroner yang disebabkan oleh proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada akan timbul bila melakukan suatu pekerjaan.

Berdasarkan tingkat penyebabnya, maka dapat dibagi menjadi:1. Selalu timbul sesudah kegiatan berat2. Timbul sesudah melakukan kegiatan sedang ( jalan cepat 1/2 km)3. Timbul sesudah melakukan kegiatan ringan (jalan 100 m)4. Jika melakukan aktivitas yang ringan (jalan biasa)

Diagnosa Stable Angina Pectoris:1. Pemeriksaan EKG2. Uji latihan fisik (Exercise stress testing dengan atau tanpa pemeriksaan Radionuclide)3. Angiografi koroner

Terapi:1. Menghilangkan faktor pemberat2. Mengurangi faktor resiko3. Penghambat Beta4. Antagonis Kalsium

2. UNSTABLE ANGINA PECTORISDisebabkan primer oleh kontraksi otot poles pembuluh koroner sehinggga mengakibatkan iskeia miokard. Patogenesis spasme tersebut hingga kini belum dapat diketahui, kemungkinan tonus alphaadrenergik yang berlebihan. Manifase pembuluh koroner yang paling sering adalah variant (prinzmental).

Angina jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1. Angina yang baru terjadi (dalam 1 bulan)2. Crescendo Angina (meningkatnya frekuensi atau keparahan dalam beberapa hari atau minggu)3. Insufisiensi koroner akut (nyeri angina yang menetap pada saat istirahat tanpa adanya infark miokardium)Terapi:1. Nitrogliserin subligual dosis tinggi2. Untuk frokfikasis dapat dipakai pasta nitroglisrerin, nitrat dosis tinggi ataupun antagonis kalsium3. Bila bersama dengan aterosklerosis, maka diberikan kombinasi nitrat, antagonos kalsium, dan penghambat beta

3. ANGINA VARIANT (PRINZMENTAL)Disebabkan oleh vasospasma . Vasospasma merupakan kekejangan yang disebabkan oleh penyempitan arteri koronari dan berkurangnya aliran darah ke jantung. Angina jenis ini jarang terjadi.

4. ANGINA MIKROVASKULARDisebabkan karena adanya gangguan pada fungsi saluran darah yang terdapat pada jantung, kaki dan tangan.Etiologi 1. Ateriosklerosis2. Spasme arteri koroner3. Anemia berat4. Artritis5. Aorta Insufisiensi(Penuntun praktis kardiovaskuler)Manifestasi klinik 1. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan kiri.2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).3. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dizzines.6. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.Anatomi dan Fisiologi

Gambaran AnatomisJantung pada dasarnya adalah suatu pompa ganda yang menghasilkan tekanan pendorong agar darah mengalir melalui sirkulasi paru dan sirkulasi sistemik. Jantung memiliki empat bilik: setiap belahan terdiri dari sebuah atrium, atau bilik masukan vena, dan sebuah ventrikel, atau bilik keluaran arteri. Empat katup jantung mengalirkan darah dalam arah yang sesuai dan mencegah darah mengalir dalam arah yang berlawanan. Jantung bersifat self-excitable, yaitu mencetuskan sendiri kontraksi beriramanya. Kontraksi serat-serat otot jantung yang tersusun seperti spiral menghasilkan efek memeras yang penting agar pemompaan berlangsung efisien. Yang juga penting agar pemompaan efektif adalah kenyataan bahwa serat-serat otot di setiap bilik bekerja sebagai sebuah sinsitium fungsional, berkontraksi sebagai satu kesatuan.

Aktivitas Listrik di JantungImpuls jantung berasal dari nodus SA, pemacu jantung, yang memiliki kecepatan depolarisasi spontan ke ambang yang tertinggi. Setelah dicetuskan, potensial aksi menyebar ke seluruh atrium kanan dan kiri, sebagian dipermudah oleh jalur penghantar khusus, tetapi sebagian besar melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction. Impuls berjalan dari atrium ke dalam ventrikel melalui nodus AV, satu-satunya titik kontak listrik antara kedua bilik tersebut. Potensial aksi berhenti sebentar di nodus AV, untuk memastikan bahwa kontraksi atrium mendahului kontraksi ventrikel agar pengisian ventrikel berlangsung sempurna. Impuls kemudian dengan cepat berjalan ke septum antarventrikel melalui berkas His dan secara cepat disebarkan ke seluruh miokardium melalui serat-serat Purkinje. Sel-sel ventrikel lainnya diaktifkan melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction. Dengan demikian, atrium berkontraksi sebagai satu kesatuan, diikuti oleh kontraksi sinkron ventrikel setelah suatu jeda singkat. Potensial aksi serat-serat jantung kontraktil memperlihatkan fase positif yang berkepanjangan, atau fase datar, yang disertai oleh periode kontraksi yang lama, untuk memastikan agar waktu ejeksi adekuat. Fase datar ini terutama disebabkan oleh pengaktifan saluran Ca++ lambat. Karena terdapat periode refrakter yang lama dan fase datar yang berkepanjangan, penjumlahan dan tetanus otot jantung tidak mungkin terjadi. Hal ini memastikan bahwa terdapat periode kontraksi dan relaksasi yang berganti-ganti sehingga dapat terjadi pemompaan darah. Penyebaran aktivitas listrik ke seluruh jantung dapat direkam dari permukaan tubuh. Rekaman ini, EKG, dapat memberi informasi penting mengenai status jantung.

Proses Mekanis pada Siklus JantungSiklus jantung terdiri dari tiga kejadian penting:1. Pembentukan aktivitas listrik sewaktu jantung secara otoritmis mengalami depolarisasi dan repolarisasi.2. Aktivitas mekanis yang terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan) dan diastol (relaksasi dan pengisian) berganti-ganti, yang dicetuskan oleh siklus listrik yang berirama.3. Arah aliran darah melintasi bilik-bilik jantung, yang ditentukan oleh pembukaan dan penutupan katup-katup akibat perubahan tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas mekanis.Penutupan katup menimbulkan dua bunyi jantung normal. Bunyi jantung pertama disebabkan oleh penutupan katup atrioventrikel (AV) dan menandakan permulaan sistol ventrikel. Bunyi jantung kedua disebabkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonalis pada permulaan diastol.Dengan mengkaji perubahan-perubahan tekanan yang berkaitan dengan siklus jantung, dapat dilihat kurva tekanan atrium tetap rendah selama siklus jantung, dengan adanya sedikit fluktuasi (dalam keadaan normal bervariasi antara 0 dan 8 mmHg). Kurva tekanan aorta tetap tinggi, dengan fluktuasi sedang (dalam keadaan normal bervariasi antara tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg). Kurva tekanan ventrikel berfluktuasi secara dramatis karena tekanan ventrikel harus di bawah tekanan atrium terendah selama diastol agar katup AV terbuka dan dapat terjadi pengisian ventrikel, dan harus di atas tekanan aorta tertinggi selama sistol agar katup aorta membuka, sehingga dapat terjadi pengosongan ventrikel. Dengan demikian, tekanan ventrikel dalam keadaan normal bervariasi dari 0 mmHg selama diastol ke sedikit lebih tinggi dari 120 mmHg selama sistol. Gangguan fungsi katup menimbulkan aliran darah yang turbulen, yang terdengar sebagai murmur (bising) jantung. Katup abnormal dapat bersifat stenotik (tidak membuka sempurna) atau insufisiensi (tidak menutup sempurna).

Curah jantung dan KontrolnyaCurah jantung, volume darah yang disemprotkan oleh setiap ventrikel setiap menit, ditentukan oleh kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup. Kecepatan denyut jantung berubah-ubah oleh perubahan keseimbangan pengaruh simpatis dan parasimpatis pada nodus SA. Stimulasi parasimpatis memperlambat kecepatan denyut jantung dan stimulasi simpatis mempercepatnya. Volume sekuncup bergantung pada (1) tingkat pengisian ventrikel, dengan peningkatan volume diastolik akhir menyebabkan volume sekuncup yang lebih besar melalui hubungan panjang-tegangan (kontrol intrinsik), dan (2) tingkat stimulasi simpatis, dengan peningkatan stimulasi simpatis menyebabkan peningkatan kontraktilitas jantung, yaitu peningkatan kekuatan kontraksi dan peningkatan volume sekuncup pada volume diastolik akhir tertentu (kontrol ekstrinsik).

Memelihara Otot JantungOtot jantung diberi oksigen dan nutrien oleh darah yang disalurkan oleh sirkulasi koroner, bukan oleh darah di dalam bilik-biliknya. Sebagian besar aliran darah koroner berlangsung selama diastol, karena sewaktu sistol pembuluh koroner tertekan oleh kontraksi otot jantung. Aliran darah koroner dalam keadaan normal berubah-ubah sesuai kebutuhan jantung akan oksigen. Aliran darah koroner dapat terganggu oleh pembentukan plak aterosklerotik, yang dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik yang keparahannya bervariasi dari nyeri dada ringan sewaktu berolahraga sampai serangan jantung yang fatal. Penyebab pasti aterosklerosis tidak diketahui, tetapi tampaknya rasio kolesterol di dalam plasma berkaitan dengan lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) dibandingkan dengan lipoprotein berdensitas rendah (LDL) merupakan suatu faktor penting.Patofisiologi (buat dalam bentuk Pat Flow, dari etiologi sampai masalah keperawatan)

Penatalaksanaan dan Pengobatan Medis Penatalaksanaan keperawatan

1. Memberikan suasana nyaman dan lingkungan teraupetik pada pasien.

2. Mengobservasi serta memonitor keadaan umum pasien serta tanda-tanda vital.

3. Menganjurkan pasien untuk bedrest total.

4. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien dengan posisi semifowler / fowler.

5. Mengkaji keluhan pasien.

6. Kolaborasi tindakan medis.

Beberapa hal tindakan keperawatan dan berkolaborasi dengan medis diantaranya :

Merekam EKG 12 lead.

mengambil sample darah untuk pemeriksaan laboratorium darah yang berkaitan dengan enzim jantung dan sejenisnya.

Kolaborasi pemberian oksigen serta obat-obatan seperti halnya analgesik, penenang, nitrogliserin, Calcium antagonis, nitrat, beta bloker, anti platelet, anti koagulan, dan observasi efek samping obat.Tindakan pembedahan :

1. Coronary Artery By pass Graft Surgery2. Ercutaneus trascluminal Coronary angioplasty (PTCA)Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium & Diagnostik)

Enzim atau isoenzim jantung,biasanya DBM : meningkat,menunjukkan kerusakan miokard.

EKG : biasanya normal bila pasien istirahat tetapi datar atau depresi pada segmen ST gelombang T menunjukkan iskemia.

Foto Dada : biasanya normal, namun infiltrat mungkin ada menunjukkan dekompensasi jantung atau komplikasi paru.

PCO2 kalium dan laktat miokard: mungkin meningkat selama serangan angina.

Kolestrol / trigliserida serum : mungkin meningkat.

Kateterisasi jantung dengan angiografi: diindikasikan pada pasien dengan iskemia yang diketahui dengan angina atau nyeri dada tanpa kerja, pada pasien dengan kolesterolemia dan penyakit jantung keluarga yang mengalami nyeri dada dan pasien dengan EKG istirahat abnormal.

Komplikasi 1. Infarksi miokardium yang akut ( serangan jantung)2. kematian karena jantung secara mendadak3. Aritmia kardiakPrognosis Umumnya pasien dengan angina pektoris dapat hidup bertahun-tahun dengan hanya sedikit pembatasan dalam kegiatan sehari-hari. Mortalitas bervariasi dari 2% - 8% setahun. Faktor yang mempengaruhi prognosis adalah beratnyan kelainan pembuluh koroner. Pasien dengan penyempitan di pangkal pembuluh koroner kiri mempunyai mortalitas 50% dalam lima tahun. Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan pasien dengan penyempitan hanya pada salah satu pembuluh darah lainnya. Juga faal ventrikel kiri yang buruk akan memperburuk prognosis. Dengan pengobatan yang maksimal dan dengan bertambah majunya tindakan intervensi dibidang kardiologi dan bedah pintas koroner, harapan hidup pasien angina pektoris menjadi jauh lebih baik.B. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN (sesuaikan dengan format pengkajian)

Identitas klien dan penanggung jawab

Riwayat Kesehatan (faktor predisposisi dan presipitasi, bagaimana cara klien mengelola kesehatannya)

Faktor Pencetus SeranganFaktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :

Emosi atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, mengakibatkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

Kerja fisik terlalu berat dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung

Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung. (pada jantung yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk).

Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen. (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779).

Riwayat Penyakit (pengalaman dirawat, penyakit keturunan) Apakah pernah dirawat sebelumnya? Dengan penyakit apa? Apakah ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama? Apakah ada penyakit keturunana seperti hipertensi dan diabetes pada keluarga?

Pemeriksaan Fisik (head to toe) a) Keadaan umum

Penampilan, posisi saat dikaji, postur tubuh, ekspresi wajah, serta bahasa tubuh.

b) Kulit

Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan perubahan yang terjadi pada kulit umumnya berhubungan dengan penyakit.

Tampilan umum kulit dikaji dengan mengamati :

Warna,suhu, kelembaban, kekeringan ,tekstur kulit (kasar atau halus)

Lesi,vaskularisasi.

Kondisi rambut serta kuku.

Turgor kulit,edema.

Warna kulit dikaji dengan mengamati warna gading,cokelat

Kulit yang terluka dikawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari cenderung lebih berpigmen dari tubuh lainnya

Efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam,sengatan matahari dan inflamsi akan terjadi perubahan kemerah-merahan pada kulit.

Kurangnya vascularisasi kulit ,terlihat jelas pada daerah conyunctiva.Kebiru-biruan pada siaanosis menunjukan hypoksia seluler dan mudah terlihat pada ektermitas,dasar kuku bibir serta membrand mucosa

Kulit yang menguning berhubungan langsung dengan kenaikan kadar bilirubin serum.

Mengkaji pasien dengan kulit gelap.

Gradasi warna yang terjadi pada yang berkulit gelap ditentukan :

Perubahan warna.

Mengkaji lesi kulit.

Untuk menentukan besarnya diameter/lebarnya lesi bisa diukur dengan Penggaris dan perkembangannya kita monitor terus. Setelah distribusi lesi ditentukan informasi berikutnya harus diperoleh Dan dijelaskan secara rinci : Bagaimana warna lesi tersebut ?

Mengkaji vaskularisasi dan hydrasi

c) Rambut

1. Dilaksanakan secara inspeksi dan palpasi.

2. Penerangan ruangan harus cukup baik .

3. Memakai sarung tangan.

Yang mencatat tentang :

1. warna,tekstur dan distribusinya.

1) Warna dan tekstur.

Warna rambut perlu dilihat tentang :

- Warna bisa hitam atau putih atau kelabu ketika seorang menjadi tua, tetapi ada juga yg beruban pada usia muda karena factor herediter.

- tidak adanya pigmentasi secara partial atau total terjadi uban sejak lahir karena mempunyai factor genetik.

Tekstur rambut perlu dilihat tentang :

- Rambut yang tumbuh diseluruh tubuh memiliki tektur yg halus. kecuali pada daerah axial dan pubis.

- Rambut tebal berombak, kering dan mudah patah, rambut berminyak, rambut yang mudah patah, dan kering, pemakaian produk rambut komersial akibat pewarna rambut yang berlebihan

2) Distribusi.

Laki-laki cenderung memiliki rambut pada wajah dan badan ketimbang wanita

kerontokan rambut allopesia bisa terjadi akibat kebiasaan ; mencabut rambut, pemakaian pewarna, minyak rambut,, infeksie jamur, dan penyakit kanker pada kulit kepala.

3) Perubahan lain.

Hirtsutisme (peningkatan rambut tubuh) dapat terlihat pada wanita pada saat wanita mulai menfause.

d) Kuku

Paronokia,inflamasi pada kulit sekitar kuku,disertai nyeri tekan, dan erythema.

Clubbing finger, jari tabuh yaitu pelurusan sudut yang normal menjadi 180 derajat.

Pelunakan pada pangkal kuku(seperti spons apabila dipalpasi).

e) Tanda-tanda vital

suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah

Posisi ( duduk, berdiri, berbaring)

f) Kepala

Bentuk, kesimetrisan, nervus V & VII, keadaan rambut, kondisi kulit kepala, massa, dan nyeri tekan.

g) Mata

Pemeriksaan mata merupakan komponen yang sangat penting pada pemeriksaan fisik, tidak hanya karena kesehatan mata sangat penting bagi kesehatan pasien secara keseluruhan tetapi juga karena keadaan mata dapat mencerminkan keadaan kesehatan secara umum. Retina yang dapat dilihat dengan oftalmoskop adalah satu-satunya tempat pada tubuh manusia dimana dasar pembuluh darahnya dapat diperiksa secara langsung. Pupil adalah jendela ke mikrosirkulasi manusia.1) Pengkajian ketajaman penglihatanMata memberikan stimuli visual ke korteks oksipital. Tajam penglihatan sangat penting untuk diuji. Karena merupakan fungsi mata yang terpenting. Harus dilakukan paling awal sehingga penglihatan sudah dapat dikaji sebelum kita benar-benar menyentuh mata.2) Pengkajian gerakan mataOtot ekstraokuler adalah enam otot kecil yang melekat pada tiap mata yang menggerakkan bola mata. Diinervasi oleh tiga saraf otak (SO III, IV, dan VI). Aksi sinergis (sesuai) otot ekstraokuler kedua mata menghasilkan gerakan paralel. Mekanisme bagaimana cara kerjanya sangat kompleks, dan analisis abnormalitasnya memerlukan konsultasi dengan dokter.3) Pengkajian lapang pandangBersamaan dengan ketajaman penglihatan, lapang pandang juga harus dikaji. Kebanyakan, manusia mempunyai lapang pandang bulat, termasuk bintik buta dimana saraf optik memasuki mata dan dimana tidak terdapat sel retina fotosensitif. Meskipun lapang pandang dapat dikaji dengan cepat oleh oftalmologis, estimasi kasar dapat dibuat di kantor atau di tempat tidur pasien ketika pemeriksa memperhatikan adanya gangguan umum lapang pandang, misalnya pada pasien dengan cedera serebrovaskuler (stroke) atau glaukoma. 4) Pemeriksaan mataTeknik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya. Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar (jelas terlihat) tingkat tekanan intraokuler.Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sistematis, biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata dievaluasi lebih dahulu; kemudian diperiksa struktur internal.a) Pemeriksaan fisik mataStruktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus lakrimalis, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil. Kelopak mataPosisi kelopak mata dikaji dalam hubungannya dengan bola mata. Posisi kelopak dan simetri merupakan bagian sangat penting pada pemeriksaan saraf otak (SO). Bulu mataPerawat kemudian harus memeriksa bulu mata untuk posisi dan distribusinya. Biasanya selain berfungsi sebagai pelindung mereka juga dapat menjadi iritan bagi mata bila menjadi panjang dan salah arah. Bulu mata yang panjang dan tak teratur dapat mengakibatkan iritasi kornea. Sistem lakrimalStruktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata harus dikaji. Sistem lakrimal tersusun atas bagian sekresi dan drainase. Pemeriksaan mata anteriorSklera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama. Kelopak dilebarkan dibuka dengan meletakkan telunjuk pada kelopak mata atas pasien dan ibu jari pada bagian bawah agar terhindar dari trauma jaringan lunak. Pemeriksaan korneaBiasanya lampu slit digunakan untuk memeriksa kornea secara cermat; namun, perawat dapat melakukan observasi berbagai keadaan menggunakan lampu senter kecil. Pemeriksaan iris dan kamera anteriorSementara memeriksa kornea, humor aqueus di kamera anterior dikaji mengenai kejernihannya. Pada keadaan tertentu, terdapatnya sel dan pengkabutan (flare) dalam humor aqueus dapat terlihat. Pengkabutan ini disebabkan oleh peningkatan bahan seperti protein akibat inflamasi di dalam kamera anterior. Pemeriksaan pupilPupil adalah lubang di tengah iris. Ketika kita memeriksa pupil, kita mengkaji reaksi terhadap cahaya dan pandangan dekat dengan konvergensi, misalnya untuk mengevaluasi gangguan sistem saraf pusat (SSP) atau pada tekanan intrakranial. . Pemeriksaan lensa kristalinaTentu saja kita tak dapat melihat lensa, meskipun melalui pandangan menyudut ke dalam pupil yang dilatasi, kita hanya dapat melihat pantulan ringan kapsul anterior. Pemeriksaan segmen posteriorKarena struktur posterior terletak di belakang struktur anterior yang dapat terlihat, maka tidak dapat dilihat dengan observasi tradisional.

h) Telinga

Pengkajian kemampuan mendengar otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic.

Pemeriksaan Telinga Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan :

Pengkajian Fisik

Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya:

deformitas, lesi,

cairan begitu pula ukuran,

simetris dan sudut penempelan ke kepala.

i) Hidung

Bentuk, sekat hidung, kongesti, pengeluaran, polip, kepatenan, saluran udara, nyeri tekan sinos, transiluminasi, selaput lender.

j) Mulut dan Tenggorokan

Bibir : warna, sianosis, keilosis, bibir pecah, pigmentasi

Gigi-geligi : jumlah, karies, gigi palsu

Selaput lender dan gusi : kepucatan, ulserasi,pigmentasi,lesi-lesi,penyakit periodontal

Lidah : warna,atrofil,penyimpangan (deurasi),tremor,ulserasi

Pharynx : tonsil,epiglottis,penggerakan panatum

k) Leher

Pembuluh darah : bendungan vena,denyutan karotis,denyutan abnormal,parut luka,burit

Trakea : posisi,pergerakan dan tarikan trakea

l) Buah dada

Simetris : massa, jaringan parut, putting susu, sekresi, pigmentasi, nyeri tekan, pencekungan (duplin), retraksi, fiksasi benjolan

m) Abdomen

Bentuk

Kulit

Bunyi peristaltik

n) Ginjal

1) Perkusi Ginjal2) Palpasi Ginjal2. ROS (Review of System / sistem tubuh)Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh . Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu :

a) Tanda-tanda vital : suhu,nadi,pernapasan dan tekanan darah

b) Sistem Respirasi (Pernafasan)

1) Kaji keadaan umum dan pemenuhan kebutuhan respirasi

2) Kaji respiratory rate, irama dan kualitasnya

3) Inspeksi fungsi otot bantu napas, ukuran rongga dada, termasuk diameter anterior dan posterior thorax, dan adanya gangguan spinal

4) Palpasi posisi trakea dan adanya subkutan emphysema

5) Auskultasi seluruh area paru dan kaji suara paru normal (vesikular, bronkovesikular, atau bronkial) dan kaji juga adanya bunyi paru patologis (wheezing, cracles atau ronkhi)

6) Kaji adanya keluhan batuk, durasi, frekuensi dan adanya sputum/dahak, cek warna, konsistensi dan jumlahnya dan apakah disertai darah

7) Kaji adanya keluhan SOB (shortness of breath)/sesak napas, dyspnea dan orthopnea.

8) Inspeksi membran mukosa dan warna kulit

9) Tentukan posisi yang tepat dan nyaman untuk meningkatkan fungsi pernapasan pasien

10) Kaji apakah klien memiliki riwayat merokok (jumlah per hari) dan berapa lama telah merokok

11) Kaji catatan obat terkait dengan sistem pernapasan dan test diagnostic.

c) Sistem Kardiovaskuler

1) Pengkajian fisik jantung

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan frekuensi pernafasan.Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah : Bentuk tubuh gemuk/kurus, anemis, sianosis, sesak nafas, keringat dingin, muka sembab, oedem kelopak mata, asites, bengkak tungkai/pergelangan kaki, clubbing ujung jari-jari tangan

Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi adalah :Kecepatan/menit, kuat/lemah (besar/kecil), teratur atau tidak, isi setiap denyut sama kuat atau tidak.

InspeksiLihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis, mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik kekiri.

PalpasiPalpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung. Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan.

PerkusiDengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.

AuskultasiPemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub). Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada.

Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan trikuspidalis).

Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).

Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.

Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan ventrikel.

2) Pembuluh darah inspeksi

Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.

PalpasiUntuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat tersebut dengan ketentuan :

+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.

+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.

+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.

+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.

AuskultasiPada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.

d) Sistem Persyarafan

1) Kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran : dengan melakukan pertanyaan tentang kesadaran pasien terhadap waktu, tempat dan orang

2) Kaji status mental

3) Kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi, durasi, tipe dan pengobatannya.

4) Kaji fungsi sensoris dan tentukan apakah normal atau mengalami gangguan. Kaji adanya hilang rasa, rasa terbakar/panas dan baal.

5) Kaji fungsi motorik seperti : genggaman tangan, kekuatan otot, pergerakan dan postur.

6) Kaji adanya kejang atau tremor

7) Kaji catatan penggunaan obat dan diagnostik tes yang mempengaruhi SSP.

e) Sistem Perkemihan

1) Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan ada/tidaknya sedimen

2) Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta riwayat infeksi saluran kemih

3) Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih)

4) Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau supra pubik kateter

5) Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan sistem perkemihan.

f) Sistem Pencernaan

1) Inspeksi keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, warna kulit dan pola pembuluh vena (venous pattern)

2) Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus

3) Palpasi abdomen untuk menentukan : lemah, keras atau distensi, adanya nyeri tekan, adanya massa atau asites

4) Kaji adanya nausea dan vomitus

5) Kaji tipe diet, jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap diet

6) Kaji adanya perubahan selera makan, dan kemampuan klien untuk menelan

7) Kaji adanya perubahan berat badan

8) Kaji pola eliminasi : BAB dan adanya flatus

9) Inspeksi adanya ileostomy atau kolostomi, yang nantinya dikaitkan dengan fungsi (permanen atau temporal), kondisi stoma dan kulit disekitarnya, dan kesediaan alat

10) Kaji kembali obat dan pengkajian diagnostik yang pasien miliki terkait sistem GI

g) Sistem Musculoskeletal

1) Kaji adanya nyeri otot, kram atau spasme

2) Kaji adanya kekakuan sendi dan nyeri sendi

3) Kaji pergerakan ekstremitas tangan dan kaki, ROM (range of motion), kekuatan otot

4) Kaji kemampuan pasien duduk, berjalan, berdiri, cek postur tubuh

5) Kaji adanya tanda-tanda fraktur atau dislokasi

6) Kaji ulang pengobatan dan test diagnostik yang terkait sistem musculoskeletal.

h) Sistem Integument

1) Kaji integritas kulit dan membrane mukosa, turgor, dan keadaan umum kulit (jaundice, kering)

2) Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor

3) Kaji adanya luka, bekas operasi/skar, drain, dekubitus, dsb

4) Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus

5) Palpasi adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu

6) Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik terkait sistem integument.

i) Sistem Reproduksi

Biasanya didapatkan data impoten pada pria, dan penurunan libido pada wanita disertai keputihan.

Data Fokus ( kemungkinan ditemukan DO & DS ) 1. Lokasi Nyeri Dada. Pengkajian mengenai lokasi nyeri ini bisa membantu dalam menegakkan diagnosa apakah nyeri dada tersebut berasal dari jantung apakah dari organ lainnya. Dimana tempat mulainya, penjalarannya (ciri khas nyeri dada koroner : Nyeri dada ini dimulai dari sternal menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai lengan kiri bagian ulna).

2. Sifat Nyeri Dada. Khas nyeri dada yang berasal dari jantung doiantaranya yaitu : perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas, menusuk, mencekik / rasa terbakar. Sensasi nyeri dada ini akan dirasakan berbeda pada tiap pasien nyeri dada koroner.

3. Ciri Rasa Nyeri Dada. Yang dikaji pada bagian ini adalah derajat nyeri, lamanya nyeri, berapa kali timbul dalam jangka waktu tertentu. Ini akan membantu dalam mendiagnosa alnya pada penyakit jantung koroner.

4. Kronologis Nyeri Dada. Yang kita kaji adalah awal timbul nyeri serta perkembangannya secara berurutan. Timbulnya saat aktifitas atau kah sedang beristirahat atau sedang tertidur.

5. Keadaan pada waktu serangan. Apakah timbul pada saat-saat / kondisi tertentu. Hampir sama seperti yang disebutkan di atas tentang kondisi pada waktu serangan nyeri dada terjadi.

6. Faktor yang memperkuat / meringankan rasa nyeri misalnya sikap / posisi tubuh, pergerakan, tekanan. Apakah nyeri dada berkurang dengan istirahat atau tidak ?

C. ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa 1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.Intervensi 1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.Intervensi : Kaji gambaran dan faktor-faktor yang memperburuk nyeri.( Letakkan klien pada istirahat total selama episode angina (24-30 jam pertama) dengan posisi semi fowler.( Observasi tanda vital tiap 5 menit setiap serangan angina.( Ciptakanlingkunan yang tenang, batasi pengunjung bila perlu.( Berikan makanan lembut dan biarkan klien istirahat 1 jam setelah makan.( Tinggal dengan klien yang mengalami nyeri atau tampak cemas.( Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.( Kolaborasi pengobatan.(

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurangnya curah jantung.Intervensi : Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman.( Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam pemenuhan aktifitas perawatan diri sesuai indikasi.( Catat warna kulit dan kualittas nadi.( Tingkatkan katifitas klien secara teratur.( Pantau EKG dengan sering.(

3. Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan ancaman kematian yang tiba-tiba.Intervensi : Jelaskan semua prosedur tindakan.( Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut.( Dorong keluarga dan teman utnuk menganggap klien seperti sebelumnya.(( Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung. Kolaborasi.(

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.Intervensi : Tekankan perlunya mencegah serangan angina.( Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina.( Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, perubahan diet dan olah raga.( Tunjukkan/ dorong klien untuk memantau nadi sendiri selama aktifitas, hindari tegangan.( Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina.( Dorong klien untuk mengikuti program yang telah ditentukan.(C. DAFTAR PUSTAKA (minimal 3 text book) 1. Corwin, Elizabeth, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC, 2000.

2. Chung, EK, Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Jakarta, EGC, 1996

3. Doenges, Marylinn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC, 1998

4. Engram, Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 2, Jakarta, EGC, 1998

5. Long, C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah 2, Bandung, IAPK, 1996

6. Noer, Sjaifoellah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI, 1996

7. Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi Buku I Jakarta, EGC, 1994

8. ., Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik (Kumpulan Bahan Kuliah edisi ketiga),Jakarta : RS Jantung Harapan Kita, 1993.

9. Tucker, Susan Martin, Standar Perawatan Pasien Volume I, Jakarta, EGC, 1998

10. Underwood, J C E, Pathologi Volume 1 , Jakarta, EGC, 1999FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

Format Laporan Pendahuluan