loro jonggrang

6
Loro Jonggrang Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. "Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!", ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. "Cantik nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku," pikir Bandung Bondowoso. Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang. "Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?", Tanya Bandung Bondowoso kepada Loro Jonggrang. Loro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. "Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya", ujar Loro Jongrang dalam hati. "Apa yang harus aku lakukan ?". Loro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandung Bondowoso. "Bagaimana, Loro Jonggrang ?" desak Bondowoso. Akhirnya Loro Jonggrang mendapatkan ide. "Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya," Katanya. "Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?". "Bukan itu, tuanku, kata Loro Jonggrang. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah. "Seribu buah?" teriak Bondowoso. "Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam." Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan amarah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi.

Upload: dessy

Post on 02-Feb-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dongeng b. sunda

TRANSCRIPT

Page 1: Loro Jonggrang

Loro Jonggrang

Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.

Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. "Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!", ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. "Cantik nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku," pikir Bandung Bondowoso.

Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang. "Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?", Tanya Bandung Bondowoso kepada Loro Jonggrang. Loro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. "Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya", ujar Loro Jongrang dalam hati. "Apa yang harus aku lakukan ?". Loro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandung Bondowoso."Bagaimana, Loro Jonggrang ?" desak Bondowoso. Akhirnya Loro Jonggrang mendapatkan ide. "Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya," Katanya. "Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?". "Bukan itu, tuanku, kata Loro Jonggrang. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah. "Seribu buah?" teriak Bondowoso. "Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam." Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan amarah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi. Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. "Saya percaya tuanku bias membuat candi tersebut dengan bantuan Jin!", kata penasehat. "Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!"

Setelah perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar. "Pasukan jin, Bantulah aku!" teriaknya dengan suara menggelegar. Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso. "Apa yang harus kami lakukan Tuan ?", tanya pemimpin jin. "Bantu aku membangun seribu candi," pinta Bandung Bondowoso. Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah.

Sementara itu, diam-diam Loro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. "Wah, bagaimana ini?", ujar Loro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami. "Cepat bakar semua jerami itu!" perintah Loro Jonggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung... dung...dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.

Page 2: Loro Jonggrang

Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. "Wah, matahari akan terbit!" seru jin. "Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari," sambung jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin.

Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Loro Jonggrang ke tempat candi. "Candi yang kau minta sudah berdiri!". Loro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!. "Jumlahnya kurang satu!" seru Loro Jonggrang. "Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan". Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat murka. "Tidak mungkin...", kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Loro Jonggrang. "Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!" katanya sambil mengarahkan jarinya pada Loro Jonggrang. Ajaib! Loro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Loro Jonggrang.

Loro JonggrangAlkisah, dina baheula basa aya hiji karajaan badag anu ngaranna Prambanan. Rahayatna hirup tenteran sarta tengtrem. Tapi, naon anu lumangsung saterusna? Karajaan Prambanan diserang sarta dijajah ku nagari Pengging. Katingtriman Karajaan Prambanan jadi terusik. Para soldadu henteu sanggup nyanghareupan serangan pasukan Pengging. Pamustunganana, karajaan Prambanan dikawasa ku Pengging, sarta dipingpin ku Bandung Bondowoso.

Bandung Bondowoso saurang anu resep maréntah kalayan telenges. "Saha ogé anu henteu menuruti paréntah kuring, baris dijatuhi hukuman beurat!", ceuk Bandung Bondowoso dina rahayatna. Bandung Bondowoso nyaéta saurang anu sakti sarta miboga pasukan jin. Henteu sabaraha lila ngawasa, Bandung Bondowoso resep ngimeutan gerak-gerik Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan anu geulis kawanti-wanti. "Geulis nian putri éta. Kuring hayang manéhna jadi permaisuriku," pikir Bandung Bondowoso.

Esok poéna, Bondowoso ngadeukeutan Loro Jonggrang. "Manéh geulis pisan, maukah kau jadi permaisuriku?", Tanya Bandung Bondowoso ka Loro Jonggrang. Loro Jonggrang ngajenghok, ngadéngé patarosan Bondowoso. "Lalaki ieu lancang pisan, tacan wawuh kalayan kuring langsung hayangeun kuring jadi permaisurinya", ceuk Loro Jongrang dina haté. "Naon anu kudu kuring pigawé?". Loro Jonggrang jadi kebingungan. Pikiranana berputar-putar. Lamun manéhna nampik, mangka Bandung Bondowoso baris ambek badag sarta ngabahayakeun kulawargana sarta rahayat Prambanan. Pikeun mengiyakannya ogé mustahil, alatan Loro Jonggrang memang henteu resep jeung Bandung Bondowoso."Kumaha, Loro Jonggrang?" desak Bondowoso. Pamustunganana Loro Jonggrang meunangkeun ideu. "Kuring daék jadi pamajikan Tuan, tapi aya saratna," Cenah. "Naon saratna? Hayang harta anu berlimpah? Atawa Karaton anu megah?". "Lain éta, tuanku, kecap Loro Jonggrang. Kuring ménta dipangnyieunkeun candi, jumlahna kudu sarébu buah. "Sarébu buah?" gorowok Bondowoso. "Enya, sarta candi éta kudu réngsé dina waktu sapeuting." Bandung Bondowoso melong Loro Jonggrang, biwirna bergetar nahan amarah. Saprak waktu éta Bandung Bondowoso mikir kumaha carana nyieun 1000 candi. Pamustunganana manéhna nanya ka penasehatnya. "Kuring percaya tuanku bias nyieun candi kasebut jeung bantuan Jin!", kecap penasehat. "Enya, bener ogé usul anjeun, siapkeun parabot anu kubutuhkan!"

Sanggeus perlengkapan di siapkeun. Bandung Bondowoso nangtung di hareup altar batu. Kadua lengannya dibentangkan rubak-rubak. "Pasukan jin, Bantulah kuring!" gorowokna jeung sora ngabeledag. Teu lila saterusna, wiati jadi gelap. Angin menderu-deru. Sajongjonan saterusna, pasukan jin geus ngarubung Bandung Bondowoso. "Naon anu kudu kami pigawé Tuan?", tanya pamingpin jin. "Bantu kuring ngawangun sarébu candi," pinta Bandung Bondowoso. Para jin geura-giru usik ka ditu kahayu, ngalaksanakeun pancén séwang-séwangan. Dina waktu singget wangunan candi geus kasusun ampir ngahontal sarébu buah.

Page 3: Loro Jonggrang

Samentara éta, reureunceupan Loro Jonggrang ngimeutan ti kejauhan. Manéhna cemas, nyaho Bondowoso dibantuan ku pasukan jin. "Wah, kumaha ieu?", ceuk Loro Jonggrang dina haté. Manéhna néangan uteuk. Para dayang karajaan dititahna ngariung sarta ditugaskeun ngumpulkeun jerami. "Gancang beuleum kabéh jerami éta!" paréntah Loro Jonggrang. Sawaréh dayang séjénna dititahna menumbuk lisung. Dung... dung...dung! Semburat kelir beureum memancar ka wiati kalayan dipirig sora hiruk pikuk, ku kituna jiga kawas fajar anu menyingsing.

Pasukan jin mikir fajar geus menyingsing. "Wah, panonpoé baris medal!" seru jin. "Urang kudu geura-giru indit saméméh awak urang dihanguskan panonpoé," sambung jin anu séjén. Para jin kasebut berhamburan indit ninggalkeun tempat éta. Bandung Bondowoso sempet heran nempo kepanikan pasukan jin.

Isuk-isukna, Bandung Bondowoso ngajak Loro Jonggrang ka tempat candi. "Candi anu kau ménta geus nangtung!". Loro Jonggrang geura-giru ngitung jumlah candi éta. Tétéla jumlahna ngan 999 buah!. "Jumlahna kurang hiji!" seru Loro Jonggrang. "Hartosna tuan geus gagal minuhan sarat anu kuring ajukan". Bandung Bondowoso terkejut nyaho kakurangan éta. Manéhna jadi pohara murka. "Mustahil...", kecap Bondowoso bari melong seukeut dina Loro Jonggrang. "Lamun kitu kau waé anu ngalengkepanana!" cenah bari mengarahkan ramona dina Loro Jonggrang. Ajaib! Loro Jonggrang langsung robah jadi patung batu. Nepi ka ayeuna candi-candi kasebut masih aya sarta perenahna di wewengkon Prambanan, Jawa Tengah sarta disebut Candi Loro Jonggrang.

Kecap-kecap Nu Teu Aya dina Kamus:

23; bondowoso22; loro21; jonggrang10; candi7; prambanan3; tuan3; dung3; pengging2; fajar2; seru2; tuanku2; permaisuriku2; dayang2; jerami2; menyingsing2; putri1; cemas1; ajaib1; murka1; kejauhan1; mengarahkan1; pinta1; bantulah1; gelap1; menderu-deru1; terkejut1; candi-candi1; menumbuk1; heran1; dibentangkan

Page 4: Loro Jonggrang

1; berhamburan1; dihanguskan1; pikuk1; hiruk1; sambung1; kepanikan1; semburat1; memancar1; ajukan1; bias1; gerak-gerik1; sakti1; nian1; esok1; lancang1; maukah1; dijatuhi1; menuruti1; tenteran1; alkisah1; dijajah1; terusik1; serangan1; permaisurinya1; jongrang1; penasehatnya1; bergetar1; penasehat1; kubutuhkan1; altar1; perlengkapan1; megah1; berlimpah1; berputar-putar1; kebingungan1; mengiyakannya1; memang1; desak1; lengannya