limbah medis b3

30
LIMBAH MEDIS Chrisanti Andanawari 15307009 Marcella Dyan Mitariana 15307017 Tri Puji Astuti 15307027 Desak Nyoman Inten Apriani 15307039 Fatimah Zahra 15307041 Anindita Tanaya Orasaputri 15307055 Jessica Rolindrawan 15307067 Betanti Ridhosari 15307069 Yeane Tiffani 15307115 Astanti Fatsa Yulia 10506050

Upload: silviana-fassica

Post on 22-Oct-2015

88 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Sumber limbah medis : - Unit pelayanan kesehatan dasar- Unit pelayanan kesehatan rujukan- Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)- Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )

TRANSCRIPT

Page 1: Limbah Medis B3

LIMBAH MEDISChrisanti Andanawari 15307009Marcella Dyan Mitariana 15307017Tri Puji Astuti 15307027Desak Nyoman Inten Apriani 15307039Fatimah Zahra 15307041Anindita Tanaya Orasaputri 15307055Jessica Rolindrawan 15307067Betanti Ridhosari 15307069Yeane Tiffani 15307115Astanti Fatsa Yulia 10506050

Page 2: Limbah Medis B3

Limbah Medis Berdasarkan Depkes RI 1992 :  sampah dan limbah

rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun alat lain yang tidak kontak langsung dengan penderita

Sumber limbah medis : Unit pelayanan kesehatan dasarUnit pelayanan kesehatan rujukanUnit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )

Page 3: Limbah Medis B3

Limbah Medis, klasifikasi Limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan

potensi bahaya yang terkandung didalamnya, maupun berdasarkan bentuknya (cair dan padat)

Klasifikasi limbah medis utama : Limbah umumLimbah benda tajamLimbah patologisLimbah farmasiLimbah genotoksikLimbah kimia Limbah alat yang mengandung logam beratLimbah radioaktifWadah bertekanan tinggi

Page 4: Limbah Medis B3

Limbah Medis, klasifikasi Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan

tidak membutuhkan penanganan khusus, contoh : limbah domestik, limbah kemasan non infectious

Limbah benda tajam : obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah

Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh manusia, contoh bagian tubuh, darah dan cairan tubuh yang lain termasuk janin

Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan farmasi contoh obat-obatan yang sudah kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi

Page 5: Limbah Medis B3

Limbah Medis, klasifikasi Limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan

dengan sifat genotoksik contoh limbah yang mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai dalam terapi kanker), yaitu zat karsinogenik (benzen,antrasen), zat sitotoksik, (tamoksifen, semustin) zat yang mungkin bersifat karsoinogenik (chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).

Limbah kimia : limbah yang mengandung bahan kimia contoh reagen di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah berbahaya jika memiliki beberapa sifat (toksik, korosif (pH12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak, bereaksi dengan air, rawan goncangan), genotoksik

Page 6: Limbah Medis B3

Limbah Medis, klasifikasi Limbah alat yang mengandung logam berat :

Baterai, pecahan termometer, tensimeter Limbah radioaktif : bahan yang

terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.

Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol, peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cair

Page 7: Limbah Medis B3

Limbah Medis, klasifikasi Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious):

mengandung mikroorganisme patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan dapat menimbulkan penyakit - jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular- atau dari pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien yang menjalani haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung tangan dan sebagainya) - atau materi yang berkontak dengan binatang yang sedang diinokulasi dengan penyakit menular atau sedang menderita penyakit menular

Page 8: Limbah Medis B3

Limbah Medis, klasifikasiLimbah reaktif yang berasal dari rumah sakit adalah

: Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo, metal

azide, nitro cellulose, perchloric acid, garam-garam perchlorat, bahan kimia peroksida, asam picric, garam-garam picrat, polynitroaromatic.

Water reactive: logam-logam alkali dan alkali tanah, reagen alkyl lithium, larutan- larutan boron trifluorida, reagen Grignard, hidrida dari Al, B, Ca, K, Li, dan Na, logam halida dari Al, As, Fe, P, S, Sb, Si, Su dan Ti, phosphorus oxychloride, phosphorus pentoxide, sulfuryl chloride, thionyl chloride.

Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%, phosphor (merah dan putih).

Page 9: Limbah Medis B3

Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar ◦ 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah infeksius

yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). ◦ Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang

berasal dari makanan dan sisa makanan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi.

◦ Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.

Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun 1999. Secara terpisah, mantan Ketua Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar, Ikhwan Fauzi mengatakan, volume limbah infeksius dibeberapa rumah sakit bahkan melebihi jumlah yang ditemukan Bapedalda. Limbah infeksius ini lebih banyak ditemukan di beberapa rumah sakit umum, yang pemeliharaan lingkungannya kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).

Page 10: Limbah Medis B3

Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan

Pengolahan limbah medis bukanlah hal mudah dilakukan. Di Indonesia sendiri, pengolahan limbah medis masih belum tertangani dengan serius, baik di kota kecil maupun kota besar di Indonesia. Kurangnya sosialisasi pemerintah dan badan yang terkait mengenai efek yang ditimbulkan dari pembuangan limbah medis secara sembarangan dan ketertarikan investor dalam mengolah limbah rumah sakit menjadi masalah utama. Salah satu bukti, menurut hasil survei pada tahun 2003 dari 107 rumah sakit di Jakarta, hanya 10 rumah sakit yang memiliki insinerator (tungku pembakar). (Suara Pembaharuan, 20 Oktober 2003) Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan, apalagi jumlah dan jenis penyakit semakin bertambah setiap tahunnya, demikian pula dengan limbah yang dihasilkan.

Page 11: Limbah Medis B3

Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan Contoh kasus lainnya adalah pembuangan limbah medis

ke TPA Ciangir, Tasikmalaya. Akibatnya beberapa pekerja terpaksa dirawat beberapa minggu karena menginjak sampah alat suntik. Kejadian ini selain merugikan pekerja tersebut juga merugikan pihak TPA karena harus bekerja ekstra untuk memisahkan sampah medis dari sampah rumah tangga. (Pikiran Rakyat, 7 April 2005)

Di RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial). Sebagai contoh, limbah medis tajam seperti alat suntik. Karena berhubungan langsung dengan penderita, alat itu mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit. Bila pengelolaan pembuangannya tidak benar, alat suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung RS dan puskesmas, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum.

Page 12: Limbah Medis B3

Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan

Data P2M-PL menunjukkan : limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk imunisasi diperkirakan sekitar 66 juta per tahun (36,8 juta limbah alat suntik imunisasi bayi, 10 juta imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, 20 juta imunisasi anak sekolah (BIAS)) limbah alat suntik secara kuratif sekitar300 juta per tahun.

◦ Insinerasi juga tidak menyelesaikan masalah karena pembakaran hanya mengubah volume limbah menjadi lebih kecil. Belum lagi debu yang juga sangat berbahaya dan harus dipindahkan atau ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap air. Debu hasil insinerasi yang tak terurai dan materi tetap ada menjadi sangat berbahaya karena dapat menghasilkan dioksin.

Page 13: Limbah Medis B3

Pengelolaan Limbah Medis

Page 14: Limbah Medis B3

Pengelolaan Limbah Medis Point penting dalam pengelolaan limbah medis

adalah sterilisasi, kemudian pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment).

Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.

Adapun tahap pengolahan limbah medis antara lain :

1. Pemisahan 2. Penyimpanan3. Pengangkutan4. Penanganan5. Pembuangan

Page 15: Limbah Medis B3

Pemisahan dan Penyimpanan Limbah Medis• Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan

menggunakan kantong plastik berwarna yang berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong menurut DepKes RI :

Kantong hitam : limbah umumKantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke landfillKantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi

• Limbah infectious dan patologis dipisahkan tersendiri. Kedua jenis limbah ini harus disterilisasi terlebih dahulu.

• Limbah yang dapat didaur ulang termasuk dalam kategori limbah umum.

Page 16: Limbah Medis B3

Pengangkutan Limbah Medis Limbah medis diangkut dengan kontainer

tertutup. Untuk keamanan, pengangkutan limbah radioaktif sebaiknya dipisahkan dengan limbah kimia yang bersifat reaktif, mudah terbakar, korosif.

Alat pengangkutan harus dirawat dan dibersihkan secara rutin untuk mencegah adanya limbah yang tercecer akibat pengangkutan dan mengurangi resiko kecelakaan saat pengiriman limbah.

Page 17: Limbah Medis B3

Penanganan Limbah Medis Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat

langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah daur ulang.

Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai masa aktifnya terlampaui.

Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang ke dalam saluran pembuangan air, contoh : limbah asam amino, gula, ion-ion anorganik (Ca,K, Mg, I, Cl, F dll)

Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi, ekstraksi, elektrolisis

Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi)

Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill, maupun didaur ulang.

Page 18: Limbah Medis B3

Sterilisasi limbah dengan rotoclave

Rotoclave (http://tempico.gostrategic.com/newsIm/

HopkinsP1010465.jpg)

Page 19: Limbah Medis B3

Penanganan Limbah Suntik Penggunaan disposable syringeSaat ini ada beberapa alat untuk

mengatasi limbah berupa jarum suntik, yaitu alat pemisah jarum, alat penghancur jarum, tempat pembuangan jarum khusus (needle pit), syringe safety box, dan insinerator SICIM.

Page 20: Limbah Medis B3

Skema Alternatif Reuse & Recycle Limbah Medis

Page 21: Limbah Medis B3

Insinerator Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya adalah sebagai berikut:

Pengurangan sampah yang efektif Lokasi jauh dari area penduduk Adanya sistem pemisahan sampah Desain yang bagus Pembakaran sampah mencapai suhu 1000

derajat Emisi gas buang memenuhi standar baku mutu. Perawatan yang teratur/periodik Ada Pelatihan Staf dan Manajemen

Page 22: Limbah Medis B3

Insinerator Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut

mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan  efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.

Baku Mutu DRE untuk Incinerator

No Parameter Baku Mutu DRE 

1. POHCs 99.99%

2. Polychlorinated biphenil (PCBs) 99.9999%

3. Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs) 99.9999%

4. Polychlorinated dibenzo-p-dioksin 99.9999%

Page 23: Limbah Medis B3

Insinerator Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam

menjalankan incinerator adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai dengan baku mutu emisi untuk incinerator.

Baku Mutu Emisi Udara untuk IncineratorNo Parameter Kadar Maksimum 

(mg/Nm2)

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.121314

PartikelSulfur dioksida (SO2)Nitrogen dioksida (NO2)Hidrogen Fluorida (HF)Karbon Monoksida (CO)Hidrogen Chlorida (HCl)Total Hidrocarbon (sbg CH4)Arsen (As)Kadmiun (Cd)Kromium (Cr)Timbal (Pb)Merkuri (Hg)Talium (Tl)Opasitas

5025030010100703510.2150.20.210%

Page 24: Limbah Medis B3

Insinerator Maxpell Teknologi Ramah Lingkungan pada

incinerator Maxpell : pada tungku Maxpell limbah ditempatkan dalam ruangan yang kedap, lalu disuntikkan bahan bakar yang sudah dicampur oksigen dan terbakar dengan suhu yang tinggi. Asap hasil pembakaran direaksikan dengan molekul air sehingga asap yang keluar menjadi hidrokarbon yang akan terbakar habis pada secondary chamber. Dengan demikian asap akan bersih dan ramah lingkungan.

Page 25: Limbah Medis B3

Insinerator Maxpell Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa

tungku pembakaran yang didesain secara sempurna dalam sistem pembakaran dengan menggunakan berbagai media bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang mudah dioperasikan. Beberapa keunggulan insinerator ini adalah: ◦ Tidak membutuhkan tempat luas; ◦ Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah; ◦ Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000 C; ◦ Bekerja efektif dan irit bahan bakar; ◦ Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa

tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu;

◦ Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara konstan;

◦ Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar; ◦ Perawatan yang mudah dan murah; ◦ Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan

bangunan

Page 26: Limbah Medis B3

Skema Pengolahan Limbah Medis dengan Insinerator Maxpell

Page 27: Limbah Medis B3

Alternative Medical Waste Treatment TechnologiesApproved by the California Department of Public Health

company Device Type of Treatment Approved for

BioMedical Tech.Solutions

Demolizer System Heat Red Bag/sharps

Honua Tech Pyrolitic Destructor Heat red bag /sharps /path /trace

chemo /pharms

Scientific Ecology Group,

Inc

Synthetica Detoxifie Process

Steam heat red bag/ sharps

UnitedRecycling Technology, Inc

Gasification System (Gasf)

Heat-gas burner red bag/sharps/path/

trace chemo/pharms

Stericycle, Inc Electro- Thermal Deactivation

Radiowaves-heat red bag/ sharps

sanitec HG-A-100, HG-A-250 Microwaves red bag/sharps/path

Modifikasi metode digunakan untuk destruksi/penghancuran limbah patologis

Page 28: Limbah Medis B3

SIMPULAN DAN SARANPermasalahan limbah rumah sakit di Indonesia yakni limbah rumah sakit yang dihasilkan diperkirakan secara nasional produksi sampah (Limbah Padat) sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Angka ini sangat berpotensi limbah rumah sakit untuk mecemari lingkungan dan membahayakan manusia bila tidak dikelola dengan baik, seperti beberapa kasus limbah medis yang sudah terjadi di Indonesia akibat penanganan yang buruk. Buruknya pengelolaan limbah rumah sakit dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :◦ pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah

sakit◦ peraturan proses pembungkusan limbah padat yang

diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan benar

Page 29: Limbah Medis B3

SIMPULAN DAN SARANSebelum ditangani limbah medis dan limbah nonmedis

harus dipisahkan terlebih dahulu untuk menghindari pencampuran antara limbah medis dan nonmedis. Pengolahan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment). Sterilisasi dapat juga dilakukan dengan insenerator. Namun abu dari insenerator juga dapat membahayakan sehingga perlu dilakukan pengelolaan lanjutan.

Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah sakit diwajibkan melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda beda berdasarkan karakteristik limbahnya.

Page 30: Limbah Medis B3

Referensi BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan. Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum. Departemen Kesehatan RI. 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah

Padat. Departement Kesehatan RI. 1997. Profil Kesehatan Indonesia. Sarwanto, Setyo. 2009. Limbah Rumah Sakit Belu Dikelolah Dengan Baik.

Jakarta : UI Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995. Pedoman Teknik Analisa Mengenai dampak Lingkungan Rumah Sakit.

Moersidik, S.S. 1995, Pengelolaan Limbah Teknologi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dalam Sanitasi Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Depok.

Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Diktat Kuliah TL-3204. Program Studi Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung.

http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/19/pengelolaan-limbah-medis-rumah-sakit/

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pembinaan-pencemaran/245-pengelolaan-limbah-medis?start=1

http://www.ampl.or.id/detail/detail01.php?tp=artikel&jns=wawasan&kode=117

Http://www.maxpelltechnology.com/incineratormedis http://www.cdph.ca.gov/certlic/medicalwaste/Documents/MedicalWaste/Alt_

Med_Waste.pdf