lib.unnes.ac.id › 21586 › 1 › 3201410107-s.pdf untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan oleh...

138
i PENGUKURAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL MASYARAKAT SEKITAR KAWAH DIENG MELALUI PETA RBI DAN CITRA SATELIT SKRIPSI Untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Dyah Rahma Pertiwi 3201410107 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

Upload: others

Post on 26-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGUKURAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL

MASYARAKAT SEKITAR KAWAH DIENG

MELALUI PETA RBI DAN CITRA SATELIT

SKRIPSI

Untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Dyah Rahma Pertiwi

3201410107

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Senin

Tanggal : 7 September 2015

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian

atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi

ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 7 September 2015

Dyah Rahma Pertiwi

NIM. 3201410107

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

1. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum apabila kaum tersebut tidak

berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri (QS. Ar Ra‟du: 13).

2. Lakukan sungguh-sungguh akan indah pada waktu yang tepat.

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Ayah dan Ibu tercinta Bapak Suparno dan Ibu

Damai Wahyu Mulyaningsih yang telah

memberikan segala kasih sayang, dukungan dan doa

serta semangat yang tulus dalam menjalani hidup

ini.

2. Kakak dan Adik saya tercinta, Asih Yuni Kurniasari

dan Didik Setyo Nugroho yang telah memberi

semangat, tempat berbagi suka dan duka.

vi

PRAKATA

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan petunjuk, kekuatan, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis

diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengukuran

Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

program Sarjana Pendidikan Strata-1 Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas negeri Semarang. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis

menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberi berbagai fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk

melanjutkan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial.

4. Wahyu Setyaningsih ST. M.T., selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

memberikan dorongan, arahan dan bimbingan, serta motivasi dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Drs.Heri Tjahjono, M.Si dan Drs.Satyanta Parman,MT Dosen Penguji yang

telah memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu

kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

vii

7. Ibu Kuswati beserta staff Tata Usaha Jurusan Geografi yang telah memberikan

bantuan dan informasi dalam penyusunan skripsi.

8. Kepala Desa Sumberejo, Kepala Desa Pekasiran, Kepala Desa Kepakisan

Kecamatan Batur , Kabupaten Banjarnegara yang telah memberikan ijin serta

membantu pelaksanaan penelitian.

9. Kepala Pos Vulkanik Dieng yang telah membantu melaksanakan penelitian.

10. Masyarakat Desa Sumberejo,Desa Pekasiran dan Desa Kepakisan yang telah

berkenan menjadi Sampel dalam penelitian.

11. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

membantu jalannya pelaksanaan penelitian ini sehingga penelitian ini dapat

berjalan dengan lancar.

Hanya ucapan terima kasih dan doa, semoga apa yang telah diberikan

menjadi amal baik dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat

memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan.

Semarang, September 2015

Dyah Rahma Pertiwi

viii

SARI

Pertiwi.Rahma.Dyah. 2015. Pengukuran Keceerdasan Visual-Spasial Masyarakat

Sekitar Kawah Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit. Skripsi. Jurusan

Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing :

Wahyu Setyaningsih ST.MT

Kata Kunci : Kecerdasan Visual-Spasial, Peta RBI, Citra Satelit, Dieng

Peristiwa maut yang terjadi tahun 1979 menunjukkan bahwa ancaman

gas beracun membayang-bayangi masyarakat yang tinggal di kompleks gunung

api Dieng yang mana gas beracun tersebut berasal dari kawah yang terdapat di

kaldera Dieng. Kecerdasan visual-spasial masyarakat sangat diperlukan untuk

meminimalisir bencana gas beracun, agar peristiwa yang memilukan pada tahun

1979 tersebut tidak terulang kembali. Oleh sebab itu diperlukan media

pembelajaran yang dapat membantu masyarakat untuk mengukur kecerdasan

visual-spasial masyarakat saat mengahdapi bencana gas beracun. Penelitian ini

bertujuan untuk (1) Mengetahui tingkat kecerdasan visual-spasial masyarakat (2)

Mengetahui perbandingan pemahaman masyarakat terhadap media pembelajaran

yang digunakan untuk mengukur kecerdasan visual-spasial masyarakat Dieng.

Penelitian dilakukan di Desa Sumberejo,Pekasiran, dan Kepakisan

Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Sampel dalam penelitian ini adalah

Kelompok Masyarakat Desa dari Desa Sumberejo, Pekasiran dan Kepakisan yang

terdiri dari kelompok Ibu-ibu PKK, kelompok Perangkat desa, serta kelompok

karang taruna. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 responden. 1) Hasil

Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan visual spasial responden dengan

kuesioner Peta RBI menunjukkan nilai rata-rata sebesar 92,30. Kategori terbesar

adalah tahu yaitu sebanyak 49 responden (90,7%).Kecerdasan visual spasial

responden yang diukur dengan Citra Satelit ini menunjukkan nilai rata-rata

sebesar 81,66. Kecerdasan visual spasial dengan citra satelit dari 54 responden

yang termasuk kategori tahu ada 38 orang (70,4%).Hasil uji hipotesis

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecerdasan visual-spasial

antara Peta RBI dan Citra satelit. Kecerdasan Visual-Spasial melalui Peta RBI

dengan rerata 92,30 lebih tinggi dibandingkan Kecerdasan Visual-Spasial Melalui

Citra Satelit dengan rerata 81,66.

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1) Bagi Responden agar

lebih memperhatikan unsur-unsur dalam pengenalan objek alam lingkungannya

baik secara langsung dengan indra maupun menggunakan alat maupun

teknologi;2) Bagi Pengamat Gunung Api Penelitian ini memberikan saran agar

pengamat gunung api memberikan informasi yang lengkap berhubungan dengan

kegiatan yang dilakukannya dalam mendeteksi tingkat bahaya gunung api seperti

gas beracun, dan sebagainya yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar

gunung api ;3) Bagi Peneliti Selanjutnya disarankan untuk penelitian selanjutnya

melakukan penelitian pada variabel lain dengan jumlah item yang lebih banyak

sehingga manfaat dan hasil penelitian menjadi lebih akurat, obyektif, dan lengkap.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….. ii

PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………………… iii

PERNYATAAN ………………………………………………………………… iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………. v

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. vi

SARI ……………………………………………………………………………. vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. viii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… x

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 3

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………... 4

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 4

E. Batasan Istilah …………………………………………………………. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik …………………………………………………….. 10

1. Kecerdasan ……………………………………………………….. 10

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan ……………………. 11

3. Kecerdasan Visual-Spasial ………………………………………… 13

4. Peta RBI …………………………………………………………… 19

5. Citra Satelit ……………………………………………………….. 24

6. Dataran Tinggi Dieng ……………………………………………… 48

7. Pentingnya Kecerdasan Visual-Spasial ……………………………. 60

x

8. Masyarakat Sekitar Kawah Dieng ………………………………… 62

B. Kerangka Berfikir ……………………………………………………... 66

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ……………………………………………………… 67

B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………. 67

C. Populasi dan Sampel ………………………………………………….. 68

D. Variabel Penelitian ……………………………………………………. 69

E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………. 70

F. Teknik Analisis Data …………………………………………………. 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ………………………………….. 79

1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ……………………………………. 79

2. Kondisi Geologi …….………………………………………………….. 85

3. Kondisi Geomorfologi …………………………………………………. 91

4. Penggunaan lahan ………………………………………………………… 99

5. Kondisi Demografi ………………………………………………………… 102

B. Hasil Penelitian 110

1. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dalam Membaca Peta RBI dan Citra Satelit 110

2. Media Pengukuran Kecerdasan Visual Spasial …………………………... 111

3. Validasi Media Pembelajaran ……………………………………………… 112

4. Gambaran Umum responden …………………………………………….... 119

5. Deskripsi data Hasil Penelitian …………………………………………… 122

C. Pembahasan ……………………………………………………….…………….. 127

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 131

B. Saran

………………………………………………………………………………

132

xi

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………. 133

Lampiran-Lampiran …………………………………………………………………. 136

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Karakteristik Citra Satelit Quickbird ………………………………… 31

2.2 Karakteristik Citra Satelit Ikonos………………………………………

2.3 Karakteristik Citra Satelit GMS ……………………………………….

2.4 Letusan Kawah dan Korban Jiwa …………………………………….

34

37

59

3.1 Populasi Penelitian …………………………………………………… 68

3.2 Sampel Penelitian ……………………………………………………. 69

3.3 Validitas kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Dieng melalui Peta

RBI ……………………………………………………………….

72

3.4 Validitas kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Dieng melalui Citra

Satelit …………………………………………………………………..

73

3.5 Kriteria Pengukuran kecerdasan Visual Spasial ………………………. 77

4.1 Penggunaan Lahan ……………………………………………………. 99

4.2 Kecamatan Batur Dalam Angka ………………………………………. 102

4.3 Penduduk Berumur 10 tahun ke atas ………………………………….. 105

4.4 Penduduk Berumur 10 tahun ke atas ………………………………….. 105

4.5 Data Tingkat Pendidikan Penduduk Menurut Desa dan Jenjang

Pendidikan di Kecamatan Batur 2011

109

4.6 Daftar Validator Media ……………………………………………… 112

4.7 Hasil Validasi Media Peta RBI…………………………………………

4.8 Hasil Validasi Media Citra Satelit……………………………………

4.9 Responden berdasarkan umur ………………………………………….

113

114

120

4.10 Responden berdasarkan Jenis Kelamin ……………………………… 120

4.11 Responden berdasarkan pekerjaan …………………………………. 121

4.12 Responden berdasarkan tingkat pendidikan …………………………. 121

4.13 Deskripsi Data Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Peta RBI………. 122

xiii

4.14 Kategori Skor Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Peta RBI ……….. 123

4.15 Deskripsi Data Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Citra Satelit ……. 123

4.16 Kategori Skor Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Citra Satelit …...... 124

4.17 Tabel Uji Normalitas ………………………………………………. 125

4.18 Mann Whitney Test ……….………………………………………… 125

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Peta Administrasi KecamatanBatur …………………………………… 81

4.2 Peta Lokasi Penelitian …………………………………………………. 83

4.3 Lokasi Kawah Timbang di Desa Sumberejo …………………………. 84

4.4 Petugas PVMBG Dieng sedang mengukur kadar gas beracun di sekitar

kawah Timbang ………………………………………………………..

84

4.5 Peta Geologi Dieng …………………………………………………….. 90

4.6 Peta Geomorfologi Dieng ……………………………………………… 98

4.7 Peta RBI sebelum divalidasi …………………………………………… 115

4.8 Citra Satelit sebelum divalidasi ………………………………………… 116

4.9 Peta RBI sesudah divalidasi ……………………………………………. 117

4.10 Citra Satelit setelah divalidasi ………………………………………… 118

4.11 Sosialisasi kepada kelompok Perangkat Desa ………………………… 119

4.12 Sosialisasi kepada kelompok Ibu-ibu PKK ………………………….. 119

4.13 Sosialisasi kepada kelompok karang taruna …………………………. 120

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dieng merupakan dataran tertinggi di dunia setelah Nepal, dan

merupakan dataran tinggi terluas di Pulau Jawa. Berada di ketinggian (6.802

kaki atau 2093) m dpl dan merupakan kaldera yang dikelilingi gunung-

gunung berapi pada sisi-sisinya. Dieng secara administratif terletak di

Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Dataran tinggi Dieng

terletak pada zone pegunungan Serayu Utara. Sebelah barat berbatasan

dengan daerah Karangkobar dan Sebelah timur berbatasan dengan daerah

Ungaran. Sejarah perkembangan geologinya akan bertalian dengan daerah-

daerah di sekitarnya (Daerah pada zone pegunungan Serayu Utara).

Dieng merupakan daerah yang mempunyai potensi bahaya. Karena

merupakan kawasan vulkanik aktif dan dapat dikategorikan sebagai gunung

api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Setiap kawah yang ada di

Dieng memiliki gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan

masyarakat. Tinggal di kawasan Dieng sangat rawan tetapi banyak

masyarakat lebih memilih tinggal di sekitar kawah dengan alasan kondisi

tanah yang subur dan dapat dijadikan lahan pertanian dengan produktifitas

tinggi serta dekat dengan objek wisata untuk menambah penghasilan.

Sementara dari segi kebencanaan lokasi tersebut sangat membahayakan bagi

masyarakat.

2

Dilihat dari segi resiko, masyarakat yang tinggal di sekitar kawah

Dieng memiliki resiko yang sangat tinggi karena rawan bencana yang

disebabkan aktifitas gunung api gerakan tanah. Resiko bahaya masyarakat

yang tinggal dekat dengan kawah yang dapat mengeluarkan gas beracun lebih

tinggi dari pada masyarakat yang tinggal jauh dari kawah. Selain itu

kurangnya sosialisasi bagi warga dan tidak memahami skala bahaya

menyebabkan mereka tetap beraktivitas seperti biasanya walaupun daerahnya

sudah ditetapkan sebagai daerah berbahaya.

Pada tahun 1979 terjadi gempa bumi hebat yang menyebabkan

Kawah Sinila meletus. Gempa ini menyebabkan rekahan memanjang hingga

mencapai Kawah Timbang sehingga menyebabkan munculnya gas CO2

dengan konsentrasi tinggi. Gempa dan letusan yang terjadi membuat warga

berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Namun mereka

terperangkap gas beracun yang keluar dari Kawah Timbang sehingga

sebanyak 149 jiwa warga desa tewas akibat keracunan gas karbondioksida

yang terlepas dan menyebar ke wilayah permukiman (Sapper tahun 1927).

Berdasarkan liputan media online Tempo Jakarta (13 Maret 2013)

aktivitas kawah Timbang menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan

dengan status Kawah Timbang waspada. Meskipun aktivitas kegempaan

kawah Timbang mengalami peningkatan namun tidak membuat warga yang

tinggal di sekitar kawah Timbang panik. Tidak semua warga bersedia untuk

dievakuasi. Masyarakat mengalami trauma karena pada tahun 1979 ketika

kawah Sinila meletus terjadi penjarahan harta benda di pemukiman penduduk

3

3

yang ditinggal mengungsi. Pusat Vulkanologi sudah memberikan peringatan

agar warga tidak beraktifitas dahulu di kawasan yang masih dianggap

berbahaya, namun sebagian warga tidak menghiraukan larangan tersebut.

Kecerdasan spasial merupakan kemampuan seseorang untuk

memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Untuk

meminimalisir dampak bencana diperlukan adanya strategi/cara untuk

meningkatkan kecerdasan visual spasial di dalam Masyarakat.

Dengan adanya kecerdasan visual spasial diharapkan masyarakat

menyadari posisi tempat tinggalnya terhadap kawah-kawah yang ada di

Dieng sehingga dapat lebih waspada terhadap dampak bencana gas beracun

dan pada akhirnya mampu menurunkan resiko bencana.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian berjudul “Pengukuran Kecerdasan Visual Spasial Masyarakat

Sekitar Kawah Dieng melalui Peta RBI dan Citra Satelit”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil pokok permasalahan

penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kecerdasan visual spasial masyarakat terkait dengan

aktivitas di kawah Dieng ?

2. Bagaimana perbandingan pemahaman masyarakat terkait kecerdasan

visual spasial yang dimiliki dengan menggunakan peta RBI dan Citra

Satelit?

4

4

C. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban

atas permasalahan yang ada, secara operasional tujuan dari penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat kecerdasan visual spasial masyarakat terkait aktivitas

kawah Dieng.

2. Untuk mengetahui perbandingan pemahaman masyarakat terkait

kecerdasan visual yang dimiliki, mereka paham menggunakan peta RBI

atau Citra Satelit.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu

dimensi teoritis dan praktis, sehingga dapat diharapkan:

1. Secara teoritis

a) Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai

Pengukuran Tingkat Kecerdasan Spasial Masyarakat Sekitar Kawah

Dieng Melalui Peta RBI dan Citra Satelit.

b) Bagi Mahasiswa

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasisiwa yang

ingin mengetahui Pengukuran Tingkat Kecerdasan Spasial Masyarakat

Sekitar Kawah Dieng melalui Peta RBI dan Citra Satelit.

5

5

2. Secara praktis

a. Dengan pelaksanaan penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan khususnya

mengenai studi kebencanaan di Indonesia.

b. Dapat menjadi salah satu bahan perbandingan apabila penelitian yang

sama diadakan pada waktu-waktu mendatang dan dapat memberikan

sumbangan pengetahuan bagi penelitian yang akan datang.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah

dalam penelitian ini, maka istilah yang terdapat dalam judul “Pengukuran

Kecerdasan Visual Spasial Masyarakat Sekitar Kawah Dieng Melalui Peta

RBI dan Citra Satelit” ini perlu dijelaskan. Penjelasan istilah tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Kecerdasan

Kecerdasan adalah istilah umum yang digunakan untuk

menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan seperti

kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir

abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.

Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki

oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat

psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang

menyatakan bahwa tes IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia

berdasarkan perbandingan usia kronologis.

6

6

2. Konsep Visual

Visual berhubungan erat dengan mata atau penglihatan. Menurut

beberapa ahli, visual juga merupakan salah satu bagian dari aktivitas

belajar. Di mana aktivitas belajar itu sendiri terdiri dari : somatis (belajar

dengan bergerak dan berbuat), auditori (belajar dengan berbicara dan

mendengar), intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan

merenung), dan visual (belajar dengan cara melihat, mengamati, dan

menggambarkan). Keempat aktivitas belajat tersebut harus dikuasai

supaya proses belajar dapat berlangsung secara optimal.

3. Konsep Spasial

Pengertian spasial adalah berkenaan dengan ruang atau tempat.

Spasial atau keruangan merupakan sudut pandang yang khas dalam

kajian geografi. Spasial atau keruangan merupakan sudut pandang yang

khas dalam kajian geografi. Pengertian ruang (space) belum banyak

yang diketahui, padahal manusia (kultur/budaya/social) sendiri hidup

dalam ruang, dan sebenarnya semua yang hidup (biotik) atau bahkan

yang matipun (abiotik) di muka bumi berada pada suatu ruang, tidak lain

dan tidak bukan ialah ruang bumi. Ruang di bumi meliputi daratan, air,

dan udara.

4. Kecerdasan Visual Spasial

Adalah kemampuan untuk membentuk suatu gambaran tentang

tata ruang didalam pikiran. Masyarakat dengan kecerdasan visual-spasial

yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya khayalan

7

7

internal (internal imagery) sehingga cenderung imajinatif dan kreatif.

Orang dewasa dan anak anak dengan kecerdasan visual-spasial tinggi

memiliki kepekaan dalam mengobservasi dan memiliki kemampuan

untuk berpikir dalam gambar. Kemampuan ini memungkinkan untuk bisa

membayangkan bentuk bentuk geometri atau tiga dimensi dengan

mudah.

Kecerdasan visual spasial yang dimaksud adalah kemampuan

masyarakat sekitar kawah Dieng untuk memiliki kepekaan dengan

kondisi kawah yang ada di Dieng.

5. Pengukuran

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,

biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran

adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk

mendiskripsikan suatu atribut empirik dari suatu produk atau kejadian

dengan ketentuan tertentu. Berdasarkan pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa di dalam makna kata “pengukuran” tersirat adanya

suatu kegiatan untuk menilai dan mengukur suatu hal secara kuantitatif

dan dapat disampaikan secara numerik dimana ada suatu tolok ukur atau

landasan yang dapat dijadikan acuan untuk memberi penilaian secara

kuantitatif.

Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pengukuran kecerdasan visual spasial masayarakat yang tinggal di

8

8

sekitar kawah Dieng setelah mereka melihat peta RBI dan Citra Satelit.

Dengan media peta RBI dan Citra Satelit

6. Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dalam

jangka waktu yang panjang dan memiliki tata aturan untuk kepentingan

bersama. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

sekelompok orang yang hidup lama, bersama dan memiliki aturan

tertentu di sekitar kawah Dieng.

7. Kawah

Kawah adalah lubang yang tebentuk karena letusan gunung

merapi yg meletus ke atas. dengan sendirinya lubang kawah akan

terbentuk akibat letusan tadi, semakin besar letusan semakin besar

kawah yg terjadi. Yang dimaksud Kawah dalam penelitian ini adalah

kawah yang ada di wilayah dataran tinggi Dieng.

8. Peta RBI

Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang

menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah

Indonesia. RBI dibuat oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan

Nasional (Bakosurtanal) dan diupdate secara tertib. Peta RBI dalam

penelitian ini adalah wilayah dataran tinggi Dieng di kecamatan Batur,

Kabupaten Banjarnegara.

9

9

9. Citra Satelit

Citra satelit adalah citra yang dihasilkan dari pemotretan

menggunakan wahana satelit. Saat ini banyak sekali satelit mengorbit di

luar angkasa dengan fungsinya yang beragam misalnya satelit militer,

satelit komunikasi, satelit inderaja antar planet, dan satelit inderaja

sumber daya bumi. Yang dimaksud citra satelit dalam penelitian ini

adalah citra satelit Quickbird dataran tinggi Dieng di kecamatan Batur,

Kabupaten Banjarnegara.

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan teori

kecerdasan, bencana, kondisi masyarakat Dieng serta kondisi geologi dan

geomorfologi Gunung Dieng.

1. Kecerdasan

Kecerdasan diturunkan dari kata Inteligensi. Kata ini mempunyai arti

yang sangat abstrak. Menurut Triono (2005:53), kecerdasan adalah potensi

biopsikologi untuk memproses informasi yang dapat digerakkan dalam

suatu latar budaya untuk memecahkan masalah atau untuk menghasilkan

sesuatu yang bernilai dalam budaya tersebut.

Seorang psikolog dari Universitas Harvard dalam bukunya Frames of

Mind (Gardner, 1983) mengemukakan ada tujuh kecerdasan dasar yaitu :

Kecerdasan Bahasa, Logical-Mathematical, Intrapersonal, Interpersonal,

Musik, Visual-Spasial, Kinesthetic. Kemudian ia menambahkan kecerdasan

kedelapan serta mengenalkan teori kecerdasan majemuk. Menurut Gardner

kecerdasan lebih dihubungkan dengan kemampuan seseorang memecahkan

masalah dan menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan

alamiah. Tidak ada anak yang tidak cerdas, namun kecerdasan satu orang

dengan yang lainya tidak sama.

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan

sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan

11

11

menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak,

memahami gagasan, menggunakan bahasa dan belajar.

Kecerdasan bagi seseorang memiliki manfaat yang besar selain bagi

dirinya sendiri dan juga bagi pergaulannya di masyarakat merupakan

pengertian dari kecerdasan. Melalui tingkat kecerdasan yang tinggi

seseorang akan semakin dihargai di masyarakat apabila anak mampu

berkiprah dalam menciptakan hal-hal yang baru yang bersifat fenomenal

(Yuliani Nuraini Sujiono, 2010:48).

Intelegensi adalah suatu tata kelakuan menusia yang berbagai macam

untuk berbuat sesuatu yang tepat dalam merespon sesuatu yang Ia terima

dari segi berfikir dan bertindak.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan

Tingkat kecerdasan seseorang berbeda-beda karena dalam

perkembangan kecerdasan ada beberapa faktor-faktor kecerdasan tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Faktor Bawaan

Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak

lahir.Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan

masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di

dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan

pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang

sama.

12

12

b. Faktor Minat dan Bawaan yang khas

Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan

merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat

dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi

dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat

memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

c. Faktor Pembentukan

Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang

yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat

dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di

sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh

alam sekitarnya.

d. Faktor Kematangan

Dimana organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat

dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga

mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belum mampu

mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat

sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak.

Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk

menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan

faktor umum.

13

13

e. Faktor Kebebasan

Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam

memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih

metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan

kebutuhannya.Kelima faktor tersebut di atas saling mempengaruhi dan

saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan

kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan

kepada salah satu faktor saja.

3. Kecerdasan Visual Spasial

Visual Spasial merupakan salah satu dari kecerdasan jamak yang

berhubungan erat dengan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar

didalam pikiran seseorang, atau untuk anak di mana anak berpikir dalam

bentuk visualisasi dan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau

menemukan jawaban.

Kecerdasan Visual Spasial adalah salah satu dari delapan kecerdasan

ganda yang dikemukakan oleh Rr Howard Gardner. Ketujuh Kecerdasan

lainnya yaitu : Kecerdasan Logika-Matematika, Kecerdasan Bahasa,

Kecerdasan Gerakan, Kecerdasan Musik, Kecerdasan Interpersonal,

Kecerdasan Intrapersonal dan kecerdasan alam. Orang dengan kecerdasan

visual spasial sangat sadar lingkungan mereka dan baik mengingat

gambar. Mereka suka melukis dan membaca peta. Mereka belajar dengan

baik melalui alat bantu visual. Kecerdasan Visual Spasial memuat

kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan

14

14

antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya

untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan

untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada

orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.

Spatial Visual yaitu kemampuan untuk menangkap dunia ruang-

visual secara akurat , membayangkan ruangan dan melakukan perubahan-

perubahan terhadap persepsi tersebut. Kecerdasan ini mencakup kepekaan

terhadap warna,garis, bentuk, wujud, ruang, dan hubungan–hubungan

yang ada antara unsur-unsur ini, serta menggambarkannya dalam sebuah

bentuk.

Ali (2002:139) mengemukakan bahwa Kecerdasan Visual Spasial

memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Hampir

semua pekerjaan yang menghasilkan karya nyata memerlukan sentuhan

kecerdasan ini. Bangunan yang dirancang arsitektur, desain taman,

lukisan, rancangan busana, pahatan, bahkan benda sehari-hari yang

dipakai manusia pun adalah hasil buah kecerdasan visual spasial yang

tinggi mengesankan kreativitas. Kemampuan menciptan satu bentuk,

seperti bentuk pesawat terbang, rumah, mobil, burung, mengesankan

adanya unsur transformasi bentuk yang rumit,

Visual spasial adalah kecerdasan terhadap bentuk dan gambar, atau

kemampuan untuk memahami dunia visual secara akurat dan

menghadirkan kembali pengalaman-pengalaman visualnya. Kecerdasan ini

mencakup kemampuan untuk melihat bentuk, warna, figur, dan tektsur

15

15

dalam pikiran yang di miliki mata dan mengubahnya ke dalam tampilan

berbentuk seni (James Bellance, 2009 : 3).

Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian

memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah

hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan

Visual Spasial berkaitan dengan gambar, baik itu berupa pencitraan/

gambar di benak kita, maupun gambar di dunia eksternal : foto asli dari

beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Visual spasial

merupakan salah satu bagian dari Multiple Intelligence yang terdiri dari

sembilan jenis kecerdasan yang berhubungan erat dengan kemampuan

untuk memvisualkan gambar di pikiran seseorang, atau untuk anak dimana

anak berpikir dalam bentuk visualisasi dan gambar untuk memecahkan

sesuatu masalah atau menemukan jawaban.

Seseorang yang mempunyai kecerdasan visual spasial ini di mulai

dari penajaman sensor motorik penglihatan dan kesadaran. Mata

membedakan warna, bentuk, figur, tekstur, kedalaman ruang, dimensi ,dan

hubungan. Saat kecerdasan berkembang koordinasi mata- tangan dan otot

yang mengontrolnya individu yang bersangkutan dapat menghadirkan

kembali figur dan warna berbagai media. Pelukis, pemahat, arsitek,

kartografer (juru peta), juru gambar, ahli pertamanan, dan disainer grafik

mampu memindahkan gambaran yang ada di pikirannya menjadi obyek

ciptaan baru atau obyek lama yang di perbaharui. Dengan cara ini visual

yang di tangkap digabung dengan pengetahuan, pengalaman, emosi dan

16

16

gambaran yang telah ada sebelumnya untuk menciptakan visi baru bagi

pengetahuan dan pemahaman selanjutnya.

Kecerdasan visual spasial merupakan salah satu aspek dari kognisi.

Kecerdasan visual spasial merupakan konsep abstrak yang meliputi

persepsi spasial yang melibatkan hubungan spasial termasuk orientasi

sampai pada kemampuan yang rumit yang melibatkan manipulasi serta

rotasi mental. Dalam kecerdasan visual-spasial diperlukan adanya

pemahaman kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris,

menghubungkan konsep spasial dengan angka dan kemampuan lain dalam

transformasi mental dari bayangan visual. Pemahaman tersebut juga

diperlukan dalam memahami peta RBI dan Citra Satelit. Pada anak usia

sekolah kecerdasan visual spasial erat kaitannya dengan aspek kognitif

secara umum.

Orang dengan Kecerdasan Visual Spasial yang berkembang baik

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Belajar dengan cara melihat dan mengamati. Mengenali wajah, objek,

bentuk dan warna.

Dalam hal ini masyarakat diajak untuk melihat Peta Kawasan

Pemukiman Sekitar Dieng (Map Face). Kemudian mengamati

kenampakan alam yang ada di Dieng sesuai dengan simbol yang

berbeda.

17

17

b. Mampu mengenali lokasi dan mencari jalan keluar

Melalui Peta Tematik, misalkan Peta Wisata Jalur Dieng ,

masyarakat dapat mengenali lokasi satu tempat dengan tempat lain

kemudian masyarakat dapat mencari jalan alternatif lain untuk dapat

sampai ke tempat sama.

c. Mengamati dan membentuk gambaran mental, berpikir dengan

menggunakan gambaran, menggunakan gambar untuk proses

mengingat.

Melalui peta Tematik, misalkan Kawasan Pemukiman Sekitar

Dieng masyarakat dapat mengingat di mana lokasi mereka berada,

mereka juga mengingat apa saja yang ada di sekitar pemukiman

mereka, misal mengenali lahan pertanian, jarak tempat tinggal dengan

kawah, selain itu, Secara cepat dapat menemukan lokasi yang dituju.

d. Mudah membaca peta, grafik dan diagram

Orang dengan kecerdasan spasial yang meningkat dapat

dibuktikan dengan membaca peta sesuai dengan informasi peta, dapat

membaca grafik dan diagram sesuai dengan keterangan.

e. Suka menyusun permainan tiga dimensi, Mampu mampu secara mental

mengubah bentuk objek.

Orang yang cerdas, mereka akan bisa menggambar sesuatu yang

mereka lihat dengan jelas. Seperti ketika menggambar kursi, mereka

akan menggambar dalam bentuk dua dimensi atau justru menggambar

dalam bentuk tiga dimensi.Anda mungkin belum pernah melihat kursi

18

18

dari atas, namun tanpa anda sadari mereka bisa menggambar dalam

bentuk tiga dimensi.

f. Mempunyai imajinasi yang baik.

Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spasial tinggi, biasanya

disertai daya imajinatif cepat dan tepat. Ia dengan cepat menerjemahkan

ketidakaturan benda-benda di sekitarnya dalam dan melalui pikirannya

menjadi sesuatu yang indah dan teratur. Ia mampu mengeluarkan hasil

olah pikirnya dalam bentuk gambar, diagram, lukisan. Misalnya, walau

hanya dalam pikirannya, ketika melihat hamparan padang rumput dan

pohon-pohon di lereng gunung-gunung, melalui imajinasinya, ia akan

menggeser gunung, pohon, sungai tersebut ke tempat lain, yang

menurut pikiranya lebih tepat dan indah. Bahkan ketika melihat

ketidakaturan di terminal dan pasar, walau hanya dalam pikiran, ia

dapat merubahnya menjadi lebih baik. Walau ia pahami bahwa dirinya

dalam ruang dan waktu, namun ia karena imajinasi spasialnya

menjadikan dirinya sebagai pusat dari segala sesuatu bahkan pusat dari

tata surya.

g. Mampu memperkirakan jarak

Jika berlari misalnya ia bisa mengantisipasi diri dengan ruang

sehingga tidak menabrak. Dalam hal ini yang dimaksud dengan mampu

memperkirakan jarak adalah berapa km jarak antara rumah penduduk

dengan objek yang ada di sekitar rumah penduduk, misalnya masjid

atau sekolah.

19

19

h. Mampu melihat sesuatu dengan perspektif yang berbeda.

Melalui Peta Tematik masyarakat dapat mengidentifikasi

keterangan yang ada di dalam peta. Misal wilayah perairan

disimbolkan dengan warna biru, contoh Danau di dalam peta

disimbolkan dengan simbol area menggunakan warna biru, tapi

berbeda dengan wilayah sungai disimbolkan dengan warna biru

berbentuk garis.

i. Mampu menciptakan representasi visual yang nyata dari suatu

informasi.

Masyarakat dapat memahami kenampakan alam yang ada di

sekitar mereka. Mereka memahami di mana letak tempat tinggal

mereka, lahan pertanian, kawah-kawah, sungai, telaga dan

pegunungan.

4. Peta RBI

a. Pengertian Peta

Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau

buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan

bumi yang digambarkan pada suatu bidang d atar dengan skala

tertentu. (PP Republik Indoneisa Nomor 8 Tahun 2013)

Peta menurut ICA (International Cartographic Association)

adalah gambaran atau representasi unsur -unsur kenampakan abstrak

yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan per

mukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya

20

20

digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Peta

juga dapat berarti gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu,

digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu (Aryono

Prihandito, 1988).

Beberapa jenis peta secara umum dapat dikategorikan menjadi 2

(dua) yaitu :

1. Peta Topografi

Peta topografi merupakan peta yang menyajikan unsur-unsur

atau elemen di permukaan bumi yang dipresentasikan sebagai

sumber informasi yang tersedia, sejauh skala yang memungkinkan,

tanpa mempertimbangkan fenomena khusus yang identik aktivitas

manusia atau fenomena fisik tertentu yaitu yang menetukan kondisi

iklim atau faktor. Peta Rupa Bumi adalah peta topografi yang

menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di

wilayah NKRI

Peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia

(kota , jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau,

gunung, dan sebagainya) pada bidang datar dengan skala dan

proyeksi tertentu. Peta Rupa Bumi dalam istilah asingnya sering

disebut sebagai Topographic Map.

Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang

menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di

21

21

wilayah Indonesia. RBI dibuat oleh Badan Koordinasi Survei dan

Pemetaan Nasional.

2. Peta Tematik

Peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan

tertentu ( land status, penduduk, transportasi ) dengan menggunakan

peta rupa bumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk

meletakkan informasi tematiknya.

Instansi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan Peta

Rupa Bumi Indonesia adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan

nasional (BAKOSURTANAL) yang sekarang menjadi Badan

Informasi Geospasial (BIG). Selain itu BIG juga menyediakan

penyiapan dan mempublikasikan seri-seri peta dasar nasional atau

peta rupabumi. Peta dasar nasional tersebut selanjutnya dapat

digunakan untuk pembuatan peta-peta tematik.

Ada beberapa klasifikasi yang lain sebagai berikut :

a. Berdasarkan Skala :

1) Besar : 1 :500 sampai dengan 1: 10.000

2) Sedang : 1: 25.000 sampai denga 1; 250.000

3) Kecil : 1: 500.000 samapai dengan 1 : 5.000.000

b. Tujuan :

1) Perencanaaan

2) Tata ruang

22

22

c. Jenis

1) Peta Garis

2) Peta Foto

b. Fungsi Peta

Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan menggunakan peta

seseorang dapat menentukan lokasi yang diinginkan meskipun

seseorang tersebut belum pernah mengunjungi tempat tersebut.

Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.

2. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di

permukaan bumi.

3. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua,

negara, gunung, sungai, dan bentuk lainnya.

4. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui

kondisi daerah yang akan diteliti.

5. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah .

6. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

7. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.

8. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena

fenomena (gejala-gejala geografi di permukaan bumi)

23

23

Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan

menjadi 7 tema, yaitu: Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat

dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu:

a. Tema 1: Penutup lahan: area tutupan lahan seperti hutan, sawah,

pemukiman dan sebagainya

b. Tema 2: Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai, danau,

garis pantai dan sebagainya

c. Tema 3: Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur

d. Tema 4: Bangunan: gedung, rumah dan bangunan perkantoran dan

budaya lainnya

e. Tema 5: Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, kereta api, kabel

transmisi dan jembatan

f. Tema 6 : Batas administrasi: batas negara provinsi, kota/kabupaten,

kecamatan dan desa

g. Tema 7 : Toponimi: nama-nama geografi seperti nama pulau, nama

selat, nama gunung dan sebagainya

Berikut adalah indeks, data ketersediaan, dan tahun pembuatan

peta RBI dalam skala 1:250.000, 1:50.000, 1: 25.000, dan 1:10.000.

(Sumber: Badan Informasi Geospasial)

c. Manfaat Peta Rupa Bumi

Peta Rupabumi atau yang sering dikenal dengan Peta RBI

memiliki berbagai macam-macam kegunaan dari masing-masing

atributnya, diantaranya:

24

24

1. Data Kontur, dapat digunakan untuk menunjukkan kenampakan

suatu relief di suatu permukaan bumi seperti gunung, bukit, lereng

atas, lereng kaki, lereng bawah, dataran, dan lembah (morphology).

Dengan sedikit sentuhan SRTM 30 m, maka akan semakin mudah

dalam interpretasi.

2. Data tutupan lahan, menunjukkan jenis tutupan lahan secara

keruangan (spasial) pada lokasi tertentu.

3. Data sungai, dapat digunakan untuk asosiasi dalam interpretasi Peta

Satuan Geomorfologi.

4. Transportasi dan Utilitas, digunakan untuk keperluan sarana

prasarana dan pengembangan wilayah.

5. Batas Admin, menunjukan batas secara administrasi suatu daerah.

6. Toponimi, menunjukkan keterangan mengenai latar belakang

penamaan suatu fenomena geosfer, contoh: Pulau Komodo, (dasar

penamaan karena pulau tersebut habitat hewan komodo).

5. Citra Satelit

a. Pengertian Citra Satelit

Citra satelit merupakan citra yang dihasilkan dari pemotretan

menggunakan wahana satelit. Kini sudah banyak satelit mengorbit di

luar angkasa dengan fungsinya yang beragammisalnya satelit militer,

satelit komunikasi, satelit inderaja antar planet dan satelit inderaja

25

25

sumber daya bumi. Oleh karena itu perkembangan teknik inderaja

sistem satelit lebih maju dibandingkan sistem air-borne (foto udara).

Pada mulanya, citra satelit merupakan gabungan dari foto-foto

dan koordinat satelit. Perangkat lunak khusus digunakan untuk

memperhitungkan setiap sisi foto-foto tersebut. Secara umum, citra

satelit yang memiliki resolusi tinggi memungkinkan perhitungan yang

lebih akurat. Namun terdapat ribuan foto-foto dan permukaan bumi

bukanlah sebuah lingkaran elipsoid yang sempurna. Penyedia citra

satelit tidak dapat memeriksa akurasi dari setiap foto, sehingga

koordinat dapat bergeser dari posisi yang sebenarnya. Oleh karena itulah

mengapa citra satelit dapat bergeser 1-2 meter bahkan terkadang hingga

ratusan meter. Pada wilayah pegunungan atau perbukitan, citra satelit

seringkali memiliki distorsi yang tidak linear.

b. Jenis-jenis Citra Satelit

Berikut ini merupakan contoh karakteristik satelit inderaja yang

khusus mengindera ke bumi untuk maksud-maksud pengelolaan sumber

daya bumi.

1. LANDSAT

Program Landsat merupakan satelit tertua dalam program

observasi bumi. Landsat dimulai tahun 1972 dengan satelit Landsat-1

yang membawa sensor MSS multispektral. Setelah tahun 1982,

Thematic Mapper TM ditempatkan pada sensor MSS. MSS dan TM.

Satelit Landsat (Satelit Bumi) ini merupakan milik Amerika Serikat.

26

26

Beberapa generasi satelit Landsat yang dibuat Amerika namun

sekarang sudah tidak beroperasi lagi. Landsat 5, diluncurkan pada 1

Maret 1984, membawa sensor TM (Thematic Mapper), yang

mempunyai resolusi spasial 30 x 30 m pada band 1, 2, 3, 4, 5 dan 7.

Sensor Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di permukaan bumi

dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar tampak

(visible), band 4, 5 dan 7 adalah infra merah dekat, infra merah

menengah, dan band 6 adalah infra merah termal yang mempunyai

resolusi spasial 120 x 120 m. Luas liputan satuan citra adalah 185 x

185 km pada permukaan bumi. Landsat 5 mempunyai kemampuan

untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16

hari, pada ketinggian orbit 705 km.

Citra satelit Landsat-7 ETM adalah satelit bumi dengan

membawa intrumen ETM (Enchnced Thamatic Mapper) yang

menyajikan delapan sailorman multispektral scanning radiometer.

Diluncurkan pada bulan April 1999 dengan membawa ETM+scanner.

Saat ini, hanya Landsat-5 dan 7 sudah tidak beroperasi lagi.

Terdapat banyak aplikasi dari data Landsat TM-7 ini,

manfaatnya adalah untuk pemetaan penutupan lahan,pemetaan

penggunaan lahan, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut

dan lain-lain. Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan dapat

memilih data Landsat TM karena terdapat band infra merah

menengah. Landsat TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi

27

27

yang mempunyai band inframerah termal. Data thermal diperlukan

untuk studi proses-proses energi pada permukaan bumi seperti

variabilitas suhu tanaman dalam areal yang diirigasi.

2. Citra Satelit SPOT ( Satelite Pour I” Observation de la Terre )

SPOT merupakan sistem satelit observasi bumi yang mencitra

secara optis dengan resolusi tinggi dan diopersikan di luar angkasa.

Sistem satelit SPOT terdiri dari serangkaian satelit dan stasiun

pengontrol denga cangkupan kepentingan yaitu, kontrol dan

pemograman satelit, produksi citra, dan distribusinya.

SPOT yang merupakan singkatan dari Satellite Pour l’Observtion

de la Terre dijalankan oleh Spot Image yang terletak di Prancis. Sistem

ini dibentuk olen CNES (Biro Luar Ankgasa milik Prancis) pada tahun

1978.

Tujuan dibentuk SPOT adalah;

1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengelolaan kebumian

melalui eksplorasi sumber daya bumi.

2. Mendeteksi dan meramalkan fenomena-fenomena klimatologi dan

oseanografi

3. Mengawasi aktivitas manusia dan fenomena alam.

28

28

Orbit SPOT

Orbit SPOT adalah orbit polar, circular, sun syncrhonous dan

berfase. Sudut inklinasi dari bidang orbitalnya dikombinasikan dengan

rotasi bumi di seputaran poros kutub sehingga satelitnya dapat

berpindah ke tiap titik di permukaan bumi dalam 26 hari.

Orbitnya memiliki ketingggian 832 km di atas permukaan air

laut dengan inklinasi 98,7o dan bervelosi sejumah 14 kali per hari.

Jenis Satelit SPOT

SPOT 1 diluncurkan pada 22 Februari 1986 dengan dilenkapi

sistem pencitraan 10 pankromatik dan kemampuan resolusi gambar

multispektral pada tingkat 20 meter. Ditinggalkan Satelit jenis ini

mulai ditingglakan pada 31 Desember 1990 karena diluncurkannya

satelit SPOT jenis baru.

SPOT 2 diluncurkan pada 22 Januari 1990 dan masih tetap

digunakan.

SPOT 3 diluncurkan pada 26 September 1993. Berhenti

difungsikan pada 14 November 1997.

SPOT 4 diluncurkan pada 24 Maret 1998. Memiliki kemajuan

yang cukup besar dari satelit sebelumnya , SPOT - 1 ,2,dan 3.

Perubahan yang utama adalah modifikasi dari HRV (High Resolution

Visible) menjadi High Resolution Visible and Infrared Instrument

(HRVIR). Sehingga memiliki kemampuan tambahan dalam

29

29

mendeteksi gelombang tengah inframerah (1.58 – 1.75 microm) untuk

keperluan survei geologi, survei vegetasi dan survei tutupan salju.

SPOT 5 diluncurkan pada 4 Mei 2002 dengan kemampuan

resolusi tinggi yang berkisar pada level 2,5 meter , 5 meter, dan 10

meter. Sistem satelit obserbasi SPOT – 5 berhasilkan diluncurkan oleh

Ariane 4 dari Guaina Spaace Centre di Kouro pada tengah malam 3-4

Mei 2002 dengan tujuan untuk memastikan kelanjutan pelayanan

terhadap kebutuhan informasi pencitraan dan untuk meningkatkan

kualitas data dan citra melalui tindakan antisipatif terhadap kebutuhan

pasar. Dibandingkan dengan satelit obeservasi sebelumnya, SPOT – 5

memberikan perubahan kemajuan yang besar yang memberikan solusi

citra dengan biaya yang efektif. Resolusi pada sistem satelit obeservasi

ini meningkat hingga 5 meter dan 2,5 meter dan sudut pandang yang

lebar (wide imagin swath), dimana mencakup 60 x 60 km atau 60 x

120 km dalam insturmen mode kembar. SPOT -5 memberikan

perpaduan yang ideal antara resolusi yang tinggi dan juga jarak

pandang yang luas.

SPOT – 5 dilengkapi dengan 2 buah instrumen geometrikal

yang berosolusi tinggi, High Resolution Geometric (HRG) yang

menawarkan citra beresolusi tinggi pada 2 mode, yaitu resolusi hingga

kisaran 2,5 – 5 meter pada mode panchromatic, dan resolusi hingga

kisaran 10 meter pada multispectral mode.

30

30

SPOT – 5 juga memiliki instrumen pencitraan HRS (High

Resolution Stereoscopic), yaitu kemampuan untuk menangkap citra

stereopair secara serentak untuk keperluan citra relief peta. Instrumen

ini dioperasikan dalam mode panchromatic, sehingga beresolusi tinggi

dengan 2 kamera yang ditempatkan pada bagian depan dan belakang

satelit. Kemampuan instrumen HRS ini sangat menguntungkan karena

dapat mencitra area yang luas hanya dalam satu pencitraan. Pasangan

stereo yang didapat dapat digunakan dalam berbagai aplikasi 3D

terrain modeling dan Computer Environments seperti Flight Simulator

Databases, Pipeline Corridors, dan Mobile Phone Network Planning.

Citra satelit SPOT – 5 baik digunakan baik dalam keperluan

pembuatan peta berksala sedang (1:25.000 dan 1: 10.000),

perencanaan desa dan kota, eksplorasi minyak dan gas, dan

manajemen bencana alam.

Karakteristik

SPOT – 5 tetap menggunakan beberapa karakteristik yang digunakan

oleh pendahulunya, yaitu :

a. Memiliki orbit circular , polar, sun synchronous, dan berfase.

b. Instrumen medan pandang (FOV) dengan lebar petak 60 x 2 km

sepanjang lintasan satelit.

c. Memiliki kemampuan pandang lateral (bercabang) dan oblique

(miring), dengan sudut ± 27oterhadap bidang vertikal.

31

31

3. Citra Satelit QUICKBIRD

QUICKBIRD merupakan salah satu satelit sumber daya milik

kerja sama Amerika Serikat dan Hitachi Jepang, yang diluncurkan

pada tanggal 18 Oktober 2001. Satelit ini mempunyai resolusi spasial

yang sangat tinggi ( 0,65 m).Satelit lain yang mempunyai kemampuan

setara dengan QUICKBIRD adalah IKONOS ( milik Amerika ).

Karakteristik dari satelit QUICKBIRD sebagai berikut:

Tabel 2.1 Karakteristik Citra Satelit Quickbird

Data Teknis Satelit Quickbird

Tanggal peluncuran 18 Oktober 2001 di Vabdeberg Air

Force Base, California, USA

Data Orbit :

Orbit 97,2 ᵒ , sun synchronous

Ketinggian 450 km

Kecepatan pada orbit 7,1 km/detik

Kecepatan di atas bumi 6,8 km/detik

Waktu orbit mengelilingi bumi 93,5 menit

Resolusi Spasial :

Resolusi pada nadir 0,61 m Pankromatik : 2,44 m MS

Resolusi 26ᵒ off-nadir 0,72 m Pankromatik ; 2,88 m MS

Resolusi Temporal : 1 s/d 3,5 hari pada lintang 30 ᵒ

Resolusi Spektral

Pankromatik : 0,45-0,90 µ m

Band 1 ( blue ) : 0,45-0,52 µ m

Band 2 ( green ) : 0,52-0,60 µ m

Band 3 ( red ) : 0,63-0,69 µ m

Band 4 ( VNIR ) : 0,76-0,90 µ m

Luas liputan ( scane ) ( 16,5 x 16,5 ) km pada nadir

Sumber : Jurnal Rekayasa LPPM Itenas | No. 3| Vol. XIV

Selain resolusi spasial sangat tinggi, keempat sistem pencitraan

satelit memiliki kemiripan cara merekam, ukuran luas liputan,

wilayah saluran spektral yang digunakan, serta lisensi pemanfaatan

32

32

yang ketat. Keempat sistem menggunakan linear array CCD-biasa

disebut pushbroom scanner. Scanner ini berupa CCD yang disusun

linier dan bergerak maju seiring gerakan orbit satelit. Jangkauan

liputan satelit resolusi tinggi seperti Quickbird sempit (kurang dari 20

km) karena beresolusi tinggi dan posisi orbitnya rendah, 400-600 km

di atas Bumi.

Semua sistem menghasilkan dua macam data: multispektral

pada empat saluran spektral (biru, hijau, merah, dan inframerah dekat

atau B, H, M, dan IMD), serta pankromatik (PAN) yang beroperasi di

wilayah gelombang tampak mata dan perluasannya. Semua saluran

pankromatik, karena lebar spektrumnya mampu menghasilkan

resolusi spasial jauh lebih tinggi daripada saluran-saluran

multispektral.

4. Citra Satelit IKONOS

Ikonos adalah satelit komersial beresolusi tinggi pertama yang

ditempatkan di ruang angkasa. Ikonos dimiliki oleh Space Imaging,

sebuah perusahaan Observasi Bumi Amerika Serikat. Satelit

komersial beresolusi tinggi lainnya yang diketahui: Orbview-3

(OrbImage), Quickbird (EarthWatch) dan EROS-A1 (West Indian

Space).

Ikonos diluncurkan pada bulan September tahun 1999 dan

pengumpulan data secara regular dilakukan sejak Maret 2000.

33

33

Ikonos dimiliki dan dioperasikan oleh Space Imaging. Di samping

mempunyai kemampuan merekam citra multispetral pada resolusi 4

meter, Ikonos dapat juga merekam obyek-obyek sekecil satu meter

pada hitam dan putih. Dengan kombinasi sifat-sifat multispektral pada

citra 4-meter dengan detail-detail data pada 1 meter, citra Ikonos

diproses untuk menghasilkan 1-meter produk-produk berwarna.

Sensor pada satelit didasarkan pada prinsip pushbroom dan

dapat secara simultan mengambil citra pankromatik dan multispektral.

Ikonos mengrimkan resolusi spasial tertinggi sejauh yang dicapai oleh

sebuah satelit sipil. Bagian dari resolusi spasial yang tinggi juga

mempunyai resolusi radiometrik tinggi menggunakan 11-bit (Space

Imaging, 2004).

Banyak aplikasi untuk data Ikonos yang dapat diketahui.

Pemilik berharap bahwa penggunaan lapangan dapat dibayar untuk

harga data komersial. Diharapkan bahwa, pada masa mendatang, 50%

data foto udara akan digantikan oleh citra beresolusi tinggi dari

angkasa (kamera pesawat digital akan banyak menggantikan foto

udara yang masih ada). Misi pertama Ikonos akan mendapatkan citra

seluruh kota-kota utama Amerika Serikat. Sampai saat ini pemetaan

dan monitoring perkotaan dari angkasa (tidak hanya di Amerika)

hanya mungkin pada skala terbatas.

34

34

Tabel 2.2 Karakteristik Citra Satelit Ikonos

Kanal

(Sensor)

Panjang

Gelombang ( µm)

Resolusi

Spasial ( m)

Karakteristik

( biru ) 0,45-0,53 4 Penetrasi maksimum pada

air berguna untuk

pemetaan batimetri

perairan dangkal.

( hijau ) 0,52-0,61 4 Berfungsi untuk

mengindera puncak

pemantulan vegetasi.

( merah ) 0,64-0,72 4 Berfungsi untuk

membedakan absorbsi

klorofil dan tipe vegetasi

( infra merah) 0,77-0,88 4 Untuk menentukan

kandungan biomas, tipe

vegetasi, pemetaan garis

pantai

(pankromatik) 0,45-0,90 1 Bermanfaat untuk

identifikasi obyek lebih

detail

Sumber : Jurnal Ilmiah WIDYA Nomor 2 Volume 1

5. Citra Satelit ALOS

Satelit Inderaja ALOS adalah milik Jepang , diluncurkan pada tahun

2006. Satelit ini membawa 3 sensor masing-masing adalah :

PRISM ( Panchromatic Remote Sensing Instrument for Stereo

Mapping). Sensor bekerja pada daerah pankromatik ( 0,52-0,77µm) resolusi

spasial 2,5 m. PRISM menggunakan 3 sensor identik untuk pencitraan yang

menghasilkan citra 3 dimensi, masing-masing mengarah miring ke depan

lurus ke bawah dan miring ke belakang.

AVNIR-2 ( Advanced Visible and Near Infrared Radiometer tipe-2).

AVNIR tipe 2 menggunakan saluran visible dan inframerah dekat yang

35

35

memiliki kemampuan mengamati lahan dengan resolusi 10 m pada saluran

biru ( 0,42-0,5 µm), saluran hijau ( 0,52-0,6µm), saluran merah ( 0,61-

0,64µm) dan saluran inframerah dekat ( 0,76-0,89µm).

PALSAR ( Phased Array type I-band Synthetic Aperture Radar).

PALSAR adalah sensor gelombang mikro ( aktif ) yang mengamati lahan

siang dan malam. Sensor ini menggunakan resolusi 10 m hingga 100m.

Kelebihan sensor ini mampu menembus awan dan hujan.

6. Citra Satelit RADAR

Radar merupakan kepanjangan dari Radio Detection and

Ranging, artinya instrument radar mampu mendeteksi obyek

menggunakan band/saluran pada daerah gelombang mikro dan

mengukur jarak antara obyek dengan sumber tenaga. Daerah yang

diindera pada umumnya berada di sebelah kanan dan kiri garis

lintasan satelit. Wahana dilengkapi dengan sumber tenaga, antenna

pemancar untuk mengarahkan sumber tenaga ke arah obyek yang

diindera dan antenna penerima untuk menerima tenaga yang

dihamburkan balik kea rah wahana. Selanjutnya sinyal yang diterima

diolah sehingga akhirnya dapat dikirimkan ke stasiun bumi penerima

di bumi.

Radar merupakan contoh inderaja sistem aktif, karena

menggunakan tenaga elektromagnetik buatan. Keunggulannya adalah

gelombang radar ini dapat menembus awan, sehingga tidak tergantung

cuaca dan waktu. Oleh karena itu citra radar sangat baik digunakan

36

36

pada daerah yang selalu tertutupi awan atau kabut asap, juga dapat

digunakan untuk membuat DEM ( Digital Elevation Model ).

7. Citra Satelit NOAA

Satelit ini milik AS yang ditujukan untuk pengamatan cuaca di

atmosfer dan lingkungan bumi secara umum. Di Indonesia satelit

NOAA selain digunakan untuk monitoring cuaca, juga banyak

digunakan untuk monitoring kebakaran hutan. Resolusi spasialnya

1km x 1km cakupan daerah yang terliput sangat luas dan resolusi

spasial dapat diatur menjadi 5km x 5km atau lebih.

Karakteristik Data Satelit NOAA Series

a. Sensor : AVHRR ( Advanced Very High Resolution

Radiometer)

b. Ketinggian : 870 km

c. Resolusi spasial : 1100 meter

d. Cakupan : 2800 km

e. Resolusi temporal : 4 Kali ( 2 kali siang, 2 kali malam)/hari

f. Spektral : 5 band

Band/saluran 1 : 0,58-0,68 µm

Band/saluran 2 : 0,725-1,10 µm

Band/saluran 3 : 1,60-1,80 µm

Band/saluran 4 : 3,55-3,93 µm

Band/saluran 5 : 10,3-11,3 µm

37

37

8. Citra Satelit GMS (GeoMeterogical Satelite)

Satelit milik Jepang ini berfungsi untuk melakuakan

pengamatan di bidang meteorology. Satelit tersebut mengorbit pada

lintasan geostasioner yaitu mengamati suatu wilayah secara tetap

sehingga setiap kali merekam, dapat menghasilkan rekaman gambar

hampir separuh bumi. Pusat-pusat badai dan gerakan badai dapat

dimonitor dan bahkan prediksi penyebarannya juga dapat

diperkirakan, sehingga baik sekali digunakan untuk mitigasi bencana.

Adapun karakteristik dari Citra Satelit GMS seperti pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Karakteristik Citra satelit GMS

Spektrum radiasi Satelit GMS-5 (µm)

Visible ( VIS)

Resolution ; quantization

0,50-0,75 µm

1,25 km; 6 bit

Thermal Infrared 1 ( TIR 1)

Resolution ; quantization

10,5-11,5 µm

5 km; 8 bit

Thermal Infrared 2 ( TIR 2 )

Resolution ; quantization

11,5-12,5 µm

5 km; 8bit

Infrared 3 ( water vapor )

Resolution ; quantization

6,5-7,0 µm

5 km;8bit

Sumber : LAPAN

c. Intrepretasi Citra

Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan

bentuk dan sifat obyek yang tampak pada citra, berikut

deskripsinya.interpretasi citra dan fotogrametri berhubungan erat,

38

38

meskipun keduanya tidak sama. Bedanya, fotogrametri berkepentingan

dengan geometri obyek, sedangkan interpretasi citra berurusan dengan

manfaat, penggunaan, asal-usul, ataupun identitas obyek yang

bersangkutan (Glossary of the Mapping Science, 1994).

Lillesand dan Kiefer (1994) dan juga Sutanto (1986) menyebutkan

8 unsur interpretasi yang di gunakan secara konvergen untuk dapat

mengenali suatu obyek yang ada pada citra, kedelapan unsur tersebut

ialah warna/rona, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs dan

asosiasi. Diantara ke delapan unsur tersebut, warna/rona merupakan hal

yang paling dominan dan langsung mempengaruhi pengguna citra dalam

memulai interpretasi. Sebenarnya seluruh unsur interpretasi ini dapat di

kelompokkan ke dalam 3 jenjang dalam piramida unsur-unsur

interpretasi. Pada jenjang paling bawah terdapat unsur-unsur elementer

yang dengan mudah dapat dikenali pada citra, yaitu warna/rona, bentuk,

dan bayangan. Pada jenjang berikutnya terletak ukuran, tekstur dan pola,

yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam tentang konfigurasi

obyek dalam ruang. Pada jenjang paling atas terdapat situs dan asosiasi,

yang merupakan unsur-unsur pengenal utama dan seringkali menjadi

faktor kunci dalam interpretasi, namun sekaligus paling sulit untuk

dideskripsikan.

Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan

bentuk dan sifat obyek yang tampak pada citra, berikut deskripsinya.

Interpretasi citra dapat dilakukan secara manual atau visual, dan dapat

39

39

pula secara digital. Interpretasi citra secara visual sering di sebut dengan

interpretasi fotografik, sekalipun citra yang di gunakan bukan citra foto,

melainkan citra non foto yang telah tercetak (hard copy). Sebutan

interpretasi fotografik sering di berikan pada Interpretasi visual citra non

foto, karena banyak produk tercetak citra non foto di masa lalu (bahkan

sampai sekarang) di wujudkan dalam bentuk film ataupun citra tercetak di

atas kertas foto, dengan proses reproduksi fotografik. Hal ini dapat

dilakukan karena proses pencetakan oleh komputer pengolahan citra non

foto dilakukan dengan printer khusus yang disebut film writer, dan hasil

cetakanya menyerupai slide (diapositif) berukuran besar (lebih kurang

hingga ukuran karto). Istilah Interpretasi fotografik juga diberikan pada

berbagai kegiatan interpretasi visual citra-citra non foto, karena prinsip-

prinsip interpretasi yang digunakan tidak jauh berbeda dari prinsip-

prinsip interpretasi foto udara.

d. Unsur-unsur Interpretasi Citra

1) Rona dan Warna

Rona (tone/color tone/grey tone) adalah tingkat kegelapan

atau tingkat kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik

merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh

spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum

dengan panjang gelombang (0,4-0,7) μm. Berkaitan dengan

penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi

rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.

40

40

Warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan

menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.

Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila hanya

memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4–0,5) μm,

(0,5 – 0,6) μm, atau (0,6 – 0,7) μm.

Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat

kegelapan, warna menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih

beraneka. Ada tingkat kegelapan di dalam warna biru, hijau, merah,

kuning, jingga, dan warna lainnya. Meskipun tidak menunjukkan cara

pengukurannya, Estes et al. (1983) mengutarakan bahwa mata

manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000 warna. Pernyataan

ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna

lebih mudah bila dibanding dengan pembedaan obyek pada foto hitam

putih. Pernyataan yang senada dapat diutarakan pula, yaitu

pembedaan obyek pada citra yang menggunakan spektrum sempit

lebih mudah daripada pembedaan obyek pada citra yang dibuat

dengan spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna.

Asas inilah yang mendorong orang untuk menciptakan citra

multispektral.

Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan

betapa pentingnya rona dan warna dalam pengenalan obyek. Tiap

obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya.

Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis

41

41

batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan,

barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah

sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar.

2) Bentuk

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan

konfigurasi atau kerangka suatu obyek (Lo, 1976). Bentuk merupakan

atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali

berdasarkan bentuknya saja. Bentuk, ukuran, dan tekstur

dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona sekunder dalam segi

kerumitannya. Bermula dari rona yang merupakan unsur dasar dan

termasuk primer dalam segi kerumitannya. Pengamatan atas rona

dapat dilakukan paling mudah. Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan

tekstur yang langsung dapat dikenali berdasarkan rona,

dikelompokkan sekunder kerumitannya.

Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk,

yaitu shape dan form. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum,

sedang form merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebih

rinci. Contoh shape atau bentuk luar:

a. Bentuk bumi bulat

b. Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km.

Contoh form atau bentuk rinci: Pada bumi yang bentuknya bulat

terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan seperti

gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb.

42

42

c. Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk

(rinci) negara kepulauan. Wilayah yang memanjang dapat

berbentuk masif atau bentuk lainnya, akan tetapi bentuk wilayah

kita berupa himpunan pulau-pulau. Baik bentuk luar maupun

bentuk rinci, keduanya merupakan unsur interpretasi citra yang

penting. Banyak bentuk yang khas sehingga memeudahkan

pengenalan obyek pada citra. Contoh pengenalan obyek

berdasarkan bentuk.

d. Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau

berbentuk empat segi panjang.

e. Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus

berbentuk kerucut, dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu

f. Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial

seperti segi tiga yang alasnya cembung.

g. Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal

bila pengikisannya telah berlangsung lanjut.

h. Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai

bagian rendah yang berbentuk tapal kuda.

3) Ukuran

Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan

volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala,

maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra

43

43

harus selalu diingat skalanya. Contoh pengenalan obyek berdasarka

ukuran:

- Ukuran Rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim,

kantor, atau industri. Rumah mukim pada umumnya lebih kecil

bila dibanding dengan kantor atau industri.

- Lapangan olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat,

lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi

lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tenis, dan

sekitar 8 m x 15 m bagi lapangan bulu tangkis.

- Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga

ditentukan oleh volumenya. Volume kayu dapat ditaksir

berdasarkan tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan pohonnya,

dan diameter batang pohon.

4) Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand

dan Kiefer, 1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu

kecil untuk dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975).

Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur:

a. Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur

halus.

b. Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan

tanaman pekarangan bertekstur kasar

c. Permukaan air yang tenang bertekstur halus.

44

44

5) Pola

Pola, tinggi, dan bayangan dikelompokkan ke dalam tingkat

kerumitan tertier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari

tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan tekstur sebagai unsur

interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang

menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa

obyek alamiah. Contoh:

a) Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis

batuan. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran

yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga

pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran dendritik mencirikan

jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit atau tanpa

pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik pada

umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan

endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis.

b) Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu

dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing

menghadap ke jalan.

c) Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah

dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang

teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

45

45

6) Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang

berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah

bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-

kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering

merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang

justru lebih tampak dari bayangannya.

Contoh:

a) Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang

tinggi lebih tampak dari bayangannya.

b) Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan

tenis pada foto berskala 1 : 5.000 juga lebih tampak dari

bayangannya.

c) Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.

7) Situs

Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam

kerumitan yang lebih tinggi pada Gambar diatas. Situs bukan

merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya

dengan lingkungan sekitarnya. Situs dalam Jurnal Geologi blok

geologis diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar, yaitu:

a) Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan

Simonett, 1975). Di dalam pengertian ini, Monkhouse (1974)

46

46

menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap

wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap

parsif tanahnya. Oleh van Zuidam (1979), situasi juga disebut situs

geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu

daerah atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim yang

banyak berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk

geomorfologi.

b) Letak obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975),

seperti misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang

kering, di sepanjang tepi sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van

Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu obyek

atau tempat terhadap daerah sekitarnya.

Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi

yang dipengaruhi oleh faktor situs, seperti:

a) beda tinggi,

b) kecuraman lereng,

c) keterbukaan terhadap sinar,

d) keterbukaan terhadap angin, dan

e) ketersediaan air permukaan dan air tanah.

Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun

proses atau perujudan lainnya. Contoh:

1) Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma.

Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa

47

47

sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya

bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang

tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah.

2) Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi

menghendaki pengaturan air yang baik.

3) Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting

pantai, tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.

8) Asosiasi

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang

satu dengan obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu

obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain.

Contoh:

a) Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi

panjang serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan

sepak bola di tandai dengan adanya gawang yang situsnya pada

bagian tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi

dengan gawang. Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan

lapangan sepak bola. Gawang tampak pada foto udara berskala 1:

5.000 atau lebih besar.

b) Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang

jumlahnya lebih dari satu (bercabang).

48

48

c) Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang

relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga

ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada

umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan olah

raga di dekatnya.

9) Konvergensi Bukti

Di dalam mengenali obyek pada foto udara atau citra lainnya,

dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi

citra. Sebaiknya digunakan unsur interpretasi citra sebanyak mungkin.

Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan,

semakin menyempit lingkupnya ke arah titik simpul tertentu. Inilah

yang dimaksud dengan konvergensi (converging eveidence/

convergence of evidence), atau bukti-bukti yang mengarah ke satu titik

simpul.

Sebagai contoh misalnya pada foto udara terlihat tetumbuhan

yang tajuknya berbentuk bintang. Pohon tersebut jelas berupa pohon

palma, akan tetapi kemungkinannya masih cukup luas.

6. Dataran Tinggi Dieng

a. Kondisi Fisiografi

Secara geografis Dataran Tinggi Dieng terletak pada ketinggian

2.093 m dpl, diantara 7°11‟00‟‟ LS - 7°14‟00” LS dan 109°51‟00” BT -

109°54‟30” BT. Sementara secara administratif, komples ini masuk ke

49

49

dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Provinsi Jawa

Tengah.

Ahli gunung api Neuman van Padang menyebutkan, Dataran

Tinggi Dieng adalah puing yang terdiri dari beberapa kerucut setinggi

100-300 m, berderet sepanjang 14 km dengan lebar 6 km. Lajur gunung

api ini memanjang ke barat daya-tenggara, kelanjutan dari deretan

Gunung Sumbing-Sundoro. Sementara menurut van Bemmelen, dataran

Tinggi Dieng itu merupakan kelompok gunung api Kuarter yang secara

fisiografis merupakan bagian Pegunungan Serayu Utara. Pegunungan ini

terletak pada zona lemah serta merupakan sayap bagian utara dari jalur

geantiklin Jawa dengan arah timur-barat, memanjang ke barat, dari dieng

ke Gunung Slamet.

Menurut sejarah, Dataran Tinggi Dieng dulunya merupakan daerah

kepundan gunung berapi yang sangat luas yang kemudian berubah

menjadi rawa-rawa dan danau yang pada akhirnya berubah menjadi

dataran. Proses terbentuknya Dataran Tinggi Dieng, terjadi pada akhir

pleistosen atas Gunung Dieng lama mengalami gravitational collaps yang

menyebabkan terbentuknya struktur Baranchos yaitu struktur yang

membentuk kaldera Dieng. Setelah terbentuknya kaldera Dieng, aktivitas

vulkanisme berlanjut dengan aktivitas pusat kerucut tengah yang terdiri

dari dua buah gunung, yaitu Gunung Pangonan dengan Kawah Pager

Kandeng dan Gunung Pamonan di selatan dengan dua kawah, yaitu

Sibanteng dan Telaga Merdada (Wahyudi, 2010).

50

50

Fisiografi Dataran Tinggi Dieng berada pada jalur pegunungan

Zone Serayu Utara. Sebelah barat berbatasan dengan unit Karangkobar

dan sebelah timur berbatasan dengan kompleks vulkan Ungaran. Beberapa

vulkan yang berada pada jalur ini meliputi Vulkan Ungaran (2.050 m),

Komplek Dieng G. Perahu (2.565 m), Rogojembangan (2.177 m) dan

Vulkan Slamet (3.428 m). Jalur Prupuk-Bumiayu-Ajibarang merupakan

batas antara pegunungan Zone Serayu Utara dengan Zone Bogor di Jawa

Barat.

Diantara pegunungan Serayu Utara dan pegunungan Serayu Selatan

terdapat depresi memanjang disebut Zone Serayu, meliputi daerah

Majenang, Ajibarang, Purwokerto, Banjarnegara, dan Wonosobo. Lebar

Zone Serayu mencapai 15 km berada antara Purwokerto dan

Banjarnegara. Di sebelah timur Wonosobo melebar, tetapi di tempat

tersebut sebagian besar terisi oleh kerucut besar vulkan muda yaitu

Gunung Sindoro (3.155 m) dan Gunung Sumbing (3.371 m) akibat adanya

erosi.

Beberapa ahli mengemukakan berbagai pendapat tentang

terbentuknya plato Dieng. Namun pada dasarnya terbentuknya plato

Dieng mengarah pada dua teori utama yaitu :

a. Bahwa Plato Dieng bukan merupakan kaldera besar dan vulkan

raksasa tua, yang sekarang tinggal dinding-dinding tepinya (berupa G.

Perahu, G. Nagasari, G. Bismo, G. Sidele, G. Seroja dan G. Kunir).

51

51

Kemudian di dasar kaldera tumbuh formasi vulkan-vulkan muda

seperti G. Pangonan, G. Pakuwojo dan G. Sipandu.

b. Bahwa Plato Dieng bukan merupakan suatu kaldera tetapi merupakan

suatu tempat yang dikelilingi oleh kerucut-kerucut vulkan (Vulkan

Perahu, Bismo, Nagasari, Seroja, dan sebagainya). Tempat-tempat

yang dikelilingi vulkan-vulkan dan bentuk-bentuk cekungan ini

kemudian menjadi danau yang terisi oleh endapan lumpur, abu

vulkanik hasil erosi dan erupsi. Ketika aliran Kali Tulis berhasil

mengikis lava beku yang menghalangi, maka tempat tadi menjadi

daratan datar ( kecuali sisa danau yaitu telaga Balekambang yang

masih berair dan dikelilingi oleh tanah gambut).

Kompleks Dataran Tinggi Dieng memiliki tiga dataran yang cukup

luas yaitu :

1. Dataran dengan ketinggian sekitar 2.000 mdpl yang dikelilingi

oleh Gunung Prahu (2.565 mdpl) berada di sebelah timur, Gunung

Jurang Grawah (2.245 mdpl) berada di sebelah selatan, Gunung

Sipandu (2.245 mdpl) dan Gunung Pangonan (2.308 mdpl) di

sebelah barat.

2. Dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1.950 mdpl terletak di

sebelah barat dataran tinggi kesatu, dikelilingi Gunung Nagasari

(2.154 mdpl), Gunung Pengamunamun (2.175 mdpl) dan Gunung

Gajah Mungkur (2.101 mdpl).

52

52

3. Dataran tinggi berketinggian sekitar 1.650 mdpl ) yang terletak

paling barat dari ketiga dataran tinggi tersebut.

b. Secara Geomorfologi

Secara Geomorfologi kawasan Dieng dan sekitarnya dibedakan

menjadi dua unit yaitu kawasan pegunungan dan kawasan plato.

1. Kawasan Pegunungan (The Mountain Area)

Kawasan ini hampir seluruhnya terdiri dari daerah pegunungan

kecuali bagian tengah sebelah barat. Fenomena vulkan yang

mengelilingi antara lain G. Seroja, G. Kunir, G. Prambanan, G.

Perahu, G. Patakbanteng, G. Jurangrawah, G. Blumbang, G. Kendil,

dan dibatasi oleh kerucut Bisma dan Nagasari. Komplek gunung

tersebut disebut vulkan strato yang mempunyai kawah terbuka baik

tunggal maupun dobel. Sebagian ada yang kawahnya tertutup dan

terisi oleh lava, seperti G. Kendil, G. Prambanan, dan G. Kunir.

Gunung Perahu tidak memiliki karakter berbentuk sumur tetapi

memiliki dua buah kawah tua berbentuk tapal kuda dan kawah yang

masih muda berbentuk lingkaran. Gunung Pakuwaja juga memiliki

kawah kembar, keduanya berbentuk lingkaran dan punggung lava

mempunyai ketinggian 20 m yang terletak diantara kedua lava

tersebut.

53

53

2. Kawasan Plato (The Plateaus Area)

Di kawasan Dieng ini terdapat tiga buah plato yaitu Plato

Dieng, Batur, dan Sidongkal.

a. Plato Dieng yang berada di ketinggian 2000 m di atas permukaan

laut. Dibatasi oleh G. Perahu di sebelah utara, G. Pakuwaja, G.

Kendil, dan G. Pangonan serta G. Sepandu yang mengelilinginya.

Luas plato Dieng 2 x 2,5 km memiliki banyak telaga diantaranya

Telaga Warna, Telaga Pengilon, Telaga Lumut, dan Telaga

Balekambang. Telaga Warna dan Telaga Pangilon merupakan

kumpulan air yang dipisahkan oleh igir yang dibentuk oleh lava

dari G. Kendil; jadi bukan berupa kawah yang masing-masing

terpisah dan kemudian terisi air. Keduanya terbentuk karena

terbendungnya kali Tulis oleh aliran lava.

b. Plato Batur berada pada ketinggian 1600 m di atas permukaan laut.

Dibatasi oleh G. Bismo, G. Nagasari dan kelompok G. Jimat dan G.

Petarangan. Plato yang berukuran 3 x 4 km ini terbuka ke arah

barat.

c. Plato Sidongkal berada pada ketinggian 1800 m di atas permukaaan

laut yang dikelilingi oleh G. Klaras, G. Alang, G. Pakarangan, dan

G. Butak. Daerah ini merupakan daerah depresi dengan luas 2 x 3

km.

Kecamatan Batur dan Desa Gentan Kecamatan Pejawaran

merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 1.609 – 2.093 mdpal.

54

54

Kondisi topografi menyebabkan banyak dijumpai mata air yang merupakan

hulu dari beberapa aliran sungai, khususnya anak Kali Serayu dan Kali

Tulis dengan debit masing-masing sebesar 342-542 l/dt dan 120-240 l/dt.

Ciri-ciri daerah hulu dapat ditemui di daerah ini seperti sungai tidak ada

yang lebar, aliran air cukup deras dan kondisi air masih jernih.

Pemanfaaatan air untuk persawahan masih sangat terbatas karena

kondisi daerah dengan ketinggian 1.500 m yang tidak mungkin ditanami

padi irigasi penuh. Pengaliran untuk perkebunan dan tegalan dilakukan

dengan membuat saluran-saluran kecil melalui daerah perkebunan dan

tegalan tersebut. Keperluan air minum untuk kebutuhan sehari-hari

penduduk banyak yang memanfaatkan sungai-sungai tersebut maupun dari

mata air dan membuat sumur-sumur pompa.

c. Kondisi Geologi

Pada masa tertier tua (paleogen) di Jawa terdapat geosinklinal di

sebelah utara dibatasi oleh dataran Old Sunda Land (Laut Jawa) sampai

sebelah selatan pantai Jawa. Hingga permulaan jaman tertier muda

geosinklinal Sumatra melalui Lampung dan Banten. Hubungan ini terputus

pada miosen tengah ketika daerah selatan Sunda terangkat sampai di atas

permukaann air laut, dan bersamaan dengan zone selatan geosinklinal,

tumbuh gunung api. Geosinklinal Jawa utara dan Kalimantan tenggara

disebut juga ideogeosinklinal merupakan daerah minyak tanah, batubara

dan batubara muda.

55

55

Pada masa miosen tua dan tengah dalam geosinklinal tersebut

terbentuklah daerah Karangkobar, ditandai dengan adanya endapan

Sigugur yang terdiri atas mergel, tanah liat, batu pasir kwarsadan batu pasir

tuff. Menjelang akhir neogen tua di daerah ini terjadi erupsi basalt sub

marine yang menghasilkan lapisan panyatan. Setelah itu daerah

pegunungan Serayu selatan yang merupakan geantiklinal dengan kegiatan

vulkan andesit terangkat lebih tinggi lagi dan ini diimbangi dengan

bertambah membenamnya dasar geosinklinal. Perbedaan yang semakin

besar antara geantiklinal dan dasar geantiklinal menyebabkan erosi

berlangsung dengan intensif dan merosotnya bagian tepi sehingga

geosinklinal menjadi dangkal.

Pada masa mio pliosen, geosinklinal terbenam lagi sebagai

perimbangan naiknya pegunungan Serayu selatan. Pada masa ini terbentuk

lapisan Bodas yang terdiri dari endapan vulkanis (tuff) yang diselingi

dengan konglomerat dan mergel tanah liat. Vulkanisme pada masa itu

bercirikan batuan tuff andesit yang lebih asam, sedangkan vulkanisme

sebelumnya adalah dari magma andesit basaltis. Pada masa pleistosen

bagian geosinklinal berangsur- angsur mulai terangkat. Hal ini dapat

dibuktikan dari endapan Ligung pada sisi selatan geosinklinal. Pada

pleistosen muda pegunungan Serayu utara masih belum vulkanis. Baru

pada pleistosen tua muncul Ungaran tua di bagian timur, kemudian

merosot dan menyebabkan lapisan damar agak terlipat dan terbentuklah

bukit candi (seusia dengan lapisan Ligung).

56

56

Pengangkatan pegunungan Serayu utara dimulai dari plio

pleistosen. Pengangkatan ini kecuali menyebabkan erosi dan denudasi juga

menyebabkan terjadinya tegangan grafitasi melalui lapisan yang plastis

(lapisan endapan). Sehingga menyebabkan pelipatan di bagian kaki

geantiklinal dan lapisan Bodas serta lapisan Ligung terdorong 5 km lebih

ke selatan melampaui depresi Serayu, karena desakan dari geantiklinal.

Lapisan Merawu yang merupakan inti masa yang plastis itu mengalami dua

kali fase pelipatan. Pertama ketika pegunungan Serayu selatan terangkat

sehingga lapisan endapan ini merosot dan terlipat ke arah utara (miosin

tengah) dan kedua pada waktu pegunungan Serayu utara terangkat menjadi

geantiklinal lapisan tersebut merosot dan terlipat ke arah selatan

(pleistosen).

Ketika terbentuk geantiklinal, magma hanya menerobos keluar

secara setempat dan menyebabkan terbentuknya lapisan damar di sebelah

timur yang juga muncul gunung Ungaran tua, lapisan Ligung di

Karangkobar (G. Pamotan) dan lapisan Mengger di barat (berasal dari G.

Slamet tua). Pada pleistoin muda vulkanisme meluas dan merata. Breksi

vulkanis menutupi lapisan plio pleistosin di berbagai tempat. Lapisan

breksi ini di daerah Karangkobar disebut lapisan Notopuro dan di sebelah

Barat disebut lapisan Linggopodo. Akhirnya gunung api tua Slamet,

Jembangan, Prahu, dan Ungaran hilang merosot karena beratnya, pada

pleistosen tua atau akhir. Kemudian kerucut-kerucut vulkan muda

terbentuk.

57

57

Setelah fase vulkanisme pada pleistosin muda, kegitan vulkanisme

masih berlangsung hingga sekarang dan terbentuk antara lain vulkan Dieng

muda, Ungaran muda, dan sebagainya. Sesudah tahun 1990 terjadi erupsi

seperti Pakuwojo (1847), kawah Timbang (1939), Butak Petarangan

(1939), dalam tingkat solfatara dan fumarola yaitu Ligir Sinem. G.

Pangonan, pagerkandang, kawah Sileri dan sebagainya.

Stratigrafi Dieng dan sekitarnya dibedakan dalam tiga unit batuan

yaitu:

1. Unit batuan Tuff berumur Kuarter sampai sekarang memiliki tipe

batuan material erupsi termuda; tuff, batuan pasir tuff kerikil,

breksi bercampur tuff.

2. Unit batuan Andesit berumur Kuarter sampai sekarang memiliki

tipe batuan lava andesit dan basaltis.

3. Unit batuan Kapur berumur Tersier atas memiliki tipe batuan kapur

berlempung, batu pasir mengandung tuff, batuan kapur berkoral,

ansdesit.

Berdasarkan daerah erupsi gunung api di Indonesia

digolongkan dalam 3 tipe, yaitu :

1. Tipe A : Gunung api yang pernah mengalami erupsi sekurang-

kurangnya satu kali setelah 1600 M.

2. Tipe B : Gunung api yang sesudah tahun 1600 tidak lagi

mengalami erupsi magmatik namun masih memperlihatkan

gejala seperti kegiatan sulfatar.

58

58

3. Tipe C : Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam

sejarah manusia.

Kompleks Dieng termasuk gunung api tipe A dengan

karakteristik sebagai berikut:

a. Nama Kerucut gunung api: Bismo, Seroja, Binem dan

Pangonan, Merdodo, Pagerkandang, Nagasari, Petarangan,

Telogodringo, Pakuwojo, Kendil, Kunir, Prambanan.

b. Nama Lapangan Fumarola : Kawah Sikidang, Kawah Sigajah,

Kawah Kunang, Kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telaga Terus,

Kawah Pagerkandang, Kawah Sepandu, Kawah Seglagah, dan

Kawah Sileri.

Selain itu di Dieng juga terdapat gunung api tipe A yang

lain yaitu G. Butak, dan G. Petarangan. Secara administrasi terletak

dalam tiga daerah kabupaten yaitu Kabuptaen Wonosobo,

Banjarnegara dan Batang. Karakteristik kompleks Butak-

Petarangan diuraikan sebagai berikut :

Nama : Butak –Petarangan ( tumbang )

Nama Kawah : Telaga Dringo

Nama Lapangan Fumarola: Condrodimuko

Tinggi : 2.222 m

Pada kompleks Butak-Petarangan terdapat tiga buah kawah

pada daerah puncak yang terletak pada garis bujur timur-barat.

Pada arah paling timur terdapat sebuah telaga yang dinamakan

59

59

Telaga Dringo. Kawah Telaga Dringo pernah mengalami beberapa

kejadian erupsi atau letusan pada kawah Butak; tahun 1928 terjadi

letusan di sebelah utara kampung Tumbang dengan jarak sekitar 1,5

km dari Batur; tahun 1939 terjadi letusan di lereng sebelah utara ;

tahun 1952, 1960, dan 1965 terjadi kenaikan kegiatan erupsi.

Berikut ini disajikan Rekam Jejak Aktivitas Gunung Dieng

meliputi informasi tahun, nama gunung, aktivitas, produk letusan

dan korban jiwa.

Tabel 2.4 Letusan Kawah dan Korban Jiwa

Tahun Nama Kawah Aktivitas

Letusan

Produk Letusan

dan Korban

1450 Pakuwaja Letusan Normal Abu, pasir

1825 Pakuwaja Letusan normal Abu, pasir, 38

meninggal

1883 Sikidang, Sibanteng Peningkatan

aktivitas

Lumpur kawah

1884 Kawah Sikidang Letusan normal Lumpur

1895 Siglagah Pembentukan

celah

Uap belerang

1928 Batur Letusan Normal Lumpur dan

batu

1939 Batur Letusan normal 10 orang

meninggal

1944 Kawah Sileri Gempa bumi

dan letusan

114 meninggal,

38 luka-luka

1964 Kawah Sileri Letusan Normal Lumpur

1965 Kawah

Candradimuka

Telaga Dringo

Hembusan

fumarola

Uap air

dominan

1979 Kawah Sinila Hembusan gas

racun

Gas CO2 , 149

meninggal

1990 Kawah Dieng Kulon Letusan Freatik Lumpur

2003 Kawah Sileri Letusan Freatik Lumpur

2009 Kawah Sibanteng Letusan freatik Lumpur

2011 Kawah Timbang Peningkatan

Aktivitas

Gas CO2

2013 Kawah Timbang Peningkatan

aktivitas

Gas CO2

Sumber : Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

60

60

7. Pentingnya Kecerdasan Visual Spasial

Dengan kondisi fisik, geomorfologi dan geologi Dataran Tinggi Dieng

yang demikian kompleks maka kecerdasan visual-spasial sangat diperlukan

bagi masyarakat.

Howard Gadner menguraikan deskripsi tentang kecerdasan spasial

adalah kemampuan memahami, memproses, dan berpikir dalam bentuk visual.

Seseorang dengan kecakapan ini mampu menerjemahkan bentuk gambaran

dalam pikirannya ke dalam bentuk dua atau tiga dimensi

Kecerdasan spasial kemudian secara visual menurut Abdurrahman

(Rudiono, 2013) ada lima jenis kemampuan visual spasial yaitu :

1. Hubungan keruangan (spasial relation) menunjukkan persepsi tentang

posisi berbagai objek dalam ruang. Dimensi fungsi visual ini

mengimplikasikan persepsi tentang tempat suatu objek atau simbol

(gambar, huruf, angka) hubungan ruangan yang menyatu dengan

sekitarnya.

2. Diskriminasi visual (visual discrimination)

Menunjukkan pada kemampuan membedakan suatu objek yang lain.

Misalkan membedakan antara gambar balok dan kubus.

3. Diskriminasi bentuk latar belakang (Figure-ground discrimination)

Menunjukkan pada kemampuan membedakan suatu objek dari latar

belakang yang mengelilinginya. Anak memiliki kekurangan dalam bidang

ini tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu objek karena sekeliling

objek tersebut ikut mempengaruhi perhatiannya.

61

61

4. Visual Clouser

Menunjukkan pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu

objek, meskipun objek tersebut tidak diperhatikan secara keseluruhan.

5. Mengenal Objek (Object Recognition)

Menunjukkan pada kemampuan mengenal sifat berbagai objek pada saat

mereka memandang. Pengenalan tersebut mencakup berbagai bentuk

geometri, huruf, angka, dsb.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan visual-

spasial sangat penting. Di mana kemampuan tersebut dapat membantu

seseorang dalam proses belajar mengenali lingkungan sekitarnya.

Misalnya kemampuan hubungan keruangan yang merupakan bagian

sangat penting dalam mempelajari peta.

Seseorang yang mempunyai kecerdasan visual spasial dapat

menemukan lokasi (jalan, tempat), memperkirakan hubungan antar benda

dalam ruangan, mampu memperhatikan detail dari apa yang dilihat dan

membayangkan serta memanipulasi obyek visual di dalam benaknya. Ketika

memecahkan masalah cara yang dilakukan oleh seseorang dengan kecerdasan

visual spasial yang baik adalah dengan membaca informasi, serta membuat

daftar mengenai masalah atau hambatan apa saja yang ia hadapi. Orang

dengan kecerdasan visual spasial sangat sadar lingkungan mereka dan baik

mengingat gambar. Mereka memiliki rasa yang besar terhadap arah.

Kecerdasan visual spasial memberikan seseorang keterampilan dalam

62

62

menggambar, melakukan teka-teki, dan setiap tugas yang membutuhkan

manipulasi motorik halus.

8. Masyarakat Sekitar Kawah Dieng

a. Pengertian masyarakat

Mac Iver dan Page yang mengatakan bahwa “ masyarakat ialah

suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama

antar berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku

serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini

kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial

dan masyarakat yang selalu berubah”.

Ralphh Linton memberi definisi masyarakat merupakan setiap

kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama

sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka

sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan

jelas. Satu lagi definisi dari Selo Soemardjan, ia menyatakan bahwa

masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan

kebudayaan, (Soerjono Soekanto , 1999:26).

Dalam penelitian ini yang dimaksud masyarakat di sini adalah

Masyarakat di sekitar kawah Dieng yang tinggal di Desa Pekasiran, Desa

Kepakisan dan Desa Sumberejo.

b. Pola Permukiman

Fenomena fisik suatu daerah dapat mempengaruhi pemukiman

penduduk. Daerah dengan lahan subur, bentuk permukaan atau relief yang

63

63

datar, ada tidaknya sumber air, keamanan akan menyebabkan bentuk atau

tipe permukiman penduduk di desa yang mengelompok atau tipe

permukiman penduduk di desa yang mengelompok atau compact rural

setlement. Sedangkan yang lebih banyak berpengaruh terhadap tipe

pemukiman desa yang terpencar atau fragmented rural setlement adalah

daerah banjir, topografi kasar, permukaan tanah, air dangkal, dan masih ada

beberapa faktor lainnya. Pola desa yang ada di pedesaan Pulau Jawa

umumnya dalah memanjang jalan, memanjang sungai, radial, tersebar,

memanjang pantai, dan memanjang pantai sejajar jalan kereta api.

Hammond menjelaskan tentang identifikasi pola penyebaran permukiman

menjadi tiga, pertama random yaitu pola penyebaran yang banyak dijumpai

di daerah-daerah dengan topografi tidak sama, khususnya pada daerah-

daerah dengan persediaan air melimpah. Keberadaan air yang mudah

didapat menyebabkan penduduk atau masyarakat dapat mendirikan rumah

sesuai dengan kehendak atau sesuai kemampuan yang dimiliki. Kedua,

reguler yaitu distribusi cenderung terjadi pada area atau daerah yang

seragam atau relief datar atau pola lahan-lahan baru yang diairi sungai atau

pada tanah yang dapat memproduksi. Ketiga clustered yaitu pola

permukiman yang banyak terdapat pada daerah-daerah yang subur relatif

datar.

Permukiman penduduk adalah adalah menyangkut tentang cara

dan proses memindahkan penduduk dari daerah satu ke daerah lainnya

64

64

( Depdikbud, 1989 ). Tempat tinggal atau tempat kediaman secara umum

disebut permukiman. Seanjutnya permukiman penduduk adalah tempat

tinggal yang merupakan hasil dari proses orang menempati suatu wilayah

(Ritohardoyo, 2000). Tempat tinggal atau tempat bermukim terdiri dari

rumah dan pekarangan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana

kehidupan (Sutikno dan Suritohardoyo, 1996).

Pola permukiman penduduk ada dua jenis yaitu pola mengelompok

atau compact settlement yaitu tempat kediaman penduduk yang

mengelompok, dan fragmental settlement tempat kediaman penduduk

tersebar atau terpecah-pecah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola

permukiman mengelompok antara lain adalah daerah yang memiliki tanah

subur, daerah dengan relief datar, permukaan air tanah dalam, daaerah yang

kurang aman. Faktor yang mempengaruhi pola permukiman menyebar

antara lain : adalah daerah yang sering dilanda banjir, memiliki topografi

kasar, dan permukaan air tanah dangkal.

Permukiman di dataran Tinggi Dieng secara umum polanya

menggerombol dan memanjang jalan. Pola permukiman menggerombol

umumnya berada mendekati pusat sumber air, sedangkan yang memanjang

jalan umumnya mendekati fasilitas umum dan biasanya untuk aktivitas

ekonomi. Pada masa sebelum orde pembangunan, pola ini masih sangat

kelihatan, seiring berjalannya waktu dan memudar. Hal ini disebabkan

tersedianya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi. Bentuk

rumahnya beraneka ragam, hampir sama dengan di desa-desa lain di

65

65

Indonesia. Keunikannya, bentuk tidak terlampau besar , hampir semua

menggunakan genteng dengan bahan seng. Hal ini semata untuk

beradaptasi dengan keadaan lingkungan fisik. Hampir semua rumah

memiliki tungku yang dipergunakan tidak hanya untuk memasak tapi juga

untuk menghangatkan tubuh.

66

66

B. Kerangka Berpikir

PENGUKURAN KECERDASAN VISUAL - SPASIAL

Observasi Awal :

Mengumpulkan informasi tentang lokasi dan dampak letusan

kawah yang membahayakan bagi masyarakat

Persiapan

1. Menyiapkan Peta Rupabumi Indonesia dan Citra Satelit Wilayah Dataran

Tinggi Dieng

2. Menyusun pertanyaan tentang Peta Rupabumi dan Citra Satelit Dataran Tinggi

Dieng

Validasi Media

1. Validator memberikan masukan kritik dan saran untuk

memperbaiki Peta dan Citra Satelit

2. Peneliti memperbaiki media

Pelaksanaan :

1. Masyarakat diberikan kuesioner untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan masyarakat tentang Peta RBI dan Citra Satelit

2. Peneliti memberikan sosialisasi media dengan metode ceramah

kepada 3 kelompok masyarakat ( ibu-ibu PKK , perangkat desa serta

karang taruna

Tujuan :

Mengetahui tingkat kecerdasan visual-spasial masyarakat yang

bermukim di sekitar kawah Dieng

Meminimalisir dampak bencana

67

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Data-data yang dibutuhkan adalah data-data yang berupa angka-

angka. Angka-angka tersebut digunakan sebagai representasi dari informasi

yang didapatkan dalam penelitian.Deskripsi tersebut diperoleh dari hasil

observasi yang telah dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian.

Penilaian terhadap masyarakat untuk mengetahui kecerdasan visual-spasial

masyarakat dengan media peta RBI dan Citra Satelit.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti

adalah Desa Sumberejo, Desa Pekasiran dan Desa Kepakisan Kecamatan

Batur Kabupaten Banjarnegara.Ketiga Desa tersebut terletak pada posisi

geografis 07ᵒ10‟40,95” LS-07ᵒ12‟48,088” LS dan 109ᵒ 49‟43,49” BT -

109ᵒ 53 ‟47,173” BT.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September- November

2014.

68

68

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh penduduk di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

Kecamatan Batur terdiri dari 8 desa dan jumlah penduduk berjumlah

30.302 jiwa seperti disajikan pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1. Populasi Penelitian

No Desa Jumlah

1 Batur 2122

2 Sumberejo 5153

3 Pasurenan 2757

4 Dieng Kulon 3311

5 Kepakisan 2883

6 Pekasiran 5153

7 Karang Tengah 5423

8 Bakal 3927

Jumlah 30729

Sumber : Kecamatan Batur Dalam Angka 2013

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2010:174). Penentuan sampel dalam penelitian ini ditentukan

dengan teknik sampel Bertujuan (Purposive Sample). Sampel penelitian

ini adalah desa yang dekat dengan kawah Timbang, kawah Sileri dan

kawah Sinila yaitu desa Pekasiran, desa Kepakisan dan desa Sumberejo

69

69

ditujukan kepada Kelompok Perangkat Desa, Ibu-ibu PKK serta

Karangtaruna. Pertimbangan mengambil sampel kelompok ini karena

kelompok Perangkat Desa, Ibu-ibu PKK dan Karangtaruna adalah

kelompok yang mempunyai peranan di dalam masyarakat desa, dengan

pemberian pendidikan pada kelompok ini diharapkan bisa menyalurkan

kembali informasi yang didapat dari sosialisasi kepada masyarakat lain.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Desa Perangkat Desa Ibu-ibu PKK Karang Taruna

1 Kepakisan 6 6 6

2 Pekasiran 6 6 6

3 Sumberejo 6 6 6

Jumlah 18 18 18

Sumber : Hasil penelitian 2014

D. Variabel Penelitian

Arikunto (2006:118) mengemukakan variabel adalah objek penelitian

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam

penelitain ini adalah:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah satu faktor. Variabel

bebas dalam penelitian ini yaitu :

1. Peta RBI

2. Citra Satelit Dataran Tinggi Dieng.

2. Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat pengaruh dari variable

bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah adalah Kecerdasan visual

spasial masyarakat sekitar kawah Dieng.

70

70

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data tentang bagaimana

ukuran kecerdasan visual-spasial masyarakat Dieng dengan menggunakan

peta RBI dan Citra Satelit. Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan beberapa cara yaitu :

1. Observasi

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif

adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan

sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang

kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto,

2010:272).

Metode ini bertujuan untuk meneliti secara langsung dengan

mendatangi objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan observasi secara langsung bagaimana penggunaan peta

RBI dan Citra Satelit Dataran tinggi Dieng untuk mengukur

kecerdasan visual spasial masyarakat sekitar Dieng.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

agenda dan sebagainya (Arikunto,2006:231). Teknik dokumentasi ini

bertujuan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan

masalah penelitian, yaitu mengenai permasalahan tingkat

71

71

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana gas beracun di

Dieng Jawa Tengah.

3. Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi. Angket ini dugunakan untuk

mengetahui peningkatan kecerdasan visual-spasial masyarakat sekitar

kawah Dieng menggunakan peta RBI dan Citra Satelit di Dieng Jawa

Tengah.

Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan responden

terhadap pertanyaan yang diajukan. Bentuk angket yang digunakan

dalam penelitian ini adalah check list dengan skala nominal, dimana

responden tinggal membubuhkan tanda check (v) pada jawaban yang

sesuai dengan kondisi yang dihadapi atau dialami oleh responden.

Penggunaan check list ini diharapkan dapat memudahkan responden

dalam memberikan jawaban pada setiap item pernyataan dengan

pilihan (option) jawaban Tahu dengan skor 3, Ragu-ragu dengan skor

2, dan Kurang Tahu dengan skor 1.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

analisis data awal yaitu uji validitas dan reliabilitas instrument dan analisis

data tahap akhir yaitu uji prasyarat analisis dan uji t (t-test) atau Wilcoxon.

72

72

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-

tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,

2010:211). Untuk mengetahui validitas empiris, diuji dengan

menggunakan rumus Corelasi Product Moment dengan angka kasar

untuk soal per item. Rumusnya adalah:

rxy =

2222

)()(

))((

YYNXXN

YXXYN

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi

X : Skor butir soal

Y : Skor total yang benar dari tiap subjek

N : Banyaknya subjek yang diuji cobakan

Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Validitas Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat Dieng

melalui Peta RBI

No Item r hitung r table Keterangan

P1 0,175 0,361 Tidak Valid

P2 0,698 0,361 Valid

P3 0,105 0,361 Tidak valid

P4 0,411 0,361 Valid

P5 0,663 0,361 Valid

P6 0,424 0,361 Valid

P7 0,556 0,361 Valid

P8 0,810 0,361 Valid

P9 0,23 0,361 Tidak valid

P10 0,708 0,361 Valid

P11 0,822 0,361 Valid

P12 0,888 0,361 Valid

P13 0,888 0,361 Valid

P14 0,857 0,361 Valid

P15 0,822 0,361 Valid

P16 0,708 0,361 Valid

P17 0,821 0,361 Valid

P18 0,730 0,361 Valid

P19 0,779 0,361 Valid

P20 0,724 0,361 Valid

73

73

Dari 20 item terdapat 3 item yang tidak valid yaitu nomor

1,3,9, sehingga terdapat 17 item yang valid dengan koefisien validitas

berkisar 0,411-0,888.

Table 3.4 Validitas Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat Dieng

melalui Citra Satelit

No

Item

r hitung r table Keterangan

S1 0,112 0,361 Tidak Valid

S2 0,705 0,361 Valid

S3 0,695 0,361 Valid

S4 0,722 0,361 Valid

S5 0,472 0,361 Valid

S6 0,615 0,361 Valid

S7 0,815 0,361 Valid

S8 0,413 0,361 Valid

S9 0,815 0,361 Valid

S10 0,413 0,361 Valid

S11 0,835 0,361 Valid

S12 0,615 0,361 Valid

S13 0,055 0,361 Tidak Valid

S14 0,138 0,361 Tidak Valid

S15 0,671 0,361 Valid

S16 0,424 0,361 Valid

S17 0,596 0,361 Valid

S18 0,696 0,361 Valid

S19 0,616 0,361 Valid

S20 0,447 0,361 Valid

Dari 20 item terdapat 3 item yang tidak valid yaitu nomor

1,13,14, sehingga terdapat 17 item yang valid dengan koefisien

validitas berkisar 0,413-0,835.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen

74

74

r11

=K

K− 11−∑ σb2

σt 2

yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden

untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah

dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat

dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan

kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama.

Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel

artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto,

2010:221).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, digunakan uji

reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data

dari suatu hasil pengukuran dengan rumus Alpha Cronbach sebagai

berikut:

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya pertanyaan

σb2 : Jumlah varian butir

σt2 : Varian total

Hasil perhitungan reliabilitas dikonsultasikan dengan r tabel

rata-rata signifikansi 5% atau internal kepercayaan 95%. Bila harga

75

75

perhitungan lebih besar dari r tabel, maka instrument dikatakan

reliabel.

Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan bantuan program

SPSS 17. Hasil analisis tersebut akan diperoleh melalui Cronbach‟s

Alpha. Jika nilai Cronbach‟s Alpha lebih dari 60%, maka angket

tersebut reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian (Gozhali,

2011:45). Jika nilai Cronbach‟s Alpha kurang dari 60%, hal ini akan

mengindikasikan ada beberapa responden yang menjawab tidak

konsisten maka alat ukur tersebut harus diperbaiki.

Hasil uji reliabilitas Kecerdasan Visual-Spasial Melalui

Peta RBI terhadap 17 item yang valid pada instrument ini diperoleh

nilai Croanbach Alpha sebesar 0,948. Hasil uji reliabilitas

Kecerdasn Visual-Spasial Melalui Citra Satelit terhadap 17 item

yang valid pada instrument ini diperoleh nilai Croanbach Alpha

sebesar 0,918.

Hasil hitungan uji reliabilitas Kecerdasan Visual-Spasial

Melalui Peta RBI terhadap 17 itema yang valid pada instrument

yang diperoleh nilai Croanbach Alpha sebesar 0,948 dan Hasil uji

reliabilitas Kecerdasn Visual-Spasial Melalui Citra Satelit terhadap

17 item yang valid pada instrument diperoleh nilai Croanbach

Alpha sebesar 0,918 dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 7.

76

76

3. Statistik Deskriptif

Setelah uji validitas dan reliabilitas instrument, data yang

diperoleh dari hasil pengisian instrument penelitian yang telah

terpilih mengenai gambaran mengenai kecerdasan visual-spasial

masyarakat sekitar Dieng disajikan oleh penulis pada bab 4 dengan

menyajikan data hasil observasi dan hasil angket. Pada penelitian

ini menggunakan analisis deskriptif persentase dengan rumus

sebagai berikut.

Keterangan :

DP = Deskriptif Persentase (%)

n = Skor empirik (Skor yang diperoleh)

N = Skor ideal / jumlah total nilai responden

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang telah

terpilih mengenai gambaran pengetahuan serta mitigasi bencana gas

beracun disajikan oleh penulis pada bab 4 dengan menyajikan data hasil

angket. Dengan menggunakan rumus deskriptif presentase di atas

digunakan untuk menyusun Tabel pengukuran kecerdasan visual-spasial

masyarakat adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan persentase tertinggi = (3/3) x 100% = 100%

2) Menetapkan persentase terendah = (1/3) x 100% = 33,33%

77

77

3) Menetapkan rentangan persentase = 100% - 33,33% = 66,67%

4) Menetapkan kelas interval = 3

5) Panjang kelas interval = 66,67% : 3 = 22,23%

Tabel 3.5 Kriteria Skor pengukuran Kecerdasan visual spasial

No Interval Persentase (%)

Kriteria Persentase

Skor

1 77,78 – 100

Tahu 3

2 55,55 -77,77 Ragu-ragu 2

3 33,32 -55,54 Tidak Tahu 1

Setelah analisis deskriptif, tahap analisis data selanjutnya adalah

melakukan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas data dengan tes

Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas varian data dengan uji F.

Apabila saat uji prasyarat data berdistribusi normal dan varian data

homogen maka tahap uji statistic inferensial menggunakan statistic

parametric. Namun apabila pada tahap uji prasyarat data tidak

berdistribusi normal dan tidak homogeny maka uji statistic selanjutnya

menggunakan statistic non parametric (Santoso, 2013).

Setelah diberikan pembelajaran, maka kedua kelompok responden

diberikan pos tes kemudian diambil kesimpulan dengan 2 cara:

1) Melihat rata-rata hasil dan membandingkan dengan standar

yang di inginkan.

2) Dibandingkan rata-rata test diantara dua kelompok perlakuan,

dengan rumus sebagai berikut :

78

78

Keterangan :

= Rata-rata kelompok eksperimen

= Rata-rata kelompok kontrol

= Banyaknya sampel kelompok eksperimen

= Banyaknya sampel kelompok kontrol

S1 = Simpangan baku kelompok eksperimen

S2 = Simpangan baku kelompok kontrol

S1² = Varians Sampel 1

S2² = Varians Sampel 2

r = Korelasi antara dua kelompok

Pengujian statistic inferensial dalam penelitian ini menggunakan uji

t paired sample test bila data memenuhi asumsi normalitas dan

homogenitas, atau menggunakan uji Mann Whitney jika data tidak

memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas.

4. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini perhitungan analisis data untuk uji hipotesis

dibantu dengan komputer menggunakan paket program Excel dan SPSS.

HA : Ada perbedaan kecerdasan visual-spasial antara kelompok

responden dengan kuesioner pengukuran peta RBI dan citra satelit

133

133

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengukuran kecerdasan visual spasial

masyarakat sekitar kawah Dieng melalui peta RBI dan citra satelit maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat kecerdasan visual-spasial masyarakat sekitar kawah Dieng yang

diukur dengan kuesioner peta RBI menunjukkan nilai rata-rata sebesar

92,30. Kategori terbesar adalah tahu yaitu sebanyak 49 responden (90,7%).

Hasil hasil kuesioner Citra Satelit diperoleh kecerdasan visual spasial

responden dengan kuesioner ini menunjukkan nilai rata-rata sebesar 81,66.

Kecerdasan visual spasial dengan citra satelit dari 54 responden yang

termasuk kategori tahu ada 38 orang (70,4%), kategori ragu-ragu sebanyak

11 orang ( 20,4%) , dan yang termasuk kategori tidak tahu ada 5 orang

(9,3%).

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kecerdasan visual-spasial

menggunakan Peta RBI dan Citra satelit. Kecerdasan Visual-Spasial melalui Peta

RBI dengan rerata 92,30 lebih tinggi dibandingkan Kecerdasan Visual-Spasial

Melalui Citra Satelit dengan rerata 81,66.

134

134

B. Saran

Saran-saran yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagi Responden

Penelitian ini menyarankan agar responden lebih memperhatikan

unsur-unsur dalam pengenalan objek alam lingkungannya baik secara

langsung dengan indra maupun menggunakan alat maupun teknologi.

2. Bagi Pengamat Gunung Api

Penelitian ini memberikan saran agar pengamat gunung api

memberikan informasi yang lengkap berhubungan dengan kegiatan yang

dilakukannya dalam mendeteksi tingkat bahaya gunung api seperti gas

beracun, dan sebagainya yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar

gunung api.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya menggunakan variable kecerdasan visual

spasial dengan item pertanyaan yang terbatas, sehingga disarankan untuk

penelitian selanjutnya melakukan penelitian pada variabel lain dengan

jumlah item yang lebih banyak sehingga manfaat dan hasil penelitian

menjadi lebih akurat, obyektif, dan lengkap.

135

135

Daftar Pustaka

Anni, Catharina Tri, dkk.2006. Psikologi Belajar. Semarang : UNNES

Arikunto, Suharsimi . 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Aziz T. Lukman, dan Ridwan Rachman. 1985. Peta Tematik. Bandung: ITB.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Bambang Rudianto, 2010. Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird

RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m. Jurnal Rekayasa © LPPM Itenas | No. 3| Vol.

XIV Institut Teknologi Nasional Juli – September 2010

Bambang Syaeful Hadi, 2013. Mengintegrasikan Kompetensi Berpikir Spasial

Dalam Pembelajaran Geografi Melalui Pemanfaatan Teknologi Geospasial (

Belajar dari Pengalaman Negara Lain ) Prosiding Pertemuan Ilmiah

Tahunan XVI, eds Jurusan Pendidikan Geografi , FIS Universitas Negeri

Yogyakarta, IKATAN GEOGRAF INDONESIA, Banjarmasin, hal 174-181

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan IBM SPSS. Semarang

: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hamzah, dan Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran.

Jakarta. Bumi Aksara

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/455/jbptitbpp-gdl-kevinchann-22726-3-2011ta-

2.pdf

Juhadi, dan Dewi Liesnoor S. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik.

Semarang: UNNES.

Liesnoor Setyowati Dewi dan Hardati Puji. 2009. Fenomena Dataran Tinggi

Dieng.Yogyakarta. Grafindo Litera Media

136

136

Priatna,Atep Kurnia ,dkk.2014. Pesona Bumi Dieng. Bandung : Badan Geologi

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Rijanto.R,2013. Literasi Geografi dan Kecerdasan Dalam Pembuatan Keputusan

Nasional. Prosising Pertemuan Ilmiah Tahunan XVI, eds Fakultas Geografi

UGM, IKATAN GEOGRAF INDONESIA, Banjarmasin, hal 229-237

Sandy, I Made. 1986. Esensi Kartografi. Jakarta : Jurusan Geografi F.M.I.P.A

Universitas Indonesia.

Santoso, Singgih. 2013. Statistik Non Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan

SPSS. Jakarta : Elexmedia Komputindo.

Siskandar. 2008. Pengembangan Multiple Intelligences Melalui Kegiatan Non-

Intrakurikuler dalam Rangka Meningkatkan Mutu Proses dan Hasil

Pembelajaran. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2

Sriyono. 2009. Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Semarang : Jurusan

Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada.

Suharini,Erni.dkk.2008. Geomorfologi, Gaya, Proses, dan Bentuk Lahan.

Semarang: Widya Karya

Triyono. 2005. Pintu-pintu Pendidikan Kontekstual Anak Usia Dini. Jakarta.

DEPDIKNAS DIKTI

Turasih, et all. 2012. SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG (Kasus Desa Karangtengah,

Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah) . Jurnal

Sosiologi Pedesaan Vol. 6, No. 2

137

137

Wahyudi.2010.„Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan

Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng‟.Tesis.Program

Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro

Yuliani Nuraini Sujiono, Bambang Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis

Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.

138

138

Lampiran

139

139

Lampiran 1

INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM DIUJI COBA

Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Sekitar Kawah Dieng

Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Pengetahuan Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia)

1. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksud dengan peta RBI (

Rupabumi Indonesia)?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

2. Apakah anda mengetahui fungsi peta RBI (Rupabumi Indonesia)?

a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu

3. Apakah anda mengetahui simbol-simbol dan informasi yang terdapat

dalam peta RBI ( Rupabumi Indonesia)?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

4. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam peta RBI

(Rupabumi Indonesia)?

a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu

140

140

5. Apakah anda mengetahui seberapa jauh jarak rumah anda dengan kawah

di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia) ?

a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu

6. Apakah anda mengetahui jarak antara pemukiman yang anda huni dengan

kawah timbang?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

7. Apakah anda mengetahui kawah-kawah yang ada di Daerah Dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

8. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan

kawasan rawan bencana ( Berdasarkan peta dataran tinggi Dieng)?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

9. Apakah anda mengetahui kawah di dataran tinggi Dieng yang memiliki

potensi bahaya?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

10. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas

beracun di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia)?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.. Tidak tahu

11. Apakah anda mengetahui potensi bahaya yang dapat terjadi di kawah

Timbang, kawah Sinila, kawah Sileri yang dekat dengan pemukiman

anda?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

12. Apakah anda mengetahui bahwa kawah Timbang, kawah Sinila, kawah

Sileri berpotensi mengeluarkan gas beracun?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

13. Apakah anda mengetahui tanda-tanda yang terjadi saat gas beracun

muncul?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

14. Apakah anda mengetahui bahwa di dalam peta kawasan kawah Timbang

dan sekitarnya mengeluarkan gas CO2 dalam tanah dengan konsentrasi gas

yang tinggi?

a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu

141

141

15. Apakah anda mengetahui bahwa dusun Simbar dan Serang termasuk

dalam wilayah kawasan rawan bencana 3 ?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

16. Apakah anda mengetahui mengetahui ciri-ciri gas beracun yang

berbahaya?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

17. Apakah anda mengetahui dampak dari aktivitas gas beracun yang dapat

diamati?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

18. Apakah anda mengetahui jalur evakuasi yang aman saat terjadi aktivitas

gas beracun?

a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu

19. Apakah anda mengetahui di lokasi mana saja tempat yang aman untuk

mengungsi?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

20. Apakah anda mengetahui kriteria kawasan rawan bencana yang ditetapkan

oleh PVMBG?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

142

142

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM DIUJI COBA

Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Kawah Dieng

Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Pengetahuan Citra Satelit

1. Apakah anda mengetahui apa itu citra satelit?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

2. Apakah anda mengetahui manfaat citra satelit?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

3. Apakah anda mengetahui informasi-informasi yang ada dalam gambar

citra satelit?

a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu

4. Apakah anda mengetahui objek yang ditunjukkan dengan warna yang

tampak di dalam citra satelit Dataran tinggi Dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

5. Apakah anda mengetahui masing-masing bentuk yang ada di citra satelit

Dataran Tinggi Dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

143

143

6. Apakah anda mengetahui masing-masing bentang lahan yang ada di Citra

Satelit Daerah Dataran Tinggi Dieng?

a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu

7. Apakah anda mengetahui arti warna yang ada di di citra satelit Dataran

Tinggi Dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

8. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam gambar citra

satelit Dataran Tinggi Dieng?

a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu

9. Apakah anda mengetahui jarak rumah anda dengan kawah berdasarkan

citra satelit kawasan dataran tinggi dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

10. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan

kawasan rawan bencana?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

11. Apakah anda mengetahui letak kawah yang yang berpotensi

mengeluarkan gas beracun di dalam citra satelit?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

12. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas

beracun?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

13. Apakah anda mengetahui di lokasi mana saja tempat yang aman untuk

mengungsi berdasarkan Citra satelit Dataran Tinggi Dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

14. Apakah anda mengetahui di mana letak pos pengamatan vulkanik dan

geologi yang memantau gunung Dieng di dalam citra satelit?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

15. Apakah anda mengetahui letak pos kesehatan seandainya terjadi keracunan

gas beracun?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

144

144

16. Apakah anda mengetahui bahwa lokasi yang anda huni lebih rendah dari

kawah timbang?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

17. Apakah anda mengetahui bahwa jalan simbar ke timur dan jalan serang ke

timur merupakan aliran gas beracun?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

18. Apakah anda mengetahui bahwa ada 2 patahan yang saling berpotongan

berpusat di kawah timbang?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

19. Apakah anda mengetahui tanda larangan yang dibuat oleh BPBD

berdasarkan rekomendasi dari PVMBG sesuai dengan peta kawasan rawan

bencana?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

20. Apakah anda mengetahui peringatan dini adanya gas beracun yang

membahayakan keselamatan?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

145

145

Lampiran 3

KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI PETA RBI

[UJI COBA]

Resp P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 TOTAL_P

R1 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56

R2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 54

R3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

R4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

R5 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

R6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 58

R7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

R8 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 53

R9 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

R10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

146

146

R11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 59

R12 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 52

R13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

R14 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

R15 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 53

R16 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 56

R17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 55

R18 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 32

R19 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57

R20 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56

R21 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56

R22 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

R23 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 54

R24 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57

147

147

R25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 55

R26 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 35

R27 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

R28 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56

R29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 58

R30 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

148

148

Lampiran 4

KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI CITRA SATELIT - [UJI COBA]

Resp S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 TOTAL_S

R1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 39

R2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 57

R3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 56

R4 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 2 2 3 1 3 3 3 2 1 3 41

R5 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 57

R6 3 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 1 2 3 3 3 3 49

R7 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56

R8 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 55

R9 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 57

R10 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56

R11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 58

R12 3 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 1 2 3 3 3 2 48

149

149

R13 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 55

R14 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 54

R15 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 55

R16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 57

R17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 56

R18 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 2 3 29

R19 3 1 1 1 2 3 1 1 1 3 3 1 3 3 1 1 3 3 2 1 38

R20 3 3 1 1 1 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 49

R21 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56

R22 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 53

R23 3 3 1 1 1 3 1 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 47

R24 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 58

R25 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 57

R26 3 2 3 2 2 1 1 2 1 1 3 2 3 1 3 3 3 2 1 2 41

150

150

R27 3 1 1 1 2 3 1 1 1 3 2 1 2 2 1 1 3 3 3 2 37

R28 3 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 1 2 3 3 3 3 49

R29 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 56

R30 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58

151

151

Lampiran 5

Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Peta RBI - I

Reliability

Case Processing Summary

30 100,0

0 ,0

30 100,0

Valid

Excludeda

Total

CasesN %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

,927 20

Cronbach's

Alpha N of Items

Item-Total Statistics

52,73 38,961 ,175 ,932

52,77 34,599 ,721 ,921

52,73 38,961 ,105 ,937

52,67 37,402 ,455 ,926

52,53 36,809 ,673 ,922

52,53 37,913 ,443 ,926

52,50 37,569 ,557 ,924

52,43 37,151 ,821 ,921

52,43 40,116 ,023 ,931

52,50 37,224 ,634 ,923

52,60 35,076 ,707 ,921

52,57 34,737 ,782 ,919

52,53 34,326 ,878 ,917

52,57 34,461 ,827 ,918

52,57 34,599 ,804 ,918

52,63 35,620 ,688 ,921

52,60 34,455 ,804 ,918

52,43 37,426 ,744 ,922

52,53 35,706 ,753 ,920

52,47 37,085 ,735 ,922

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

P10

P11

P12

P13

P14

P15

P16

P17

P18

P19

P20

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

152

152

Lampiran 6

Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Citra Satelit - I

Reliability

Case Processing Summary

30 100,0

0 ,0

30 100,0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

,904 20

Cronbach's

Alpha N of Items

Item-Total Statistics

48,20 60,441 ,112 ,907

48,67 51,885 ,711 ,895

48,50 53,017 ,659 ,896

48,63 52,516 ,695 ,895

48,90 56,438 ,438 ,902

48,37 54,654 ,637 ,897

48,63 50,378 ,804 ,891

49,30 55,597 ,400 ,905

48,50 51,086 ,848 ,890

48,37 54,654 ,637 ,897

48,63 56,654 ,460 ,902

48,93 55,513 ,557 ,900

48,33 60,299 ,055 ,910

48,73 59,237 ,138 ,910

48,63 52,516 ,653 ,897

48,87 56,189 ,413 ,903

48,23 57,220 ,585 ,900

48,30 55,872 ,705 ,898

48,37 55,206 ,642 ,898

48,43 56,254 ,485 ,901

S1

S2

S3

S4

S5

S6

S7

S8

S9

S10

S11

S12

S13

S14

S15

S16

S17

S18

S19

S20

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

153

153

Lampiran 7

Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Peta RBI - II

Reliability

Case Processing Summary

30 100,0

0 ,0

30 100,0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

,948 17

Cronbach's

Alpha N of Items

154

154

Item-Total Statistics

44,67 31,954 ,698 ,946

44,57 34,737 ,411 ,950

44,43 33,978 ,663 ,946

44,43 35,082 ,424 ,949

44,40 34,662 ,556 ,947

44,33 34,299 ,810 ,945

44,40 34,179 ,669 ,946

44,50 32,259 ,708 ,945

44,47 31,706 ,822 ,942

44,43 31,495 ,888 ,941

44,47 31,499 ,857 ,941

44,47 31,706 ,822 ,942

44,53 32,671 ,708 ,945

44,50 31,569 ,821 ,942

44,33 34,575 ,730 ,946

44,43 32,737 ,779 ,943

44,37 34,240 ,724 ,945

P2

P4

P5

P6

P7

P8

P10

P11

P12

P13

P14

P15

P16

P17

P18

P19

P20

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

155

155

Lampiran 8

Kecerdasan Visual – Spasial Melalui Citra Satelit - II

Reliability

Case Processing Summary

30 100,0

0 ,0

30 100,0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

,918 17

Cronbach's

Alpha N of Items

Item-Total Statistics

40,53 49,292 ,705 ,910

40,37 49,964 ,695 ,911

40,50 49,569 ,722 ,910

40,77 53,357 ,472 ,917

40,23 52,116 ,615 ,913

40,50 47,638 ,815 ,907

41,17 52,695 ,413 ,920

40,37 48,585 ,835 ,906

40,23 52,116 ,615 ,913

40,50 53,914 ,455 ,917

40,80 52,717 ,562 ,915

40,50 49,638 ,671 ,912

40,73 53,306 ,424 ,918

40,10 54,369 ,596 ,915

40,17 53,178 ,696 ,913

40,23 52,668 ,616 ,913

40,30 53,803 ,447 ,917

S2

S3

S4

S5

S6

S7

S8

S9

S10

S11

S12

S15

S16

S17

S18

S19

S20

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

156

156

157

157

Lampiran 9

INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH DIUJI COBA

Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Sekitar Kawah Dieng

Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Pengetahuan Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia)

1. Apakah anda mengetahui fungsi peta RBI (Rupabumi Indonesia)?

a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu

2. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam peta RBI

(Rupabumi Indonesia)?

a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu

3. Apakah anda mengetahui seberapa jauh jarak rumah anda dengan kawah

di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia) ?

a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu

4. Apakah anda mengetahui jarak antara pemukiman yang anda huni dengan

kawah timbang?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

5. Apakah anda mengetahui kawah-kawah yang ada di Daerah Dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

158

158

6. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan

kawasan rawan bencana ( Berdasarkan peta dataran tinggi Dieng)?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

7. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas

beracun di dalam peta RBI (Rupabumi Indonesia)?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.. Tidak tahu

8. Apakah anda mengetahui potensi bahaya yang dapat terjadi di kawah

Timbang, kawah Sinila, kawah Sileri yang dekat dengan pemukiman

anda?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

9. Apakah anda mengetahui bahwa kawah Timbang, kawah Sinila, kawah

Sileri berpotensi mengeluarkan gas beracun?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

10. Apakah anda mengetahui tanda-tanda yang terjadi saat gas beracun

muncul?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

11. Apakah anda mengetahui bahwa di dalam peta kawasan kawah Timbang

dan sekitarnya mengeluarkan gas CO2 dalam tanah dengan konsentrasi gas

yang tinggi?

a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu

12. Apakah anda mengetahui bahwa dusun Simbar dan Serang termasuk

dalam wilayah kawasan rawan bencana 3 ?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

13. Apakah anda mengetahui mengetahui ciri-ciri gas beracun yang

berbahaya?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

14. Apakah anda mengetahui dampak dari aktivitas gas beracun yang dapat

diamati?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

15. Apakah anda mengetahui jalur evakuasi yang aman saat terjadi aktivitas

gas beracun?

159

159

a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu

16. Apakah anda mengetahui di lokasi mana saja tempat yang aman untuk

mengungsi?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

17. Apakah anda mengetahui kriteria kawasan rawan bencana yang ditetapkan

oleh PVMBG?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

160

160

Lampiran 10

INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH DIUJI COBA

Pengukuran Kecerdasan Visual-Spasial Masyarakat di Kawah Dieng

Jawa Tengah Melalui Peta RBI dan Citra Satelit

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Pengetahuan Citra Satelit

1. Apakah anda mengetahui manfaat citra satelit?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

2. Apakah anda mengetahui informasi-informasi yang ada dalam gambar

citra satelit?

a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu

3. Apakah anda mengetahui objek yang ditunjukkan dengan warna yang

tampak di dalam citra satelit Dataran tinggi Dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

4. Apakah anda mengetahui masing-masing kenampakan alam yang ada di

citra satelit Dataran Tinggi Dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

5. Apakah anda mengetahui masing-masing bentang lahan yang ada di Citra

Satelit Daerah Dataran Tinggi Dieng?

161

161

a. Tahu b.Ragu-ragu c.Tidak tahu

6. Apakah anda mengetahui arti warna yang ada di di citra satelit Dataran

Tinggi Dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

7. Apakah anda mengetahui letak desa yang anda huni di dalam gambar citra

satelit Dataran Tinggi Dieng?

a. Tahu b.Ragu-ragu c. Tidak tahu

8. Apakah anda mengetahui jarak rumah anda dengan kawah berdasarkan

citra satelit kawasan dataran tinggi dieng?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

9. Apakah anda mengetahui bahwa daerah yang anda huni ini merupakan

kawasan rawan bencana?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

10. Apakah anda mengetahui letak kawah yang yang berpotensi

mengeluarkan gas beracun di dalam citra satelit?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

11. Apakah anda mengetahui kawah mana saja yang mengeluarkan gas

beracun?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

12. Apakah anda mengetahui letak pos kesehatan seandainya terjadi keracunan

gas beracun?

a. Tahu b. Ragu-ragu c.Tidak tahu

13. Apakah anda mengetahui bahwa lokasi yang anda huni lebih rendah dari

kawah timbang?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

14. Apakah anda mengetahui bahwa jalan simbar ke timur dan jalan serang ke

timur merupakan aliran gas beracun?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

15. Apakah anda mengetahui bahwa ada 2 patahan yang saling berpotongan

berpusat di kawah timbang?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

162

162

16. Apakah anda mengetahui tanda larangan yang dibuat oleh BPBD

berdasarkan rekomendasi dari PVMBG sesuai dengan peta kawasan rawan

bencana?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

17. Apakah anda mengetahui peringatan dini adanya gas beracun yang

membahayakan keselamatan?

a. Tahu b. Ragu-ragu c. Tidak tahu

163

163

Lampiran 11

KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI PETA RBI - [PENELITIAN]

Resp P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 TOTAL Skor Max % Kategori

R1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T

R3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T

R4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T

R5 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R6 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 3 3 1 26 51 50.98 TT

R7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R8 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T

R10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 49 51 96.08 T

R12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T

R13 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T

R14 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T

164

164

R15 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 47 51 92.16 T

R16 3 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T

R17 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 46 51 90.20 T

R18 1 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 51 47.06 TT

R19 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R20 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T

R21 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T

R22 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T

R23 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 45 51 88.24 T

R24 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T

R25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T

R26 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 49 51 96.08 T

R28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T

R29 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 46 51 90.20 T

R30 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T

R32 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T

165

165

R33 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T

R34 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 47 51 92.16 T

R35 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 1 3 2 3 37 51 72.55 R

R36 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 46 51 90.20 T

R37 1 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 51 47.06 TT

R38 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R39 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T

R40 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T

R41 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T

R42 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 45 51 88.24 T

R43 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T

R44 2 3 2 3 2 2 2 1 1 1 3 2 3 2 3 3 3 38 51 74.51 R

R45 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R46 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 49 51 96.08 T

R47 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T

R48 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 46 51 90.20 T

R49 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R50 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T

166

166

R51 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 50 51 98.04 T

R52 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 45 51 88.24 T

R53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 51 100.00 T

R54 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 51 94.12 T

167

167

Lampiran 12

KECERDASAN VISUAL - SPASIAL MELALUI CITRA SATELIT [PENELITIAN]

Resp S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 TOTAL Skor Max % Kategori

R1 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 47 51 92.16 T

R2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 46 51 90.20 T

R3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 44 51 86.27 T

R4 2 1 1 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 43 51 84.31 T

R5 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 45 51 88.24 T

R6 3 1 1 1 3 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 26 51 50.98 TT

R7 3 1 1 1 3 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 41 51 80.39 T

R8 3 3 3 1 3 3 1 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 44 51 86.27 T

R9 3 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 37 51 72.55 R

R10 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 48 51 94.12 T

R11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 3 3 25 51 49.02 TT

R12 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T

R13 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T

R14 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T

R15 3 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 44 51 86.27 T

168

168

R16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T

R17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 47 51 92.16 T

R18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 2 3 24 51 47.06 TT

R19 1 1 1 2 3 1 1 1 3 3 1 3 1 3 3 3 1 32 51 62.75 R

R20 3 1 1 1 3 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 41 51 80.39 T

R21 3 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 44 51 86.27 T

R22 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 41 51 80.39 T

R23 1 1 1 3 2 1 1 1 2 3 1 3 1 2 3 3 1 30 51 58.82 R

R24 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 42 51 82.35 T

R25 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 39 51 76.47 R

R26 3 3 3 1 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 3 38 51 74.51 R

R27 1 1 1 2 3 1 1 1 3 2 1 3 1 2 3 3 1 30 51 58.82 R

R28 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T

R29 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 42 51 82.35 T

R30 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T

R31 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T

R32 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T

R33 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 44 51 86.27 T

R34 3 1 1 1 3 1 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 39 51 76.47 R

169

169

R35 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 27 51 52.94 TT

R36 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 49 51 96.08 T

R37 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 2 2 27 51 52.94 TT

R38 1 1 1 2 3 1 1 1 3 2 1 3 1 2 3 3 2 31 51 60.78 R

R39 1 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 42 51 82.35 T

R40 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T

R41 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 33 51 64.71 R

R42 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T

R43 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T

R44 2 3 2 3 1 1 1 1 1 3 2 3 3 1 2 3 3 35 51 68.63 R

R45 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T

R46 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 47 51 92.16 T

R47 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T

R48 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 46 51 90.20 T

R49 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 48 51 94.12 T

R50 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 47 51 92.16 T

R51 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 46 51 90.20 T

R52 1 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 40 51 78.43 R

R53 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 46 51 90.20 T

170

170

R54 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 45 51 88.24 T

171

Lampiran 13

Frequency Table

Umur

15 27,8 27,8 27,8

15 27,8 27,8 55,6

16 29,6 29,6 85,2

8 14,8 14,8 100,0

54 100,0 100,0

20 - 27 tahun

28 - 35 tahun

36 - 43 tahun

44 - 51 tahun

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Jenis Kelamin

23 42,6 42,6 42,6

31 57,4 57,4 100,0

54 100,0 100,0

Laki-laki

Perempuan

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Pekerjaan

2 3,7 3,7 3,7

15 27,8 27,8 31,5

4 7,4 7,4 38,9

7 13,0 13,0 51,9

23 42,6 42,6 94,4

2 3,7 3,7 98,1

1 1,9 1,9 100,0

54 100,0 100,0

Guru

IRT

Pedagang

Perangkat Desa

Petani

Sekdes

Wiraswasta

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Pendidikan

5 9,3 9,3 9,3

16 29,6 29,6 38,9

23 42,6 42,6 81,5

1 1,9 1,9 83,3

2 3,7 3,7 87,0

7 13,0 13,0 100,0

54 100,0 100,0

SD

SMP

SLTA

D2

D3

S1

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

172

172

Lampiran 14

Descriptives

Descriptive Statistics

54 20 51 34,07 7,80

54 47,06 100,00 92,30 12,03

54 47,06 96,08 81,66 14,17

Umur

Kecerdasan Visual -

Spasial Melalui Peta RBI

Kecerdasan Visual -

Spasial Melalui Citra

Satelit

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

173

173

Lampiran 15

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

54 54

92,304 81,845

12,032 14,239

,282 ,196

,261 ,159

-,282 -,196

2,076 1,441

,000 ,031

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute

Pos itive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tai led)

Kecerdasan

Visual -

Spas ial

Melalui Peta

RBI

Kecerdasan

Visual -

Spas ial

Melalui Citra

Satelit

Test dis tribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

174

174

Lampiran 16

NPar Tests

Descriptive Statistics

54 92,30 12,03 47,06 100,00

54 81,85 14,24 47,06 96,08

Kecerdasan Visual -

Spasial Melalui Peta RBI

Kecerdasan Visual -

Spasial Melalui Citra

Satelit

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

44a 26,77 1178,00

5b 9,40 47,00

5c

54

Negative Ranks

Pos itive Ranks

Ties

Total

Kecerdasan Visual -

Spas ial Melalui Citra

Sateli t - Kecerdasan

Visual - Spasial

Melalui Peta RBI

N Mean Rank Sum of Ranks

Kecerdasan Visual - Spas ial Melalui Citra Satelit < Kecerdasan Visual -

Spas ial Melalui Peta RBI

a.

Kecerdasan Visual - Spas ial Melalui Citra Satelit > Kecerdasan Visual -

Spas ial Melalui Peta RBI

b.

Kecerdasan Visual - Spas ial Melalui Citra Satelit = Kecerdasan Visual -

Spas ial Melalui Peta RBI

c.

175

175

176

177

177