liar” ini memiliki dampak yang...

26
1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Industri Tambak Udang merupakan salah satu Industri yang menjanjikan dalam peningkatan taraf hidup ekonomi bagi masyarakat luas khususnya masyarakat berdomisili di wilayah pesisir pantai, tak terkecuali pantai selatan di pulau Jawa ini. Kabupaten Bantul menjadi salah satu dari sekian banyak wilayah yang digandrungi untuk pengembangbiakkan budidaya tambak udang. Industri budidaya tambak udang tergolong masih dini, dimulai dari tahun 2012 hingga menginjak tahun ke-empatnya ini, mulai muncul permasalahan- pemasalahan. Masalah yang dimaksud adalah tidak berijinnya kegiatan budidaya tambak udang yang berada di wilayah pesisir pantai selatan. Akibatnya kegiatan yang dianggap liar” ini memiliki dampak yang dapat merusak bagi pengelolaan zona konservasi yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Bantul. Tumbuh berkembangnya budidaya tambak udang yang terdapat di kawasan Pantai Kuaru, Pantai Baru, Pantai Pandansimo, Pantai Glagah dan sebagian Pantai Depok, membuat Pemerintah melakukan peninjauan langsung seperti yang dilangsir oleh laman resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul dimana pemantauan dilakukan oleh Kepala BLH Bantul, Drs. Eddy Susanto, beserta Kabid Pengendalian Pencemaran dan Dokumen Lingkungan, Ir. Priya Haryanta, MMA dan Kabid Pengendalian Kerusakan dan Konservasi Lingkungan, Sunarso, SH, Msi pada hari selasa, 24 September 2014, diakses peneliti pada pukul 14:08 WIB, Hasil pemantauan: Pada lokasi pemantuan di desa Parangtritis, Kecamatan Kretek. Kerusakan yang terjadi antara lain: penebangan tanaman akasia, pandan laut, dan cemara udang, berkurangnya populasi tanaman perindang di lokasi kegiatan tambak udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang. Di sisi lain, adanya tambak udang yang berdekatan dengan gumuk pasir dapat merubah bentuk gumuk pasir, bahkan dapat merusak gumuk pasir. Pada desa Srigading, Kecamatan Sanden. Kerusakan lingkungan yang terjadi

Upload: hoangminh

Post on 16-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Industri Tambak Udang merupakan salah satu Industri yang menjanjikan

dalam peningkatan taraf hidup ekonomi bagi masyarakat luas khususnya

masyarakat berdomisili di wilayah pesisir pantai, tak terkecuali pantai selatan

di pulau Jawa ini. Kabupaten Bantul menjadi salah satu dari sekian banyak

wilayah yang digandrungi untuk pengembangbiakkan budidaya tambak udang.

Industri budidaya tambak udang tergolong masih dini, dimulai dari tahun 2012

hingga menginjak tahun ke-empatnya ini, mulai muncul permasalahan-

pemasalahan. Masalah yang dimaksud adalah tidak berijinnya kegiatan

budidaya tambak udang yang berada di wilayah pesisir pantai selatan.

Akibatnya kegiatan yang dianggap “liar” ini memiliki dampak yang dapat

merusak bagi pengelolaan zona konservasi yang dicanangkan Pemerintah

Kabupaten Bantul. Tumbuh berkembangnya budidaya tambak udang yang

terdapat di kawasan Pantai Kuaru, Pantai Baru, Pantai Pandansimo, Pantai

Glagah dan sebagian Pantai Depok, membuat Pemerintah melakukan

peninjauan langsung seperti yang dilangsir oleh laman resmi Pemerintah

Daerah Kabupaten Bantul dimana pemantauan dilakukan oleh Kepala BLH

Bantul, Drs. Eddy Susanto, beserta Kabid Pengendalian Pencemaran dan

Dokumen Lingkungan, Ir. Priya Haryanta, MMA dan Kabid Pengendalian

Kerusakan dan Konservasi Lingkungan, Sunarso, SH, Msi pada hari selasa, 24

September 2014, diakses peneliti pada pukul 14:08 WIB, Hasil pemantauan:

Pada lokasi pemantuan di desa Parangtritis, Kecamatan Kretek. Kerusakan

yang terjadi antara lain: penebangan tanaman akasia, pandan laut, dan cemara

udang, berkurangnya populasi tanaman perindang di lokasi kegiatan tambak

udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi

berkurang. Di sisi lain, adanya tambak udang yang berdekatan dengan gumuk

pasir dapat merubah bentuk gumuk pasir, bahkan dapat merusak gumuk pasir.

Pada desa Srigading, Kecamatan Sanden. Kerusakan lingkungan yang terjadi

Page 2: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

2

antara lain: berkurangnya populasi tanaman pandan laut, akasia, dan cemara

udang, serta mangrove akibat penebangan untuk kegiatan tersebut,

Lain halnya yang terjadi pada kegiatan yang berlokasi pada laguna Pantai

Samas, terjadi intrusi air limbah ke petak sawah disebelah utara tambak, diduga

tanah menjadi asam, sehingga pertumbuhan tanaman padi kurang subur dan

produksi padi menjadi turun, dalam waktu dekat BLH (Badan Lingkungan

Hidup) akan memeriksa kualitas pH air. Desa Poncosari, Kecamatan

Srandakan, ditemukan beberapa kerusakan. Kerusakan lingkungan yang terjadi

antara lain: terjadi penebangan tanaman glereside, pandan laut, cemara udang

dan akasia, sehingga berkurang populasi tanaman perindang dan tanaman wind

barrier (penahan angin), dimana tanaman ini memiliki fungsi ganda.

Untuk budidaya tambak udang yang berdekatan dengan JJLS (Jalur Jalan

Lintas Selatan) akan menyebabkan jalan menjadi cepat rusak karena disebelah

kiri jalan digali untuk kegiatan tersebut. Dari ketiga desa yang menjadi lokasi

pemantauan, ditemukan fakta bahwa rata-rata setiap tambak tidak memiliki

instalasi pengolahan limbah cair sesuai kaidah teknis pengolahan yang baik,

sehingga dimungkinkan meresap kedalam tanah. Di sisi lain, budidaya tambak

udang memiliki bau yang tidak sedap timbul bau disekitar lokasi beberapa

tambak udang ini yang menyebabkan masyarakat enggan untuk menerima

budidaya tambak udang beridiri di lingkungan mereka. Sumber:

http://blh.bantulkab.go.id/berita/138-pemantauan-tambak-udang-di-pantai-

selatan-bantul

Secara garis besar masalah yang muncul dan dialami oleh masyarakat

pesisir akibat dari pembuatan budidaya tambak udang yang tidak sesuai dengan

aturan, diantaranya :

1. Melanggar garis sempadan pantai

2. Merusak barrier hutan mangrove, tanaman cemara laut

3. Merusak konservasi penangkaran penyu dan pariwisata pesisir

4. Merusak zona konservasi petilasan Hamengkubuwono VII

5. Merusak konservasi badan dan sempadan jalan JJLS

6. Merusak konservasi titik-titik Pusat Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

Page 3: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

3

Berkaca pada hasil pemantauan tersebut, sesuai dengan Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Bantul, gambaran mengenai zona konservasi yang

disinergikan dengan pendirian lahan usaha maupun hunian dapat digambarkan

secara sederhana sebagai berikut (Kajian Akademik Pemerintah Kecamatan

Sanden: 2014).

3000 m

1500 m

300 m

200 m

Figur 1.1

Zonasi Konservasi Pesisir Pantai Selatan Sesuai RTRW Kab. Bantul

Terlihat jelas dalam skema di atas bahwa pendirian usaha budidaya tambak

udang haruslah tidak melebihi kawasan barrier hutan mangrove dan berada

pada jarak 1500 m dari garis sempadan pantai, sebagai point inti yang harus

dipahami oleh masyarakat. Akan tetapi ketidaktahuan masyarakat akan

pemahaman skema diatas mengakibatkan pendirian usaha tambak udang yang

cenderung sembarangan tanpa memperhatikan dampak jangka pendek maupun

panjang (pra-wawancara dengan Pemerintah Kecamatan Sanden).

Uniknya, temuan ini terjadi pada masyarakat yang mempunyai surat alas

hak (kekancingan). “Dari data yang dimiliki Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bantul, masyarakat yang mempunyai kekancingan sejumlah 10

pembudidaya tambak” pra-wawancara dengan Pemerintah Kecamatan

Sanden).

Pemukiman Warga (rumah)

Kawasan Pertanian Lahan BasahPesisir

Jalur Jalan Lintas Selatan

Kawasan Budidaya Air Payau

Barrier Hutan Pantai

Sempadan Pantai

Perairan Laut Dangkal

Page 4: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

4

Menanggapi beragam permasalahan yang tumbuh perlahan, Pemerintah

Daerah Kabupaten Bantul pada posisinya sebagai regulator dalam

menyampaikan pesan kebijakan, akan berpijak pada RTRW Kabupaten Bantul

(tertuang dalam Perda No. 4 Tahun 2011) untuk mengagas program translokasi

yang memiliki semangat gerakan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari

program ini adalah memperbaiki dan menata kelola tanah sultan (sultan

ground) yang berada di wilayah pesisir dengan tidak merusak zona konservasi

pesisir pantai selatan yang dalam penggunaannya sebagai ruang usaha ataupun

kegiatan masyarakat dalam usahanya memperbaiki kesejahteraan hidup (Kajian

Akademik Yuridis Formal Bappeda Kab Bantul, tahun 2014).

Selama ini diakui atau tidak, berdasarkan sajian arsip data, kebijakan yang

dikembangkan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul sejak tahun 2012 dalam

melakukan kebijakan penertiban budidaya tambak udang “liar” cenderung

parsial, temporer dan diskriminatif. Dikatakan parsial karena kegiatan

penertiban yang dilakukan hanya menyentuh aspek kulitnya saja, yakni sekedar

menyingkirkan budidaya tambak udang yang tidak berijin milik orang-orang

miskin dari wilayah tertentu tanpa ada solusi penanganan sesuai pokok

masalah. Dikatakan temporer karena cenderung hanya untuk sementara waktu

tanpa ada kelanjutan program lagi.

Dalam perjalanannya, proses sosialisasi progam translokasi mendapat

antipati dari masyarakat dan pembudidaya tambak udang. Sebagian besar tidak

mengetahui tentang proses perijinan dalam pendirian tambak sehingga

melanggar zona konservasi yang telah ditetapkan. Petambak yang mempunyai

kekancingan atau alas hak (surat perjanjian masyarakat pengguna tanah sultan

dengan pihak Keraton Yogyakarta) telah “merasa” berijin dalam pendirian

budidaya tambak. Posisi alas hak menjadi salah satu aspek legalitas yang

dimiliki pembudidaya, artinya bahwa, bagi yang mempunyai alas hak, tetap

dapat mendirikan budidaya tambak diatas tanah sultan, padahal pendirian di

atas tanah sultan berada pada area zona konservasi (diolah peneliti, arsip

Kecamatan Sanden – polemik tambak di tanah sultan, berita Harian Kedaulatan

Rakyat, 2014).

Page 5: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

5

Dapat pula dikatakan diskriminatif karena obyek penertiban hanya terfokus

pada kelompok marginal di wilayah pesisir pantai selatan. Sementara kekuatan

‘lain’ yang sama-sama melanggar tata tertib zona konservasi pesisir pantai

selatan seolah-olah tidak tersentuh. Kegiatan di wilayah pesisir pantai selatan

yang semata-mata represif-punitif niscaya akan melahirkan perlawanan dan

mekanisme kucing-kucingan yang sama sekali tidak menyelesaikan masalah.

Di sisi lain dalam berbagai kebijakan dan operasi penertiban yang

dilaksanakan Pemerintah Daerah, keberadaan budidaya tambak udang liar

terkesan diposisikan sebagai ‘terdakwa’ dan bukan dianggap sebagai korban

dari model pembangunan wilayah yang sentralistik yang melahirkan

kesenjangan antar desa-kota yang semakin terpolarisasi. Sudah saatnya

penataan budidaya tambak udang liar haruslah meninggalkan cara-cara lama

dan beralih pada tindakan yang lebih humanistik, preventif, berkemanusiaaan,

serta mengedepankan aspek nilai dan norma sesuai budaya ketimuran bangsa

Indonesia, oleh karena itu, hal menarik yang bisa disoroti dari cara penanganan

masalah budidaya tambak udang liar ini yakni tidak lain adalah merujuk pada

proses komunikasi atau penyampaian kebijakan dari pemerintah kepada para

pembudidaya tambak udang “liar” yang berada di pantai selatan.

Maka pada tahun 2015 ini dibentuklah sebuah tim kerja yang bertugas untuk

menyampaikan pesan persuasif perihal program translokasi. Tugas dari tim

yang bernama Tim Kerja Translokasi Tambak Udang dalam memberikan pesan

tentang program translokasi kepada pembubidaya tambak udang agar lebih

mudah dipahami oleh masyarakat pembudidaya tambak udang, pendekatan

yang dilakukan adalah:

1. Pendekatan spiritual,

2. Pendekatan keunggulan program translokasi, dan

3. Pendekatan fungsi kekancingan (sesuai dengan Kajian Akademik

Yuridis Formal Bappeda Kab Bantul, 2015).

Tidak mudah untuk meyakinkan orang lain agar dapat mengikuti saran yang

diberikan, terlebih bila komunikatornya adalah Pemerintah. Pendekatan yang

lazim dilakukan pemerintah adalah pendekatan bersifat top-down di mana

aliran informasi bersumber hanya dari pemerintah saja, tentu ini membawa

Page 6: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

6

konsekuensi tertentu terutama bagi masyarakat yang seolah-olah hanya

menjadi objek semata. Kelemahan tersebut diupayakan untuk digantikan

dengan “bottom-up development planning” atau perencanaan pembangunan

yang disusun meliputi program dan proyek yang benar-benar dibutuhkan oleh

masyarakat. Artinya masyarakat lokal akan dilibatkan dalam penyusunan

rencana pembangunan yang akan mengikis kegagalan berkomunikasi yang

lalu. Semangat inilah yang menjadi landasan Pemerintah Kabupaten Bantul

dalam aktifitas persuasif penyampaian pesan perihal implementasi progam

translokasi budidaya tambak udang yang berdiri di tanah sultan (sultan

ground). Posisi penelitian ini akan melihat pendekatan yang dilakukan

Pemerintah Kabupaten Bantul yang sebelumnya cenderung menggunakan

pendekatan top-down menjadi bottom-up yang dilakukan oleh Tim Kerja

Translokasi Tambak (TKTT) sebagai salah satu aktor dalam program

translokasi tambak udang. Di sisi lain muncul asumsi bahwa akan terdapat

aktor-aktor yang sangat berpengaruh dalam proses komunikasi tersebut.

Keberadaan usaha atau tambak-tambak liar dan budaya kuratif merupakan

permasalahan klasik yang terjadi pada daerah tertentu. Hal ini bukannya tidak

bisa diselesaikan, hanya saja membutuhkan kepedulian dan tanggung jawab

bersama. Penggunaan pendekatan dalam berinterkasi, diantaranya pendekatan

sosio-kultural, pendekatan humanistik dan pendekatan komunikasi merupakan

kesatuan strategi terpadu yang dapat diaplikasikan secara adaptif, sehingga hal

ini menjadikan alasan yang kuat bagi penulis untuk melakukan penelitian ini.

Maka melihat hal tersebut, urgensi dari penelitian ini adalah untuk

memotret, merekam “pendekatan” pemerintah yang terwakili oleh tim kerja

translokasi tambak dalam proses “menyuarakan” progam translokasi tambak

udang dengan berbagai isu yang melatarbelakangi program tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, dapat dirumuskan pokok

pertanyaan dari penelitian ini adalah : “Bagaimana Dinamika Komunikasi

Aktor-Aktor Dalam Program Translokasi Tambak Udang di Kabupaten

Bantul ?”.

Page 7: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

7

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut: Untuk mengeksplorasi secara komprehensif dimanika

komunikasi antar aktor dalam isu program translokasi budidaya tambak udang

di Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri atas manfaat akademis dan manfaat praktis

yang dijabarkan sebagai berikut :

1. Secara akademik, penelitian ini dapat memberikan sumbangan akademik

untuk memperkaya kajian sosial dalam bidang komunikasi, khususnya

mengenai dinamika komunikasi dalam sosialisasi program pemerintah.

2. Secara Praktis, Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi regulator

atau pembuat kebijakan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah,

dalam penyampaian pesan perihal program kebijakan pemerintah kepada

masyarakat dan elemen-elemen pemangku kepentingan yang terlibat di

dalamnya.

E. Kerangka Pemikiran

1. Dinamika Komunikasi: Model Komunikasi Dinamis

Dinamika komunikasi dalam penelitian ini dilihat sebagai interaksi dan

ketergantungan dalam proses yang menekankan pada adanya umpan balik.

Dinamika komunikasi juga berbicara mengenai metode penyampaian pesan.

Pesan-pesan yang telah dirancang oleh organisasi diperlukan teknik untuk

menyampaikan pesan kepada para pemangku kepentingan.

John C. Dunn, Stephen Lewandoskwy dan Kim Kisner (2002) melakukan

studi tentang dinamika komunikasi pada manajemen gawat darurat. Dinamika

komunikasi pada studi ini dilihat berdasarkan faktor tugas khusus (task-

spesific factor) dan situsai faktor spesifik (situasion spesific factor). Artinya

bahwa dinamika komunikasi menjadi salah satu kajian yang mampu

menggambarkan interaksi yang terjadi dalam proses komunikasi pada suatu

organisasi atau kelompok untuk memperoleh umpan balik dari target sasaran.

Page 8: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

8

Hasil dari kajian ini dapat diaplikasikan pada banyak bidang, sebut saja

bidang manajemen, komunikasi pemasaran dan keoorganisasian.

Dalam penelitian ini peneliti memperkenalkan model komunikasi

dinamis yang menempatkan komunikan dan komunikator pada posisi yang

sama, artinya bahwa keduanya bersifat dua arah, menitikberatkan pada

adanya proses umpan balik (feedback). Model komunikasi interaksi dan

model komunikasi transaksi merupakan bagian dari model komunikasi

dinamis. Elemen dasar dari sebuah komunikasi yang menawarkan sebuah

interaksi adalah penggabungan dari model komunikasi transaksi dan model

komunikasi interaksi yang terangkum dalam model komunikasi dinamis yang

meliputi seluruh elemen dasar komunikasi seperti sumber, pesan, media, dan

penerima pesan dan umpan balik.

Model komunikasi dinamis, seperti model yang diperkenalkan Liliweri

(2011:79), digunakan untuk mendiskusikan pesan-pesan yang dikirimkan

dalam suatu proses komunikasi, artinya bahwa fokus model ini diletakkan

pada “penerima”. Perspektif yang ditampilkan adalah perspektif interaktif

yang menggunakan prinsip physical yaitu setiap aksi terdapat reaksi (adanya

interaksi dalam prosesnya). Selain berjalan secara interaksional, komunikasi

juga berjalan secara transaksional, pendekatan model ini terfokus pada

“makna” yang dipertukarkan dengan memperhitungkan berbagai faktor yang

mempengaruhi proses komunikasi, pada model ini komunikasi sebagai

transaksi adalah interaksi di dalam komunikasi berjalan secara stimultan.

Materson (1989:11) menegaskan bahwa ketika pesan dilakukan, kita

memonitor tingkat pemahaman lawan bicara, jika lawan bicara tidak mengerti

tentang pesan yang disampaikan, maka dapat dijelaskan kembali pesan yang

dimaksud, dengan kata lain, model komunikasi ini sangat tergantung dengan

lawan bicara.

Dalam penelitian ini dinamika komunikasi yang dimaksud adalah

proses tim kerja translokasi tambak dapat menyampaikan, merespon dan

mengantisipasi setiap perubahan atau dinamika sebagai komunikator, dan

pemangku kepentingan memberikan respon atas pesan yang disampaikan.

Proses ini akan bertumpu pada umpan balik, sehingga dinamika yang

Page 9: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

9

dimaksud adalah proses yang terjadi pada saat pendekatan komunikasi

dilakukan. Komunikator dan komunikan yang kemudian disebut aktor yang

terlibat dalam proses penyampaian pesan program translokasi, yang tentu

akan memiliki posisi tawar sendiri dalam program yang digulirkan oleh

pemerintah, maka menarik apabila melihat proses dinamika yang terjadi

dalam proses penyampaian pesan program translokasi. Tidak hanya sebatas

menggambarkan saja, namun dapat menangkap beragam kepentingan yang

disampaikan para aktor-aktor yang terlibat di dalamnya perihal program

translokasi budidaya tambak udang di Kabupaten Bantul.

Aliran pesan akan dibedakan menjadi komunikasi ke atas atau up-ward

communication, komunikasi ke bawah (down-ward communication) dan

komunikasi horizontal (horizontal communication), dalam hal ini bahwa

aliran pesan ataupun aliran informasi yang terjadi melibatkan atasan ke

bawahan, antar anggota maupun terjadi sebaliknya, sehingga proses

komunikasi yang terjadi tidak statis, akan tetapi terus berkembang dan

dinamis. Dalam penyampaian pesan dan aliran pesan yang telah

dikomunikasikan akan muncul umpan balik dimana sebagai pertanda bahwa

pesan yang disampaikan menimpulkan respon tertentu.

Keyton dan Sanchez (2005:80) mengungkapkan, umpan balik

digunakan untuk membantu suatu kelompok dapat berkomunikasi lebih

efektif dan adanya pembelajaran, disebutkan bahwa umpan balik yang

efektif dilakukan dengan metode fokus pada observasi bukan pada hasil

penggambaran daripada penghakiman. Maka posisi umpan balik diberikan

sesegara mungkin dan membatasi umpan balik yang khusus pada proses

komunikasi tatap muka. Proses tersebut tentu dapat dijadikan pilihan oleh

masing-masing pelaku komunikasi dan disesuaikan dengan informasi yang

disampaikan.

Barker dan Gaut (1996:60) dalam pemikirannya perihal umpan balik,

diartikan sebagai sebuah pesan yang mengindikasikan tingkat persetujuan

dan pemahaman diantara dua orang atau lebih pada proses komunikasi

dalam merespon pesan. Maka dapat dikatakan efek umpan balik bagi

individual maupun organisasi, memberikan efek untuk meningkatkan

Page 10: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

10

pemahaman dalam proses komunikasi. Selain itu, hal yang tidak boleh

dilupakan bahwa memberikan efek untuk konsep diri dan peningkatan

kinerja. Artinya, bahwa umpan balik juga bekerja pada dua efek, yaitu

rewarding effect dan punishing effect, namun bagi organisasi ataupun

kelompok kecil, umpan balik menimbulkan efek yang hanya terkonsentrasi

pada perubahan perilaku.

Dinamika komunikasi pada sebuah tim atau kelompok merujuk pada

aktifitas dalam sebuah tim atau kelompok kecil yang terdiri dari pertukaran

informasi, pengajuan gagasan atau pendapat antar anggota tim serta

membuat keputusan, tidak hanya dalam melakukan tugas pribadi dan

melengkapi kebutuhan personal, tetapi juga untuk mencapai tujuan bersama

(Goldhaber, 1993:243). Artinya bahwa, pembentukan suatu kelompok kecil

atau tim yang baik bukan didasarkan oleh kuantitas anggotanya, namun

pada kualitas hubungan yang terjalin melalui interaksi hubungan yang

terjalin melalui interaksi antar anggota kelompok didalamnya.

Perlu diingat bahwa kelompok ataupun sebuah organisasi yang

menyediakan “ruang” umpan balik bagi anggotanya, dapat digunakan untuk

mengetahui efektifitas komunikasi yang dijalankan. Keyton dalam Gou

Sanchez (2005:80) mengkategorikan bentuk umpan balik sebagai berikut:

Pertama, umpan balik deskriptif, umpan balik yang dapat mengidentifikasi

atau menggambarkan bagaimana seorang individu berkomunikasi, atau bisa

dikatakan sebagai gaya yang dibawa masing-masing individu dalam

menyampaikan pendapat dan berkomunikasi, sehingga orang lain dapat

mengidentifikasi apa yang diinginkan oleh individu tersebut. Kedua, umpan

balik evaluatif, yaitu umpan balik yang memberikan penilaian terhadap

orang yang berkomunikasi dan yang terakhir umpan balik perspektif dimana

umpan balik yang memberikan nasihat tentang bagaimana seseorang harus

bersikap atau berkomunikasi, biasa disebut saran atau kritik yang diberikan

oleh orang lain. Komunikator dapat mengetahui gambaran perihal berhasil

tidaknya informasi yang disampaikan melalui proses umpan balik yang

diberika oleh komunikan dan akan melahirkan eksplorasi dinamika

komunikasi sesuai dengan tujuan penelitan.

Page 11: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

11

2. Komunikasi dalam Konteks Pembangunan

Sejenak mengingat kembali tentang pengertian proses komunikasi

berdasarkan pernyataan para pakar ilmu komunikasi yang dapat ditarik titik

tengah bahwa komunikasi adalah ilmu pengetahuan sosial yang membahas

pada proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai

penerima pesan atau saling bertukar pesan satu sama lainnya.

Komunikasi sebagai ilmu sosial tentu memiliki beberapa bidang kajian,

salah satunya komunikasi pembangunan. Sejarah komunikasi pembangunan

di mulai sejak tahun 60-an, di kalangan ilmu komunikasi telah berkembang

suatu spesialis tentang penerapan program pembanguan. Sejak dari

pengertian tersebut kemudian dikenal dengan sebutan komunikasi

pembangunan (Nasution, 2012:1).

Komunikasi pembangunan menurut Querbal (2006) dan Currin (2002)

dimaknai sebagai seni dan ilmu komunikasi manusia yang diterapkan pada

negara dan masyarakat untuk percepatan transformasi dari kemiskinan

menuju negara dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis, yang

memungkinkan terjadinya kesetaraan sosial dan peningkatan kualitas

manusia. Srampickal (2006:3) juga menjelaskan komunikasi pembangunan

sebagai upaya penginformasian, penyadaran, pendidikan dan pencerahan agar

masyarakat mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Secara substansi dikatakan bahwa komunikasi pembangunan sebagai

kegiatan proses komunikasi dalam penyampaian informasi berupa ide atau

gagasan baru kepada masyarakat. Melihat dari prosesnya, kegiatan

komunikasi pembangunan terdapat peran-peran komunikasi pembangunan,

yang artinya bahwa segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan

keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakasai

pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat

memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan. Komunikasi

pembanguan dalam artian luas juga dinyatakan terkait dengan komunikasi

politik, komunikasi sosial budaya, dan kebijakan komunikasi.

Meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktifitas pertukaran

pesan secara timbal balik diantara masyarakat dan pemerintah, mulai dari

Page 12: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

12

proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Nora C.

Querbal menyatakan tujuan dari komunikasi pembangunan untuk mencapai

pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan menginginkan bahwa

sekelompok massa dengan orang-orang dengan tingkat literasi (melek huruf),

penghasilan rendah, dan atribut-atribut sosio-ekonomi bahwa mereka harus

berubah, sehingga proses penyerapan ide-ide berlangsung relatif cepat

penerimaannya daripada proses yang diambil dalam keadaan normal (Harun

dan Ardianto, 2012:162).

Sehingga dapat ditarik garis lurus bahwa komunikasi pembangunan

dalam perspektif ilmu komunikasi dapat diartikan sebagai berikut:

1. Menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pembangunan.

2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil

bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan (salah

satunya melalui dialog).

3. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan terkait

keterampilan teknis komunikasi.

Proses pembangunan saat ini harus berakar dari bawah (grassroot)

memelihara keberagaman budaya, serta menjunjung tinggi martabat serta

kebebasan bagi manusia dan masyarakat. Dengan kata lain pembangunan

harus menganut paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat. Dengan

demikian, perlu adanya partisipasi secara aktif, penuh inisiatif dan inovatif

dari masyarakat itu sendiri. Tujuannya adalah partisipasi dalam konteks ini

mengandung makna untuk menegakkan demokrasi lokal yang selama ini

terpendam dan dimiliki oleh masyarakat, sehingga proses pemberdayaan

masyarakat harus mengandung makna yang dinamis untuk mengembangkan

diri dalam mencapai kemajuan.

Di Indonesia, partisipasi seringkali dipahami sebagai “mobilisasi” atau

“sosialisasi” Mobilisasi merupakan praktek yang lazim pada era orde baru.

Sementara istilah sosialisasi lebih merupakan penyebaran informasi atau

semacam penyuluhan telah dianggap sebagai partisipasi. Partisipasi dapat

berupa:

Page 13: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

13

1. Pengawasan dan pemantauan dari luar oleh kelompok-kelompok

warga Negara (citizen based initiatives) terhadap kinerja dari

kebijakan sosial dan layanan-layanan dasar pemerintah dan badan-

badan swasta.

2. Peningkatan kinerja dan ketanggapan lembaga pemerintah dengan

berbagai langkah (public sector initiatives).

3. Sinergi antara pemerintah yang terbuka dan responsives dengan warga

negara dan kelompok warga negara yang aktif (active citizenship)

dan well informed.

Pemerintah dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 telah memulai

adanya pengembangan otonomi pemerintah desa dari rakyat, oleh rakyat dan

untuk rakyat. Secara tegas hal ini tersurat dalam Pasal 95 mengenai

Pemerintahan Desa. Dari sini pemerintah telah membuka peluang tumbuhnya

partisipasi dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. Sedangkan pasal 102,

terlihat bahwa penduduk desa telah diletakkan pada porsi yang sebenarnya

sebagai titik sentral pemerintahan desa, sebagai wujud pemerintahan yang

berpusat pada masyarakat, serta menghargai prakarsa masyarakat beserta

adapt istiadatnya.

Orientasi pembangunan seperti ini tentu akan lebih berhasil dan berdaya

guna, karena masyarakat diberi kesempatan yang sama untuk berperan serta

dalam proses pembangunan dan menikmati hasil pembangunan tersebut

sesuai dengan kemampuannya. Joseph Stiglitz (dalam Zulkarnaen, 2002)

menyatakan bahwa partisipasi warga negara tidak saja dalam hal ikut serta

dalam pemilu, namun juga berperan serta dalam pengambilan keputusan

kepada masalah-masalah yang menjadi hajat hidup orang banyak.

Komunikasi pembangunan merupakan hasil sinergi yang seharusnya

dimiliki oleh setiap pihak yang terkait dengan satu tujuan dan misi yang

sama. Dalam hal ini pembangunan di Indonesia tentu terletak pada ranah

pemberdayaan masyarakat yang dalam prakteknya bertujuan untuk

memberdayakan masyarakat dari keterpurukan dan beratnya beban hidup

yang terus menghimpit. Meskipun paradigma pemberdayaan “dianggap”

sebagai sebuah pencerahan dalam proses pembangunan.

Page 14: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

14

3. Strategi Komunikasi Pembangunan

Kegagalan maupun keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan

infrastruktur dari aspek sosial terletak pada penolakan dan penerimaan

masyarakat sasaran terhadap ide pembangunan yang ditawarkan serta produk

yang dihasilkan. Apabila masyarakat menolak ide dan produk pembangunan

berarti program pembangunan tersebut gagal, sebaliknya jika mereka

menerima maka program pembangunan itu dinilai berhasil.

Penolakan dan penerimaan masyarakat terhadap ide yang ditawarkan dan

produk pembangunan yang dihasilkan akan sangat mempengaruhi tingkat

partisipasi mereka dalam proses implementasi kebijakan program maupun

pascaproduksi programnya. Tingkat partisipasi dari masyarakat tersebut

merupakan indikator yang menunjukkan rasa kebutuhan dan rasa memiliki

mereka terhadap produk pembangunan yang dihasilkan. Dengan demikian

penemuan, ide, dan program pembangunan sebaik apapun tidak akan

mengubah sikap dan perilaku masyarakat sebagaimana diharapkan oleh

pemerintah.

Setiap ide dan program pembangunan, secara teoritis, harus dipandang

sebagai sebuah upaya pembaruan (inovasi), baik secara teknis maupun sosial.

Oleh karena itu, langkah awal untuk mewujudkan penerimaan dan tingkat

partisipasi masyarakat secara optimal yang perlu dilakukan adalah upaya-

upaya yang mengarah pada perubahan pengetahuan, sikap mental, dan

perilaku masyarakat ke arah yang dikehendaki oleh otoritas penyelenggaraan

program pembangunan (pemerintah). Secara konsesional, langkah-langkah

itu disebut difusi inovasi (penyebaran ide-ide baru), yang dalam bahasa

politik dikenal dengan istilah sosialisasi.

Perencanaan komunikasi merupakan sebuah keharusan dan merupakan

bagian tak terpisahkan dari perencanaan dan pelaksanaan program

pembangunan itu sendiri. Perencanaan komunikasi (communication

planning) yang pertama kali harus dibuat adalah perencanaan yang bersifat

strategis, yang nantinya akan menjadi dokumen dan panduan dalam

menyelenggarakan kegiatan-kegiatan komunikasi pembangunan (sosialisasi)

dalam tataran taktis dan teknis operasional.

Page 15: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

15

Penyusunan perencanaan komunikasi pembangunan (development

communication) memerlukan kajian ilmiah tentang kondisi-kondisi ideal dan

kondisi objektif yang berkaitan dengan sumberdaya komunikasi yang relevan

dengan kepentingan dan tujuan proses komunikasi (sosialisasi) yang akan

dilakukan. Sumberdaya komunikasi yang perlu diidentifikasi di antaranya

menyangkut unsur-unsur proses komunikasi, mulai dari khalayak sasaran

komunikasi atau komunikan (receivers atau communicate), pesan-pesan yang

akan disampaikan (messages), saluran komunikasi yang akan digunakan

(channel atau media), sampai pada sumber atau penyampai pesannya (source

atau communicators). Atas dasar kajian analitis terhadap unsur-unsur proses

komunikasi tersebut, selanjutnya dapat ditentukan model komunikasi dan

strategi komunikasi seperti apa yang perlu digunakan sebagai landasan atau

panduan pelaksanaan proses komunikasi yang akan dilakukan.

Perlu disadari bahwa model komunikasi linier menjadi tidak tepat untuk

mengatasi masalah pembangunan yang semakin kompleks. Pendekatan yang

dibutuhkan adalah komunikasi yang memungkinkan pertukaran informasi

antara komponen-komponen dengan banyak dimensi. Pendekatan ini sering

disebut dengan model partisipasi (participatory model) atau model interaksi

(interchange model). Model partisipatori memliki pertanyaan utama “who is

talking back to the who talk to them ?”. Dari pernyataan diatas, dapat

dikatakan semakin banyak dimensi yang akan diperhatikan, berarti bahwa

tekanannya bukan saja pada komunikator yang ingin mencapai sasaran tetapi

terutama kepada reaksi komunikan terhadap usul komunikator (Setyowati,

2005:87).

Komunikasi partisipatoris akan membuat orang tidak hanya sekedar

menjadi penerima, melainkan menjadi pelaku dari pembangunan mereka

sendiri (Howley, 2010:184) hal ini kembali ditegaskan bahwa komunikasi

partisipatoris akan memunculkan semangat memiliki dan keterlibatan

terhadap program pembangunan oleh komunitas. Setidaknya dari pernyataan

diatas, ada dua tujuan utama dari komunikasi partisipatoris. Pertama,

menumbuhkan kesadaran komunitas akan sumber daya dan kemampuan

mereka untuk meningkatkan kapasitas dalam membuat perubahan. Kedua,

Page 16: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

16

mendorong komunitas untuk melakukan tindakan, membangun, dan

mematangkan relasi sosial guna mendukung adanya perubahan tersebut.

Suatu rencana atau desain untuk mengubah perilaku manusia dalam

jumlah berskala besar melalui penyampaian ide-ide baru, inilah yang menjadi

tujuan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam program translokasinya. Strategi

ini digunakan untuk menelaah dan mengakomodir informasi yang diperoleh

dari Opinion Leader. Kemudian ditindak lanjuti dengan melakukan beberapa

upaya lanjutan yang terstruktur dalam strategi desain instruksional, strategi

pendekatan dalam menyampaian pesan mengenai program pembangunan

adalah strategi partisipatori.

Komunikasi partisipatoris memiliki kesamaan dengan pemberdayaan

komunitas (community empowerment), yaitu proses meningkatkan kontrol

bagi mereka sendiri terhadap segala sesuatunya (Gudykunts dan Mody, 2002:

499). Model pemberdayaan ini terfokus pada relasi yang simetris antara aktor

dalam komunikasi. Fokus dari komunikasi dalam pembangunan dengan

perspektif modernisiasi ini menekankan pada proses pemberdayaan pada

masyarakat marginal, baik level individu, kelompok maupun organisasi.

Berbasis pada pendekatan yang dilakukan kepada masyarakat, pola

komunikasi berjalan dua arah (two ways communication).

Strategi partisipatori dipilih untuk melihat pendekatan yang dilakukan

oleh aktor yang terlibat di dalamnya sehingga akan terlihat proses dinamika

komunikasi. Sehingga strategi komunikasi yang dimaksudkan di awal

paragraf ini, dikaji dengan menitikberatkan pada respon dari masing-masing

aktor yang ada. Dari pengertian ini jelas bahwa keterlebitan aktif stakeholder

dapat meningkatkan kepercayaan publik.

Salah satu aspek yang paling penting adalah menjadikan stakeholder

memperlakukan mereka sebagai partner yang sejajar dengan melibatkannya

dalam program kebijakan yang biasa disebut dengan stakeholder involment

(pada konteks ini hubungan antara stakeholder dengan pemerintah). Proses

partisipasi yang saling menguntungkan tersebut dalam konteks pembangunan

akan mampu mendeskripsikan kebijakan program translokasi budidaya

tambak udang secara berimbang dan berujuan untuk berimplikasi positif.

Page 17: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

17

F. Model Penelitian

Komponen dalam penelitian dinamika komunikasi di dalam proses

sosialisasi translokasi dikaji secara deskriptif dengan memperhatikan dalam

penciptaan pesan, pemilihan saluran/medium yang digunakan untuk

menyampaikan pesan tersebut, serta teknik penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan sampai pada umpan balik yang terjadi

dalam bingkai komunikasi pembangunan. Maka dari kerangka pemikiran

dapat digambarkan pada model penelitian sebagai berikut:

DINAMIKA KOMUNIKASI DALAM PROGRAM TRANSLOKASI

BUDIDAYA TAMBAK UDANG

Topik Topik

Topik Topik

Gambar 1.1

Model Penelitian

Tim Kerja SosialisasiTranslokasi Tambak

Pemangku Kepentingan

PesanProgram Translokasi

Media

Teknik PenyampaianPesan

Umpan Balik (respon)

Tim Kerja Translokasipada Pemangku

Kepentingan

Pemangku Kepentinganpada Tim Kerja

Translokasi

Pro, Kontra,Pendapat, Kritik,

Saran

Page 18: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

18

G. Konsep Penelitian

Penelitian merupakan usaha yang sistematis dan ilmiah untuk

menemukan jawaban dari permasalahan tertentu. Dengan demikian sebuah

penelitian membutuhkan kerangka konsep yang jelas. Hal tersebut akan

menjadi arahan bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Berdasarkan

elaborasi kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini,

penjabaran kerangka pemikiran yang ada kemudian dirumuskan dalam

konsep-konsep besar, diantaranya: komunikasi pembangunan, dinamika

komunikasi dan strategi komunikasi pembangunan.

Komunikasi Pembangunan pada penelitian ini menggunakan konsep

Howley (2010:181) yang didefinisikan sebagai proses untuk mengubah

kondisi kehidupan masyarakat melalui strategi komunikasi, praktik

komunikasi, dan teknologi. Pada penelitian ini komunikasi pembangunan

menjadi bingkai besar untuk melihat proses komunikasi yang terjadi dalam

penyampaian pesan program translokasi tambak udang.

Konsep dari EM. Grifin (2012) menyatakan bahwa komunikasi adalah

proses yang terus berkelanjutan dimulai dari sumber dan tidak berakhir pada

penerima saja, bahkan mungkin bereaksi kembali kepada sumber dan

dimungkinkan untuk meneruskan pesan kepada orang lain artinya bahwa ada

proses ini melahirkan interaksi dan transaksi didalamnya. Dinamika

komunikasi pada penelitian dimaknaikan sebagai proses komunikator untuk

menyampaikan pesan program translokasi kepada elemen-elemen pemangku

kepentingan yang akan berjalan dinamis dengan adanya interaksi dan

transaksi didalamnya.

Dalam proses penyampaian pesan, penelitian ini akan melihat strategi

komunikasi sebagai pendekatan-pendekatan komunikasi yang dilakukan

komunikator. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud, adalah keunikan dalam

membangun proses komunikasi, yaitu komunikasi partisipatoris dengan

menjadikan masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses tersebut. Diharapkan

dengan strategi ini, masyarakat yang diposisikan sebagai subjek dari program

ini akan melahirkan suatu proses komunikasi yang berjalan dinamis.

Page 19: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

19

Untuk menguji konsep yang telah dipaparkan, diturunkan dalam

beberapa point. Berikut disampaikan pengertian masing-masing objek yang

akan diteliti pada penelitian ini guna melihat proses dinamika komunikasi

yang terjadi dan untuk memahami batasan permasalahan yang akan dikaji:

1. Komunikator

Aktor yang akan menyampaikan pesan terkait dengan program

translokasi budidaya tambak udang. Sebagai sebuah tim kerja, akan

mengirimkan berbagai jenis pesan yang terkait dengan program

translokasi budidaya tambak udang dengan menggunakan saluran

komunikasi dan teknik penyampaian pesan kepada kelompok sasaran

atau pemangku kepentingan. Tim yang dimaksud adalah Tim Kerja

Translokasi Tambak (TKTT).

2. Pesan

Pesan dalam peneitian ini adalah kebijakan program translokasi

yang dikomunikasikan melalui proses sosialisasi kepada kelompok

sasaran atau pemangku kepentingan. Pesan yang disampaikan terdiri

dari isi kebijakan yang terkait dengan keseluruhan maksud dan tujuan

program translokasi, aliran pesan dimana pesan disampaikan atau

dialirkan ke atas, ke bawah, dan horizontal secara bersamaan,

beurutan atau kombinasi darikeduanya, serta jenis dari kebijakan

dalam program translokasi.

3. Media

Pada penelitian ini media adalah penggunaan jenis saluran untuk

menyampaikan pesan yang terkait dengan pesan program translokasi

yang tertuang dalam proses komunikasi yang terjadi. Media yang

digunakan terdiri dari metode personal, kelompok, atau media massa

dan gambar ataupun alat bantu dalam penyampaian pesan program

translokasi tambak udang

Page 20: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

20

4. Teknik penyampaian pesan

Teknik penyampaian pesan dalam peneltian ini merupakan cara

yang digunakan komunikator sebagai tim dalam menyampaikan pesan

kepada kelompok sasaran atau pemangku kepentingan terkait dengan

program translokasi budidaya tambak udang. Cara penyampaian pesan

dilakukan melalui sosialisasi (diskusi, pertemuan (rapat), pengajian,

eksperimental, partisipasi) dengan tiga pendekatan utama yaitu

pendekatan spiritual, pendekatan keunggulan program translokasi dan

pendekatan fungsi alas hak (kekancingan).

5. Elemen-Elemen Pemangku Kepentingan

Adalah aktor yang akan menerima pesan terkait dengan program

translokasi budidaya tambak udang di wilayah pesisir pantai selatan,

dalam penelitian ini adalah pemangku kepentingan. Jenis yang

termasuk dalam elemen-elemen pemangku kepentingan adalah

kelompok-kelompok yang terkait erat dengan program translokasi

budidaya tambak udang. Pada ranah ini peneliti ingin mengetahui

siapa saja pemangku kepentingan yang dikenakan program translokasi

dan sikap (respon) pemangku kepentingan adalah perilaku, tanggapan

yang ditunjukkan oleh para pemangku kepentingan terhadap pesan

mengenai program translokasi budidaya tambak udang.

6. Umpan balik

Respon yang diberikan atas pesan yang disampaikan tim kerja

translokasi tambak pada elemen-elemen pemangku kepentingan dalam

proses komunikasi yang dijalankan dan respon balik yang diberikan

tim kerja translokasi tambak udang dalam menanggapi pernyataan

elemen-elemen pemangku kepentingan. Umpan balik dilihat dari

respon pro terhadap program translokasi, yang artinya menyetujui,

respon kontra terhadap program translokasi yang artinya menolak, dan

negosiasi terhadap isi pesan dari kebijakan program translokasi serta

pernyataan-pernyataan penting dari kedua belah pihak.

Page 21: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

21

H. Metodologi

Metodologi penelitian yang digunakan untuk membedah fenomena

tentang dinamika komunikasi dalam kegiatan penyuluhan program

translokasi budidaya tambak udang dengan menjelaskan jenis penelitian,

metode penelitian, metode pengambilan data, teknik pengumpulan data,

teknis analisis data, validitas data sampai pada limitasi penelitian yang

digunakan pada penelitian ini.

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah pada penelitian ini, maka

jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Creswell (2013:4-5), penelitian kualitatif merupakan metode untuk

mengeksplorasi dan memahami makna-makna yang disampaikan sejumlah

individu atau sekelompok orang yang dianggap berasal dari masalah sosial

kemanusiaan. Peneliti memilih jenis penelitian kualitatif untuk penelitian

komunikasi dimaksudkan agar dapat menghadirkan gambaran-gambaran dan

pemahaman mengenai bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti ini adalah studi kasus.

Studi kasus adalah pengujian intensif menggunakan berbagai sumber bukti,

baik kualitatif, kuantitatif atau keduanya, terhadap satu kejadian atau realitas

yang dibatasi oleh ruang dan waktu (Daymon,2008:162). Tujuan studi kasus

adalah meningkatkan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi

kontemporer yang nyata.

Pada penelitian ini, kasus yang diambil menjadi fokus adalah dinamika

komunikasi pada program translokasi budidaya tambak udang yang dilakukan

oleh tim kerja translokasi tambak yang akan Pemilihan isu ini terletak pada

pendekatan yang dilakukanoleh pemerintah Kabupaten Bantul untuk pertama

kalinya dalam mensosialisasikan program pembangunan, sehingga menarik

untuk dikaji bagaimana dinamika yang terjadi dalam prosesnya. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kritis yang akan mengeksplorasi tujuan penelitian.

Page 22: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

22

I. Metode Pengambilan data

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan

metode purposive atau secara sengaja oleh peneliti berdasarkan

pertimbangan tertentu. Penelitian dilakukan di Kecamatan Sanden,

Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan lokasi

penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa Kecamatan Sanden,

merupakan lokasi pelaksanaan kegiatan penyampaian pesan untuk program

translokasi budidaya tambak udang, dengan demikian lokasi tersebut

menjadi representasi proses dinamika komunikasi yang dilakukan oleh tim

kerja translokasi tambak kepada elemen-elemen pemangku kepentingan.

2. Partisipan Penelitian

Lodico, Spaulding dan Voegtle dalam Emzir (2010:7) menjelaskan

bahwa partisipan atau subjek penelitian merupakan individu yang dipilih

melalui metode non-random berdasarkan kemampuan individu dalam

memberikan informasi penting dari pertanyaan yang diajukan dalam

penelitian. Partisipan penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu tim kerja

translokasi tambak dan elemen-elemen pemangku kepentingan.

Untuk mendapatkan data yang akan mencakup keseluruhan dan

mendalam, peneliti akan melakukan wawancara dengan beberapa informan.

Pengambilan informan dilakukan dengan metode purposive yang dipilih

dengan pertimbangan tertentu. Informan tersebut ialah orang yang dapat

menjelaskan tentang proses komunikasi penyampaian pesan tentang

kebijakan program translokasi budidaya tambak udang.

J. Teknik Pengumpulan Data

Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini

menggunakan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang akan

dilakukan untuk melihat proses dinamika yang terjadi maka akan dilakukan

beberapa tahapan diantaranya:

Page 23: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

23

1. Observasi atau pengamatan lapangan, jadwal dan waktu

bedasarkan jadwal dari tim kerja translokasi tambak, yaitu:

Observasi I : 18 Juli 2015 – Dusun Ngepet

Observasi II : 9 Agustus 2015 – Desa Srigading

Observasi III : 30 Agustus 2015 - Dusun Wonoroto

Observasi IV : 12 September 2015– Balai kec. Sanden

2. Wawancara mendalam dengan informan yang memiliki kriteria

yang telah ditentukan oleh peneliti

3. Focus Group Discussion (FGD) dengan partisipan yang dipilih

secara terbuka yang melibatkan seluruh unsur yang terlibat

dalam penyampaian pesan program translokasi budidaya

tambak udang, difokuskan dengan panitikismo untuk

membahas tentang kekancingan

Berikut adalah teknik pengumpulan data yang diterapkan pada penelitian

ini dengan mempertimbangan rumusan masalah dan sifat dari kekhususan

partisipan penelitian :

1. Wawancara

Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui tanya

jawab secara lisan. Wawancara dilakukan dalam bentuk pertanyaan

yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti ataupun pertanyaan yang

keluar secara spontan pada saat proses wawancara. Data yang diperoleh

dari wawancara mendalam (indepth interview) diharapkan menjadi

sumber data utama dalam penelitian. Selain wawancara, penelitian ini

juga melakukan Focus Group Discussion (FGD) akan dilakukan dalam

teknik pengumpulan data wawancara melalui diskusi kelompok terarah

atau wawancara yang dilakukan secara berkelompok.

Informan merupakan aktor-aktor yang terlibat proses penyampaian

dan diskusi atas pesan kebijakan progam translokasi tambak udang di

kabupaten Bantul, khususnya di kecamatan Sanden. Adapun informan

kunci dalam penelitian ini untuk dilakukan proses wawancara

mendalam (indepth interview) adalah:

Page 24: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

24

Tabel 1.1

Daftar Informan

No Informan Peran/Posisi/Jabatan

1 Yuswarseno Kepala Bidang Perikanan dan

Kelautan Dinas Perikanan dan

Kelautan Kabupaten Bantul

2 Fatoni Camat Kecamatan Sanden

3 Wijayaa Tunggali FKDM/ Tim Translokasi Tambak

4 KGPH Hadiwinoto Panitikismo/ Tim Translokasi

Tambak

5 Wahyono Lurah Desa Srigading

6 Dwiyanto Dukuh Wonoroto

7 Bedo Petambak Udang

8 Sudarno Ketua Asosisasi Tambak Udang

9 Harjono Kepala Seksi Bappeda Bantul

11 Rino Caroko Pegiat Kawulo Bantul

12 Informan lain Dsb

2. Observasi

Merupakan suatu bentuk dari pengamatan lapangan yang dilakukan

oleh peneliti dimana peneliti bertujuan untuk menangkap sense dan

kunci dari penerapan kegiatan penyampaian pesan program translokasi

tambak udang dengan melakukan pengamatan, pencatatan, merekam

berbagai kegiatan yang terkait dengan dinamika komunikasi. Pada

teknik ini, menjadi teknik utama dalam menangkap fenomena yang

terjadi.

3. Studi Kepustakaan

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan mencari data atau informasi melalui dokumen, jurnal ilmiah,

buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia.

Penulusuran dokumen untuk pengumpulan data dari kegiatan atau

Page 25: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

25

program dari dokumen tersebut merupakan kegiatan lapangan dan

konten informasi yang diunggah dalam media online. Kolaborasi dari

ketiga teknik tersebut membantu penulis menemukan data yang

komprehensif.

K. Teknik Analisis Data

Penelitian ini akan mendeskripsikan tentang dinamika komunikasi pada

program translokasi yang dilakukan tim kerja translokasi tambak terhadap

elemen-elemen pemangku kepentingan. Maka, penelitian ini hanya mengkaji

bagaimana interaksi yang terjadi. Tahap analisis data adalah proses

mengurutkan, menyusun dan memaknai data yang telah disusun secara masal.

Pada penelitian dengan metode studi kasus ini penulis menggunakan teknik

analisis deskriptif (descriptive case study). Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yakni menangkap

fenomena, pemrosesan data dan kategorisasi data.

Langkah pertama dalam proses analisis data kualitatif adalah menangkap

segala hal yang ditemukan pada saat di lapangan, seperti tatanan tempat

(setting), dan interaksi yang terjadi antara peneliti dengan partisipan

penelitian lalu memisahkannya dengan data yang telah dikumpulkan

(Keyton,2006:291). Langkah ini melibatkan interaksi dan transaksi

wawancara, men-scanning materi, mengetik data lapangan, atau memilah-

milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda

tergantung pada sumber informasi. Langkah kedua yang dilakukan adalah

memproses data ke dalam unit-unit yang bermakna. Pada point ini peneliti

melakukan pengurangan dan penataan data menjadi per permasalahan, judul,

tema atau interaksi (Keyton, 2006:291).

Langkah ketiga yang dilakukan adalah mengkategorisasikan data.

Pengkategorisasian data juga berguna untuk mengurangi data yang tidak

berhubungan dengan penelitian. Peneliti membuat kode-kode untuk

mendeskripsikan dan menganalisa, mengidentifikasikan tema-tema dengan

kutipan dan menginterpretasikan maknanya yang berasal dari hasil penelitian

dengan informasi yang berasal dari literatur.

Page 26: liar” ini memiliki dampak yang dapatetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95924/potongan/S2-2016... · udang, fungsi tanaman sebagai wind barrier (penahan angin) menjadi berkurang

26

L. Sistematika Penulisan

Penjabaran secara komprehensif pada penelitian tentang

penerapan dinamika komunikasi yang terjadi, peneliti membagi

laporannya ke dalam lima bab yang secara lugas menjelaskan sebagai

berikut:

Bab I, Bagian pertama ini akan menjelaskan tentang pendahuluan

dan desain penelitian. Pada bagian ini akan membahas latar belakang dan

permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini.

Bab II, Bagian ini menjelaskan tentang konteks yang menjadi

lokus penelitian. Yaitu pada perkembangan komunikasi pembangunan di

Indonesia, Dinamika Komunikasi dan strategi komunikasi pembangunan.

Maka akan terlihat konteks komunikasi dalam proses pembangunan di

Indonesia yang menjadi kajian teori dari penelitian ini.

Bab III, Menjelaskan tentang konteks yang lebih spesifik dalam

kaitannya mengelaborasi objek penelitian. Pada bab ini akan menceritakan

mengenai seluk beluk program Translokasi yang telah dilaksanakan sejak

tahun 2014 sampai dengan perkembangan dalam melakukan pendekatan

yang berbeda untuk menyampaikan pesan perihal program tersebut.

Bab IV penulis menjabarkan temuan hasil lapangan dan hasil

analisis data dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Bagian ini

merupakan fokus utama dari penelitian ini. Bab ini berisi tentang

pembahasan terhadap dinamika komunikasi pada program translokasi

budidaya tambak udang. Hal tersebut dilanjutkan dengan kajian kritis

terhadap konten dalam pesan program itu. Pembahasan dilanjutkan dengan

melihat reaksi berbagai pihak, berdasarkan hal tersebut maka akan

dibangun sebuah kerangka berpikir mengenai pola hubungan yang terjadi

di dalam program tersebut.

Bab V akan memperlihatkan dan menjabarkan kesimpulan dari

penelitian ini secara komprehensif. Bab ini merupakan hasil penarikan

kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya.

Bagian tersebut juga menampilkan saran serta kekurangan dari penelitian

ini.