letak sungsang

32
LAPORAN KASUS LETAK SUNGSANG Nama : I Dewa Ayu Vanessa V. M. NIM : H1A 003022 PEMBIMBING : Dr. Agus Rusdhy Hariawan Hamid, Sp.OG

Upload: taufik-abidin

Post on 07-Jun-2015

29.749 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Letak Sungsang

LAPORAN KASUS

LETAK SUNGSANG

Nama : I Dewa Ayu Vanessa V. M.

NIM : H1A 003022

PEMBIMBING :

Dr. Agus Rusdhy Hariawan Hamid, Sp.OG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSU MATARAM

Page 2: Letak Sungsang

JANUARI 2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada

waktunya.

Laporan kasus yang berjudul “Letak Sungsang” ini disusun dalam rangka

mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Obstetri dan Genikologi Rumah

Sakit Umum Mataram.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada

penulis:

1. Dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku Kepala Bagian/ SMF Kebidanan dan

Kandungan RSU Mataram.

2. Dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku Koordinator pendidikan Bagian/ SMF

Kebidanan dan Kandungan RSU Mataram.

3. Dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, Sp.OG, selaku pembimbing laporan kasus ini.

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

kami harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan

pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan

praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.

Mataram, Januari 2008

Penulis

Page 3: Letak Sungsang

BAB I

PENDAHULUAN

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (2). Tipe letak

sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech

(5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%)

yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki (1).

Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi

bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada

persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan

persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam

tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha

untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya

persalinan.

Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki

risiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Frekuensi dari letak

sungsang ditemukan kira-kira 4,4 % di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dan 4,6 % di

Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan

letak presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka

kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian

terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding pada primigravida,

sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi

bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang

tidak baik pada Pintu Atas Panggul (10).

Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 30 tahun yang masuk kamar

bersalin dengan diagnosa G3P2A0H1 dengan letak sungsang bokong H I-II + inpartu kala

I, Anak aterm, tunggal, hidup, intrauterin dengan riwayat keluar air, yang selanjutnya

ditatalaksana untuk persalinan pervaginam serta persalinan sungsang secara manual aid

dengan manuver Louvset. Selanjutnya akan dibahas apakah tindakan penatalaksaaan ini

sudah tepat dan sesuai dengan literatur.

Page 4: Letak Sungsang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Presentasi bokong

1. Definisi

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (2). Tipe letak

sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech

(5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%)

yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki (1).

2. Insiden

Letak sungsang terjadi pada 3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak

sungsang berkurang dengan bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada usia

kehamilan kurang dari 28 minggu sebesar 25%, pada kehamilan 32 minggu 7% dan, 1-

3% pada kehamilan aterm (5).

3. Etiologi

Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas uterus

(malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher,

aneploid), overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dengan

berkurangnya kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma, tumor

pelvis lain). Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG

bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal (1).

Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya letak

sungsang (6).

4. Diagnosis

Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin oleh ibu,

pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus, pemeriksaan

dalam, USG dan Foto sinar-X (1).

Page 5: Letak Sungsang

5. Jenis Persalinan

Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros telah

membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan

pervaginam atau perabdominan. Jika nilai kurang atau sama dengan 3 dilakukan

persalinan perabdominan, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara cermat,

khususnya berat badan janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam, jika nilai

lebih dari 5 dilahirkan pervaginam (7).

ALARM memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis letak

sungsang adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus tidak hiperekstensi dan

taksiran berat janin 2500-3600 gram serta tindakan augmentasi dan induksi persalinan

diperbolehkan pada janin letak sungsang.

6. Prinsip Dasar Persalinan Sungsang

1. Persalinan pervaginam (2,3,4,8,9)

a. Persalinan spontan; janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri.

Cara ini disebut Bracht.

b. Manual aid (partial breech extraction); janin dilahirkan sebagian dengan

tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.

c. Ektraksi sungsang (total breech extraction); janin dilahirkan seluruhnya

dengan memakai tenaga penolong.

2. Persalinan perabdominan (sectio caesaria).

Prosedur persalinan sungsang secara spontan :

1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak

berbahaya.

2. Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk

PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.

3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dari

ruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih

rendah sehingga kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari

pendarahan intrakranial (adanya tentorium cerebellum).

Page 6: Letak Sungsang

Teknik persalinan

1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.

2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong

mulai membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan

episiotomi.

3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu

kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain

memegang panggul.

4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.

5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasi

anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan

dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten

melakukan ekspresi kristeller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat

sehingga fase cepat dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi

fleksi, dan menghindari ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin,

sehingga tidak teradi lengan menjungkit.

6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan,

dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.

7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.

Keuntungan :

Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.

Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

Kerugian :

Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir

kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk.

Prosedur manual aid (partial breech extraction) :

Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi

kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala.

Tahapan :

1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.

Page 7: Letak Sungsang

2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik

(Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.

3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin

Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.

Cara klasik :

1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang

berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan

depan di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan

depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke

arah belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.

2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan

kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati

perut ibu.

3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan

dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti

kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah

mengusap muka janin.

4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti

dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung

janin mendekati punggung ibu.

5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.

6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan

belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua

tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong

terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain

mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan

depan terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang sama.

Cara Mueller

1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi,

baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.

Page 8: Letak Sungsang

2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolong

diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan

jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke

bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan

lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.

3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih

dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir.

Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang

dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.

Keuntungan :

Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi

minimal.

Cara louvset :

1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil

dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada

dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis.

2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam

ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang

menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi

ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik

sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

Cara Mauriceau (Veit-Smellie) :

1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan

lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4

mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan

anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang

kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain mencengkeram leher janin

dari arah punggung.

Page 9: Letak Sungsang

2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang

asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh

tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika

suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan

suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,

hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.

Cara cunam piper :

Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan pemasangan

lengan pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini, cunam dimasukkan pada arah

bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan

dari arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Setelah suboksiput tampak

dibawah simpisis, maka cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai

hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala

lahir.

Prosedur persalinan sunggang perabdominan

Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus

perabdominam adalah :

1. Primigravida tua

2. Nilai sosial tinggi

3. Riwayat persalinan yang buruk

4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg

5. Dicurigai kesempitan panggul

6. Prematuritas

Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih

tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominan, sebagai

berikut : (2,3,8,9)

0 1 2

Paritas Primigravida Multigravida

Umur kehamilan >39 mgg 38 mgg < 37 mgg

Page 10: Letak Sungsang

Taksiran Berat Janin >3630 gr 3629 gr – 3176 gr < 3176 gr

Pernah letak sungsang Tidak 1x >2x

Pembukaan serviks <2 cm 3 cm >4 cm

Station <-3 <-2 -1 atau lebih

rendah

Arti nilai :

< 3 persalinan perabdomen

4 evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin bila nilainya tetap

maka dapat dilahirkan pervaginam

> 5 dilahirkan pervaginam

Page 11: Letak Sungsang

BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. Muslimah

Umur : 30 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat : Parampuan

MR : 852272

Anamnesis

Seorang pasien wanita kiriman PKM Parampuan dengan G3P2A0H1 hamil 41-42

minggu dengan letak sungsang, masuk ke RSU Mataram pada tanggal 10 Januari 2008

jam 09.20 WITA dengan :

Keluhan Utama

Os. Mengaku keluar air yang banyak dari kemaluan sejak pukul 00.00 (10-01-08).

Riwayat Penyakit Sekarang

- Keluar air yang banyak dari kemaluan sejak pukul 00.00 (10-01-08).

- Perut mules.

- Keluar lendir campur darah dari kemaluan.

- Keluar darah banyak dari kemaluan tidak ada.

- Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu.

- HPHT : lupa TP : ??

- Gerak anak dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.

- Os. Datang ke bidan pkl. 07.00 (10-01-08). His (+). VT : P Ø 5 cm eff 50% Ket (-)

teraba bokong.

- ANC : teratur ke bidan.

Page 12: Letak Sungsang

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular, keturunan dan kejiwaan.

Riwayat perkawinan 2 x

Riwayat hamil / abortus / persalinan

Suami I :

I. Laki-laki, 9 bulan, dukun, meninggal umur 1,5 hari.

II. Perempuan, 9 bulan, spt. B, bidan, hidup, 9 tahun.

Suami II :

III. Ini

Riwayat kontrasepsi : (-)

Rencana kontrasepsi : Suntik

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 86x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 380C

Mata : Konjungtiva tidak anemis

Sklera tidak ikterik

Thorak : Jantung dalam batas normal

Paru dalam batas normal

Abdomen : Status Obstetrikus

Genitalia : Status Obstetrikus

Ekstremitas : Edema -/-, Reflek fisiologis +/+, Reflek patologis -/-

Page 13: Letak Sungsang

Status Obstretikus

Abdomen :

Inspeksi : Membuncit sesuai usia kehamilan aterm

Linea Mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum (+)

Sikatrik (-)

Palpasi

L1 : FUT teraba 4 jari bawah processus xipoideus

Teraba masa bulat, keras, melenting

L2 : Tahanan terbesar di kiri

Bagian-bagian kecil di kanan

L 3 : Teraba masa besar, lunak, noduler

L 4 : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP

TFU : 27 cm

Ling. Abdomen : 93 cm

TBJ : 2511 gr

His : (+) 2x/ 10’ ∞ 30”

Auskultasi

Bising usus (+) Normal, DJJ : 13 – 12 – 13, teratur.

Genitalia

VT : Ø 3 cm eff 30%

Ketuban (-), sisa jernih

Teraba bokong ↓H I-II

Tidak teraba bagian kecil/ tali pusat.

Ukuran panggul dalam : Promontorium sukar dinilai

Linea inominata sukar dinilai

Os sakrum cekung

Dinding samping panggul lurus

Spina ischiadika tidak menonjol

Os koksigeus mudah digerakkan

Arkus pubis > 90

Page 14: Letak Sungsang

Ukuran panggul luar : Distansia inter tuberum dapat dilalui 1 tinju dewasa (10,5

cm)

Kesan : panggul luas

Zatuchni Andros Paritas : Multi : 1

Usia Kehamilan : > 39 mg : 0

Taksiran Berat Anak : < 3176 : 2

Pernah letak sungsang: Tidak : 0

Pembukaan servik : 3 cm : 1

Station : H I-II : 1

5

Diagnosa

G3P2A0H1 A/T/H + letak sungsang bokong H I-II + inpartu kala I (rw. keluar air).

Rencana

Kontrol KU, VS, DJJ, tanda-tanda inpartu

Rehidrasi RL

Cek labor rutin

Lapor supervisor, advice : Antibiotika (skin test), paracetamol oral, observasi.

Hasil laboratorium :

Hb : 9,7 gr%

Leukosit : 13.300/mm3

Ht : 29,1%

Trombosit : 269.000/mm3

HbSAg : (-)

11.00 WITA

Dilakukan skin test ampicillin, 10 menit kemudian hasil skin test (-) dan dilanjutkan

dengan injeksi Ampicillin 1 gr (iv) dan minum paracetamol tab. 500 mg.

Page 15: Letak Sungsang

13.30 WITA

Anamnesa

Pasien mengeluh kesakitan dan mules.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah : 110/80 mmHg.

Nadi : 82 x/menit.

Nafas : 20 x/menit.

Temperatur : 38,10C

His : 2-3x/10’ ∞ 35”

DJJ : 13.12.13 (152), teratur.

VT : Ø 6 cm eff 50%

Ketuban (-), sisa jernih

Teraba bokong ↓H II

Tidak teraba bagian kecil/ tali pusat.

Diagnosa

G3P2A0H1 A/T/H + letak sungsang bokong H II + inpartu kala I

Rencana

Observasi kesra ibu & janin

Anjurkan ibu untuk makan dan minum

15.00 WITA

Anamnesa

Pasien sakit perut ingin mengedan.

Pemeriksaan Fisik :

Temperatur : 38,00C

Page 16: Letak Sungsang

His : 4x/10’ ∞ 45”

DJJ : 13.13.12 (152), teratur.

VT : Ø lengkap eff 100%

Ketuban (-), sisa hijau

Teraba bokong ↓H III

Tidak teraba bagian kecil/ tali pusat.

Diagnosa

G3P2A0H1 A/T/H + letak sungsang bokong H III + inpartu kala II

Rencana

Terapi: Ekspetasi pervaginam

Monitoring: DJJ.

KIE: penderita dan keluarga tentang rencana tindakan.

Kemudian diambil sikap untuk memimpin persalinan dan memonitor denyut jantung

janin. Proses yang terjadi selama partus kala II, sebagai berikut:

1. Ibu tidur dalam posisi litotomi, dipimpin mengedan saat puncak his. Saat

bokong crowning, sampai bokong lahir, bokong dicengkeram secara bracht,

yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari

lain memegang panggul.

2. Pada setiap his ibu disuruh mengedan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak

sangat tegang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu.

3. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam

ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang

menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar

kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran, demikian seterusnya bolak

balik, sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat

dilahirkan.

4. Kemudian berturut-turut lahir dagu, mulut, dan akhirnya seluruh kepala.

5. Pukul 15.05 WITA lahir bayi perempuan, dengan berat badan 2500 gram,

panjang badan 46 cm, apgar score 7-9, anus +, kelainan -.

Page 17: Letak Sungsang

6. Diberikan injeksi oksitosin 10 IU, secara IM, dilanjutkan dengan melakukan

peregangan tali pusat terkendali.

7. Pukul 15.15 WITA lahir plasenta dengan berat + 400 gram, panjang tali pusat +

40 cm, kesan komplit dan tidak ditemukan kalsifikasi.

Diagnosa

P3A0H2 post partus maturus secara manual aid dengan maneuver Louvset

Anak - ibu baik

Rencana

Awasi kala IV

17.00 WITA

2 jam postpartum

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg.

Nadi : 80 x/menit.

Nafas : 20 x/menit.

Temperatur : 37,60C

CUT : baik

TFU : 2 jari bawah pusat

Diagnosa

P3A0H2 + PK IV

Rencana

Observasi KU, VS : Tiap 15’ (1 jam ke I)

Tiap 30’ (1 jam ke II)

Perdarahan : 50 cc Pindah ke nifas

Page 18: Letak Sungsang

BAB IV

PEMBAHASAN

Telah dilaporkan suatu kasus wanita 30 tahun yang kemudian didiagnosa dengan

diagnosa G3P2A0H1 dengan letak sungsang bokong H I-II + inpartu kala I, Anak aterm,

tunggal, hidup, intrauterin, dengan riwayat keluar air. Selanjutnya akan dibahas:

1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat.

Pasien ini didiagnosa dengan G3P2A0H1 dengan letak sungsang bokong H I-II +

inpartu kala I, Anak aterm, tunggal, hidup, intrauterin, dengan riwayat keluar air. Usia

kehamilan yang aterm pada kasus ini tidak dapat dibuktikan dari HPHT karena pasien

lupa HPHT-nya tetapi dapat dibuktikan melalui pemeriksaan tinggi fundus uteri 27 cm

dan lingkar abdomen 93 cm serta taksiran berat anak 2511 gr.

Letak sungsang bokong pada kasus ini ditentukan dari hasil pemeriksaan

Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus serta pemeriksaan dalam.

Pada pemeriksaaan Leopold I ditemukan teraba masa bulat, keras dan melenting pada

bagian teratas fundus uteri yang mengesankan kepala janin. Leopold III juga

menunjukkan teraba masa besar, lunak, noduler pada bagian bawah fundus uteri yang

mengesankan bokong janin. Pada pemeriksaan dalam teraba bokong ↓H I-II dan sakrum

yang melintang semakin memperjelas diagnosis letak sungsang bokong murni (frank

breech) pada kasus ini.

2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat

Pasien diberikan antibiotik injeksi. Berdasarkan kepustakaan hal ini sudah tepat

sebagai profilaksis terjadinya infeksi.

Selanjutnya pasien direncanakan untuk persalinan pervaginam secara manual aid

dengan manuver Louvset. Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech

delivery) adalah janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian

lagi dengan tenaga penolong. Di Negara Amerika sebagian besar ahli kebidanan

cenderung untuk melahirkan letak sungsang secara manual aid, karena mereka

menganggap bahwa sejak tali pusat lahir adalah fase yang sangat berbahaya bagi janin,

karena pada saat itulah kepala masuk ke dalam pintu atas panggul, dan kemungkinan

Page 19: Letak Sungsang

besar tali pusat terjepit diantara kepala janin dan pintu atas panggul. Keuntungan

manuver Louvset sebagai teknik yang dipergunakan dalam menolong persalinan

sungsang pada kasus ini antara lain teknik ini merupakan teknik yang sederhana dan

jarang gagal, dapat dilakukan pada segala macam letak sungsang tanpa memperhatikan

posisi lengan serta meminimalisir bahaya infeksi karena tangan penolong tidak masuk

ke dalam jalan lahir. Zatucni dan Andros memberikan panduan untuk menentukan jenis

persalinan pada letak sungsang. Pada kasus ini didapatkan skor 5, artinya boleh

dilahirkan pervaginam.

ALARM memberikan panduan persalinan untuk letak sungsang yaitu bukan

footlink breech, taksiran berat anak antara 2500-3600 gram serta tidak adanya

hiperekstensi kepala. Kasus ini dapat memenuhi 2 dari 3 kriteria yang diberikan

ALARM, dimana jenis sungsang bukan footlink, dan taksiran berat anak 2511 gram.

Adanya hiperekstensi kepala pada kasus ini belum dapat disingkirkan, karena untuk

menentukan adanya hiperekstensi kepala memerlukan pemeriksaan USG atau Rontgen (1,12). Jenis A (2006) melaporkan tingginya resiko cedera servikal akibat hiperekstensi

kepala selama proses persalinan sungsang. Westgren, dkk dalam penelitiannya, dari 445

kasus letak sungsang, 33 dengan hiperekstensi kepala dalam derajat yang berbeda. Dari

33 kasus ini 26 lahir pervaginam dan 7 dengan SC. Setelah follow-up selama 2-4 tahun

lima bayi dengan hiperekstensi kepala yang lahir pervaginam (22%) mempunyai

sekuele neurologis yang berhubungan dengan cedera spinal, supraspinal dan cerebelum,

sementara semua bayi yang lahir dengan SC normal. Sehingga ia menganjurkan

pemeriksaan roentgen abdominal untuk semua kasus sungsang. Caterini, dkk serta

Ballas, dkk menganjurkan hal yang sama karena terjadinya aftercoming head akibat

hiperekstensi kepala adalah hal yang serius. Oleh karena itu sebelum memutuskan

persalinan pervaginam sebaiknya dilakukan dulu pemeriksaan Roentgen abdominal.

Pemeriksaan penunjang diagnosis berupa ultrasonografi (USG) sebenarnya bisa

membantu terapi lebih dini, tetapi hal ini tidak dilakukan karena alasan ekonomi.

3. Apa penyebab Letak Sungsang pada kasus ini.

Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas uterus

(malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher,

aneploid), overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dengan

Page 20: Letak Sungsang

berkurangnya kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma, tumor

pelvis lain). Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG

bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal (1).

Abnormalitas uterus sebagai penyebab sungsang pada kasus ini mungkin dapat kita

singkirkan mengingat riwayat kelahiran sebelumnya tidak pernah sungsang.

Abnormalitas janin, overdistensi uterus serta obstruksi pelvis juga tidak ditemukan.

Keadaan yang mungkin memberikan kontribusi adalah karena multipara. Implantasi

plasenta pada cornu-fundal sebagai predisposisi sungsang kasus ini tidak bisa

ditegakkan karena tidak dilakukan manual plasenta. Schiara menyatakan bahwa 50%

kasus sungsang tidak ditemukan faktor penyebabnya.

Page 21: Letak Sungsang

BAB V

KESIMPULAN

1. Pemeriksaan dan diagnosis kasus ini dapat diterima dan sesuai dengan literatur

yang ada.

2. Pada kasus ini pasien direncanakan untuk persalinan pervaginam secara manual

aid dengan manuver Louvset.

3. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG untuk menyingkirkan adanya

hiperekstensi kepala sebelum diputuskan persalinan pervaginam pada kasus

sungsang.

4. Faktor predisposisi sungsang pada kasus ini adalah multipara.

Page 22: Letak Sungsang

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG et al. Premature Rupture of the Membrane. Williams Obstetric,

22st ed. Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.

2. Wiknjosastro H. Distosia Pada Kelainan Letak Serta Bentuk Janin. Ilmu

Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.

3. Wiknjosastro H. Persalinan Sungsang. Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ke-4.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002.

4. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan, edisi

ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.

5. Fischer Richard et al, Breech Presentation, e medicine, January 2002.

6. Schiara J, et al. Breech Presentation. Gynecology and Obstetric 6th edition,

Lippincot-Raven Publisher, Chicago 1997.

7. Setjalilakusuma L. Induksi Persalinan, dalam Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2000.

8. Saifuddin A. B. Persalinan Sungsang. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, edisi ke-1. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 2002.

9. Mochtar R. Persalinan Sungsang. Sinopsis Obstetri, edisi ke-2. EGC, Jakarta

1998.

10. Anonim. Presentasi Bokong. Diakses dari http://medlinux.blogspot.com/.

November, 2007.

11. Jenis A. Pregnancy, Breech delivery. Diakses dari http://www.emedicine.com/.

December, 2006.

12. Ballas S, et al. Deflexion of the fetal head in breech presentation. Incidence,

Management, and Outcome. Obstetrics and Gynecology. Diakses dari

http://www.greenjournal.org/. Januari, 2007.

13. Caterini, et al. Fetal risk in hyperextension of the fetal head in breech

presentation. Diakses dari http://www.greenjournal.org/. Januari, 2007.

14. Westgren, et al. Hyperextension of the fetal head in breech presentation. A study

with long-term follow-up. Diakses dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. Januari,

2007.