learning skills

73
MODUL LEARNING SKILLS Pelatihan ini akan meliputi pengenalan kepada 4 ketrampilan yang digunakan di dalam proses belajar, terutama menuju pembelajaran yang mandiri dan aktif. Keempat ketrampilan tersebut adalah : I. MENGENALI GAYA BELAJAR 1. Permainan Angka 2. Membangun Harapan 3.Permainan Mana yang Lebih Penting: MATA atau TELINGA 4. Mengenal Gaya Belajar II. MEMBUAT CATATAN 1. Permainan Sebuah Gambar Bernilai 1000 Kata 2. Mengenali Kebiasaan Mencatat 3. Pengenalan Metode Mind-Maps 4. Latihan Metode Mind-Maps III. MEMBACA CEPAT 1. Melatih Konsentrasi 2. Melatih Persepsi Pelatihan Learning Skills PROGRAM PPKB UGM

Upload: henny-kong-kai-siang

Post on 19-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Good

TRANSCRIPT

BINGO GAME

MODUL

LEARNING SKILLS

Pelatihan ini akan meliputi pengenalan kepada 4 ketrampilan yang digunakan di dalam proses belajar, terutama menuju pembelajaran yang mandiri dan aktif. Keempat ketrampilan tersebut adalah :

I. MENGENALI GAYA BELAJAR

1. Permainan Angka

2. Membangun Harapan

3. Permainan Mana yang Lebih Penting: MATA atau TELINGA

4. Mengenal Gaya Belajar

II. MEMBUAT CATATAN

1. Permainan Sebuah Gambar Bernilai 1000 Kata

2. Mengenali Kebiasaan Mencatat

3. Pengenalan Metode Mind-Maps4. Latihan Metode Mind-MapsIII. MEMBACA CEPAT

1. Melatih Konsentrasi

2. Melatih Persepsi

3. Melatih Fiksasi

4. Melatih Membaca Cepat dengan Pemahaman Tinggi

IV. BELAJAR DENGAN PEMIKIRAN KRITIS

1. Pengenalan terhadap Pertanyaan Kritis

2. Latihan membuat Pertanyaan Kritis

HARI PERTAMA

KEGIATAN HARI PERTAMA:

1. PERMAINAN ANGKA

2. MEMBANGUN HARAPAN

3. PERMAINAN MANA YANG LEBIH PENTING:

MATA ATAU TELINGA

4. MENGENAL GAYA BELAJAR

PERMAINAN ANGKA

TUJUAN

Membantu peserta saling berkenalan dengan lebih akrab.

Menumbuhkan iklim belajar sambil memahami proses belajar.

MATERIAL

Worksheet ANGKA ACAK (Lembar Kerja 1)

Worksheet KURVA BELAJAR (Lembar Kerja 2)

PROSEDUR

1. Co-Trainer membagikan lembar kerja angka acak satu persatu kepada seluruh peserta

2. Peserta diminta untuk menghubungkan angka-angka secara urut mulai dari angka terkecil (1) sampai terbesar, selama 1 menit.

3. Kemudian co-trainer kembali membagikan lembar kerja angka acak kedua kepada seluruh peserta, dan kembali mengulang proses (2)

4. Sampai pada lembar kerja angka acak ke-empat proses tersebut terus diulang.

5. Peserta diminta untuk memindahkan angka terakhir yang dicapai pada tiap percobaan pada lembar kerja kurva belajar.

6. Beberapa peserta diminta untuk menyajikan kurva belajarnya, dan menceriterakan pengalamannya pada proses tersebut.

7. Trainer menjelaskan mengenai konsep proses belajar.

WAKTU

Peserta mengerjakan lembar kerja angka acak (10 menit)

Peserta menyajikan gaya belajarnya (20 menit)

Pelatih mendiskusikan proses (30 menit)

TOTAL WAKTU 60 menit

JUMLAH PESERTA

50 peserta

ANGKA ACAK

KURVA BELAJAR

50

49

48

47

46

45

44

43

42

41

40

39

38

37

36

35

34

33

32

31

30

29

28

27

26

25

24

23

22

21

20

19

18

17

16

I II III IV V

MEMBANGUN HARAPAN

TUJUAN

Untuk membantu mempertegas tujuan pelatihan yang telah ditentukan kepada peserta pelatihan

MATERIAL

Lembar Kerja 3

Bacaan Pendukung 1

PROSEDUR

1. Pada pembukaan, trainer menyatakan tujuan pelatihan secara umum dan memberikan tinjauan sekilas terhadap pelatihan yang akan diberikan (Bacaan Pendukung 1) (15 menit)

2. Trainer meminta peserta pelatihan untuk menuliskan harapan pribadi mereka dalam mengikuti pelatihan ini pada lembar kerja 3, sehingga harapan peserta dapat selaras dengan tujuan pelatihan. Dalam hal ini peserta diminta untuk menyatakan 3 harapan yang ingin dicapai dari pelatihan yang akan dilaksanakan. (15 menit)

WAKTU

Kurang lebih 30 menit

JUMLAH PESERTA

50 peserta

Setelah pelatihan ini, saya berharap :

Mengetahui tentang:

.

Mampu ....

.

..

Merasa (pilih pernyataan yang sesuai dengan melingkari huruf

di depan pilihan)

Jawaban:

A.Merasa lebih positif terhadap diri sendiri

B. Merasa lebih percaya diri menghadapi kuliah

C. Merasa lebih mengenal diri pribadi

D.Merasa lebih optimis menghadapi ujian

TUJUAN PELATIHAN

Di akhir pelatihan ini diharapkan peserta akan mampu:

1. Mengenal model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dirinya (learning how to learn). Belajar adalah suatu proses yang sangat bersifat pribadi. Siswa perlu mengenal terlebih dahulu karakteristik belajar yang dia miliki. Setiap orang memiliki kepekaan yang berbeda-beda di dalam route penyerapan informasi yang diterimanya. Ada sebagian orang yang lebih peka menerima informasi dalam bentuk tulisan (visual), ada pula yang berbentuk suara (auditory) bahkan tidak jarang terdapat pula orang yang lebih peka menerima informasi dari gerakan (kinestetik)

2. Membaca dengan kecepatan memadai dan pemahaman tinggi (Power Reading). Kecepatan membaca merupakan suatu modal bagi siswa untuk dapat menambah pengetahuannya. Kecepatan membaca ideal seseorang adalah 250 kpm (kata per menit). Kecepatan membaca dengan pemahaman yang tinggi merupakan suatu ketrampilan yang perlu dilatihkan pada mahasiswa, untuk mengoptimalkan proses pembelajarannya.

3. Mencatat dengan mengaktifkan 2 belahan otak (Mind-mapping). Model pencatatan yang dapat melibatkan kerja dua belahan otak, harus mengikuti pola kerja otak. Tulisan/pencatatan perlu diselaraskan dengan otak yang bekerja dengan model cabang. Pada pelatihan ini akan dikenalkan cara mencatat dengan menggunakan model peta pikiran, yang menggunakan prinsip kerja otak kiri dan kanan.

4. Belajar dengan metode critical thinking. Proses belajar yang dapat mengakibatkan proses renovasi mental diperlukan untuk dapat mengarahkan mahasiswa menjadi pembelajar yang aktif. Dengan mengajarkan mahasiswa belajar secara kritis, maka diharapkan juga akan dapat meningkatkan ketrampilan berpikir mahasiswa, dalam hal pengambilan keputusan, penyelesaian masalah dan kreativitas.

PERMAINAN MANA YANG LEBIH PENTING:

MATA ATAU TELINGA

TUJUAN

Membantu peserta mengenal jalur informasi pada dirinya yang lebih peka (mata atau telinga)

MATERIAL

Lembar Kerja 4

Lembar Kerja 5

Bacaan Pendukung 2

PROSEDUR

1. Trainer meminta masing-masing peserta untuk memilih panca indera mana yang lebih penting Mata atau telinga dengan disertai alasannya. (5 menit)

2. Trainer membagi peserta kedalam dua kelompok berdasarkan pilihan mereka, yakni kelompok Mata dan kelompok Telinga. (5 menit)

3. Kelompok Mata ditutup matanya dan diminta untuk mendengarkan nama objek yang dibacakan oleh pelatih. Peserta tidak boleh menulis objek tersebut. (5 menit)

4. Kelompok Telinga ditutup telinganya dan diminta membaca objek yang ada didepannya dengan menggunakan matanya. (5 menit)

5. Trainer meminta peserta untuk mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan selama kegiatan diatas. (15 menit)

6. Trainer bertanya kepada peserta mengenai pesan yang terkandung dalam permainan mana yang lebih penting mata atau telinga. (15 menit)

WAKTU

50 menit

PESERTA

50 orang

1. BUNGA

2. SEPEDA MOTOR

3. JAM DINDING

4. MAWAR

5. DOMPET

6. BUKU

7. KOMPUTER

8. KUDA

9. PIRING

10. MELON

STRATEGI BELAJAR

Membaca sebuah buku teks kuliah seringkali membosankan. Rasa bosan akan berakibat (a) tidak banyak informasi dari buku itu yang dapat diingat, dan (b) tidak ada upaya mengelaborasi lebih jauh gagasan-gagasan yang ada dalam buku teks tersebut. Salah satu sebab mengapa sebuah buku teks itu membosankan oleh karena penulisan buku-buku teks kebanyakan tidak disertai dengan pemberian ketrampilan belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Belajar bagaimana belajar dirumuskan sebagai belajar bagaimana otak kita bekerja, bagaimana memori kita bekerja, bagaimana kita dapat menyimpan informasi, mengambil kembali informasi itu, mengkaitkan informasi itu dengan konsep-konsep lain, serta mencari pengetahuan baru apabila kita membutuhkannya secara cepat (instant) (Dryden, & Vos, 1999). Memberikan kepada pembaca ketrampilan belajar bagaimana belajar akan memberi peluang lebih besar bagi pembaca untuk mengingat lebih banyak dan mengelaborasi lebih jauh informasi-informasi yang ada dalam sebuah buku teks.Mengembangkan sikap bahwa Belajar itu menyenangkan.

Dalam kehidupan sehari-hari belajar dan bekerja seringkali tidak membuat hati kita senang. Tidak jarang kita menunda pekerjaan dan belajar. Pekerjaan dan belajar seringkali kita kaitkan dengan tekanan-tekanan, tenggat (deadline), kemungkinan gagal, keterbatasan pilihan, serta rasa bosan yang tidak mampu kita hindari. Dilain pihak, kita lebih suka bermain daripada belajar atau bekerja. Mengapa demikian ? Bermain biasanya akan dapat membuat kita rileks, tidak ada ketakutan gagal, dan tak ada penilaian orang lain. Pada umumnya kita tidak senang atau merasa terpaksa mengerjakan tugas membaca buku atau membuat pekerjaan rumah yang diberikan oleh dosen atau guru. Hal ini karena membaca buku dan mengerjakan pekerjaan rumah kita anggap sebagai pekerjaan. Sebaliknya, mahasiswa dan siswa akan merasa senang dan tidak terpaksa untuk bermain, apakah itu bermain kartu remi, musik, sepakbola, maupun internet.

Apakah kita bisa mengubah sesuatu yang dianggap sebagai pekerjaan menjadi sesuatu yang lebih menyenangkan yaitu bermain. Langer (1997, h. 61) menulis:Virtually any task can be made pleasurable if we approach it with different attitude. If we have long held a mindset that a particular activity is arduous, changing to a mindful attitude may be difficult, but the difficulty stems from the mindset and not the activity. Dari pendapat Langer diatas maka marilah kita merubah pola berfikir kita mengenai kegiatan mempelajari pelajaran bukan lagi sebagai pekerjaan namun lebih sebagai permainan. Sikap yang lebih produktif ialah bahwa mempelajari pelajaran itu lebih merupakan aktivitas bermain daripada bekerja. Learning is fun (dalam Learning Revolution, 1999).

MENGENALI GAYA BELAJAR

TUJUAN

Untuk membantu peserta lebih mengenal macam-macam gaya belajar, dan mengetahui gaya belajar yang dimilikinya.

MATERIAL

Bacaan Pendukung 3

Lembar Kerja 6

Lembar Kerja 7

Bacaan Pendukung 4

Bacaan Pendukung 5

PROSEDUR

1. Co-Trainer membagikan lembar kerja 6 (5 menit)

2. Trainer meminta peserta untuk mengisi inventori gaya belajar (lembar kerja 6), untuk mengetahui gaya belajarnya dengan cara memilih 2 pilihan pada masing-masing nomor (10 menit)

3. Co-trainer membagikan lembar kerja 7, dilanjutkan dengan pengisian lembar kerja tersebut dengan memindah huruf jawaban, dan kemudian menjumlahkannya ke bawah. Setelah diketahui jumlah masing-masing kolom (I -IV) maka angka tersebut dikalikan 4. Gaya belajar adalah angka yang paling tinggi (10 menit)

4. Trainer memberi penjelasan mengenai hasil inventori gaya belajar (30 menit)

5. Trainer menjelaskan bagaimana memanfaatkan gaya belajar (Bacaan Pendukung 3) (35 menit)

WAKTU YANG DIBUTUHKAN

90 menit

JUMLAH PESERTA

50 peserta

GAYA BELAJAR

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa ternyata seseorang memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Satu orang akan merasa lebih efektif dan lebih baik dengan menggunakan lebih banyak mendengarkan, namun orang lain merasa lebih baik dengan membaca dan bahkan ada yang merasa bahwa hasilnya akan optimal jika kita belajar dengan langsung mempraktekkan apa yang akan dipelajari. Bagaimana cara kita belajar akan sangat mempengaruhi struktur otak kita. Hal inilah yang kemudian kita kenal sebagai Gaya Belajar.

Gaya Belajar kita akan sangat mempengaruhi bagian dari otak kita yang akan diaktifkan selama belajar. Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk membuktikan bahwa gaya belajar tertentu untuk seorang murid akan dapat menjamin kesuksesannya. Pada saat ini terdapat bermacam-macam model gaya belajar. Keragaman ini didasarkan pada penekanan yang berbeda dari para ahli dalam tiap penelitiannya, beberapa ahli melihat proses inputnya, yang lain melihat cognitive filter-nya, sementara yang lain melihat response-stylenya.

Otak manusia tidak hanya memiliki gaya belajar tunggal. Otak manusia sangatlah kompleks. Untuk lebih memahami bagaimana kita belajar, maka proses belajar ini kemudian dibagi menjadi 4 bagian kecil, yaitu : 1. Konteks (Context), yaitu lingkungan di sekitar proses belajar yang menyediakan tanda-tanda yang penting selama proses belajar berlangsung.

2. Input (Input), yaitu bahan yang akan dikelola dalam proses belajar. Input ini yang akan menandai dimulainya balajar. Pada awalnya input ini harus kita indera dahullu untuk dapat kita proses dalam belajar. Kita memiliki lima panca indera untuk memproses input belajar kita. Seseorang akan memasukkan input dengan lebih baik melalui pendengaran, penglihatan, ataukah kinestetinya.

3. Pemrosesan (Processing), pada proses inilah kita mulai untuk memproses input belajar kita, melalui manipulasi data yang masuk. Kita dapat memproses secara global atau analistis, konkrit atau abstrak, multi-task atau single-task, dan lain sebagainya.

4. Saringan respons (Response Filter), dimana setelah kita melakukan pemrosesan terhadap informasi yang masuk, maka kita cenderung untuk melakukan sesuatu berdasarkan proses belajar yang kita lakukan. Kita akan cenderung berperilaku berdasarkan perhitungan resiko, waktu yang dimiliki, ataupun referensi internal dan eksternal.

Seorang ilmuwan besar kita yang bernama Albert Einstein, dahulunya dia dikenal sebagai seorang yang poor-learner di sekolah. Prestasi belajar yang selalu jelek dan gurunya yang selalu mengatakan bahwa Einstein adalah seorang pengacau di kelas. Di lain pihak Winston Churchill yang merupakan pemimpin besar di dunia, juga mengalami hal yang sama. Churchill dianggap sebagai seorang murid dengan prestasi yang jelek oleh gurunya. Kedua orang tokoh tersebut ternyata memiliki gaya belajar yang berbeda dengan yang ada di sekolah mereka. Kondisi yang terjadi kemudian adalah terjadi ketidakcocokan diantara apa yang akan diberikan sebagai bahan belajar dengan penerima pelajaran.

Semakin nyata bahwa setiap orang akan memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Namun jika kita lihat, saat ini banyak lembaga pendidikan yang menerapkan sistem seolah-olah semua orang memiliki gaya belajar yang sama. Di dalam metode balajar ini, yang perlu diingat adalah bahwa setiap orang adalah unik dan memiliki gaya yang berbeda-beda, sehingga peran guru bukan lagi sebagai seorang yang harus menyamakan gaya belajar mereka, tetapi lebih sebagai seorang fasilitator belajar mereka.

Bagaimana kita dapat mengetahui gaya belajar kita masing-masing, dapat dikembangkan melalui kombinasi dari keempat faktor di atas, yaitu :

Bagaimana kita dapat menerima informasi dengan lebih mudah ?

Bagaimana kita mengatur dan memproses informasi yang masuk ?

Bagaimana persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk membantu menyimpan informasi yang ada ?

Bagaimana kita dapat mengeluarkan informasi yang telah kita proses ?

INVENTORI GAYA BELAJAR

PETUNJUK : Bacalah setiap kelompok kata ini dan tandailah dua buah yang paling sesuai dengan diri anda.

1. a. Suka berimajinasi9. a, Suka membaca

b. Suka menyelidik b. Suka bergaul

c. Bersifat realistis c. Mampu memecahkan masalah

d. Suka menganalisis d. Suka membuat perencanaan

2. a. Teratur

10. a. Suka/jago menghafal

b. Mudah beradaptasi b. Berasosiasi

c. Kritis

c. Berpikir mendalam

d. Penuh rasa ingin tahu d. Kreatif

3. a. Suka berdebat

11. a. Reformis

b. Langsung pada permasalahan b. Suka membuat penilaian

c. Suka mencipta

c. Spontan

d. Suka menghubung-hubungkan d. Mengharapkan arahan

4. a. Personal/pribadi12. a. Berkomunikasi

b. Praktis

b. Menemukan

c. Akademis

c. Waspada/hati-hati

d. Suka bertualang d. Menggunakan nalar

5. a. Tepat

13. a. Suka tantangan

b. Feksibel

b. Suka berlatih/practicing

c. Sistematis

c. Peduli

d. Penemu

d. Memeriksa

6. a. Suka berbagi

14. a. Menyelesaikan pekerjaan

b. Teratur

b. Melihat kemungkinan-kemungkinan

c. Penuh perasaan c. Mendapat gagasan

d. Mandiri

d. Menafsirkan

7. a. Kompetitif

15. a. Mengerjakan

b. Perfeksionis

b. Berperasaan

c. Kooperatif

c. Berpikir

d. Logis

d. Bereksperimen

8. a. Intelektual

b. Sensitive

c. Kerja keras

d. Mau mengambil resiko

Petunjuk :

Lingkari dua huruf yang anda pilih untuk setiap jawaban pada kolom yang tersedia

Jumlahkan total kolom I, II, III dan IV

Kalikan masing-masing jumlah tadi dengan 4

I

II

III

IV

1.C

D

A

B

2.A

C

B

D

3.B

A

D

C

4.B

C

A

D

5.A

C

B

D

6.B

C

A

D

7.B

D

C

A

8.C

A

B

D

9.D

A

B

C

10.A

C

B

D

11.D

B

C

A

12.C

D

A

B

13.B

D

C

A

14.A

C

D

B

15.A

C

B

D

TOTAL

I. X 4 = Sekuensial Konkret

II x 4 =Sekuensial Abstrak

III.. x 4 =Acak Abstrak

IV.. x 4 = Acak Konkret

TERMASUK YANG MANAKAH ANDA?

Oleh: DePorter &Hernacki

Setelah mengisi inventori gaya belajar, Anda perlu mempelajari penjelasan berikut ini :

Pemikir Sekuensial Konkret (SK), adalah seseorang yang

a. Memproses informasi dan berpikir dengan cara yang teratur, linear, dan sekuensial.

b. Dapat memperhatikan dan mengingat fakta-fakta, rumus-rumus atau aturan-aturan khusus dengan mudah.

c. Lebih mudah belajar dengan catatan atau makalah.

d. Menyukai pengarahan dan prosedur khusus.

Kiat-kiat jitu bagi pemikir SK:

a. Bangunlah kekuatan organisasional Anda

b. Cari tahu detail yang Anda perlukan

c. Bagilah proyek Anda menjadi beberapa tahapan

d. Tatalah lingkungan kerja yang tenang

Pemikir Acak Konkret (AK), adalah seseorang yang

a. mempunyai sikap eksperimental yang diiringi perilaku yang kurang terstruktur, suka mencoba dengan trial and error.

b. memiliki dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan caranya sendiri.

c. lebih berorientasi pada proses daripada hasil sehingga tidak terlalu mementingkan waktu dalam mengerjakan sesuatu.

Kiat-kiat jitu bagi pemikir AK:

a. Gunakan kemampuan divergen Anda.

b. Siapkan diri Anda untuk memecahkan masalah.

c. Cermati waktu Anda.

d. Terimalah kebutuhan Anda untuk berubah.

e. Carilah dukungan bagi diri Anda.

Pemikir Acak Abstrak (AA), adalah seseorang yang

a. Penuh dengan perasaan dan emosi

b. Menyerap ide-ide, informasi, dan kesan, dan mengaturnya dengan refleksi.

c. Mampu mengingat dengan sangat baik jika informasi dipersonifikasikan.

d. Melihat segala sesuatu dengan holistik/keseluruhan, bukan bertahap.

e. Melihat segala sesuatu secara keseluruhannya sebelum melihat detilnya.

Kiat-kiat jitu bagi pemikir AA:

a. Gunakan kemampuan alamiah Anda untuk bekerjasama dengan orang lain.

b. Ketahuilah betapa kuat emosi mempengaruhi konsentrasi Anda.

c. Bangunlah kekuatan belajar Anda dengan berasosiasi.

d. Lihatlah gambaran besar

e. Waspadalah teeerhadap waktu

f. Gunakan isyarat isyarat visual.

Pemikir Sekuensial Abstrak (SA), adalah seseorang yang

a. lebih suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi.

b. menghargai keteraturan dan kerapihan.

c. memiliki proses berpikir yang logis, rasional dan intelektual.

d. lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja berkelompok.

Kiat-kiat bagi pemikir Sekuensial Konkret (SK):

a. Latihlah logika Anda

b. Suburkan kecerdasan Anda

c. Upayakan keteraturan

d. Analisislah orang-orang yang berhubungan dengan Anda.

STIMULUS DALAM BELAJAR

Oleh: DePorter & Hernacki

Salah satu hal yang akan menunjang keberhasilan Anda dalam belajar adalah jika Anda menganggap bahwa Belajar itu Menyenangkan. Sehingga diperlukan upaya-upaya yang dapat menghadirkan suasana menyenangkan tersebut, antara lain dengan menata ruang dan lingkungan tempat Anda belajar.

1. LINGKUNGAN: suara, pencahayaan, suhu, tata-ruang

Aturlah ruang belajar Anda menurut selera Anda sendiri dengan memperhatikan hal-hal yang Anda sukai. Pikirkanlah suasana yang dapat membuat Anda mampu berkonsentrasi dengan mudah dan belajar tanpa menjadi stres. Sehingga penting untuk diperhatikan barang-barang yang ada didalam ruang, seperti meja, kursi, lampu, rak buku, atau jika Anda suka, Anda bisa meletakkan tape recorder untuk memutar musik yang membantu Anda relaks selama belajar.

2. EMOSIONAL: motivasi, persistensi, tanggungjawab.

Setelah menata ruang belajar Anda sedemikian rupa sehingga membuat Anda nyaman berada didalamnya, sekarang saatnya untuk menata diri Anda sebelum mulai belajar.

Terlebih dahulu, tumbuhkan motivasi Anda untuk belajar. Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk memotivasi diri Anda :

a. Menempelkan atau menggantungkan kata-kata positif pemacu semangat seperti slogan atau kata-kata mutiara ditempat strategis yang dapat Anda lihat dengan leluasa.

b. Menggantungkan foto-foto atau kenangan saat-saat puncak Anda atau penghargaan-penghargaan yang telah Anda terima.

3. SOSIOLOGIS: teman sebaya, kelompok belajar, orang dewasa.

Berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain akan membantu Anda belajar lebih banyak hal. Anda akan mendapatkan banyak informasi dari teman-teman sebaya, orang-orang yang lebih dewasa atau dari kelompok belajar yang Anda miliki. Masukan-masukan dari orang-orang disekitar Anda berarti kesempatan untuk melakukan perubahan-perubahan yang positif dan memperluas wawasan Anda. Jadi: perluas zona nyaman Anda dengan lebih banyak berinteraksi dengan orang lain.

4. UNSUR FISIK: persepsi, waktu

Anda dapat mengatur waktu yang paling tepat untuk waktu belajar Anda. Beberapa orang menyukai belajar pada malam hari saat suasana hening sehingga lebih mudah berkonsentrasi. Namun ada pula orang yang tidak bermasalah belajar di tempat yang ramai di waktu siang karena mereka memiliki toleransi yang lebih besar terhadap suasana seperti itu, sehingga mereka tetap dapat berkonsentrasi.

Yang terpenting: Andalah yang paling memahami diri Anda sendiri!

HARI KEDUA

KEGIATAN HARI KEDUA1. PERMAINAN SEBUAH GAMBAR BERNILAI 1000 KATA

2. MENGENALI KEBIASAAN MENCATAT

3. PENGENALAN METODE MIND-MAPS

4. LATIHAN METODE MIND-MAPSSEBUAH GAMBAR BERNILAI 1000 KATA

TUJUAN

Mendemonstrasikan bahwa informasi yang menggunakan gambar dan warna akan lebih mudah disimpan dalam pikiran dan diingat kembali.

MATERIAL

Lembar Kerja 8 Lembar Kerja 9

PROSEDUR

1. Co-trainer menayangkan dengan OHP sebuah transparansi yang berisi satu ceritera tentang suasana di sebuah kamar (transparansi 1) Transparansi ditayangkan selama 1 menit. Peserta diminta menyimak ceritera tersebut. Peserta tidak diperbolehkan membuat coretan untuk membantu menghafal.

2. Sesudah transparansi selesai ditayangkan, Co-trainer meminta peserta menuliskan kembali isi ceritera diatas kertas. Waktu yang diberikan untuk menuliskan kembali adalah 2 menit.

3. Co-trainer meminta kertas jawaban peserta dan mengambil beberapa lembar jawaban peserta untuk dibahas di depan kelas. Pembahasan mencakup seberapa banyak peserta mampu mengingat dan menuliskan kembali isi ceritera yang telah dilihatnya.

4. Co-trainer menayangkan dengan OHP sebuah transparansi yang berisi satu gambar berwarna tentang suasana di sebuah kamar (transparansi 2) Transparansi ditayangkan selama 1 menit. Peserta diminta menyimak ceritera tersebut.

5. Sesudah transparansi selesai ditayangkan, Co-trainer meminta peserta menggambar kembali suasana dalam ceritera diatas kertas. Waktu yang diberikan untuk menuliskan kembali adalah 2 menit.

6. Co-trainer meminta kertas jawaban peserta dan mengambil beberapa lembar jawaban peserta untuk dibahas di depan kelas. Pembahasan mencakup seberapa banyak peserta mampu mengingat dan menggambarkan kembali isi ceritera yang telah dilihatnya.

7. Trainer menanyakan kepada peserta apa yang dialami dan dirasakan selama melakukan dua kegiatan diatas. WAKTU

20 menit

PESERTA

50 menit

NARASI CERITA (TRANSPARANSI 1)

Sebuah almari terletak di sebelah kanan meja yang berada di satu sudut ruangan. Sebuah bunga yang sedang mekar ditempatkan di dalam vas. Sebuah baju tergantung pada cantelan baju. Baju itu tergantung di bagian tengah cantelan tersebut. Vas bunga yang ada disebelah kiri cantelan baju berada diatas meja.

Gambar

Pandanglah gambar yang ada di bawah ini selama 1 menit, kemudian ceritakan isi gambar dengan baik, tanpa melihat gambarnya.

MEMBUAT CATATAN

TUJUAN

Untuk membantu peserta untuk dapat menggunakan prinsip prinsip pencatatan berdasarkan kerja otak, agar lebih mempermudah proses mengingat.

MATERIAL

Worksheet mencatat mind-maps TransparansiPROSEDUR

1. Trainer memperkenalkan kepada peserta macam-macam kebiasaan mencatat (linear, gambar, diagram) (5 menit)

2. Trainer meminta peserta menulis kebiasaan mencatatnya (10 menit)

3. Trainer menjelaskan mengenai kelebihan model pencatatan mind-map, bacaan pendukung 6 (15 menit)

WAKTU

30 menitJUMLAH PESERTA

50 peserta

Metode Pencatatan Mind-Mapping

Oleh: Tony Buzan

Di dalam proses belajar mengajar tentu tidak akan pernah luput dari masalah pencatatan. Pencatatan sangat berkaitan dengan ingatan, lebih khusus lagi pada proses recalling. Tidaklah berguna apabila kita mencatat sesuatu namun pada akhirnya kita tidak berhasil mengingat hal tersebut. Oleh karenanya dibutuhkan suatu metode pencatatan yang mampu meningkatkan kemampuan recalling kita.

Bertahun-tahun, hingga sekarang sebagian besar dari siswa kita diajarkan bagaimana mencatat dengan cara linear (dalam bentuk baris per baris), atau pada beberapa bahasa tertentu dengan kolom per kolom. Model pencatatan ini didasarkan pada asumsi tradisional tentang kerja otak kita, yang menyebutkan bahwa otak kita bekerja seperti garis linear, atau secara khusus Buzan (1989, h.90) menyebutnya sebagai list-like affair. Namun ternyata otak tidak bekerja dengan cara tersebut. Otak tidak menyimpan informasi dalam bentuk baris-baris atau kolom-kolom yang rapi, namun menyimpannya dalam bentuk pola dan asosiasi (Dryden & Vos, 1999, h. 165). Oleh karenanya, apabila kita ingin mencatat sambil menghafal dengan lebih efektif, maka kita perlu bekerja sesuai dengan cara otak kita bekerja, yaitu dengan pola dan asosiasi. Otak kita memiliki prinsip kerja mentransfer data yang masuk menjadi lebih berarti.

Edelman (1992) menyatakan bahwa otak kita membentuk peta dari setiap aktivitasnya, baik yang berasal dari stimulus eksternal maupun dari persepsi. Diperkuat lagi dengan pernyataan Karl Pribram (seorang neurologist), bahwa cara otak memahami informasi melalui pola diskriminasi, bukan melalui daftar fakta-fakta. Hart (1975) menggambarkan pentingnya menyajikan materi pelajaran dalam pola urutan logis, sehingga siswa akan mudah untuk menyusun kembali bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu kesatuan yang berarti.

Lebih jauh, Buzan (1989) menyebutkan bahwa setiap kata memiliki prinsip multi-ordinate, yaitu suatu prinsip dimana satu kata merupakan sebuah pusat dari beberapa tautan kata lain yang berhubungan. Dari penelitian Buzan ini, diketahui bahwa setiap kata selalu memiliki tautan asosiasi. Setiap tautan asosiasi dapat didekatkan pada kata yang lain dan membentuk suatu pengertian yang berbeda. Selain itu, Buzan (1989) juga menyebutkan bahwa di dalam otak manusia jumlah tautan kata yang dibuat tidak terbatas. Setiap individu satu dengan yang lain akan memiliki pengalaman tautan kata yang berbeda-beda. Oleh karena prinsip di atas, Buzan kemudian, mengajukan suatu metode pencatatan dengan menggunakan keywords atau kata-kata kunci yang mempunyai arti individual, sehingga lebih menimbulkan makna bagi setiap individu.

Dari berbagai penelitian di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa otak kita akan lebih mudah bekerja dengan menggunakan mapping. Untuk itu di dalam proses pencatatan siswa juga disarankan mencatat dalam bentuk mapping, daripada dalam bentuk pencatatan linear. Selain itu, pada saat menggunakan peta pikiran, maka kita akan mencatat dengan mengaktifkan kedua belahan otak. Otak kiri, kita gunakan untuk membuat hubungan yang logis dari bahan yang kita catat, sementara otak kanan kita gunakan untuk membuat gambar, warna dan peta yang kita buat. Dengan mengaktifkan kedua belahan otak, maka tentu saja kita tidak hanya mencatat tetapi juga melakukan proses peningkatan kemampuan berpikir secara kreatif dan meningkatkan memori/ingatan.

Di bawah ini adalah prinsip yang digunakan untuk membuat pencatatan berdasarkan brain-mapping, sehingga sembari mencatat otak juga sudah menganalisa dan memproses informasi yang diterima. Pada saat ingin menggunakan hasil olahan informasi ini, siswa tidak perlu lagi terlalu berat menghafal, tetapi dapat menceritakan dengan sekuensi logisnya. Berikut ini adalah prinsip yang digunakan untuk membuat pencatatan Mind-maps yang dikembangkan oleh Buzan (1989):

Mulai dengan tema utama ada di tengah, buat dari kata kunci dan beri gambar dan warna yang dapat memperkuat koneksi.

Kemudian buatlah cabang-cabang utama untuk setiap sub tema, dengan menggunakan kata kunci serta gambar dan warna yang dapat memperkuat koneksi.

Digunakan single words untuk setiap kata kunci dari sebuah konsep

Jika memungkinkan buat hubungan imajinatif dari keseluruhan mind-map

Setiap cabang yang dibuat harus saling berhubungan, hal ini digunakan untuk memastikan bahwa mind-map yang dibuat memiliki struktur dasar sesuai konsep

Gunakan kreativitas, biarkan pikiran kita sebebasnya.

Di bawah ini adalah contoh pencatatan mind-maps :

MENGENALI KEBIASAAN MENCATAT

TUJUAN

Membantu peserta mengenali kebiasaan mencatat yang telah dilakukan sampai saat ini

Membantu peserta memahami keuntungan dan kekurangan dari kebiasaan mencatat yang dilakukan

BAHAN

Teks pencatatan (sesuai dengan ilmu yang diajarkan), kertas+alat tulis

PROSEDUR

1. Pelatih membuka sesi dengan pengenalan kembali mengenai kebiasaan mencatat (10 menit)

2. Pelatih meminta peserta untuk mencatat atau membuat rangkuman teks (hand-out) yang ada (20 menit)

3. Pelatih meminta beberapa peserta menyajikan hasil catatannya (15 menit)

4. Pelatih meminta peserta menyampaikan keuntungan dan kerugian selama mencatat (15 menit)

5. Pelatih menyampaikan kebiasaan-kebiasaan mencatat dan pengaruhnya pada pemahaman catatan serta cara penyimpanan informasi (Bacaan Pendukung 4) (30 menit)

WAKTU

90 menitPESERTA

50 peserta

PENGENALAN METODE MIND MAPS

(pencatatan note taking)

TUJUAN

Memperkenalkan pada peserta mengenai metode pencatatan mind-maps

Membantu peserta memahami prinsip-prinsip pencatatan mind-maps

BAHAN Sekelompok stimulus kata (sesuai dengan ilmu yang dipelajari)

Teks catatan Kertas dan Alat tulisPROSEDUR

Pada sesi ini dibagi menjadi beberapa sub sesi.

Sub sesi I : Pembuatan kata kunci (KEYWORDS)

1. Pelatih meminta peserta untuk mencari keywords dari teks bacaan yang diberikan (15 menit).

2. Pelatih meminta peserta untuk menyampaikan keywords yang mereka buat dan cara pencapaiannya (10 menit)

3. Pelatih menjelaskan mengenai fungsi keyword (asosiasi organisasi) (60 menit).

Sub sesi II : Pengenalan Penggunaan Gambar dan warna

1. Pelatih meminta peserta untuk memvisualisasikan/menggambarkan teks bacaan yang ada (15 menit)

2. Pelatih meminta peserta untuk mempresentasikan visualisasinya (15 menit)

3. Pelatih meminta peserta menjelaskan apa yang dialami saat memvisualisasikan (15 menit)

4. Pelatih menjelaskan fungsi gambar dan warna dalam penyimpanan informasi (30 menit)

WAKTU

60 menit

PESERTA

50 peserta

LATIHAN METODE MIND-MAPS

TUJUAN

Membantu peserta untuk lebih mendalami metode pencatatan mind-maps

BAHAN

Teks bacaan

Kertas dan Alat tulis

PROSEDUR

1. Pelatih meminta peserta untuk membuat pencatatan dengan metode mind mapping dari bacaan yang diberikan (15 menit)

2. Peserta diminta mempresentasikan hasil pencatatan mereka (15 menit)

3. Pelatih membantu mendiskusikan hasil pencatatan yang telah dibuat (20 menit)

4. Pelatih memotivasi peserta dalam penggunaan pencatatan ini, dan sekaligus menutup pelatihan (10 menit)

WAKTU

60 menit

PESERTA

50 peserta

HARI KETIGA POWER READINGTUJUAN

Untuk membantu peserta agar dapat menggunakan prinsip prinsip membaca cepat dengan pemahaman yang tinggi

Untuk membantu peserta memperbaiki kebiasaan membacanya

MATERIAL

Teks bacaan (sesuai dengan bidang ilmu masing-masing)

Arloji

Kertas dan alat tulis

Lembar Kerja 10

Lembar Kerja 11

Lembar Kerja 12

Lembar Kerja 13

Lembar Kerja 14

Lembar Kerja 15

Lembar Kerja 16

PROSEDUR

1. Pelatih meminta peserta untuk mengukur kecepatan membacanya (20 menit)

2. Pelatih memperkenalkan macam-macam kebiasaan buruk dalam membaca kepada peserta (30 menit)

3. Pelatih melatihkan kebiasaan membaca efektif :

a. Konsentrasi (10 menit)

b. Kecepatan mengartikan/pemaknaan kata (10 menit)

c. Pelebaran jangkauan mata (10 menit)

d. Fiksasi (10 menit)

4. Pelatih mengajak menggunakan kebiasaan membaca yang efektif, dengan latihan secara rutin.

WAKTU YANG DIBUTUHKAN

180 menitJUMLAH PESERTA

50 peserta

KEBIASAAN BURUK DALAM MEMBACA

Dechant (1982) menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan terhambatnya kecapatan membaca, yaitu:

1. Pembaca menggerakkan bibirnya ketika membaca di dalam diam (membaca dalam hati. Hal ini mengindikasikan adanya vokalisasi di dalam pembacaan kata per kata

2. Pembaca membaca kata per kata

3. Pembaca menyuarakan setiap kata

4. Materi yang dibaca terlalu sulit, pembaca tidak memiliki latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang cukup untuk memahami apa yang dibaca.

5. Gerakan mata (eye-movement) pembaca yang tidak fleksibel, karena sempitnya jangkauan mata.

6. Gerakan mata pembaca tidak memiliki ritme yang tepat dan membuat kesalahan dalam melakukan sapuan ke belakang

7. Membaca dengan sangat lambat dan terlalu banyak berhenti

8. Pembaca mengenali kata-kata dengan lambat.

9. Pembaca mengalami kesulitan untuk meneropong dan menyatukan bacaan.

10. Pembaca terlalu banyak melakukan lompatan kembali ke kata-kata atau kalimat sebelumnya

11. Pembaca tidak dapat membaca di dalam thought units (perhatian secara keseluruhan)

Soedarso (1999) menyebutkan beberapa hal yang menghambat kecepatan membaca seseorang adalah adanya vokalisasi, gerakan bibir, gerakan kepala, regresi (mundur ke belakang), subvokalisasi dan menunjuk dengan jari.

De Porter dan Hernacki (1992) menjelaskan bahwa membaca dengan menggerakkan jari justru merupakan suatu cara yang dapat mempercepat membaca, jika hal tersebut tidak dilakukan untuk menunjuk kata per kata tetapi digunakan untuk menuntun mata sehingga lebih bergerak cepat. Cara yang digunakan adalah dengan menggerakkan jari lebih cepat dari perkiraan membaca seseorang.

MENGARTIKAN/PEMAKNAAN KATA

Kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh mata dan otak. Mata bekerja seperti kamera, yaitu memotret dengan hasil film negatif. Selanjutnya proses dilakukan di dalam otak. Hasil film negatif tersebut diubah menjadi film positif. Pada proses ini kita memahami bahwa mata melihat dan menginterpretasikan pada saat yang bersamaan, sehingga kita mampu memahami hasil penglihatan kita.

Persepsi didefinisikan sebagai proses mengenali objek dan kejadian dengan bantuan indera. Proses persepsi dan interpretasi otak terhadap tulisan yang dibaca dapat dilihat dari proses lamanya fiksasi mata (lama mata berhenti). Apabila persepsinya kuat, maka fiksasi akan berlangsung dengan cepat. Pembaca tidak akan berhenti lama di suatu titik bacaan. Sehingga Soedarso (1999) menyatakan bahwa yang terpenting di dalam mempercepat kebiasaan membaca adalah memperkuat persepsi.

JANGKAUAN MATA

Pada saat mata berhenti, jangkauan mata kita akan dapat menangkap beberapa kata sekaligus. Kata-kata dalam jangkauan mata tersebut dapat dikenali sekalipun pembaca tidak memfokuskan terhadap setiap kata. Untuk membuktikan hal ini, lihatlah sebuah pensil di atas meja, maka pada saat yang bersamaan ternyata kita juga dapat melihat benda lain yang tergeletak di sekitarnya.

Apabila seseorang membaca baris kalimat yang terdiri dari 12 kata dan ia berhenti 3-4 kali, maka jangkauan matanya adalah 2 5 kata. Jangkauan mata ini tidak diagonal, hanya pias kanan dan kiri. Menurut penelitian yang dilakukan Soedarso (1999) jangkauan mata lebih banyak pias kanan daripada pias kiri. Mengingat jangkauan mata ini bersifat fisiologis, maka akan dapat dilatih untuk diperlebar.

KONSENTRASI

Menurut Soedarso (1999) apabila perhatian kita fokuskan pada bahan yang kita baca, maka gagasan dan gambaran tentang isi bacaan akan nampak lebih jelas dan mudah dipahami Koordinasi atau kerja sama antara otak dan mata menjadi sangat menentukan dalam membaca konsentrasi ini. Sekalipun bahan yang dibaca mudah, kerjasama dua organ tubuh tersebut menjadi mutlak perlu dilakukan.

Kurangnya daya konsentrasi pada seseorang mempunyai penyebab yang berbeda-beda, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Kebiasaan, dimana ada seseornag yang memerlukan tempat tenang untuk membaca, tetapi ada juga orang yang harus membaca dengan ditemani suara radio.

2. Kurangnya minat perhatian terhadao apa yang dibaca, karena tidak menarik atau terlalu sulit, atau mungkin juga karena terlalu mudah sehingga membosankan.

3. Hal-hal fisik, seperti badan capek atau sedang sakit

4. Hal-hal yang berkaitan dengan emosi, misalnya terlalu banyak pikiram atau sedang bingung.

Untuk meningkatkan daya konsentrasi ada dua hal yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Menghilangkan atau menjauhi hal-hal yang menyebabkan pikiran menjadi kusut

2. Memusatkan perhatian secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini termasuk mengenali kebiasaan membaca yang nyaman bagi dirinya dan tempat serta bahan bacaan yang menarik.

RUMUS MENGHITUNG KECEPATAN MEMBACA

Latihan Konsentrasi (1)

Telusurilah garis yang ada dari awal hingga akhir. Waktu : 1 menit

Latihan Konsentrasi (2)

Temukan tiap-tiap ujung benang / garis berikut ini:

1. berakhir di ujung .............

2. berakhir di ujung ..............

3. berakhir di ujung ..............

4. berakhir di ujung ..............

Latihan Konsentrasi 3

1. Hitung titik-titik yang berderet vertikal maupun horisontal satu demi satu dari atas sampai bawah dalam waktu 2 menit.

2. Demikian juga dengan titik-titik yang berderet horisontal, hitunglah satu demi satu dari titik paling kiri sampai titik paling kanan, dalam waktu 2 menit.

Latihan Persepsi 1

Lakukan secepat-cepatnya. Pandangklh kata kunci yang terdapat di belakang nomor (sebelah kiri), kemudian temukan pasangan kata yang sama di sebelah kanan. Setelah anda temukan kemudian langsung dilingkari. Waktu yang anda miliki hanya 30 detik

1. gerhana

geraham berhala sahaja gerhana gerakan

2. lingkungan

tikungan lengkungan cekungan lingkungan

3. publikasi

purifikasi publikasi aplikasi sublimasi

4. cantik

canting mantik canang antik cantik

5. perpustakaanpustakawan berbusana perpustakaan pustaka

6. strategi

alergi strategik strategi stratosfir

7. menimbangmelimbang menimbang merambang merimbang

8. layangan

bayangan kayangan rangsangan langganan layangan

9. ikatan

pikatan sikatan rakitan ikatan kaitan

10. suzuki

sukuri susuku suzuki isuzu asaki

11. surgawi

ragawi bagasi sumawi surgawi surati

12. karoseri

serikaya karoseri batakaro seterika

13. rongsokan rongsokan rongrongan soksokan onggokan

14. keluarga

keluar keluang keluan kelubung keluarga

15. optimis

optimistris optimis pesimis gerimis

16. kekuatan

kekuatan kekukuhan kebutuhan kerusuhan debutan

17. majalah

makanan masalah majalengka jalanan majalah

18. akuarium

herbarium sanatorium akuasur akuarium

19. kemampuanperempuan kemampuan kemalaman kekuatan kerawatan

20. tertulis

tuliskan bertuliskan tertulis tertatih tersirat

21. manajemenmanamungkin manager manajemen manikam

22. kandungan bendungan kerudungan kondangan kandungan

23. pengetahuanpenguasaan pengetahuan perempuan pembangunan

24. ungkapan ungkapan urapan unggukan angkatan sangkutan

25. berhala

bergadang berkala berhala berkarat beri

Latihan Pelebaran Jangkauan Mata (1)Fokuskan pandangan anda pada garis tengah, kemudian perlahan-lahan biarkan mata anda menjangkau angka yang ada di sisi kanan dan kiri. Lakukan latihan ini sampai beberapa kali, maka jangkauan mata kita akan dapat melebar. Dianjurkan untuk melatihnya sebelum anda memulai membaca.

Latihan Pelebaran Jangkauan Mata (2)Latihan berikutnya terdiri dari 3 kata yang saling berhubungan dan besar kemungkinan anda sudah akrab dengan frase atau ungkapan kata tersebut. Perhatikan kata yang ada di tengah dan sekaligus usahakan untuk menjangkau kata di sebelah kiri dan kanannya.

RUMAH

SAKIT

MATA

IBU

KITA

KARTINI

RUMAH

SAKIT

SARDJITO

MERAH

PUTIH

BIRU

ANAK

ANAK

KITA

ROKOK

CAP

BENTOEL

KACA

MATA

HITAM

ORANG

ORANG

GILA

TIDAK

MARAH

LAGI

RUMAH

MAKAN

PADANG

BANK

BUMI

DAYA

TELUR

MATA

SAPI

MINUM

AIR

JERUK

TEH

BOTOL

SOSRO

MINGGU

SENIN

SELASA

PASAR

RAYA

SARINAH

HARI

RABU

PAGI

KOPI

SUSU

PANAS

DANG

DING

DUNG

HARIAN

MINGGU

PAGI

MEJA

KURSI

LEMARI

KATA

KATA

SULIT

Latihan Fiksasi

1. Gerakkan mata anda dalam tiga fiksasi, dan pada saat anda beralih ke baris berikutnya tuliskan angka (1) atau (2) sesuai dengan pilihan kata yang berkaitan dengan kata yang ada.

2. contoh : miskin (1) kaya (2) tidak punya apa-apa

maka jawaban anda adalah (1)

1. di sana(1) berada jauh sekali

di sini(2)

2. abad pertengahan dulu(1)sekarang(2)

3. di atas(1)di bawah(2) mendaki bukit-bukit4. dilarang(1) dengan izin andameluluskan(2)

5. mahal (1) gratis(2) tidak membayar sepeserpun6. nyata(1) abstrak(2) di dunia impian7. pekerjaan yang berat mudah(1) melelahkan(2)

8. pucat (1) sakit demam segar (2)

9. berkata jujur bohong (1) terus terang (2)

10. lembut(1) berteriak-teriak keras tidak sopan (2)

HARI KEEMPAT BELAJAR DENGAN CRITICAL THINKINGTUJUAN

Untuk membantu peserta agar dapat memahami konsep yang dipelajarinya dengan lebih kritis dan lebih dalam.

Untuk meningkatkan ketrampilan berpikir peserta

MATERIAL

Teks bacaan (sesuai dengan bidang ilmu masing-masing)

Daftar Kata Tanya

Kertas dan alat tulis

PROSEDUR

1. Pelatih memperkenalkan pada peserta mengenai prinsip belajar dengan kritis (Bacaan pendukung 6) (15 menit)

2. Pelatih memperkenalkan pada peserta daftar pertanyaan kritis dan cara penggunaannya (15 menit)

3. Melatih peserta menggunakan pertanyaan kritis dalam membahas satu konsep yang akan dipelajarinya (30 menit)

WAKTU YANG DIBUTUHKAN

60 menit

JUMLAH PESERTA

50 peserta

Model pengembangan berfikir kritis dari Alison King

Kita mungkin sudah cukup sering melakukan kegiatan membaca, termasuk membaca buku-buku teks psikologi. Persoalannya ialah apakah kita sudah membaca dengan fikiran yang kritis. Seorang pemikir kritis adalah seseorang yang mempunyai fikiran yang senantiasa ingin tahu (inquiry mind) atau seorang penanya yang baik (good questioner) (King, 1995, h. 13). Bagi seorang pemikir kritis, maka apa yang dilihat, didengar, dibaca, atau dialaminya akan senantiasa dianalisis, dikaji penting-tidaknya, dicari penjelasan-penjelasannya, serta dicari kemungkinan-kemungkinan hubungan antara pengalaman tersebut dengan apa yang telah diketahuinya. Seseorang yang berfikir kritis akan selalu memunculkan dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini untuk memahami dunia disekitarnya: Apa itu artinya? Apa hakekatnya? Apakah ada cara pandang yang lain mengenai hal itu? Mengapa ini terjadi? Apa buktinya? Bagaimana saya bisa yakin? (King, 1995, h. 13).

Dalam model ini orang akan dibantu untuk mengembangkan kebiasaan ingin tahu sehingga mereka mampu belajar mengajukan pertanyan-pertanyaan yang merangsang fikiran menyangkut bahan-bahan yang mereka baca, dengar dan temui dalam kuliah. Kebiasaan berfikir kritis ini diharapkan akan dapat diterapkan juga dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Tingkatan berfikir yang terjadi pada seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkatan pertanyaan yang diajukan orang lain, misalnya guru atau dosen. Dosen dapat mengajukan satu pertanyaan tertentu kepada mahasiswa untuk menimbulkan proses berfikir tertentu yang diinginkan oleh dosen tersebut. Misalnya, jika pertanyaannya bersifat faktual, seperti Apakah reinforsemen negatif itu ?, maka ada kecenderungan hanya fakta yang akan diingat. Akan tetapi jika pertanyaannya benar-benar memprovokasi pemikiran, (thought-provoking) seperti Jelaskan bagaimana reinforsemen negatif dapat diterapkan dalam bidang psikologi konsumen ?, maka berfikir kritis akan dapat terjadi. Untuk dapat mengembangkan pemikiran kritis maka mahasiswa diminta membuat pertanyaan-pertanyaan yang mampu memprovokasi pemikiran seperti terlihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Pemandu Berfikir Kritis

===============================================================

Pertanyaan-pertanyaan generik

Ketrampilan berfikir khusus

yang diinduksi

===============================================================

Apa saja kekuatan-kekuatan dan kelemahan-

Analisis/pengambilan

kelemahan dari ?

kesimpulan

Apa perbedaan antara ..dengan ?Pembandingan-pembedaan

Jelaskan mengapa (Jelaskan bagaimana )

Analisis

Apa yang akan terjadi jika . ?

Prediksi/membuat hipotesis

Apa hakekat dari . ?

Analisis

Mengapa .. terjadi ?

Analisis/pengambilan

kesimpulan

Apa satu contoh baru mengenai ..?

Aplikasi

Bagaimana dapat digunakan untuk ?

Aplikasi

Apa saja implikasi-implikasi dari .?

Analisis/pengambilan

kesimpulan

Apa saja yang dapat dianalogikan dengan .?

Identifikasi dan penciptaan

analogi serta metapora

Apa yang telah kita ketahui tentang ?

Pengaktifan pengetahuan

lampau

Bagaimana . mempengaruhi .. ?

Analisis hubungan sebab-

akibat

Bagaimana . berhubungan dengan apa yang telahPengaktifan pengetahuan

kita pelajari sebelumnya ?

lampau

Apa artinya ?

Analisis

Mengapa . bersifat penting ?

Analisis signifikansi

Bagaimana kesamaan dan ..?

Pembandingan-pembedaan

Bagaimana .. diterapkan dalam kehidupan

Aplikasi pada dunia nyata

sehari-hari ?

Apa argumen yang bertentangan dengan ..?

Bantahan terhadap pendapat

Apa yang terbaik mengenai .. ?Mengapa?Evaluasi dan penyediaan bukti

Apa satu pemecahan terhadap problem ?

Sintesis ide-ide

Bandingkan dengan dalam hal ?

Pembandingan-pembedaan

Apa pendapat anda penyebab-penyebab ?

Analisis hubungan sebab-

Mengapa?

akibat

Apakah anda setuju/tidak setuju dengan pendapat.?Evaluasi dan penyediaan

Bukti apakah yang mendukung pendapat anda ?

bukti

Cara lain apa untuk meninjau .?

Pengambilan perspektif lain

===============================================================

(Diambil dari Alison King, Inquiry Minds Really Do Want to Know: Using

Questioning to Teach Critical Thinking, Teaching of Psychology, 1995, Vol. 22,

no.1, 13-17. )

King ( 1995, h.14) mengajukan tiga cara untuk mengembangkan pemikiran kritis mahasiswa, yakni:

(a) Tanya-jawab dengan teman secara timbal-balik

Pertama, dosen memberikan kuliah mengenai satu topik. Setelah itu, mahasiswa diminta menulis tiga pertanyaan (berdasarkan daftar pertanyaan-pertanyaan yang ada pada tabel 1) tentang bahan kuliah yang diajarkan tadi. Kemudian mahasiswa dibagi dalam pasangan-pasangan atau dalam kelompok kecil untuk melakukan tanya-jawab secara timbal balik. Masing-masing mahasiswa akan mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa lain, dan pada gilirannya mahasiswa itu akan menjawab pertanyaan dari mahasiswa lain. Pada tahap terakhir keseluruhan kelas akan menjawab sebagian dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan dan mendiskusikan lebih lanjut hal-hal yang muncul dalam sesi tanya-jawab.

(b) Pertanyaan-pertanyaan pembaca.

Meminta mahasiswa untuk melakukan tugas membaca bahan kuliah sebelum kuliah dimulai merupakan problem abadi yang dihadapi dosen. Untuk memotivasi mahasiswa membaca bahan kuliah, maka sebelum kuliah berlangsung mahasiswa diwajibkan mengumpulkan tiga atau empat pertanyaan generik (lihat tabel 1). Pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan mahasiswa tersebut dapat dipakai dalam diskusi dikelas. Pertanyaan-pertanyaan mahasiswa tersebut juga dapat menggambarkan tingkat pemahaman mahasiswa, atau bahkan apakah mahasiswa sudah membaca tugas bacaan atau belum. Soal-soal ujian akhir bisa juga diambil dari kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mahasiswa.

c) Penerapan untuk mahasiswa perorangan

Dalam cara ini sesudah mendengarkan kuliah atau membaca bahan kuliah maka seseorang mahasiswa diminta membuat sejumlah pertanyaan-pertanyaan seperti dalam tabel 1. Mahasiswa tersebut kemudian sekaligus diminta membuat jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan generikKetrampilan berfikir khusus

yang diinduksi

Apa saja kekuatan-kekuatan dan

Analisis/Pengambilan

kelemahan-kelemahan kesimpulan

dari ?

Apa perbedaan antara

Pembandingan -

dengan ?

pembedaan

Jelaskan mengapa .? Analisis

(Jelaskan bagaimana )

Apa yang akan terjadi jika ?Prediksi/membuat hipotesis

Apa hakekat dari . ?Analisis

Mengapa..terjadi? Analisis/pengambilan kesimpulan

Apa satu contoh baru Aplikasi

mengenai ..?

Bagaimana dapat Aplikasi

digunakan untuk ?

Apa saja implikasi-implikasi

Analisis/Pengam dari .?

bilan kesimpulanApa saja yang dapat

Identifikasi dan

dianalogikan dengan .?penciptaan analogi serta metaporaApa yang telah kita ketahui Pengaktifan

tentang ?Pengetahuan

lampau

Bagaimana . Analisis hubungan

mempengaruhi .. ?sebab-akibat

Bagaimana . berhubungan Pengaktifan

dengan apa yang telahpengetahuan

kita pelajari sebelumnya ?lampau

Apa artinya ?Analisis

Mengapa . bersifat penting ?Analisis signifikansi

Bagaimana kesamaan Pembandingan-

dan ..?pembedaan

Bagaimana .. diterapkan Aplikasi pada dunia

dalam kehidupan sehari-hari ?nyata

Apa argumen yang Bantahan terhadap

bertentangan dengan ..?pendapat

Apa yang terbaik Evaluasi dan

mengenai .. ? Mengapa ?penyediaan bukti

Apa satu pemecahan terhadap Sintesis ide-ide

problem ?

Bandingkan dengan Pembandingan-

dalam hal ?pembedaan

Apa pendapat anda penyebab-Analisis hubungan

penyebab ?Mengapa?sebab-akibat

Apakah anda setuju/tidak setuju Evaluasi dan

dengan pendapat.?penyediaan bukti

Bukti apakah yang mendukung

pendapat anda ?

Cara lain apa untuk Pengambilan

meninjau .?perspektif lain

(Diambil dari Alison King, Inquiry Minds Really Do Want to Know: Using

Questioning to Teach Critical Thinking, Teaching of Psychology, 1995, Vol. 22,

no.1, 13-17. )

Buatlah pertanyaan kritis dari bacaan yang anda baca saat ini, kemudian tukarkan dengan teman anda. Mintalah dia untuk menjawab pertanyaan yang ada.

REFERENSI

DePorter, B., Hernacki, M. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Buzan, T. 2002. Mind-Mapping. PROSEDUR 1

PROSEDUR 2

Lembar Kerja 11

Lembar Kerja 9

Lembar Kerja 5

Lembar Kerja 2

Lembar Kerja 3

BACAAN PENDUKUNG 1

PROSEDUR 3

PROSEDUR 4

BACAAN PENDUKUNG 2

Lembar Kerja 4

BACAAN PENDUKUNG 3

Lembar Kerja 6

Lembar Kerja 7

PROSEDUR 5

Lembar Kerja 8

Lembar Kerja 10

PROSEDUR 6

BACAAN PENDUKUNG 6

PROSEDUR 6

PROSEDUR 7

PROSEDUR 8

PROSEDUR 9

BACAAN PENDUKUNG 7

PROSEDUR 10

BACAAN PENDUKUNG 8

Lembar Kerja 17

Lembar Kerja 1

Percobaan

Angka terakhir yang dicapai

Lembar Kerja 12

Lembar Kerja 14

Lembar Kerja 15

Lembar Kerja 16

Lembar Kerja 13

BACAAN PENDUKUNG 4

BACAAN PENDUKUNG 5

JUMLAH KATA YANG DIBACA

X 60 DETIK

TOTAL WAKTU MEMBACA

Pelatihan Learning Skills PROGRAM PPKB UGM