lap.pemupukan

73
I. PENDAHALUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan lapisan kerak bumi terluar yang berbatasan dengan atmosfer sebagai media tumbuh tanaman dan aktifitas biologi. Komponen tanah tersusun atas bahan mineral, bahan organik, udara tanah, dan bahan cair. Bahan mineral menyangkut bahan anorganik yang terkandung di dalam tanah tersusun dari campuran kerikil, pasir, debu, dan tanah liat. Dominasi dari salah satu bahan anorganik tersebut akan menentukan mutu tanah dan pengolahannya. Bahan organnik adalah bahan yang tersususn dari campuran sisa- sisa tumbuhan dan hewan yang sedang atau telah melapuk. Udara tanah terutama diperlukan sebagai pendukung kehidupan mikrobia sebagai jasad perombak. Bahan cair terdiri dari air dan garam-garam yang sangat dibutuhkan oleh mikrobia dan tanaman. Tanah sangat penting khususnya bagi usaha dibidang pertanian karena kehidupan dan perkembangan tumbuh-tumbuhan dan segala mahluk hidup di dunia memerlukan tanah. Tanah merupakan tempat bercocok tanam yang tersusun atas batuan, mineral, dan bahan organik yang membusuk atau melapuk pada lapisan atas karena waktu. Tanah juga merupakan faktor utama yang menentukan

Upload: vhathirva-uth

Post on 26-Jun-2015

304 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: LaP.pemupukan

I. PENDAHALUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan lapisan kerak bumi terluar yang berbatasan dengan

atmosfer sebagai media tumbuh tanaman dan aktifitas biologi. Komponen

tanah tersusun atas bahan mineral, bahan organik, udara tanah, dan bahan cair.

Bahan mineral menyangkut bahan anorganik yang terkandung di dalam tanah

tersusun dari campuran kerikil, pasir, debu, dan tanah liat. Dominasi dari salah

satu bahan anorganik tersebut akan menentukan mutu tanah dan

pengolahannya. Bahan organnik adalah bahan yang tersususn dari campuran

sisa- sisa tumbuhan dan hewan yang sedang atau telah melapuk. Udara tanah

terutama diperlukan sebagai pendukung kehidupan mikrobia sebagai jasad

perombak. Bahan cair terdiri dari air dan garam-garam yang sangat

dibutuhkan oleh mikrobia dan tanaman. Tanah sangat penting khususnya bagi

usaha dibidang pertanian karena kehidupan dan perkembangan tumbuh-

tumbuhan dan segala mahluk hidup di dunia memerlukan tanah. Tanah

merupakan tempat bercocok tanam yang tersusun atas batuan, mineral, dan

bahan organik yang membusuk atau melapuk pada lapisan atas karena waktu.

Tanah juga merupakan faktor utama yang menentukan pertumbuhan dan hasil

tanaman dengan menyediakan air, udara, dan hara. Tanah tersusun dari udara

tanah (soil air), bahan organik meter, bahan mineral dan oksigen .

Tanah yang paling jelek adalah dengan stuktur liat,tanah ini tersusun

atas partikel-partikel yang cukup kecil. Sangat kecil jika dibandingkan dengan

tanah pasir. Partikel tanah liat kurang lebih sama dengan seperatus tanah pasir.

Kehalusan tanah liat ini cenderung mengumpal, terlebih pada musim hujan

dan amat rakus menghisap air. Kejelekan tanah lia ini akan menahan air sangat

ketat sehingga keadaan menjadi lembab dan udara pun berputar cukup lambat.

Bila nantinya kering kering tanah liat ini akan menggumpal seperti batu dan

sifatnya pun kian kedap terhadap udara. Itu sebabnya kerap kali ditemukan

tanah liat buat keramik dan batu bata tentunya kalau tanaman di tanam pada

Page 2: LaP.pemupukan

tanah tersebut akan menderita karena akar tidak mampu menembus lapisan

tanah padat.

Kesuburan tanah memang ada beberapa macam akan tetapi, yang kita

kehendaki ialah struktur tanah yang remah. Kuntungan stuktur tanah demikan

ialah uadara dan air tanah berjalan lancar temperatur stabil. Keadaan tersebut

sangat memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan

penting dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Oleh karena

itu untuk memperbaiki struktur tanah anjurkan untuk memberi pupuk organik

(pupuk kandang,kompos, atau pupuk hijau), karena unsur tersebut tidak

menimbulkan efek sampng seperti jang ka panjang yaitu penurunan atau

kenaikan pH tanah.

Kesuburan tanah dapat dilihat dari kondisi fisik, kimia, maupun biologi

tanah. Dari segi fisik, tanah yang subur dicirikan keadaannya yang gembur.

Untuk menggemburkannya, perlu dilakukan pembalikan, baik dicangkul

maupun dibajak. Unsur kimia yang diperlukan tanaman disebut unsur hara.

Kebutuhan unsur hara setiap tanaman berbeda-beda, kebutuhan unsur hara

dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu: dalam jumlah banyak (makro),

sedang (madya), dan sedikit (mikro)Unsur hara makro tersusun atas unsur

hara makro primer yaitu: N, P, K dan unsur hara makro sekunder yaitu: Ca,

Mg, S. Unsur hara mikro terdiri dari Fe, Mn, B, Zn, dan Mo. Kondisi biologi

tanah yang baik dan prodiktif adalah tanah yang banyak mengandung bahan

organik dan jasad hidup (mikro dan makro organisme). Jasad hidup berperan

sebagai jasad perombak bahan organik menjadi bahan organik yang halus dan

dapat diserap oleh tanaman.

Untuk meningkatkan kesuburan tanah maka perlu pemberian pupuk

untuk meningkatkan kandungan unsur hara tanah. Pupuk digolongkan menjadi

2 yaitu: pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk

yang terbut dari sisa-sisa mahkluk hidup yang diolah melalui proses

pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Pupuk anorganik atau

pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu

Page 3: LaP.pemupukan

berbagai bahan kimia sehingga memiliki presentase kandungan hara yang

tinggi

Untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan tanah sebelum tanah

ditanami maka jenis tanaman. Tertentu maka kita harus mengetahui bagimana

stuktur maupun tektur tanah tesebut. Yang tidak kalah penting adalah pH

tanah untuk mengetahui hal tersebut maka perludiadakan pengujian di

laboratorium agar hasil tersebut dapat di ketahui dengan valit bukan atas

pengamatan visual saja mengenai kandungan air tanah, ketersediaan N,P,K

dalam tanah yang berguna untuk penambahan unsur hara dalam tanah.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kesuburan dan pemupukan ini adalah :

1. Mengetahui pertumbuhan tanaman sawi pada tanah alfisol.

2. Mengetahui sifat-sifat kimia tanah berbagai jenis tanah (N, P, K, Bahan

Organik).

3. Mengetahui pengaruh perlakuan pemupukan terhadap pertumbuhan

tanamna sawi.

4. Mengrtahui persentase perkecambahan benih sawi pada berbagai jenis

tanah dan cara pemupukan yang berbeda.

5. Menilai tingkat kesuburan dari setiap jenis tanah berdasarkan data – data

diatas.

C. Waktu dan Tempat Praktikum

Hari / tanggal Waktu Kegiatan TempatSabtu, 10 November 2007

06.00 Menanam

Sabtu, 17 November 2007

06.00 Pengamatan

Sabtu, 24 Novermber 2007

06.00 Pengamatan

Sabtu, 1 Desember 2007

06.00 Pengamatan

Sabtu, 8 Desember 2007

07.30 Panen dan analisis berat brangkasan segar

Jum’at 28 Desember 2007 dan Sabtu 29

09.00 Analisis Tanah Laboraturium Kimia Dan

Page 4: LaP.pemupukan

Desember 2007 Kesuburan Tanah

Page 5: LaP.pemupukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

1. Tanah Entisols

Sifat unik yang ditemukan pada entisols adalah dominasi bahan

mineral tanah dan tidak adanya perbedaan horizon pedogenetik. Entisols

adalah tanah yang mendukung bagi tanaman, tetapi pada beberapa iklim

dan jenis vegetasi tertentu. Tidak adanya horison pedogenetik merupakan

hasil dari lamanya pelapukan bahan induk, seperti pasir kuarsa, sehingga

tidak mudah terbentuk horizon, pembentukan dari bahan yang sulit, batuan

yang terlarut dengan lambat seperti limestone, yang meninggalkan sedikit

residu. Hilangnya waktu untuk pembentukan horizon karena kekuatan

pengendapan abu/aluvium terjadi pada daerah miring dimana banyaknya

erosi melampaui banyaknya pembentukan horison pedogenetik atau

percampuran horizon karena binatang/pengolahan pada kedalaman

1 atau 2 m (Killham, 1994).

Ciri tanah tidak dapat ditemtukan oleh iklim atau proses

pembentukan tanah, akan tetapi oleh sifat bahan induknya. Biasanya

terdapat pada lereng yang curam. Perkembangannya lemah, umumya

kurang berarti untuk tanah pertanian. Tanah regosol juga sangat muda dan

terdapat di atas endapan mineral yang dalam dan tidak berbatu besar,

sebagian besar terdapat di daerah gumuk pasir loess dan glasial apapun

yang lerengnya curam (Buckman and Brady,1982).

Entisols terbentuk dari berbagai bahan induk, dan penyebarannya

mulai dari dataran rendah pada topografi datar atau cekung di lahan basah

sampai dataran tinggi pada topografi berbukit dan bergunung. Entisols

pada "landform" marin dan aluvial masing-masing ter-bentuk dari endapan

bahan marin (endapan laut), dan endapan sungai (fluviatil). Pada lahan

kering dapat terbentuk dari bahan sedimen (batu pasir), batu gamping atau

dari bahan vulkanik (pasir vulkanik). Entisols dari bahan marin tidak

sesuai untuk pertanian tanaman karena mengandung kadar garam yang

Page 6: LaP.pemupukan

tinggi, tetapi berpotensi untuk perikanan air payau. Namun, Entisols yang

terbentuk dari endapan sungai berpotensi untuk pertanian lahan basah

(padi) dan perikanan air tawar. Entisols yang terdapat di lahan kering,

yang terbentuk dari bahan sedimen, batu gamping, terlebih jika dari bahan

vulkanik, cukup berpotensi untuk pertanian tanaman pangan, tanaman

perkebunan, buah-buahan, dan tanaman pakan ternak (Anonim, 1993).

Jenis tanah regosol umumnya belum jelas membentuk deferensiasi

horizon, meskipun pada tanah regosol tua sudah mulai terbentuk horizon

A lemah, bewarna kelabu, mengadnung bahan yang belum atau masih baru

mengalami pelapukan. Tekstur tanah biasanya kasar, struktur kersai atau

remah, konsistensinya lepas sampai gembur, dan pH 6-7, makin tua tanah

struktur dan konsistensinya padat, bahkan seringkali membentuk padas

dan drainase dan porositas yang terhambat. Umumnya jenis tanah ini

belum membentuk agregat, sehingga peka terhadap erosi. Umumnya

cukup mengandung P dan K yang masih segar dan belum siap untuk

diserap tanaman tetapi kekurangan unsur N (Darmawijaya, 1990).

2. Tanah Alfisols

Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat

tebal, yaitu 130 cm sampai 5 m bahkan lebih, sedangkan batas antara

horizon tidak begitu jelas. Warnanya merah, coklat sampai kekuning-

kuningan. Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9 persen tapi

biasanya sekitar 5 persen saja. Reaksi tanah berkisar antara pH 4,5-6,5

yaitu dari asam sampai agak asam. Tekstur seluruh solum tanah ini

umumnya adalah liat, sedangkan strukturnya remah dan konsistensinya

gembur. Dari warna biasanya bisa dilihat kandungan unsur haranya,

semakin merah biasanya semakin miskin. Pada umumnya kandungan

unsur hara ini dari rendah sampai sedang. Mudah sampai agak sukar

merembeskan air, oleh sebab itu infiltrasi dan perkolasi dari agak cepat

sampai agak lambat, daya menahan air cukup baik dan agak tahan erosi.

Pada umumnya tanah ini kadar unsur hara dan organiknya cukup rendah,

sedangkan produktifitas tanahnya dari sedang sampai tinggi. Tanah ini

Page 7: LaP.pemupukan

memerlukan input yang memadai. Ciri morfologi yang umum ialah tekstur

lempung sampai geluh (Sarief, 1979).

Alfisols dapat terbentuk dari lapukan batu gamping, batuan plutonik,

bahan vulkanik atau batuan sedimen. Pe-nyebarannya terdapat pada

"landform" karst, tektonik/struktural, atau volkan, yang biasanya pada

topografi berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah ini

mempunyai sifat fisik, morfologi dan kimia tanah relatif cukup baik, me-

ngandung basa-basa Ca, Mg, K, dan Na, sehingga reaksi tanah biasanya

netral (pH antara 6,50 7,50) dan kejenuhan basa > 35%. Tergantung dari

keadaan topografi, tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman

pangan lahan kering dan/atau tanaman tahunan (Anonim, 1993)

Tanah Alfisols ini telah mengalami perkembangan yang cukup

lanjut, yang dicerminkan oleh akumulasi liat pada horizon B. Kesuburan

tanah cukup tinggi, karena nilai kejenuhan basanya di atas 50%.

Umumnya tanah jenis ini dalam, bahkan sangat dalam, dan hanya sebagian

kecil kedalaman efektifnya di bawah 30 cm (lithic). Kandungan liatnya

cukup tinggi sehingga pengolahan tanah cukup sulit (Anonim, 2003)

Berdasarkan warnanya, Alfisol dibagai dalam beberapa macam

tanah, antara lain adalah :

a. Alfisol Merah

b. Alfisol Merah kekuningan

c. Alfisol Coklat kemerahan

d. Alfisol coklat

e. Alfisol coklat kekuningan

f. Alfisol Merah ungu (Darmawijaya, 1990)

3. Tanah Vertisols

Ciri-ciri tanah ini sebagai berikut, tekstur lempung dalam bentuk

yang mencirikan, tanpa horizon aluvial dan iluvial. Struktur lapisan atas

granuler, sering terbentuk bunga kubis dan lapisan bawah gumpal atau

pejal, mengadung kapur, pemuaian dan kontraksi tinggi jika diubah ke

kadar airnya, seringkali nilai mikroreliefnya gilgai. Konsistensi luar biasa

Page 8: LaP.pemupukan

liat, bahan induk berkapur dan berlempung sehingga kedap air, dalam

selom rata-rata 75 cm, warna kelam atau chroma kecil

(Darmawijaya, 1990).

Tanah Vertisols memiliki ciri proses percampuran tanah secara

teratur dan terhentinya perkembangan horison diagnostik merupakan ciri

yang dapat ditemukan. Karena tanah mengalami pergerakan, sifat

diagnostiknya memiliki banyak sifat yang mendukung. Diantaranya

kerapatan zarahyang tinggi ketika kering, konduktivitas hidrolik yang

sangat lambat ketika lembab, kelihatan terangkat dan turunnya permukaan

tanah Karena tanah lembab yang menjadi kering dan pengeringan yang

cepat sehingga menyebabkan terbukanya retakan-retakan. Sifat khusus

Vertisols pada umumnya adalah kandungan lempung yang tinggi. Adanya

perubahan volume dengan berubahnya kelembaban dan bukti adanya

pergerakan tanah adalah pembentukan slicken slides, mikrorelief gilgai

dan struktur agregat berbentuk baji dikarenakan kemiringan sudut dari

horisontal. Pada musim tertentu, hujan yang datang pada saat retakan

terbuka mengakibatkan beberapa permukaan tanah terjatuh atau

membasahi retakan sehingga tanah menjadi lembab dan retakan tertutup

(Anonim,2003)

Tanah ini dicirikan dengan tingginya lempung tipe pengembang

yang dalam bulan atau musim kering menyebabkan tanah retak-retak

dalam dan lebar. Karena sangat mengerut, retak dan permukaan

mengalami kelembapan maka pada umumnya tidak mantap dan

menimbulkan masalah jika digunakan untuk fondasi gedung jalan raya

bahkan untuk bidang pertanian (Buckman and Brady, 1982).

Bahan induk tanah ini terbatas pada tanah yang bertekstur halus atai

tersendiri dari bahan-bahan yang sudah mengalami pelapukan seperti batu

kapur, nepal, tuf, alivial dan abu vulkanik. Kandungan bahan organik pada

umumnya antara 1,5-4 %. Warna tanah dipengaruhi oleh jumlah humus

dan kadar kapur. Jenis lempung yang terbanyak adalah monmorilonit

sehingga tanah ini mempunyai daya absorbsi tinggi jika tanah mengering

Page 9: LaP.pemupukan

setelah hujan pertama. Permukaan gumpal tanah ini yang kaya kapur

memperlihatkan “bunga kubis” (Darmawijaya, 1990).

Vertisols sangat sulit untuk dikerjakan karena vertisols memiliki

konsistensi yang sangat keras ketika kering dan sangat liat dan lekat ketika

basah. Maka dari itu dalam mengerjakan tanah ini sering terbatas pada

waktu yang singkat dan keadaan air yang cukup. Tetapi pengolahan dapat

sering dilakukan pada musim kering dengan mesin-mesin berat.

Pengolahan secara mekanik pada musim basah mengakibatkan pemadatan

tanah yang sangat serius. Karena tanah basah tidak dapat dilalui. Vertisols

memiliki drainase yang jelek, pelindian bahan-bahan hasil pelapukan yang

terbatas, kandungan kalsium dan magnesium tinggi dan pH kira-kira 7. hal

ini dikarenakan konduktivitas hidrolik yang rendah pada Vertisols. Pada

saat tanah dalam keadaan kapasitas lapang, praktis tidak ada terjadi

pergerakan air (Anonim,1993).

4. Tanah Andisols

Andisols terbentuk dari abu dan/atau pasir volkan. Penyebarannya

terdapat pada "landform" volkan pada ketinggian lebih dari 900 m dpl.

(pada topografi ber-gunung). Tanah ini mempunyai sifat fisik, morfologi

dan kimia tanah yang cukup baik. Tekstur tanahnya ringan (lempung

berdebu), struktur tanah berbutir, konsistensi gembur sehingga mudah

diolah, dan kemampuan meretensi air cukup tinggi. Tanah ini cukup stabil

dan karena umumnya mempunyai kandungan bahan organik yang relatif

tinggi dan struktur tanah yang berbutir (granular) dan konsistensi yang

gembur terutama di lapisan atas (epipedon mollik), tanah ini sangat

berpotensi untuk pertanian, namun tergantung dari keadaan topografinya

(Anonim, 1993).

Andisols merupakan tanah mineral yang tidak mempunyai horison

argilik, natrik, spodik dan oksik, tetapi mempunyai satu atau lebih dari

epidon histik, epidon molik, epidon umbrik, horison kambik, horison

plakik, duripan tau pada jeluk 18 cm setelahdicampur mempunyai

kandungan bahan organik lebih dari 3% (Munir, 1996).

Page 10: LaP.pemupukan

Andosol dijumpai pada daerah yang mempunyai ketinggian lebih

dari 1000 meter dengan topografi bergelombang, agak rata dan dataran

tinggi gunung berapi, dibawah vegetasi hutan tropika basah. Andosol

merupakan tanah yang masih muda, sehingga proses-proses pembentukan

tanah masih lemah. Solum Andosol umumnya agak dalam sampai dalam,

berwarna hitam sampai kekuningan mempunyai horizon A umbrik tetapi

horizon B yang baru berkembang (Handayanto, 1998)

Sifat tanah andosol sebagai berikut :

a. Ciri morfologi : horizon Al yang tebal berwarna kelam, coklat

sampai hitam, sangat poreus, sangat gembur, tak

liat (non-plastik), tak lekat (non-sticky), struktur

remah atau granuler, terasa berminyak karena

mengandung bahan organik antara 8 % sampai

30 % dengan pH 4,5-6.

b. Sifat mineralogi : fraksi debu dan pasir halus berupa gelas vulkanik,

dengan mineral feromagnesium, dan fraksi

lempung sebagian terbesar alofan berkembang

mengandung juga halloysit.

c. Sifat kimia : kejenuhan basa rendah, dengan kapasitas

penukaran kation (cara Na-asetat pH 7) dan

kapasitas penukaran anion tinggi, mengandung C

dan N tinggi tetapi nisbah C/N rendah, kadar P

rendah karena terfiksasi kuat, sukar mengalami

peptisasi, berat jenis kurang dari 0,85 dan pada

kapasitas lapang kelengasan tanah lebih dari

15 % (Darmawijaya,1990).

B. Tanaman

Ada dua jenis penanaman diusahakan: kering dan basah. Dalam

keduanya, sejumlah besar bahan organik (kompos) dan air diperlukan agar

tanaman ini dapat tumbuh dengan subur. Dalam penanaman kering, kangkung

ditanam pada jarak 5 inci pada batas dan ditunjang dengan kayu sangga.

Page 11: LaP.pemupukan

Kangkung dapat ditanam dari biji benih atau keratan akar. Ia sering ditanam

pada semaian sebelum dipindahkan di kebun. Daun kangkung dapat dipanen

setelah 6 minggu ia ditanam (Anonim, 2007).

Jika penanaman basah digunakan, potongan sepanjang 12-inci ditanam

dalam lumpur dan dibiarkan basah. Semasa kangkung tumbuh, kawasan basah

ditenggelami pada tahap 6 inci dan aliran air perlahan digunakan. Aliran air

ini kemudian dihentikan apabila tanah harus digemburkan. Panen dapat

dilakukan 30 hari setelah penanaman. Apabila pucuk tanaman dipetik, cabang

dari tepi daun akan tumbuh lagi dan dapat dipanen setiap 7-10 hari

(Anonim, 2007).

Kangkung diperbanyak dengan stek batang yang panjangnya 20 – 25 cm

atau dengan biji. Kebutuhan stek dalam 1 m2 sekitar 16 batang. Untuk

budidaya kangkung darat, dibutuhkan kurang lebih 50 – 80 kg/Ha. Benih

diambil dari tanaman yang sudah tua berwarna hitam. Untuk mempercepat

perkecambahan diperlukan perendaman benih di dalam air selama satu malam

sebelum benih itu disebarkan (Anonim, 1995).

Tanaman kangkung tidak memerlukan persyaratan tempat tumbuh yang

sulit. Salah satu syarat yang penting adalah air yang cukup. Apabila

kekurangan air pertumbuhannya akan mengalami hambatan. Kangkung baik

ditanam di dataran rendah. Di dataran tinggi, tumbuhnya lambat dan hasil

kurang. Di dataran rendah kangkung biasanya ditanam di kolam atau rawa-

rawa atau di timbunan sampah dan juga tegalan. Di tempat yang mengandung

baham organik tinggi, tanaman akan tumbuh subur sekali. pH yang

dikehendaki adalah 5,5 – 6,5. Tetapi tanaman toleran terhadap tanah asam dan

naungan (Anonim, 1995).

Tanaman kangkung hanya sedikit dikenal di luar asia tropis walaupun

penanamannya sangat mudah, sangat bergizi dan pantas dibudidayakan lebih

luas dimana benih dapat diperoleh dari pedagang dari pedagang-pedagang

Singapura, Hongkong, Taiwan dan Bangkok (William, 1993).

Page 12: LaP.pemupukan

Sawi (Brassica juncea) mudah ditanam didataran rendah dan tinggi.

Namun, sawi lebih banyak ditanam didataran rendah, terutama

dipekarangan karena perawatannya lebih mudah. Jenis sawi huma baik

sekali jika ditanam di tempat yang agak kering atau tegalan. Sawi hijau

kurang disukai karena rasanya agak pahit. Sawi hijau batangnya pendek

dan tegap. Daunnya lebar, berwana hijau tua, bertangkai pipih, kecil dan

berbulu halus (Rukman, 1994).

Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan.

Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi : ada yang mencabut

seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas

permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara

yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama.

Pertumbuhan yang baik dapat menghasilkan 100 kuintal daun/ha.(tanaman

sawi) (Anonim, 2008).

Sawi dapat di tanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah.

Akan tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah, yaitu di

pekarangan, di ladang, atau di sawah, jarang diusahakan di daerah

pegunungan. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan ferhadap hujan.

Sehingga ia dapat ditanam di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim

kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Keadaan tanah

yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, dan

drainase baik dengan derajat keasaman (pH) 6-7 (Anonim, 2008).

Persemaian Sawi diperbanyak dengan biji. Biji yang akan

diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Biji sawi sudah

banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapangan, sawi

terlebih dahulu harus disemaikan. Persemaian dapat dilakukan di

bedengan atau di kotak persemaian. Setiap 1 ha lahan dibutuhkan 700

gram biji sawi (Anonim, 2008).

Pengolahan tanah sambil menunggu bibit cukup umur untuk

ditanam, tanah yang akan ditanami diolah dengan bajak atau cangkul,

selanjutnya tanah itu diberi pupuk kandang sekitar 10 ton/ha, dihaluskan,

Page 13: LaP.pemupukan

dan dibuat bedengan-bedengan yang lebarnya 1 m dan panjang sesuai

dengan keadaan lahan. Tinggi bedengan 10-20 cm dan jarak

antarbedengan 35 cm. Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman

berumur 3-4 minggu sejak biji disemaikan. Jarak tanam yang digunakan

umumnya 30 x 40 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada

sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab

(Anonim, 2008).

Pendangiran dan penyiangan biasanya setelah turun hujan, tanah di

sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil

menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-

rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak

perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali.

Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan

perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang

tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang

diberikan sebaiknya mengandung nitrogen. Setiap tanaman diberi pupuk

sebanyak 3 gram atau 60 kg N/ha atau 3 kuintal ZA/ha (Anonim, 2008).

C. Kesuburan Tanah

Pengkajian kesuburan tanah melibatkan pengamatan bentuk unsur hara

tanaman didalam tanah, bagaimana unsur-unsur tersebut menjadi tersedia

untuk tanaman, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara

oleh tanaman. Pada gilirannya, tindakan memperbaiki kesuburan tanah dan

produksi tanaman dengan menyediakan unsur hara terhadap sistem tanah dan

tanaman (pupuk, bahan organik dan lain-lain). Kesuburan tanah bersifat “site

specific” dan crop specific”(Handayanto, 1998).

Tanah yang subur lebih disukai untuk usaha pertanian, karena

menguntungkan. Sebaliknya terhadap tanah yang kurang subur dilakukan

usaha untuk menyuburkan tanah tersebut sehingga keuntungan yang diperoleh

meningkat. Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk

menghasilkan produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah

itu berada. Produk tanaman berupa buah, biji, daun, bunga, umbi, getah,

Page 14: LaP.pemupukan

eksudat, akar, trubus, batang. Biomassa, naungan, penampilan dan sebagainya.

Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor

pembentuk tanah yang merajai dilokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim,

relief, organisme atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam

pembahasan kesuburan tanah, sedangkan tanaman merupakan indikator mutu

kesuburan tanah (Yuwono, 2004).

Kesuburan tanah pertanian diukur berdasarkan hasil tanaman (berat

kering ton.ha-1) dan kualitas (kandungan gula, pati, protein, dan vitamin), yang

variasinya direkam dari tahun ke tahun. Pada prinsipnya, tanah yang subur

adalah tanah yang secara konsisten memberikan hasil yang baik tanpa

penambahan pupuk. Tanah kemungkinan mempunyai kesuburan asli yang

tinggi, tetapi hasil produksinya rendah karena faktor produksi lainnya

menghambat pertumbuhan tanaman. Jenis tanah tertentu mempunyai potensi

kesuburan yang tinggi, tetapi karena tidak dilakukan perbaikan tingkat

kesuburannya maka hanya diperoleh hasil dengan aras sedang. Hasil akan

dapat ditingkatkan dengan cara perbaikan irigasi apabila kondisi iklim terlalu

kering, pemupukan, perbaikan varietas yang berproduksi tinggi, perbaikan

sistem pertanaman, dan perlindungan tanaman (Manahan, 1994).

Evaluasi kesuburan tanah melibatkan pendugaan kemampuan tanah

untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Produktivitas tanah adalah suatu

istilah dimana penambahan kombinasi antara aspek unsur hara, aspek fisik

tanah dan faktor tanah lain yang mempengaruhi produksi tanaman. Kesuburan

tanah dapat dievaluasi dengan empat pendekatan, yakni (i) Uji tanah, (ii)

Analisis tanaman, (iii) Percobaan pot, dan (iv) Percobaan pemupukan di

lapangan. Berbagai upaya untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

kesuburan tanah-tanah pertanian telah lama dilakukan seperti penambahan

pupuk anorganik dan atau bahan organik ke dalam tanah. Namun demikian,

pemakaian pupuk anorganik ternyata kurang baik bagi lingkungan, karena

kelebihan dari pupuk tersebut dapat menjadi bahan pencemar lingkungan.

Oleh karena itu perlu dicari suatu cara peningkatan kesuburan tanah atau suatu

cara untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman dengan prinsip masukan

Page 15: LaP.pemupukan

rendah (“low input”) tanpa harus mencemari lingkungan atau bahkan harus

lebih bersahabat dengan lingkungan (Setijono, 1997).

Pada umumnya, tanah yang baik untuk tanaman sayuran harus

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Kesuburan kimia tanah cukup tinggi, tanah harus banyak mengandung

unsur hara essensial dan tersedia bagi tanaman. Unsur hara yang kritis

harus tersedia, walau dalam kadar yang paling rendah, karena unsurnya

akan menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi dari tanaman.

b. Struktur tanah baik, sifat fisik tanah harus stabil, daya tahan air, drainase

dan aerasi cukup baik. Tanah yang baik harus merupakan media yang

cocok untuk aktivitas mikrobia non pathogen, baik untuk pertumbuhan

akar tanaman sampai sekurang-kurangnya pada kedalaman 60 cm

(Hermanto, 2000).

Page 16: LaP.pemupukan

III. CARA KERJA

A. Penanaman Tanaman

1. Persiapan :

a. Pengolah tanah.

Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah pada

kedalaman olah, kemuduan menggemburakan dan meletakkannya dari

sisa – sisa tanaman pengganggu.

b. Pembuatan Petak

Pembuatan petak dengan ukuran 2x2,5 meter dengan jumlah petak

seluruhnya yaitu 4 petak. Masing – masimg petak dikerjakan oleh

sekelompok mahasiswa yang telah ditentukan oleh co-ass.

2. Pemberian pupuk organik pada petak sesuai dengan dosis 1 hari

sebelum tanam.

3. Menanam 3 biji per lubang tanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm.

Jadi ada 25 lubang tanam tiap petak.

4. Mengamati tinggi tanaman setiap seminggu sekali.

Setiap praktikan wajib membawa penggaris/meteran dan hasil pengamatan

harus disetujui oleh asisten.

5. Pemeliharaan

- Penyiraman: penyiraman dilakukan tergantung pada musim. Bila

musim pennghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan

pengurangan air yang ada, tetapi sebaiknya bila mmusim kemarau tiba

kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita

tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup

sekali sore atau pagi hari.

6. Setelah tanaman berumur 30 hari (1 bulan) dilakukan pemanenan.

7. Ambil seluruh bagian tanaman, dibersihkan kemudian ditimbang

sebagai brangkasan segar tanaman.

Page 17: LaP.pemupukan

Keterangan:

Perlakuan yang digunakan:

A: tanpa pupuk

B: pupuk organik 5 kg/petak

C: pupuk anorganik dengan dosis urea 50kg/petak dan KCl 37kg/petak

D: kombinasi pupuk organik dan anorganik

B. Analisis Tanah

1. Kadar lengas

a. Menimbang botol timbang kosong (a).

b. Meninmbang contoh tanah 5 gr dan memasukkannya dalam

botol timbang.

c. Menimbang botol timbang dan contoh tanah (b).

d. Mengoven selama 4 jam pada suhu 150o C.

e. Mendinginkan dalam eksikator dan menimbang botol timbang

(c).

f. Menghitung kadar lengas tanah.

Kadar lengas= x100%

2. pH H2O tanah

a. Menimbang contoh tanah kering angin 6 gr, memasukkan ke

dalam flakon.

b. Menambah 15 cc aquadest.

c. Mengocok hingga homogen selama 1 menit.

d. Mendiamkan selama 30 menit.

e. Mengukur pH dengan pHmeter.

3. N total tanah

a. Destruksi :

1) Menimbang dengan gelas arloji atau kertas bersih dan kering,

contoh tanah angin diameter 0,5 mm 1 gr.

Page 18: LaP.pemupukan

2) Memasukkan ke tabung Kjeldahl dan menambahkan 3 ml H2SO4

pekat.

3) Menambah campuran serbuk K2SO4 dan CuSO4 1 sendok kecil.

4) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang

dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna.

b. Destilasi

1) Menambahkan aquadest 30 ml setelah larutan tabung Kjeidahl

dingin, menambah aquadest 30 ml dan menuangkan dalam tabung

destilasi (tanah tidak ikut) dan menambahkan 2 butir Zn dan 20 ml

NaOH pekat.

2) Mengambil larutan penampung 10 ml (merupakan campuran H2SO4

0,1 N dan 2 tetes metyl red) pada beker gelas atau erlymeyer

(larutan penampung sudah dibuat).

3) Melakukan destilasi hingga volume larutan menampung 40 ml.

c. Titrasi

1) Mengambil larutan penampung 10 ml dan melakukan titrasi pada

larutan dalam beker gelas hasil destilasi, dengan NaOH 0,1 N

sampai warna hampir hilang/kuning bening.

2) Melakukan prosedur diatas untuk blanko.

3) Menghitung nilai N total tanah.

N total tanah=

4. P tersedia tanah

a. Mengencerkan larutan standart P

b. Menimbang 1 gram tanah kering angin kemudian

memeasukkan ke dalam tabung reaksi.

c. Menambahkan 7 ml larutan Bray I (0,025 N HCl + 0,03 N

NH4F), lalu menggojognya selama 1 menit.

d. Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih.

e. Menganbil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquadest.

Page 19: LaP.pemupukan

f. Menambahkan 2 ml amonium molybdat hingga homogen.

g. Menambahkan 1 ml SnCl2 dan menggojognya.

h. Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 660 nm

ppmP=

5. K tersedia tanah

a. Menimbang contoh tanah 2,5 gr

b. Menambahkan amonium asesat 25 ml dan

menggojognya selama 30 menit.

c. Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml.

d. Menambahkan 5 ml LiCl2 dan menjadikan volume

50 ml dengan aquadest.

e. Menembak dengan flamefotometer.

PpmP=

6. Bahan Organik

a. Menimbang ctka (contoh tanah kering angin)

0,5 gr dan memasukkan dalam labu takar.

b. Menambahkan K2Cr2O7 1N sebanyak 1 ml.

c. Menambahkan 10cc H2SO4

d. Menggojog selama 1 menit, kemudian

mendiamkan selama 30 menit

e. Menambahkan H2SO4 pekat sebanyak 10 ml

(lewat dinding labu).

f. Warna harus merah jingga jika menjadi hijau

tambahkan K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, dan penambahan inin harur

dicatat.

g. Kemudian mendiamkan selama 30 menit.

Page 20: LaP.pemupukan

h. Menambahkan H3PO4 85% ini dan

mengencerkan dengan aquadest sampai 50 ml atau sampai tanda garis.

i. Menggojognya sampai homogen.

j. Mengambil larutan bening 5 ml dan

menambahkan 2 tetes indikator DPA dan 15 ml aquadest.

k. Mengocok sampai homogen kemudian

melakukan titrasi dengan FeSO4 1 N hingga warna menjadi hijau

cerah.

l. Membuat blanko atau tanpa contoh tanah

dengan langkah sama seperti di atas.

C. Analisis Pupuk

1. N Pupuk

a. Destruksi

1) Menimbang contoh pupuk dengan gelas arloji bersih dan kering

sebanyak 0,1 gram

2) Memasukkan ke tabung Kjeldahl dan menambahkan 3ml H2SO4 pekat

3) Menambah campuran serbuk K2SO4 dan CuSO4 1 sendok kecil

4) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang

dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna

b. Destilasi

1) Setelah larutan dalam tabung Kjeldahl dingin, menambahkan aquades

330 ml dan menuangkan dalam tabung destilasi (tanah tidak ikut),

tambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat

2) Mengambil larutan penampung 10 ml (merupakan campuran H3BO3

4% + indikator campuran) pada beker glass atau elenmeyer (larutan

penampung sudah dibuatkan)

3) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml

c. Titrasi

Page 21: LaP.pemupukan

1) Mengambil larutan penampung 10 ml dan melakukan titrasi pada

larutan dalam bekerglass hasil destilasi, dengan HCl 0,1 N sampai

warna hampir hilang/kuning bening

2) Melakukan prosedur diatas unutk blanko

3) Menghitung nilai N Pupuk

4) N Pupuk =

Keterangan:

A: Baku

B: Blangko

2. P Pupuk

a. Mengencerkan larutan standar P

b. Menimbang 0,2 gram sampel pupuk kemudian

memasukannya ke dalam tabung reaksi

c. Menambahkan 2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml

d. Memanaskan diatas pemanas sampai larutan jernih dan

jangan sampai kering lalu mendinginkannya

e. Menambahkan aquadest samai volume menjadi 10 ml

f. Menyaring larutan dengan kertas whatman

g. Mengambil 2 ml filtrat dan memasukkannya dalam

tabung reaksi lalu menambahkan 2ml HNO3 2 N

h. Mengencerkan larutan sampai 9 ml

i. Menambahkan 1 ml vanadium molybdat, gojog, dan mendiamkan selama

30 menit

j. Menembak dengan spektrofotometer dan menghitung kadar P

ppmP= y x pengenceran

Keterangan:

y= hasil perhitungna dengan persamaan regresi larutan standar P

(persamaan regresinya adalah y=a+bx yang didapatkan dari data larutan

standar)

X = hasil pembacaan pada spektrofotometer

Page 22: LaP.pemupukan

Y = besarnya konsentrasi P

3. K Pupuk

a. Mengencerkan larutan standar P

b. Menimbang 0,2 gram sampel pupuk kemudian

memasukannya ke dalam tabung reaksi

c. Menambahkan 2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml

d. Memanaskan diatas pemanas sampai larutan jernih dan

jangan sampai kering lalu mendinginkannya

e. Menambahkan aquadest samai volume menjadi 10 ml

f. Menyaring larutan dengan kertas whatman

g. Mengambil 2 ml filtrat dan mengencerkannya hingga 10

ml

h. Mengamati dengan flamfometer dan menghitung K

Ppm K= y x pengenceran

Keterangan:

y= hasil perhitungna dengan persamaan regresi larutan standar K (persamaan

regresinya adalah y=a+bx yang didapatkan dari data larutan standar)

X = hasil pembacaan pada spektrofotometer

Y = besarnya konsentrasi K

Page 23: LaP.pemupukan
Page 24: LaP.pemupukan

IV. HASIL DAN ANALISIS PRAKTIKUM

A. Analisis tanah

1. pH Tanah

Tabel 4.1 pengaruh perlakuan terhadap pH tanah

Perlakuan pH

Tanpa pupuk (A) 6,8

Pupuk organic (B) 6,6

Pupuk anorganik (C) 6,9

Kombinasi pupuk organic dan pupuk anorganik (D) 7

Sumber: Data Rekapan

2. Kadar Lengas Kering Angin

Tabel 4.2 pengaruh perlakuan terhadap kadar lengas kering angin

tanah

Perlakuan KLtanah

(%)

Tanpa pupuk (A) 2,88

Pupuk organic (B) 6,60

Pupuk anorganik (C) 5,52

Kombinasi pupuk organic dan pupuk anorganik (D) 6,56

Sumber: Data Rekapan

Analisis Hasil Praktikum

a. Tanpa pupuk

a = 56,86

b = 61,86

c = 61,73

Page 25: LaP.pemupukan

b. Pupuk organic

a = 54,5

b = 59,5

c = 59,19

c. Pupuk anorganik

a = 53,84

b = 58,81

c = 58,55

d. Kombinasi pupuk organic dan anorganik

a = 50,10

b = 54,59

c = 55,59

Page 26: LaP.pemupukan

Tabel 4.3 pengaruh perlakuan terhadap kadar lengas kering angin

pupuk

Perlakuan KLpupuk

(%)

Tanpa pupuk (A) 44,509

Pupuk organic (B) 25,2

Pupuk anorganik (C) 30,9

Kombinasi pupuk organic dan pupuk anorganik (D) 80,5

Sumber: Data Rekapan

Analisis Hasil Praktikum

a. Tanpa pupuk

a = 53,25

b = 58,25

c = 56,71

b. Pupuk organic

a = 30,62

b = 36,78

c = 35,54

c. Pupuk anorganik

Page 27: LaP.pemupukan

a = 52,89

b = 57,93

c = 56,74

d. Kombinasi pupuk organic dan anorganik

a = 53,64

b = 58,57

c = 56,34

3. Bahan Organik Tanah

Tabel 4.4 pengaruh perlakuan terhadap bahan organik tanah

Perlakuan C organik

(%)

Bahan organik

(%)

Tanpa pupuk (A) 0,32 0,55

Pupuk organic (B) 0,7 1,2

Pupuk anorganik (C) 0,3 0,55

Page 28: LaP.pemupukan

Kombinasi pupuk organic dan

pupuk anorganik (D)

0,7 1,2

Sumber: Data Rekapan

Analisis Hasil Praktikum

a. Tanpa pupuk

B = 1,5

A = 1,42

Berat tanah = 500 mg

NNaOH = 0,5

KLtanah = 2,88 %

b. Pupuk organik

B = 1,5

A = 1,7

Berat tanah = 500 mg

NNaOH = 0,5

KLtanah = 6,6 %

Page 29: LaP.pemupukan

c. Pupuk anorganik

B = 1,5

A = 1,42

Berat tanah = 500 mg

NNaOH = 0,5

KLtanah = 2,88 %

Page 30: LaP.pemupukan

d. Kombinasi pupuk organic dan anorganik

B = 1,5

A = 1,7

Berat tanah = 500 mg

NNaOH = 0,5

KLtanah = 6,6 %

4. N Total Tanah

Tabel 4.5 pengaruh perlakuan terhadap N total tanah

Perlakuan N Total Tanah

(%)

Tanpa pupuk (A) 0,123

Pupuk organic (B) 0,060

Pupuk anorganik (C) 0,010

Kombinasi pupuk organic dan pupuk anorganik (D) 0,350

Page 31: LaP.pemupukan

Sumber: Data Rekapan

Analisis Hasil Praktikum

a. Tanpa pupuk

B = 0,2

A = 1,08

KLtanah = 2,88 %

NNaOH = 0,1

Berat tanah = 1000 mg

b. Pupuk organik

B = 0,2

A = 0,66

KLtanah = 6,6 %

NNaOH = 0,1

Berat tanah = 1000 mg

c. Pupuk anorganik

Page 32: LaP.pemupukan

B = 0,2

A = 0,28

KLtanah = 5,52 %

NNaOH = 0,1

Berat tanah = 1000 mg

d. Kombinasi antara pupuk organic dan pupuk anorganik

B = 0,2

A = 2,38

KLtanah = 6,56 %

NNaOH = 0,1

Berat tanah = 1000 mg

5. P Tersedia tanah

Tabel 4.6 pengaruh perlakuan terhadap P tersedia tanah

Perlakuan P Tersedia Tanah

(%)

Page 33: LaP.pemupukan

Tanpa pupuk (A) 0,0011

Pupuk organic (B) 0,0009

Pupuk anorganik (C) 0,0032

Kombinasi pupuk organic dan

pupuk anorganik (D)

0,0010

Sumber: Data Rekapan

Analisis Hasil Praktikum

Larutan standar

0 0

0,1 317

0,2 0,75

0,4 1,075

0,6 1,401

0,8 1,965

1 1,617

Persamaan regresi

Y = a+bx

a= 0,203

b= 1,655

x=hasil pembacaan pada spektrofotometer

a. Tanpa pupuk

X = 0,072

KLtanah = 2,88 %

Berat tanah = 1 gram

1 ppm = 0,0001 %

Persamaan regresi:

Y = ppm Plarutan tanah

Page 34: LaP.pemupukan

b. Pupuk organik

X = 0,138

KLtanah = 6,6 %

Berat tanah = 1 gram

1 ppm = 0,0001 %

Persamaan regresi:

Y = ppm Plarutan tanah

c. Pupuk anorganik

X = 0,406

KLtanah = 5,52 %

Berat tanah = 1 gram

1 ppm = 0,0001 %

Persamaan regresi:

Page 35: LaP.pemupukan

Y = ppm Plarutan tanah

d. Kombinasi antara pupuk organik dengan pupuk anorganik

X = 0,4

KLtanah = 6,56 %

Berat tanah = 1 gram

1 ppm = 0,0001 %

Persamaan regresi:

Y = ppm Plarutan tanah

6. K Tersedia Tanah

Tabel 4.7 pengaruh perlakuan terhadap K tersedia tanah

Page 36: LaP.pemupukan

Perlakuan K Tersedia Tanah

Me (%)

Tanpa pupuk (A) 0,19

Pupuk organic (B) 0,01

Pupuk anorganik (C) 0,46

Kombinasi pupuk organic dan

pupuk anorganik (D)

0,38

Sumber: Data Rekapan

Analisis Hasil Praktikum

Larutan standar

0 0

0,25 2,44

0,50 4,60

0,75 6,60

1,00 8,40

Persamaan regresi

Y = a+bx

a = 1,875

b = 2,5

X =hasil pembacaan pasa spektrofotometer

a. Tanpa pupuk

X = 2,11

Berat tanah = 2500 mg

KLtanah = 6,6 %

Y = ppm Klarutan tanah

Page 37: LaP.pemupukan

b. Pupuk organik

X = 3,59

Berat tanah = 2500 mg

KLtanah = 6,6 %

Y = ppm Klarutan tanah

c. Pupuk anorganik

X = 6,42

Page 38: LaP.pemupukan

Berat tanah = 2500 mg

KLtanah = 5.52 %

Y = ppm Klarutan tanah

d. Kombinasi antara pupuk organik dan pupuk anorganik

X = 5,2

Berat tanah = 2500 mg

KLtanah = 6,56 %

Y = ppm Klarutan tanah

Page 39: LaP.pemupukan

B. Analisis pupuk organik

Tabel 4.8 karakteristik pupuk organik

Variabel Pengamatan Kandungan Hara

(%)

N total 0,49

P2O5 0,26

K2O 0,69

C organik 4,47

Bahan organic 7,71

C/N ratio 9,12

Sumber: Data Rekapan

Analisis Hasil Praktikum

a. N total

B = 0,2

A = 3,2

KLpupuk = 44,5%

Berat tanah = 1.000 mg

Ntotalpupuk=

Ntotalpupuk=

Ntotalpupuk=0,49%

b. P2O5

Page 40: LaP.pemupukan

Larutan standar

2,5 0,379

5,0 0,543

7,3 0,749

10 1,242

Persamaan regresi

Y = a+bx

a= 2,542

b= 2,913

x=hasil pembacaan pada spektrofotometer

x = 0,915

pengenceran = 500

y=2,542+2,915(2,915)

y=5,21

ppmP=5,21x500

ppmP=

ppmP=0,26%

c. K2O

Larutan standar

0 0

0,25 2,44

0,50 4,60

0,75 6,60

1,00 8,40

Persamaan regresi

Y = a+bx

a= 1,875

b= 2,5

Page 41: LaP.pemupukan

x=hasil pembacaan pada spektrofotometer

x= 4,79

pengenceran = 500

y=1,875+2,5(4,79)

y=13,85

ppmK= 13,85x500

ppmK=6,925ppm

ppmK=0,69%

d. C organik dan bahan organic

B = 1,5

A = 0,6

KLpupuk = %

Berat tanah = 500 mg

KadarC= x10x x100%

KadarC=

KadarC=4,47%

KadarBo=

KadarBo=1,72x4,48

KadarBo=7,71%

e. C/N ratio

Page 42: LaP.pemupukan

C organic pupuk = kadar C

Kadar C = 4,47%

Ntotal = 0,49%

C/N ratio =

C/N ratio = 9,12%

C. Analisis tanaman

1. Tinggi Tanaman

Tabel 4.9 pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman

Perlakuan 7 HST

(cm)

14 HST

(cm)

21 HST

(cm)

28 HST

(cm)

Tanpa pupuk (A) 1,575 6,025 8,635 14,225

Pupuk organic (B) 1,565 5,475 11,965 19,050

Pupuk anorganik (C) 2,780 5,460 7,930 14,020

Kombinasi pupuk organic dan

pupuk anorganik (D)

2,130 7,925 13,430 21,475

Sumber: Data Rekapan

Grafik 4.1 hubungan anatara waktu dengan tinggi tanaman sawi

2. Berat Berangkasan segar

Page 43: LaP.pemupukan

Tabel 4.10 pengaruh perlakuan terhadap berat brangkasan segar

Perlakuan Berat brangkasan segar

Tanpa pupuk (A) 6,022

Pupuk organic (B) 9,203

Pupuk anorganik (C) 6,196

Kombinasi pupuk organic dan pupuk

anorganik (D)

14,434

Sumber: Data Rekapan

Page 44: LaP.pemupukan

V. PEMBAHASAN

Pengkajian kesuburan tanah melibatkan pengamatan bentuk unsur hara

tanaman didalam tanah, bagaimana unsur-unsur tersebut menjadi tersedia untuk

tanaman, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara oleh

tanaman. Pada gilirannya, tindakan memperbaiki kesuburan tanah dan produksi

tanaman dengan menyediakan unsur hara terhadap sistem tanah dan tanaman

(pupuk, bahan organik dan lain-lain).

Tanah yang subur lebih disukai untuk usaha pertanian, karena

menguntungkan. Sebaliknya terhadap tanah yang kurang subur dilakukan usaha

untuk menyuburkan tanah tersebut sehingga keuntungan yang diperoleh

meningkat. Produk tanaman berupa buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat,

akar, trubus, batang. Biomassa, naungan, penampilan dan sebagainya. Tanah

memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk

tanah yang merajai dilokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme

atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan kesuburan tanah,

sedangkan tanaman merupakan indikator mutu kesuburan tanah. Tanah yang baik

ialah tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Kesuburan tanah yang

ideal apabila sifat fisika, kimia dan biologi tanahnya seimbang. Selain faktor

tanah, pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh iklim dan lingkungan

pertumbuhan. Kesuburan tanah secara singkat merupakan kandungan hara yang

terdapat di dalam tanah, baik hara makro maupun mikro. Adanya jenis tanah yang

berbeda-beda baik dari sifat fisika, kimia maupun biologinya maka kandungan

atau ketersediaan hara dalam tanah juga berbeda-beda antara tanah yang satu

dengan jenis tanah yang lain.

Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan

produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada.

Kesuburan tanah dalam arti sempit adalah ketersediaan hara tanaman pada waktu

tertentu.makin tinggi ketersediaan hara, maka tanah tersebut makin subur dan

sebaliknya status hara dalam tanah selalu berubah-ubah, tergantung pada musim,

pengelolaan tanah dan jenis tanaman. Problematika kesuburan tanah yang sering

Page 45: LaP.pemupukan

terjadi adalah pengurasan unsur hara pada saat pemanenan, pemberian pupuk yang

tidak proporsional atau berlebihan dan siklus pengharaan terbuka. Sebelum

melakukan penanaman hendaknya dilakukan analisis tanah terlebih dahulu

terutama sifat kimia tanah, dimana analisis kimia tanah bertujuan untuk

mengetahui status ketersediaan hara pada tanah tersebut sehingga memberikan

indikasi yang jelas tentang adanya kelebihan dan kekurangan unsur hara yang

mungkin terjadi pada tanaman dan dapat memberikan rekomendasi kebutuhan

pupuk yang diperlukan.

Pada pengamatan tinggi tanaman yang dilakukan pada tanaman sawi

(Brassica sinensis L.) satu minggu setelah penanaman, dapat diketahui tinggi rata-

rata tanaman pada tanaman sawi tanpa perlakuan (A) adalah 1,575cm. Pada

tanaman saei dengan perlakuan pupuk organik (B) mempunyai tinggi 1,565cm.

Tinggi tanaman sawi dengan perlakuan pupuk anorganik(C) adalah 2,780cm dan

pada tanaman sawi dengan perlakuan kombinasi pupuk organik dan pupuk

anorganik (D) mempunyai tinggi 2,130cm.

Pada minggu kedua setelah penanaman atau 14 hari setelah tanam (HST),

pertumbuhan tinggi rata-rata tanaman sawi tanpa perlakuan (A) adalah 6,025cm.

Sementara pada tanaman sawi dengan perlakuan B bertambah tinggi hingga

5,675cm. Pada tanaman sawi dengan perlakuan C memiliki tinggi rata-rata

tanaman 5,460cm dan pada tanaman sawi dengan perlakuan D memiliki tinggi

rata-rata tanaman 7,925cm.

Pada minggu ketiga setelah tanam, tinggi rata-rata tanaman sawi dengan

perlakuan A adalah 8,635cm. Pada tanaman sawi dengan perlakuan B tinggi rata-

rata tanamannya adalah 11,965cm. Sementara pada tanaman sawi dengan

perlakuan C tinggi rata-ratanya sebesar 7,930cm dan pada tanaman sawi dengan

perlaukan D memiliki tinggi rata-rata 13,430cm.

Pada minggu terakhir setelah penanaman, tanaman sawi dengan perlakuan

A memiliki tinggi rata-rata 14,22cm. Pada tanaman dengan perlakuan B tinggi

rata-ratanya adalah 19,050cm. Pada tanaman dengan perlakuan C memiliki tinggi

rata-rata 14,20cm dan tanaman dengan perlakuan D tinggi rata-ratanya adalah

21,475cm.

Page 46: LaP.pemupukan

Dari analisis tinggi tanaman yang dididapat dari minggu pertama setelah

penanaman sampai minggu terakhir setelah penanaman, dapat diketahiu bahwa

tanaman dengan perlakuan A atau tanpa perlakuan pertumbuhannya lebih lambat

dibanding yang lain. hal ini disebabkan oleh ketersediaan hara tanah tidak dapat

diserap seutuhnya oleh tanaman. Tanaman yang tidak diberi pupuk, terutama

pupuk anorganik, akan kesulitan menyerap hara tersedia pada tanah karena hara

tersebut seperti N,P, dan K pada tanah meskipun beberapa diantaranya bersifat

mobil atau mudah bergerak, namun hara tersebut tidak mencukupi kebutuhan

tanaman. Sehingga pada minggu terakhir atau minggu keempat setelah

penanaman, ditemukan tanaman dengan beberapa lubang-lubang pada daun dan

bebarapa tanaman daunnya berwarna hijau kekuningan. Dari kondisi tersebut,

tanaman mungkin kekurangan N sehingga terjadi klorosis dan tanaman rentan

terserang hama dan penyakit. Pada tanah tanpa perlakuan memiliki pH tanah 6,8.

Berat brangkasan segar tanaman sawi tanpa perlakuan adalah 6,022.

Pada tanaman sawi dengan perlakuan pemaikan pupuk organik intensitas

pertambahan tingginya terus mengalami kenaikan. Pada minggu pertama setelah

penanam yaitu 1,565cm, kemudian minggu selanjutnya 5,675cm, 11,965cm, dan

pada minggu terakhir adalah 19,050cm. Pada minggu pertama tanaman hanya

tumbuh setinggi 1,565cm, hampir setara dengan tinggi tanaman sawi tanpa

perlakuan (A). Hal ini disebabkan karena tanaman belum mampu menyerap secara

maksimal unsur hara yang ada, baik yang tersedia di tanah maupun yang berasal

dari pupuk organik karena perakaran tanaman masih sangat pendek dan kecil

sehingga unsur hara yang diserap hanya disekitar daerah perakaran saja. Begitu

pula dengan minggu kedua. Namun pada minggu ketiga kondisi tanaman

mengalami peningkatan. Selain bertambah tinggi, perkembangan tanaman juga

baik. Hal ini ditunjang dengan berat brangkasan segar tanaman dan kandungan

hara tanah. Berat brangkasan segar tanaman sawi dengan perlakuan ini adalah

9,203. Sementara pH tanah pada lahan dengan perlakuan pupuk organik ini adalah

6,6. Sesuai teori, tanaman akan hidup nyaman pada kondisi pH tanah antara 6,5-

6,6.

Page 47: LaP.pemupukan

Pada perlakuan dengan pupuk anorganik (C), tinggi tanaman pada minggu

pertama adalah 2,780cm. Dilanjutkan pada minggu kedua, ketiga,dan terakhir atau

keempat yaitu 5,675cm, 11,965cm, dan 14,20cm. Meski pada minggu pertama,

tanaman dengan perlakuan ini rata-rata tingginya paling tinggi dibanding dengan

yang lain, namun pada minggu-minggu selanjutnya, intensitas pertumbuhan

tingginya semaki menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara

lain faktor tanah, cuaca, dan kandungan pupuk anorganik itu sendiri. Pupuk

anorganik, dimana pada praktikum kali jenis pupuk anorganik yang digunakan

yang adalah pupuk urea dan KCl, selain memiliki beberapa kelebihan juga

memiliki beberapa kelemahan. Pupuk urea yang memiliki kandungan N yang

berfungsi selain membantu dalam fotosintesis, juga berperan dalam pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. namun sayangnya, selain pengambilan N oleh

tanaman tidak dilakukan begitu saja, namun harus melalui beberapa tahapan atau

proses, kangan N yang terdapat pad pupuk urea tersebut juga tidak dapat

berfungsi dengan baik karena salah satu penunjang keberhasilan metabolisme N

adalah adanya peranan Mg. Namun, pupuk anorganik hanya mengandung unsur

makro saja. Sementara Mg adalah unsur mikro. Faktor lainnya adalah cuaca. Pada

saat ini, di daerah Palur sering sekali turun hujan. Hal itu menyebabkan

kandungan K yang tersedia didalam tanah mengalami proses leaching (pencucian)

karena kalium adalah salah satu unsur yang sifatnya sangat dinamis dan mudah

bergerak. Pada tanaman sawi dengan perlakuan ini memillikiberat brangkasan

segar 6,196 dan pH tanah 6,9.

Pada tanaman sawi dengan perlakuan kombinasi pupuk organik dan pupuk

anorganik memiliki hasil, baik dari tinggi tanaman dan perkembangan tanaman

serta berat segar brangkasan segar tanaman, paling baik diantara tanaman dengan

perlakuan lainnya. Tinggi rata-rata tanaman pada kondisi pH 7 dengan perlakuan

kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik dari minggu pertama hingga

minggu keempat adalah 2.130cm, 7,925, 13,430, dan 21,475. Sedang berat

brangkasan segar tanaman ini setelah ditimbang adalah 14,434. Dari analisis

tersebut dapat disimpulkan bahwa tanaman ini dapat tumbuh subur pada pH 7.

Selain itu, dapat disimpulkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dan

Page 48: LaP.pemupukan

pupuk anorganik adalah perlakuan paling tepat untuk tanaman sawi pada tanah

jenis incepticol. Kombunasi kedua jenis pupuk ini baik untuk tanaman karena

kedua sifat pupuk yang berbeda dan masing-masing memiliki keunggulan dan

kelebihan sehingga saling menutupi. Pada pupuk organik memiliki kandungan

unsur makro dan mikro yang lengkap namun kandungan unsur haranya kecil,

sementara pada pupuk anorganik hanya mengandung unsur makro saja namun

kandungan unsur haranya besar. Selain itu, pada pupuk organik unsurnya lambat

tersedia unutk tanaman, dan pada pupuk anorganik unsurnya mudah tersedia

untuk tanaman sehingga tanaman mudah menyerap sehingga hara yang

dibutuhkan terpenuhi.

Pada praktikum ini, perbandingan ph tanah dari kelompok tanpa perlakuan

(A), perlakuan pupuk organik (B), perlakuan pupuk anorganik (C), dan kombinasi

kedua pupuk (D) adalah 6,8:6,6:6,9:7. Pada perbandingan tersebut dapat diketahui

bahwa tanah yang memiliki pH tertinggi adalah tanah dengan perlakuan D

(kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik). Jika dibandingkan dengan tanah

tanpa perlakuan sebagai variable konstan, maka tanah yang diberi perlakuan

kombinasi pupuk organik dan anorganik menyebabkan pH tanah menjadi netral.

Sementara pada tanah dengan perlakuan B (penambahan pupuk organik saja) jika

dibandingkan dengan tanah tanpa perlakuan (A), pH tanah turun dari 6,8 menjadi

6,6. Pada perlakuan C (menggunakan pupuk anorganik) memiliki pH tanah 6,9.

Dengan demikian, maka penambahan pupuk anorganik akan menyebabkan pH

tanah menjadi naik. Hal ini sesui dengan teori, yauti penggunaan pupuk anorganik

akan meyebabkan tanah menjadi bertambah masam.

Untuk perbandingan bahan organik antara kelompok 1 (perlakuan A),

keompok 2 (perlakuan B), kelompok 3 (perlakuan C), dan kelompok 4 (perlakuan

D) adalah 0,55% : 1,2% : 0,55% : 1,2%. Dari perbandingan tersebut dapat

diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan bahan oeganik tertinggi adalah

tanah dengan perlakuan B dan D, yaitu 1,2%. Sedang tanah dengan perlakuan A

dan B memiliki kandungan bahan organik 0,55%

Pada perbandingan N total tanah dari kelompok 1 (perlakuan A), keompok

2 (perlakuan B), kelompok 3 (perlakuan C), dan kelompok 4 (perlakuan D) adalah

Page 49: LaP.pemupukan

0,123% : 0,060% : 0,010% : 0,350%. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui

bahwa tanah dengan perlakuan D (kombinasi pupuk organik dan pupuk

anorganik) memiliki kandungan N yang tersedia didalam tanah lebih besar

dibanding tanaman dengan perlakuan lainnya.

Pada perbandingan P tersedia tanah dari kelompok 1 (perlakuan A),

keompok 2 (perlakuan B), kelompok 3 (perlakuan C), dan kelompok 4 (perlakuan

D) adalah 0,0011% : 0,0009% : 0,0032% : 0,0010%. Dari perbandingan tersebut

dapat diketahui bahwa tanah yang memiliki unsur P tersedia tanah lebih tinggi

dibanding yang lain. Sedang tanah dengan perlakuan B unsur P tersedia tanahnya

lebih rendah.

Pada perbandingan K tersedia tanah dari kelompok 1 (perlakuan A),

keompok 2 (perlakuan B), kelompok 3 (perlakuan C), dan kelompok 4 (perlakuan

D) adalah 0,19% :0,01% : 0,46% : 0,38%. Dari hasil analisis ini dapat

disimpulkan bahwa kandungan K tersedia tanah tertinggi adalah pada tanah

dengan perlakuan C (penambahan pupuk anorganik), dan tanah dengan perlakuan

B memiliki kandungan K tersedia tanah terendah, yaitu 0,01%.

Untuk pupuk organik, hasil yang didapat dari kelompok 1 (dengan

perlakuan A/tanpa perlakuan) adalah N total sebesar 0,49%, kandungan P2O5

adalah 0,26%, kandungan K2O sebesar 0,69%, kandungan C organik adalah

4,47%, dan kandungan bahan organiknya adalah 9,12%.

Page 50: LaP.pemupukan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Rata – rata tanaman sawi pada minggu ke-1 terbesar didapat pada

perlakuan SP1N1 dan terkecil didapat pada perlakuan SP1N2.

b. Rata – rata tanaman sawi pada minggu ke-2 terbesar didapat pada

perlakuan SP1 dan terkecil didapat pada perlakuan SP1N1 dan

SP1N3.

c. Rata – rata tanaman sawi pertumbuhan paling tinggi minggu ke-3

pada perlakuan SN1N1 dan yang paling rendah pada perlakuan

SP1N3.

d. Pada tanaman sawi berat brangkasan paling tinggi pada perlakuan SN1

seberat 8,86 kg dan terendah pada perlakuan SN2 seberat 5 kg.

e. Kadar lengas tertinggi adalah pada tanah Entisol yaitu sebesar 45,28%

dan yang terendah pada tanah Alfisol sebesar 7,16 %.

f. pH tanah tertinggi adalah pada tanah Alfisol yaitu sebesar 5,524 dan

terendah pada tanah Ultisol sebesar 4,634

g. N total tanah yang tertinggi pada tanah Ultisol sebesar 0,51 % dan

terendah pada tanah Entisol sebesar 0,05 %

h. P tersedia di tanah terbesar terdapat pada tanah entisol sebesar 730,88

ppm dan terendah pada tanah untisol sebesar 165,45 ppm.

i. K tersedia di tanah terbesar pada tanah entisol sebesar 0,01% dan

terendah pada tanah Entisol sebesar 1,27 % karena terjadi ketidak

telitian praktikan dalam melaksanakan praktikum.

j. Kadar bahan organik yang tertinggi pada tanah Untisol sebesar

17,415% dan terendah pada tanah entisol sebesar 0,4128 %.

B. Saran

Perlu dilakukan analisis lagi dengan tanaman yang berbeda sehingga

bisa membandingkan tingkat kesuburan tanah yang berbeda dengan tanaman

yang berbeda pula. Dalam melakukan praktikum dilapangan harus dengan

Page 51: LaP.pemupukan

seksama agar data yang diperoleh valit dan pada praktikum laboraturium

dibutuhakan ketelitian agar memperoleh data yang benar.

Page 52: LaP.pemupukan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1993. Soilorders. Soils.ag.uidaho.edu/soilorders/htm.

_______. 1995. Budidaya Tanaman Sayur – mayur . www.iptek.co.id. Diakse tanggal 15 Januari 2008.

_______.2007. Budidaya Kangkung. http:// agroline.moa.my/doa/bdc/vege/ka_tek_bm.html. Diakses tanggal 15 Januari 2008

_______.2003. Kondisi Biofisik. Buletin Teknik Pertanian Vol. 8 No. 2, ©Badan Litbang Pertanian Jakarta, Indonesia.

_______. 2008. Budidaya Sawi . www.iptek.co.id. Diakse tanggal 15 Januari 2008.

Buckman, H.O and N.C Brady. 1982. The Nature and Properties of Soil (terjemahan Soegiman). Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Darmawijaya, M Isa., Dr., Ir., 1990. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Handayanto, E. 1998. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Hermanto. 2000. Laporan Tahuanan Puslitbang Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Killham, K. 1994. Soil Ecology. Cambridge University Press. Cambridge, UK.

Manahan, S.E., 1994. Environmental Chemistry. Sixth edition. Lewis Publisher. London, Tokyo, Boca Raton, Florida. USA.

Munir, Moch. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka jaya. Jakarta.

Rukman, Rahmat, 1994. Bertanam Betrai dan Sawi. Kasius. Jogjakarta

Sarief. 1979. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian UNPAD. Bandung.

Setijono, S. 1997. Intisari Kesuburan Tanah. Penerbit IKIP Malang. Malang.

Yuwono, NW. 2004. Kesuburan Tanah. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Williams C. et. al. 1993. Vegetable Production In The Tropics. Longman Group Limited. London