laporan_pendahuluan_fraktur
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
1/127
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR
A. Definisi
Menurut Long (2000:357) Fraktur adalah diskontiunitas jaringan tulang yang banyakdisebabkan karena kekerasan yang mendadak atau tidak atau kecelakaan.
Menurut Oswari (2000:144) Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau
tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnyadisebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer,2000:43)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari
tenaga tersebut , keadaan dari tulang itu sendiri dan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap.( Price,1995:1183)
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi
menahan tekanan yang diberikan kepadanya. (Wong D,2003:625)
B. Klasifikasi FrakturPenampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur.
1).Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunialuar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2).Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmentulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
b.Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
1).Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang seperti terlihat pada foto.2).Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulangspongiosa di bawahnya.
c)Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada
tulang panjang.
c.Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.1).Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
2).Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
meruakan akibat trauma angulasijuga.3).Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
2/127
rotasi.
4).Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke
arah permukaan lain.5).fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya
pada tulang.
d.Berdasarkan jumlah garis patah.1)Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2)Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3)Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1).Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser
dan periosteum nasih utuh.2).Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi
fragmen, terbagi atas:
a)Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).b)Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c)Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
f.Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
g.Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
C. Anatomi dan Fisiologi
Struktur TulangTulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya
struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh
darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebutbenang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan
tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun
dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama yangdisebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan
sempit antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap
sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang
panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui KanalVolkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa
metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang
didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat
sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-seldarah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang
memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang
terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat EmbolismSyndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast merupakan sel
pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada padamatriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
3/127
yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang
disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan
substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampahmetabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam
kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah
dalam tulang antara 200400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang (Black,J.M,etal,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).
D. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang
yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering berhubungan denganolahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor (Reeves, 2001:248)
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada anak-anak, apabila
tulang melemah atau tekanan ringan.
Menurut Oswari E(1993) adapun penyebab fraktur antara lain:1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsungKekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya
kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.Menurut Long (1996:356) adapunpenyebab fraktur antara lain:
1) Trauma Langsung
Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa misalnya benturanatau pukulan pada anterbrachi yang mengakibatkan fraktur
2) Trauma Tak Langsung
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat kejadiankekerasan.
3) Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal(kongenital,peradangan, neuplastik dan
metabolik).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari faktur ,menurut Brunner and Suddarth,(2002:2358)
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai tulang diimobilisasi. Spasme otot yangmenyertai fraktur merupakan bentuk bidai almiah yang di rancang utuk meminimalkan gerakan
antar fregmen tulang
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
4/127
b. Setelah terjadi faraktur, bagian-bagian tidak dapat di gunakan dan cenderung bergerak secara
alamiah (gerak luar biasa) bukanya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen tulang
pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstermitasyang bisa diketahui membandingkan ekstermitas yang normal dengan ekstermitas yang tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melekatnya otot.c. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yangmelekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu samalain
sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi)
d. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yangteraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya (uji krepitus dapat mengaibatkan
kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat trauma dari pendarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.Menurut Smeltzer&Bare(2002:2380),manifestasi klinik dari fraktur adalah:
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma,
dan edema Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dandibawah tempat fraktur.
Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.
F. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356).
Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep danbisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringanlunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisasel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-
jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan
yg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakansaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabutsaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner &
suddarth, 2002: 2287).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untukmenahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
5/127
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklahhematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, etal, 1993)
H . Diagnosa Keperawatan1) Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, spasme otot, edema, cedera pada
jaringan lunak, stres, ansietas, alat traksi/imobilisasi.
Definisi : Keadaan dimana seorang individu mengalami dan melaporkan adanya rasa
ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama 6bulan atau lebih.Batasan Karakteristik:
Mayor:Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan.
Minor: Mengatupkan rahang/ pergelangan tangan, perubahan kemampuan untuk melanjutkanaktivitas sebelumnya, agitasi, ansietas, peka rangsang, menggosok bagian yang nyeri, mengorok,
postur tidak biasanya, ketidakefektifan fisik/ immobilisasi, masalah dalam konsentrasi,
perubahan pada pola tidur rasa takut mengalami cedera ulang, menarik bila disentuh, mata
terbuka lebar atau sangat tajam gambaran kurus, mual dan muntah.2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot, kerusakan rangka
neuromuskuler, nyeri ketidaknyamanan, terapi restriktif (imobilitas tungkai).
Definisi : Keadaan dimana seorang individu mengalami beresiko mengalami keterbatasan gerakfisik tetapi bukan immobilisasi.
Mayor : Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja dalam lingkungan.
Minor : Pembatasan pergerakan yang dipaksakan, enggan untuk bergerak.
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, cedara tusuk, bedahperbaikan; pemasangan traksi, pen, kawat, sekrup, perubahan sensasi sirkulasi; akumulasi/sekret,
imobilisasi fisik.
Definisi : Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami kerusakanintegritas jarigan membran mukosa.
Mayor : Gangguan integumen, atau jaringan membran mukosa atau infasi seluruh tubuh.
Minor : Lesi, edema, eritema, membran mukosa kering.4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan primer:
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur infasif, traksi tulang.
Definisi : keadaan dimana seorang individu beresiko trserang agen patologik atau oportunistik
(virus, jamur, bakeri, dll).5) Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan alat bantu (kruk).
Definisi : keadaan dimana seorang individu beresiko untuk mendapat bahaya karena defisit
perseptual/fisiologis, kurang kesadaran tentang bahaya/usia lanjut.
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi/tidakmengenal sumber informasi.
Definisi : Keadaan dimana seorang individu/kelompok mengalami defisiensi pengetahuan
kognitif ataupun ketrampilan. Ketrampilan psikomotor, dengan kondisi atau rencana pengobatan.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
6/127
Mayor : Mengungkapkan kurang pengetahuan atau perawatan informasi, mengekspresikan suatu
ketidakakuratan persepsi status kesehatan.
Minor : Kurang integrasi tentang rencana pengobatan terhadap aktivitas sehari-hari.Memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis mengakibatkan kesalahan
informasi dan kurang informasi.
Fokus Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, spasme otot, edema, cedera pada
jaringan lunak, stres ansietas, alat traksi/imobolisasi.1) Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri berkurang sampai dengan hilang
2) Kriteria Hasil:
a). Anak akan mengidentifikasi sumber-sumber nyeri
b). Mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeric). Menggambarkan rasa nyaman dari orang lain selama mengalami nyeri.
3) Intervensi:Rasional
a).
Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi, karakteriktik, intensitas (0-10):Meningkatkankefektifan intervensi, tingkatkan ansietas dapat mempengaruhi persepsi atau reaksi terhadap
nyeri
b). Tinggikan dan dukung esktremitas yang terkena:Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan
edema, menurunkan nyeric). Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri:Meningkatkan kemampuan koping dalam
manajemen nyeri
d). Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi:Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang atau tegangan jaringan yang rusak
e). Beri alternatif tindakan kenyamanan : pijatan alih baring:Meningkatkan sirkulasi umum,
menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot
f). Ukur tanda-tanda vitalg). Beri obat sesuai indikasi:Diberikan untuk menurunkan nyeri
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot, kerusakan rangka
neuromuskuler: nyeri/ketidaknyamanan; terapi restriktif (imobolisasi tugkai)1) Tujuan : Setelah dilakukuan tindakan keperawatan, mobilitas fisik tidak terganggu
2) Kriteria Hasil:
Klien dapat mempertahankan atau meningkatkan mobilitas yang paling tinggi.3) Intervensi:Rasional
a). Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera:Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri
atau persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual
b). Instruksikan pasien untuk atau bantu dalam rentang gerak pasien atau aktif pada ekstremitasyang sakit dan yang tidak sakit:Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk
meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktor atau atrofi
c). Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodik:Menurunkan resiko kontraktor fleksi panggul
d). Bantu atau dorong perawatan diri atau kebersihan (mandi, keramas):Meningkatkan kekuatan ototdan sirkulasi, meningkatkan perawatan diri langsung
e). Dorong peningkatan masukan sampai 2000-3000 ml/hari. Termasuk air asam,
jus:Mempertahankan hidrasi tubuh menurunkan resiko infeksi urinarius, pembentukan batu dankonstipasi
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
7/127
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, cedera tusuk, bedah
perbaikan; pemasangan traksi, pen, kawat, sekrup, perubahan sensasi sirkulasi; akumulasi
ekskresi/sekret, imobilisasi fisik1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka tidak terjadi kerusakan integritas
jaringan
2) Kriteria hasil :a). Menunukkan perilaku atau teknik untuk mencegah kerusakan kulit atau memudahkanpenyembuhan sesuai indikasi.
b). Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
c). Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang di anjurkan dalam meningkatkan peyembuhanluka.
3) Intervensi:Rasional
a). Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan
warna:Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan olehalat atau pemasangan gips, edema
b). Masase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan bebas
kerutan:Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko kerusakan kulitc). Ubah posisi dengan sering:Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan
meminimalkan kerusakan jaringan
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan primer:
kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur infasif, traksi tulang
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan, infeksi tidak terjadi2) Kriteria hasil:
a). Mencapai penyembuhan sesuai waktu, dan demam
b). TTV normal: TD sistole < 130 mmHg, diastole < 85 mmHg, suhu 36-37 C, nadi 78-88 x/mnt.
c). Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor, fungsiolaesa).3) Intervensi:Rasional
a). Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas:Pen atau kawat tidak harus
dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi kemerahan atau abrasib). Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan, bau
drainase yang tak enak:Menghindarkan infeksi
c). Obsevasi tanda-tanda vitald). Kaji adanya tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, color, tumor, fungsiolaesa)
e). Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan berbicara:Kekuatan otot, spasme tonik otot
rahang, mengindikasi tetanus
f). Berikan obat sesuai indikasi:Antibiotik membantu mengatasi nyerie. Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan alat bantu (kruk).
1) Intervensi:Rasional
a). Orientasikan pasien terhadap sekelilingb). Ajarkan penggunaan kruk dgn benarc). Ajrkan pada orang tua untuk memperkirakan perubahan sering pada kemampuan anak dan
waspada
d). Ajarkan orang tua untuk membantu anak dalam menangani tekanan sebaya yang melibatkanperilaku resiko
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi/tidak
mengenal sumber informasi
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
8/127
1) Intervensi:Rasional
a). Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya.
b). Jelaskan proses penyakit pada keluarga dan pasien.c). Berikan informasi yang berhubungan dengan penyakitnya.
d). Diskusikan setiap tindakan yang berhubungan dengan penyakitnya.
Daftar Pustaka
Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta,1995.
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999
Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.
Hudak and Gallo, Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta, 1994
Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta, 1996.Oswari, E, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.
Price, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta 1997.
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGCSmeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3.
Jakarta. EGC
Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Pendahuluan
1. Pengertian Fraktur
a. Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa. (Sjamsuhidajat R., 1997)
b. Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.(Price and
Wilson, 2006).
c. Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan (Mansjoer,dkk, 2000)
2. Penyebab patah tulang (Barbara, 1999)
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada daya tahan tulang,
seperti benturan dan cedera.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
9/127
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur patologi yaitu kelemahan tulang
akibat penyakit kanker atau osteoporosis.
3. Jenis-jenis fraktur (Smeltzer and Bare, 2003)
a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya megalami
pergeseran (bergeser dari posisi normal).
b. Fraktur Tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
c. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau
mebran mukosa sampai ke patahan kaki. 1) Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu :
Derajat I :
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif ringan
Kontaminasi minimal
Derajat II :
laserasi > 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot. dan neurovascular serta
kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat tiga terbagi atas :
Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi
luas/flap/avulse atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi
tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
Kehilangann jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi massif.Luka
pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
e. Sesuai pergerseran anatomisnya fraktur dibedakan menjadi tulang bergeser/tidak bergeser. Jenis
khusus fraktur dibagi menjadi:
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
10/127
1) Greensick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.
2) Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil dibanding
transversal).
4) Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
5) Kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
6) Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorng ke dalam (sering terjadi pada tulang
tengkorak dan tulang wajah).
7) Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
8) Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit Paget,
metastasi tulang, tumor).
9) Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada perlengkatannya.
10) Epfiseal, fraktur melalui epifisis
11) Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
B. Definisi Fraktur Femur
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan otot, kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan kapsula.
a. Melalui kepala femur (capital fraktur)
b. Hanya di bawah kepala femur
c. Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil
/pada daerah intertrokhanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter
kecil.
C. Etiologi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Cedera traumatic
a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang patah secara spontan
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
11/127
b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari benturan, misalnya jatuh
dengan tangan menjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada keadaan :
a) Tumor tulang (jinak atau ganas)
b) Infeksi seperti osteomielitis
c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi vitamin D yang mempengaruhi
semua jaringan skelet lain.
3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio
dan orang yang bertugas di kemiliteran.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini
merupakan dasar penyembuhan tulang (Black, J.M, et al, 1993).
E. Manifestasi Klinik (Mansjoer,dkk, 2000)
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functio laesa,
nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi ke
anterior. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
12/127
pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya
ligamentum didaerah lutut. Selain itu periksa juga nervus siatika dan arteri dorsalis pedis
F. Komplikasi (Mansjoer,dkk, 2000)
Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli lemak. Sedangkan
komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-union, malunion, kekakuan sendi lutut,
infeksi dan gangguan saraf perifer akibat traksi yang berlebihan.
G. Penatalaksanaan
Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya dengan
manipulasi dan traksi manual.
Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan
dengan spasme otot yang terjadi.
Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam yang dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid
terjadi.
imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi penyembuhan. Setelah frakturdireduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran
yang benar sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai,
traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi interna dapat
digunakan implant logam yang dapat berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi
fraktur.
Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah dilakukan reduksi dan
imobilisasi.
H. Pemeriksaan penunjang
1. X.Ray
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
13/127
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Biografi
Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama, penaggung jawab, status
perkawinan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat medis dan kejadian yang lalu
b. Riwayat kejadian cedera kepala, seperti kapan terjadi dan penyebab terjadinya
c. Penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang lainnya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/istirahat
Tanda: Keterbatasab/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri,
atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).
b. Sikulasi
Tanda: Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi
(kehilangan darah).
Takikardia (respon stres, hipovolemia).
Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada
bagian yang terkena.
Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
c. Neurosensori
Gejala: hilang gerakan/sensasi, spasme otot, kebas/kesemutan (parestesis).
Tanda: deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot,
terlihat kelemahan/hilang fungsi.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma
lain).
d.Nyeri/kenyamanan
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
14/127
Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tidak ada nyeri akibat
kerusakan saraf.
Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)
e. Keamanan
Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Ronsen : menentukan lokasi/luasnya fraktur femur/trauma.
b. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP
adalah respon stres normal setelah trauma.
e. Kreatinin : trauma otot mungkin meningkatkan beban kreatininuntuk klirens ginjal.
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel, atau cedera
hati.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan
cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan
sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan
berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur
invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
5. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
15/127
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op
frakture meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan
cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang atau hilang, Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi:
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetsahuan klien tentang nyeri.
d. Observasi tanda-tanda vital.
R/ untuk mengetahui perkembangan klien
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok
stimulasi nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan
sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan
berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus., luka bersih tidak lembab dan tidak
kotor, Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi
a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang
tepat.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
16/127
c. Pantau peningkatan suhu tubuh.
R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril,
gunakan plester kertas.
R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal
lainnya.
f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar
tidak terjadi infeksi.
g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko
terjadi infeksi.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
Tujuan : Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil : penampilan yang seimbang, melakukan pergerakkan dan perpindahan.,
mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
0 : mandiri penuh
1 : memerlukan alat bantu
2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran
3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu
4 : ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi dan Implementasi :
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan
ataukah ketidakmauan.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
17/127
c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur
invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. Luka bersih tidak lembab dan tidak
kotor. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi :
a. Pantau tanda-tanda vital.
R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya
proses infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
f. R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
5. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
18/127
Intervensi dan Implementasi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa
tenang dan mengurangi rasa cemas.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
e. R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C. B., (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal -Bedah, Volume I, EGC: Jakarta.Doenges, dkk, (2005). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta
Mansjoer, dkk., (2000).Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki.Volume 2. Edisi 6. EGC :
Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003).Bukuajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC: Jakarta
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
19/127
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan, maka tidak
menutup kemungkinan untuk terkena penyakit sebagai akibat dari pengaruh lingkungan yang
kurang baik, misalnya saja fraktur.
Fraktur atau bahasa awamnya patah tulang dapat disebabkan karena benturan, gerakan
memutar mendadak maupun kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan atau
penyakit primer seperti osteoporosis. Fraktur mempunyai komplikasi yang kadang-kadang tidak
diketahui oleh banyak orang. Adapun komplikasi tersebut yang paling berbahaya adalah
hypovolemik shock karena banyaknya perdarahan yang dapat mengakibatkan kematian.
Oleh karena itu peran perawat sangan penting dalam memberikan penyuluhan tentang
bagaimana mencegah terjadinya kecelakaan dengan senantiasa berhati-hati dalam melakukan aktifitas
sehari-hari, serta memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada penderita fraktur dan memberi
penyuluhan tentang pentingnya asupan karbohidrat, protein dan kalsium yang cukup untuk prosespenyembuhan dan pembentukan tulang baru.
B. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang pneumonia dan proses keperawatannya.
b. Tujuan Khusus
Setelah membuat asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur, mahasiswa diharapkan dapat:
Mengetahui tentang pengertian fraktur
Mengetahui tentang etiologi dan tanda gejala fraktur
Mengetahui patofisiologi dari fraktur
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
20/127
Mengetahui tentang tinjauan teori oksigenasi pada fraktur
Melakukan pengkajian pada pasien dengan fraktur
Membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
Melakukan intervensi dan implementasi pada pasien dengan fraktur
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner
& Suddarth,2002).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C, dalam buku Nursing Care Plans
and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama
yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensens Medical Surgical Nursing
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan,
deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpukan bahwa fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang yang dapat disebabkan oleh trauma, ruda paksa atau oleh penyebab patologis, yang
dapat digolongkan sesuai dengan jenis dan kontinuitasnya.
B. EPIDEMIOLOGI
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
21/127
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju
industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat
yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan
bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah kesemrawutan
arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya
kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau
disebut fraktur. Fraktur radius ulna yang paling sering terjadi adalah fraktur radius ulna pars sepertiga
distal. Fraktur ini mencakup 14% dari kasus fraktur tulang panjang yang muncul. Untuk fraktur femur
yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada fraktur collum, fraktur subtrochanter femur
ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami
osteoporotik, trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi)
sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan. Sedangkan fraktur batangfemur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur condyler femur banyak terjadi pada
penderita lakilaki dewasa karena kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur batang
femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah. Sementara ini
diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas usia 50 tahun di seluruh dunia mengidap
osteoporosis. Ini menambah kejadian jutaan fraktur lainnya pertahunnya yang sebagian besar
melibatkan lumbar vertebra, panggul dan pergelangan tangan (wrist), dari tulang rusuk juga umum
terjadi pada pria.
C. ANATOMI-FISIOLOGI
1. TULANG
Tulang membentuk rangka penunjang dan perlindungan bagi tubuh dan tempat melekatnya otot-otot
yang menggerakkan kerangka tubuh. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan
gerakan, ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk
berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium
a. Fungsi tulang
Sebagai formasi krangka, dengan membentuk rangka tubuh, menentukan bentuk dan ukuran tubuh.
Pergerakan, yaitu untuk berbagai aktifitas selama pergerakan.
Perlindungan, yaitu melindungi organ-organ yang lunak dalam tubuh.
Hemtopoiesis yaitu pembentukan sel-sel darah merah yang terjadi pada sumsum tulang merah.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
22/127
Tempat penyimpanan mineral, antara lain kalsium dan fospor.
b. Komposisi jaringan tulang
Tulang terdiri dari sel-sel (osteosit, osteoblash dan osteoklas) dan matrik ekstraseluler yang tersusun
dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada substansi dasar dan garam-garam anorganik tulang
seperti fospor dan kalsium.
c. Klasifikasi tulang
Klasifikasi tulang menurut bentuknya terbagi atas :
Tulang panjang yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri dari diafisis dan efifisis yang berfungsi
untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam pergerakan.
Tulang pendek yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya ditemukan berkelompok yang berfungsi
memberikan kekuatan dan kekompakan pada area yang pergerakannya terbatas.
Tulang pipih yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang berfungsi untuk memberikan suatu
permukaan yang meluas untuk perlengketan otot dan memberikan perlindungan.
Tulang ireguler yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan dengan struktur tulang yang sama dengan
tulang pendek.
Tulang sesamoid yitu tulang kecil bulat yang masuk dalam pormasi persendian yang bersambung dengan
kartilago, ligamentum atau tulang lainnya.
2. PERSENDIAN
Persendianadalah adalah pertemuan antara 2 buah tulang atau beberapa tulang kerangka. Suatu
persendian terjadi saat permukaan dari 2 tulang bertemu yang memungkinkan adanya pergerakan
atautidak yang bergantung pada sambungannya.
a. Klasifikasi pesendian secara struktural terbagi menjadi
Persendian fibrosa, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan
ikat fibrosa.
Persediaan kartilago yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan
kartilago
Persendian sinovial yaitu persendian yang memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan
ligamen artikular yang membungkusnya.
b. Klasifikasi persendian menurut fungsinya dibagi menjadi :
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
23/127
Sendi sinartosis (sendi mati), sendi ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago. Sendi jenis ini
adalah antara lain :
- Sutura, yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat yang hanya ditemukan pada
tulang tengkorak. Contohn : sutura sagital dan parietal.
- Sinkodrosis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan kartilagi hialin. Contoh : lempeng
epifisis sementara antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang anak.
Sendi amfiartosis (sendi dengan pergerakan terbatas). Sendi ini memungkinkan gerakan terbatas sebagai
respon terhadap torsi dan kompresi. Sendi jenis ini antara lain adalah :
- Simfisis, adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago, yang menjadi
bantalan sendi dan memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Contoh: simpisis pubis.
- Sindesmosis, terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan serat-serat jaringan
ikat kolagen. Contoh : ditemukan pada tulang yang bersisihan seperti radius dan ulna, serta tibia danfibula.
- Gomposis, adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas dalam kantong tulang
seperti pada gigi yang tertanam pada tulang rahang.
Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi sinovial. Sendi ini memiliki rongga
sendi yang berisi cairan sinovial yang terdiri dari :
- Sendi sferoidal yang terdiri dari sebuah tulang yang masuk kedalam rongga berbentuk cangkir pada
tulang lain.Contoh : sendi panggul dan bahu
- Sendi engsel, terdiri dari sebuah tulang yang masuk dengan pas pada permukaan konkaf tulang kedua,
sehingga memungkinkan gerakan satu arah
- Sendi kisar, yaitu tulang bentuk kerucut yang masuk pas cekungan tulang kedua dan dapat berputar
kesemua arah. Contoh : tulang atlas, persendian bagian kepala
- Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial yang memungkinkan gerakan kedua arah disudut kanan
setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radiusdan tulang karpal.
- Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf disatu sisi dan konkaf pada sisi
lain, sehingga tulang akan masuk dengan pas seperti dua pelana yang saling menyatu. Satu-satunya
sendi pelana sejati yang ada dalam tubuh adalah persediaan antara tulang karpal dan metakarpal pada
ibu jari.
- Sendi peluru adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang berartikulasi berbentuk datar,
sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan tulang yang lainnya. Persendian
seperti ini disebut sendi nonaksia.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
24/127
c. Pergerakan sendi
Pergerakan sendi merupakan hasil kerja otot rangka yang melekat pada tulang dan membentuk
artikulasi dengan cara memberikan tenaga. Tulang hanya berfungsi sebagai pengungkit dan sendi
sebagai penumpu.
Beberapa pergerakan sendi antara lain :
Fleksi, adalah gerakan memperkecil sudut antara dua tulang. Contoh : saat menekuk siku, menekuk lutut
atau menekuk torso kearah lain.
- Dorsofleksi, adalah gerakan menekuk telapak kaki dipergelangan kearah depan (meninggalkan dairah
dorsal kaki)
- Plantar fleksi adalah gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan kaki.
Ekstensi, adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang
Abduksi, adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh seperti gerakan abduksi jari tangan
dan jari kaki.
Aduksi, adalah gerakan tubuh saat kembali keaksis utama tubuh (kebalikan dari gerakan abduksi)
Rotasi, adalah gerakan tulang yang berputar disekitar aksis pusat tulang itu sendi tanpa mengalami
dislokasi lateral, seperti saat menggelengkan kepala untuk menyatakan tidak.
- Pronasi, adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis yang mengakibatkan telapak tangan
menghadap kebelakang.
- Supinasi yaitu rotasi lateral lengan bawah yang mengakibatkan telapak tangan menghadap kedepan.
Sirkumduksi, adalah kombinasi dari semua gerakan argular dan berputar untuk membuat suatu ruang
berbentuk kerucut seperti saat menagyunkan lengan berbentuk putaran
Inversi, adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan tulapak kaki menghadap kedalam atau
kearah medial
Eversi, adalah pergerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan tulapak kaki menghadap kearah
luar
Protaksi, adalah memajukan bagian tubuh seperti saat menonjolkan rahang bawah kedepan atau
memfleksi girdel pektoral untuk membungkuskan dada
Retraksi, adalah gerakan menarik bagian tubuh kearah belakang seperti saat menstraksi mandibula
Elevasi adalah pergerakan suatu struktur kearah superiorseperti saat mengatupkan mulut
Depresi adlah menggerakkan suatu struktur kearah inferior, seperti saat membuka mulut.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
25/127
3. OTOT
Struktur jaringan otot dikhususkan untuk melakukan gerakan, baik oleh badan secara keseluruhan
gerakan, baik oleh badan secara keseluruhan maupun oleh berbagai bagian tubuh yang satu terhadapyang lain. Sel-sel otot sangat berkembang dalam fungsi kontraktil dan tidak begitu berkembang dalam
hal konduktivitas. Kekhususan ini meliputi pemanjangan sel-selnya sesuai sumbu kontroksi.
Pada jaringan otot, sel-sel atau serat otot itu biasanya bergabung dalam berkas-berkas, sehingga
jaringan otot tidak hanya terdiri atas serat-serat otot saja. Karena harus melakukan kerja mekanis, serat-
serat otot memerlukan banyak kapiler darah yang mendatangkan makanan dan oksigen, dan
mengangkut keluar produk sisa toksik. Pembuluh-pembuluh darah itu terdapat di dalam jaringan ikat
fibrosa, yang juga berguna untuk mengikat serat-serat otot menjadi satu dan sebagai pembungkus,
pelindung sehingga tarikan dapat berlangsung secara efektif.
Komponen-komponen sel-sel otot seperti hal-hal yang lain, tetapi memiliki istilah khusus, membran sel
disebut sarkolema, sitoplasma disebut sarkoplasma, retikulum endoplasma disebut retikulum
sarkoplasma, dan mitokondria disebut sarkosoma. Ada tiga macam otot digolongkan berdasarkan
struktur dan fungsi, yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos.
a. Otot Rangka
Otot rangka disebut juga otot lurik karena sesuai namanya mempunyai bagian yang gelap dan terang
menyerupai garis lurik. Otot lurik ini terdiri dari serabut-serabut otot, apabila menggabung semuanya
disebut kulit. Setiap gabungan serabut diselaputi oleh suatu selaput disebutfasia propria.Gabungan dari
seluruh serabut diseluputi lagi olehfase supersial.
b. Otot Polos
Otot polos berbentuk kumparan, yaitu kedua ujungnya meruncing dengan bagian tengahnya membesar
dan mempunyai satu inti sel. Kerja otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak
kita, maka otot ini disebut otot tak sadar. Otot polos mempunyai karakteristik yang lain, yaitu: tidak
melekat pada tulang, aktivitasnya lambat dan teratur, mampu berkontraksi dalam waktu yang lama,
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
26/127
tidak mudah lelah, gerakannya berada dalam kendali saraf otonom (tidak sadar), banyak dijumpai di
lambung, usus, indung telur paru-paru, dan pembuluh darah.
c. Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercabang-cabang dan berinti banyak. Kerja otot jantung kontraksinya
dipengaruhi oleh saraf tidak sadar. Otot jantung terus berkontraksisepanjang waktu dengan gerakan
yang teratur berirama dalam memompa darah keseluruh tubuh. Denyut jantung disebabkan kontraksi
otot jantung secara normal. Pada orang dewasa berlangsung 72 kali setiap menit. Setiap berkontraksi
sangat memerlukan oksigen yang cukup. Bila jantung tidak mendapat oksigen selama 30 detik saja,
kontraksi jantung akan berhenti.
D. JENIS FRAKTUR
1.Berdasarkan sifat fraktur
a.Fraktur tertutup
Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar
b. Fraktur terbuka
Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar
1. Derajat I
Luka < 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit dan tidak ada tanda luka remuk
2. Derajat II
Laserasi > 1 cm, kerusakan jaringan lunak, flap/avulsi
3. Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi
derajat tinggi.
2. Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
27/127
a. Fraktur komplit
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran bergeser dari posisi normal)
b. Fraktur inkomplit
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
Misal : Hair line fraktur, Green stick(fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi yang lain
membengkok)
3. Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme tauma
a. Fraktur transversal
Arah melintang dan merupakan akibat trauma angulasi / langsung
b. Fraktur oblik
Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma
langsung
c. Fraktur spiral
Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi
d. Fraktur kompresi
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
4. Istilah lain
a. Fraktur komunitif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
b. Fraktur depresi
Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang
wajah).
c. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor, metastasis tulang).
d. Fraktur avulsi
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
28/127
E. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari fraktur diantaranya :
1. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut
mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang,
cedera;jatuh/kecelakaan).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, yaitu terkena bukan pada bagian langsung yang terkena
trauma. misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada
pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada underlying
disesase dan hal ini disebut dengan fraktur patologis, misalnya; osteoporosis, kanker tulang metastase.
4. Penyebab lainnya, misalnya; Patah karena letih, Olahraga atau latihan yang berlebihan
D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada klien dengan fraktur, diantaranya:
a. Nyeri sedang sampai hebat dan bertambah berat saat digerakkan.
b. Hilangnya fungsi pada daerah fraktur.
c. Edema/bengkak dan perubahan warna local pada kulit akibat trauma yang mengikuti fraktur.
d. Deformitas/kelainan bentuk.
e. Rigiditas tulang/ kekakuan
f. Krepitasi saat ekstremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang akibat gesekan fragmen
satu dengan yang lain.
g. Syok yang disebabkan luka dan kehilangan darah dalam jumlah banyak.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
29/127
F. PATOFISIOLOGI
Trauma merupakan penyebab mayoritas dari fraktur baik trauma karena kecelakaan bermotor
maupun jatuh dari ketinggian menyebabkan rusak atau putusnya kontinuitas jaringan tulang. Selain itu
keadaan patologik tulang seperti Osteoporosis yang menyebabkan densitas tulang menurun, tulang
rapuh akibat ketidakseimbangan homeostasis pergantian tulang dan kedua penyebab di atas dapat
mengakibatkan diskontinuitas jaringan tulang yang dapat merobek periosteum dimana pada dinding
kompartemen tulang tersebut terdapat saraf-saraf sehingga dapat timbul rasa nyeri yang bertambah
bila digerakkan. Fraktur dibagi 3 grade menurut kerusakan jaringan tulang. Grade I menyebabkan
kerusakan kulit, Grade II fraktur terbuka yang disertai dengan kontusio kulit dan otot terjadi edema pada
jaringan. Grade III kerusakan pada kulit, otot, jaringan saraf dan pembuluh darah.
Pada grade I dan II kerusakan pada otot/jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat
karena ada spasme otot. Pada kerusakan jaringan yang luas pada kulit otot periosteum dan sumsum
tulang yang menyebabkan keluarnya sumsum kuning yang dapat masuk ke dalam pembuluh darah
sehingga mengakibatkan emboli lemak yang kemudian dapat menyumbat pembuluh darah kecil dan
dapat berakibat fatal apabila mengenai organ-organ vital seperti otak jantung dan paru-paru, ginjal dan
dapat menyebabkan infeksi. Gejala sangat cepat biasanya terjadi 24 sampai 72 jam. Setelah cidera
gambaran khas berupa hipoksia, takipnea, takikardi. Peningkatan isi kompartemen otot karena edema
atau perdarahan, mengakibatkan kehilangan fungsi permanen, iskemik dan nekrosis otot saraf sehingga
menimbulkan kesemutan (baal), kulit pucat, nyeri dan kelumpuhan. Bila terjadi perdarahan dalam
jumlah besar dapat mengakibatkan syok hipovolemik. Tindakan pembedahan penting untuk
mengembalikan fragmen yang hilang kembali ke posisi semula dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Selain itu bila perubahan susunan tulang dalam keadaan stabil atau beraturan maka akan lebih cepat
terjadi proses penyembuhan fraktur dapat dikembalikan sesuai letak anatominya dengan gips.
Trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklahhematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
30/127
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah
tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti
kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien dengan fraktur, diantranya:
a. Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang.
b. CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang mengalami kerusakan.
c. Darah lengkap: HT meningkat (hemokonsentrasi), HB menurun (akibat adanya perdarahan).
d. Arteriografi, bila diduga ada kerusakan pada vaskuler.
e. Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
f. Golongan darah, dilakukan sebagai persiapan transfusi darah jika ada kehilangan darah yang bermakna
akibat cedera atau tindakan pembedahan.
H. KOMPLIKASI
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian
distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
31/127
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang,
saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan
embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai
pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa
juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Nonunion
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
32/127
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap,
kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi
fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan
perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
I. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang
hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan:
1) Pembersihan luka
2) Exici
3) Hecting situasi
4) Antibiotik
b. Seluruh Fraktur
1) Rekognisis/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.
2) Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimun. Dapat juga
diartikan Reduksi fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
dan rotasfanatomis (brunner, 2001).
Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode
tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap, sama. Biasanya
dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilaugan
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
33/127
elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, roduksi fraktur
menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan.
Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus dipersiapkan untuk menjalani prosedur; harus
diperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan analgetika diberikan sesuai ketentuan. Mungkin perludilakukan anastesia. Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus ditangani dengan lembut untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut
Reduksi tertutup. Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan, sementara gips, biadi dan alat lain dipasang
oleh dokter. Alat immobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan
tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang
benar.
Traksi. Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imoblisasi. Beratnya traksi
disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Sinar-x digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan
aproksimasi fragmen tulang. Ketika tulang sembuh, akan terlihat pembentukan kalus pada sinar-x.
Ketika kalus telah kuat dapat dipasang gips atau bidai untuk melanjutkan imobilisasi.
Reduksi Terbuka. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah,
fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku, atau batangan
logam digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya sampai penyembuhan tulang
yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang, alat
tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.
3) OREF
Penanganan intraoperatif pada fraktur terbuka derajat III yaitu dengan cara reduksi terbuka diikuti
fiksasi eksternal (open reduction and external fixation=OREF) sehingga diperoleh stabilisasi fraktur yang
baik. Keuntungan fiksasi eksternal adalah memungkinkan stabilisasi fraktur sekaligus menilai jaringan
lunak sekitar dalam masa penyembuhan fraktur. Penanganan pascaoperatif yaitu perawatan luka dan
pemberian antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi, pemeriksaan radiologik serial, darah lengkap,
serta rehabilitasi berupa latihan-latihan secara teratur dan bertahap sehingga ketiga tujuan utama
penanganan fraktur bisa tercapai, yakni union (penyambungan tulang secara sempurna), sembuh secara
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
34/127
anatomis (penampakan fisik organ anggota gerak; baik, proporsional), dan sembuh secara fungsional
(tidak ada kekakuan dan hambatan lain dalam melakukan gerakan)
4) ORIF
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang
mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan
tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan untuk
fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranvers.
Reduksi terbuka dengan fiksasi interna (ORIF=open reduction and internal fixation) diindikasikan pada
kegagalan reduksi tertutup, bila dibutuhkan reduksi dan fiksasi yang lebih baik dibanding yang bisa
dicapai dengan reduksi tertutup misalnya pada fraktur intra-artikuler, pada fraktur terbuka, keadaan
yang membutuhkan mobilisasi cepat, bila diperlukan fiksasi rigid, dan sebagainya. Sedangkan reduksi
terbuka dengan fiksasi eksterna (OREF=open reduction and external fixation) dilakukan pada fraktur
terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang membutuhkan perbaikan vaskuler, fasiotomi, flap
jaringan lunak, atau debridemen ulang. Fiksasi eksternal juga dilakukan pada politrauma, fraktur pada
anak untuk menghindari fiksasi pin pada daerah lempeng pertumbuhan, fraktur dengan infeksi atau
pseudoarthrosis, fraktur kominutif yang hebat, fraktur yang disertai defisit tulang, prosedur
pemanjangan ekstremitas, dan pada keadaan malunion dan nonunion setelah fiksasi internal. Alat-alat
yang digunakan berupa pin dan wire (Schanz screw, Steinman pin, Kirschner wire) yang kemudian
dihubungkan dengan batang untuk fiksasi. Ada 3 macam fiksasi eksternal yaitu monolateral/standar
uniplanar, sirkuler/ring (Ilizarov dan Taylor Spatial Frame), dan fiksator hybrid. Keuntungan fiksasi
eksternal adalah memberi fiksasi yang rigid sehingga tindakan seperti skin graft/flap, bone graft, dan
irigasi dapat dilakukan tanpa mengganggu posisi fraktur. Selain itu, memungkinkan pengamatan
langsung mengenai kondisi luka, status neurovaskular, dan viabilitas flap dalam masa penyembuhan
fraktur. Kerugian tindakan ini adalah mudah terjadi infeksi, dapat terjadi fraktur saat melepas fiksator,
dan kurang baik dari segi estetikPenanganan pascaoperatif meliputi perawatan luka dan pemberian
antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi, pemeriksaan radiologik serial, darah lengkap, serta
rehabilitasi. Penderita diberi antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi dan dilakukan kultur pus
dan tes sensitivitas. Diet yang dianjurkan tinggi kalori tinggi protein untuk menunjang proses
penyembuhan.Rawat luka dilakukan setiap hari disertai nekrotomi untuk membuang jaringan nekrotik
yang dapat menjadi sumber infeksi. Pada kasus ini selama follow-up ditemukan tanda-tanda infeksi
jaringan lunak dan tampak nekrosis pada tibia sehingga direncanakan untuk debridemen ulang dan
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
35/127
osteotomi. Untuk pemantauan selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologis foto femur dan cruris
setelah reduksi dan imobilisasi untuk menilai reposisi yang dilakukan berhasil atau tidak. Pemeriksaan
radiologis serial sebaiknya dilakukan 6 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan sesudah operasi untuk
melihat perkembangan fraktur. Selain itu dilakukan pemeriksaan darah lengkap rutin
5) Retensi/Immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimun.
Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan
dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan
fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,
pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang
berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
6) Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan pada penyembuhan
tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status
neurovaskuler (mis. pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah
ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ansietas dan keti-
daknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan posisi, strategi
peredaan nyeri, termasuk analgetika). Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk
meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup
sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga-diri. Pengembalian bertahap
pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutika. Biasanya, fiksasi interna memungkinkan
mobilisasi lebih awal. Ahli bedah yang memperkirakan stabilitas fiksasi fraktur, menentukan luasnya
gerakan dan stres pada ekstrermitas yang diperbolehkan, dan menentukan tingkat aktivitas dan beban
berat badan.
J.
PATHWAY
Terlampir
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
36/127
K. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pre Operasi
a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Kegiatan yang beresiko cidera.
- Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh.
- Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan.
b. Pola nutrisi metabolik
- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
- Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan warna kulit di sekitar luka, edema.
c. Pola eliminasi
- Konstipasi karena imobilisasi
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kesemutan, baal
- Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas
- Tidak kuat menahan beban berat
- Keterbatasan mobilisasi
- Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal injury, lambatnya kapiler refill tim
e. Pola tidur dan istirahat
- Tidak bisa tidur karena kesakitan
- Sering terbangun karena kesakitan
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
37/127
f. Pola persepsi kognitif
- Nyeri pada daerah fraktur
- Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur
- Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi
g. Pola persepsi dan konsep diri
- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan sebelumnya
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Merasa tidak ditolong
- Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya
Post Operasi
a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Kegiatan yang beresiko cidera.
- Pengetahuan pasien tentang perawatan luka di rumah
b. Pola nutrisi metabolik
- Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
c. Pola eliminasi
- Konstipasi karena imobilisasi
d. Pola aktivitas dan latihan
- Keterbatasan beraktivitas
- Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot
- Baal atau kesemutan
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
38/127
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
39/127
e. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah:
cedera vaskuler langsung, edema, pembentukan trombus.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.
g. Resiko tinggi embolik lemak berhubungan dengan fraktur tulang panjang.
Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post pembedahan.
c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.
e. Ketidakefektifan regimen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perubahan
tingkat aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatannya saat di rumah.
Rencana Keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan sekunder pada fraktur, edema.
HYD: Nyeri berkurang sampai hilang ditandai dengan:
- Intensitas nyeri 2-3
- Ekspresi wajah rileks
- Tidak merintih
Rencana Tindakan:
1) Kaji lokasi nyeri dan intensitas nyeri.
Rasional: Mengetahui tindakan yang dilakukan selanjutnya.
2) Pertahankan imobilisasi pada bagian yang sakitnya.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
40/127
Rasional: Mengurangi nyeri
3) Ajarkan teknik relaksasi.
Rasional: Mengurangi nyeri pada saat nyeri timbul.
4) Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan.
Rasional: Mempersiapkan pasien untuk lebih kooperatif.
5) Beri posisi yang tepat secara berhati-hati pada area fraktur.
Rasional: Meminimalkan nyeri, mencegah perpindahan tulang.
6) Beri kesempatan untuk istirahat selama nyeri berlangsung.
Rasional: Untuk mengurangi nyeri.
7) Kolaborasi dalam pemberian terapi medik: analgetik.
Rasional: Mengatasi nyeri.
b. Imobilisasi fisik berhubungan dengan cidera jaringan sekitar/fraktur.
HYD: Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dalam waktu bertahap ditandai dengan: higiene
perseorangan, nutrisi dan eliminasi terpenuhi dengan bantuan.
Rencana Tindakan:
1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas pasien.
Rasional: Menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak dapat dilakukan secara mandiri.
Rasional: Mengurangi nyeri dan semakin parahnya fraktur.
3) Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan pasien.
Rasional: Meningkatkan kemandirian pasien.
4) Perhatian dan bantu personal higiene.
Rasional: Mencegah komplikasi dan kerusakan integritas kulit.
5) Ubah posisi secara periodik sejak 2 jam sekali.
Rasional: Mencegah komplikasi dekubitus.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
41/127
6) Libatkan keluarga dalam memberikan asuhan kepada pasien.
Rasional: Memberi motivasi pada pasien.
7) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: Mencegah nyeri yang berlebihan.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak.
HYD: Tidak ada tanda-tanda infeksi ditandai dengan:
- Suhu normal 36-37oC
- Tidak ada kemerahan, tidak ada edema, luka bersih.
Rencana Tindakan:
1) Observasi TTV terutama suhu.
Rasional: Peningkatan suhu menunjukkan adanya infeksi.
2) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
Rasional: Luka yang kotor dan basah merupakan media yang baik untuk mikroorganisme berkembang biak.
3) Tutup daerah yang luka dengan kasa steril/balutan bersih.
Rasional: Mencegah kuman/mikroorganisme masuk.
4) Rawat luka dengan teknik aseptik.
Rasional: Mencegah mikroorganisme berkembang biak.
5) Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antibiotik.
Rasional: Menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
d. Cemas berhubungan dengan prosedur pengobatan.
HYD: Cemas berkurang ditandai dengan:
- Pasien mengerti penjelasan yang diberikan oleh perawat mengenai pengobatan.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
42/127
- Pasien kooperatif saat dilakukan perawatan.
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas.
Rencana Tindakan:
1) Kaji tingkat kecemasan.
Rasional: Mengidentifikasi intervensi selanjutnya.
2) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Mengidentifikasi tingkat kecemasan.
3) Jelaskan pada pasien prosedur pengobatan.
Rasional: Mengurangi tingkat kecemasan pasien.
4) Berikan lingkungan yang nyaman.
Rasional: Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi tingkat kecemasan.
5) Libatkan keluarga dalam memberikan support.
Rasional: Memberi dukungan dan mengurangi rasa cemas pasien.
e. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan/interupsi aliran darah:
cedera vaskuler langsung, edema, pembentukan trombus.
HYD: Mempertahankan perfusi jaringan ditandai dengan:
- Terabanya nadi, kulit hangat atau kering, tanda vital stabil.
Rencana Tindakan:
1) Observasi nadi perifer distal terhadap cidera melalui palpasi. Bandingkan dengan ekstremitas yang sakit.
Rasional: Penurunan/tak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler dan perlunya evaluasi medik segera
terhadap status sirkulasi.
2) Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan distal pada fraktur.
Rasional: Warna kulit putih menunjukan gangguan arterial.
3) Lakukan pengkajian neuromuskuler, minta pasien untuk melokalisasi nyeri.
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
43/127
Rasional: Gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan/ penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi pada saraf
tidak adekuat atau saraf rusak.
4) Beri motivasi untuk melakukan latihan pada ekstremitas yang cedera.
Rasional: Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah khususnya pada ekstremitas bawah.
5) Awasi tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum, kulit dingin, perubahan mental.
Rasional: Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.
HYD: Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi.
Rencana Tindakan:
1) Kaji kulit pada luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna, kelabu, memutih.
Rasional: Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh alat dan atau
pemasangan gips/bebat atau traksi.
2) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Peningkatan terutama suhu merupakan tanda-tanda infeksi.
3) Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
Rasional: Menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko abrasi/kerusakan kulit.
4) Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang.
Rasional: Meminimalkan tekanan pada area ini.
5) Ubah posisi tidur secara periodik tiap 2 jam.
Rasional: Meminimalkan resiko kerusakan kulit.
g. Resiko tinggi embolik lemak berhubungan dengan fraktur tulang panjang.
HYD:
Rencana Tindakan:
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
44/127
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
45/127
-
8/10/2019 LAPORAN_PENDAHULUAN_FRAKTUR
46/127
Rasional: Meningkatkan kesehatan diri.
4) Ubah posisi secara periodik.
Rasional: Menurunkan komplikasi lesi kulit.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi.
HYD: Infeksi tidak terjadi ditandai dengan:
- Pasien tidak mengalami infeksi tulang
- Suhu tubuh normal antara 36-37oC
Rencana Tindakan:
1) Observasi TTV.
Rasional: Peningkatan TTV menunjukkan adanya infeksi.
2) Rawat luka operasi dengan teknik antiseptik.
Rasional: Mencegah dan menghambat berkembang biaknya bakteri.
3) Tutup daerah luka dengan kasa steril.
Rasional: Kasa steril menghambat masuknya kuman ke dalam tubuh.
4) Jaga daerah luka operasi tetap bersih dan kering.
Rasional: Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi berkembang biaknya b