laporan vitamin untuk ika merdekawati
DESCRIPTION
ini diaTRANSCRIPT
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN KELOMPOK
ANALISIS VITAMIN
OLEH
KELOMPOK III
SRI MEGAWATI N111 09 013
SUHARPIAMI N111 10 122
FITRI AQMALIAH B N111 10 263
SURYANINGSIH N111 10 268
ARDY N TODING BUA N111 10 276
EKA HARDIYANTI N111 10 287
NURUL MUTHMAINNAH N111 10 905
GOLONGAN RABU
ASISTEN : FAISAH
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Analisis kimia kuantitatif dapat diartikan sebagai metode analisis
prosedur kimia kuantitatif terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam bidang
farmasi terutama dalam penentuan kadar dan mutu dari obat-obatan dan
senyawa-senyawa kimia yang tercantum dalam farmakope dan buku-buku
resmi lainnya.
Obat-obatan di pasaran sampai ke tangan konsumen dalam waktu
yang cukup lama. Dalam waktu tersebut, tidak menutup kemungkinan kadar
zat aktif dalam sediaan telah mengalami penurunan. Untuk itulah perlu
adanya penentuan kadar senyawa aktif dalam sampel, terutama untuk
sampel vitamin seperti vitamin B1, vitamin B6, Vitamin C, dan Vitamin E
sehingga dapat menjamin bahwa kadar obat yang ada dalam sediaan itu
memang sesuai dengan persyaratan kadar seperti dalam monografinya
masing-masing.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
1. Mengetahui dan memahami cara melakukan analisis sampel vitamin
dalam suatu sediaan farmasi secara kualitatif
2. Mengetahui dan memahami cara melakukan analisis sampel vitamin
dalam suatu sediaan farmasi secara kuantitatif.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui cara melakukan analisis kualitaif sampel vitamin dengan
menggunakan pereaksi tertentu.
2. Mengetahui cara melakukan penetapan kadar dari sampel vitamin dalam
sediaan vitamin C IPI®, Vitamin C injeksi, Vitamin B1 IPI®, Vitamin B6 dan
Natur-E dengan menggunakan metode analisis tertentu.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Melakukan uji kualitatif terhadap keberadaan suatu sampel vitamin dalam
suatu sediaan dengan menggunakan metode vercoling dengan
memanaskan sampel beberapa saat hingga tercium bau khas atau
dengan menggunakan reaksi pengendapan, reaksi warna dengan
menambahkan suatu reagen tertentu hingga terjadi perubahan warna
spesifik.
2. Melakukan penetapan kadar dari sampel Vitamin B1 dalam sediaan
farmasi Vitamin B1 IPI® dengan menggunakan metode titrasi bebas air
dengan melarutkan sampel dengan sejumlah asam asetat glasial lalu
dititrasi dengan larutan baku HClO4, dengan menggunakan indikator
kristal violet. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna
larutan menjadi hijau kebiruan.
3. Melakukan penetapan kadar dari sampel Vitamin B1 dalam sediaan
farmasi Vitamin B1 IPI® dengan menggunakan metode Argentometri
dimana sampel dititrasi dengan menggunakan larutan baku AgNO3
berlebih, dan indikator Besi (III) Ammonium Sulfat. Kemudian kelebihan
AgNO3 dititrasi kembali dengan larutan baku NH4SCN.
4. Melakukan penetapan kadar dari sampel Vitamin B6 dalam sediaan
farmasi Vitamin B6 IPI® dengan menggunakan metode titrasi bebas air
dengan melarutkan sampel dengan sejumlah asam asetat glasial lalu
dititrasi dengan larutan baku HClO4, dengan menggunakan indikator
kristal violet. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna
larutan menjadi hijau kebiruan.
5. Melakukakan penetapan kadar dari sampel vitamin C dalam sediaan
farmasi vitamin C IPI® dengan menggunakan metode iodimetri dimana
sampel dititrasi dengan menggunakan larutan baku iodium dan
menggunakan indikator kanji dimana titik akhir titrasi ditandai dengan
warna biru yang ada pada larutan sampel menghilang.
6. Melakukakan penetapan kadar dari sampel vitamin C dalam sediaan
Vitacimin® dengan menggunakan metode iodatometri dimana sampel
dititrasi dengan menggunakan larutan baku kalium iodat dan
menggunakan indikator kanji dimana titik akhir titrasi ditandai dengan
warna biru yang ada pada larutan sampel menghilang.
7. Melakukakan penetapan kadar dari sampel Vitamin C injeksi dengan
menggunakan metode iodatometri dimana sampel dititrasi dengan
menggunakan larutan baku kalium iodat dan menggunakan indikator kanji
dimana titik akhir titrasi ditandai dengan warna biru yang ada pada larutan
sampel menghilang.
8. Melakukan penetapan kadar dari sampel Vitamin E dalam sediaan Natur-
E dengan dengan menggunakan metode alkalimetri, dimana sampel
dilarutkan dengan etanol encer yang telah dinetralkan. Lalu, dititrasi
dengan larutan baku NaOH dan menggunakan indikator PP, titik akhir
titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah jambu.
9. Melakukan penetapan kadar dari sampel Vitamin B1 dalam sediaan
farmasi Vitamin B1 IPI® dengan dengan menggunakan metode alkalimetri,
dimana sampel dititrasi dengan larutan baku NaOH dan menggunakan
indikator bromtimol biru, titik akhir titrasi ditandai dengan adanya
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Vitamin adalah faktor nutrisi esensial dan senyawa kimai yang aktif.
Vitamin juga didefinisikan sebagai senyawa organik kompleks yang esensial
untuk untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi mahluk hidup.
(1,2)
Istilah vitamin pertama kali diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia
bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam
air itu sebuah amina yang sangat vital dan dari kata tersebut lahirlah istilah
vvitamin yang kemudian menjadi vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu
kelompok senyawa organik yang tidak termasuk golongan protein,
karbohidrat ataupun lemak. dan terdapat dalam jumlah yang kecil dalam
bahan makanan tetapi sangat penting peranannya bagi beberapa fungsi
tertentu tubuh untuk menjaga kelangsung kehidupan dan pertumbuahan.
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh
untuk proses metabolisme dan pertumbuhan normal. (3)
Banyak vitamin yang telah dikenal dan dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam
lemak. Jenis vitamin yang dapat larut dalam air ialah vitamin B kompleks dan
vitamin C, sedangkan vitamin yang dapat larut dalam lemak adalah vitamin A,
D, E, dan K serta provitamin A. (2)
Contoh vitamin yang larut air meliputi tiamin (Vitamin B1), riboflavin
(Vitamin B2), asam nikotinat, asam pantotenat, piridoksin (Vitamin B6), biotin,
asam folat (Vitamin B12) dan asam askorbat (Vitamin C). Vitamin yang larut
air hanya disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang
bersama aliran makanan. Saat suatu bahan dicerna oleh tubuh, vitamin yang
terlepas akan masuk ke dalam airan darah dan beredar ke seluruh bagian
tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh
bersama urin. Oleh karena inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin yang
larut air secara terus menerus. Vitamin yang larut lemak akan disimpan
dalam jaringan adiposa dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan
dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. (3)
II.2 Uraian Bahan
1. Air suling (5)
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Aquades, air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Natrium Hidroksida (5)
Nama resmi : Natrii Hydroxidum
Nama lain : Natrium Hidroksida
RM/BM : NaOH/40,00
Pemerian : Putih atau praktis putih, massa hablur
berbentuk pellet, serpihan atau batang
atau bentuk lain, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur bila
dibiarkan diudara akan cepat menyerap
karbondioksida dan lembab
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titran
3. Fenolftalein (5)
Nama resmi : Phenolphtaleinum
Nama lain : Fenolftalein
RM/BM : C20H14O4/318,33
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih
kekuningan lemah, tidak berbau, stabil
di udara
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
etanol, agak sukar larut dalam eter
Trayek pH : 8,0-10,0
Perubahan warna : Dari tak berwarna menjadi merah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
4. AgNO3 (4)
Nama Resmi : Argenti Nitras
Nama Lain : Perak nitrat
RM/BM : AgNO3 / 169,87
Pemerian : hablur transparan atau serbuk hablur
berwarna putih ; tidak berbau ; menjadi
gelap jika kena cahaya
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air ; larut dalam
etanol (95 %) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
5. Asam perklorat (3)
Nama Lain : Asam perklorat
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna.
Kelarutan : Bercampur dengan air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya.
6. Asam sulfat (4)
Nama resmi : Acidum sulfuricum
Nama lain : Asam sulfat
RM/BM : H2SO4/98,07
Pemerian : Cairan kental, seperti minyak, korosif,
tidak berwarna.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pemberi suasana asam.
7. Iodium (4)
Nama resmi : Iodum
Nama lain : Iod
RM/BM : I2/126,41
Pemerian : keping atau butir, berat, mengkilat seperti
logam, bau khas
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air,
dalam 13 bagian etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan baku
8. Kanji (4)
Nama resmi : Amylum Solani
Nama lain : Starch, pati
Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa
gumpalan kecil, putih.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin, dalam
etanol 95 % P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat
sejuk dan kering
Kegunaan : Sebagai indikator
9. Asam askorbat (4)
Nama resmi : Acidum askorbicum
Nama lain : Asam askorbat
RM/BM : C6H8O6 / 176,13
RB :
Pemerian : Hablur, atau serbuk putih atau agak
kuning dan pengaruh cahaya lambat laun
menjadi gelap. Dalam keadaan kering
stabil di udara cepat terokdasi
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol, tidak larut dalam CHCl3,
eter dan benzena.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
Penetapan kadar : Asam askorbat mengandung tidak kurang
dari 99,0 % C6H8O6
10.Vitamin B1 (4)
Nama Resmi : Tiamini hydrochloridum
Nama lain : Tiamina hidroklorida
RM/BM : C12H17ClN4OS / 337,27
RB :
Pemerian : Hablur kecil, atau serbuk hablur, putih,
bau khas lemah mirip ragi; rasa pahit.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam
eter P, benzen P, larut dalam gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya.
Penetapan kadar : Asam askorbat mengandung tidak kurang
dari 99,0 % C12H17ClN4OS
11.Vitamin B6 (4)
Nama Resmi : Pyridoxini hydrochloridum
Nama lain : Piridoksin hidroklorida
RM : C8H11ClNO3
RB :
Pemerian : Hablur putih, tidak berwarna, atau serbuk
hablur putih; tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya.
12.Vitamin E (5)
Nama Resmi : Tocopherolum
Nama lain : Alfa tokoferol
RB :
Pemerian : Praktis tidak berbau dan tidak berasa.
Bentuk alfa tokoferol asetat berupa
minyak kental jernih, warna kuning /
kuning kejunahan.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam
larutan alkali, larut dalam etanol, eter,
aseton dan dalam minyak nabati, sangat
mudah larut dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya.
Penetapan kadar : Tidak kurang dari 96,0 % dan tidak lebih
dari 102,0%.
13.Kalium Iodat (4)
Nama Lain : Kalium iodat
RM : KIO3
Pemerian : Serbuk hablur; putih
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung
dari cahaya.
14. Iodium (4)
Nama Resmi : Iodum
Nama Lain : Iodum
RM/BM : I / 126,91
Pemerian : keping atau butir, berat, mengkilat, seperti
logam ; hitam kelabu ; bau khas
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 300 bagian air,
dalam 13 bagian etanol (95 %) P. dalam
lebih kurang 80 bagian gliserol P dan
dalam lebih kurang 7 bagian
karbondisulfida P ; larut dalam kloroform
P dan dalam karbontetraklorida P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
15.Kristal violet (4)
Nama resmi : Kristal violet
Nama Lain : Gertian violet
RM/BM : C25H30ClN3 / 408
Pemerian : Hablur berwarna hijau tua.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol (95%) P. Larutannya
berwarna lembayung tua.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai indikator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
16.Asam asetat glasial (4)
Nama resmi : Acidum aceticum glaciale
Nama Lain : Asam asetat glacial
RM/BM : CH3COOH / 60,05
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, berbau
khas, tajam, jika diencerkan dengan air,
rasa asam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan
etanol (95%) P dan dengan gliserol P
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
17.Fenolftalein (5)
Nama resmi : Phenolphtaleinum
Nama lain : Fenolftalein
RM/BM : C20H14O4/318,33
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih
kekuningan lemah, tidak berbau, stabil
di udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
etanol, agak sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
18.Kloroform (4)
Nama Resmi : Chloroformum
Nama Lain : Kloroform
RM/BM : CHCl3/119,38
Pemerian : Cairan, mudah menguap; tidak berwarna;
bau khas; rasa manis dan membakar.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air;
mudah larut dalam etanol mutlak P,
dalam eter P, dalam sebagian besar
pelarut organik, dalam minyak atsiri dan
dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat
kaca, terlindung dari cahaya.
II.3 Uraian Sampel
1. Vitacimin ®
Komposisi : Vitamin C 500 mg
Kemasan : Strip, 2 tablet
2. Vitamin C IPI ®
Komposisi : Vitamin C 50 mg
Kemasan : Botol, 50 tablet
3. Vitamin B1 IPI ®
Komposisi : Vitamin B1 15 mg
Kemasan : Botol, 50 tablet
4. Vitamin B6 IPI ®
Komposisi : Vitamin B6 25 mg
Kemasan : Botol, 50 tablet
5. Natur-E (6)
Komposisi : α-tocoferol 100 IU
Kemasan : Strip, 6 kapsul
II.4 Prosedur Preparasi
1. Tablet vitamin B1 (3)
Sejumlah tablet setara dengan lebih kurang 100 mg tiamin HCl, gerus
dengan 10 ml larutan NaOH 2% b/v, saring.
2. Tablet Vitamin C (4)
Kocok sejumlah serbuk tablet dengan etanol encer P secukupnya hingga
kadar asam askorbat lebih kurang 2%, saring.
3. Vitamin C Injeksi (4)
Pada sejumlah volume injeksi setara dengan 15 mg asam askorbat,
tambahkan 15 ml larutan asam trikloroasetat P (1 dalam 20), tambahkan
lebih kurang 200 mg arang aktif P, kocok kuat-kuat selama 1 menit,
saring.
4. Vitamin E (4)
Buat larutan mengandung 10 mg alfa tokoferol tak teresterifikasi dalam 10
ml etanolmutlak P atau gunakan 10 ml larutan uji untuk alfa tokoferol
asetat.
II.5 Prosedur Sampel
1. Vitamin B1
a. Lebih kurang 25 mg yang ditimbang seksama, larutkan dalam HCl P
2% v//v, encerkan dengan HCl P 2% v/v secukupnya hingga 500 ml,
campur. Encerkan 5 ml secara bertahap dengan HCl P 2% v/v
secukupnya hingga diperoleh larutan dengan kadar 0,2 μg per ml.
lanjutkan penetapan menurut cara yang tertera pada penetapan kadar
tiamina. (3)
b. Zat dilarutkan dalam 20 ml CH3COOH dengan pemanasan lemah
sesudah dingin, larutan direaksikan dengan 5 ml larutan raksa (II)
asetat, kemudian dititrasi dengan 0,05 N asam perklorat (1/40 mmol)
sampai timbul warna biru, indikator 5 tetes larutan ungu kristal. (7)
c. Zat dilarutkan dalam 100 ml asam asetat, kemudian dititrasi dengan
0,05 N asam perklorat (1/40 mmol) sampai timbul warna hijau,
indikator 2 tetes larutan naftol benzein. (7)
2. Vitamin C
a. Timbang seksama lebih kurang 400 mg. larutkan dalam campuran 100
ml air dan 25 ml H2SO4 (10% v/v) P Titrasi segera dengan iodium 0,1
N LV, menggunakan indikator larutan kanji P. (3)
1 ml Iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H8O6
b. Timbang seksama lebih kurang 400 mg. larutkan dalam campuran 100
ml air dan 25 ml H2SO4 2 N, tambahkan 3 ml kanji, LP. Titrasi segera
dengan iodium 0,1 N LV. (4)
1 ml Iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H8O6
c. Sejumlah larutan injeksi ± 200 mg asam askorbat dipipetke dalam labu
erlenmeyer ditambahkan 5 ml larutan asam sulfat 10% dan 10 ml
larutan iodium. Kelebihan larutan iodium dititrasi dengan larutan
natrium tiosulfat 0,1 N dengan menggunakan indikator larutan kanji
menjadi biru. (9)
3. Vitamin B6
a. Timbang seksama 400 mg, larutkan dalam campuran 10 ml asam
asetat glacial dan10 ml larutan Hg (II) asetat P, hangatkan sedikit
hingga larut. Dinginkan hingga suhu kamar, tambahakan dua tetes
larutan kristal violet P dan titrasi dengan HClO4 0,1 N. Lakukan
penetapan blangko. (3)
1 ml HClO4 0,1 N setara dengan 20,56 mg vitamin B6
b. Timbang seksama 500 mg, larutkan dalam 50 ml metanol P dalam
labu bersumbat kaca. Tambahkan 5 ml asam asetat glacial P dan 2-3
tetes larutan eosin P dan titrasi dengan AgNO3 0,1 N. (3)
1 ml AgNO3 0,1 N setara dengan 3,545 mg Cl
c. Lebih kurang 300 mg piridoksin hidroklorida yang ditimbang seksama,
dilarutkan dalam 40 ml asam asetat glacial lalu dititrasi dengan HClO4
0,1 N menggunakan indikator 3 tetes kristal violet sampai hijau biru.
(8)
Tiap ml HClO4 0,1 N setara dengan 20,56 mg vitamin B6
d. Larutkan zat dalam asam asetat (tambahkan larutan raksa (II) asetat)
dititrasi dengan 0,05 N asam perklorat (1/20 mmol) sampai timbul
warna biru, indikator 3 tetes larutan ungu kristal. (7)
4. Vitamin E
a. Lebih kurang 250 mg tokoferol asetat yang ditimbang seksama,
dimasukkan dalam labu coklat kuning dasar bulat 100 ml dan larutkan
dalam 25 ml etanol mutlak. Larutan ditambah 20 ml larutan asam
sulfat 15% v/v dalam etanol 95%, lalu direfluks selama 3 jam dan
didinginkan. Larutan dipindahkan ke dalam labu takar coklat kuning
200 ml dan diencerkan dengan etanol mutlak secukupnya hingga 200
ml. sebanyak 50 ml larutan yang diukur secara seksama ditambah 50
ml larutan H2SO4 1,5% dalam etanol 95% dan 29 ml air. Sambil
dicampur baik-baik larutan dititrasi dengan serium (IV) sulfat 0,01 N
menggunakan indikator 2 tetes fenilamin. Titrasi dilakukan terlindung
dari cahaya langsung, sebaiknya di tempat gelap, dengan tetesan
diatur tiap 10 detik. Dilakukan juga titrasi blangko. Tiap ml serium (IV)
sulfat 0,01 N setara dengan 2,3638 mg tokoferol asetat. (8)
b. Larutkan 1 gram sampel ke dalam 25 ml campuran sama banyak dari
alkohol dan eter (yang telah dinetralkan dengan larutan NaOH 0,1 N
dan menggunakan indikator fenolftalein), tambahkan 0,5 ml
fenolphtalein dan titrasi dengan 0,1 N NaOH hingga larutan tetap
berwarna merah jambu setelah pengocokan selama 30 menit. (9)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain : baskom, botol semprot, buret,
Erlenmeyer, gelas ukur, pipet skla, pipet tetes, plat tetes, statif dan klem,
sendok tanduk, dan timbangan analititk.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain : air suling, aluminium foil,
larutan baku NaOH, larutan baku Iod, larutan baku kalium iodat, larutan baku
natrium tiosulfat, larutan baku AgNO3, indikator kanji, HCl encer, serta sampel
sediaan Vitamin B1IPI® , Vitamin B6 IPI®, Vitamin C IPI®, Vitacimin®, Injeksi
Vitamin C, dan Natur-E®.
III.2 Cara Kerja
1. Vitamin B1
a. Metode Alkalimetri
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditimbang setara sampel 100 mg, lalu dilarutkan dengan air bebas
CO2, dititrasi dengan NaOH 0,1 N.
c) Ditambahkan indikator bromtimol biru sebanyak tiga tetes.
d) Dicatat nilai Vt-nya.
b. Metode TBA
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditimbang setara sampel 100 mg, lalu dilarutkan dengan 9 ml asam
asetat glacial
c) Ditambahkan 5 ml raksa (II) asetat 5%, ditambahkan indikator
kristal violet sebanyak tiga tetes.
d) Dititrasi dengan HClO4 0,1 N.
e) Dicatat nilai Vt-nya.
c. Metode Argentometri
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditimbang sampel setara dengan 100 mg lalu dimasukkan dalam
erlenmeyer
c) Ditambahkan 20 ml air dan diasamkan dengan larutan HNO3 encer
d) Ditambahkan 10 ml larutan baku AgNO3 lalu dipanaskan selama 15
menit kemudian didinginkan lalu disaring
e) Dicuci dengan aquades, ditambahkan indikator besi (III) ammonium
sulfat
f) Dititrasi dengan NH4SCN
g) Dicatat volume titrasinya
2. Vitamin B6
a. Metode TBA
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditimbang setara sampel 100 mg, lalu dilarutkan dengan 9 ml asam
asetat glasial
c) Ditambahkan 5 ml raksa (II) asetat 5%, ditambahkan indikator
kristal violet sebanyak tiga tetes.
d) Dititrasi dengan HClO4 0,1 N.
e) Dicatat nilai Vt-nya.
3. Vitamin E
a. Metode Alkalimetri
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil 2 kapsul vitamin E, dan dibuka kap-nya.
c) Ditambahkan 25 ml campuran sama banyak dari alkohol dengan
eter (yang telah dinetralkan dengan larutan baku NaOH dengan
menggunakan indikator PP)
d) Ditambahkan 0,5 ml indikator PP
e) Dititrasi dengan larutan baku NaOH
f) Dicatat nilai Vt-nya.
4. Vitamin C
a. Metode Iodimetri
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditimbang setara sampel 100 mg lalu dimasukkan dalam
erlenmeyer
c) Ditambahkan 10 ml air bebas CO2 dan 5 ml H2SO4
d) Ditambahkan indikator larutan kanji
e) Dititrasi dengan iodium
f) Dicatat nilai Vt-nya
b. Metode Iodatometri
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Ditimbang setara sampel 100 mg, lalu dilarutkan dengan 20 ml air
bebas CO2
c) Ditambahkan 2 ml HCl 2N, lalu dikocok
d) Ditambahkan 12 ml kloroform dan dititrasi dengan KIO3 0,01 M
e) Dicatat nilai Vt-nya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
Kelompok Sampel Bs (mg) Metode Vt (ml) N %K
1Vitamin C IPI 100 Iodimetri 9
0,1278 101,28
Natur E 134 Alkalimetri 30,090
8 96
2Vitamin C Injeksi 100 Iodatometri 42,5 0,01 42,5Vitamin B6 IPI 100 TBA - 0,105 -
3 Vitamin B1 IPI 100 Alkalimetri -0,090
8 -Vitacimin 100 Iodatometri 19 0,01 38,04
4Vitamin B1 IPI 100 TBA 4 0,105 141,65
Vitamin C IPI 100 Iodimetri 9,90,127
8 111,4
5Vitamin B1 IPI 100
Argentometri 8,5 0,091 37
Vitacimin 100 Iodimetri 9,20,127
8 103,54
6 Vitacimin 100 Iodimetri 6,50,127
8 11,055
IV.2 Perhitungan
Kelompok I
1. Vitamin C IPI
%K = V . N .B EBs .
X 100%
= 9 .0,1278.88,065
100X 100%
= 101,28%
2. Natur E
%K = V . N .BEBs .
X100%
= 3 .0,0908 .131,4
100X 100%
Kelompok II
1. Vitamin C Injeksi
%K = V . N .BEBs .
X100%
= 42,5 .0,01.176,13
100X 100%
= 74,86%
Kelompok III
1. Vitamin B1
%K = Vt .N .BEBs
X 100%
= 19 .0,01 .176,13
100 .1X 100%
= 38,44%
Kelompok IV
1. Vitamin B1
%K = Vt .N .BEBs
X 100%
= 96%
= 4 .0,105 .337,27
100 .1X100%
= 141,65%
2. Vitamin C IPI
%K = Vt .N .BEBs
X 100%
= 9,9 .0,1278 .176,13
100.2X 100%
= 111,4%
Kelompok V
1. Vitamin B1
%K = (V 1N 1−V 2N 2 )BE
BsX 100%
= (10 .0,0993−8,5.0,0913 )337,27
100X 100%
= 37%
2. Vitacimin
%K = Vt .N .BEBs
X 100%
= 9,2 .0,1278 .176,13
100 .2X100%
= 103,54%
Kelompok VI
1. Vitacimin
%K = Vt .N .BEBs
X 100%
= 8,65 .0,1278 .176,13
100 .2X100%
= 110,55%
IV.3 Reaksi
1. Vitamin B1
a. Alkalimetri
+ NaOH
b. TBA
+ 2HClO4
c. Argentometri
+ AgNO3
2. Vitamin B6 (TBA)
+ NaCl + OH-
+ 2ClO4-
+ ↓AgCl
+ HClO4 + ClO4-
3. Vitamin C
a. Iodimetri
+ I2 + 2 HI
b. Iodatometri
Saat mulai titrasi :
IO3- + 5 I- + 6 H+ ↔ 3 I2 + 3H2O
Reaksi Vitamin C dengan I2
4. Vitamin E (Alkalimetri)
+ NaOH
Terbentuk I2 (mulai muncul warna ungu pada lapisan kloroform)
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, dilakukan penetapan kadar terhadap sampel
vitamin antara lain penetapan kadar terhadap vitamin B1 dan Vitamin C.
Vitamin B1 dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan metode
titrimetri alkalimetri, titrasi bebas air, dan argentometri sedangkan untuk
vitamin C dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan metode iodimetri
dan iodimetri dan iodatometri.
Pada penetapan kadar vitamin B1 dilakukan dengan menggunakan
metode Alkalimetri karena diketahui bahwa sampel memiliki gugus yang
bersifat asam dimana ketika direaksikan dengan NaOH akan terbentuk reaksi
netralisasi dengan terbentuk garam NaCl. Digunakan indikator bromtimol biru
karena indikator ini dapat digunakan sebagai indikator basa yang akan
medeteksi adanya perubahan suasana pH larutan yang terbentuk akibat
penambahan sedikit basa dari hasil penetesan larutan baku NaOH. Selain
menggunakan metode alkalimetri dapat juga dilakukan penetapan kadar
dengan menggunakan metode TBA karena vitamin B1 memiliki gugus basa
nitrogen lemah sehingga dapat dititrasi dengan HClO4. Dalam melarutkan
sampel digunakan Hg (II) asetat secara berlebihan yang akan menyebabkan
kedua atom dalam vitamin B1 tertitrasi sehingga BE-nya setengah dari BM-
nya. Digunakan indikator kristal violet. Dapat pula ditetapkan dengan
menggunakan metode argentometri karena memiliki unsur Cl- yang dapat
dititrasi dengan menggunakan metode volhard. Pada penetapan metode
volhard suasananya harus bersifat asam sebab jika suasananya basa akan
terbentuk AgOH yang pada tahap selanjutnya akan terbentuk endapan putih
Ag2O, akibatnya AgNO3 tidak hanya bereaksi dengan sampel melainkan juga
dengan basa yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan dari hasil pengamatan persen kadar vitamin B1 dengan
menggunakan metode Argentometri diperoleh sebesar 37% sedangkan
dengan menggunakan metode titrasi bebas air diperoleh sebesar 141, 65%.
Sedangkan berdasarkan literatur FI III, diketahui bahwa sampel tidak
memenuhi syarat.
Dalam penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan
metode iodimetri dengan menggunakan larutan baku I2 dan menggunakan
indikator larutan kanji yang akan mendeteksi adanya kelebihan I2 yang
terbentuk dengan terjadinya perubahan warna menjadi kebiruan. Selain
digunakan metode iodimetri dilakukan juga metode iodatometri. Dalam
metode iodatometri ini digunakan larutan baku kalium iodat yang akan
membentuk I2 dalam proses penitrasian. Dengan terbentuknya I2 ini, iodium
akan bereaksi dengan sampel dan kelebihannya akan terdeteksi dengan
adanya kloroform yang akan bereaksi sehingga akan muncul warna ungu
pada lapisan kloroform karena I2 larut dalam kloroform.
Dari hasil pengamatan diperoleh persen kadar sampel vitamin C
sebesar 34,08%. Berdasarkan literatur FI III diketahui bahwa sampel tidak
memenuhi syarat.
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang diperoleh adanya berbagai
faktor kesalahan yang mempengaruhi, diantaranya;
1. Kesalahan dalam penetapan TAT
2. Bahan atau pereaksi yang digunakan sudah tidak layak digunakan atau
rusak
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
1. Diperoleh persen kadar dari sampel vitamin B1 dengan menggunakan
metode argentometri sebesar 37% dan dengan menggunakan metode
TBA sebesar 141,64%. Berdasarkan literatur FI III diketahui bahwa
sampel tidak memenuhi syarat.
2. Diperoleh persen kadar dari sampel vitamin C dengan menggunakan
metode iodatometri sebesar 38,04%. Berdasarkan dari literature FI III
diketahui bahwa sampel tidak memenuhi syarat.
VI.2 Saran
1. Diharapkan alat-alat di laboratorium dapat diperbaiki sehingga dalam
pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan efektif dan efisien
2. Diharapakan bahan-bahan peraksi yang rusak dapat dibuat kembali
karena dapat mempengaruhi hasil titrasi yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Roth, H., J, Blaschke. Analisa Farmasi. Yogyakarta : UGM Press. 1994.
Hal. 144
2. Sudarmaji, S. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Press. 1996. Hal. 256
3. Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia. 1989. Hal.
273
4. Ditjen POM. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. 1979. Hal. 56, 586.
5. Ditjen POM. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan R. 1995. Hal. 27, 51, 52, 53, 96, 589, 662,
975.
6. ISFI. Informasi Spesialite Obat. Jakarta : ISFI Penerbitan. 2011. Hal. 456
7. Authertorff dan Kovar. Identifikasi Obat. Bandung: ITB Press. 2002. Hal.
170, 193.
8. Sudjadi, dkk. Analisis Kualitatif Obat. Yogyakarta : UGM Press. 2007. Hal.
192, 208
9. The Official Compedia of Standart. USP 30, NF 25. 2007.