laporan tutorial sk3 prosto od

41
LAPORAN TUTORIAL BLOK ORAL DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN PENYAKIT DENTOMAKSILOFASIAL SKENARIO 3 KLINIK PROSTODONSIA KELOMPOK TUTORIAL VII : KETUA : EKIMO DEMAS W. (131610101050) SCRIBER MEJA : FREDI AKBAR MUZEKA (131610101083) SCRIBER PAPAN : TADJUL ARIFIN (131610101037) ANGGOTA : SELVIA ELGA Z. (131610101043) NADIA KURNIASIH (131610101062) RETNO RACHMAYANTI (131610101064) PRATITA AYU P. (131610101067) 1

Upload: tadjul-arifin-jr

Post on 22-Dec-2015

94 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

oral diagnosis

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

LAPORAN TUTORIAL

BLOK ORAL DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN PENYAKIT

DENTOMAKSILOFASIAL

SKENARIO 3

KLINIK PROSTODONSIA

KELOMPOK TUTORIAL VII :

KETUA : EKIMO DEMAS W.

(131610101050)

SCRIBER MEJA : FREDI AKBAR MUZEKA (131610101083)

SCRIBER PAPAN : TADJUL ARIFIN (131610101037)

ANGGOTA : SELVIA ELGA Z. (131610101043)

NADIA KURNIASIH (131610101062)

RETNO RACHMAYANTI (131610101064)

PRATITA AYU P. (131610101067)

SHUVIA ZUL’AIDA N. (131610101069)

TIRA AISAH P. (131610101073)

DANARWATI B. (131610101074)

ATIKA SURYADEWI (131610101079)

MIFTACHUL CHUSNA (131610101084)

NAWANG LINTANG C. (131610101094)

USNIDA MUBAROKAH (131610101096)

1

Page 2: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….3

SKENARIO………………..……………………………………………………...4

STEP I KLARIFIKASI ISTILAH…………………..…………………………….5

STEP II IDENTIFIKASI MASALAH……………..……………………………..6

STEP III BRAIN STORMING………………………………………..…………..7

STEP IV MAPPING………………………………………….…………………...9

STEP V LEARNING OBJECTIVE………………………………………….….10

STEP VII PEMBAHASAN………………………………………….………….11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..………..29

2

Page 3: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

KATA PENGANTAR

Pertama, puji syukur kehadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

segala bimbingan dan petunjuk-Nya , serta berkat rahmat, nikmat, dan karunia-

Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial

dengan skenario I prostodonsia.

Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih

mendalami materi tentang oral diagnose dan rencana perawatan penyakit

dentomaksilofasial. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. drg. Dewi Kristiana, M. Kes. yang telah memberi kami kesempatan dan

bimbingan untuk lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial

ini.

2. Teman-teman kelompok tutorial VI yang telah berperan aktif dalam pembuatan

laporan tutorial ini.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak

kekurangan,baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon

maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami

juga berharap laporan tutorial ini yang telah kami buat ini dapat bermanfaat untuk

pendalaman pada blok ini.

Jember, 04 April 2015

Penulis

3

Page 4: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

SKENARIO II

Bu Rusira, 60 tahun, seorang karyawankantor, ingin dibuatkan gigi palsu

menggantikan gigi yang rudak pada rahang atas dan rahang bawah, sehingga

kesulitan untuk mengunyah makanan. Sebelumnya, gigi berlubang dan tidak

diobati sehhingga gigi tinggal tunggaknya. Pencabutan terakhir gigi atas kiri

sekitar 2 bulan yang lalu. Pasiem nelum pernah menggunakan gigi palsu. Biaya

ditanggung operator. Tipe pasien : kooperatif. Kesehatan umum : sehat.

Pemeriksaan intraoral : gigi hilang

11,12,16,17,18,21,23,25,26,27,28,31,33,36,38,43,44,46,47,48; sisa akar

15,14,13,37,35,34,41,42; karies profunda 24 (gigi-gigi tersebut indikasi

pencabutan). Ekstruded dan goyang derajat 3 : 22. Resesi gingiva 34. Gigi yang

ada terdapat kalkulus. Vestibulum dalam, frenulum dan torus palatinus kecil,

retromylohiod, exostoxis pada 46. Kemudian dokter gigi menentukan diagnosis

dan rencana perawatan untuk pasien tersebut.

4

Page 5: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

STEP I

KLASIFIKASI ISTILAH

1. Extruded: suatu keadaan dimana gigi sedikit keluar dari soket yang

disebabkan oleh hilangnya gigi antagonis

2. Exositokis: merupakan pertumbuhan jaringan tulang yang keluar dari

jaringan. Secara klinis biasanya terjadi penonjolan pada mukosa dan terasa

kaku. Bila exositokis terjadi pada palatum durum maka namanya berubah

menjadi turos palatine

3. Retromyolohioid: merupakan perlekatan otot didaerah antara molar 2 dan

molar 3 disebelah lingual. Daerah ini penting sebagai retensi pada gigi tiruan

4. Resesi gingival: merupakan sebuah perubahan posisi gingival kea rah apical

sehingga gigi terlihat lebih panjang

5. Goyang o3: merupakan sebuah keadaan dimana kegoyangan gigi telah

melebihi 1 mm. hal ini terjadi karena rusaknya jaringan penyokong gigi

6. Torus palatines: merupakan sebuah tonjolan pada palatum yang terjadi

karena pertumbuhan tulang yang berlebihan. Tonjolan ini saat diraba akan

terasa keras.

7. Vestibulum: merupakan batas antara mukosa bergerak dan tidak bergerak.

Kedalaman vestibulum menentukan tingkat retensi pada gigi tiruan. Makin

dalam vestibulum, makin baik retensi.

5

Page 6: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

STEP II

RUMUSAN MASALAH

1. Apa efek dari tidak menggunakan gigi tiruan?

2. Apa pengaruh jenis pasien pada perawatan ( pasien yang kooperatif)?

3. Bagaimana penanganan pada pasien manula?

4. Adakah kaitan jangka waktu pencabutan dengan perawatan di bidang

prostodonsia?

5. Apakah diagnose dan rencana perawatan pada scenario?

6

Page 7: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

STEP III

BRAIN STORMING

1. 1. Migrasi dan rotasi gigi

Hilangnya kesinambungan pada gigi dapat menyebabkan pergeseran

/miring/berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi

normalnya untukmenerima beban yang terjadi saat pengunyahan, maka

akan mengakibatkankerusakan intraselular struktur periodontal. Gigi

miring sulit dibersihkan sehinggaaktivitas karies meningkat.

2. Erupsi berlebihan

Bila gigi sudah tidak memilki antagonis lagi, maka akan terjadi

erupsi berlebih.Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai

pertumbuhan tulang alveolar. Bilaterjadi tanpa pertumbuhan alveolar,

maka struktur periodontal akan mengalamikemunduran sehingga gigi

mulai ekstrusi. Bila disertai pertumbuhan tulangalveolar berlebih, maka

akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderitaakan dibuatkan

gigi tiruan penuh.

3. Penurunan efisiensi kunyah

Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang

akanmerasakan betapa efisiensi kunyah nya menurun.

4. Gangguan pada TMJ

Kebiasaan mengumyah yang buruk, penutupan berlebih (over clossure),

hubunganrahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat

menyebabkan gangguan padastruktur rahang.

5. Beban berlebih pada jaringan pendukung

Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang

masih adaakan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi

pembebananberlebih. Hal ini mengakibatkan terjadinya kerusakan

7

Page 8: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

membran periodontaldanlamakelamaan menyebabkan gigi semakin

goyang.

6. Kelainan bicara

Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan

bicara ,karena gigi khususnya bagian anterior termasuk bagian fungsi

fonetik.

7. Memburuknya penampilan

Menjadi buruknya penampilan karena hilangnya gig anterior akan

mengurangi dayatarik wajah seseorang.

8. Terganggunya Kebersihan mulut

Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan

tetangganyademikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya.adanya

ruang interproksimaltidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi

mudah disisipi makanan. OHterganggu dan mudah terjadinya akumulasi

plak serta indeks karies meningkat.

9. Atrisi

Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi masih menerima

bebankunyah, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat.

Toleransi iniberwujud pada gigi tadi yang berupa atrisi.

10. Efek terhadap jaringan lunak mulut

Bila ada gigi yang hilang, ruang yang akan ditinggalkannya akan ditempati

jaringanlunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama hal ini akan

menyebabkan kesukaranadaptasi terhadap gigi tiruan. Karena terdesaknya

kembali jaringan lunak tadi daritempat yang ditempati protesa.

8

Page 9: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

2. Pasien yang kooperatif sangat meningkatkan prognosis. Hal ini dikarenakan

pasien memiliki kesadaran akan kesehatan rongga mulutnya sehingga bersedia

dirawat dan sangat kooperatif dengan prosedur yang tersedia. Contoh pasien yang

kooperatif salah satunya adalah pasien yang mengisi kartu status dengan sebenar-

benarnya. Hal itu sangat membantu operator dalam hal menentukan bahan apa

yang akan digunakan sebagai bahan gigi tiruan.

3. penanganan khusus pada pasien manula salah satunya adalah diberi edukasi

tentang terjadinya degenerasi pada jaringan di rongga mulut mereka, perawatan

yang akan dilakukan, apa saja kelebihan dan kekurangan dari perawatan yang

akan dilakukan.

4.

5. diagnosis :

15,14,13,37,35,34,41,42 nekrosis pulpa

46 exostoxis

34 periodontitis

24 pulpitis reversible

22 periodontitis kronis

11,12,16,17,18,21,23,25,26,27,28,31,32,33,36,38,43,44,46,47,48

edentoulus ridge

Rencana perawatan:

exotoxsis: dilakukan alveotektomi

Torus palatines: dilakukan relief of chamber

Proextraksi pada gigi 15,14,13,22,24,34,37,35,34,41,42

Pembuatan GTL

9

Page 10: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

PEMERIKSAAN

SUBJEKTIF

ANAMNESA

OBJEKTIF

EKSTRA ORAL

INTRAORAL

DIAGNOSIS

RENCANA PERAWATAN

PROGNOSIS

STEP IV

MAPPING

10

Page 11: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

STEP V

LEARNING OBJECTIVE

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami:

1. Pemeriksaan ekstra oral dan intraoral di bidang prostodonsia

2. Tipe pasien dan rencana perawatan yang dilakukan

3. Hubungan riwayat penyakit terhadap rencana perawatan

4. Diagnosa dan rencana perawatan ( beserta desain)

11

Page 12: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

STEP VII

PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan Bidang Prostodonsia

a. Identitas pasien

1. Nama penderita

Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari yang lainnya di

samping mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting, karena ras

antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan, contohnya: orang eropa

(kas kaukakus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang Asia (ras

Mongoloid)cembung.

2. Alamat

Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi

sesuatu yang tak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat.

Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga

dapat membantu kita mengetahui latar belakanglingkungan hidup seorang pasien,

sehingga dapat pula diketahui status sosialnya.

3. Pekerjaan

Modifikasi jenis perawatan mungkin perlu dilakukan karena factor jenis

pekerjaan. Dengan memahami pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga

dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan sosial seseorang lebih

besar tuntutannya terhadap faktor estetik.

4. Jenis kelamin

Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku  untuk

pria dan wanita. Namun demikian hal-hal berikut ini sebaiknya diperhatikan.

Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan faktor estetik dibanding

pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab merekan

menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih mementingkan

rasa enak/nyaman, di samping faktor fungsional geligi tiruan yang dipakainya.

12

Page 13: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

Selanjutnya bentuk gigi wanita relatif lebih banyak lengkungan/bulatannya

dibanding gigi pria yang memberi kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan

perawatan penderita wanita dalam masa menopouse membutuhkan pertimbangan

lebih teliti. Pada periode ini, mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa

seperti terbakar.

5. Usia

Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi bahan

pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut,

koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa gigi serta panjang mahkota

klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang.

Pada lanjut usia, lebih sering pula dijumpai pelbagai penyakit seperti hipertensi,

jantung dan diabetes melitus.Bila pada orang usia muda lebih sering dijumpai

karies dentis, maka pada kelompok usia lanjut penyakit periodontalah yang lebih

sering dijumpai.

Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap geligi tiruan biasanya lebih

tinggi dibanding penderita usia lanjut. Pada usia di atas empat puluh tahun,

adapatasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi sukar setelah usia

enampuluhan.

b. Anamnesis

Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan,

berdasarkan pada ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan

pemeriksaan medic/dental. (Lusiana K.B., 1995)

Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis.

Pada auto anamnesis, cerita mengenaikeadaan penyakit disampaikan sendiri oleh

pasien. Disamping itu terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak

disampaikan oleh pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang

lain. Keadaan seperi ini dijumpai umpamanya pada paien bisu, ada kesulitan

bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. Cara

in9i disebut allo anamnesis. (Lusiana K.B., 1995)

Dai segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif dimana

pasien sendirilah yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa.

13

Page 14: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

Sebaliknya, pada anamnesis aktif penderita perlu dbantu pertanyaan-pertanyaan

dalam menyampaikan ceritanya. (Lusiana K.B., 1995)

Pada saat anamnesis biasanya ditanyakan hal-hal sebagai berikut :

1.      Nama penderita. Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seseorang penderita

dari yang lainnya, di samping untuk mengetahui asal suku dan rasnya. Hal

terakhir ini penting, karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi

depan. Contohnya, orang eropan(ras kaukasus) mempunyai profil yang lurus,

sedangkan orang asia (ras mongoloid) cembung.

2.      Alamat.  Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila

terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat.

Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga

membantu mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien, sehingga

dapat pula diketahui status sosialnya.

3.      Pekerjaan. Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan social ekonominya

juga dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan social seseorang,

lebih besar tuntutannya terhadap factor estetik.

4.      Jenis Kelamin. Secara jelas sebenarnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang

berlaku untuk pria dan wanita. Namun demikian hal-hal beikut ini sebaiknya

diperhatikan. Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan factor

estetik disbanding pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat,

sebab mereka menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih

mementingkan rasa enak/nyaman, disamping factor fungsional geligi tiruan yang

dipakainya.

Selanjutnya, bentuk gigi wanita relative lebih banyak lengkungan/bulatannya,

disbanding ria yang member kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan

perawatan penderita wanita dalam masa menopause membutuhkan pertimbangan

lebih teliti. Pada periode ini, mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa

seperti terbakar.

14

Page 15: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

5.      Usia. Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi

bahan pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan

mulut, koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa igi, serta panjang

mahkota klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi

seseorang.Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap geligi tiruan

biasanya lebih tinggi disbanding penderita usia lanjut. Pada penderita usia lebih

dari empat puluh tahun, adaptasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi

sukar setelah usia enampuluhan.

6.      Pencabtan Terakhir Gigi.  Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir

perlu diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila

tanggal sendiri mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu anatara

pencabutan terakhir dengan saat dimulainya pembuatan geligi tiruan akan

mempengaruhi hasil perawatan.

7.      Pengalaman Memakai Geligi Tiruan. Seorang penderita yang pernah memakai

geligi tiruan sudah mempunyai pengalaman, sehingga adaptasinya terhadap geligi

tiruan baru akan lebih mudah dan cepat. Ia juga sudah mengalami prosedur

pembuatannya. Sebaliknya, penderita semacam ini juga sering membanding-

bandingkan protesa barunya dengan yang pernah dipakai sebelumnya.Mereka

yang belum pernah memakai geligi tiruan, biasanya membutuhkan masa adatasi

lebih panjang karena kesulitannya menyesuaikan diri. Kelompok ini belum

berpengalaman dalam prsedur pembuatan protesa; seperti pada waktu pencetakan,

penentuan gigitan, maupun pada saat awal pemakaian, yang sering kali

menimbulkan rasa sakit. Itulah sebabnya penerangan yang diberikan kepada

penderita sebelum pembuatan geligi tiruan dilaksanakan menjadi penting sekali.

8.      Tujuan Pembuatan Geligi Tiruan. Penderita perlu ditanyai mengenai tujuan

pembuatan geligi tiruannya, apakah dia lebih mementingkan pemenuhan factor

estetik atau fungsional. Biasanya konstruksi disesuaikan dengan kebutuhan

penderita.

15

Page 16: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

9.      Keterangan Lain. Penderita ditanyai apakah penderita mempunyai kebiasaan

buruk dsb. Kadang-kadang kebiasaan tersebut sulit ditentukan tanpa suatu

pengamatan yang intensif. (Lusiana K.B., 1995)

c. Pemeriksaan Intra Oral

Merupakan pemeriksaan yang di lakukan , untuk mengetahui keadaan

rongga mulut apakah terdapat kelainan atau tidak yang nantinya di gunakan untuk

membantu menegakkan diagnose. Pemeriksaan intra oral dapat meliputi,

pemeriksaan jaringan keras dan lunak rongga mulut.

a.      Pemeriksaan Status Umum (riwayat kesehatan)

Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya ditanyakan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya

apakah ia sedang berada dalam perawatan dokter umum/lain dan bila demikian,

obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini perlu dikatahui karena penyakit

dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam

perawatan dental, umpamnya diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular,

tuberculosis, lues, depresi mental, kecanduan alcohol, dsb. (Lusiana K.B., 1995)

Hubungan Dengan Penyakit Sistemik:

      b.      Jaringan Lunak Rongga Mulut

Fungsi pemeriksaan antara lain untuk mengetahui adanya kelainan, iritasi

atau keadaan patologis pada jaringan mukosa rongga mulut. Sebagai rencana awal

perawatan pendahuluan. Pemeriksaan yang di lakukan dapat membantu

mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas

apeks; tekanan dengan jari pada mukosa rongga mulut, atau menggoyangkan gigi

dan perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut.

c.       Foto Rongent

Tujuan menggunakan foto ini dalam pembuatan protesa sebagian lepasan

adalah untuk:

1.      Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi

pendukung tulang yang padat akan member dukungan yang baik

2.      Melihat bentuk, panjang, dan jumlah akar gigi.

16

Page 17: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

3.      Melihat kelainan bentuk pada, “residual ridge”, umpamanya bila

terdapat suatu tonjolan pada prosesus alveolaris.

4.      Melihat adanya sisa akar gigi

5.      Meneliti keadaan vitalitas gigi

6.      Memeriksa adanya kelainan periapikal

d.       Oklusi

Hubungan gigi –gigi 6 dan 3 adalah mesioklusi, neutronklusi atau

distoklusi. Hubungan gigi 6 atas dan bawah yang normal (neutroklusi) dicapai bila

tonjol mesiobukal gigi 6 atas terletak pada  ”groove” bukal gigi 6 bawah.

Hubungan gigi 3 atas dan bawah yang normal ( neutroklusi ) dicapai bila tonjol

gigi 3 atas terletak diantara dan berkontak dengan lereng distal dari tonjol gigi 3

bawah dan lereng mesial dari tonjol bukal gigi 4 bawah.

Hubungan gigi - gigi depan dapat berupa :

a)      dalam arah horisontal : normal edge to edge atau cross bite

b)      dalam arah vertical          : open bite, deep bite atau steep bite.

e.      Vestibulum

Merupakan celah antara mukosa bergerak dan tidak bergerak. Vestibulum

diukur dari dasar fornix hingga hingga puncak ridge.

1.      Cara pemeriksaan

Diperiksa menggunakan kaca mulut (nomor 3).  Pemeriksaan dilakuka

pada regio posterior dan anterior terutama pada bagian yang tak bergigi, dimulai

dari fornix sampai puncak ridge.  Sedangkan pada daerah yang masih ada giginya,

dari dasar fornix sampai ke tepi gingival.

a.       Vestibulum dalam            : Bila kaca mulut terbenam lebih dari

setengah diameter

b.      Vestibulum dangkal         : Bila kacamulut yang terbenam kurang

dari setengah diameter kacamulut.

2.      Fungsi

Untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan.  Vestibulum yang lebih dalam

lebih retentive daripada yang dangkal.

f.      Bentuk Insisiv Pertama Atas

17

Page 18: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

Susunan gigi pada tulang rahang membentuk sebuah lengkung yang

memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda tiap individu. Lengkung gigi

adalag garis yang menghubungkan titik kontak antar gigi. Lengkung gigi

didukung oleh setiap gigi yang terletak di dalam suatu basis tulang. Bentuk

lengkung berdasarkan bagian anterior kurve dapat dikategorikan menjadi tiga

yaitu : ovoid, tepered, dan square. Ketiga bentuk lengkung memiliki kemiripan

yang cukup tinggi sehingga sulit dibedakan. Untuk parameter yang digunakan

untuk menentukan hal-hal apa saja yang mempengaruhi bentuk rahang yaitu

interkaninus, intermolar, tinggi kaninus dan tinggi molar. 

g.        Frenulum

Frenulum yaitu lipatan jaringan lunak yang menahan pergerakan organ

yang dapat bergerak, termasuk lidah.   Frenulum labialis pada rahang atas dan

bawah danfrenulum lingualis pada rahang bawah merupakan struktur yang

perlekatannya seringkali dekat dengan puncak residual ridge

1.      Cara Pemeriksaan

Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi-rendahnya perlekatan masing-

masing. Frenulum lingualis pada rahang bawah dan f.labialis pada rahang

atas/bawah merupakan struktur yang perlekatannya seringkali dekat dengan

puncak residual ridge. Perlekatan semacam ini akan mengganggu penutupan tepi

(seal) dan stabilitas gigi tiruan.Letak perlekatan frenulum dapat digolongkan:

Tinggi : bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual

ridge.

Sedang : bila eprlekatannya kira-kira di tengah antara puncak ridge

dan fornix.

Rendah : bila perlekatannya dekat dengan fornix.

2.   Fungsi

      Untuk retensi dan estetik.  Frenulum yang tinggi dapat meng-ganggu

penutupan tepi (seal) dan stabilitas geligi tiruan.

h.        Bentuk Ridge

Ridge merupakan puncak tulang alveolar.

1.      Cara pemeriksaan

18

Page 19: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

Cara memeriksa bentuk ridge adalah dengan palpasi ridge pada bagian

edentulus.

Terdapat empat macam bentuk ridge antara lain :

Square : lebih menguntungkan daya retentifnya

Ovoid :  lebih bagus untuk stabilisasi

Tapering : daya retentifnya jelek, tidak menguntungkan

Flat :  tidak menguntungkan

2.      Fungsi

Bentuk ridge berhubungan dengan – retensi dan stabilitas.  Bentuk ridge

square mempunyai retensi yang paling baik karena mempunyai luas penampang

yang luas.  Bentuk ridge ovoid mempunyai stabilitas yang baik.  Bentuk ridge

tapering, memerlukan relief agar dapat retentif .  Bentuk ridge flat merupakan

bentuk  yang paling tidak menguntungkan terhadap retensi dan stabilitas.

i.        Bentuk Dalam Palatum

Berfungsi untuk retensi dan stabilitas. Terdapat empat bentuk palatum,

yaitu :

1)      Square : paling menguntungkan

2)      Ovoid : menguntungkan

3)      Tapering: tidak menguntungkan

4)      Flat : tidak menguntungkan

j.    Torus Palatina

Merupakan tonjolan tulang yang terdapat pada garis tengah palatum.

Fungsinya untuk stabilisasi gigi tiruan. Torus palatina ini ada yang besar, sedang

dan kecil. Pemeriksaannya dengan memakai burnisher, denngan menekan

beberapa tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan kekenyalan jaringan.

k.      Torus Mandibula

Cara pemeriksaannya sama seperti torus palatinus, pemeriksaan dengan

cara menekan daerah palatum menggunakan burnisher.  Bila terasa ada daerah

keras dan daerah tersebut berwarna putih bila ditekan maka terdapat

torus mandibularis.

Kehadiran torus mandibularis dapat mempersulit upaya untuk memperoleh

gigi tiruan yang nyaman karena tepi-tepi gigi tiruan langsung menekan mukosa

19

Page 20: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

yang menutupi tonjolan tulang tersebut. Dalam hal demikian perlu dilakukan

pengambilan torus secara torektomi.  Biasanya dilakukan pengambilan pada

tulang ini bila pada pemasangan gigi tiruan dirasakan bisa mengganggu kestabilan

gigi tiruan tersebut.

l.      Tuber Maxilaris

Disini dapat dilihat besar, sedang atau kecilnya dari satu sisi maupun dua

sisi. Bentuk tuber maxilaris yang besar sangat berguna untuk retensi gigi geligi

tiruan didaerah undercut. Apabila hanya besar pada satu sisinya dapat diatasi

dengan mencari arah pasangnya.

m. Exositoxis

Merupakan tonjolan tulang pada prossesus alveolaris yang berbentuk

membulat seperti tonus palatinus, torus mandibula serta tajam akibat pencabutan

gigi bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat digerakkan.

Cara pemeriksaannya dengan melakukan palpasi, bila terdapat eksostosis

dan mengganggu fungsi gigi tiruan maka dilakukan tindakan pembedahan

(alveolektomi) atau di relief. Fungsi diadakannya pemeriksaan ini untuk

mengetahui ada atau tidaknya tulang menonjol dan terasa sakit akibat pencabutan

yang tidak beraturan dan dapat mempengaruhi pemakaian gigi tiruan.

n.      Rongga Retromylohyoid

Merupakan perlekatan otot didaerah antara  molar 2 dan molar 3 disebelah

lingual. Daerah ini penting untuk penting untuk daerah retensi gigi tiruan.

Pemeriksaannya dilakukan pada daerah lingual didaerah gigi M2 dan M3 rahang

bawah dengan kaca mulut. Kaca mulut yang terbenam lebih setengahnya

menunnjukkan daerah retro yang dalam, retro dangkal: kaca mulut terbenam

kurang dari setengahnya, retro sedang : kaca mulut terbenam kira-kira

setengahnya.

2. Tipe-tipe Psikologi Pasien

Menurut penelitian, faktor psikologi sangat berperan dalam penerimaan

pasien terhadap protesa yang akan dipakainya. Dimana adanya hubungan timbal

20

Page 21: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

balik antara dokter gigi dan pasiennya. Hubungan yang dimaksud misalnya

dalam pembuatan protesa secara teknis sudah dikatakan baik, tapi bisa saja

protesa tersebut gagal karena faktor manusia. Faktor manusia yang dimaksud

yaitu dalam hal psikolog atau mentalnya, kemungkinan ada komunikasi yang

kurang baik antara dokter gigi dan pasiennya. Sebaliknya, protesa yang secara

teknis kurang baik, bahkan tidak memenuhi syarat, tetapi dalam batas tidak

mengganggu toleransi fisiologik jaringan mulut, dapat diterima oleh pasien

karena ada komunikasi dan hubungan yang baik dengan dokter giginya. Oleh

karena itu, penting sekali kiranya bagi dokter gigi untuk mengetahui tipe-tipe

pasien prostodontik dan memanfaatkan potensi yang berkaitan dengan tingkah

laku pasien.

M.M. House (1937) membagi pola psikologik pasien prostodontik

berdasarkan pandangannya terhadap perawatan dan terhadap gigi tiruan menjadi

4 kelas, yaitu:

a) Philosophical Mind

Sifat orang yang termasuk kelompok ini sikap mentalnya seimbang,

rasional, dan tenang. Dia percaya terhadap kemampuan dokter gigi. Oleh karena

itu prognosisnya untuk pasien tipe filosofikal baik. Sikap mental pasien yang

demikianlah jangan disia-siakan karena bisa membantu keberhasilan perwatan.

b) Exacting or Critical Mind

Kelompok orang tipe ini serba teratur, terlalu hati-hati, ingin segala

sesuatu secara tepat, banyak menuntut, dan kadang kesehatannya jelek.

Kelompok orang ini sukar menerima nasihat, bahkan ingin ikut terlibat dalam

mengatur perawatan. Seperti misalnya ketika dinyatakan bahwa giginya harus

dicabut, pasien tipe ini sangat keberatan dan khawatir akan berubahnya

penampilan bila harus memakai gigi tiruan. Perlu diperhatikan pasien tipe ini

biasanya tidak mudah percaya akan kemampuan yang dimilik dokter gigi dalam

perawatan. Bahkan ada yang sampai meminta jaminan tertulis atau minta

ongkosnya kembali jika perawatan tidak berhasil.

Prognosisnya pada kelompok ini bisa baik bila tendensi ingin sempurna

dan sikap kritisnya sepadan dengan pengertian dan kecerdasan dokter gigi dalam

menanganinya. Jadi dokter gigi harus mampu menunjukkan bahwa dia memang

21

Page 22: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

punya kemampuan merawat dengan cermat dan tepat. Perlu diperhatikan pula,

orang tipe ini amat peka terhadap hal-hal yang menurut keyakinannya tidak baik,

bahkan untuk hal sepel sekali pun.

c) Hysterical Mind

Kelompok tipe ini sikap dan tingkah lakunya biasanya gugup dan

kesehatan mulutnya buruk. Dalam mengambil keputusan terkesan ragu. Tipe ini

juga tidak kooperatif dan sulit menerima alasan. Tipe ini takut dengan perawatan

kedokteran gigi, menolak pencabutan gigi dan dia berkeyakinan bahwa

pemasangan gigi tiruan akan berakhir dengan kegagalan.

Dalam hal ini, pribadi dan kemampuan dokter gigi lah yang amat berperan

untuk meyakinkan pasien. Pada kasus-kasus ini kesuksesan yang dicapai

hanyalah sesuatu yang relatif, karena si pasien cenderung mengeluh dan

mencari-cari kesalahan orang yang merawatnya.

d) Indifferent Mind

Pasien tipe ini tidak peduli terhadap penampilan dirinya dan tidak

merasakan pentingnya masalah mastikasi. Mereka tidak ulet dan tidak mau

merepotkan diri sendiri dalam hal membersihkan protesa. Upaya dokter gigi

dalam merawatnya bahkan kurang dihargai. Karena itu orang tipe ini

sesungguhnya tidak merasa perlu untuk pemasangan gigi tiruan. Dietnya

biasanya buruk, mungkin peminum dan kalupun dia mau datang ke dokter gigi

karena atas dorongan kawannya atau anggota keluarganya.

Prognosis perawatan biasanya tidak menguntungkan, kecuali bila

penerangan dan instruksi yang diberikan kepada pasien berhasil baik.

3. Hubungan Riwayat Kesehatan Umum dengan Rencana Perawatan

1.  Diabetes Mellitus

              Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit

pembuluh darah menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di

dalam mulut, seperti jaringan mukosa yang meradang, cepat

berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada dengan hilangnya

tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal.

Infeksi monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan

22

Page 23: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

kalkulus, merupakan hal yang khas dari penyakit diabetes yang tidak

terkontrol. Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama dengan gejala-

gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit,

gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal

pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan

menyehatkan kembali jaringan mulut.

              Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan

protesa dapat dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut.

Pertama, hindari tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin

dilakukan. Gunakan bahan cetak yang bisa mengalir bebas dan buat desain

rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan, serta

distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat memberikan

dukungan. Lalu, susunlah oklusi yang harmonis. Bila dibutuhkan,

rangsanglah pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas karbohidrat.

Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan

mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam bulan

sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari itu) untuk mempertahankan

kesehatan mulut (Gunadi, dkk., 1991 : 110).

2. Penyakit Kardiovaskular

              Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi. Hindari

pemakaian anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti

adrenalin; oleh karena bahan ini dapat mempengaruhi tekanan darah

(Gunadi, dkk., 1991 : 110).

3. Tuberkulosis dan Lues

              Terjadinya gangguan metabolism pada penderita Tuberkulosis

dan Lues, menyebabkan resorpsi berlebihan pada tulang alveolar.

              Dalam merawat penderita-penderita ini, perlindungan terhadap

dokter gigi serta penderita lain merupakan pertimbangan yang sangat

penting; umpamanya jangan memasukkan jari telanjang ke dalam mulut

seorang penderita Lues. Lakukan pemeriksaan dengan

menggunakan Longue Blader; sedangkan penggunaan sarung tangan karet

sangat dianjurkan.

23

Page 24: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

              Cucilah tangan dengan sabun dan air panas, segera sesudah kita

merawat penderita tersebut. Dalam hal ini, menyikat tidak dianjurkan

karena dapat menimbulkan abrasi kecil. Sebagai tambahan, baik sekali

untuk mencuci wajah secara hati-hati, karena mungkin saja setetes darah/

saliva memercik mengenai muka atau sepotong kecil kalkulus terpental

mengnai wajah dapat menyebabkan erosi kulit sehingga menyebabkan

terjadinya infeksi. Penderita Lues aktif dan tidak dirawat sebaiknya hanya

menerima perawatan darurat saja, sedangkan semua pekerjaan lainnya

harus ditunda sampai penyakitnya sembuh(Gunadi, dkk., 1991 : 110-111).

4.   Anemia

              Penderita anemia biasanya menunjukkan resorpsi tulang alveolar

yang cepat. Untuk kasus ini sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang

tidak ada tonjol (cusp) (Gunadi, dkk., 1991 : 111).

5. Depresi Mental

              Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat

yang mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan

mengakibatkan berkurangnya retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam

bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap

depresi mentalnya dapat diatasi.

              Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor

estetik tidak secara realistic. Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang

dibuat pada waktu ia masih muda/ remaja serta mengharapkan penampilan

yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan dibuat

(Gunadi, dkk., 1991 : 111).

6. Alkoholisme

              Sebagai pemakai geligi tiruan sebagian lepasan, pecandu alcohol

biasanya mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain

napasnya berbau alcohol, tremor, mata dan kulit pada bagian tengah wajah

memerah, gugup, dan kurus.

              Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita alkoholik

menuntut pemenuhan faktor estetik yang tinggi untuk protesa yang akan

dibuat. Keyakinan dirinya serta kerja sama dengan penderita ini dapat

24

Page 25: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

dikembangkan, bila hal tadi dapat kita penuhi. Sebaliknya, bila hal ini

gagal, bisa membawa akibat yang buruk.

              Perawatan gigi untuk penderita alkoholik pada umumnya

dihindari sampai kebutuhan ini sudah begitu mendesak, supaya pembuatan

protesa dapat berhasil untuk jangka waktu cukup panjang. Di samping

semua problem di atas, seorang penderita alkoholik cenderung mengalami

kecelakaan. Patah atau hilangnya geligi tiruan karena jatuh atau

kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi (Gunadi, dkk.,

1991 : 111-112).

4. Diagnosis dan Rencana Perawatan (beserta desain)

Diagnosis :

15,14,13,37,35,34,41,42 nekrosis pulpa

46 exostoxis

34 periodontitis

24 pulpitis reversible

22 periodontitis kronis

11,12,16,17,18,21,23,25,26,27,28,31,32,33,36,38,43,44,46,47,48

edentoulus ridge

Rencana perawatan:

exotoxsis: dilakukan alveotektomi

Torus palatines: dilakukan relief of chamber

Proextraksi pada gigi 15,14,13,22,24,34,37,35,34,41,42

Pembuatan GTL

25

Page 26: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

Laju Perubahan Kontur Alveolar Pasca-pencabutan

Laju perubahan yang terjadi pasca-pencabutan gigi sangat berbeda-beda

antara tiap individu dan antara berbagai tempat pada mulut yang sama. Laju

perubahan yang terjadi ditaksir dengan mengemukakan perubahan rata-rata di

tiap daerah pada minggu ke 4, 12, 26, 52, 130 pasca pencabutan sebagai

presentase dari perubahan rata-rata yang diamati antara 14 dan 17 tahun pasca

pencabutan.

Gambar 2. Perubahan rata-rata bagian bukal pasca pencabutan dan

kisaran perubahan pada gambaran sagital melalui daerah 11 atas dari 12

pasien dengan gigi tiruan immediet dan 10 pasien dengan gigi tiruan yang

dipasang sesudah luka bekas pencabutan sembuh.

26

Page 27: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

Gambar 3. Kisaran dan perubahan rata-rata dalam arah vertical pasca

pencabutan pada tepi gingiva sebelah lingual dalam gambaran sagital melalui

daerah 11 atas dari 12 pasien dengan gigi tiruan immediate dan 10 pasien

dengan gigi tiruan yang dipasang sesudah luka bekas pencabutan.

Pola resorbsi pada rahang

Pola resorbsi tiap-tiap rahang manusia itu berbeda-beda. Bahkan pola

resorbsi rahang atas dan rahang bawah berbeda. Pada rahang atas pola

resorbsi keatas. Sedangkan pada rahang bawah kearah bukal dan vestibula.

27

Page 28: Laporan Tutorial Sk3 Prosto od

DAFTAR PUSTAKA

Watt, David M. 1992. Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap (Desaigning

Complete Denture). Alih bahasa : Soelistijani. Ed 2. Jakarta: Hipokrates

W.H. Itjiningsih. 1993. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta: EGC. Pp : 62-73

Gunadi, Haryanto. A; Burhan, Lusiana A.; Suryatenggara, Freddy. 1995. Ilmu

Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta: Hipokrates. Pp : 112-

116

Zarb, George A. 2002. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi

Menurut Boucher. Jakarta: EGC. Pp : 261-263

Basker, R.M., Davenport. J.C. and Tomlin, H.R. 1996. Perawatan Prostodontik bagi Pasien Tak Bergigi (terj.), Edisi III. Jakarta : EGC

Soelarko, R. M. dan Wachijati, H., 1980,  Diktat Prostodonsia Full Denture, FKGUnnpad, Bandung.

Swenson,   M. G.,   1960,   Complete   Denture,   5 th     ed.,  C. V. Mosby Co., SaintLouis.

28