laporan tutorial serial ektraksi

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

Upload: selvia-elga

Post on 03-Feb-2016

480 views

Category:

Documents


53 download

DESCRIPTION

semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

Page 2: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

BAB III

PEMBAHASAN

I. Definisi dan Tujuan Ekstraksi Seri

Ekstraksi seri adalah suatu metode perawatan orthodonti dalam periode

gigi pergantian dan mencegah maloklusi pada gigi permanen dengan jalan

melakukan pencabutan pada gigi-

gigi yang dipilih pada interval waktu tertentu serta menurut cara-cara yang telahdi

rencanakan dengan observasi dan diagnose yang tepat dan teliti. Ini merupakan

suatu prosedur yang memerlukan kesabaran dan ketelitian yang lama tanpa mema

kai perawatanorthodonti. Pengertian lain ekstraksi seri yaitu suatu metode

perawatan orthodonti yangdilakukan pada masa gigi-geligi bercampus dengan

hubungan rahang klas I Angle, dengan pencabutan gigi secara berturut-

turut dan kronologis. Pencabutan dilakukan pada gigi-geligisulung dan diikuti

dengan pencabutan gigi permanen (Amirudin, 2002).

Tujuan ekstraksi seri:

1. Menghilangkan gigi yang berdesakkan

2. Menuntun dan mengontrol erupsi gigi-gigi permanen dalam lengkung

rahang dan untuk mencegah agar tidak terjadi maloklusi pada gigi

permanen

II. Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Seri

a. Indikasi:

- DDM (Disharmoni Dento Maxilar)

Merupakan ketidak sesuaian antara volume rahang dan volume

gigi. Untuk gigi yang crowded (berdesakan) dapat disebabkan oleh 2

hal yaitu karena ukuran gigi besar tetapi ukuran rahang normal atau

karena ukuran gigi normal akan tetapi ukuran rahang kecil. Sehingga

Page 4: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

dengan adanya kondisi tersebut dapat menyebabkan gigi berdesakan

khususnya untuk gigi anterior yang dapat terlihat melalui gejala klinis:

keempat gigi insisiv berada pada lengkung rahang yang normal

sementara gigi kaninus extruded, atau

gigi kaninus berada pada lengkung rahang yang normal

sementara gigi insisiv lateral tumbuh sesuai dengan benih giginya

yakni di bagian palatal akibat tidak mendapatkan tempat.

Dengan melihat kedua gejala klinis tersebut maka pasien dapat

diindikasikan untuk dilakukan ekstraksi seri.

- Pada fase geligi pergantian

- Tidak ada kelainan skeletal

- Overbite normal

- Terjadi diskrepansi atau kekurangan tempat, yaitu lebih besar atau

sama dengan 10 mm (crowded berat).

- Benih gigi telah menembus alveolar crest, namun gigi sulung belum

tanggal

- Keinginan pasien maupun orang tua (kooperatif)

b. Kontraindikasi :

- Diastema, Agenisi

Ketika pasien yang memiliki diastema dan/atau agenisi dilakukan

ekstraksi seri, diastema dapat menjadi semakin parah.

- Maloklusi kelas I angle dengan crowded ringan

Crowded ringan bisa menjadi normal ketika pasien anak-anak masih

mengalami pertumbuhan rahang. Rahang yang bertambah lebar akan

memberikan ruang bagi gigi-gigi berdesakan tersebut.

- Deep overbite/openbite

- Maloklusi kelas II dan III angle

- Pasien kurang kooperatif

- Kelainan skeletal (osteomyelitis)

- Kelainan pembekuan darah

- Rotasi maupun malposisi gigi lain yang menyebabkan terkuncinya gigi

geligi yang lain

Page 5: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

Gigi geligi yang berdesakan dan terkunci oleh gigi lain akan

mempersulit operator dalam melakukan ekstraksi.

- Profil wajah lurus atau cekung

Pasien dengan profil wajah yang lurus akan terlihat cekung setelah

dilakukan ekstraksi seri. Begitu juga dengan pasien dengan profil

wajah cekung yang akan semakin terlihat cekung.

III. Penatalaksanaan Ekstraksi Seri

Prinsip pencabutan serial dikenalkan oleh Rubert Bunon pada tahun 1473,

tetapi istilah pencabutan serial dipopulerkan oleh Kjellgren tahun 1940-an.

Pencabutan serial hanya dapat menghilangkan berdesakan di region anterior

tetapi tidak dapat memberikan hasil perawatan seperti yang dihasilkan dari

perawatan secara komperhensif (Rahardjo, 2009).

Sebelum melakukan ekstrasksi dilakukan pemeriksaan seperti anamnesa

yang menanyakan riwayat kesehatan pasien, biasanya akan berhubungan dengan

faktor keturunan sehingga riwayat DDM ada, juga pemeriksaan klinis intra oral

dimana ditemukan gigi yang berdesakan gejala DDM pada umur geligi

pergantian. Kekurangan tempat pada pasien dapat diukur melalui analisa model.

Foto rontgen wajib dilakukan untuk mengetahui urutan erupsi gigi , ada tidaknya

benih permanen, lebar gigi permanen dan letak benihnya itu sendiri.

Perawatan ekstraksi seri berdasarkan beberapa metode berbeda satu sama

lain. adanya evaluasi masing-masing metode ini penting untuk keberhasilan

perawatan.

Page 6: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

a. Metode Tweed (1966)

Pencabutan gigi sulung molar pertama pada umur 8 tahun. Gigi sulung

caninus dipertahankan untuk memperlambat erupsi dari caninus permanen.

Setelah pertumbuhan premolar pertama berada pada fase erupsi, dimana mahkota

sudah berada dibawah tulang alveolar secara radiografi, gigi sulung caninus

dilakukan pencabutan kemudian premolar satu juga demikian untuk memberikan

tempat bagi caninus permanen.

b. Metode Dewel (1978)

Sekitar umur 8 1/2 tahun gigi caninus sulung dilakukan pencabutan untuk

memberikan ruang untuk memperbaiki crowded anterior. Pada umur 9 1/2 tahun,

ketika crowded insisiv sudah pada lengkung yang benar dan premolar pertama

akarnya sudah lebih dari setengah secara radiografi, gigi molar pertama sulung

dilakukan pencabutan untuk memberikan tempat premolar pertama erupsi ke

dalam rongga mulut. Kemudian premolar pertama ini dicabut juga untuk memberi

tempat caninus permanen yang sesuai pada lengkung seharusnya. Keadaan ini

berfungsi untuk gigi rahang atas, dimana erupsi premolar pertama lebih dahulu

dibandingkan gigi caninus permanen.

Page 7: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

Modifikasi metode Dewel pada rahang bawah dimana caninus permanen

dapat lebih dahulu atau hampir bersamaan erupsi dengan premolar pertama bila

dievaluasi radiograf. Teknik enukleasi pada premolar pertama ketika ekstraksi

gigi molar pertama sulung dapat dilakukan namun kurang dianjurkan. Modifikasi

lain lebih dianjurkan yaitu melakukan pencabutan molar kedua sulung sehingga

memberikan tempat erupsi gigi premolar pertama untuk erupsi lebih ke distal.

Ketika gigi caninus permanen erupsi, premolar satu dapat dilakukan pencabutan.

Selain itu, untuk menghindar enukleasi juga bisa dilakukan cara lain yaitu

mencabut molar pertama sulung, setelah 6 bulan molar kedua sulung dicabut,

supaya premolar pertama erupsi agak ke distal diatas benih premolar kedua, bila

premolar pertama telah erupsi maka harus dicabut , kemudian perlu pemakaian

space maintainer supayamolar pertama permanen tidak bergerak ke mesial.

Premolar kedua biasanya erupsi secara normal menggantikan molar kedua

sulung. Ruangan bekas pencabutan premolar dipakai oleh kaninus permanen yang

bergeser kedistal, premolar kedua dan molar pertama permanen bergeser ke

mesial. Bila pencabutan serial tidak diikuti oleh perawatan komperhensif dengan

piranti cekat maka tidak akan didapatkan susunan gigi yang ideal, letak akar gigi

yang tidak sejajar dan penutupan diastema tidak berhasil dengan baik.

Apabila terjadi Agenisi premolar pertama cabut molar pertama sulung

kemudian kaninus permanen akan menempati tempat tersebut. Agenisi premolar

kedua bila kaninus permane erupsi lebih dulu dari premolar pertama maka cabut

molar pertama sulung dan molar kedua sulung bersama-sama agar kaninus sulung

dan premolar pertama dapat erupsi agak ke distal dan perlu dipasang space

maintainer agar molar pertama permanen tidak bergeser ke mesial.

Urutan erupsi gigi permanen dan letak benih gigi permanen

a. Letak benih gigi permanen

Gigi insisivus

Insisius central pada saat sebelum erupsi berada pada labial gigi insisiv

sulung. Adanya proses erupsi menyebabkan gigi insisiv migrasi sesuai sudut

Page 8: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

inklinasinya. Sedangkan gigi insisiv lateral sebelum erupsi berada lebih ke

palatal dari gigi sulungnya, dengan adanya proses erupsi menyebabkan gigi ini

migrasi sesuai sudut inklinasnya. “spacing” atau adanya diastema pada gigi

sulung anterior, merupakan kondisi yang normal dan termasuk penting, karena

ukuran dari gigi insisivus permanen penggantinya berukuran lebih besar

dibandingkan dengan gigi sulungnya. Crowded yang terjadi biasanya

diakibatkan oleh tidak adanya diastem fisiologis, sehingga gigi insisivus

pertama akan meresorbsi gigi sulung insisiv lateral. Hal tersebut akan

mengakibatkan dislokasi dari gigi insisiv tetap lateral, sehingga terdapat

crowded pada anterior.

Gigi premolar dan kaninus

Kaninus maksila terletak di bawah dari gigi kaninus sulung dan

terletak tinggi dalam tulang maksila pada usia 3 tahun dengan mahkota yang

mengarah ke mesial dan lingual. Adanya proses erupsi atau migrasi intraboni

yang signifikan menyebabkan mahkota kaninus permanen berkontak dengan

aspek distal akar gigi insisivus lateral. Akibat tekanan yang dihasilkan

mahkota kaninus terhadap akar insisivus lateral, keempat insisivus maksila

menjadi flared dan memperlihatkan susunan insisivus yang khas dan dikenal

dengan tahap ‘ugly duckling’. Selanjutnya kaninus tampak seperti

terdefleksikan ke poisisi yang lebih vertikal namun gigi ini sering erupsi ke

dalam rongga mulut dengan inklinasi mesial yang menonjol.

Ukuran gigi kaninus dan premolar tetap lebih kecil dibandingkan gigi

sulungnya, kondisi ini akan membantu tercapainya okusi Klas I dengan

anterior normal, karena ukurannya yang lebih kecil dapat mengkondisikan gigi

molar pertama yang erupsi dapa bergerak ke mesial sehingga terdapat hubugan

Klas I dari gigi molar pertama rahang atas terhadap gigi molar pertama rahang

bawah. Begitu juga dari arah anterior, gigi insisivus sentral yang cenderung

besar, dapat mendorong gigi – gigi disebelah distalnya yaitu, insisivus lateral,

kaninus dan premolar ke arah distal, sehingga diastem tertutup dan kondisi

oklusi normal atau Klas I didapatkan.

Gigi molar pertama

Page 9: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

Hubungan oklusi normal yaitu Klas I yang ditandai dengan cusp

mesiobukal molar pertama rahang berada pada bukal groove molar rahang

bawah. Pada saat fase geligi campuran, hubungan oklusi Klas I ini dapat

dicapai dengan kondisi :

- Pada geligi susu yang berakhiran dengan “mesial step”, molar

tetap pertama akan erupsi pada oklusi Klas I.

- Pada geligi susu yang renggang dengan garis akhir lurus, erupsi

molar pertama tetap mendorong molar susu rahang bawah ke

depan yang nantinya terbentuk akhir “mesial step”, sehingga molar

pertama berada pada oklusi normal, atau Klas I.

- Pada kasus yang gigi geligi susu tidak terdapat ruang interdental ,

pergerakkan gigi ke mesial tidak terjadi. Molar tetap pertama akan

erupsi pada cusp to cusp, dan oklusi normal akan tercapai setelah

gigi molar sulung tanggal dan digantikan oleh gigi premolar yang

ukurannya lebih kecil dibandingkan gigi molar sulungnya.

b. Pola erupsi gigi permanen

Tabel pola perkembangan kronologis pada gigi permanen menurut McCall and

Schour, yaitu:

Page 10: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

Menurut Itjiningsih (1991), waktu erupsi gigi permanen menurut urutan sebagai

berikut:

1. Gigi Molar pertama satu atas dan bawah; dan gigi insisiv satu bawah

2. Gigi incisive satu atas dan gigi insisivi dua bawah

3. Gigi incisive dua atas

4. Gigi caninus bawah

5. Gigi premolar satu atas

6. Gigi premolar satu bawah dan gigi premolar dua atas

7. Gigi caninus atas dan gigi premolar dua bawah

Page 11: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

8. Gigi molar kedua bawah

9. Gigi molar kedua atas

10.Gigi molar ketiga bawah dan atas

Berikut ini adalah odontogram urutan erupsi gigi permanen.

17   27

13   23

1

5   25

14   24

12   22

11 21

 16

5

554 53 52 51 61 62 63 64 65 26

 

468

584 83 82 81 71 72 73 74 75 36

41 31

42   32

43   33

44   34

4

5   35

47   37

 

Page 12: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

Pada skenario telah diketahui bahwa diskrepansi pada rahang atas adalah 11

mm dan rahang bawah adalah 10 mm, sehingga perawatan yang dilaksanakan

adalah serial ekstraksi. Pada umumnya, berdasarkan teori serial ekstraksi rahang

atas dimulai dengan mencabut atau mengekstraksi gigi caninus sulung untuk

menyediakan ruang bagi gigi insisiv permanen yang kekurangan tempat. Namun

karena pada skenario gigi caninus sulung pasien telah tanggal secara prematur,

maka dari itu tidak bisa dilakukan ekstraksi. Selanjutnya, gigi molar sulung

pertama atas diekstraksi untuk mempercepat erupsi dari gigi premolar permanen

pertama. Namun sebelum itu kita perlu mengetahui apakah benih gigi premolar

pertama permanen tersebut ada atau tidak dikhawatirkan terjadi agenisi, hal ini

dapat kita tinjau dari hasil foto rontgen. Setelah gigi premolar permanen pertama

erupsi, selanjutnya gigi tersebut juga diekstraksi untuk menyediakan tempat bagi

gigi caninus permanen yang erupsinya paling akhir. Selanjutnya, jika serial

ekstraksi telah dilakukan semua tetapi gigi anterior pasien masih sedkit berjejal

maka, pasien dilakukan perawatan ortodontik dengan menggunakan alat cekat.

Dimana keuntungan dari dilakukannya ekstraksi seri ini adalah, pasien tidak perlu

membutuhkan waktu yang lama dalam perawatan alat ortodontik cekat karena

sebelumnya telah dilakukan ekstrasksi seri.

IV. Kelebihan dan Kekurangan Ekstraksi Seri

Keuntungan ekstraksi seri:

1. Dapat meratakan gigi berjejal 

2. Sebagai usaha prevetif untuk mencegah pemakain alat ortodonsi cekat

 3. Menurunkan kemungkinan terjadinya karies karena gigi

berjejal 

4. Memungkinkan pergerakan secara fisiologis dari gigi insisive setelah ada ruangandengan jalan pencabutn gigi desidui

Page 13: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

 5. Perawatan akhir dengan piranti cekat tidak butuh waktu lama

Kerugian dari ekstraksi seri, antara lain yaitu:

1. Mungkin dapat merintangi pertumbuhan:

- Terjadinya pergerakan ke distal gigi kaninus dan insisivus

karena kurangnya tekanan kearah mesial dari premolar

- Mengurangi prognatisme alveolar

- Merintangi pertumbuhan ke depan rahang atas

2. Bertambahnya overbite

3. Miringnya gigi insisivus ke bawah kea rah lingual

4. Terbentuknya banyak jaringan parut yang akan merintangi

atau menghambat erupsi gigi permanen

5. Masuknya atau menonjolnya lidah ke ruangan pencabutan.

Hal ini akan menggangguerupsi dan susunan yang baik gigi-

gigi tetap yang telah bererupsi

6. Sering terjadi setelah pencabutan suatu gigi, ruangannya tidak

dapat tertutup seluruhnya.Penutupan ruangan yang disebabkan

oleh gigi-gigi belakang migrasi ke mesial

danketidakharmonisan intergiditasi atau hubungan antar tonjol

gigi-geligi, dapatmenyebabkan traumatik oklusi

7. Bila ruangan yang terjadi akibat suatu pencabutan tetap

terbuka maka pada saat mulutdibuka akan terlihat. Hal ini

akan mengganggu penampilan wajah yang

berhubungandengan faktor estetik

Page 14: Laporan Tutorial Serial Ektraksi

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R.J. dan W.R Rock. 1992. Perawatan Gigi Anak. Jakarta.Widya Medika

Indrayanti R, Pertiwi AS, Sasmita IS. 2006. Laporan Penelitian Pola Erupsi Gigi Permanen

Ditinjau dari Usia Kronologis pada Anak Usia 6 sampai 12 tahun. Bandung: FKG

UNPAD. Hal: 1-25.

Itjiningsih, WH. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.

JADA. 2005. Tooth Eruption The Primary Teeth. Journal American Dental Association, vol

136.

Mc Donald, R. and Avery. 2000. Dentistry for The Child and Adolescent. Missoury: Mosby-

Year Book, Page. 184-214.

Salzmann, J. A. 1974. Orthodontic in Daily Practice. Philadelpia:J.B. Lipincott Co.

Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodontics second edition. New Delhi: Jaypee

Brothers Medical Publishers.,569-570.